Analisis Resepsi Khalayak Terhadap Isu Feminisme Dalam Film Ca Bau Kan

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Analisis Resepsi Khalayak Terhadap Isu Feminisme Dalam Film Ca Bau Kan ANALISIS RESEPSI KHALAYAK TERHADAP ISU FEMINISME DALAM FILM CA BAU KAN OLEH : ZULFITRI ALMAS 11.31.3785 SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI ALMAMATER WARTAWAN SURABAYA (STIKOSA AWS) 2016 ABSTRAK Film merupakan salah satu media komunikasi yang popular pada saat ini. Berbagai macam isi dari film bisa mempunyai makna yang berbeda bedabagi khalayak yang menikmatinya. Film Ca Bau Kan ini sendiri merupakan salah satu film yang bercerita tentang penindasan yang dialami oleh perempuan. Penindasan dan pelecehan yang terjadi tidak hanya dilakukan oleh suaminya saja, tetapi juga dilakukan oleh orang lain. Film ini menunjukkan karakter feminisme dari seorang perempuan yang tergolong feminis radikal. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pemaknaan mendalam mengenai isu feminisme dalam film CaBau Kan, dimana untuk mengetahui pemaknaan yang didapat dari para khalayak tentang segala bentuk feminisme radikal terhadap perempuan, maka digunakan metode analisis resepsi. Dengan metode ini, khalayak ditentukan dengan beberapa kriteria, data didapatkan dengan cara wawancara terpusat atau diskusi kelompok terfokus (Focus group Discussion). Hasil diskusi kelompok, disimpulkan bahwa sebagian besar khalayak, berada pada posisi negosiasi atau Negotiated position yang menilai makna yang ada dalam film tersebut dapat diterima, tetapi pada kondisi tertentu. Khalayak tidak setuju dengan segala bentuk penindasan yang dialami perempuan. Menurut khalayak penindasan terhadap perempuan tidak perlu terjadi, meskipun masih dalam sistem patriarki. Beberapa berada pada posisi oposisi, khalayak tidak menerima anggapan bahwa wanita dianggap tidak bisa menjadi ibu jika belum memiliki anak. Sedangkan posisi dominan khalayak sepakat, jika memilih wanita tidak dilihat dari fisik saja. Kata kunci :analisis resepsi, Ca Bau Kan, feminisme. DAFTAR ISI Persetujuan Pembimbing Skripsi ................................................................................ii Pengesahan Tim Penguji Skripsi ...............................................................................iii Pernyataan Orisinalitas ……………………………………………………………..iv Motto dan Persembahan .............................................................................................v Abstrak .......................................................................................................................vi Kata Pengantar ..........................................................................................................vii Daftar Isi ....................................................................................................................ix Daftar Tabel ..............................................................................................................xii BAB I: PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang…………………………………………………….1 1.2. RumusanMasalah…………………………………………………8 1.3. TujuandanManfaatPenelitian………………………..…………..9 1.3.1. TujuanPenelitian…………………………………………...9 1.3.2 ManfaatPenelitian………………………………………….9 1.4. TinjauanPustaka…………………………………………….…….9 1.4.1. AnalisisResepsi Khalayak ………………………….……9 1.4.2. Khalayak……………………………………………….….11 1.4.3. Proses Encoding dan Decoding……………………….......13 1.4.4. Film sebagai Media Komunikasi Massa………….…….....14 1.4.5. Gender dan Feminisme dalam Fenomena Masyarakat…....16 a. Gender ………………………………………………...16 b. Feminisme……………………………………………...18 1.5. Kerangka Berpikir…………………………………...……….......29 1.6. Metodologi Penelitian……………………………...………….…30 1.6.1. Jenis Penelitian…………………………………….………30 1.6.2. Obyek Penelitian……………………………………….….30 ix 1.6.3. Jenis dan Sumber Data………………………….....…...…31 a. Data primer …………………………………………….31 b. Data Sekunder………………………………………….31 1.7. Unit Analisis………………………………………………….