1

KAJIAN POPULASI TUMBUHAN WANGA (Pigafetta elata) DI WILAYAH TORAJA, SULAWESI SELATAN

Herawati1, Syamsiah2, St. Fatma Hiola3 1Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar Email: [email protected] 2Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar Email:[email protected] 3Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar Email:[email protected]

Abstract

This study aims to assess the populations of wanga in Tana Toraja district and Toraja Utara district, the association wanga plants with other plants, the distribution pattern, density and frequence of P.elata. This is a descriptive study with survey techniques. The materials used are whole vegetation of wanga in the observation area. The tools used include: GPS (Global Positioning System), clinometer, soil tester, meter long (100 m), and pH meter. Sampling is determined by purposive sampling with a plot size of 20 mx 20 m by 3 point locations with 1 location consists of 10 plots. The method used to value the density and frequence index based on a formula Krebs, the distribution pattern P. elata the variance ratio calculation, the presence or absence of vegetation associations based around plants wanga count of 2x2 contingency tables and chi-square (χ2). Sangalla’ selatan have density first, Mebali have density second high and Kete’kesu have low density, while frequance of P.elata in Kete’kesu area have low frequance while two other areas have high frequence. The distribution pattern of P. elata in three areas, namely in the Kete Kesu ', Mebali and district. South Sangalla’ tend to be clustered. P. elata association with species of trees on three observation area there are not species of plants positive associated with P. elata. .

Keywords: Wanga (Pigafetta elata), Population, Association of wanga plant

1. PENDAHULUAN P. elata (tumbuhan wanga) tersebar di Tana Toraja merupakan kabupaten Sulawesi, termasuk Sulawesi Selatan. P. dari pulau Sulawesi yang memiliki kondisi elata merupakan tumbuhan endemik lingkungan yang mendukung pertumbuhan Sulawesi (LIPI, 2000). palem karena termasuk daerah dataran Berdasarkan IUCN Red List tinggi yang memiliki temperatur dingin (International Union for Conservation of sehingga memungkinkan banyaknya Nature and Natural Resources), P. elata tumbuhan dapat hidup, termasuk tumbuhan atau tumbuhan wanga belum kategorikan endemik. Menurut Mogea (2002), tingkat dalam status kelangkaan oleh IUCN Red endemisitas tumbuhan di pulau Sulawesi List, karena sehubungan dengan belum 72% spesies, dimana 58% adalah adanya data yang komprehensif mengenai palem. Salah satu genus palem Sulawesi populasi dan tingkat keberadaannya di yang bersifat endemik adalah Pigafetta. alam. Namun beberapa kenyataan yang Pigafetta terdiri dari dua spesies ditemukan di lapangan menunjukkan yaitu Pigafetta fillaris dan Pigafetta elata. bahwa kelangsungan hidup tumbuhan P. fillaris tersebar di Maluku dan Papua wanga di habitat aslinya mengalami Nugini (Dransfield et al, 2008). Sedangkan ancaman yang nyata. Menurut

