Hubungan Antara Gaya Kelekatan Menghindar dengan Strategi Regulasi Emosi Expressive Suppression pada Remaja Perokok

Devi Ayu Muktia Rani E. M. Agus Subekti Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Abstract.______This study aimed to determine the correlation between Avoidant Attachment Style and Emo- tion Regulation Strategy Expressive Suppression on Adolescent Smoker. The participants of this research were adolescents aged 18-22 years with a total number of 94 subjects. This study used measurement tool based on the theory of Avoidant Attachment Stylebelongs toBartholomew and Horowitz (1991)and the theory ofEmotion Regulation Strategy Expressive Suppression be- longs Gross (2007). Data were analyzed using Pearson correlation techniques using SPSS ver- sion 16. The results showed correlation coefficient score between Avoidant Attachment Style andExpressive Suppression of 0.457and significance of 0.000. This suggests that the Avoidant Attachment Style has a positive and significant correlation with Emotion Regulation Strategy Expressive Suppression on Adolescent Smoker.

Keywords: Avoidance attachment style; Emotion regulation strategy expressive suppression; Adolescents; Smoker.

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gaya kelekatan menghindar den- gan strategi regulasi emosi expressive suppression pada remaja perokok. Subjek penelitian ini adalah remaja usia 18-22 tahun dengan jumlah subjek sebanyak 94orang.Penelitian ini menggu- nakan alat ukur yang disusun berdasarkan teori gaya kelekatan menghindar dari Bartholomew dan Horowitz (1991)dan teori regulasi emosi expressive suppression dari Gross (2007).Analisis data menggunakan tehnikkorelasi Pearsondengan bantuan program SPSS versi 16. Hasil pene- litian menunjukkan nilai koefisien korelasi antara gaya kelekatan menghindar dan expressive suppression yakni 0,457 dan signifikansi 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa gaya kelekatan menghindar memiliki hubungan positif dan signifikan dengan regulasi emosi expressive sup- pression pada remaja perokok.

Kata kunci: Gaya kelekatan menghindar; Strategi regulasi emosi expressive suppression; Remaja; Perokok.

Korespondensi: Devi Ayu Muktia Rani,Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya, Email: [email protected] E. M. Agus Subekti, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya, Email: [email protected]

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 62 Vol. 2 No. 2, Agustus 2013 Devi Ayu Muktia Rani, E. M. Agus Subekti

