Analisis Semiotik Film Biola Tak Berdawai Konsentrasi

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Analisis Semiotik Film Biola Tak Berdawai Konsentrasi ANALISIS SEMIOTIK FILM BIOLA TAK BERDAWAI Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh : Aminah Tuzahra NIM : 107051102738 KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, Agustus 2011 Aminah Tuzahra ABSTRAK Aminah Tuzahra 107051102738 Analisis Semiotik Film Biola Tak Berdawai Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia memerlukan komunikasi untuk kelangsungan hidupnya. Film merupakan suatu medium ekspresi dan komunikasi. Media film memiliki keampuhan yang besar untuk mempengaruhi publik. Publik seakan menyaksikan langsung, bahkan seolah-olah ikut terlibat pada peristiwa yang terjadi dalam sebuah film. Film yang menjadi objek penelitian ini adalah film Biola Tak Berdawai (BTB), garapan sutradara Sekar Ayu Asmara. Film BTB mengisahkan tentang kasih sayang dan ketulusan seorang wanita terhadap anak-anak asuhnya yang menderita berbagai macam kelainan sejak lahir, salah satunya seorang anak yang terlahir dengan jaringan otak yang rusak berat, autisme, tuna wicara dan tuna daksa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna denotasi, konotasi dan mitos yang terdapat dalam film BTB. Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Karena sebuah film pada dasarnya bisa melibatkan bentuk- bentuk simbol visual dan linguistik untuk mengkodean pesan yang sedang disampaikan. Untuk itu, penulis menggunakan teori semiotik dalam penelitian ini dengan model Roland Barthes. Barthes mengembangkan semiotik menjadi dua tingkatan pertandaan, yaitu denotasi dan konotasi yang menghasilkan makna eksplisit untuk memahami makna yang terkandung dalam film ini. Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai „mitos‟ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Film BTB, memiliki makna denotasi sebagai film yang menggambarkan anak-anak yang mempunyai kelainan sejak lahir, salah satunya seorang anak yang memiliki jaringan otak yang rusak berat, autisme, dan tuna daksa. Mereka sering dianggap tidak berguna oleh lingkungannya. Sedangkan makna konotasinya, anak-anak yang memiliki jaringan otak yang rusak berat, autisme dan juga tuna daksa. Anak tersebut tidak pernah merespon pembicaraan dan mengeluarkan kata- kata apapun. Hal ini diibaratkan seperti biola tak berdawai, tidak bisa dimainkan dan tidak bisa menghasilkan nada-nada yang indah. Film yang tergolong kedalam film verbal ini menegaskan mitos, bahwa manusia memerlukan komunikasi dalam kehidupan. Karena manusia adalah makhluk sosial, baik itu komunikasi verbal maupun nonverbal sangat dibutuhkan. KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, pemilik alam semesta. Alangkah tak berdayanya semua makhluk dihadapan-Mu, Dzat yang Maha Kuasa, Dzat yang Maha Mengatur, sehingga dengan Rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai nabi akhir zaman yang menjadi suri teladan bagi seluruh umat manusia. Tahap demi tahap dengan selalu memohon ridlo kepada Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, dengan didukung oleh berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibuku tercinta, Fathiyah Duryad Reso Radin dan almarhum bapakku, Muslim Salimin, atas segala ridlo dan ketangguhannya mendidikku. Ini bukan akhir perjalanan hidupku untuk membahagiakan kalian. 2. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi; Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pembantu Dekan I; Bapak Drs. Mahmud Djalal, M.A selaku Pembantu Dekan II; serta Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pembantu Dekan III. 3. Bapak Dr. Suhaimi, M.Si, selaku Dosen pembimbing yang telah banyak memberikan waktu, motivasi, do‟a dan ilmu kepada penulis. 