THE EFFECT OF METHANOL EXTRACT OF CINNAMON BARK (Cinnamomum burmanii) ON THE GROWTH OF Staphylococcus aureus BACTERIA
PENGARUH EKSTRAK METANOL KULIT BATANG KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus
IDA WAHYUNI NIM. 105421104516
Skripsi
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
1
2
3
4
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama Lengkap : Ida Wahyuni
Tanggal Lahir : Kajang, 27 Juni 1998
Tahun Masuk : 2016
Peminatan : Kedokteran Eksperimental
Nama Pembimbing Akademik : dr. Rosdiana Sahabuddin, M. Kes, Sp. OG
Nama Pembimbing Skripsi : dr. Zulfikar Tahir, M. Kes, Sp. An
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang berjudul :
PENGARUH EKSTRAK METANOL KULIT BATANG KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Makassar, 12 Februari 2020
Ida Wahyuni NIM : 105421104516
5
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Ida Wahyuni
Ayah : Drs. H. Mappijalang, M. Si
Ibu : Hj. Sitti Sanawati, S.Pd
Tempat, Tanggal Lahir : Kajang, 27 Juni 1998
Agama : Islam
Alamat : Jl. Malengkeri Luar, Lorong 2 No. 21
Nomor Telepon/HP : 082216065287
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
SD Negeri 254 Tebba (2004-2010) SMP Negeri 1 Salomekko (2010-2013) SMA Negeri 10 Bone (2013-2016) Universitas Muhammadiyah Makassar (2016-2020)
6
-FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Skripsi, 12 Februari 2020
Ida Wahyuni, dr. Zulfikar Tahir, M. Kes, Sp. An 1Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar Angkatan 2016/ email [email protected] 2Pembimbing
“PENGARUH EKSTRAK METANOL KULIT BATANG KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus” (xiii + 47 Halaman + 2 Tabel + 3 Gambar + 3 Lampiran)
ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling utama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah infeksi oleh bakteri sehingga antibiotik masih menjadi pilihan untuk mengatasinya saat ini. Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang sering ditemukan pada telapak tangan. Oleh karena itu, diperlukan tindakan pengendalian untuk menghindari terjadinya infeksi. Tanaman Cinnamomum burmannii, diketahui mengandung zat aktif flavonoid, saponin, tanin, dan alkaloid yang memiliki kemampuan antibakteri sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui adanya pengaruh ekstrak metanol kulit batang kayu manis (Cinnamomum burmannii) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus . Metode Penelitian: Merupakan penelitian true experimental. Sampel yang digunakan adalah ekstrak kulit batang Cinnamomum burmannii dan bakteri Staphylococcus aureus. Hasil: Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh ekstrak metanol kulit batang Cinnamomum burmannii dengan rata-rata konsentrasi 20%, 30%, 40% yaitu 8,5 mm, 8,64 mm, dan 10 mm dalam 5 replikasi. Sementara kontrol positif yang menggunakan ciprofloxacin didapatkan yaitu 40,9 mm dan kontrol negatif aquades yaitu tidak ada pengaruh. Dari hasil tersebut didapatkan bahwa konsentrasi ekstrak Cinnamomum burmannii yang paling baik daya hambatnya yaitu pada konsentrasi 40% sebesar 11,1 mm pada sediaan MHA 2 dengan rata- rata konsentrasi 40% sebesar 10 mm sedangkan yang paling rendah pada konsentrasi 20% sebesar 8,0 mm pada MHA 4 dengan rata-rata konsentrasi 20% sebesar 8,5 mm. Kesimpulan: Ekstrak kulit batang Cinnamomum burmannii memiliki kemampuan sebagai antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Kata Kunci: Cinnamomum burmannii, Staphylococcus aureus, zat aktif flavonoid, saponin, tanin, dan alkaloid.
7
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 12 February 2020
Ida Wahyuni, dr. Zulfikar Tahir, M. Kes, Sp. An 1Students of the Faculty of Medicine and Health Sciences at the University of Muhammadiyah Makassar in 2016/ email [email protected] 2Mentor
“THE EFFECT OF METHANOL EXTRACT OF CINNAMON BARK (Cinnamomum burmanii) ON THE GROWTH OF Staphylococcus aureus BACTERIA” (xiii + 47 Pages + 2 Tables + 3 Images + 3 Attachment)
ABSTRACT
Background: Infectious disease is one of the most important health problems in developing countries including Indonesia. One of the causes is infection by bacterial so antibiotiocs are still the choice to overcome at this time. Staphylococcus aureus is a bacterium that is often found on the palm of the hand. Therefore, control measure are needed to avoid infection. Cinnamomum burmannii plants are known to contain active substances or compounds flavonoids, saponins, tannins, and alkaloids which have antibacterial ability so that they can inhibit bacterial growth. Objective: To determine the effect of methanol extract of cinnamon bark (Cinnamomum burmannii) on the growth of Staphylococcus aureus bacteria. Methods: Is a true experimental study. The sample used was Cinnamomum burmannii bark extract and Staphylococcus aureus Result: The result showed that there was an effect of Cinnamomum burmannii bark extract with an average concentration of 20%, 30%, 40% that is 8,5 mm, 8,64 mm, 10 mm in 5 replications. While positive control using ciprofloxacin was found to be 40,9 mm and negative control of aquades was no effect. From these result it was found that the concentration of Cinnamomum burmannii extract was 40% by 11,1 mm in MHA 2 preparations with an average concentration of 40% by 10 mm while the lowest at a concentration of 20% by 8,0 mm in MHA 4 with an average concentration of 20% by 8,5 mm. Conclusion: Cinnamomum burmannii bark extract has the ability as an antibacterial that can inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria. Keyword: Cinnamomum burmannii, Staphylococcus aureus, active ingredients flavonoids, saponins, tannins, and alkaloids.
8
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa tercurahkan atas segala limpahan rahmat dan nikmat-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, karena beliaulah sebagai suritauladan yang membimbing manusia menuju surga. Alhamdulillah berkat hidayah dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Ekstrak Metanol Kulit Batang Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis, ayahanda Drs. H. Mappijalang, M.Si dan ibunda Hj. Sitti Sanawati, S.Pd yang senantiasa sabar dan selalu memberikan motivasi serta tidak henti-hentinya memanjatkan doa sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
Secara khusus penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada dr. Zulfikar Tahir, M. Kes, Sp. An selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan koreksi selama proses penyusunan skripsi ini hingga selesai. Selanjutnya penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan
9
kesempatan kepada penulis untuk memperoleh ilmu pengetahuan di
Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar,
Ayahanda dr.H.Machmud Gaznawi, Sp.PA(K) yang telah memberikan
sarana dan prasarana sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini
dengan baik.
3. Seluruh dosen dan staf di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar.
4. dr. Rosdiana Sahabuddin, M. Kes, Sp. OG selaku pembimbing akademik
saya yang telah memberikan semangat dan motivasi agar penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
5. Teman-teman bimbingan skripsi, Dwi Agung Setiawan dan Muti‟a
Mustatira Razak yang senantiasa memberikan semangat dalam
menyelesaikan penelitian ini.
6. Teman-teman sejawat angkatan 2016 Rauvolfia yang selalu mendukung
dan memberikan saran dan semangat.
7. Sahabat-sahabatku dari SMA, Uni, Hana, Uppy, Kiki, Evi, Widya, Dede,
Desi dan Lisa yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
8. Sahabat-sahabatku sejak menjadi mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran
sampai sekarang, Egah, Wiwi, dan Khintan yang selalu membantu
memberikan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.