2

LIPI (2000), kebutuhan tumbuhan wanga suatu habitat yang cukup kecil yang tidak sebanding dengan penebangan liar, memungkinkan anggota-anggotanya dapat pembukaan lahan perkebunan dan saling melakukan. sebagainya, serta beberapa faktor lainnya Palem-paleman tumbuhan suku yang menyebabkan semakin hari tumbuhan tertua diantara tumbuhan berbunga. Hal ini tersebut menjadi berkurang di alam didasarkan penelitian fosil, anggota suku terutama di daerah Tana Toraja. Pinang-pinanga telah dijumpai sejak jaman Kehadirannya di alam yang Cretaceus, lebih kurang 120 juta tahun semakin sedikit serta di sisi lain yang lalu (Corner, 1996). Selain itu, suku keberadaan tumbuhan wanga begitu ini memiliki anggota berupa pohon penting, dan kurangnya upaya masyarakat tertinggi (Ceroxylon), pemanjat kayu atau sekitar, maupun dari pihak pemerintah liana yang terbesar (Calamus), memiliki daerah dalam mengupayakan pelestarian daun terbesar (Raphia), memiliki bunga tumbuhan wanga lebih menyebabkan majemuk yang terbesar (Corypha), keberadaan P. elata kelestariannya (Aras, memiliki biji yang terbesar (Lodoicea) et al., 2017). itu keterbatasan penelitian, diantara tumbuhan monokotil lainnya informasi, dan data mengenai tumbuhan (Sudarnadi, 1996). wanga yang perlu dikaji lebih lanjut, Wanga atau Pigafetta elata karena diharapkan dengan adanya data- merupakan salah tumbuhan yang ada di data yang mendukung tentang vegetasi Sulawesi yang bersifat khas Sulawesi tumbuhan wanga, baik itu jumlah dan karena memiliki ukuran dan panjang persebarannya di Kabupaten Tana Toraja batang yang cukup besar, berbatang akan memudahkan pihak pemerintah tunggal dan lurus. Tumbuhan wanga yang daerah untuk melakukan konservasi atau dewasa bisa mencapai ketinggian 50 meter perlindungan terhadap tumbuhan tersebut. dan diameter batangnya hingga 40 cm. Berdasarkan uraian masalah di Batang berbentuk silinder, berwarna hijau atas maka peneliti ingin melakukan tua/hijau kecoklatan, mengkilat, memiliki penelitian mengenai kajian populasi cincin bekas pelepah daun berwarna hijau tumbuhan wanga (Pigafetta elata) di dan licin sehingga sulit untuk dipanjat. Kabupaten Tana Toraja. Tumbuhan wanga memiliki banyak akar pada dasarnya. Tumbuhan wanga merupakan 2. KAJIAN LITERATUR salah satu palem yang berasal dari bagian A. Populasi Sulawesi di Indonesia termasuk di Populasi merupakan kelompok Kabupaten Tanah Toraja, di temukan di kolektif organisme-organisme dari spesies hutan hujan tropis dengan ketinggian 450 yang sama atau kelompok-kelompok lain dan 900 m (1500 dan 3000 kaki). Genus dimana individu-individu dapat bertukar pigafetta merupakan salah satu dari suku informasi genetiknya yang menduduki palem paleman yang terdiri dari jenis yaitu ruang atau tempat tertentu (Odum 1993). Pigafetta filaris yang tumbuh di Maluku Secara umum populasi dapat dianggap (Moluccas) dan Papua Nugini (New suatu kelompok organisme yang terdiri Guinea) dan P. elata yang merupakan jenis dari individu yang tergolong dalam satu yang bersifat endemik di Sulawesi jenis, satu varietas, satu ekotipe, atau satu (Dransfield et al., 2008). P. elata ini di unit taksonomi lain yang terdapat pada butuhkan oleh masyarakat, sementara suatu tempat. Sedangkan menurut Barbour kehadirannya di alam semakin sedikit, ini et al (1987), populasi adalah kelompok dikarenakan harga batang dari P. elata individu dari satu spesies dan menempati sangat mahal.

3

Penurunan populasi dari tumbuhan tumbuhan lainnya ditiap plot pengamatan wanga di alam disebabkan oleh tingginya di Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten penggunaan oleh masyarakat lokal dan Toraja Utara. proses pembiakan dari tumbuhan ini masih Berikut ini adalah peta lokasi penellitian: sedikit sulit. Tumbuhan wanga adalah Gambar 2.1.Peta Lokasi Pengamatan tumbuhan dengan proses polinasi yang membutuhkan angin atau serangga, jadi populasinya di hutan jarang diragukan sukses proses polinasinya. Adapun klasifikasi Tumbuhan Wanga (Pigafetta elata) sebagai berikut: Regnum : Plantae Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Famila : Genus : Pigafetta Species : Pigafetta elata

