BAB II

DINAMIKA UMNO SEBAGAI KEKUATAN ETNIS MELAYU DALAM

POLITIK DAN PEMERINTAHAN TAHUN 1957-2015

BAB II merupakan bab yang berisi penjelasan tentang dinamika partai

UMNO sebagai kekuatan etnis Melayu dalam politik dan pemerintahan Malaysia tahun 1957-2015. Pembahasan pada bab ini akan diawali dengan ulasan tentang sejarah pembentukan UMNO yang sangat erat kaitannya dengan sejarah

Semenanjung Malaya dan Federasi Malaysia. Kemudian akan dilanjutkan dengan pembahasan tentang sistem politik dan pemerintahan Malaysia yang berbentuk monarki konstitusional. Setelah mengetahui tentang sejarah pembentukan UMNO beserta sistem politik dan pemerintahan Malaysia, maka pembahasan akan menuju ke studi kasus tentang dinamika UMNO sebagai partai penguasa sejak era Tunku

Abdul Rahman Putra Al-Haj (Perdana Menteri ke-1) hingga Dato’ Sri Najib Tun

Razak (Perdana Menteri ke-6).

A. Sejarah Pembentukan UMNO

Membahas tentang sejarah pembentukan United National

Organization (UMNO) sangat erat kaitannya dengan membahas sejarah

Semenanjung Malaya dari masa pra penjajahan hingga masa pasca penjajahan.

Fakta historis menunjukkan bahwa kelahiran UMNO dilatarbelakangi oleh semangat kebangsaan etnis Melayu sebagai penduduk pribumi di wilayah

Semenanjung Malaya. Masyarakat etnis Melayu menginginkan kembalinya tata kehidupan yang merdeka dan berdaulat di Semenanjung Malaya sebagaimana

22

keadaan sebelum datangnya bangsa Eropa (Belanda, Portugis dan Inggris).

Kedatangan bangsa Eropa di Semenanjung Malaya pada awalnya bertujuan untuk melakukan kerja sama di bidang perdagangan dan pertahanan dengan kerajaan- kerajaan Melayu. Namun, semakin lama tindakan bangsa Eropa berubah menjadi kolonialisme atau penjajahan atas Tanah Melayu.

United Malays National Organization (UMNO) muncul sebagai organisasi kebangsaan Melayu yang menentang kolonialisme bangsa Eropa khususnya

Inggris. UMNO bercita-cita hendak mendirikan negara Melayu merdeka di wilayah Semenanjung Malaya pasca Perang Dunia ke-2. Sebagai manifestasi dari semangat kebangsaan Melayu, UMNO berjuang untuk mempertahankan kedaulatan pribumi Melayu atas tanah airnya. Selain itu, UMNO juga menjadi benteng bagi golongan Bumiputera (Melayu dan Suku Asli) untuk melawan populasi imigran (Tionghoa dan India) yang sengaja didatangkan oleh Inggris ke wilayah Semenanjung Malaya pada masa penjajahan. Maka, setelah Malaysia meraih kemerdekaan pada tanggal 31 Agustus 1957, UMNO berusaha untuk menjadi kekuatan politik yang menguasai pemerintahan.

Semenanjung Malaya sejak zaman dahulu merupakan wilayah yang strategis dalam lalu lintas perdagangan dunia karena menghubungkan wilayah

Tiongkok dengan kawasan-kawasan di India dan Arab melalui Selat Malaka. Pada abad ke-10 M, corak kebudayaan feodal tumbuh dan berkembang membentuk peradaban Melayu di Semenanjung Malaya. Oleh karena itu, terdapat beberapa kerajaan kuno yang pernah memerintah di Semenanjung Malaya, seperti:

Kerajaan dan Lembah Bujang di Kedah, Kerajaan Beruas dan

23

Gangga Negara di Perak, serta Kerajaan Pan-Pan di . Dari masa pertengahan hingga akhir milenium pertama, kerajaan-kerajaan tersebut berada di bawah pengaruh (hegemoni) imperium Kerajaan Sriwijaya yang berkedudukan di

Pulau Sumatera. Pengaruh Kerajaan Sriwijaya berakhir ketika datang serangan dari Raja Rajendra Chola (Kerajaan Tamil Kuno di India) yang berhasil menundukkan wilayah Kedah.

Kekuasaan Kerajaan Tamil Kuno atas wilayah Semenanjung Malaya melemah ketika berada di bawah kepemimpinan Raja Vira Rajendra Chola. Maka pada masa selanjutnya muncul Kerajaan Buddha Ligor sebagai penguasa di wilayah Kedah. Peradaban di Semenanjung Malaya pun dalam perjalanan sejarahnya mengalami berbagai akulturasi kebudayaan akibat interaksi antara penduduk lokal dengan para pendatang dari wilayah lain. Selama milenium pertama, masyarakat di Semenanjung Malaya mengadopsi ajaran Hindu dan

Buddha sebagai corak keagamaan. Sehingga bahasa Sansekerta menjadi bagian dari kebudayaan yang digunakan sehari-hari.

Pengaruh Islam masuk ke wilayah Semenanjung Malaya pada abad ke-14

M.1 menjadi negeri Melayu pertama yang memeluk agama Islam berdasarkan keterangan pada prasasti “Peringatan Batu” di Kuala Berang. Sultan

Muzaffar Shah I dari Kedah memeluk agama Islam pada tahun 1136 M. Setelah itu, Sultan Megat Iskandar Shah (Parameswara) dari Malaka juga memeluk agama

Islam pada tahun 1414 M. Islamisasi kedua tokoh pemimpin Melayu tersebut

1Khoridatul Anissa, 2009, Malaysia Macan Asia: Ekonomi, Politik, Sosial-Budaya dan Dinamika Hubungannya dengan Indonesia, Yogyakarta: Garasi, hal. 19.

24

menjadi tonggak sejarah yang penting bagi penyebaran agama Islam ke seluruh wilayah Semenanjung Malaya dan Kepulauan Nusantara. Sehingga pada akhirnya,

Islam menjadi agama dan ideologi yang mengakar kuat dalam adat-istiadat atau kebudayaan Melayu.

Islam di Semenanjung Malaya mengalami masa keemasan ketika berada di bawah Kesultanan Malaka yang menguasai Selat Malaka sebagai jalur perdagangan dunia. Kesultanan Malaka tumbuh menjadi pusat peradaban Islam dan perdagangan rempah-rempah di Asia Tenggara. Hingga pada tahun 1511 M,

Kesultanan Malaka dapat ditaklukkan oleh Portugis dan menjadi koloninya.

Setelah Kesultanan Malaka jatuh ke tangan Portugis, penguasaan atas Selat

Malaka diperebutkan oleh tiga kekuatan politik, yakni: Portugis, Kesultanan Johor

(bersekutu dengan Belanda) dan Kesultanan Aceh. Konflik perebutan Selat

Malaka berakhir ketika pada tahun 1641 M Kesultanan Johor yang bersekutu dengan Belanda berhasil merebut wilayah Kesultanan Malaka dari tangan

Portugis.

Bangsa Inggris (Britania Raya) tiba di Semenanjung Malaya pada tahun

1786 M.2 Pada awalnya Inggris menyewa Pulau Pinang dari Kesultanan Kedah untuk kepentingan ekonomi (perdagangan). Kemudian muncul ambisi Inggris untuk menguasai wilayah Kesultanan Malaka yang posisinya dipandang strategis dan dinamis dalam lalu lintas perdagangan dunia. Maka, pada tahun 1824 M

Inggris dan Belanda (penguasa wilayah Malaka) menandatangani “Traktat

London” yang berisi kesepakatan di antara kedua negara untuk membagi wilayah

2Ibid., hal. 21.

25

jajahannya di Nusantara. Inggris mendapatkan hak kolonial atas wilayah

Semenanjung Malaya, sedangkan Belanda mendapatkan hak kolonial atas wilayah

Hindia Belanda.

Setelah diadakannya “Traktat London”, Inggris segera mengambil alih wilayah Semenanjung Malaya dari tangan Belanda dan membentuk “Koloni

Mahkota (Crown Colony)” pada tahun 1826 M. Koloni Mahkota terdiri dari wilayah-wilayah yang berada di sekitar Selat Malaka dan Semenanjung Malaya, seperti: Pulau Pinang, Malaka, Singapura dan . Pembentukan Koloni

Mahkota bertujuan untuk menciptakan wilayah yang benar-benar tunduk kepada kepentingan ekonomi dan politik Inggris. Pada masa berikutnya, Inggris diminta oleh raja-raja Melayu untuk menjadi negara pelindung (protektorat) bagi kerajaan- kerajaan Melayu dalam menghadapi konflik internal khususnya pemberontakan.

