PERLINDUNGAN HAK CIPTA ATAS ADANYA METODE JAILBREAK PADA APLIKASI IOS BERBAYAR DARI APPLE
TESIS
Oleh
AMELIA ANGGRIANY SISWOYO 127011082 / M.Kn
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERLINDUNGAN HAK CIPTA ATAS ADANYA METODE JAILBREAK PADA APLIKASI IOS BERBAYAR DARI APPLE
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh
AMELIA ANGGRIANY SISWOYO 127011082 / M.Kn
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Telah diuji pada Tanggal : 28 November 2017
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Dr. T. Kezerina Devi A, SH, CN, MHum Anggota : 1. Prof. Dr. Saidin, SH, MHum 2. Dr. Jelly Leviza, SH, MHum 3. Dr. Edy Ikhsan, SH, MHum 4. Dr. Rosnidar Sembiring, SH, MHum
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : AMELIA ANGGRIANY SISWOYO Nim : 127011082 Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU Judul Tesis : PERLINDUNGAN HAK CIPTA ATAS ADANYA METODE JAILBREAK PADA APLIKASI IOS BERBAYAR DARI APPLE
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.
Medan, Yang membuat Pernyataan
Nama : AMELIA ANGGRIANY SISWOYO Nim : 127011082
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Jailbreak adalah istilah yang umum digunakan bagi pengguna produk Apple yang bertujuan untuk membuka proteksi bawaan iDevice sehingga dapat memodifikasi sistem yang ada, karena dapat mengakses secara penuh maka pengguna dapat memasang aplikasi dari pihak ketiga yang tidak diverifikasi oleh Apple. Setelah iOS Device berhasil di jailbreak, keuntungan-keuntungan yang didapat salah satunya adalah dapat meng-install atau memasukkan aplikasi berbayar secara gratis, yang secara resmi anda harus beli di Apple AppStore. Undang-Undang No.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, dalam undang-undang ini tidak ada aturan yang menjelaskan secara jelas mengenai Jailbreaking, sehingga masyarakat Indonesia bingung akan legalitas Jailbreak pada perangkat iDevice. Tesis ini akan membahas, bagaimana perlindungan hak cipta terhadap aplikasi iOS berbayar dari Apple lalu bagaimana legalitas jailbreak di Indonesia dan bagaimana perlindungannya untuk progammer atau pencipta software yang softwarenya dimiliki tanpa membayar dengan cara jailbreak tersebut. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum dengan metode pendekatan yuridis normatif, yang bersifat deskriptif analisis. Penelitian ini termasuk ruang lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah dan menjelaskan serta menganalisa teori hukum yang bersifat umum dan peraturan perundang-undangan mengenai perlindungan hak cipta pada aplikasi ios berbayar dari apple atas adanya metode jailbreak . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Aplikasi iOS berbayar dari Apple sebagai bagian dari Program komputer dilindungi oleh Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, dan penggunaannya oleh pihak lain diindungi dengan lisensi. Pengaturan hukum tentang hak cipta terkait metode jailbreak pada iDevice adalah Lisensi Komersial iDevice dimana Apple menegaskan bahwa tidak izinkannya melakukan jailbreak dan Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta khususnya pada Pasal 52, dimana dilarang untuk merusak, memusnahkan, menghilangkan, atau membuat tidak berfungsi sarana kontrol teknologi yang digunakan sebagai pelindung ciptaan bentuk antara lain kode rahasia, password, bar code, serial number, teknologi dekripsi (decryption), dan enkripsi (encryption) yang digunakan untuk melindungi ciptaan. Pengaturan hukum hak cipta belum memberikan perlindungan hukum bagi programmer aplikasi iOS berbayar dari Apple dan Apple atas adanya metode jailbreak di Indonesia karena hanya berdasarkan pada lisensi dari Apple dan Pasal 52 Undang- Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta juga tidak secara spesifik atau khusus mengatur tentang jailbreak.
Kata kunci : Hak Cipta, Jailbreak, iOS, Apple, Sarana Kontrol Teknologi.
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
Jailbreak is a general term used for Apple product users to protect its iDevice so that the available system can be modified. Since it can be accessed completely, the users can install application from the third party which is not verified by Apple. After iOS Device is ‘jailbreak’ successfully, one of its advantages is that it can install or put paid application free of charge and can be bought only in Apple AppStore. Law No. 28/2014 on Copyright does not regulate clearly the jailbreaking so that the Indonesia people are bewildered with its legality in iDevice. The research problems were as follows: how about legal protection for copyright against paid iOS application of Apple and the legality of jailbreak in Indonesia and how about the legal protection the programmer or software inventor whose software is used without paying in the jailbreak. The research used juridical normative and descriptive analytic method which described, explained, and analyzed general juridical theory and legal provisions on copyright in paid iOS application of Apple by the existence of jailbreak method. The result of the research shows that iOS application of Apple is a part of computer program which is protected by Law No. 28/2014 on Copyright and its use is protected by the license. The regulation on copyright concerning jailbreak method in iDevice is iDevice Commercial License in which Apple confirms that jailbreak is prohibited to be used, and Article 52 of Law No. 28/2014 on Copyright also prohibits to damage, exterminate, eliminate, and to make it not operate in proper way. Technological control facilities used as the protection for copyright, among others, are secret code, password, bar code, serial number, and decryption and encryption technology. Regulation on copyright has not yet provided legal protection for the programmers of paid iOS application of Apple. The existence of jailbreak method in Indonesia is only based on the license from Apple and Article 52 of Law No. 28/2014 on Copyright which does not specifically regulate jailbreak method.
Keywords: Copyright, Jailbreak, iOS, Apple, Technological Control Facility
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat, rahmat dan kasih karuniaNya telah memberikan kekuatan jasmani dan rohani serta inspirasi yang terbaik sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan tesis ini tepat pada waktunya. Tesis ini berjudul “PERLINDUNGAN
HAK CIPTA ATAS ADANYA METODE JAILBREAK PADA APLIKASI IOS
BERBAYAR DARI APPLE”. Penulisan tesis ini merupakan suatu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn.) pada
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Selama penyusunan tesis ini, penulis mendapatkan banyak dukungan, semangat, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas yang terbaik dalam
menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum, Program Studi Magister
Kenotariatan Universitas Sumatera Utara kepada penulis;
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga Ketua Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian tesis;
3. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum., selaku Ketua Program
Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen penguji
yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis;
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Bapak Dr. Edy Ikhsan, SH., MA., selaku Sekretaris Magister Kenotariatan
Universitas Sumatera Utara, sekaligus merupakan dosen penguji yang telah
memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis;
5. Bapak Prof. Dr. Saidin, SH, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Kedua
penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran pada penulis
dalam penyelesaian tesis ini;
6. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Ketiga
penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam
penyelesaian tesis ini;
7. Para Bapak dan Ibu Guru Besar juga segenap Dosen Pengajar yang ada di
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
seluruhnya atas jasa-jasanya yang telah membimbing dan membagikan
ilmunya selama masa perkuliahan kepada penulis;
8. Seluruh Pegawai pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan bantuan kepada
penulis selama menjalani pendidikan;
9. Teristimewakan pada kedua orang tuaku tercinta yaitu Ayahanda dan Ibunda,
serta adik, terima kasih atas cinta dan kasih sayang yang telah diberikan juga
doa dan motivasi dalam keseharian hidup penulis;
10. Seluruh teman-teman seperjuangan di Pascasarjana Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan dukungan dan
motivasi kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini;
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11. Semua pihak-pihak yang tidak disebutkan, terima kasih atas dukungan dan
motivasi yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan masa
perkuliahan dan penulisan tesis ini.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata atas segala perhatian yang telah diberikan sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih.
Semoga tesis ini juga bermanfaat bagi kita semua
Medan, 28 November 2017 Penulis,
Amelia Anggriany Siswoyo
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI Nama : Amelia Anggriany Siswoyo Tempat/Tanggal Lahir : Medan/15 Maret 1991. Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Kristen Protestan. Alamat : Komplek TASBIH blok G No.79 Medan
II. KELUARGA Ayah : Prihantono Siswoyo Ibu : Erlina Saudara Kandung : Anthony Anggriawan Siswoyo, ST.
III. PENDIDIKAN Sekolah Dasar : SD Kalam Kudus Medan (1996-2002) Sekolah Menegah Pertama : SMP Putri Cahaya Medan (2002-2005) Sekolah Menegah Atas : SMA Cahaya Medan (2005-2008) Strata I : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, Fakultas Hukum (2008-2012)
Strata II : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, Magister Kenotariatan (2012-2017)
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ...... i ABSTRACT ...... ii KATA PENGANTAR ...... iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...... vi DAFTAR ISI ...... vii DAFTAR TABEL ...... ix DAFTAR GAMBAR ...... x DAFTAR SKEMA ...... xi DAFTAR ISTILAH ASING ...... xii DAFTAR SINGKATAN ...... xiv BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang ...... 1 B. Perumusan Masalah ...... 16 C. Tujuan Penelitian ...... 16 D. Manfaat Peneltian...... 17 E. Keaslian Penelitian ...... 17 F. Kerangka Teori dan Konsepsi ...... 18 1. Kerangka Teori ...... 18 2. Konsepsi ...... 29 G. Metode Penelitian ...... 32 1. Jenis dan Sifat Penelitian ...... 32 2. Sumber Data Penelitian ...... 34 3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ...... 36 4. Analisis Data ...... 36 BAB II APLIKASI IOS BERBAYAR DARI APPLE SEBAGAI KARYA CIPTA ...... 38
A. Dasar-Dasar Hak Cipta ...... 38 1. Pengertian Hak Cipta ...... 38 2. Tujuan Perlindungan Hak Cipta ...... 41
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Hak Ekonomi dan Hak Moral ...... 43 B. Dasar-Dasar Program Komputer ...... 46 1. Pengertian Dan Jenis Program Komputer ...... 46 2. Kode Sumber dan Objek ...... 51 3. Perjanjian Lisensi Terhadap Program Komputer ...... 53 4. Aspek Perlindungan Hak Cipta Terhadap Program Komputer ...... 57
5. Pelanggaran Hak Cipta Pada Program Komputer ...... 61 6. Pembatasan Hak Cipta Pada Program Komputer ...... 64
7. Konvensi Internasional Hak Cipta yang Berkaitan dengan Program Komputer sebagai karya ciptaan yang dilindungi ...... 68
C. Aplikasi iOS Berbayar Dari Apple Sebagai Karya Cipta yang Dilindungi Oleh Hukum Hak Cipta...... 74 BAB III METODE JAILBREAK DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG HAK CIPTA ...... 84
A. Jailbreak Secara Umum ...... 84 B. Jailbreak Dalam Kaitannya dengan Hukum Hak Cipta ...... 100 BAB IV PERLINDUNGAN HAK CIPTA ATAS ADANYA METODE JAILBREAK PADA APLIKASI IOS BERBAYAR DARI APPLE ...... 125
A. Digital Right Management Sebagai Dasar Perlindungan Hak Cipta ...... 125
B. Perlindungan Hak Cipta Atas Adanya Metode Jailbreak Pada Aplikasi Ios Berbayar Dari Apple (kasus Apple vs EEF) ...... 143
C. Pertanggungjawaban Hukum Atas Metode Jailbreak Pada Aplikasi Ios Berbayar Dari Apple ...... 149
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...... 169 A. Kesimpulan ...... 169 B. Saran ...... 170 DAFTAR PUSTAKA ...... 172
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Tabel Perbedaan End User License Agreement dan GNU Public License 57
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Skema Hubungan Antara Pengembang, Apple dan Pengguna iOS device dalam App Store ...... 76
3.1 Contoh Langkah-Langkah Melakukan Untethered Jailbreak iPhone ... 121
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR SKEMA
Skema Halaman
4.1 Perlindungan Hak Cipta Atas Adanya Metode Jailbreak Pada Aplikasi Ios Berbayar Dari Apple 168
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISTILAH ASING
Apple Encrypted Digital signature : Proteksi teknologi dari apple berupa izin atau syarat dari apple agar aplikasi dapat dijual dalam apps store. Close Source : Suatu ketentuan yang melarang pengguna untuk melakukan pengembangan, perbaikan ataupun penambahan program komputer. End User Licence : Pengguna akhir lisensi Fair Dealing : Pengecualian terhadap hak ekslusif dari pencipta/ pemegang hak cipta iOS Device : Jajaran produk iOS Device terdiri dari iPhone, iPad, dan iPod Touch. iOS : Sistem operasi yang dikembangkan oleh Apple. Jailbreak : Modifikasi terhadap sistem operasi untuk mengangkat pembatasan- pembatasan yang telah dibangun oleh Apple sehingga memberikan pengguna kontrol yang lebih besar terhadap perangkatnya termasuk mengunduh aplikasi atau konten melalui mekanisme selain Application Store (App Store) secara ilegal. Object code : Suatu kode yang dihasilkan oleh suatu proses kompilasi yang bisa bermacam- macam bentuknya tergantung pada target yang diinginkan. Kode obyek bisa berupa bahasa rakitan (assembly) atau bahasa mesin. Open Source : Metode pengembangan program komputer yang menitikberatkan pada kebebasan yang diberikan kepada pengguna untuk memperbaiki, menambah, merubah suatu source dari program yang dimilikinya, bahkan bebas untuk mendistribusikan program komputer tersebut. Originaltas : Keaslian, yang bermakna hasil karya tersebut tidak disalin dari hasil karya orang lain. Platform : Dasar atau tempat dimana sistem operasi bekerja, tanpa platform sistem operasi tidak akan bisa berjalan.
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Reverse engineering : Mengurai, menganalisis, mempelajari rancangan/produk pihak lain untuk akhirnya dibuat produk baru yang lebih unggul. Source code : Suatu rangkaian pernyataan atau deklarasi yang ditulis dalam bahasa pemrograman komputer yang terbaca manusia
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR SINGKATAN
EULA : End User License Agreement
GATT : General Agreement on Tariff and Trade
GPL : General Public License
HKI : Hak Kekayaan Intelektual
ITE : Informasi dan Transaksi Elektronik
TRIPs : Trade Related Aspect intellectual Property Rights
OS : Operating System
WIPO : World Intellectual Property Organization
WTO : World Trade Organization
xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini dunia berada pada suatu era yang disebut dengan era teknologi informasi. Melalui kekuatan teknologi, rintangan zaman dahulu bagi interaksi manusia seperti geografis, bahasa, dan informasi yang terbatas kini berguguran.1 Era ini dimulai sejak munculnya suatu teknologi baru yang disebut komputer. Komputer sebagai salah satu kemajuan teknologi informasi dan komunikasi pun tidak dapat berdiri sendiri, komputer juga harus ditunjang dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi lainnya yaitu internet. Internet berhasil merambah semua sektor kehidupan manusia mulai dari pendidikan, perdagangan, kesehatan, periklanan sampai kepada sektor hiburan.
Dewasa ini sering terdengar istilah Hak Cipta dan Hak Kekayaan
Intelektual melalui televisi, radio, surat kabar dan majalah. Dunia dibanjiri informasi karena banyak dari informasi tersebut tunduk pada hak cipta, banyak aspek kehidupan sehari-hari yang dipengaruhi oleh hak cipta. Contohnya yang paling baik adalah hubungan orang awam dengan hak cipta melalui komputer, tidak dapat dibayangkan bagaimana kehidupan tanpa komputer.2
Apple Inc. adalah perusahaan teknologi terbesar di dunia dan merupakan perusahaan terbesar ke-8 (delapan) di dunia menurut Forbes Global 2000 edisi
1Eric Schimdt&Jared Cohen, The New Digital Age, (Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia, 2014), hal.xii. 2Tamoto Hozumi, Asian Copyright Handbook (Buku Panduan Hak Cipta Asia), (Jakarta:Ikatan Penerbit Indonesia(IKAPI), 2006), hal.43.
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2
Mei 2016.3 Pada awal produksi di tahun 1983 sampai dengan tahun 1997 Apple
Inc. terkenal dengan produksi perangkat kerasnya yaitu, komputer Apple
Machintos dan komputer portablenya, power book. Seiring dengan perkembangan zaman, komputer sebagai salah satu hasil dari kemajuan teknologi dan informasi belum dapat cukup memuaskan manusia untuk menyelesaikan masalah secara efektif dan efisien. Pada Juni 2007, Apple inc. kemudian menghadirkan terobosan baru, yaitu smartphone Apple Iphone generasi pertama, diikuti dengan pemutar musik, yaitu Ipod, pada tahun 2008 dan pada tahun 2010
Apple Inc. menelurkan komputer tablet generasi pertamanya, Ipad, dimana ketiga produk andalan Apple ini sering disebut dengan, iDevice.
Revolusi perangkat teknologi sebagai suatu bukti majunya dunia komunikasi sudah sampai pada tahap smartphone dan komputer tablet, dan mengukuhkannya sebagai gadget yang paling banyak dicari.4 Smartphone, komputer tablet dan pemutar musik dari Apple Inc. hadir sebagai salah terobosan dari alat komunikasi yang kerap kali digunakan di beberapa zaman terakhir ini.
Seiring dengan cepatnya laju perkembangan zaman masyarakat modern, fungsi untuk berkomunikasi sebagai pengingat seperti layaknya komputer telah bergabung menjadi satu. Smartphone, komputer tablet dan pemutar musik dari
Apple bersama-sama dengan internet tidak hanya menjadi sebuah terobosan
3Samantha Sharf, http://www.forbes.com/sites/samanthasharf/2016/05/26/the-worlds- largest-tech-companies-2016-apple-bests-samsung-microsoft-and-alphabet/#3b30968789ee , may 26 2016 , The World's Largest Tech Companies 2016: Apple Bests Samsung, Microsoft And Alphabet. 4Andrea Adelheid, Beginners Guide iPhone Untuk Pemula, (Yogyakarta:MediaKom, 2013), hal.9. (Untuk selanjutnya disebut sebagai Andrea Adelheid 1)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3
dibidang teknologi informasi dan komunikasi namun telah menjadi simbol status hidup pemilik atau penggunanya.
Iphone, Ipad dan Ipod, ketiga terobosan teknologi dari Apple ini mempunyai fungsi komunikasi yang hampir sama layaknya komputer, oleh karena itu juga mempunyai ciri yang sama dengan komputer, salah satunya yaitu komputer bekerja dibawah kontrol sistem operasi dan melaksanakan tugas berdasarkan instruksi-instruksi yang disebut dengan program. Program komputer atau yang biasa disebut dengan perangkat lunak (software) secara garis besar terdiri dari program sistem operasi dan program aplikasi.5
Program aplikasi yang adalah bagian dari software merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi sebuah gadget saat ini. Gadget tanpa aplikasi seperti gadget tanpa koneksi internet. Sedemikian pentingnya aplikasi bagi gadget sehingga setiap sistem operasi gadget kini memiliki pasarnya (market) sendiri.
Apple mendirikan pasarnya sendiri, yaitu Apps Store, dengan jumlah aplikasi yang kini menempati posisi pertama pasar sistem operasi gadget dengan 600 ribu lebih aplikasi.6 Aplikasi-aplikasi tersebut contohnya seperti facebook, twitter, instagram, path, adobe acrobat reader, office word dan lain sebagainya.
Pasar aplikasi Apple yaitu Apps Store, dimana menyediakan berbagai aplikasi untuk diunduh baik aplikasi berbayar (premium) dan ada yang cuma- cuma atau gratis. Sebagian besar aplikasi di Apps Store adalah aplikasi berbayar atau premium, hal ini tidak terlepas dari cara Apple untuk memperoleh
5Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika;Suatu kompilasi Kajian, (PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta:2005), hal.83. 6Kimi Raikko, Pakai Aplikasi Gratis atau Aplikasi Berbayar, http://www.kompasiana.com/kimi_raikko78/pakai-aplikasi-gratis-atau-aplikasi berbayar_550ff40da33311c639ba7e1f, diakses terakhir tanggal 24 Oktober 2015.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4
pendapatan. Apple memperoleh pendapatan dari menjual aplikasi yang ada di pasar aplikasinya. Sebagian pendapatan tersebut nantinya akan dibayarkan kepada programmer atau pencipta aplikasi tersebut. Namun bukan berarti tidak ada aplikasi gratis, biasanya aplikasi gratis berupa trial atau versi yang kurang lengkap sehingga pengguna mau tak mau harus membeli aplikasi yang premium.
Pengaruh aplikasi berbayar tidak hanya bagi produsen gadget secara sempit, di Amerika Serikat berdasarkan sebuah penelitian, program aplikasi telah menciptakan sekian banyak pekerjaan dan membuat banyak jutawan baru (seperti
Instagram yang dijual 1 miliar dollar AS). Nilai ekonomi dari hasil membuat aplikasi ini disebut ekonomi aplikasi yang hasilnya bisa menopang perekonomian
Amerika Serikat selama masa resesi.7
Aplikasi berbayar yang jauh lebih powerfull dan memuaskan dibandingkan dengan aplikasi yang gratis namun dengan harga yang tidak terjangkau, membuat para pengguna yang ingin memiliki aplikasi berbayar mengambil jalan pintas untuk memilikinya secara ilegal. Jailbreak adalah cara yang ilegal yang melanggar Hak Cipta untuk mendapatkan aplikasi berbayar tersebut namun tanpa membayar.
Aplikasi berbayar tidak hanya dibuat untuk tujuan komersil atau ekonomi saja namun sekaligus untuk memberi penghargaan dan perlindungan hak cipta dari aplikasi tersebut. Dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak
Cipta (untuk selanjutnya disebut sebagai UU Hak Cipta), aplikasi berbayar yang
7Ibid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5
merupakan bagian dari software atau program komputer adalah salah satu ciptaan yang dilindungi.8
Perlindungan hukum pada program komputer pada umumnya dan kode sumber (source code) pada khususnya sudah dimulai sejak adanya Agreement on
Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS). Hak atas
Kekayaan Intelektual (untuk selanjutnya disebut sebagai HKI9) menjadi isu yang sangat penting yang selalu mendapat perhatian baik dalam forum regional, nasional maupun internasional. Indonesia sebagai Negara berkembang sudah menjadi anggota dan secara sah ikut dalam TRIPS, melalui ratifkasi WTO
Agreement (Agreement Establishing the World Trade Organization) dengan
Undang-Undang No.7 tahun 1994.10 TRIPS sebagai lampiran WTO Agreement merupakan dokumen yang mengikat Indonesia yang telah meratifikasi persetujuan tersebut dengan Undang-Undang No.7 tahun 1994. Berdasarkan Hukum
Internasional, persetujuan internasional yang telah diratifikasi merupakan hukum nasional bagi Negara itu sendiri atau yang biasa dikenal dengan istilah pacta sunt servanda.11 Dengan diratifikasinya WTO Agreement melalui Undang-Undang
No.7 tahun 1994 menandakan dimulainya era baru perlindungan HKI di
Indonesia.
8Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 9Sebelum istilah “Hak Kekayaan Intelektual” (yang disingkat HKI) resmi dipergunakan, maka dahulu lebih umum dikenal istilah “Hak atas Kekayaan Intelektual” (yang disingkat HAKI). Namun istilah HAKI sudah tidak dipakai lagi berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan RI No.M.03.PR.07.10 Tahun 2000, telah ditetapkan secara resmi penggunaan istilah “Hak Kekayaan Intelektual” (tanpa kata “atas”) atau yang disingkat HKI. Lihat lebih lanjut Ahmad Zen Umar Purba, “Pokok Kebijakan Pembangunan Sistem HKI Nasional”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol.13, April 2001, hal.8. 10 Lembaran Negara Tahun 1994 No.57, Tambahan Lembaran Negara No.3564. 11 Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPS, (Bandung:PT.Alumni, 2005), hal.17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6
Sejak berlakunya rezim TRIPS, materi yang harus dilindungi tidak hanya pada hal-hal yang sudah diatur pada Konvensi Bern yang ditetapkan TRIPS sebagai basis minimal dalam perlindungan Hak Cipta, namun juga diperluas pada program komputer.12 Pasal 10 ayat (1) TRIPS menyebutkan: Computer programs, whether in source or object code, shall be protected as literary works under the Berne Convention (1971). Program komputer baik yang masih berbentuk rumusan awal ataupun yang sudah berbentuk kode-kode dilindungi sebagai karya tulisan. Dalam perlindungan terhadap program komputer terdapat tiga hal yang esensial, yaitu perlindungan terhadap alogaritma pemograman, perlindungan paten atau hak cipta terhadap program komputer dan perlindungan terhadap kode objek program.13
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa pengaruh yang signifikan bagi perlindungan Hak Cipta. Adanya TRIPS
Agreement, World Intellectual Property Organization Copyright‟s Treaty
(WCCT) dan World Intellectual Property Organization Performances and
Phonograms Treaty (WPPT) yang telah disahkan Indonesia melalui Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1997 yang keduanya sering disebut sebagai Digital Agenda. Digital agenda mewajibkan negara anggotanya termasuk
Indonesia untuk menyediakan perlindungan hukum yang layak dan upaya
12Konvensi Bern diadakan tahun 1886 dan diselenggarakan oleh organisasi kekayaan intelektual dunia (WIPO) dan Indonesia menjadi anggota Konvensi Bern pada tahun 1997. Konvensi Bern melindungi ciptaan-ciptaan para pencipta dari negara-negara anggota termasuk diantaranya: karya tertulis seperti buku dan laporan, musik, karya drama seperti sandiwara dan koreografi, karya seni seperti lukisan, gambar dan foto, karya arsitetktur dan sinematografi seperti film dan video. (Tim Lindsey, (et.al), Hak Kekayaan Intelektua:Suatu Pengantar, (Asian Law Group&Alumni:Bandung, 2006), hal.99. 13 Edmon Makarim, Op.Cit., hal.291.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 7
pemulihan yang efektif untuk mencegah dan melawan tindak pembobolan sarana teknologi yang digunakan pencipta dalam rangka melaksanakan Hak Ciptanya.14
Kewajiban ini diatur dalam Article 11 WCT yang menentukan bahwa negara anggota harus menyediakan perlindungan hukum yang layak dan upaya pemulihan hukum yang efektif melawan tindak pembobolan sarana teknologi yang efektif yang digunakan Pencipta dalam rangka melaksanakan Hak Ciptanya berdasarkan treaty ini dan Berne Convention serta tindakan yang dilarang yang terkait dengan ciptaanya secara tanpa izin atau tindakan yang dilarang oleh hukum.15
Pengaturan tentang sarana kontrol teknologi dimuat juga pada Pasal 52
Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yaitu “Setiap orang dilarang merusak, memusnahkan, menghilangkan, atau membuat tidak berfungsi sarana kontrol teknologi yang digunakan sebagai pelindung ciptaan atau produk hak terkait serta pengaman hak cipta atau hak terkait,kecuali untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara, serta sebab lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, atau diperjanjikan lain”16
Sarana kontrol teknologi dalam penjelasan Undang -Undang No. 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta adalah instrumen teknologi dalam bentuk antara lain kode rahasia, password, bar code, serial number, teknologi dekripsi (decryption), dan enkripsi (encryption) yang digunakan untuk melindungi ciptaan.17
14Rahmi Jened, Hukum Hak Cipta, (Bandung:Citra Aditya Bakti, 2014), hal.141. 15Ibid. 16Tim Visi Yustisia, Panduan Resmi Hak Cipta, (Jakarta:Transmedia Pustaka, 2015), hal.15. 17Penjelasan Pasal 52 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 8
Titik tolak perlindungan hak cipta diberikan kepada pencipta selaku orang yang memiliki intellectual personal creation. Ciptaan sebagai suatu intellectual personal creation mensyaratkan unsur keaslian dan kreatifitas dengan derajat yang sangat tinggi dan tidak semata-mata mendasarkan pada unsur perwujudan.
Mengingat perlindungan hukum yang diberikan kepada Pencipta adalah hak eksklusif, yaitu berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU Hak Cipta, maka tidak ada orang lain yang boleh melakukan hak itu, kecuali dengan izin pencipta. Keberadaan hak eksklusif melekat erat kepada pemiliknya atau pemegangnya yang merupakan kekuasaan pribadi atas ciptaan yang bersangkutan, karena itu tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak cipta kecuali atas izin pemegangnya. Hal ini dilatarbelakangi oleh pemikiran, bahwa untuk menciptakan sesuatu ciptaan merupakan pekerjaan yang tidak mudah dilakukan. 18
Perlindungan hak cipta berdimensi hak moral dan hak ekonomi. hak moral terkait dengan hubungan pribadi dan intelektual dari pencipta bagi ciptaannya, yaitu sesuai dengan Pasal 21 dan Pasal 22 Undang-Undang Hak Cipta. Hak ekonomi adalah keuntungan sejumlah uang yang diperoleh karena penggunan sendiri HKI bagi pencipta untuk memanfaatkan ciptaannya atau karena penggunan pihak lain berdasarkan lisensi.19
Kebebasan penggunaan hak cipta tidak boleh meniadakan atau mengurangi fungsi sosial hak cipta tersebut, walaupun memiliki unsur hak eksklusif dalam hak cipta. Fungsi sosial hak cipta memberi kesempatan kepada
18Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), hal.44. 19Muhammad Abdulkadir, Kajian Hukum Ekonomi dan Hak Kekayaan Atas Intelektual, (Bandung:Citra Aditya Bakti, 2001), hal 19.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 9
masyarakat memanfaatkan ciptaan seseorang untuk kepentingan dan ilmu pengetahuan, bahan pemecah masalah, pembelaan perkara di pengadilan, bahan ceramah, tetapi harus disebutkan sumbernya secara lengkap.20
Jailbreak sebagai salah satu metode reverse engineering atau biasa disebut rekayasa balik program, yang dilakukan untuk memodifikasi sistem operasi agar pengguna mendapatkan hak akses penuh, yang sebelumnya terbatas oleh lisensi perangkat yang bersangkutan, terhadap sistem operasi perangkat smartphone.
Jailbreak merupakan proses memodifikasi sistem operasi untuk menghilangkan batasan-batasan yang diberikan agar pengguna dapat dengan bebas menginstall aplikasi tidak resmi (pihak ketiga) ke dalam perangkat teknologi Apple.21
Secara sederhana, jailbreak ialah modifikasi terhadap Apple iOS sebagai sistem operasi dari Apple, untuk mengangkat pembatasan-pembatasan yang telah dibangun oleh Apple sehingga memberikan pengguna kontrol yang lebih besar terhadap perangkatnya termasuk mengunduh aplikasi atau konten melalui mekanisme atau pasar selain Apple Application Store (Apple App Store) secara ilegal.22 Sistem operasi milik Apple ini adalah sistem operasi yang bersifat tertutup, yang tidak memungkinkan pengguna melakukan modifikasi kedalamnya.
Jailbreak adalah metode untuk meng-explore semua sistem yang ada didalam
Apple iOS, seperti melakukan perubahan tampilan ataupun memodifikasi aplikasi bawaan.23
Jailbreak adalah istilah yang umum digunakan bagi pengguna produk
Apple yang bertujuan untuk membuka proteksi bawaan ponsel sehingga dapat
20Ibid., hal.117. 21 Ivan, The Faqs, http://appbuntu.com/jailbreak/faq/ , diakses terakhir tanggal 29 September 2015. 22Josua Sitompul, Apakah Jailbreaking iPhone Melanggar Hukum?, http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52f67de2d1933/apakah-jailbreaking-iphone- melanggar-hukum?, diakses terakhir tanggal 01 Oktober 2015. 23 Andrea Adelheid 1, Op.Cit., hal.145.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 10
mengeksplor sistem dan data penyimpanan, dapat mengakses,memodifikasi, dan menambah dari sistem yang ada, karena dapat mengakses secara penuh maka pengguna dapat memasang aplikasi dari pihak ketiga yang tidak diverifikasi oleh
Apple.24
Jailbreak merupakan perbuatan yang tidak disetujui pihak Apple karena produsen ini telah merancang sistem operasi dan pengamanannya secara khusus.
Tindakan modifikasi terhadap Apple iOS tanpa persetujuan Apple dikhawatirkan dapat menimbulkan berbagai permasalahan bagi pengguna, khususnya kerentanan terhadap keamanan informasi. Pelaku kejahatan dapat mengambil informasi pribadi atau menyebarkan malware dan virus dengan terbukanya kerentanan informasi. Selain itu, jailbreak dinilai akan menimbulkan ketidakstabilan terhadap perangkat Apple. Oleh karena itu, larangan melakukan jailbreak merupakan mekanisme kontrol agar pengguna dapat menggunakan layanan dan perlindungan dengan maksimal.25
Peraturan di Amerika Serikat untuk menilai legalitas jailbreak didasarkan pada The Digital Millenium Copyright Act (DMCA). Undang-undang ini merupakan aturan untuk mengatur perlindungan hak cipta dalam dunia virtual.
Salah satu implikasi dari undang-undang ini ialah melarang penggunaan teknologi termasuk aplikasi yang dapat melanggar hak dari pemegang hak cipta. Librarian of Congress merupakan institusi yang diberikan wewenang untuk menetapkan pengecualian-pengecualian pengaturan dalam DMCA. Masyarakat diberikan kesempatan untuk mengajukan proposal/petisi untuk penerapan pengecualian
24 Budiman RV,Panduan Lengkap Menggunakan Ipad, (Jakarta: mediakita,2011), hal.136 25 Josua Sitompul, Loc.Cit.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 11
yang dimaksud. Salah satu contohnya ialah proposal/petisi yang diajukan oleh
Electronic Frontier Foundation (EFF).26
EFF mengajukan petisi kepada Librarian of Congress untuk membuat pengecualian terhadap jailbreak agar jailbreak dilegalkan di Amerika Serikat.
Petisi tersebut dikabulkan pada 28 Oktober 2012 dan menghasilkan legalnya jailbreak pada iPhone di Amerika Serikat.27 EFF mengajukan argumen bahwa jailbreaking termasuk dalam salah satu pengecualian dalam Pasal 1201 huruf (f)
DMCA, yaitu bahwa aplikasi untuk jailbreak termasuk dalam kategori yang memungkinkan pengguna menginstal aplikasi yang tidak mendapat persetujuan dari pengembang perangkat, dalam hal ini Apple, untuk memperluas atau menambah kegunaan perangkat yang dimilikinya.
Jailbreak dimanfaatkan pengguna untuk menginstall aplikasi bajakan ke dalam perangkat Apple, hal tersebut tampaknya masih belum bisa meyakinkan
Librarian of Congress dan Copyright Office di Amerika Serikat untuk melarang jailbreak dilakukan di perangkat Apple. Librarian of Congress akan memperbaharui kembali pengecualian tersebut pada periode berikutnya, dimana masa setiap periode adalah 3 tahun, yang berarti tahun 2015 adalah waktu jatuh temponya.28
Setelah iOS Device berhasil di jailbreak, keuntungan-keuntungan yang didapat salah satunya adalah dapat meng-install atau memasukkan aplikasi
26Josua Sitompul, Apakah Jailbreaking iPhone Melanggar Hukum?, http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52f67de2d1933/apakah-jailbreaking-iphone- melanggar-hukum?, diakses terakhir tanggal 29 September 2015. 27Daniel Dimov, Legality of Jailbreaking Mobile Phones, http://resources.infosecinstitute.com/legality-jailbreaking-mobile-phones/, diakses terakhir tanggal 24 Oktober 2015. 28Ibid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 12
berbayar secara gratis, yang secara resmi anda harus beli di Apple AppStore.29
Jika aplikasi tersebut yang sebelumnya hanya bisa di-install dari App Store dan merupakan aplikasi yang berbayar, maka apabila sudah di jailbreak, pengguna smartphone dapat memilikinya tanpa perlu membayar.30
Hal ini sangat jelas melanggar Undang-Undang Hak Cipta, dimana aplikasi dari perangkat Apple yang merupakan salah satu hasil karya cipta pencipta aplikasi atau biasa disebut sebagai progammer dicuri dengan cara jailbreak. Pemegang Hak Cipta akan mengijinkan orang lain untuk menggandakan atau memodifikasi software hanya jika syarat-syarat terpenuhi, seperti misalnya perizinan atau lisensi. Jika dilakukan tanpa syarat yang telah ditentukan hal tersebut membuka akses bagi pemegang Hak Cipta untuk melakukan upaya hukum tertentu.31
Hak-Hak terkait dalam Hak Cipta yaitu hak ekonomi dan hak moral adalah hak-hak bersinggungan dengan tindakan jailbreak. Hak ekonomi pemegang Hak
Cipta seperti bayaran atau fee untuk setiap software yang dibeli datau diunduh sudah dicuri oleh mereka yang mengunduh software tersebut secara illegal karena mendapatkannya dengan gratis. Hak moral yang dilanggar oleh pelaku atau pengguna jailbreak adalah tidak adanya penghargaan atas jerih payah progammer atau pemegang Hak Cipta dalam menghasilkan sebuah karya. Teori ini berdasarkan pada asumsi bahwa pembuat atau pemegang Hak Cipta telah banyak mengeluarkan tenaga, pikiran, bahkan biaya untuk hasil yang telah dia capai.
29Cara Jailbreak iOs, http://www.carajailbreak.info/2012/01/apa-pengertian-jailbreak- iphone-ipad.html, diakses terakhir tanggal 24 Oktober 2015. 30Andrea Adelheid 1, Op.Cit., hal.148. 31Ika Riswanti Putrantim , Lisensi Copyleft dan Perlindungan Open Source Software di Indonesia, (Yogyakarta:Gallery Ilmu, 2010), hal.88.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 13
Dibalik keuntungan pasti ada kerugian yang diderita oleh pengguna smartphone yang memilih perangkat smartphone-nya di jailbreak. Salah satu dari banyak kerugian dari jailbreak yang paling merugikan adalah smartphone menjadi target yang sangat mudah untuk terjadi malware32. Malware terdiri dari beberapa jenis, dan yang paling berbahaya diantaranya adalah Keylogger.
Keylogger adalah sebuah program yang dapat memantau penekanan tombol pada keyboard, sehingga orang lain dapat mengetahui password dan informasi apapun yang diketik. Bayangkan kalau di smartphone terdapat aplikasi mobile atau internet banking online, program jailbreak tersebut memperoleh informasi pribadi seperti user ID, password bank, kartu kredit dan sebagainya. Bahkan smartphone tersebut dapat dikendalikan dari jarak jauh.33
Di Tiongkok terjadi pencurian terkait dengan 225.000 (duaratus duapuluh limaribu) Apple ID milik pengguna iOS yang mengakibatkan terjadinya penipuan pembelian aplikasi. Dalam beberapa kasus, terjadi ransomware atau pemerasan untuk meminta uang tebusan.34
Dari penjelasan diatas sudah jelas terlihat, keuntungan yang didapat dari jailbreak saja sudah melanggar hak cipta, apalagi hasil dari yang jelas sudah merupakan kerugian dari jailbreak. Kebocoran informasi dan data pribadi serta melemahnya stabilitas performa smartphone dapat merusak smartphone tersebut
32Malware (malicious software), yang berarti perangkat lunak yang mencurigakan adalah program komputer yang diciptakan dengan maksud dan tujuan tertentu dari penciptanya dan merupakan program yang mencari kelemahan dari software. Umumnya malware diciptakan untuk membobol atau merusak suatu software atau sistem operasi melalui script yang disisipkan secara tersembunyi oleh pembuatnya.Malware biasa kita kenal sbagai virus. (Pengertian Malware, http://malware851.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-malware_4.html , diakases terkahir tanggal 04 Oktober 2015) 33Ryan Friska Arisandhi, http://www.kolomgadget.com/2015/09/01/iphone-jailbroken- jadi-target-empuk-serangan-malware-keyraider/11812/2#page-content, diakses terakhir tanggal 04 Oktober 2015. 34Ibid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 14
hanya karena aktifitas jailbreak yang dilakuan untuk kepentingan pribadi maupun ekonomi. Sebelum pengguna memakai smartphone, pengguna tersebut harus menyetujui lisensi dari perangkat smartphone tersebut, dimana didalamnya terdapat klausula dilarangnya jailbreak pada perangkat smartphone yang bersangkutan. Apple Inc. pada klausula lisensinya di Pasal 2 huruf (L) menyatakan bahwa tidak dizinkan adanya rekayasa balik pada perangkat iPhone.35
Salah satu kasus jailbreak paling terkenal di Amerika adalah jailbreak yang dilakukan oleh seorang hacker ternama yaitu George Hotz. George tidak hanya sekedar melakukan jailbreak pada iOS tetapi George juga mencipta aplikasi untuk melakukan jailbreak dan bahkan mempermudah proses jailbreak tersebut.36
Pada tanggal 13 Oktober 2009, Hotz merilis aplikasi bernama Blackra1n, jailbreak untuk semua iPhone dan iPod Touches. Pada tanggal 31 Oktober 2009,
Hotz mengumumkan akan merilis versi terbaru dari Blackra1n, Blackra1n RC3,
Aplikasi versi ini menyertakan blacksn0w yang tidak hanya berfungsi sebagai jailbreak tetapi akan memungkinkan melakukan unlocking SIM Card Bundling dari semua iPhone menggunakan Blacksn0w RC1. Pada penghujung tahun 2010,
Hotz merilis aplikasi Greenpois0n yang digunakan untuk jailbreak pada iPhone
3GS, iPod Touch generasi keempat, iPhone 4 dan di iPad. Bahkan 2 minggu kemudian Hotz juga meliris aplikasi jailbreak untuk Mac (Komputer dengan OS iOS).37
Indonesia memiliki Undang-Undang No.28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta, dalam undang-undang ini tidak ada aturan yang menjelaskan secara jelas
35Apple Inc., https://www.apple.com/legal/sla/, diakses terakhir tanggal 24 Oktober 2015. 36Damai Subiwanto, Siapakah George Hotz?, https://damaisubimawanto.wordpress.com/2011/01/18/siapakah-george-hotz/, diakses terakhir tanggal 25 Oktober 2015. 37Top Hackers All The Time, https://tophackers.wordpress.com/10-ge0h0t/, diakses terakhir tanggal 25 Oktober 2015.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 15
mengenai Jailbreaking, dan tidak ada aturan-aturan dari lembaga atau instansi terkait yang membahas tentang Jailbreak, sehingga masyarakat Indonesia bingung akan legal atau tidaknya melakukan Jailbreak pada perangkat smartphone.
Namun ada pasal yang sedikit menyinggung tentang sarana kontrol teknologi, yaitu pada Pasal 52 Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yaitu
“Setiap orang dilarang merusak, memusnahkan, menghilangkan, atau membuat tidak berfungsi sarana kontrol teknologi yang digunakan sebagai pelindung ciptaan atau produk hak terkait serta pengaman hak cipta atau hak terkait,kecuali untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara, serta sebab lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, atau diperjanjikan lain”38
Sarana kontrol teknologi dalam penjelasan Undang -Undang No. 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta adalah instrumen teknologi dalam bentuk antara lain kode rahasia, password, bar code, serial number, teknologi dekripsi (Decryption), dan enkripsi (Encryption) yang digunakan untuk melindungi ciptaan.39
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, perlu dilakukan suatu penelitian lebih lanjut mengenai jailbreak , apakah jailbreak merupakan perbuatan ilegal di Indonesia, lalu dasar hukum apa yang menjadikan bahwa jailbreak smartphone adalah ilegal dan bagaimana perlindungannya untuk progammer atau pencipta software yang softwarenya dimiliki tanpa membayar atau dicuri dengan cara jailbreak smartphone tersebut. Semua pertanyaan tersebut akan terjawab pada tesis yang akan dituangkan pada judul : “PERLINDUNGAN
38Tim Visi Yustisia, Panduan Resmi Hak Cipta, (Transmedia Pustaka:Jakarta, 2015), hal.15. 39Penjelasan Pasal 52 Undang – Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 16
HAK CIPTA ATAS ADANYA METODE JAILBREAK PADA APLIKASI iOS
BERBAYAR DARI APPLE”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, adapun yang menjadi pokok permasalahan yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana ketentuan hukum yang mengatur perlindungan hak cipta terhadap
aplikasi iOS berbayar dari apple?
2. Bagaimana pengaturan hukum tentang hak cipta terkait metode jailbreak pada
aplikasi iOS berbayar dari apple?
3. Apakah pengaturan hukum hak cipta telah memberikan perlindungan hukum
bagi programmer aplikasi iOS berbayar dari apple atas adanya metode
jailbreak di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui ketentuan hukum yang mengatur perlindungan hak cipta
terhadap aplikasi iOS berbayar dari apple.
2. Untuk mengetahui legalitas jailbreak dan ketentuan hukum terkait hak cipta
terhadap metode jailbreak pada aplikasi iOS berbayar dari apple di Indonesia.
3. Untuk mengetahui Apakah pengaturan hukum hak cipta memberikan
perlindungan hukum yang tegas terhadap aplikasi iOS berbayar dari Apple
atas adanya metode jailbreak di Indonesia.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 17
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis, masing-masing sebagai berikut:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis
berupa sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum khususnya
yang berkaitan dengan Hak Kekayaan Intelektual (untuk selanjutya disebut
sebagai HKI), khususnya pada bidang hak cipta dan juga menjadi dasar bagi
penelitian pada bidang yang sama serta memberikan pemahaman dan
pandangan yang baru mengenai Hak Kekayaan Intelektual di bidang hak cipta.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
sumbangan pemikiran bagi masyarakat umum dan pihak-pihak terkait dengan
Hak Kekayaan Intelektual khususnya masalah perlindungan hak cipta pada
perangkat iOS Apple.
E. Keasliaan Penelitian
Berdasarkan informasi dan penelusuran kepustakaan yang dilakukan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya di lingkungan Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa penelitian dengan judul:
“Perlindungan Hak Cipta Atas Adanya Metode Jailbreak Pada Aplikasi iOS
Berbayar Dari Apple” ini belum pernah dilakukan dalam pendekatan dan perumusan masalah yang sama, walaupun ada beberapa topik yang mirip, namun jelas berbeda dengan penelitian ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 18
Ada ditemukan penelitian sebelumnya tentang Hak Kekayaan Intelektual mengenai hak cipta, namun topik permasalahan dan bidang kajiannya berbeda dengan penelitian ini, penelitian tersebut antara lain:
1. Erwin Cahaya (037011024), Magister Kenotariatan Universitas Sumatera
Utara, dengan Judul “Penegakkan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta
Atas Program Komputer di Indonesia”. Adapun permasalahan yang dibahas
pada penelitian tersebut adalah:
a. Bagaimana Eksistensi Program Komputer Sebagai Karya Cipta Di
Indonesia?
b. Bagaimana Jenis-Jenis Pelanggaran Hak Cipta Atas Program Komputer Di
Indonesia?
c. Bagaimana Penegakkan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Atas
Program Komputer Di Indonesia?
Dengan demikian jelas bahwa penelitian ini adalah asli karena sesuai dengan asas-asas kilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara akademis.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Teori dipergunakan untuk menjelaskan fakta dan peristiwa hukum yang terjadi. Oleh karena itu, kegunaan teori hukum dalam penelitian adalah sebagai pisau analisis pembahasan tentang peristiwa atau fakta hukum yang diajukan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 19
dalam masalah penelitian.40 Teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori kepastian hukum dan teori perlindungan hukum.
Dengan adanya kepastian hak bagi para pencipta maka pelanggaran hak cipta dapat dibatasi. Pelanggaran dengan metode jailbreak tersebut dipengaruhi beberapa faktor seperti rendahnya tingkat pemahaman masyarakat akan arti dan fungsi hak cipta, sikap dan keinginan untuk memperoleh keuntungan dagang dengan cara yang mudah, ditambah belum cukup terbinanya kesamaan pengertian sikap dan tindakan para aparat penegak hukum dalam menghadapi pelanggaran dengan metode jailbreak merupakan faktor yang perlu mendapat perhatian.
Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta tidak secara spesifik mengatakan dan mengatur tentang Jailbreak, namun harus mengartikan berbagai makna dari Kata dalam Undang - Undang tersebut. Pasal 52 UUHC adalah pasal yang mempunyai pengertian atau terdapat sangkut paut dengan
Jailbreak, yaitu tentang Sarana Kontrol Teknologi, dimana maksud dari Jailbreak adalah menghilangkan limitasi, secara tidak langsung hal tersebut juga berarti menghilangkan perlindungan iOS, dalam pasal 52 Undang-Undang no.28 Tahun
2014 menyatakan bahwa setiap orang dilarang merusak, menghilangkan, memusnahkan, membuat tidak berfungsi suatu Sarana Kontrol Teknologi, dengan melakukan Jailbreak tentunya sudah melanggar pasal tersebut. Perlindungan Hak
Cipta Atas Adanya Metode Jailbreak Pada Aplikasi iOS Berbayar Dari Apple tentunya tidak terlepas dari unsur perlindungan hukum, baik bagi pencipta, konsumen pemakai bahkan bagi distributor resmi atau non resmi Apple iDevice .
40Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Yogyakarta:Pustaka Belajar, 2010), hal.16.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 20
Hal yang dipertimbangkan cukup relevan dengan penelitian dalam tesis ini dikarenakan tindakan jailbreak belum memiliki dasar peraturan hukum yang jelas dan harus mendapatkan kepastian hukum sebagai wujud dari cita-cita hukum serta perlindungan hukum baik secara preventif dan represi dan apakah perbuatan jailbreak legal atau ilegal di Indonesia dan untuk perlindungan hukum terhadap pencipta atau programmer software Apple iOS yang softwarenya dimodifikasi , dicuri atau dimiliki dengan cara jailbreak smartphone tersebut.
Teori Kepastian Hukum mengandung pengertian:41 a. Adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan
apa yang boleh dan perbuatan apa yang tidak boleh dilakukan. b. Merupakan keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah
karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat
mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara
terhadap individu.
Teori kepastian hukum merupakan salah satu penganut aliran positivisme yang lebih melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom atau hukum dalam bentuk peraturan tertulis. Artinya, karena hukum itu otonom, sehingga tujuan hukum sematamata untuk kepastian hukum dalam melegalkan kepastian hak dan kewajiban seseorang. Van Kant berpendapat bahwa tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan manusia agar tidak diganggu dan terjamin kepastiannya.42 Dan membangun hukum itu bukan pekerjaan yang sederhana karena suatu peraturan
41 J. B Daliyo, Pengantar Ilmu Hukum Buku Panduan Mahasiswa, Prennahlindo, Jakarta, 2001, hal. 120 42 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006, hal. 74
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 21
perundang-undangan yang baik harus memenuhi syarat keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan secara seimbang.43
Teori yang digunakan sebagai alat untuk menganalisis dalam menjawab rumusan permasalahan yang ada dalam penelitian ini, salah satunya adalah teori kepastian hukum. Kepastian Hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam undang-undang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim lainnya untuk kasus yang serupa yang telah diputuskan.44 Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum, karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. Hukum bertugas menciptakan kepastian hukum karena bertujuan untuk ketertiban masyarakat. Tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya sehingga akhirnya timbul keresahan. Tetapi jika terlalu menitikberatkan pada kepastian hukum, dan ketat mentaati peraturan hukum maka akibatnya akan kaku serta menimbulkan rasa tidak adil. Apapun yang terjadi peraturannya tetap seperti demikian, sehingga harus ditaati dan dilaksanakan.45
Aplikasi berbayar pada iOS Apple sebagai sebuah karya hasil ciptaan memiliki perlindungan dari hal-hal yang dapat menyebabkan kerugian baik bagi ciptaan tersebut maupun bagi si penciptanya. Berbagai ketentuan dan peraturan telah dituangkan untuk memberikan rasa aman dan kepastian hukum kepada pencipta dan ciptaannya. Ketentuan dan perlindungan secara hukum yang dibuat
43 Maria Sumardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi Dan Implementasi, Kompas, Jakarta, 2006, hal.6-7 44 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana Pranada Media Goup,2008, hal.158. 45 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Penghantar, Yogyakarta: Liberty, 1988, hal. 136
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 22
ada dalam hukum nasional maupun internasional. Selain itu, perlindungan tersebut bukan hanya bersifat keperdataan namun masuk ke dalam ranah pidana.
Hukum memiliki tujuan untuk menciptakan keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.46 Oleh karena itu, hukum sebagai sebuah instrumen dalam menjamin hak- hak masyarakat memiliki berbagai implementasi dalam melindungi hak-hak tersebut salah satunya menggunakan instrumen undang-undang atau peraturan tertulis.
Dengan adanya aturan tersebut akan memberikan landasan pada pihak- pihak yang terkait untuk menegakkan apa yang dicita-citakan oleh hukum.
Penegakan hukum dalam permasalahan Hak Cipta biasanya dilakukan oleh orang yang merasa dirugikan yang pada umumnya adalah pemegang hak cipta, namun penerapan sanksi pidana di dalam permasalahan tersebut dapat dilakukan dalam beberapa kasus yang serius dan dibenarkan secara hukum untuk mengadili dalam instrument hukum pidana. Bahkan penjatuhan pidana penjara dapat dilakukan jika terbukti memenuhi unsur-unsur dalam hukum pidana.
Kejahatan dan penyalahgunaan hak cipta atas perangkat lunak komputer merupakan salah satu bentuk dari kejahatan mayantara atau biasa disebut
Cybercrime. Hal tersebut dikarenakan objek dari kejahatan tersebut berada pada lingkungan elektronik. Kejahatan mayantara bukan hanya sekedar kejahatan yang terjadi dalam dunia maya tetapi juga kejahatan yang melibatkan unsur-unsur elektronik di dalamnya. Di dalam perlindungan secara internasional, telah
46Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial Prudence) (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 213
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 23
dituangkan beberapa konvensi dan kongres terhadap kejahatan di dalam penggunaan hak cipta atas perangkat lunak komputer.
Di dalam Kongres PBB VIII/ 1990 mengenai computer related crimes menuangkan beberapa ketentuan mengenai penanggulangan kejahatan mayantara melalui kebijakan penal dan non penal yang salah satunya adalah mengembangkan pengamanan/perlindungan komputer sebagai tindakan pencegahan (techno-prevention).47 Selain itu, pada Kongres PBB X/2000 dilaksanakan pembahasan khusus mengenai penanggulangan Pidana Mayantara.48
Selain kongres PPB, perangkat lunak sebagai sebuah Kekayaan Intelektual dibahas dalam part III Article 42 sampai dengan Article 61 TRIPS mengenai penegakan hukum di bidang HKI.
Di dalam perlindungan hukum di Indonesia terdapat beberapa ketentuan di dalam peraturan perundang-undangan terkait perlindungan hukum terhadap Hak
Cipta atas Perangkat Lunak Komputer antara lain Undang-undang Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta dan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Selain itu terdapat beberapa ketentuan umum yang dapat dikaitkan dengan kejahatan terhadapa hak cipta atas perangkat lunak komputer yang diterapkan secara kondisional. Kejahatan terhadap hak cipta atas perangkat lunak komputer merupakan sebuah tindak pidana yang tergolong baru. Penanganan dan penegakan hukum atas kejahatan tersebut perlu mendapatkan perhatian serius. Selain dampak kejahatan ini dari segi ekonomi, juga berdampak pada proses penegakan hukum kejahatan lain ke depannya.
47 Barda Nawawi Arief, Tindak Pidana Mayantara (Jakarta: Jaya Grafindo, 2006), Hal. 4. 48 Lihat Dokumen Kongres PBB X, A/CONF.187/L.10, tanggal 16 April 2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 24
Karena tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan kejahatan yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi akan terus berkembang dan menjadi semakin kompleks. Salah satu peran penting hukum pidana terhadap masalah bersifat modern adalah pengaruhnya terhadap hukum yang dicita-citakan.49
Hal tersebut memberikan kontribusi terhadap pembaruan dan pembinaan hukum yang nantinya akan menyesuaikan diri dengan kondisi dan tuntutan zaman dan pembangunan pada masa kini dan masa datang atau sering disebut dengan istilah ius constituendum.50 Adapun kasus terkait dengan pelanggaran terhadap hak cipta atas perangkat lunak komputer yang hendak penulis teliti adalah kasus hak cipta atas adanya metode jailbreak pada aplikasi iOS berbayar dari Apple.
Metode jailbreak belum terlalu dikenal oleh masyarakat di Indonesia, sehingga masyarakat pengguna iDevice tidak mengetahui apakah metode jailbreak ilegal atau legal untuk dilakukan. Tidak ada kepastian hak dan kewajiban bagi pelaku yang melakukan metode jailbreak karena belum adanya kepastian hukum yang jelas mengatur tentang metode jalibreak secara konkrit seperti pengaturan pembajakan software. Kepastian hak dan kewajiban tidak hanya bagi pelaku yang melakukan metode jailbreak tetapi terutama ditujukan bagi pembuat program aplikasi iOS berbayar, dimana hak moral dan terutama hak ekonominya telah dirampas oleh pelaku jailbreak.
Kepastian hukum itu ada untuk memberikan keamanan hukum dan membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh dan perbuatan apa yang tidak boleh dilakukan. Dalam hal ini pengaturan tentang jailbreak hanya diatur
49 Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana (Bandung: Penerbit Alumni, 1986), Hal. 93 50Abdullah Marlang, Irwansyah, Kaisaruddin Kamaruddin, Pengantar Hukum Indonesia Cet. 2 (Makassar: AS Publishing, 2011), Hal. 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 25
secara implisit dalam pengaturan tentang sarana kontrol teknologi pada Pasal 52
Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yaitu “Setiap orang dilarang merusak, memusnahkan, menghilangkan, atau membuat tidak berfungsi sarana kontrol teknologi yang digunakan sebagai pelindung ciptaan atau produk hak terkait serta pengaman hak cipta atau hak terkait,kecuali untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara, serta sebab lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, atau diperjanjikan lain”51 Sarana kontrol teknologi dalam penjelasan Undang -Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta adalah instrumen teknologi dalam bentuk antara lain kode rahasia, password, bar code, serial number, teknologi dekripsi (decryption), dan enkripsi
(encryption) yang digunakan untuk melindungi ciptaan.52
Perlu kehati-hatian dalam menafsirkan Pasal 52 UUHC, terutama apabila ada kasus tentang Jailbreak, dikarenakan pasal tersebut memiliki makna yang luas dan Hakim dituntut untuk melakukan Penemuan Hukum serta perlu peraturan khusus mengenai Kejahatan dalam penghilangan Sarana Kontrol Teknologi lebih mendetail, jelas dan tidak multi tafsir, terutama tentang Jailbreak. Pasal 52
Undang-Undang no 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta melarang adanya penghilangan Sarana Kontrol Teknologi, namun pasal tersebut tidak memiliki ketentuan pidana bagi pelanggar yang melakukan Jailbreak tanpa tujuan atas dasar Penggunaan Secara Komersial. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kekosongan hukum yang membuat beberapa pihak ragu karena hal tersebut dilarang tetapi tidak ada ketentuan pidananya.
51Tim Visi Yustisia, Panduan Resmi Hak Cipta, (Jakarta:Transmedia Pustaka, 2015), hal.15. 52Penjelasan Pasal 52 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 26
Teori kedua yang dipakai dalam penulisan tesis ini adalah teori perlindungan hukum. Teori perlindungan hukum menjadi salah satu dasar dari teori hukum penulisan tesis ini dikarenakan belum adanya kepastian hukum atas metode jailbreak, dimana kepastian hukum sangat diperlukan bagi keamanan dan perlindungan individu atas adanya metode jailbreak.
Perlindungan Hukum artinya adalah suatu perlindungan yang diberikan oleh perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik melalui hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis yang diberikan terhadap subjek hukum dengan tujuan memberikan suatu rasa aman, damai, tertib dan pasti dalam kehidupan sehari-hari subjek hukum.53
Menurut Phillipus M. Hadjon bahwa perlindungan hukum bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan represif.54 Perlindungan hukum preventif merupakan sebuah bentuk perlindungan yang mengarah pada tindakan yang bersifat pencegahan sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan dalam melakukan suatu kewajiban. Sedangkan perlindungan hukum represif adalah perlindungan akhir seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan pelanggaran. 55 Perlindungan hukum
53Otje Salman, Teori Hukum (Suatu Pencarian/Penelahaan), (Jakarta:Grenada Media, 2007), hal.19. 54Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987), hal.2. 55Muchsin, Perlindungan Dan Kepastian Hukum Bagi Investor Di Indonesia, (Surakarta;Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2003), hal.20.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 27
merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi primer hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.
Doktrin yang hidup dalam masyarakat menyatakan bahwa hak kekayaan intelektual adalah harta kekayaan tidak berwujud yang bersumber dari intelektualitas seseorang. Setiap orang berkewajiban untuk menghormati hak milik orang lain. Orang lain yang tidak berhak dilarang untuk menggunakan harta kekayaan tersebut tanpa adanya persetujuan dari pemiliknya atau ada pengecualian berdasarkan kebiasaan yang berlaku. Berdasarkan doktrin tersebut, maka hukum nasional menyerap doktrin tersebut agar bisa berlaku efektif dengan menuangkannya dalam peraturan perundang-undangan (rule of law).
Adanya peraturan perundangan-undangan itu merupakan langkah perlindungan preventif, yaitu sebagai upaya mencegah perilaku melanggar dari masyarakat. Sedangkan jika ternyata dalam prakteknya terjadi pelanggaran, maka akan ada mekanisme hukum untuk menyelesaikan, kemudian itu disebut perlindungan secara represif.
Robert M Sherwood, mengemukakan tiga dasar teori mengapa suatu HKI perlu dilindungi, yaitu reward theory, recovery theory, dan incentive theory.
Reward theory atau teori penghargaan, menyatakan bahwa sebuah perlindungan diberikan kepada kretor adalah sebagai sebuah bentuk penghargaan atas jerih payahnya dalam menghasilkan sebuah karya. Teori ini berdasar pada asumsi bahwa kreator telah banyak mengeluarkan tenaga, pikiran, bahkan biaya untuk hasil yang telah dia capai. Sedangkan recovery theory, dikemukan berdasarkan asumsi bahwa selain penghargaan, seorang kreator sangat layak atas banyak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 28
kerugian yang selama ini dia korbankan. Kemudian incentive theory mengedepankan aspek keberlanjutan dari sebuah kerasi. Diharapkan dari adanya insentif atas suatu karya maka akan ada pengembangan lanjutan dari berbagai penemuan dalam bidang yang lain.
Upaya perlindungan yang dilakukan dalam rangka melindungi HKI adalah dengan melalui mekanisme yang diatur dalam undang-undang. Upaya perlindungan hukum atas suatu objek HKI bisa dilakukan melalui model konstitutif maupun deklaratif. Hal tersebut sesuai dengan aturan yang ada. Seperti hak cipta tidak perlu didaftarkan karena sistem perlindungnya dengan sitem deklaratif. Selain itu upaya perlindungan juga tampak dari jangka waktu perlindungan yang diberikan. Kemudian juga upaya hukum jika terjadi pelanggaran HKI. Segala upaya tersebut dapat dirangkum dalam dua upaya perlindungan hukum, yaitu preventif dan represif. Perventif dengan melalui aturan perundang- perundang-undangan, dan represif melalui upaya penegakan hukum jika terjadi pelanggaran.
Dalam kaitannya dengan penelitian tesis ini yang meneliti mengenai
Perlindungan Hak Cipta Atas Adanya Metode Jailbreak Pada Aplikasi iOS
Berbayar Dari Apple tentunya tidak terlepas dari unsur perlindungan hukum, baik bagi pencipta, konsumen pemakai bahkan bagi distributor resmi atau non resmi
Apple iDevice . Hal yang dipertimbangkan cukup relevan dengan penelitian dalam tesis ini dikarenakan tindakan jailbreak belum memiliki dasar peraturan hukum yang jelas dan harus mendapatkan perlindungan hukum baik secara preventif dan represi dan apakah perbuatan jailbreak legal atau ilegal di
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 29
Indonesia dan untuk perlindungan hukum terhadap pencipta atau programmer software smartphone yang softwarenya dimodifikasi , dicuri atau dimiliki dengan cara jailbreak smartphone tersebut.
2. Konsepsi
Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan operational definition.56 Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai. Oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, yaitu: a. Hak cipta adalah Menurut UU Hak Cipta, hak cipta merupakan hak eksklusif
pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah
suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. b. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran,
imajinasi, kecekatan, ketrampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam
bentuk yang khas dan bersifat pribadi.57
56Sutan Remi Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia, (Jakarta:Institute Bankir Indonesia, 1993), hal.10. 57 Republik Indonesia, Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014., Pasal 1 Angka (2).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 30
c. Ciptaan adalah setiap hasil karya pencipta yang menunjukkan keasliannya
dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.58 d. Jailbreak adalah modifikasi terhadap sistem operasi untuk mengangkat
pembatasan-pembatasan yang telah dibangun oleh Apple sehingga
memberikan pengguna kontrol yang lebih besar terhadap perangkatnya
termasuk mengunduh aplikasi atau konten melalui mekanisme selain
Application Store (App Store) secara ilegal.59 e. Hak ekonomi adalah keuntungan sejumlah uang yang diperoleh karena
penggunan sendiri HKI bagi pencipta untuk memanfaatkan ciptaannya atau
karena penggunan pihak lain berdasarkan lisensi.60 f. Hak moral terkait dengan hubungan pribadi dan intelektual dari pencipta bagi
ciptaannya, yaitu sesuai dengan Pasal 21 dan Pasal 22 Undang-Undang Hak
Cipta. g. Sarana Kontrol Teknologi (technology protection measure) adalah instrumen
teknologi setiap teknologi, perangkat, atau komponen yang dirancang untuk
mencegah atau membatasi tindakan yang tidak diizinkan oleh Pencipta,
Pemegang Hak Cipta, pemilik Hak Terkait, dan/atau yang dilarang oleh
peraturan perundang-undangan dalam bentuk, antara lain kode rahasia,
password, bar code, serial number, teknologi deskripsi dan enkripsi yang
digunakan untuk melindungi pencipta.61 h. Program Komputer adalah sekumpulan instruksi yang diwujudakan dalam
bentuk bahasa, kode, skema, ataupun bentuk lain, yang apabila digabungkan
58 Republik Indonesia, Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014., Pasal 1 Angka (3). 59Josua Sitompul, Apakah Jailbreaking iPhone Melanggar Hukum?, http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52f67de2d1933/apakah-jailbreaking-iphone- melanggar-hukum?, diakses terakhir tanggal 29 September 2015. 60Muhammad Abdulkadir, Kajian Hukum Ekonomi dan Hak Kekayaan Atas Intelektual, (Bandung:Citra Aditya Bakti, 2001), hal 19. 61 Republik Indonesia, Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014, Pasal 52.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 31
dengan media yang dapat diaca dengan komputer akan mempu membuat
komputer bekerja untuk melakukan fungsi-fungsi khusus atau mencapai hasil
yang khusus, termasuk persiapan dalam merancang instruksi-instruksi
tersebut.62 i. Lisensi adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau
Pemilik Hak Terkait kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi atas
Ciptaannya atau produk Hak Terkait dengan syarat tertentu.63 j. Sistem Operasi atau Operating System merupakan perangkat lunak yang
berfungsi sebagai penengah antara perangkat keras dan perangkat lunak yang
sudah ditulis oleh pemakai komputer. Sistem Operasi ditulis untuk
mengendalikan dan mengkoordinasikan kegiatan sistem komputer serta
dirancang untuk menyederhanakan proses operasi dari suatu program aplikasi
yang dibuat pemakai program komputer.64 k. iOS merupakan sistem operasi yang dikembangkan oleh Apple yang
digunakan untuk menjalankan perangkat portable populer seperti iPhone, iPad,
dan iPod Touch.65 l. iOS Device adalah istilah yang digunakan untuk menyebut perangkat portable
buatan Apple yang menjalankan sistem operasi iOS. Jajaran produk iOS
Device terdiri dari iPhone, iPad, dan iPod Touch.66
62 Republik Indonesia, Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014., Pasal 1 Angka (9). 63 Republik Indonesia, Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014., Pasal 1 Angka (20). 64 Edmond Makarim, Pengantar Hukum Telematika: Suatu Kompilasi Kajian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hal 85. 65 Daniel Nations, “What is iOS,” http://Ipad.about.com/od/iPad-Glossary/g/What- IsiOS.htm , diakses terakhir pada tanggal 15 Agustus 2017.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 32
m. Apple merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut Apple Inc. Apple
Inc. atau sebelumnya dikenal dengan Apple Computer Inc., yaitu perusahaan
Amerika yang memproduksi komputer personal, perlengkapan komputer,
perangkat lunak, serta produk-produk elektronik lain seperti pemutar musik
portable, telepon seluler, dan komputer tablet.67 n. Aplikasi Mobile atau di dalam tesis ini disebut dengan Aplikasi, merupakan
program komputer yang dapat berjalan di dalam suatu perangkat portable
seperti telepon seluler maupun pemutar musik portable yang memungkinkan
perangkat tersebut untuk menjalankan suatu fungsi tertentu. 68
G. Metode Penelitian
Metodologi penelitian merupakan penelitian yang menyajikan bagaimana cara atau prosedur, maupun langkah-langkah yang harus diambil dalam suatu penelitian secara sistematis dan logis sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.69
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum dengan metode pendekatan yuridis normatif, yang disebabkan karena penelitian ini merupakan penelitian hukum doktriner yang disebut juga penelitian hukum kepustakaan atau studi dokumen yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan
66Cory Janssen, “iOS Device,” http://www.technopedia.com/definition/27166/iOS Device , diakses terakhir pada tanggal 15 Agustus 2017. 67 Steven Levy, “Apple Inc.http://www.britannica.com/Ebchecked/topic/30632/AppleInc , diakses terakhir pada tanggal 15 Agustus 2017. 68Melissa Harkins,Defining Mobile Application, http://www.ehow.com/facts_6001849_define-mobile-application.html , diakses terakhir pada tanggal 15 Agustus 2017. 69Sutrisni Hadi, Metodologi Riset Nasional, (Magelang: Alumni, 1987), hal.8.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 33
yang tertulis atau badan hukum lain.70 Penelitian hukum yuridis normatif adalah penelitian hukum yang menggunakan sumber data sekunder atau data yang diperoleh melalui bahan-bahan pustaka dengan meneliti sumber-sumber bacaan yang relevan dengan tema penelitian, meliputi penelitian terhadap azas-azas hukum, sumber-sumber hukum, teori hukum, buku-buku, peraturan perundangan yang bersifat teoritis ilmiah serta dapat menganalisa permasalahan yang dibahas.71
Penelitian hukum normatif dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in the books) atau hukum yang dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.72 Penelitian hukum normatif dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan peraturan perundangan. Peraturan tersebut dikumpulkan dengan cara mengoleksi publikasi-publikasi dan dokumen-dokumen ang mengandung peraturan-peraturan hukum positif. Setelah bahan-bahan tersebut terkumpul, kemudian diklasifkasi secara sistematis untuk melakukan inventaris data sebagai bahan kepustakaan saat melakukan penelitian serta mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundangan di Indonesia.73
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, bersifat deskriptif analisis maksudnya dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahn yang akan diteliti. Analisis dimaksudkan
70Bambang Waluyo, Metode Penelitian Hukum, (Semarang:Ghalia Indonesia, 1996), hal.13. 71Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta:Rajawali Pers, 2010), hal. 13-14. 72Muslin Abdurrahman, Sosiologi Dan Metode Penelitian Hukum, (Malang:UMM Press, 2009), hal.127. 73Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta:Rajawali Press, 2011), hal.81-82.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 34
berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh akan dilakukan analisis secara cermat untuk menjawab permasalahannya.74 Deskriptif maksudnya untuk mengetahui dan memperoleh gambaran secara menyeluruh dan sistematis tentang peraturan yang dipergunakan berkaitan dengan hak cipta. Analisis maksudnya adalah mengungkapkan karateristik objek dengan cara menguraikan dan menafsirkan fakta-fakta tentang konvensi bahsa dan pokok persoalan yang diteliti.75
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan perundang-undangan
(statue approach) yang dilakukan dengan mencari dan menelaah semua peraturan perundang-undangan dan regulasi yang bersangkutan dengan isu hukum yang sedang ditangani. Oleh karena itu, untuk memecahkan suatu isu hukum harus menulusuri berbagai produk peraturan perundang-undangan.76
2. Sumber Data Penelitian
Pengumpulan data mempunyai hubungan erat dengan sumber data, karena dengan pengumpulan data akan diperoleh data yang diperlukan untuk selanjutnya di analisis sesuai kehendak yang diharapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data kepustakaan atau library research.77 Penelitian kepustakaan atau library research yaitu menghimpun data dengan melakukan penelahaan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.78
74Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20, (Bandung:Alumni, 2006), hal.101. 75Johni Ibrahim, Teori Dan Metodologi Penelitian Hukum Normative, (Malang:Bayu Media Publishing, 2005), hal.336. 76Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta:Kencana Pranada Media Group, 2010), hal.93. 77Bambang Sunggono, Op.Cit., hal.10-11. 78Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op.Cit., hal. 38-39.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 35
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang berhubungan dan mengikat, seperti literatur dari para ahli hukum dan peraturan perundang- undangan, yakni:
1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945
2) Peraturan perundang-undangan terkait, yakni:
a) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
b) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder terutama adalah buku-buku teks karena buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan pandangan-pandangan klasik para sarjana yang mempunyai klasifikasi tinggi.79 Bahan hukum sekunder yaitu semua publikasi tentang hukum yang merupakan dokumen- dokumen resmi yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer sebagaimana yang terdapat dalam kumpulan pustaka yang bersifat sebagai penunjang dari bahan hukum primer, yang terdiri dari buku-buku, hasil-hasil penelitian hukum dan hasil karya ilmiah dari kalangan hukum mengenai HKI dan teknologi informasi. c. Bahan hukum tersier
79Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit., hal.141.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 36
Bahan hukum tersier merupakan bahan pendukung maupun penjelasan
tambahan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang terdapat dalam
penelitian diluar bidang hukum seperti kamus, ensiklopedia atau majalah yang
berkaitan dengan objek penelitian.80
3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode penelitian kepustakaan (library research). Studi kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder (bahan hukum primer, sekunder dan tersier), melalui pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, literature-literatur, tulisan-tulisan para pakar hukum, bahan kuliah yang berkaitan dengan penelitian ini.81
Pengumpulan data mana yang akan dipergunakan didalam suatu penelitian hukum, senantiasa tergantung pada ruang lingkup dan tujuan penelitian yang dilakukan yaitu untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah dengan studi dokumen (documentary study) yaitu dengan melakukan inventarisasi dan sistematisasi literature yang berkaitan dengan
Perlindungan Hak Cipta Atas Adanya Metode Jailbreak Pada Aplikasi iOS
Berbayar Dari Apple.
4. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam studi kepustakaan atas bahan hukum akan diuraikan dan dihubungkan sedemikian rupa sehingga dapat disajikan dalam penulisan yang lebih sistematis guna mencapai target yang diinginkan berupa
80Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op.Cit., hal. 55. 81Riduan, Metode & Teknik Menyusun Tesis, (Bandung:Bina Cipta, 2004), hal.97.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 37
jawaban atas permasalahan Perlindungan Hak Cipta Atas Adanya Metode
Jailbreak Pada Aplikasi iOS Berbayar Dari Apple. Analisis data merupakan tahap paling penting dalam suatu penelitian karena data yang sudah diperoleh akan diproses dan dimanfaatkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dan jawaban dari permasalahan yang akan menjadi hasil akhir dari suatu penelitian.
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan menguraikan data kedalam pola, kategori, dan suatu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan data.82 Analisis data yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah analisis data kualitatif.83 Proses analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan menelaah seluruh data, yang bertujuan untuk mencari dan memahami esensi makna di balik teori, bukan untuk menguji atau membuktikan teori yang ada. Selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode berpikir deduktif, yaitu cara berpikir yang dimulai dari hal- hal yang umum untuk selanjutnya menarik hal-hal yang khusus, sehingga diperoleh gambaran secara menyeluruh tentang gejala dan fakta yang terdapat dalam masalah pelanggaran hak cipta terhadap metode jailbreak pada perangkat smartphone.
82Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1993), hal.103. 83Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:Rake Sarasin, 2000), hal.139 .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 38
BAB II
APLIKASI IOS BERBAYAR DARI APPLE SEBAGAI KARYA CIPTA
A. Dasar-Dasar Hak Cipta
1. Pengertian Hak Cipta
Kreatifitas dan inovasi teknologi sebagaimana peningkatan ekonomi sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan masyarakat dan pengembangan industri.
Melalui kreasi dan inovasi teknologi mendatangkan kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi bagi kehidupan masyarakat. Sebagai contoh dalam rangka pengembangan teknologi di bidang piranti lunak (software) atau teknologi informasi, diperlukan biaya, waktu dan tenaga kerja yang membutuhkan keahlian tertentu. Di sisi lain, kegiatan menggandakan/mengkopi, menggunakan atau memalsukan kreatifitas dan inovasi yang telah dikembangkan oleh orang lain merupakan sesuatu yang mudah
Bagi mereka yang telah mengembangkan inovasi atas teknologi baru dengan menghabiskan banyak waktu dan biaya, apabila penggunaan teknologi oleh orang lain yang tanpa hak, menyebabkan menurunnya bahkan hilangnya dorongan untuk mengembangkan kreatifitas dan pengembangan industri. Dari sudut pandang tersebut, dikembangkan suatu kaedah hukum yang dapat mendorong penelitian dan pengembangan dengan memberikan perlindungan bagi teknologi baru yang tercipta selama waktu tertentu dengan memberikan hak eksklusif bagi para pengembang seperti Hak Kekayaan Intelektual, khususnya
Hak Cipta.84 Hak cipta adalah bagian dari sekumpulan hak yang dinamakan Hak
Kekayaan Intelektual, yang meliputi suatu bidang hukum yang membidangi hak-
84 Ibid
38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 39
hak yuridis dari karya-karya atau ciptaan-ciptaan hasil olah pikir manusia bertautan dengan kepentingan-kepentingan yang bersifat ekonomi dan moral.85
Di bidang hak cipta, diperlukan campur tangan negara dengan tujuan untuk menyeimbangkan antara kepentingan pencipta dengan kepentingan masyarakat dan juga kepentingan negara itu sendiri. Seperti diketahui bahwa pencipta mempunyai hak untuk mengontrol masyarakat dalam mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, dilain pihak masyarakat dapat menggunakan ciptaan resmi dan menghindari peredaran barang bajakan, sedangkan negara berkepentingan untuk menjaga kelancaraan dan keamanan masyarakat di bidang ciptaan.86
Indonesia sejak tahun 1982 telah mempunyai Undang-Undang Hak Cipta yang bersifat nasional dan sekarang telah disesuaikan dengan ketentuan TRIPS
(Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights) karena Indonesia ikut menandatangani Putaran Uruguay dalam rangka pembentukan World Trade
Organization (WTO) dan telah pula meratifikasi Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1994 tentang pengesahaan Agreement Establishing The World Trade
Organization. Setelah mengalami beberapa kali perubahan, sekarang peraturan dibidang Hak Cipta adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta.87 Prinsip yang membedakan perlindungan hak cipta dengan perlindungan
HKI lainnya adalah bahwa hak cipta melindungi karya sastra (literary works) dan karya seni (artistic works) dengan segala bentuk perkembangannya di dunia ini.88
85 Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, (Alumni:Bandung, 2003), Hal.8. 86 Gatot supramono, Hak Cipta anAspek-Aspek Hukumnya, (Rineka Cipta:Jakarta, 2010), Hal.3. 87 Ibid. 88 Suyud Margono, Op.Cit., Hal.20.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 40
Frase hak cipta berasal dari terminologi asing yaitu copyrights dalam bahasa Inggris atau auteurrecht dalam bahasa Belanda. 89 Terminologi hak cipta dalam Kepustakaan Hukum di Indonesia pertama kali diusulkan oleh Prof. St.
Moh. Syah, S.H. pada Kongres Kebudayaan Indonesia kedua, Oktober 1951 di
Bandung.90 Penggunaan istilah hak pengarang dipersoalkan karena dipandang menyempitkan pengertian hak cipta. Jika istilah yang dipakai adalah hak pengarang, seolah-olah yang diatur hanyalah hak-hak dari pengarangnya saja dan hanya bersangkut-paut dengan karang-mengarang saja, sedangkan cakupan hak cipta jauh lebih luas dari hak-hak pengarang. Karena itu kongres memutuskan untuk mengganti istilah hak pengarang dengan istialh hak cipta. Istilah ini merupakan istilah yang diperkenalkan oleh Prof. St. Moh. Syah, S.H dalam suatu makalah sewaktu terjadi kongres. Menurutnya, terjemahan auteurrecht adalah hak pencipta, tetapi untuk penyederhanaan dan kepraktisan disingkat menjadi hak pencipta.91
Dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Hak Cipta No.28 Tahun 2014 disebutkan bahwa hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.92 Menurut Auteurswet 1912 dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa hak cipta adalah hak tunggal dari pencipta atau hak dari yang mendapat hak tersebut, atas hasil ciptannya dalam lapangan kesusasteraan, pengetahuan dan
89 OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2015), Hal. 193 90 Ibid, Hal.198. 91 Eddy Damian, Hukum Hak Cpta, (Bandung:Alumni, 2009), Hal.119 92 Republik Indonesia, Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 41
kesenian untuk mengumumkan dan memperbanyak dengan mengingat pembatasan-pembatasan yang ditemukan oleh undang-undang.
Menurut Universal Copyright Convention, dalam Pasal V Universal
Copyright Convention, menyebutkan bahwa hak cipta meliputi hak tunggal si pencipta untuk membuat, menerbitkan dan memberi kuasa untuk membuat terjemahan dari karya yang dilindungi perjanjian ini. Menurut Patricia Loughlan, hak cipta merupakan bentuk kepemilikan yang memberikan pemegangnya hak eksklusif untuk mengawasi penggunaan dan memanfaatkan suatu kreasi intelektual, sebagaimana kreasi yang dietapkan dalam kategori hak cipta, yaitu kesusasteraan, drama, musik dan pekerjaan seni serta rekaman suara, film, radio dan siaran televisi, serta karya tulis yang diperbanyak (penerbitan).93 Dari keempat pengertian hak cipta yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa ketiganya memberikan pengertian yang sama, yakni hak cipta yang merupakan hak khusus atau hak eksklusif yang dimiliki oleh pencipta94
2. Tujuan Perlindungan Hak Cipta
Suatu ciptaan merupakan hasil karya pencipta yang berhak untuk dilindungi sebagai hak miliknya. Hak cipta diberi untuk memberi peranan dalam memotivasi kegairahan dan kesinambungan mencipta pada khususnya dan juga memberi iklim yang kondusif demi perkembangan kebudayaan manusia pada umumnya.95 Pada prinsipnya, hak cipta adalah untuk memajukan moral perdagangan dari anggota masyarakat agar selalu menghormati hak milik orang
93Patricia Loughlan, Intellectual Property:Creative and Marketing Rights, (Australia:LBC Information Service,Australia, 1998), Hal.3. 94 OK. Saidin, Op.Cit.,Hal.199-200. 95 Munawar Syamsudin, Hak Cipta di Indonesia, (Surakarta:Hak Suara, 1979), Hal.13-14.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 42
lain. Undang-Undang Hak Cipta (untuk selanjutnya disebut sebagai UUHC) pada konsiderannya menyebutkan bahwasannya tujuan dibuatnya UUHC adalah sebagai berikut:
a. Untuk mendorong dan melindungi penciptaan, penyebarluasaan hasil
kebudayaan di bidang karya ilmu, seni dan sastra.
b. Memberi perlindungan hukum terhadap hak cipta sebagai upaya untuk
mewujudkan iklim yang lebih baik bagi tumbuh dan berkembangnya
gairah mencipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra.
c. Untuk mengatasi dan menghentikan pelanggaran hak cipta. 96
Tujuan perlindungan hak cipta dalam UUHC antara lain dapat dilihat dari teori-teori yang berkaitan dengan gagasan perlindungan HKI sebagai berikut:
a. Promote technological development, innovation and cerativity
Tujuan ini didasarkan pada reward theory yang secara singkat dapat
dikemukakan apabila seseorang yang kreatif diberikan imbalan
ekonomis, maka diharapkan akan terjadi peningkatan perkembangan
teknologi secara keseluruhan akan berjalan ke arah yang lebih baik.
Hal tersebut diatur dalam Pasal 7 TRIPS.
b. The need for transfer of technology
Tujuan ini hendak dicapai dengan asumsi bahwa apabila teknologi
diterpakan melalui lisensi, maka akan terjadi proses alih teknologi
kepada pemegang lisensi. Hal ini ditegaskan pula dalam Pasal 7
TRIPS.
96 Belinda Rosalina, Perlindungan Karya Arsitektur Berdasarkan Hak Cipta Cet.1, (Bandung:Alumni, 2010), Hal.108.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 43
c. Protection of individual property rights
Bahwa perlindungan diberikan melalui pemberian hak kepada
pemiliknya untuk memonopoli pemanfaatan HKI yang bersangkutan.97
Berdasarkan UUHC sebenarnya suatu informasi sebagai suatu hasil kreasi intelektual, baik aspek substansi maupun format fisiknya adalah suatu ciptaan yang harus dilindungi (protected works) baik hak moral maupun hak ekonomisnya. Namun, pada sisi lain juga terdapat hak publik untuk mengkases ilmu pengetahuan dan meningkatkan peradaban. Jadi pada suatu sisi, setiap intelektual dapat memperoleh hak eksklusif terhadap karya intelektualnya, namun pada sisi lain hal tersebut juga tidak absolut karena tetap dibatasi dengan adanya kepentingan publik, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk di dalamnya dari tindakan penyalahgunaan HKI.98
Walaupun hak cipta merupakan hak eksklusif yang memberi arti bahwa selain pencipta, orang lain tidak berhak atasnya selain dengan izin Pencipta, dalam hal penggunaanya tetap harus diperhatikan terlebih dahulu apakah bertentangan atau tidak merugikan kepentingan umum. Di sisi lain sudah jelas sekali bahwa hak individu itu sangat di hormati, tetapi dengan adanya pembatasan, sesungguhnya dalam penggunaanya tetap didasarkan atas kepentingan umum, oleh karena itu, Indonesia tidak menganut paham individualitis dalam arti sebenarnya.99
3. Hak Ekonomi dan Hak Moral
97 Agus Sardjono, Membumikan HKI Cet.1, (Bandung:CV.Aulia Insani, 2009), Hal.32-34 98 Edmon Makarim, Tanggung Jawab Hukum Penyelenggara Sistem Elektronik, ed.1, (Jakarta:Rajawali Pers, 2010), Hal.287-288. 99 Ibid, Hal.109.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 44
Dari segi muatan, hak cipta mengandung esensi monopoli atas hak ekonomi dan hak moral. Hak ekonomi berunsur hak untuk mengumumkan dan hak untuk memperbanyak. Keduanya memberi Pencipta kewenangan untuk mengeksploitasi dan mengawasi penggunaan ciptaannya. Hak moral juga memberi Pencipta hak untuk menjaga dan mengawasi eksploitasi ciptaannya terutama dari dimensi moralnya. Misalnya, Hak untuk meminta mencantumkan namanya dalam ciptaan. Berdasarkan hak moral itulah Pencipta dapat melarang orang lain mengubah atau mengurangi ataupun memperlakukam ciptaanya secara tidak pantas berdasarkan nilai-nilai dan kaidah right of integrity.100
Hak untuk mengeksploitasi suatu ciptaan (hak ekonomi) seperti halnya hak moral, pada awalnya ada pada pencipta. Namun jika pencipta tidak akan mengeksploitasinya sendiri, pencipta dapat mengalihkannya kepada pihak lain yang kemudian menjadi pemegang hak.101 Ada dua cara pengalihan hak ekonomi yang dikenal dalam praktek. Cara pertama adalah pengalihan hak ekonomi dari
Pencipta kepada pemegang hak cipta dengan memberikan izin atau lisensi berdasarkan suatu perjanjian yang mencantumkan hak-hak pemegang ahk cipta dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu dalam kerangka eksploitasi ciptaan yang hak ciptanya tetap dimiliki oleh Pencipta.
Untuk pengalihan hak eksploitasi ini Pencipta memperoleh suatu jumlah uang tertentu sebagi imbalannya.102
100 Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2011), Hal.13. 101 Eddy damian, Hukum Hak Cipta, Hal.118-119. 102 Ibid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 45
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam UUHC merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.103 Hak eksklusif adalah hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemilik ciptaan atau pemegang hak cipta sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pencipta. Sedangkan yang dimaksud dengan pemegang hak cipta adalah subjek hukum yang oleh Undang-Undang ditunjuk sebagai pihak yang berhak melaksanakan hak eksklusif hak cipta seperti:
a. Pencipta sendiri,
b. Pihak lain yang disebut sebagai pemegang hak cipta yang terjadi
karena peralihan hak cipta dengan cara jual beli, pewarisan, hibah atau
wasiat,
c. Pemegang hak cipta berdasarkan perjanjian lisensi,
d. Pemegang hak cipta berdasarkan Undang-Undang, misalnya karena
hubungan kedinasan atau hubungan kerja,
e. Negara selaku pemegang hak cipta atas ciptaan tak bertuan,
f. Penerbit atau perusahaan rekaman,
g. Pemegang hak cipta berdasarkan suatu putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap. 104
Hak moral dalam terminologi Konvensi Bern menggunakan istilah moral rights, yakni hak yang dilekatkan pada diri pencipta. Dilekatkan, bermakna bahwa hak itu tdiak dapat dihapuskan walaupun hak cipta itu telah berakhir jangka waktu kepemilikannya. Hak moral dibedakan dengan hak ekonomi. Jika hak ekonomi
103 Republik Indonesia, Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 4. 104 Elyta Ras Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia Analisis Teori dan Praktek, Cet.1, (Bandung:Citra Aditya Bakti, 2012), Hal.33-34.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 46
mengandung nilai ekonomis, maka hak moral sama sekali tidak memiliki nilai ekonomi. Kata “moral” menunjukkan hak yang tersembunyi dibalik nilai ekonomis itu. Namun demikian ada kalanya hak moral itu justru mempengaruhi nilai ekonomis.105
UUHC menyebutkan bahwa hak moral itu merupakan hak yang melekat secara pribadi pada diri pencipta. Hak yang dilekatkan itu meliputi hak untuk:
a. Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan
sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum,
b. Menggunakan nama aliasnya atau samarannya,
c. Mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat,
d. Mengubah judul dan anak judul Ciptaan, dan
e. Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi
Ciptaan, modifikasi Ciptaan atau hal yang bersifat merugikan
kehormatan dri atau reptasinya. 106
B. Dasar-Dasar Program Komputer
1. Pengertian Dan Jenis Program Komputer
Istilah komputer berasal dari bahasa Inggris, computer, yang kata dasarnya adalah to compute yang berarti menghitung.107isitilah komputer yang semula artinya penghitung kemudian berkembang lebih luas seiring perkembangan zaman dan fungsinya. Komputer dalam bahasa Indonesia berarti serangkaian atau mesin elektronik yang dapat bekrja bersama-sama dan dapat melakukan rentetan atau
105 OK. Saidin, Op.Cit., Hal.250. 106 Ibid, Hal.250-251. 107 Henry Campbell, Black‟s Law Dictionary, (Minnesota:West Publishing,1999)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 47
rangkaian pekerjaan secara otomatis melalui instruksi atau program yang diberikan kepadanya.108
Program komputer merupakan sebuah produk yang sangat berharga pada saat ini. Mahalnya harga program komputer disebabkan karena program komputer tersebut merupakan hasil karya intelektual dari seorang/para programmer yang membuat program tersebut, dimana seorang/para programmer itu berhak memperoleh manfaat ekonomi atau nilai ekonomi dari ciptaannya tersebut. Nilai ekonomi atas kekayaan intelektual lahir dari kemampuan penciptanya untuk mengontrol penggunaan kekayaan intelektual tersebut.109 Sedemikian pentingnya program komputer ini hingga penting untuk dicermati memberikan perlindungan hukum bagi program komputer tersebut.
Definisi resmi tentang program komputer tertuang dalam article 4 WIPO copyright treaty, “Model Provisions on the Protection of Computer Software”, sebagai berikut:
“A set of instruction expressed in words, codes, schemes or in any other form, which is capable, when incorporated in a machine readable medium, of causing a “computer” an electronic or similar device having information processing capabilities to perform or achieve a particular task or result.”
Definisi WIPO tentang program komputer ini sangat bersifat teknis dan diadopsi sepenuhnya oleh Undang-Undang Hak Cipta No.28 Tahun 2014 , yaitu:
“Program Komputer adalah seperangkat instruksi yang diekspresikan dalam bentuk bahasa, kode, skema, atau dalam bentuk apapun yang
108 Lembaga Pendidikan Komputer Indonesia-Amerika, Mengenal Dunia Komputer, (Jakarta,1986), Hal.12. 109 Stephen Elias dan Richard Stim, Patent, Copyright & Trademark, 7th Edition, Berkeley:Nolo, 950 Parker street CA, Aprill 2004.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 48
ditujukan agar komputer bekerja melakukan fungsi tertentu atau untuk mencapai hasil tertentu.”
Dalam Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), komputer diartikan sebagai alat untuk memproses data elektronik, magnetik, optik atau sistem yang melaksanakan fungsi logika, aritmatika dan penyimpanan.110
Menurut John J. Borking program komputer adalah in essence, a computer program is a set of instructions in the form of numeric codes, which ar loaded into the computer‟s memory in order to tell the computer in what way a problem has to be solved.111 Selain yang dikemukakan oleh John J. Borking, David I.
Bainbridge juga mendifinisikan program komputer sebagai serangkaian instruksi yang mengendalikan atau mengubah operasi-operasi di komputer.112
Program komputer terdiri dari instruksi-instruksi program untuk memfungsikan mesin dengan mengunakan sumber daya-sumber daya dari mesin.
Program komputer ditulis oleh seorang programmer113 dalam berbagai macam bentu bahasa-bahasa mulai dari berbahasa Inggris hingga yang berbahasa mesin.
Program-program yang ditulis dalam dua bahasa yang berbeda dapat melakukan
110 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 1 angka 14. 111 John J. Borking, Third Party Protection of Software and firmware, first edition, (Amsterdam:Elsevier Science Publishing Company, 1988), Hal.33. 112 Edmon Makarim, Pengatar Ilmu Telematika Suatu Kompilasi Kajian, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2005), Hal.81. 113 Programmer adala orang yang bertugas membuat atau mengimplementasikan sistem yang dirancang kedalam bentuk pemograman komputer. Programmer harus dapat menerjemahkan hasil rancangan analisis sistem kedalam kode-kode program yang tepat. (AKmad Fauzi, Pengatar Teknologi Informasi, (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2008), hal.82.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 49
proses yang sama tepatnya yang secara kasat mata tidak memiliki kemiripan satu sama lain.114
Komputer terdiri atas dua bagian besar yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras dari suatu komputer adalah wujud fisik yang dapat dilihat dan diraba, sementara itu perangkat lunak yang disebut juga sebagai program atau kode adalah perangkat yang memfungsikan atau menjalankan perangkat keras atau mesin komputer tersebut.115
Konsep hardware-software manusia merupakan konsep kesatuan yang tdak bias dipisahkan. Pada tahap pertama, manusia harus memasukkan program terlebih dahulu kedalam komputer. Setelah program tersimpan (terinstallasi) di komputer, komputer baru bisa bekerja. Komputer memerlukan adanya program dan manusia agar bisa berfungsi seutuhnya. Pengertian manusia kemudian dikenal dengan istilah brainware. Brainware adalah orang yang bekerja secara langsung menggunakan komputer tetapi menerima hasil kerja dari komputer yang berbentuk laporan.116
Program komputer atau software merupakan suatu aplikasi yang dibuat dengan menggunakan bahasa pemograman tertentu dan telah terinstall di dalam komputer. Program komputer atau software merupakan contoh perangkat lunak komputer yang menuliskan aksi komputasi yang akan dijalankan oleh komputer.
Komputasi ini biasanya dilaksanakan berdasarkan suatu alogaritma atau urutan
114 Linda L. Holliday, Protecting Computer Software, 32 Loisiana Bar Journal 91, August, 1984, Hal.1. 115 Sutan Remy Sjahdeini, Kejahatan dan Tindak PIdana Komputer, (Jakarta:PT.Pustaka Utama Grafiti, 2009), Hal.30. 116 Edi Noersasongko dan Pulung N, Andono, Mengenal Dunia Komputer, (Jakarta:PT.Elex Media Komputindo, 2010), Hal 1-3.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 50
perintah tertentu. Alogaritma (urutan perinta) merupakan suatu perangkat yang sudah termasuk dalam program komputer atau software tersebut. Tanpa adanya alogaritma suatu program komputer atau software tidak akan berfungsi atau berjalan dengan baik.117
Dengan adanya TRIPS ditetapkan bahwa program komputer dilindungi sebagai literary works seperti yang dimaksud dalam konvensi Bern.118 Yang menjadi objek perlindungan hak cipta dari sebuah program komputer adalah serangkaian kode yang mengisi instruksi. Instruksi-instruksi dan bahasa yang tertulis ini dirancang untuk mengatur micro processor agar dapat melakukan tugas-tugas sederhana yang dikehendaki secara tahap demi tahap untuk menghasilkan hasil yang diinginkan dan di dalam instruksi inilah terlihat ekspresi dari si programmer (pembuat program) atau pencipta.119 Serangkaian kode yang mengisi instruksi tersebutlah yang dikenal sebagai kode sumber dan kode objek.
Program komputer atau software terdiri dari compiler/interpreter, operating system (sistem operasi) dan application software (program aplikasi). compiler/interpreter adalah kamus yang berfungsi untuk menrjemakan bahasa pemograman yang ditulis oleh programmer kedalam bahasa mesin agr komputer bisa bekerja sesuai ketentuan program yang ditulis.120 operating system (sistem operasi) adalah program yang ditulis untuk mengendalikan dan mengkoordinasikan kegiatan sistem komputer. Sistem operasi berfungsi seperti
117 Henny Marlina dan Peggy Sherliana, Perlindungan Hak Cipta Terhadap Program Komputer Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, Lex Jurnalica, Vol.5, No.2, April 2008. 118Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPS, (Bandung:Alumni, 2005), Hal.63. 119 Edmon Makarim, Op.Cit., Hal.288. 120 Ibid, Hal.112-113.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 51
manajer didalam suatu perusahaan, yaitu bertanggung jawab, mengendalikan dan mengkoordinasikan semua operasi kegitan perusahaan secara efisien dan efektif.