10
9. Teman-teman belajar saya selama di Fakultas Kedokteran Ana, Ilmi, dan
Andev yang selalu memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Saudariku Nurul Sulfiani yang selalu memberikan motivasi belajar untuk
tidak cepat menyerah dan selalu memberikan semangat.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis akan senang dalam menerima kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Namun penulis berharap semoga tetap dapat memberikan manfaat pada pembaca, masyarakat dan penulis lain. Akhir kata, saya berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Makassar, Februari 2020
Penulis
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI
PERNYATAAN PENGESAHAN
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK...... i
ABSTRACK...... ii
KATA PENGANTAR...... iii
DAFTAR ISI...... vi
DAFTAR SINGKATAN...... x
DAFTAR GAMBAR...... xi
DAFTAR TABEL...... xii
DAFTAR LAMPIRAN...... xiii
BAB I PENDAHULUAN...... 1
A. Latar Belakang Masalah...... 1
B. Rumusan Masalah...... 6
C. Tujuan Penelitian...... 6
1. Tujuan Umum...... 6
2. Tujuan Khusus...... 6
D. Manfaat Peneltian...... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...... 8
12
A. Morfologi dan Klasifikasi Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)...... 8
B. Sistematika Tumbuhan Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)...... 9
C. Manfaat Tumbuhan Cinnamomum burmannii...... 9
D. Kandungan Tumbuhan Cinnamomum burmannii...... 10
E. Ekstrak...... 11
1. Definisi Ekstrak...... 11
2. Pelarut...... 13
F. Mekanisme Kerja Antibakteri...... 15
G. Morfologi dan Klasifikasi Staphylococcus aureus...... 17
H. Patofisiologi Staphylococcus aureus...... 18
I. Metode Pengujian Antibakteri...... 19
J. Tinjauan Keislaman...... 20
1. Penggunaan Tanaman Sebagai Media Pengobatan dalam Pandangan
Islam...... 20
2. Mensyukuri Nikmat Allah yang Menciptakan Tumbuh-tumbuhan... 21
K. Kerangka Teori...... 21
BAB III KERANGKA KONSEP...... 23
A. Konsep Pemikiran...... 23
B. Definisi Operasional...... 23
C. Hipotesis...... 24
BAB IV METODE PENELITIAN...... 25
A. Desain Penelitian...... 24
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...... 24
13
C. Sampel Penelitian...... 24
1. Kriteria Inklusi...... 26
2. Kriteria Eksklusi...... 27
D. Alat dan Bahan...... 27
1. Alat...... 27
2. Bahan...... 27
E. Alur Penelitian...... 28
F. Prosedur Kerja...... 29
1. Pengambilan Sampel...... 29
2. Pengolahan Sampel...... 29
3. Ekstraksi Sampel Penelitian...... 29
4. Sterilisasi Alat...... 29
5. Pembuatan Medium...... 30
6. Penyiapan Mikroba Uji...... 31
BAB V HASIL PENELITIAN...... 32
A. Deskripsi Lokasi Penelitian...... 32
B. Deskripsi Penyiapan Sampel...... 32
C. Ekstraksi...... 32
D. Uji Sensitivitas...... 33
BAB VI PEMBAHASAN PENELITIAN...... 36
A. Pembahasan...... 36
B. Keterbatasan Penelitian...... 41
BAB VII PENUTUP...... 43
14
A. Kesimpulan...... 43
B. Saran...... 43
Daftar Pustaka...... 45
LAMPIRAN
15
DAFTAR SINGKATAN
BPOM :Badan Pengawasan Obat dan Makanan
DNA :Deoxyribonucleic Acid
Dkk :dan kawan-kawan
Dll :dan lain-lain
ISPA :Infeksi Saluran Pernapasan Atas
MBC :Minimum Bactericidal Concentration
MHA :Mueller Hinton Agar mm :milimeter mg :miligram mL :mililiter
NPC :Nasopharyngeal Carsinoma
PABA :Para Amino Benzoic Acid
PAS :Para Amino Salisilat
RNA :Ribonucleic Acid
RISKESDAS :Riset Kesehatan Dasar
TCA :trans-cinnamaldehyde
μL :mikroliter
μg :mikrogram
16
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Kulit Batang Kayu Manis...... 9
Gambar III.1. Konsep Pemikiran...... 22
Gambar IV.2. Alur Penelitian...... 28
17
DAFTAR TABEL
Tabel V.I Hasil Diameter zona hambat kulit batang Cinnamomum burmannii
terhadap bakteri Staphylococcus aureus ...... 34
Tabel V.2 Hasil klasifikasi diameter zona hambat ekstrak kulit batang
Cinnamomum burmannii terhadap bakteri Staphylococcus
aureus ...... 35
18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian dari LP3M (Lembaga Penelitian Pengembangan dan Pengabdian kepada Masyarakat) Lampiran 2 Surat Keterangan Hasil Penelitian Lampiran 3 Foto-foto Proses Penelitian
19
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme
yang tumbuh dalam tubuh inang, baik itu karena bakteri, virus, atau jamur.
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling utama
di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan hasil riset
kesehatan dasar (RISKESDAS 2013) perkembangan penyakit infeksi di
Indonesia dapat dilihat dari beberapa data penyakit infeksi seperti infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA) memiliki angka prevalensi sebesar 25%,
pneumonia memiliki insiden 1,8% dan prevalensi 4,5%, hepatitis memiliki
angka prevalensi dua kali lebih tinggi pada tahun 2013 dibandingkan tahun
2007 yakni 1,25%, sedangkan untuk diare meiliki insiden dan prevalensi pada
semua umur di Indonesia adalah 3,5% dan 7,0%.(1)
Salah satu penyebab infeksi yang paling sering dijumpai adalah infeksi
oleh bakteri sehingga pemberian antibiotik masih merupakan pilihan utama
untuk mengatasi infeksi saat ini. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-
62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-
penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik.(2)
Tangan merupakan bagian tubuh yang paling sering kontak langsung
dengan dunia luar dan digunakan sehari-hari untuk melakukan aktivitas. Hal
ini sangat memudahkan terjadinya kontak dengan mikroorganisme dan
mentransfernya ke objek lain.(3) Banyak bakteri dapat ditularkan dengan
20 mudah dari satu orang ke orang lain. Seseorang pembawa Staphylococcus aureus dalam nares anterior mungkin akan menggosok hidungnya, membawa
Staphylococcus aureus di tangannya dan menyebarkan bakteri ke bagian tubuh lainnya atau ke orang lain, sehingga menimbulkan infeksi. Oleh karena itu, tindakan mencuci tangan merupakan komponen pengendalian infeksi yang paling penting.(4)
Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif mikrokokus yang sering ditemukan pada telapak tangan. Genus Staphylococcus sedikitnya memiliki 30 spesies. Tiga spesies utama yang memiliki kepentingan klinis adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan
Staphylococcus saprophyticus. Staphylococcus aureus adalah patogen utama pada manusia.(4)
Berdasarkan peraturan kepala badan pengawasan obat dan makanan
(BPOM) tentang kriteria dan tata laksana pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka tahun 2005 bab satu pasal satu, obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dan bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.(5)
Dari total 28.000 spesies tumbuhan obat di Indonesia, telah diidentifikasi sebanyak 1.845 memiliki sifat seperti obat. Penggunaan tumbuhan sebagai obat untuk penyembuhan penyakit telah banyak diteliti.(6)
Salah satu obat tradisional yang dikenal adalah tanaman Cinnamomum
21 burmannii. Cinnamomum bumannii adalah anggota dari genus Cinnamomum dan secara tradisional digunakan sebagai bumbu. Penelitian tentang
Cinnamomum burmannii telah menunjukkan aktivitas analgesik, antibakteri, antidiabetes, antijamur, antioksidan, antirematik, anti-trombotik, dan anti- tumor.(7)
Menurut penelitian uji fitokimia Cinnamomum burmannii yang dilakukan oleh Mubaraq dkk, menunjukkan bahwa ekstrak Cinnamomum burmannii mengandung senyawa kimia berupa alkaloid, saponin, tanin, polifenol, flavonoid, kuinon, dan triterpenoid.(8)
Senyawa flavonoid disintesis oleh tanaman sebagai sistem pertahanan dan dalam responnya terhadap infeksi oleh mikroorganisme, sehingga tidak mengherankan apabila senyawa ini efekif sebagai senyawa antimikroba terhadap sejumlah mikroorganisme. Flavonoid merupakan salah satu senyawa polifenol yang memiliki bermacam-macam efek antara lain efek antioksidan, antitumor, antiradang, antibakteri, antijamur, dan antivirus.(9)
Penggunaan ekstrak metanol kulit batang kayu manis pernah dilakukan oleh Daker M dkk, dimana penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak metanol kulit batang kayu manis dan trans-cinnamaldehyde (TCA) dapat merusak proliferasi sel nasopharyngeal carsinoma (NPC) serta mampu menjebak dan mengais radikal bebas yang ada dalam tubuh.(10)
Kandungan ekstrak kayu manis yang bersifat antibakeri juga di selidiki dalam studi Shan dkk, dimana penelitian ini mengevaluasi lima bakteri patogen bawaan makanan yaitu Bacillus cereus, Listeria monocytogenes,
22
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Salmonella anatum. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak kayu manis memiliki sifat antibakteri yang signifikan.(11) Selain itu, Shan juga melaporkan bahwa ekstrak metanol 80% dari kayu manis menujukkan sifat antibakteri dengan minimum bactericidal concentration (MBC) yang jauh lebih tinggi (>2.500 µg/ml) untuk
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus daripada minyak esensial yang diesktraksi dengan air. (12)
Penelitian mengenai efek antibakteri dari ekstrak kulit kayu manis ini sudah pernah dilakukan sebelumnya namun berbeda bakteri dan cara ekstraksi yang berbeda pula. Penelitian yang dilakukan oleh Nisa LC menunjukkan hasil ektraksi infundasi lebih mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.(13)
Kombinasi ekstrak kering buah apel manalagi dan ekstrak kering kulit kayu manis yang dilakukan oleh Muslim dkk, menghasilkan efek antibakteri terhadap Shigella dysentriae dan kombinasi ekstrak kering buah apel manalagi
35% merupakan konsentrasi terbaik sebagai antibakteri terhadap Shigella dysentriae yang memiliki pengaruh menghambat bakteri yang sama dengan amoxicilin.(14)
Selain itu penelitian tentang kayu manis yang dilakukan oleh Repi,
Mambo, dan Wuisan menunjukkan bahwa Cinnamommum burmannii memiliki efek antibakteri terhadap bakteri Escherchia coli dan Streptococcus pyogenes.(6) Penelitian oleh Qamar dkk juga menunjukkan bahwa ada pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak daun kayu manis tergadap diameter
23 zona hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis.(15) Sementara penelitian yang menggunakan daun kayu manis oleh Angelica N. juga menunjukkan bahwa ekstrak daun kayu manis dapat menghambat pertumbuhan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.(33)
Usaha pengembangan terhadap bahan alam, baik tumbuhan maupun bahan lainnya sebagai obat tradisional, dapat dikembangkan melalui kebiasaan masyarakat dalam pemanfaatan bahan alam untuk pengobatan. Al Quran sebagai pedoman hidup manusia didalamnya memuat banyak hal dalam urusan kehidupan ini, termasuk didalamnya mengenai ilmu pengobatan dan kefarmasian yang menggunakan bahan-bahan alami.(16)
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda :
Terjemahan :
“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan
penyakitnya maka dia akan semuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala
(HR. Muslim)(36)
Menurut penulis, hadist tersebut memberitahukan bahwa Allah tidak
akan memberikan seseorang penyakit jika tidak ada obatnya. Seiring dengan
perkembangan teknologi dalam dunia kedokteran, pengobatan suatu penyakit
juga semakin berkembang pesat dan canggih. Maka dari itu, kita harus
memanfaatkan akal dan fikiran kita agar bisa belajar dan memperoleh
pengetahuan sehingga berguna bagi diri kita sendiri dan orang lain serta tidak
lupa untuk selalu berdoa kepada Allah agar diberikan kesehatan. Namun,
24
meskipun kita berusaha keras untuk mencegah atau mengobati suatu penyakit
dan hasilnya tidak sesuai dengan harapan, maka itu sudah menjadi ketetapan
Allah Swt dan tidak bisa hindari.
