L'occulte Malais
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Load more
Recommended publications
-
The Islamic Traditions of Cirebon
the islamic traditions of cirebon Ibadat and adat among javanese muslims A. G. Muhaimin Department of Anthropology Division of Society and Environment Research School of Pacific and Asian Studies July 1995 Published by ANU E Press The Australian National University Canberra ACT 0200, Australia Email: [email protected] Web: http://epress.anu.edu.au National Library of Australia Cataloguing-in-Publication entry Muhaimin, Abdul Ghoffir. The Islamic traditions of Cirebon : ibadat and adat among Javanese muslims. Bibliography. ISBN 1 920942 30 0 (pbk.) ISBN 1 920942 31 9 (online) 1. Islam - Indonesia - Cirebon - Rituals. 2. Muslims - Indonesia - Cirebon. 3. Rites and ceremonies - Indonesia - Cirebon. I. Title. 297.5095982 All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying or otherwise, without the prior permission of the publisher. Cover design by Teresa Prowse Printed by University Printing Services, ANU This edition © 2006 ANU E Press the islamic traditions of cirebon Ibadat and adat among javanese muslims Islam in Southeast Asia Series Theses at The Australian National University are assessed by external examiners and students are expected to take into account the advice of their examiners before they submit to the University Library the final versions of their theses. For this series, this final version of the thesis has been used as the basis for publication, taking into account other changes that the author may have decided to undertake. In some cases, a few minor editorial revisions have made to the work. The acknowledgements in each of these publications provide information on the supervisors of the thesis and those who contributed to its development. -
Bab Iv Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Profil Film Arwah Goyang Karawang 4.1.1 Poster Gambar 4.1 1 Poster Film Arwah Goyang Karawang Sumber : https://www.wowkeren.com/berita/tampil/00007705.html 4.1.2 Profil Film Arwah Goyang Karawang Film Arwah Goyang Karawang merupakan garapan dari sutradara Helfi Kardit. Film ini seperti film horror pada umumnya, dengan mengcasting pemain seksi yakni Dewi Perssik dan juga Alm. Julia Perez. Film ini menjadi konsumsi publik setelah munculnya adegan perkelahian di antara pemainnya yakni Depe dan Jupe. Adegan tersebut di masukkan ke dalam film untuk 32 menarik penonton. Awal mula judul film dalam Wikipedia adalah Arwah Goyang Karawang, namun mendapatkan kritik dai masyarakat Karawang sendiri, kemudian film ini diganti menjadi Arwah Goyang Jupe-Depe. Akibat kejadian perkelahian tersebut, film ini dikecam langsung oleh masyarakat Karawang. Namun, di akhir perilisan film ini, poster tetap ada nama Karawang namun ada unsur nama Jupe Depe. Film Arwah Goyang Karawang ini mendapatkan apresiasi dari penonton Indonesia, terbukti dengan jumlah penonton yang mencapai 698.960 dengan mencetak rekor jumlah penonton paling banyak di tahun 2011 dan bertahan pada puncak bioskop hingga awal April. Akumulasi jumlah penonton ini diperbaharui setiap pekannya. Berikut data jumlah penonton yang dikutip dari filmindonesia.or.id, di mana sumber data dihimpun dari PPFI, Blitzmegaplex, produser film, dan sumber-sumber lainnya: 1. Arwah Goyang Karawang 698.960 2. Pocong Ngesot 353.506 3. Kalung Jelangkung 286.878 4. Love Story 283.337 5. Pelukan Janda Hantu Gerondong 251.100 6. Virgin 3: Satu Malam Mengubah Segalanya 225.582 7. Jenglot Pantai Selatan 155.477 Keberhasilan film ini tak lain karena bumbu dari pemain tersebut yakni adanya adegan perkelahian yang di munculkan dalam film tersebut. -
Bab 2 Tinjauan Teori Dan Data Perancangan
BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN DATA PERANCANGAN 2.1. Wisata Hiburan Wisata Hiburan adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang bukan perihal pekerjaan. Kegiatan yang umum dilakukan untuk melakukan wisata hiburan adalah berpariwisata , melakukan permainan, dan atau bias juga menikmati hobi. Kegiatan wisata hiburan umumnya dilakukan pada akhir pekan atau hari libur. Banyak ahli mengatakan bahwa aktivitas wisata hiburan adalah kegiatan untuk melepas penat atau mengisi waktu senggang. 