PENGARUH PENGGUNAAN SULE DAN BOYBAND SMASH SEBAGAI CELEBRITY ENDORSER TERHADAP BRAND IMAGE KARTU AS Oleh ANGGORO ADHIWIBOWO
PENGARUH PENGGUNAAN SULE DAN BOYBAND SMASH SEBAGAI CELEBRITY ENDORSER TERHADAP BRAND IMAGE KARTU AS
Oleh
ANGGORO ADHIWIBOWO
200711007
SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi Sebahagian Syarat Dalam mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA BANKING SCHOOL JAKARTA 2011
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 Pengaruh Penggunaan Sule Dan Boyband Smash Sebagai Celebrity
Endorser Terhadap Brand Image Kartu AS
Oleh
ANGGORO ADHIWIBOWO
2007
Diterima dan disetujui untuk diajukan dalam Ujian Komprehensif
2011
Jakarta, 4 Oktober 2011
Dosen Pembimbing
(Santi Rimadias, S.P, M.Si)
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI KOMPREHENSIF
Nama : Anggoro Adhiwibowo
NPM : 200711007
Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Sule Dan Boyband
Smash Sebagai Celebrity Endorser
Terhadap Brand Image Kartu AS
Tanggal Ujian Komprehensif / Skripsi : 4 Oktober 2011
Penguji :
Ketua : Ari Sunardi S.E, Ak, M.Si
Anggota : 1. Santi Rimadias S.P, M.Si
2. Purnamaningsih S.E, M.S.M
Menyatakan bahwa mahasiswa yang dimaksud di atas telah mengikuti ujian
Komprehensif dan dinyatakan LULUS ujian.
Ketua,
(Ari Sunardi S.E, Ak, M.Si)
Anggota I Anggota II
(Santi Rimadias S.P, M.Si) (Purnamaningsih S.E, M.S.M)
ii
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011
PENGESAHAN SKRIPSI
Nama : Anggoro Adhiwibowo
NPM : 200711007
Judul Skrips : Pengaruh Penggunaan Sule Dan
Boyband Smash Sebagai Celebrity
Endorser Terhadap Brand Image Kartu
AS
Pembimbing Skripsi
(Santi Rimadias S.P, M.Si)
Tanggal Lulus : 4 Oktober 2011
Mengetahui,
Ketua Panitia Ujian Ketua Jurusan Manajemen
(Dr. Siti Sundari) (Ari Sunardi, SE, ak, MSI) iii
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahNya maka penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan Sule Dan Boyband Smash Sebagai Celebrity Endorser Terhadap
Brand Image Kartu AS” dengan studi pada pelanggan kartu AS di wilayah Depok.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program
Sarjana Strata Satu (S1) Ekonomi jurusan manajemen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia Banking School, dan diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Pada penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Santi Rimadias, MSi. selaku pembimbing utama yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk selama penyusunan skripsi ini.
2. Pimpinan STIE Indonesia Banking School, Ibu Dr. Siti Sundari, SH., MH, Bapak
Donant Alananto Iskandar, SE., MBA., dan Bapak Drs. Atman Poerwokoesoemo,
3. Bapak Ari Sunardi, SE.Akt., M.Si., selaku ketua jurusan manajemen STIE
Indonesia Banking School.
4. Bapak Fajar Hertingkir, S.Sos., MM., dan ibu Purnamaningsih, SE., MSM.,
selaku penguji seminar hasil yang telah memberikan masukan dan saran-sarannya
dalam menghadapi ujian komprehensif
iii
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 5. Segenap Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan, arahan belajar dan
diskusi yang mencerdaskan.
6. Segenap staf bagian akademik, tata usaha, dan kemahasiswaan STIE Indonesia
Banking School.
7. Kedua orang tua saya tersayang, Hariadi SE. dan Dwiyani Hartiningsih SE. yang
selalu memberikan doa, semangat, motivasi, serta dukungan baik moral, materiil,
ataupun spiritual sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
baik.
8. Kedua adikku, Yoga dan Bagus, yang selalu memberikan bantuan, hiburan dan
semangat di dalam proses penyelesaian skripsi ini.
9. Restia, Bie, Koming, dan terutama sekali Fizza Shallabratiana yang sudah
bersedia untuk bertukar pikiran dan membantu dalam proses pengerjaan skripsi,
serta juga memberikan dukungan yang besar kepada penulis.
10. Sahabat-sahabat terbaikku di Rushuno FC, Birong, Bobo, Denli, Ilham, Pala,
Juan, Shukoi, Didit, dan Pepeng.
11. Iqbal, Umar, Rendy, Aris, dan Ardiko yang telah memberikan banyak
pengalaman sangat berkesan selama di IBS.
12. Semua teman-teman angkatan 2007.
13. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
iv
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan dan kesalahan dikarenakan keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan kualitas penulisan di masa yang akan datang. Jika ada hal-hal yang kurang berkenan di hati pembaca, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
Jakarta, September 2011
Penulis
v
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 Abstract
In this globaliztion era, companies are required to be more creative and innovative in setting strategies up due to gain consumer awareness then influences the consumer purchase behaviour. Moreover, one of the strategies that can be done is by establishing celebrity endorsement. Celebrities are seen as keens individuals and have the primacy to attract consumers rather than other individuals. This type of promotion is a creative way to encourage the positive image that perceived towards the promoted product brands.
Based on that background, this research focuses was aimed to determine how the influences of attributes celebrity endorsement who had controvesial background against brand image of product. It focuses on the influences of Sule and Smash as celebrity endorsers in establishing kartu AS brand image with primary objective to indicate (1) To find and analyze the influences of celebrity endorser attributes (credibility, attractiveness and power) that Sule had, to the brand image of kartu AS and (2) To find and analyze the influences of celebrity endorser attributes (credibility, attractiveness and power) that
Smash had, to the brand image of kartu AS.
Samples on this research are kartu AS customer which be found in Depok, who had watced kartu AS advertisement at least three times within period of last six months.
The input data are being processed by multiple regression, with result indicated : (1)
Although they have controversial background, Sule and Smash as celebrity endorsers have significant influence on kartu AS brand image. (2) The most significant attributes for Sule is attractiveness (Sule) and for Sule are credibility and power.
Keywords : celebrity endorser, Sule, Smash, and brand image
vi
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 HALAMAN PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Anggoro Adhiwibowo
NPM : 200711007
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata dikemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan peraturan tata tertib STIE IBS.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar.
Penulis,
(Anggoro Adhiwibowo)
vii
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI KOMPREHENSIF i
PENGESAHAN SKRIPSI ii
KATA PENGANTAR iii
ABSTRAK vi
HALAMAN PERNYATAAN KARYA SENDIRI vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 10
1.3 Pembatasan Masalah 10
1.4 Tujuan Penelitian 10
viii
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 1.5 Manfaat Penelitian 11
1.6 Sistematika Penulisan 12
BAB II LANDASAN TEORI 14
2.1 Pengertian Pemasaran 14
2.2 Komunikasi Pemasaran 15
2.3 Periklanan 16
2.3.1 Pengertian Periklanan 16
2.3.2 Fungsi Periklanan 16
2.4 Celebrity Endorser 18
2.4.1 Pengertian Celebrity Endorser 18
2.4.2 Keuntungan Penggunaan Celebrity Endorser 19
2.4.3 Atribut Celebrity Endorser 20
2.4.4 Peran Humor Dalam Periklanan 23
2.4.5 Fungsi Musik Dalam Periklanan 24
2.5 Brand Image 25
2.5.1 Definisi Brand 25
ix
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 2.5.2 Definisi Image 26
2.5.3 Definisi Brand Image 26
2.5.4 Faktor Pembentuk Brand Image 27
2.5.5 Keuntungan Brand Image Yang Kuat 30
2.6 Hubungan Antara Celebrity Endorser Dan Brand Image 31
2.7 Penelitian Terdahulu 34
2.8 Kerangka Pemikiran 35
2.9 Hipotesis 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37
3.1 Jenis Penelitian 39
3.2 Jenis Data Dan Teknik Pengumpulan Data 39
3.3 Populasi Dan Sampel 40
3.3.1 Populasi 40
3.3.2 Sampel 41
3.3.3 Ukuran Sampel 42
3.3.4 Metode Pengambilan Sampel 42
x
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 3.4 Identifikasi Variabel 43
3.4.1 Definisi Operasional Variabel 43
3.5 Metode Analisa Data 47
3.5.1 Uji Validitas Dan Reliabilitas 47
3.5.1.1 Uji Validitas 47
3.5.1.2 Uji Reliabilitas 49
3.5.2 Uji Asumsi Klasik 49
3.6 Analisis Regresi Berganda 51
3.7 Teknik Pengujian Hipotesis 52
3.8 Koefisien Determinasi 53
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 54
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 54
4.1.1 Profil Sule 54
4.1.2 Profil Smash 55
4.1.3 Sejarah Singkat Telkomsel 57
4.1.4 Profil Kartu AS 58
xi
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 4.2 Analisis Hasil Penelitian 62
4.2.1 Profil Responden 62
4.2.1.1 Jenis Kelamin 62
4.2.1.2 Usia 63
4.2.1.3 Pendidikan Terakhir 64
4.2.1.4 Pekerjaan 65
4.2.2 Analisis Pretest 66
4.2.2.1 Uji Validitas Pretest 66
4.2.2.2 Uji Reliabilitas Pretest 70
4.2.3 Analisis Penelitian 72
4.2.3.1 Uji Validitas Penelitian 72
4.2.3.2 Uji Reliabilitas Penelitian 75
4.2.4 Uji Asumsi Klasik 77
4.2.4.1 Uji Normalitas 77
4.2.4.2 Uji Multikoleniaritas 79
4.2.4.3 Uji Heterokedastisitas 81
xii
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 4.3 Analisis Regresi Berganda 82
4.4 Teknik Pengujian Hipotesis 84
4.4.1 Uji t 84
4.4.1.1 Analisis Uji t Credibility Sule 85
4.4.1.2 Analisis Uji t Attractiveness Sule 85
4.4.1.3 Analisis Uji t Power Sule 86
4.4.1.4 Pembahasan Hasil Uji t Sule 86
4.4.1.5 Analisis Uji t Credibility Smash 87
4.4.1.6 Analisis Uji t Attractiveness Smash 88
4.4.1.7 Analisis Uji t Power Smash 88
4.4.1.8 Pembahasan Hasil Uji t Smash 88
4.4.2 Koefisien Determinasi (R2) 90
4.4.3 Implikasi Manajerial 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 94
5.1 Kesimpulan 94
5.2 Saran 94
xiii
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP PENULIS
xiv
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Meaning Transfer Model 32
Gambar 4.1 Pie Chart Jenis Kelamin Responden 62
Gambar 4.2 Pie Chart Usia Responden 63
Gambar 4.3 Pie Chart Pendidikan Terakhir Responden 64
Gambar 4.4 Pie Chart Pekerjaan Responden 65
xv
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kontroversi Sule Dan Smash 38
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel 44
Tabel 4.1 Hasil Pengolahan Karakteristik Jenis Kelamin Responden 62
Tabel 4.2 Hasil Pengolahan Karakteristik Usia Responden 63
Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Karekteristik Pendidikan Responden 64
Tabel 4.4 Hasil Pengolahan Karakteristik Pekerjaan Responden 65
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Pretest 67
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Pretest 71
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Penelitian 72
Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Penelitian 76
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Sule 77
Tabel 4.10 Hasil Z Skewnees Dan Z Kurtosis Sule 78
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Smash 78
xvi
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 Tabel 4.12 Hasil Z Skewness Dan Z Kurtosis Smash 79
Tabel 4.13 Hasil Uji Multikoleniaritas Sule 80
Tabel 4.14 Hasil Uji Multikoleniaritas Smash 80
Tabel 4.15 Hasil Uji Heterokedastisitas Sule 81
Tabel 4.16 Hasil Uji Heterokedastisitas Smash 81
Tabel 4.17 Hasil Regresi Berganda Sule 82
Tabel 4.18 Hasil Regresi Berganda Smash 83
Tabel 4.19 Hasil Uji t Sule 85
Tabel 4.20 Hasil Uji t Smash 87
Tabel 4.21 Hasil Koefisien Determinasi Sule 90
Tabel 4.22 Hasil Koefisien Determinasi Smash 91
xvii
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Sule
Lampiran II Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Smash
Lampiran III Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Brand Image Kartu AS
Lampiran IV Hasil Uji Normalitas Dan Hasil Uji Regresi Berganda Sule Dan
Smash
Lampiran V Kuesioner
xviii
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan bisnis pada era globalisasi saat ini semakin dinamis dan kompleks.
