Naskah1579059735.Pdf
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Dilarang mereproduksi atau memperbanyak seluruh atau sebagian dari buku ini dalam bentuk atau cara apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit. © Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 All Rights Reserved LIPI Press © 2019 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan Katalog dalam Terbitan (KDT) Tinjauan Kritis Ketahanan Sosial Masyarakat Miskin Perkotaan dan Perdesaan: Ruang Sosial, Kebijakan, dan Pola Kerentanan Sosial/Thung Ju Lan (Ed.)–Jakarta: LIPI Press, 2019. xviii hlm. + 269 hlm.; 14,8 × 21 cm ISBN: 978-602-496-084-1 (cetak) 978-602-496-085-8 (e-book) 1. Masyarakat Miskin 2. Kebijakan 3. Ketahanan Sosial 353.533.2 Copy editor : Tantrina D. A. Proofreader : Martinus Helmiawan dan Risma Wahyu Hartiningsih Penata isi : Siti Qomariyah dan Rahma Hilma Taslima Desainer sampul : Rusli Fazi Cetakan Pertama : November 2019 Diterbitkan oleh: LIPI Press, anggota Ikapi Gedung PDDI LIPI, Lantai 6 Jln. Jend. Gatot Subroto 10, Jakarta 12710 Telp.: (021) 573 3465 e-mail: [email protected] website: lipipress.lipi.go.id LIPI Press @lipi_press Daftar Isi DAFTAR GAMBAR — vii DAFTAR TABEL — ix PENGANTAR PENERBIT — xiii KATA PENGANTAR — xv PRAKATA — xvii BAB 1 KEMISKINAN DALAM TINJAUAN KRITIS Thung Ju Lan — 1 BAB 2 PENGUASAAN RUANG SOSIAL YOGYAKARTA DAN BANTEN: AKAR KEMISKINAN DI KOTA DAN DESA? Soewarsono dan Thung Ju Lan — 63 BAB 3 MENAKAR KEMISKINAN DESA-KOTA: STUDI KOMPARASI ANALI- SIS KEBIJAKAN PUBLIK Wasisto Raharjo Jati — 107 BAB 4 POLA KERENTANAN SOSIAL MASYARAKAT MISKIN PERDESAAN DAN PERKOTAAN TERHADAP KEBERLANGSUNGAN HIDUPNYA Aulia Hadi — 143 BAB 5 KEMISKINAN DESA-KOTA: SEBUAH REFLEKSI Thung Ju Lan — 233 LAMPIRAN — 243 INDEKS — 259 BIOGRAFI PENULIS — 267 v vi Daftar Gambar Gambar 1.1 Kelompok Masyarakat Miskin di Indonesia — 4 Gambar 1.2 Tren Populasi Perdesaan (Rural) dan Perkotaan (Urban) di Indonesia — 5 Gambar 1.3 Relasi antara Family Resilience dan Community Resilience — 15 Gambar 1.4 Kerangka Pemikiran — 43 Gambar 1.5 Peta Kemiskinan Indonesia di Tingkat Provinsi — 45 Gambar 1.6 Peta Kemiskinan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) — 48 Gambar 1.7 Peta Lokasi Penelitian di Provinsi DIY — 51 Gambar 1.8 Peta Lokasi Penelitian di Provinsi Banten — 52 Gambar 1.9 Skema Operasional — 53 Gambar 1.10 Model Tentatif Membangun Ketahanan Sosial Budaya — 53 Gambar 2.1. Peta Negara-negara Republik Indonesia Serikat (RIS) — 67 Gambar 2.2 Peta Provinsi Banten Hasil Pemekaran Tahun 2000 — 72 Gambar 2.3 Peta Provinsi DIY ketika UU Keistimewaan Yogyakarta disahkan — 74 Gambar 2.4 Lingkaran Kekuasaan Tradisional Kesultanan Yogyakarta — 82 Gambar 2.5 Struktur Pemerintahan Kota Yogyakarta Masa Pendudukan Jepang — 83 Gambar 3.1 Skema Relasi TNP2K dan RPJMN 2010–2014 — 118 Gambar 3.2 Skema Relasi TNP2K dan RPJMN 2014–2019 — 119 Gambar 3.3 Skema Alur Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Banten — 127 vii Gambar 4.1 Sustainable Livelihood Frameworks — 156 Gambar 5.1 Gambaran Kemiskinan di Kota Yogyakarta — 237 Gambar 5.2 Gambaran Kemiskinan di Kota Serang — 237 viii Daftar Tabel Tabel 1.1 Faktor Internal Penyebab Kemiskinan Perkotaan — 24 