Evaluasi Pemerintah Pusat Melalui Pemerintahan Provinsi terhadap Hasil Pemekaran Wilayah

Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Berdasarkan Aturan tentang Pemerintah Daerah

EVALUASI PEMERINTAH PUSAT MELALUI PEMERINTAHAN PROVINSI TERHADAP HASIL PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA SELATAN BERDASARKAN ATURAN TENTANG PEMERINTAH DAERAH

Helmanida Dedeng Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

[email protected] [email protected] Abstract: as a Province which has expanded regency / city areas. There are several regencies / cities in South Sumatra that have made regional splits, namely South Ogan Komering Ulu Regency (South OKU) based on Law (Law) Number (No) 37 of 2003, East Ogan Komering Ulu Regency (East OKU) based on Law - Law Number 37 of 2003, (OI) based on Law Number 37 of 2003, based on Law Number 6 of 2002, Empat Lawang Regency based on Law Number 1 of 2007, Kota based on Law Law Number 6 of 2001, Kota based on Law Number 8 of 2001, Lubuk Linggau City based on Law Number 7 of 2001, PALI Regency based on Law Number 7 of 2013 and Muratara Regency based on Law Number 16 years 2013. The Central Government through the Ministry of Home Affairs together with the Government of South Sumatra Province jointly conduct an evaluation of the district division en / cities in South Sumatra based on Law Number 23 of 2014 concerning Regional Government and Law Number 9 of 2015 concerning Second Amendment to Law No. 23 of 2014 concerning Regional Government. This study uses a legal research method with a legislative approach and a history of regional expansion in regencies / cities in South Sumatra. To find out the evaluation of the regency / city regions resulting from the division. From the evaluation types of the ministry of the interior some regencies / cities become independent autonomous regions, namely South OKU, East OKU, Empat Lawang, Ogan Ilir, Banyuasin, Lubuk Linggau, Prabumulih and Pagar Alam and two districts in the process of control towards independent autonomous regions namely PALI and Muratara, which is reviewed from the validity period of the newly established regions starting from the enactment of the pemekaran law for each of the regencies / cities. Keywords: Regency, City, Pemekaran and South Sumatra

1

Helmanida 2 Dedeng Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

Abstrak: Sumatera Selatan sebagai suatu Provinsi yang telah melakukan pemekaran daerah kabupaten/kota. Terdapat beberapa daerah kabupaten/kota di Sumatera Selatan yang telah melakukan pemekaran daerah yaitu Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKU selatan) berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor (No) 37 Tahun 2003, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU Timur) berdasarkan Undang- Undang Nomor 37 Tahun 2003, Kabupaten Ogan Ilir (OI) berdasarkan Undang- Undang Nomor 37 Tahun 2003, Kabupaten Banyuasin berdasarkan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2002, Kabupaten Empat Lawang berdasarkan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2007, Kota Prabumulih berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2001, Kota Pagar Alam berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2001, Kota Lubuk Linggau berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2001, Kabupaten PALI berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2013 dan Kabupaten Muratara berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2013. Pemerintah Pusat melalui kementerian dalam negeri bersama dengan pemerintahan Provinsi Sumaatera Selatan bersama-sama melakukan evaluasi terhadap daerah pemekaran kabupaten/kota di Sumatera Selatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum dengan pendekatan perUndang-Undangan dan sejarah pemekaran daerah kabupaten/kota di Sumatera Selatan. Untuk mengetahui evaluasi terhadap daerah kabupaten/kota hasil pemekaran tersebut. Dari jenis evaluasi kementerian dalam negeri beberapa daerah kabupaten/kota menjadi daerah otonom mandiri yaitu OKU Selatan, OKU Timur, Empat Lawang, Ogan Ilir, Banyuasin, Lubuk Linggau, Prabumulih dan Pagar Alam serta dua kabupaten dalam proses kontrol menuju daerah otonom mandiri yaitu PALI dan Muratara, yang ditinjau dari masa berlaku daerah pemekaran terhitung sejak disahkannya UU pemekaran untuk masing- masing kabupaten/kota tersebut. Kata Kunci: Kabupaten, Kota, Pemekaran dan Sumatera Selatan

A. Pendahuluan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kedua undang-undang ini Pasca Orde Baru dan memasuki menggantikan Undang-Undang era demokrasi dengan sebelumnya yaitu Undang-Undang adanya penguatan isu desentralisasi Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok- dengan ditandai keberlakuan Pokok Pemerintahan Di Daerah. Undang-Undang nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah Pemberlakuan dan penguatan dan Undang-Undang nomor 25 Tahun asas desentralisasi pada ketentuan 1999 tentang perimbangan Keuangan Undang-Undang Pemerintahan Evaluasi Pemerintah Pusat Melalui Pemerintahan Provinsi terhadap Hasil Pemekaran Wilayah 3 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Berdasarkan Aturan tentang Pemerintah Daerah

Daerah yang baru tersebut dengan Daerah otonom memiliki amanah untuk mengurus kepentingan kewenangan untuk membangun, masyarakat daerah, diberikannya mengelola potensi dan sumber daya konsep daerah otonomi luas, nyata yang ada di daerah otonom tersebut dan bertanggung jawab. Selain itu berdasarkan aspirasi masyarakat untuk adanya pemberdayaan daerah. Aspirasi dan keinginan masyarakat secara mandiri dan masyarakat ini hendaknya dapat memperkuat fungsi dewan diadopsi pemerintah daerah dalam Perwakilan Rakyat Daerah. Sistem memajukan pemberdayaan otonomi pada era demokrasi ini masyarakat daerah otonom itu merupakan otonomi yang luas, nyata sendiri. Dengan keberlakuan konsep dan bertanggung jawab. Semua otonomi daerah maka Kabupaten dan kewenangan pemerintah kecuali Kota sepenuhnya melaksanakan politik luar negeri, pertahanan fungsi dari daerah otonom tersebut keamanan, peradilan, moneter, fiskal yang berlandaskan pada asas dan agama, untuk bidang-bidang lain desentralisasi daerah. diserahkan kepada daerah secara Dalam hal pembentukan utuh, bulat dan menyeluruh dengan peraturan daerah maka ajuan ditetapkan melalui peraturan Rancangan Peraturan Daerah dibahas pemerintah. Perspektif desentralisasi bersama DPRD dan setelah adanya politik menerjemahkan desentralisasi persetujuan DPRD, Peraturan Daerah sebagai devolusi kekuasaan dari tersebut ditetapkan oleh Kepala pemerintah pusat ke pemerintah daerah berdasarkan pedoman yang daerah, sedangkan perspektif telah ditetapkan pemerintah pusat. desentralisasi administrasi diartikan Konsep otonomi daerah juga sebagai pendelegasian wewenang mengatur tentang pembentukan administratif dari pemerintah pusat ke daerah baru yang didasarkan pada pemerintah daerah.1 pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi sumber daya alam daerah,