…..32 1.8. Teknik Pengumpulan Data………………...…………………..…32 1.9. Teknik Analisis Data……………………………………….…….33 BAB II: OBYEK PENELITIAN 2.1 Film Ca Bau Kan danFeminisme didalamnya…...…………...…..34 2.1.1 Sinopsis Film Ca Bau Kan……………………….....….….34 2.2 Profil Sutradara dan Rumah Produksi………………….………...35 2.2.1 Kalyana Shira Film………………...………………..…….35 2.2.2. Profil Sutradara……………………………………….…...36 2.2.3. Crew Ca Bau Kan………………………..…….……….....39 2.3. Profil Khalayak …………………………………………………..39 BAB III: ANALISI DATA DAN PEMBAHASAN 3.1. Pemilihan Adegan pada Film Ca Bau Kan………………………42 3.2. Encoding Konstruksi Film Terhadap Feminisme dalam Film Ca Bau Kan ……………...…………………………………….…….48 3.3. Decoding Analisis Resepsi Khalayak Terhadap Feminisme dalam Fenomena Masyarakat ……………………....…….…...........…...49 3.3.1. Tabel Pembahasan Kedua …………………………....…...51 3.3.2. Tabel Pembahasan Ketiga ………………..………..……...52 x 3.3.3. Tabel PembahasanKeempat …………………..…..……....55 3.3.4. Tabel Pembahasan Kelima …………………..…..………..58 3.3.5. Tabel Pembahasan Keenam ………………………............61 3.3.6. Tabel Pembahasan Ketujuh ……………………………….63 3.3.7. Tabel Pembahasan Kedelepan …………………………….64 3.4. Pembahasan ……………………………………………………...67 BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan ………………………………………………………74 4.2. Saran ……………………………………………………………..77 1. Implikasi Akademik ……………………………..………..77 2. Implikasi Praktis …………………………...……………...77 DaftarPustaka ……………………………………………………………………xii xi DAFTAR TABEL 3.4.1. Tabel Pembahasan Kedua …………………………...............…………...51 3.4.2. Tabel Pembahasan Ketiga ………………..………..………….………....52 3.4.3. Tabel Pembahasan Keempat …………………..………………..…...…...55 3.4.4. Tabel Pembahasan Kelima ………………… …..…………………...…..58 3.4.5. Tabel Pembahasan Keenam ……………………………………………..61 3.4.6. Tabel Pembahasan Ketujuh ……………………………………….…….63 3.4.7. Tabel Pembahasan Kedelepan ………………………………….……….64 xii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada zaman sekarang, peranan media untuk menciptakan cerita dengan nilai sosial jauh lebih besar dan ekstensif dibandingkan di masa lalu. Saat ini media tidak hanya memiliki peran fungsional dan komunikatif sebagai penyedia informasi, namun juga sebagai ujung tombak refleksi dan kontruksi norma dan nilai budaya di masyarakat. Munculnya gairah berkarya dan mengambil keuntungan dari apa yang telah dikontruksi adalah cerminan bagaimana media mulai bermain-main untuk mengolah respon masyarakat. Berkembangnya era komunikasi dewasa ini, banyak media yang dapat digunakan untuk berekspresi. Masyarakat sebagai khalayak aktif yang kian pintar menanggapi isu-isu segar, juga turut andil didalamnya. Media massa konvensional berlomba-lomba merepresentasikan isu yang sedang terjadi dimasyarakat. Televisi, radio, koran bahkan portal-portal berita ikut meramaikan proses itu. Salah satu media yang digunakan dalam berekspresi adalah melalui pembuatan film. Tujuan utama dalam film adalah agar masyarakat mampu mengambil pesan-pesan tersirat dalam suatu adegan yang memiliki makna nilai religius, norma, dan sebagainya. Selain itu, dalam dunia perfilman, peran film dalam masyarakat sebagai media komunikasi sangatlah terlihat. Film mempunyai andil 1 yang cukup besar untuk membentuk pola dan budaya masyarakat. Banyak cerita yang ditawarkan didalamnya. Sebagai hasil seni dan budaya yang mempunyai fungsi dan manfaat yang luas, baik dibidang sosial, ekonomi, maupun budaya, serta dalam rangka menjaga dan mempertahankan keanekaragaman nilai-nilai dalam penyelanggaraan berbangsa dan bernegara. Film berfungsi sebagai sarana media pemberdayaan masyarakat luas, pengekspresian dan pengembangan seni, budaya, pendidikan dan hiburan juga sebagai sumber penerangan dan informasi dan bagian dari komoditas ekonomi saat ini. Keberadaan film di tengah kehidupan masyarakat memberikan beberapa nilai fungsi tertentu. Film dibuat dengan latar belakang produksi yang sangat rumit. Dari proses prareproduksi sampai