Adanya persaingan tidak hanya menimbulkan peluang tetapi juga menimbulkan tantangan. Tantangan yang dihadapi oleh perusahaan yang bersaing diantaranya adalah selalu berusaha mendapatkan cara terbaik untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasar. Hal tersebut memiliki arti bahwa perusahaan dituntut harus dapat menerapkan strategi pemasaran yang tepat untuk menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Selanjutnya perusahaan harus bisa mengkomunikasikan produknya kepada calon konsumen atau pasar sasarannya, karena bagaimanapun bagusnya suatu produk apabila konsumen tidak mengetahui keberadaannya di pasar maka konsumen tidak akan menghargai atau berminat terhadap produk tersebut. Oleh karena itu diperlukan proses penyampaian informasi melalui komunikasi pemasaran.
Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran. George E.Belch dan Michael A.Belch dalam bukunya yang berjudul
“Advertising and Promotion” menjelaskan iklan sebagai “as any paid form of nonpersonal communication about an organization, product, service, or idea by an identified sponsor” e (2007). Dari definisi tersebut dapat diartikan iklan adalah bentuk komunikasi nonpersonal mengenai organisasi, produk, jasa atau ide melalui sponsor yang telah diketahui. Sedangkan menurut Wells, Burnett, dan Moriarty iklan di
1
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 definisikan sebagai komunikasi nonpersonal yang diperkenalkan melalui media massa untuk menarik atau mempengaruhi konsumen (2003). Jadi dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa iklan adalah sebuah bentuk komunikasi, yang bertujuan memberikan informasi pada konsumen mengenai sebuah produk atau jasa melalui sebuah media.
Efektivitas dari sebuah iklan sangat bergantung dari pesan apa yang akan disampaikan dan bagaimana cara penyampaian pesan. Untuk dapat menjalankan fungsi pemasaran, maka yang harus dilakukan dalam kegiatan periklanan tentu saja harus lebih dari sekedar memberikan informasi kepada khalayak. Iklan harus mampu membujuk khalayak ramai agar berperilaku sedemikian rupa sesuai dengan strategi pemasaran perusahaan untuk mencetak penjualan dan memperoleh keuntungan. Singkatnya, iklan harus dapat mempengaruhi pemilihan dan keputusan pembelian (Jefkins, 1997).
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, perusahaan atau pemasang iklan harus memperhatikan beberapa aspek, salah satu yang terpenting adalah komunikator.
Kebanyakan orang saat ini cenderung melihat siapa yang mengkomunikasikan pesan ketimbang apa yang dikomunikasikan (Ardianto dan Komala, 2004). Oleh karena itu pemilihan komunikator yang tepat menjadi sangat dibutuhkan didalam menyampaikan pesan tentang produk yang dimiliki oleh perusahaan.
Komunikator yang ditunjuk untuk menyampaikan pesan atau iklan mengenai suatu produk kepada khalayak disebut dengan endorser. Menurut Belch & Belch (2007), definisi endorser adalah pendukung yang mengantarkan sebuah pesan atau memperagakan sebuah produk atau jasa. Penggunaan endorser diharapkan dapat memberikan asosiasi positif antara produk dengan endorser. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan pada
2
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 suatu merek. Citra merek (brand image) sendiri adalah persepsi atau kesan tentang suatu merek yang direfleksikan oleh sekumpulan asosiasi yang menghubungkan pelanggan dengan merek dalam ingatannya (Keller, 2003). Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek di dalam benak konsumen.
Citra yang baik merupakan salah satu cara yang efektif di dalam menjaring konsumen, karena konsumen dengan sadar atau tidak sadar akan memilih suatu produk yang memiliki brand image yang positif, sehingga tercipta persepsi yang baik di mata konsumen, dan akan mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian.
Menurut Terence A.Shimp (2003), endorser dibagi menjadi dua. Pertama, typical person endorser, yaitu memanfaatkan beberapa orang yang bukan selebriti untuk menyampaikan pesan mengenai suatu produk. Dan kedua, celebrity endorser, yaitu orang-orang terkenal yang dapat mempengaruhi karena prestasinya. Belch & Belch
(2007) menjelaskan lebih rinci dalam bukunya mengenai pengertian celebrity endorser.
Menurutnya, celebrity endorser adalah figur seorang tokoh yang dikenal baik oleh publik dan memperagakan sebagai konsumen dalam iklan. Termasuk dalam kelompok selebriti ini adalah bintang televisi maupun bintang film, bintang olahraga, politikus, businessman, artis, dan orang-orang tertentu yang berasal dari militer. Orang-orang terkenal ini biasanya menjadi figur publik sehingga posisinya sebanding dengan selebriti.
Masih menurut Belch & Belch (2007), atribut dari celebrity endorser ada tiga, yaitu:
1. Source credibility, menggambarkan persepsi konsumen terhadap keahlian,
pengetahuan, dan pengalaman yang relevan yang dimiliki endorser mengenai
merek produk yang diiklankan serta kepercayaan konsumen terhadap endorser
3
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 untuk memberikan informasi yang tidak biasa dan objektif. Source credibility
terdiri atas expertise dan trustworthiness.
2. Source attractiveness, endorser dengan tampilan fisik yang baik dan/atau
karakter non-fisik yang menarik dapat menunjang iklan dan dapat menimbulkan
minat audiens untuk menyimak iklan. Source attractiveness terdiri atas similarity,
familiarity, dan likability.
3. Source power, adalah karisma yang dipancarkan oleh endorser sehingga dapat
mempengaruhi pemikiran, sikap, atau tingkah laku konsumen karena pernyataan
atau pesan endorser tersebut.
Menurut Irfan Ramli, Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (KPPPI) yang dikutip dari catatananitaagustina.blogspot.com (Agustina, 2011), tidak semua bintang iklan adalah endorser. Dia mengatakan, “karena fungsinya adalah untuk meng- endorse, tidak bisa kalau endorser itu dari kalangan orang biasa yang tidak dikenal oleh publik. Paling tidak, orang itu dikenal oleh publik, entah mempunyai keahlian tertentu, profesi tertentu, dan sebagainya”. Sesuai dengan terminologinya, endorser memiliki fungsi untuk mendukung sekaligus mengangkat citra dari sebuah merek produk. Sebab itu, tidak sembarang orang menjalani peran ini. Keterkenalan seseorang menjadi penting karena keterkenalan itu yang akan dipadukan dengan pesan dari merek produk bersangkutan. "Jadi, kalau yang dijadikan model iklan itu orang biasa dan tidak dikenal publik, itu bukan endorser. Orang itu sebutannya model atau talent saja," imbuh Irfan.
Pada praktiknya, penggunaan celebrity endorser lebih sering dipilih oleh suatu perusahaan untuk menyampaikan pesan tentang produknya ke khalayak. Hal ini karena penggunaan selebriti memiliki dampak yang lebih efektif dibandingkan dengan non- selebriti. Menurut Royan (2005), pesan yang disampaikan oleh selebriti akan lebih
4
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 mudah diingat dan perhatian yang didapat akan lebih besar, selain itu, konsumen akan memilih untuk menggunakan barang yang diiklankan oleh selebriti dibandingkan yang diiklankan oleh non selebriti.
Namun, biasanya perusahaan akan menjadi sangat berhati-hati di dalam memilih selebriti yang akan mewakili produknya karena dalam beberapa kasus, yang terjadi adalah iklan sukses menarik perhatian dan dikenal masyarakat, namun kesuksesan iklan tersebut hanya membuat selebriti atau endorser pada iklan tersebut menjadi terkenal sedangkan produk yang diiklankan malah tenggelam. Selain itu, penggunaan celebrity endorsement juga mempunyai resiko terutama ketika selebriti diasosiasikan dengan pemberitaan negatif. Pemberitaan negatif dapat bersifat langsung, tidak langsung atau disadari secara subjektif. Oleh karena itu, pemilihan selebriti sangat penting sekali karena selebriti yang tepat akan mengikat erat brand seperti yang diwakili selebriti.