Legitimasi Inggris di Semenanjung Malaya menjadi semakin kuat dengan adanya

“Perjanjian Pangkor” yang memberi hak kepadanya untuk menempatkan penasehat (perpanjangan tangan London) bagi raja-raja Melayu.

Posisi Inggris sebagai penasehat kerajaan Melayu membuatnya dapat memengaruhi bahkan mengatur kebijakan yang dikeluarkan oleh raja-raja Melayu.

Maka, sedikit demi sedikit Inggris berhasil mengubah status protektorat kerajaan

Melayu menjadi wilayah jajahan (koloni). Inggris kemudian mengelompokkan wilayah Semenanjung Malaya menjadi Negeri-Negeri Melayu Bersekutu (Pahang,

Selangor, Perak dan Negeri Sembilan) dan Negeri-Negeri Melayu Tak Bersekutu

(Perlis, Kedah, Kelantan, Terengganu dan Johor). Selain itu, Inggris juga berhasil mengkolonisasi wilayah Sabah dan Sarawak di Pulau Kalimantan menjadi

26

“Koloni Mahkota Borneo Utara”. Kolonialisme Inggris atas wilayah Semenanjung

Malaya dan Borneo Utara sempat terhenti ketika pasukan Jepang berhasil menduduki wilayah-wilayah tersebut selama Perang Dunia ke-2 (1941-1945).

Pendudukan Jepang atas wilayah Semenanjung Malaya dan Borneo Utara telah menumbuhkan kesadaran politik bangsa Melayu akan pentingnya nasionalisme dan kemerdekaan tanah Melayu. Sebab selama masa pendudukan,

Jepang aktif mempropagandakan semangat Pan-Asia untuk menghadapi tentara

Sekutu (Eropa dan Amerika Serikat). Oleh karena itu untuk menarik simpati rakyat di Asia Tenggara, Jepang mencitrakan dirinya sebagai “Pahlawan

Pembebas” yang akan memerdekakan bangsa Asia dari penjajahan bangsa Eropa.

Walaupun dalam praktiknya, Jepang justru melakukan tindakan penjajahan atas wilayah yang sebelumnya dijajah oleh bangsa Eropa. Akan tetapi, propaganda

Jepang tetap berhasil memengaruhi rakyat di Semenanjung Malaya. Sehingga ketika Inggris kembali menguasai wilayah Semenanjung Malaya pasca Perang

Dunia ke-2, kerajaan-kerajaan Melayu yang telah tersadarkan sulit untuk dijajah lagi.

Pada tahun 1945, Tan Cheng Lock sebagai pemimpin komunitas Tionghoa

Malaya mengajukan memorandum kepada pemerintah Inggris di London.3 Tan

Cheng Lock mengusulkan pembentukan negara Malaya yang bersatu dengan kesetaraan bagi semua etnis. Selain itu, ia juga menuntut pemerintah kolonial

Inggris untuk memberikan jaminan dan perhatian kepada aspirasi komunitas

3Mohamed Mustafa Ishak, 2016, Politik Bangsa Malaysia, Pembangunan Bangsa Masyarakat Majemuk, Jakarta: Progressio, hal. 73.

27

Tionghoa Malaya dalam perencanaan Semenanjung Malaya pasca Perang Dunia ke-2. Persatuan juga mengirimkan memorandum yang isinya kurang lebih sama dengan memorandum Tan Cheng Lock. Kemudian beberapa prinsip dari kedua memorandum tersebut diadopsi oleh pemerintah kolonial

Inggris ke dalam proposal (Uni Malaya) yang diperkenalkan pada tahun 1946.

Proposal Malayan Union segera menjadi bahan perdebatan di antara elit politik Melayu dan non-Melayu sejak diperkenalkan secara resmi oleh pemerintah

Inggris pada tahun 1946. Perdebatan yang terjadi berkaitan dengan proses pembentukan identitas nasional dan pembangunan negara. Sebagai sebuah negara merdeka Malayan Union memiliki 3 tujuan nasional, yakni: pertama, mengakui kesetaraan sosial dan politik bagi etnis non-Melayu (Tionghoa dan India) melalui hukum-hukum kewarganegaraan yang liberal; kedua, membentuk suatu sistem politik dan pemerintahan yang tunggal dan terpusat; ketiga, mempersiapkan kondisi untuk bangsa Melayu mampu mengatur diri mereka sendiri (self government) pada masa berikutnya. Ketiga tujuan nasional tersebut ditolak oleh sebagian besar elit politik Melayu. Sebab ketiganya dinilai merugikan posisi etnis

Melayu sebagai penduduk pribumi di Semenanjung Malaya.

Selanjutnya Malayan Union dipandang sebagai siasat Inggris untuk mempertahankan penjajahannya atas tanah Melayu (Semenanjung Malaya).

Sehingga masyarakat etnis Melayu secara tegas menolak proposal Malayan

Union. Terdapat 4 alasan yang melandasi penolakan etnis Melayu terhadap proposal Malayan Union. Pertama, negeri-negeri Melayu yang sebelumnya

28

berstatus sebagai protektorat akan berubah menjadi koloni/jajahan Inggris. Kedua, kedaulatan raja-raja Melayu akan dilucuti serta diambil alih oleh Gubernur

Jenderal dan Residen (penasehat) yang ditunjuk oleh Inggris. Ketiga, Negeri-

Negeri Melayu dan Negeri-Negeri Selat akan disatukan dalam pemerintahan yang tunggal dan terpusat. Keempat, asas kewarganegaraan “jus soli” yang liberal akan memberi status kewarganegaraan kepada etnis non-Melayu selama ia dilahirkan di wilayah negara Malaya Union.

Sebagai bentuk aksi penolakan terhadap proposal Malayan Union, komunitas pelajar Melayu di Britania Raya mengirimkan sebuah memorandum kepada pemerintah Inggris yang isinya menolak rencana pembentukan Malayan

Union, serta menuntut agar kedaulatan raja-raja Melayu diakui dan prinsip kewarganegaraan “jus soli” dihapuskan. Sementara itu di Semenanjung Malaya, aksi penolakan etnis Melayu terhadap proposal Malayan Union ditindaklanjuti dengan Kongres Melayu se-Malaya. Kongres Melayu se-Malaya I dilaksanakan pada tanggal 1-4 Maret 1946 di Kelab Sultan Sulaiman, Kampung Baharu, Kuala

Lumpur. Kongres tersebut diinisiasi oleh Persatuan Melayu Selangor dan diikuti oleh 41 perwakilan organisasi-organisasi Melayu.4 Organisasi-organisasi Melayu yang hadir dalam kongres tersebut kemudian menyatukan diri dalam organisasi

Pan-Malayan Congress.5

4Sejarah Penubuhan UMNO, http://www.umno-online.my/sejarah/penubuhan-umno/. diakses pada tanggal 8 Juni 2016. 5A. Effendy Choirie, 2008, Islam-Nasionalisme UMNO-PKB: Studi Komparasi dan Diplomasi, Jakarta: Pensil-324, hal. 77.

29

Pada tanggal 31 Maret 1946, Kongres Melayu se-Malaya II bersama raja- raja Melayu memboikot prosesi pelantikan Sir Edward Gent sebagai Gubernur

Jenderal Malayan Union. Raja-raja Melayu dengan tegas tidak menghadiri upacara pelantikan tersebut. Pan-Malayan Congress dan raja-raja Melayu kemudian memutuskan untuk membentuk partai politik sebagai wadah perjuangan etnis Melayu. Maka dibentuklah suatu panitia kecil yang bertugas menyusun dan mempersiapkan draft konstitusi partai. Setelah itu, pada tanggal 11 Mei 1946 diadakan Kongres Melayu se-Malaya III di Istana Besar Johor Bahru. Kongres tersebut memutuskan dan mengesahkan pembentukan Pertubuhan Kebangsaan

Melayu Bersatu (PKMB/PEKEMBAR) yang kemudian lebih dikenal dengan nama United Malays National Organization (UMNO). Kongres juga mengukuhkan Dato’ Onn Jaafar (perwakilan dari Persatuan Melayu Johor) sebagai Presiden UMNO yang pertama.6

Gambar 2.1 Lambang Partai UMNO dan Koalisi Barisan Nasional

Sumber: http://www.umno-online.my/menu-utama/bendera-umno/ & http://www.newmandala.org/malaysia-a-constitutional-democracy/

6Op. Cit.

