4. ANALISIS DATA

4.1. Profil Park Jae-Sang () Dalam penelitian ini, akan dibahas mengenai citra yang ditunjukkan oleh Psy sebagai seorang bintang melalui teks media, setelah ia menjadi terkenal secara internasional dengan lagunya . Peneliti akan menjabarkan profil dari Psy dengan membagi ke dalam dua bagian, yaitu Psy sebelum dan sesudah Gangnam Style menjadi hits dalam industri musik internasional.

4.1.1. PSY sebelum Gangnam Style Park Jae-Sang atau yang lebih akrab dikenal dengan Psy adalah pria kelahiran 31 Desember 1977, yang lahir dan besar di Korea Selatan. Psy berasal dari keluarga yang mampu, di mana ayahnya yaitu Park Won-Ho adalah executive chairman dan pemegang saham dari CI Corporation, sebuah produsen peralatan manufaktur semikonduktor yang terdaftar di Korea Exchange (Kim, 2012, para.2). Sedangkan ibunya, yaitu Kim Young-Hee, memiliki beberapa restoran di Gangnam, salah satunya adalah restoran Jepang yaitu Nekko Manma di jalan Garosugil kawasan Gangnam (Harris, 2013, para.14). Saat ini, Psy telah menikah dengan Yoo Hye-Hoen dan memiliki dua putri kembar kelahiran tahun 2007. Dalam hal pendidikan, Psy menempuh pendidikan SD dan SMP di Banpo Elementary School, Banpo Middle School, dan SMA di Sehwa, Korea Selatan. Akan tetapi, ia kemudian melanjutkan kuliah di Amerika menjadi mahasiswa di Boston University pada tahun 1997 (Lee Na Rae, 2012, p.4-6). Psy pada saat itu merasa bahwa ia belum siap dan dunia bisnis yang dipelajarinya di Boston University tidak cocok untuknya, sehingga ia memutuskan keluar dari universitas tersebut secara sepihak tanpa diketahui oleh kedua orang tuanya. Ia pun pindah berkuliah di Barklee College of Music. Saat sedang berkuliah di Barklee, ia telah mencoba untuk menulis lagu sesuai karakteristiknya, yaitu rap. Ia membuat albumnya sendiri secara ilegal yang berisi lagu non-stop bergenre rap (mp3) dan dijual di Boston. Dan ternyata lagunya tersebut disukai dan dibeli oleh masyarakat Boston (SBS Healing Camp, 13 Agustus 2012).

27 Universitas Kristen Petra Setelah 3 tahun di Amerika, Psy kemudian memutuskan untuk berhenti kuliah di Barklee dan kembali ke Korea untuk memulai karirnya dalam bidang musik (Wi Tack Whan, 2012, para.7). Sebelum Psy masuk ke dalam industri musik Korea, ia tampil pertama kali di televisi pada tahun 2000, ketika ia sedang menari-nari dan menarik perhatian seorang produser TV. Saat itu, Psy bernari-nari dan berteriak “look at me”, sehingga orang-orang di sana memanggil security. Tetapi keunikan Psy tersebut membuat produser tersebut mendekatinya dan bertanya apa nama tarian tersebut, karena produser tersebut belum pernah melihat tarian tersebut sebelumnya. Dari sinilah perjalanan karir Psy dalam industri musik dimulai (Harrison, 2012, para.6-7). Psy memulai awal karirnya dalam industri musik pada tahun 2001 dengan album pertamanya yang berjudul “PSY... From the Psycho World!” dengan labelnya (agensi) sendiri yaitu LNLT Entertainment. Kedatangan Psy dalam dunia industri musik ini tidak berjalan mulus karena penampilannya yang “nyeleneh”, dan memiliki bentuk fisik yang jauh dari ekspektasi masyarakat Korea Selatan yang memuja kesempurnaan fisik. Selain itu, album pertamanya ini juga membuatnya didenda karena liriknya yang dianggap tidak sopan dalam budaya Korea Selatan dan dirasa dapat membawa pengaruh buruk bagi kaum muda. Contoh lirik lagunya yang kontroversi adalah pada lagu utamanya dalam album ini yaitu “Bird”, terdapat kalimat “이 10 원짜리야 여기선 웃어 나에게 와선” yang berarti “kamu gadis 10 sen (won), apakah kamu tertawa sekarang?”. Di

Korea, 10 sen (십원) dekat dengan arti “f-ck” (Psy – Sae / Bird, 2012, para.8).

Tidak hanya itu, dalam album pertama ini juga, terdapat satu lagu Psy yang berjudul “I Love Sex”, di mana ini dianggap konten yang tidak cocok bagi kaum muda (minor atau di bawah usia 19 tahun). Kemudian di album keduanya, yaitu “Ssa2” dengan label yang sama juga, ia kembali menuai kontroversi yang dianggap lirik lagunya tersebut memberikan pengaruh buruk bagi anak muda. Album itu kemudian diberi label hanya dijual untuk orang yang berusia di atas 19 tahun. Dengan dua kali terjadinya peneguran tersebut, Psy dijuluki sebagai penyanyi yang aneh di Korea Selatan (Lee Na Rae, 2012, p.4).

28 Universitas Kristen Petra Pada bulan September 2002, Psy kembali lagi mengeluarkan album ketiganya “3 PSY” masih dengan label yang sama. Akan tetapi, lagu ciptaannya tidak menuai kontoversi seperti sebelumnya. Lagunya tersebut berjudul “Champion” yang memanfaatkan momen Piala Dunia yang digelar di pada saat itu (Lee Na Rae, 2012, p.4). Lagu champion ini mendapat sambutan baik dan sukses besar di Korea Selatan. Setelah ia selesai menyelesaikan promosi lagu champion, ia memutuskan untuk masuk wajib militer terlebih dahulu sebelum melanjutkan karirnya. Psy melakukan wajib militer tahun 2003 hingga tahun 2005. Tetapi, ia tidak melakukannya dengan baik, sehingga Psy harus kembali melakukan wajib militer kedua kalinya pada tahun 2007 sampai tahun 2009 (Lee Na Rae, 2012, p.5). Sebelum ia melakukan wajib militer yang kedua kali, ia sempat mengeluarkan album keempatnya terlebih dahulu. Album keempatnya berjudul “Sa Jib” dengan label yang masih sama, dan tidak disangka mendapat sambutan baik. Beberapa lagu dalam album ini seperti Entertainer, We Are The One, dan Beautiful Goodbye membuat ia memenangkan penghargaan dari SBS Music Awards dan (Psy Biographie, n.d.). Pada tahun 2010, agensi entertainment artis yang ia miliki sendiri yaitu LNLT Entertainment mengalami kesulitan keuangan. Psy juga merasa ia perlu perlindungan dalam industri musik. Kemudian, sang istri mendesaknya untuk bergabung dengan sebuah agensi, di mana CEO-nya merupakan teman dari Psy sendiri, yaitu YG Entertainment, salah satu agensi ternama di Korea Selatan. Lalu akhirnya Psy setuju dan resmi bergabung dengan YG Entertainment. Pada bulan Oktober 2010, Psy kembali mengeluarkan album kelimanya yang bertajuk “Psy Five” dengan agensi barunya tersebut. Akan tetapi, album tersebut kembali menuai kontroversi dari lirik lagunya yang dianggap “cabul”. Pemerintah Korea mengambil contoh kalimat yang terdapat dalam lirik lagu tersebut yaitu “life is like toxic alcohol”, yang dianggap mengajarkan hal buruk bagi anak-anak muda. Hal ini membuat pihak Ministry of Gender Equality and Family memberikan stiker R19 yang berarti hanya untuk umur di atas 19 tahun (Psy’s “Right Now” gets banned by the Ministry of Gender Equality and Family, 2011, para.1).

29 Universitas Kristen Petra 4.1.2. PSY setelah Gangnam Style Pada tahun 2012 dengan persiapan sekitar 2 tahun, Psy mengeluarkan album keenamnya yang berjudul “Psy’s Best 6th Part 1” dengan lagu hits-nya yaitu Gangnam Style, membuat karirnya semakin meroket (Lee Na Rae, 2012, p.5). Video musik Gangnam Style ini pertama kali dirilis pada tanggal 15 Juli 2012 di situs YouTube. Kesuksesan Psy dengan lagunya tersebut membuat Guinness World Record menobatkan Gangnam Style menjadi video paling banyak disukai sepanjang sejarah YouTube pada 20 September 2012 (‘Gangnam Style’ Masuk Buku Rekor Dunia, 2012, para.2). Tidak hanya sampai di situ, Psy juga menjadi penyanyi Korea pertama yang berhasil menduduki ranking nomer 1 dalam U.S. iTunes chart (Psy reaches #1 on the U.S. iTunes Chart!, 2012, para.1). Dalam chart musik di Korea, yaitu pada salah satu acara musik mingguan “KBS Music Bank” ia berhasil menjadi pemenang 10 kali berturut-turut mengalahkan rekor Girls’ Generation, bahkan ketika dia sudah tidak lagi mempromosikan lagunya secara langsung di Korea (Psy’s “Gangnam Style” breaks Girls’ Generation’s “Gee” consecutive win record on ‘Music Bank’, 2012, para.3). Girls’ Generation sendiri merupakan sebuah girlband K-Pop dari agensi SM Entertainment, salah satu agensi entertainment terbesar di Korea Selatan. Girlband ini telah debut sejak tahun 2007 yang beranggotakan 9 orang (Korean Culture and Information Service, 2011b, p.74). Tujuan dari lagu Gangnam Style ini, awalnya hanya karena ia ingin dipanggil “oppa” atau artinya kakak laki-laki atau pacar, yang memiliki gaya hidup orang Korea Selatan, khususnya daerah Gangnam. Ia ingin menunjukkan bagaimana fenomena gaya hidup orang-orang Gangnam di Korea Selatan. Korea Selatan sendiri adalah negara Asia yang mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Dengan peningkatan standar hidup di sana, mempengaruhi sebagian gaya hidup masyarakat. Sebagian dari mereka akan bergaya hidup mewah, dan sebagian akan mulai menghabiskan uang memburu barang mewah, hingga berani menggali lubang tutup lubang untuk tidak kehilangan statusnya atau dipandang rendah (Demae, 2012, p.27-28). Dalam lagu ini, Psy ingin menyinggung gaya hidup materialisme yang melanda Korea Selatan, tetapi lagu ini secara tidak langsung juga tidak hanya ditujukan bagi Korea Selatan,

30 Universitas Kristen Petra melainkan ke berbagai negara yang juga mengalami hal yang sama (Demae, 2012, p.36). Salah satu contohnya, yaitu di Korea Selatan, ada sebuah lelucon mengenai kehidupan wanita yang dinamakan “Deonjangnyeo” yang berarti wanita kecap asin. Lelucon ini menggambarkan wanita yang rela memakan ramen (mie bungkus instan) murah seharga belasan ribu rupiah di Korea Selatan, tetapi selalu menikmati kopi mahal seperti Starbucks, dan lain-lain yang harganya berkali-kali lipat lebih mahal. Hal ini mengapa di Korea Selatan, terdapat kedai kopi yang terlihat di mana-mana (Demae, 2012, p.35). Selain itu, Psy sendiri juga kerap kali mengatakan bahwa lagu ini menceritakan bahwa pria dan wanita yang terhormat pada siang hari, tapi menjadi liar di malam hari. Maksud dari perkataan Psy tersebut adalah bahwa tidak selamanya dan tidak semua orang yang berpenampilan klasik, rapi, dan berkelas tersebut juga bertingkah laku sesuai penampilannya. Mereka bisa lebih liar dan bertingkah laku tidak berkelas seperti yang dilakukan Psy dalam video musiknya tersebut (Demae, 2012, p.35). Ia menceritakan kehidupan Gangnam yang ternyata tidak begitu luar biasa seperti yang dibayangkan oleh orang-orang yang sangat ingin masuk dalam wilayah mewah tersebut. Hal ini seperti konsep yang ia gunakan yaitu “dress classy and dance cheesy” yang berarti berdandan atau berpenampilan kasual dan rapi, tetapi menari dengan gila atau dengan tarian yang rendahan. Kritik yang dilakukan Psy terhadap masyarakat bukan pekerjaan yang mudah, dan dalam lagu ini, Psy melakukannya dengan kasual dan tarian yang lucu, sehingga terlihat bahwa masyarakat tidak sepenuhnya menyadari sindiran tersebut. Psy adalah dari buah kerja keras dan pantang menyerah, di mana ia berhasil mendobrak paradigma, yaitu pandangan bahwa musisi Korea pasti memiliki fisik sempurna (Demae, 2012, p.90). Hal ini ia buktikan dari undangan dan jadwal yang padat datang padanya, seperti menjadi bintang tamu di The Ellen DeGeneres Show, X-Factor Australia, MTV Video Music Awards, menjadi bintang tamu di konser Madonna, membintangi iklan sebuah produk di Amerika, melakukan duet dengan MC Hammer sebagai penutupan acara American Music Awards 2012, dan masih banyak lagi acara lain bertaraf nasional maupun internasional (PSY & MC Hammer Remix 'Gangnam Style' at AMAs 2012, 2012, para.1-3). Hal ini sebelumnya tidak dialami oleh artis K-Pop lainnya. Selain itu,

31 Universitas Kristen Petra setelah meledaknya Gangnam Style di Amerika, pihak konsulat Amerika Serikat memberikannya “0-1 visa”. Hal spesial dari visa ini adalah ditujukan bagi non imigran dan hanya diberikan pada individu dengan kemampuan luar biasa dalam ilmu pengetahuan, seni, pendidikan, bisnis, atau atletik, atau yang memiliki catatan prestasi luar biasa di film atau industri televisi, dan prestasi tersebut telah diakui secara nasional atau internasional. Salah satu bintang terkenal yang mendapat visa ini adalah David Beckham (Psy receives 'O Visa' for his stay in the U.S, 2012, para.1,4).