kepada posproduksi melibatkan banyak orang dengan fungsi yang berbeda. Film dikonsep sedemikian rupa, dengan pemilihan pemain, lokasi, kostum, musik dan unsur lainnya. Di samping mencapai suatu nilai profit bisnis, film juga berfungsi untuk mentransmisikan suatu pesan dari si pembuat film kepada khalayak luas. Dengan fungsi mentransmisikan pesan, menempatkan film dalam sebuah proses komunikasi. Salah satu bentuk komunikasi yang menyampaikan pesan kepada khalayak dalam jumlah yang luas pada saat yang bersamaan disebut dengan komunikasi massa, dalam bentuk komunikasi ini tidak ada kontak langsung antara si pengirim dan penerima pesan. Pesan akan disampaikan melalui beberapa media seperti televisi, radio, majalah, surat kabar, dan lainnya termasuk film. Film dalam bentuk komunikasi 2 massa mengacu pada model komunikasi linear. Artinya bahwa film ada dalam proses komunikasi yang sifatnya searah.dalam hal ini adalah si pembuat film, akan mengirimkan pesan melalui channel yaitu film itu sendiri. Pesan berisi tentang ide cerita yang disampaikan dalam film. Pesan akan ditujukan kepada receiver yaitu penonton film. Noise atau pun gangguan akan mempengaruhi proses transmisi pesan, misalnya kondisi tempat pertunjukan yang kurang nyaman, sikap audience saat menonton film, gangguan teknis saat menonton film dan hal lainnya. Penyampaian pesan melalui film juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan referensi si penonton saat mengintrepretasikan film.Film memiliki kemampuan untuk mengantarkan pesan secara unik. Dapat dilihat begitu banyak jenis film, diantaranya dokumenter, horor, drama, action, petualangan, komedi, kriminal , fantasi, musikal, animasi, dan lainnya. Tiap konsep film akan sesuai dengan konsep pesan yang akan disampaikan. Untuk itu setiap pembuat film berkewajiban membuat konsep film yang sesuai aturan dan layak dikonsumsi masyarakat.Film seharusnya bisa menjadi media komunikasi yang memberikan fungsi penerangan, pendidikan, pengembangan budaya, ekonomi, selain juga memberikan
Recommended publications
  • Download The
    CSEASPANORAMA2008 A (Balinese) Tempest Ian Falconer (MA, Asian Studies) starred as Prospero in the Department of Theatre and Dance’s version of the Bard’s lauded comedy, a performance infused with Balinese wayang and gamelan and Larry Reed’s famed shadowcasting. Center for Southeast Asian Studies University of Hawai‘i By Director Barbara Watson Andaya Dear friends and including the highlight of the Prospero, Miranda, Ariel and year, the Balinese shadow-play Caliban were given a new life as colleagues... version of Shakespeare’s The the shadows of human “puppets” In late July 2008, when I re- Tempest. Under the auspices of wearing specially made masks turned from twelve months’ the Department of Theatre and were projected onto a large sabbatical leave, I began to ask Dance, Kirstin invited Larry screen. And the “Southeast myself if my presence as director Reed, founder and artistic Asian” content was not merely was really necessary. So much had director of Shadowlight Produc- visual, for an important feature of CSEAS Panorama (Vol. XII) is published been accomplished in my absence tions and one of the few the production was the music annually by the Center Americans trained in wayang kulit, provided by the University of for Southeast Asian that I really felt quite dispensable! Studies at the or shadow puppetry, to spend a Hawai‘i Balinese Gamelan University of Hawai‘i. I would like to express my deep gratitude to Acting Director semester in Hawai‘i. Larry and Ensemble directed by a second For more information about the program, Kirstin Pauka (Professor, Asian Kirstin worked with students in artist-in-residence, Balinese please visit the Theatre and Dance to produce a puppet master, I Nyoman Center’s website at Theatre), Associate Director Paul www.hawaii.edu/cseas Rausch, and our graduate assis- memorable and innovative Sumandhi.