Tabel 1.2 Jenis Harta Milik Keluarga Miskin di Kota — 33 Tabel 1.3 Penduduk Miskin di Pulau Jawa — 46 Tabel 1.4 Kondisi Kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul — 49 Tabel 1.5 Penduduk Miskin di Provinsi Banten — 51 Tabel 1.6 Jumlah dan Sebaran Rumah Tangga Miskin di Kota Serang — 51 Tabel 2.1 Sebaran Penduduk Miskin di Kota Yogyakarta — 86 Tabel 2.2 Angka Kemiskinan Kota Serang — 95 Tabel 3.1 Komparasi Paradigma Penanggulangan Kemiskinan — 114 Tabel 3.2 Komparasi Kebijakan PKH dan Jamsosratu — 128 Tabel 3.3 Komparasi Program Penanggulangan Kebijakan Kemiskinan di Kota Yogyakarta — 135 Tabel 3.4 Komparasi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul — 137 Tabel 4.1 Karakteristik Rumah Tangga Miskin dan Tidak Miskin Tahun 2014 — 145 Tabel 4.2 Alat Ukur Kerentanan Sosial Rumah Tangga Miskin — 157 Tabel 4.3 Distribusi Kuesioner di Provinsi DIY dan Banten — 163 Tabel 4.4 RT Miskin Perkotaan berdasarkan Jumlah ART — 173 Tabel 4.5 Tingkat Kerentanan Sosial RT Miskin Perkotaan berdasarkan Dimensi Tingkat Beban RT — 175 Tabel 4.6 RT Miskin Perdesaan berdasarkan Jumlah ART — 176 ix Tabel 4.7 Tingkat Kerentanan Sosial RT Miskin Perdesaan Berdasarkan Dimensi Tingkat Beban RT — 177 Tabel 4.8 Tingkat Pendidikan ART dari RT Miskin Perkotaan — 179 Tabel 4.9 Tingkat Kerentanan Sosial RT Miskin Perkotaan berdasarkan Dimensi Tingkat Pendidikan — 180 Tabel 4.10 Tingkat Pendidikan ART dari RT Miskin Perdesaan — 181 Tabel 4.11 Tingkat Kerentanan Sosial RT Miskin Perdesaan berdasarkan Dimensi Tingkat Pendidikan — 182 Tabel 4.12 Tingkat Kerentanan Sosial RT Miskin Perkotaan dan Perdesaan Berdasarkan Dimensi Tingkat Kesehatan — 183 Tabel 4.13 Kondisi Produktivitas RT Miskin Perkotaan dan Perdesaan — 186 Tabel 4.14 Tingkat Kerentanan Sosial RT Miskin berdasarkan Dimensi Tingkat Produktivitas — 187 Tabel 4.15 RT Miskin berdasarkan Dimensi Efektivitas Migrasi — 190 Tabel 4.16 Pendapatan per Minggu yang Didapat RT Miskin — 192 Tabel 4.17 Remitansi per Bulan yang Didapat RT Miskin — 192 Tabel 4.18 Tingkat Kerentanan Sosial RT Miskin berdasarkan Dimensi Tingkat Pendapatan — 194 Tabel 4.19 Dimensi Kepemilikan Aset di Perkotaan — 197 Tabel 4.20 Dimensi Kepemilikan Aset di Perdesaan — 199 Tabel 4.21 Karakteristik Kerentanan Sosial RT Miskin Berdasarkan Kepemilikan Aset — 201 Tabel 4.22 Pengeluaran Makanan per Minggu oleh RT Miskin — 202 Tabel 4.23 Pengeluaran Rutin per Bulan oleh RT Miskin — 204 Tabel 4.24 Pengeluaran Tidak Rutin Tiap Tahun oleh RT Miskin — 205 Tabel 4.25 Tingkat Kerentanan Sosial RT Miskin Perkotaan berdasarkan Dimensi Tingkat Pengeluaran — 209 Tabel 4.26 Tingkat Kerentanan Sosial RT Miskin Perdesaan berdasarkan Dimensi Tingkat Pengeluaran — 210 Tabel 4.27 Pengalaman Berutang dan Kegunaan Utang — 211 Tabel 4.28 Jejaring Sosial dalam Berutang — 213 x Tabel 4.29 Tingkat Kerentanan Sosial RT Miskin Berdasarkan Dimensi Pengalaman Berutang — 214 Tabel 4.30 Pengalaman RT Miskin dalam Berjual-Beli Aset — 215 Tabel 4.31 Tingkat Kerentanan Sosial RT Miskin berdasarkan Dimensi Pengalaman Berjual-Beli Aset — 216 Tabel 4.32 Persepsi RT Miskin dalam Menghadapi Kesulitan — 220 Tabel 4.33 Persepsi RT Miskin tentang Makna Hidup — 221 Tabel 4.34 Temuan Perkotaan dan