Operating system merupakan perangkat lunak yang sifatnya mendasar dan mutlak diperlukan untuk mengoperasikan komputer. Sistem operasi merupakan kumpulan program yang dibuat oleh pabrik komputer dengan memperhatikan bentuk dan cara kerja perangkat kerasnya. Sistem operasi menurut Amrican standard Institute (ANSI) adalah perangkat lunak yang mengontrol pelaksanaan program-program komputer seperti mengatur waktu proses, pengecekan kesalahan, mengontrol input-output, melaksanakan perhitungan, penyimpanan dan pengolahan data serta berbagai bentuk layanan terkait, contohnya Apple iOS,
Windows dan lain sebagainya.121
Application software (program aplikasi) adalah program yang memiliki aktivitas pemrosesan perintah yang diperlukan untuk melaksanakan permintaan pengguna dengan tujuan tertentu. application software (program aplikasi) secara umum berfungsi sebagai perantara antara pengguna dengan perangkat keras
(hardware) untuk melakukan aktifitas dengan perintah yang harus dilakukan dalam komputer untuk memuaskan kebutuhan pengguna122,contohnya adalah microsoft office, facebook, instagram dan lain sebagainya.
2. Kode Sumber dan Objek
Kode sumber dan kode objek adalah objek perlindungan hak cipta program komputer. Sebuah program komputer dibuat dengan menuliskan kode sumber sebagai dasar atau fondasi suatu program komputer. Dalam ilmu
121 Akhmad Fauzi, Op.Cit., Hal.89-90. 122 Ibid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 52
komputer, kode sumber adalah sebuah kmpulan pernyataan atau deklarasi bahasa pemograman komputer yang ditulis dan dapat dibaca oleh manusia.123 Kode sumber adalah kode yang menjadi bahan dasar suatu pemograman komputer yang berisikan deret baris perintah komputer untuk menjalankan program. Setelah kode sumber dieksekusi maka jadilah suatu program komputer. Hasil dari kode sumber adalah program komputer.
Kode sumber diartikan sebagai the computer program code as the programmer originally writes it in programming language being used.124 Menurut
David Bainbridge dalam bukunya Intellectual Property edisi keempat disebutkan bahwa, source code is a program in high level language which must be converted into object code before it can be executed.125 Sedangkan object code menurut
David Bainbridge adalah machine code resulting from compiling a program written in a high level language. Alternatively, it is produced by “assembling” a program writing in a low level language. Object code is directly executable by a computer. Object code is not directly intelligible and must be converted by disassembly before it can be understood by humans. Most computer program are marketed in object code form. It is processed faster and is far less to modify than a source code program.126
Jika kode sumber ini sudah diubah ke kode objek maka program dapat menjalankan perintah yang diinstruksikan oleh program. Komputer dapat bekerja
123 Ika Riswanti Putranti, Lisensi Copyleft dan Perlindungan Open Source Software di Indonesia, (Yogyakarta:Galeri Ilmu, 2010), Hal.12. 124 David Bender, “Protection of Computer Program:The Copyright/Trade Secret Interface”, University Pitsburgh Law Review, 1986, Hal.8. 125 David Bainbridge, Intellectual Property 4th Edition, (London:Financial Times, Pitman Publishing, 1999), Hal.xii. 126 Ibid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 53
apabila komputer mengerjakan seusai dengan intruksi yang diberikan kepadanya.
Instriksi-instruksi yang dibuat oleh programmer menggunakn suatu bahasa pemograman tertentu dan langsung dapat diterjemahkan kedalam bahasa mesin yang dimegrti oleh komputer untuk menyelesaikan suatu aplikasi tertentu dengan suatu program komputer yang dikenal dengan sebutan utilitas software.127
Secara garis besar, kode sumber suatu program komputer merupakan rangkaian kode biner (binary code) yang ditulis dalam bahasa pemograman yang sangat berguna bagi pengguna untuk dapat mempelajari, melakukan perubahan bahkan mendistribusikan kembali sebuah program komputer.128
3. Perjanjian Lisensi Terhadap Program Komputer
Lisensi berasal dari bahasa latin, yaitu licentia, yang artinya secara harafiah, kebebasan, dengan kata lain jika kita memberikan kepada seseorang sebuah lisensi terhadap suatu hak cipta atau merek, maka kita memberikan kebebasan atau izin kepada orang itu untuk menggunakan sesuatu yang sebelumnya dia tidak boleh menggunakannya. Secara singkat lisensi dapat didefnisikan sebagai pemberian hak atas kepemilikan (property) tanpa mengalihkan kepemilikannya.129
Menurut Pasal 1 butir 20 Undang-Undang Hak Cipta dinyatakan bahwa,
Lisensi adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemilik
Hak Terkait kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi atas Ciptaannya
127 Henny Marlina dan Peggy Sherlina, Loc.Cit. 128 Yusran Isnaini, Hak Cipta dan Tantangannya di Era Cyber Space, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 2009), Hal.32. 129 Hendra Tanu Atmadja, Hak Cipta Musik atau Lagu, (Jakarta:Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003), Hal.75.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 54
atau produk Hak Terkait dengan syarat tertentu.130 Menurut Pasal 16 ayat kedua
Undang-Undang Hak Cipta, hak cipta dapat beralih atau dialihkan baik seluruh maupun sebagian karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis atau sebab- sebab lain yang dibenarkan oleh Undang-Undang.131
Pengalihan atas hak cipta dilakukan dengan maksud agar pihak lain selain pencipta dapat menikmati manfaat dari hasil karya ciptaan tersebut, selain untuk maksud-maksud lain. Pengalihan hak cipta menyebabkan hak cipta yang dimiliki oleh pencipta beralih kepada pihak lain. Konsekuensinya, pencipta yang telah mengalihkan secara penuh hak ciptanya kepada pihak lain, akan kehilangan kepemilikan atas hak cipta tersebut. Untuk menghindari hal tersebut, pencipta dapat memberikn lisensi kepada pihak lain untuk menggunakan hak yang dimilikinya selaku pencipta. Berbeda dengan pengalihan hak cipta, lisensi kepemlikan atas hak cipta tidak beralih. Pencipta hanya memberikan sebagian hak ciptanya saja kepada pihak lain, contohnya untuk menikmati nilai atau hak ekonomisnya saja, seperti menggunakan dan menyewakan ciptaannya tersebut.
Lisensi HKI dikategorikan kedalam 3 (tiga) hal, yaitu:
a. Lisensi teknologi, yang meliputi lisensi paten, penemuan yang dapat
dimintakan paten, rahasia dagang, know how, informasi rahasia, hak
cipta dalam bentuk teknik (software, database).
130 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 1 ayat (20). 131 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 16 ayat (2).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 55
b. Lisensi penerbitan dan pertunjukan, yang meliputi hak cipta buku,
sandiwara, film, video tape, produksi untuk televise, music dan
multimedia.
c. Lisensi merek dagang dan penjualan (trademarks and merchandising
licenses), yang meliputi merek dagang, merek nama, merek baju dan
hak publisitas. 132
Secara konsep. Lisensi adalah pemberian izin. Latar belakang pemberian lisensi, tentusaja tergantung pada masing-masing pemberi lisensi tersebut.
Walaupun disatu sisi, ada pihak yang memberikan lisensi tanpa pamrih, namun dilain sisi ada pula yang mengenakan ketentuan-ketentuan untuk mendapatkan lisensi tersebut, misalnya dengan menerapkan biaya jumlah tertentu.133
Demikian pula halnya dengan lisensi untuk program komputer. Dalan dunia komputer, lisensi dapat digunakan untuk mengatur berbagai hal tentang persyaratan-persyaratan yang harus dipenihi didalam lisensi tersebut. Persyaratan- persyaratan yang diatur didalam lisensi ini pada asasnya adalah diatur oleh para pihak sesuai dengan kesepakatan bersama, sebatas tidak melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku yang mengakibatkan kerugian bagi perekonomian Indonesia.134 Perjanjian lisensi juga dilarang memuat ketentuan yang mengakibatkan persaingan usaha yang tidak sehat sebagaimana diatur dalam
Pasal 40 TRIPS sebagai berikut:
132 Nicolas s gikkas, international licensing of intellectual property:the promise and the peril, http://grove.ufl.edu/~techlaw/vol1/gikkas.html , 1996, diakses terakhir tangal 26 Mei 2016. 133 Muhammad Aulia Adnan, Panduan Pengembang Public License di Indonesia, (Jakarta:Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2001), Hal.5. 134 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 82.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 56
Members agree that some licensing practice or conditions pertaining to intellectual property rights which restrain may have adverse effects on trade and may impede the transfer and dissemination of technology.
Pihak yang mendapatkan lisensi program komputer bukan merupakan pemilik dari program komputer. Lisensi hanyalah merupakan sebuah izin yang diberikan oleh pemilik hak cipta kepada pihak lain untuk menggunakan beberapa hak yang dimiliki oleh sang pencipta dan sama sekali bukan pengalihan pemilikan atas hak cipta. Pencipta tetap pemilik hak cipta sepanjang hak cipta tersebut belum dialihkan pencipta, kecuali diatur sebaliknya, tetap dapat menjalankan berbagai hak-hak yang dimilikinya.hak ini misalnya dalam hal terjadinya pelanggartan atas hak cipta, maka pihak yang berhak melakukan penuntutan adalah pihak pencipta dan bukan pihak penerima lisensi.135
Lisensi dapat mengatur hak dan kewajiban diantara pemberi dan penerima lisensi. Beberapa jenis lisensi program komputer juga menambahkan beberapa hal yang sebenarnya tidak termasuk dalam ruang lingkup hak cipta, namun masuk kedalam lingkup hukum perjanjian. Hal-hal tersebut diantara lain tidak diperkenankan penggunaan program komputer untuk menghasilkan karya cipta yang berkaitan dengan beberapa isu tertentu atau menyangkut kerahasiaan atas binary code. Aturan-aturan tambahan yang merupakan bagian dari lisensi program komputer banyak ditambahkan oleh programmer atau perusahaan yang mengembangkan program komputer.136
135 Muhammad Aulia Adnan, Op.Cit., Hal.6. 136 Ibid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 57
Saat ini terdapat 2 (dua) kecenderungan utama atas pemberian lisensi terhadap program komputer. Kecenderungan utama adalah pemberian lisensi yang semata-mata untuk penggunaan binary code dari program komputer, atau biasa dikenal dengan istilah End User License Agreement (EULA). Kecenderungan kedua adalah pemberian lisensi dengan menyertakan kode sumber dari program komputer tersebut, yaitu GNU Public License.137 Perbedaan antara End User
License Agreement dan GNU Public License adalah:138
Tabel 2.1. Perbedaan End User License Agreement dan GNU Public License
End User License Agreement GNU Public License a. Pengguna hanya boleh a. Pengguna tidak hanya diberikan hak menggunakan dan tidak boleh untuk menggunakan tapi juga mengembangkan program tersebut. mengembangkan. b. Dikenakan biaya lisensi. b. Tidak ada biaya lisensi yang dikenakan atau dengan kata lain no royalty. c. Support service batal apabila c. Support service dilakukan oleh melanggar klausa dalam perjanjian masyarakat pengguna program lisensi. tersebut.
d. Program diperlukan sebagai sebuah d. Program tidak diperlakukan sebagai produk. suatu produk saja, melainkan juga diperlakukan sbeagai infrastruktur publik.
4. Aspek Perlindungan Hak Cipta Terhadap Program Komputer
Peradaban manusia yang selalu berkembang sebagai awal dari perkembangan segala aspek kehidupan, segala bidang kehidupan seperti ekonomi, sosial, budaya, politik dipengaruhi oleh danya perkembangan teknologi. Sebagai
137 Ibid. 138 Edmon Makarim, Op.Cit., Hal.286.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 58
Warga Negara Indonesia, kita memiliki hak untuk dapat mengembangkan diri dengan berbagai cara serta memanfaatkan teknologi yang ada. Hal tersebut dirumuskan dalam Pasal 28 huruf (C) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Tidak terkecuali dalam pemanfaatan teknologi, yang berdampak pada kewajiban-kewajiban menghargai dan melindungi hasil karya dan kreatifitas orang lain. Kreatifitas manusia baik itu berwujud maupun tidak berwujud memperoleh perlindungan dari Negara. Salah satunya adalah program komputer yang dilindungi oleh hak cipta.
Pemberian perlindungan hak cipta pada program komputer didunia baru dilakukan pada akhir tahun 1980-an. Sebelum itu, para ahli hukum dan pengadilan-pengadilan di seluruh dunia beranggapan bahwa program komputer tidak termasuk kategori karya cipta yang dapat dilindungi oleh hak cipta karena program komputer tidak memiliki cirri-ciri sebagai sebuah karya tulis atau seni
(literary of artistic work) dan bentuknya tidak berwujud.139 Akan tetapi, sebagai respon dari tekanan pemerintah Amerika Serikat dan berbagai perusahaan multinasional yang menuntut perlindungan hak cipta atas program komputer mereka, maka diakhir tahun 1980-an, banyak Negara di dunia termasuk Indonesia, mengamandemenkan Undang-Undang Hak Sipta mereka untuk memasukkan program komputer dalam kategori literary works untuk dapat memperoleh perlindungan hak cipta.140
139 Jill McKeough & Andrew Stewart, Intellectual Property in Australia, (Australia:Butterworths, 1997), Hal.122. 140 Afifah Kusumadara, ”Perlindungan Program Komputer Menurut Hukum Hak Kekayaan Intelektual”, Jurnal HUkum dan Pembangunan No.3, Juli-September 2003.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 59
Program komputer dilindungi oleh hak cipta, dan penggunaannya oleh pihak lain dapat dilakukan dengan lisensi. Perlindungan hukum terhadap program komputer pada umumnya dan kode sumber pada khususnya sudah dimulai sejak adanya perjanjian internasional tentang aspek-aspek perdagangan yang terkait dengan hak kekayaan intelektual yang dituangkan dalam Agreement on Trade-
Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS). Indonesia sebagai
Negara berkembang sudah menjadi anggota dan secara sah ikut dalam TRIPS, melalui ratifkasi WTO Agreement (Agreement Establishing the World Trade
Organization) dengan Undang-Undang No.7 tahun 1994.141 TRIPS sebagai lampiran WTO Agreement merupakan dokumen yang mengikat Indonesia yang telah meratifikasi persetujuan tersebut dengan Undang-Undang No.7 tahun 1994.
Selain itu, Indonesia juga meratifikasi Berne Convention for The
Protection of Artistic and Literary Works (Konvensi Bern tentang Perlindungan
Karya Seni dan Sastra) melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan
World Intellectual Property Organization Copyrights Treaty (WCT) melalui
Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997.142 Persetujuan TRIPS merupakan traktat internasional pertama yang memasukkan program komputer secara eksplisit dalam tiga bentuk perlindungan hak atas kekayaan intelektual, yakni rezim hak cipta (copyrights), hak paten (patent), dan rahasia dagang (trade secret). Dalam Pasal 10 Persetujuan TRIPS dan Pasal 4 WCT menyatakan perlunya perlindungan atas kepemilikkan program komputer sebagai perangkat lunak, baik berupa rumusan awal ataupun sudah berbentuk kode sumber maupun
141 Lembaran Negara Tahun 1994 No.57, Tambahan Lembaran Negara No.3564. 142 Tim Lindsey et.al. (editor), Hak Kekayaan Intelektual SUatu Pengantar, (Asian Law Group&PT.Alumni:Bandung, 2006), Hal.99.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 60
kode objek sebagai hasil karya literatur yang dilindungi dalam Konvensi Berne.
Demikian isi dari Pasal 10 TRIPS, yaitu:
a. Computer programs, whether in source or object code shall be protected as literary works under the Berne Convention. b. Compilations of data or other material, whether in machine readable or other form, which by reason of the selection or arrangement of their contents constitute intellectual creations shall be protected as such. Such protection, which shall not extend to the data or material itself, shall be without prejudice to any copyright subsisting in the data or material itself.
Hukum Hak Cipta hanya memproteksi pengekspresian ide-ide, tapi tidak memproteksi ide itu sendiri. Ketika pada program komputer yang didistribusikan hanya kode objeknya saja, maka perusahaan program komputer dapat menikmati perlindungan tanpa harus berbagi ide, karena sebagian besar ide tertuang dalam kode sumber yang dilindungi oleh rahasia dagang. Dengan cara ini membuat kode sumber program komputer tidak dapat diketahui oleh masyarakat umum. Sebagian pihak berpandangan bahwasannya hal tersebut tidak berjalan dengan konsep hak cipta dimana intisarinya adalah keseimbangan antara pribadi dengan kepentingan masyarakat.143
Kode sumber sebagai bagian dari program komputer merupakan objek dari perlindungan hak cipta. Hal ini dapat dilihat bahwa suatu program komputer dibuat dengan cara menuliskan kode sumber, dimana kode sumber merupakan sebuah arsip program yang berisi pernyataan-pernyataan pemograman, kode-kode instruksi/perintah, fungsi, prosedur dan objek yang dibuat oleh seorang programmer. Sehingga kode sumber yang terdapat dalam program komputer dapat
143 Firdaus Tjahyadi, Panduan Pendayagunaan Open Source Software:Perangkat Lunak Bebas dan Open Source, (Jakarta:Kementrian Negara Riset dan Teknologi dan Yayasan Penggerak Linux Indonesia, 2007), Hal.100-101.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 61
dinyatakan sebagai sebuah manifestasi dari diri seorang programmer yang dianggap sebagai sebuah karya cipta yang tentunya berada dalam objek perlindungan hukum hak cipta.144
Berdasarkan penjelasan diatas maka sangatlah jelas bahwa kode sumber merupakan sebuah karya cipta yang berada dalam cakupan perlindungan hak cipta. Perlindungan hak cipta terhadap kode sumber secara otomatis akan diberikan sewaktu kode sumber tersebut telah tampil dalam suatu medium atau bentuk berwujud lainnya, yakni menjadi sebuah aplikasi ataupun menjadi sistem operasi (operating system). Oleh karena itu tidak diperlukan prosedur formal seperti pendaftaran, untuk memperoleh perlindungan hak cipta. Walaupun demikian, sangat disarankan bagi pencipta atau pemilik kode sumber untuk mencantumkan copyright notice pada program komputer, khususnya untuk memperoleh perlindungan hak cipta secara mendunia dan untuk mencegah pembelaan berdasarkan innocent infringer.
5. Pelanggaran Hak Cipta Program Komputer.
Pada dasarnya pelanggaran hak cipta terjadi apabila materi hak cipta tersebut digunakan tanpa izin dan harus ada kesamaan antara dua karya yang ada.145 Pihak yang merasa dirugikan harus membuktikan bahwa karyanya ditiru atau dilanggar atau dijiplak atau karya lain tersebut berasal dari karya ciptaanya.
Setiap pelanggaran hak cipta senantiasa dikaitkan secara langsung dengan peniruan materiil atau ekspresi ide dari sebuah ciptaan yang pernah ada. Dengan demikian, mengambil ide milik orang lain dan menuangkannya dalam bentuk
144 Edward R. Hyde, Legal Protection of Computer Software, 59 Connecticut Bar Journal 298, August 1985, Hal.307. 145 Tim Lindsey et.al., Op.Cit., Hal.122.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 62
materiil yang baru bukan merupakan suatu pelanggaran, akan tetapi, mengopi ekspresi ide orang lain atau mengambil bagian tertentu yang substansial dari suatu ekspresi ide merupakan suatu pelanggaran hak cipta dengan memperbanyak atau mereproduksi suatu ciptaan.146
Pelanggaran hak cipta pada program komputer yang sering terjadi antara lain adalah :
a. End user copying
Yaitu pembuatan salinan oleh pemakai akhir yang melanggar
ketentuan sebagaimana disyaratkan dalam perjanjian pemegang hak cipta.
End user atau pengguna akhir dapat dibagi kedalam individual end user
atau corporate end user. Contohnya adalah End User License Agreement
(EULA) yang berbentuk hard copy, berupa kertas pada segel produk atau
soft copy yang harus disetujui pada saat menginstall suatu
software/perangkat lunak pada sebuah komputer ataupun pada
smartphone. EULA digambarkan sebagai sebuah perjanjian yang harus
disetujui antara pembuat aplikasi perangkat lunak dan pengguna aplikasi
tersebut, yang berisi bagaimana menggunakan perangkat lunak, dan setiap
aturan hukum yang mereka terima dengan menyetujui EULA.
b. Hard disk loading
Jenis pelanggaran ini dilakukan dengan mengadakan pembajakan oleh
dealer atau penjual komputer dengan cara melakukan pemasangan
software dengan tidak dilengkapi lisensi yang sah dari pemilik hak cipta
146 Elyta Ras Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia; Analisis Teori dan Praktek Cet.1, (Bandung:PT.Citra aditya Bakti, 2012), Hal.198.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 63
(illegal copying). Biasanya software yang digunakan itu sendiri
merupakan software yang dibeli secara sah oleh para penjual komputer
tetapi penjual komputer tersebut tidak memilii ijin atau lisensi untuk
memperbanyak software tersebut pada setiap komputer yang dijualnya.
Hal ini banyak terjadi pada perangkat komputer yang dijual secara terpisah
dengan sotware (terutama sistem operasinya) atau biasa dikenal dengan
komputer rakitan.
c. Mischanneling
Yaitu pendistribusian yang tidak sah dan illegal atas software khusus
dengan harga khusus kepada konsumen yang tidak seharusnya membeli
software dengan harga khusus tersebut. Contohnya penjualan software
khusus untuk kalangan pelajar tetapi dijual untuk kalangan umum.
d. Counterfeiting (pemalsuan)
Pelanggaran dengan cara pembajakan yaitu dengan pembuatan,
perbanyakan, penggandaan suatu software biasanya dalam bentuk media
compact disc (CD) untuk kemudian dikemas dengan cara menyerupai CD
yang hampir sama dari aslinya dan dijual dengan harga yang sangat murah
sehingga bagi konsumen awam mungkin saja bisa menyangka produk itu
adalah produk yang asli dan sah. 147
e. Internet piracy
Pelanggaran dengan cara melakukan download ataupun upload
software secara illegal ke internet melalui situs-situs yang melakukan
penjualan software tanpa izin atau lisensi dari pemegang hak cipta. 148
147 Henny Marlina dan Peggy Sherliana, Loc.Cit. 148 Microsoft, Microsoft Licensing Guide:Be Sure It‟s Legal, (Jakarta:PT.Microsoft Indonesia, 2003), Hal.2.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 64
6. Pembatasan Hak Cipta Pada Program Komputer
Pembatasan hak cipta adalah ketentuan dalam hukum hak cipta yang mengizinkan karya cipta digunakan tanpa izin dari pemilik hak cipta untuk sejumlah pertimbangan penting, seperti kegagalan pasar, kebebasan berpendapat, akses pendidikan dan kesetaraan. Agar terpelihara keseimbangan yang layak antara kepentingan dari pemegang hak dan pengguna karya cipta, hukum hak cipta mengizinkan pembatasan tertentu hak ekonomi, yaitu dalam kasus dimana karya yang dilindungi hak cipta boleh digunakan tanpa kewenangan pemegang hak dan dengan atau tanpa kompensasi.149 Pembatasan hak cipta pada dasarnya bahwa orang dapat mengumumkan/memperbanyak ciptaan dengan syarat menyebutkan atau mencantumkan dengan jelas sumbernya, sehingga perbuatan tersebut tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta.150
Article 13 TRIPS menetapkan tiga tahap pengujian untuk menguji apakah pembatasan hak cipta tidak disalahgunakan untuk tujuan utamanya guna memberikan keseimbangan antara hak eksklusif pencipta dan hak istimewa dan keseimbangan utama untuk menggunakan hak cipta tersebut. Tes tersebut mencakup tiga tahapan yang bersifat kumulatif dan berdasarkan urutan yang juga merupakan norma dasar pembatasan hak cipta atau penggunaan wajar (fair dealing) yaitu:
a. Langkah pertama, terkait dengan prinsip umum alamiah bahwa
pembatasan hanya mungkin untuk kasus tertentu yang lazimnya
bersifat ambigu karena tidak ada tujuan untuk kepentingan komersial,
149 Rahmi Jened, Hukum Hak Cipta, (Bandung:PT.Citra Aditya Bakti, 2014), Hal. 160. 150 Gatot supramono, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, (Jakarta:PT.Rineka Cipta,2010), Hal.12.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 65
misalnya kasus fotokopi sebuah buku untuk kepentingan pendidikan,
merekam sendiri di rumah (home taping) untuk penggunaan pribadi,
ataupun merekam pertunjukan langsung (live performance) yang
disebut bootlegging untuk penggunaan pribadi.
b. Langkah kedua, pembatasan dengan alasan penggunaan secara pribadi.