30

B. Sistem Politik dan Pemerintahan Malaysia

Malaysia merupakan negara federasi yang berbentuk kerajaan (monarki konstitusional). Sebagai negara federasi, Malaysia terdiri dari 13 negara bagian yang disebut “Negeri” dan 3 wilayah persekutuan. 11 negara bagian, yakni: Johor

Darul Takzim, Kedah Darul Aman, Kelantan Darul Naim, Malaka Bandaraya

Bersejarah, Negeri Sembilan Darul Khusus, Pahang Darul Makmur, Perak Darul

Ridzuan, Perlis Indera Kayangan, Pulau Pinang Pulau Mutiara, Selangor Darul

Ehsan, Terengganu Darul Iman dan 2 wilayah persekutuan, yakni: Wilayah

Persekutuan Kuala Lumpur, Wilayah Persekutuan terletak di

Semenanjung Malaya (Malaysia Barat). Sedangkan 2 negara bagian, yakni: Sabah

Negeri Di Bawah Bayu, Sarawak Bumi Kenyalang dan 1 wilayah persekutuan, yakni: Wilayah Persekutuan Labuan terletak di Pulau Kalimantan/Borneo

(Malaysia Timur).

Yang di-Pertuan Agong atau biasa disebut Raja Malaysia merupakan

Kepala Negara (The Supreme Head of Federation) yang dipilih melalui Majlis

Raja-Raja dari dan oleh 9 Raja/Sultan yang memimpin Negeri-Negeri Melayu.

Yang di-Pertuan Agong menjabat selama 5 tahun secara bergiliran dengan tugas dan wewenang sebagai berikut:

1. Sebagai Kepala Negara Federasi Malaysia yang memimpin monarki

konstitusional di bawah Konstitusi Malaysia.

2. Sebagai Ketua agama Islam di dalam negeri.

3. Sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata.

31

4. Memilih salah seorang Perdana Menteri untuk mewakili suara Dewan

Rakyat ke Raja.

5. Memilih 44 senator untuk duduk dalam Dewan Negara (State

Assembly) atas saran dari Perdana Menteri.

6. Menunjuk serta mengangkat Dewan Menteri (kabinet) atas saran dari

Perdana Menteri.

7. Membubarkan parlemen atas saran dari Perdana Menteri.

8. Memberi pengampunan atau melakukan pengunduran terhadap suatu

putusan hukuman mati.

9. Menuntut diadakannya Majlis Raja-Raja.

10. Melalui Majlis Raja-Raja, Yang di-Pertuan Agong dapat memberi

persetujuan atau penolakan mengenai adat istiadat Melayu dan agama

Islam yang berlaku bagi seluruh wilayah persekutuan Melayu (kecuali

Sabah dan Sarawak).

11. Melalui Majlis Raja-Raja, Yang di-Pertuan Agong dapat menyetujui,

menolak atau memberi nasihat tentang pelantikan pejabat-pejabat

negara dan pengesahan peraturan perundang-undangan.

12. Melalui Majlis Raja-Raja, Yang di-Pertuan Agong dapat

mempertimbangkan berbagai permasalahan penting yang berhubungan

dengan kebijakan pemerintah dan segala persoalan lainnya yang dirasa

penting untuk dipertimbangkan dalam Majlis Raja-Raja.

Di bawah struktur jabatan Yang di-Pertuan Agong, terdapat Dewan

Menteri (The Cabinet) yang bertugas sebagai pelaksana pemerintahan sehari-hari

32

di Negara Federasi Malaysia. Anggota Dewan Menteri diambil dari partai-partai politik yang ada di Dewan Rakyat dan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri yang ditunjuk/diangkat oleh Yang di-Pertuan Agong. Secara konvensi, seorang

Perdana Menteri adalah ketua dari partai politik yang memiliki jumlah wakil paling banyak di Dewan Rakyat (menguasai lebih dari separuh jumlah kursi parlemen). Selanjutnya Perdana Menteri beserta Dewan Menteri bertanggung jawab kepada parlemen dan Yang di-Pertuan Agong. Sesuai dengan Konstitusi

Malaysia, kekuasaan eksekutif berada di tangan Yang di-Pertuan Agong dan

Dewan Menteri atau seseorang yang diberi wewenang oleh Dewan Menteri, yakni

Perdana Menteri. Akan tetapi dalam praktiknya, kekuasaan eksekutif Yang di-

Pertuan Agong hanya bersifat simbolis untuk kepentingan formalitas semata.

Sistem pemerintahan Malaysia menganut model Parlementer Westminster sebagaimana Inggris. Berdasarkan ketentuan dalam Konstitusi Malaysia, parlemen federal terdiri dari Yang di-Pertuan Agong, Dewan Negara (State

Assembly) dan Dewan Rakyat (House of Representatives). Dewan Negara terdiri dari 70 orang anggota, yaitu 26 orang perwakilan dari 13 negara bagian yang dipilih oleh Dewan Undangan Negeri (DUN) dan 44 orang yang dipilih oleh Yang di-Pertuan Agong atas saran dari Perdana Menteri.7

Dewan Rakyat terdiri dari 222 orang anggota yang mewakili satu wilayah pemilihan dan dipilih oleh rakyat melalui Pilihan Raya Umum (PRU).8 Adapun

7Maklumat Umum Dewan Negara, http://www.parlimen.gov.my/maklumat- umum.html?uweb=dn&. diakses pada tanggal 11 November 2016. 8Maklumat Umum Dewan Rakyat, http://www.parlimen.gov.my/maklumat- umum.html?uweb=dr&. diakses pada tanggal 11 November 2016.

33

tugas dan wewenang dari parlemen federal (Dewan Negara dan Dewan Rakyat) adalah sebagai berikut:

1. Membahas masalah-masalah penting yang berkaitan dengan

kesejahteraan rakyat.

2. Membuat peraturan perundang-undangan yang meliputi hubungan

luar negeri, pertahanan, keamanan dalam negeri, kewarganegaraan,

keuangan, perdagangan, industri dan pendidikan.

3. Mengamandemen konstitusi apabila mendapat persetujuan dari 2/3

mayoritas suara di parlemen.

Tiap-tiap negara bagian (Negeri) dalam Federasi Malaysia memiliki sistem pemerintahan masing-masing yang pada umumnya berbentuk kerajaan (monarki konstitusional). Kekuasaan eksekutif di negara bagian biasanya dipegang oleh

Sultan (Johor, Kedah, Kelantan, Pahang, Perak, Selangor dan Terengganu), Raja

(Perlis), Yang di-Pertuan Negeri/Gubernur (Pulau Pinang, Malaka, Sabah dan

Sarawak) dan Ketua Menteri Eksekutif (Labuan). Sedangkan kekuasaan legistalif di negara bagian dipegang oleh Dewan Undangan Negeri (DUN). DUN memiliki hak untuk membuat undang-undang yang berkaitan dengan hukum Islam, pelayanan daerah dan administrasi daerah. Sedangkan undang-undang yang berkaitan dengan masalah sosial, taman negara, margasatwa, pipa air dan parit menjadi hak bersama antara parlemen federal dan parlemen negara bagian.

Malaysia menganut sistem demokrasi multipartai. Partai-partai politik yang ada di Malaysia mencerminkan aspirasi rakyat yang didasarkan pada

34

kepentingan seperti etnis, agama, nasionalisme dan lain sebagainya. Partai besar yang paling dominan (berpengaruh) dalam politik dan pemerintahan Malaysia adalah United Malays National Organization (UMNO). UMNO tergabung dalam koalisi Barisan Nasional (BN) yang terdiri dari partai-partai lintas golongan

(etnis) seperti MCA (Malays Chinese Association), MIC (Malayan Indian

Congress), Parti Pesaka Bumiputera Bersatu, Parti Gerakan Rakyat Malaysia,

Parti Rakyat Bersatu Sarawak, Parti Bersatu Sabah dan lain sebagainya. Di lain sisi, terdapat koalisi partai oposisi bernama Pakatan Rakyat (PR) yang terdiri dari

DAP (Democratic Action Party), PAS (Parti Islam se-Malaysia), PKR (Parti

Keadilan Rakyat) dan lain sebagainya.

Pemilihan anggota Dewan Rakyat dan Dewan Undangan Negeri dilakukan melalui Pilihan Raya Umum (PRU) dan Pilihan Raya Kecil (PRK) yang diadakan setiap empat/lima tahun sekali. Penyelenggaraan PRU dan PRK diurus oleh suatu komisi pemilihan yang bernama Suruhanjaya Pilihan Raya (SPR). Pilihan Raya di

Malaysia berbeda dengan Pemilihan Umum di Indonesia. Pemilihan Umum di

Indonesia menganut sistem proportional, sedangkan Pilihan Raya di Malaysia menganut sistem Single Member Constituencies. Itu artinya, hanya ada satu wakil rakyat yang akan mewakili satu daerah pemilihan. Misalnya dalam Pilihan Raya di daerah Titiwangsa (Kuala Lumpur), 49 ribu orang memberikan hak suaranya untuk menentukan wakil rakyat yang akan menduduki 1 kursi sebagai perwakilan daerah tersebut. Begitu juga misalnya di daerah Lawas (Sarawak) yang memperebutkan 1 kursi dengan jumlah pemilih 18 ribu orang. Selanjutnya parlemen dapat dibubarkan oleh Yang di-Pertuan Agong atas saran dari Perdana

35

Menteri. Namun parlemen juga dapat menjatuhkan Dewan Menteri

(termasuk Perdana Menteri) dengan mengeluarkan mosi tidak percaya.