Dari beberapa hal diatas, penulis tertarik untuk mengambil judul ini
sebagai objek penelitian.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh antibakteri dari ekstrak metanol kulit batang kayu
manis (Cinnamomun burmannii) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus?
C. Tujuan Peneltian
1. Tujuan umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui adanya
aktifitas antibakteri dan pengaruh ekstrak metanol kulit batang kayu
manis (Cinnamomun burmannii) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus .
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh ekstrak metanol kulit
batang kayu manis terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan
konsentrasi 20%
b. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh ekstrak metanol kulit
batang kayu manis terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan
konsentrasi 30%.
25
c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh ekstrak metanol kulit
batang kayu manis terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan
konsentrasi 40%.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
a. Menambah pengetahuan mengenai tumbuhan tradisional
b. Mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama perkuliahan
2. Bagi Universitas
a. Menambah ilmu pengetahuan tentang mikrobiologi
b. Menambah referensi pengetahuan di Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Makassar mengenai tumbuhan herbal
3. Bagi Sosial
a. Sebagai pengobatan alternatif terutama penyakit infeksi sehingga
mengurangi tingkat resistensi pasien terhadap antibakteri
b. Menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat bahwa kayu
manis memiliki khasiat sebagai antibakteri.
26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Morfologi dan Klasifikasi Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)
Kayu manis (Cinnamomum burmannii) merupakan tanaman asli
Indonesia yang tumbuh tersebar dihampir seluruh Kepulauan Indonesia,
namun saat ini ekspor tersebar dihasilkan dari Sumatera Barat.(18) Di dunia
tercatat 54 jenis tanaman kayu manis (Cinnamomum Spp) dan 12 diantaranya
ada di Indonesia. Jenis kayu manis yang tersebar di Indonesia adalah C.
burmannii, C. zeylanicum, dan C. cassia.(19)
Pohon kayu manis dapat mencapai tinggi 18 m, batang berwarna abu-
abu, permukaan kasar, tebal mencapai 2-6 mm. Daun tunggal duduk
berhadapan, daun jorong memanjang, warna daun tua hijau, jika diremas
berbau harum khas kayu manis. Bunga berbentuk tandan, muncul dari ketiak
di tunas pucuk. Buahnya buah buni, ketika muda berwarna hijau, ketika
masak berwarna ungu tua, berdaging tipis.(18)
Potongan kulit Cinnamomum burmannii berbentuk gelondong agak
menggulung membujur agak pipih atau berupa berkas yang terdiri dari
tumpukan beberapa potong kulit yang tergulung membujur panjang sampai 1
mm tebal kulit 1-3 mm atau lebih. Permukaan luar yang tidak bergabus
berwarna coklat kekuningan atau coklat sampai coklat kemerahan, bergaris-
garis pendek melintang yang menonjol atau agak berlekuk. Yang bergabus
berwarna hijau kehitaman atau coklat kehijauan, kadang-kadang terdapat
bercak-bercak lumut kerak berwarna agak putih atau coklat muda. Permukaan
27
dalam berwarna coklat kemerahan tua sampai coklat kehitaman, bekas
patahan tidak rata.(20)
Gambar II.1 Kulit batang kayu manis
(Sumber: BPOM RI. Acuan Sediaan Herbal Volume Kelima. 2010. 90 p)
B. Sistematika Tumbuhan Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)
Dari sistem sistematika (taksonomi), tumbuhan kayu manis dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Laurales
Familia : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmannii (Ness & T. Ness) Blume.(21)
C. Manfaat Tumbuhan Cinnamomum burmannii
Cinnamomum burmannii digunakan sebagai ramuan obat untuk mengatasi
nyeri lambung, tidak nafsu makan, sakit perut karena dingin, diare, muntah-
muntah, sariawan, rematik sendi kronik, sakit pinggang, asma, masuk angin,
28
batuk, tekanan darah tinggi, melancarkan asi, tonik pencernaan, pelegakan
pernapasan, penyegar bau mulut, tonik otak, melancarkan menstruasi, sakit
kepala, migrain, meredakan sakit otot dan sendi.(18)
D. Kandungan Tumbuhan Cinnamomum burmannii
Kulit kayu manis mengandung minyak atsiri (esensial), resin, cinnamic
acid, cinnamaldehyde dan cinnamate. Komponen utama minyak kulit kayu
manis adalah cinnamaldehyde mencapai 51-76% bergantung kepada jenis,
varietas, iklim, dan ketuaan kayu, sedangkan eugenol berkisar 5-18%.(18)
Kandungan ekstrak kulit batang kayu manis secara umum mengandung
flavonoid, alkaloid, tanin, dan saponin.(15)
Flavonoid adalah kelompok penting polifenol yang tersebar luas antara
flora tanaman dan terbuat dari lebih dari satu cincin benzena. Senyawa
flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang memiliki
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Aktivitas flavonoid
dalam menghambat pertumbuhan bakteri yaitu dengan menyebabkan
kerusakan pada membran sel dan menghambat sintesis makromolekul sel
bakteri.(22)
Alkaloid termasuk kelompok terbesar unsur kimia sekunder yang
sebagian besar terbuat dari amonia yang terdiri dari bangunan asam amino.
Sebagian besar alkaloid ada dalam bentuk padat seperti atropin, dan sebagian
ada yang berbentuk cairan yang mengandung karbon, hidrogen, dan nitrogen.
Alkaloid mudah larut dalam alkohol dan sedikit larut dalam air.(22)
29
Tanin merupakan senyawa fenolik dari molekul tinggi berat. Tanin larut
dalam air dan alkohol dan ditemukan di akar, kulit, batang, dan lapisan luar
jaringan tanaman. Tanin bisa digunakan sebagai antiseptik karena adanya
gugus fenolik.(22)
Saponin merupakan senyawa yang larut dalam air dan alkohol tetapi
tidak larut dalam pelarut organik non-polar seperti benzena dan n-heksana.
Saponin dikenal dengan senyawa yang memiliki berat molekul tinggi.(22)
E. Ekstrak
1. Definisi Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan
menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai, diluar
pengaruh cahaya matahari langsung.(23) Parameter yang mempengaruhi
kualitas dari ekstrak adalah bagian dari tumbuhan yang digunakan, pelarut
yang digunakan untuk ekstrak, dan prosedur ekstraksi.(24)
Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan
tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui
prosedur yang telah ditetapkan. Selama proses ekstraksi, pelarut akan
berdifusi sampai ke material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan
senyawa dengan polaritas yang sesuai dengan pelarutnya.(23)
Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi
menjadi dua cara, yaitu cara panas dan cara dingin. Ekstraksi cara dingin
dapat dibedakan sebagai berikut.