4.2. Gambaran Distrik Gangnam Gangnam merupakan distrik terbesar ketiga dengan luas 6,53% dari di kota Seoul, Korea Selatan (Demae, 2012, p,138). Gangnam sendiri memiliki arti “South of Han River” atau bagian selatan dari sungai Han (Yim Seung Hye & Park Eun Jee, 2012, para.1). Sungai Han sendiri merupakan sungai terpanjang keempat di semenanjung Korea, yang dikenal sebagai jalur kehidupan utama Seoul serta Korea dan rakyat Korea (Shin Jung-il, 2004, para.1). Pada perhitungan sensus penduduk pada tahun 2010, distrik Gangnam memiliki penghuni sekitar 527.641 penduduk (Demae, 2012, p,138). Awalnya, sejak terjadi perang saudara antara Korea Selatan dan Korea Utara pada tahun 1950-1953, hampir seluruh daerah Korea Selatan mengalami kehancuran. Lalu Korea Selatan mulai membangun kembali daerahnya dengan perkembangan cukup pesat. Proses pembangunan tersebut dibantu oleh negara- negara Barat, khususnya Amerika Serikat. Hal ini berujung hingga Korea Selatan dan Amerika serikat membuat perjanjian tentang perlindungan bilateral dalam rangka menuntaskan infiltrasi militer dari musuh (Sejarah Korea, 1995, p.208). Dengan perjanjian tersebut, Amerika kemudian membangun pusat militer di Korea Selatan yang masih ada hingga sekarang (Sarwono, 2012, para.6). Salah satu daerah di Korea Selatan yang juga hancur akibat perang adalah Distrik Gangnam. Distrik ini sendiri, sejak terjadinya perang hanya merupakan wilayah yang tidak lebih besar dari persawahan (Yim Seung Hye & Park Eun Jee, 2012, para.3). Gangnam lalu mulai direncanakan dan dibangun oleh pemerintah Korea Selatan menjadi pusat “new money” sejak tahun 1970-an. Sejak saat itu,

32 Universitas Kristen Petra Gangnam menjadi pusat kota yang paling maju di Seoul (Yim Seung Hye & Park Eun Jee, 2012, para.24). Perkembangan dalam pembangunan Gangnam berjalan pesat, dan menjadi ikon ekonomi maju dan tinggi di sekitar sungai Han. Dengan tingginya perekonomian di Gangnam, mengakibatkan harga komoditas juga meningkat, seperti harga rumah yang meningkat dengan pesat, serta mulai dibangun kawasan apartemen dan gedung-gedung besar di sekitar Gangnam (Yim Seung Hye & Park Eun Jee, 2012, para.35-37). Hal ini ditunjukkan dengan harga apartemen atau lingkungan perumahan di Gangnam yang mencapai sekitar US$716.000 per unit (Demae, 2012, p.138). Gangnam sebagai pusat ekonomi tertinggi di Korea Selatan, memiliki visi distriknya, yaitu adalah memberikan kebahagiaan pada masyarakatnya seperti kehidupan ekonomi yang memadai dalam edukasi, lingkungan, budaya, dan transportasi, serta menjadi global dalam bisnis internasional (Vision of Gangnam, n.d., para.1-2). Hal ini seperti yang telah dijelaskan di atas, pemerintah membangun gedung-gedung besar di Gangnam untuk menjalankan visi distrik ini. Gangnam saat ini telah dikelilingi oleh pusat perbelanjaan dan hiburan, bar dan klub, serta beberapa restoran yang melayani pengunjung selama 24 jam penuh (Demae, 2012, p.135). Selain itu, terdapat gedung Samsung, Hyundai, dua kantor menejemen artis terbesar di Korea yaitu SM Entertainment dan JYP Entertainment (Demae, 2012, p.145). Tidak ketinggalan terdapat pula sekitar 300 klinik operasi plastik terkenal, dan gedung COEX, gedung eksebisi terbesar di Korea Selatan (Lee Na Rae, 2012, p.10). Dalam gedung COEX terdapat tempat hiburan gedung akuarium yang memiliki kurang lebih 40.000 hewan air (Gangnam’s Style, n.d., para.7), mall, beberapa hall untuk disewakan, museum kimchi, beberapa ruang konferensi, dan Megabox Cineplex, bioskop terbesar di Asia yang memiliki 16 gedung teater dan teater 3D (COEX official website, n.d.). Distrik ini juga dihiasi dengan kompleks apartemen-apartemen kelas tinggi, butik- butik dari designer terkenal seperti Louis Vuitton, Gucci, Cartier, dan Prada. Para penghuni di distrik Gangnam ini adalah orang kaya baru, selebriti papan atas, politikus kaya, maupun keturunan orang kaya atau dalam bahasa Korea disebut chebol (Lee Na Rae, 2012, p.10).

33 Universitas Kristen Petra 4.3. Temuan dan Analisis Data Dari data-data yang telah dikumpulkan, peneliti akan menganalisis dengan membagi data-data tersebut dalam tiga kategori, yaitu dari segi visual, verbal, dan nonverbal. Analisis yang dilakukan berdasarkan triangulasi data dan teori. Secara triangulasi data, peneliti akan menganalisis data dari penampilan Psy di video musik, acara televisi, berita di media cetak dan online, iklan, dan pendapat penggemar. Dari data yang ada, akan dianalisis untuk melihat image yang dikonstruksi dan ditampilkan oleh Psy di media-media tersebut. Sedangkan triangulasi teori digunakan untuk membandingkan temuan data tersebut dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini. 4.3.1. Visual Kata visual memiliki arti kelihatan, atau dapat dilihat (Wojowasito, 2007, p.272). Unsur-unsur dalam visual adalah bagaimana seseorang tampil atau menunjukkan dirinya, dan tampilan dirinya dalam foto atau gambar (McDonald, 2000, p.94).

4.3.1.1. Kostum

Gambar 4.1a Kostum Psy dalam video musik Gangnam Style Sumber: Video musik Gangnam Style (2012)

34 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.1b Kostum Psy dalam iklan Pistachios Super Bowl 2013 Sumber: PSY Super Bowl 2013 Ad: Wonderful Pistachios Get Crackin (2013)

Gambar 4.1c Kostum Psy di saat interview di acara VH1 Morning Buzz Sumber: VH1 Morning Buzz Live with Carrie Keagan and Jason Dundas (2012)

Gambar 4.1d Kostum Psy di acara talk show Today Toyota Concert Sumber: Today Toyota Concert Series (2012)

35 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.1e Kostum Psy di acara variety show Saturday Night Show Sumber: Saturday Night Show (2012)

Dari data-data yang ditemukan oleh peneliti, terdapat beberapa hal yang konsisten ditemukan pada diri Psy saat tampil di berbagai media. Pertama, dari cara berpakaian seperti yang terlihat pada gambar 4.1, Psy mengenakan setelan tuxedo (baju hem, celana kain, sepatu pantofel, jas berkancing satu) dan dasi kupu-kupu yang telah diikat (bow tie) atau dasi kupu-kupu yang tidak diikat dan dibiarkan jatuh dibagian dada. Kostum ini kerap digunakan oleh Psy saat ia tampil di berbagai media. Seperti yang terlihat pada gambar 4.1, Psy mengenakan kostum yang serupa saat tampil di media, contohnya yaitu saat ia tampil di video musik seperti dalam gambar 4.1a, di media televisi seperti talk show, variety show, interview, dan iklan seperti yang dapat di lihat pada gambar 4.1b hingga 4.1e. Hal ini menunjukkan juga image dari segi visual yang dibangun oleh Psy seperti yang dikatakan oleh Dyer (dalam McDonald, 2000, p.14) bahwa citra seorang bintang merupakan kumpulan makna dari berbagai media di mana bintang tersebut berada. Jika dilihat dari antara penyanyi K-Pop, ada beberapa yang memakai pakaian seperti Psy, tetapi penampilan tersebut hanya pada beberapa tempat, seperti pada acara formal. Penampilan seorang artis Korea dengan pasangan tuxedo dan bow tie jarang terlihat untuk sebuah tren fashion yang digunakan. Dalam kehidupan sehari-hari di Korea Selatan sendiri, orang yang memakai jas (tuxedo) diartikan sebagai orang yang siap terjun ke masyarakat. Maksudnya di sini adalah orang Korea melihat tuxedo sebagai pakaian bangsawan dan militer sejak zaman dahulu, dan orang yang memakainya dianggap akan dapat memimpin

36 Universitas Kristen Petra dunia atau memiliki peran penting dalam kehidupan sosialnya (Kim Mi Kyung, 2013, p.130). Secara umum, penggunanan tuxedo dengan aksesoris berupa bow tie dipakai pada acara formal (History of Bow Ties, 2010, para.1). Bow tie berasal dari Kroasia, yang merupakan evolusi dari bagian kerah yang digunakan untuk menutupi bagian leher. Dulunya para arsitek pada tahun 1800-an, merasa pekerjaan mereka sangat merepotkan, sehingga memilih pakaian bekerja dengan dasi kupu-kupu atau bow tie, agar saat bekerja dasi tersebut tidak akan mengganggu dan terkena tinta seperti dasi panjang (Dasi Kupu-Kupu untuk Acara Formal, n.d., para.3). Penggunaan bow tie dengan tuxedo (setelan hem, jas, celana kain dan sepatu pantofel) merupakan pasangan yang telah lahir sejak pertengahan tahun 1800an seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Pemilihan bow tie dengan tuxedo menunjukkan sebuah pesan sedang memperingati sesuatu yang istimewa seperti pada acara formal. Hal ini dalam konteks bahwa kostum tersebut digunakan saat menghadiri acara prom dan acara formal lainnya (Amstrong, n.d., para.1,4). Kemudian, pada tahun 1970-an, bow tie mulai diasosiasikan dengan orang-orang “kutu buku”. Sehingga, beberapa komedian Amerika mulai menjadikan bow tie sebagai bahan lelucon pada pemakainya. Contohnya adalah pemaknaan label bow tie sebagai kutu buku yang diperankan dalam sebuah karakter oleh komedian Jerry Lewis (Anderson, 1991). Jerry Lewis sendiri adalah seorang komedian Amerika, aktor, penyanyi, produser film, penulis naskah, dan film director kelahiran tahun 1926. Lewis terkenal dengan image-nya yaitu “slapstick humor” atau lelucon yang kasar di berbagai film, acara televisi, panggung, dan radio di mana ia tampil. Walau dengan image tersebut, ia mencapai kesuksesannya, contohnya pada salah satu acara serian komedi milik Paramount Pictures (Jerry Lewis Biography, n.d.). Lepas dari label tersebut, bow tie sendiri sempat dan masih menjadi sebuah tren fashion di Amerika yang dipakai oleh beberapa selebriti internasional. Sebelumnya, bow tie digunakan untuk acara formal dan menunjukkan kesan berpenampilan klasik dengan warna hitam polos. Tetapi, dengan semakin berkembangnya tren fashion, bow tie digunakan sebagai tren fashion dengan berbagai warna dan motif (Fact: Bowties are Sexy, 2013, para.1-3).

37 Universitas Kristen Petra Juanita Ecker (2011), seorang profesional dalam bidang image management, menuliskan bahwa banyak pria yang bertanya kepadanya mengenai pemakaian bow tie untuk bidang bisnis. Ecker menemukan tiap bagian daerah bisa memaknai bow tie dengan berbeda-beda. Ia menuliskan bahwa di Amerika bagian Selatan, pemakaian bow tie dengan setelan (tuxedo) dalam dunia bisnis atau perkantoran sangat diterima dengan baik. Berbeda dengan keadaan di Amerika Utara, pria yang memakai bow tie dan tuxedo untuk bekerja diberikan label sebagai orang yang tidak kredibel atau eksentrik. Ecker juga memberikan contoh yang terdapat dalam film “Mad Men”, terdapat 2 pria yang bekerja dengan memakai bow tie, yaitu Bert Cooper dan Harry Crane. Kedua karakter ini digambarkan unik, seperti Bert yang sering berjalan tanpa menggunakan sepatu, dan Harry yang kurang ambisius. Selain itu, 2 karakter tersebut juga digambarkan memiliki kekuasaan yang rendah dibandingkan Don Draper dan Roger Sterling, yang memakai dasi panjang biasa saat bekerja. Hal ini menunjukkan karakter pemakai bow tie dibentuk pula dari media.

Gambar 4.2 Tren fashion Korea Selatan Sumber: What do You know about Korean Fashion? (2010)

Jika melihat penampilan selebriti di Amerika, tidak jarang terlihat yang memakai bow tie. Tetapi di Korea berbeda, dan sangat jarang terlihat yang memakai bow tie dan tuxedo sebagai sebuah tren fashion. Belakangan ini, baru Psy yang selalu mengenakan bow tie dengan tuxedo ke berbagai teks media sebagai sebuah fashion. McDonald (2000, p.6) menuliskan bahwa bintang

38 Universitas Kristen Petra dikonstruksikan dengan tujuan yang berbeda-beda. Dalam hal ini, Psy sebagai seorang bintang K-Pop, dikonstruksikan berbeda dengan artis K-Pop lain dari segi penampilannya. Dari cara berpakaiannya ini, tidak lazim sebagai fashion di K-Pop, tetapi Psy kerap memakai kostum ini sebagai fashion-nya. Fashion di Korea Selatan sendiri cenderung berasal dari designer lokal Korea yang telah memiliki brand tertentu. Para designer ini, membuat baju salah satunya dengan mengambil sentuhan-sentuhan khas dari budaya Korea sendiri dan berniat untuk memasarkannya secara global (Lee Seung Ah, 2012, para.4-5). Fashion Korea juga memiliki ciri khas yang membuatnya terlihat beda, di mana terdapat kombinasi beberapa warna yang terang dan berani, yang biasanya dihindari dalam sebuah fashion, seperti yang dapat dilihat pada gambar 4.2 (p.38). Selain itu, juga terdapat kombinasi aksesoris fashion lain yang dijadikan sebuah fashion baru (What do You know about Korean Fashion?, 2010, para.3-5,10).

Gambar 4.3 Cara berpakaian Sumber: Huh Gak Photo (2011)

Contoh penyanyi K-Pop lain yang berpenampilan sama dengan Psy adalah Huh Gak. Huh Gak adalah penyanyi solo K-Pop yang debut sejak 4 November 2010. Ia adalah pemenang dari ajang lomba bernyanyi di Korea yaitu “ Challange” season kedua pada tahun 2010. Huh Gak merupakan pria kelahiran Januari 1985 yang terkenal dengan genre lagu ballad atau lagu-lagu slow. Untuk segi penampilan Huh Gak, pada mini album pertama, ia memilih kostum hem putih yang ditutup dengan blazer hitam, celana kain hitam polos, dan dasi kupu- kupu. Tetapi ia tidak mengenakan sepatu pantofel, melainkan sepatu olahraga.