Gambar 2.2 Peta Wilayah dan Struktur Pemerintahan Malaysia

Sumber: http://www.sejarah-negara.com/2014/09/peta-negara-malaysia.html & https://www.slideshare.net/normurnimohamad/sistem-pemerintahan-negara-demokrasi- berparlimen-raja-berperlembagaan

36

C. Dinamika UMNO dalam Politik dan Pemerintahan Malaysia

1. UMNO dalam Politik dan Pemerintahan Malaysia Tahun 1957-1970

UMNO mewarisi semangat “nasionalisme konservatif”, yakni nasionalisme yang memperjuangkan dan membela kepentingan etnis Melayu sebagai penduduk pribumi di Malaysia. Dato’ Onn Jaafar sebagai Presiden

UMNO yang pertama pada awalnya sangat mendukung corak nasionalisme tersebut dan menentang ide-ide multirasialisme. Namun pandangannya berubah setelah ia terlibat aktif dalam forum-forum dialog lintas etnis, seperti: Malay-

Chinese Goodwill Commitee tahun 1948 dan Majlis Hubungan Kaum

(Communities Liaison Commitee) tahun 1949.9 Forum-forum tersebut diprakarsai oleh Inggris untuk membujuk etnis Melayu agar mau bekerja sama dengan etnis non-Melayu dalam mempersiapkan kemerdekaan Malaya.

Keterlibatan Dato’ Onn Jaafar dalam forum-forum tersebut pada awalnya bertujuan untuk merespon tuntutan Inggris agar membereskan masalah komunalisme dan komunisme sebelum penyerahan kemerdekaan Malaya. Akan tetapi Dato’ Onn Jaafar melangkah terlalu jauh dengan mengusulkan ide untuk mengubah akronim UMNO dari United Malays National Organization menjadi

United Malayan National Organization. Dato’ Onn Jaafar ingin menjadikan

UMNO sebagai wadah perjuangan politik bagi semua etnis yang hidup di

Semenanjung Malaya, bukan hanya etnis Melayu. Maka Dato’ Onn Jaafar membawa ide “suprakomunal” ke dalam UMNO. Akan tetapi ide tersebut gagal diwujudkan karena ditolak oleh sebagian besar elit politik UMNO.

9A. Effendy Choirie, Ibid., hal. 152.

37

Selanjutnya Dato’ Onn Jaafar memilih hengkang dari UMNO dan mendirikan partai bernama IMP (Independence of Malay Party) pada tahun

1951.10 Namun IMP gagal meraih dukungan elektoral dari masyarakat etnis

Melayu. Sehingga tiga tahun setelah itu Dato’ Onn Jaafar mendirikan partai baru bernama Parti Negara (National Party). Parti Negara berusaha meraih dukungan elektoral dari masyarakat etnis Melayu dengan mempropagandakan isu-isu terkait etnisitas. Akan tetapi sekali lagi partai bentukan Dato’ Onn Jaafar gagal meraih dukungan elektoral dari masyarakat etnis Melayu dan kalah telak dari UMNO pada Pilihan Raya Persekutuan tahun 1955.

Sepeninggal Dato’ Onn Jaafar, kepemimpinan UMNO dipegang oleh

Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj. Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj merupakan bangsawan dari Kesultanan Kedah yang melibatkan diri dalam

UMNO sejak tahun 1946. Kemudian Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj terpilih menjadi Presiden UMNO yang kedua pada tanggal 26 Agustus 1951.11

Sebagaimana Dato’ Onn Jaafar, Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj pada awalnya juga mendukung politik komunalisme dan menolak ide kerja sama dengan etnis non-Melayu. Namun karena adanya tuntutan di internal UMNO untuk mengalahkan IMP dalam Pilihan Raya Bandaran Kuala Lumpur tahun 1952, maka

Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj membentuk aliansi dengan MCA (Malays

Chinese Association) bernama PERIKATAN. PERIKATAN kemudian berhasil

10A. Effendy Choirie, Ibid., hal. 153. 11Tunku Abdul Rahman, http://www.umno-online.my/sejarah/presiden-umno/tunku-abdul- rahman/. diakses pada tanggal 11 November 2016.

38

memenangkan 9 dari 12 kursi Majlis Bandaran (Dewan Kota), sedangkan IMP hanya memperoleh 2 kursi.12

Pada masa selanjutnya, PERIKATAN memasukkan MIC (Malayan Indian

Congress) sebagai bagian dari aliansi politik guna menghadapi Pilihan Raya

Persekutuan pada tanggal 27 Juli 1955. Hasil Pilihan Raya Persekutuan tahun

1955 menunjukkan bahwa PERIKATAN memperoleh 51 dari 52 kursi Majlis

Perundangan Persekutuan. Sedangkan Parti Negara pimpinan Dato’ Onn Jaafar tidak memperoleh kursi sama sekali.13 Kemenangan PERIKATAN menempatkan

Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj pada posisi sebagai Ketua Menteri dan

Menteri Dalam Negeri Persekutuan Tanah Melayu. Tunku Abdul Rahman Putra

Al-Haj selanjutnya berperan dalam memimpin misi diplomatik Persekutuan Tanah

Melayu ke London (Britania Raya) untuk membahas rencana kemerdekaan

Malaya. Pada tanggal 14 Januari 1956, Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj beserta rombongannya tiba di London dan pada tanggal 8 Februari 1956 dilakukan penandatanganan “Perjanjian Kemerdekaan” di Lancaster House,

London.

Proklamasi kemerdekaan Malaysia oleh Tunku Abdul Rahman Putra Al-

Haj dilakukan di hadapan rakyat Persekutuan Tanah Melayu, raja-raja Melayu, serta perwakilan negara-negara anggota Commonwealth pada tanggal 31 Agustus

1957 dan bertempat di Stadium Merdeka, Kuala Lumpur. Tunku Abdul Rahman

12Diane K. Mauzy, Barisan Nasional, dikutip dalam A. Effendy Choirie, 2008, Islam- Nasionalisme UMNO-PKB: Studi Komparasi dan Diplomasi, Jakarta: Pensil-324, hal. 153. 13Goh Cheng Teik, Malaysia: Beyond Communal Politics, dikutip dalam A. Effendy Choirie, 2008, Islam-Nasionalisme UMNO-PKB: Studi Komparasi dan Diplomasi, Jakarta: Pensil-324, hal. 154.

39

Putra Al-Hajj kemudian dikukuhkan sebagai Perdana Menteri Malaysia yang pertama. Dua tahun setelah itu, pada tanggal 19 Agustus 1959 diselenggarakan

Pilihan Raya Umum (PRU) yang pertama pasca kemerdekaan. PRU tahun 1959 memperebutkan 104 kursi Dewan Rakyat. UMNO berhasil memperoleh 52 dari

74 kursi Dewan Rakyat yang dimenangkan PERIKATAN.14 Kemenangan tersebut kembali mengukuhkan Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj sebagai Perdana

Menteri dan Tun Abdul Razak Dato’ Hussein sebagai Wakil Perdana Menteri.

PRU yang kedua pasca kemerdekaan diselenggarakan pada tanggal 25 April 1964.

PRU tahun 1964 merupakan Pilihan Raya serentak untuk memilih Dewan Rakyat dan Dewan Undangan Negeri. UMNO memperoleh 59 dari 89 kursi Dewan

Rakyat yang dimenangkan PERIKATAN.15

Pembangunan politik kenegaraan dan sosio-ekonomi di Malaysia dalam rentang waktu tahun 1957-1969 didasarkan pada kerangka quid-pro-quo yang memberi keistimewaan kepada etnis Melayu. Kerangka quid-pro-quo merupakan keberlanjutan dari kesadaran kelompok yang muncul sebagai corak “nasionalisme konservatif” di Malaysia. Pasca kemerdekaan Malaysia pada tanggal 31 Agustus

1957, terdapat klaim bahwa urusan politik dan administrasi kenegaraan (birokrasi) menjadi hak milik etnis Melayu. Sedangkan etnis Tionghoa dan India (non-

Melayu) hanya mempunyai hak di bidang sosial dan ekonomi. Sehingga dalam dua dekade pertama setelah kemerdekaan, nasionalisme di Malaysia tidak berhasil

14Pilihan Raya Umum Kali Pertama (1959), http://www.geocities.ws/hualian_studentclub/pilihanraya/pilihanraya_umum_pertama_1959.htm. diakses pada tanggal 12 November 2016. 15Peristiwa Penting, http://www.umno-online.my/sejarah/peristiwa-penting/. diakses pada tanggal 11 November 2016.