30
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengeskstrakan simplisia
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur kamar. Keuntungan ekstraksi dengan
cara maserasi adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan
sederhana, sedangkan kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama,
membutuhkan pelarut yang banyak dan penyarian kurang
sempurna.(24)
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru
sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada
temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan
bahan, tahap perendaman, tahap perkolasi antara, tahap perkolasi
sebenarnya (penampungan ekstrak) secara terus menerus sampai
diperoleh ekstrak (perkolat).(24)
Ekstraksi cara panas dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru,
dengan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin
balik.(24)
b. Refluks
31
Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada
temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut
terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.(24)
c. Infusa
Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur
900C selama 15 menit. Infusa adalah ekstraksi menggunakan pelarut
air pada temperatur penangas air dimana bejana infus tercelup dalam
penangas air mendidih, temperatur yang digunakan (96-980C)
selama waktu tertentu (15- 20 menit).(24)
d. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (>30°C) dan
temperatur sampai titik didih air.(24)
e. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi
dari temperatur suhu kamar, yaitu secara umum dilakukan pada
temperatur 40- 50oC.(24)
2. Pelarut
Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan
zat lain. Sifat pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut
yang rendah, mudah menguap pada suhu yang rendah, dapat
mengekstraksi komponen senyawa dengan cepat, dapat mengawetkan dan
tidak menyebabkan ekstrak terdisosiasi.(23)
32
Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang akan diekstraksi, laju ekstraksi, keragaman senyawa yang akan diekstraksi, kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya, toksisitas pelarut dalam proses bioassay, potensial bahaya kesehatan dari pelarut.(23)
Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain: a. Air
Air adalah pelarut universal, biasanya digunakan untuk
mengekstraksi produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba.
Meskipun pengobatan secara tradisional menggunakan air sebagai
pelarut, tetapi ekstrak tumbuhan dari pelarut organik telah ditemukan
untuk memberikan aktivitas antimikroba lebih konsisten dibandingkan
dengan ekstrak air. Air juga melarutkan senyawa fenolik yang
memiliki aktivitas penting sebagai antioksidan.(23) b. Aseton
Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan
lipofilik dari tumbuhan. Keuntungan pelarut aseton yaitu dapat
bercampur dengan air, mudah menguap dan memiliki toksisitas
rendah. Aseton digunakan terutama untuk studi antimikroba dimana
banyak senyawa fenolik yang terekstraksi dengan aseton.(23) c. Alkohol
33
Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol
dibandingkan dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya
jumlah polifenol yang lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan
dengan ekstrak air. Konsentrasi yang lebih tinggi dari senyawa
flavonoid terdeteksi dengan etanol 70% karena polaritas yang lebih
tinggi daripada etanol murni.(23)
d. Kloroform
Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut
menggunakan heksan, kloroform dan metanol dengan konsentrasi
aktivitas tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform. Kadang-kadang
tanin dan terpenoid ditemukan dalam fase air, tetapi lebih sering
diperoleh dengan pelarut semipolar.(23)
F. Mekanisme Kerja Antibakteri
Antibakteri adalah suatu senyawa yang dapat membunuh atau
menghentikan pertumbuhan bakteri. Berdasarkan mekanisme kerjanya,
antibakteri dibagi menjadi 5, yaitu :
a. Menghambat Sintesis Dinding Sel
Bakteri memiliki dinding sel dengan tekanan osmotik yang tinggi
di dalam sel dan berfungsi untuk mempertahankan bentuk dan ukuran sel.
Kerusakan dinding sel bakteri akan menyebabkan terjadinya lisis.
Dinding sel bakteri mengandung peptidoglikan. Lapisan peptidoglikan
pada dinding sel bakteri gram positif lebih tebal daripada bakteri gram
34
negatif. Senyawa yang menghambat sintesis dinding sel bakteri meliputi
penisilin, sefalosforin, basitrasin, vankomisin dan sikloserin.(4) b. Menghambat Metabolisme Sel
Bakteri membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya.
Asam folat tersebut harus disintesis sendiri oleh bakteri dari asam amino
benzoat (PABA). Antibakteri seperti sulfonamide, trimetroprim, asam p-
aminosalisilat (PAS) dan sulfon menghambat proses pembentukan asam
folat tersebut.(4) c. Mengganggu Keutuhan Membran Sel
Membran sitoplasma berfungsi dalam perpindahan molekul aktif
dan menjaga keseimbangan zat di dalam sel. Kerusakan membran
sitoplasma akan menyebabkan keluarnya makromolekul seperti protein,
asam nukleat, dan ion-ion penting sehingga sel menjadi rusak. Antibiotik
yang termasuk dalam kelompok ini adalah polimiksin.(4) d. Menghambat Sintesis Protein
Sintesis protein bakteri berlangsung di dalam ribosom. Bakteri
memiliki 2 subunit ribososm yaitu ribosom 30S dan 50S. Kedua
komponen ini akan bersatu menjadi kribosom 70S. Penghambatan pada
komponen ribososm-ribosom tersebut akan menyebabkan gangguan
protein sel. Antibiotik yang dapat menghambat sintesis protein antara
lain aminoglikosida, makrolid, linkomisin, tetrasiklin dan
kloramfenikol.(4) e. Menghambat Sintesis Asam Nukleat
35
Antibiotik dapat menghambat sintesis asam nukleat bakteri yaitu
kuinolon, rifampisin, sulfonamide, dan trimetropim. Rifampisin berikatan
dengan enzin polymerase RNA (ribonucleic acid) sehingga menghambat
sintesis RNA dan DNA (deoxyrnucleic acid) oleh enzim tersebut.
Golongan kuinolon menghambat enzim DNA girase pada bakteri.(4)
G. Morfologi dan Klasifikasi Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah bakteri patogen utama manusia yang
menyebabkan manifestasi klinis. Staphylococcus aureus ditemukan
dilingkungan dan juga ditemukan pada flora normal manusia, terletak di kulit
dan selaput lendir (paling sering di area hidung) dari individu yang sehat.
Staphylococcus aureus biasanya tidak menyebabkan infeksi pada kulit yang
sehat. Namun,jika dibiarkan memasuki aliran darah atau jaringan internal,
bakteri ini dapat menyebabkan bebagai infeksi yang berpotensi serius.
Transmisi biasanya dari kontak langsung. Namun, beberapa infeksi
melibatkan metode penularan lainnya.(25)
Berdasarkan taksonominya menurut Rosenbach (1884), klasifikasi
Staphylococcus aureus yaitu:
Kingdom : Bacteria
Subkingdom : Posibacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Familia : Staphylococcaceae
36
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus.(26)
Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif (pewarnaan ungu
oleh pewarnaan gram) yang berbentuk cocci dan cenderung disusun dalam
kelompok yang digambarkan sebagai “seperti anggur”. Pada media,
organisme ini dapat tumbuh dalam garam hingga 10% dan koloni seringkali
berwarna emas atau kuning (aureus berarti emas atau kuning). Organisme ini
dapat tumbuh secara aerobik atau anaerob (fakultatif) dan pada suhu antara
18° C dan 40° C.(25)
H. Patofisiologi Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah salah satu infeksi bakteri yang paling
umum pada manusia dan merupakan agen penyebab berbagai infeksi manusia,
termasuk bakteremia, endokarditis, infektif, infeksi kulit dan jaringan lunak
(mislanya impetigo, folikulitis, furunkel, dll), osteomyelitis, infeksi paru,
gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih.(22)
Bergantung pada strain yang terlibat dan lokasi infeksi, bakteri ini dapat
menyebabkan infeksi invasif dan atau penyakit dimediasi oleh racun.
Patofisiologi sangat bervariasi tergantung pada jenis infeksi Staphylococcus
aureus.(22)
Mekanisme untuk mengelak dari respon imun inang meliputi produksi
kapsul antiphagocytic, sekustrasi antibodi inang atau penyembunyian antigen
oleh protein A, pembentukan biofilm, kelangsungan hidup intraseluler dan
pemblokiran chemotaxis dari leukosit.(22)
37
I. Metode Pengujian Antibakteri
Pengukuran aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi
dan metode pengenceran. Metode difusi merupakan slah satu metode yang
sering digunakan, metode difusi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
a. Metode silinder adalah meletakkan beberapa silinder yang terbuat dari
gelas atau besi tahan karat di atas media agar yang telah di inokulasi
dengan bakteri. Tiap silinder ditempatkan sedemikina rupa hingga berdiri
di atas media agar, diisi dengan larutan yang akan diuji dan diinkubasi.
Setelah diinkubasi ada tidaknya daerah hambatan di sekeliling silinder.(27)
b. Metode lubang yaitu membuat lubang pada agar padat yang telah
diinokulasi dengan bakteri. Jumlah dan letak lubang disesuaikan dengan
tujuan penelitian, kemudian lubang diisi dengan larutan yang akan diuji.