A. Alat dan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh populasi tumbuhan wanga (P. elata) dalam daerah pengamatan di Kabupaten Tana Toraja. Alat-alat yang digunakan dalam penelitin antara lain: (1) laptop (2) alat pengecekan lapangan: GPS (Global Positioning Gambar 2.1.Habitus Tumbuhan Wanga System), kompas geologi, klinometer, soil (Pigafetta elata) tester. (3) alat dokumentasi: kamera foto hp, dan kamera digital canon, (4) Peralatan 3. METODE PENELITIAN inventarisasi vegetasi; meteran panjang (50 Penelitian ini adalah penelitian m), mistar 30 cm, phi band, pH meter, deskriptif dengan menggunakan teknik gunting stek, dan patok, (5) alat tulis survei yaitu ke lapangan melakukan menulis; ballpoin, pensil 2B, buku pengamatan dan pengambilan sampel yang lapangan. ditetapkan secara purposive sampling. yang dilakukan pada Bulan April 2019. B. Prosedur Penelitian Penelitian dilakukan di tiga lokasi di Penjelajahan dan pengamatan pada Kabupaten Tana Toraja yaitu Kete’ kesu’ lokasi dilakukan dengan acuan tiga titik Mebali, dan Sangalla’ selatan. lokasi berdasarkan informasi dari Variabel penelitian ini adalah masyarakat setempat yang berada di Kab. parameter populasi tumbuhan wanga Tana Toraja. Penentuan lokasi sampling (P.elata) dan tumbuhan yang ada di dan pengambilan sampel yang ditetapkan sekitarnya, densitas dan frekuensi, pola secara purposive sampling dengan ukuran distribusi dan asosiasi P.elata dengan plot 20 m x 20 m dalam 1 lokasi dan sebanyak 3 titik dengan 1 lokasi terdiri

4

atas 10 plot pada daerah kawasan, jadi Kriteria : terdapat 30 plot pada 3 lokasi pengamatan. IS = 1 berarti menyebar acak (random) IS > 1 berarti menyebar secara C. Analisis Data berkelompok (clumped), Pengelolahan data dilakukan IS < 1 berarti menyebar merata/umum pertama dengan menggunakan Paramater (regular) populasi untuk kepentingan populasi ada beberapa parameter kuantitatif. Menurut Selanjutnya penentuan ada Indriyanto, (2005) populasi yang sangat tidaknya asosiasi vegetasi tumbuhan penting yang umum diukur dari suatu tipe wanga didasarkan pada hitungan tabel populasi yaitu dengan menggunakan contingency 2x2 dan nilai chi-square (χ2) serangkaian rumus-rumus berikut: (Kusmana, 2017). Bila nilai χ2 hitung > a. Densitas χ2tabel berarti terjadi asosiasi sebaliknya bila Densitas (D) χ2 hitung < χ2tabel berarti tidak terjadi 2tabel = asosiasi. Nilai χ dengan derajat bebas (DF) yaitu 1 pada tingkat 5% adalah 3,841. Densitas Relatif (DR) Adapun untuk menghitung nilai χ2 hitung dengan bantuan tabel sebagai berikut: = x 100% Tabel 2.1 Tabel Chi Square hitung Asosiasi b. Frekuensi Frekuensi (F) Spesies A Hadir Tidak = − + + a b a+b= m Frekuensi Relatif (FR) Spesies = x 100 % - c d c+d= n B

Ʃ a+c= b+d= a+b+c+d=N

r s Data populasi yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui pola sebaran wanga, dan asosiasinya dengan tumbuhan lain. Untuk mendapatkan pola sebaran P. elata dilakukan perhitungan rasio ragam (Ludwig and Reynolds, 1988), sebagai berikut: Keterangan:

a = Ʃ petak dimana 2 spesies ada b = Ʃ petak dimana spesies A ada, spesies B tidak ada Keterangan : c = Ʃ petak dimana spesies A tidak ada, Xi = Jumlah individu spesies X dalam speies B ada petak ke-i (i= 1, 2, 3, …) d = Ʃ petak dimana spesies A dan B q = Jumlah seluruh petak tidak ada T = Jumlah total individu dalam semua N = total petak contoh N =Jumlah titik petak