40

diikat secara kuat dan egaliter. Nasionalisme yang berkembang justru bersifat abstrak dan komunal.

Menyiasati fakta tersebut pemerintah Malaysia di bawah kepemimpinan

Perdana Menteri Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj menerapkan sistem

Consociational Democracy yang diperkenalkan pada tahun 1957. Consociational

Democracy merupakan suatu sistem politik yang berbasis pada hubungan patron- client dengan kompromi di tingkat elit namun tetap mempertahankan komunalisme di tingkat massa. Consociational Democracy berhasil meredam konflik terbuka antaretnis. Akan tetapi pada tahun 1963 isu terkait etnisitas kembali memanas setelah masuknya Singapura yang mayoritas berpenduduk

Tionghoa ke dalam Federasi Malaysia. Manuver-manuver politik etnis Tionghoa yang dimotori oleh PAP (People’s Action Party) pimpinan Lee Kwan Yew dianggap mengancam stabilitas sosial-politik Malaysia sehingga pergerakannya dibatasi. Maka sebagai bentuk perlawanan Lee Kwan Yew terhadap pembatasan tersebut, pada tanggal 9 Agustus 1965 Singapura menyatakan diri keluar dari

Federasi Malaysia.

Puncak dari kegagalan sistem Consociational Democracy di Malaysia mengakibatkan terjadinya kerusuhan rasial pada tanggal 13 Mei 1969. Kerusuhan rasial “Insiden 13 Mei” merupakan konflik terbuka antara etnis Melayu dan etnis

Tionghoa yang dipicu oleh hasil PRU tanggal 10 Mei 1969. Hasil PRU tahun

1969 menunjukkan bahwa UMNO mengalami penurunan jumlah perolehan kursi di Dewan Rakyat dari 59 kursi (PRU tahun 1964) menjadi 51 kursi (PRU tahun

41

1969).16 Meskipun PERIKATAN tetap memenangi PRU tahun 1969 secara keseluruhan, namun terjadi penurunan yang cukup signifikan pada jumlah perolehan kursi UMNO di Dewan Rakyat sejak Pilihan Raya Persekutuan tahun

1955. Sementara itu partai etnis Tionghoa yang berada di luar PERIKATAN, yakni DAP dan Parti Gerakan Rakyat Malaysia mendapat suara dalam PRU tahun

1969 sehingga berhak untuk mengadakan pawai kemenangan di Kuala Lumpur.

Namun pawai tersebut menyimpang dari jalur yang telah ditetapkan oleh pihak kepolisian dan mengarah ke pemukiman etnis Melayu di Kampong Bahru.

Sehingga ketegangan politik segera memicu bentrokan antaretnis. Pada keesokan harinya etnis Melayu melakukan aksi balasan yang mengakibatkan pemukulan bahkan pembunuhan terhadap etnis Tionghoa. Selain itu juga terjadi aksi penjarahan dan pembakaran properti milik kedua kubu. Berdasarkan data yang dirilis oleh pemerintah Malaysia, peristiwa tersebut telah merenggut korban jiwa sebanyak 196 orang meninggal dunia dan 1.109 orang luka-luka. Peristiwa tersebut juga mengakibatkan sebanyak 6000 orang kehilangan tempat tinggal.17

Akibat peristiwa tersebut, pada tanggal 22 September 1970 Perdana Menteri

Malaysia Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj mengundurkan diri dan digantikan oleh Tun Abdul Razak Dato’ Hussein. Kemudian Tunku Abdul Rahman Putra Al-

Haj juga meletakkan jabatannya sebagai Presiden UMNO dalam Perhimpunan

Agung yang diadakan tanggal 23-24 Januari 1971.

16Peristiwa Penting, Ibid. 17A. Effendy Choirie, Islam-Nasionalisme UMNO-PKB: Studi Komparasi dan Diplomasi, op. cit., hal.156.

42

2. UMNO dalam Politik dan Pemerintahan Malaysia Tahun 1970-1981

Pasca kerusuhan rasial 13 Mei 1969, pemerintah Malaysia yang didominasi oleh UMNO mengembangkan sistem politik dan pemerintahan yang bercorak otoritarian. Kecenderungan pemerintah Malaysia untuk bertindak otoriter ditandai dengan penetapan negara dalam keadaan darurat pasca “Insiden

13 Mei” yang kemudian berimplikasi pada Pinangguhan parlemen serta pengalihan kekuasaan kepada Majlis Gerakan Negara (MAGERAN) atau NOC

(National Operation Council). Majlis Gerakan Negara (MAGERAN) diketuai oleh Tun Abdul Razak Dato’ Hussein yang kemudian dilantik menjadi Perdana

Menteri Malaysia ke-2 pada tanggal 22 September 1970 dan Presiden UMNO ke-

3 pada tanggal 23 Januari 1971. Pemerintahan Malaysia di bawah kepemimpinan

Perdana Menteri Tun Abdul Razak Dato’ Hussein segera melakukan perombakan besar-besaran di bidang politik, ekonomi dan sosial. Perombakan tersebut dilakukan untuk menciptakan kondisi negara yang kondusif dan stabil kembali pasca kerusuhan rasial 13 Mei 1969.

Di bidang politik pada tahun 1973 UMNO dan PAS (Parti Islam se-

Malaysia) bersepakat untuk membentuk aliansi PERIKATAN-PAS. Kemudian

UMNO menggalang persatuan nasional dengan membentuk koalisi Barisan

Nasional (BN) pada tanggal 1 Juni 1974 sebagai pengganti PERIKATAN. BN diharapkan dapat menjadi wadah untuk menampung segala aspirasi dari elemen- elemen politik yang ada di Malaysia. Partai politik Melayu maupun non-Melayu yang tergabung di dalam BN didorong untuk menjalin kerja sama multirasial guna membangun dan memajukan negara. Pada tanggal 23 Agustus 1974, PRU yang

43

keempat pasca kemerdekaan diselenggarakan. BN memenangkan 135 kursi dari total 154 kursi Dewan Rakyat yang diperebutkan. Dari jumlah tersebut UMNO memperoleh 61 kursi.18

Guna menguatkan hubungan antaretnis dan mencegah terulangnya kerusuhan rasial, pemerintah Malaysia juga membentuk Departemen Persatuan

Nasional pada bulan Juli 1969. Departemen Persatuan Nasional memiliki tugas utama untuk membuat dan menanamkan ideologi nasional yang kemudian disebut

“Rukun Negara”. Rukun Negara merupakan prinsip-prinsip dasar kebangsaan yang menjadi pedoman bagi seluruh warga negara Malaysia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Rukun Negara mulai diperkenalkan secara resmi pada bulan Agustus 1970 yang mana bertepatan dengan peringatan hari kemerdekaan

Malaysia yang ke-13. Rukun Negara terdiri dari lima prinsip, yaitu:

1. Kepercayaan kepada Tuhan

2. Kesetiaan kepada raja dan negara

3. Keluhuran perlembagaan

4. Kedaulatan undang-undang

5. Kesopanan dan kesusilaan

Di bidang ekonomi pemerintah Malaysia mengeluarkan Dasar Ekonomi

Baru (DEB) pada bulan Februari 1971 yang bertujuan untuk menghapuskan kemiskinan dengan meningkatkan jumlah pendapatan penduduk dan memperbanyak jumlah lapangan pekerjaan. DEB juga bertujuan untuk

18Peristiwa Penting, op. cit.

44

mempercepat proses restrukturisasi masyarakat Malaysia dengan membenahi ketimpangan ekonomi yang terjadi dan menghapus identifikasi etnis melalui fungsi-fungsi ekonomi. Namun dalam pelaksanaannya DEB cenderung memihak dan menguntungkan etnis Melayu. Sehingga timbul “diskriminasi terselubung” terhadap etnis non-Melayu. Hal itu jelas terlihat ketika pemerintah Malaysia gencar membangun lembaga-lembaga baru yang difungsikan untuk membantu etnis Melayu dalam kegiatan usaha sehingga tercipta kelas pengusaha Melayu.

Menciptakan kelas pengusaha Melayu merupakan bagian dari strategi UMNO untuk meningkatkan keterlibatan etnis Melayu di sektor ekonomi modern yang sebelumnya didominasi oleh etnis Tionghoa.