Setelah diinkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada
tidaknya daerah hambatan disekeliling lubang.(27)
c. Metode cakram (Kirby Bauer) yaitu meletakkan cakram kertas yang
telah direndam larutan uji diatas media padat yang telah diinokulasi
dengan bakteri. Setelah diinkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk
melihat ada tidaknya daerah hambatan disekeliling cakram.(27)
Metode pengenceran yaitu mengencerkan zat antimikroba dan
dimasukkan ke dalam tabung-tabung reaksi steril. Ke dalam tabung-tabung
itu di tambahkan sejumlah mikroba uji yang telah diketahui jumlahnya. Pada
interval waktu tertentu, dilakukan pemindahan dari tabung reaksi kedalam
38
tabung-tabung berisi media steril yang lalu diinkubasikan dan diamati
penghambatan pertumbuhan.(27)
Menurut Davis dan Stout (1971), mengklasifikasikan respon zona
hambat pertumbuhan bakteri berdasarkan zona bening meliputi respon lemah
(diameter < 5 mm), respon sedang (diameter 5-10 mm), respon kuat (diameter
10-20 mm), dan respon sangat kuat (diameter >20 mm).(28)
J. Tinjauan Keislaman
1. Penggunaan Tanaman Sebagai Media Pengobatan dalam Pandangan Islam
Beberapa penelitian telah difokuskan pada kandungan fitokimia dari
kulit batang Cinnamomum burmannii. Beberapa kandungan fitokimia dalam
tumbuhan kayu manis tersebut menunjukkan bahwa kayu manis dapat
dimanfaatkan sebagai obat. Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu, Rasulullah
SAW bersabda :
Terjemahan: “Sesungguhnya Allah tidak menurunkan satu penyakit kecuali diturunkan pula baginya obat.” (Hadist Riwayat Imam Bukhari:5246)(35)
Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman dalam Surah As-Syuara Ayat 7:
Terjemahan: “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh tumbuhan yang baik?”(Q.S As-Syuara (26):7) (34)
39
Dari hadits dan ayat di atas bisa diambil satu kesimpulan bahwa ketika
Allah memberikan satu penyakit kepada hamba-Nya maka kepadanya pula
akan diberikan obat yang bisa menyembuhkannya. Selain itu, kita
diperintahkan untuk mensyukuri nikmat yang diberikan tuhan yaitu adanya
tumbuhan yang dijadikan sebagai obat. Tentunya orang yang sakit
dituntut untuk berusaha mendapatkan obat tersebut agar tercapai
kesembuhannya. Boleh saja orang yang sakit tak melakukan usaha berobat
bila memang ia berserah diri dan ridho terhadap penyakit yang diberikan
Allah kepadanya.(17)
2. Mensyukuri Nikmat Allah yang Menciptakan Tumbuh-tumbuhan
Tuhan telah menciptakan tumbuhan dengan berbagai macam kegunaan dan manfaat bagi manusia. Kita sebagai manusia harus menjaga bumi dengan baik karena bumi telah ditumbuhi oleh berbagai macam tumbuhan yang bisa kita gunakan untuk kebutuhan dan kelangsungan hidup kita.
Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-An‟am ayat 99 :
Terjemahan :
“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami
40
keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S Al- An‟am (6) : 99)(34)
Dari ayat diatas Allah SWT mengingatkan kekuasaanya bahwa dialah
menurunkan hujan dari langit dan menumbuhkan bermacam-macam
tumbuhan yang baik dan bermanfaat untuk kehidupan manusia dan itu
merupakan rezeki serta anugerah dari Allah SWT untuk manusia. Jadi, pada
hakikatnya mensyukuri nikmat Allah SWT itu manfaatnya adalah untuk kita
sendiri bukan untuk Allah. Salah satu cara untuk mewujudkan rasa syukur kita
kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan adalah dengan cara
memelihara tumbuh-tumbuhan tersebut agar dapat dimanfaatkan dalam
berbagai bidang salah satunya adalah dibidang medis untuk pengobatan.
K. Kerangka Teori
Ekstrak Kulit Batang Flavonoid, Alkaloid, Cinnamomum Tanin, dan Saponin burmannii
Merusak dinding sel bakteri Pertumbuhan bakteri Mengurangi permeabilitas terhambat dan bakteri dinding sel bakteri mati Denaturasi protein
41
Gambar II.2. Kerangka Teori
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Konsep Pemikiran
Ekstrak kulit Sensitifitas batang kayu Bakteri manis Staphylococcus
(Cinnamomum aureus burmannii)
Sensitif Resisten
Keterangan :
: Variabel Independen (X)
: Variabel Dependen (Y)
Gambar III.1. Konsep Pemikiran
B. Definisi Operasional
1. Ekstrak kulit batang Cinnamomum burmannii dengan konsentrasi 20%,30%,
dan 40% yang di peroleh dari hasil ekstraksi metode sokletasi yang
dilarutkan dengan metanol.
Instrumen : Timbangan, gelas ukur
Cara ukur : pengenceran
Hasil ukur : Konsentrasi Larutan 20%, 30%, dan 40%
Skala ukur : Rasio
42
2. Bakteri Staphylococcus aureus yang ditumbuhkan pada medium mueller
hinton agar (MHA) yang diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam
kemudian diukur sensifitasnya setelah penanaman cakram uji ekstrak kulit
batang kayu manis konsentrasi tertentu.
Cara ukur : berdasarkan zona hambatan yang terbentuk dalam milimeter
Alat ukur : Jangka sorong
Hasil ukur : nilai dalam milimeter (Davis dan Stout, 1971)
Respon lemah :diameter zona hambat < 5 mm
Respon sedang :diameter zona hambat 5-10 mm
Respon kuat :diameter zona hambat 10-20 mm
Respon sangat kuat :diameter zona hambat >20 mm
Skala Pengukuran : numerik
C. Hipotesis
1. Hipotesis Null (H0)
Ekstrak kulit batang kayu manis tidak memberikan efek sensitif terhadap
bakteri Staphylococcus aureus.
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
Ekstrak kulit batang kayu manis memberikan efek sensitif terhadap bakteri
Staphylococcus aureus.
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan perlakuan
pemberian ekstrak kulit batang Cinnamomum burmannii terhadap bakteri
Staphylococcus aureus untuk melihat uji sensifitasnya dengan metode disk
diffusion atau cakram kertas dengan konsentrasi tertentu.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar pada tanggal 19
November – 19 Desember 2019.
C. Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel dari bahan
tanaman yaitu kulit batang Cinnamomum burmannii dan bakteri
Staphylococcus aureus yang di isolasi pada medium MHA yang diinkubasi
pada suhu 370C selama 24 jam.
Menurut Frederer, rumus penentuan sampel untuk uji eksperimental
adalah :
(t-1)(r-1) ≥15
Keterangan :
r = jumlah sampel tiap kelompok perlakuan
t = banyaknya kelompok perlakuan
44
dalam rumus akan digunakan t = 5 karena menggunakan 5 kelompok
perlakuan, dalam hal ini ada 3 sampel konsentrasi ekstrak,1 kontrol
positif, dan 1 kontrol negatif, maka jumlah sampel minimal tiap
kelompok ditentukan sebagai berikut :
(t-1)(r-1) ≥15
(5-1)(r-1) ≥15
(r-1) 15/4
r-1 ≥3,75
r = 3,75 + 1
r = 4,75 (dibulatkan menjadi 5)
Berdasarkan hasil rumus sampel minimal uji eksperimental diatas, maka banyaknya kelompok sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 5 kelompok sampel dan diberikan pelakuan pengulangan sebanyak 5 kali. Jadi, total banyaknya sampel yang digunakan adalah 25 sampel
1. Kriteria inklusi
a. Alat dan bahan dalam keadaan steril.
b. Bakteri yang digunakan adalah bakteri Staphylococcus aureus yang
masih aktif
c. Kulit batang Cinnamomum burmannii yang digunakan dalam keadaan
kering
d. Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak kulit batang Cinnamomum
burmannii.
45
2. Kriteria eksklusi
a. Sediaan bakteri terkontaminasi dengan bakteri lain.
b. Sediaan bakteri rusak
e. Kulit batang Cinnamomum burmannii basah
D. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat sokhlet, erlenmeyer, gelas ukur, gelas kimia, tabung reaksi, rak
tabung reaksi, pipet tetes, penangas air, blender, ayakan mesh 65, timbangan
analitik, labu ekstraksi, batang pengaduk, stirer, cawan petri, rotary
evaporator, jarum ose, pinset, inkubator, laminair air flow, termometer,
pencadang, autoklaf, mikropipet, mistar berskala dan alat fotografi
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit batang kayu
manis Cinnamomum burmannii (Ness & T. Ness) Blume, bakteri uji
(Staphylococcus aureus ATCC 25923) yang diperoleh dari Laboratorium
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Makassar, aquades steril, metanol, tablet Ciprofloxacin 500 mg, Muller
Hinton Agar (MHA) , larutan NaCl 0,9% kertas saring, kertas label, dan
aluminium foil.
46
E. Alur Penelitian Pengambilan dan pengeringan Penyiapan Sampel Cinnamomum burmannii selama 6-7 hari
Ekstraksi Sampel Cinnamomum burmannii (Ness & T. Ness) Blume
Sterilisasi Alat Selama 1 hari
Pembuatan medium Selama 1 hari
Inokulasi dan Penyiapan Mikroba Uji Inkubasi selama 1x 24 jam
Inkubasi cawan petri Pengujian Sensifitas antimikroba Selama 1x24 jam
Hasil
Gambar IV.2 Alur Penelitian
47
F. Prosedur Kerja
1. Pengambilan sampel
Sampel diambil dari kulit batang kayu manis (Cinnamomum burmannii)
di Desa Lembang Lohe Kec. Kajang Kab. Bulukumba.