1 Syarif Hidayat, Refleksi Realitas Otonomi Daerah Dan Tantangan Kedepan, Jakarta: Pustaka Quantum, 2003, hlm. 23.

Helmanida 4 Dedeng Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

faktor sosial budaya, kondisi sosial pelaksanaan otonomi daerah sehingga politik daerah, keadaan geografis Pemerintah Pusat melalui proses daerah, dan dengan pertimbangan pembentukan Peraturan perUndang- lainnya yang memungkinkan Undangan diubah dan menjadi terselenggaranya pembentukan Undang-Undang Nomor 32 Tahun daerah otonom baru. Sedangkan 2004 tentang Pemerintahan Daerah daerah yang tidak mampu dan Undang-Undang nomor 33 Tahun melaksanakan otonomi daerah dapat 2004 tentang Perimbangan Keuangan dihapus atau digabung dengan daerah Antara Pemerintah Pusat dan lainnya. Daerah juga dapat Pemerintahan Daerah. dimekarkan menjadi daerah otonom Dengan disempurnakannya lainnya yang ditetapkan dengan Undang-Undang Otonomi Daerah Undang-Undang. yaitu dengan dikeluarkannya Rencana penelitian ini juga Undang-Undang No 32 Tahun 2004 mempertimbangan bahwa dalam tentang Pemerintahan Daerah dan konsep desentralisasi dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun keberlakuan Undang-Undang 2004 tentang Perimbangan Keuangan pemerintahan daerah memberikan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah kepada kabupaten atau kota dengan yaitu berkaitan dengan untuk diberikan otonomi yang luas, penyelenggaraan pemilihan kepala sedangkan pada Provinsi diberikan daerah dan wakil kepala daerah guna otonomi terbatas, hal ini ditandai tampilnya pemimpin pemerintahan di dengan kewenangan Provinsi pada daerah yang berasal dari rakyat, untuk otonomi yang bersifat lintas rakyat dan oleh rakyat sebagai Kabupaten dan kota. implementasi asas demokrasi langsung. Sedangkan khusus Keberlakuan Undang-Undang Perimbangan Keuangan Pusat dan Nomor 22 Tahun 1999 tentang Daerah bahwa dana perimbangan Pemerintahan Daerah dan Undang- terdiri atas dana alokasi umum Undang Nomor 25 Tahun 1999 (DAU), dana alokasi khusus (DAK) tentang Perimbangan Keuangan dan dana bagi hasil (DBH). Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dengan berbagai pertimbangan

Evaluasi Pemerintah Pusat Melalui Pemerintahan Provinsi terhadap Hasil Pemekaran Wilayah 5 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Berdasarkan Aturan tentang Pemerintah Daerah

Dengan pertimbangan Undang-Undang Nomor 32 Tahun penyelenggaraan pemilihan kepala 2004 tentang Pemerintahan Daerah daerah dan wakil kepala daerah untuk yang lama. Untuk menjamin perlu menerapkan prinsip efisiensi pembangunan dan pelayanan kepada dan efektifitas yang berkaitan dengan masyarakat melalui kepemimpinan pemanfaatan dana, perlengkapan, pemerintahan daerah yang personal dan keadaan wilayah demokratis diterbitkanlah Undang- pemilihaan sehinggan ditetapkannya Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Perubahan Kedua Atas Undang- Undang-Undang (Perpu) Nomor 3 Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas tentang Pemerintahan daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun Hingga saat ini aturan-aturan 2004 tentang Pemerintahan daerah. perUndang-Undangan yang mengatur Selanjutnya Pemerintah tentang pemerintahan daerah menetapkan Undang-Undang Nomor mengacu pada Undang-Undang 12 Tahun 2008 tentang perubahan Nomor 9 Tahun 2015 tentang Kedua Atas Undang-Undang Nomor perubahan kedua atas Undang- 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Undang Nomor 23 Tahun 2014 Daerah guna menyelaraskan tentang Pemerintahan Daerah. penyelenggaraan pemerintahan Perubahan demi perubahan atas daerah yang diarahkan untuk mampu Undang-Undang Pemerintahan melahirkan pemimpin pemerintahan Daerah guna penyelenggaraan daerah dengan memperhatikan pelaksanaan otonomi daerah yang prinsip demokrasi, keadilan dan bertanggung jawab, adil dan kepastian hukum. berkesinambungan guna menunjang perkembangan dinamisasi Pemikiran untuk pelaksanaan pemerintahan daerah dan mendukung otonomi daerah terus dikelola terkait era demokrasi pemerintahan. Dengan distribusi fungsi pemerintahan antara kuatnya Undang-Undang pemerintah pusat dan daerah dengan pemerintahan daerah menjadikan terbitnya Undang-Undang Nomor 23 daerah otonom dapat berdiri secara Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dengan menggantikan