39 Universitas Kristen Petra Cara berpakaian Huh Gak seperti ini hanya untuk albumnya yang bertema first story, di mana ia ingin berpenampilan klasik dengan setelan tuxedo tetapi tidak begitu formal dengan sentuhan sepatu olahraga. Tetapi, hal ini tidak dijadikan fashion sebagai Huh Gak seperti yang dilakukan oleh Psy, di mana ketika ia tampil secara live pada salah satu program musik di Korea, dasi yang ia gunakan bukanlah dasi kupu-kupu, melainkan dasi panjang yang diikat rapi. Seperti yang terlihat pada gambar 4.3 (p.39), Huh Gak mengenakan bow tie berwarna biru, bukannya hitam atau putih seperti yang umumnya digunakan saat dipasangkan dengan tuxedo. Dengan berkembangnya fashion, dapat ditemukan bow tie dengan berbagai macam warna dan motif yang dipadukan dengan tuxedo, atau bahkan pakaian lainnya (What Color Bow Tie, 2010, para.1). Terdapat dua kategori warna bow tie seperti yang dituliskan dalam Bows ‘N Ties, website online shop yang menjual segala macam warna, motif, dan ukuran bow tie. Pertama adalah kategori yang paling populer “the classic” yaitu warna hitam, putih, dan silver yang biasanya dipakai dengan tuxedo hitam klasik untuk menunjukkan kesan elegan. Sedangkan yang kedua adalah kategori “bright colors” yaitu seperti warna merah, kuning, dan hijau. Kategori ini dipercaya semakin terang warnanya akan semakin menunjukkan kesan “formal” dalam berpakaian (What Color Bow Tie, 2010, par.2-3).

Gambar 4.4 Psy memakai tuxedo hitam dan bow tie biru Sumber: Psy Photo (2011)

40 Universitas Kristen Petra Dalam penampilan Psy dengan bow tie, ia juga menyesuaikan pemilihan warnanya dengan warna tuxedo yang ia kenakan. Biasanya Psy dominan menggunakan bow tie berwarna hitam, tetapi beberapa kali ia bereksperimen dengan memakai bow tie yang berwarna. Seperti pada gambar 4.3, Psy mengenakan tuxedo hitam dengan bow tie berwarna biru. Tidak hanya itu, Psy juga pernah memakai bow tie berwarna merah yang dipadukan dengan tuxedo merah, bow tie berwarna emas mengkilap, serta bow tie berwarna abu-abu. Sesuai dengan pemaknaan kategori warna bow tie di atas, Psy termasuk dalam kategori penampilan yang klasik tetapi juga modern dengan sentuhan warna-warna terang agar tidak terkesan terlalu formal. Hal ini mendukung konsepnya yang kerap kali ia lontarkan yaitu “dress classy”. Richard Dyer (dalam McDonald, 2000, p.94) menuliskan bahwa seorang bintang selalu mempunyai “Star Vehicle” untuk menampilkan pesona bintang mereka dalam karakter tertentu. “Star Vehicle” tersebut meliputi bagaimana bintang berpenampilan dalam cara berpakaian, sikap atau tingkah laku, serta kondisi di mana mereka berasosiasi atau berhubungan dengan orang lain, gaya visual yang ditunjukkan, dan peran mereka dalam sebuah cerita atau fungsi bintang dalam pola simbolik sebuah film. Dari segi kostum ini, Psy menunjukkan “Star Vehicle”-nya dari cara berpakaian untuk membentuk sebuah karakter yang membedakan ia dengan artis K-Pop lain.

Gambar 4.5 Fashion style masyarakat Korea yang sedang berjalan-jalan di pusat perbelanjaan di Gangnam Sumber: Real Gangnam style in Seoul, South Korea (2012)

41 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.6 Fashion style anggota girlband Girls’ Generation di pusat perbelanjaan di Gangnam Sumber: SNSD at Star1 Magazine July Issue (2012)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tuxedo dan bow tie kerap dikatakan sebagai pakaian formal (fashion formal), begitu pula yang terjadi di Korea Selatan dengan tren fashion yang lebih kasual dan memiliki kombinasi beberapa warna seperti yang terlihat pada gambar 4.5 dan 4.6. Dari sini, Psy ingin menyinggung orang-orang yang berkelas dengan karakternya tersebut, khususnya di daerah Gangnam termasuk artis-artis K-Pop yang mendambakan penampilan visual sebagai peran penting dalam citra diri, salah satunya dari segi tren fashion seperti pada gambar 4.5 dan 4.6 (p.41-42).

(a) (b) Gambar 4.7 Psy tidak memakai kacamata (a) dan memakai kacamata (b) di acara NBC Betty White’s Off Their Rockers Sumber: NBC Betty White’s Off Their Rockers (2013)

42 Universitas Kristen Petra Lepas dari fakta di atas di mana Psy lekat dengan tuxedo dan bow tie, ia juga memiliki ciri khas dari penampilan yang memakai kaca mata hitam. Dyer (dalam McDonald, 2000, p.14) mengatakan bahwa image seorang bintang dapat digunakan untuk keuntungan pasar. Sama dengan halnya dalam kasus penelitian ini, Psy sebagai seorang star, menjual image-nya dari segi kostum. Pakaian ini melekat pada image Psy yang ia jual melalui media agar dikenal oleh publik dengan ciri khasnya tersebut. Terbukti dari sebuah wawancara di NBC Today Concert, Psy mengakui melekatnya kostum ini pada image-nya membuat orang- orang kurang, bahkan tidak mengenalinya, ketika ia tidak memakai kaca matanya (NBC Today official website, 14 September 2012). Begitu pula saat Psy tampil di NBC Betty White’s Off Their Rockers Season 2 Episode 201, ia memerankan peran sebagai Psy yang diundang oleh Betty untuk mengajarkan tarian kuda Gangnam Style. Tetapi, teman-teman Betty tidak mengenal Psy karena tidak memakai kacamata, dan tidak percaya bahwa dia adalah Psy, penyanyi Gangnam Style. Lalu, setelah Psy memakai kaca mata, mereka percaya dan mengenalinya (NBC official website, 1 Agustus 2013). Kacamata sebagai salah satu pendamping dalam berpenampilan juga memiliki sejarahnya sendiri. Awal sejarah kacamata dimulai dengan Nero, kaisar Roma yang suka mendandani kudanya dengan pakaian manusia, berjalan-jalan keliling kota pada malam hari sambil bernyanyi dan menari. Ia juga menonton pertunjukkan dengan memegang sebuah batu permata cekung dan berwarna di depan matanya. Hal ini membuat orang-orang percaya bahwa Nero memiliki mata minus. Dengan batu tersebut membuat ia melihat dengan lebih baik (Wulffson, 2000, p.19). Penggunaan kacamata seperti yang dikenakan seperti sekarang ini, dipercaya dipakai oleh orang-orang Cina untuk pertama kalinya. Kacamata yang digunakan tersebut tidak difungsikan sebagai alat bantu penglihatan, tetapi mereka percaya hal tersebut dapat membawa keberuntungan. Selain itu mereka juga percaya memakai kacamata dapat membuat mereka terlihat seperti orang penting dan terlihat menarik (Wulffson, 2000, p.20-21). Setelah Cina, Eropa mulai menggunakannya sekitar abad ke-13. Tetapi tidak seperti orang Cina, orang Eropa menggunakannya untuk membantu mereka melihat dengan lebih baik. Kemudian

43 Universitas Kristen Petra kacamata terus dikembangkan, dan Amerika berhasil menyempurnakan lensa kacamata untuk meningkatkan kemampuan melihat (Wulffson, 2000, p.22-23).

Gambar 4.8 Elle Macpherson dengan model kacamata aviator-nya Sumber: Griffin, Bauer (2010)

Dengan semakin berkembangnya kacamata, muncul berbagai tipe kacamata, salah satunya adalah kacamata yang berlensa hitam. Kacamata hitam ini dibuat untuk melindungi mata dari sinar matahari (Widiyani, 2013, para.1). Selama abad ke-20, kacamata hitam (sunglasses) muncul dan menjadi simbol orang-orang kaya, terkenal, keren, dan memiliki kegilaan terhadap suatu hal. Hal ini dikarenakan, pada era saat jet sedang mulai tenar, hanya hanya orang-orang kaya atau selebriti yang mampu menaiki jet tersebut, dan menggunakan kacamata hitam. Para selebriti yang memakai kacamata ini sengaja untuk seolah-olah menjaga privasi mereka. Kacamata hitam ini memiliki arti seperti seorang selebriti yang tidak dikenal oleh masyarakat tanpa menggunakannya. Contohnya yaitu Elle “aviator” Marcpherson seperti yang terlihat pada gambar 4.8 di atas. Di mana Elle Marcpherson adalah seorang super model itu yang terkenal dengan model kacamata hitam aviator-nya tersebut (Freeman, 2009, p.219).

44 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.9 Model frame kacamata hitam Sumber: Guide to Sunglasses Styles (n.d.)

Penggunaan kacamata hitam sendiri juga memiliki model-model frame dan warna yang bermacam-macam. Secara umum, model frame kacamata hitam (sunglasses) ada sembilan model seperti yang dapat dilihat pada gambar 4.9 di atas, yaitu aviator, wayfarer, round, cat eye, sport, shield, oversized, clubmaster, dan novelty (Guide to Sunglass Styles, n.d.). Tiap frame kacamata hitam ini awalnya dipakai dengan tujuan dan fungsinya masing-masing. Contohnya, frame aviator, yang memiliki lensa kaca yang lebar dan dibuat untuk menghindari sinar matahari dari berbagai sisi. Hal ini mengapa frame aviator ini dipakai oleh para pilot atau orang yang menerbangkan pesawat pada siang hari (Guide to Sunglass Styles, n.d., para.2). Freeman menuliskan dalam bukunya yaitu The Meaning of Sunglasses: And a Guide to Almost All Things Fashionable, bahwa kacamata hitam dengan frame yang bergambar dan berwarna hanya terlihat bagus dan tepat bagi mereka yang ingin menunjukkan image sebagai “a bit wacky” atau sedikit tidak masuk akal atau aneh (2009, p.223). Selain itu, ia juga menambahkan bahwa kacamata hitam dengan frame berwarna pernah menjadi simbol selebriti yang memiliki cita- cita untuk mendapatkan status inkonvensional atau tidak lazim (2009, p.224).

45 Universitas Kristen Petra

(a) (b) (c)

Gambar 4.10 Beberapa penampilan Psy dengan kacamata hitamnya Sumber: (a) Video musik Gangnam Style (2011) (b) Video musik Gangnam Style (2011) (c) Video musik Gentlement (2013)

Psy di sini juga merupakan seorang selebriti yang dikenal dengan penampilannya dengan setelan tuxedo, bow tie, serta kacamata hitamnya tersebut. Seperti yang telah dijelaskan di atas, ketika Psy tidak mengenakan kacamata, orang-orang disekitarnya tidak percaya bahwa ia adalah Psy, tetapi ketika ia memakainya, mereka percaya bahwa ia memang Psy. Hal ini menunjukkan adanya identitas Psy yang melekat dengan kacamata hitam, seperti halnya Elle Macpherson yang akrab dikenal dengan kacamata aviator-nya. Psy sendiri menggunakan kacamata hitam dengan berbeda-beda model (frame) dan warna frame. Pada gambar 4.10 di atas, Psy mengenakan beberapa model kacamata hitam yang berbeda saat tampil di media. Pada gambar 4.10a dan 4.10b, Psy mengenakan kacamata hitam model wayfarer, hanya saja pada gambar 4.10a frame kacamata tersebut berwarna hitam polos, sedangkan pada gambar 4.10b, frame-nya bermotif macan tutul dan berwarna coklat pastel (mocha). Lalu pada gambar 4.10c, Psy mengenakan kacamata hitam dengan frame round berwarna putih. Kacamata hitam wayfarer sendiri telah ada dan menjadi tren pertama kali pada tahun 1960-an bagi para pria era itu. Pada tahun 1960-an tersebut, Bob Dylan merupakan selebriti yang terkenal dengan kacamata hitam wayfarer (The History of Sunglasses: The 1960s, n.d., para.6). Bob Dylan sendiri adalah seorang penyanyi dan penulis lagu yang memulai karir pada awal tahun 1960-an. Lagu- lagu yang ia buat dan nyanyikan terkenal memiliki konten mengenai masalah-

46 Universitas Kristen Petra masalah sosial, seperti perang dan hak-hak sipil (Bob Dylan: biography, n.d.). Sedangkan untuk kacamata hitam round, mulai tren pertama kali sejak akhir tahun 1960-an. Kacamata hitam round juga dikenal dengan istilah teashades, yang dulunya digunakan para penyanyi lagu rock untuk menutupi mata merah efek pemakaian obat-obatan (semacam narkoba). John Lennon, seorang penyanyi dan penulis lagu rock, merupakan selebriti yang mempopulerkan kacamata ini, dan sampai sekarang, orang-orang mengenal kacamata ini sebagai John Lennon teashades (About Us: The History of Round Sunglasses and Teashades, n.d., para.1-2). Penggunaan kacamata sebagai salah satu atribut dalam berpenampilan, telah dipopulerkan juga oleh Elton John. Elton John adalah seorang pianis, penyanyi solo, dan juga penulis lagu dari Amerika (Elton John: Biography, n.d., para.1-4). Elton John juga dikenal dengan artis yang memiliki banyak aksesoris kacamata. Pada sebuah artikel berita online menuliskan bahwa, ketika ia akan mengadakan konser di Brazil, ia meminta satu kamar lebih yang khusus untuk menyimpan koleksi kacamatanya (Bowater, 2013, para.1).

4.3.1.2. Bentuk Tubuh

Gambar 4.11 Bentuk tubuh Psy saat memparodikan single ladies di konsernya Sumber: Lloyd (2013)

47 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.12 Bentuk wajah “egg shape” Psy Sumber: Video Musik Gangnam Style (2012)

Dari segi visual Psy pada poin kedua, yaitu bentuk tubuh Psy yang stabil padat berisi atau gemuk dengan tinggi 170 cm dan berat 82 kg seperti yang terlihat dalam gambar 4.11 (Psy Net Worth, n.d.). Sedangkan bentuk wajahnya adalah bulat lonjong serupa telur atau di Korea disebut dengan istilah egg shape seperti yang terlihat dalam gambar 4.12 (How Korean Girls Like to Be Pretty ‘Korean Beauty Standards’, 2013, para.5). Sejak meluncurkan lagu Gangnam Style hingga saat ini mengeluarkan lagu terbarunya, bentuk tubuh Psy tidak berubah. Tidak terlihat adanya perubahan yang dikarenakan berolahraga atau melakukan diet pada tubuhnya. Sejak debut, Psy telah memiliki ciri khas badan yang gemuk dan penampilan yang berbeda dengan artis K-Pop lainnya. Bentuk tubuh Psy ini menjadi salah satu ciri khasnya yang masih dapat diterima, khususnya oleh Masyarakat Korea di antara fenomena artis K-Pop yang dihiasi penampilan “sempurna” (tubuh ideal, wajah menawan). Hal ini dibuktikan dengan kesuksesannya saat ini. Di Korea, agensi entertain membentuk sebuah idol yang diinginkan oleh pasaran media. Hal ini dilakukan saat calon idol melakukan training sebelum debut sebagai artis K-Pop. Selain latihan rutin yang lebih dari 10 jam per hari, artis K-Pop akan menjalani diet ketat dengan pengecekan berat setiap harinya. Hal ini menyebabkan para artis K-Pop selalu memperhatikan penampilan dan bentuk tubuh, salah satu alasannya karena tuntutan dari agensi mereka (Park Sun Young, 2010, para.9). Fakta ini merupakan salah satu budaya populer yang sudah terlihat seperti sebuah kebudayaan yang wajib di Korea

48 Universitas Kristen Petra Selatan. Hal ini seperti yang diungkapkan juga oleh Storey (2009, p.5-12) bahwa budaya populer disebut sebagai hasil produksi massa yang komersial, dan biasanya ditanamkan atau dicetuskan dari atasan orang yang memiliki power. Orang yang memiliki power dalam hal ini adalah agensi entertainment industri musik K-Pop tersebut, yang juga mengikuti standarisasi seorang artis K-Pop.