2. Pengolahan Sampel
Kulit batang Cinnamomum burmannii yang diambil adalah yang telah
dikeringkan sebelumnya. Setelah kering, kemudian dihaluskan dengan
blender lalu ditimbang kembali sehingga didapatkan simplisia.
3. Ekstraksi sampel penelitian
Simplisia kulit batang Cinnamomum burmannii ditimbang sebanyak 60
gram, lalu tiap 20 gram dibungkus dengan kertas saring, ikat kedua bagian
ujungnya dengan benang, dimasukkaan kedalam alat soklet, masukkan
pelarut metanol sebanyak 500 mL ke dalam labu soklet (labu alas bulat),
dan 250 mL metanol ke dalam tabung soklet untuk membasahi sampel.
Lakukan sokletasi dengan suhu 70°C sampai tetesan siklus tidak berwarna
lagi. Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary
evaporator pada suhu tidak lebih dari 50°C dan diuapkan hingga menjadi
ekstrak kental.
4. Sterilisasi Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian aktivitas antibakteri ini
disterilkan terlebih dahulu. Alat-alat gelas disterilkan dalam oven pada suhu
170oC selama ± 2 jam, jarum ose dan pinset dibakar dengan pembakaran
48
diatas api langsung dan media disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC
selama 15 menit
5. Pembuatan medium
a. Media Mueller Hinton Agar
Serbuk MHA sebanyak 1,5 gram dilarutkan dalam 75 mL aquades
menggunakan erlenmeyer. Setelah itu dihomogenkan dengan stirer diatas
penangas air sampai mendidih. Sebanyak 10 ml dituangkan masing-masing
pada 5 tabung reaksi steril dan ditutup dengan aluminium foil. Media
tersebut disterilkan dalam outoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit,
kemudian dibiarkan pada suhu ruangan selama ± 30 menit sampai media
memadat pada kemiringan 30o. Media Agar miring digunakan untuk
inokulasi bakteri.
b. Media Pengujian Bakteri
Mueller hinton agar sebanyak 4,5 gram dilarutkan dalam 150 ml
aquades menggunakan erlenmeyer. Setelah itu dihomogenkan dengan
magnet stirer diatas penangas air sampai mendidih sambil ditutup dengan
aluminium foil. Setelah mendidih, media tersebut disterilkan dalam outoklaf
pada suhu 121oC selama 15 menit dengan tekanan 1 atm. Setelah
disterilkan, media dibawa ke ruangan laminair air flow untuk di tuangkan ke
dalam cawan petri yang telah disterilkan sebelumnya. Media MHA yang
dituangkan kedalam cawan petri digunakan sebagai media pengujian
bakteri.
49
6. Penyiapan Mikroba Uji
a. Inokulasi Bakteri pada Media MHA
Bakteri uji diambil dengan jarum ose steril, lalu ditanamkan pada
media agar miring dengan cara menggores. Selanjutnya diinkubasi dalam
inkubator pada suhu 37oC selama 24 jam.
b. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji
Bakteri uji yang telah diinokulasi diambil dengan kawat ose steril lalu
disuspensikan kedalam tabung yang berisi 2 mL larutan NaCl 0,9% hingga
diperoleh kekeruhan yang sama dengan standar kekeruhan larutan Mc.
Farland.
c. Uji Aktivitas Antibakteri secara In-vitro
Larutan uji ekstrak metanol kulit batang Cinnamomum burmannii
dengan berbagai konsentrasi (20%, 30%, dan 40%), aquades sebagai kontrol
negatif, larutan Ciprofloxacin sebagai kontrol positif, masing-masing
diteteskan pada sumur yang berbeda sebanyak 50 μL. Kemudian cawan
petri diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37oC selama 1x24 jam.
50
BAB V
HASIL
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Lantai 2 Universitas Negeri Makassar pada
Desember 2019 sampai Januari 2020.
B. Deskripsi Penyiapan Sampel
Sampel kulit batang Cinnamomum burmannii diambil di Desa
Lembang Lohe Kec. Kajang Kab. Bulukumba. Sampel selanjutnya dipotong-
potong kecil kemudian di masukkan kedalam aluminium foil untuk dilakukan
proses oven. Tujuannya untuk mengeringkan kayu manis sehingga tidak ada
zat air yang terkandung di dalam kayu manis. Waktu yang digunakan untuk
pengeringan adalah 4 hari. Kemudian simplisia ditimbang sebanyak 60 gram
gr yang selanjutnya akan diekstraksi.
C. Ekstraksi
Setelah proses penyiapan simplisia dilanjutkan dengan proses ekstraksi
simplisia kayu manis. Simplisia yang sudah disiapkan sebanyak 60 gr
diekstraksi dengan metode sokhletasi dengan menggunakan metanol.
Pemilihan metode ekstraksi dengan cara sokhletasi dikarenakan metode ini
tidak menggunakan banyak pelarut dan waktu yang digunakan lebih sedikit.
Pelarut yang di gunakan adalah metanol memiliki kadar air yang lebih
sedikit dan dapat mengurangi pertumbuhan mikroba didalam ekstrak, karena
51
air merupakan salah satu media yang dapat mempercepat pertumbuhan
mikroba asing.
Proses sokhletasi yaitu simplisia kulit batang Cinnamomum burmannii
ditimbang sebanyak 60 gram, lalu tiap 20 gram dibungkus dengan kertas
saring, ikat kedua bagian ujungnya dengan benang, lalu dimasukkan
kedalam alat soklet, kemudian masukkan pelarut metanol sebanyak 500 mL
ke dalam labu soklet (labu alas bulat). Sokletasi dilakukan dengan suhu
70°C sampai tetesan siklus tidak berwarna lagi. Filtrat yang diperoleh
kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu tidak
lebih dari 50°C dan diu apkan hingga menjadi ekstrak kental.
D. Uji Sensitivitas
Hasil pengamatan dari uji sensitivitas dengan menggunakan metode
diks diffusion atau cakram kertas dengan konsentrasi 20%, 30%, 40% dan
menggunakan ciprofloxacin sebagai kontrol positif karena antibiotik ini
merupakan antibiotik spektrum luas dan aquades sebagai kontrol negatif.
Berikut Hasil diameter zona hambat ekstrak kulit batang Cinnamomum
burmannii terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut:
52
Tabel 5.1 Hasil Diameter zona hambat kulit batang Cinnamomum burmannii terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Kontrol(mm) Diameter Zona
Bakteri Hambat (mm)
Replikasi Ciprofloxacin Aquades 20% 30%
40%
Staphylococcus MHA 1 38,2 - 8,5
aureus 7,8 9,2
MHA 2 41,8 - 9,5
10,1 11,1
MHA 3 40,6 - 8,3
8,4 9,2
MHA 4 39,6 - 8,0
8,2 9,4
MHA 5 44,4 - 8,2
8,7 9,0
Rata-rata 40,9 - 8,5
8,64 10
Sumber : Data primer, Januari 2020
Dari uji sensitivitas ekstrak kulit batang Cinnamomum burmannii terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada tabel V.1 didapatkan rata-rata zona hambat ekstrak dari konsentrasi 20% yaitu 8,5 mm, 30% yaitu 8,64 mm dan 40% yaitu 10 mm dalam 5 replikasi sementara untuk kontrol positif yang menggunakan ciprofloxacin didapatkan yaitu 40,9 mm dan kontrol negatif aquades yaitu tidak
53 ada dan dari hasil tersebut pula didapatkan bahwa konsentrasi ekstrak kulit batang
Cinnamomum burmannii yang paling baik atau yang besar daya hambatnya yaitu pada konsentrasi 40 % sebesar 11,1 mm pada sediaan MHA 2 dengan rata-rata konsentrasi 40% pada kelima medium adalah 10 mm sedangkan yang paling rendah pada konsentrasi 20% sebesar 8,0 mm pada MHA 4 dengan rata-rata konsentrasi 20% adalah 8,5 mm.
Tabel 5.2 Hasil klasifikasi diameter zona hambat ekstrak kulit batang Cinnamomum burmannii terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Repli Kontrol(mm) -kasi Diameter Zona Hambat (mm) Ciprofloxacin klasifikasi aquades klasifikasi 20% klasifikasi 30% klasifikasi 40% klasifikasi MHA 38,2 Sangat 1 Kuat - - 8,5 Sedang 7,8 Sedang 9,2 Sedang MHA 41,8 Sangat 2 Kuat - - 9,5 Sedang 10,1 Sedang 11,1 Kuat MHA 40,6 Sangat 3 Kuat - - 8,3 Sedang 8,4 Sedang 9,2 Sedang MHA 39,6 Sangat 4 Kuat - - 8,0 Sedang 8,2 Sedang 9,4 Sedang MHA 44,4 Sangat 5 Kuat - - 8,2 Sedang 8,7 Sedang 9,0 Sedang Rata- 40, 9 Sangat rata Kuat - - 8,5 Sedang 8,64 Sedang 10 Kuat
54
Sumber : Data primer, Januari 2020
Hasil klasifikasi zona hambat berdasarkan Davis dan Stout, pada tabel
V.2 dapat diketahui eksrak kulit batang Cinnamomum burmannii pada konsentrasi
20% yaitu 8,5 mm termasuk sensitif sedang (5-10 mm), konsentrasi 30% yaitu
8,64 mm termasuk sensitif sedang (5-10 mm), konsentrasi 40% yaitu 10 mm termasuk sensitif kuat (10-20 mm) dan kontrol ciprofloxacin termasuk dalam klasifikasi sangat kuat.