Helmanida 6 Dedeng Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

mandiri guna menjalankan fungsi dan Daerah Otonom menjadikan pemerintahan. daerah lebih mempercepat pembangunan daerah melalui infra Pelaksanaan otonomi daerah dan supra pembangunan dan tatanan melalui daerah otonom baru ini demokrasi daerah berfungsi lebih memperkuat asas desentralisasi. baik. Harmonisasi ini dapat pula Desentralisasi dipandang sebagai terbangun pada kinerja an fungsi bagian tak terpisahkan dari agenda birokrasi pemerintahan daerah. demokratisasi.2 Otonomi daerah melalui daerah otonom dapat Dengan berlakunya otonomi diharapkan terbangunggya fungsi daerah di Indonesia melalui berbagai pemerintahan daerah yang produk Undang-Undang sebagai terselanggara dengan baik dan instrumen pelaksana dari Otonomi berdirinya lembaga-lembaga Daerah tersebut menjadi asas pemerintahan daerah dan fungsi desentralisasi dan demokrasi daerah horizontal antara Pemerintah Daerah mendapat respon di kalangan dengan dewan Perwakilan Rakyat masyarakat dan penggiat daerah, Daerah dapat terbangun dengan baik. mulai dari tokoh-tokoh masyarakat Hal ini diharapkan terbangunnya daerah, aktivis di daerah, LSM di sistem demokrasi pemerintahan daerah, akademisi, anggota dewan daerah dalam kerangka negara perwakilan rakyat dan stake holder kesatuan Republik indonesia. lainnya yang memiliki kepentingan dengan daerah masing masing cukup Sebagaimana Ryaas Rasyid antusias dengan konsep mengatakan “Akses daerah ke dalam pemberlakuan asas desentralisasi pemerintahan nasional bisa dibangun otonomi daerah. Hal ini ditandai melalui pengembangan lembaga- dengan banyaknya proses pemekaran lembaga supra struktur politik, seperti suatu daerah menjadi daerah pembentukan dewan perwakilan pemekaran baru. Tidak hanya daerah, maupun pula infra struktur pemekaran daerah Provinsi namun politik”.3 Melalui Otonomi Daerah

2 Tim Lipi, Membangun Format Baru 3 Ryaas Rasyid, Desentralisasi & Otonomi Otonomi Daerah, Jakarta: LIPI Press, 2006, Daerah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 11. 2007, hlm. 28.

Evaluasi Pemerintah Pusat Melalui Pemerintahan Provinsi terhadap Hasil Pemekaran Wilayah 7 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Berdasarkan Aturan tentang Pemerintah Daerah

pemekaran daerah Kabupaten/Kota membatasi pada pemekaran daerah cukup menjadi fakta menarik atas Kabupaten/Kota mengingat Daerah pemekaran wilayah yang Kabupaten/Kota merupakan daerah dilaksanakan hampir terjadi melalui daerah otonomi luas dan mandiri sample diseluruh Indonesia. Selain itu bertanggung jawab sesuai dengan konsep demokrasi dan konsep implementasi dari Undang-Undang kedaulatan memiliki sinergisitas Pemerintahan daerah. Dan perlunya untuk membentuk suatu hubungan antara demokrasi dan pemerintahan yang didasarkan atas hukum, karena demokrasi tanpa kehendak bersama dan untuk pengaturan hukum akan kehilangan menjalankan kepentingan rakyat bentuk dan arah, sedangkan hukum banyak (maslabaatil ‘ammah)4. Hal tanpa demokrasi akan kehilangan ini juga ditegaskan Jimly Ashiddiqie, makna.7 bahwa teori tentang negara hukum, Pemekaran daerah di Indonesia rule of law, dan rechtsstaat pada merupakan pembentukan wilayah pokoknya tidak dapat dipisahkan dari administratif baru di tingkat Provinsi teori tentang demokrasi, keduanya maupun kota dan Kabupaten dari harus dilihat sebagai dua sisi mata induknya. Landasan hukum terbaru uang yang sama5. Sehingga negara untuk pemekaran daerah di Indonesia hukum demokrasi (democratische adalah UU No 23 Tahun 2014 tentang rechatsstaat) itu tidak lain merupakan Pemerintahan Daerah. Pembentukan konstitusi dalam arti ideal (ideal daerah otonomi baru marak sejak begrif der vervassung).6 disahkannya konsep otonomi daerah Hal ini juga terjadi di wilayah melalui keberlakuan Undang-Undang provinsi Sumatera selatan sebagai No 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah Provinsi Otonomi. Peneliti daerah yang kemudian direvisi

4 Syahda Guruh Langkah Samudra, 5 Jimly Ashiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Memimbang Otonomi vs Federal; Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, Mengembangkan Wacana Federalisme dan Jakarta: Penerbit BIP, 2007, hlm. 300. Otonomi Luas Menuju Masyarakat Madani 6 Djokosutono, Hukum Tata Tata Negara, Indonesia, Cet-1, Bandung: PT. Remaja Kuliah Himpunan Harun Al Rasyid, Bogor: Rosdakarya, 2000, hlm. 131-132. Ghalia Indonesia, 1982, hlm. 199. 7 Ridwan. HR, Hukum Administrasi Negara, Cet-11, Yogyakarta: UII Press, 2003, hlm. 6.