4. Ibu Rubiyanah, M.A, selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik, beserta Ibu Ade Rina Farida, M.Si, selaku Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik. 5. Seluruh Dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Kepada Ibu Sekar Ayu Asmara, selaku sutradara film Biola Tak Berdawai, yang banyak membantu demi terselesaikannya skripsi ini. 7. Kepada kru Kalyana Shira Film, atas segala bantuan dan partisipasinya. 8. Keluargaku tercinta, Siti Widiyastuti Muslim, Arif Rahman Muslim, MF Amin Fauzi Muslim, Hasan Alwi Muslim, M. Lutfi Muslim, Sholahuddin Muslim, Husni Mubarok Muslim, Yuyun Nazili, dan Ayu Irawati Wulandari, serta kedua keponakanku, Savira Layyina Rizqa dan Vara Lubhna Aghnia. Terima kasih atas segala dukungan kepada penulis, baik moril maupun materil. 9. Segenap karyawan perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 10. Segenap guru SDN Dukuh 09 Pagi Jak-Tim, MTs NU Banat Kudus Ja- Teng, dan MAK Futuhiyyah-1 Mranggen Ja-Teng yang turut membantu demi terselesaikannya skripsi ini. 11. Teman-teman Jurnalistik angkatan 2007: Ika, Cahya, Mawa, Zahro, Ririn, Zabrina, Yanti, Dita, Nana, Nunu, Sintia, Lola, Nia, Silvi, Nadia, Andi, Wahyu, Ajat, Iqbal, Miral, Kiki, Helmi, Taufik, Rezza, Munir, Dodo, Nujumul, Fajar, Iman, Era dan Zainal. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini. Spesial untuk Ahmad Syafiul Alam, yang telah banyak membantu, meluangkan waktu, dan memberikan motivasi. Serta rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala dukungan dan perhatian kalian. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis. Jakarta, Agustus 2011 Penulis DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK……………………………………………………………. i KATA PENGANTAR………………………………………………… ii DAFTAR ISI………………………………………………………….. v DAFTAR TABEL…………………………………………………….. vi DAFTAR GAMBAR…………………………………………………. vii BAB I PENDAHULUAN……………………………………………. 1 A. Latar Belakang Masalah………………………………… 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………….. 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………. 4 D. Metodologi Penelitian…………………………………… 5 E. Tinjauan Kepustakaan…………………………………... 7 F. Sistematika Penulisan…………………………………… 8 BAB II TINJAUAN TEORITIS…………………………………….. 10 A. Tinjauan Teoritis tentang Film…………………………. 10 B. Tinjauan Teoritis Semiotik……………………………… 28 1. Konsep Semiotik…………………………………….. 28 2. Konsep Semiotik Roland Barthes…………………… 34 C. Tinjauan Teoritis Komunikasi Nonverbal……………… 39 BAB III GAMBARAN UMUM FILM BIOLA TAK BERDAWAI... 48 A. Profil Sutradara Film…………………………………… 48 B. Profil Pemain Film……………………………………… 49 C. Sinopsis Film……………………………………………. 51 BAB VI DATA DAN HASIL PENELITIAN………………………... 55 A. Analisis Makna Judul Film Biola Tak Berdawai………… 55 B. Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos dalam Film Biola Tak Berdawai……………………………………… 60 BAB V PENUTUP…………………………………………………… 86 A. Kesimpulan……………………………………………… 86 B. Saran…………………………………………………….. 87 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 88 LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………… 90 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 : Trikotomi Ikon/ Indeks/ Simbol dari Charles Sanders Pierce 32 Tabel 2 : Peta Tanda Roland Barthes………………………... 37 Tabel 3 : Scene 2……………………………………………... 60 Tabel 4 : Scene 5……………………………………………… 63 Tabel 5 : Scene 8……………………………………………… 66 Tabel 6 : Scene 10…………………………………………….. 69 Tabel 7 : Scene 24…………………………………………….. 71 Tabel 8 : Scene 25…………………………………………….. 73 Tabel 9 : Scene 40…………………………………………….. 76 Tabel 10: Scene 41…………………………………………….. 79 Tabel 11: Scene 62……………………………………………. 81 Tabel 12: Scene 73……………………………………………. 83 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 : Mbak Wid Bermain Kartu Tarot……………….. 61 Gambar 2 : Renjani akan Menghadiri Acara Pemakaman…. 63 Gambar 3 : Renjani dan Dewa Berjalan-jalan di Pematang Sawah 66 Gambar 4 : Renjani Berbincang dengan Mbak Wid……….. 