Pemilihan selebriti ini juga harus disesuaikan dengan karakter yang ingin dibangun dari produk yang diiklankan karena pada kenyataannya penggunaan endorser tidak selalu berhasil karena ketidaksesuaian dengan citra merek yang diiklankan. Jadi, selain mempertimbangkan popularitas dari seorang selebriti, perusahaan juga harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik selebriti dengan produk yang akan diwakilinya (Suparno dan Wahjono, 2009).
Di Indonesia, industri telekomunikasi yang kini telah melampaui penetrasi lebih dari 50 persen di tanah air (Rinaldi, techno.okezone.com, 2010), dengan pemain utamanya adalah operator GSM (Group Special Mobile) yang diestimasi menguasai 85 persen total pasar selular di Indonesia (Chandrataruna, vivanews.com, 2011), dapat menjadi contoh nyata tentang persaingan di dalam memperebutkan pangsa pasar melalui media periklanan. Data menyebutkan bahwa menurut lembaga riset media, Nielsen
5
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 Media Research, belanja iklan di Indonesia pada kuartal I/2011 meningkat 20% menjadi
Rp.15,6 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp.13,0 triliun, dimana kontribusi terbesar untuk belanja iklan disumbang sektor telekomunikasi yang menempati peringkat pertama Top 10 Pengiklan Terbesar Kuartal I/2011 dengan nominal mencapai Rp.1,211 triliun. Nilai belanja iklan sektor telekomunikasi jauh meninggalkan sektor-sektor lain, seperti perusahaan dan jasa sosial yang menghabiskan belanja iklan sebesar Rp.595 miliar dari total belanja (Islahuddin, seputar-indonesia.com,
2011). Alokasi belanja iklan terbesar dikeluarkan PT XL Axiata Rp.593 miliar dengan kenaikan 66 persen dari tahun 2009. Kemudian Telkomsel (semua jenis sim card) senilai
Rp.538 miliar, Telkomsel Simpati Rp.438 miliar, Telkomsel Kartu AS Rp.398 miliar,
Axis Rp.396 miliar, dan Indosat IM3 Rp.320 miliar (Wan, radarlampung.co.id, 2011).
Dalam beriklan, sebagian besar operator GSM berusaha untuk menonjolkan kelebihan atau keunggulan produk yang dimiliki dibandingkan dengan para pesaing, baik dari sisi fitur produk maupun dari harga atau tarif pemakaian. Hal itu dimaksudkan agar mendapat citra produk yang baik. Maka jika produk tersebut sudah mendapat citra produk yang baik di masyarakat, alhasil perusahaan akan mendapat keuntungannya.
Setiap operator GSM biasanya memiliki celebrity endorsernya masing-masing, contoh, XL yang terkenal karena sering melakukan pergantian selebriti untuk mewakili produknya, sebut saja Luna Maya, Alm.Mbah Surip, Putri Titian, dan Raffi Ahmad adalah beberapa selebriti yang pernah membintangi iklan XL, kemudian ada Axis yang dibintangi oleh Umar Syarief Altaz dengan iklan-iklannya yang mengundang tawa karena disuguhi dengan humor, dan AS dengan gaya iklan menyindir yang dibintangi oleh pelawak dan boyband yang sedang naik daun, Sule dan Smash.
6
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 Berfokus pada operator GSM AS, terdapat hal menarik mengenai strategi pemilihan endorser. Entah di sengaja atau tidak, namun kedua endorser yang dipilih oleh
AS (yaitu, Sule dan Smash) memiliki latar belakang yang tidak lepas dari kontroversi.
Padahal secara teori, salah satu faktor penentu keberhasilan di dalam membangun brand image dari suatu produk adalah persepsi konsumen tentang icon yang mewakili produk tersebut. Dengan dipersepsikannya seorang celebrity endorser secara positif oleh masyarakat, diharapkan positif pula brand image yang terbentuk di benak konsumen
(Handhita, 2009). Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan pada suatu merek. Namun, hal ini tidak berlaku pada strategi yang dilakukan oleh kartu AS. “Bisnis di industri telekomunikasi menuntut pembaruan strategi komunikasi ke pasar hampir setiap saat”, ungkap Erik
Rudianto selaku Marketing Manager Telkomsel Area Jawa Bali (kabarbisnis.com,
2010).
Celebrity endorser pertama yang akan dibahas adalah Sule. Pada awalnya Sule adalah endorser dari produk XL. Di XL, Sule bermain satu frame dengan bintang cilik
Baim dan Putri Titian. Di dalam iklan tersebut, Baim diminta oleh Sule untuk berbicara, “om Sule ganteng” kepada Putri Titian, tapi dengan kepolosan dan kejujuran
(yang tentu saja sudah direkayasa oleh sutradara ) Baim justru berbicara, “om Sule jelek”. Dari iklan tersebut, XL membuat sebuah slogan, “sejujur Baim, sejujur XL.”
(Aliah, kompasiana.com, 2010).
Tidak lama berselang setelah iklan XL tersebut tayang di televisi, kartu AS juga mengeluarkan iklan terbarunya yang dibintangi oleh Sule. Di dalam iklan tersebut, Sule menyatakan kepada pers bahwa dia sudah tobat. Sule sekarang memakai kartu AS yang murahnya dari awal dan jujur. Sule juga berkata bahwa dia kapok dibohongin anak kecil
7
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 sambil tertawa dengan nada mengejek (Aliah, kompasiana.com, 2010). Namun demikian, yang patut dipersoalkan dari perang iklan antara dua operator besar di
Indonesia ini bukanlah pada peran Sule yang tampil di dua iklan produk sejenis dalam kurun waktu yang berdekatan, tetapi pada materi iklan yang saling menyindir dan menjelekkan. Dalam salah satu prinsip etika periklanan yang diatur di dalam EPI (Etika
Pariwara Indonesia), ditulis bahwa “Iklan tidak boleh merendahkan produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung”. Di sinilah yang sebenarnya patut dijadikan sebagai objek pembicaraan dan diskusi. Padahal, ketaatan terhadap EPI diamanahkan dalam ketentuan “Lembaga penyiaran wajib berpedoman pada Etika Pariwara Indonesia”
(Pasal 29 ayat (1) Peraturan KPI tentang Pedoman Perilaku Penyiaran).
Celebrity endorser berikutnya adalah boyband yang sedang digandrungi oleh banyak kaum hawa di Indonesia, yaitu, Smash. Smash merupakan kepanjangan dari
Seven Man As Seven Heroes (7 orang sebagai 7 pahlawan), memiliki personil yang terdiri dari Morgan Oey, Rangga Dewamoela S, Rafael, Dicky M Prasetya, Reza
Anugrah, Muhammad Ilham Fauzi, dan juga Bisma Karisma. Sebenarnya kemunculan
Smash memberikan warna baru bagi dunia musik tanah air yang sudah dipenuhi musik bergenre melayu. Namun, Smash yang menghadirkan konsep baru berupa lagu yang dipadukan dengan tarian serta mengandalkan tampang-tampang ganteng dari para personilnya memantik reaksi kontroversial dari penikmat musik. Hujatan berdatangan dari dua pihak yang berbeda, pertama, dari penggemar musik Indonesia, dan kedua, dari para penggemar musik Korea.
Beberapa penggemar musik Indonesia menganggap kehadiran boyband ini dinilai kurang macho, tidak bangga dengan produk Indonesia, dan bahkan ada yang secara ekstrim menyebut mereka sebagai penyuka sesama jenis. Sementara itu para penggemar
8
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 musik Korea menghujat mereka dengan tuduhan plagiat. Mulai dari nama Smash yang kebetulan mirip nama boyband Korea era 80an, serta ada juga nama boyband Jepang dengan nama yang sama. Selain itu dance yang ditampilkan menurut penggemar K-pop
(sebutan untuk lagu pop Korea) agak mirip dengan dance dari boyband Super Junior, serta lagu yang menjadi hits andalannya “I Heart You” menjiplak solois korea 1YTM
(Nenglya, gugling.com, 2011). Namun semua hal diatas tidak membuat para anggota boyband Smash Indonesia mundur. Mereka tetap terus melaju mengarungi industri musik di tanah air, seakan tidak peduli terhadap tuduhan-tuduhan negatif yang di tujukan pada mereka.
Popularitas Smash yang semakin menanjak membuat mereka pada akhirnya di lirik Telkomsel untuk menjadi endorser kartu AS. Namun entah disengaja atau tidak, kontroversi kembali menerpa Smash. Hal ini terjadi pada saat mereka membintangi iklan kartu AS. Iklan kartu AS dianggap menjiplak konsep video klip grup Korea lainnya, yaitu Lolipop. Bahkan pada situs gugling.com, ditampilkan secara gamblang perbandingan antara iklan AS yang dibintangi Smash dan video klip boyband Lolipop, sehingga terlihat secara jelas bahwa iklan AS tersebut melakukan penjiplakan.
Berawal dari fenomena penggunaan selebriti yang memiliki latar belakang tidak lepas dari kontroversi sebagai endorser dan pengaruhnya terhadap brand image produk yang di endorse-nya, menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti strategi kartu AS yang unik dan berbeda tersebut dengan mengambil topik penelitian mengenai:
“Pengaruh Penggunaan Sule Dan Boyband Smash Sebagai Celebrity
Endorser Terhadap Brand Image Kartu AS”
9
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah yang dapat ditarik adalah :
1. Bagaimana pengaruh atribut celebrity endorser (credibility, attractiveness, dan
power) Sule terhadap brand image kartu AS?
2. Bagaimana pengaruh atribut celebrity endorser (credibility, attractiveness, dan
power) boyband Smash terhadap brand image kartu AS?
1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah di lakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus dan tidak menyimpang dari masalah yang akan di bahas. Oleh karena itu masalah pokok yang akan di batasi adalah :
1. Cakupan wilayah penelitian dibatasi hanya pada wilayah Depok
2. Responden adalah pengguna GSM AS yang berada di wilayah Depok dengan
usia minimal 16 tahun dan pernah menyaksikan iklan AS yang dibintangi oleh
Sule dan Smash minimal 3 (tiga) kali dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir.