5

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Keterangan: D= Densitas, DR= A. Komposisi Spesies Densitas Relatif Komposisi spesies di Kab. Tana Pada tabel 4.2 Tumbuhan Toraja dan Kab. Toraja Utara pada wanga di Kete’ kesu memiliki densitas Tabel 4.1 menujukkan bahwa terdapat yang rendah yakni 37,5 individu/Ha 40 jenis tumbuhan termasuk P. elata dengan densitas relatif 28.30189 %. yang ditemukan di Kete’ kesu’, Mebali, Rendahnya densitas tumbuhan wanga dan Sanggalla’ Selatan dengan 16 tersebut diduga karena daerah ini famili yang teridentifikasi, dan terdapat berada di hutan campuran yang tidak 38 pohon serta 2 tumbuhan perdu. terpapar cahaya matahari secara intens Fabaceae, Arecaceae, dan serta persaingan antar spesies Malvaceae adalah famili yang banyak tumbuhan lainnya, sehingga densitas ditemukan. Hal ini menunjukkan atau jumlah individu tumbuhan wanga bahwa jenis famili tersebut mempunyai dalam suatu luasan area tersebut tingkat adaptasi dan regenerasi yang tergolong rendah. sangat baik di lokasi penelitian serta Mebali memiliki densitas mampu bersaing dengan tumbuhan kedua tertinggi setelah Sangalla’ jenis lain dalam ekosistem tersebut. Selatan yakni 42.5 individu/ha dengan Menurut Sabatia dan Burkhart, densitas relatif 32,07547%, tumbuhan (2012) condongnya famili maupun wanga di daerah ini memiliki densitas jenis dalam suatu hutan dipengaruhi kedua terbanyak yang ditemukan oleh adanya kompetisi, regenerasi, dan setelah daerah Sangalla’Selatan karena seleksi. berada pada area perkebunan dan pemukiman masyarakat sehingga B. Densitas dan Frekuensi Pigafetta mendapatkan cukup intensitas cahaya elata matahari dan sumber unsur hara yang 1) Densitas P.elata cukup terpenuhi karena hasil defekasi Berdasarkan hasil perhitungan dari beberapa hewan ternak masyarakat densitas Pigafetta elata pada tiga yang dapat menyuburkan tanah area pengamatan dapat dilihat pada disekitar area tumbuh tumbuhan wanga Tabel 4.2. serta kurangnya kompetisi antar spesies Tabel 4.2. Densitas Pigafetta elata tumbuhan lainnya, sehingga densitas pada Area Pengamatan di Kab. atau jumlah individu tumbuhan wanga Tana Toraja dan Kab Toraja dalam suatu luasan area tersebut Utara tergolong cukup tinggi. Luas Petak Jumlah Transek Transek D (Ind/ha) DR % Sangalla’ Selatan memiliki individu (Ha) densitas tertinggi yakni 52.5 28.3018 15 0.4 37.5 individu/ha dan densitas relatif 1 9 32.0754 39.62264% dibandingkan kedua daerah 17 0.4 42.5 2 7 sebelumnya. Hal ini diduga karena 39.6226 21 0.4 52.5 tumbuhan wanga di daerah ini 3 4 mendapatkan cukup unsur hara dalam Jumlah 132.5 100 tanah serta tipe penggunaan lahan di daerah Sangalla’ Selatan berada di