2.1.1 Wisata Menurut UU RI 10 th (2009) wisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan manusia perorangan atau kelompok untuk mengunjungi tempat tertentu dengan tujuan rekreasi memepelajari keunikan daerah wisata atau sementara waktu. Menurut Gamal (2004) wisata merupakan suatu proses berpergian yang hanya bersifat sementara yang di lakukan oleh seseorang untuk menuju tempat di luar tempat tinggal nya ,tujuan kepergian nya tersebut tersebut ,bias karena kepentingan ekonomi, pekerjaan atau liburan dan lainnya 2.1.2 Hiburan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hiburan merupakan suatu aktivitas atau perbuatan yang dapat menghibur hati untuk bertujuan melupakan kesedihan dan sebagainya Hiburan merupakan kebutuhan manusia yang tidak lagi di katakan Sebagai kebutuhan sekunder lagi. Setiap orang pasti akan membutuhakan hiburan dei sela-sela kesibukan yang menumpuk di keseharian nya. 2.1.3 Mini Galeri Menurut Pusat Bahasa Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2003), galeri merupakan suatu wadah untuk memarekan suatu karya seperti karya hasil -
The Cultural Traffic of Classic Indonesian Exploitation Cinema
The Cultural Traffic of Classic Indonesian Exploitation Cinema Ekky Imanjaya Thesis submitted for the degree of Doctor of Philosophy University of East Anglia School of Art, Media and American Studies December 2016 © This copy of the thesis has been supplied on condition that anyone who consults it is understood to recognise that its copyright rests with the author and that use of any information derived there from must be in accordance with current UK Copyright Law. In addition, any quotation or extract must include full attribution. 1 Abstract Classic Indonesian exploitation films (originally produced, distributed, and exhibited in the New Order’s Indonesia from 1979 to 1995) are commonly negligible in both national and transnational cinema contexts, in the discourses of film criticism, journalism, and studies. Nonetheless, in the 2000s, there has been a global interest in re-circulating and consuming this kind of films. The films are internationally considered as “cult movies” and celebrated by global fans. This thesis will focus on the cultural traffic of the films, from late 1970s to early 2010s, from Indonesia to other countries. By analyzing the global flows of the films I will argue that despite the marginal status of the films, classic Indonesian exploitation films become the center of a taste battle among a variety of interest groups and agencies. The process will include challenging the official history of Indonesian cinema by investigating the framework of cultural traffic as well as politics of taste, and highlighting the significance of exploitation and B-films, paving the way into some findings that recommend accommodating the movies in serious discourses on cinema, nationally and globally. -
CRONYISM and the NEP Chedet.Co.Cc August 06, 2008 by Dr
CRONYISM AND THE NEP Chedet.co.cc August 06, 2008 by Dr. Mahathir Mohamad 1. When the New Economic Policy began to show some results in the early eighties, the Western Press and local opponents of the Government began to talk about cronyism. Whoever succeeded in a developing country like Malaysia, did so because they were the chosen favourites of the Government, particularly the head of the Government. 2. I came in for virulent attacks because some Malays actually did well in business. They were all labelled my cronies whether they were indeed my cronies or not. Anyone who succeeded was immediately defined as my crony. 3. Many close friends, relatives and members of my family who failed in business would not be called cronies. 4. It is not the actual relation or association with the leader that qualifies one to be the crony of the Prime Minister. It is the success of the individual. Failures, no matter how close they may be to the Prime Minister would not be called cronies. 5. This left me in a quandary. As head of the Government I had to ensure the success of the NEP objective of reducing the disparities between the bumiputeras and the non-bumis. This reduction must be achieved at all levels, not excluding the rich and the very rich. It wouldn't do to have parity among the low income and middle income only, while big businesses are all in the hands of the non-Bumiputera millionaires. 6. While most Bumiputeras who were given shares and opportunities to do business abused these opportunities, a few tried seriously and some of them succeeded. -
Kebudayaan, Kesehatan Orang Papua Dalam Perspektif Antropologi