Gambar 4.13 Bentuk wajah “V-Line” Yonghwa, vokalis boyband CN BLUE Sumber: CNBLUE’s Jung Yong Hwa loses 8kg for comeback (2011)

Gambar 4.14 Bentuk tubuh berotot boyband 2PM Sumber: Members of 2PM share some secrets for their muscular bodies (2011)

Gambar 4.15 Bentuk tubuh Psy tanpa mengenakan baju di konsernya Sumber: Psy performs without his shirt at Seoul Plaza live (2012)

49 Universitas Kristen Petra Untuk menjadi seorang artis terkenal di Korea, ada standar tertentu yang perlu dipenuhi, yaitu memiliki tubuh ramping, berotot, tampan, cantik, dan tinggi (Demae, 2012, p.74). Kategori rata-rata tinggi wanita dan pria di Korea Selatan sesuai dengan rata-rata penduduk orang Korea adalah wanita dengan tinggi rata- rata 161,5 cm, dan pria dengan 174,5 cm (South Korea, n.d., para.3). Untuk berat badan ideal orang Korea Selatan, bagi wanita adalah 56,5 kg, sedangkan pria adalah 68,6 kg (Average Korean Now Overweight, 2009, para.2). Selain tinggi dan berat badan, kategori cantik bagi orang Korea adalah yang memiliki mata dengan double eyelid (populer sejak 10-20 tahun lalu), warna kulit putih, bentuk wajak “V-line” (bentuk wajah menyempit ke bawah membentuk huruf “V” dengan dagu yang tajam), serta ukuran kepala yang kecil (How Korean Girls Like to Be Pretty ‘Korean Beauty Standards’, 2013, para.3-6). Untuk bentuk tubuh, bagi wanita sesuai dengan rata-rata berat badan tersebut, diperlukan tubuh yang langsing. Sedangkan bagi pria, untuk disebut sebagai tampan juga perlu memiliki tubuh berotot (What Koreans Consider “Fat”, 2009, para.2). Contohnya adalah pada gambar 4.13 (p.46), yaitu Yonghwa anggota dari boyband CN BLUE yang memiliki bentuk wajah “V-line”, dan pada gambar 4.14 adalah foto boyband 2PM yang menunjukkan bentuk tubuh mereka berotot. Standarisasi K-pop yang ada ini merupakan sebuah budaya populer yang berlaku dan diikuti oleh masyarakatnya. Terutama bagi artis-artis K-Pop, mereka menjadi terpengaruh dengan konstruk industrialisasi budaya pop tersebut. Storey (2009, p.5-12) menuliskan bahwa budaya populer adalah budaya yang hanya muncul mengikuti industrialisasi. Dalam hal ini, ketika budaya pop di Korea menunjukkan bahwa penampilan fisik sempurna menjadi standar yang membawa keuntungan, kemudian industri musik Korea menjadikannya sebuah standarisasi untuk mencari keuntungan tersebut. Sepeti yang dituliskan juga oleh Strinati (2003, p.2) bahwa budaya populer sebagai kebudayaan, sebenarnya dibuat oleh orang-orang untuk kepentingan pribadi dan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Dari realita ini, terlihat pada gambar 4.15, di mana Psy tampil di konsernya dengan melepas atasan bajunya memenuhi janjinya kepada penggemarnya jika ia masuk posisi #1 dalam Billboard's "Hot 100”. Tetapi walau ia tidak menduduki posisi #1, ia tetap memenuhi janjinya kepada penggemarnya.

50 Universitas Kristen Petra Dari sini, Psy berani menunjukkan bentuk tubuhnya yang jauh berbeda dari kategori artis K-Pop seperti yang telah dijelaskan di atas di depan banyak penggemarnya. Dan pada konser tersebut, dituliskan bahwa sekitar lebih dari 70.000 orang yang datang pada konsernya (Psy performs without his shirt at Seoul Plaza live, 2012, para.1-2). Dari sini, Psy menunjukkan bahwa ia membentuk karakternya seperti itu untuk menyinggung orang-orang, khususnya artis K-Pop yang mengidam-idamkan bentuk badan seperti standarisasi K-Pop yang dikenal dan diikuti selama ini.

(a) (b) Gambar 4.16 Bentuk tubuh Huh Gak (a) dan 2BIC (b) Sumber: (a) Huh Gak Photo (2011) (b) 2BIC Photo (2012)

Melihat realita tersebut, Psy tidak termasuk dalam kategori tampan sebagai artis Korea dengan wajah bulat, mata sipit, dan bentuk tubuh yang gemuk (Demae, 2012, p.87). Penyanyi K-Pop selain Psy yang terkenal dengan badan besar memang jarang terlihat di Korea melihat kenyataan seperti yang telah penulis jelaskan di atas. Tetapi, sebenarnya selain Psy ada juga aktor, komedian, presenter, dan penyanyi yang memiliki tubuh mirip dengannya. Contoh penyanyi yang memiliki bentuk tubuh sama dengan Psy adalah group yang baru debut sejak Maret 2012 yaitu 2BIC dengan genre lagu R&B (gambar 4.16b). Group duo pria ini, memiliki badan besar, dan bisa dikatakan mirip dengan Psy, hanya saja dari usia, mereka lebih muda dibandingkan Psy. Selain itu, ada pula penyanyi solo Korea, yaitu Huh Gak (gambar 4.16a), yang memiliki badan cukup besar dengan

51 Universitas Kristen Petra berat 70 kg dan tinggi 163 cm. Bentuk badan Huh Gak ini tidak sebesar Psy, tetapi karena ia tidak tinggi, jadi tubuhnya terlihat besar untuk ukuran tingginya. Lepas dari kesamaan bentuk tubuh, karir 2BIC dan Huh Gak masih terkenal sebatas lingkungan Korea saja (Global Mnet Official Website, 2013). Selain itu, Huh Gak dan 2BIC juga masih tergolong dalam penyanyi baru jika dibandingkan dengan Psy yang telah menjalani karir musik di Korea selama 12 tahun. Hal ini dapat juga dikatakan bahwa setelah Psy, muncul penyanyi K-Pop lain dengan badan yang juga besar atau tidak ideal seperti yang telah dijelaskan peneliti di atas, dan dapat diterima oleh masyarakat serta industri musik Korea mengikuti jejak Psy. Seperti yang dituliskan oleh Burton bahwa bintang menghasilkan ikatan yang sangat penting antara media dan audiens (2008, p.129). Hal ini menunjukkan Psy sebagai seorang bintang mampu menunjukkan image-nya melalui media untuk membawa perubahan dalam budaya populer yang ada dalam K-Pop. Sehingga image dengan bentuk tubuh seperti Psy bisa mulai diterima oleh audiens sebagai bagian dari K-Pop. Terutama dapat di terima oleh K-Pop sendiri dalam standarisasi yang dimiliki oleh K-Pop tersebut. Tetapi hal ini tidak terjadi pada semua penyanyi K-Pop yang memiliki kesamaan bentuk fisik dengan Psy.

(a) (b) Gambar 4.17 Bentuk tubuh girlband Piggy Dolls Sumber: Piggy Dolls lost weight for a diet advertisement (2011)

Pada gambar 4.17a adalah foto sebuah girlband K-Pop yang bernama Piggy Dolls yang melakukan debutnya pertama kali dengan konsep “Super Heavy Idol” pada bulan Januari 2011 (Piggy Dolls debut on Music Bank with "Trend", 2011, para.1). Girlband ini terdiri dari Kim Min Sun (21 tahun), dengan berat 90 kg, Lee Ji Yeon (21 tahun) 72 kg, dan Park Ji Eun (18 tahun) 70 kg. Tetapi, album

52 Universitas Kristen Petra ini tidak berjalan dengan baik, di mana album ini dianggap tidak sukses oleh CEO dari girlband ini, karena konsep mereka sebagai idol dengan badan besar. Akibat dari ketidaksuksesan ini, mereka diwajibkan untuk melakukan diet ketat untuk album berikutnya oleh CEO mereka. Awalnya mereka menolak karena merasa bahwa hal tersebut tidak adil, dan mempertanyakan apakah untuk menjadi idol tidak boleh memiliki tubuh besar (Piggy Dolls reveal that they're being pressured to lose weight, 2011, para.1). Tetapi pada akhirnya, seperti pada gambar 4.17b, mereka berhasil menurunkan berat sebanyak total 52 kg untuk ketiga anggota tersebut (Piggy Dolls lost weight for a diet advertisement, 2011, para.1).

4.3.1.3. Model Rambut

Gambar 4.18 Model rambut Psy di acara MTV Video Music Awards 2012 Sumber: Psy at MTV VMA 2012: Show Highlights (2012)

Poin ketiga dari segi visual adalah dari model rambut Psy, yaitu konsisten dengan model rambut 2:8. Model ini dinamakan 2:8 karena model rambut ini memiliki belahan rambut sebanyak 20% ke sebelah kiri, dan 80% ke sebelah kanan, menggunakan gel rambut. Psy selalu menata model rambutnya sendiri, bahkan sejak ia berada di kelas 3 pada jenjang sekolah dasar (SD). Ia mengatakan bahwa ibunya membawa Psy ke salon dan ia senang ketika rambutnya ditata rapi. Sejak saat itu, Psy selalu merawat dan menata sendiri model rambutnya (Psy Had His 2:8 Hair Part Since He was in Elementary School, 2012, para.2,4). Untuk model 2:8 ini, Psy menggunakannya diberbagai penampilannya di teks media.

53 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.19 Penampilan di acara Mnet Asian Music Awards 2013 Sumber: Mnet Asian Music Awards (2013)

Untuk sebagian besar artis K-Pop, model rambut juga penting untuk menunjang penampilan mereka. Jika diperhatikan, artis K-Pop kerap menggunakan model rambut yang terdapat poni menutupi dahi. Jarang ditemukan artis K-Pop yang memakai model rambut 2:8 yang memperlihatkan bagian dahi mereka, bahkan ketika mendatangi acara formal. Contohnya adalah gambar 4.19 yaitu foto boyband Super Junior yang mendatangi acara formal Mnet Asian Music Awards 2013, mereka memakai tuxedo saat mendatangi acara formal, tetapi model rambutnya bervariasi dan tidak ada yang memakai model 2:8. Super Junior sendiri adalah boyband dari SM Entertainment bersama dengan Girls’ Generation. Super Junior memulai debutnya pada tahun 2005 (Korean Culture and Information Service, 2011b, p.74). Model rambut 2:8 ini, atau yang juga dikenal dengan istilah belahan rambut ke samping (side parting) mulai populer bagi para pria pada tahun 1940an hingga awal tahun 1960an. Model rambut ini lebih dikenal dengan istilah model rambut “Princeton” atau “Ivy League”. Untuk memakai gaya rambut ini, diperlukan juga tonik, minyak, atau wax (Sherrow, 2006, p.54). Istilah Princeton sendiri merupakan nama dari Universitas ternama dan tertua keempat di Amerika Serikat (About Princeton: Overview, 2013., para.1). Sedangkan Ivy League merupakan konferensi paling beragam antar universitas di Amerika dengan lebih dari 8.000 atlet yang bersaing setiap tahun (About The Ivy League, n.d., para.1). Model rambut dengan nama Princeton atau Ivy League ini populer dipakai oleh

54 Universitas Kristen Petra orang-orang dari universitas ternama tersebut pada tahun 1940-an hingga awal 1950-an (Sherrow, 2006, p.54). Sehingga model ini dikenal dengan model untuk orang-orang intelektual. Hal ini kemudian dibuat plesetan atau lelucon oleh komedian-komedian yang menyinggung para intelektual tersebut. Salah satu dari komedian yang memakai model rambut ini adalah Jerry Lewis (Hairstyles in the 1950s, n.d.).

Gambar 4.20 Komedian Amerika, Jerry Lewis dengan model rambut Ivy League Sumber: Jerry Lewis, 1950s, (n.d.)

Pada gambar 4.20 di atas, adalah foto Jerry Lewis pada tahun 1950an, ketika model rambut Princeton atau Ivy League sedang populer. Jerry Lewis sendiri merupakan seorang komedian Amerika, aktor, penyanyi, produser film, penulis naskah, dan film director, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Lewis juga terkenal dengan leluconnya yang kasar saat tampil di media. Selain ia memakai bow tie untuk menyindir orang-orang kutu buku, model rambutnya ini juga menjadi salah satu lelucon bagi orang-orang intelektual (kutu buku). Di mana, ketika Lewis dengan model rambutnya yang seperti orang-orang intelektual lain, tetapi bertingkah laku berbeda, yaitu tidak seperti mereka tetapi malah memberikan lelucon yang kasar.

55 Universitas Kristen Petra

(a) (b) Gambar 4.21 Model rambut “side parting” David Bechkam dan Justien Bieber Sumber: Trendy Men's Hair Styles with Side Parting (n.d.)

