Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan (IPLBI) 4, 015-020, Februari 2020 https://doi.org/10.32315/sem.4.015

Struktur Arsitektur Bangsal Ponconiti Kraton dan Nilai Budaya Jawa

Alwin Suryono

Korespondensi : [email protected]

Kelompok Keilmuan ‘Sejarah, Teori dan Falsafah Arsitektur‘ dan ‘Teknologi – Manajemen‘, Program Studi Arsitektur-Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Parahyangan.

Abstrak

Arsitektur Bangsal Ponconiti Kraton Yogyakarta berusia 264 tahun masih utuh dan tahan gempa besar menjadi isu utama. Tulisan ini mengungkap arsitektur-struktur bangsal dan nilai budayanya, dengan pendekatan Fenomenologi Arsitektur. Arsitektur-struktur bangsal dideskripsikan, diungkap maksud arsitektural/strukturalnya, lalu nilai2 Budaya Jawanya. Posisi bangsal pada sumbu Filosofis Kraton dapat dimaknai sebagai /Kraton sejajar Alam Semesta. Esensinya, relasi harmonis mikrokosmos−makrokosmos untuk kemakmuran dan ketenteraman dunia. Bangsal bujur sangkar- terbuka membentuk relasi harmonis Sultan−rakyat−alam sekitar, dan menyatukan pusat kekakuan struktur sekaligus pusat gaya lateral bangunan. Esensinya, relasi harmonis-seimbang Sultan terhadap Tuhan-sesama−alam (nilai Papat Kalima Pancer). Struktur utama (empat tiang utama, ring balok tumpang-sari) digantungi atap sekelilingnya, maka tiang utama memikul porsi terbesar beban atap keseluruhan. Atap sekeliling (pemberat) membantu kestabilan struktur utama terhadap gaya angin/gempa. Esensinya, Sultan (Wakil Tuhan di dunia) berkewajiban menanggung beban hidup rakyatnya (pendukungnya). Rangka kayu jati konstruksi purus-lubang melentur saat menahan beban lateral. Esensinya mengikuti alam–tidak menentangnya, sesuai budaya Nrimo.

Kata-kunci: harmonis, alam, struktur, lentur, nrimo.

Pendahuluan objek wisata budaya bagi turis lokal dan manca negara. Arsitektur museum kehidupan ini Pada era globalisasi ini khazanah tradisi Budaya berbasis Budaya Jawa. Sumbu Filosofis Kraton Lokal daerah kurang diminati untuk arsitektur (garis lurus penghubung Tugu-Kraton- masa kini, dibandingkan dengan khazanah Panggung Krapyak) menjadi acuan tata ruang arsitektur kontemporer seperti di negara-negara Kraton arah Utara-Selatan, bagian dari sumbu maju. Penyeragaman arsitektur global di atas Imajiner (Gunung Merapi-Kraton-Laut Selatan). tak lain akibat tekanan globalisasi yang tak terhindarkan. Berdasarkan banyak contoh di Bangsal Ponconiti, salah satu bangunan pada kota-kota besar Indonesia, identitas lokal daerah sumbu Filosofis, bergaya arsitektur Tradisional tidak terlihat/terasa, tergantikan oleh identitas Jawa Kraton, terdiri dari Bangunan Utama universal, baik aspek arsitektur maupun aspek (rangka kayu jati, terbuka, atap lawakan strukturnya. Ironisnya banyak bangunan baru lambang gantung) dikelilingi bangunan tersebut yang telah runtuh di usia mudanya. pendukung/tratag (rangka tiang besi, terbuka, atap perisai) pada sisi Utara, Timur dan Barat. Yogyakarta juga mengalami hal sama, Semula berfungsi sebagai pengadilan tertinggi bangunan non-Jawa telah muncul di mana- warga Yogyakarta dan keluarga Kraton (Sultan mana bahkan sampai ke desa-desa, walaupun sebagai hakim), kini bangsal ini masih utuh-asli memiliki Kraton sebagai pusat Budaya Jawa. seperti asalnya, hanya lapisan catnya saja yang Kraton Yogyakarta telah berusia 264 tahun telah diperbarui. Empat kali setahun digunakan masih utuh-berfungsi sampai kini, yaitu untuk untuk upacara Kraton (Sekaten dan Garebeg), tempat tinggal keluarga Kraton, untuk upacara- namun bagian tratag-nya setiap hari digunakan upacara Kraton/budaya, dan sehari-hari sebagai untuk tempat beristirahat pemandu wisata.