6

daerah persawahan yang dekat dengan maupun parameter lingkungan yang aliran sungai sehingga mendukung kurang sesuai dimana Mebali dan intensitas cahaya matahari karena Sangalla’ Selatan mendukung adanya kurangnya penutupan tajuk sehingga intensitas cahaya matahari langsung mendapatkan sumber cahaya matahari sebagaiamana kebutuhan wanga dalam dan nutrien dari sungai yang cukup, proses pertumbuhan sedangkan sehingga densitas atau jumlah individu Kete’kesu yang berada di daerah hutan tumbuhan wanga dalam suatu luasan campuran yang memiliki intensitas area tersebut tergolong tinggi. cahaya yang kurang sehingga mempengaruhi pertumbuhan dari 2) Frekuensi P.elata tumbuhan wanga. Hasil perhitungan frekuensi Pigafetta elata pada tiga area Jumlah Populasi P. elata pengamatan dapat dilihat pada Tabel Populasi Pigafetta elata pada 4.3. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa jumlah Tabel 4.3.Frekuensi Pigafetta elata populasi P. elata di Kete’kesu untuk pada Area Pengamatan wanga dewasa sebanyak 10, remaja Sub petak sebanyak 4, anakan sebanyak 1, dan Seluruh ditemukan FR Transek F semai tidak ada, dengan tipe sub petak suatu % spesies ` penggunaan lahan hutan campuran 1 10 4 0.4 25 yakni hutan yang terdiri atas dua jenis 2 10 6 0.6 37.5 atau lebih dan tercampur dalam 3 10 6 0.6 37.5 susunan tajuk yang sama. Jumlah 1.6 100 Daerah Mebali menunjukkan Pada Tabel. 4.3 Frekuensi bahwa terdapat wanga dewasa tumbuhan wanga di Kete’ kesu 0,4 sebanyak 17 dan tidak ada remaja, dengan frekuensi relatif 25% anakan maupun semai yang ditemukan menandakan cukup rendah, berbeda dengan tipe penggunaan lahan dengan kedua daerah lainnya yakni perkebunan coklat dan pemukiman Mebali dan Sangalla‘ Selatan yang masyarakat setempat. memiliki nilai frekuensi yang sama Daerah Sangalla’ Selatan yakni frekuensi 0,6 dengan frekuensi terdapat wanga dewasa sebanyak 14, relatif 37,5% lebih tinggi remaja sebanyak 6, anakan sebanyak dibandingkan daerah Kete’kesu, ini 1, dan semai tidak ada, dengan tipe menandakan bahwa tumbuhan wanga penggunaan lahan persawahan yang di Sangalla’ Selatan dan Mebali dekat dengan aliran sungai. Adapun mempunyai penyebaran tumbuhan total jumlah wanga dari tiga area wanga yang baik dibandingkan dengan pengamatan untuk wanga dewasa Kete’kesu. sebanyak 12, remaja sebanyak 10, Besarnya intensitas anakan sebanyak 2 dan semai tidak ditemukannnya suatu spesies tumbuhan ada, sehingga total keseluruhan jumlah wanga di Mebali dan Sangalla’ Selatan wanga yang ditemukan pada tiga area dibandingkan dengan Kete’kesu yang pengamatan yakni sebanyak 53 lebih sedikit dikarenakan faktor habitat tumbuhan wanga.

7

Hal ini menandakan bahwa tumbuhan wanga tidak dapat bertahan jumlah individu tumbuhan wanga hidup pada keadaan lingkungan menunjukkan proporsi jumlah individu tertentu, sehingga cenderung muda lebih kecil dari pada yang tua. mengelompok secara bersama-sama Bentuk pertumbuhan seperti ini dapat pada suatu area yang mendukung. pula dikatakan sebagai populasi tua, Peneliti berpendapat bahwa pola karena didominasi oleh tumbuhan pada distribusi mengelompok ini juga strata dewasa. Menurut Odum (1993) mengindikasikan bahwa secara hal ini kemungkinan karena daya ekologis keberadaan sumber nutrisi dukung lingkungannya yang kurang (makanan) bagi tumbuhan wanga sesuai. terkonsetrasi pada lokasi tertentu Penyebab lain pengurangan dimana kondisi tempat tumbuhnya populasi P. elata di alam kesulitan yakni di area lereng perbukitan atau penyerbukan. P. elata merupakan bekas perladangan yang mendapatkan tanaman yang berumah dua (dieosis) sinar matahari langsung, selain itu dimana bunga jantan dan bunga betina secara sosio biologis distribusi berada pada pohon yang berbeda mengelompok juga menunjukkan sehingga penyerbukan membutuhkan bahwa adanya interaksi antar tumbuhan bantuan serangga ataupun angin. Jika yang berasosiasi karena kebutuhan populasi P. elata di alam jumlahnya unsur hara maupun jenis tanah yang sedikit maka penyerbukan akan sulit sama. sehingga regenerasi P. elata juga akan sulit. Hal ini diperkuat oleh pendapat Ludwig & Reynolds (1988), bahwa C. Pola Distribusi faktor yang dapat mempengaruhi pola Hasil perhitungan Pola dsitribusi distribusi mahluk hidup yaitu faktor Pigafetta elata yang perhitungan rasio yang dihasilkan oleh aksi lingkungan ragam (Ludwig and Reynolds, 1988) di berupa jenis tanah, angin, intensitas Kab.Tana Toraja dan Kab. Toraja Utara cahaya dan air. Hal serupa