    [Show full text]
  • The Cultural Traffic of Classic Indonesian Exploitation Cinema
    The Cultural Traffic of Classic Indonesian Exploitation Cinema Ekky Imanjaya Thesis submitted for the degree of Doctor of Philosophy University of East Anglia School of Art, Media and American Studies December 2016 © This copy of the thesis has been supplied on condition that anyone who consults it is understood to recognise that its copyright rests with the author and that use of any information derived there from must be in accordance with current UK Copyright Law. In addition, any quotation or extract must include full attribution. 1 Abstract Classic Indonesian exploitation films (originally produced, distributed, and exhibited in the New Order’s Indonesia from 1979 to 1995) are commonly negligible in both national and transnational cinema contexts, in the discourses of film criticism, journalism, and studies. Nonetheless, in the 2000s, there has been a global interest in re-circulating and consuming this kind of films. The films are internationally considered as “cult movies” and celebrated by global fans. This thesis will focus on the cultural traffic of the films, from late 1970s to early 2010s, from Indonesia to other countries. By analyzing the global flows of the films I will argue that despite the marginal status of the films, classic Indonesian exploitation films become the center of a taste battle among a variety of interest groups and agencies. The process will include challenging the official history of Indonesian cinema by investigating the framework of cultural traffic as well as politics of taste, and highlighting the significance of exploitation and B-films, paving the way into some findings that recommend accommodating the movies in serious discourses on cinema, nationally and globally.
    [Show full text]
  • Analisis Semiotika Pesa Setan Seri Pert Jurusan Komuni Fakultas Institut Aga Isis Semiotika Pesan Dakwah Dalam Film Pengabd Seta
    ANALISIS SEMIOTIKA PESAN DAKWAH DALAM FILM PENGABDI SETAN SERI PERTAMA KARYA JOKO ANWAR SKRIPSI Oleh : ZIAN NABILA NIM : 211014022 Pembimbing Dr. M. Irfan Riyadi, M. Ag 196601102000031001 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO 2018 ABSTRAK Nabila, Zian. 2018. Analisis Semiotika Pesan Dakwah Dalam Film Pengabdi Setan Seri Pertama Karya Joko Anwar. Skripsi. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Islam (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Dr. M. Irfan Riyadi, M. Ag. Kata kunci : Film Pengabdi Setan, Semiotika, Pesan Dakwah. Di zaman modern seperti sekarang ini memang tidak bisa lepas dari media massa. Media massa menjadi fenomena dan trend tersendiri yang cukup menarik serta mempunyai ciri khas masing-masing dalam menyampaikan berbagai pesan dan informasi. Dari sekian banyak media massa, film merupakan media massa yang digandrungi oleh banyak kalangan, sebab ia merupakan audio visual yang dapat dinikmati di manapun dan kapan pun saja. Selain itu, film juga sebagai media dakwah yang sangat efektif, karena memiliki banyak keuntungan yang bisa dicapai. Salah satunya adalah film pengabdi setan karya Joko Anwar. Film tersebut memperingatkan kepada penonton tentang bagaimana seharusnya cara menjalani sebuah kehidupan yang benar sesuai dengan ajaran Islam. Adapun penggambaran yang paling menonjol dalam film ini adalah mengenai perbuatan syirik (menyekutukan Allah). Dalam penelitian ini masalah yang diteliti adalah (1) Bagaimana makna denotasi, konotasi, dan mitos dalam film pengabdi setan, (2) Pesan dakwah apa saja yang terkandung dalam film pengabdi setan. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dengan metode semiotika, maksudnya penulis meneliti film pengabdi setan dengan menganalisis simbol-simbol, dalam hal ini pesan-pesan dakwah yang terkandung di dalamnya, baik dalam makna denotatif, konotatif maupun mitos.
    [Show full text]
  • Reconfiguring Ideal Masculinity: Gender Politics in Indonesian Cinema
    Reconfiguring Ideal Masculinity: Gender Politics in Indonesian Cinema Evi Eliyanah A thesis submitted for the degree of Doctor of Philosophy Australian National University February 2019 © Copyright Evi Eliyanah All Rights Reserved I declare that the work presented in this thesis is my own. Where information has been derived from other sources, I confirm that this has been indicated in the thesis. Signed: 12 February 2019 Word Count: 77,081 Two roads diverged in a wood, and I— I took the one less travelled by, And that has made all the difference. Robert Frost, The Road Not Taken For Fadli. Thanks for being with me in travelling the less trodden path. Acknowledgements Praise to Allah, the Lord Almighty that I can finally get to the end of the tunnel. This thesis will never be in its final version without the constant support, confidence, and intellectually rigorous feedback and inspiration from my supervisor: Prof Ariel Heryanto. He was the one who convinced me that I could do a PhD, something previously unthinkable. He was also the one who convinced me to work in an area which I had never trodden before: masculinities. But, Robert Frost said that the road less travelled has ‘made all the difference’. It did and will always do so. My most sincere appreciation also goes to my two other highly supportive supervisors: Dr Ross Tapsell and Dr Roald Maliangkaij. Their confidence in me, intellectual insights and support have helped me build my self-confidence. They are just exceptionally kind and supportive. I would also like to thank Prof Kathryn Robinson for countless hours of fruitful discussion on masculinities in Indonesia and theories of masculinities.