PENDAHULUAN atau kecemasan daripada untuk menumbuhkan social confidence. Pernyataan diatas mengindika- Merokok merupakan suatu realitas yang sering sikan bahwa alasan merokok seseorang yang telah kita jumpai saat ini. Di , prevalensi mencapai tahap maintenance of smoking adalah orang yang merokok semakin meningkat setiap untuk mengatur atau mengurangi emosi yang tahunnya. Dalam sepuluh tahun terakhir, pre- tidak menyenangkan. Salah satu contoh alasan sentase konsumsi rokok di Indonesia mengalami penggunaan rokok untuk mengurangi emosi yang peningkatan sebesar 44,1% dan jumlah perokok tidak menyenangkan bisa dilihat dari kutipan mencapai 70% penduduk Indonesia (Fatmawati, wawancara yang dilakukan oleh penulis terhadap 2006 dalam Salawatia & Amalia, 2010). Pening- remaja perokok berusia 21 tahun dan telah mero- katan jumlah perokok ini juga diikuti dengan kok selama 5 tahun. meningkatnya jumlah perokok pada usia remaja. “Saya kalau merokok itu merasa lega, apa- Data yang diperoleh dari RISKESDAS (Riset Kes- lagi kalau ada masalah, malah pengen mero- ehatan Dasar) pada tahun 2010 mencatat bahwa kok terus, soalnya bikin lebih tenang”. (wawa- ada 58,6 juta orang berusia 15 tahun ke atas yang ncara 30 Desember 2013). menjadi perokok aktif dan pada remaja usia 15-19 Pernyataan diatas mengindikasikan jika remaja tahun prevalensinya meningkat dari 7,1% pada ini mengkonsumsi rokok lebih banyak ketika ada tahun 1995 menjadi 20,3 pada tahun 2010 (dalam masalah dan dengan merokok remaja ini bisa Jumlah Remaja Perokok Terus Meningkat, 2013). lebih tenang dalam menghadapi masalah. Per- Data diatas memperkuat pernyataan dari Tan- nyataan-pernyataan diatas menunjukkan bahwa dra (2003, dalam Hasnida & Kemala, 2005) yang seorang perokok menggunakan rokok untuk menyebutkan bahwa 20% dari total perokok di mengatur, mengurangi, atau memodifikasi emosi Indonesia adalah remaja dengan rentang usia an- negatif yang dirasakannya ketika menghadapi tara 15 hingga 21 tahun. Usia 15 hingga 21 tahun masalah dengan merokok, sehingga emosi negatif merupakan usia remaja dimana mereka keban- tersebut tidak terekspresikan. Perilaku merokok yakan masih menempuh pendidikan atau masih yang digunakan untuk pengaturan emosi ini ter- menjadi pelajar. Menurut Hery Chariansyah ter- masuk dalam salah satu bentuk strategi regulasi dapat 37% pelajar di Indonesia dilaporkan biasa emosi yakni expressive suppression. Pernyataan merokok (dalam Manggala, 2013). Pernyataan dia- ini didukung dengan pernyataan Gross (2007) tas mengindikasikan bahwa ada beberapa remaja yang menyatakan bahwa tidak hanya olahraga yang masih menempuh pendidikan sudah terbia- dan relaksasi yang bisa digunakan untuk menu- sa untuk merokok. runkan aspek psikologi dan pengalaman emosi, Seseorang yang merokok itu dipengaruhi oleh bahkan alkohol, rokok, obat-obatan, dan bahkan beberapa hal, yakni adanya orangtua yang mero- makanan juga digunakan untuk memodifikasi kok, konformitas terhadap teman, ingin menin- pengalaman emosi. gkatkan self image, dan adanya reinforcement Expressive suppression adalah strategi regulasi negative (Sarafino, 2008). Faktor Reinforcement emosi yang mengacu pada berbagai upaya yang ini yang merupakan faktor dalam berlanjutnya dilakukan seseorang untuk menghambat atau perilaku merokok (Sarafino, 2008).Reinforcement mengubah emosi yang sudah memuncak dan re- negatif dalam berlanjutnya perilaku merokok ter- spon emosi sudah mulai muncul (Gross, 2007). jadi ketika seseorang menggunakan rokok seb- Definisi ini mengandung artian bahwa apapun agai koping stress atau saat kondisi emosi tidak upaya yang kita lakukan dengan tujuan meng- menyenangkan lainnya (Baker, 2004, dalam Sara- hambat emosi agar tidak muncul, bisa disebut fino, 2008). Perokok yang melanjutkan perilaku dengan expressive suppression. Perilaku merokok merokoknya karena adanya reinforcement nega- ini memiliki banyak dampak negatif baik dari tive merupakan perokok yang sudah mencapai segi kesehatan (psikis dan fisik) maupun dalam tahap maintenance of smoking. Pernyataan ini segi ekonomi. Apabila dilihat dari segi ekonomi, didukung oleh Kaplan (1993) yang menyatakan merokok pada dasarnya “membakar uang” apa- bahwa seorang perokok yang mencapai tahap lagi jika hal tersebut dilakukan remaja yang be- maintenance of smoking memiliki alasan mero- lum mempunyai pengahasilan sendiri (Komala- kok lebih kearah untuk mengurangi kegelisahan sari & Helmi, 2000), sehingga hal ini jelas akan