Kelompok Keahlian Teknologi Bangunan, SAPPK, Institut Teknologi Bandung Prosiding Seminar Struktur Dalam Arsitektur 2020 | 015 Kelompok Kerja Struktur Konstruksi IPLBI ISBN : xxxxx- E-ISBN : xxxxx Struktur Arsitektur Bangsal Ponconiti Kraton Yogyakarta dan Nilai Budaya Jawa Isunya, apakah keistimewaan arsitektur-struktur lokal, mulai bentukan arsitektur sampai detil bangsal Ponconiti, dan apa nilai Budaya konstruksinya. Jawanya, yang membuatnya bertahan hingga kini, mengingat Kraton telah beberapa kali Budaya Jawa diguncang gempa bumi besar. Minimal ada tiga wujud kebudayaan, yaitu Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan arsitektur sistem ide/nilai, sistem sosial dan sistem fisik, dan struktur bangsal Ponconiti Kraton Yogya- yang tidak terpisah satu dengan lainnya karta, lalu mengungkap keistimewaan struktur- (Koentjaraningrat 2015). Sistem ide/nilai akan konstruksinya, dan mengungkap esensi nilai mengarahkan sistem sosial, dan selanjutnya Budaya Jawanya. Hasil dari studi ini diharapkan akan menghasilkan sistem fisik. Dalam kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk hanya dibahas wujud nilai Budaya Jawa terkait desain arsitektur masa kini berdasar Budaya struktur arsitektur bangsal Ponconiti Kraton Jawa, baik aspek fisik (arsitektur, struktur) Yogyakarta, sebagai berikut. maupun aspek esensi nilai-nilainya, agar Budaya Sistem Ide/Nilai Budaya Jawa (Priyono, 2015; Jawa tetap lestari untuk arsitektur masa kini Endraswara, 2010) terkait struktur bangsal sekaligus sebagai indentitas arsitekturnya (tidak Ponoconiti sebagai berikut: perlu berkiblat ke negara-negara maju). 1) Hamemayu hayuning bawana atau menjaga kelestarian semesta (Kosmologi Budaya Jawa), Kajian Pustaka melalui kesejajaran dunia manusia Tulisan ini adalah tentang Struktur Bangsal (mikrokosmos) dengan alam semesta Ponconiti Kraton Yogyakarta dan Nilai Budaya (makrokosmos) untuk mencapai kemakmuran Jawa dengan pendekatan Teori Arsitektur dan dan ketentraman dunia. Kesejajaran Budaya Jawa. mikrokosmos­makrokosmos akan dilihat dalam arsitektur bangsal Ponconiti. Teori Arsitektur 2) Papat Kalima Pancer, yaitu sistem yang mencerminkan keunggulan pusat (Sultan), yang Arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia tetap ditopang oleh bagian-bagian tepinya pada dengan bahagia, baik ciptaan manusia atau 4 penjuru angin yang saling terkait. Esensi alami (Van Romondt, 1900-an), yang dapat maknanya akan dilihat dalam struktur bangsal dilihat melalui konsep fenomenologi dengan Ponconiti. prinsip "life-world" (arsitektur sebagai "filosofi 3) Sultan adalah Wakil Tuhan di dunia. Esensi yang menyata") (Husserl 1970). Arsitektur maknanya akan dilihat dalam struktur bangsal mengandung tiga lapis eksistensi, yaitu Ponconiti. eksistensi inderawi − tujuan − esensi 4) Nrimo (merasa puas dengan nasib dan (Sudaryono, 2017). Eksistensi inderawi meliputi kewajiban yang ada, tidak melawan, tetapi bentuk, susunan, material, warna, skala, bersyukur). Esensi maknanya akan dilihat dalam perilaku manusia. Eksistensi tujuan meliputi perilaku struktural konstruksi bangsal Ponconiti. konsep “apa” dan “mengapa”, termasuk aspek strukturnya. Aspek esensi adalah inti/hal pokok, Metode Penelitian dapat berupa rujukan tertinggi, nilai, kosmologi, jiwa. Paradigma dari penelitian ini, arsitektur Tinggal bersama alam adalah pikiran dasar dari (struktur) adalah wujud fisik dari suatu budaya manusia Nusantara, bangunan menjadi yang dipengaruhi nilai-nilai budaya tersebut. bentukan yang dihadirkan di dalam dan bersama Digunakan metode penelitian kualitatif dengan alam (Prijotomo, 2018). Arsitektur tradisional pendekatan Arsitektur, Struktur Arsitektur dan umumnya dapat memberikan kenyamanan Budaya Jawa, untuk mengungkap kehandalan untuk penghuninya sesuai bahasa alam dan struktur bangsal Ponconiti dan nilai Budaya manusia, sekaligus menampilkan identitasnya Jawa terkait. Metoda pengambilan data dengan (Antariksa, 2017). Arsitektur tradisional studi literatur/arsip (jurnal, arsip Kraton Nusantara beradaptasi-apresiasi dengan alam Yogyakarta), observasi ke objek studi (bangsal Ponconiti), wawancara dengan pimpinan Kraton

