Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 4, 015-020, Februari 2020 https://doi.org/10.32315/sem.4.015 Struktur Arsitektur Bangsal Ponconiti Kraton Yogyakarta dan Nilai Budaya Jawa Alwin Suryono Korespondensi : [email protected] Kelompok Keilmuan ‘Sejarah, Teori dan Falsafah Arsitektur‘ dan ‘Teknologi – Manajemen‘, Program Studi Arsitektur-Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Parahyangan. Abstrak Arsitektur Bangsal Ponconiti Kraton Yogyakarta berusia 264 tahun masih utuh dan tahan gempa besar menjadi isu utama. Tulisan ini mengungkap arsitektur-struktur bangsal dan nilai budayanya, dengan pendekatan Fenomenologi Arsitektur. Arsitektur-struktur bangsal dideskripsikan, diungkap maksud arsitektural/strukturalnya, lalu nilai2 Budaya Jawanya. Posisi bangsal pada sumbu Filosofis Kraton dapat dimaknai sebagai Sultan/Kraton sejajar Alam Semesta. Esensinya, relasi harmonis mikrokosmos−makrokosmos untuk kemakmuran dan ketenteraman dunia. Bangsal bujur sangkar- terbuka membentuk relasi harmonis Sultan−rakyat−alam sekitar, dan menyatukan pusat kekakuan struktur sekaligus pusat gaya lateral bangunan. Esensinya, relasi harmonis-seimbang Sultan terhadap Tuhan-sesama−alam (nilai Papat Kalima Pancer). Struktur utama (empat tiang utama, ring balok tumpang-sari) digantungi atap sekelilingnya, maka tiang utama memikul porsi terbesar beban atap keseluruhan. Atap sekeliling (pemberat) membantu kestabilan struktur utama terhadap gaya angin/gempa. Esensinya, Sultan (Wakil Tuhan di dunia) berkewajiban menanggung beban hidup rakyatnya (pendukungnya). Rangka kayu jati konstruksi purus-lubang melentur saat menahan beban lateral. Esensinya mengikuti alam–tidak menentangnya, sesuai budaya Nrimo. Kata-kunci: harmonis, alam, struktur, lentur, nrimo. Pendahuluan objek wisata budaya bagi turis lokal dan manca negara. Arsitektur museum kehidupan ini Pada era globalisasi ini khazanah tradisi Budaya berbasis Budaya Jawa. Sumbu Filosofis Kraton Lokal daerah kurang diminati untuk arsitektur (garis lurus penghubung Tugu-Kraton- masa kini, dibandingkan dengan khazanah Panggung Krapyak) menjadi acuan tata ruang arsitektur kontemporer seperti di negara-negara Kraton arah Utara-Selatan, bagian dari sumbu maju. Penyeragaman arsitektur global di atas Imajiner (Gunung Merapi-Kraton-Laut Selatan). tak lain akibat tekanan globalisasi yang tak terhindarkan. Berdasarkan banyak contoh di Bangsal Ponconiti, salah satu bangunan pada kota-kota besar Indonesia, identitas lokal daerah sumbu Filosofis, bergaya arsitektur Tradisional tidak terlihat/terasa, tergantikan oleh identitas Jawa Kraton, terdiri dari Bangunan Utama universal, baik aspek arsitektur maupun aspek (rangka kayu jati, terbuka, atap tajug lawakan strukturnya. Ironisnya banyak bangunan baru lambang gantung) dikelilingi bangunan tersebut yang telah runtuh di usia mudanya. pendukung/tratag (rangka tiang besi, terbuka, atap perisai) pada sisi Utara, Timur dan Barat. Yogyakarta juga mengalami hal sama, Semula berfungsi sebagai pengadilan tertinggi bangunan non-Jawa telah muncul di mana- warga Yogyakarta dan keluarga Kraton (Sultan mana bahkan sampai ke desa-desa, walaupun sebagai hakim), kini bangsal ini masih utuh-asli memiliki Kraton sebagai