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas antibakteri terhadap ekstrak
kulit batang Cinnamomum burmannii yang diperoleh dengan metode
sokhletasi kemudian diujikan pada medium MHA. Penggunaan medium MHA
sebagai media pengujian dikarenakan medium MHA mengandung starch
55
(tepung padi) yang berfungsi untuk menyerap racun yang dikeluarkan bakteri sehingga tidak mengganggu antibiotik. Semua bakteri dapat tumbuh pada medium ini karena media MHA bukan merupakan media selektif dan media differensial sehingga mendukung pertumbuhan bakteri non-fastidious yang patogen.(29)
Proses penelitian ini dimulai dari pengambilan dan pengeringan
Cinnamomum burmannii, kemudian dilanjutkan dengan ekstraksi pada
Cinnamomum burmannii, dengan metode sokhletasi menggunakan pelarut metanol lalu diuapkan pelarutnya dengan menggunakan rotary evaporator selama 1 hari sehingga didapatkan ekstrak kering sebanyak 1,1 gr. Kemudian diambil 0,2 gr untuk konsentrasi 20%, 0,3 gr untuk konsentrasi 30%, dan 0,4 gr untuk konsentrasi 40%. Kemudian dibuat 3 konsentrasi 20%, 30%, dan
40% dengan menambahkan 1 mL aquades pada masing-masing konsentrasi sehingga diperoleh konsentrasi ekstrak uji.
Metode yang digunakan untuk uji sensifitas adalah metode difusi yang menggunakan kertas cakram atau paper disk dengan medium MHA yang mana metode ini untuk melihat besarnya zona hambatan yang terbentuk pada bakteri Staphylococcus aureus pada ekstrak yang berdifusi membentuk zona hambat yang kemudian diukur menggunakan jangka sorong.
Pada perlakuan kontrol digunakan aquades sebagai kontrol negatif dan ciprofloxacin sebagai kontrol positif. Perlakuan kontrol negatif (aquades) setelah pengamatan yaitu tidak terdapat daerah bening yang muncul disekitar kertas cakram sehingga perlakuan kontrol negatif ini tidak memberikan
56 pengaruh terhadap diameter zona hambat bakteri Staphylococcus aureus.
Sedangkan perlakuan kontrol positif menggunakan antibiotik yaitu ciprofloxacin untuk membandingkan efek antibakteri antara ciprofloxacin dengan ekstrak kulit batang Cinnamomum burmannii. Pemilihan ciprofloxacin sebagai kontrol karena merupakan antibiotik spektrum luas. Setelah dilakukan pengamatan, ciprofloxacin mampu menghasilkan zona hambat, hal ini ditandai dengan munculnya daerah bening disekitar kertas cakram. Rata-rata diameter zona hambat yang dihasilkan oleh ciprofloxacin yaitu 40,9 mm.
Diameter dari zona hambat yang terbentuk pada daerah sekitar kertas cakram yang diberikan ekstrak kulit batang Cinnamomum burmannii dapat menjadi tolak ukur kekuatan dari senyawa yang terkandung dalam ekstrak kulit batang Cinnamomum burmannii.(6)
Adanya perbedaan diameter zona hambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus yang dipengaruhi oleh berbagai konsentrasi ekstrak kulit batang Cinnamomum burmannii mungkin dikarenakan kadar kandungan zat antimikroba yang berbeda pada masing-masing konsentrasi. Perbedaan kadar kandungan tersebut akan mempengaruhi ukuran diameter zona hambat yang terbentuk, semakin besar kadar kandungan pada ekstrak kulit batang
Cinnamomum burmannii maka akan semakin besar pula diameter zona hambat pada bakteri Staphylococcus aureus. Konsentrasi 40% pada penelitian ini merupakan konsentrasi tertinggi yang paling baik dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, hal ini mungkin dikarenakan kandungan senyawa aktif zat antimikroba pada konsentrasi 40% memiliki
57 kadar kandungan yang sangat besar daripada konsentrasi yang lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Khasanah dkk, yang menyatakan bahwa semakin besar suatu konsentrasi, semakin besar pula komponen zat aktif yang terkandung didalamnya sehingga zona hambat yang terbentuk juga berbeda tiap konsentrasi.(15) Rahmani D. dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak kulit kayu manis, maka semakin efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis dengan konsentrasi paling efektif adalah 40% dan 50%.(30)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak kulit batang Cinnamomum burmannii terhadap diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang disebabkan oleh senyawa atau zat antimikroba yang terkandung didalam ekstrak kulit batang Cinnamomum burmannii. Zat antimikroba tersebut diantaranya adalah flavonoid, saponin, tanin dan alkaloid dimana senyawa tersebut merupakan senyawa polar yang umumnya tersebar pada tumbuhan.(15) Karena adanya sifat polar pada zat-zat tersebut, sehingga lebih muda menembus lapisan peptidoglikan pada dinding sel yang ada pada struktur bakteri gram positif termasuk pada bakteri Staphylococcus aureus yang merupakan bakteri gram positif. Akibatnya, pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus menjadi terhambat dan bakteri pun mati.
Dari uji sensitivitas ekstrak kulit batang Cinnamomum burmannii terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada tabel V.1 didapatkan rata-rata zona hambat ekstrak dari konsentrasi 20% yakni 8,5 mm, 30% yakni 8,64 mm
58 dan 40% yakni 10 mm dalam 5 replikasi sementara untuk kontrol positif yang menggunakan ciprofloxacin didapatkan yakni 40,9 mm dan kontrol negatif aquades yakni 0 dan dari hasil tersebut pula didapatkan bahwa konsentrasi ekstrak kulit batang Cinnamomum burmannii yang paling baik atau yang besar daya hambatnya yaitu pada konsentrasi 40 % sebesar 11,1 mm pada sediaan
MHA 2 dengan rata-rata konsentrasi 40% sebesar 10 mm sedangkan yang paling rendah pada konsentrasi 20% sebesar 8,0 mm pada MHA 4 dengan rata-rata konsentrasi 20% sebesar 8,5 mm, sehingga didapatkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak yang digunakan maka besar pula zona hambat yang akan terbentuk namun ketika konsentrasinya berkurang maka daya hambatnya akan semakin menurun.
Menurut Evelyn dan Tutun dalam penelitiannya tentang efektivitas antibakteri minyak atsiri kayu manis terhadap Staphylococcus aureus bahwa terhambatnya pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus karena bakteri ini merupakan bakteri gram positif yang tidak memiliki membran luar sel, sehingga lebih sensitive terhadap aktivitas antibakteri dari minyak atsiri kayu manis.(32)
Penelitian yang mendukung kulit batang Cinnamomum burmannii bersifat antibakteri juga dinyatakan oleh Putranto DA, bahwa ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmannii) memiliki potensi antibakteri terhadap
Streptococcus pyogenes dengan menggunakan etanol sebagai pelarut.(31)
Berdasarkan klasifikasi zona hambat Davis dan Stout, pada tabel V.2 dapat ketahui konsentrasi eksrak kulit batang Cinnamomum burmannii pada
59
rata-rata konsentrasi 20% yakni 8,5 mm termasuk sensitif sedang (5-10 mm),
konsentrasi 30% yakni 8,64 mm termasuk sensitif sedang (5-10 mm) dan
konsentrasi 40% yakni 10 mm termasuk sensitif kuat (10-20 mm) dan kontrol
ciprofloxacin termasuk dalam klasifikasi sangat kuat, ini membuktikan bahwa
kulit batang Cinnamomum burmannii sensitif terhadap bakteri Staphylococcus
aureus tetapi cenderung sedang namun dapat dimaksimalkan kinerjanya pada
konsentrasi yang optimal.
Antimikroba atau antibakteri yang terkandung dalam zat kimia pada
ekstrak kayu manis terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Allah SWT dengan kebesaran dan kekuasaannya telah
menciptakan alam semesta beserta isinya dan dengan segala kesempurnaannya
telah menciptakan berbagai macam tumbuh-tumbuhan dalam hal ini tanaman
kayu manis yang memiliki banyak manfaat, diriwayatkan dari abu Ad Darda‟:
Terjemahan : “Dari Abu Al-Darda ia berkata: Rasulullah saw. bersabda
"Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obat, dan
menjadikan bagi setiap penyakit terdapat obatnya, maka berobatlah dan
jangan berobat dengan sesuatu yang haram.” (Hadist Riwayat Abu Daud
dalam Kitab Jami’us Shaghir, Juz 1 hal : 277, cetakan Hijazi )(17)
Dari hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Kitab Jami‟us Shaghir diatas Allah SWT. tidak akan memberikan suatu penyakit kepada hambanya jika
60 tidak adapula obatnya. Maka dari itu, janganlah berputus asa dari rahmat Allah jika tertimpa musibah berupa sakit. Terus percaya kepada Allah dan terus berusaha serta mintalah yang terbaik dari Allah SWT.