Lepas dari pemaknaan model rambut tersebut, model ini juga dipakai dalam film “Mad Men” yang dipublikasikan pada tahun 2007, di mana tokoh utamanya yaitu Don Draper memakai model rambut Princeton atau Ivy League ini. Film tersebut memiliki setting tahun 1960an, ketika model rambut ini mulai dikenal dan digunakan sebagai tren gaya rambut oleh para pria zaman itu (Mad Men, n.d, para.1). Setelah beberapa lama kemudian, model rambut ini baru kembali digunakan dan dipopulerkan sebagai tren gaya rambut. David Bechkam merupakan bintang pertama yang membawa model rambut ini kembali sebagai tren gaya rambut pria, seperti yang dapat dilihat pada gambar 4.21a (Trendy Men's Hair Styles with Side Parting, n.d., para.5). David Bechkam pertama memakai model rambut ini saat ia mendatangi acara pernikahan pangeran William dan Kate Middleton, dengan statusnya sebagai seorang ayah dari empat anak. Setelah model rambut ini populer, tidak sedikit para bintang dewasa maupun muda mencoba menggunakan model ini, salah satunya yaitu Justin Bieber pada usia 18 tahun. Ia menggunakan model rambut ini pada sebuah acara di malam hari untuk menunjukkan image dewasa seperti yang terlihat pada gambar 4.21b (Trendy Men's Hair Styles with Side Parting, n.d., para.5). Dari sini juga menunjukkan di mana model rambut ini merupakan model rambut yang sudah ada sejak tahun 1960-an dan termasuk model rambut “oldies” atau tua, yang kemudian kembali digunakan sebagai sebuah tren gaya rambut untuk segala usia.

56 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.22 Model rambut 2:8 Simon D Supreme Team pada acara Hot Brothers Sumber: Is Supreme Team’s Simon D already sporting a receding hairline? (2010)

Tidak jauh berbeda dengan stereotip model rambut tersebut di negara barat, yaitu terlihat dewasa, di Korea Selatan pun, model rambut 2:8 ini dipandang sebagai sesuatu yang formal dan tidak biasa digunakan untuk kaum remaja, atau lebih diperuntukan bagi orang dewasa atau orang tua. Karena menjadi hal yang tidak biasa digunakan tersebut, terkadang dalam beberapa konteks, model rambut ini dijadikan lelucon pada anak remaja yang menggunakannya. Contohnya adalah pada gambar 4.22, yaitu foto seorang penyanyi dari group duo rapper bernama Supreme Team, yaitu Simon D di sebuah variety show di Korea Selatan yang berjudul “Hot Brothers”. Dalam acara itu, ia menata model rambut 2:8 sebagai hukuman karena kalah di sebuah permainan, dan beberapa artis lain dalam acara itu menertawakannya, terutama karena dengan model rambut itu, membuat dahinya yang dianggap lebar terlihat jelas (Is Supreme Team’s Simon D already sporting a receding hairline?, 2010, para.2).

57 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.23 Model rambut 2:8 Jinwoon 2AM pada majalah Elle Girl Sumber: 2AM’s Jinwoon becomes a dapper gentleman for ‘Elle Girl’ (2011)

Lepas dari gaya rambut berponi yang kerap kali dipilih oleh artis K-Pop dan stereotip model rambut ini di Korea Selatan, beberapa dari artis K-Pop juga menata rambut mereka dengan model 2:8 untuk photo shoot session seperti untuk majalah yang dipadukan dengan setelan tuxedo atau dengan baju yang sedang tren. Dari realita ini, terlihat bahwa model rambut 2:8 ini mulai di terima dalam K-Pop sebagai sebuah fashion yang bisa digunakan oleh anak muda. Contohnya saat anggota dari boyband 2AM yaitu Jinwoon (22 tahun) berpose untuk majalah Elle Girl dengan model 2:8, dipercaya memberi kesan strong dan rapi untuk image- nya (2AM’s Jinwoon becomes a dapper gentleman for ‘Elle Girl’. 2011, para.1).

Gambar 4.24 Model rambut 2:8 boyband Teen Top pada majalah Ceci Sumber: Teen Top catches attention with 2:8 hairstyle (2012)

58 Universitas Kristen Petra Selain itu, ada juga boyband remaja yang baru debut sejak Juli 2010 bernama Teen Top, juga menata rambut mereka dengan model 2:8 untuk majalah Ceci, majalah mengenai fashion dari bintang-bintang Korea. Boyband ini merupakan boyband remaja yang rata-rata kelahiran tahun 1992-1995. Dalam foto untuk cover majalah Ceci ini, model rambut 2:8 dipadukan dengan pakaian kasual, dan disebutkan dapat menunjukkan image maskulin sebagai seorang pria (Teen Top catches attention with 2:8 hairstyle, 2012, para.3). Kedua contoh tersebut terdapat kecenderungan merupakan efek dari fashion yang dipopulerkan oleh Psy. Seperti yang dikatakan oleh Paul McDonald (2000, p.5) bahwa peran seorang bintang dalam industrinya tidak hanya saat bekerja pada bidangnya, tetapi juga memiliki peranan penting dalam proses produksi, distribusi, dan promosi. Psy sebagai seorang bintang senior di Korea, telah menggunakan model rambut ini sejak 12 tahun lalu. Dan ketika ia mulai melangkah ke industri musik barat, ia masih tetap mempopulerkan model rambutnya tersebut sebagai fashion saat ia tampil di berbagai teks media. Psy melakukan tindakan produksi dan promosi terhadap gaya rambutnya, dan mempengaruhi audiens, khususnya artis K-Pop lain untuk menggunakannya sebagai fashion juga. Dari realita yang ada ini, Psy menunjukkan image-nya melalui usianya dari segi model rambut. Sama seperti image David Beckham sebagai seorang ayah yang juga menjadi trendsetter gaya rambut tersebut, Psy terlihat mengikuti jejak David Bechkam. Ketika Justin Bieber mulai mengikuti gaya rambut David Beckham, begitu pula pada Psy, artis-artis K-Pop muda lain mulai menggunakan model rambut ini sebagai tren fashion ketika tampil di majalah, seperti yang terlihat pada gambar 4.23 dan 4.24 (p.58). Dyer menuliskan bahwa bintang dikategorisasikan oleh variabel sosial dari umur, jenis kelamin, ras dan kebangsaan (dalam McDonald, 2000, p.6). Dari sini Psy termasuk seorang bintang yang mengkonstruksikan image-nya dengan menunjukkan dirinya sebagai kategori artis dewasa, bukan remaja seperti umumnya variabel usia artis K-Pop. Dengan begitu, Psy juga membentuk karakternya untuk menyinggung standarisasi K-Pop yang lebih mengutamakan kaum remaja sebagai ikon K-Pop dari segi model rambut.

59 Universitas Kristen Petra 4.3.2. Verbal Verbal dalam komunikasi merupakan bahasa yang didefinisikan sebagai seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga menjadi kalimat yang mengandung arti (Cangara, 2009, p.99). Bahasa membantu untuk menggambarkan ide-ide kita kepada orang lain (Cangara, 2009, p.100). Dengan bahasa (verbal), Psy menampilkan ide-ide berupa image-nya tersebut kepada publik, yaitu sebagai berikut:

 “Saya besar di daerah Gangnam, tapi saya sebenarnya tidak terlihat sebagai orang Gangnam. Orang-orang Gangnam terlihat seperti bangsawan, tampan, maskulin, langsing, dan tinggi.” (Psy, Today Tonight, 16 Oktober 2012)

 “Gangnam Style di Korea, mereka berupa orang-orang tampan dan cantik. Saya bukan orang yang tampan. Jadi walau saya dari Gangnam, tapi jika saya kerap kali berkata saya orang Gangnam, itu adalah hal yang berkebalikan.” (Psy, Jonathan Ross Show Series 3 Episode 13, 28 Desember 2012)

Psy beberapa kali mengeluarkan kalimat bahwa ia adalah orang yang tinggal di Gangnam, tetapi ia tidak bisa menyebut dirinya sebagai orang Gangnam. Karena ia merasa image seorang Gangnam yang tidak ada dalam penampilan dirinya. Seperti yang telah dijelaskan pada gambaran mengenai distrik ini (p.32), Gangnam merupakan distrik dengan luas 6,53% dari kota Seoul (Demae, 2012, p,138). Distrik ini memiliki gedung-gedung besar seperti gedung Samsung, Hyundai, COEX, dan dua kantor menejemen artis terbesar di Korea yaitu SM Entertainment dan JYP Entertainment, seperti yang telah dijelaskan di atas pada gambaran distrik ini (p.32). Tidak hanya itu, juga terdapat sekitar 300 klinik operasi plastik terkenal di distrik ini (Lee Na Rae, 2012, p.10). Begitu pula dengan visi dari distrik ini, yaitu kebahagiaan pada masyarakatnya dengan kehidupan ekonomi yang memadai dalam edukasi, lingkungan, budaya, dan transportasi, serta menjadi global dalam bisnis internasional (Vision of Gangnam, n.d.).

60 Universitas Kristen Petra Pada sebuah artikel yang ditulis oleh Yim Seung Hye dan Park Eun Jee, ia menemukan seorang perempuan bernama Hur (24 Tahun), berasal dari keluarga berpenghasilan rendah yang hidup di daerah Cheongdam-dong, salah satu bagian dari distrik Gangnam. Hur mengaku bahwa ketika ia mengatakan pada orang lain ia hidup di Cheongdam-dong, mereka akan langsung melihat dengan seksama dari kepala hingga ujung kaki dengan raut muka tidak percaya. Hur mengatakan mereka menganggapnya tidak pantas untuk tinggal di daerah tersebut. Ia juga merasakan hal tersebut ketika ia bersekolah dari sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) di Cheongdam-dong, di mana teman- temannya berasal dari keluarga kaya yang memakai tas branded dan naik mobil Mercedes-Benz (2012, para.41-42). Hal ini menunjukkan Gangnam memang dirancang menjadi sebuah distrik “mewah” dengan tingkat ekonomi tinggi. Dari sini, terlihat Psy juga mengalami hal yang serupa dengan Hur, tetapi dari sisi yang berbeda, yaitu dari segi penampilan tubuh, karena Psy memang berasal dari keluarga yang berpendapatan tinggi. Di sini, Psy merasa tidak mirip dengan orang-orang Gangnam yang memperhatikan penampilan, seperti hidup dengan terlalu memperhatikan penampilan hingga melakukan operasi plastik, yang tidak dilakukan oleh Psy.

Gambar 4.25 Gedung COEX center di Gangnam, Korea Selatan Sumber: COEX Photo (n.d.)

61 Universitas Kristen Petra

Gambar 4.26 Cheongdam-dong street (pusat butik merek terkenal) di Gangnam Sumber: Shopping district (n.d.)

Dari realita kondisi Gangnam, Psy menyatakan ia bukan orang Gangnam walaupun ia tinggal di Gangnam. Psy menunjukkan bahwa walaupun ia hidup di Gangnam, ia tidak perlu harus seperti orang-orang Gangnam yang hidup dengan kemewahan. Seperti yang telah dituliskan juga oleh peneliti dari segi visual cara berpakaian, di sini Psy juga menyinggung orang-orang tersebut yang mendambakan kehidupan mewah atau mahal sebagai peran penting dalam citra dan status diri dalam masyarakat.

 “Awalnya orang-orang, terutama menejemen saya memikirikan cara bagaimana saya bisa masuk ke industri musik dengan wajah seperti ini. Apakah saya harus operasi plastik, tetapi itu tidak bisa mengubah banyak juga. Akhirnya saat saya sedang bernyanyi di karaoke dengan gaya kocak, bos saya mengatakan bahwa saya harus melakukan hal yang sama tersebut dipanggung sebagai ciri khas saya.” (Psy, People Inside, 4 Oktober 2012)

 “Saya hanya seorang artis. Tapi saya adalah orang Korea. Jadi setiap hal yang saya lakukan adalah langkah untuk sejarah Korea dalam Australia, Billboard, U.K. Jadi saya harus bagus. Tidak semua orang Korea terlihat seperti diriku. Kebanyakan dari mereka ganteng dan keren.” (Psy, Today Tonight, 16 Oktober 2012)

 “Kebanyakan dari kalian tahu bahwa artis-artis K-Pop langsing- langsing. Saya bangga menjadi diri saya bisa terkenal dengan tubuh

62 Universitas Kristen Petra seperti ini.” (Psy, Press Conference with Psy di Paris, Soompi, 11 November 2012)

Begitu pula menurut Psy, ia mengatakan bahwa Gangnam adalah daerah mewah yang berisikan orang-orang cantik, tampan, badan yang ideal, penampilan yang mengikuti tren fashion. Sedangkan, hal tersebut tidak ia miliki. Hal yang dikatakan oleh Psy tersebut adalah budaya pop yang melekat dalam K-Pop. Seperti yang dituliskan juga oleh Strinati, bahwa produksi budaya pop adalah proses standarisasi di mana produk mendapat bentuk umum untuk semua komoditas, yang di dalamnya terdapat individualisasi palsu. Hal ini mengakibatkan standarisasi yang ada tersebut seakan tertutupi atau tidak terlihat oleh konsumen (2004, p.57). Dalam K-Pop dengan standarisasi yang sama tersebut, tiap artisnya memiliki struktur bentuk tubuh, fashion, tingkah laku, dan jenis musik yang sama, akan tetapi bagi penggemarnya masing-masing dikatakan berbeda, dan memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya. Perbedaan tersebut yang disebut individualisasi palsu, seperti contohnya dari anggota boyband yang satu memiliki keahlian lebih dalam menari, menyanyi, dan lain-lain daripada boyband lain, sehingga dikatakan kedua boyband tersebut berbeda (Korean Culture and Information Service, 2011b, p.38). Seperti yang dituliskan oleh Harrington dan Bielby (2001, p.272) bahwa bintang adalah sebuah investasi berupa “materi mentah” yang kemudian diolah sebaik dan sebagus mungkin (image-nya) sebelum mereka terkenal, dan investasi tersebut harus dilindungi dengan sebaik mungkin. Begitu pula dengan image Psy, di mana dengan penampilannya yang bukan standar K-pop, ia dirancang dan diatur sebaik mungkin agar tetap bisa masuk dalam industri musik Korea. Hal ini dibuktikan juga ketika menejemen dari Psy sempat memikirkan cara bagaimana mengatasi penampilan Psy, dan menimbang-nimbang apakah Psy perlu operasi plastik atau tidak, sehingga memutuskan bagaimana gaya yang harus ditunjukkan Psy sebagai ciri khasnya. Lepas dari hal tersebut, Psy masih tetap tidak memiliki penampilan seperti artis K-Pop lainnya. Oleh karena itu, Psy juga kerap kali mengatakan hal-hal yang merendahkan dirinya sendiri, contohnya “aku tidak tampan”, atau “aku tidak terlihat seperti artis K-Pop”. Jika diperhatikan sekilas,

63 Universitas Kristen Petra sangat jarang terdengar artis K-Pop yang menjelek-jelekan diri mereka di depan media. Hal ini dikarenakan penjagaan citra yang tinggi oleh artis K-Pop, terutama karena industri K-Pop berdasarkan dari “looks” (Tuk, 2012, p.20).