3. Periode penelitian adalah bulan Juli, 2011
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh atribut celebrity
endorser (credibility, attractiveness, dan power) Sule terhadap brand image
kartu AS
10
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 2. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh atribut celebrity
endorser (credibility, attractiveness, dan power) boyband Smash terhadap brand
image kartu AS
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan manfaat dan pengaruh positif antara lain kepada :
1. Manajemen perusahaan
Penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi PT. Telkomsel atas penggunaan
celebrity endorser dalam iklan. Dan juga sebagai bahan masukkan (second
opinion) dalam membuat iklan dan memilih celebrity endorser di masa
mendatang. Serta menjadi masukkan bagi para praktisi periklanan.
2. Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran serta
menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang pemasaran terutama mengenai
manfaat penggunaan endorser, serta dapat menjadi bahan referensi untuk
penelitian-penelitian berikutnya.
3. Penulis
Untuk mengaplikasikan pengetahuan yang telah di peroleh selama menempuh
pendidikan di STIE Indonesia Banking School, serta menambah wawasan dan
pengalaman dalam bidang penelitian. Selain itu, penulisan ini juga dilakukan
sebagai bentuk pemenuhan tugas akhir guna memperoleh gelar sarjana strata satu
di bidang ekonomi (SE).
11
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang pemilihan judul dan produk yang
digunakan dalam penelitian. Selain itu juga terdapat rumusan masalah, pembatasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan
Bab 2 Landasan Teori
Bab ini membahas mengenai teori-teori yang mendukung dan berkaitan dengan
permasalahan yang sedang diteliti oleh penulis yaitu “pengaruh penggunaan Sule
dan boyband Smash sebagai celebrity endorser terhadap brand image kartu AS”.
Selain itu, didukung pula oleh penelitian terdahulu yang diperoleh dari survei
literatur.
Bab 3 Metodologi penelitian
Bab ini menjelaskan tentang metodologi yang digunakan oleh peneliti, yaitu
definisi konseptual, definisi operasional, jenis penelitian, metodologi penelitian,
populasi dan sampel, tekhnik penarikan sampel, tekhnik pengumpulan data, dan
tekhnik analisis data.
Bab 4 Analisis Data
Bab ini menguraikan mengenai sejarah singkat perusahaan Telkomsel, gambaran
umum produk yang diteliti (kartu AS), profil Sule, profil Smash, pembahasan
12
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 masalah yang diangkat, yaitu “pengaruh penggunaan Sule dan Boyband Smash
sebagai celebrity endorser terhadap brand image kartu AS” serta implikasi
manajerialnya.
Bab 5 Kesimpulan dan Saran
Dalam bab terakhir ini, akan membahas mengenai kesimpulan-kesimpulan hasil
penelitian dan dari hasil kesimpulan tersebut, akan diberikan saran yang bermanfaat
bagi perusahaan.
13
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Pemasaran
Pada umumnya, orang mengartikan pemasaran sebagai suatu aktivitas yang melibatkan penjualan dan periklanan. Padahal arti dari pemasaran tidak hanya sebatas pada dua aktivitas tersebut saja, tetapi meliputi memahami kebutuhan pelanggan dengan baik dan pada akhirnya menciptakan kepuasan kepada pelanggan.
Menurut Kotler & Armstrong (2001) pemasaran adalah proses pemberian kepuasan kepada konsumen untuk mendapatkan laba. Dua sasaran pemasaran yang utama adalah menarik konsumen baru dengan menjanjikan nilai yang unggul dan mempertahankan konsumen saat ini dengan memberikan kepuasan. Sedangkan menurut
W.J.Stanton (2002), pemasaran adalah sesuatu yang meliputi sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial.
Berdasarkan tiga pengertian sebelumnya, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang- barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan.
14
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 2.2 Komunikasi Pemasaran
Membicarakan periklanan tentu tidak lepas dari yang yang disebut dengan komunikasi pemasaran. Hal ini karena periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran. Secara umum, Kotler & Keller (2007) menjelaskan definisi komunikasi pemasaran sebagai sarana yang digunakan perusahaan dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk dan mengingatkan konsumen (baik secara langsung ataupun tidak langsung) tentang produk dan merek yang mereka jual.
Komunikasi pemasaran memungkinkan perusahaan menghubungkan merek-merek mereka dengan orang lain, tempat, acara khusus, pengalaman merek, perasaan, dan barang. Komunikasi pemasaran dapat berkontribusi pada ekuitas merek dengan membangun merek dalam ingatan dan menciptakan citra merek.
Belch & Belch (2007) menjelaskan lebih detail mengenai apa yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran. Komunikasi pemasaran adalah sebuah proses bisnis strategis yang digunakan untuk merencanakan, mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi secara terkoordinasi, terukur, program komunikasi merek persuasif dari waktu ke waktu dengan konsumen, pelanggan, prospek, karyawan, perusahaan, dan target pasar yang relevan. Tujuannya adalah untuk menghasilkan pengembalian keuangan dan membangun merek pada jangka panjang serta menambah nilai pemegang saham. Sementara Tom Duncan dalam bukunya Principles of Advertising & IMC (2005) memperjelas pengertian IMC dan komunikasi pemasaran dengan delapan tekniknya yaitu iklan, Public Relation (PR), promosi penjualan, pemasaran langsung, kemasan, event dan sponsorship, serta pelayanan pelanggan.
15
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 2.3 Periklanan
2.3.1 Pengertian Periklanan
George E.Belch dan Michael A.Belch dalam bukunya yang berjudul
“Advertising and Promotion” menjelaskan iklan sebagai “as any paid form of nonpersonal communication about an organization, product, service, or idea by an identified sponsor” e (2007). Dari definisi tersebut dapat diartikan iklan adalah bentuk komunikasi nonpersonal mengenai organisasi, produk, jasa atau ide melalui sponsor yang telah diketahui.
Sedangkan menurut Wells, Burnett, dan Moriarty, iklan di definisikan sebagai komunikasi nonpersonal yang diperkenalkan melalui media massa untuk menarik atau mempengaruhi konsumen (2003).
Jadi dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa iklan adalah sebuah bentuk komunikasi, yang bertujuan memberikan informasi pada konsumen mengenai sebuah produk atau jasa melalui sebuah media.
2.3.2 Fungsi Periklanan
Beberapa fungsi periklanan bagi perusahaan bisnis dan organisasi lainnya adalah sebagai berikut:
a. Informing. Iklan dapat memberikan informasi lebih banyak daripada lainnya,
baik tentang produk, harga ataupun informasi lain yang mempunyai kegunaan
bagi konsumen. Tanpa adanya informasi tersebut, konsumen akan segan untuk
menggunakan produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan.
16
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 b. Persuading. Iklan yang efektif akan mampu mempersuasi calon pembeli untuk
mencoba produk dan jasa yang diiklankan, terutama terutama calon pembeli
potensial. Misalnya dengan menyakan bahwa produk yang dihasilkan oleh
perusahaan lebih baik daripada produk yang dihasilkan oleh pesaing.
c. Menciptakan image. Dengan sebuah iklan, orang akan memiliki kesan tertentu
tentang apa yang diiklankan. Dalam hal ini, pemasang iklan selalu berusaha
menciptakan iklan sebaik-baiknya, salah satunya adalah dengan menggunakan
selebriti untuk tampil dalam iklan.
d. Adding value. Periklanan memberi nilai tambah kepada merek dengan
mempengaruhi persepsi konsumen. Periklanan yang efektif menyebabkan merek
dipandang lebih elegan, lebih bergaya, lebih bergengsi, dan bisa lebih unggul
daripada produk pesaing. Kadang pembelian barang tidak dilakukan secara
rasional atau memperhatikan nilai ekonomisnya, tetapi lebih terdorong untuk
meningkatkan atau mempertahankan gengsi.
e. Communicating. Periklanan adalah salah satu alat untuk membuka komunikasi
dua arah antara penjual dan pembeli, sehingga keinginan mereka dapat terpenuhi
dengan cara yang efisien dan efektif. Dalam hal ini komunikasi dapat
menunjukkan cara-cara untuk melakukan pertukaran yang saling memuaskan.
Fungsi iklan yang relevan dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah untuk menciptakan image karena membantu perusahaan didalam memfasilitasi pembentukan citra merek (brand image) dari suatu produk.
17
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 2.4 Celebrity Endorser
2.4.1 Pengertian Celebrity Endorser
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan ketika melakukan kegiatan periklanan, perusahaan atau pemasang iklan harus memperhatikan beberapa aspek, salah satu yang terpenting adalah komunikator. Kebanyakan orang saat ini cenderung melihat siapa yang mengkomunikasikan pesan ketimbang apa yang dikomunikasikan (Ardianto & Komala.
2005). Oleh karena itu strategi yang sering dilakukan oleh perusahaan agar iklan yang ditayangkan menarik perhatian khalayak adalah dengan menggunakan selebriti terkenal untuk mewakili produk mereka. Strategi tersebut dikenal dengan istilah celebrity endorser.
Terence A. Shimp (2003) menjelaskan secara sederhana pengertian celebrity endorser sebagai orang-orang terkenal yang dapat mempengaruhi karena prestasinya.
Kemudian Belch & Belch (2007) menjelaskan lebih rinci dalam bukunya mengenai pengertian celebrity endorser. Menurutnya, celebrity endorser adalah figur seorang tokoh yang dikenal baik oleh publik dan memperagakan sebagai konsumen dalam iklan.
Termasuk dalam kelompok selebriti ini adalah bintang televisi maupun bintang film, bintang olahraga, politikus, businessman, artis, dan orang-orang tertentu yang berasal dari militer. Orang-orang terkenal ini biasanya menjadi figur publik sehingga posisinya sebanding dengan selebriti.
Masih menurut Belch & Belch (2007), keefektifan dari selebriti sebagai endorser bergantung arti yang dimilikinya yang dia bawakan pada proses endorsement. Tiap endorser mengandung banyak arti, termasuk status, kelas, jenis kelamin, umur, kepribadian, dan gaya hidup. McCracken (1989) menyarankan agar celebrity endorser
18
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 membawa arti dan citra ke dalam iklan dan memindahkannya ke produk yang mereka dukung.