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 63 Vol. 2 No. 2, Agustus 2013 Hubungan Antara Gaya Kelekatan Menghindar dengan Strategi Regulasi Emosi Expressive Suppression pada Remaja Peroko merugikan diri sendiri dan keluarga karena harus interaksi sosial yang penting seperti tes interview mengeluarkan uang lebih untuk membeli rokok, (Butler and gross, dalam Philippot, P & Feldman, belum lagi apabila uang sudah habis dan tidak ada R. S, 2004). Definisi lain juga diungkapkan oleh penghasilan maka kemungkinan perokok akan Gross (2007) yang menyatakan bahwa expressive melakukan hal-hal tertentu untuk memperoleh suppression merupakan salah satu strategi regula- rokok misalnya saja dengan mencuri. Apabila si emosi yang mengacu pada usaha untuk meng- dilihat dari segi kesehatan, merokok bisa mengu- hambat pengalaman emosi itu sendiri (mencoba rangi harapan hidup seseorang selama beberapa untuk tidak merasakan emosi) dan menyembun- tahun dan meningkatkan resiko terhadap banyak yikan perasaan yang dirasakan. penyakit, khususnya kanker dan penyakit jantung Gross dan John (2002, dalam Philippot, P & (Thun 1995, dalam Sarafino, 2008). Feldman, R. S, 2004) menemukan bahwa expres- Banyak dampak negatif yang diakibatkan sive suppression secara kuat berhubungan pada oleh perilaku merokok, namun perilaku merokok penutupan (masking), cenderung untuk meny- malah dijadikan sebagai cara regulasi emosi oleh embunyikan perasaan yang dirasakan, sikap, dan remaja, dimana regulasi emosi akan dibutuhkan kepercayaan karena memperhatikan tentang pre- sepanjang hidup. Hal ini cukup memprihatinkan, sentasi diri dan penerimaan sosial. Berdasarkan karena penggunaan rokok sebagai cara regulasi pemahaman ini bisa disimpulkan pengertian dari emosi atau penggunaan expressive suppression expressive suppression adalah cara yang digunak- secara terus menerus juga akan mengakibatkan an individu untuk menghambat atau mengenda- dampak negatif. Pernyataan ini didukung oleh likan emosi yang dirasakan agar tidak terekspresi- Gross & John, 2002 yang mengatakan bahwa in- kan secara perilaku. dividu yang sering melakukan suppression mel- Ada beberapa bentuk dari expressive suppres- aporkan peningkatan simtom depresi (dalam sion yakni olahraga, relaksasi, alkohol, rokok, Philippot, P & Feldman, R. S, 2004). obat-obatan, dan makanan. Pernyataan ini didu- Penggunaan strategi expressive suppression kung oleh Gross (2007) yang menyatakan bahwa ini dikaitkan dengan seseorang yang memiliki olahraga dan relaksasi bisa digunakan untuk kelekatan menghindar (Gross & John, 2003, 2004 menurunkan aspek psikologi dan pengalaman dalam Evers, Stok, & Denise, 2010). Seseorang emosi, bahkan alkohol, rokok, obat-obatan, dan dengan kelekatan menghindar mencoba untuk bahkan makanan juga digunakan untuk memodi- menolak kebutuhan akan kelekatan, menekan fikasi pengalaman emosi. emosi dan pikiran yang berhubungan dengan kelekatan, dan menghambat permintaan yang Gaya Kelekatan Menghindar tidak diinginkan untuk mencari kedekatan atau Menurut teori kelekatan, strategi menghin- dukungan (Mikulincer & Shaver, 2007 dalam Cas- dar didorong oleh keinginan untuk menghambat sidy & Shaver, 2008). perasaan sakit dan distress yang disebabkan oleh Dengan demikian, penulis mencoba melaku- frustasi karena menginginkan kedekatan dengan kan penelitian secara kuantitatif untuk mengeta- figur lekat, namun harus ditahan karena figur hui apakah gaya kelekatan menghindar memiliki lekat yang dingin, berjarak, dan menolak (Gross, hubungan yang signifikan dengan strategiexpres - 2007). Posisi seseorang yang memiliki kelekatan sive suppression pada remaja perokok. menghindar menunjukkan bahwa dia tidak per- caya pada temannya dan berusaha untuk mem- Expressive Suppression pertahankan kemandirian serta menjauhkan Expressive suppression merupakan salah satu emosi dari orang lain (Mikulincer & Shaver, 2007 bentuk dari responses-focused regulation dan dalam Cassidy & Shaver, 2008). Seseorang dengan menghambat ekspresi perilaku secara sadar ke- kelekatan menghindar juga mencoba untuk me- tika individu sudah mulai emosi. Expressive sup- nolak kebutuhan akan kelekatan, menekan emosi pression sendiri didefinisikan sebagai hambatan dan pikiran yang berhubungan dengan keleka- terus-menerus terhadap ekpresi perilaku emosi, tan, dan menghambat permintaan yang tidak di- yang termasuk dalam model dari regulasi emosi. inginkan untuk mencari kedekatan atau dukun- Contohnya adalah mencoba dengan baik untuk gan (Mikulincer & Shaver, 2007 dalam Cassidy & tidak menunjukkan satupun kecemasan selama Shaver, 2008). Gaya kelekatan menghindar adalah