    [Show full text]
  • Network Films: a Global Genre?
    Network Films: a Global Genre? Vivien Claire Silvey December 2012 A thesis submitted for the degree of Doctor of Philosophy of The Australian National University. ii This thesis is solely my original work, except where due reference is given. iii Acknowledgements I am extremely grateful for all the time and effort my dear supervisor Cathie Summerhayes has invested throughout this project. Her constant support, encouragement, advice and wisdom have been absolutely indispensable. To that master of words, puns and keeping his hat on during the toughest times of semester, Roger Hillman, I extend profound gratitude. Roger‟s generosity with opportunities for co-publishing, lecturing and tutoring, and enthusiasm for all things Turkish German, musical and filmic has been invaluable. For all our conversations and film-loans, I warmly say to Gino Moliterno grazie mille! I am indebted to Gaik Cheng Khoo, Russell Smith and Fiona Jenkins, who have provided valuable information, lecturing and tutoring roles. I am also grateful for the APA scholarship and for all the helpful administration staff in the School of Cultural Inquiry. At the heart of this thesis lies the influence of my mother Elizabeth, who has taken me to see scores of “foreign” and “art” films over the years, and my father Jerry, with whom I have watched countless Hollywood movies. Thank you for instilling in me a fascination for all things “world cinema”, for your help, and for providing a caring home. To my gorgeous Dave, thank you for all your love, motivation, cooking and advice. I am enormously honoured to have you by my side.
    [Show full text]
  • INTERVIEW: JOKO ANWAR for This Edition of IMAJI, We Conducted a Deep Interview with Joko Anwar, Had a Peek at His Childhood
    INTERVIEW: JOKO ANWAR For this edition of IMAJI, we conducted a deep interview with Joko Anwar, had a peek at his childhood and reviewed his creative processes in filmmaking. Joko Anwar is a household name in Indonesia, well-known to the public as one of the country’s celebrated film directors. His movies include Janji Joni (2005), Modus Anomali (2012), Pintu Terlarang (2009), and Perempuan Tanah Jahanam (2019). (Source: www.instagram.com/jokoanwar ) What happened in your youth that made you to want to be a filmmaker? I was born and raised in an environment not conducive for a kid to learn and grow. All my life lessons I got from watching films. I became very familiar with movie theaters from since I was 5 and went to watch movies by myself from since I was 7. When I came to know that films had somebody who made them, at around 10, that was when I decided I wanted to be a filmmaker. Today, people can learn to make films by watching audiovisual products on YouTube. What are the fundamental requirements to be a filmmaker in your view? A movie provides a rewarding viewing experience if it successfully makes the audience want to willingly enter the universe constructed by the filmmaker and follow each character’s journey. I am convinced only a filmmaker with a rich life perspective can do this. A filmmaker does not have to be wise nor know the answer to all life’s questions, but rather understands that people learn from peeking into somebody else’s life.