2.4.2 Keuntungan Penggunaan Celebrity Endorser
Iklan yang disenangi konsumen dapat menciptakan sikap merek yang positif dan keinginan untuk membeli yang lebih ketimbang iklan yang tidak mereka sukai (Peter &
Olson, 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Rasyid, Nallamuthu, dan Sidin (2002) mengungkapkan bahwa konsumen lebih suka untuk memilih barang atau jasa yang diiklankan oleh selebriti dibandingkan tanpa menggunakan selebriti. Oleh karena itu penggunaan selebriti memiliki beberapa keuntungan, yaitu:
a. Celebrity endorser memiliki kekuatan menghentikan. Selebriti sebagai endorser
dapat digunakan untuk menarik perhatian dan membantu menyelesaikan
kekacauan yang dibuat oleh iklan pesaing.
b. Celebrity endorser merupakan figur yang disukai dan dipuja. Perusahaan-
perusahaan mengharapkan kebanggaan atau kekaguman audiens terhadap
selebriti sehingga akan berpengaruh pula pada produk atau perusahaan mereka
sendiri. Sebelum memilih seorang selebriti sebagai endorser, perusahaan
diharuskan memeriksa dan mengukur popularitas dan daya tarik selebriti tersebut
sebagai orang terkenal.
c. Celebrity endorser memiliki keunikkan karakteristik yang dapat membantu
mengkomunikasikan pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada audiens.
Celebrity endorser yang memiliki kesesuaian karakteristik dengan produk yang
diiklankan akan membantu dalam penyampaian pesan berupa ide, pesan dan lain-
lain dengan cara yang dramatis.
19
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 d. Celebrity endorser dianggap sebagai ahli yang berpengalaman di bidangnya.
Maksudnya adalah untuk mengadakan sebuah hubungan yang bersifat relevan
antara keahlian yang dimiliki selebriti dengan merek produk yang diiklankan.
2.4.3 Atribut Celebrity Endorser
Pemilihan celebrity endorser pada sebuah iklan harus disesuaikan dengan karakteristik yang ingin dibangun. Maksudnya, selain mempertimbangkan popularitas dari seorang selebriti, perusahaan juga harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik selebriti dengan produk yang akan diwakilinya. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi di dalam penggunaan selebriti sebagai endorser. Banyak alternatif cara yang dapat dilakukan, salah satunya adalah dengan menilai endorser berdasarkan karakteristik yang diungkapkan oleh Belch & Belch (2007).
Menurutnya, celebrity endorser memiliki tiga karakteristik yaitu credibility, attractiveness, dan power dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Source credibility. Menggambarkan persepsi konsumen terhadap keahlian,
pengetahuan, dan pengalaman yang relevan yang dimiliki endorser mengenai merek
produk yang diiklankan serta kepercayaan konsumen terhadap endorser untuk
memberikan informasi yang tidak biasa dan objektif. Teori yang dikemukakan
Ohanian (1990) menyatakan bahwa kredibilitas yang dimiliki seorang celebrity
endorser memiliki dampak positif terhadap kesan khalayak sasaran terhadap suatu
merek.
Tujuan penting dalam penggunaan selebriti dalam periklanan adalah sejumlah
kredibilitas instan yang dibawa selebriti kepada sebuah merek yang mereka wakili
atau representasikan. Dengan demikian kredibilitas yang dipinjam dari selebriti akan
20
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 memberikan kredibilitas instan terhadap suatu merek (Dyson & Turco, 1996).
Credibility memiliki dua sifat penting, yaitu:
(a). Expertise, merupakan pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang dimiliki
endorser berkaitan dengan produk yang diiklankan. Ohanian (1990) telah
mengumpulkan beberapa literatur terdahulu yang bersumber pada pengaruh
kredibilitas selebriti sebagai endorser dimana keahlian secara luas dapat diartikan
sebagai persepsi seseorang tentang pengetahuan yang dimilikinya, kemampuan atau
pengalaman dan sehingga dengan demikian dianggap dapat menyediakan informasi
yang akurat.
Seorang pendukung yang dianggap sebagai seorang ahli dalam subjek tertentu
akan lebih persuasif di dalam mengubah pendapat khalayak yang berhubungan
dengan bidang keahliannya daripada pendukung yang tidak dianggap sebagai ahli
pada bidangnya (Shimp, 2003).
(b). Trustworthiness, mengacu kepada kejujuran, integritas, dapat dipercayainya
seorang sumber. Sementara keahlian dan kepercayaan tidak saling memiliki hubungan
timbal balik, seringkali seorang endorser dianggap sangat dipercaya padahal bukan
orang yang ahli di bidang tersebut. Keadaan dapat dipercayanya seorang endorser
tergantung kepada persepsi khalayak akan motivasi dukungannya (Shimp, 2003).
Pada umumnya, para endorser harus ditetapkan bahwa mereka tidak berusaha
untuk memanipulasi khalayak dan mereka objektif dalam penyampaian pesan yang
mereka lakukan. Dengan demikian, mereka dapat menempatkan diri mereka sendiri
sebagai pihak yang dapat dipercaya dan kemudian kredibel (Shimp, 2003).
21
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 2. Source attractiveness. Endorser dengan tampilan fisik yang baik dan/atau karakter
non fisik yang menarik dapat menunjang iklan dan dapat menimbulkan minat audiens
untuk menyimak iklan. Daya tarik endorser mencakup:
(a). Similarity, merupakan persepsi khalayak berkenaan dengan kesamaan yang
dimiliki dengan endorser, kemiripan ini dapat berupa karakteristik demografis, gaya
hidup, kepribadian, masalah yang dihadapi sebagaimana yang ditampilkan pada iklan,
dan sebagainya.
(b). Familiarity, merupakan pengenalan terhadap nara sumber melalui exposure.
Sebagai contoh, penggunaan celebrity endorser dinilai berdasarkan tingkat intensitas
tampil di publik. Hal ini berarti khalayak sasaran harus mengenal (aware) pada sosok
selebriti karena pengenalan oleh khalayak yang diharapkan adalah lebih penting
daripada dikenal oleh masyarakat luas (Miciak & Shanklin, 1994).
Semakin familiar seorang endorser, semakin suka khalayak membeli produk
yang diiklankan oleh endorser tersebut. Celebrity endorser yang familiar menjadi
pusat perhatian dan selebriti tersebut memberikan kesaksian atas produk atau jasa.
Hubungan ini akan meningkatkan kepercayaan dan keyakinan khalayak pada produk
dan segala keuntungannya (Rasyid, Nallamuthu, & Sidin, 2002).
(c). Likability, merupakan kesukaan audiens terhadap nara sumber karena penampilan
fisik yang menarik, perilaku yang baik, atau karakter personal lainnya.
3. Source power. Karisma yang dipancarkan oleh endorser sehingga dapat
mempengaruhi pemikiran, sikap, atau tingkah laku konsumen karena pernyataan atau
pesan endorser tersebut. Unsur yang terakhir ini menginformasikan bahwa selebriti
yang digunakan dalam iklan harus memiliki kekuatan “memerintahkan target audiens
untuk membeli” (Royan, 2005).
22
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan atribut credibility, attractiveness dan power yang ada pada masing-masing selebriti (Sule dan Smash) untuk kemudian menganalisis pengaruhnya terhadap brand image dari produk kartu AS.
2.4.4 Peran Humor Dalam Periklanan
Para politisi, aktor, dan aktris, penyuluh masyarakat, professor, dan bahkan kita semua pernah pada suatu saat menggunaan humor untuk menciptakan reaksi yang diinginkan. penggunaan humor dapat dimaksudkan sebagai upaya untuk mendekatkan produk atau brand pada khalayak, karena selera humor yang ditampilkan cenderung merupakan cukilan atau plesetan dari kondisi objektif masyarakat (Kennedy &
Soemanagara, 2006).
Apakah humor efektif, dan jenis humor apa yang paling berhasil, merupakan soal perdebatan di kalangan para praktisi dan mahasiswa periklanan. Shimp (2003) menyatakan dalam bukunya bahwa hasil penelitian yang mendalam dari pengaruh humor menghasilkan beberapa kesimpulan sementara:
a. Humor merupakan metode yang efektif untuk menarik perhatian pada iklan
b. Humor menambah kesenangan (liking) pada iklan dan merek yang diiklankan
c. Humor tidak merusak pemahaman (comprehension) tentang produk
d. Humor tidak menawarkan suatu keuntungan yang lebih dari sekedar bujukan
e. Humor tidak menambah kredibilitas endorser
f. Sifat produk yang mempengaruhi penggunaan humor. Khususnya, humor akan
lebih berhasil digunakan pada produk yang sudah mapan daripada produk baru.
23
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 Humor juga lebih layak untuk produk-produk yang berorientasi pada perasaan,
atau pengalaman.
Secara menyeluruh, humor di dalam periklanan dapat merupakan cara yang sangat efektif untuk mencapai berbagai tujuan komunikasi pemasaran. Meskipun demikian, para pemasang iklan harus bertindak hati-hati ketika memutuskan untuk menggunakan humor. Salah satu pertimbangannya adalah pengaruh humor dapat berbeda sesuai dengan perbedaan karakteristik khalayak yang oleh sebagian orang dianggap lucu, belum tentu lucu bagi yang lainnya.
Penulis memasukkan teori mengenai humor ini karena iklan yang dilakukan oleh kartu AS belakangan dilakukan dengan menggunakan humor. Humor yang ditampilkan biasanya berkaitan dengan produk pesaing melalui sindiran yang dilakukan endorsernya
(Sule). Selain itu produk kartu telefon dapat dikatakan berorientasi pada pengalaman, sehingga landasan teori mengenai humor ini dapat dikatakan relevan untuk menjadi masukkan dalam penelitian yang dilakukan.
2.4.5 Fungsi Musik Dalam Periklanan
Musik telah menjadi komponen penting dunia periklanan hampir sejak suara direkam pertama kali. Jingle, musik latar, nada-nada popular dan aransemen klasik digunakan untuk menarik perhatian, menyalurkan pesan-pesan penjualan, menentukan tekanan emosional untuk iklan, dan mempengaruhi suasana hati pendengar (Shimp,
2003). Para penghibur terkenal, penyertaan musik yang non-vokal, dan para penyanyi yang tidak terkenal digunakan secara luas di dalam mempromosikan segala sesuatu, mulai dari pelembut cucian sampai mobil.