pusat Budaya Jawa. seperti asalnya, hanya lapisan catnya saja yang Kraton Yogyakarta telah berusia 264 tahun telah diperbarui. Empat kali setahun digunakan masih utuh-berfungsi sampai kini, yaitu untuk untuk upacara Kraton (Sekaten dan Garebeg), tempat tinggal keluarga Kraton, untuk upacara- namun bagian tratag-nya setiap hari digunakan upacara Kraton/budaya, dan sehari-hari sebagai untuk tempat beristirahat pemandu wisata. Kelompok Keahlian Teknologi Bangunan, SAPPK, Institut Teknologi Bandung Prosiding Seminar Struktur Dalam Arsitektur 2020 | 015 Kelompok Kerja Struktur Konstruksi IPLBI ISBN : xxxxx- E-ISBN : xxxxx Struktur Arsitektur Bangsal Ponconiti Kraton Yogyakarta dan Nilai Budaya Jawa Isunya, apakah keistimewaan arsitektur-struktur lokal, mulai bentukan arsitektur sampai detil bangsal Ponconiti, dan apa nilai Budaya konstruksinya. Jawanya, yang membuatnya bertahan hingga kini, mengingat Kraton telah beberapa kali Budaya Jawa diguncang gempa bumi besar. Minimal ada tiga wujud kebudayaan, yaitu Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan arsitektur sistem ide/nilai, sistem sosial dan sistem fisik, dan struktur bangsal Ponconiti Kraton Yogya- yang tidak terpisah satu dengan lainnya karta, lalu mengungkap keistimewaan struktur- (Koentjaraningrat 2015). Sistem ide/nilai akan konstruksinya, dan mengungkap esensi nilai mengarahkan sistem sosial, dan selanjutnya Budaya Jawanya. Hasil dari studi ini diharapkan akan menghasilkan sistem fisik. Dalam kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk hanya dibahas wujud nilai Budaya Jawa terkait desain arsitektur masa kini berdasar Budaya struktur arsitektur bangsal Ponconiti Kraton Jawa, baik aspek fisik (arsitektur, struktur) Yogyakarta, sebagai berikut. maupun aspek esensi nilai-nilainya, agar Budaya Sistem Ide/Nilai Budaya Jawa (Priyono, 2015; Jawa tetap lestari untuk arsitektur masa kini Endraswara, 2010) terkait struktur bangsal sekaligus sebagai indentitas arsitekturnya (tidak Ponoconiti sebagai berikut: perlu berkiblat ke negara-negara maju). 1) Hamemayu hayuning bawana atau menjaga kelestarian semesta (Kosmologi Budaya Jawa), Kajian Pustaka melalui kesejajaran dunia manusia Tulisan ini adalah tentang Struktur Bangsal (mikrokosmos) dengan alam semesta Ponconiti Kraton Yogyakarta dan Nilai Budaya (makrokosmos) untuk mencapai kemakmuran Jawa dengan pendekatan Teori Arsitektur dan dan ketentraman dunia. Kesejajaran Budaya Jawa. mikrokosmos-makrokosmos akan dilihat dalam arsitektur bangsal Ponconiti. Teori Arsitektur 2) Papat Kalima Pancer, yaitu sistem yang mencerminkan keunggulan pusat (Sultan), yang Arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia tetap ditopang oleh bagian-bagian tepinya pada dengan bahagia, baik ciptaan manusia atau 4 penjuru angin yang saling terkait. Esensi alami (Van Romondt, 1900-an), yang dapat maknanya akan dilihat dalam struktur bangsal dilihat melalui konsep fenomenologi dengan Ponconiti. prinsip "life-world" (arsitektur sebagai "filosofi 3) Sultan adalah Wakil Tuhan di dunia. Esensi yang menyata") (Husserl 1970). Arsitektur maknanya akan dilihat dalam struktur bangsal mengandung tiga lapis eksistensi, yaitu Ponconiti. eksistensi inderawi − tujuan − esensi 4) Nrimo (merasa