Di bidang sosial pemerintah Malaysia menargetkan peningkatan taraf hidup etnis Melayu melalui program pendidikan. Hal itu dilatarbelakangi oleh fakta bahwa etnis Melayu masih tertinggal jauh di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka pada tahun 1971 pemerintah Malaysia mengalokasikan anggaran pendidikan nasional dengan nominal terbanyak sepanjang sejarah. Hasilnya, jumlah etnis Melayu yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi meningkat sebesar 65% sepanjang tahun 1970-1975. Sedangkan jumlah non-Melayu yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi mengalami penurunan dari 50% menjadi

35% pada tahun yang sama.19 Pemerintah Malaysia juga mengkonversi sekolah- sekolah yang sebelumnya berbahasa Inggris menjadi berbahasa Melayu.

Dukungan pemerintah terhadap pendidikan etnis Melayu juga diwujudkan dalam

19Chai Hon Chan, Education and Nation-Building in Plural Societies: The West Malaysian Experience, dikutip dalam A. Effendy Choirie, 2008, Islam-Nasionalisme UMNO-PKB: Studi Komparasi dan Diplomasi, Jakarta: Pensil-324, hal. 158.

45

bentuk pendirian perguruan tinggi dan pengiriman para pelajar Melayu untuk menempuh studi di luar negeri.

Pada tanggal 14 Januari 1976, Tun Abdul Razak Dato’ Hussein meninggal dunia di London karena sakit. Maka Tun Hussein Onn (Wakil Perdana Menteri) diangkat menjadi Perdana Menteri Malaysia ke-3 pada tanggal 15 Januari 1976 dan Presiden UMNO ke-4 pada tanggal 15 September 1978. Tun Hussein Onn memimpin negara dengan tetap mempertahankan visi dan misi Perdana Menteri sebelumnya. Akan tetapi Tun Hussein Onn memberi perhatian khusus pada masalah persatuan antaretnis di Malaysia. Pada masa kepemimpinan Tun Hussein

Onn terjadi krisis politik di Negara Bagian Kelantan sehingga UMNO dan PAS terlibat dalam perdebatan sengit. Kemudian BN mengeluarkan keputusan untuk memecat PAS dari koalisi. Maka, sejak saat itu dan seterusnya PAS tampil sebagai rival utama UMNO dalam meraih dukungan politik dari etnis Melayu dan penganut agama Islam. PAS selalu memposisikan dirinya sebagai lawan politik rezim UMNO.

Tun Hussein Onn sebagai Perdana Menteri Malaysia mendirikan Koperasi

Usaha Bersatu (KUB) dan Amanah Saham Nasional (ASN) pada tanggal 11 Mei

1977 sebagai langkah pemantapan DEB. Ketika PRU yang kelima pasca kemerdekaan diselenggarakan pada tanggal 8 Juli 1978, BN memenangkan 131 dari 154 kursi Dewan Rakyat yang dipertandingkan. Dari jumlah tersebut UMNO memperoleh 69 kursi. Selain itu, kedudukan PAS yang telah berkuasa di Negara

46

Bagian Kelantan sejak tahun 1959 juga berhasil ditumbangkan oleh BN.20

Selanjutnya pada tanggal 30 Mei hingga 1 Juni 1980 UMNO menginisiasi

Kongres Ekonomi Bumiputera yang bertujuan untuk menentukan langkah- langkah baru bagi penyertaan etnis Melayu di bidang ekonomi dan perdagangan.

Pada tanggal 21 April 1981, Tun Hussein Onn meletakkan jabatannya sebagai

Presiden UMNO. Jabatan tersebut beralih kepada Tun Dr. Mahathir Mohamad setelah melalui pemilihan dalam Perhimpunan Agung UMNO. Tak lama setelah itu, Tun Hussein Onn juga meletakkan jabatannya sebagai pengurus BN dan

Perdana Menteri Malaysia.

3. UMNO dalam Politik dan Pemerintahan Malaysia Tahun 1981-2003

Setelah Tun Hussein Onn lengser dari jabatan Perdana Menteri, politik dan pemerintahan Malaysia berada di bawah kekuasaan Tun Dr. Mahathir Mohamad.

Tun Dr. Mahathir Mohamad merupakan Perdana Menteri Malaysia ke-4 dan yang paling lama menjabat (16 Juli 1981-31 Oktober 2003). Sebelumnya Tun Dr.

Mahathir Mohamad pernah dipecat dari UMNO pada tanggal 26 September 1969 karena terlibat perseteruan dengan Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj yang saat itu menjabat sebagai Presiden UMNO sekaligus Perdana Menteri Malaysia.

Setelah Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj digantikan oleh Tun Abdul Razak

Dato’ Hussein, Tun Dr. Mahathir Mohamad kembali diterima sebagai anggota

20Jamaie Hj Hamil, dkk., 2014, Ikhtisar Analisis Pilihan Raya Umum 1978 hingga 2013 di Malaysia, Geografia Online TM Malaysia Journal of Society and Space 10, hal. 40.

47

UMNO pada tanggal 7 Maret 1972 dan kemudian diangkat menjadi Ahli Majlis

Tertinggi UMNO pada tanggal 25 Juni 1972.

Pada tahun 1974, Tun Dr. Mahathir Mohamad mengikuti Pilihan Raya sebagai calon legislator dan berhasil memperoleh kursi Dewan Rakyat mewakili kawasan Kubang Pas hingga tahun 2004. Setelah itu, Tun Dr. Mahathir Mohamad masuk ke dalam kabinet Perdana Menteri Tun Abdul Razak Dato’ Hussein dan menempati posisi secara berturut-turut sebagai Menteri Pendidikan (1974) serta

Menteri Perdagangan & Industri (1978). Salah satu kebijakan Tun Dr. Mahathir

Mohamad yang cukup kontroversial saat menjabat sebagai Menteri Pendidikan adalah menetapkan AUKU (Akta Universiti dan Kolej Universiti) pada tahun

1974. AUKU dipandang oleh kaum terpelajar sebagai langkah pemerintah untuk mengontrol dunia pendidikan secara ketat. Kebijakan tersebut dikaitkan dengan upaya rezim UMNO untuk mempertahankan stabilitas sosial dan politik dari aktivitas oposisi.

Ketika Tun Hussein Onn meletakkan jabatannya sebagai Perdana Menteri

Malaysia karena beberapa alasan kesehatan, Tun Dr. Mahathir Mohamad dilantik menjadi Perdana Menteri Malaysia ke-4 pada tanggal 16 Juli 1981. Pada tahun yang sama, Tun Dr. Mahathir Mohamad juga menjadi Presiden UMNO ke-5 setelah memenangkan pemilihan dalam Perhimpunan Agung secara aklamasi. Tun

Dr. Mahathir Mohamad menjabat sebagai Presiden UMNO secara berturut-turut hingga tahun 1993. Tun Dr. Mahathir Mohamad pernah terlibat konflik dengan

Tengku Razaleigh Hamzah pada tahun 1987. Konflik tersebut mengakibatkan

UMNO terpecah menjadi Tim A (Pro Tun Dr. Mahathir Mohamad) dan Tim B

48

(Pro Tengku Razaleigh Hamzah). Namun pada akhirnya, Tim A berhasil memenangkan percaturan politik dan menyingkirkan Tim B. Maka pada tahun

1989, Tengku Razaleig Hamzah keluar dari UMNO dan mendirikan Parti

Semangat ’46.

Di bawah kepemimpinan Tun Dr. Mahathir Mohamad, rezim UMNO berusaha untuk senantiasa memelihara stabilitas sosial dan politik. Oleh karena itu, Tun Dr. Mahathir Mohamad merangkap jabatan sebagai Menteri Dalam

Negeri dan Menteri Pertahanan. Salah satu alat yang digunakan oleh pemerintah untuk meredam gerakan oposisi adalah ISA (Internal Security Act). ISA merupakan undang-undang yang memungkinkan pemerintah untuk menahan lawan politiknya dengan dalih menjaga keamanan nasional. Maka sepanjang tahun 1981-1993 pemerintahan Tun Dr. Mahathir Mohamad telah menahan lebih dari 9000 orang, termasuk salah satunya adalah mantan Wakil Perdana Menteri

Dato’ Sri Anwar Ibrahim.21 Akibat sistem otoritarian tersebut, UMNO bersama

BN selalu keluar sebagai pemenang dalam PRU yang diselenggarakan pada tahun

1982, 1986, 1990, 1995 dan 1999.

Di beberapa negara bagian yang merupakan kantong populasi etnis

Melayu, seperti: Kelantan, Terengganu, Kedah, Perlis, Pahang, Malaka, Johor dan

Negeri Sembilan, UMNO harus bersaing ketat dengan PAS. Kedua partai sama- sama menyatakan diri mewakili kepentingan Melayu dan Islam. Maka pada PRU

21Sidney Morning Herald, 22 September 1998, dikutip dalam Bambang Cipto, 2007, Hubungan Internasional di Asia Tenggara: Teropong Terhadap Dinamika, Realitas dan Masa Depan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 124.