24
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 Banyak praktisi dan mahasiswa menganggap bahwa musik membentuk berbagai fungsi komunikasi. Hal ini meliputi cara untuk menarik perhatian, menjadikan konsumen berada dalam perasaan yang positif, membuat mereka lebih dapat menerima pesan-pesan dalam iklan, dan bahkan mengkomunikasikan arti produk-produk yang diiklankan.
Hubungan teori ini dengan penelitian penulis adalah endorser yang sedang diteliti merupakan sebuah boyband (Smash), dimana hits yang menjadi andalan Smash yaitu “I
Heart You” digunakan untuk menjadi jingle dari produk AS. Sehingga penulis menganggap teori ini relevan untuk dijadikan landasan teori.
2.5 Brand Image
2.5.1 Definisi Brand
Brand (merek) merupakan salah salah satu bagian terpenting dari suatu produk.
Merek dapat menjadi suatu nilai tambah bagi produk, baik itu produk yang berupa barang maupun jasa. Sebagai contoh: Apabila terdapat 2 (dua) buah botol parfum yang diisi dengan jenis parfum yang sama baik dalam hal kualitas maupun kuantitas, maka parfum yang diberi merek akan lebih dianggap bernilai, lebih bagus dan lebih berkualitas dibandingkan dengan parfum yang tidak diberi merek. Nilai tambah ini sangat menguntungkan bagi produsen atau perusahaan. Karena itulah perusahaan berusaha terus memperkenalkan merek yang dimilikinya dari waktu ke waktu, terutama konsumen yang menjadi target marketnya.
Straub & Attner (1994) mendefinisikan merek sebagai nama, simbol, desain atau kombinasi dari kesemuanya yang mengidentifikasikan produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Sedangkan menurut Aacker (1997), merek adalah nama dan simbol yang bersifat membedakan (seperti logo, cap, atau kemasan) dengan maksud
25
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 mengidentifikasi barang dari seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu, sehingga membedakan dari barang-barang yang dihasilkan oleh para kompetitor atau pesaing.
2.5.2 Definisi Image
Image (citra) adalah kesan yang timbul dari pemahaman akan kenyataan (Kasali,
2003). Sedangkan menurut Buchari (2002), image merupakan kesan, impresi, perasaan atau persepsi yang ada pada publik mengenai perusahaan, suatu objek, orang atau lembaga.
Dari dua pengertian yang diungkapkan oleh Rhenald Kasali dan Buchari, dapat disimpulkan bahwa image berkaitan erat dengan suatu kesan, perasaan, opini, kepercayaan publik tertentu terhadap fakta-fakta atau kenyataan yang di dasarkan pengetahuan tentang suatu produk barang atau jasa dari pihak publik sebagai khalayak sasarannya.
Bagi perusahaan, image berarti persepsi masyarakat tentang jati diri perusahaan.
Persepsi ini didasarkan pada apa yang masyarakat ketahui atau kira tentang perusahaan yang bersangkutan (hal ini pun akan berlaku apabila dikaitkan dengan produk). Oleh karena itu perusahaan atau produk yang sama belum tentu memiliki image yang sama pula dihadapan orang.
2.5.3 Definisi Brand Image
Definisi dari brand image (Keller, 2003) adalah cara orang berpikir tentang sebuah merek secara abstrak dalam pemikiran mereka, sekalipun pada saat mereka memikirkannya, mereka tidak berhadapan langsung dengan produk.
26
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 Membangun brand image yang positif dapat dicapai dengan program marketing yang kuat terhadap produk tersebut, yang unik dan memiliki kelebihan yang ditonjolkan, yang membedakannya dengan produk lain.
2.5.4 Faktor Pembentuk Brand Image
Sebuah brand image diciptakan melalui program-program komunikasi. Menurut
Keller (2003), faktor-faktor pendukung terbentuknya brand image dalam keterkaitannya dengan asosiasi merek terbagi menjadi tiga, yairu:
1. Favorability of brand association ( keunggulan asosiasi merek)
Favorability of brand association diciptakan dengan meyakinkan
khalayak sasaran bahwa merek memiliki manfaat yang relevan dan memuaskan
kebutuhan dan keinginan sehingga mampu membentuk brand attitude positif
mereka. Favorable adalah asosiasi-asosiasi yang diharapkan oleh khalayak
sasaran (desirable) dan disampaikan (delivered) secara sukses oleh sebuah
produk tersebut. Atau dengan kata lain favorability tergantung pada dua hal yaitu
desireability dan deliverability.
Desireability adalah sejauh mana merek produk yang dibawakan oleh
program komunikasi dapat memenuhi keinginan atau harapan khalayak sasaran.
Desireability tergantung pada tiga hal, yaitu tingkat kecocokan merek di mata
khalayak, tingkat kekhususan merek dimata khalayak, dan tingkat kepercayaan
merek tersebut di mata khalayak sasaran.
Deliverability adalah sejauh mana merek produk dibawakan oleh program
dapat disampaikan dengan sukses kepada khalayak sasaran. Deliverability juga
tergantung pada tiga faktor, yaitu, kemampuan program komunikasi dalam
27
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 menunjukkan manfaat merek, kemampuan program komunikasi mempengaruhi
khalayak sasaran pada masa sekarang dan masa yang akan datang, dan ketahanan
citra merek yang telah dikomunikasikan melalui program komunikasi dalam
jangka waktu yang lama.
2. Strength of brand association atau familiarity of brand association
Setiap merek yang berharga mempunyai jiwa atau suatu kepribadian
khusus. Adalah kewajiban mendasar bagi pemilik merek untuk dapat
mengungkapkan, mensosialisasikan jiwa atau kepribadian tersebut dalam satu
bentuk iklan ataupun bentuk kegiatan promosi dan pemasaran lainnya. Hal itulah
yang akan terus menerus menjadi penghubung antara produk atau merek dengan
konsumen. Dengan demikian merek tersebut akan cepat dikenal dan akan tetap
terjaga ditengah–tengah maraknya persaingan. Membangun popularitas sebuah
merek menjadi merek yang terkenal tidaklah mudah. Namun demikian,
popularitas adalah salah satu kunci yang dapat membentuk brand image
konsumen (jurnal-sdm.blogspot.com, 2009).
Faktor yang berhubungan dengan strenght of brand assosiations adalah
relevance dan consistency. Pada bagian relevance, khalayak sasaran akan lebih
mudah menumbuhkan citra merek dalam benak mereka ketika melihat program
komunikasi yang baru karena mereka telah memiliki pengetahuan yang luas dan
berkaitan dengan merek tersebut sebelumnya. Sedangkan pada bagian
consistency, pesan yang disampaikan kepada khalayak sasaran melalui program
komunikasi adalah konsisten pada suatu waktu dan sepanjang waktu.
28
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 3. Uniqueness of brand association ( keunikan asosiasi merek)
Uniqueness of brand association adalah tingkat keunikan merek yang
memiliki manfaat bersifat kompetitif dan terus menerus sehingga dapat
menyebabkan khalayak sasaran tertarik untuk menggunakannya (Russel & Lane,
1990). Uniqueness of brand association bergantung pada dua faktor, yaitu, point
of parity dan point of difference.
Point of parity adalah sejauh mana asosiasi-asosiasi merek produk yang
dibawakan oleh program komunikasi pemasaran memiliki unsur kesamaan atau
keseimbangan. Point of parity sendiri dibagi menjadi dua, yaitu, (1) category
point of parity, khalayak sasaran memandang suatu merek memiliki memiliki
kredibilitas sehingga diakui sebagai merek yang berkualitas dan sejajar dengan
produk sejenis lainnya dalam sebuah kategori produk yang pasti dan (2)
competitive point of parity, suatu merek dirancang untuk meniadakan point of
difference competitor. Hal ini terjadi karena perusahaan menganggap point of
difference competitor luar biasa, oleh karena itu perusahaan membuat merek
produknya menjadi hal yang luar biasa agar mampu bersaing.
Point of difference adalah sejauh mana asosiasi-asosiasi merek produk
yang dibawakan oleh program komunikasi memiliki unsur perbedaan jika
dibandingkan dengan asosiasi-asosiasi merek produk lainnya. Point of difference
terkait dengan dua pendekatan, yaitu:
1. Unique selling proposition. Dalam perancangan program komunikasi yang
ditekankan adalah mengkomunikasikan manfaat produk yang khusus dan
unik.
29
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 2. Sustainable competitive advantage. Berhubungan dengan kemampuan
perusahaan dalam menyampaikan keunikan merek melalui program
komunikasi untuk jangka waktu yang lama (Keller, 2003).
2.5.5 Keuntungan Brand Image Yang Kuat
Brand image yang kuat dari suatu produk memiliki beberapa keuntungan.
Keuntungan tersebut antara lain:
1. Peluang bagi produk atau merek untuk terus mengembangkan diri dan memiliki
prospek bisnis yang bagus.
2. Memimpin produk untuk semakin memiliki sistem keuangan yang bagus.
3. Menciptakan loyalitas konsumen
4. Membantu dalam efisiensi pemasaran, karena merek telah berhasil dikenal dan
diingat oleh konsumen.
5. Membantu dalam menciptakan perbedaan dengan pesaing. Semakin merek
dikenal oleh masyarakat, maka perbedaan atau keunikan baru yang diciptakan
perusahaan akan mudah dikenali konsumen.
6. Mempermudah perekrutan tenaga kerja bagi perusahaan.
7. Meminimumkan terjadinya kebangkrutan yang dialami perusahaan.
8. Mempermudah mendapatkan investor baru guna mengembangkan produk.
30
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 2.6 Hubungan Antara Celebrity Endorser Dan Brand Image
Alasan yang menyebabkan produsen memberikan syarat-syarat tertentu dalam penggunaan selebriti pada iklannya adalah karena personality selebriti sangat mempengaruhi brand image (Handhita, 2009). Oleh karena itu, pemilihan selebriti sangat penting sekali karena selebriti yang tepat akan mengikat erat brand produk menjadi brand seperti yang diwakili oleh selebriti. Ketidaktepatan dalam memilih selebriti dalam iklan dapat menimbulkan dampak yang buruk.