puas dengan nasib dan (Sudaryono, 2017). Eksistensi inderawi meliputi kewajiban yang ada, tidak melawan, tetapi bentuk, susunan, material, warna, skala, bersyukur). Esensi maknanya akan dilihat dalam perilaku manusia. Eksistensi tujuan meliputi perilaku struktural konstruksi bangsal Ponconiti. konsep “apa” dan “mengapa”, termasuk aspek strukturnya. Aspek esensi adalah inti/hal pokok, Metode Penelitian dapat berupa rujukan tertinggi, nilai, kosmologi, jiwa. Paradigma dari penelitian ini, arsitektur Tinggal bersama alam adalah pikiran dasar dari (struktur) adalah wujud fisik dari suatu budaya manusia Nusantara, bangunan menjadi yang dipengaruhi nilai-nilai budaya tersebut. bentukan yang dihadirkan di dalam dan bersama Digunakan metode penelitian kualitatif dengan alam (Prijotomo, 2018). Arsitektur tradisional pendekatan Arsitektur, Struktur Arsitektur dan umumnya dapat memberikan kenyamanan Budaya Jawa, untuk mengungkap kehandalan untuk penghuninya sesuai bahasa alam dan struktur bangsal Ponconiti dan nilai Budaya manusia, sekaligus menampilkan identitasnya Jawa terkait. Metoda pengambilan data dengan (Antariksa, 2017). Arsitektur tradisional studi literatur/arsip (jurnal, arsip Kraton Nusantara beradaptasi-apresiasi dengan alam Yogyakarta), observasi ke objek studi (bangsal Ponconiti), wawancara dengan pimpinan Kraton 016 | Prosiding Seminar Struktur Dalam Arsitektur IPLBI 2020 Suryono, S. terkait (KGPH. Drs. Yudhaningrat, MM., Ir. H. (konstruksi goyang, terbukti kehandalannya) Yuwono Sri Suwito, M.M.). Metoda analisis berbeda dengan konstruksi Barat (kaku, lebih dengan pendekatan Arsitektur, struktur- populer). arsitektur dan nilai Budaya Jawa. Cara dasar transfer beban dari suatu struktur meliputi: tekan, tarik, lentur, geser dan torsi Pendekatan Arsitektur (Zanos, ...). Suatu struktur/elemen struktur akan ’tertekan/memendek’ atau ’tertarik/ Pendekatan arsitektur, melihat objek studi memanjang’ atau ’melentur/bengkok’ sebagai wadah tempat hidup/aktivitas manusia atau ’tergeser’ atau bahkan ’terpuntir’ sebagai berdasar nilai-nilai Budaya Jawa. Pendekatan mekanisme transfer beban yang diterimanya ke fenomenologi arsitektur melihat objek studi tumpuan. Cara transfer beban tersebut juga dengan 3 lapis eksistensi, yaitu kehadiran dipengaruhi oleh sistem sambungan elemen inderawi-kesadaran tujuan-kesadaran esensi. struktur dan material elemen strukturnya. Kayu Kehadiran Inderawi dari objek studi (bangsal mampu mentransfer beban dengan tekan, tarik, Ponconiti) untuk mengungkap wujud fisik lentur, geser atau torsi. Tidak demikian halnya berupa posisi, tata ruang dan struktur bangsal dengan material pasangan bata/batu yang Ponconiti, lalu mengungkap tujuan wujud fisik hanya dapat dengan tekan saja (gagal jika dan esensi Budaya Jawa terkait. Wujud fisik terkena tarik/lentur) . dideskripsikan dengan cermat sebagaimana ia menampilkan dirinya sendiri, tanpa terkait Pendekatan Budaya Jawa dengan teori-teori atau prinsip-prinsip tertentu. Kesadaran Tujuan (tentang ”apa/mengapa”) Arsitektur Jawa (Nusantara) relatif sederhana, dari objek studi, untuk mengungkap nilai namun kaya dengan nilai (Prijotomo, 2018). Budaya
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages6 Page
-
File Size-