Helmanida 8 Dedeng Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

menjadi UU No 32 Tahun 2004. pemekaran dari Kabupaten Ogan Khusus untuk Sumatera Selatan telah Komering Ulu pada tanggal 18 terbentuk kota Pagar Alam hasil Desember 2003 dengan dasar hukum pemekaran dari Kabupaten pembentuk yaitu UU RI No 37 Tahun pada tanggal 21 Juni 2001 dengan 2003, terbentuknya Kota Lubuk dasar hukum pembentuk yaitu UU RI Linggau pada tanggal 21 juni 2001 No 08 Tahun 2001, Kota Prabumulih hasil pemekaran dari Kabupaten Musi hasil pemekaran daerah dari Rawas dengan dasar hukum yaitu UU Kabupaten Muara Enim pada tanggal RI No 07 Tahun 2001, terbentuknya 31 Juni 2001 dengan dasar hukum Kabupaten Empat Lawang pada pembentuknya yaitu UU RI No 06 tanggal 2 Januari 2007 atas hasil Tahun 2001, terbentuknya Kabupaten pemekaran dari Kabupaten Lahat Banyuasin hasil pemekaran dari dengan dasar hukum pembentuk yaitu Kabupaten Musi Banyuasin pada UU RI No 01 Tahun 2007, Kabupaten tanggal 10 April Tahun 2002 dengan Penukal Abab Lematang ilir pada dasar hukum pembentuk yaitu UU RI tanggal 2 Januari 2012 atas hasil No 06 Tahun 2002, terbentuknya pemekaran dari Kabupaten Muara Kabupaten Ogan Ilir hasil pemekaran Enim, Kabupaten Musi Rawas Utara dari Kabupaten Ogan Komering Ilir atas hasil pemekaran dari Kabupaten pada tanggal 18 Desember 2003 Musi Rawas pada Juni 2013. Jadi di dengan dasar hukum pembentuk yaitu Provinsi Sumatera Selatan terdapat 8 UU RI No 37 Tahun 2003, (delapan) Kabupaten dan 2 (dua) terbentuknya Kabupaten Ogan Kota hasil pemekaran yang menjadi Komering Ulu Selatan hasil Kabupaten Otonomi Baru di pemekaran dari Kabupaten Ogan Sumatera Selatan.8 Komering Ulu pada tanggal 18 Masing-masing daerah otonom Desember 2003 dengan dasar hukum kabupaten/kota di Sumatera Selatan pembentuk yaitu UU RI No 37 Tahun telah berjalan sebagaimana daerah 2003, terbentuknya Kabupaten Ogan lainnya. Demikian pula pada sistem Komering Ulu Timur atas hasil pemerintahan dan fungsi

8 h_di_indonesia. diakses 4 Juni 2019 pukul https://wikipedia.org/wiki/pemekaran_daera 10:00 wib

Evaluasi Pemerintah Pusat Melalui Pemerintahan Provinsi terhadap Hasil Pemekaran Wilayah 9 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Berdasarkan Aturan tentang Pemerintah Daerah

pemerintahan daerah telah C. Metode Penelitian menjalankan tugas sebagaimana Penulisan ini dihasilkan melalui ketentuan peraturan perUndang- penelitian dengan pendekatan Undangan. Namun perlunya evaluasi PerUndang-Undangan dan sejarah dari pemerintah pusat melalui terbentuknya daerah otonom baru dan pemerintah Provinsi terhadap hasil studi kepustakaan serta tinjauan pemekaran wilayah Kabupaten/Kota langsung ke pemerintahan Provinsi di Sumatera Selatan tersebut. Sumatera Selatan pada biro Otonomi Banyaknya pemekaran wilayah di Daerah dan pemerintahan. Bahan seluruh Indonesia tidak terbendung hukum yang digunakan meliputi terutama di luar pulau Jawa9. bahan hukum primer, sekunder dan B. Rumusan masalah tersier. Dengan Penarikan kesimpulan menggunakan logika deduktif Berdasarkan latar belakang diatas isu hukum yang akan dijawab D. Pembahasan dalam penulisan ini adalah sebagai D.1 Evaluasi Pemerintah Pusat berikut: Melalui Kementerian Dalam 1. Bagaimana evaluasi Pemerintah Negeri Bersama Pemerintah Pusat melalui Kementerian Provinsi Terhadap Hasil Dalam Negeri bersama pemekaran Kabupaten/Kota Di Pemerintah Provinsi terhadap Sumatera Selatan hasil pemekaran wilayah atas Terhadap suatu usulan atas daerah Kabupaten/Kota di pemekaran wilayah baik Daerah Sumatera Selatan? Kabupaten maupun Kota yang ada di 2. Bagaimana prosedur pemekaran suatu Provinsi perlu mendapat kajian daerah Kabupaten/Kota mendalam dari berbagai aspek, baik berdasarkan Undang-Undang pemerintahan, topografi wilayah, Pemerintahan Daerah? masyarakat, potensi sumber daya dan politik serta strategi kemajuan daerah

9 Murtir Jeddawi, Pro-Kontra Pemekaran Wilayah: Analisis Empiris, Yogyakarta: Total Media, 2009, hlm. 111.

Helmanida 10 Dedeng Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

tersebut. Kajian secara komprehensif 2. Dinilai belum layak untuk dapat dimaksudkan untuk memastikan dinyatakan menjadi daerah bahwa suatu daerah dapat dimekarkan otonom baru (DOB). menjadi Kabupaten atau Kota otonom Dasar dalam penentuan baru. Tahapan kajian tersebut tentang layak atau tidak suatu daerah menjadi penting terutama mengikuti menjadi daerah otonom baru adalah tahapan yang telah ditentukan evaluasi pada tahap persiapan yang Undang-Undang (UU) tentang meliputi aspek teknis prasyarat Pemerintahan Daerah yaitu UU No 23 menjadi sebuah daerah otonom baru Tahun 2014 tentang Pemerintahan serta dukungan sumber daya baik Daerah dan UU No 9 Tahun 2015 manusia maupun non-manusia serta tentang Perubahan Kedua atas UU No masyarakatnya dalam menjalankan 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan tahapan-tahapan yang telah Daerah. ditentukan. Jika suatu daerah Suatu daerah yang usulan persiapan dapat dinilai dan pemekarannya dinilai tidak layak, dinyatakan layak, maka tahapan maka usulan tersebut dikembalikan berikutnya adalah pembentukan kepada pengusul sebelumnya dan daerah otonomi baru sesuai syarat dan apabila usulan pemekaran wilayah ketentuan dalam peraturan Kabupaten atau Kota dinyatakan telah perUndang-Undangan. Setelah layak, maka harus dilakukan tahapan terbentuk menjadi daerah otonom persiapan sebagai daerah pemekaran baru, evaluasi tetap harus dilakukan yaitu dalam masa waktu selama 3 dalam kurun waktu tertentu minimal (tiga) Tahun. Pada tahapan persiapan 5 Tahun dan maksimal 10 Tahun, ini terdapat dua keadaan yang dapat sehingga akan diperoleh daerah yang dinyatakan sebagai hasil dari fase benar-benar mampu menjadi daerah persiapan tersebut, yaitu: otonom.