016 | Prosiding Seminar Struktur Dalam Arsitektur IPLBI 2020 Suryono, S. terkait (KGPH. Drs. Yudhaningrat, MM., Ir. H. (konstruksi goyang, terbukti kehandalannya) Yuwono Sri Suwito, M.M.). Metoda analisis berbeda dengan konstruksi Barat (kaku, lebih dengan pendekatan Arsitektur, struktur- populer). arsitektur dan nilai Budaya Jawa. Cara dasar transfer beban dari suatu struktur meliputi: tekan, tarik, lentur, geser dan torsi Pendekatan Arsitektur (Zanos, ...). Suatu struktur/elemen struktur

akan ’tertekan/memendek’ atau ’tertarik/ Pendekatan arsitektur, melihat objek studi memanjang’ atau ’melentur/bengkok’ sebagai wadah tempat hidup/aktivitas manusia atau ’tergeser’ atau bahkan ’terpuntir’ sebagai berdasar nilai-nilai Budaya Jawa. Pendekatan mekanisme transfer beban yang diterimanya ke fenomenologi arsitektur melihat objek studi tumpuan. Cara transfer beban tersebut juga dengan 3 lapis eksistensi, yaitu kehadiran dipengaruhi oleh sistem sambungan elemen inderawi­kesadaran tujuan­kesadaran esensi. struktur dan material elemen strukturnya. Kayu Kehadiran Inderawi dari objek studi (bangsal mampu mentransfer beban dengan tekan, tarik, Ponconiti) untuk mengungkap wujud fisik lentur, geser atau torsi. Tidak demikian halnya berupa posisi, tata ruang dan struktur bangsal dengan material pasangan bata/batu yang Ponconiti, lalu mengungkap tujuan wujud fisik hanya dapat dengan tekan saja (gagal jika dan esensi Budaya Jawa terkait. Wujud fisik terkena tarik/lentur) . dideskripsikan dengan cermat sebagaimana ia menampilkan dirinya sendiri, tanpa terkait Pendekatan Budaya Jawa dengan teori-teori atau prinsip-prinsip tertentu. Kesadaran Tujuan (tentang ”apa/mengapa”) Arsitektur Jawa (Nusantara) relatif sederhana, dari objek studi, untuk mengungkap nilai namun kaya dengan nilai (Prijotomo, 2018). Budaya Jawa terkait (kosmologi Jawa Nilai Budaya Jawa adalah yang akan diungkap hamemayu hayuning bawana, papat kalima eksistensinya terkait struktur bangsal Ponconiti pancer, Sultan adalah Wakil Tuhan di dunia, dengan pendekatan Budaya Jawa. Proses sifat Nrimo). Prosesnya melalui refleksi pribadi pengungkapan dimulai dari sistem fisik dengan mengalami lalu membayangkan objek arsitektur-struktur bangsal, kemudian maksud studi dalam aneka situasi dan konteks lain struktur-konstruksinya, lalu nilai Budaya Jawa terkait Nilai Budaya Jawa tersebut. terkait. Kesadaran Esensi (tentang inti/hal pokok), Sistem fisik dari bangsal Ponoconiti meliputi untuk mengungkap sistem nilai Budaya Jawa arsitektur (posisi, tata ruang), struktur (badan, dari Bangsal Ponconiti. Prosesnya dengan atap, alas) dan konstruksi (material, sam- mengintuisikan apa yang esensial pada objek. bungan). Interpretasi didapat melalui amatan inderawi, info dari pihak terkait dan analisis. Pendekatan Struktur-Arsitektur Wujud nilai-nilai Budaya Jawa adalah esensi dari Pendekatan ini untuk mengungkap sistem sistem fisik dan sistem tujuan arsitektur- struktur (sambungan, stabilitas, transfer beban, konstruksi bangsal Ponconiti, yang didapat material). Persyaratan struktur bangunan melalui proses katagorisasi/perenungan/ meliputi: Kestabilan, kekuatan dan kekakuan penghayatan. (Macdonald, 2001). Kestabilan adalah kemampuan struktur bangunan untuk tetap Hasil dan Pembahasan diam (relatif, dalam batas toleransi) pada Analisis arsitektur (posisi, tata ruang bangsal), posisinya, yaitu tidak turun (ΣV = 0); tidak analisis struktur-konstruksi (ruang utama, ruang berpindah horisontal (ΣH = 0); dan tidak pendukung sekeliling) dan maknanya (Budaya berputar (ΣM = 0). Kekuatan adalah Jawa) dari bangsal Poconiti Kraton Yogyakarta kemampuan struktur untuk menahan beban. dilakukan melalui kajian kehadiran inderawi/ Kekakuan adalah kemampuan struktur untuk fisik, kesadaran tujuan dan kesadaran esensi. tidak berdeformasi melebihi batas aman/ nyaman. Ketiganya bergantung dari sistem sambungan, material, dan konstruksi dari objek. Konstruksi arsitektur tradisional Nusantara Prosiding Seminar Struktur Dalam Arsitektur IPLBI 2020 | 017 Struktur Arsitektur Bangsal Ponconiti Kraton Yogyakarta dan Nilai Budaya Jawa Posisi Bangsal Ponconiti beratap perisai (tempat masyarakat). Tata ruang memusat ke ruang utama (lantai tertinggi, Bentuk tapak Kraton Yogyakarta memanjang dekoratif) dan terbuka ke sekeliling (makin ke arah Utara-Selatan dan tata ruangnya mengacu luar lantai semakin rendah). pada sumbu Filosofis (Tugu−Kraton−Panggung Krapyak), bagian dari sumbu Imajiner (Gunung Tata ruang memusat-terbuka agar terjadi relasi Merapi−Kraton−Laut Selatan), dan posisi Bangsal harmonis Sultan−abdi dalem/keluarga Kraton Ponconiti pada sumbu Filosofis (Gambar 1). /masyarakat−alam sekitar, dan ruangan menjadi Posisi bangsal Ponconiti pada sumbu Filosofis terang alami dan aliran udaranya baik. Kraton (bagian sumbu Imajiner alam semesta) Bangunan bujur sangkar terbuka (tanpa dapat dimaknai Sultan/Kraton (mikrokosmos) dinding) menjadikan pusat kekakuan struktur sejajar dengan Alam Semesta (makrokosmos), berhimpit dengan pusat gaya lateral bangunan, dari konsep Kosmologi Jawa (kesejajaran dunia maka tidak terjadi eksentrisitas beban lateral manusia dengan alam semesta). Sultan sebagai (angin/gempa). Struktur bidang dari atap pusat Kraton (mikrokosmos) dan Gunung Merapi bangunan berperan mengkakukan bangunan. sebagai pusat alam semesta (makrokosmos). Gunung Merapi Gunung Merapi l Tugu Pal Putih

Gambar 2. Tata Ruang-Struktur Bangsal Ponoconiti Kiri: Tata ruang bangsal diapit selasar 3 sisi dan hall. Kanan: Struktur rangka bangsal Ponconiti. Bangsal Ponconiti Esensinya adalah relasi harmonis-seimbang dari Sultan − Tuhan, Sultan − sesama (abdi dalem, keluarga Kraton, masyarakat), dan Sultan − alam sekitar (cahaya matahari, udara, vegetasi, gaya angin/gempa), sesuai nilai Budaya Jawa Panggung Krapyak Papat Kalima Pancer. Sistem mancapat ini Laut Selatan l mencerminkan keunggulan pusat (tempat