Antropologi Papua (ISSN: 1693-2099) Volume 1. No. 1, Agustus 2002 KEBUDAYAAN, KESEHATAN ORANG PAPUA pengetahuan berdasarkan kebudayaan mereka masing-masing dalam DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGI KESEHATAN menanggapi masalah kesehatan. Kajian etnografi ini akan memberikan ilustrasi tentang bagaimana A.E. Dumatubun kebudayaan, kesehatan orang Papua berdasarkan perspektif antropologi, (Staf dosen Jurusan Antropologi Universitas Cenderawasih) yang dapat memberikan pemahaman kesehatan secara kultural. Abstract B. KEBUDAYAAN DAN PERILAKU SEBAGAI KONSEP DASAR In this article the author tries to look on social and cultural interpretation of the health problems on Papuan’s societies. The Papuan’s traditionally, have different views to care Kebudayaan sebagai pedoman dalam kehidupan warga penyandangnya jauh out their health. lebih kompleks dari sekedar menentukan pemikiran dasar, karena kenyataan As found in most – perhaps all – societies some illnesses are viewed as having “natural” or kebudayaan itu sendiri akan membuka suatu cakrawala kompetensi dan “naturalistic” causes, while others have “magical” or “supernatural” or “personalistic kinerja manusia sebagai makhluk sosial yang fenomenal. Untuk itu dapatlah causes. In this causes, most of the Papuan’s depent on supernatural or personalistic to care dikemukakan beberapa rumusan kebudayaan: about their health. My finding is more complexs. That is how the decision was made and what kind of help to look for depent on many factors such as perceived the gravity of the “…dalam konteks suatu aliran atau golongan teori kebudayaan yang besar illness, past experience with different kinds of healers, family knowledge and therapeutic pengaruhnya dalam kajian antropologi, atau yang dikenal dengan “Ideasionalisme” skills (couple with the advice of friends and neighbors), cost of different kinds of treatment, (ideationalism) (Keesing, 1981; Sathe, 1985) dalam kajian khususnya kesehatan. -
Malaysian Child Rearing Practices and Its Relationship to Realth
Malaysian Child Rearing Practices and Its Relationship to Realth by Wazir-Jahan Karim A Research Project Funded by the International Developmsnt Research Centre 1981 RC FÉB2].1983 IDRC ; rrz^i 3 - p-- 79_ o cc 58- Acknowledgaments I vould like to express my appreciation and gratitude to thé International Development Research Centre for agreeing to fund this research project in 1978. Z also wish to thank UNICEF for providing me with financial assistance for the section of the research on traditional médical practitioners and village medicines conducted I' in Yen, Kedah. The assistance and co-operation of the Ministry of Realth has been a major factor in ensuring the emooth implémentation of the research in Seberang Prai and I would specifically like to thank Dr. Chee Chin Seang, the Deputy Director of Health in Penang, Sister Kvan, Dr. Raj Karim from the Maternai and Child Health Division in the Ministry and other médical and nursing personnel in Seberang Prai for providing me with continuous assistance during the period of my fieldwork. I would also litre to thank the management of Malakoff Estate at Thsek Glugor, in particular the Manager, Mr. Jones and Mr. Shankar for allowing me to conduct my research on the estate and also for assistance provided when the census survey was conducted. My sincereat thanks also to the KEMAS teacher at Junjong, Rokiah Ahmad and the teachers at the Malakoff Estate pre- school, for help rendered to my research assistants, Muniamah Kandasamy, Tengku Zainah and Susan Oorijitham, during the intensive field work period. Ficnaliy, I can quite confidentiy say that this research would not have been possible without the commitment and enthusiasm of my research assistants and the keen interest of e nutritionist from Minnesota University, Misa Mary-Pat Selvaggio, to conduct a The study has taken approximately two and e half years to be completed between its period of inception in mid 1978 to ite period of completion in November 1981. -
Penafsiran Di Balik Penamaan Hantu Di Majalengka Jawa
