library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

OPTIMALISASI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA HAK KEKAYAAN

INTELEKTUAL BIDANG DESAIN INDUSTRI

(STUDI INDUSTRI MEBEL DAN KERAJINAN KABUPATEN )

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Oleh

Ivan Renaldi

NIM. E0013234

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2017

i library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ii library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

iii library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

SURAT PERNYATAAN

Nama : Ivan Renaldi

NIM : E0013234

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan Hukum (skripsi) berjudul:

OPTIMALISASI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL BIDANG DESAIN INDUSTRI (STUDI INDUSTRI MEBEL DAN KERAJINAN KABUPATEN JEPARA) adalah betul- betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 14 Juni 2017 Yang Membuat Pernyataan,

Ivan Renaldi

NIM. E0013234

iv library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Ivan Renaldi. E0013234. 2017. OPTIMALISASI ALTERNATIF

PENYELESAIAN SENGKETA HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL BIDANG DESAIN INDUSTRI (STUDI INDUSTRI MEBEL DAN KERAJINAN

KABUPATEN JEPARA). Penulisan Hukum (Skripsi). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab belum optimalnya alternatif penyelesaian sengketa hak kekayaan intelektual bidang desain industri di lingkungan industri mebel dan kerajinan Kabupaten Jepara dan upaya hukumnya untuk mengoptimalkan alternatif penyelesaian sengketa hak kekayaan intelektual bidang desain industri di lingkungan industri mebel dan kerajinan Kabupaten Jepara oleh pengusaha, pemerintah maupun penegak hukum. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris (sosiologis/ non doktrinal) dengan sifat penelitian deskriptif dan bentuk preskriptif serta penelitian terhadap efektivitas hukum dan pendekatan analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alternatif penyelesaian sengketa hak kekayaan intelektual belum berjalan dengan baik didukung oleh banyaknya perkara hak kekayaan intelektual yang diproses melalui jalur pengadilan (litigasi) padahal masyarakat dan khususnya masyarakat di Kabupaten Jepara memiliki jiwa musyawarah dan mengedepankan kekeluargaan dalam menghadapi sengketa. Penerapan teori Strukturisasi digunakan untuk mengembangkan paradigma non- litigasi (PnLg) di masyarakat khususnya di Jepara agar paradigma litigasi (PLg) mulai ditinggalkan. Salah satu upaya hukum untuk mengoptimalkan alternatif penyelesaian sengketa adalah strukturisasi penyelesaian sengketa alternatif hak

kekayaan intelektual khususnya bidang desain industri di lingkungan industri mebel

dan kerajinan Kabupaten Jepara.

Kata Kunci: Alternatif penyelesaian sengketa, Hak kekayaan intelektual, Desain industri

v library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Ivan Renaldi. E0013234. 2017. OPTIMIZATION ALTERNATIVE DISPUTE

RESOLUTION OF INTELLECTUAL PROPERTY RIGHT IN INDUSTRIAL DESIGN (STUDY IN FURNITURE AND CRAFT INDUSTRY OF JEPARA

REGENCY). Legal Writing. Law Faculty of Sebelas Maret University Surakarta. The purpose of this study is to determine the cause of intellectual property right

alternative dispute resolution for industrial design in the field of furniture and craft industry Jepara which not optimal and its legal efforts to optimize the intellectual property right alternative dispute resolution in the field of furniture and craft industry Jepara Regency by businessmen , Government and law enforcement. The research method used is empirical (sociological / non doctrinal) law research with descriptive research character and prescriptive form with research on law effectiveness and qualitative analysis approach. The result of the research indicates that the intellectual property right alternative dispute resolution has not been run well supported by the many cases of intellectual property rights processed through the court (litigation) whereas the Indonesian people and especially the society in Jepara Regency have the spirit of discussion and prioritize the simple social approach in facing the dispute. The application of the theory of Structure is used to develop non-litigation paradigm (PnLg) in society especially in Jepara so that the litigation paradigm (PLg) is becoming abandoned. One of the legal efforts to optimize the alternative dispute resolution is the structuring of intellectual property right alternative dispute resolution especially in the field of industrial design in furniture and craft industry Jepara Regency.

Keywords: Alternative dispute resolution, Intellectual property right, Industrial design

vi library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO HIDUP

“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, KECUALI orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasehati agar tetap dalam kebenaran dan saling menasehati agar menetapi kesabaran”

Q.S. Al-Asr: 1-3

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi (untuk mencari rezeki dan usaha yang halal) dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu BERUNTUNG” - Q.S. Al-Jumu’ah: 10 -

“Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya DIA akan memberikan baginya JALAN KELUAR (bagi semua urusannya). Dan memberinya rezeki dari ARAH YANG TIDAK DISANGKA-SANGKANYA. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan SEGALA KEPERLUANNYA - Q.S. At-Thalaaq: 2-3 -

“Seandainya kalian bertawakal pada Allah dengan tawakal yang sebenarnya, maka sungguh DIA akan melimpahkan rezeki kepada kalian, sebagaimana DIA melimpahkan rezeki kepada burung yang pergi (mencari makan) di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan KENYANG” - Sabda Rasulullah: Muhammad SAW -

“Orang mukmin yang kuat (dalam iman dan tekadnya) lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah, dan masing-masing (dari keduanya) memiliki kebaikan, BERSEMANGATLAH (melakukan) hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mintalah (selalu) pertolongan Allah, serta janganlah (bersikap) lemah...”

- Sabda Rasulullah: Muhammad SAW -

“Kerjakanlah sesuatu dengan TULUS dan IKHLAS dilandasi IMAN dan TAQWA - Ivan Renaldi (Penulis) – “Pegangan dan pedoman sejati dalam menghadapi kehidupan ini adalah AGAMA”

- H. Arief Zaelan (Ayah Penulis) –

“Ilmu dari Guru terbaik adalah PENGALAMAN” - Hj. Mariyati (Ibu Penulis) –

“Buatlah barang dengan KUALITAS TERBAIK, dan utamakanlah anak cucumu daripada dirimu sendiri” - H. Djumadi (Kakek dari Ibu Penulis, Pendiri “kerajaan” Kalingga Jati Furniture

Jepara)

“Sekolaho sing pinter nang (BERSUNGGUH-SUNGGUHLAH dalam belajar)” - Hj. Kursiyah (Nenek dari Ayah Penulis) –

vii library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

“Dalam dirimu ada kekuatan yang besar, jadilah orang yang bermanfaat untuk

orang banyak. Uripo seng biso nguripi (Hiduplah menjadi orang yang bisa menghidupi orang lain)” - Pangat (Guru Spiritual Penulis) –

“Tidak ada gunanya segala sesuatu yang kamu miliki bila tidak bermanfaat untuk

orang banyak, tidak berkah” - Kyai Huda (Tokoh Spiritual Penulis) -

“Sederhanalah dan tetap rendah hati” - Luthfiani Nur Pratiwi (Sahabat Penulis) –

“Hidup indah bila mencari berkah, muliakanlah orangtuamu” - WALI Band –

viii library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ...... i

Halaman Judul ...... ii

Halaman Persetujuan Pembimbing ...... iii

Halaman Pengesahan Penguji ...... iv

Halaman Pernyataan...... v Abstrak ...... vi Kata Pengantar ...... viii Motto Hidup ...... xi Daftar Isi...... xiii Daftar Tabel ...... xv Daftar Gambar ...... xvi Daftar Lampiran ...... xvii

BAB I : PENDAHULUAN ...... 1 1. Latar Belakang ...... 1 2. Rumusan Masalah ...... 11 3. Tujuan Penelitian ...... 11

4. Manfaat Penelitian ...... 12

5. Metode Penelitian...... 13

6. Sistematika Penulisan Hukum ...... 19

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ...... 22

1. Kerangka Teori atau Konseptual ...... 22

a. Optimalisasi ...... 22

b. Alternatif Penyelesaian Sengketa ...... 24

c. Hak Kekayaan Intelektual ...... 38

d. Desain Industri ...... 41

2. Kerangka Pemikiran ...... 44

ix library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...... 47

1. Hasil Penelitian ...... 47

a. Pengadilan Niaga ...... 47

b. Pengadilan Negeri Jepara ...... 53

c. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jepara ...... 55

d. Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kabupaten Jepara ...... 58

e. Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Jepara Raya...... 60 2. Pembahasan a. Alternatif penyelesaian sengketa hak kekayaan intelektual bidang desain industri di lingkungan industri mebel dan kerajinan Kabupaten Jepara belum optimal ...... 63 b. Upaya hukum untuk mengoptimalisasi alternatif penyelesaian sengketa hak kekayaan intelektual bidang desain industri di lingkungan industri mebel dan kerajinan Kabupaten Jepara ...... 72

BAB IV : SIMPULAN DAN SARAN ...... 98 1. Simpulan ...... 98

2. Saran ...... 100

Daftar Pustaka

Lampiran

x library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

Perkara HKI PN Niaga Semarang Tahun 2010-2016 ...... 48

Tabel 2.

Putusan Perkara HKI PN Niaga Semarang Tahun 2010-2016 ...... 50

xi library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

Kerangka Pemikiran ...... 44

xii library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian – Pengadilan Niaga Semarang

Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian – Pengadilan Negeri Jepara

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian – Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Jepara

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian – Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kabupaten Jepara Lampiran 5. Surat Permohonan Izin Penelitian – Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) DPD Jepara Raya Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian di Pengadilan Niaga Semarang Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian di Pengadilan Negeri Jepara Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jepara Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian di Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kabupaten Jepara Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian di Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) DPD Jepara Raya Lampiran 11. Surat Keterangan Penelitian di Pengadilan Niaga Semarang

Lampiran 12. Surat Keterangan Penelitian di Pengadilan Negeri Jepara

Lampiran 13. Surat Keterangan Penelitian di Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Jepara

Lampiran 14. Surat Keterangan Penelitian di Kamar Dagang dan Industri (KADIN)

Kabupaten Jepara

Lampiran 15. Surat Keterangan Penelitian di Himpunan Industri Mebel dan

Kerajinan Indonesia (HIMKI) DPD Jepara Raya

xiii library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan negara yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) salah satunya

adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Sila kelima Pancasila yaitu “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras, suku maupun agama yang mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama kemanusiaan yang beradab serta menjunjung tinggi asas musyawarah dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan agar tercapainya tujuan bersama (Ani Sri Rahayu, 2013: 36). Keadilan tersebut juga didasari dalam hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain, masyarakat, bangsa negaranya dan manusia dengan Tuhannya (Kaelan, 2013: 31-36). Keadilan tentunya dicari demi tercapainya kesejahteraan sosial. Salah satu faktor kesejahteraan sosial selain keadilan adalah ekonomi. Melalui Pasal 33 UUD NRI Tahun 1945 menjadi dasar bahwa kesejahteraan sosial menjadi yang utama

dalam menjalankan usaha di sektor perekonomian. Penjelasan Pasal 33 UUD NRI

Tahun 1945 tercantum dasar demokrasi, ekonomi produksi dikerjakan oleh semua,

untuk semua dibawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat.

Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang.

Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan. Menurut penjelasan Pasal 33 UUD NRI Tahun 1945 maka sudah jelas

bahwa dalam hal usaha atau perdagangan (perniagaan) meskipun berorientasi pada

keuntungan dan kepentingan perorangan atau perusahaan namun konstitusi tetap

menekankan bahwa kepentingan kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan,

bukan kemakmuran pribadi atau golongan. Oleh karena itu kesadaran dari pelaku

usaha maupun masyarakat umum yang berwawasan nasional dan kebangsaan sangat

diperlukan. Sebab perekonomian disusun sebagai usaha bersama demi perekonomian nasional yang berdasar asas kekeluargaan yang dimaksud dalam konstitusi tersebut.

1 library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menurut American Law Institute – American Bar Association (ALI – ABA)

sampai dengan bulan Oktober 1994 jumlah sengketa yang masuk di Federal District

Courts di USA ada sejumlah ± 250.000 dan sengketa perdata ± 1.000.000 masuk

State Courts. Menelan biaya sekitar US$ 300.000.000.000 (tiga ratus milyar US$)

per-tahunnya dimana sebesar US$ 80.000.000.000 (delapan ratus milyar US$) untuk

biaya litigasi sipil. Waktu yang diperlukan untuk penyelesaian mencapai ± 6 tahun di

pengadilan pertama dan sekitar 3 sampai 4 tahun untuk memperoleh putusan akhir melalui apel dan kasasi. Waktu tunggu sampai perkara mulai disidangkan di pengadilan pertama rata-rata 3 tahun (Gary B Born, 1994). Tidak diketahui beberapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkara di Pengadilan Indonesia, akan tetapi sebagai contoh ialah suatu perkara sengketa rumah yang diduduki tanpa hak oleh pihak lain dimulai pemeriksaan perkaranya di Pengadilan Negeri Jakarta tahun 1972 sampai tahun 2011 (39 tahun) belum memperoleh putusan akhir dan kalau kemudian diputus untuk eksekusi juga memerlukan biaya tinggi dan menjadi beban bagi hakim di Indonesia. Kenyataan-kenyataan tersebut terdahulu merupakan suatu alasan yang kuat mengapa banyak negara kini berpaling kepada Alternative Disputes Resolution (ADR) atau mekanisme Penyelesaian Sengketa Secara Kooperatif (MPSSK) atau Alternative Penyelesaian Sengeta (APS) (Priyatna

Abdurrasyid, 2011: 7).

Masyarakat bisnis terdapat 2 (dua) pendekatan umum yang sering digunakan

untuk menyelesaikan sengketa. Pendekatan pertama yaitu menggunakan paradigma

penyelesaian sengekta litigasi (selanjutnya hanya disebut paradigma litigas/PLg).

Pendekatan ini meruapakan suatu pendekatan untuk mendapatkan keadilan melalui

sistem perlawanan (the adversary system) dan menggunakan paksaan (coercion)

dalam mengelola sengketa serta menghasilkan suatu keputusan win-lose solution

bagi pihak-pihak yang bersengketa. Sementara itu, pendekatan kedua menggunakan

paradigma penyelesaian sengekta non-litigasi (untuk selanjutnya hanya disebut

paradigma non-litigasi atau PnLg). Paradigma ini dalam mencapai keadilan lebih

mengutamakan pendekatan konsensus dan bersuaha mempertemukan kepentingan

pihak-pihak yang bersengketa serta bertujuan untuk mendapatkan hasil penyelesaian sengekta kearah win-win solution. Penggunaan salah satu paradigma tersebut

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ditentukan oleh konsep tujuan penyelesaian sengekta yang tertanam di pikiran

masyarakat, kompleksitas serta tajamnya status sosial yang terdapat dalam

masyarakat dan budaya atau nilai-nilai masyarakat (Adi Sulistiyono, 2006: 4-6).

Pandangan lainnya terhadap PLg adalah banyaknya kekurangan dan dampak

negatif jika memilih penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi. Salah satunya

adalah pada perkara perdata di pengadilan. Kapan perkara dapat terselesaikan secara

normatif dalam persidangan perdata, tidak ada aturan hukum yang jelas, sehingga yang beritikad buruk akan semakin lama menikmati sesuatu hak kebendaan yang bukan miliknya, sebaliknya yang beritikad baik akan semakin menderita kerugian oleh karena suatu sistem yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yahya Harahap seorang hakim yang selama 39 tahun berkarer dari tingkat Pengadilan Negeri sampai hakim Mahkamah Agung Republik Indonesia menggambarkan bagaimana lambatnya perkara mulai dari tingkat pertama sampai dengan kasasi di Indonesia yang membutuhkan waktu sekitar 5-12 tahun (M. Yahya Harahap, 2004: 233). Perbedaan budaya hukum dan masyarakat juga mempengaruhi bentuk penyelesaian sengketa, misalnya hukum adat dalam masyarakat adat. Penyelesaian sengketa melalui mekanisme hukum adat dapat dilakukan melalui musyawarah yang salah satu bentuknya adalah mediasi. Tokoh adat mendominasi penyelesaian

sengketa mediasi dan arbitrase, karena dalam sistem hukum adat tidak membedakan

hukum privat dan hukum publik (Syahrizal Abbas, 2011: 249). Berbeda dengan

sistem hukum yang berlaku di Indonesia dimana mediasi dan arbitrase hanya

digunakan sebagai alternatif penyelesaian sengketa dalam kasus-kasus perdata.

Mediasi dan arbitrase tidak dapat diterapkan untuk penyelesaian kasus-kasus pidana

(Hilman Hadikusuma, 1992: 247). Sehingga perbedaan budaya hukum dari

demografi masyarakat juga mempengaruhi bentuk dan cara masyarakat untuk

menyelesaikan masalahnya dalam penyelesaian sengketa.

Globalisasi telah membawa Indonesia ke persimpangan jalan antara kebutuhan

dan kenyataan. Situasi ini terjadi pada salah satu bidang hukum yaitu Hukum Hak

Kekayaan Intelektual (HKI). HKI adalah hak-hak (wewenang/kekuasaan) untuk

berbuat sesuatu atas kekayaan intelektual yang berupa hasil produki kecerdasan daya pikir seperti teknologi pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis, karikatur

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan seterusnya. Sesuai dengan hakikatnya HKI dikelompokkan sebagai hak milik

perorangan yang sifatnya tidak berwujud (intangible) (Adrian Sutedi, 2009: 38-39).

Konsep perluasan hak milik dari semula hanya tangible menjadi sampai intangible

dimaksudkan agar HKI bisa dibenarkan menjadi obyek tindak pidana pencurian atau

pemalsuan (Adi Sulistiyono, 2008: 13).

Perundingan Uruguay Round terjadi perdebatan antara negara-negara maju

dan negara-negara berkembang berkenan dengan gagasan memasukkan perlindungan HKI ke dalam sistem perdagangan dunia, berupa kesepakatan General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) atau Agreement Establishing the World Trade Organization (WTO Agreement). Hasilnya dengan kemenangan di pihak-pihak negara-negara maju adalah Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs Agreement) yang juga mengadopsi konvensi-konvensi lainnya di bidang HKI seperti Paris Convention dan Berne Convention (dua konvensi utama di bidang industrial property dan copyright) (Agus Sardjono, 2009: 5). Konsekuensinya Indonesia sebagai negara berkembang harus meratifikasi TRIPSs Agreement tersebut dan menyesuaikan hukum nasionalnya terhadap GATT/WTO Agreement. Hal tersebut menimbulkan dilema. Di satu sisi penyesuaian tersebut menyebabkan masuknya konsep negara barat tentang propoerty dan

ownership ke dalam pemikiran hukum di negara-negara berkembang, termasuk

Indonesia. Sedangkan di sisi lain masyarakat Indonesia dilihat belum siap

menghadapi aturan-aturan tersebut. Konsep masyarakat Barat yang individualistik

dan kapitalistik tidak memungkinkan (presclude) pengakuan terhadap hak negara

ataupun hak masyarakat secara kolektif sebagaimana dikembangkan di negara-

negara dengan sistem ekonomi sosialis. Sistem di negara barat ini juga tidak

memungkinkan untuk melindungi hak-hak dari masyarakat lokal atau suku bangsa

asli (traditional communities and indigenous people) atas kekayaan intelektual

(traditional knoledge/folklore) mereka yang pada umumnya tidak dimiliki secara

individual oleh anggota masyarakat yang bersangkutan.

HKI adalah hak bagi pemilik karya intelektual, jadi sifatnya individual,

perorangan, privat. Namun masyarakatlah yang mendapat kemaslahatannya melalui mekanisme pasar. Karya intelektual yang telah mendapat atau telah dikemas dengan