Hubungan Antara Gaya Kelekatan Menghindar Dengan Strategi Regulasi Emosi Expressive Suppression Pada Remaja Perokok
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Hubungan Antara Gaya Kelekatan Menghindar dengan Strategi Regulasi Emosi Expressive Suppression pada Remaja Perokok Devi Ayu Muktia Rani E. M. Agus Subekti Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Abstract._______________________________________________________________________ This study aimed to determine the correlation between Avoidant Attachment Style and Emo- tion Regulation Strategy Expressive Suppression on Adolescent Smoker. The participants of this research were adolescents aged 18-22 years with a total number of 94 subjects. This study used measurement tool based on the theory of Avoidant Attachment Stylebelongs toBartholomew and Horowitz (1991)and the theory ofEmotion Regulation Strategy Expressive Suppression be- longs Gross (2007). Data were analyzed using Pearson correlation techniques using SPSS ver- sion 16. The results showed correlation coefficient score between Avoidant Attachment Style andExpressive Suppression of 0.457and significance of 0.000. This suggests that the Avoidant Attachment Style has a positive and significant correlation with Emotion Regulation Strategy Expressive Suppression on Adolescent Smoker. Keywords: Avoidance attachment style; Emotion regulation strategy expressive suppression; Adolescents; Smoker. Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gaya kelekatan menghindar den- gan strategi regulasi emosi expressive suppression pada remaja perokok. Subjek penelitian ini adalah remaja usia 18-22 tahun dengan jumlah subjek sebanyak 94orang.Penelitian ini menggu- nakan alat ukur yang disusun berdasarkan teori gaya kelekatan menghindar dari Bartholomew dan Horowitz (1991)dan teori regulasi emosi expressive suppression dari Gross (2007).Analisis data menggunakan tehnikkorelasi Pearsondengan bantuan program SPSS versi 16. Hasil pene- litian menunjukkan nilai koefisien korelasi antara gaya kelekatan menghindar dan expressive suppression yakni 0,457 dan signifikansi 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa gaya kelekatan menghindar memiliki hubungan positif dan signifikan dengan regulasi emosi expressive sup- pression pada remaja perokok. Kata kunci: Gaya kelekatan menghindar; Strategi regulasi emosi expressive suppression; Remaja; Perokok. Korespondensi: Devi Ayu Muktia Rani,Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya, Email: [email protected] E. M. Agus Subekti,Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya, Email: [email protected] Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 62 Vol. 2 No. 2, Agustus 2013 Devi Ayu Muktia Rani, E. M. Agus Subekti PENDAHULUAN atau kecemasan daripada untuk menumbuhkan social confidence. Pernyataan diatas mengindika- Merokok merupakan suatu realitas yang sering sikan bahwa alasan merokok seseorang yang telah kita jumpai saat ini. Di Indonesia, prevalensi mencapai tahap maintenance of smoking adalah orang yang merokok semakin meningkat setiap untuk mengatur atau mengurangi emosi yang tahunnya. Dalam sepuluh tahun terakhir, pre- tidak menyenangkan. Salah satu contoh alasan sentase konsumsi rokok di Indonesia mengalami penggunaan rokok untuk mengurangi emosi yang peningkatan sebesar 44,1% dan jumlah perokok tidak menyenangkan bisa dilihat dari kutipan mencapai 70% penduduk Indonesia (Fatmawati, wawancara yang dilakukan oleh penulis terhadap 2006 dalam Salawatia & Amalia, 2010). Pening- remaja perokok berusia 21 tahun dan telah mero- katan jumlah perokok ini juga diikuti dengan kok selama 5 tahun. meningkatnya jumlah perokok pada usia remaja. “Saya kalau merokok itu merasa lega, apa- Data yang diperoleh dari RISKESDAS (Riset Kes- lagi kalau ada masalah, malah pengen mero- ehatan Dasar) pada tahun 2010 mencatat bahwa kok terus, soalnya bikin lebih tenang”. (wawa- ada 58,6 juta orang berusia 15 tahun ke atas yang ncara 30 Desember 2013). menjadi perokok aktif dan pada remaja usia 15-19 Pernyataan diatas mengindikasikan jika remaja tahun prevalensinya meningkat dari 7,1% pada ini mengkonsumsi rokok lebih banyak ketika ada tahun 1995 menjadi 20,3 pada tahun 2010 (dalam masalah dan dengan merokok remaja ini bisa Jumlah Remaja Perokok Terus Meningkat, 2013). lebih tenang dalam menghadapi masalah. Per- Data diatas memperkuat pernyataan dari Tan- nyataan-pernyataan diatas menunjukkan bahwa dra (2003, dalam Hasnida & Kemala, 2005) yang seorang perokok menggunakan rokok untuk menyebutkan bahwa 20% dari total perokok di mengatur, mengurangi, atau memodifikasi emosi Indonesia adalah remaja dengan rentang usia an- negatif yang dirasakannya ketika menghadapi tara 15 hingga 21 tahun. Usia 15 hingga 21 tahun masalah dengan merokok, sehingga emosi negatif merupakan usia remaja dimana mereka keban- tersebut tidak terekspresikan. Perilaku