PENAFSIRAN DI BALIK PENAMAAN HANTU DI MAJALENGKA JAWA BARAT Oleh: Rawinda Fitrotul Mualafina E-mail: [email protected] Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Semarang ABSTRACT Local wisdom is one of culture product which appear from interpretation of social phenomenon, including language phenomenon. One of them is that found in Majalengka. On that society was found some ghost names lexicon that are believed to be around them. In this article entitled “Interpretatin Behind Majalengka West Java Ghost Naming” presented a number of interpretations related to ghost names lexicon are not only being present as a series of its vocabularies, but also as series of local wisdom which held by the community. This is evident from other education and other culture interpretation implicity contained behind the ghost naming. Keyword: ghosts lexicon, ghost name, majalengka, education INTISARI Kearifan lokal merupakan satu produk budaya yang lahir dari hasil penafsiran terhadap fenomena yang muncul dalam masyarakat, tak terkecuali fenomena bahasa. Salah satunya adalah yang ditemukan pada masyarakat Majalengka berupa sejumlah leksikon nama-nama hantu yang dipercaya hidup di sekitar mereka. Dalam tulisan yang berjudul “Penafsiran di Balik Penamaan Hantu di Majalengka Jawa Barat” ini dipaparkan sejumlah penafsiran berkaitan dengan fenomena bahasa berupa leksikon nama hantu yang tidak sekadar hadir sebagai rangkaian kosakata yang dimilki, tetapi juga serangkaian kearifan lokal yang dianut oleh masyarakat tersebut. Hal ini tampak dari adanya edukasi dan penafsiran budaya lainnya yang terkandung secara tersirat di balik penamaan hantu itu. Kata kunci: leksikon hantu, nama hantu, majalengka, edukasi 1. Pendahuluan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:480), hantu didefinisikan dengan ‘roh jahat (yang dianggap terdapat di tempat-tempat tertentu)’. -
C NTENT 2018 L
17-30 SEPTEMBER C NTENT 2018 www.contentasia.tv l www.contentasiasummit.com Sony kicks off new HBO counts down to 7 Oct horror debut AGT season Series goes live with int’l film fest stamp of approval David Foster, Anggun & Jay Park return Folklore: Tatami (Japan) David Foster, Anggun and Jay Park Three international film festivals – includ- Ratanaruang (Samui Song). Sony Pictures Television Networks Asia ing the Toronto International Film Festival Folklore: A Mother’s Love is about a kicked off the third season of Asia’s Got (TIFF) – have given their stamp of ap- single mother and her young son who Talent at the weekend with a Facebook proval to HBO Asia’s original Asian horror discover dirty and underfed children liv- Live judges session at the Pinewood Is- series, Folklore, which premieres on the ing in a mansion’s attic. Returning them kandar Malaysia Studios. All three judges regional service on Sunday, 7 October to their families stirs the wrath of their from last year – David Foster, Anggun and at 10pm. adopted mother, Wewe Gombel. Jay Park – are back, along with hosts Alan The six episodes of the anthology, each Folklore: Pob is about a journalist who Wong and Justin Bratton. helmed by a different director, debuted meets with Thai ghost Pob, who con- The show airs on AXN across Asia in in pairs at three festivals. In addition fesses to a murder. Finally finding an early 2019. to TIFF, which wrapped this weekend, outlet for complaint, Pob explains how The announcement of this year’s judges episodes will screen at Spain’s SITGES the murder happened. -
Keris Dalam Pengubatan Tradisional Melayu Dari Perspektif Islam Sebagai Suatu Kajian Kes Di Kelantan
Volume: 3 Issue: 14 [December, 2018] pp.12-26] Journal of Islamic, Social, Economics and Development eISSN: 0128-1755 Journal website: www.jised.com KERIS DALAM PENGUBATAN TRADISIONAL MELAYU DARI PERSPEKTIF ISLAM SEBAGAI SUATU KAJIAN KES DI KELANTAN KRIS IN TRADITIONAL MEDICATION OF MALAY FROM ISLAMIC PERSPECTIVE AS A CASE STUDY IN KELANTAN Azlina Musa1 1 Universiti Malaysia Terengganu, E-mel: [email protected] Accepted date: 16-01-2018 Published date: 12-12-2018 To cite this document: Musa, A. (2018). Keris dalam Pengubatan Tradisional Melayu dari Perspektif Islam Sebagai Suatu Kajian Kes di Kelantan. Journal of Islamic, Economics and Development, 3 (14), 12-26. ___________________________________________________________________________ Abstrak: Makalah ini akan membincangkan tentang keris dalam pengubatan tradisional Melayu dari perspektif Islam sebagai suatu kajian kes di Kelantan. Makalah ini akan meneliti keris dijadikan sebagai alat pembantu ritual kepada bomoh, dukun atau pawang dalam pengubatan tradisional Melayu. Makalah ini turut meneliti sejauhmanakah keberkesanan keris sebagai salah satu