Laut Selatan Sultan), namun tetap ditopang oleh empat

Gambar 1. Sumbu Imajiner dan Sumbu Filosofis bagian tepinya (ruang beratap penanggap) Kiri: Sumbu Imajiner. Kanan: Sumbu Filosofis (Priyono, 2015), makna dari aspek struktur bangsal ini dan aspek kehidupan Kraton. Esensinya adalah menjaga kelestarian semesta (semangat Hamemayu hayuning bawana Struktur−Konstruksi Budaya Jawa) (HB X dalam Priyono, 2015). Dunia manusia selaras dengan alam semesta, Struktur bangsal Ponconiti adalah rangka kayu relasi harmonis mikrokosmos−makrokosmos, jati, beratap tajug lawakan lambang gantung agar tercapai kemakmuran dan ketenteraman (Gambar 3). Struktur ruang utama berupa 4 dunia. buah tiang utama (soko guru), ring balok ganda vertikal, balok tumpang-sari, dan struktur ruang Tata Ruang−Struktur pendukung sekelilinginya berupa 12 tiang tepi dan ring balok. Struktur atap tajug ruang utama Bentuk bangsal Ponconiti bujur sangkar terbuka, berupa bidang susunan balok tidur bertumpu beratap tajug lawakan lambang gantung, diatas balok tumpang-sari, lalu digantungi atap (Gambar 2) yaitu Ruang Utama (tempat Sultan, landai ruang pendukung sekelilingnya. sifat vertikal) beratap tajug/brunjung dikelilingi Konstruksi sambungan balok dan kolom dengan ruang pendukung (tempat abdi dalem/keluarga sistem purus-lubang dan pasak kayu. Kraton, sifat horisontal) beratap penanggap (digantung ke atap tajug). Bangsal diapit selasar terbuka pada 3 sisinya dan hall entrance 018 | Prosiding Seminar Struktur Dalam Arsitektur IPLBI 2020 Suryono, S. Balok tumpang sari menambah kekuatan- kekakuan struktur bangunan terhadap beban- beban horisontal angin dan gempa bumi, maupun dampak torsi akibat beban horisontal tersebut (Gambar 4). Tambahan kekuatan- kekakuan tersebut karena tinggi dan lebar balok cincin antar 4 tiang utama (soko guru) bertambah besar oleh tumpukan balok-balok, sehinga tinggi dan lebar balok (tumpang sari) menjadi jauh lebih besar dari pada balok tunggal (umumnya ring balok pada bangunan modern).

Gambar 3. Struktur-Konstruksi Bangsal Ponconiti. Atas-kiri: Gambar struktur rangka, balok tumpang sari, atap gantung. Atas-kanan: Detil balok tumpang sari dan lambang gantung. Bawah-kiri: Balok tumpang sari. Tinggi Bawah-tengah: Detil pen-lubang balok-tiang. Bawah- balok kanan: Detil pen-lubang tiang-umpak.

Empat tiang utama memikul porsi beban atap Lebar balok terbesar (atap tajug dan sebagian atap pendu- kung), maka dimensi 4 tiang utama jauh lebih Gambar 4. Konstruksi Balok Tumpang-sari Kiri: Gambar konstruksi balok tumpangsari. Kanan: besar dari 12 tiang tepi. Esensinya ialah 4 soko Sistem pasak pada balok tumpangsari. guru (elemen tempat Sultan) memikul porsi terbesar beban bangunan. Maknanya adalah Kesimpulan Sultan (wakil Tuhan di dunia dalam Budaya Posisi bangsal Ponconiti pada sumbu Filosofis Jawa) memiliki kekuasaan besar, namun wajib (keistimewaan tempat Sultan) yang representasi turut menanggung beban kehidupan rakyatnya mikrokosmos, bagian dari makrokosmos (sumbu (yang mengabdi kepada Sultan) dan mengelola imajiner). Esensinya menjaga kelestarian dunia alam setempat. manusia selaras dengan alam semesta, agar Struktur atap utama (tajug) sebagai tumpuan tercapai kemakmuran-ketenteraman, berdasar gantung dari atap pendukung (pemberat atap nilai Budaya Jawa Hamemayu hayuning bawana. utama). Atap pendukung membantu mensta- Tata ruang bujur sangkar memusat-terbuka bilkan atap utama terhadap gaya dorong/angkat untuk relasi harmonis-seimbang antara Sultan- dari angin dan getaran gempa bumi dengan Tuhan, Sultan-sesama dan Sultan-alam sekitar, beratnya. Esensinya adalah Struktur Utama sekaligus mendapatkan kenyamanan termal dan (bermakna kebesaran Sultan) tetap harus penerangan alami. Kekakuan struktur menjadi ditopang oleh struktur pendukung sekelilingnya, berhimpit dengan pusat gaya lateral bangunan, sesuai nilai Budaya Jawa Papat Kalima Pancer. sehingga tidak terjadi eksentrisitas beban lateral Rangka kayu jati dengan konstruksi sambungan (gempa/angin). Esensinya adalah relasi purus-lubang dan pasak kayu membuat struktur harmonis dan seimbang dari Sultan terhadap bangunan bergoyang/lentur sebagai mekanisme Tuhan−sesama−alam sekitar, sesuai nilai Budaya transfer beban lateral angin/gempa bumi. Gerak Jawa Papat Kalima Pancer. beban diikuti sambil bertahan, tidak dilawan. Empat tiang utama (soko guru) memikul porsi Esensinya adalah sistem struktur beradaptasi/ beban atap terbesar, maka dimensi 4 tiang mengikuti hukum alam, sesuai dengan nilai utama jauh lebih besar dari 12 tiang tepi. Budaya Jawa Nrimo (merasa puas dengan yang Esensinya ialah 4 soko guru tersebut memikul ada, tidak melawan) (Endraswara, 2010). porsi terbesar beban bangunan. Maknanya adalah Sultan memiliki kekuasaan besar, namun

