HUNIAN PRASEJARAH DI SOMBORI, PROVINSI TENGAH The Prehistoric Occupancy in Sombori, Province

Nasrullah Azis Balai Arkeologi Sulawesi Utara Jalan Pingkan Matindas No. 92 Manado [email protected]

Abstract Morowali is a regency within the territory of the Central Sulawesi Province, which now blooms into two districts namely and . From previous archeological research, data obtained that this district is rich in archeological remains, especially since prehistoric times in the form of residential caves and burials. But all the remains are in mainland Morowali. In addition to the mainland Morowali, there are also archeological remains mainly prehistoric residential caves on the islands and coast of the Morowali region. From the survey results it is known that on the Morowali coast precisely in Kec. Menui Islands there are several prehistoric residential caves and open dwellings on the beach. Based on the findings of the survey and excavation, it can be seen that the abundant shellfish on the beach is the dominant food consumed. From the initial survey and excavation it was also seen that the use of lytic tools was not so dominantly used, possibly they used tools other than stones such as shells and animal bones.

Keywords: caves, dwellings, prehistory, Morowali, island, coast

Abstrak Morowali adalah sebuah kabupaten dalam wilayah Provinsi Sulawesi Tengah yang sekarang mekar menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Morowali dan Kabupaten Morowali Utara. Dari penelitian arkeologi sebelumnya, didapatkan data bahwa kabupaten ini kaya akan tinggalan arkeologi khususnya dari masa prasejarah yang berupa gua-gua hunian serta penguburan. Namun semua tinggalan tersebut terdapat di Morowali daratan. Selain di Morowali daratan, terdapat pula tinggalan arkeologi utamanya gua-gua hunian prasejarah di pulau-pulau dan pesisir wilayah Morowali. Dari hasil survei diketahui bahwa di pesisir Morowali tepatnya di Kec. Menui Kepulauan terdapat beberapa gua hunian prasejarah serta hunian terbuka di tepi pantai. Berdasarkan temuan hasil survei dan ekskavasi terlihat bahwa kerang yang melimpah di pantai merupakan bahan makanan yang dominan dikonsumsi. Dari survei dan ekskavasi awal terlihat pula bahwa penggunaan alat litik tidak begitu dominan digunakan, kemungkinan mereka menggunakan alat selain batu misalnya kerang dan tulang hewan.

Kata kunci: gua-gua, hunian, prasejarah, Morowali, pulau, pesisir

PENDAHULUAN Tengah. Kabupaten Morowali terdiri dari 9 Latar Belakang Penelitian kecamatan dan 133 desa/kelurahan. Morowali Kabupaten Morowali adalah sebuah berbatasan dengan Morowali Utara di bagian kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah. Ibukota barat laut, Sulawesi Selatan di bagian barat dan kabupaten sekaligus pusat administrasi terletak barat daya, serta Sulawesi Tenggara di bagian di Kota . Kabupaten ini mempunyai luas timur laut sebesar 3037,04 km² dan berpenduduk sebanyak (wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Morowali). 113.132 jiwa pada tahun 2016. Morowali adalah Terdapat beberapa kecamatan yang wilayahnya kabupaten terluas ke-10, terpadat ke-9, dan berupa pulau-pulau seperti Kecamatan Menui memiliki populasi terbanyak ke-12 di Sulawesi Kepulauan.

Hunian Prasejarah di Sombori, Provinsi Sulawesi Tengah 23 - Nasrullah Azis

Penelitian arkeologi oleh Balai Arkeologi dari spit 26 di Gua Gililana menghasilkan Manado di daerah Morowali tercatat dimulai pertanggalan 29341 ± 103 BP (Ono, 2018). tahun 2011. Penelitian awal ini mengidentifikasi Wilayah Kabupaten Morowali juga adanya tinggalan prasejarah dan kolonial di berbatasan langsung dengan Provinsi Sulawesi daerah dan sekitarnya yang sekarang Tenggara. Seperti diketahui bahwa di sisi merupakan Kabupaten Morowali Utara. Pada wilayah Sulawesi Tenggara juga terdapat tahun 2013, Balai Arkeologi Manado kembali tinggalan gua-gua hunian prasejarah (Rapport, melakukan penelitian di Morowali dan tercatat 2014; Nur, 2018). mengunjungi beberapa tinggalan seperti masjid tua di Bungku, Benteng Kotabajo, makam dan Permasalahan bekas istana Raja Bungku II, makam Kacili Menarik untuk melihat apakah ada Surabi serta 2 buah gua dan sebuah ceruk yaitu keterhubungan budaya bermukim di gua-gua Gua Puwasu dan Gua Guci serta Ceruk serta tempat terbuka antara sebaran situs-situs Korompeeli (Azis, 2011; Marzuki, 2013). yang ada di wilayah Morowali dengan yang Penelitian lanjutan oleh Balai Arkeologi berbatasan langsung dengan Kabupaten Manado yang fokus pada situs-situs gua Morowali seperti Sulawesi Selatan serta dilanjutkan di tahun 2014 hingga tahun 2017. Di Sulawesi Tenggara. Seperti diketahui bahwa tahun 2014 dan tahun 2015 melakukan ekskavasi wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi di Gua Morokopa. Tahun 2016 ekskavasi di Gua Tenggara sangat kaya akan situs-situs gua Gililana serta tahun 2017 melakukan ekskavasi hunian prasejarah. di Ceruk Kunefo. Kesemuanya sekarang masuk Akan dikumpulkan data arkeologi tentang wilayah Kabupaten Morowali Utara. Temuan sebaran situs-situs hunian yang terdapat di yang berhasil diidentifikasi antara lain berbagai wilayah pesisir Morowali. Selanjutnya dari data jenis kerang dan tulang binatang, alat serpih yang berhasil didapatkan akan dibuatkan peta bilah, alat tulang, manik-manik kerang, gelang sebaran dan menghubungkannya dengan peta kerang serta di Gua Gililana terdapat lukisan cap sebaran situs-situs hunian yang terdapat di tangan (Sriwigati, 2014; Tim, 2015). Morowali daratan serta di wilayah sekitarnya Disamping penelitian yang dilakukan oleh seperti Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Balai Arkeologi Manado, di Kabupaten Data arkeologi yang didapatkan akan dilihat Morowali dan Kabupaten Morowali Utara apakah ada persamaan dan perbedaan dengan dilaksanakan pula penelitian oleh Pusat yang ditemukan di Morowali daratan. Penelitian Arkeologi Nasional bekerjasama Permasalahan yang akan diangkat adalah dengan Tokai University Jepang yang : melakukan survei dan ekskavasi dimana juga - Apakah ada persamaan atau perbedaan melibatkan Balai Arkeologi Sulawesi Utara. tinggalan arkeologi yang berkaitan dengan Sejak 3 tahun terkahir penelitian kerjasama hunian prasejarah yang didapatkan di tersebut melaksanakan kegiatan ekskavasi di Morowali daratan dan di wilayah pesisir ? Gua Topogaru, Morowali serta survei di - Bagaimana strategi adaptasi yang diterapkan beberapa situs gua hunian prasejarah. oleh kelompok penghuni gua-gua atau tempat Dari beberapa sampel yang didapatkan terbuka di wilayah pesisir Morowali ? dari hasil survei dan ekskavasi didapat pertanggalan dari beberapa situs gua di wilayah Tujuan Morowali. Misalnya dengan sampel - Mengetahui persamaan dan perbedaan menggunakan sampel arang dari Gua Gililana tinggalan arkeologi yang berkaitan dengan menghasilkan pertanggalan 11.697± 35 BP. hunian prasejarah yang terdapat di Morowali Adapun dengan menggunakan sampel kerang daratan dan di wilayah pesisir serta pulau- temuan permukaan di Gua Kunefo menghasilkan pulau terdekat. pertanggalan 9036 ± 29 BP serta di Gua - Dapat menjelaskan strategi adaptasi yang Topohulu 10016 ± 31 BP. Beberapa sampel diterapkan oleh kelompok penghuni gua-gua malah menghasilkan pertanggalan yang cukup atau tempat terbuka di wilayah pesisir tua, seperti sampel arang dari ekskavasi di Morowali. kedalaman 275cm Gua Topogaru menghasilkan pertanggalan 24642 ± 62 BP serta sampel kerang Metode

24 Jurnal Tumotowa Volume 2 Nomor 1, Juli 2019: 23 - 36

Pada dasarnya arkeologi adalah sebuah ekakavasi. Dari kesemua data lapangan yang bidang ilmu yang berusaha untuk didapatkan selanjutnya akan dianalisis dimana merekonstruksi kehidupan manusia di masa lalu diharapkan dapat menjawab permasalahan berdasarkan interpretasi terhadap hasil budaya penelitian. materi yang ditinggalkannya. Disamping hasil Kesemua data arkeologi yang didapatkan budaya materi, tidak dilupakan pula aspek dari pengumpulan data lapangan baik melalui lingkungannya. Lingkungan alam yang dihadapi survei maupun ekskavasi selanjutnya akan manusia akan melahirkan strategi adaptasi agar dianalisis. Data arkeologi yang kemungkinan kelangsungan hidupnya terus terjaga. Ada masa didapatkan berupa alat serpih bilah, cangkang dimana manusia masih sangat tergantung dari kerang serta lukisan gua selanjutnya akan apa yang tersedia di alam, baik sebagai sumber dianalisis morfologi dan teknologinya. Untuk bahan makanan ataupun sebagai tempat data arkeologi berupa serpih bilah akan menetap. Gua-gua alam yang disediakan oleh dilakukan pula analisis terhadap jejak pakai alat. lingkungan sekitarnya merupakan salah satu Dugaan jenis temuan data arkeologi ini pilihan hunian. Dalam penelitian kali ini akan didasarkan dari penelitian gua-gua hunian melihat kemungkinan gua-gua alam yang prasejarah yang telah dilakukan sebelumnya di terdapat di pulau-pulau di wilayah Morowali wilayah Morowali dan Morowali Utara daratan. apakah juga dijadikan sebagai tempat aktivitas Dengan asumsi bahwa temuan sejenis keseharian seperti gua-gua yang terdapat di kemungkinan bakalan didapatkan di situs gua- Morowali daratan. gua di pulau-pulau wilayah Morowali. Penelitian ini menggunakan penalaran Analisis morfologi dengan melakukan induktif, dimana berdasarkan pengamatan pengukuran terhadap temuan dengan perlakuan terhadap gejala arkeologis dan segala aspek yang yang mungkin beda tergantung temuannya. berkaitan hingga sampai kepada suatu Temuan serpih bilah dengan melihat bentuk alat kesimpulan sehingga nantinya terbentuk batunya. Mengamati dan mengukur bidang generalisasi empirik. Adapun tipe penelitian ini dorsal, ventral, lateral kiri kanan, pangkal adalah penelitian deskriptif, dimana nantinya proksimal dan bagian ujung. Variabel lain adalah diharapkan dapat memberikan gambaran data bentuk irisan transversal dan longitudinal. arkeologi yang ditemukan, baik dalam kerangka Secara keseluruhan dapat memberikan waktu, bentuk maupun keruangannya serta gambaran tentang karakter morfologi alat. mengungkapkan hubungan diantara berbagai Adapun analisis morfologi lukisan gua dengan variabel penelitian (Tim penyusun, 2008: 20). melihat jenis gambar, keletakan gambar, sikap Adapun tahapan penelitian dimulai serta warna. dengan persiapan, antara lain mencari informasi Analisis teknologi untuk alat serpih bilah akses termudah mencapai pulau-pulau tersebut dengan memperhatikan antara lain jenis bahan, disamping informasi tentang kendala-kendala warna, kekerasan. Selain itu variabel lainnya yang mungkin dihadapi seperti tentang kondisi yang disebabkan oleh sifat bahan baku adalah cuaca di lokasi penelitian. Selanjutnya mencari bulbus, ventral, bentuk bulbar scar. Adapun sumber data kepustakaan tentang informasi untuk temuan berupa lukisan gua dengan melihat penelitian dan hasil penelitian yang pernah antara lain teknik pelukisannya, bahan pewarna, dilakukan di Morowali. dll (Tim penyusun, 2008: 45-82) Setelah semuanya siap, dilanjutkan dengan mencari data lapangan dengan survei dan ekskavasi. Akan dilakukan wawancara dan mencari sumber informasi tentang tinggalan arkeologi yang terdapat di pulau-pulau wilayah Morowali, utamanya yang masuk dalam kecamatan Merui Kepulauan. Dari informasi yang berhasil dirangkum akan dilakukan survei gua-gua atau kemungkinan situs terbuka yang terdapat di wilayah tersebut. Setelah survei berakhir akan ditentukan salah satu situs yang akan diteliti lebih lanjut dengan mengadakan

Hunian Prasejarah di Sombori, Provinsi Sulawesi Tengah 25 - Nasrullah Azis

KEADAAN LINGKUNGAN Sulawesi dan beberapa pulau di dekat bagian Geologi Regional timur Sulawesi. Sedikitnya ada delapan Berdasarkan keadaan litotektonik, kepingan benua yang tersebar di Lengan Timur Sulawesi dibagi tiga mandala, yaitu Mandala Sulawesi, Lengan Tenggara Sulawesi, dan barat sebagai jalur magmatik yang merupakan pulau-pulau sekitarnya. Kepingan benua itu bagian ujung timur Paparan Sunda, Mandala terdiri atas Banggai-Sula, Siombok, Tambayoli, tengah berupa batuan malihan yang ditumpangi Bungku, Mattarombeo, Sulawesi Tenggara, batuan bancuh sebagai bagian dari blok Buton, dan Tukang Besi (Surono, 2010). Australia, dan Mandala timur berupa ofiolit yang merupakan segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias - Miosen. Van Leeuwen (1994) menyebutkan bahwa mandala barat sebagai busur magmatik dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian utara dan barat. Bagian utara memanjang dari sampai sekitar Manado, dan bagian barat dari Buol sampai sekitar Makassar.

Gambar 2. Peta Geologi bagian timur Sulawesi. (Sumber: Surono, 1998). Di bagian timur Sulawesi dijumpai Sesar Matano dengan arah berarah baratlaut–timur, dan ujung baratnya menyambung dengan Sesar - Koro (Hamilton, 1979). Sesar Palu Koro memanjang dari utara (Palu) ke selatan (Malili) hingga teluk bone sepanjang ± 240 km. Bersifat Gambar 1. Peta Satuan Litotektonik Sulawesi. (Sumber: Van Leuwen, 1994). sinistral dan aktif dengan kecepatan sekitar 25- 30 mm/tahun (Permana, 2005). Demikian juga Menurut Surono (1998), bahwa batuan di Sesar Matano merupakan sesar mendatar bagian timur Sulawesi (Bagian timur Morowali) sinistral memotong Sulawesi Tengah dan dapat dikelompokkan menjadi empat bagian melalui Danau Matano, merupakan kelanjutan besar, yaitu batuan yang berasal dari kerak dari Sesar Palu ke arah timur yang kemudian Samudra Pasifik (kompleks ofiolit), batuan berlanjut dengan prisma akresi Tolo di Laut malihan ditutupi oleh sedimen Mesozoikum- Banda Utara. Sesar ini cukup aktif sebagaimana Paleogen, sedimen Neogen, dan Kuarter. Secara dijumpainya beberapa gempa sepanjang sesar garis besar, setelah meredanya tumbukan antara tersebut. Daerah daerah ini harus mendapat kompleks ofiolit dan kepingan benua, di atas perhatian dan diwaspadai karena berpotensi keduanya terendapkan sedimen Neogen yang bencana geologi (Kaharuddin dkk, 2011). umum disebut Molasa Sulawesi, dan kemudian Ke arah timur yaitu di bagian barat Laut disusul oleh pengendapan sedimen Kuarter. Banda, Sesar Matano berubah menjadi sesar naik Kepingan benua yang diduga berasal dari tepi Tolo (Gambar 5). Sesar mendatar lainnya di utara Australia ini menyebar di bagian timur Sulawewsi bagian tengah adalah Sesar Lasolo

26 Jurnal Tumotowa Volume 2 Nomor 1, Juli 2019: 23 - 36 yang di jumpai di Lengan tenggara Sulawesi. pada puncak Gua yang sesuai dengan pola Sesar ini lebih kurang sejajar dengan segmen perbukitan di pulau tersebut. selatan Sesar Palu-Koro. Kepingan benua Banggai-Sula memanjang dari barat ke timur dan menempati bagian tenggara Lengan Timur Sulawesi, Kepulauan Banggai dan Kepulauan Tukangbesi (Pigram dkk, 1984; Pigram dkk, 1985; Garrad dkk, 1988). Demikian juga menurut Watkinson dkk, (2011), kepingan benua tersebut cukup besar mulai dari ujung atas Lengan Timur, yakni Banggai-Sula, Matarombeo, Sulawesi Tenggara, dan Buton. Kesamaan stratigrafi membuat kepingan benua ini dipercaya banyak penulis sebagai kepingan Foto di sekitar mulut Gua Berlian, arah benua yang berasal dari tepi utara Benua Gambar 3. foto ke utara. Australia Secara stratigrafi, batuan pembentuk (Sumber: Dok Balai Arkeologi Sulut) kepingan Banggai-Sula terdiri atas batuan yang berumur dari Palaeozoikum hingga Kuarter. Sebagai batuan alas pada kepingan benua tersebut adalah batuan malihan yang diterobos oleh granit dan ditindih oleh batuan gunungapi asam (Supandjono dan Haryono, 1993).

Identifikasi Pembentukan Gua di Wilayah Penelitian Beberapa gua telah diidentifikasi keberadaannya di sekitar Perbukitan Karst Matarappe juga di sekitar Busur Kepulauan Terumbu Sombori. Kedua daerah morfologi tersebut berada pada daerah administrasi Desa Gambar 4. Peta Gua Berlian. (Sumber: Dok Balai Arkeologi Sulut) Mbokita dan Desa Matarape, Kecamatan Menui Kepulauan. Di ruang depan (dekat mulut gua) Gua Berlian ditemukan sebaran sampah dapur, menyebar Gua berlian berada di daratan Pulau hingga ke ruang bagian tengah dan belakang. Sulawesi, termasuk pada jajaran perbukitan karst Ditemukan sebaran telapak tangan pada dinding Matarape. Memiliki posisi koordinat di 51M gua sebelah utara. 435861 9637813 atau S 03˚16’35,8” dan E Gua Mbokita 122˚25’21,6”, memiliki ketingian 4 mdpl. Gua Gua Mbokita terletak pada kemenerusan yang tersusun atas batugamping klastik yang perbukitan karst Matarappe berada pada sisi telah mengalami proses pelarutan yang sangat utara tanjung. Untuk menuju kesana melalui intensif, sehingga membentuk struktur stalaktit, selat kecil hingga menemui Laut Banda, stalakmit, atau bahkan tiang dan tirai sebagai kemudian menyusuri belahan utara perbukitan produk hasil proses rekristalisasi yang karst Matarappe. disebabkan oleh aktivitas pelarutan yang melalui Gua ini memiliki posisi geografis di 51M pori-pori batugamping tersebut. 436718 9639935 atau S 03˚15’26,7” dan E Memiliki dimensi sebesar 644 m², Gua 122˚25’49,4”, memiliki ketinggian 47mdpl. Gua berlian terbagi atas 3 ruangan. Ruang depan, ini terletak di perbukitan karst yang terbentuk tengah, dan belakang, terpisahkan oleh tiang dan dari proses pelarutan dan runtuhan sehingga pilar hasil proses pelarutan batugamping dan membentuk gua. Proses pelarutan akan reruntuhan batugamping berukuran boulder di meninggalkan rongga dan penumpukkan bagian paling belakang. Lebar 12 m, panjang material setempat membentuk tirai dan tiang maksimal 12,3 m, dengan ketinggian maksimal beraneka ornament. Proses pelarutan ini masih 22,5 m yang terhubung oleh sinkhole (lubang)

Hunian Prasejarah di Sombori, Provinsi Sulawesi Tengah 27 - Nasrullah Azis berlangsung dengan intensif hingga saat ini. TINGGALAN ARKEOLOGI Mulut gua menghadap ke timur (N120˚E). Pada penelitian awal tentang hunian prasejarah di wilayah pesisir Morowali, dilakukan survei dan perekaman data di gua Berlian serta Gua Mbokita. Data umum yang didapatkan adalah gambar cadas yang diterakan pada dinding-dinding gua Berlian dan gua Mbokita. Disamping itu, hal yang jelas terlihat adalah melimpahkan cangkang kerang di depat mulut hingga ke belakang kedua gua Proses perekaman gambar cadas di Gua Berlian dan Gua Mbokita yaitu dengan mengidentifikasi imaji-imaji gambar cadas dari Gambar 5. Foto Gua Mbokita dari jalan setapak arah sebelah kiri dinding gua, terus mengarah ke menuju mulut gua. arah dinding belakang gua, dan terakhir ke (Sumber: Dok Balai Arkeologi Sulut) bagian sebelah kanan gua. Proses perekaman Gua ini terbagi menjadi 3 ruang, bagian menggunakan kamera digital, imaji difoto depan, samping (utara), dan belakang, dibatasi sebanyak minimal 2 kali, menggunakan skala oleh tirai dan tiang. Beberapa ceruk kecil dan tanpa skala. Pengukuran keletakan yaitu tercatat di bagian belakang. Gua Mbokita ketinggian dari permukaan tanah menggunakan memiliki luas mencapai 610,6 m². Dimensi gua laser distance, pengukuran dimensi imaji yaitu Mbokita memiliki lebar mulut gua 9.2 m, panjang dan lebar dilakukan hanya pada imaji panjang 47.3 m, dengan tinggi mulut gua yang terjangkau. Identifikasi bentuk imaji mencapai 6 m. Secara rinci ditampilkan pada menggunakan form gambar cadas (no photo, gambar di bawah ini. bentuk, f/nf, tipe, warna, teknik penggambaran, orientasi, panil, posisi, dan informasi) dan identifikasi lebih pada bagian tangan, bagian lengan, dan ukuran tebal jari. Pengolahan data tabulasi pada laptop menggunakan Microsoft excel dan photo-photo imaji yang kurang jelas, dicek menggunakan plugin DStretch pada aplikasi Imagej. Sehingga pendeskripsian imaji pada panil bisa lebih baik, beberapa imaji yang sebelumnya tidak masuk dalam tabulasi perekaman di lapangan ditambahkan pada excel file.

Gua Berlian Gambar 6. Peta Gua Mbokita. Dari survei yang diakukan Gua Berlian. (Sumber: Dok Balai Arkeologi Sulut) Temuan arkeologis yang dominan adalah Litologi berupa batugamping klastik tinggalan cangkang kerang yang tersebar di berwarna abu-abu kekuningan bersusunan bagian depan gua serta sisi dalam mulut terumbu dan beberapa organize sepert coral dan gua.Disamping itu terdapat pula gambar cadas cangkang yang ikut terbentuk selama proses yang diterakan di dinding gua pengendapan. Tetesan air aktifitas pelarutan Gambar cadas yang ditemukan di gua ini paling intensif berada di ruang bagian belakang sebanyak 37 imaji gambar cadas pada 8 panil dan samping (utara). Terjadi proses rekristalisasi gambar cadas, dominan gambar tangan negatif saat pembentukan tiang dan tirai. Jarang ditemui (36 imaji) dan satu sisa gambar. Umumnya stalaktit dan stalakmit, hanya terbentuk di bagian berwarna merah (36 imaji), namun terdapat satu ruang depan. imaji berwarna kuning. Teknik penggambaran menggunakan teknik semprot pada dinding gua. Imaji diterakan pada ketinggian 0.5 – 5 meter

28 Jurnal Tumotowa Volume 2 Nomor 1, Juli 2019: 23 - 36 dari permukaan lantai gua. Kondisi imaji-imaji negatif pada ketinggian 1.2 meter mengarah ke gambar tangan negatif umumnya sebagian atas, pada dinding gua, teridentifikasi bagian jari mengelupas dan aus. normal hingga telapak.

Gambar 9. Salah satu imaji gambar tangan negatif dengan jari runcing pada panil 5, Gua Berlian. (Sumber: Dok Balai Arkeologi Sulut)

Gambar 7. Foto Gua Berlian tampak dari dalam Pada panil 5 teridentifikasi 7 imaji gambar gua. tangan negatif, pada ketinggian 1,6 – 2.2 meter (Sumber: Dok Balai Arkeologi Sulut) di dinding gua. Teridentifikasi sebanyak 4 imaji mengarah ke atas, 1 imaji mengarah ke kiri dan 1 imajii mengarah ke kanan. Sebanyak 3 imaji bagian tangan kanan, 1 imaji bagian tangan kiri, sedangkan 3 imaji tidak teridentifikasi bagian tangannya. Untuk bagian lengan, 5 imaji teridentifikasi bagian jari hingga telapak, 1 imaji Gambar 8. Salah satu imaji gambar tangan negatif bagian jari saja, dan satu imaji tidak dengan jari normal pada panil 1, Gua Berlian. teridentifiksi bagian lengannya. Umumnya jari (Sumber: Dok Balai Arkeologi Sulut) digambarkan normal, hanya 1 imaji Pada panil 1 teridentifikasi sebanyak 15 digambarkan jari runcing. Panil 6 hanya terdiri 1 imaji gambar tangan negatif pada dinding gua imaji gambar tangan negatif, mengarah ke atas dengan ketinggian 0.9 – 2 meter. Umumnya pada ketinggian 1.4 meter dari permukaan lantai mengarah ke atas, hanya 1 imaji mengarah ke gua, teridentifikasi bagian tangan kiri, dengan bawah. 5 imaji teridentifikasi bagian tangan kiri, bagian jari normal hingga telapak digambarkan. 1 imaji teridentifikasi tangan kanan, sedangkan Pada panil 7 teridentifikasi 1 imaji gambar 9 imaji lainnya tidak teridentifikasi bagian tangan negatif berwarna merah mengarah ke tangannya. 12 imaji teridentifikasi bagian jari atas, pada ketinggian 1 meter di dinding gua, hingga telapak, 1 imaji teridentifikasi bagian jari teridentifikasi bagian tangan kiri dengan jari hingga pergelangan, sedangkan 2 imaji tidak normal hingga telapak digambarkan. Sedangkan teridentifikasi bagian lengannya. Ketebalan jari pada panil 8 teridentifikasi sebanyak 8 imaji bervariasi dari 1 - 2.3 cm. Sebagian besar gambar tangan negatif, sebanyak 6 imaji digambarkan dengan jari normal, yaitu 13 imaji. mengarah ke atas, 1 imai mengarah ke kanan. 2 1 imaji dengan jari diruncingkan, 1 imaji lainnya imaji teridentifikasi bagian tangan kiri, 1 imaji hanya sisa gambar. Posisi panil 1 di bagian teridentifikasi bagian tangan kanan, sedangkan 4 dinding kiri gua, dibagian lantai gua masih imaji lainnya tidak teridentifikasi bagian terdapat deposit sampah kerang. tangannya. Untuk bagian lengan, semuanya Pada panil 2 teridentifikasi sebanyak 4 teridentifikasi bagian jari normal hingga telapak imaji gambar cadas, 3 imaji gambar tangan tangan. negatif dan 1 sisa gambar pada ketinggian 70-90 cm dari permukaan lantai gua. Hanya 1 imaji Gua Mbokita mengarah ke atas, bagian tangan kanan dengan Seperti tinggalan yang terapat di Gua jari hingga telapak, sedangkan imaji sisanya Berlian, tinggalan di Gua Mbokita pun tidak teridentifikasi hanya sisa pigmen hasil didominasi oleh temuan cangkang kerang yang semprotan. Panil 3 hanya terdiri 1 imaji gambar dominan terlihat di mulut gua serta camber cadas tangan negatif pada ketinggian 0.53 meter di dinding dan langit gua. dicerukan kecil, mengarah ke atas, teridentifikasi Gambar cadas yang ditemukan di gua ini jari normal dengan bagian jari hingga telapak. sebanyak 195 imaji gambar cadas pada 11 panil Panil 4 juga hanya terdiri 1 imaji gambar tangan gambar cadas, dominan gambar tangan negatif

Hunian Prasejarah di Sombori, Provinsi Sulawesi Tengah 29 - Nasrullah Azis

(143 imaji), selain itu figur hewan 12 imaji semuanya berwarna merah, dengan teknik (hewan 6 imaji, ikan 4 imaji, anoa 1 imaji, cumi semprot. Semua imaji digambarkan di langit- 1 imaji), figur manusia (3 imaji), geometris 6 langit pada ketinggian 0,096-1,924 meter, 9 imaji (geometris 3 imaji, garis lengkung 2 imaji, imaji mengarah ke atas dan 1 imaji mengarah ke dan garis 1 imaji) dan 31 sisa gambar. Tipe bawah. Selain itu teridentifikasi 7 imaji bagian penggambaran negatif 175 imaji, solid 5 imaji, tangan kanan dan 5 imaji bagian tangan kiri. outline 6 imaji, dan garis 9 imaji. Umumnya Untuk bagian lengan, teridentifikasi sebanyak 1 berwarna merah (191 imaji), namun terdapat 4 imaji bagian jari saja, 8 imaji teridentifikasi imaji berwarna hitam. Teknik penggambaran bagian jari- telapak, 3 imaji teridentifikasi menggunakan teknik semprot 174 imaji dan bagian jari-pergelangan, dan terakhir 2 imaji teknik kuasan 21 imaji pada dinding dan langit- teridentifikasi bagian jari-lengan. Umumnya langit gua. Imaji diterakan pada ketinggian 0.034 gambar tangan negatif digambarkan dengan jari – 3,391 meter dari permukaan lantai gua. normal, namun terdapat sebanyak 4 imaji Kondisi imaji-imaji gambar tangan negatif digayakan dengan diruncingkan bagian ujung umumnya sebagian mengelupas dan aus. jari-jarinya. Pada panil 3 teridentifikasi sebanyak 5 imaji yaitu gambar tangan negatif (4 imaji) dan sisa gambar (1 imaji). Gambar tangan negatif teridentifikasi 2 berwarna merah dan 2 berwarna hitam, dengan teknik semprot. 4 imaji digambarkan di dinding gua, dan 1 imaji di langit-langit pada ketinggian 1,125-2-171 meter, 3 imaji mengarah ke atas dan 1 imaji mengarah ke bawah. Selain itu teridentifikasi 2 imaji bagian tangan kanan dan 2 imaji bagian tangan kiri. Untuk bagian lengan, teridentifikasi sebanyak 3 imaji teridentifikasi bagian jari- telapak dan 1 imaji teridentifikasi bagian jari- pergelangan. Umumnya gambar tangan negatif Gambar 10. Foto Gua Mbokita tampak dari sisi digambarkan dengan jari normal, tidak terdapat gua. imaji yang digayakan. (Sumber: Dok Balai Arkeologi Sulut) Pada panil 4 teridentifikasi sebanyak 3 imaji yaitu gambar tangan negatif. Gambar tangan negatif semuanya berwarna merah, dengan teknik semprot. 2 imaji digambarkan di langit-langit dan 1 imaji di dinding gua pada ketinggian 0,749-1, 246 meter, dan semua imaji mengarah ke atas. Selain itu teridentifikasi 2 Gambar 11. Salah satu imaji gambar tangan negatif dengan jari normal pada panil 1, Gua Mbokita. imaji bagian tangan kiri. Untuk bagian lengan, (Sumber: Dok Balai Arkeologi Sulut) teridentifikasi sebanyak 1 imaji bagian jari saja dan 2 imaji teridentifikasi bagian jari- telapak. Pada panil 1 teridentifikasi sebanyak 2 Umumnya gambar tangan negatif digambarkan imaji yaitu gambar tangan negatif dan sisa dengan jari normal, namun terdapat sebanyak 1 gambar. Gambar tangan negatif berwarna merah, imaji digayakan dengan diruncingkan bagian dengan teknik semprot, teridentifikasi bagian ujung jari-jarinya. Salah satu imaji gambar tangan kiri dari jari hingga telapak pada dinding tangan negatif diperkirakan dapat dijadikan gua dengan ketinggian 1,910 meter, mengarah sampel pertanggalan uranium series. ke kanan berukuran 20 x 20 cm. Sisa gambar Pada panil 5 teridentifikasi sebanyak 1 pada panil 1 sudah aus dan mengelupas, selain imaji yaitu gambar tangan negatif berwarna itu terdapat sarang serangga. merah, dengan teknik semprot. Imaji Pada panil 2 teridentifikasi sebanyak 18 digambarkan di langit-langit pada ketinggian imaji yaitu gambar tangan negatif (14 imaji) dan 0,641 meter, mengarah ke atas. Teridentifikasi sisa gambar (4 imaji). Gambar tangan negatif imaji tersebut bagian tangan kanan yang

30 Jurnal Tumotowa Volume 2 Nomor 1, Juli 2019: 23 - 36 digambarkan bagian jari-pergelangan diperkirakan merupakan sisa dari bagian badan digambarkan dengan jari normal. hewan. Selain itu sisa gambar begaian besar Pada panil 6 teridentifikasi sebanyak 33 merupakan sisa-sisa semprotan yang sudah imaji yaitu gambar tangan negatif (18 imaji), 1 mengelupas dan tidak bisa teridentifikasi lagi. imaji figur manusia, 2 imaji garis lengkung, dan Pada panil 8 teridentifikasi sebanyak 29 sisa gambar (12 imaji). Gambar tangan negatif imaji yaitu gambar tangan negatif 14 imaji, figur berwarna merah 17 imaji dan 1 warna hitam, manusia 1 imaji, figur hewan 8 imaji termasuk 1 dengan teknik semprot. Imaji digambarkan di imaji cumi, 4 imaji ikan. Selain itu teridentifikasi langit-langit 15 imaji dan 3 di dinding gua pada 2 imaji geometris berupa garis lengkung, serta ketinggian 0,703-2,371 meter. Orientasi gambar sisa gambar (4 imaji). Gambar tangan negatif tangan negatif yaitu 17 imaji mengarah ke atas. semuanya berwarna merah dengan teknik Selain itu teridentifikasi 5 imaji bagian tangan semprot. Semua imaji digambarkan di dinding kanan dan 8 imaji bagian tangan kiri. Untuk gua 26 imaji dan langit-langit 33 imaji pada bagian lengan, teridentifikasi sebanyak 11 imaji ketinggian 1,018-2,834 meter. Orientasi arah bagian jari- telapak dan 2 imaji teridentifikasi hadap gambar tangan negatif diketahui yaitu 9 bagian jari-pergelangan. Umumnya gambar imaji mengarah ke atas dan 2 imaji mengarah ke tangan negatif digambarkan dengan jari normal. kiri. Selain itu teridentifikasi 6 imaji bagian Figur manusia digambarkan dengan teknik tangan kanan dan 3 imaji bagian tangan kiri. kuasan, posisi berdiri mengarah ke kiri, Untuk bagian lengan, teridentifikasi sebanyak 1 berukuran 12 x 4 cm, dengan ketebalan 2 mm imaji bagian jari saja dan 10 imaji teridentifikasi pada ketinggian 1,032 meter di langit-langit gua. bagian jari-telapak. Umumnya gambar tangan Selain itu dua garis lengkung, salah satunya negatif digambarkan dengan jari normal, namun dengan kuasan pada ketinggian 1,594 m di terdapat sebanyak 1 imaji digayakan dengan langit-langit. Sedangkan sisa gambar pada panil diruncingkan bagian ujung jari-jarinya. Figur 6 merupakan sisa-sisa semprotan yang sudah manusia dengan kedua lengan mengarah ke atas, mengalami keausan. menghadap ke arah kiri, dengan sikap berdiri Pada panil 7 teridentifikasi sebanyak 68 digambarkan dengan kuasan pada ketinggian imaji yaitu gambar tangan negatif (59 imaji), 1,605 meter dari permukaan tanah berukuran 50 figur hewan 2 imaji, 2 imaji geometris yaitu 1 x 30 cm. imaji garis dan 1 seperti badan hewan, serta sisa gambar (5 imaji). Gambar tangan negatif semuanya berwarna merah, dengan teknik semprot. Semua imaji digambarkan di dinding gua 26 imaji dan langit-langit 33 imaji pada ketinggian 1,018-2,834 meter. Orientasi arah hadap gambar tangan negatif diketahui yaitu 46 Gambar 12. Gambar tangan negatif pada panil 8, imaji mengarah ke atas, 6 imaji mengarah ke Gua Mbokita. bawah, 3 imaji mengarah ke kanan, dan 2 imaji (Sumber: Dok Balai Arkeologi Sulut) mengarah ke kiri. Selain itu teridentifikasi 21 Pada panil 9 teridentifikasi sebanyak 15 imaji bagian tangan kanan dan 29 imaji bagian imaji yaitu gambar tangan negatif 14 imaji dan tangan kiri. Untuk bagian lengan, teridentifikasi figur manusia 1 imaji. Gambar tangan negatif 13 sebanyak 6 imaji bagian jari saja, 33 imaji imaji berwarna merah dan 1 imaji berwarna teridentifikasi bagian jari- telapak, 16 imaji hitam dengan teknik semprot. Semua imaji teridentifikasi bagian jari-pergelangan, dan digambarkan di dinding gua 4 imaji dan langit- terakhir 1 imaji teridentifikasi bagian jari- langit 10 imaji pada ketinggian 1,222-1,660 lengan. Umumnya gambar tangan negatif meter. Orientasi arah hadap gambar tangan digambarkan dengan jari normal, namun negatif diketahui yaitu 11 imaji mengarah ke terdapat sebanyak 1 imaji digayakan dengan atas, 2 imaji mengarah ke kanan, dan 1 imaji diruncingkan bagian ujung jari-jarinya. Figur mengarah ke kiri. Selain itu teridentifikasi 5 hewan digambarkan bertipe garis dengan kuasan imaji bagian tangan kanan dan 6 imaji bagian pada ketinggian 1,457 meter berukuran 16 x 9 tangan kiri. Untuk bagian lengan, teridentifikasi cm dan 10 x 9 cm di langit-langit gua. Sedangkan sebanyak 3 imaji bagian jari saja, 10 imaji imaji geometris (1 imaji) dan garis (1 imaji) teridentifikasi bagian jari-telapak, dan 1 imaji

Hunian Prasejarah di Sombori, Provinsi Sulawesi Tengah 31 - Nasrullah Azis teridentifikasi bagian jari-pergelangan. digambarkan dengan jari normal. Sisa gambar Umumnya gambar tangan negatif digambarkan berupa pigmen warna merah dengan teknik dengan jari normal, namun terdapat sebanyak 4 semprot. imaji digayakan dengan diruncingkan bagian Disamping survei gua Berlian dan gua ujung jari-jarinya. Sedangkan figur manusia Mbokita, pada bagian depan Gua Mbokita digambarkan seperti sedang terbang dengan dilakukan pula ekskavasi. Ekskavasi dilakukan teknik kuasan mengarah ke kanan dengan dengan membuka kotak berukuran 1 x 1 meter ukuran 18 x 7 cm pada ketinggian 1,331 dari sebanyak 2 kotak yaitu akotak TP 1 dan kotak permukaan lantai gua. TP 2. Menggunakan sisitem spit dimana menggali dengan interval 10 cm. Tanah hasil galian ekskavasi selanjutnya diayak kering dengan ayakan 5mm. Total tanah hasil galian dihitung menggunakan ember berukuran 20 liter. Kotak yang pertama dibuka yaitu kotak TP 1 dimana permukaan tanahnya cenderung miring Gambar 13. Figur anoa dan gambar tangan negatif ke arah timur. Permukaan kotak TP 1 berupa pada panil 10, Gua Mbokita. tumpukan kerang yang hampir menutupi semua (Sumber: Dok Balai Arkeologi Sulut) kotak. Pada panil 10 teridentifikasi sebanyak 10 imaji yaitu gambar tangan negatif 7 imaji, figur Kotak TP 1 hewan 2, termasuk anoa 1 imaji, dan sisa gambar Spit 1 (0–10cm). Pada spit ini tanahnya 1 imaji. Gambar tangan negatif semuanya gembur berwarna kehitaman bercampur kulit berwarna merah. Semua imaji digambarkan di kerang. Temuan pada spit 1 berupa kerang langit-langit pada ketinggian 1,189-3,380 meter. bercampur batu gamping. Di sudut timur laut Orientasi arah hadap gambar tangan negatif tanahnya berwarna abu-abu yang kemungkinan diketahui yaitu 5 imaji mengarah ke atas dan 2 merupakan abu pembakaran. imaji mengarah ke kanan. Selain itu Spit 2 (10-20cm). Kondisi tanah belum teridentifikasi 4 imaji bagian tangan kanan dan 1 berubah. Temuan berupa cangkang kerang imaji bagian tangan kiri. Untuk bagian lengan, bercampur tanah. Kecuali di sudut timur laut teridentifikasi sebanyak 2 imaji bagian jari saja terdapat struktur dari bongkahan batu. dan 5 imaji teridentifikasi bagian jari-telapak. Spit 3 (20-30). Pada akhir pembukaan spit Umumnya gambar tangan negatif digambarkan 2, nampak tanah terbagi dalam 3 warna yaitu dengan jari normal. Sedangkan figur hewan hitam (10yr 2/1 black Munsell Soil) di sebagian digambarkan dengan teknik kuasan, salah satu sisi utara, coklat (7.5yr 4/2 brown) di sebagian imaji teridentifikasi sebagai anoa mengarah ke sisi selatan serta abu-abu (7.5yr 7/1 light gray). kiri yang dikelilingi gambar tangan negatif. Struktur makin nampak berbentuk melingkar di Figur hewan lainnya merupakan bagian dari dinding timur. badan hewan, tidak teridentifikasi jenis Spit 4(30-40cm) dan spit 5 (40-50cm) hewannya. kondisi tanah dan temuan belum berubah. Terakhir panil 11 teridentifikasi sebanyak Ekskavasi diteruskan menyisakan struktur yang 11 imaji yaitu gambar tangan negatif 8 imaji dan ada di dinding timur. Kecuali pada akhir sisa gambar 3 imaji. Gambar tangan negatif ekskavasi spit 5 nampak tanahnya berubah semuanya berwarna merah. Semua imaji menjadi berpasir halus dan berwarna hitam digambarkan di langit-langit pada ketinggian (7.5yr 2.5/1 black). Disamping temuan cangkang 0,034-2,434 meter. Orientasi arah hadap gambar kerang, ditemukan pula sejumlah tulang hewan tangan negatif diketahui yaitu 2 imaji mengarah kecil serta sejumlah arang. ke atas dan 1 imaji mengarah ke kanan. Selain Ekskavasi dilanjutkan dengan membuka itu teridentifikasi 1 imaji bagian tangan kanan setengah kotak TP2. Kotak ekskavasi ini dibuka dan 4 imaji bagian tangan kiri. Untuk bagian untuk lebih mengetahui bentuk penampakan lengan, teridentifikasi sebanyak 1 imaji bagian struktur di dinding timur kotak TP1. Olehnya itu jari saja, 6 imaji teridentifikasi bagian jari- kotak TP1 tidak seluruhnya dibuka, namun telapak, dan 1 imaji teridentifikasi bagian jari- hanya membuka setengah kotak yang bersisian telapak. Umumnya gambar tangan negatif dengan dinding timur kotak TP1. Kotak ini

32 Jurnal Tumotowa Volume 2 Nomor 1, Juli 2019: 23 - 36 dibuka hingga struktur atau susunan batu yaitu rijang, tidak ditemukan dalam formasi nampak sepenuhnya atau hingga spit 2. Kondisi geologi pegunungan karts Matarappe. tanah kotak TP 2 gembur berwarna abu-abu Adapun temuan cangkang kerang, bercampur dengan cangkang kerang. pastinya sangat melimpah di hunian wilayah pesisir Morowali dibandingkan di daerah daratan, tentunya ini berkaitan kedekatan jarak dari sumbernya. Terlihat pula bahwa kerang yang dikonsumsi di wilayah pesisir sangat beragam. Temuan tulang-tulang hewan kecil lebih banyak dan beragam ditemukan di wilayah Morowali daratan. Dari survei singkat yang dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya hunian lain di sekitar gua Berlian dan gua Mbokita, ada beberapa lokasi di pantai dimana terdapat Gambar 14. Spit 3 Kotak TP 1 Gua Mbokita. sebaran cangkang kerang. Lokasi ini terdapat di (Sumber: Dok Balai Arkeologi Sulut) pantai yang terlindung atau dalam laguna. Setelah struktur atau susunan batu Cangkang kerang tersebut tersebar mulai dari nampak sepenuhnya, selanjutnya dilakukan pinggiran pantai hingga ke daratan. Dengan pengukuran posisi dan dimensi tiap-tiap melihat lingkungannya yang terlindungi dari bongkah batu lalu kemudian diangkat. angin kencang serta ombak, kemungkinan lokasi Pengangkatan susunan batu ini dilakukan untuk tersebut juga digunakan untuk hunian atau kemudian membuka tanah di bawah struktur beraktivitas keseharian. Mereka tidak melulu hingga rata dengan spit terakhir di masing- menetap dan beraktivitas dalam gua, namun masing kotak. memilih beberapa tempat yang aman selain di gua. Dari temuan beberapa lokasi yang berindikasi hunian terbuka, tentunya merupakan KESIMPULAN salah satu strategi adaptasi dimana mereka tidak tergantung sepenuhnya pada gua sebagai hunian, Penelitian arkeologi di wilayah pesisir namun sudah mulai mengeksploitasi alam dan Kabupaten Morowali ini merupakan penelitian lingkungan sekitar gua. awal. Penelitian ini mencoba menelusuri jejak Berkaitan dengan upaya pelestarian, tinggalan manusia yang menghuni gua-gua alam dipandang perlu untuk melihat wilayah pesisir di pegunungan karst Matarape serta di tempat- Morowali secara lebih luas. Kawasan karts tempat terbuka di pinggiran laguna yang terbentuk di daerah ini. Matarape pada beberapa lokasi telah dijadikan Dari data arkeologi yang diperoleh sebagai tambang terbuka. Perlu intensitas dalam penelitian ini, jenis temuan umumnya penelitian arkeologi untuk melihat seberapa sama seperti yang didapatkan di gua-gua hunian besar potensi tingggalan arkeologi di wilayah di wilayah Morowali daratan. Gambar cadas tersebut dan regulasi apa yang perlu diterapkan juga ditemukan di gua-gua pesisir Morowali untuk pelestariannya. seperti yang juga ditemukan di gua-gua di Wilayah ini pastinya mempunyai nilai wilayah Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan serta di Morowali daratan. Namun penting sejarah dimana dapat dijadikan salah sejauh ini, data gambar cadas terbanyak satu acuan untuk mendokumentasikan fase ditemukan di wilayah pesisir Morowali sejarah kehidupan masyarakat di Morowali pada dibanding di wilayah daratan khususnya dan di Pulau Sulawesi pada Adapun alat litik, tidak seperti yang umumnya. Disamping itu juga merupakan salah umum ditemukan di gua-gua Morowali daratan satu bukti peningggalan masa lalu dimana dapat serta gua-gua hunian di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Alat litik sangat jarang memperkaya ilmu pengetahuan. Nilai penting ditemukan di Morowali pesisir karena sumber ilmu pengetahuan dimana situs ini masih bahan baku yang umum digunakan sebagai alat memiliki potensi untuk diteliti lebih lanjut,

Hunian Prasejarah di Sombori, Provinsi Sulawesi Tengah 33 - Nasrullah Azis memiliki informasi yang dapat menjelaskan Annual Convention and Exhibition. peristiwa yang terjadi di masa lalu, proses Makassar. perubahan budaya serta proses adaptasi manusia Leeuwen, Van. T.M. 1994. 25 Years of Mineral Exploration and Discovery in , terhadap lingkungannya. Nilai penting Journal of Geochemical Exploration. kebudayaan dimana antara lain di situs ini kaya Marzuki, Irfanuddin Wahid. Laporan Penelitian akan tinggalan berupa gambar cadas yang Arkeologi. 2013. “Survei Potensi diterakan di dinding-dinding gua, hal ini sedikit Peninggalan Arkeologi Kabupaten banyaknya bisa membantu menjelaskan tentang Morowali Tahap II”. Manado: Balai sebaran lukisan-lukisan gua, tentang lingkungan Arkeologi Manado. dan strategi adaptasi pada masa penghunian gua Nur, Muhammad, 2018. Prasejarah Gua Tenggera dan Gua Anabahi, Konawe tersebut di masa lalu. Utara, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Secara umum kawasan ini sangat Disertasi. Universiti Sains Malaysia. berpotensi untuk diteliti lebih lanjut. Situs Gua Ono, Rintaro. 2018. Progress Report for Mbokita dan beberapa situs yang telah disurvei Prehistoric Human Migrations, Maritime di sekitarnya memperlihatkan jika tinggalan- Networks and Resource Use in Sulawesi tinggalan yang ada masih sangat insitu. Hal ini and Maluku Islands. School of Marine antara lain dikarenakan lokasi tersebut jauh dari Science and Technology. Tokai pemukiman dan sulitnya akses untuk University, Japan. pencapaian. Tinggalan budaya dari hasil Permana, H. 2005. Potensi Bencana Geologi ekskavasi berupa kerang yang sangat melimpah, Kawasan Timur Indonesia, Tektonik tidak (atau belum) ditemukannya alat batu yang Aktif dan Gempa Bumi Palu. Pertemuan konteks dengan temuan kerang merupakan hal Ilmiah Tahunan Forum Himpunan pembeda dengan tinggalan yang ada di gua-gua Geologi VIII, Universitas Hasanuddin. lainnya di Morowali. Untuk lebih mengetahui Makassar. penyebab perbedaan tersebut tentunya Pigram, C.J. et.al. Geology and Regional memerlukan penelitian lebih lanjut. Significance of the Sula Platform. East Indonesia. Joint Publication by Geol. Res. And Dev. Cen. Indonesia and Bureau of Mineral Resources. Australia. ***** Pigram, C.J. et.al. Origin of the Sula Platform, Eastern Indonesia. Geology 13: 331 – 353. Rapport. 2014. Matarombeo 2014. Rusmana, dkk. 1993. Peta Geologi Lembar DAFTAR PUSTAKA Lasusua – Kendari, Sulawesi. P3GL. Azis, Nasrullah. Laporan Penelitian Arkeologi. Bandung. 2011. “Survei Potensi Sumberdaya Sriwigati. Laporan Penelitian Arkeologi. 2014. Arkeologi Kabupaten Morowali, Provinsi “Indikasi Hunian Manusia Masa Lalu di Silawesi Tengah”. Manado: Balai Gua Morokopa, Desa Korowou, Arkeologi Manado. Kecamatan Lembo, Kab. Morowali Garrard, R.A. et.al. The Geology of the Banggai Utara”. Manado: Balai Arkeologi – Sula Microcontinent, Eastern Indonesia. Manado. th Proc. 17 Ann. Con. Indonesia Petrolium Supandjono, J.B. dan Haryono, E. 1993. Peta Association. Jakarta. Geologi Lembar Banggai. Sulawesi Hamilton, W. 1979. Tectonics of Indonesia Maluku. Skala 1.250.000. P3GL. Region. USGS Professional Paper, 190- Bandung. 192. Surono, 2010. Geologi Lengan Tenggara Kaharuddin, dkk. 2011. Perkembangan Tektonik Sulawesi. Publikasi Khusus Badan dan Implikasinya terhadap Potensi gempa Geologi, KESDM. Bandung. dan Tsunami di Kawasan Pulau Sulawesi. Tim Penelitian. Laporan Penelitian Arkeologi. Proceed. PIT HAGI 36 dan PIT IAGI 40 2015. “Indikasi Pemukiman pada Gua Morokopa, Desa Korowou, Kecamatan

34 Jurnal Tumotowa Volume 2 Nomor 1, Juli 2019: 23 - 36

Lembo, Kab. Morowali Utara”. Manado: Balai Arkeologi Manado. Tim Penyusun. 2008. Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta : Puslitbang Arkenas. https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Moro wali

Hunian Prasejarah di Sombori, Provinsi Sulawesi Tengah 35 - Nasrullah Azis

36 Jurnal Tumotowa Volume 2 Nomor 1, Juli 2019: 23 - 36