49

tahun 1999, perolehan suara UMNO merosot di daerah-daerah kantong Melayu dari 62% (PRU tahun 1995) menjadi 49% (PRU tahun 1999). Suara etnis Melayu kebanyakan beralih ke PAS, sehingga perolehan kursi PAS di parlemen meningkat pesat dari 8 menjadi 27 kursi. PAS juga berhasil mendominasi perolehan kursi di Negara Bagian Kelantan dan Terengganu. Bahkan koalisi

Barisan Alternatif yang dipimpin oleh PAS sukses memenangkan 32 kursi parlemen. Meskipun demikian, UMNO tetap memenangkan PRU tahun 1999 secara keseluruhan karena didukung oleh partai-partai dalam BN. Oleh karena itu,

BN berhak membentuk pemerintahan di 9 dari 13 Dewan Undangan Negeri

(DUN).22

Tun Dr. Mahathir Mohamad berhasil mengekalkan jabatannya sebagai

Perdana Menteri Malaysia pasca PRU tahun 1999. Sebagai Perdana Menteri

Malaysia, Tun Dr. Mahathir Mohamad berperan besar dalam meletakkan dasar pembangunan ekonomi dan politik Malaysia. Rancangan pembangunan jangka panjang yang disebut “Visi 2020” merupakan buah pemikiran Tun Dr. Mahathir

Mohamad untuk menjadikan Malaysia sebagai negara yang kokoh dan bersatu sehingga rakyat dapat hidup dengan adil, makmur, demokratis, toleran dan dinamis. Selain itu, Tun Dr. Mahathir Mohamad juga berusaha untuk menjadikan

Malaysia sebagai kekuatan ekonomi yang mampu bersaing dengan negara-negara maju di dunia. Sedangkan untuk membendung pengaruh politik PAS serta menarik simpati dari rakyat khususnya etnis Melayu dan pemeluk agama Islam,

Tun Dr. Mahathir Mohamad menerapkan kebijakan “Islamisasi Malaysia”.

22A. Effendy Choirie, 2008, Islam-Nasionalisme UMNO-PKB: Studi Komparasi dan Diplomasi, Jakarta: Pensil-324, hal. 91.

50

Saat terjadi krisis ekonomi dunia tahun 1997-1998, beberapa negara di

Asia Tenggara seperti: Indonesia, Filipina dan turut merasakan dampaknya. Krisis ekonomi di negara-negara tersebut telah memicu terjadinya kekacauan sosial dan politik. Namun hal itu tidak terjadi di Malaysia. Sebab Tun

Dr. Mahathir Mohamad selaku Perdana Menteri Malaysia berhasil menyelamatkan keuangan negara dengan menolak bantuan IMF (International

Monetary Fund) dan memilih menerapkan kebijakan control capital. Langkah yang diambil oleh Tun Dr. Mahathir Mohamad tersebut memang cukup kontroversial dan menuai banyak kritik. Akan tetapi, Tun Dr. Mahathir Mohamad berhasil menunjukkan kepada dunia bahwa Malaysia adalah negara yang paling cepat pulih dari krisis ekonomi tahun 1998.

Pada tanggal 31 Oktober 2003, Tun Dr. Mahathir Mohamad memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan Perdana Menteri Malaysia. Tidak lama setelah itu, beliau juga meletakkan jabatannya sebagai Presiden UMNO.

Kemudian posisi Presiden UMNO dan Perdana Menteri Malaysia dipercayakan kepada Tun Abdullah Ahmad Badawi. Tun Abdullah Ahmad Badawi memang sudah dipersiapkan oleh UMNO untuk menjadi pengganti Tun Dr. Mahathir

Mohamad dan meneruskan estafet kepemimpinan rezim.

4. UMNO dalam Politik dan Pemerintahan Malaysia Tahun 2003-2015

Pada tanggal 24 Maret 2004 diselenggarakan PRU yang kesebelas pasca kemerdekaan. Menjelang penyelenggaraan PRU tahun 2004, muncul laporan yang menyatakan bahwa populasi etnis Melayu di Malaysia mengalami peningkatan

51

hingga mencapai angka 75%. Perubahan demografi yang terjadi memunculkan harapan bagi PAS untuk memperoleh lebih banyak dukungan dari etnis Melayu dan memenangkan PRU tahun 2004. Maka rezim UMNO berusaha keras untuk membendung pengaruh PAS. Tun Abdullah Ahmad Badawi sebagai pemimpin

UMNO dan BN bahkan turun langsung ke daerah-daerah pemilihan selama masa kampanye. Tun Abdullah Ahmad Badawi menargetkan kemenangan UMNO dan

BN di wilayah utara Semenanjung Malaya yang mayoritas penduduknya beretnis

Melayu, seperti: Perlis, Kedah, Perak, Kelantan dan Terengganu.23

Selama masa kampanye, UMNO menawarkan konsep “Islam Hadhari” sebagai tandingan dari konsep “Islam Fundamental” yang ditawarkan oleh PAS.

Islam Hadhari adalah Islam yang memberikan penekanan pada aspek pembangunan ekonomi dan peradaban. Sehingga Islam menjadi penggerak dan pendorong bagi umatnya untuk meraih kemajuan. Daya tarik konsep Islam

Hadhari yang moderat dan transformatif berhasil membuat BN meraih kemenangan di daerah-daerah yang sebelumnya menjadi basis suara partai oposisi. Maka pada PRU tahun 2004, BN memperoleh 198 dari 219 kursi Dewan

Rakyat yang diperebutkan. Bahkan UMNO mengalami peningkatan jumlah kursi dari 72 (PRU tahun 1999) menjadi 109 (PRU tahun 2004). Sedangkan di tingkat

DUN, BN meraih 452 kursi yang mana 301 kursi diantaranya merupakan milik

UMNO.

Di lain sisi, gabungan partai oposisi hanya memperoleh 21 kursi Dewan

Rakyat dan 52 kursi DUN. Dari jumlah tersebut PAS memperoleh 7 kursi Dewan

23A. Effendy Choirie, Ibid., hal. 92.

52

Rakyat dan 36 kursi DUN. Hasil PRU tahun 2004 menunjukkan bahwa UMNO dapat membalas kekalahannya dari PAS. Sebab UMNO berhasil merebut kekuasaan di 2 negara bagian, yakni Terengganu dan Kelantan yang sebelumnya dikuasai oleh PAS.24 Maka politik dan pemerintahan Malaysia semakin didominasi oleh UMNO.

Pasca PRU tahun 2004, Tun Abdullah Ahmad Badawi kembali dikukuhkan sebagai Perdana Menteri Malaysia. Tun Abdullah Ahmad Badawi adalah sosok pemimpin yang low profile, tidak suka menonjolkan diri, akomodatif, aspiratif, murah senyum dan taat beragama. Gaya kepemimpinan Tun

Abdullah Ahmad Badawi sangat berbeda dengan Tun Dr. Mahathir Mohamad.

Sebagai Perdana Menteri Malaysia, Tun Abdullah Ahmad Badawi memiliki slogan "Tiga Lang", yakni mewujudkan Malaysia yang cemerlang, gemilang dan terbilang. Selain itu, Tun Abdullah Ahmad Badawi dalam kampanyenya menjanjikan perubahan di Malaysia berupa pemberantasan korupsi, penurunan angka kriminalitas, penurunan harga bahan pokok dan persatuan antaretnis.

Namun pada kenyataannya beberapa janji tidak dapat dipenuhi. Sehingga tingkat kepercayaan masyarakat kepada Tun Abdullah Ahmad Badawi turun drastis.

PRU yang kedua belas pasca kemerdekaan diselenggarakan pada tanggal 8

Maret 2008. Hasil PRU tahun 2008 menunjukkan bahwa BN mampu mempertahankan mayoritas kursi di Dewan Rakyat. Namun jumah kursi BN di parlemen mengalami penurunan drastis jika dibandingkan dengan PRU sebelumnya. Pada PRU tahun 2004 BN memperoleh 198 dari 219 kursi,

24A. Effendy Choirie, op. cit., hal. 92.

53

sementara pada PRU tahun 2008 BN hanya memperoleh 140 dari 222 kursi.

Sebaliknya, koalisi Pakatan Rakyat (PR) yang terdiri dari partai-partai oposisi memperoleh 82 kursi Dewan Rakyat. 31 kursi dimiliki Parti Keadilan Rakyat

(PKR), 23 kursi dimiliki Parti Islam se-Malaysia (PAS) dan 28 kursi dimiliki

Democratic Action Party (DAP). Selain itu, PR juga berhasil meraih kemenangan di 5 negara bagian, yakni Kelantan, Perak, Kedah, Selangor, dan Pulau Pinang.