Perdesaan dalam 12 Dimensi Kerentanan Sosial Ekonomi — 222 Tabel 4.35 Pola Kerentanan Sosial Masyarakat Miskin terhadap Keberlangsungan Hidupnya — 225 Tabel 4.36 Perbandingan Tingkat Kerentanan di Kota Yogyakarta, Kota Serang, Kabupaten Gunungkidul, dan Kabupaten Pandeglang Berdasarkan 12 Dimensi — 226 xi xii Pengantar Penerbit Sebagai penerbit ilmiah, LIPI Press mempunyai tanggung jawab untuk menyediakan terbitan ilmiah yang berkualitas. Upaya tersebut merupakan salah satu perwujudan tugas LIPI Press untuk turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. Bunga rampai ini memberikan sebuah tinjauan kritis terhadap ketahanan sosial dari masyarakat miskin yang tinggal di area perkotaan dan perdesaan. Perspektif dari tinjauan dalam bunga rampai ini ber- sifat lintas disiplin, mulai dari ekonomi hingga sosial-budaya. Tujuan utamanya adalah untuk memahami konteks dan pola kerentanan sosial masyarakat miskin. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penerbitan buku ilmiah ini. LIPI Press xiii xiv Kata Pengantar Saya sebagai Kepala Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebu- dayaan LIPI bersuka cita mengetahui terbitnya buku Tinjauan Kritis Ketahanan Sosial Masyarakat Miskin Perkotaan dan Perdesaan: Ruang Sosial, Kebijakan, dan Pola Kerentanan Sosial yang dihasilkan oleh tim peneliti LIPI dengan Dr. Thung Ju Lan sebagai Peneliti Kepala. Buku ini merupakan publikasi kegiatan riset unggulan subprogram Ketahanan Sosial yang didanai oleh LIPI pada 2015. Buku ini terdiri dari tiga bagian utama yang memberikan tinjauan kritis ketahanan sosial budaya masyarakat miskin, baik di perkotaan maupun perdesaan. Pada bagian awal, buku ini memaparkan dan menganalisis ruang sosial sebagai ruang tempat masyarakat miskin tinggal dan bekerja. Pada bagian ini, tim peneliti menggarisbawahi bahwa penguasaan ruang sosial oleh penguasa, seperti Sultanaat Grond di DIY, sangat memengaruhi ruang gerak dan kesempatan masyarakat miskin. Sementara itu, di Banten jarak antara kota (khu- susnya ibu kota provinsi) dan perdesaan yang cukup jauh dengan akses transportasi yang terbatas menyisakan pertanyaan keterputusan antara perkotaan dan perdesaan, termasuk aksesibilitas ruang sosial ma- syarakat miskin. Bagian kedua membahas kebijakan penanggulangan kemiskinan pada masa pemerintahan SBY dan Jokowi. Selain itu, tim peneliti juga menguatkan dengan hasil penelitian tentang kebijakan penanggulangan kemiskinan yang diterapkan oleh Pemerintah DIY (termasuk Pemerintah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Gunung- xv kidul) serta Pemerintah Banten (termasuk Pemerintah Kota Serang dan Kabupaten Pandeglang). Sementara itu, pola kerentanan sosial menjadi topik utama dalam bagian terakhir. Dengan menggunakan 12 dimensi kerentanan yang diujikan, tim peneliti mencoba memahami pola kerentanan sosial masyarakat miskin perkotaan dan perdesaan. Secara umum, masyarakat miskin perkotaan lebih rentan daripada masyarakat miskin perdesaan. Buku ini menawarkan perspektif lintas disiplin, baik ekonomi maupun sosial-budaya, untuk memahami ketahanan sosial masyarakat miskin. Semoga buku yang dihasilkan melalui penelitian ini berman- faat bagi pembaca atau bahkan bisa dikritisi