1. Dinilai layak dapat menjadi Model evaluasi yang dilakukan daerah otonom baru (DOB), atau harus secara komprehensif dalam segala aspek baik sebelum, saat berlangsung (proses), maupun sesudah atau hasil (output). Terdapat

Evaluasi Pemerintah Pusat Melalui Pemerintahan Provinsi terhadap Hasil Pemekaran Wilayah 11 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Berdasarkan Aturan tentang Pemerintah Daerah

beberapa model evaluasi seperti perangkat daerah; (2) aspek model formatif-sumatif, model CIPP pengisian personil; (3) aspek (context, input, process, product), pengisian keanggotaan DPRD; model CIRO (context, input, reaction, (4) aspek penyelenggaraan output), dan lain-lain.10 Semuanya urusan wajib dan pilihan; (5) akan menghasilkan evaluasi yang aspek pembiayaan; (6) aspek memadai dan dapat mengambil pengalihan aset; (7) aspek kebijakan berikutnya apakah daerah peralatan dan dokumen; (8) aspek tersebut layak atau tidak layak untuk pelaksanaan penetapan batas dapat dimekarkan. Yang melakukan wilayah; (9) aspek penyediaan evaluasi (evaluator) adalah para sarana dan prasarana pihak yang terkait baik Pemerintah pemerintahan; serta (10) aspek Pusat, lembaga independen, penyiapan rencana umum tata masyarakat, maupun akademisi ruang wilayah dan dan/atau media sehingga diperoleh pemindahan/perubahan ibukota hasil yang objektif dengan indikator di 7 daerah. yang dapat diharapkan. b. Evaluasi terhadap daerah otonom Hasil paparan Menteri Dalam baru yang berusia lebih dari 5 Negeri bahwa pemerintah membagi 2 Tahun. (dua) jenis evaluasi terhadap daerah Evaluasi terhadap daerah otonom Kabupaten/Kota hasil pemekaran, baru yang berusia lebih dari 5 yaitu11: Tahun lebih difokuskan pada a. Evaluasi terhadap daerah otonom aspek tata kelola pemerintahan baru yang berusia 0 - 3 Tahun. yang baik, pelayanan publik, daya saing daerah, dan Pada evaluasi ini dilakukan kesejahteraan rakyat. Hasil penilaian terhadap 10 aspek evaluasi menyebutkan bahwa: perkembangan penyelenggaraan pemerintahan, yaitu: (1) aspek pembentukan organisasi

10 Lihat Eko Maulijar, Model-Model Model_Evaluasi, diakses tanggal 19 Juni Evaluasi, dalam 2019 http://www.academia.edu/6370461/Model_ 11

Helmanida 12 Dedeng Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

1. Tingkat kesejahteraan rakyat memasuki usia pemekaran selama perlu ditingkatkan; masa berjalan 18 Tahun. Artinya ditinjau dari aspek dan jenis evaluasi 2. Kinerja tata pemerintahan yang telah memasuki sebagai daerah baik pada umumnya masih perlu otonom yang mandiri dan telah ditingkatkan; mengalami setidaknya 3 (tiga) kali 3. Kinerja daerah otonom hasil evaluasi oleh Pemerintah Pusat pemekaran dalam memberikan bersama dengan pemerintah Provinsi layanan publik masih jauh Sumatera Selatan. Kabupaten ini dari harapan ideal; dan telah ditandai dengan pembangunan 4. Kinerja daya saing belum infrastruktur pemerintahan yang memenuhi harapan. cukup memadai sebagai suatu daerah Kabupaten Otonom, ditandai dengan Untuk wilayah Sumatera Selatan infrastruktur gedung pemerintahan sebagai suatu Provinsi yang cukup yang cukup representatif, besar dari segi wilayah dan telah penyelenggaraan pendidikan yang beberapa kali melakukan pemekaran mandiri, ekonomi masyarakat yang wilayah termasuk Kabupaten dan berjalan stabil dan masih dalam Kota yang ada di wilayah Sumatera evaluasi tingkat kesejahteraan Selatan. Berdasarkan jenis evaluasi masyarakat. tersebut, dapat dikategorikan terdapat dua jenis evaluasi yang dapat Kabupaten Ogan Komering Ulu dilakukan yaitu untuk daerah Selatan (OKU Selatan) dengan Ibu kabupaten/kota yang usia pemekaran Kota Muara Dua yang resmi menjadi antara 0-3 Tahun dan daerah Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten/Kota yang telah Kabupaten Ogan Komering Ulu memasuki masa lebih dari 5 Tahun. (OKU), disahkan pada 18 Desember Tahun 2003. Setidaknya sudah sekitar Kabupaten Banyuasin dengan 17 Tahun menjalani pemerintahan Ibu Kota Pangkalan Balai hasil sebagai suatu daera Otonom dan dari pemekaran dari Kabupaten Musi jenis evaluasi maka sudah dapat Banyuasin (Muba) sebelumnya yang disebut sebagai suatu daerah otonom disahkan pada 10 April 2002, telah mandiri. Setidaknya minimal dari