Pembatasan dengan alasan penggunaan secara pribadi kelihatannya
akan sangat bertentangan dengan kriteria pelanggaran hak cipta pada
umumnya mengingat kemudahan yang tercipta oleh teknologi digital
yang mampu mengeksploitasi ciptaan tanpa batas. Oleh karena itu
penggunaan secara pribadi harus dibatasi secara substansial dengan
pendistribusian secara layak sebagai sumber informasi dalam
masyarakat saat ini. Jika alas an penggunaan secara pribadi dibiarkan,
maka orang akan malas untuk berkreasi sehingga kepentingan generasi
selanjutnya juga akan terancam.
c. Langkah ketiga, pembatasan kepentingan bukan untuk komersialisasi
apakah tidak mengurangi kepentingan yang sah dari sang pencipta.
Kepentingan dalam hal ini bisa berupa kepentingan ekonomi dan non
ekonomi atau kepentingan moral. 151
Istilah pembatasan (limitation) adalah konsepsi civil law system. Titik tolak pandangan civil law system berawal dari pencipta bahwa pencipta dilindungi dan memiliki hak eksklusif namun ada pembatasan hak eksklusif sang pencipta sedangkan istilah penggunaan wajar (fair dealing) adalah konsepsi common law
151 Rahmi Jened, Op.Cit., Hal.157-159.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 66
system. Titik tolak dari perlindungan diberikan untuk ciptaan, sehingga masyarakat diberi akses penggunaan yang wajar (fair dealing) suatu ciptaan.
Konsepsi hak milik dalam perspektif hukum Indonesia harus berfungsi sosial. Fungsi sosial hak cipta diwujudkan dengan adanya akses dari masyarakat atas hak cipta seseorang, antara lain, melalui lisensi wajib (compulsory lisence) dan pembatasan (limitation).152 Di Indonesia pembatasan hak cipta diatur dalam
Pasal 43 sampai dengan Pasal 51 UUHC No.28 Tahun 2014. Dalam Pasal 43
UUHC No.28 Tahun 2014 disebutkan perbuatan yang tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta meliputi:
a. Pengumuman, pendistribusian, komunikasi, dan/atau penggandaan
lambang negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli;
b. Pengumuman, pendistribusian, komunikasi, dan/atau penggandaan
segala sesuatu yang dilaksanakan oleh atau atas nama pemerintah,
kecuali dinyatakan dilindungi oleh peraturan perundang-undangan,
pernyataan pada ciptaan tersebut, atau ketika terhadap ciptaan tersebut
dilakukan pengumuman, pendistribusian, komunikasi, dan/atau
penggandaan;
c. Pengambilan berita aktual, baik seluruhnya maupun sebagian dari
kantor berita, lembaga penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis
lainnya dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap;
atau
152 Bambang Kesowo, “Posisi Dan Arti Penting HKI Dalam Perdagangan Internasional”, Makalah Seminar Peranan HKI Untuk Meningkatkan Perdagangan Dan Industry Dalam Era Globalisasi, PPH Bekerja Sama Dengan Kartini Mulyadi Associate, Jakarta, 29 November 1993, Hal.3.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 67
d. Pembuatan dan penyebarluasan konten Hak Cipta melalui media
teknologi informasi dan komunikasi yang bersifat tidak komersial
dan/atau menguntungkan Pencipta atau pihak terkait, atau Pencipta
tersebut menyatakan tidak keberatan atas pembuatan dan
penyebarluasan tersebut.
e. Penggandaan, Pengumuman, dan/atau Pendistribusian Potret Presiden,
Wakil Presiden, mantan Presiden, mantan Wakil Presiden, Pahlawan
Nasional, pimpinan lembaga negara, pimpinan kementerian/lembaga
pemerintah non kementerian, dan/atau kepala daerah dengan
memperhatikan martabat dan kewajaran sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pentingnya pembatasan untuk tujuan pendidikan telah dikenal sejak awal perkembangan hukum hak cipta. Pembatasan ini adalah untuk kepentingan generasi mendatang sebagai dua sisi koin mata uang, “among the users today are the authors of tomorrow”. Pembatasan ini terdapat dalam ketentuan Pasal 44
UUHC No.28 Tahun 2014 yang menetapkan dengan syarat sumbernya disebutkan atau dicantumkan secara lengkap untuk keperluan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta atau
Pemegang Hak Cipta;
Pada Pasal 45 UUHC No.28 Tahun 2014 terdapat pembatasan pelanggaran hak cipta pada program komputer yaitu hanya sebatas penggandaan sebanyak 1
(satu) salinan atau adaptasi Program Komputer yang dilakukan oleh pengguna
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 68
yang sah dapat dilakukan tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta jika salinan tersebut digunakan untuk penelitian dan pengembangan program komputer tersebut dan arsip atau cadangan atas program komputer yang diperoleh secara sah untuk mencegah kehilangan, kerusakan, atau tidak dapat dioperasikan.
7. Konvensi Internasional Hak Cipta yang Berkaitan dengan Program
Komputer sebagai karya ciptaan yang dilindungi.
a. Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights
(TRIPS)
Pada abad ke-20 (duapuluh) telah tercapai kesepakatan Negara-negara di
dunia untuk memasukkan konsep HKI yang tertuang dalam TRIPS sebagai
bagian dari WTO Agreement (Agreement Establishing the World Trade
Organization).153 Indonesia sebagai Negara berkembang sudah menjadi
anggota dan secara sah ikut dalam TRIPS, melalui ratifkasi WTO Agreement
(Agreement Establishing the World Trade Organization) dengan Undang-
Undang No.7 tahun 1994.154 TRIPS sebagai lampiran WTO Agreement
merupakan dokumen yang mengikat Indonesia yang telah meratifikasi
persetujuan tersebut dengan Undang-Undang No.7 tahun 1994.
TRIPS memuat unsur-unsur yang dapat memberikan keseimbangan dalam
implementasinya. Dalam pembukaan TRIPS menyinggung bahwa walaupun
kekayaan intelektual adalah private rihts, patut diperhatikan tujuan kebijakan
publik dari sistem perlindungan HKI, yaitu tujuan pengembangan dan
teknologi industri. Selanjutnya, yang signifikan adalah kandungan dalam
153 Achmad Zen Purba, Perjanjian TRIPS Dan Beberapa Isu Strategis Ed.1 Cet.1, (Jakarta:Badan Penebit FHUI dan Alumni, 2011), Hal.1. 154 Lembaran Negara Tahun 1994 No.57, Tambahan Lembaran Negara No.3564.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 69
Article 7 dan Article 8 yang berkaitan dengan technological innovation,
transfer and dissemination, yang amat vital bagi negara-negara
berkembang.155
Sebagaimana halnya perjanjian multilateral lainnya, TRIPS memiliki
ketentuan dan prinsip-prinsip dasar bagi para Negara anggotanya dalam
melaksanakan aturannya. Ketententuan dan Prinsip-prinsip dasar yang
tertuang dalam Pasal 1 sampai dengan Pasal 8, antara lain yang terpenting
adalah:
1) Free to determine
Yaitu ketentuan yang memberikan kebebasan kepada para anggotanya
untuk menemukan cara-cara yang dianggap sesuai untuk menerapkan
ketentuan yang tercantum dalam TRIPS kedalam sistem dan praktik
hukum mereka. Mereka dapat menerapkan sistem perlindungan yang
lebih luas dari yang diwajibkan oleh TRIPS, sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
persetujuan tersebut (Pasal 1 TRIPS).156
2) Intellectual property convention
Yaitu ketentuan yang mengharuskan para anggotanya menyesuaikan
peraturan perundangan dengan berbagai konvensi internasional di
bidang Hak Milik Intelektual, khususnya Konvensi Paris, Konvensi
155 Achmad Zen Purba, Op.Cit.,Hal.27. 156 OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights) Cet.9, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2015), Hal.329.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 70
Bern, Konvensi Roma, Dan Treaty On Intellectual Property In Respect
Of Integrated Circuit (Pasal 2 ayat (2)).157
3) National treatment
inti dari national treatment adalah pada pemberian perlakuan yang
sama dalam kaitannya dengan perlindungan HKI antara warga negara
sendiri dengan warga Negara anggota yang lainya (Pasal 3 ayat (1)).
Ini adalah penjabaran konsep perdagangan internasional.158
4) Most favoured nation treatment
Prinsip Most favoured nation treatment yang juga dikenal dalam
GATT 1994 berintikan bahwa pemberian suatu manfaat, keberpihakan
(favour), hak istimewa atau kekebalan yang diberikan oleh suatu
Negara anggota kepada warga Negara dari Negara anggota lain harus
diberikan juga segera dan tanpa bersyarat kepada warga Negara-negara
anggota lain untuk menghindari terjadinya diskriminasi (Pasal 4).159
5) Teritorialitas
Meskipun National treatment dan Most favoured nation treatment
merupakan prinsip pokok dalam TRIPS, tetapi titik tolak dari
pelaksanaan sistem HKI tetap berada dalam kedaulatan dan yurisdiksi
masing-masing Negara anggota. HKI diberikan oleh Negara, tidak dari
pihak selain Negara dan bukan pula oleh lembaga yang supranasional.
Didalam prinsip teritorialitas ini terdapat dua tantangan, yaitu pertama
tensi antara pemberian HKI berdasarkan prinsip teritorialitas di satu
157 Ibid. 158 Achmad Zen Purba, Op.Cit, Hal.30. 159 Ibid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 71
pihak dan perpindahan barang dan jasa lintas Negara secara bebas
dilain pihak, dan kedua, adanya internet dan lain betuk instrument
penyampaian informasi yang bekerja sangat cepat, termasuk
perkembangan e-commerce.160
6) Alih teknologi
Prinsip alih teknologi (technologi transfer) merupakan masalah yang
amat sentral bagi kepentingan negara berkembang. Dalam Pasal 7
TRIPS disebutkan bahwasannya perlindungan dan penegakkan HKI
harus dipromosikan dan untuk transfer serta penyebaran teknologi
demi kepentingan pencipta dan pengguna ilmu teknolog idan untuk
kesejahteraan ekonomi dan sosial serta demi keseimbangan hak dan
kewajiban pencipta dan pengguna ilmu teknologi.161
7) Exhaustion
Ketentuan yang mengharuskan para anggotanya, dalam menyelesaikan
sengketa, untuk tidak menggunakan suatu ketentuan pun didalam
persetujuan TRIPS sebagai alasan tidak optimalnya pengaturan hak
milik intelektual didalam negeri mereka.162
Program komputer diatur dalam Pasal 10 ayat (1) yang menyatakan bahwa
Computer programs, whether in source or object code, shall be protected as
literary works under the Berne Convention (1971). Program komputer baik
160 E-commerce adalah perdangan di bidang HKI yang dilakukan melalui media elektronis sebagai akibat dari kemajuan teknologi informasi. (Assafa Endeshaw, Hukum E- Commerce dan Internet Dengan Fokus di Asia Pasifik,penerjemah: siwi purwandari dan Mursyid Wahyu Hananto, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2007)). 161 Achmad Zen Purba, Op.Cit., Hal.33. 162 OK. Saidin, Op.Cit., Hal.330.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 72
yang masih berbentuk rumusan awal ataupun yang sudah berbentuk kode-
kode dilindungi sebagai karya tulisan. Dalam Pasal 9 dan Pasal 10 TRIPS
disebutkan bahwa perlindungan hak cipta meliputi pengekspresian tetapi tidak
meliputi gagasan prosedur, metode kerja atau konsep matematika. Program
komputer baik dalam bentuk lain yang karena alasan pemilihan atau
pengaturan atas isi data itu merupakan ciptaan intelektual.163 TRIPS sendiri
tidak memberikan definisi tentang program komputer, tetapi hanya
menegaskan bahwa program komputer, baik kode sumber maupun kode objek
termasuk sebagai ciptaan dibidang ilmu pengetahuan (literary works) yang
mendapat perlindungan hak cipta.
b. World Intellectual Property Organization Copyrights Treaty (WCT)
Pada hakekatnya WCT adalah perjanjian khusus yang dimaksud dalam
Pasal 20 Berne Convention dan dilatarbelakangi oleh keinginan Negara-negara
peserta untuk mengembangkan dan memelihara perlindungan atas hak-hak
pencipta atas karya sastra dan karya seni mereka dengan cara yang seefektif
mungkin, mengingat kebutuhan untuk memelihara sesuatu keseimbangan
antara hak-hak pencipta dan kepentingan umum yang lebih besar khususnya
dalam bidang pendidikan, penelitian dan akses terhadap informasi,
sebagaimana yang tercermin dalam Berne Convention.164
Pasal 2 WCT menajabarkan bahwa perlindungan hak cipta yang diberikan
oleh WCT mencakup perlindungan hak cipta berupa ekspresi bukan ide-ide,
prosedur, metode operasi atau konsep matematisnya. Program komputer diatur
163 OK. Saidin, Op.Cit., Hal.333. 164 Abdul Bari Azed, Kompilasi Konvensi Internasional HKI yang Diratifikasi Indonesia, (Jakarta:DirJen HKI dan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007), Hal.487.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 73
dalam Pasal 4 WCT sebagai karya-karya cipta sastra dalam pengertian yang sama seperti yang dimaksud dalam Pasal 2 Konvensi Berne yaitu melindungi model dari program komputer dan juga bentuk ekspresinya. WCT juga memuat tiga ketentuan mengenai digital agenda. Timbulnya digital agenda ini pada esensinya adalah tiada lain untuk melindungi kepentingan para pemegang hak cipta untuk perbanyakkan ciptaan yang dilindungi hak cipta dengan menggunakan sarana kontrol teknologi komunikasi digital.165
Tiga ketentuan lazim mengenai digital agenda adalah pertama, memberikan kepada pencipta sebagai bagian dari hak eksklusif untuk mengumumkan kepada publik dengan menggunakan sarana kabel atau tanpa kabel (Pasal 8 WCT). Ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi ciptaan dari karya tulis atau gambar yang dimuat dalam suatu website yang dapat diakses publik. Kedua, memberikan perlindungan hukum yang memadai dan penegakkan hukum yang efektif terhadap tindakan-tindakan penyalahgunaan teknologi yang merugikan pencipta (Pasal 11 WCT). Terakhir, kewajiban
Negara untuk menegakkan hukum secara efektif terhadap tindakan menghapus atau mengubah secara elektronik hak informasi manajemen elektronik, mendistribusikan, menyiarkan atau perbanyakan suatu ciptaan yang diketahui bahwa hak pengelolaan infromasi seseorang pencipta telah dihapus atau diubah tanpa izin pencipta (Pasal 12 WCT).166
165 Eddy Damian, Hukum Hak Cipta Ed.3 Cet.1, (Bandung:PT.Alumni, 2009), Hal.88. 166 Ibid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 74
C. Aplikasi iOS Berbayar Dari Apple Sebagai Karya Cipta yang Dilindungi Oleh Hukum Hak Cipta.
Apple pertama kali memperkenalkan iOS device-nya pada 9 Januari 2007 dengan meluncurkan iPhone generasi pertama dalam Macworld Conference &
Expo. Apple menyebut sistem operasi yang berjalan iPhone sebagai iPhone OS atau biasa disebut dengan iOS. Meskipun pada kenyataannya sistem operasi tersebut tidak hanya berjalan pada iPhone saja melainkan juga berjalan dalam iPod touch, perangkat pemutar media digital yang juga merupakan produk Apple.
Jajaran produk Apple semakin bertambah dengan diperkenalkannya komputer tablet bernama iPad pada Januari 2010.167 iPad menjalankan sistem operasi yang sama dengan iPhone dan iPod touch, yaitu iOS. Sejak saat itu tiga unggulan produk Apple yang menjalankan iOS yaitu iPhone, iPad dan iPod touch sering disebut sebagai iOS Device.
iOS device merupakan bisnis yang menguntungkan bagi Apple. Saat pertama kali diluncukan, Apple hanya membutuhkan waktu 74 hari untuk menjual satu juta iPhone generasi pertamanya. Pada akhir 2011, iOS device meraih pangsa pasar sebesar 60% (enampuluh persen) untuk pasar smartphone dan komputer tablet dan pada tahun 2012, Apple berhasil membukukan penjualan sebesar 26,9 juta (duapuluh enam koma sembilan juta) unit iPhone dan 14 juta (empatbelas juta) unit iPad. Selain mendapat keuntungan besar dari penjualan smartphone dan komputer tablet, Apple menambah keuntungan dari pasar iOS device, yaitu Pasar iOS device aftermarket. Pasar iOS device aftermarket adalah pasar tambahan yang
167Apple, “Apple Launches iPad”, http://www.macworld.com/article/1054769/smartphones/iphone.html , diakses terkhir tanggal 01 Agustus 2016.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 75
ditimbulkan oleh suatu produk dimana didalammnya tersedia barang dan jasa yang berperan sebagai pendukung produk tersebut168, dalam hal ini produk yang dimaksud adalah Apple iOS. iOS device aftermarket dapat mencakup berbagai aksesoris dan jasa yang diperuntukkan bagi iOS device, salah satunya adalah pasar aplikasi untuk iOS device.
Salah satu fenomena paling pening dalam iOS device aftermarket adalah apple application store (untuk selanjutnya disebut dengan App Store). Apple memperkenalkan app store enam (6) bulan setelah peluncuran iPhone generasi pertama, dimana saat itu pihak ketiga mulai dimungkinkan untuk membuat aplikasi bagi sistem operasi yang dijalankan oleh iPhone. App store adalah sebuah toko online yang merupakan satu-satunya toko dimana pengguna iOS device bisa membeli bahkan mengunduh aplikasi iPhone secara resmi. Kesuksesan penjualan iOS device akhirnya menarik para pengembang aplikasi untuk merancang aplikasi yang kemudian dijual melalui App Store. Pada juni 2012, tercatat jumlah aplikasi yang tersedia di App store sebanyak 650.000 aplikasi (enamratus limapuluh ribu).169 Pada waktu yang sama tercatat telah terjadi 30.000.000 (tigapuluh juta) pengunduhan aplikasi dari app store. Kesuksesan tersebut menjadikan app store sebagai toko aplikasi terbesar didunia.170
Didalam app store terdapat tiga pihak yang saling berhubungan yaitu pengembang aplikasi (programmer), Apple dan Pengguna iOS device.
Pengembang aplikasi (programmer) merancang dan membuat aplikasi yang
168 Jason W. Croft, “antitrust and communication policy:There‟s an App for just anything except google voice”, SMU Science and technology Law review Vol.14 (2010), Hal.5. 169 Ewoud Bloemendal, App store for owners: a multiple-case study of app store, (Utrecht University, 2012), Hal.50. 170 Ibid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 76
khusus diperuntukkan untuk iOS device (iPhone, iPad dan iPod touch) untuk kemudian ditempatkan dan dijual kedalam app store. Pengguna iOS device yang sedang membutuhkan aplikasi dengan fungsi tertentu kemudian akan mencari aplikasi tersebut melalui app store yang ada dalam iOS device atau melalui aplikasi iTunes di komputernya. Jika menemukan aplikasi yang sesuai dengan kebutuhannya, maka pengguna akan membeli dan mengunduh aplikasi tersebut dan memasangkannya kedalam iOS device yang di miliki. Hubungan antara apple, pengembang aplikasi dan pengguna iOS device dapat dijelaskan kedalam bagan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Skema Hubungan Antara Pengembang, Apple dan Pengguna iOS device dalam App Store
A\ Apple (App Store) Pengembang Pengguna Aplikasi iOS device Aplikasi
Apple melalui App store berperan sebagai perantara antara pengembang aplikasi dan pengguna iOS device. Apple tidak membeli aplikasi dari pengembang untuk kemudian dijual oleh Apple kepada konsumen, melainkan hanya menyediakan media bagi pengembang aplikasi untuk menjual aplikasi buatannya kepada pengguna iOS device. Dalam hal ini, hubungan antara Apple dan pengembang aplikasi mirip dengan hubungan keagenan dimana Apple berperan sebagai pihak yang menjual barang dan jasa atas nama pengembang, dan untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 77
jasanya itu Apple mendapat komisi sebesar 30% (tigapuluh persen) dari harga tiap aplikasi yang terjual.171
Dalam menempatkan aplikasi buatannya ke App store, pengembang aplikasi harus melalui proses yang ketat. Pada awalnya pengembang aplikasi harus terdaftar sebagai registered apple developer. Dalam hal ini, perjanjian yang mengikat Apple dan pengembang aplikasi adalah iOS developer program license agreement. Melalui perjanjian tersebut, Apple memberikan lisensi bagi pengembang aplikasi untuk bisa menggunakan Apple Software Development Kit
(SDK) yang merupakan rangkaian software, dokumen, simulator dan material lain yang disediakan oleh Apple yang diperlukan untuk proses pengembangan aplikasi iOS. Selain mengatur mengenai lisensi Apple SDK, perjanjian tersebut juga mengatur mengenai ketentuan distribusi didalam App Store terkait aplikasi yang dihasilkan oleh pengembang aplikasi.
Setelah terdaftar, pengembang aplikasi tidak serta merta dapat menempatkan aplikasi buatannya untuk dijual kedalam App Store. Pengembang aplikasi terlebih dahulu harus mengajukan aplikasinya kepada Apple untuk mendapakan persetujuan. Dalam tahap ini, aplikasi yang diajukan akan melewati proses pemeriksaan yang ketat oleh Apple untuk memastikan bahwa aplikasi tersebut tidak melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Apple. Apabila disetujui maka aplikasi tersebut akan tersedia di App Store untuk dibeli dan diunduh oelh pengguna iOS device. Mengenai penjualan Aplikasi pengembang
171 Apple, “iOS Developer Program:Distribute”, https://developer.apple.com/programs/ios/distribute.html, diakses pada tanggal 01 Agustus 2016.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 78
ini, Apple akan mendapatkan porsi sebesar 30% (tigapuluh persen) bagi setiap penjualan aplikasi.172
Dari sisi pengguna iOS device, Apple melalui App Store berperan sebagai pemberi jasa penyedia aplikasi untuk iOS device.173 Dalam kondisi baku, iOS device yang dimiliki pengguna hanya memungkinkan pengunduhan dan pemasangan aplikasi yang dibeli dari App Store saja. Hal ini karena dalam tahap pemasangan aplikasi, sistem operasi iOS device akan melakukan proses otentifikasi yang mensyaratkan adanya Apple encrypted digital signature dalam aplikasi yang hendak dipasang. Apple encrypted digital signature hanya bisa dimiliki oleh aplikasi yang mendapatkan persetujuan dari Apple untuk mendapatkan tempat dalam App Store. Untuk dapat melakukan pembelian di App
Store, pengguna iOS device harus memiliki akun yang disebut dengan Apple ID yang telah terintegrasi dengan akun kartu kredit pengguna iOS device yang digunakan untuk pembayaran pembelian aplikasi di App Store. Setelah mempunyai Apple ID, pengguna iOS device dapat membeli dan mengunduh aplikasi yang diinginkannya.
Application software (program aplikasi) adalah program yang memiliki aktivitas pemrosesan perintah yang diperlukan untuk melaksanakan permintaan pengguna dengan tujuan tertentu. application software (program aplikasi) secara umum berfungsi sebagai perantara antara pengguna dengan perangkat keras
172 Gregg Keizer, “Antitrust Fight Against Apple‟s App Store Rules Faces Steep Climb”, http://computerworld.co/article/9209828/antitrust_fight_against_Apple_s_App_Store_rules_faces _steep_climb , diakses pada tanggal 01 Agustus 2016. 173 Apple, Syarat dan ketentuan App Store, http://www.apple.com/legal/itunes/appstore/id/terms/html#/SALE, diakses pada tanggal 01 Agustus 2016.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 79
(hardware) untuk melakukan aktifitas dengan perintah yang harus dilakukan dalam komputer untuk memuaskan kebutuhan pengguna174,contohnya adalah microsoft office, facebook, instagram dan lain sebagainya. Program aplikasi baik yang berbayar ataupun tidak berbayar dilindungi oleh hak cipta pada umumnya dan kode sumber (source code) pada khususnya.