 “Saya tahu saya tidak memiliki penampilan seperti seorang penyanyi. Saya tidak memiliki penampilan selebriti. Saya hanya beruntung menemukan waktu yang tepat dan menjadi terkenal.” (Psy, People Inside, 4 Oktober 2012)

 “Saat konser berlangsung, walau saya tidak memiliki penampilan visual yang mendukung, tetapi dengan pembuktian kerja keras merupakan hal yang penting di panggung.” (Psy, People Inside, 4 Oktober 2012)

 “Ketika 12 tahun lalu saya mulai karir di Korea, saya adalah orang yang lucu dengan musik, tarian, dan video. Tapi kamu tahu, setelah 12 tahun, ketika saya melihat diri saya, ketika saya menjadi lebih terkenal, saya menjadi lebih serius. Jadi saya memutuskan untuk kembali seperti dulu, menjadi lebih menyenangkan dan lucu. Jadi untuk video dan musik saat ini, saya mencoba menjadi segila mungkin.” (Psy, Press Conference with Psy di Paris, Soompi, 11 November 2012)

Kutipan pernyataan Psy tersebut menunjukkan bagaimana pola pikirnya terhadap unsur visual yang mendominasi kategori menjadi artis K-Pop. Ia berpendapat bahwa visual adalah bukan segala-galanya, di mana kerja keras adalah hal yang lebih penting. Selain itu juga, ia lebih menekankan bahwa menghibur masyarakat, terutama para penggemar dengan lagu juga lebih penting dari pada tampilan visual. Hal ini cukup bertolak belakang dengan pendapat industri musik Korea. William Tuk dalam thesis-nya mengenai The Korean Wave: Who are behind the success of Korean popular culture (2012, p.20) mengemukakan bahwa dalam industri musik Korea, penampilan, tampilan visual dan citra diri lebih penting dibandingkan lagu yang dinyanyikan. Hal ini mengapa ketika mereka debut atau ingin memperkenalkan lagu barunya, tidak melalui radio melainkan melalui televisi nasional. Selain itu, video musik juga memiliki peranan penting dan krusial sebagai bagian dari promosi lagu mereka. Visual yang

64 Universitas Kristen Petra lebih diperhatikan ini tidak dapat dipungkiri. Hasil sebuah riset tahun 2009 menemukan wanita di Korea yang berusia 19-49 tahun sebanyak 20% melakukan operasi plastik dan eye jobs atau penambahan lipatan mata (eyelid) dari single eyelid menjadi double eyelid (Leung, 2012, p.7). Kemudian pada penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Seoul city government pada tahun 2010, jumlah masyarakat Korea yang melakukan operasi plastik naik menjadi 31,5% dari jumlah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas (Choe Sang Hun, 2011, para.18). Untuk artis K-Pop sendiri, mereka melakukan latihan untuk membentuk tubuh mereka agar terlihat bagus di media, seperti berolahraga dan melakukan diet yang cukup ekstrim. Contohnya adalah Girls’ Generation yang makan 800 kalori perhari untuk menjaga bentuk tubuhnya (How K-Pop is starting to kill itself and the world, 2013, para.9-10). Dari dua bagian kutipan pernyataan-pernyataan Psy di atas, Psy kembali ingin menyindir artis K-Pop lain yang terlalu mementingkan penampilan visual sempurna sebagai sebuah standar seorang artis K-Pop.

 “Tema lagu ini adalah dress classy, dan dance chessy. Jadi berpakaian bagus dan keren tetapi menari yang tidak keren.” (Psy, The Ellen DeGeneres Show Season 10 Episode 2, 11 September 2012)

 Untuk Gangnam Style, saya mencoba untuk dress classy and dance cheesy.” (Psy, On air with Ryan Seacrest, 10 September 2012)

Selain dari segi penampilan yang ia komentari terhadap dirinya, Psy juga selalu mengucapkan tagline lagunya Gangnam Style yaitu dress classy dance cheesy, di mana ia akan berpenampilan rapi dengan setelan tuxedo, tetapi menari dengan gaya yang aneh dan rendahan seperti tarian kuda yang menurutnya tidak cocok dengan pakaiannya. Tag line yang dibawa oleh Psy ini mau menyampaikan bahwa tidak selamanya orang-orang yang berpenampilan klasik, rapi, dan berkelas tersebut juga bertingkah laku sesuai penampilannya. Mereka bisa lebih liar dan bertingkah laku tidak berkelas seperti yang dilakukan Psy dalam lagunya tersebut (Demae, 2012, p.35).

65 Universitas Kristen Petra  “Untuk Gangnam Style, saya menggambarkan mengenai wanita dan pria yang normal pada siang hari dan menjadi liar pada malam hari” (Psy, On air with Ryan Seacrest, 10 September 2012)

 “Saya menggambarkan bahwa para wanita dan pria yang hangat, normal di siang hari dan menjadi liar di malam hari. Oleh karena itu, saya menggunakan kata sexy lady.” (Psy, Jonathan Ross Show Series 3 Episode 13, 28 Desember 2012)

Berkaitan dengan tag line Psy tersebut, ia membuatnya untuk mewakili inti dari lagunya yang menyinggung kehidupan di Gangnam, di mana pada siang hari orang-orang berpenampilan rapi dan terhormat, tetapi pada akhirnya yaitu pada malam hari mereka menjadi liar. Ia mengatakan bahwa dalam lagunya menggambarkan kehidupan Gangnam yang tidak sehebat dan semegah yang dibanyangkan kebanyakan orang. Seperti yang telah dijelaskan juga pada halaman 31 mengenai kehidupan wanita yang dinamakan “Deonjangnyeo” (wanita kecap asin). Istilah ini menunjukkan bagaimana orang-orang berkelas juga bisa melakukan hal yang tidak berkelas. Di mana, wanita selalu bisa menikmati kopi mahal seperti starbucks, dan lain-lain yang harganya berkali-kali lipat lebih mahal, tetapi rela hanya memakan ramen (mie instan) murah seharga belasan ribu rupiah (Demae, 2012, p.35). Dari sini juga, Psy sedang menyinggung gaya hidup materialisme yang melanda Korea Selatan, juga negara lain yang mengalami hal serupa (Demae, 2012, p.36). Dyer menuliskan bahwa bintang dimediasi oleh identitas, konstruksi tekstual, agar penontonnya tidak mengetahui seperti apa aslinya bintang tersebut, melainkan melihat image mereka tunjukkan (dalam McDonald, 2000, p.6). Dalam konteks ini, ketika Psy tampil dan memposisikan diri sebagai kaum yang tidak bertindak demikian dengan tag line tersebut. Tetapi audiens tidak tahu apakah bagaimana karakter Psy saat tidak tampil di media, apakah betul Psy memang memiliki posisi seperti itu. Audiens di sini hanya menerima apa yang disajikan Psy melalui konstruksi image yang ia tampilkan tersebut. Seperti yang telah dituliskan juga sebelumnya, tag line ini digunakan Psy sebagai karakter dirinya untuk meyinggung orang-orang yang berkelas khususnya di daerah Gangnam termasuk artis-artis K-Pop, yang mendambakan penampilan

66 Universitas Kristen Petra visual dengan barang-barang mewah sebagai peran penting dalam status dirinya dalam lingkungan masyarakat sekitarnya.

 “Sebelumnya, saya mau memperkenalkan diri saya dulu. Saya Psy dari Korea.” (Psy, The Ellen DeGeneres Show Season 10 Episode 2, 11 September 2012)

 “Saya tidak bisa bilang bahwa Korea adalah yang terbaik, tetapi saya bisa bilang bahwa Korea memiliki banyak potensi. Jadi jika saya bisa melakukan sesuatu hal kecil untuk membawa perubahan untuk warga Korea, saya akan melakukan hal tersebut.” (Psy, NPR Radio, 15 September 2012)

 “Tidak banyak industri musik yang memiliki ‘dance point’ seperti negaraku ini. Tarian kuda Gangnam Style adalah satu tarian dengan sebuah ‘point’. Untuk selanjutnya, saya akan tetap memberikan tarian unik yang berbeda dalam K-Pop, serta memperkenalkan mereka secara global. Saya berharap, pemilik asli dari tarian tersebut akan mendapat perhatian secara global. Saya juga ingin mempromosikan lagu-lagu kami dan menunjukkannya ke seluruh dunia.” (Psy, Soompi, 15 April 2013)

Beberapa kutipan kalimat dari Psy tersebut adalah mengenai tekadnya membawa K-Pop menyebar ke seluruh dunia. Di mana ketika ia menghadiri acara internasional, ia mengenalkan dirinya sebagai penyanyi dari Korea. Ia juga kerap mengatakan bahwa usaha dan kerja kerasnya berkeliling negara untuk promosi, tidak hanya untuk kepentingan dirinya, tetapi untuk membawa nama Korea dan menjadikan Korea semakin mendunia. Salah satu caranya adalah dengan membeli lisensi beberapa tarian K-Pop dan memasukkannya ke dalam video musiknya, lalu mempromosikan lagu dan tarian tersebut secara global. Dyer (2004) memaparkan bahwa bintang dibuat untuk mencari profit atau keuntungan (pemasukan) dan terlibat dalam perencanaan diri mereka ke dalam komoditas pasar. Dari kutipan pernyataan Psy di atas, ia memposisikan dirinya sebagai perwakilan dari Korea untuk mempromosikan Korea dan sekaligus akan menghasilkan profit bagi negara

67 Universitas Kristen Petra Korea. Tidak hanya itu, dari sini terlihat juga Psy mencari profit tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk negaranya, Korea Selatan. Mempromosikan dirinya menjadi salah satu bagian dari promosi negaranya, karena Psy sebagai subyek yang tampil di media, membawa budaya Korea seperti tarian dan bahasa yang konsisten ia gunakan dalam musiknya untuk diperkenalkan secara global.

 “Saya juga merasa, ini hanya menurut saya pribadi, artis-artis Asia selalu berpenampilan seperti orang Amerika, orang Eropa. Padahal kita adalah orang Asia. Jadi saya berpikiran dan memutuskan ketika masuk ke Amerika, saya adalah orang Korea dan bergaya seperti orang Korea. Karena itu juga, saya tidak mengganti lirik lagu saya ke bahasa Inggris. Jika saya menggantinya dengan bahasa Inggris, saya menjadi tidak lagi spesial.” (Psy, Press Conference with Psy di Paris, Soompi, 11 November 2012)

Dengan lagu Gangnam Style yang sukses membawa Psy ke industri musik Amerika, membuat ia dikontrak dengan menejemen Justin Bieber, yaitu Scooter Braun. Sebelumnya, Psy sempat mengeluarkan statement, bahwa ia heran dan bingung mengapa kebanyakan artis K-Pop berusaha untuk bergaya seperti orang Amerika. Hal ini didukung dengan sebuah esai yang ditulis oleh Choi Yun Jung mengenai The Globalization of K-Pop:Is K-Pop Losing its Korean-ness?, menemukan bahwa beberapa menejemen musik di Korea memperkerjakan orang- orang Barat yang berpengalaman, lalu mereka akan meniru proses budaya populer dari luar negeri, dan dikemas ulang di Korea, lalu menjadikannya sebagai budaya K-Pop (2011, p.72). Hal ini juga seperti yang dikemukakan oleh Strinati bahwa budaya populer dapat membentuk cara berpikir dan berpenampilan pengikutnya (2003, p.15). Di sini, K-Pop sedang terpengaruh budaya populer Barat, khususnya Amerika, dan mengolahnya menjadi bagian dari budaya K-Pop. Terpengaruhnya K-Pop dengan budaya pop Amerika telah lama dan melekat di budaya Korea. Hal ini berawal ketika terjadinya perang saudara antara Korea Selatan dan Korea Utara pada tahun 1950-1953, yang mengakibatkan kehancuran terhadap Korea Selatan. Kemudian setelah perang selesai tersebut, Korea Selatan ingin kembali

68 Universitas Kristen Petra membangun kotanya yang telah hancur akibat perang tersebut. Proses pembangunan tersebut dibantu oleh negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat. Hal ini berujung hingga Korea Selatan dan Amerika serikat membuat perjanjian tentang perlindungan bilateral dalam rangka menuntaskan infiltrasi militer dari musuh (Sejarah Korea, 1995, p.208). Dengan perjanjian tersebut, Amerika kemudian membangun pusat militer di Korea Selatan. Lalu pihak Amerika membuat sebuah channel televisi Amerika yaitu American Force Korea Network (AFKN) bagi personil militer Amerika yang berada di pusat militer di Korea. Channel televisi tersebut pada akhirnya tidak hanya dinikmati oleh personel militer Amerika, tetapi juga orang-orang Korea sendiri dapat mengakses channel televisi tersebut. Keberadaan AFKN ini yang akhirnya juga mempengaruhi budaya pop Korea dengan budaya Amerika. Hal ini mengapa K- Pop mengandung nuansa Amerika bahkan telah didominasi dengan budaya Amerika (Sarwono, 2012, para.6). Dalam sejarah industri musik pop Korea, beberapa artis K-Pop pernah mencoba berkarir di industri musik Amerika, salah satunya girlband dari JYP Entertainment, yaitu . Girlband ini merupakan artis K-Pop pertama yang memberikan sebuah dampak yang mendalam bagi musik K-Pop di industri musik Amerika. Di awali pada tahun 2009, Wonder Girls ikut serta dalam konser tur The Jonas Brothers’. Dan sebelum konser tersebut, Wonder Girls mengeluarkan lagu mereka yaitu “Nobody” yang awalnya berbahasa Korea, dibuat ulang dengan full berbahasa Inggris (Korean Culture and Information Service, 2011b, p.20). Dengan realita tersebut, Psy mengatakan ia tidak ada niat untuk membuat lagu Gangnam Style, agar dapat masuk ke industri musik Amerika. Semuanya adalah secara kebetulan menyebar lewat media sosial. Dan saat ini Psy telah bekerja sama dengan Scooter Braun untuk membuat album berikutnya. Mengenai hal ini dan realita industri musik pop Korea, Psy menekankan bahwa ia tetap akan membuat lagu berbahasa Korea dan menunjukkan tarian-tarian khas dari Korea, walau ia telah sukses dan diterima dalam industri musik Amerika. Ia juga berniat mempromosikan Korea lebih luas lagi secara global. Dengan ketenaran Psy yang memasuki industri musik Amerika, ia dipilih menjadi duta pariwisata Korea Selatan dengan jangka waktu kurang lebih 1 tahun

69 Universitas Kristen Petra (Cha, 2013, para.3,5). Hartley (2002) mengatakan bahwa bintang atau stars merupakan produk dari media tertentu yang menunjukkan hubungan antara produksi dan konsumsi, dan antara produsen dan konsumen. Dalam konteks penelitian ini, Psy dipilih sebagai duta karena statusnya sebagai bintang yang telah sukses go international. Psy dipercaya dapat menjadi produk yang bisa mempromosikan Korea Selatan untuk segala komoditas pasar yang ada di Korea Selatan, seperti shopping distric, comestic road, dan lain-lain untuk menarik para turis mengunjungi negara tersebut (Cha, 2013, para.6). Dengan begitu, akan menaikkan devisa negara Korea Selatan dan mendatangkan keuntungan bagi negara tersebut.