    [Show full text]
  • Risalah Sidang V 6-Februari-08.Pdf
    MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 29/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN [PASAL 1 ANGKA 4, PASAL 33 AYAT (1), (2), (3), (4), (5), (6),(7), PASAL 34 AYAT(1), (2), (3), PASAL 40 DAN PASAL 41 AYAT (1) HURUF B] TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945 ACARA PEMBUKTIAN MENONTON FILM, MENDENGARKAN KETERANGAN SAKSI DAN AHLI DARI PEMOHON, PIHAK TERKAIT TIDAK LANGSUNG (KONFIDEN, IKJ DAN DKJ) (V) J A K A R T A RABU, 6 FEBRUARI 2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 29/PUU-V/2007 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1992 Tentang Perfilman [Pasal 1 Angka 4, Pasal 33 Ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6),(7), Pasal 34 Ayat (1), (2), (3), Pasal 40 dan Pasal 41 Ayat (1) Huruf B] terhadap Undang- Undang Dasar 1945 PEMOHON Annisa Nurul Shanty. K, Muhammad Rivai Riza, Nur Kurniati Aisyah Dewi, Lalu Rois Amriradhiani, Tino Saroengallo ACARA Pembuktian Menonton Film, Mendengarkan Keterangan Saksi Dan Ahli Dari Pemohon, Pihak Terkait Tidak Langsung (Konfiden, IKJ dan DKJ) (V) Rabu, 6 Februari 2008, Pukul 09.00 – 13.47 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. (Ketua) 2) Prof. Dr. H.M. Laica Marzuki, S.H. (Anggota) 3) Prof. H. Abdul Mukthie Fadjar, S.H., M.S. (Anggota) 4) H. Achmad Roestandi, S.H. (Anggota) 5) Dr. Harjono, S.H., M.CL (Anggota) 6) Prof. H.A.S Natabaya, S.H., LL.M (Anggota) 7) Maruarar Siahaan, S.H.
    [Show full text]
  • Analisis Perkembangan Film Komedi Indonesia
    Journal of Communication (Nyimak) Vol. 1, No. 2, September 2017, pp. 189-195 P-ISSN 2580-3808, E-ISSN 2580-3832 Analisis Perkembangan Film Komedi Indonesia Rizky Hafiz Chaniago Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan Universiti Kebangsaan Malaysia, Malaysia Email: [email protected] ABSTRAK Dalam sejarah perfilman Indonesia, film komedi mulai muncul pada dasawarsa 1950-an, bersamaan dengan diproduksinya film nasional pertama yang disutradarai Nya’ Abbas Akup. Film komedi Indonesia paling banyak diproduksi pada 1980-an dan sebagian besar dibintangi oleh grup yang menamai dirinya Warkop DKI. Dalam perkembangannya, film komedi di era 2000-an terbagi menjadi beberapa genre. Tulisan ini memaparkan sejarah perkembangan film komedi di Indonesia dalam tiga periode: era klasik (1960- 1970), era pertengahan (1980-1990) dan era milenium (2000-hingga kini). Kata Kunci: Perfilman Indonesia, komedi, sejarah film komedi Indonesia ABSTRACT In the history of Indonesian cinema, comedy films began appearing in the 1950s, along with the production of the first national film directed by Nya’ Abbas Akup. Indonesian comedy films were mostly produced in the 1980s and mostly starred by a group calling itself Warkop DKI. In its development, comedy films in the 2000s were divided into several genres. This paper describes the history of the development of comedy films in Indonesia in three periods: classical era (1960-1970), middle era (1980-1990) and millennium era (2000-up to present). Keywords: Indonesian movie, comedy, history of Indonesian comedy PENDAHULUAN Setelah beberapa kali mengalami fase jatuh-bangun, dunia perfilman komedi Indonesia kembali menemukan momentum kebangkitannya pada tahun 2000-an melalui film komedi bernuansa remaja. Beberapa film komedi yang menuai sukses tersebut antara lain Janji Joni, Get Married, 5 Sehat 4 Semputna, Tarix Jabrix dan lain-lain.
    [Show full text]
  • Program Magister Ilmu Religi Dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
    PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI MEMANDANG LAKI-LAKI DALAM FILM KOMEDI DEWASA: Analisis Visual Quickie Express dengan Perspektif Psikoanalisis Thesis Untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Magister Humaniora (M.Hum.) di Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Oleh: Maria Dovita 096322006 PROGRAM MAGISTER ILMU RELIGI DAN BUDAYA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa thesis berjudul: “Memandang Laki-Laki dalam Film Komedi Dewasa: Analisis Visual Quickie Express dengan Perspektif Psikoanalisis” merupakan hasil karya dan penelitian saya pribadi. Di dalam thesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Peminjaman karya sarjana lain adalah semata-mata untuk keperluan ilmiah sebagaimana diacu secara tertulis di dalam catatan kaki dan daftar pustaka. Yogyakarta, September 2013 Maria Dovita iii PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Nama : Maria Dovita NIM : 096322006 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya
    [Show full text]
  • Analisis Semiotik Film Biola Tak Berdawai Konsentrasi
    ANALISIS SEMIOTIK FILM BIOLA TAK BERDAWAI Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh : Aminah Tuzahra NIM : 107051102738 KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, Agustus 2011 Aminah Tuzahra ABSTRAK Aminah Tuzahra 107051102738 Analisis Semiotik Film Biola Tak Berdawai Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia memerlukan komunikasi untuk kelangsungan hidupnya. Film merupakan suatu medium ekspresi dan komunikasi. Media film memiliki keampuhan yang besar untuk mempengaruhi publik. Publik seakan menyaksikan langsung, bahkan seolah-olah ikut terlibat pada peristiwa yang terjadi dalam sebuah film. Film yang menjadi objek penelitian ini adalah film Biola Tak Berdawai (BTB), garapan sutradara Sekar Ayu Asmara. Film BTB mengisahkan tentang kasih sayang dan ketulusan seorang wanita terhadap anak-anak asuhnya yang menderita berbagai macam kelainan sejak lahir, salah satunya seorang anak yang terlahir dengan jaringan otak yang rusak berat, autisme, tuna wicara dan tuna daksa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna denotasi, konotasi dan mitos yang terdapat dalam film BTB.