Tabel 3.3. Pola dsitribusi Pigafetta elata dikemukakan oleh Kebler et. al, (2002) yang dilakukan dengan bahwa tumbuhan wanga hidupnya perhitungan rasio ragam (Ludwig terkadang berkelompok pada daerah and Reynolds, 1988) di Kabupaten terbuka seperti pada lereng perbukitan Tana Toraja atau bekas perladangan yang Indeks mendapatkan sinar matahari langsung. Pola Jenis Morishita Penyebaran Walaupun demikian dalam kondisi (Ið) populasi yang relative kecil dan potensi Pigafetta 10,307 Mengelompok ancaman atau gangguan yang nyata elata pada saat pengamatan, maka pola distribusi mengelompok tampaknya Indeks Morishita untuk cenderung tidak terjadi tumbuhan wanga yaitu 10,307 sehingga keberlangsungan eksistensi tumbuhan tumbuhan wanga pada tiga area wanga. pengamatan tergolong mengelompok. Pola mengelompok ini terjadi karena

8

D. Asosiasi P.elata Dengan saling beradaptasi satu sama lain dan Tumbuhan Lainnya hadir dalam pola mengelompok. Asosiasi Pigafetta elata dengan Hasil penelitian Windusari et tumbuhan lainnya pada Tabel 4.7 al. (2011) menunjukkan ada spesies menunjukkan bahwa terdapat 2 spesies yang berasosiasi karena kedua spesies yang berasosiasi dengan P.elata, yakni yang berasosiasi tersebut menyukai Mimosa pudica 3.846495 dan tempatdengan parameter lingkungan Swietenia mahagoni 4.649235 Kedua yang hampir sama, misalnya tempat 2 spesies ini menunjukkan nilai χ hitung yang cenderung basah dan intensitas yang relatif berbeda dalam asosiasi. cahaya matahari yang tinggi hingga Kedua spesies ini termasuk dalam tipe agak teduh. asosiasi positif, hal ini terlihat dari kondisi pertumbuhan invidu-individu E. Kondisi Abiotik Pigafetta elata tumbuh subur di P. elata yang pada umumnya tampak daerah hutan hujan pegunungan subur diantara tumbuhan yang (pegunungan yang lembab), dan yang berasosiasi, sedangkan 37 spesies memiliki keadaan topografi area tempat lainnnya tidak terjalin asosiasi dengan 2 tumbuhnya P. elata (Mart.) H. pada wanga karena memiliki nilai X hitung ketiga area pengamtan yakni di Kete’ tabel yang kurang dari nilai 3,84 atau kesu, Mebali dan Sangalla’ selatan derajat bebas 1 pada tingkat 5% yakni termasuk datar, berbukit sampai curam yang menunjukkan apakah berasosiasi berbukit dengan kelerengan berkisar dengan tumbuhan wanga, serta hal ini antar 0-100 dan terletak pada juga terlihat pada 37 spesies tumbuhan ketinggian sampai 1000 m dpl. yang tidak hidup atau berdampingan Suhu udara pada lokasi penelitian dengan tumbuhan wanga. P. elata di tiap area pengamatan cukup Adanya interaksi antar spesies- berbeda di karenakan waktu spesies yang berasosiasi juga dapat pengambilan data berbeda di tiap lokasi dilihat dari keberadaan kedua spesies yakni di area Kete’ kesu rata-rata yang berinteraksi dan ditemukan dalam memiliki suhu 25,2 °C dan suhu satu plot pengamatan, karena menurut maksimun 27 °C jika telah mendekati Naughton & Wolf (1992), asosiasi siang hari , sedangkan untuk di Mebali terjadi bila suatu jenis tumbuhan hadir memiliki suhu rata-rata 24 °C dan nilai bersamaan dengan jenis tumbuhan maksimum 25 °C saat mendekati sore lainnya atau pasangan jenis terjadi hari, suhu di Mebali tergolong cukup lebih sering daripada yang diharapkan. dingin dikarenakan pada saat Lebih lanjut Barbour et. al. pengambilan data cuaca sedang hujan (1987) menjelaskan bila spesies rintik dan berangin, kemudian di berasosiasi maka akan menghasilkan Sangalla selatan memiliki suhu rata- hubungan positif terhadap partnernya, rata 1,82 °C dengan suhu maksimum jika satu partner didapatkan dalam 30 °C cukup panas karena sampling, maka kemungkinan besar pengambilan data pada saat itu sudah akan ditemukan partner lain yang mendekati siang hari dimana matahari tumbuh didekatnya, dimana dua spesies bersinar terang. Rata–rata 84,84 % dan