Pemilihan endorser juga harus disesuaikan dengan karakter yang ingin dibangun dari produk yang diiklankan karena pada kenyataannya penggunaan celebrity endorser tidak selalu berhasil karena adanya ketidaksesuaian antara image yang dimiliki endorser dengan image yang ingin dibentuk produsen mengenai produk diiklankan. Contoh, aktris
Luna Maya yang merupakan endorser Lux terlibat skandal video porno dengan pacarnya, Ariel Peterpan. Walaupun dalam skandal tersebut Luna Maya dianggap sebagai korban, opini publik sudah terlanjur tercipta. Hal ini tentunya berdampak negatif terhadap produk yang diiklankannya dan juga menyebabkan tidak hanya image endorser yang menjadi buruk, brand image produk yang didukung pun ikut ternoda.
31
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 Gambar 2.1 Meaning Tranfer Model
Sumber: McCracken (1989)
Dalam menerangkan mengenai hubungan antara atribut celebrity endorser dengan brand image, peneliti mencoba menjelaskannya dari model yang dibuat oleh
McCracken (1989), yaitu meaning tranfer model (Gambar 2.1). Dalam model tersebut,
McCracken menyarankan agar celebrity endorser membawa arti dan citra ke dalam iklan dan memindahkannya ke produk yang mereka dukung. Dimana proses endorsement akan tergantung dari atribut atau karakteristik yang dimiliki selebriti itu sendiri, seperti pada penelitian ini, atribut yang digunakan adalah credibility, attractiveness, dan power.
Tahapnya sendiri dibagi menjadi tiga bagian.
Pertama, selebriti memiliki karakter yang mendalam dan memiliki kekuatan, sehingga selebriti dapat memberikan makna kepribadian dan gaya hidup yang tidak dapat diberikan individu yang bukan selebriti. Karakter atau atribut yang dimiliki oleh endorser itu sendiri dibagi menjadi tiga menurut Belch & Belch (2007), yaitu credibility, attractiveness, dan power.
Selanjutnya di tahap kedua, setelah selebriti dipilih untuk menjadi endorser dari produk, terjadi proses identifikasi agar makna dari produk dapat disampaikan oleh
32
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 selebriti. Pada tahap ini, iklan produk harus dapat menangkap seluruh makna yang ingin didapatkan dari endorser dan membuang makna yang tidak diinginkan.
Kamins dan Gupta (1994) melihat bahwa pada tahapan ke dua dalam meanings transfer model dari McCracken diperlukan adanya hubungan yang kuat antara image selebriti dengan image produk yang diendorse nya agar iklan menjadi lebih efektif.
Selain itu, hasil penelitian Kamins dan Gupta (1994) juga berhasil membuktikan bahwa hubungan yang kuat antara selebriti dan produk secara signifikan membuat sikap terhadap produk menjadi positif dan pada akhirnya intensitas pembelian produk pun menjadi tinggi pula.
Sedangkan pada tahap yang terakhir, makna yang sudah ada pada produk tidak dapat langsung dipindahkan kepada konsumen. Konsumen harus dapat memahami pesan dan berusaha menginterpretasikan informasi yang didapatkan dari iklan produk. Selebriti sebagai figur inspirasional bagi konsumen membuat konsumen secara instan memindahkan makna simbolik selebriti yang ada dalam produk ke dalam kehidupannya untuk membangun aspek dari diri dan dunianya.
33
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian Byrne, Whitehead, dan Breen
Byrne, Whitehead, dan Breen (2003) dalam artikelnya yang berjudul The naked truth of celebrity endorsement menjelaskan tentang penggunaan selebriti untuk mendukung perusahaan ritel, dan pemilihan selebriti yang cocok dan tepat sehingga citra yang baik dari selebriti dapat ditransfer kepada brand image produk. Celebrity endorsement merupakan salah satu strategi komunikasi yang dilakukan oleh pemasar di dalam membangun citra yang kongruen antara merek dan konsumen. Celebrity endorser dianggap dapat lebih memberikan respon dan minat pembelian yang positif dibandingkan dengan typical-person endorser.
Hasil dari penelitian ini adalah penggunaan selebriti sebagai pendukung sukses dalam menarik perhatian konsumen, karena selebriti tersebut memiliki suatu program televisi yang disukai konsumen dan selebriti dianggap cocok untuk mendukung perusahaan ritel tersebut. Perbedaan antara jurnal dengan penelitian adalah objek penelitian, objek penelitian dari jurnal adalah supermarket, sedangkan objek penelitian dari penelitian yang diteliti oleh penulis adalah produk telekomunikasi (kartu AS).
Persamaan yang dimiliki dengan penelitian penulis adalah penjelasan mengenai penggunaan selebriti yang populer untuk mendukung produk dan menjelaskan atribut yang dimi liki endorser yang terdiri dari credibility, attractiveness, dan power.
34
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 2.8 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan pembahasan dari rumusan masalah serta landasan teori yang telah diungkapkan sebelumnya, maka kerangka pemikiran dari penelitian ini di sajikan sebagai berikut:
Sule
Credibility
Attractiveness
Power Brand Image
Kartu Smash AS
Credibility
Attractivenes
Power
2.9 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :
1. Ho: Atribut credibility Sule tidak berpengaruh signifikan terhadap Brand
Image.
Ha : Atribut credibility Sule berpengaruh signifikan terhadap Brand Image.
35
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 2. Ho: Atribut attractiveness Sule tidak berpengaruh signifikan terhadap Brand
Image.
Ha : Atribut atractiveness Sule berpengaruh signifikan terhadap Brand
Image.
3. Ho: Atribut power Sule tidak berpengaruh signifikan terhadap Brand Image.
Ha : Atribut power Sule berpengaruh signifikan terhadap Brand Image.
4. Ho: Atribut credibility Smash tidak berpengaruh signifikan terhadap Brand
Image.
Ha : Atribut credibility Smash berpengaruh signifikan terhadap Brand Image.
5. Ho: Atribut attractiveness Smash tidak berpengaruh signifikan terhadap
Brand Image.
Ha : Atribut atractiveness Smash berpengaruh signifikan terhadap Brand
Image.
6. Ho: Atribut power Smash tidak berpengaruh signifikan terhadap Brand
Image.
Ha : Atribut power Smash berpengaruh signifikan terhadap Brand Image.
36
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 BAB III
METODOLOGI PENELTIAN
Salah satu faktor penentu keberhasilan di dalam membangun brand image suatu produk adalah persepsi konsumen tentang endorser yang mewakili produk tersebut.
Dengan dipersepsikannya seorang celebrity endorser secara positif oleh masyarakat, diharapkan positif pula brand image produk yang diwakilinya (Handhita, 2009). Namun demikian, tidak menutup kemungkinan munculnya brand image dalam pemikiran konsumen yang tidak relevan dengan persepsinya terhadap celebrity endorser. Dengan kata lain, endorser justru mampu memberikan image yang baik terhadap produk meskipun image tidak baik melekat pada endorser tersebut.
Entah di sengaja atau tidak, namun kedua endorser yang dipilih oleh AS (yaitu,
Sule dan Smash) memiliki latar belakang yang tidak lepas dari kontroversi. Oleh karena itu, penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Sule dan boyband Smash sebagai celebrity endorser terhadap brand image kartu AS. Untuk mengetahui lebih jelas tentang kontroversi yang dimaksudkan penulis, silahkan dilihat tabel 3.1 dibawah ini.
37
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 Tabel 3.1
Kontroversi Sule dan Smash
Sule Smash
Peran Sule yang tampil pada dua iklan - Adanya anggapan bahwa boyband produk sejenis (dari XL ke kartu AS Smash tidak cinta produk Indonesia
Telkomsel) sebenarnya tidak ada masalah, - Penggemar musik Korea menghujat namun yang menjadi masalah adalah mereka dengan tuduhan plagiat. Mulai materi iklan yang saling menyindir dan dari nama Smash yang kebetulan mirip menjelekkan. Dalam salah satu prinsip nama boyband Korea era 80an etika yang diatur di dalam EPI, terdapat - Dance yang ditampilkan menurut sebuah prinsip bahwa “Iklan tidak boleh penggemar K-pop (sebutan untuk lagu merendahkan produk pesaing secara pop Korea) agak mirip dengan dance langsung maupun tidak langsung”. dari boyband Super Junior, serta lagu
Padahal, ketaatan terhadap EPI yang menjadi hits andalannya “I Heart diamanahkan dalam ketentuan “Lembaga You” menjiplak solois korea 1YTM penyiaran wajib berpedoman pada Etika - Dan pada saat membintangi iklan kartu
Pariwara Indonesia” (Pasal 29 ayat (1) AS, Iklan tersebut dianggap menjiplak
Peraturan KPI tentang Pedoman Perilaku konsep video klip grup Korea lainnya,
Penyiaran). yaitu Lolipop.
Sumber: diolah peneliti dari berbagi informasi
Untuk dapat menyelesaikan penelitian ini, peneliti akan menggunakan metodologi yang sesuai dengan yang dibutuhkan, dimana sistematikanya akan dijelaskan sebagai berikut:
38
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Menurut Malhotra (2007) penelitian deskriptif adalah suatu jenis riset konklusif yang mempunyai tujuan utama menguraikan sesuatu, biasanya karakteristik atau fungsi pasar.
Pelaksanaan penelitian deskripstif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang data tersebut, bentuk hasil dari analisis serta interpretasi tersebut merupakan kunci serta inti dari penelitian yang telah dilakukan untuk menjawab permasalahan yang terjadi dalam proses penelitian.
3.2 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan menurut sifatnya adalah data kuantitatif, sedangkan data yang dihimpun adalah data primer dan data sekunder (Sekaran, 2006).
Penjelasannya adalah sebagai berikut.
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden sasaran ketika melakukan penelitian. Data ini diperoleh peneliti melalui kuesioner yang diberikan kepada responden tersebut. Adapun sistematika kuesioner adalah sebagai berikut:
Bagian I : Memuat profil responden, yang terdiri dari jenis kelamin, usia, jenjang
pendidikan terakhir dan pekerjaan.
Bagian II : Memuat pertanyaan-pertanyaan mengenai atribut-atribut celebrity
endorser dari dua celebrity yang berbeda, yaitu Sule dan Smash dan
variabel brand image.