    [Show full text]
  • Projects > Projects 2005 > Love for Share Introduction the Holy Koran
    You are Here: Projects > Projects 2005 > Love for Share Introduction The holy Koran states that a man can marry two, three or four women if he can conduct a fair marriage and treat his wives equally. However, as love is abstract and indivisible, can there ever be fairness in polygamy? By interweaving the stories of women coming from the Arab-Indonesian elite, the petite- bourgeois Chinese community, and a grassroots Javanese household respectively, the film explores the cultural, economic and emotional factors behind the revival of polygamy in modern Indonesia, a social phenomenon which is a side effect of recent political changes. Page 1 / 4 Director Nia DINATA was born in 1970 in Jakarta, Indonesia. She majored in Mass Communications at Elizabethtown College, Pennsylvania, and went on to study film production at New York University. Her debut feature, Ca-bau-kan (“The Courtesan”) is a colossal epic made in 2001. The first film to revolve around the Chinese community in post-reform Indonesia, it won Best Director and Best Art Direction at the Asia Pacific Film Festival 2002 in Seoul. It was also shortlisted for the Oscars' foreign film section. Dinata's second directorial feature Arisan! (2003) is a satirical comedy based on a screenplay which she co-wrote with Joko Anwar. Its spot-on portrayal of Indonesia's gay scene and urban smart set drew attention worldwide, receiving invitations to some 20 festivals, such as Vancouver IFF, Pusan IFF, Singapore IFF and Asian American Film Festival, NY. It won Best Film, Best Editing, Best Actor, Best Supporting Actress and Actor at the 2004 Indonesian Film Festival.
    [Show full text]
  • Bab I Pendahuluan
    Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diera globalisasi saat ini kebutuhan informasi sudah menjadi kebutuhan pokok bagi semua manusia, hal ini terjadi seiring dengan hadirnya beragam penemuan baru dalam bidang teknologi komunikasi. Dalam perkembangan komunikasi, media komunikasi merupakan sosok penting dalam menyebarkan informasi yang dibutuhkan kepada masyarakat luas. Dengan berkembangnya informasi saat ini membuat masyarakat menjadi mudah dalam melakukan pertukaran informasi di manapun dan kapanpun. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata Latin communicati, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maskudnya adalah sama makna. (Effendy, 2007, 9). Sedangkan menurut Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid dalam (Wiryanto, 2004, h. 6) menyatakan komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi anatara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam. Komunikasi massa adalah pesan yang disampaikan melalui media pada sejumlah orang (Rakhmat, 2003, h. 188). Diera globalisasi saat ini komunikasi massa semakin berkembang dengan pesat seiring dengan majunya teknologi komunikasi dan infomasi, hal ini ditandai dengan ditemukan media komunikasi baru seperti televisi, radio, telepon, komputer, dan satelit yang menyebabkan penyebaran informasi menjadi semakin cepat. Media massa menjadi sebuah medium, tempat di mana proses komunikasi berlangsung. media massa merupakan sarana penyampaian komunikasi dan informasi secara massal dan dapat di akses oleh masyarakan secara luas (Tamburka, 2012, h. 13). Dengan adanya perkembangan media ini menjadikan satu individu dengan individu lainnya saling terhubung satu sama lain, bahkan hingga ke belahan bumi manapun dan pada saat itu pun terjadi pertukaran informasi melalui media cetak dan elektronik dengan waktu yang sangat cepat.
    [Show full text]