69 Gambar 5 : Renjani Menari Ballet untuk Dewa……………. 71 Gambar 6 : Mbak Wid Bermain Kartu Tarot………………. 74 Gambar 7 : Renjani Berbincang dengan Bhisma…………... 77 Gambar 8 : Renjani Menari Ballet Diiringi Alunan Biola Bhisma 79 Gambar 9 : Mbak Wid Bermain Kartu Tarot………………. 81 Gambar 10: Bhisma dan Dewa ke Pusara Makam Renjani… 83 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah komunikasi digunakan dalam arti yang sangat luas untuk menampung semua prosedur yang bisa digunakan oleh satu pikiran untuk mempengaruhi pikiran lain. Adapun tujuan dari komunikasi adalah sebagai suatu usaha untuk mempengaruhi tingkah laku sasaran (tujuan) komunikasi (atau penerima pesan).1 Pada dasarnya, kegiatan komunikasi sehari-hari manusia tidak hanya menggunakan komunikasi verbal saja, namun komunikasi non verbal juga diperlukan. Karena dalam mempersepsikan manusia, kita tidak hanya lewat bahasa verbal, namun juga melalui prilaku non verbalnya. Komunikasi
Recommended publications
  • Program Magister Ilmu Religi Dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
    PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI MEMANDANG LAKI-LAKI DALAM FILM KOMEDI DEWASA: Analisis Visual Quickie Express dengan Perspektif Psikoanalisis Thesis Untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Magister Humaniora (M.Hum.) di Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Oleh: Maria Dovita 096322006 PROGRAM MAGISTER ILMU RELIGI DAN BUDAYA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa thesis berjudul: “Memandang Laki-Laki dalam Film Komedi Dewasa: Analisis Visual Quickie Express dengan Perspektif Psikoanalisis” merupakan hasil karya dan penelitian saya pribadi. Di dalam thesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Peminjaman karya sarjana lain adalah semata-mata untuk keperluan ilmiah sebagaimana diacu secara tertulis di dalam catatan kaki dan daftar pustaka. Yogyakarta, September 2013 Maria Dovita iii PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Nama : Maria Dovita NIM : 096322006 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya
    [Show full text]
  • Projects > Projects 2005 > Love for Share Introduction the Holy Koran
    You are Here: Projects > Projects 2005 > Love for Share Introduction The holy Koran states that a man can marry two, three or four women if he can conduct a fair marriage and treat his wives equally. However, as love is abstract and indivisible, can there ever be fairness in polygamy? By interweaving the stories of women coming from the Arab-Indonesian elite, the petite- bourgeois Chinese community, and a grassroots Javanese household respectively, the film explores the cultural, economic and emotional factors behind the revival of polygamy in modern Indonesia, a social phenomenon which is a side effect of recent political changes. Page 1 / 4 Director Nia DINATA was born in 1970 in Jakarta, Indonesia. She majored in Mass Communications at Elizabethtown College, Pennsylvania, and went on to study film production at New York University. Her debut feature, Ca-bau-kan (“The Courtesan”) is a colossal epic made in 2001. The first film to revolve around the Chinese community in post-reform Indonesia, it won Best Director and Best Art Direction at the Asia Pacific Film Festival 2002 in Seoul. It was also shortlisted for the Oscars' foreign film section. Dinata's second directorial feature Arisan! (2003) is a satirical comedy based on a screenplay which she co-wrote with Joko Anwar. Its spot-on portrayal of Indonesia's gay scene and urban smart set drew attention worldwide, receiving invitations to some 20 festivals, such as Vancouver IFF, Pusan IFF, Singapore IFF and Asian American Film Festival, NY. It won Best Film, Best Editing, Best Actor, Best Supporting Actress and Actor at the 2004 Indonesian Film Festival.