B. Keterbatasan Penelitian
1. Dalam pelaksanaan penelitian terdapat masalah ketersediaan alat di
laboratorium, yaitu rotary evapotaror yang sedang rusak sehingga
dalam melakukan proses evaporasi ekstrak, peneliti harus berpindah
lokasi lain sehingga memakan waktu yang lebih lama.
2. Penelitian ini hanya menggambarkan uji sensitivitas pada satu bakteri
patogen saja sehingga belum bisa mewakili keseluruhan jenis bakteri
3. Belum dapat dipastikan secara jelas zat aktif atau senyawa apa yang
dapat menghambat atau membunuh bakteri Staphylococcus aureus dari
ekstrak kulit batang Cinnamomum burmannii pada penelitian yang
telah dilakukan.
61
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang pengaruh ekstrak metanol kulit batang
Cinnamomum burmannii terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus dapat disimpulkan bahwa :
1. Aktivitas antibakteri ekstrak kulit batang Cinnamomum burmannii
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada
konsentrasi 20%, 30%, dan 40% didapatkan rata-rata diameter zona
bening/hambat yaitu 8,5 mm, 8,64 mm dan 10 mm dalam 5
replikasi sementara untuk kontrol positif yang menggunakan
62
ciprofloxacin didapatkan yaitu 40,9 mm dan kontrol negatif aquades
yaitu 0 mm.
2. Ekstrak kulit batang Cinnamomum burmannii pada konsentrasi 40%
memiliki aktivitas antibakteri paling besar dengan rata-rata diameter
zona hambat yang terbentuk 10 mm.
B. Saran
Setelah dilakukan penelitian mengenai pengaruh ekstrak methanol
kulit batang Cinnamomum burmannii terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus, maka disarankan :
1. Melakukan penelitian tentang pengaruh ekstrak methanol kulit
batang Cinnamomum burmannii terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dengan pelarut yang berbeda
2. Melakukan penelitian lebih lanjut tentang uji aktivitas antibakteri
ekstrak kulit batang kayu manis (Cinnamomum burmannii) pada
bakteri lainnya.
3. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas antibakteri
pada bagian lain dari kayu manis seperti buah dan bunganya.
63
Daftar Pustaka
1. Bakti Husada. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; 2013.
2. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/Menkes/PER/XII.2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta: Menkes RI; 2015.
3. Pratami, Apriliana R. Identifikasi Mikroorganisme Pada Tangan Tenaga Medis dan Para Medis di Unit Perinatologi Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung. ISSN 2337-3776. 2013;
4. Jawetz, Melnick, Adelbergs. Medical Microbiology. 25ed.
5. Kemenkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 381/Menkes/SK/III/2007 tentang Kebijakan Obat Tradisional Nasional. Jakarta: Menkes RI; 2007.
6. Repi, Mambo, Wuisan. Uji efek antibakteri ekstrak kulit kayu manis (Cinnamomum burmannii) terhadap Escherichia coli dan Streptococcus pyogenes. J e-Biomedik. 2016;Volume 4,.
64
7. Bandar E. Al-Dhubiab. Pharmaceutical applications and phytochemical profile of Cinnamomum burmannii. 2012;
8. Mubarak Z, Chismirina S, Qamari AC. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Terhadap Pertumbuhan Enterococcus faecalis. Cakradonya Dent J. 2016;8(1):1–76.
9. Parubak A. Senyawa flavonoid yang bersifat antibakteri dari Akway (Drimys becariana. Gibbs). Chem. Prog. 2013;Vol. 6, No. 1
10. Daker M, Lin VYEE, Akowuah GA, Yam MUNFEI, Ahmad M. Inhibitory effects of Cinnamomum burmannii Blume stem bark extract and trans - cinnamaldehyde on nasopharyngeal carcinoma cells ; synergism with cisplatin. 2013;1701–9.
11. Shan B, Cay YZ, Brooks JD, Corke H. Antibacterial properties and major bioactive components of cinnamon stick (Cinnamomum burmannii): activity againts foodborne pathogenic bacteria. Pubmed J Agrid Food Chem. (11;55(14)):5484–90.
12. Liang Y. Chemical compound identification and antibacterial activity evaluation of cinnamon extracts obtained by subcritical n ‐ butane and ethanol extraction. 2019;(January):2186–93.
13. Nisa LC. Aktivitas antibakteri kulit kayu manis (Cinnamomum burmannii) dengan cara ekstraksi yang berbeda terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. 2016.
14. Muslim MA, Komala O UN. Uji aktivitas ekstrak etanol 96% buah apel manalagi, kulit kayu manis dan kombinasi terhadap Shigella dysentriae. J Online Mhs. 2018;Vol. 1, No.
15. Qomar MS, Budiyanto MAK, Sukarsono, Wahyuni S H. Efektivitas berbagai konsentrasi ekstrak daun kayu manis (Cinnamommum burmannii [Ness.] BI) terhadap diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis. J Biota. 2018;Vol. 4, No.
16. Hendra W. Meningkatkan Peran Perguruan Tinggi Melalui Obat Tradisional. MIMBAR. 2008;Vol. XXIV,:117–27.
17. NU. Berobat Dalam Pandangan Islam [Internet]. Available from: http://www.nu.or.id/post/read/85544/berobat-dalam-pandangan-islam
18. Evizal R. Tanaman Rempah dan Fitofarmaka. Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan(KDT, editor. Lampung: Lembaga Penelitian
65
Universitas Lampung; 2013. 140–142 p.
19. Daswir. Profil Tanaman Kayu Manis Di Indonesia (Cinnamomum spp.). Balai Peneliti Tanaman Obat dan Aromatik.
20. Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. Acuan Sediaan Herbal. Volume Kel. 2010. 90 p.
21. Napitupulu R dkk. Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen. Direktorat Obat Asli Indonesia; 2008.
22. Doughari J. H. Phytochemical :Extraction Methods, basic Structures and Mode of Action as Potential Chemotherapeutic Agents. Nigeria. 2012;
23. Tiwari, Kumar, Kaur Mandeep KG& KH. Phytochemicals Screening and Extraction: A Review. Internationale Pharmaceutica Sciencia. 2011;Vol. 1(1).
24. Ditjen POM. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Jakarta: Depkes RI.; 2000. Hal. 10-11.
25. Taylor TA, Unakal CG. Staphylococcus aureus. [Update 2019 Mar 27]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Isl StatPearls Publ. 2019;
26. Rossenbach. Staphylococcus aureus. Taxonomic Serial No.369. 1884.
27. Kusmiyati, Ni Wayan Sri Agustin. Antibacterial activity assay from Porphyridium cruentum microalgae. 2007;8:48–53.
28. Davis, W. W. Dan T. R. Stout. Disc plate methods of microbiological antibiotik assay. Microbiology. 1971;(22):659–65.
29. Pratiwi, Wulan. Perbedaan Uji Kepekaan Bakteri Staphylococcus aureus Menggunakan Mueller Hinton Agar dan Nutrient Agar terhadap Antibiotik Eritromisin, Vancomysin, dan Chloramphenicol. 2017
30. Rahmani D, Prayitno, Sari R. Efektivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Penyebab Penyakit Periodontal Porphyromonas gingivalis (Kajian in vitro). 2017
31. Putranto DA. Uji Anti Bakteri Ekstrak Kulit Batang Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Terhadap Pertumbuhan Streptococcus pyogenes Dengan Metode Dilusi. 2016
66
32 Djuardi E, Nugraha T. Aktivitas Antibakteri dari Desain Mikroemulsi Minyak Atsiri Kayu Manis. Agrointek. 2017; Volume 11 (1)
33 Angelica N. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun dan Kulit Batang Kayu Manis (Cinnamomum burmannii (Ness & Th. Ness)) Terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Calyptra : Jurnal Ilmiah. 2013;Vol. 2 (2)
34. Al-Quran'nul Karim
35. Risalahmuslim.id. HR. Bukhari: 5246. Tentang Obat dan Penyakitnya
36. Alkarimah.or.id. Allah menurunkan Penyakit dan Obatnya. Ponpes Al Karimah
LAMPIRAN
67
68
69
Pengambilan kulit batang Kayu manis dipotong-potong kayu manis kecil
Pengeringan didalam oven Kayu manis yang telah diblender menjadi simplisia
Simplisia dibungkus dengan kertas saring masing-masing sebanyak 20 gram 70
Proses sokhletasi
Proses penguapan Proses pembuatan medium menggunakan rotary evaporator
Medium Mueller Hinton Agar Proses sterilisasi
71
Konsentrasi ekstrak kayu Proses inokulasi bakteri manis
Proses inkubasi setelah Proses persiapan pengujian inokulasi bakteri
Proses penggoresan dan pengujian bakteri
72
Hasil Pengujian Bakteri Staphyloccoccus aureus
MHA 1 MHA 2
MHA 3 MHA 4
73
MHA 5
74