9

curah hujan pada waktu penelitian pada diteliti sehingga data yang bulan April yaitu 205 komprehensif tentang kondisi populasi dan karakteristik ekologi 1. KESIMPULAN tumbuhan wanga dan tumbuhan Berdasarkan hasil penelitian lainnya dapat tersedia dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu: 1. Densitas tumbuhan wanga tertinggi 1. REFERENSI berada di Sangalla’ Selatan, diikuti Aras, M. R., Pitopang, R., & Suwastika, I. Mebali dan daerah Kete’ kesu yang N. 2017. Kajian Autekologi memiliki densitas yang rendah, Pigafetta elata (Mart.) H. Wendl.(Arecaceae) pada Hutan sedangkan frekuensi pada tiga area Pegunungan Dongi-Dongi di pengamatan yakni Mebali dan Kawasan Taman Nasional Lore Sangalla‘ Selatan memiliki Lindu Sulawesi Tengah. frekuensi lebih tinggi dibandingkan Natural Science: Journal of Kete’kesu Science and Technology, 6(1), 2. Pola distribusi tumbuhan wanga 58–72. pada area pengamatan di Mebali, Sangalla’ Selatan, dan Kete kesu’ Barbour MG, Bark JH, Pitss WD. 1987. tergolong mengelompok Terestrial Plant Ecology. Second Edition. California: The 3. Terdapat 2 spesies tumbuhan yang Benjamin Cumming Publishing berasosiasi positif dengan Company Inc. tumbuhan wanga pada tiga area pengamatan yaitu Swietenia Campbell .1995. The Flora and Vegetation mahagoni dan Mimosa pudica of Raven Run Nature sedangkan 37 spesies lainnya Sanctuary. Fayette County, berasosiasi negatif dengan Kentucky. Proceedings of the tumbuhan wanga Indiana Academy of Science. Vol 104 (3-4). Indiana

University. 2. SARAN Adapun saran yang penting dari Dransfield J, Uhl NW, Asmussen CB, penelitian ini, yakni: Baker WJ, Harley MM, Lewis a. Diharapkan pemerintah, instansi CE. 2008. Genera Palmarum, ataupun lembaga terkait serta The Evolution And masyarakat setempat untuk bekerja Classification Of Palms. Kew: sama menjaga dan melestarikan Royal Botanic Gardens. spesies tumbuhan wanga agar tidak mengalami kepunahan. Indriyanto, 2005, Ekologi Hutan, Pendidikan Tinggi, Jakarta, b. Kajian populasi mengenai tumbuhan wanga perlu diperluas ke Departemen Pendidikan seluruh daerah di Kabupaten Tana Nasional. Toraja dan Kabupaten Toraja Utara LIPI, Lembaga Ilmu Pengetahuan selain itu terkait masih banyaknya Indonesia. 2002. Palem tumbuhan endemik di daerah tersebut yang belum dieksplor dan

10

Indonesia. Bogor : Lembaga Biologi Nasional.

Ludwig J.A., Reynolds. 1988. Statistical Ecology: A Primer Methods and Computing. John Wiley & Sons. New York.

Mogea, J.P. 2002. Preliminary Studi on the Palm Flora of the Lore Lindu National Park, Central Sulawesi, Indonesia. Biotropia 18:1-20.

Setiawan, O dan B.H. Narendra. (2012). Ecology of a medicinal tree, Strychnos ligustrina Bl. In Dompu District, West Nusa Tenggara Province. Journal of Forestry Research Vol. 9 No. 1, 2012 1-9. Badan Penelitian Kehutanan Kementerian Kehutanan, Bogor.