    [Show full text]
  • 78 BAB II DESKRIPSI FILM A. Film Tiga Dara Tiga Dara Adalah
    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II DESKRIPSI FILM A. Film Tiga Dara Tiga Dara adalah sebuah film bergenre komedi musikal yang dirilis tahun 1957. Film ini dibintangi oleh Chitra Dewi, Mieke Widjaja, dan Indriati Iskak. Tiga Dara merupakan film karya Usmar Ismail yang diproduksi untuk Perusahaan Film Nasional (Perfini). Film ini dianggap sebagai film klasik perfilman Indonesia yang tak lekang oleh waktu, karena tema yang diangkat masih relevan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini(Wikipedia, diakses pada 3 Agustus 2018). Setelah dirilis pada bulan Agustus 1957, film ini memperoleh ketenaran yang tinggi dan masuk di beberapa bioskop kelas satu. Tiga Dara menjadi film Perfini paling menguntungkan dengan penjualan tiket sebesar 10 juta rupiah, atau keuntungan sebesar tiga juta rupiah(tirto.id, diakses pada 3 Agustus 2018). Namun, Usmar Ismail merasa tidak sejalan dengan hal tersebut, karena Tiga Dara nyatanya ditujukan untuk kepentingan komersial. Tiga Dara tampil di Festival Film Venesia 1959 dan meraih Tata Musik Terbaik di Festival Film Indonesia 1960(Wikipedia, diakses pada 3 Agustus 2018). Pada tahun 2015, negatif-negatif selulosa asetat untuk film Tiga Dara mengalami rusak berat karena robek, jamur, atau ada bagian yang hilang. Untuk memperbaikinya demi generasi mendatang, SA Films memutuskan bahwa film commit to user Tiga Dara direstorasi oleh Laboratorium L’immagine Ritrovata di Bologna. 78 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Restorasi tersebut meliputi penyusunan kembali adegan yang hilang dari salinan film yang ada dan penghilangan debu dan jamur. Restorasi dimulai pada awal 2015 dan selesai pada 8 Oktober 2015. Restorasi film Tiga Dara kemudian dialihkan ke resolusi 4K dan ditayangkan kembali di bioskop Indonesia pada 11 Agustus 2016(Wikipedia, diakses pada 3 Agustus 2018).
    [Show full text]
  • Potret Perjuangan Perempuan Dalam Menghadapi Ketidakadilan Yang Direpresentasikan Dalam Film Perempuan (Analisis Wacana Perjuangan Perempuan Dalam Film Perempuan
    Potret Perjuangan Perempuan Dalam Menghadapi Ketidakadilan Yang Direpresentasikan Dalam Film Perempuan (Analisis Wacana Perjuangan Perempuan Dalam Film Perempuan “Perempuan Punya Cerita”) Oleh: Muhammad Fanny Ikhsan D 0205096 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i ABSTRAK Muhammad Fanny Ikhsan, D0205096, Potret Perjuangan Perempuan Menghadapi Ketidakadilan Yang Direpresentasikan Dalam Film (Analisis Wacana Perjuangan Perempuan Menghadapi Ketidakadilan Yang Direpresentasikan Dalam Film Perempuan “Perempuan Punya Cerita”), 153 halaman. Film Perempuan adalah film yang dibuat oleh perempuan, untuk perempuan, dan ditujukan untuk perempuan. Film perempuan menggambarkan perempuan yang menjadi korban dari adanya diskriminatif dalam lingkungannya. Namun perempuan tersebut berusaha bangkit dengan caranya sendiri agar tidak menjadi lebih terpuruk. Secara umum, penelitian ini untuk mengetahui bagaimana wacana representasi perempuan dalam mengatasi ketidakberdayaan dalam film “Perempuan Punya Cerita”. Secara khusus, penelitian ini untuk mengetahui bagaimana wacana kondisi ketidakberdayaan perempuan dalam film “Perempuan Punya Cerita”, faktor-faktor apa yang menyebabkan ketidakberdayaan perempuan, bagaimana cara perempuan mengatasi kasus, dan bagaimana kondisi perempuan setelah berusaha mengatasi kasus. Metodologi yang penulis
    [Show full text]
  • Bab Iii Tinjauan Umum Perfilman Indonesia