Pada App Store iOS device terdapat dua jenis aplikasi yang dijual yaitu aplikasi berbayar atau premium dan aplikasi tidak berbayar atau gratis
(shareware). Shareware adalah aplikasi yang dapat diunduh dan digunakan secara gratis, dari namanya yang terdapat kata share yang menggambarkan bahwa aplikasi ini dibagikan, namun penggunaannya (use) memiliki batas waktu tertentu.
Lisensi seperti ini biasa disebut versi percobaan (trial version), karena diberi kesempatan untuk mencobanya, kemudian jika dirasa bagus atau dapat bermanfaat, maka diharuskan membeli karena masa percobaannya yang sudah habis, atau tidak mendapatkan fitur yang berfungsi penuh dari aplikasi ini. 175
Shareware sering dibatasi lamanya waktu pakai misalnya 30 (tigapuluh) hari, 60 (enampuluh) hari atau berdasarkan jumlah aplikasi tersebut dijalankan atau dibuka misalnya 30 (tigapuluh) kali, atau bisa juga terdapat fitur-fitur tertentu yang tidak bisa diakses atau digunakan dimasa percobaannya. Setelah pembatasan waktu tersebut sudah habis digunakan dan dipakai, aplikasi akan terkunci sehingga tidak dapat digunakan, atau bisa berfungsi dengan batasan batasan tertentu. Untuk membuka kunci ini biasanya diperlukan Serial Number atau
174 Ibid. 175 Ahmad Pram Prayogo Pangestu | Nov 29, 2013, PENGERTIAN FREEWARE, SHAREWARE DAN OPEN SOURCE, https://www.duosia.id/windows/pengertian-freeware- shareware-dan-open-source/
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 80
lisensi, atau hak cipta aplikasi tersebut yang didapatkan setelah kamu melakukan pembelian secara resmi di market yang bersangkutan. Biasanya untuk harga apikasi tersebut yang membedakan adalah dengan adanya fungsi, kegunaan, atau fitur, semakin tinggi atau semakin banyak fitur yang dapat di gunakan, maka akan semakin mahal harganya.176
Aplikasi premium dengan fitur dan fungsi yang powerfull menarik para pengguna iOS device untuk memilikinya, hal itu menjadikan aplikasi-aplikasi premium berada di puncak top seller di Apple App Store. Aplikasi premium yang jauh lebih powerfull dan memuaskan dibandingkan dengan aplikasi gratis namun dengan harga yang tidak terjangkau, membuat para pengguna yang ingin memiliki aplikasi berbayar mengambil jalan pintas untuk memilikinya secara ilegal yang melanggar UUHC.
Aplikasi berbayar tidak hanya dibuat untuk tujuan komersil atau ekonomi saja namun sekaligus untuk memberi penghargaan dan perlindungan Hak Cipta dari aplikasi tersebut. Dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak
Cipta (untuk selanjutnya disebut sebagai UU Hak Cipta), aplikasi berbayar yang merupakan bagian dari software atau program komputer adalah salah satu ciptaan yang dilindungi.177 Perlindungan hukum pada program komputer pada umumnya dan kode sumber (source code) pada khususnya sudah dimulai sejak adanya
Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS).
Sejak berlakunya rezim TRIPS, materi yang harus dilindungi tidak hanya pada hal-hal yang sudah diatur pada Konvensi Bern yang ditetapkan TRIPS sebagai
176 Ibid 177Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 81
basis minimal dalam perlindungan Hak Cipta, namun juga diperluas pada program komputer.178 Pasal 10 ayat (1) TRIPS menyebutkan: Computer programs, whether in source or object code, shall be protected as literary works under the Berne
Convention (1971). Program komputer baik yang masih berbentuk rumusan awal ataupun yang sudah berbentuk kode-kode dilindungi sebagai karya tulisan. Dalam perlindungan terhadap program komputer terdapat tiga hal yang esensial, yaitu perlindungan terhadap alogaritma pemograman, perlindungan paten atau hak cipta terhadap program komputer dan perlindungan terhadap kode objek dan kode sumber program.179
Hak Cipta memproteksi kode sumber dan kode objek dibawah kesepakatan TRIPS. Ide yang diekspresikan dalam bentuk kode sumber dapat dimengerti oleh progammer, sedangkan kode objek tidak dapat diartikan oleh manusia. Hukum Hak Cipta hanya memproteksi pengekspresian ide-ide, tapi tidak memproteksi ide itu sendiri. Ketika pada program komputer yang didistribusikan hanyalah kode objeknya saja, maka perusahaan program komputer dapat menikmati perlindungan tanpa harus berbagi ide karena sebagian besar ide teruang dalam kode sumber yang dilindungi oleh rahasia dagang. Dengan cara ini membuat kode sumber program komputer tidak dapat diketahui oleh masyarakat umum. Sebagian pihak berpandangan bahwasannya hal tersebut tidak sejalan
178Konvensi Bern diadakan tahun 1886 dan diselenggarakan oleh organisasi kekayaan intelektual dunia (WIPO) dan Indonesia menjadi anggota Konvensi Bern pada tahun 1997. Konvensi Bern melindungi ciptaan-ciptaan para pencipta dari negara-negara anggota termasuk diantaranya: karya tertulis seperti buku dan laporan, musik, karya drama seperti sandiwara dan koreografi, karya seni seperti lukisan, gambar dan foto, karya arsitetktur dan sinematografi seperti film dan video. (Tim Lindsey, (et.al), Hak Kekayaan Intelektua:Suatu Pengantar, (Asian Law Group&Alumni:Bandung, 2006), hal.99. 179 Edmon Makarim, Op.Cit., hal.291.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 82
dengan konsep hak cipta dimana intisarinya adalah keseimbangan pribadi dengan kepentingan masyarakat.180
Kode sumber sebagai bagian dari program komputer merupakan objek dari perlindungan Hak Cipta. Hal ini dapat dilihat bahwa suatu program komputer dibuat dengan cara menuliskan kode sumber, dimana kode sumber tersebut merupakan sebuah arsip (file) program yang berisi pernyataan-pernyataan pemograman, kode-kode instruksi/perintah, fungsi, prosedur dan objek yang dibuat oleh seorang programmer. Sehingga kode sumber yang terdapat dalam program komputer dapat dikatakan sebagai sebuah manifestasi dari diri seorangprogrammer yang dianggap sebagai sebuah karya cipta (literary works) yang tentunya berada dalam objek perlindungan Hak Cipta.181
Kualifikasi kode sumber sebagai sebuah karya cipta (literary works) dapat dilihat dari definisi karya cipta (literary works) itu sendiri, yaitu:
“The definition of „literary works‟ includes expression not only in words but also „numbers or other . . . numerical symbols or indicia‟, therby expanding the common usage of „literary works . . .‟ Thus a computer program, whether in object code or source code, is a „literary work‟ and is protected from unauthorized copying, whether form its object or source code version.”182
Berdasarkan penjelasan diatas maka sangat jelas bahwa kode sumber merupakan sebuah karya cipta (literary works) yang berada dalam cakupan perlindungan hukum Hak Cipta. Sifat dasar perlindungan hak cipta pada kode sumber adalah untuk melindungi kode sumber yang telah dibuat oleh programmer
180 Firdaus Tjahyadi, Panduan Pendayagunaan Open Source Software:Perangkat Lunak Bebas dan Open Source, (Jakarta:Kemntrian Negara Riset dan Teknologi dan Yayasan Penggerak Linux Indonesia, 2007), Hal.100-101. 181 Edward R. Hyde, legal Protection of Computer Software, 59 Connecticut Bar Journal 298, August, 1985, Hal.307. 182 Ibid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 83
dari perbuatan orang lain yang dengan tanpa izin mengumumkan atau memperbanyak kode sumber tesebut.
Perlindungan Hak Cipta terhadap kode sumber secara otomatis akan diberikan sewaktu kode sumber tersebut telah tampil dalam suatu medium atau bentuk berwujud lainnya. Oleh karena itu, tidak diperlukan prosedur formal seperti pendaftaran untuk memperoleh perlindungan Hak Cipta. Walaupun demikian, sangat disarankan bagi pencipta atau pemilik kode sumber untuk mencantumkan copyright notice pada program komputer mereka, khususnya untuk memperoleh perlindungan Hak Cipta secara mendunia183 dan untuk mencegah pembelaan berdasarkan innocent infringer (ketidaksengajaan dalam membajak).184
183 Thomas G. Field, Copyright for Computer Authors, Franklin Pierce Law Center, 1996- 1999, dikutip dalam http://www.fplc.edu/tfied/copysoft.html, Hal.2. 184 Mark R. Halligan, How to Protect Intellectual Property Rights in Computer Software, 1995, dikutip dalam http://www.exexpc.com/~mhalligan/computer.html, Hal.2.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
84
BAB III
METODE JAILBREAK DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG HAK CIPTA
A. Jailbreak Secara Umum
Dewasa ini kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari arus komunikasi dan informasi, bahkan kini informasi telah menjelma menjadi sesuatu kekuatan tersendiri dalam persaingan global yang semakin kompetitif. Kehadiran internet dan komputer sebagai sebuah fenomena teknologi menyebabkan terjadinya percepatan globalisasi dan loncatan besar bagi penyebaran informasi dan komunikasi di seluruh dunia. Jika diibaratkan sebagai sebuah mesin fotokopi, internet bersama-sama dengan komputer telah menjelma menjadi mesin yang sangat dahsyat. Perubahan dari perangkat konvensional menjadi sesuatu yang mampu mengolah materi digital (digital material) tentu merupakan hal yang lebih dari sekedar perubahan dari metode mengkopi.185
Penggunaan internet sebagai media informasi multimedia membuat beragam karya digital dapat secara terus-menerus digandakan dan disebarluaskan ke ribuan orang dalam waktu singkat, hanya dengan menekan beberapa tombol komputer. Internet kemudian dipandang sebagai lautan informasi yang memiliki banyak muatan HKI, khususnya dibidang hak cipta. HKI merupakan suatu bentuk hak milik yang berada dalam lingkup kajian ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan sastra. Dalam hal ini kepemilikan bukan berada pada materinya, melainkan terhadap hasil kemampuan intelektual manusia dalam menciptakan karya
185 Yusran Isnaini, Hak Cipta dan Tantangannya di Era Cyberspace, (Bogor:Ghalia Indonesia, 2009), Hal.1. 84
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 85
tersebut.186 HKI melindungi pemakaian ide dan informasi yang mempunyai nilai komerisal.187
Kemunculan internet diikuti dengan munculnya dunia baru yang sebelumnya tidak pernah dikenal oleh manusia, yaitu dunia virtual world, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai dunia maya. Disebut sebagai virtual world karena dunia tersebut tidak seperti dunia dimana nyata dan melakukan kegiatan. Dunia dimana nyata bersifat fisik, sedangkan virtual world atau dunia virtual bersifat non-fisik, karena semua yang berkaitan dengan komputer diberi keterangan dengan sebutan cyber maka virtual world sering pula disebut dengan cyberspace.188 Rezim hukum cyberlaw di Indonesia ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.189
Keberadaan program komputer sangat penting dalam aktifitas yang akan dilakukan oleh komputer. Dapat dipastikan, tanpa adanya program komputer berupa sistem operasi dan aplikasi-aplikasi, sebuah komputer tidak akan dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Seorang programmer (pembuat dan pencipta sebuah program) pada umumnya bekerja dengan menggunakan kode sumber
(source code). Kode sumber (source code) merupakan dasar ciptaan dari suatu program dan adalah merupakan objek yang dilindungi oleh Hak Cipta. Pada prakteknya, pengguna tidak dizinkan untuk memiliki salinan kode sumber
186 Ibid. 187W.R. Cornish, Intellectual PropertyI, (London:Sweet&Maxwell, 1989), Hal.255. 188Sutan Remy Sjahdeini, Kejahatan dan Tindak Pidana Komputer, (Jakarta:PT.Pustaka Utama Grafiti, 2009), Hal.2. 189Danrivanto Budhijanto, Hukum Telekomunikasi, Penyiaran dan Teknologi Informasi Regulasi dan Konvergensi, (Bandung:PT.Refika Aditama, 2010), Hal. 129.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 86
tersebut, karena kode sumber dijaga kerahasiaannya oleh pemiliknya untuk menghindari seseorang mempelajari kode sumber tersebut.190
Walaupun kode sumber suatu program komputer telah dijaga kerahasiaannya untuk melindungi hak ciptanya (disebut sebagai closed source), seiring perkembangan zaman banyak muncul cara-cara baru yang bertentangan dengan Hukum Hak Cipta untuk membongkar proteksi atau menembus perlindungan terhadap kode sumber suatu program ataupun aplikasi. Di dalam industri teknologi informasi, dikenal adanya konsep closed technology platform.
Technology platform191 sendiri didefinisikan sebagai rangkaian komponen teknis yang membentuk suatu computing environment bagi konsumen tingkat akhir.192
Suatu technology platform pada dasarnya terdiri dari tiga tingkatan teknologi, dimana tiap-tiap tingkatan bergantung kepada tingkatan dibawahnya. Tingkatan paling bawah adalah perangkat keras atau hardware, tingkatan tengah adalah sistem operasi yang mengatur input dan output sehingga memungkinkan pengguna untuk dapat mengoperasikan suatu komputer serta memungkinan program aplikasi untuk berinteraksi dengan perangkat keras. Tingkatan paling atas
190 Yusran Isnaini, Op.Cit.,Hal.32. 191 Platform adalah dasar atau tempat dimana sistem operasi bekerja, tanpa platform sistem operasi tidak akan bisa berjalan. Sebuah Platform terdiri dari sistem operasi yaitu program sistem koordinasi komputer yang memberikan perintah-perintah kepada prosesor dan hardware untuk melakukan operasi-operasi logis dan mengatur pergerakan data di komputer, contohnya adalah Komputer (MAC, Asus, dan lain sebagainya), Smartphone (Apple, Samsung, Sony, dan lain sebagainya), Xbox, PlayStation 3. Platform dan sistem operasi sering dianggap sebagai hal yang sama tetapi pada kenyataannya tidak. Sistem Operasi adalah sistem yang menkoordinir komputer dengan memberikan perintah-perintah kepada prosesor dan hardware untuk melakukan operasi-operasi logis yang diperintahkan, contohnya adalah, Windows, iOS, Android, Linux, dan lain sebagainya), (weslysibagariang on Oktober 4, 2012,https://uniquesciences.wordpress.com/2012/10/04/pengertian-dan-perbedaan-platformdan- dan-sistem-operasi/) 192 Jonas P. Herrel, “The Copyright Misuse Doctorines Role in Open and Closed Technology Platform, Berkeley Technology Law Journal Vol.26 (2011), Hal.21.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 87
adalah program komputer.193 Program komputer adalah perangkat lunak yang dirancang untuk fungsi-fungsi tertentu berdasarkan kebutuhan pengguna komputer.
Technology platform kemudian dibagi menjadi dua, yaitu open platform dan closed platform. Open platform adalah suatu platform teknologi dimana pemilik platform menerapkan kendali minimal bagi platform teknologi yang dimilikinya, maka closed platform merupakan platform teknologi dimana pemiliknya memiliki kendali maksimal atau penuh terhadap platform yang dimilikinya. Suatu closed platform mencerminkan suatu lingkungan teknologi dimana campur tangan pihak luar hanya bisa terjadi berdasarkan persetujuan dari pemilik platform.194 Hal ini membuat pemilik platform dapat mengendalikan perkembangan platform yang dimilikinya serta berkuasa penuh untuk mengambil keputusan mengenai integrasi dari tiap tingkatan dalam platform tersebut.
Untuk mewujudkan kendali dalam tiap tingkatan platform yang dimilikinya, pemilik platform menerapkan Technological Protection Measures
(TPM) atau sarana kontrol teknologi dalam produk ciptaannya. Sarana kontrol teknologi sering disebut sebagai pagar digital yang digunakan untuk mengontrol akses terhadap produk yang dilindungi oleh Hak Cipta serta penggunaan terhadap produk yang bersangkutan.195 Salah satu contoh dari sarana kontrol teknologi adalah Digital Rights Management (DRM), salah satunya berupa teknologi yang
193 Ibid. 194 Jonas P. Herrel, Op.Cit., Hal.2. 195 Jacob Adam Schroeder, “Anti-Circumvention of Competition:Avoiding Conflict Between The DMCA and Antitrust”, The Intellectual Property Law Review (2010), Hal.8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 88
menghalangi pemilik sebuah DVD untuk menggandakan DVD tersebut.196 Sarana kontrol teknologi juga bisa berupa teknologi yang menghalangi penggunaan komputer untuk memasang aplikasi yang tidak diizinkan oleh pencipta suatu sistem operasi atau pembuat perangkat keras. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, konsumen dan sejumlah ahli informatika mampu menembus sarana kontrol teknologi dengan tindakan yang disebut circumvention197. Dengan tindakan ini, akhirnya pengguna dapat menembus larangan-larangan yang diberlakukan oleh pemilik platform atau pemilik Hak
Cipta.
Sebagai reaksi atas hal tersebut, muncullah doktrin anticircumvention.Doktrin anticircumvention melarang segala bentuk tindakan penembusan, penghapusan atau pengubahan terhadap sarana kontrol teknologi yang ada dalam suatu produk yang dilindungi oleh Hak Cipta. Doktrin tersebut diperkenalkan secara global pada tahun 1996 melalui WIPO Copyright Treaty.
Perjanjian tersebut mewajibkan negara-negara pesertanya untuk memberikan tindakan hukum kepada setiap praktek circumvention yang dilakukan terhadap sarana kontrol teknologi yang digunakan oleh pencipta untuk melindungi ekayaan intelektualnya berdasarkan Konvensi WIPO maupun Konvensi Berne dan untuk mencegah tindakan-tindakan tanpa izin terhadap kekayaan intelektualnya.198
Doktrin anticircumvention kemudian diwujudkan kedalam Undang-Undang di
196 Ibid. 197 Circumvention adalah the act of bypassing, avoiding, deactiving or impairing a technological measure or device tat controls access to a work protected by U.S. Copyright Law. (Bryan A. Garner (ed), Black Law‟s Dictionary 9th Edition for The iPhone/iPad/iPod Touch, Version:2.0.0. (B10239), Copyright 2010, Thomson Reuters.) 198 World Intellectual Property Organization, Copyright Treaty, Apr.12, 1997, S.Treaty Doc.No.105-17, Pasal 11.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 89
sejumlah negara, seperti dalam Section 1201 (a) Digital Millenium Copyright Act milik Amerika Serikat serta dalam Article 6 European Directive 2001/29/Ec milik
Uni Eropa.
Rekayasa ulang atau reverse engineering199 adalah suatu teknik atau proses untuk menemukan prinsip-prinsip teknologi suatu perangkat, objek atau sistem analisis terhadap struktur, fungsi dan operasi suatu produk teknologi. Menurut wikipedia, reverse engineering diartikan sebagai berikut:200
“Reverse engineering (RE) is the process of discovering the technological principles of a device, object or system through analysis of its structure, function and operation. It often involves taking something (e.g., a mechanical device, electronic component, or software program) a part and analyzing its workings in detail to be used in maintenance, or to try to make a new device or program that does the same thing without copying anything from the original”.
Berdasarkan definisi di atas, dapat diartikan bahwa reverse engineering merupakan suatu proses menemukan prinsip-prinsip teknologi suatu produk dengan cara menganalisa struktur, fungsi dan cara kerjanya, kemudian mencoba untuk membuat alat/produk atau program yang baru tanpa menyalin apapun dari aslinya. Dengan kata lain reverse engineering ini adalah mengurai, menganalisis, mempelajari rancangan/produk pihak lain untuk akhirnya dibuat produk baru.
Melalui Reverse engineering suatu program komputer, seorang programmer dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan performa dari suatu program
199 One way of producing a komputer program which is interoperable with other programs is by decompiling (that is, compiling in reverse), or reverse engineering, the object code of the programs with which interoperability is desired, to obtain the source code in a high level language.( Diane Rowland & Elizabeth Macdonald, Information technology Law 3rd , (Cavendish publishing;United Kingdom, 2005,) Hal. 478) 200 Reverse engineering, http://en.wikipedia.org/wiki/Reverse_engineering [Akses 12 Desember 2009]
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 90
komputer.201 Reverse yang boleh dilakukan adalah yang bukan dengan tujuan meniru, tetapi mempelajari cara kerja ilmiah dan teknis untuk menghasilkan program komputer yang lebih baik dan berbeda, tetapi apabila hanya menggandakan tanpa proses mempelajari, meneliti program komputer yang asli/independent maka dapat dikatakan melakukan pembajakan. Dengan demikian antara meniru dengan reverse sangat tipis perbedaannya, tergantung pada aktivitas yang dilakukan.
Istilah rekayasa balik pertama kali digunakan untuk menjelaskan bahwa perangkat peraturan rahasia dagang dalam kondisi teknologi yang semakin canggih dan persaingan semakin ketat, juga telah memberikan adanya sautu kesempatan kepada perusahaan pesaing untuk mencari dan mempelajari suatu rahasia dagang sesuai hukum, yaitu melalui proses yang dinamakan bongkar pasar, mempelajari produk yang dijual dipasar, diuji kalau perlu secara kimiawi atau dengan alat elektronik.202
Apabila ada aktivitas mempelajari, meneliti, menganalisis, memahami dan hasil akhir ciptaan program komputer tersebut berbeda maka reverse bukan meniru, tetapi bila hasil akhir ternyata sebagian besar tiruan atas program komputer yang dilindungi maka telah terjadi peniruan dan pelanggaran. Apabila hal ini dikaitkan dengan prinsip hak cipta yaitu prinsip originalitas, maka reverse engineering sama sekali tidak melanggar hak cipta karena menghasilkan program komputer yang berbeda dan lebih baik, yang dilindungi sebagai karya cipta asli.
201 Gene K. Landy, The IT/Legal Companion;The Comprehensive Bussiness Guide To Software, Internet, IP Law Include Contract And Web Form, (Burlington:Syngress Publishing And Elsevier, 2008), Hal.343. 202 Muhammad Djumhana, Perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung:PT.Citra Aditya Bakti, 2006), Hal.135.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 91
Lain hal nya jika hasil akhir ciptaan adalah program komputer yang sama, maka
Reverse engineering merupakan sebuah pelanggaran hak cipta, dan kegiatan ini biasa disebut dengan jailbreak.
Pada dasarnya prinsip originalitas bukanlah bermakna bahwa karya cipta tersebut merupakan sesuatu yang unggul tetapi karya tersebut haruslah karya asal dan tidak disalin secara langsung atau tidak langsung dari karya orang lain.
Keaslian juga bermaksud bahwa seseorang itu harus membuat karya itu untuk pertama kalinya. Keaslian di sini bermakna hasil karya tersebut tidak di salin dari hasil karya orang lain. Oleh karena itu, dua orang berlainan boleh memiliki hak cipta sendiri atas hasil karya yang serupa asalkan hasil karya itu adalah usaha sendiri pihak-pihak tersebut tanpa menyalin atau meniru antara satu dengan yang lain.
Reverse engineering merupakan proses untuk membongkar bahan dan teknologi yang ada pada suatu benda. reverse engineering bisa diterapkan pada aneka macam hal, misalnya resep masakan atau benda elektronik, atau program komputer.203 Tentunya dalam konteks ini, yang dimaksud adalah software reverse engineering, yaitu proses bagaimana seseorang bisa mengetahui algoritma program (kode sumber). Ada banyak hal yang bisa dilakukan dengan reverse engineering. Dalam kasus virus, bisa menganalisis virus dan membuat anti yang
203 Dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan, tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta: Perbanyakan suatu Ciptaan selain Program Komputer, secara terbatas dengan cara atau alasan apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang no nkomersial semata- mata untuk keperluan aktivitasnya; Penjelasan Pasal 45 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta; Pembuatan salinan cadangan suatu Program Komputer oleh pemilik Program Komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 92
tepat. Dalam kasus proteksi program, bisa membongkar proteksi yang dilindungi oleh hak cipta seperti serial number dan expiration date.204
Doktrin tentang rekayasa ulang adalah diawali dengan mengetahui produk, kemudian mempelajarinya, lalu mengembangkannya. Didalamnya terkait dengan proses analisa tentang sistem operasi, struktur dan bahan-bahan yang digunakan.205 Dalam hal program komputer terkait dengan menerjemahkan kode objek menjadi kode sumber yang kemudian dibaca oleh manusia. Programmer dapat mengetahuinya dari hasil penerjemahan kode objek ke kode sumber tadi tenang dasar-dasar dan metode pada program komputer yang digunakan.206
Secara garis besar, tidak ditemukan definisi reverse engineering secara komprehensif. Namun menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2000 tentang Rahasia Dagang, yang dimaksud dengan ”rekayasa ulang” (reverse engineering) adalah suatu tindakan analisis dan evaluasi untuk mengetahui informasi tentang suatu teknologi yang sudah ada.207 Selain pengertian yang tercantum dalam Undang-Undang Rahasia Dagang, reverse engineering dapat dianalogikan dengan rekayasa genetik dalam bidang pemuliaan tanaman, dimana dengan rekayasa genetika akan mampu dilakukan kegiatan pemuliaan untuk merakit varietas baru dengan memindahkan gen yang memiliki ekspresi sifat spesifik dengan ketepatan yang tinggi. Melalui rekayasa genetika dapat diperoleh
204 Reverse engineering, http://ferrifadli.wordpress.com/2008/12/12/reverse-engineering/ Akses 14 Januari 2010 205 Frequently Asked Questions (and Answers) about Reverse engineering, http://www.chillingeffects.org/reverse/faw.cgi, diakses tanggal 206 Judith A. Szepesi, “Maximizing Protection for Computer Software”, 12 Santa Clara Computer and High Technology Law Journal 173, February, 1996, Hal.176. 207 Republik Indonesia, Penjelasan Pasal 15 huruf b Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 93
varietas baru yang memiliki sifat-sifat dasar yang masih seperti varietas asal, kecuali satu atau dua sifat tertentu yang berbeda, yang pada umumnya meningkatkan sifat keunggulan. Varietas baru ini dapat memperoleh hak perlindungan varietas tanaman (PVT), tetapi harus mendapat persetujuan dari pemilik varietas asal yang digunakan. Hal ini bertujuan agar pemegang hak PVT atau pemilik nama varietas asal masih mendapat perlindungan dan hak ekonomi dari penggunaan PVT dari varietas turunan esensial.