Perolehan tersebut merupakan prestasi terbaik bagi PR dan prestasi terburuk bagi

BN.25 Akibat hasil buruk yang diperoleh BN dalam PRU tahun 2008, Perdana

Menteri Tun Abdullah Ahmad Badawi menerima banyak kritik dan desakan untuk mengundurkan diri. Maka beliau dengan terpaksa mundur dari jabatan Presiden

UMNO dan Perdana Menteri Malaysia pada tanggal 2 April 2008.

Jabatan Presiden UMNO dan Perdana Menteri Malaysia selanjutnya dipegang oleh Dato’ Sri Najib Tun Razak. Dato’ Sri Najib Tun Razak merupakan anak dari Tun Abdul Razak Dato’ Hussein (Perdana Menteri ke-2) dan keponakan dari Tun Hussein Onn (Perdana Menteri ke-3). Sebelum terjun ke dunia politik,

Dato’ Sri Najib Tun Razak bekerja di perusahaan minyak nasional (Petronas).

Kemudian Dato’ Sri Najib Tun Razak mengisi kursi Dewan Rakyat yang ditinggalkan oleh Almarhum Tun Abdul Razak Dato’ Hussein. Selanjutnya Dato’

Sri Najib Tun Razak menduduki beberapa jabatan penting di pemerintahan, seperti Menteri Energi, Menteri Telekomunikasi, Menteri Pendidikan, Menteri

25Pemilu Malaysia dan Ujian Najib, http://nasional.kompas.com/read/2013/05/07/03114965/Pemilu.Malaysia.dan.Ujian.Reformasi.Na jib. diakses pada tanggal 12 November 2016.

54

Keuangan dan Menteri Pertahanan. Pada masa pemerintahan Perdana Menteri Tun

Abdullah Ahmad Badawi, Dato’ Sri Najib Tun Razak ditunjuk sebagai Wakil

Perdana Menteri Malaysia dan Wakil Presiden UMNO.

Kepemimpinan Dato’ Sri Najib Tun Razak memikul tugas berat untuk menciptakan perubahan yang belum sempat direalisasikan oleh Tun Abdullah

Ahmad Badawi dalam politik dan pemerintahan Malaysia. Di samping itu, Dato’

Sri Najib Tun Razak juga memiliki tanggung jawab moral untuk memperbaiki prestasi BN dalam PRU. Popularitas Dato’ Sri Najib Tun Razak meningkat pada tahun 2012 karena pemerintahannya menghapus ISA (Internal Security

Act). Namun pada tahun 2015, parlemen Malaysia justru mengeluarkan undang- undang keamanan baru dengan nama POTA (Prevention Of Terrorism Act).

POTA sama halnya dengan ISA berpotensi untuk dimanfaatkan rezim UMNO sebagai alat politik.

Karir politik Dato’ Sri Najib Tun Razak tidak luput dari berbagai masalah.

Pada tahun 2002, Dato’ Sri Najib Tun Razak diduga terlibat dalam kasus penggelapan dana pembelian kapal selam TLDM (Tentera Laut Diraja Malaysia) saat masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Saksi mata dalam kasus tersebut

(Altantuya Shaariibuu) tewas dibunuh oleh 2 orang yang diduga sebagai suruhan

Dato’ Sri Najib Tun Razak. Kemudian pada tahun 2014, Perdana Menteri Dato’

Sri Najib Tun Razak diduga terlibat dalam kasus korupsi dana investasi 1MDB

(1Malaysia Development Berhad). Dugaan tersebut muncul setelah ditemukan aliran dana dalam jumlah besar ke rekening pribadi Dato’ Sri Najib Tun Razak pada tahun 2012. Ketika dilakukan investigasi, Dato’ Sri Najib Tun Razak

55

mengakui bahwa dana tersebut merupakan hibah dari keluarga Kerajaan Arab

Saudi untuk memenangkan UMNO dalam PRU tahun 2013.

Meskipun hingga akhir tahun 2015 skandal korupsi 1MDB yang diduga melibatkan Perdana Menteri Malaysia belum terbukti, akan tetapi banyak pihak menuntut Dato’ Sri Najib Tun Razak untuk mengundurkan diri dari jabatannya.

Bahkan pada tahun 2012 terjadi demonstrasi “BERSIH” yang menuntut reformasi dan demokratisasi secara menyeluruh di Malaysia. Menanggapi tuntutan tersebut,

Perdana Menteri Dato’ Sri Najib Tun Razak menilai ada kepentingan politik dari pihak oposisi untuk menjatuhkan citra UMNO dan pemeritahannya melalui isu tersebut. Dato’ Sri Najib Tun Razak juga menuduh ada keterlibatan mantan

Perdana Menteri Tun Dr. Mahathir Mohamad yang selama ini gencar melakukan kritik terhadap kepemimpinannya.

Pada saat PRU tahun 2013 diselenggarakan, Dato’ Sri Najib Tun Razak berhasil memimpin BN memperoleh 133 kursi Dewan Rakyat. Sedangkan PR hanya memperoleh 89 kursi. Namun hasil PRU tahun 2013 menunjukkan penurunan jumlah kursi/suara BN dan peningkatan jumlah kursi/suara PR jika dibandingkan dengan hasil PRU tahun 2008. Secara keseluruhan, pada PRU dan

PRK tahun 2013 BN memperoleh 133 kursi Parlemen dan 344 kursi DUN dengan

5,2 juta suara. Sementara PR memperoleh 89 kursi Parlemen dan 230 kursi DUN dengan 5,5 juta suara.

Menurut penilaian mantan Perdana Menteri Tun Dr. Mahathir Mohamad, prestasi yang dicapai oleh Dato’ Sri Najib Tun Razak dalam PRU tahun 2013

56

lebih buruk dibandingkan pencapaian Tun Abdullah Ahmad Badawi dalam PRU tahun 2008.26 Meskipun dinilai gagal dalam memimpin BN, Dato’ Sri Najib Tun

Razak enggan untuk lengser dari jabatannya. Bahkan Dato’ Sri Najib Tun Razak kembali dikukuhkan sebagai Perdana Menteri Malaysia dan Presiden UMNO.

Gambar 2.3 Presiden Partai UMNO

Sumber: http://bilashahabudinberbicara.blogspot.co.id/2016/11/senada-menuju-kemenangan- bersama.html Jadi, sejak meraih kemerdekaan pada tanggal 31 Agustus 1957, politik dan pemerintahan Malaysia didominasi oleh United Malays National Organization

(UMNO). UMNO merupakan partai politik yang mewakili kepentingan masyarakat etnis Melayu di Malaysia. UMNO didirikan oleh para elit politik etnis

Melayu pada tanggal 11 Mei 1946 di Johor Bahru. Kelahiran UMNO merefleksikan perlawanan para raja dan masyarakat etnis Melayu terhadap konsep

Malayan Union yang sebelumnya diperkenalkan oleh Inggris. Selanjutnya,

UMNO tumbuh dan berkembang menjadi partai politik yang memperjuangkan

26Mahathir Terkejut dengan Hasil Pemilu Malaysia, http://news.okezone.com/read/2013/05/07/411/803715/mahathir-terkejut-dengan-hasil-pemilu- malaysia. diakses pada tanggal12 November 2016.

57

hak-hak istimewa etnis Melayu sebagai golongan Bumiputera (penduduk pribumi) di Malaysia. Maka dalam rangka mencapai tujuan tersebut, UMNO menjalin kerja sama dengan partai politik lainnya dan membentuk koalisi Barisan Nasional (BN).

BN merupakan salah satu alat politik UMNO untuk menciptakan rezim yang kuat dan dominan.

Rezim UMNO sangat kuat dan dominan pada masa kepemimpinan Tun

Dr. Mahathir Mohamad. Tun Dr. Mahathir Mohamad menjabat sebagai Perdana

Menteri Malaysia selama 22 tahun sejak tanggal 16 Juli 1981 hingga 31 Oktober

2003. Pada masa tersebut gerakan oposisi atau lawan politik rezim UMNO tidak diberi ruang kebebasan. Rezim UMNO mengontrol media massa secara ketat.

Berbagai peraturan hukum dan kebijakan pemerintah dibuat untuk mendukung kekuasaan rezim. Maka, tekanan domestik maupun internasional seperti krisis ekonomi dan gelombang demokratisasi belum berhasil menumbangkan kekuasaan rezim UMNO. Sehingga harapan akan adanya reformasi dan demokratisasi di

Malaysia muncul ketika Tun Dr. Mahathir Mohamad mengundurkan diri dari jabatan Perdana Menteri Malaysia pada tanggal 31 Oktober 2003.

58