Evaluasi Pemerintah Pusat Melalui Pemerintahan Provinsi terhadap Hasil Pemekaran Wilayah 13 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Berdasarkan Aturan tentang Pemerintah Daerah

jenis kriteria evaluasi telah menjalani Empat Lawang dengan Ibukota 3 tahap evaluasi baik dari pemerintah Tebing Tinggi sebagai suatu pusat dalam hal ini kementerian kabupaten hasil pemekaran dari dalam negeri bersama pemerintahan wilayah sebelumnya yaitu kabupaten Provinsi Sumatera Selatan. Lahat. Disahkan sebagai daerah pemekaran pada 2 januari 2007. Kabupaten Ogan Komering Ulu Setidaknya telah memasuki usia 13 Timur (OKU Timur) dengan Ibu Kota Tahun sebagai daerah otonom baru. Martapura sebagai hasil pemekaran Berdasarkan jenis evaluasi setidaknya dari Kabupaten Ogan Komering Ulu telah mengalami 3 (tiga) kali evaluasi (OKU) yang disahkan pada 18 dari pemerintah pusat dalam hal ini Desember 2003. Setidaknya telah 17 kementerian dalam negeri bersama Tahun melaksanakan sebagai suatu pemerintah Provinsi Sumatera daerah otonom baru. Dari jenis Selatan. Berdasarkan kurun waktu evaluasi daerah otonom baru (DOB) dan jenis evaluasi dapat dikategorikan setidaknya telah 3 (tiga) kali sebagai daerah otonom mandiri. mengalami evaluasi pemerintah daerah. Berdasarkan masa waktu Kota Prabumulih sebagai suatu pemekaran maka dapat dikategorikan Kota hasil pemekaran daerah yang telah menjadi daerah otonom mandiri. disahkan pada 21 Juni 2001. Kurun waktu 18 Tahun telah menjadi Kota Kabupaten Ogan Ilir (OI) dengan Otonom mandiri. Berdasarkan jenis Ibukota Inderalaya, sebagai suatu evaluasi setidaknya telah 3 (tiga) kali daerah hasil pemekaran dari daerah menjalani evaluasi dari kementerian sebelumnya yaitu Ogan Komering Ilir dalam negeri bersama pemerintah (OKI). Disahkan pada 18 Desember Provinsi Sumatera Selatan. 2003. Setidaknya telah memasuki kurun waktu 17 Tahun sebagai suatu Kota Pagar Alam, sebagai suatu daerah pemekaran dan minimal telah Kota hasil pemekaran dari Kabupaten mengalami 3 (tiga) kali evaluasi atas Lahat pada 21 Juni 2001. Masa 18 hasil daerah pemekaran. Ditinjau dari Tahun Kota Pagar Alam telah jenis evaluasi dan fase waktu menjalani sebagai suatu Kota hasil pemekaran dapat dikategorikan telah pemekaran dan berdasarkan jenis menjadi daerah otonom mandiri.

Helmanida 14 Dedeng Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

evaluasi masuk menjadi daerah Kota Pemekaran wilayah otonom mandiri. Kabupaten/Kota didasarkan pada ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Kota Lubuk Linggau disahkan Tahun 2014 tentang Pemerintahan menjadi Kota hasil pemekaran pada Daerah dan Undang-Undang nomor 9 21 Juni Tahun 2001. Telah menjalani Tahun 2015 tentang Perubahan masa 18 (delapan belas) Tahun Kedua Atas Undang-Undang No 23 sebagai suatu Kota hasil pemekaran. Tahun 2014. Ketentuan UU No 23 Berdasarkan jenis evaluasi dapat Tahun 2014 menyatakan bahwa dikategorikan sebagai suatu Kota pelaksanaan desentralisasi dilakukan otonom mandiri. penataan daerah. Sesuai ketentuan Kabupaten PALI sebagai suatu Pasal 31 Ayat (3) UU No 23 Tahun daerah Kabupaten pemekaran dari 2014 yang menentukan bahwa kabupaten Muara Enim sebelumnya penataan daerah terdiri atas yang disahkan pada 14 Desember pembentukan daerah dan penyesuaian 2012. Telah memasuki masa 8 Tahun daerah. Tujuan dilakukannya sebagai suatu daerah pemekaran. penataan daerah adalah untk Berdasarkan jenis evaluasi masih mewujudkan adanya efektivitas pada tahap pemantauan dalam proses penyelenggaraan pemerintahan menuju daerah otonom mandiri. daerah, guna mempercepat Kabupaten Musi Rawas Utara peningkatan kesejahteraan hasil pemekaran yang disahkan pada masyarakat, dan mempercepat Juni 2013 dengan masa 7 (tujuh) peningkatan pelayanan publik, serta Tahun menjalani masa sebagai suatu meningkatkan kualitas tata kelola daerah Kabupaten Otonomi Baru. pemerintahan, juga meningkatkan Berdasarkan jenis evaluasi masih daya saing daerah dan daya saing dalam tahap kontrol menuju daerah nasional, serta memelihara keunikan otonom mandiri.

D.2 Prosedur Pemekaran Daerah Kabupaten/Kota

Evaluasi Pemerintah Pusat Melalui Pemerintahan Provinsi terhadap Hasil Pemekaran Wilayah 15 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Berdasarkan Aturan tentang Pemerintah Daerah

adat istiadat, tradisi, dan budaya tahapan daerah persiapan selama 3 daerah.12 (tiga) Tahun, dengan tujuan agar nantinya daerah baru yang akan Ketentuan Pasal 32 dalam UU dimekarkan ketika menjadi satu No 23 Tahun 2014 menentukan daerah baru benar-benar siap dalam bahwa pembentukan daerah dapat mengurus dan mengatur kepentingan berupa pemekaran dan dapat pula daerahnya dan tidak membebani berupa penggabungan daerah. daerah induk dari Kabupaten Berdasarkan ketentuan pasal 32 UU pemekaran tersebut. No 23 Tahun 2014 tersebut, pembentukan daerah dapat dilakukan Pembentukan daerah persiapan dengan pembentukan daerah melalui sesuai ketentuan Pasal 33 Ayat (1) pemekaran daerah, dan pembentukan UU No. 23 Tahun 2014, harus daerah melalui penggabungan daerah. memenuhi 2 (dua) persyaratan, yaitu persyaratan pertama, persyaratan Ketentuan Pasal 33 ayat (1) UU dasar yang dimana persyaratan dasar No 23 Tahun 2014 tentang terbagi atas persyaratan dasar Pemerintahan Daerah menentukan kewilayahan yang meliputi luas bahwa pemekaran daerah berupa wilayah minimal, jumlah penduduk pemecahan daerah provinsi atau minimal, batas wilayah, cakupan daerah kabupaten/kota untuk menjadi wilayah, batas usia minimal daerah 2 (dua) daerah atau lebih daerah baru provinsi, daerah kabupaten/kota, dan atau penggabungan bagian daerah kecamatan.13 dari daerah yang bersanding dalam 1 (satu) daerah provinsi menjadi satu Persyaratan dasar kedua yang daerah. Adapun untuk memekarkan harus dipenuhi adalah persyaratan satu daerah provinsi maupun kapasitas daerah yang meliputi: kabupaten/kota UU No. 23 Tahun 1) Geografi 2014 tentang Pemerintahan Daerah menentukan pula bahwa daerah yang 2) Demografi akan dimekarkan harus melalui

12 Pasal 31 (Ayat 1,2,3 dan ayat 4) UU No 23 13 Pasal 35 UU No 23 Tahun 2014 Tentang Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Pemerintahan Daerah. Daerah.