39
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 Selain itu, jawaban pada kuesioner nantinya akan dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu bagian yang khusus untuk memperoleh data mengenai atribut-atribut celebrity endorser yang dimiliki Sule dan bagian yang khusus memperoleh data mengenai atribut- atribut celebrity endorser yang dimiliki Smash. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi ambiguitas ketika pengumpulan data dilakukan.
Dan yang terakhir, sebelum memberikan kuesioner kepada calon responden, peneliti akan melakukan screening dengan menanyakan apakah responden menggunakan kartu AS dan pernah melihat iklan AS yang dibintangi Sule atau Smash. Jika pernah, maka responden akan diberikan kuesioner tersebut untuk diisi.
2. Data sekunder
Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber telah ada.
Penelitian ini menggunakan beberapa jenis data sekunder, antara lain:
a. Jurnal-jurnal ilmiah
b. Buku-buku literatur yang berhubungan dengan permasalahan dan bidang
penelitian
c. Data internal, seperti profil Sule dan Smash, dan profil kartu AS
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna GSM AS yang berada di wilayah
Depok dan pernah menyaksikan iklan AS yang dibintangi oleh Sule dan Smash minimal
3 (tiga) kali dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir.
Pertimbangan memilih Depok sebagai lokasi penelitian adalah, karena tempat tinggal peneliti berada di wilayah tersebut, selain itu di wilayah Depok terdapat beberapa
40
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 lokasi strategis untuk memperoleh responden, seperti, Mall Margo City, Universitas
Indonesia, Universitas Gunadarma, Grapari Telkomsel dan lain sebagainya sehingga mempermudah untuk memperoleh data dan mempersingkat waktu penelitian.
3.3.2 Sampel
Sesuai dengan judul penelitian yaitu pengaruh penggunaan Sule dan boyband
Smash sebagai endorser terhadap brand image kartu AS, maka sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah pengguna GSM AS yang berada di wilayah Depok dan pernah menyaksikan iklan AS yang dibintangi oleh Sule dan Smash minimal 3 (tiga) kali dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir. Sampel dalam penelitian ini memiliki beberapa kriteria antara lain:
a. Remaja minimum berusia 16 tahun. Usia ini dipilih karena operator AS yang
menempatkan diri sebagai operator berbiaya murah yang biasanya diminati oleh
kalangan remaja yang memiliki jumlah uang terbatas. Selain itu dianggap dewasa
dan mempunyai pertimbangan rasional dalam menjawab pertanyaan kuesioner
dan juga karena masih dalam tingkat konsumtif yang tinggi (Hurlock, 2004).
b. Lokasi penelitian di wilayah Depok.
c. Pernah melihat iklan AS yang dibintangi oleh Sule dan Smash minimum
sebanyak tiga kali. “Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Cacioppo dan
Petty ditemukan bahwa banyaknya pengulangan yang optimal adalah sebanyak
tiga kali” (Miranti, 2007).
d. Pernah melihat iklan AS yang dibintangi Sule dan Smash selama kurun waktu
tiga bulan terakhir. Hal ini karena waktu seseorang dapat mengingat objek yang
dapat dilihat adalah tiga bulan terakhir (Engel, 1994).
41
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 3.3.3 Ukuran Sampel
Untuk ukuran sampel, dengan jumlah populasi yang tidak diketahui secara pasti banyaknya jumlah pengguna produk GSM kartu AS di wilayah Depok. Maka, penentuan jumlah sampel dengan populasi tidak diketahui (Bhattarcaya, 1997) adalah:
n = p x q x [ Za/2/d]2
Keterangan : n = Jumlah sampel minimum p = Probabilitas responden memiliki sifat-sifat populasi(karena populasi tidak
diketahui maka dianggap 0,5 agar hasil kali (p x q) merupakan nilai terbesar) q = 1-p (probabilitas responden yang tidak mewakili populasi) d = Toleransi kesalahan (error) = 10% a = Tingkat signifikansi (5%)
Za/2 = Nilai distribusi normal untuk tingkat ketelitian a/2 = 1,96
Perhitungan: n = 0,5 x 0,5 x [ 1,96/0,1]2 n = 96,04
Jadi jumlah sampel minimum yang diperlukan adalah 96,04 yang dibulatkan menjadi 100 responden.
3.3.4 Metode Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya (Hassan, 2000).
42
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah judgement sampling, yaitu sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich” (Hassan, 2000).
3.4 Identifikasi Variabel
Variabel operasional dari penelitiann ini adalah brand image sebagai dependent variabel (Y). Dengan independent variabel (X), yaitu credibility (X1) yang terdiri atas expertise dan trustworthiness. Attractiveness (X2) yang terdiri atas similiarity, familiarity dan likeability. Dan terakhir adalah power (X3).
3.4.1 Definisi Operasional Variabel
Ketiga subvariabel tersebut diukur dengan menggunakan indikator dan satuan ukuran sebagai berikut, yaitu, sub variabel pertama, credibility, menggunakan indikator expertise dan trustworthiness. Selanjutnya, expertise menggunakan satuan ukur: tingkat intelektualitas endorser, tingkat pengetahuan endorser akan produk, dan tingkat kepercayaan konsumen akan endorser. Sub variabel kedua, attractiveness, menggunakan indikator similarity, familiarity dan likability. Sedangkan, satuan ukur untuk ketiga indikator tersebut adalah tingkat kesamaan gaya hidup endorser dengan konsumen
(untuk similarity); Tingkat ketenaran endorser dan tingkat keseringan endorser tampil dimata konsumen (untuk familiarity), dan terakhir tingkat penampilan fisik endorser
(Likability). Sub variabel ketiga, power, menggunakan indikator autorative occupation atau power dan satuan ukurnya adalah tingkat keterpengaruhan konsumen akan endorser
(Hapasari, 2008).
43
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 Tabel 3.2
Variabel Definisi Operasional Dimensi Definisi Operasional Indikator
Credibility Persepsi konsumen Expertise Pengetahuan, keahlian • Tingkat
(X1) terhadap keahlian, dan pengalaman yang intelektualita
pengetahuan. dan dimiliki endorser s endorser.
pengalaman yang relevan berkaitan dengan • Tingkat
yang dimiliki endorser produk yang pengetahuan
mengenai merek produk diiklankan (Belch & endorser
yang diiklankan serta Belch, 2007) akan produk.
kepercayaan konsumen
terhadap endorser untuk Trustworthi Mengacu kepada • Tingkat
memberikan informasi ness kejujuran, integritas, kepercayaan
yang tidak biasa dan dapat dipercayainya konsumen
objektif (Belch & Belch, seorang sumber terhadap
2007) (Belch & Belch, 2007) endorser
Attractive Tampilan fisik yang baik Similarity Persepsi khalayak • Tingkat ness dan/atau karakter non berkenaan dengan kesamaan
(X2) fisik yang menarik dapat kesamaan yang gaya hidup
menunjang iklan dan dimiliki dengan endorser
dapat menimbulkan endorser, kemiripan dengan
minat audiens untuk ini dapat berupa konsumen
menyimak iklan (Belch karakteristik
44
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 & Belch, 2007) demografis, gaya
hidup, kepribadian,
masalah yang
dihadapi sebagaimana
yang ditampilkan pada
iklan, dan sebagainya
(Belch & Belch,
2007).
Familiarity Merupakan • Tingkat
pengenalan terhadap ketenaran
nara sumber melalui endorser dan
exposure. Sebagai keseringan
contoh, penggunaan endorser
celebrity endorser tampil
dinilai berdasarkan tin dimata
gkat intensitas tampil konsumen
di publik (Belch &
Belch, 2007).
Likability Kesukaan audiens
terhadap nara sumber • Penampilan
karena penampilan fisik dan
fisik yang menarik, perilaku
perilaku yang baik, endorser
atau karakter personal dimata
45
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 lainnya (Belch & konsumen
Belch, 2007)
Power Karisma yang Autorative Menginformasikan • Keterpengaru
(X3) dipancarkan oleh occupation bahwa selebriti yang -han
endorser sehingga dapat atau power digunakan dalam konsumen
mempengaruhi iklan harus memiliki akan
pemikiran, sikap, atau kekuatan endorser
tingkah laku konsumen “memerintahkan
karena pernyataan atau target audiences
pesan endorser tersebut untuk membeli”
(Belch & Belch, 2007) (Royan, 2005).
Brand Cara orang berpikir Favorability Asosiasi-asosiasi yang • Desireability
Image (Y) tentang sebuah merek of brand diharapkan oleh • Deliverabilit
secara abstrak dalam association khalayak sasaran y
pemikiran mereka, (desirable) dan
sekalipun pada saat disampaikan
mereka memikirkannya, (delivered) secara
mereka tidak berhadapan sukses oleh sebuah
langsung dengan produk produk tersebut.
(Keller, 2003) Strength of Sejauh mana tingkat brand • Relevance kekuatan mengenai • Consistency
46
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 association cara informasi masuk
ke dalam ingatan
Tingkat keunikan Uniqueness • Point of merek yang memiliki of brand parity manfaat bersifat association • Point of kompetitif dan terus difference menerus sehingga
dapat menyebabkan
khalayak sasaran
tertarik untuk
menggunakannya
(Russel & Lane, 1995)
Sumber: diolah peneliti
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Uji Validitas Dan Reliabilitas
Uji instrumen yang dilakukan pada penelitian ini adalah menguji validitas dan reliabilitas dari kuesioner yang akan dijadikan alat ukur. Jumlah sampel yang diperlukan untuk menguji instrumen adalah 15 hingga 30 responden (Malhotra, 2007).
3.5.1.1 Uji Validitas
Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang ingin diukur (Priyatno, 2008). Dalam penelitian ini, instrumen penelitian
47
PENGARUH PENGGUNAAN..., ANGGORO ADHIWIBOWO, Ma.-IBS, 2011 diharapkan dapat mengukur variabel brand image dengan atribut-atribut yang dimiliki oleh celebrity endorser. Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item rata-rata (skor rata-rata), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor rata-rata item. Dari hasil perhitungan akan didapatkan suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak
(Priyatno, 2008).
Analisis ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item-item pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan item-item tersebut mampu memberikan dukungan dalam mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan.
Koefisien korelasi item total dengan Bivariate Pearson dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut: