Jurnal Teknik PWK Volume 4 Nomor 1 2015 Online :http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk ______

KETERGANTUNGAN TERHADAP KENDARAAN PRIBADI DI KOTA KALIMANTAN BARAT

Pratiwi Ramelia1 dan Jawoto Sih Setyono2

1Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro email :[email protected]

Abstrak : Kota Pontianak merupakan Ibu Kota Provinsi di Kalimantan Barat dengan keberadaan angkutan umum yang sangat minim. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat ketergantungan terhadap kendaraan pribadi dan sistem transportasi di Kota Pontianak. Dari penelitian ini, diketahui bahwa tujuan pergerakan tertinggi yaitu Kecamatan Pontianak Selatan, Kecamatan Pontianak Kota dan Kecamatan Pontianak Tenggara yang sudah terlayani trayek oplet, namun kurang terlayani oleh bus kota. Tingkat ketergantungan di Kota Pontianak yaitu pada tingkat sedang dengan skor grade point sebesar 2,375. Kecamatan dengan tingkat ketergantungan yang tinggi yaitu Kecamatan Pontianak Timur, Kecamatan Pontianak Utara, dan Kecamatan Pontianak Barat. Kemudian untuk Kecamatan Pontianak Kota dan Kecamatan Pontianak Selatan memiliki tingkat ketergantungan sedang. Kecamatan Pontianak Tenggara memiliki tingkat ketergantungan yang rendah. Kecamatan Pontianak Kota, Kecamatan Pontianak Selatan, dan Kecamatan Pontianak Tenggara merupakan lokasi pusat kota dengan kegiatan ekonomi, perkantoran, perdagangan, dan lainnya terpusat pada kecamatan ini. Untuk sistem jaringan, kualitas jaringan infrastruktur jalan maupun jembatan pada jalan-jalan utama di Kota Pontianak termasuk dalam kategori baik dan sudah merupakan perkerasan aspal. Hal ini mendorong kualitas aksesibilitas yang lebih baik bagi pengguna kendaraan pribadi. Penyediaan moda angkutan umum masih dikelola oleh pihak swasta dan pokja masyarakat, hal ini menyebabkan tarif angkutan umum yang tinggi dan tergantung harga bahan bakar minyak yang berlaku, selain itu kualitas dan jumlah moda yang minim serta pelayanan angkutan umum yang buruk menyebabkan masyarakat cenderung menggunakan kendaraan pribadi.

Kata Kunci: Pembangunan Berkelanjutan, Moda Transportasi, Angkutan Umum, Tingkat Ketergantungan, Sistem Transportasi

Abstract: Pontianak is the capital city of West Kalimantan with the minimumpresence of public transport. This study aimed to analyze the level of dependence on private vehicles and transportation systems in Pontianak . From this research , it was known that the highest trip distribution was to ,Pontianak City, and Southeast Pontianak already served by oplet route, but under-served by city bus . The degree of dependence in Pontianak was at a medium level with a score of 2.375. Districts with a high degree of dependence was EastPontianak , , and the . Then for Pontianak City and South Pontianak has a moderate level of dependence. Southeast Pontianak has a low level of dependence. Pontianak City, South Pontianak , and the Southeast Pontianak is a city center location with economic activity , offices , commerce , and the other centered on this district . For network systems , the quality of road and bridge infrastructure network on the main streets in the city of Pontianak included in both categories and has an asphalt pavement . This encourages quality better accessibility for users of private vehicles . The provision of public transport modes are still managed by the private sector and the community working group , this led to a high rate of public transport and depending on the price of fuel oil in force , in addition to the quality and number of modes are minimal and poor public transport services cause people tend to use private vehicles . Keywords: Transport Moda, Public Transport, Dependency Level, and Transportation System

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 107-118 | 107 Ketergantungan Terhadap Kendaraan Pribadi di Kota Pontianak Pratiwi Ramelia dan Jawoto Sih Setyono

PENDAHULUAN kendaraan pribadi, jumlah kepemilikan kendaraan terus meningkat setiap tahunnya. Kota Pontianak merupakan Ibu Kota Berbagai masalah transportasi di Kota Provinsi Kalimantan Barat yang terus Pontianak antara lain adalah minimnya berkembang cukup pesat seiring dengan angkutan umum perkotaan. Angkutan umum berjalannya waktu. Tidak berbeda dengan di Kota Pontianak berupa Angkutan Kota kota besar lainnya di Indonesia, penggunaan atau biasa disebut “oplet” oleh masyarakat kendaraan pribadi yang tinggi terlihat di Kota sekitar dan juga bus kota. Oplet di Kota Pontianak. Minimnya Angkutan Umum Pontianak memiliki kondisi yang sangat Perkotaan menyebabkan masyarakat Kota memprihatinkan. Bentuknya yang telah Pontianak lebih memilih kendaraan pribadi usang, dan jumlah nya yang semakin dalam memenuhi kebutuhan akan berkurang seiring berjalannya waktu serta transportasi. jangkauan pelayanan yang terbatas (tidak Jumlah angkutan umum terus melayani seluruh kota). Demikian pula menurun dari tahun ke tahun. Dinas dengan bus kota, selain jumlah nya yang Perhubungan mencatat, ada 368 unit oplet semakin minim dan trayek pelayanan yang pada tahun 2011, 266 unit pada tahun 2012, hanya terpusat dipusat kota, serta dan hanya sebanyak 200 unit pada tahun kondisinya yang juga telah usang tentu tidak 2013. Untuk bus kota, tercatat terdapat 17 memiliki daya tarik untuk digunakan oleh unit pada tahun 2011, lalu kemudian masyarakat. Selain keterbatasan angkutan bertambah menjadi 20 unit pada 2012, dan umum, tingginya penggunaan kendaraan menurun drastis hingga yang tersisa hanya 8 pribadi menyebabkan kepadatan diberbagai unit pada tahun 2013. Sedangkan untuk ruas jalan di Kota Pontianak. jumlah kendaraan pribadi terus meningkat setiap tahunnya. Demikian pula kepemilikan

Sumber : Bappeda Kota Pontianak, 2014 Gambar 1

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 107-118 | 108 Ketergantungan Terhadap Kendaraan Pribadi di Kota Pontianak Pratiwi Ramelia dan Jawoto Sih Setyono

Ruang Lingkup Penelitian

Jumlah sepeda motor di Kota danperlindungan lingkungan danuntuk Pontianak pada tahun 2013 sebesar 475.085 memastikankesetaraan intra-dan antar unit sedangkan mobil pribadi sebesar 40.770 generasi (Quaddus dan Siddique, 2004). unit (Kota Pontianak Dalam Angka, 2014). Transportasi yang Berkelanjutan Jumlah ini jauh berbeda dengan jumlah Indikator dari transportasi yang kendaraan umum, yaitu 200 unit untuk oplet berkelanjutan adalah seperti yang dijabarkan dan 8 unit untuk bus kota (Dinas oleh Newman dan Kenworthy, 1999 adalah : Perhubungan, 2014). Dari data tersebut, 1. Mengurangi penggunaan kendaraan dapat diasumsikan bahwa masyarakat Kota pribadi (VKT atau VMT) perkapita. Pontianak menjadikan kendaraan pribadi 2. Meningkatkan transit, pejalan kaki sebagai moda transportasi utama. Dari atau sepeda, dan pengumpulan berbagai masalah yang terjadi, Kota kendaraan dan mengurangi Pontianak memiliki kecenderungan penggunaan mobil tunggal ketergantungan terhadap kendaraan pribadi. (kendaraan pribadi). Oleh karena itu, pertanyaan penelitian 3. Mengurangi jumlah komuter dari (research question) yang diangkat dari maupun ke tempat kerja. permasalahan tersebut adalah “Bagaimana 4. Meningkatkan kecepatan rata-rata ketergantungan masyarakat Kota Pontianak transit relatif terhadap mobil. terhadap kendaraan pribadi?”. 5. Meningkatkan jarak pelayanan dari Tujuan dilakukannya penelitian ini transit relatif terhadap persediaan adalah menganalisis tingkat jalan. ketergantungannya terhadap kendaraan 6. Meningkatkan biaya pemulihan pada pribadi dan menganalisis sistem transportasi transit dari biaya. di Kota Pontianak. Artikel ini bertujuan untuk 7. Mengurangi ruang parkir per 1000 memaparkan secara singkat hasil penelitian pekerja di CBD. yang telah dilakukan. Adapun sistematika 8. Meningkatkan jarak dari jalan lingkar penulisan artikel ini adalah dimulai dengan yang terpisah. pendahuluan. Pendahuluan berisi latar Sistem Transportasi Mikro dan Makro belakang, permasalahan, uraian singkat Sistem adalah gabungan beberapa tentang fenomena yang ada, serta tujuan komponen atau objek yang saling berkaitan penelitian. Selanjutnya adalah kajian (Tamin, 2000). Pada transportasi sendiri, literatur yang membahas mengenai teori- sistem transportasi terbagi menjadi dua, teori yang menjadi dasar indikator pada yaitu sistem transportasi makro dan sistem penelitian ini. Selanjutnya adalah transportasi mikro. Untuk sistem pembahasan yang berisi analisis-analisis transportasi mikro terdiri dari sistem yang telah dilakukan, dan terakhir adalah kegiatan, sistem jaringan, dan sistem kesimpulan. pergerakan. Adapun dari keseluruhan sistem tersebut terkait pula sistem kelembagaan KAJIAN LITERATUR sebagai sistem transportasi secara makro. Pembangunan yang berkelanjutan Sistem Kegiatan yaitu pesebaran adalah pembangunan yang memenuhi pusat-pusat kegiatan masyarakat dalam kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan suatu kota, baik kegiatan sosial, ekonomi, kemampuan generasi mendatang untuk maupun kegiatan lainnya. Sistem Jaringan memenuhi kebutuhan mereka sendiri yaitu jaringan yang menghubungkan antar (Brundtland, 1987). Hal ini muncul pusat kegiatan tersebut. Sistem Pergerakan daripengakuan terhadap kebutuhan yaitu bagaimana pergerakan masyarakat di untukmenjaga keseimbangan Kota Pontianak melalui jaringan yang ada antarapembangunan ekonomi menuju pusat-pusat kegiatan mereka. Sistem

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 107-118 | 109 Ketergantungan Terhadap Kendaraan Pribadi di Kota Pontianak Pratiwi Ramelia dan Jawoto Sih Setyono

transportasi makro terdiri dari sistem manusia akan pergerakan ataupun mobilitas transportasi mikro analisis kelembagaan yang semakin meningkat, untuk berpindah sebagai pelengkap. Kelembagaan disini dari suatu tempat ke tempat lain yang dapat berupa undang-undang, peraturan berjarak dekat, menengah ataupun jauh. pemerintah, struktur organisasi pemerintah Angkutan umum juga berperan dalam yang menaungi sistem transportasi, dan pengendalian lalu lintas, penghematan lainnya (Tamin, 2000). bahan bakar atau energi, dan juga perencanaan & pengembangan wilayah. Angkutan Umum (Warpani, 1990). Angkutan Umum Penumpang adalah Tingkat Ketergantungan Terhadap angkutan penumpang yang menggunakan Kendaraan Pribadi kendaraan umum yang dilakukan dengan Hung (2006) menjabarkan mengenai sistem sewa atau bayar. Termasuk dalam indikator ketergantungan terhadap pengertian angkutan umum penumpang kendaraan bermotor yang terbagi menjadi adalah angkutan kota (bus, minibus, dsb), tiga kelompok: kepemilikan kendaraan, kereta api, angkutan air, dan angkutan ketersediaan kendaraan alternatif, dan udara. (Warpani, 1990). Angkutan Umum penggunaan kendaraan bermotor. berperan dalam memenuhi kebutuhan

Tabel 1 Indikator Ketergantungan Terhadap Kendaraan Pribadi Indikator Level Rendah Sedang Tinggi Kriteria Sub-Kriteria Pengukuran Jumlah Tingkat Jumlah Tingkat Jumlah Tingkat Utama Nilai Nilai Nilai Kepemilikan Sepeda Motor per 1000 < 150 1 150-350 2 > 350 3 Kendaraan (MCO) penduduk Mobil Pribadi per 1000 < 150 3 150-350 2 > 350 1 (PCO) penduduk Keberadaan Angkutan Umum per 1000 < 1 3 1-2 2 > 2 1 kendaraan penduduk alternatif Sepeda (BIO) per 1000 < 150 1 150-350 2 > 350 3 selain penduduk sepeda motor dan mobil Penggunaan Proporsi dalam % < 30% 1 30 - 50 2 > 50 % 3 Kendaraan Lalu Lintas % Pribadi Modal split dari % < 20% 1 20 - 40 2 > 40 % 3 sepeda motor % Modal split dari % < 20% 3 20 - 40 2 > 40 % 1 transportasi % umum Modal split dari % < 20% 3 20 - 40 2 > 40 % 1

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 107-118 | 110 Ketergantungan Terhadap Kendaraan Pribadi di Kota Pontianak Pratiwi Ramelia dan Jawoto Sih Setyono

mobil pribadi % Modal split dari % < 20% 3 20 - 40 2 > 40 % 1 moda tidak % bermotor Sumber : Hung, 2006 Berdasarkan tabel tersebut, gejala yang ada dan mencari keterangan kepemilikan kendaraan merupakan salah secara faktual, baik mengenai institusi sosial, satu indikator dalam menentukan tingkat ekonomi, politik dari suatu kelompok ketergantungan masyarakat terhadap maupun daerah dan hal ini dapat dilakukan kendaraan pribadi. Apabila kepemilikan secara sensus ataupun menggunakan sampel motor dan mobil pribadi dibawah 150 unit (Nazir, 1983;Goodall, 1987). Finterbusch per 1000 penduduk maka tingkat (1983) memberikan batasan survei dengan ketergantungannya rendah. Apabila masih sangat ringkas yaitu, “survey is an berada diantara 150-350 unit per 1000 investigation by using questionnaires for penduduk maka tergolong sedang. Namun collecting data”, jadi survei menggunakan apabila jumlah kepemilikan lebih dari 350 kuesioner sebagai alat pengumpul data. unit per 1000 penduduk, maka Vredenbregt (1978) mengemukakan bahwa ketergantungan tersebut tergolong tinggi. metode survei adalah suatu metode Keberadaan kendaraan alternatif juga penelitian yang bertujuan untuk merupakan salah satu indikator penting. Hal mengumpulkan sejumlah besar variabel ini disebabkan secara logika semakin sedikit mengenai sejumlah besar individu melalui keberadaan kendaraan alternatif, maka alat pengukur wawancara. Oleh karena itu, tingkat ketergantungan masyarakat dapat disimpulkan bahwa metode survei terhadap sepeda motor dan mobil pribadi merupakan metode pengumpulan data tentu tinggi. Hal ini disebabkan masyarakat dengan menggunakan kuesioner dan memenuhi kebutuhan mobilitas dengan wawancara. membeli kendaraan pribadi. Contoh HASIL PEMBAHASAN kendaraan alternatif adalah angkutan umum Analisis Sistem Pergerakan dan sepeda. Tujuan pergerakan tertinggi yaitu Indikator terpenting dalam Kecamatan Pontianak Selatan, Kecamatan pengukuran ketergantungan terhadap Pontianak Kota dan Kecamatan Pontianak kendaraan pribadi adalah penggunaan Tenggara. Adapun pergerakan tersebut sepeda motor. Dalam mengukur hal ini, dua berasal dari Kecamatan Pontianak Utara, hal penting dalam mengukur indikator ini Kecamatan Pontianak Barat, dan Kecamatan adalah proporsi dalam lalu lintas dan modal Pontianak Kota. Tujuan pergerakan tertinggi split. Proporsi dalam lalu lintas merupakan pada Kecamatan Pontianak Selatan, persentase kendaraan yang melintas pada Kecamatan Pontianak Kota, dan Kecamatan lalu lintas. Apabila persentase kendaraan Pontianak Tenggara memiliki intensitas lalu pribadi tinggi, maka masyarakat cenderung lintas yang cukup tinggi. Intensitas lalu lintas menggunakan kendaraan pribadi. Dari hasil yang tinggi tersebut menunjukkan bahwa persentase ini juga dapat diketahui jenis masyarakat cenderung mengakses kendaraan apa yang paling banyak kecamatan tersebut untuk mencapai pusat digunakan. kegiatan mereka. METODE PENELITIAN Analisis Evaluasi Rute Pelayanan Angkutan Jenis Penelitian yang digunakan dalam Umum penelitian ini adalah penelitian survei. Survei Hampir keseluruhan kecamatan adalah suatu penyelidikan yang dilakukan dengan sebaran pergerakan yang tinggi untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala- dilewati oleh oplet. Kecamatan Pontianak

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 107-118 | 111 Ketergantungan Terhadap Kendaraan Pribadi di Kota Pontianak Pratiwi Ramelia dan Jawoto Sih Setyono

Selatan, Kecamatan Pontianak Kota, dan Kecamatan Pontianak Utara, Kecamatan Kecamatan Pontianak Tenggara yang Pontianak Barat, dan Kecamatan Pontianak memiliki sebaran pergerakan yang tinggi Kota sebagai asal pergerakan telah terlayani telah dilayani oleh oplet. Demikian pula oleh oplet.

Sumber : Dinas Perhubungan, 2007 Gambar 2 Peta Rute Trayek Oplet Berdasarkan Sebaran Pergerakan Pada peta, dapat dilihat bahwa pada Kecamatan Pontianak Kota, Kecamatan jangkauan pelayanan angkutan 500 meter Pontianak Selatan, dan Kecamatan dari lokasi akses angkutan umum telah Pontianak tenggara yang berada diluar jarak terlayani. Namun ada beberapa kawasan jangkauan oplet.

\ Sumber :Hasil Analisis Penulis, 2014 Gambar 3 Peta Jangkauan Pelayanan Oplet

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 107-118 | 112 Ketergantungan Terhadap Kendaraan Pribadi di Kota Pontianak Pratiwi Ramelia dan Jawoto Sih Setyono

Kecamatan Pontianak Selatan, perdagangan dan jasa yang padat pada Kecamatan Pontianak Kota, dan Kecamatan Kecamatan Pontianak Selatan tidak terlayani Pontianak Tenggara dengan sebaran oleh bus kota. Adapun ruas jalan yang tidak pergerakan yang tinggi masih belum terlayani oleh bus kota tersebut merupakan terlayani oleh bus kota. Beberapa kawasan pusat-pusat sebaran pergerakan.

Sumber : Dinas Perhubungan, 2007 Gambar 4 Peta Rute Trayek Bus Kota Jangkauan pelayanan bus kota masih dilihat pada peta bahwa masih banyak belum mampu melayani keseluruhan Kota kawasan dengan jarak diatas 500 meter yang Pontianak. Jarak jangkauan akses terhadap belum terlayani oleh angkutan umum. angkutan umum adalah 500 meter, dapat

Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2014 Gambar 5 Peta Jangkauan Pelayanan Bus Kota

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 107-118 | 113 Ketergantungan Terhadap Kendaraan Pribadi di Kota Pontianak Pratiwi Ramelia dan Jawoto Sih Setyono

Analisis Tingkat Ketergantungan Terhadap Pontianak Utara yang didominasi oleh Kendaraan Pribadi kegiatan pertanian dan industri, Kecamatan Kecamatan Pontianak Utara, Pontianak Timur dengan kegiatan pertanian Kecamatan Pontianak Timur, dan Kecamatan dan pemukiman, Kecamatan Pontianak Barat Pontianak Barat memiliki tingkat dengan kegiatan pemukiman dan pelabuhan, ketergantungan terhadap kendaraan pribadi serta Kecamatan Pontianak Kota, Kecamatan yang tergolong tinggi. Untuk Kecamatan Pontianak Selatan, dan Kecamatan Pontianak Kota dan Kecamatan Pontianak Pontianak Tenggara yang berfungsi sebagai Selatan, tingkat ketergantungan tergolong pusat kota dengan aktivitas pemukiman, sedang. Sedangkan ketergantungan pada pusat perdagangan dan jasa, dan Kecamatan Pontianak Tenggara tergolong perkantoran. Perbedaan aktivitas tersebut rendah disebabkan karena jumlah penduduk mendorong pergerakan masyarakat dalam kecamatan ini merupakan jumlah terendah beraktivitas dimana dalam pergerakan dan jumlah kepemilikan kendaraan yang tersebut dibutuhkan jaringan transportasi rendah. Selain itu, keberadaan angkutan dan moda transportasi. umum pada kecamatan ini juga tergolong Pada peta penggunaan lahan di Kota tinggi. Hal ini menyebabkan tingkat Pontianak, Kecamatan Pontianak Kota, ketergantungan pada level yang rendah. Kecamatan Pontianak Selatan, dan Tabel 3 Kecamatan Pontianak Tenggara merupakan Tingkat Ketergantungan Per Kecamatan kawasan pusat kota dimana banyak terdapat Ketergantungan kawasan perdagangan dan jasa, Kecamatan Skor Tingkat perkantoran, pendidikan, dan lainnya dengan skala pelayanan untuk skala kota Pontianak Utara 2,75 Tinggi maupun provinsi. Sedangkan pada tabel, Tinggi Pontianak Timur 2,88 dapat dilihat bahwa jumlah fasilitas Pontianak Barat 2,75 Tinggi pendukung pada ketiga kecamatan ini Pontianak Kota 2,38 Sedang memang cukup tinggi, demikian pula jumlah Pontianak Selatan 2,50 Sedang pemukimannya. Hal ini mengindikasikan Pontianak Tenggara 1,88 Rendah bahwa masyarakat pada kawasan Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2014 pemukiman di Kecamatan Pontianak Kota Rata-rata grade point tingkat dan Kecamatan Pontianak Selatan ketergantungan terhadap kendaraan pribadi mengakses kecamatannya sendiri untuk Kota Pontianak yaitu 2,375, sehingga tingkat menuju fasilitas pendukung. Hal ini ketergantungan terhadap kendaraan pribadi menyebabkan tingkat ketergantungan pada tergolong sedang. Walaupun tingkat kecamatan ini tergolong sedang. Untuk ketergantungan tersebut tergolong sedang, Kecamatan Pontianak Tenggara, persentase hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa luas pemukiman dan persentase luas fasilitas tingkat ketergantungan tersebut akan naik pendukung hanya berbeda tipis. Dengan kelas menjadi tinggi apabila sistem demikian, dapat diindikasikan bahwa transportasi di Kota Pontianak tidak dibenahi masyarakat Kecamatan Pontianak Tenggara dengan baik mengakses fasilitas pendukung pada Analisis Sistem Kegiatan kecamatannya sendiri sehingga Tiap kecamatan di Kota Pontianak ketergantungan pada kecamatan ini memiliki karakteristik aktivitas yang tergolong rendah. berbeda-beda. Seperti pada Kecamatan

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 107-118 | 114 Ketergantungan Terhadap Kendaraan Pribadi di Kota Pontianak Pratiwi Ramelia dan Jawoto Sih Setyono

Sumber : Bakosurtanal, 2014 Gambar 6 Peta Penggunaan Lahan Kota Pontianak 2014

Kondisi Kecamatan ANALISIS SISTEM JARINGAN B S RR RB Kegiatan Pendukung di Kota Pontianak Pontianak 84,55 1,19 4.84 9,41 % terpusat pada Kecamatan Pontianak Selatan, Selatan % % % Kota, dan Tenggara. Masyarakat dalam Pontianak 77,85 0,63 4.50 17,01 berpindah dari rumah mereka ketujuan Tenggara % % % % mereka membutuhkan suatu jaringan Sumber : Dinas PU, 2014 infrastruktur jalan atau jembatan yang enghubungkannya. Jaringan yang Pada Kecamatan Pontianak Kota dan menghubungkan pusat-pusat tersebut Kecamatan Pontianak Selatan, tingkat seharusnya memiliki kualitas aksesibilitas ketergantungan terhadap kendaraan pribadi yang baik, agar masyarakat dapat berpindah tergolong sedang, hal ini dapat dijelaskan dari satu titik ke lokasi lainnya dengan oleh kondisi jalan yang baik sehingga mudah dan cepat. memudahkan pengguna jalan dan Tabel 5 meningkatkan aksesibilitas terhadap pusat Data Kualitas Jaringan Jalan Kota Pontianak aktivitas. Kecamatan Pontianak Tenggara 2013 merupakan kecamatan dengan tingkat ketergantungan yang kecil, dapat dilihat Kondisi pada tabel bahwa persentase kondisi jalan Kecamatan B S RR RB yang rusak berat hanya sebesar 17,01% sehingga aksesibilitas pada Kecamatan ini Pontianak 69,74 1,14 1.53 27,59 tergolong baik. Oleh karena itu, dapat Utara % % % % disimpulkan bahwa kualitas jalan yang baik Pontianak 76,72 2,79 1.04 19,45 pada kecamatan dengan pusat-pusat Timur % % % % aktivitas pendukung yang cukup banyak Pontianak 70,59 2,15 2.75 24,50 didalamnya menyebabkan tingkat Barat % % % % ketergantungan terhadap kendaraan pribadi Pontianak 80,28 2,03 2.05 15,65 pada kecamatan lainnya. Kota % % % %

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 107-118 | 115 Ketergantungan Terhadap Kendaraan Pribadi di Kota Pontianak Pratiwi Ramelia dan Jawoto Sih Setyono

Sumber : Dinas PU, 2014 Gambar 7 Peta Jaringan Jalan Kota Pontianak Analisis Kelembagaan Kecamatan dengan ketergantungan tinggi Organisasi kelembagaan yang yaitu Kecamatan Pontianak Utara, berwenang pada transportasi darat untuk Kecamatan Pontianak Timur, dan Kecamatan Kota Pontianak yaitu Dinas Perhubungan Pontianak Barat. Untuk Kecamatan Kota Pontianak, Dinas Pekerjaan Umum, Pontianak Kota dan Kecamatan Pontianak Satlantas, dan lainnya. Untuk angkutan Selatan, tingkat ketergantungan tergolong umum sendiri, oplet dan bus kota di Kota sedang, sedangkan pada Kecamatan Pontianak masih dikelola oleh kelompok Pontianak Tenggara, tingkat ketergantungan kerja masyarakat dan perusahaan swasta. tergolong rendah. Banyak kebijakan pemerintah yang secara Hubungan antara satu analisis dan tidak langsung memaksa masyarakat lainnya : mengurangi penggunaan kendaraan pribadi  Ketergantungan terhadap Sistem untuk beralih keangkutan umum, salah Kegiatan :Kecamatan dengan persentase satunya adalah diberlakukannya pajak luas fasilitas pendukung yang rendah progressif kendaraan bermotor, kenaikan memiliki tingkat ketergantungan yang harga BBM bersubsidi, serta syarat uang tinggi. muka minimal 30% untuk mengajukan kredit  Sistem Kegiatan terhadap Sistem Jaringan kendaraan bermotor. :Kecamatan yang memiliki pusat fasilitas pendukung didalamnya memiliki jaringan KESIMPULAN jalan yang baik dan mempermudah akses Penggunaan kendaraan pribadi dari luar untuk masuk ke kecamatan disebabkan minimnya jumlah oplet maupun tersebut. bus kota, selain itu trayek pelayanan bus  Sistem Jaringan terhadap Sistem kota kurang menyeluruh di Kota Pontianak. Pergerakan : Tarikan pada Kecamatan Tingkat ketergantungan terhadap kendaraan Pontianak Utara, Kecamatan Pontianak pribadi di Kota Pontianak tergolong sedang Timur, dan Kecamatan Pontianak barat dengan skor grade point sebesar 2,375. lebih rendah daripada Kecamatan lainnya

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 107-118 | 116 Ketergantungan Terhadap Kendaraan Pribadi di Kota Pontianak Pratiwi Ramelia dan Jawoto Sih Setyono

dengan kondisi jaringan jalan yang lebih Finterbusch, Kurt. 1983. Social Impact baik. Assessment Methods. Beverly Hills  Pada sistem kelembagaan, kebijakan : Sage Publications. pajak progressif kendaraan bermotor, Gifford, Jonathan L. 2003. Flexible Urban uang muka minimal 30% untuk Transportation. Arlington : George mengajukan kredit kendaraan bermotor, Mason University. dan kenaikan BBM bersubsidi tidak mengurangi minat masyarakat untuk Holdren, Daily, and Ehrlich. 1992. The menggunakan kendaraan pribadi. Meaning of Sustainability : Biogeophysical Aspects. REKOMENDASI Washington DC : United Nations Berikut adalah rekomendasi yang University. dapat diberikan bagi pemerintah kota Hung, Khuat Viet. 2006. Traffic Management Pontianak : in Motorcycle Dependent Cities. a. Penyediaan Sistem Angkutan Umum Darmstadt : Darmstadt University Berkelanjutan of Technology. b. Pengadaan Jaringan dan Fasilitas Pendukung Sistem Angkutan Umum Kota Pontianak Dalam Angka 2013. Badan Berkelanjutan Pusat Statistik Kota Pontianak, 2013. DAFTAR PUSTAKA Mitric, Slobodan. 2008. Urban Transport for Barter, Paul A. 1999. An International Development Towards an Comparative Perspective on Urban Operationally-Oriented Strategy. Transport and Urban Form in Washington DC : The World Bank Pasific Asia : The Challenge of Group. Rapid Motorisation in Dense Cities. Perth : Murdoch University. Nasution, M Nur. 2008. Manajemen Transportasi. Jakarta : Penerbit Black, J.A. 1981 Urban Transport Planning : Ghalia Indonesia. Theory and Practice, London, Cromm Helm. Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian. Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia. Black, William R. 1996. Sustainable Transportation: A U.S. Perspective. Newman dan Kenworthy. 1999. Journal of Transport Geography. Sustainability and Cities Overcoming Automobile Black, William R. 2010. Sustainable Dependence. Washington DC : Transportation Problems and Island Press. Solution. New York dan London : Te Guilford Press. Prasetyo, B. dan L.M. Jannah. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT Brundtland. 1987. Report of the World Raja Grafindo Persada. Commission on Environtment and Development Our Common Future. Quaddus dan Siddique. 2004. Development United Nations. Planning Studies in Modelling and Decision Support. Great Britain : Daly, H. E. 1992. Steady State Economics. MPG Books Ltd, Bodmin, Cornwall. Washington DC : Island Press. Serageldin, dan Steer. 1994. Making Development Sustainable: From

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 107-118 | 117 Ketergantungan Terhadap Kendaraan Pribadi di Kota Pontianak Pratiwi Ramelia dan Jawoto Sih Setyono

Concepts to Action. World Bank Tamin, Ofyar Z. 1997. Perencanaan dan Publications. Pemodelan Transportasi. Edisi I. Bandung : Penerbit ITB. Schiller, Brunn, dan Kenworthy. 2010. An Introduction to Sustainable Tamin, Ofyar Z. 2000. Perencanaan dan Transportation Policy, Planning, Pemodelan Transportasi. Edisi II. and Implementation. London and Bandung : Penerbit ITB. Washington DC : Earthscan. Vredenbergt, J. 1978. Metode dan Teknik Schipper, L. (1996). Sustainable Transport: Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT What It Is, Whether It Is. Paper Gramedia. presented at the Towards Sustainable Transportation Warpani, Suwardjoko. 1990. Merencanakan Conference of the Organisation of Sistem Perangkutan. Bandung : Economic Co-operation and Penerbit ITB. Development, Vancouver, BC, Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metodologi Canada. Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar.

Teknik PWK; Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 107-118 | 118