Helmanida 16 Dedeng Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

3) Keamanan Sedangkan persyaratan administratif untuk pembentukan 4) Sosial politik, adat istiadat, dan daerah persiapan kabupaten/kota tradisi meliputi: 5) Potensi ekonomi 1) Keputusan musyawarah desa yang 6) Keuangan daerah akan menjadi cakupan wilayah 7) Kemampuan penyelenggaraan daerah kabupaten/kota, 14 pemerintahan 2) Persetujuan bersama DPRD Persyaratan kedua yang harus kabupaten/kota induk dengan dipenuhi untuk pembentukan daerah bupati/walikota daerah induk,

persiapan adalah persyaratan 3) Persetujuan bersama DPRD administratif, yang dimana dalam provinsi dengan gubernur dari persyaratan administratif terbagi lagi daerah provinsi yang akan atas persyaratan administratif untuk mencakupi daerah persiapan pembentukan daerah persiapan kabupaten/kota yang akan provinsi dan pembentukan daerah dibentuk16 persiapan kabupaten/kota. Adapun Proses pemekaran daerah persyaratan administratif untuk Kabupaten/Kota sebagaimana pembentukan daerah persiapan dimaksud dalam pasal 33 Ayat (2), provinsi adalah sebagai berikut: daerah persiapan diusulkan oleh 1) Persetujuan bersama DPRD gubernur kepada pemerintah pusat, kabupaten/kota yang akan DPR RI, dan DPRD RI dengan menjadi cakupan wilayah daerah melampirkan persyaratan dasar persiapan kewilayahan dan persyaratan 2) Persetujuan bersama DPRD administratif yang telah dipenuhi provinsi induk dan gubernur sebagai syarat pembentukan daerah daerah provinsi induk15 persiapan provinsi maupun kabupaten/kota. Berdasarkan usulan

14 Pasal 36 UU No 23 Tahun 2014 Tentang 16 Ibid., huruf b UU No 23 Tahun 2014 Pemerintahan Daerah. Tentang Pemerintahan daerah. 15 Pasal 37 huruf a UU No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Evaluasi Pemerintah Pusat Melalui Pemerintahan Provinsi terhadap Hasil Pemekaran Wilayah 17 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Berdasarkan Aturan tentang Pemerintah Daerah

tersebut, pemerintah pusat melakukan daerah persiapan, UU No.23 Tahun penilaian terhadap pemenuhan syarat- 2014 menentukan bahwa pemerintah syarat yang telah disebutkan pusat wajib melakukan pengawasan, sebelumnya, hasil penilaian tersebut pembinaan, dan mengevaluasi daerah disampaikan oleh pemerintah pusat persiapan tersebut dan kepada DPR RI untuk mendapat menyampaikan hasil pengawasan, persetujuan. Dalam hal DPR RI pembinaan dan hasil evaluasi tersebut menyetujui usulan pembentukan kepada DPR RI. Berkaitan dengan daerah persiapan tersebut pemerintah lembaga negara di atas, UU No. 23 pusat membentuk Tim Kajian Tahun 2014 juga menentukan wajib Independen untuk melakukan kajian melakukan pengawasan pada daerah terhadap persyaratan dasar kapasitas persiapan yang telah terbentuk18. daerah. selanjutnya hasil kajian Tim Jangka waktu yang harus Independen disampaikan kepada dilalui oleh satu daerah persiapan pemerintah pusat. Selanjutnya oleh untuk dibentuk menjadi satu daerah pemerintah pusat dikonsultasikan baru adalah 3 (tiga) Tahun dan paling kepada DPR RI. Berdasarkan hasil lama 5 (lima) Tahun, oleh karena itu konsultasi tersebut dijadikan dasar UU No. 23 Tahun 2014 menentukan pertimbangan oleh pemerintah pusat bahwa setelah satu daerah persiapan dalam menentapkan kelayakan melalui jangka waktu yang pembentukan satu daerah persiapan, ditentukan, maka pemerintah pusat dan perlu diketahui bahwa untuk wajib melakukan evaluasi akhir menetapkan satu daerah persiapan, dalam hal ini untuk menentukan ditetapkan dengan Peraturan apakah daerah persiapan tersebut Pemerintah17. layak atau tidak untuk dijadikan satu Berkaitan dengan ditetapkan daerah baru. Apabila daerah satu daerah persiapan dengan persiapan tersebut dinyatakan layak, peraturan pemerintah, maka selama maka pembentukan daerah tersebut daerah persiapan menjalani tahapan ditetapkan dengan Undang-Undang

17 Pasal 38 Ayat (1) sampai dengan Ayat (7) 18 Pasal 42 UU No 23 Tahun 2014 Tentang dan Pasal 39 Ayat (1) UU No 23 Tahun Pemerintahan Daerah. 2014 Tentang Pemerintahan daerah.