merokok yakan masih menempuh pendidikan atau masih yang digunakan untuk pengaturan emosi ini ter- menjadi pelajar. Menurut Hery Chariansyah ter- masuk dalam salah satu bentuk strategi regulasi dapat 37% pelajar di Indonesia dilaporkan biasa emosi yakni expressive suppression. Pernyataan merokok (dalam Manggala, 2013). Pernyataan dia- ini didukung dengan pernyataan Gross (2007) tas mengindikasikan bahwa ada beberapa remaja yang menyatakan bahwa tidak hanya olahraga yang masih menempuh pendidikan sudah terbia- dan relaksasi yang bisa digunakan untuk menu- sa untuk merokok. runkan aspek psikologi dan pengalaman emosi, Seseorang yang merokok itu dipengaruhi oleh bahkan alkohol, rokok, obat-obatan, dan bahkan beberapa hal, yakni adanya orangtua yang mero- makanan juga digunakan untuk memodifikasi kok, konformitas terhadap teman, ingin menin- pengalaman emosi. gkatkan self image, dan adanya reinforcement Expressive suppression adalah strategi regulasi negative (Sarafino, 2008). Faktor Reinforcement emosi yang mengacu pada berbagai upaya yang ini yang merupakan faktor dalam berlanjutnya dilakukan seseorang untuk menghambat atau perilaku merokok (Sarafino, 2008).Reinforcement mengubah emosi yang sudah memuncak dan re- negatif dalam berlanjutnya perilaku merokok ter- spon emosi sudah mulai muncul (Gross, 2007). jadi ketika seseorang menggunakan rokok seb- Definisi ini mengandung artian bahwa apapun agai koping stress atau saat kondisi emosi tidak upaya yang kita lakukan dengan tujuan meng- menyenangkan lainnya (Baker, 2004, dalam Sara- hambat emosi agar tidak muncul, bisa disebut fino, 2008). Perokok yang melanjutkan perilaku dengan expressive suppression. Perilaku merokok merokoknya karena adanya reinforcement nega- ini memiliki banyak dampak negatif baik dari tive merupakan perokok yang sudah mencapai segi kesehatan (psikis dan fisik) maupun dalam tahap maintenance of smoking. Pernyataan ini segi ekonomi. Apabila dilihat dari segi ekonomi, didukung oleh Kaplan (1993) yang menyatakan merokok pada dasarnya “membakar uang” apa- bahwa seorang perokok yang mencapai tahap lagi jika hal tersebut dilakukan remaja yang be- maintenance of smoking memiliki alasan mero- lum mempunyai pengahasilan sendiri (Komala- kok lebih kearah untuk mengurangi kegelisahan sari & Helmi, 2000), sehingga hal ini jelas akan Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 63 Vol. 2 No. 2, Agustus 2013 Hubungan Antara Gaya Kelekatan Menghindar dengan Strategi Regulasi Emosi Expressive Suppression pada Remaja Peroko merugikan diri sendiri dan keluarga karena harus interaksi sosial yang penting seperti tes interview mengeluarkan uang lebih untuk membeli rokok, (Butler and gross, dalam Philippot, P & Feldman, belum lagi apabila uang sudah habis dan tidak ada R. S, 2004). Definisi lain juga diungkapkan oleh penghasilan maka kemungkinan perokok akan Gross (2007) yang menyatakan bahwa expressive melakukan hal-hal tertentu untuk memperoleh suppression merupakan salah satu strategi regula- rokok misalnya saja dengan mencuri. Apabila si emosi yang mengacu pada usaha untuk meng- dilihat dari segi kesehatan, merokok bisa mengu- hambat pengalaman emosi itu sendiri (mencoba rangi harapan hidup seseorang selama beberapa untuk tidak merasakan emosi) dan menyembun- tahun dan meningkatkan resiko terhadap banyak yikan perasaan yang dirasakan. penyakit, khususnya kanker dan penyakit jantung Gross dan John (2002, dalam Philippot, P & (Thun 1995, dalam Sarafino, 2008). Feldman, R. S, 2004) menemukan bahwa expres- Banyak dampak negatif yang diakibatkan sive suppression secara kuat berhubungan pada oleh perilaku merokok, namun perilaku merokok penutupan (masking), cenderung untuk meny- malah dijadikan sebagai cara regulasi emosi oleh embunyikan perasaan yang dirasakan, sikap, dan remaja, dimana regulasi emosi akan dibutuhkan kepercayaan karena memperhatikan tentang pre- sepanjang hidup. Hal ini cukup memprihatinkan, sentasi diri dan penerimaan sosial. Berdasarkan karena penggunaan rokok sebagai cara regulasi pemahaman ini bisa disimpulkan pengertian dari emosi atau penggunaan expressive suppression expressive suppression adalah cara yang digunak- secara terus menerus juga akan mengakibatkan an individu untuk menghambat atau mengenda- dampak negatif. Pernyataan ini didukung oleh likan emosi yang dirasakan agar tidak terekspresi- Gross & John, 2002 yang mengatakan bahwa in- kan secara perilaku. dividu yang sering melakukan suppression mel- Ada beberapa bentuk dari expressive suppres- aporkan peningkatan simtom depresi (dalam sion yakni olahraga, relaksasi, alkohol, rokok, Philippot, P & Feldman, R. S, 2004). obat-obatan, dan makanan. Pernyataan ini didu- Penggunaan strategi expressive suppression kung oleh Gross (2007) yang menyatakan bahwa ini dikaitkan dengan seseorang yang memiliki olahraga dan relaksasi bisa digunakan untuk kelekatan menghindar (Gross &