64 Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 2 No. 2, Agustus 2013 Devi Ayu Muktia Rani, E. M. Agus Subekti individu dengan kelekatan menghindar yang puh pendidikan. Subjek penelitian ini berjumlah mengatur emosi dengan cara menghambat segala 94 orang. Penelitian ini menggunakan metode kondisi emosi yang tidak sesuai, dengan tujuan kuesioner berupa skala. Metode kuesioner dalam agar sistem kelekatan tidak diaktifkan (Miku- bentuknya secara langsung mendasarkan pada lincer & Shaver, 2003, dalam Gross, 2007). Usaha laporan tentang diri sendiri atau self-reports, menghambat emosi ini sering muncul pada emo- atau setidaknya-tidaknya pada pengetahuan dan si-emosi yang berkaitan dengan perasaan mudah atau keyakinan pribadi (Hadi, S., 2004). Alat ukur terluka dan terancam seperti emosi takut, cemas, dalam penelitian ini disusun berdasarkan teori marah, sedih, malu, bersalah, dan distress (Gross, gaya kelekatan menghindar dari Bartholomew 2007). Hal ini menunjukkan bahwa seseorang dan Horowitz (1991) berjumlah 24 aitem dengan dengan kelekatan menghindar terbiasa untuk realibilitas sebesar 0.729 dan teori regulasi emosi menghambat emosi apabila emosi tersebut tidak expressive suppression dari Gross (2007) berjum- diinginkan. lah 14 aitem dengan realibilitas sebesar 0.803. Menurut Bartholomew dan Horowitz (1991, Teknik analisa data yang digunakan dalam peneli- dalam Feeney, J & Noller, P, 1996) kelekatan meng- tian ini disesuaikan dengan tujuan penelitian yak- hindar ini memiliki model self yang positif dan ni untuk menguji hubungan antara dua variabel, model figur lekat yang negatif. Dalam artian, Indi- yaitu gaya kelekatan menghindar dengan strategi vidu dengan kelekatan menghindar menganggap expressive suppression. Uji hubungan ini meng- dirinya pantas untuk dicintai dan diperhatikan, gunakan teknik Pearson melalui bantuan pro- namun menganggap figur kelekatan tidak selalu gram SPSS versi 16.0 for windows. program SPSS ada untuk dirinya dan tidak peduli dengan dir- versi 16.0 for windows. inya. Hal ini menjadikan individu dengan keleka- tan menghindar memiliki kepercayaan diri yang HASIL PENELITIAN tinggi, refleksi diri (anggapan tentang diri) tidak bergantung pada penerimaan orang lain, tidak Pallant (2007) menyatakan bahwa apabila ni- bergantung dengan orang lain, mudah berteman lai p (signifikansi) < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha dengan orang lain, namun tidak nyaman dengan diterima, atau dengan kata lain ada hubungan hubungan emosional. Kelekatan menghindar antara variabel X dan Y. Sementara itu, jika nilai menekankan pentingnya prestasi dan kepercay- p (signifikansi) > 0,05 maka Ho diterima dan Ha aan diri, oleh karena itu individu dengan keleka- ditolak, atau bisa dikatakan tidak ada hubungan tan menghindar memiliki harga diri yang tinggi diantara kedua variabel yang diteliti. Berikut ini dalam hubungan yang intim. adalah tabel hasil uji korelasi data yang ada:

METODE PENELITIAN Kelekatan Suppres- sion Dilihat dari dimensi tujuan penelitian, maka Kelekatan Pearson Cor- 1 .457** penelitian ini termasuk dalam penelitian ekspla- relation natoris, dimana penelitian dilakukan untuk men- Sig. (1-tailed) .000 guji kebenaran akan prediksi dari teori, mengem- N 94 94 bangkan teori ke isu atau topik yang baru, serta Suppression Pearson Cor- .457** 1 mengelaborasi dan memperkaya penjelasan dari relation teori ini (Neuman, 2007). Sig. (1-tailed) .000 Teknik sampling yang digunakan dalam pene- N 94 94 litian ini adalah teknik accidental sampling yang merupakan tehnik untuk mendapatkan sampel (1-tailed). pada perilaku yang sesuai (Neuman, 2007). Sub- **. Correlation is significant at the 0.01 level jek dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki Berdasarkan tabel diatas, hasil uji korelasi usia 18-22 tahun dan sudah mencapai tahap main- dalam penelitian ini adalah sebesar 0,000 atau tenance of smoking (telah merokok kurang lebih lebih kecil daripada 0,05, sehingga dapat diketa- selama 2 tahun dan mengkonsumsi lebih dari 4 hui bahwa ada hubungan antara variabel X dan batang rokok dalam sehari), serta sedang menem- variabel Y. Skor korelasi ditemukan memiliki ha-