Helmanida 18 Dedeng Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

pembentukan daerah. Dan apabila melewati masa maksimal evaluasi daerah tersebut tidak layak, maka maka daerah kabupaten/kota hasil statusnya sebagai daerah persiapan pemekaran dapat dinyatakan dicabut dengan peraturan pemerintah sebagai daerah kabupaten/kota dan dikembalikan ke daerah otonom mandiri. Untuk Provinsi induknya. Sumatera Selatan, daerah kabupaten/kota hasil pemekaran E. Penutup dilihat dari masa dihitung sejak E.1. Kesimpulan disahkannya Undang-Undang 1. Berdasarkan jenis evaluasi daerah pemekaran sebagai dasar hukum kabupaten/kota dan mengacu pada bagi kabupaten/kota hasil Undang-Undang No 23 Tahun pemekaran dapat dikategorikan 2014 tentang Pemerintahan daerah otonom mandiri yaitu Daerah dan Undang-Undang No 9 Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2015 tentang Perubahan Selatan (OKU Selatan), Kedua Atas Undang-Undang No Kabupaten Ogan Komering Ulu 23 Tahun 2014 tentang Timur (OKU Timur), Kabupaten Pemerintahan Daerah bahwa Ogan Ilir (OI), Kabupaten Empat evaluasi antara 0-3 Tahun untuk Lawang, Kabupaten Banyuasin, daerah kabupaten.kota yang baru Kota Lubuk Linggau, Kota Pagar dalam masa pemekaran dan Alam, Kota Prabumulih. evaluasi minimal 5 (lima) Tahun Sedangkan ditinjau dari masa berikutnya dan setidaknya berlaku sejak disahkannya UU pemerintah pusat melalui Pemekaran daerah kabupaten/kota kementerian dalam negeri dan terdapat dua Kabupaten yang bersama pemerintah Provinsi masih dalam tahap proses menuju melakukan evaluasi selanjutnya daerah otonom mandiri yaitu PALI pada 5 (lima) Tahun berikutnya. dan Muratara.

Masa maksimal 10 (sepuluh) 2. Prosedur pemekaran wilayah Tahun evaluasi bertahap terhadap kabupaten/kota didasarkan pada kabupaten/kota hasil pemekaran. Undang-Undang nomor 23 Tahun Dari jenis evaluasi tersebut setelah 2014 tentang Pemerintahan

Evaluasi Pemerintah Pusat Melalui Pemerintahan Provinsi terhadap Hasil Pemekaran Wilayah 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Berdasarkan Aturan tentang Pemerintah Daerah

Daerah dan Undang-Undang pertimbangan oleh pemerintah Nomor 9 Tahun 2015 tentang pusat dalam menentapkan Perubahan Kedua Atas Undang- kelayakan pembentukan satu Undang Nomor 23 Tahun 2014 daerah persiapan, dan perlu tentang Pemerintahan Daerah. diketahui bahwa untuk Diawali dengan pembentukan menetapkan satu daerah persiapan, daerah persiapan pemekaran yang ditetapkan dengan Peraturan harus memenuhi persyaratan Pemerintah. sesuai ketentuan Pasal 33 Ayat (1) E.2. Saran UU No. 23 Tahun 2014. Atas usul pemekaran daerah kabupaten/kota 1. Perlunya evaluasi yang nyata, tersebut pemerintah pusat konkrit serta berkesinambungan melakukan penilaian terhadap dari Pemerintah Pusat melalui pemenuhan syarat-syarat yang kementerian dalam negeri telah disebutkan sebelumnya, hasil bersama pemerintah provinsi penilaian tersebut disampaikan untuk melakukan evaluasi secara oleh pemerintah pusat kepada rinci, terdokumentasi dan detail DPR RI untuk mendapat sesuai Undang-Undang (UU) No persetujuan. Dalam hal DPR RI 23 Tahun 2014 dan UU No 9 menyetujui usulan pembentukan Tahun 2015 serta peraturan daerah persiapan tersebut terkait guna dapat mengetahui pemerintah pusat membentuk Tim kelayakan dari keberlangsungan Kajian Independen untuk daerah kabupaten/kota hasil melakukan kajian terhadap pemekaran. persyaratan dasar kapasitas 2. Proses pemekaran daerah. selanjutnya hasil kajian kabupaten/kota perlu mendapat Tim Independen disampaikan studi kelayakan yang cukup kepada pemerintah pusat. ditinjau dari aspek pemerintahan, Selanjutnya oleh pemerintah pusat geografis wilayah, kepentingan dikonsultasikan kepada DPR RI. masyarakat, sarana dan prasarana Berdasarkan hasil konsultasi serta sesuai amanah Undang- tersebut dijadikan dasar

Helmanida 20 Dedeng Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

Undang dan peraturan tentang Madani Indonesia, Cet-1, Bandung: PT. Remaja pemekaran kabupaten/kota. Rosdakarya. Daftar Pustaka Syarif Hidayat, 2003. Refleksi Realitas Otonomi Daerah dan Buku Tantangan Kedepan, Djokosutono, 1982, Hukum Tata Tata Jakarta: Pustaka Quantum. Negara, Kuliah Himpunan Tim Lipi, 2006, Membangun Format Harun Al Rasyid, Bogor: Baru Otonomi Daerah, Ghalia Indonesia. Jakarta: LIPI Press. Jimly Ashiddiqie, 2007, Pokok-Pokok Peraturan Undang-Undang Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Undang-Undang Nomor 23 Tahun Reformasi, Jakarta: Penerbit 2014 Tentang Pemerintahan BIP. Daerah Murtir Jeddawi, 2009, Pro-Kontra Undang-Undang Nomor 9 Tahun Pemekaran Wilayah; Analisis 2015 tentang Perubahan Empiris, Yogyakarta: Total Kedua Atas UU No 23 Media. Tahun 2014 Ridwan, HR, 2003, Hukum Website Administrasi Negara, Cet-11, Yogyakarta: UII Press. https://wikipedia.org/wiki/pemekaran _daerah_di_indonesia. Ryaas Rasyid, 2007, Desentralisasi & diakses 4 Juni 2019 pukul Otonomi Daerah, Jakarta: 10:00 wib Gramedia Pustaka Utama. http://www.academia.edu/6370461/ Syahda Guruh Langkah Samudra, Model_Model_Evaluasi 2000, Memimbang Otonomi diakses tanggal 19 Juni vs Federal; 2019 Mengembangkan Wacana Federalisme dan Otonomi Luas Menuju Masyarakat