 “Saya menyesal pernah memakai kata-kata agresif dan negatif. Saya minta maaf kepada semua orang yang terluka karena kata-kata saya. Sebagai orang Korea yang terkenal dan orang yang belajar di Amerika, saya sangat menyadari pengorbanan tentara Amerika yang dibuat untuk menjaga perdamaian di dunia. Lagu yang delapan tahun lalu saya nyanyikan sebagai tanggapan terhadap kematian dua gadis Korea akibat tangki militer Amerika dan perang di Irak. Saya percaya pada kebebasan berekspresi, tetapi baru-baru ini saya menyadari bahwa kata- kata harus digunakan dengan hati-hati. Saya merasa ini mengerikan karena lirik lagu saya mungkin telah ditafsirkan keliru dan menyakiti orang lain. Beberapa bulan lalu, saya mendapat kesempatan tampil di depan tentara Amerika. Saya merasa sangat terhormat. Dan sekali lagi saya minta maaf atas tindakan saya dulu. Saya berharap masyarakat Amerika dapat memaafkan saya.” (Psy, PSY Apologizes For Anti- American Lyrics in His Old Song, Soompi, 8 Desember 2012)

Kalimat di atas ini, adalah kutipan dari permintaan Psy terhadap masyarakat Amerika, khususnya tentara Amerika atas lagunya yang berisi anti- Amerika, yang ia buat pada tahun 2004. Psy membuat pernyataan permintaan maaf tersebut, ketika ia telah terkenal dengan lagunya Gangnam Style secara internasional, dan mulai berkarir di Amerika. Dalam pernyataan tersebut, Psy juga

70 Universitas Kristen Petra menyebutkan tindakannya tersebut berdasarkan atas kematian dari dua gadis Korea akibat tangki militer Amerika. Psy menunjukkan bahwa ia melakukan hal tersebut karena ingin menunjukkan rasa cintanya terhadap negaranya, yaitu Korea Selatan. Akan tetapi, ia kembali menunjukkan bahwa ia telah merenung dan mengetahui tindakannya tersebut salah dan perlu untuk meminta maaf kepada masyarakat, khususnya tentara Amerika (PSY Apologizes For Anti-American Lyrics in His Old Song, 2012, para.1-4).

 “Kamu tahu, sebelumnya saya merupakan bintang yang besar di Korea. Sebelum Gangnam Style, saya berpikir bahwa saya adalah seorang ‘superstar’. Tetapi setelah Gangnam Style, saya berpikir, saya bahkan bukan seorang ‘superstar’ dulunya. Saat ini, ini yang dinamakan superstar.” (Psy, Press Conference with Psy di Paris, Soompi, 11 November 2012)  “Saat promosi Gangnam Style tahun lalu, saya berada di posisi 2 di chart iTunes selama tujuh minggu berturut-turut, jadi saya merasa frustasi. Saya mengatakan pada diriku sendiri, ‘ah.. mengapa saya frustasi karena duduk di posisi #2?’ dan tertawa keras-keras. Saya harus kembali ke Amerika dan melakukan promosi lebih keras.” (Psy, Tabloid Asian Plus Edisi 525, 1-7 Mei 2013)

Dari realita ini, sebelumnya Psy tidak berniat untuk masuk ke industri musik internasional, tetapi setelah ia sudah masuk dan menjadi seorang superstar, ia mulai mengembangkan kesempatan ini untuk karirnya. Dari kutipan di atas, Psy sempat menyatakan frustasi karena hanya berada di posisi #2, dan bukan posisi #1. Ia kemudian memutuskan untuk melakukan promosi lebih giat lagi di Amerika, agar lagunya tersebut menjadi lebih populer. Selain itu, ia juga masuk dalam industri musik internasional semakin dalam lagi saat menyetujui dan masuk dalam menejemen Scooter Braun. Paul McDonald dalam bukunya “The Star System” (2000, p.5) mengungkapkan bahwa para bintang tampil dalam film dan berbagai macam teks media secara kumulatif untuk membentuk image mereka. Psy juga melakukan serupa. Di mana ketika image yang ia tunjukkan belum dapat

71 Universitas Kristen Petra membawa ia pada goal yang ingin dicapai, ia kembali berusaha untuk mempromosikan diri dan tampil di berbagai media. Salah satunya adalah dengan melakukan kerja sama dengan pihak Scooter Braun untuk membentuk image yang lebih kuat lagi di mata audiens. Dengan begitu, karakter Psy akan lebih kuat dan bisa membawanya mencapai goal yang ia targetkan.

4.3.3. Non Verbal Non verbal disebut juga sebagai bahasa isyarat yang berfungsi untuk meyakinkan apa yang diucapkan, menunjukkan perasaan yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata, menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya, dan menambah atau melengkapi ucapan yang dapat dirasakan belum sempurna (Cangara, 2009, p.104).

4.3.3.1. Ekspresi dan Gerak-gerik

Gambar 4.27 Ekspresi serius Psy saat menjawab pertanyaan di Today Tonight Sumber: Today Tonight (2012)

Gambar 4.28 Ekspresi santai Psy saat menjawab pertanyaan di Healing Camp Sumber: SBS Healing Camp (2012)

72 Universitas Kristen Petra Secara nonverbal, ditemukan bahwa Psy kerap menunjukkan ekspresi yang tenang dan santai saat tampil di berbagai media. Saat ia menjawab pertanyaan, ia menjawab dengan ekspresi yang datar dengan tatapan lurus ke arah host. Tetapi, ia juga menyesuaikan dan menempatkan dirinya di mana saat ia perlu bercanda dan tertawa, di mana saat ia perlu serius. Pada beberapa wawancara, ia mencoba mengatakan hal-hal lucu saat tampil di acara nasional (di Korea) maupun internasional (negara-negara Barat). Selain itu, ketika ia melakukan wawancara dengan berbahasa Inggris, ia akan menunjukkan ekspresi serius dan konsentrasi dalam mendengarkan pertanyaan tersebut, seperti mengangkat sedikit kedua alisnya sambil menatap lurus ke arah host yang memberikan pertanyaan. Cangara dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Ilmu Komunikasi”, menuliskan mengenai kode nonverbal gerakan mata, bahwa mata adalah komunikasi yang paling berarti dalam memberi isyarat tanpa kata. Salah satu fungsi mata menurut Mark Knapp (dalam Cangara, 2009, p.107) adalah sebagai sinyal untuk menyalurkan hubungan, di mana kontak mata akan meningkatkan frekuensi bagi orang yang saling memerlukan. Dalam kasus ini di mana host bertanya kepada Psy, dan Psy mendengarkan untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut. Di sini terdapat hubungan yang melibatkan kontak mata antara Psy dengan host acara yang bersangkutan tersebut. Selain ekspresi yang ditunjukkan oleh Psy tersebut, ia juga menunjukkan beberapa gerak-geriknya saat tampil di media. Contohnya ketika ia melakukan wawancara, seperti yang dapat dilihat pada gambar 4.27 (p.70), Psy menggerakkan tangannya mengikuti ketukan kata-kata yang ia ucapkan. Di sini Psy menunjukkan bahwa ia mengatur cara bicaranya dan menggunakan nonverbalnya (gerakan tangan) untuk membantu ia menjelaskan suatu hal. Seperti yang ditulikan oleh Cangara juga, bahwa salah satu kode nonverbal kinesics adalah illustrators, yaitu isyarat yang dibuat dengan gerakan-gerakan badan untuk menjelaskan sesuai (2009, p.106).

73 Universitas Kristen Petra 4.3.3.2. Suara dan Dialek

Gambar 4.29 Psy sedang melakukan konferensi pers di Paris Sumber: Psy Talks about "Gangnam Style" during Press Conference in Paris (2012)

Gambar 4.30 Psy sedang melakukan wawancara dalam acara People Inside menggunakan bahasa Korea Sumber: People Inside (2012)

Selain ekspresi, aksen Psy saat berkomunikasi juga dapat terlihat berbeda ketika ia berbicara dengan bahasa Korea atau bahasa Inggris. Ketika berbicara dengan bahasa Korea, aksennya mengikuti logat bicara Korea dengan intonasi yang normal (tidak cepat atau tidak lambat), dan cenderung lebih banyak cerita yang ia keluarkan dibandingkan saat berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Saat menghadiri acara internasional, Psy cenderung menjawab pertanyaan seperlunya dengan aksen agak lambat. Selain itu, ia cenderung mengulang kata “you know” dan “aa..”.

74 Universitas Kristen Petra Dalam dunia K-Pop, bahasa Inggris memegang peran yang cukup krusial bagi kesuksesannya untuk menarik perhatian masyarakat non-Korean. Sangat sedikit dari artis K-Pop yang benar-benar dapat berbicara bahasa Inggris cukup baik untuk memenangkan hati dan pikiran fans global, khususnya Amerika (Anderson, 2012, para.2). Beberapa artis K-Pop yang lancar berbahasa Inggris adalah anggota girlband Girls’ Generation yaitu Jessica dan Tiffany. Mereka berdua lancar berbahasa Inggris karena lahir dan dibesarkan di California. Dialek yang digunakan saat berbicara bahasa Inggris sangat jelas dan lancar seperti orang barat pada umumnya. Tidak hanya Jessica dan Tiffany, masih ada beberapa artis K-Pop lain yang juga lancar berbahasa Inggris dengan kasus yang sama yaitu karena lama berada di lingkungan barat. Salah satunya juga yaitu Psy, di mana ia pernah tinggal untuk berkuliah di Boston, sehingga memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang cukup. Musik K-Pop sendiri memiliki karakteristik dari lagu dengan potongan- potongan kalimat berbahasa Inggris dari keseluruhan lirik dengan bahasa Korea. Hal ini sengaja dilakukan agar pendengar musik yang asing dengan bahasa Korea masih dapat menikmati dan mengerti arah tujuan lagu K-Pop tersebut (Leung, 2011, p.45). Dari realita ini, terlihat bahwa bahasa Inggris memiliki peran penting dalam lagu serta kehidupan artis K-Pop untuk dapat mengglobal. Seperti yang dikatakan Burton bahwa bintang menghasilkan ikatan yang sangat penting antara media dan audiens (2008, p.129). Hal ini terjadi pada Psy, di mana lewat media dengan kemampuan berbahasa Inggrisnya tersebut, ia secara tidak langsung dapat berkomunikasi dan membentuk sebuah hubungan akrab dengan penggemarnya yang merupakan orang Korea maupun non-Korea. Karena, bahasa, khususnya bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, adalah alat pengikat dan perekat hidup bermasyarakat dalam berkomunikasi (Cangara, 2009, p.100-101).

75 Universitas Kristen Petra 4.4. Interpretasi Data Dari hasil analisis data yang telah peneliti lakukan, dapat dilihat bahwa Psy mengkonstruksikan image-nya sebagai artis K-Pop profesional yang tampil berbeda, dan mampu menunjukkan perbedaan tersebut dengan mematahkan stereotype standar seorang artis K-Pop yang perlu tampil menarik dari segi fashion, penampilan visual, dan cara berpikir melalui berbagai teks media. Selain itu juga, dengan gaya yang melekat pada dirinya tersebut, ia menyinggung oran- orang kaya (berkelas), khususnya yang berada di Gangnam, serta artis-artis K-Pop yang mengidam-idamkan penampilan sempurna. Psy adalah seorang penyanyi solo K-Pop yang telah menjalani karirnya sejak 12 tahun lalu dengan beberapa kontroversi. Kemudian dengan suksesnya Gangnam Style, ia dapat melangkah menuju industri musik Barat yang diidam- idamkan oleh para artis K-Pop. K-Pop sendiri merupakan sebuah produksi budaya atau komoditas dari Korea Selatan yang diproduksi untuk kebutuhan pasar. Di mana ketika boyband dan girlband di Korea tersebut menjadi populer, terjadi pengulangan sehingga terus menerus muncul boyband dan girlband untuk mengikuti permintaan pasar tersebut. Munculnya boyband girlband tersebut juga mengikuti standarisasi yang diciptakan oleh orang yang memiliki power dalam bisnis musik tersebut. Psy sebagai penyanyi solo yang tidak mengikuti standarisasi tersebut menjadi pihak minoritas. Tetapi Psy menunjukkan ketidakpeduliannya dengan tetap menunjukkan image-nya tersebut. Dalam industri musik K-Pop, terdapat standarisasi yang memiliki inti sama dari komoditas yang dihasilkan tersebut. Kesamaannya adalah dari jenis musik, karakteristik penampilan, dan karakteristik lirik lagu memiliki struktur yang sama, seperti karakteristik musik K-Pop. Akan tetapi kesamaan tersebut seolah tertutupi, sehingga tiap artis K-Pop terlihat memiliki ciri sendiri yang membedakannya, dan audiens seakan melihat hal yang berbeda di antara kesamaan yang ada. Realita ini yang membuat girlband Girls’ Generation itu bisa dikatakan berbeda dengan Wonder Girls. Pada dasarnya Girls’ Generation yang berasal dari SM Entertainment dan Wonder Girls dari JYP Entertainment memiliki perbedaan pada konsep awal debutnya, walaupun kedua girlband ini debut pada tahun yang sama, yaitu tahun 2007. Lee Soo Man, pendiri dan CEO dari SM Entertainment