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 65 Vol. 2 No. 2, Agustus 2013 Hubungan Antara Gaya Kelekatan Menghindar dengan Strategi Regulasi Emosi Expressive Suppression pada Remaja Peroko sil sebesar 0,457 yang dapat dimaknai kekuatan karena menurut teori kelekatan, strategi meng- hubungan antar variabelnya berdasarkan tabel ni- hindar didorong oleh keinginan untuk meng- lai koefisien korelasi dibawah ini menurut Cohen hambat perasaan sakit dan distress yang disebab- (1988, dalam Pallant, 2007): kan oleh frustasi karena menginginkan kedekatan dengan figur lekat, namun harus ditahan karena Interval r Interpretasi figur lekat yang dingin, berjarak, dan menolak 0,10 – 0,29 (Gross, 2007). Seseorang dengan kelekatan meng- hindar mencoba untuk menolak kebutuhan akan 0,30 – 0,49 Sedang Lemah kelekatan, menekan emosi dan pikiran yang ber- 0,50 – 1,00 Kuat hubungan dengan kelekatan, dan menghambat permintaan yang tidak diinginkan untuk men- Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui cari kedekatan atau dukungan (Mikulincer & bahwa makna dari hasil korelasi 0,457 adalah Shaver, 2007 dalam Cassidy & Shaver, 2008). Po- hubungannya sedang. Hal ini berarti ada hubun- sisi seseorang yang memiliki kelekatan menghin- gan positif antara gaya kelekatan menghindar dar menunjukkan bahwa dia tidak percaya pada dengan strategi expressive suppression pada temannya dan berusaha untuk mempertahankan remaja perokok. kemandirian serta menjaukan emosi dari orang lain (Mikulincer & Shaver, 2007 dalam Cassidy & PEMBAHASAN Shaver, 2008). Gaya kelekatan menghindar adalah Data hasil analisis yang telah didapatkan individu dengan kelekatan menghindar yang menunjukkan bahwa gaya kelekatan menghindar mengatur emosi dengan cara menghambat segala memiliki hubungan positif dengan penggunaan kondisi emosi yang tidak sesuai, dengan tujuan strategi regulasi emosi expressive suppression pada agar sistem kelekatan tidak diaktifkan (Mikulinc- remaja perokok. Hasil uji korelasi yang menun- er & Shaver, 2003, dalam Gross, 2007). jukkan skor signifikansi sebesar 0,000 atau lebih Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pene- kecil daripada 0,05 serta memiliki skor koefisien litian dari Cahyani, Alsa, & Helmi (1999) yang korelasi sebesar 0,457 yang berarti hubungannya menyatakan bahwa seseorang dengan gaya sedang dan bernilai positif. Oleh karena itu, ha- kelekatan menghindar mengontrol kemarahan sil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin dengan menekan ekspresi marah dan dengan tinggi gaya kelekatan menghindarnya maka akan menghindarkan diri dari orang atau hal hal yang semakin tinggi pula penggunaan strategi expres- membuatnya marah. Hasil penelitian dari Mi- sive suppression pada remaja perokok. kulincer dan Orbach (1995 dalam Cahyani, Alsa, Strategi regulasi emosi yang berbeda memi- & Helmi, 1999) yang menemukan bahwa orang liki hubungan dengan model atau pola keleka- bergaya kelekatan menghindar cenderung untuk tan seorang individu (Magai, 1999; Mikulincer amat mengontrol ekspresi perasaan negatif yang et.al., 2003; Shaver & Mikulincer, 2002; Crugnola mereka alami. et.al., 2011, dalam Rasyid. 2012). Pernyataan dia- Skor koefisien korelasi dalam kelekatan ini tas mengindikasikan bahwa gaya kelekatan ter- adalah 0,457 dan masuk dalam kategori sedang tentu memiliki hubungan dengan strategi regu- yang artinya, hubungan antara gaya kelekatan lasi emosi tertentu dan dalam hasil penelitian ini menghindar dengan strategi regulasi emosi ex- gaya kelekatan menghindar memiliki hubungan pressive suppression pada remaja perokok itu dengan strategi regulasi emosi expressive suppres- tidak terlalu kuat. Hal ini terjadi dikarenakan sion. Hasil ini didukung dengan hasil penelitian adanya faktor lain yang bisa mempengaruhi pe- sebelumnya yang dilakukan oleh Gross yang me- milihan penggunaan strategi regulasi emosi, se- nyatakan bahwa penggunaan strategi expressive lain faktor kelekatan yang turut mempengaruhi suppression dikaitkan dengan seseorang yang me- kualitas hubungan antara gaya kelekatan meng- miliki kelekatan menghindar (Gross & John, 2003, hindar dengan strategi regulasi emosi. Adanya 2004 dalam Gross, 2007). faktor temperamen yang dimiliki subjek pene- Hubungan yang positif antara gaya kelekatan litian yakni, adanya perbedaan reaksi emosi, atau menghindar dengan strategi regulasi emosi ex- reaksi temperamen, dimana hal ini berpengaruh pressive suppression pada remaja perokok terjadi pada perkembangan kemampuan regulasi emosi

66 Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 2 No. 2, Agustus 2013 Devi Ayu Muktia Rani, E. M. Agus Subekti

(Stifter & Braungart, 1995; Calkins, 1994 dalam selanjutnya diharapkan mampu untuk membuat Gross, 2007), serta adanya faktor hubungan sub- aitem yang lebih efektif lagi dan menambah jum- jek penelitian dengan orangtua yang dapat mem- lah aitem, sehingga bisa menstimulus subjek un- pengaruhi pola hubungannya dengan teman se- tuk merespon berbeda dan mengurangi faking baya (La Guardia et al., 2000; Laghi et.al., 2009 good yang dilakukan oleh subjek. Ada beberapa dalam Rasyid, 2012). saran juga yang diajukan oleh penulis untuk para remaja yang merokok. Remaja Perokok diharap- SIMPULAN DAN SARAN kan mulai belajar untuk mengungkapkan apa yang dirasakan sedikit demi sedikit, baik kepada Berdasarkan hasil analisa data penelitian ini, teman dekat atau orangtua sehingga remaja pero- bisa disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kok akan mulai terbiasa untuk mengekspresikan signifikan antara gaya kelekatan menghindar den- emosi yang dirasakannya dan pelan-pelan mengu- gan strategi regulasi emosi expressive suppression rangi konsumsi rokoknya. Orang-orang disekitar pada remaja perokok. Hubungan antara kedua perokok seperti orangtua, teman dekat ataupun variabel adalah positif dimana semakin tinggi pacar diharapkan bisa menjadi secure base bagi gaya kelekatan menghindarnya, maka penggu- remaja perokok dengan memberikan dukungan naan strategi regulasi emosi expressive suppressi- dan bersedia memberikan waktu luang agar bisa onnya juga akan tinggi. mendengarkan dan membantu menyelesaikan Ada beberapa saran yang diajukan oleh penulis masalah yang dihadapi oleh remaja perokok. terhadap penelitian selanjutnya, yakni penelitian