Tulalessy, A.H. (2012). Potensi flora di Kabupaten Seram Bagian Barat. Ekosains volume 01, No: 01. Agustus 2012: 1-5. Pusat

Windusari, Yuanita, Robyanto H. Susanto, Zulkifli Dahlan, Susetyo, 2011. Asosiasi Jenis pada Komunitas Vegetasi Suksesi di Kawasan PengendapanTailing Tanggul Ganda di Pertambangan PTFI Papua. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Biota. 16(2): 242-251

11

TABEL LAMPIRAN

Hasil perhitungan analisis deskriptif faktor abiotik vegetasi tumbuhan ditiap lokasi pengamatan di Kab. Tana Toraja dan Kab. Toraja Utara dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Analisis Deskriptif Data Faktor Abiotik

Faktor Abiotik Tinggi Penutupan Suhu Statistik Ketinggian Kelembaban Kemiringan Desa Serasah pH Kanopi Tanah Deskriptif (m dpl) Tanah Lereng (o) (cm) (%) (oC) Max 889 7.8 5.8 90 27 89 35 Ke'te Kesu' Min 872 6.8 5.2 5.2 24 78 35 Rata-Rata 879.4 7.31 5.42 86.5 25.2 82.1 35 Max 945 6.1 85 85 25 87 60 Mebali Min 187 4 5.2 60 23 78 60 Rata-Rata 483.5 5.21 13.37 76.5 24 83 60

Max 977 8 5.9 90 30 88 70 Sangalla' Min 814 6 5.3 0 25 73 70 Selatan Rata-Rata 887.5 6.87 5.7 53.5 1.82 82.5 70

Keterangan: Max=Maximum Min=Minimum

12

Asosiasi P. elata dengan tumbuhan lainnya dengan perhitungan Chi- square ditiap lokasi pengamatan dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Chi-square Hitung P. elata dengan Tumbuhan Lain yang Memperlihatkan Ada dan Tidaknya Asosiasi

No Nama Indonesia Nama Latin X² Hitung Asosiasi Tipe Asosiasi 1 Kemiri Aleurites moluccanus 0.905172 Tidak -

2 Pinang Areca catechu 0.238095 Tidak -

3 Enau Arenga pinnata 2.624744 Tidak - 0.833333 - 4 Sukun Artocarpus altilis Tidak

0.402618 - 5 Nangka Artocarpus integra Tidak

6 Bambu biasa Bambusa tuldoides 0.555556 Tidak -

7 Kaliandra Calliandra haematocephala 0.918367 Tidak -

8 Cemara Casuarina sp 0.066964 Tidak -

9 Jeruk besar Citrus maxima 0.905172 Tidak -

10 Kelapa Cocos nucifera 0.028699 Tidak -

11 Kopi Coffea arabica 0.013049 Tidak -

12 Cola Cola acuminata 0.002424 Tidak -

13 Bambu betung Dendrocalamus asper 0.238095 Tidak -

14 Durian Durio zibetinus 3.809524 Tidak -

15 Beringin Ficus benjamina 0.020604 Tidak -

16 Beringin putih Ficus benjamina var. variegate 0.905172 Tidak -

17 Karet Hevea brasiliensis 0.905172 Tidak -

18 Gamal Gliricida sepium 0.724286 Tidak -

19 Jatih putih Gmelina arborea 2.44898 Tidak -

20 Waru Hibiscus tiliaceus 0.02551 Tidak -

21 Langsat Lansium domesticum 3.215047 Tidak -

22 Tembelekan Lantana camara 0.905172 Tidak -

1.0988230 - 23 Mangga Mangifera indica Tidak 5 24 Putri Malu Mimosa pudica 3.846495 Ada +

25 Wuru Myrica javanica 0.267857 Tidak -

26 Pisang Musa paradisiaca 0.870536 Tidak -

27 Rambutan Nephelium lappaceum 0.870536 Tidak -

28 Nato/Nyatoh Palaquium rostratum 0.3683035 Tidak - 7 29 Pangi Pangium edule 0.3683035 Tidak - 7 30 Petai Parkia speciosa 1.875 Tidak -

31 Alpukat Persea americana 0.9051724 Tidak - 1 32 Pinus Pinus mercusi 1.875 Tidak -

33 Jambu Psidium guajava 0.535714 Tidak -

34 Saman ya saman Samanea saman 2.916667 Tidak -

35 jahar Senna siamea 1.182266 Tidak -

36 Mahoni Swietenia mahagoni 4.649235 Ada +

37 Cengkeh Syzygium aromaticum 1.182266 Tidak - 1.205357 38 Coklat Theobroma cacao Tidak -

39 suren Toona ciliate 0.535714 Tidak -