Prosiding Seminar Struktur Dalam Arsitektur IPLBI 2020 | 019 Struktur Arsitektur Bangsal Ponconiti Kraton Yogyakarta dan Nilai Budaya Jawa wajib turut menanggung beban kehidupan Introduction to Phenomenological Philosophy, rakyatnya dan mengelola alam setempat. translated by David Carr (1970), Northwestern University Press, Evanston. Struktur atap utama digantungi atap pendukung Koentjaraningrat, 2015, Culture, Mentality, and (pemberat), berarti menstabilkan atap utama Development, Publisher PT. Gramedia Main Library, terhadap gaya dorong/angkat angin dan getaran Jakarta. gempa bumi. Esensinya Struktur Utama tetap Macdonald, 2001, Structure and Architecture, Second harus dibantu struktur pendukung sekelilingnya, Edition, Department of Architecture, University of Edinburgh. sesuai dengan nilai Budaya Jawa Mancapat Prijotomo, J., 2018, Prijotomo Membenahi Arsitektur Papat Kalima Pancer. Nusantara, PT. Wastu Lanaws Grafika, Surabaya. Rangka kayu jati konstruksi purus-lubang men- Priyono, 2015; Yogyakarta City Of Philosophy, Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. jadikan bangunan bergoyang saat menahan Sudaryono, 2017, Phenomenology Approach for beban lateral angin/gempa bumi. Esensinya, Exploration of Bali Local Architecture, Proceedings of struktur mengikuti hukum alam, tidak melawan, the National Seminar on Architecture and Spatial sesuai dengan nilai Budaya Jawa Nrimo. Plan-ning, Denpasar: Publisher of Udayana University Press. Balok tumpang sari menambah kekuatan- kekakuan struktur bangunan terhadap beban- beban lateral angin/gempa bumi, maupun dampak torsi ikutannya. Tinggi-lebar balok cincin antar 4 tiang utama menjadi besar oleh susunan balok-balok tumpang sari, tinggi-lebar balok tunggal menjadi tinggi-lebar susunan balok (jauh lebih besar).

TEMUAN Peran struktur arsitektur Bangsal Ponoconiti adalah sebagai berikut:

- Pewujud bentuk arsitektur yang stabil- kokoh-awet, sesuai nilai-nilai Budaya Jawa (papat kalima pancer, Sultan sebagai wakil Tuhan, sikap ‘nrimo’).

- Memiliki mitigasi alam yang handal terhadap gempa bumi, angin.

- Melestarikan identitas Masyarakat Jawa, berarti melestarikan identitas bangsa Indonesia yang bhineka.

Daftar Pustaka

Antariksa, 2017, Meaning Locality in Built Environment Architecture, Proceedings of the National Seminar on Architecture and Spatial Planning, Denpasar: Publisher Udayana University Press, 2017. Endraswara, S., 2010, Falsafah Hidup Jawa, Menggali Mutiara Kebijakan dari Intisari Filsafat Kejawen, Cakrawala, Yogyakarta. Husserl, Edmund (1970). The Crisis of European Sciences and Transcendental Phenomenology: An

020 | Prosiding Seminar Struktur Dalam Arsitektur IPLBI 2020