PUSTAKA ACUAN

Bartholomew, K., & Horowitz, L. M. (1991). Attachment Style Among Young Adults: A Test of a Four Category Model. Journal of Personality and social psychology. Vol 61. No 2. Butler, E.A & Egloff, B. (2003). The Social Consequences of Expressive Suppression. Emotion. Vol. 3 No. 1. Cahyani, P., Alsa, A., & Helmi, A. F. (1999). Gaya Kelekatan Dan Kemarahan. Jurnal Psikologi. No 2. 65-77. Cassidy, J & Shaver, P.R. (2008). Handbook Of Attachment. New York: The Guilford Press. Evers, C. Stok, F.M & Denise, T.D. (2010). Feeding Your feeling: Emotional Regulation Strategies and Emotional Eating. Society for personality and social psychology. Vol 36. No 6. Feeney, J., & Noller, P. (1996). Adult Attachment. California: SAGE Publication, Inc. Gross, J.J. (2007). Handbook Of Emotion Regulation. New York: The Guilford press. Gross, J.J., & Thompson, R.A. (2006). Emotion Regulation: Conceptual Foundations. Diakses pada tang- gal 7 oktober 2013 dari http://med.stanford.edu/nbc/articles/4%20-%20Emotion%20Regula- tion%20-%20Conceptual%20Foundations.pdf. Hadi, S. (2004). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset. Hasnida & Kemala, I. (2005). Hubungan antara Sress dan Perilaku Merokok pada Remaja Laki-laki. Psikologi. Vol 1. No 2. Jumlah Remaja Perokok Terus Meningkat.. (2013). Kompas (On-line). Diakses pada tanggal 13 Oktober 2013 dari http://regional.kompas.com/read/2013/06/10/03431916/Jumlah.Remaja.Perokok.Terus.Menin- gkat. Komalasari, D & Helmi, A.F. (2000). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2013 dari http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilakumerokok_ avin.pdf. Manggala, P.P.Y . (2013). 37 Persen Remaja Indonesia Terbiasa Merokok. [Online] diakses pada tanggal 13 Oktober 2013 dari http://m.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/08/30/msapub-37-pers- en-pelajar-indonesia-biasa-merokok.

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 67 Vol. 2 No. 2, Agustus 2013 Hubungan Antara Gaya Kelekatan Menghindar dengan Strategi Regulasi Emosi Expressive Suppression pada Remaja Peroko

Neuman, W.L. (2007). Basic of Social Research: Qualitative and Quantitative Research (2nd. ed.). Boston: Pearson Education, Inc. Pallant, J. (2007). SPSS: Survival Manual (3rd. ed.). Sydney: Allen & Unwin. Philippot, P., & Feldman, R. S, (2004). The Regulation of Emotion. New Jersey: Lawrence Erlbaum As- sociates, Inc. Publishers. Rasyid, M. (2012). Hubungan antara Peer Attachment dengan Regulasi Emosi Remaja yang Menjadi Siswa di Boarding School SMA Negeri 10 Samarinda. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan. Vol. 1. No. 03. Salawati, T., & Amalia, R. (2010). Perilaku Merokok di Kalangan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah . Jurnal Ilmiah. Semarang. Prosiding Seminar Nasional. Universitas Muhammadiah. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Santrock, W. J. (2003). Adolescence (6th ed). Terjemahan: Aledar dan Saragih. : Erlangga. Sarafino, E.P. (2008). Health Psychology: Bio Psychosocial Interactions. New Jersey: John Wiley & Sons, INC.

68 Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 2 No. 2, Agustus 2013