usaha untuk bomoh, dukun atau pawang menyeru, memanggil dan memuja kuasa luar biasa turut serta dalam upacara yang diadakan dengan meneliti dari kaca mata Islam. Makalah ini akan meninjau persepsi Islam tentang peralatan yang digunakan oleh pengamal semasa ritual pengubatan tradisional Melayu. Disamping itu, makalah ini turut meneliti sejauhmanakah masyarakat Melayu di sekitarnya percaya bahawa keris yang diperasapkan dengan pembakaran asap kemenyan dan diiringi bacaan doa oleh bomoh, dukun atau pawang berkeupayaan untuk mengusir makhluk halus jahat daripada mengganggu keadaan tubuh pesakit dan membantu memulih serta menyembuhkan keadaan penyakit gangguan makhluk halus jahat dalam ritual tertentu. Ini kerana, kebanyakan pesakit yang mendapatkan rawatan pengubatan tradisional Melayu sembuh penyakit gangguan makhluk halus yang ditanggung oleh mereka. -
Pola Lantai Panggung Un Dan Kompetensi Dasar Yang Tercantum Dalam Kurikulum
Alien Wariatunnisa Yulia Hendrilianti Seni Tari Seni Seni S e untukuntuk SSMA/MAMA/MA KKelaselas XX,, XXI,I, ddanan XXIIII n i Tari untuk SMA/MA Kelas X, XI, dan XII untuk SMA/MA u nt u Yulia Hendrilianti Yulia Alien Wariatunnisa PUSAT PERBUKUAN Kementerian Pendidikan Nasional Hak Cipta buku ini pada Kementerian Pendidikan Nasional. Dilindungi Undang-undang. Penulis Alien Wariatunnisa Seni Tari Yulia Hendrilianti untuk SMA/MA Kelas X, XI, dan XII Penyunting Isi Irma Rahmawati Penyunting Bahasa Ria Novitasari Penata Letak Irma Pewajah Isi Joni Eff endi Daulay Perancang Sampul Yusuf Mulyadin Ukuran Buku 17,6 x 25 cm 792.8 ALI ALIEN Wiriatunnisa s Seni Tari untuk SMA/MA Kelas X, XI, dan XII/Alien Wiriatunnisa, Yulia Hendrilianti; editor, Irma Rahmawati, Ria Novitasari.—Jakarta: Pusat Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional, 2010. xii, 230 hlm.: ilus.; 30 cm Bibliograę : hlm. 228 Indeks ISBN 978-979-095-260-7 1. Tarian - Studi dan Pengajaran I. Judul II. Yulia Hendrilianti III. Irma Rahmawati IV. Ria Novitasari Hak Cipta Buku ini dialihkan kepada Kementerian Pendidikan Nasional dari Penerbit PT Sinergi Pustaka Indonesia Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010 Diperbanyak oleh... Kata Sambutan Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2009, telah membeli hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis/penerbit untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui situs internet (website) Jaringan Pendidikan Nasional. Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 49 Tahun 2009 tanggal 12 Agustus 2009. -
Permainan Video Game Modern Sebagai Media Penunjang Kelestarian Budaya Lisan Pamali
PERMAINAN VIDEO GAME MODERN SEBAGAI MEDIA PENUNJANG KELESTARIAN BUDAYA LISAN PAMALI Shienny Megawati Sutanto, S.Sn., M.M. Universitas Ciputra, Surabaya, 60219, Indonesia [email protected] ABSTRACT The Pamali is a form of oral or unwritten tradition. This tradition is manifestation from Indonesians cultural wealth, which consists of guidelines, standards, and unwritten ethics carried out by the community. In this modern era, pamali is often regarded as a myth or superstition. Whereas in Pamali’s oral tradition there are actually positive things that are good for social life. StoryTale Studio, a local game developer from Bandung trying to reintroduce Pamali traditions to the the young generation of Indonesia through their work entitled “Pamali”, released December 28, 2018. This research intends to observe this phenomenon and find out how to use video game as media to sustain the oral tradition of Pamali. Keywords: Game design, Indonesian tradition, oral tradition, Pamali, cultural sustainability ABSTRAK Tradisi Pamali adalah salah satu bentuk budaya lisan atau tidak tertulis. Tradisi ini merupakan wujud dari kekayaan budaya masyarakat Indonesia, yang berupa pedoman, pakem, dan etika tak tertulis dilakukan oleh masyarakat. Di jaman modern ini, pamali sering kali dianggap mitos atau tahayul. Padahal di dalam tradisi lisan pamali sebenarnya ada hal-hal positif yang baik untuk kehidupan bermasyarakat. StoryTale Studio, developer game lokal asal Bandung berusaha mengenalkan kembali generasi muda Indonesia akan tradisi lisan Pamali melalui karya mereka yang berjudul “Pamali”, game ini dirilis 28 Desember 2018. Penelitian ini bermaksud mengamati fenomena tersebut dan mengetahui bagaimana menggunakan media video game sebagai media penunjang kelestarian tradisi lisan Pamali.