    BAB III TINJAUAN UMUM PERFILMAN INDONESIA 1.1 PENGERTIAN FILM Secara harfiah, film merupakan cinematographie yang berasal dari kata cinema (gerak), tho atau phytos (cahaya), dan graphie atau grhap (tulisan, gambar, citra). Berdasarkan kata-kata tersebut, secara keseluruhan film memiliki pengertian sebagai melukis gerak dengan cahaya dengan menggunakan alat khusus, yaitu kamera.( http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsur-film.html diakses 16 Oktober 2015) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film memiliki dua arti, yaitu sebagai selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan dalam bioskop) dan lakon (cerita) gambar hidup.( http://kbbi.web.id/film diakses 16 Oktober 2015) Menurut sumber lain, yaitu UU Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman bahwa film memiliki definisi sebagai karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan.( http://dilihatya.com/2959/pengertian-film-menurut- para-ahli-adalah diakses 16 Oktober 2015) Dewasa ini, pengertian film juga dapat dikategorikan sebagai salah satu jenis kesenian. Hal tersebut dikarenakan dalam sebuah film dapat ditemukan berbagai jenis seni yang direkam, misalnya seni peran, seni musik, seni tari, dan lain sebagainya.( https://ratnami2.wordpress.com/mengenal-lebih-jauh-pengertian-film/ diakses 16 Oktober 2015) 1.2 UNSUR-UNSUR DALAM INDUSTRI FILM Proses
    [Show full text]
  • Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010
    Poligami Dalam Film Berbagi Suami (Analisis Semiotik Potret Poligami dalam masyarakat dengan latar belakang ekonomi dan sosial yang berbeda dalam Film “Berbagi Suami”) Oleh: Octavianus Wahyu Tri Utomo NIM : D 1205566 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Secara sederhana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia manusia berarti “mahluk yang berakal budi (mampu menguasai mahluk lain)”. Manusia sendiri mempunyai tiga roh dibandingkan dengan mahluk yang lain, karena memiliki roh yang lengkap itu manusia menjadi besar, berkembang biak, bernafsu, bernaluri, bergerak, bertindak, berpikir juga berkehendak. Manusia sendiri terdiri dari laki-laki dan perempuan. Perempuan digambarkan sebagai sosok yang lembut, labil, sensitif, lemah dan irasional. Sedangkan laki-laki sendiri digambarkan sebagai sosok yang tegas, kuat, dan rasional. Hal inilah yang membuat pengertian dalam masyarakat bahwa perempuan itu selalu dibawah laki-laki. Kita tak akan pernah paham aspek psikologi laki-laki dan perempuan, jika tidak mengakui bahwasanya perang gender telah berlangsung semenjak enam ribu tahun lalu. Enam ribu tahun yang lampau, patriarki menaklukan perempuan dan masyarakat mulai terorganisasi dalam dominasi laki-laki. Perempuan menjadi milik laki-laki, dan harus berterima kasih atas segala kebaikan hatinya. Namun tak akan pernah ada dominasi satu golongan terhadap yang lain, tanpa memicu timbulnya pemberontakan tanpa sadar, kemarahan, kebencian dan hasrat membalas dendam dalam diri orang-orang yang tertekan dan tertindas. Juga menciptakan rasa takut dan tidak aman dalam diri orang-orang yang menekan dan menindas. Pernyataan Erich Fromm dalam sebuah wawancara dengan majalah Italia, L’Epresso, 16 Februari 1975. Pernyataan ini mengungkapakan pemikiran mendasar tentang relasi problematis antara perempuan dan laki-laki.
    [Show full text]
  • ANALISIS SEMIOTIKA RASA KASIH SAYANG DALAM FILM GRAVE TORTURE Karya Sutradara Joko Anwar
    ANALISIS SEMIOTIKA RASA KASIH SAYANG DALAM FILM GRAVE TORTURE Karya Sutradara Joko Anwar Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.) Oleh MOHAMAD IQBAL ZULFAHMI NIM 109051000036 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436H/2014M ANALISIS SEMIOTIKA RASA KASIH SAYANG DALAM FILM GRAVE TORTURE Karya Sutradara Joko Anwar Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.) Oleh Mohamad Iqbal Zulfahmi NIM: 109051000036 Di Bawah Bimbingan Dosen, Ade Rina Farida, M.Si. NIP: 19770513 200701 2 018 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436H/2014M LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, November 2014 Mohamad Iqbal Zulfahmi i ABSTRAK Mohamad Iqbal Zulfahmi Analisis Semiotik Rasa Kasih Sayang dalam Film Grave Torture Karya Sutradara Joko Anwar Film Grave Torture merupaka film pendek yang menceritakan tentang seorang anak yang terkubur dan menyaksikan penyiksaan ayahnya.