76 Universitas Kristen Petra mengatakan bahwa Girls’ Generation dibuat dan ditargetkan kepada para pria dengan usia sekitar 30-40 tahunan, yang pada saat itu merupakan konsumen utama budaya K-Pop (Who Is the Real Midas in Korean Showbiz?, 2008, para.6). Girls’ Generation juga menunjukkan girlband dengan konsep cute dan innocent dari lagu dan penampilan (Herro, 2010, para.3). Sedangkan pada saat yang sama, Wonder Girls lebih menunjukkan konsep seksi dan lebih dewasa (Turnbull, 2011, para.2). Tetapi, dengan berkembangnya waktu, Girls’ Generation tidak selalu pada konsep cute-nya, dan bergeser ke konsep dewasa dan seksi (Jonathan, 2010, para.3). Psy sendiri juga merupakan artis yang memiliki bagian inti yang sama dengan standarisasi K-Pop. Tetapi, untuk beberapa aspek, ia menunjukkan perbedaan yang kuat, terutama dalam segi musik dan penampilan dirinya yang memegang peran penting dalam image-nya di industri musik K-Pop. Dari segi visual, Psy menunjukkan perbedaan yang mencolok dari dirinya dengan artis K-Pop lainnya, dari gaya berpakaian, model rambut, dan bentuk tubuhnya. Pertama yaitu dari segi kostum yang Psy gunakan adalah jenis pakaian yang dianggap formal yaitu tuxedo dengan bow tie, serta kacamata hitamnya. Psy menunjukkan adanya perbedaan dari segi kostum dengan artis K-Pop lainnya yang mengikuti tren fashion setiap season-nya. Fashion di Korea Selatan sendiri berganti setiap musimnya. Dan biasanya sebuah fashion atau style yang dipakai oleh selebriti di Korea dapat menyebar dengan cepat dan menjadi tren bagi masyarakat Korea, maupun artis K-Pop lainnya. Seperti yang telah dijelaskan juga mengenai tren fashion di Korea, cenderung berasal dari designer brand dari Korea Selatan sendiri yang telah berkembang pesat dengan kombinasi warna yang berani (terang). Melihat kenyataan fashion yang berkembang dan tren bagi masyarakat serta artis K-Pop tersebut, Psy menunjukkan sebaliknya. Ia tetap dengan kostumnya tersebut saat tampil di berbagai media untuk membuat ciri khas yang kuat terhadap image dirinya. Psy juga mengubah pola pikir bahwa penggunaan tuxedo dan bow tie itu formal dan tidak fashionable menjadi sebuah fashion untuk image dirinya. Psy menunjukkan image klasik tetapi modern dan berkelas pada cara berpakaiannya sesuai dengan konsep lagunya yaitu “dress classy” tanpa takut akan perkataan atau pendapat negatif orang lain terhadap style dirinya. Hal ini ia

77 Universitas Kristen Petra lakukan untuk melekatkan image-nya yang individual terhadap gaya berpakaian dalam K-Pop kepada audiens. Selain itu, atribut kacamata hitamnya yang melekat pada image-nya juga kerap ia gunakan saat tampil di media. Kesatuan gaya berpenampilan Psy dari tuxedo, bow tie, dan kacamata hitam ini, menunjukkan sindiran bagi orang-orang Korea yang merasa berkelas (kaya), serta artis-artis K- Pop lain yang terlalu memperhatikan penampilan visual, sebagai atribut penting untuk menunjang status sosialnya dalam masyarakat. Hal ini juga dikarenakan artis-artis K-Pop sangat menjaga image penampilan “sempurna” yang mereka miliki di depan publik, khususnya media. Mereka tidak menunjukkan sisi negatif dalam dirinya, yang dianggap dapat membuat karir mereka menjadi menurun. Contoh sisi negatif yang takut untuk ditunjukkan adalah wajah yang belum memakai make-up. Beberapa dari artis K-Pop sering menghindari kamera atau menutupi wajah mereka ketika tidak memakai make-up, karena mereka malu menunjukkan wajah tanpa make-up. Selain itu, contoh lain yang banyak ditemui adalah banyaknya masyarakat Korea yang melakukan operasi plastik untuk mempercantik diri mereka. Hal ini menunjukkan mereka ingin menutupi hal yang jelek atau buruk dari diri mereka. Jadi dari segi kostum ini, Psy mau menyinggung hal tersebut yang menjadi isu penting dalam kehidupan di Korea Selatan. Begitu pula pada model rambut yang Psy gunakan yaitu 2:8. Model rambut ini jarang digunakan oleh artis K-Pop lain karena terkesan terlalu formal dan kurang fashionable. Selain itu, model ini dianggap lebih cocok untuk orang dewasa atau orang tua, karena terlihat oldies seperti rambut yang sedang populer di tahun 1950-an. Psy menunjukkan model rambut ini bukan hanya sebagai lelucon, tetapi sebagai model yang menunjukkan unsur maskulinitas. Dari sini, Psy menampilkan image sebagai artis dewasa yang rapi dan maskulin. Gaya rambut ini sebagai salah satu atributnya yang menyindir gaya rambut artis K-Pop laki-laki pada umumnya dengan warna rambut dan poni. Psy sebagai seorang penyanyi dan juga komedian dari gaya dan tingkah lakunya tersebut, Psy mencerminkan kembali sosok Jerry Lewis pada masa 1960-an. Psy memiliki kesamaan dengan Lewis dalam hal menggunakan style tersebut untuk menyindir suatu hal atau suatu kondisi. Jika pada saat itu, Lewis memakai bow tie dan model rambut Princeton atau Ivy League sebagai bahan lelucon, begitu pula dengan Psy

78 Universitas Kristen Petra saat ini yang menyinggung pola hidup orang Gangnam yang mengidam-idamkan tren fashion sebagai status dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Tidak jauh berbeda dari kedua poin di atas, dari segi bentuk tubuh juga Psy mencerminkan image yang bertolak belakang dengan image penampilan visual seorang artis K-Pop. Bentuk tubuhnya yang padat berisi (gemuk) dan bentuk wajah egg shape-nya tersebut terlihat sangat kontras dengan artis K-Pop lainnya. Dari analisis yang ada dari segi bentuk tubuh ini juga, Psy mengklaim dirinya sebagai artis K-Pop yang unik secara fisik, lucu, dan berbeda dari artis K-Pop lain, tanpa melakukan operasi plastik. Dan perbedaan itulah yang ia jual sebagai seorang star. Menunjukkan adanya perbedaan dari segi visual tersebut, Psy tidak menjual image tampan, fisik sempurna dan fashion trend layaknya artis K-Pop lain. Berdasarkan realita ini (penampilan visual), Psy menunjukkan adanya penerobosan stereotype “looks” seorang artis K-Pop untuk dapat berkarir dalam industri musik Korea. Dari sini, Psy membuka peluang bagi kaum minoritas lainnya yang serupa dengannya dari segi fisik dan penampilan untuk mencoba dan mulai berkarir dalam K-Pop tanpa terbebani oleh stereotype yang ada tersebut. Secara tidak langsung juga, dengan keadaan tersebut, Psy sedang menjual image “baru” dari industri musik K-Pop yang melekat dalam dirinya. Dari segi verbal, terdapat hal yang konsisten seperti yang Psy tunjukkan dari segi visual. Dalam beberapa penampilan, Psy menegaskan bahwa kerja keras merupakan kunci utama lebih dari penampilan visual. Hal ini mengapa ia tetap konsisten dengan penampilannya. Selain itu, Psy juga menunjukkan image sebagai artis K-Pop yang bisa go international, dan bekerjasama dengan industri musik Amerika yaitu Scooter Braun, produser Justin Bieber. Dengan terkenalnya ia di Amerika, dan karena Psy juga mengetahui persis pasar Amerika untuk masa depannya dalam industri musik barat, ia kemudian secara resmi meminta maaf kepada masyarakat, khususnya tentara Amerika atas lirik lagunya pada tahun 2004 yang berisi sindiran serta anti Amerika. Pada permintaan maaf itu, Psy juga mengatakan ia bertindak demikian karena kematian dua gadis Korea akibat tangki militer Amerika dan perang di Irak. Di sini, Psy menjangkau audiens Amerika sekaligus menunjukkan rasa cintanya terhadap negaranya, yaitu Korea.

79 Universitas Kristen Petra Untuk mengkonstruksi image cinta tanah air tersebut, membuat Psy mengatakan bahwa ia heran pada artis K-Pop yang mencoba untuk berpenampilan seperti orang Amerika, yang telah mendominasi penampilan artis-artis di budaya pop Korea. Secara historis dan secara ekonomi, merupakan kenyataan, di mana Amerika memang memiliki peran dalam pembangunan kembali negara Korea Selatan. Dengan dibangunnya pangkalan militer Amerika di Korea Selatan juga, budaya Amerika semakin banyak masuk dan mempengaruhi budaya Korea, juga dalam bidang musik. Hal ini membuat unsur Amerika melekat dalam musik maupun budaya K-Pop. Psy menunjukkan image sebagai artis yang mengkritik hal tersebut, melalui image yang dikonstruksikan lewat Gangnam Style pada negaranya. Ia menunjukkan bahwa walaupun ia sudah berhasil diterima dalam industri musik budaya pop Amerika, ia tetap menampilkan image sebagai orang Korea, berpenampilan seperti orang Korea, dan berniat mempromosikan Korea lebih luas lagi. Hal ini juga ia tunjukkan saat ia melakukan wawancara dan mengatakan bahwa ia sengaja membeli lisensi tarian dari group band K-Pop untuk ia perkenalkan di Amerika. Ia memposisikan dirinya sebagai superstar yang mewakili artis K-Pop di industri musik Amerika. Kemudian dari segi non verbal, Psy juga menunjukkan image-nya sebagai artis profesional. Beberapa kali Psy menjawab pertanyaan sambil menggerakkan tangannya mengikuti ketukan kalimatnya. Di sini terlihat bahwa ketika ia berkata ingin menunjukkan image apa adanya, yang lucu, kocak, tetapi pada intinya dengan gerakan tangan tersebut menunjukkan bahwa ia sedang mengatur cara bicaranya. Psy sedang mengontrol bagaimana ia tampil di media, tetapi terlihat sebagai apa adanya. Seperti ketika ia tampil di sebuah acara wawancara, host acara tersebut mempertanyakan mengapa Psy mengecek list pertanyaan untuknya sebelum acara berlangsung. Dan Psy sempat tidak ingin menjawab hal tersebut, tetapi kemudian ia menjawab karena ia tidak ingin beberapa hal masa lalu kembali dibahas. Hal ini menunjukkan walau ia mengatakan tampil apa adanya, ia masih mengontrol dirinya. Hal tersebut Psy lakukan tidak hanya pada acara di Korea, tetapi juga di Amerika maupun negara Barat lain, yang terdapat perbedaan budaya antara Psy dan negara tersebut. Walau berbeda budaya, Psy menunjukkan image

80 Universitas Kristen Petra profesionalnya dengan dapat seorang diri melakukan wawancara tanpa ditemani penerjemah, dan bisa ikut bercanda saat proses wawancara di media-media Amerika. Psy seolah menunjukkan bahwa ia mengerti dan bisa cepat beradaptasi dengan budaya Barat, tanpa menghilangkan ciri khas Korea yang ia miliki. Hal ini didukung juga dengan kemampuannya berbahasa Inggris yang cukup, sehingga ia tampil personal dalam acara internasional tersebut, yang biasanya beberapa artis K-Pop lain akan ditemani oleh penerjemah Bahasa Inggris. Berbahasa Inggris bagi artis K-Pop merupakan poin tambahan bagi image mereka. Hal ini dikarenakan bahasa Inggris mengambil peranan penting dalam kesuksesan K-Pop mendunia. Hal ini tidak lepas juga dari kesuksesan Psy, yang dalam video musiknya terdapat penggalan bahasa Inggris, sehingga masyarakat global dapat mengerti inti lagu yang dinyanyikan tersebut. Dengan kemampuannya berbahasa Inggris, membuka peluang lebih bagi Psy untuk berkarya lebih luas lagi di Amerika. Sebagai seorang superstar, Psy diundang diberbagai acara nasional (Korea) maupun internasional. Tidak sedikit acara di media Amerika yang mengundangnya sebagai bintang tamu. Dari sini, Psy kembali menunjukkan image-nya sebagai artis profesional yang melebihi artis K- Pop lainnya. Seperti ketika Psy yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris, tidak berpikiran untuk mengubah lirik atau membuat lagu dengan full berbahasa Inggris. Sebelumnya, hal ini dilakukan oleh artis-artis K-Pop lain, ketika mempromosikan lagunya di Amerika dengan full berbahasa Inggris. Hal ini kembali menunjukkan image dirinya yang cinta akan Korea, sehingga walau berada di Amerika, ia masih menjadi pribadi orang Korea. Dari interpretasi peneliti, image yang dikonstruksikan oleh Psy ini membongkar standarisasi budaya populer K-Pop. K-Pop memiliki cara berpenampilan sendiri yang dijual di media sebagai sebuah style K-Pop. Style inilah yang memunculkan boyband girlband. Kemudian pasar industri musik Korea mulai menggunakan standarisasi tersebut untuk dijual dengan individualisme palsu. Maksudnya di sini adalah, bermunculannya boyband girlband baru dengan standar yang sama, tetapi dikatakan berbeda oleh mereka. Padahal dari musik-musik K-Pop yang ada, terlihat sama karakteristik lagunya. Tidak hanya dari segi musik, dari segi penampilan juga terlihat sama dengan

81 Universitas Kristen Petra standar yang mereka tetapkan tersebut, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Style yang ada di Korea ini juga tidak lepas dari pengaruh budaya Amerika, di mana Amerika memang memegang peran dalam perkembangan negara Korea Selatan. Hal inilah yang ingin disindir oleh Psy dengan menggunakan style yang berbeda dengan artis K-Pop lainnya. Keinginan Psy yang kuat untuk mencitrakan dirinya sebagai orang Korea, membuat ia memiliki pembeda dari artis K-Pop lainnya, yang masih mengikuti budaya Barat. Image yang berbeda ini mempunyai andil cukup dalam membesarkan nama Psy di dalam dan di luar negaranya. Image dengan style seperti inilah yang dijual oleh Psy dan manajemennya, yaitu kebaruan dalam K-Pop yang benar-benar lepas dari standarisasi yang ada di Korea, bukan hanya dari segi visual seperti stereotype yang ada, tetapi dari musik dan tariannya. Dan kenyataan yang ada, meskipun Psy menyinggung mereka, di sini Psy pada akhirnya memunculkan sebuah standarisasi baru di K-Pop, yang diikuti oleh beberapa artis K-Pop lain. Sehingga Psy berperan sebagai perwakilan baru dalam K-Pop di industri musik dunia, khususnya bagi para artis K-Pop yang memiliki penampilan fisik sepertinya untuk bisa berkarya serta diterima dalam industri musik Korea, dan bangga menjadi seorang Korea.

82 Universitas Kristen Petra