    [Show full text]
  • Analisis Resepsi Khalayak Terhadap Isu Feminisme Dalam Film Ca Bau Kan
    ANALISIS RESEPSI KHALAYAK TERHADAP ISU FEMINISME DALAM FILM CA BAU KAN OLEH : ZULFITRI ALMAS 11.31.3785 SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI ALMAMATER WARTAWAN SURABAYA (STIKOSA AWS) 2016 ABSTRAK Film merupakan salah satu media komunikasi yang popular pada saat ini. Berbagai macam isi dari film bisa mempunyai makna yang berbeda bedabagi khalayak yang menikmatinya. Film Ca Bau Kan ini sendiri merupakan salah satu film yang bercerita tentang penindasan yang dialami oleh perempuan. Penindasan dan pelecehan yang terjadi tidak hanya dilakukan oleh suaminya saja, tetapi juga dilakukan oleh orang lain. Film ini menunjukkan karakter feminisme dari seorang perempuan yang tergolong feminis radikal. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pemaknaan mendalam mengenai isu feminisme dalam film CaBau Kan, dimana untuk mengetahui pemaknaan yang didapat dari para khalayak tentang segala bentuk feminisme radikal terhadap perempuan, maka digunakan metode analisis resepsi. Dengan metode ini, khalayak ditentukan dengan beberapa kriteria, data didapatkan dengan cara wawancara terpusat atau diskusi kelompok terfokus (Focus group Discussion). Hasil diskusi kelompok, disimpulkan bahwa sebagian besar khalayak, berada pada posisi negosiasi atau Negotiated position yang menilai makna yang ada dalam film tersebut dapat diterima, tetapi pada kondisi tertentu. Khalayak tidak setuju dengan segala bentuk penindasan yang dialami perempuan. Menurut khalayak penindasan terhadap perempuan tidak perlu terjadi, meskipun masih dalam sistem patriarki. Beberapa berada pada posisi
    [Show full text]
  • “Ca Bau Kan Sepenggal Kisah Dari Etnis Tionghoa” 1
    “CA BAU KAN SEPENGGAL KISAH DARI ETNIS TIONGHOA” 1. PENDAHULUAN 1.1 Biografi Nia Dinata Nia Dinata memiliki nama asli Nurkurniati Aisyah Dewi, lahir di Jakarta, 4 Maret 1970. Ia dikenal seorang seorang sutradara dan produser film muda nan kreatif. Awal karirnya sebagai sutradara berangkat dari pembuat video klip dan film iklan. Pada awal 2000, Nia kemudian mendirikan perusahaan film independen Kalyana Shira Film. Nia kemudian menjadi sutradara untuk film CA BAU KAN (2002) yang diangkat dari novel dengan judul sama karya novelis Remy Sylado. Film yang bersetting sejarah 1930-an, menceritakan kisah tokoh pejuang berkebangsaan Tionghoa dengan dibintangi oleh Ferry Salim dan Lola Amria. Berikutnya pada 2004, dia menyutradarai film ARISAN! dengan Surya Saputra, Cut Mini dan Tora Sudiro. Film ini mendapat banyak penghargaan, termasuk dari Festival Film Indonesia dan MTV Movie Awards. Sejumlah film yang disutradarai dan diproduseri Nia, di antaranya Berbagi Suami (2006), Janji Joni (2005) (produser), Ajang ajeng (2004), Arisan! (2003), Joni Be Brave (2003), Biola Tak Berdawai (2003) dan Ca Bau Kan (2002). Nia sendiri adalah cicit dari pahlawan nasional Otto Iskandardinata. Sedangkan ayahnya adalah pejabat Bank Nasional Indonesia 46 (BNI 46), Dicky Iskandar Dinata yang pada 21 Juni 2006 menerima vonis 20 tahun penjara. Sejak awal, dari masih kuliah, Nia memang bercita-cita menjadi filmmaker. Ia hobi nonton film dari kecil. Waktu kuliah, ia banyak menonton film dari negara-negara berkembang. Negara yang bisa dikatakan negara miskin, tapi bisa membuat film yang indah-indah dan menyentuh hati. Dari situ ia yakin menjadi filmmaker. Setelah itu ia mengambil sekolah film. Waktu kecil ia sama sekali tidak tahu apa-apa tentang dunia film.
    [Show full text]