Metode yang dilakukan dalam rekayasa ulang terdiri dari 2 (dua) fase, yaitu fase pertama melakukan observasi besar-besaran terhadap keseluruhan program yang ia sebut dengan sebutan system-level reversing.208 Teknik pertama ini membantu untuk melihat struktur umum daru sebuah program dan bagaimana program itu berfungsi. Setelah dapat memahami bagaimana system-level reverse enginering ini dilakukan baru setelah itu dilakukan lagi secara lebih mendalam yang disebut dengan fase code-level reversing.209
Secara garis besar, kegiatan rekayasa balik dapat disimpulkan dengan meliputi 5 (lima) tahap, yaitu:
1. Kegiatan pembokaran produk,
2. Kegiatan assembling komponen,
3. Kegiatan benchmarking,
4. Melakukan pencangan produk baru, dan
208 Eldad Eilam, Reversing:secrets of reverse engineering, (Indianapolis:Wiley Publishing Inc., 2005), Hal.13. 209 Ibid, Hal.14-15.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 94
5. Pembuatan prototipe produk. 210
Rekayasa ulang mempunyai banyak tujuan, tergantung maksud dari sang programmer atau teknisi. Berikut beberapa kegunaaan dan tujuan dari rekayasa ulang:
1. Cracking adalah rekayasa ulang membuat suatu program menjadi sebuah kode
sumber, dengan adanya kode sumber dari suatu program, dapat dianalisa
bagaimana program itu berjalan, sehingga dapat merubah kode sumbernya
untuk melepas limitasi fitur dari pembuat program tersebut.
2. Lost source code, alasan ini paling sering diketemukan dalam penggunaan
rekayasa ulang, kasus yang sering terjadi yaitu ketika ingin memperbaharui
program yang buat, sedangkan kode sumbernya hilang. Dengan rekayasa
ulang bisa mendapatkan kode sumbernya kembali.
3. Bug hunting, adalah kegiatan dimana mencari bug. Bug adalah kesalahan yang
terdapat dalam suatu program baik itu bagian dari arus data, dalam bagian
fungsinya atau dalam bagian desainnya, sehingga menghasilkan hasil yang
tidak sesuai dengan keinginan penciptanya. Melalui rekayasa ulang, dapat
dicari bagian mana dari sebuah program yang masih rentan/kemungkinan
terjadinya bug dalam suatu program, sehingga dapat dicari solusinya dan
membuat program menjadi lebih baik.
4. Virus analysis, dengan rekayasa ulang dapat melihat apa yang dikerjakan oleh
virus tersebut melalui kode sumbernya, tentunya pekerjaan sebelumnya adalah
210 Van Lindberg, Intellectual property and open source; a Practical guide to protecting code, (USA:O‟Reilly Books, 2008), Hal.247.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 95
mencari dimana sumber virus itu bekerja maka bisa dicari cara bagaimana
mengatasinya, dari sinilah salah satu terbentuknya antivirus. 211
Rekayasa ulang dengan merubah kode sumbernya untuk melepas limitasi fitur dari pembuat program tersebut disebut juga dengan jailbreak. Jailbreak adalah tindakan untuk menembus sarana kontrol teknologi dalam suatu perangkat dengan tujuan dapat memasang program komputer aplikasi dari sumber yang tidak diizinkan dari pembuat perangkat tersebut.212 Dalam beberapa sumber dikatakan bahwa jailbreak dan reverse engineering bukanlah hal yang saling berhubungan dan berkaitan tetapi dalam kenyataannya pondasi utama dalam perkembangan jailbreak adalah reverse engineering atau rekayasa ulang itu sendiri.213
Jailbreak melakukan perubahan pada sistem operasi iOS, khususnya iOS devices (iPhone, Ipad dan iPod touch) yang sudah diberikan Technological
Protection Measure, yang mengakibatkan iOS devices yang sudah di jailbreak dapat menginstall aplikasi tidak resmi dari pihak ketiga yang tidak resmi juga.
Aplikasi ini biasanya lebih banyak dan jauh lebih berguna daripada aplikasi resmi yang disediakan oleh pihak apple. Aplikasi dari pihak ketiga ini dapat melakukan segalanya, mulai dari mengubah latar belakang iOS devices, gambar ikon aplikasi dan bebargai fitur lainnya yang belum dikembangkan oleh Apple itu sendiri. Yang paling populer dari hasil jailbreak ini adalah premium free games atau permainan premium gratis yang didapat dari aplikasi pihak ketiga yang tidak resmi.
211Reverse engineering, http://amossulluh.wordpress.com/2008/12/15/reverse- engineering/ ,diakses tanggal 212 Michael K. Cheng, “iPhone Jailbreaking Under The DMCA: Toward a Functionalist Approach in Anti-Circumvention”, Berkeley Technology Law Journal, 2010, Hal.2. 213 IoS Reverse Engineering, Hal.12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 96
Dalam keterangan yang diberikan pihak Apple yang tertera dalam “In the matter of Exemption to Prohibition on Circumvention of Copyright Protection
Systems for Access Control Technologies Docket No. RM 2008-8, Responsive
Comment of Apple Inc. In Opposition to Proposed Exemption 5A and 11A (Class
#1)”, menyatakan bahwa, sejak model pertama, para pencipta Apple telah merancang iPhone dengan memiliki Technological Protection Measure (TPM) atau langkah-langkah perlindungan teknologi yang melindungi dua bagian software inti paling penting, yaitu bootloader214 dan sistem operasi. Bootloader adalah program komputer kecil yang tersimpan di memori nonvolatile (yaitu, memori yang tidak terhapus ketika listrik padam) yang secara otomatis membaca dan dijalankan ketika listrik ke iPhone dihidupkan. Fungsi utamanya adalah untuk melakukan tes awal beberapa perangkat keras (hardware), dan untuk memuat sistem operasi ke memori perangkat utama untuk beroperasi. Sistem operasi adalah inti perangkat lunak dari iPhone yang bertanggung jawab untuk menangani kerja dan proses dari program aplikasi. Apple memiliki hak cipta pada kedua bagian inti paling penting, yaitu bootloader dan sistem operasi.215
Pada sejarahnya, jailbreak pertama kali muncul pada 27 juni 2007, dimana iPhone pada saat itu baru pertama kali muncul hanya menggunakan provider
AT&T dan mengunci iPhone tersebut agar hanya bekerja dengan provider tersebut dan hanya bekerja di wilayah Amerika Serikat saja, serta membuka segala
214 Boot loader adalah suatu program yang sudah tertanam pada suatu sistem operasi untuk mem-boot atau memanggil dan menjalankan sistem operasi yang ada pada hard disk (Bootloader, http://tkj.arka.web.id/2014/10/pengertian-boot-loader.html, di akses pada tanggal 215 David L. Hayes Fenwick & West LLP, Responsive Comment of Apple Inc. In Opposition to Proposed Exemption 5A and 11A (Class #1), (California, 2008), Hal.7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 97
batasan-batasan yang diterapkan oleh Apple.216 George Hotz adalah orang yang pertama kali menemukan bootloader exploit (secara umum dapat dikatakan sebagai kecacatan dalam hardware yang berfungsi sebagai alat keamanan dalam iOS versi 3.1.3). Pada perkembangannya George Hotz kemudian menciptakan sebuah aplikasi yang dapat men”jailbreak” iOS devices, dan kemudian berkembang menjadi tethered jailbreak dan untethered jailbreak.
Tethered Jailbreak adalah Tipe jailbreak yang tidak bisa bekerja setelah iDevice direstart. Untuk membuat jailbreaknya kembali bekerja iDevice yang bersifat tethered jailbreak harus dihubungkan ke komputer terlebih dahulu.
Sedangkan untethered Jailbreak adalah kebalikan dari tethered jailbreak. iDevice
Anda bisa dihidupkan dengan normal tanpa harus menghubungkannya ke komputer terlebih dahulu.217
Tidak hanya jailbreak iOS devices saja yang dapat diterapkan dalam pembobolan sekuriti atau sistem proteksi pada sistem operasi, George Hotz, orang yang membobol sistem proteksi iOS devices juga membobol sebuah mesin game
Sony, yaitu Playstation 3 (PS3) yang mengakibatkan pengguna dapat menginstall aplikasi dari pihak ketiga dan kemungkinan dapat memainkan aplikasi bajakan tanpa terendus oleh pihak Sony.218 Kemudian kasus ini berlanjut dengan kuasa hukum Sony Computer Entertaiment (SCEA) meminta pengadilan San Fransisco
216 Lianna Cassavoy, https://www.lifewire.com/what-is-jailbreaking-an-iphone-577591, diakses pada tanggal 20 Agustus 2016. 217 Ivan, The FAQs (Frequently Asked Questions), https://appbuntu.com/jailbreak/faq/, diakses pada tanggal 20 Agustus 2016. 218 Trisno Heriyanto, Apa Saja Dampak Pembobolan di PS3?, http://inet.detik.com/read/2011/01/17/160721/1548490/654/apa-saja-dampak-pembobolan-di-ps3 , diakses pada tanggal 20 Agustus 2016.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 98
untuk menghentikan serta menindak tegas terhadap sekelompok orang yang membobol Playstation 3 (PS3).219
Salah satu kasus jailbreak paling terkenal di Amerika adalah jailbreak yang dilakukan oleh seorang hacker ternama yaitu George Hotz. George tidak hanya sekedar melakukan jailbreak pada iOS tetapi George juga mencipta aplikasi untuk melakukan jailbreak dan bahkan mempermudah proses jailbreak tersebut.220 Pada tanggal 13 Oktober 2009, Hotz merilis aplikasi bernama
Blackra1n, jailbreak untuk semua iPhone dan iPod Touches. Pada tanggal 31
Oktober 2009, Hotz mengumumkan akan merilis versi terbaru dari Blackra1n,
Blackra1n RC3, Aplikasi versi ini menyertakan blacksn0w yang tidak hanya berfungsi sebagai jailbreak tetapi akan memungkinkan melakukan unlocking SIM
Card Bundling dari semua iPhone menggunakan Blacksn0w RC1. Pada penghujung tahun 2010, Hotz merilis aplikasi Greenpois0n yang digunakan untuk jailbreak pada iPhone 3GS, iPod Touch generasi keempat, iPhone 4 dan di iPad.
Bahkan 2 minggu kemudian Hotz juga meliris aplikasi jailbreak untuk Mac
(Komputer dengan OS iOS).221
Dalam dakwaannya ini SCEA menuntut George Hotz (dalam dunia maya dikenal sebagai geohot) yang sebelumnya sukses membobol iPhone, dan Hector
Martin Cantero, Sven Peter, dan beberapa hacker lainya yang tergabung dalam
219 Trisno Heriyanto, Sony Tuntut Hacker Pembobol PlayStation 3, http://inet.detik.com/read/2011/01/13/135026/1545698/654/sony-tuntut-hacker-pembobol- playstation-3, diakses pada tanggal 220Damai Subiwanto, Siapakah George Hotz?, https://damaisubimawanto.wordpress.com/2011/01/18/siapakah-george-hotz/, diakses terakhir tanggal 25 Oktober 2015. 221Top Hackers All The Time, https://tophackers.wordpress.com/10-ge0h0t/, diakses terakhir tanggal 25 Oktober 2015.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 99
kelompok Fail0verflow. Para hacker tersebut dituntut atas dakwaan pelanggaran
Digital Millennium Copyright Act, penipuan dan penyalahgunaan komputer, ditambah dengan pelanggaran hak cipta di California, pelanggaran kontrak, dan beberapa pelanggaran lainnya. Selain itu SCEA juga meminta pengadilan untuk menghentikan peredaran source code, dan software apapun yang bisa digunakan untuk membobol PS3.
Membobol proteksi ke 'jantung' PS3, dengan “key” dari sistem operasi yang berjalan dalam PS3 tersebut memungkinkan pengguna untuk menginstall aplikasi yang diinginkan ke dalam konsol tersebut. Namun bagi SCEA, hal itu malah membuat para gamer memainkan game secara ilegal di konsol mereka.
Ada banyak alasan untuk melakukan jailbreak bagi pengguna iDevice.
Beberapa pengguna melakukan jailbreak untuk menghindari keterbatasan software standar yang diberikan oleh Apple atau untuk mendapatkan kustomisasi lebih dalam perangkat iDevice, misalnya tema, bahasa. Beberapa alasan juga terletak pada Application Store atau App Store, dimana perangkat lunak untuk berekspresi harus melalui perseujuan Apple terlebih dahulu. Contohnya, Apple melarang aplikasi WikiLeaks yang pada saat itu dinilai kontroversial. Selain itu ada beberapa alasan mengapa harus dilakukan jailbreak yaitu:
1. Access to Forbidden Apps and Services
Selengkap-lengkapnya seleksi yang ada di App Store, masih ada jenis aplikasi yang belum diterima oleh Apple. Namun dengan jailbreak dapat menggunakan dan mengunduh apa yang ditawarkan oleh pihak ketiga. Jailbreak juga memberi kebebasan kepada untuk mengkostumisasi antarmuka iDevice
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 100
dengan cara yang tidak diizinkan oleh Apple, misalnya, menerapkan tema untuk mengganti wallpaper iPhone dan ikon-ikonnya. 222
2. File Manager
Layaknya Android yang bisa mengeksplor file yang tersimpan di perangkat iDevice menggunakan iFile. Dengan iFile, pengguna yang iDevice-nya sudah di jailbreak dapat menjelajah filesystem dari iOS seperti file manager milik
Android. Ini adalah salah satu kelebihan yang tidak bisa di gunakan oleh iOS tanpa Jailbreak.223
3. Mengubah Font atau jenis tulisan di iDevice224
4. Dapat Menginstal Aplikasi Berbayar/Tidak Di Izinkan Dengan Mudah225
Alasan utama kebanyakan Pengguna iDevice melakukan jailbreak pada perangkat iDevice adalah agar dapat menginstall aplikasi pihak ketiga yang tidak di izinkan oleh pihak Apple. Sebab saat ini ada banyak sekali aplikasi di App
Store dan sifatnya berbayar, dengan melakukan jailbreak bisa mendapatkan aplikasi tersebut secara gratis dan lebih mudah.
B. Jailbreak Dalam Kaitannya dengan Hukum Hak Cipta
Perlindungan hak cipta terhadap program komputer secara otomatis diberikan ketika program komputer muncul sebagai suatu produk atau sebagai bentuk benda berwujud lainnya. Untuk itu tidak dibutuhkan prosedur resmi seperti
222 Christopher Breen, Setelah menjadi legal, apakah jailbreaking adalah pilihan cerdas?, (Macworld Indonesia, Oktober 2010), Hal.40. 223 Yoedhistiera Poetra Imani , 8 Alasan Keren Kenapa Kamu Harus Jailbreak iOS 9.3.3, http://www.applenesian.com/2016/07/8-alasan-keren-kenapa-kamu-harus-jailbreak-ios-9-3-3.html, diakses pada tanggal 224 Ibid. 225 Pengertian Jailbreak iPhone, Manfaat Dan Resiko Jailbreak iPhone, http://sinyaltech.com/pengertian-jailbreak-iphone-manfaat-dan-resiko/, diakses pada tanggal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 101
pendaftaran untuk memperoleh perlindungan terhadap program komputer.
Meskipun tidak ada kewajiban untuk melakukan pendaftaran, namun dianjurkan untuk tetap melakukan pendaftaran ciptaan sebagai langkah preventif apabila suatu saat nanti terjadi sengketa. Selain itu, hukum hak cipta mempunyai hak eksklusif yang diberikan baik kepada pencipta maupun kepada pemegang hak cipta program komputer untuk memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya.
Dengan adanya hak eksklusif yang dimiliki oleh pencipta dari program komputer, akan menimbulkan tindakan monopolistik terhadap kepemilikan program komputer. Sehingga muncul suatu konsep reverse engineering (rekayasa ulang) terhadap program komputer untuk mengurangi tindakan monopolistik tersebut, karena pada dasarnya reverse engineering ini merupakan proses untuk menemukan prinsip-prinsip teknologi suatu produk dengan cara menganalisa struktur, fungsi dan cara kerja suatu program komputer kemudian mencoba untuk membuat program komputer baru yang lebih unggul dari program komputer sebelumnya tanpa menyalin apapun dari aslinya.
Dengan kata lain reverse engineering ini adalah mengurai, menganalisis, mempelajari rancangan/produk pihak lain untuk akhirnya dibuat produk baru.
Reverse yang boleh dilakukan adalah yang bukan dengan tujuan meniru, tetapi mempelajari cara kerja ilmiah dan teknis untuk menghasilkan program komputer yang lebih baik dan berbeda, tetapi apabila hanya menggandakan tanpa proses mempelajari, meneliti program komputer yang asli/ independent maka dapat dikatakan melakukan pembajakan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 102
Rekayasa ulang merupakan proses penting bagi programmer komputer dalam mengembangkan suatu program komputer baru. Dalam prosesnya, dimungkinkan terjadi penyalinan Hak Cipta yang ada pada program komputer sebelumnya, dimana hal tersebut dapat menyebabkan pelanggaran dan persaingan tidak sehat. Hal tersebut menjadikan produsen-produsen program komputer tidak diperkenankan melakukan rekayasa ulang pada program komputer yang mereka buat.226
Secara garis besar, rekayasa ulang merupakan suatu kegiatan membuat kembali produk yang sudah ada dengan menggunakan bagian, material, serta cara pembuatan yang sama seperti produk aslinya tanpa menyalin apapun dari program komputer yang asli. Rekayasa ulang merupakan sebuah proses umum untuk menganalisa suatu teknologi khususnya untuk mengetahui cara kerja suatu sistem teknologi pada produk. Rekayasa ulang sebagai sebuah metode dibutuhkan untuk pengembangan teknologi, melalui rekayasa ulang program komputer seorang peneliti dapat mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan performa dari suatu program komputer.227
Doktirn tentang rekayasa ulang adalah diawali dengan mengetahui produk, kemudian mempelajarinya, lalu mengembangkannya. Didalamnya terkait dengan proses analisa tentang sistem operasi, strukur dan bahan-bahan yang digunakan.228
Rekayasa ulang merupakan istilah teknis untuk mempelajari produk dan sistem kerjanya. Dalam hal program komputer terkait dengan menerjemahkan kode objek
226 David N. Pruitt, “Beyond Fair Use: The Right Contract around Copyright Protection of Reverse Engineering in The Software Industry”, Chicago-Kent Journal of Intellectual Property, 2006, Hal.2. 227 Gene K. Landy, Op.Cit., Hal.342-343. 228 David Bener, Op.Cit., Hal. 27.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 103
menjadi kode sumber yang kemudian dapat dibaca oleh manusia. Programmer dapat mengetahui dari hasil penerjemahan kode objek ke kode sumber tadi tentang dasar-dasar dan metode pada program komputer yang digunakan.229
Dalam banyak kasus, dalam kaitannya dengan rekayasa ulang maka banyak produsen program komputer yang tidak membuka akses terhadap kode sumber mereka. Walaupun demikian, dengan bermodalkan kode objek yang minim, para programmer yang menekuni rekayasa ulang dapat menganalisa dan membangun kembali kode sumber yang serupa dengan program komputer yang mereka analisa.230
Beberapa diskusi berkembang tentang rekayasa ulang menyatakan bawa sebaiknya hukum Hak Cipta tidak melarang adanya rekayasa ulang. Perombakan dengan metode rekayasa ulang yang bertujuan mengembangkan program komputer yang ada, dimana tidak mengandung persamaan susbtansial dengan program komputer yang dikembangkan akan mendorong semakin terbukanya banyak pilihan bagi masyarakat untuk menggunakan program komputer. Dengan dibukanya peluang bagi rekayasa ulang maka akan mempersempit ruang monopoli yang berlebihan dari pemegang Hak Cipta. Hak Cipta juga harus memberikan porsi yang adil bagi kepentingan publik secara luas. Contohnya Hak
Cipta hanya melindungi ekspresi atau karya saja sedangkan ide tidak dapat dilindungi, sehingga publik secara luas dapat menggunakan dengan bebas ide dari karya yang dihasilkan tersebut. Jika rekayasa ulang tidak diperkenankan maka
229 Judith A. Szepesi, “Maximazing Protection for Computer Software.”, 12 Santa Clara Computer and High Technoogy Law Journal 173, February, 1996, H.176. 230 Pamela Samuelson and Suzanne Scotchmer, “The Law and Economics of Reverse Engineering”,http://www.yalelawjournal.org/the-yale-law-journal/content-pages/the-law-and- economics-of-reverse-engineering/. Diakses tanggal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 104
publik tidak dapat secara luas menggunakan ide dari karya tersebut untuk mendapatkan keuntungan.231
Dalam beberapa kasus, beberapa produsen program komputer yang berlisensi melarang adanya rekayasa ulang. Setiap konsumen yang akan melakukan pemasangan (install) program komputer, sebelumnya diminta untuk menyetujui The End User License Agreement (EULA). EULA Pada program komputer yang diperjualbelikan terdapat ketentuan didalamnya yang mengatakan,
“may not reverse engineering” yang artinya tidak diperbolehkan melakukan rekayasa ulang.232 Terdapat juga ketentuan yang menyebutkan:233
“By installing, copying, or otherwise the software program you agree to be bound by terms of this agreement. Subject to the grant of license here in above, you may not, in whole or in part, copy, photocopy, reproduse, translate, revrse engineering, derive source code, modify, disamble, decompile, create derivative works based on the program or remove any proprietary notices or labels on the program without the prior consent, in writing...”
Rekayasa ulang program komputer melibatkan kode objek dari program komputer yang ada untuk diterjemahkan menjadi kode sumber yang baru dapat saja terjadi tntutan dari pemegang Hak Cipta program komputer tersebut, walaupun pada kenyataannya produk yang dihasilkan tidaklah menjiplak program komputer yang ada. Alasan yang dikemukakan untuk memperbolehkan rekayasa ulang diantaranya karena pemakaian ide materi dari Hak Cipta tersebut merupakan pemakaian yang wajar atau fair use. Semenjak ditandantanganinya
The Digital Millenium Copyright Act (DMCA) oleh Presiden Amerika, Bill
231 Craig Zieminski, “Game Over for Reverse Engineering?” How DCMA and Contract have Affected Innovation.”, Journal of Tecnology Law and Policy, December, 2008, Hal.13. 232 Gene K. Landy, Op.Cit., Hal.56. 233 Craig Zieminski, Op.Cit., Hal.10.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 105
Clinton, Pada tanggal 28 Oktober 1998, sejak itu pula DMCA di implementasikan ke The World Intellectual Property Organization Copyright Treaty an its
Performance ad Phonograms Treaty.234 Aturan ini adalah sebagai bentuk perlindungan terhadap hak cipta agar tidak terjadi duplikat konten, atau pembajakan seperti halnya album lagu yang begitu banyak disebarluaskan di media hosting untuk bebas didownload. Pada intinya, DMCA itu adalah sebagai tujuan untuk melindungi hak cipta dari rangkaian penggunaan teknologi yang digunakan untuk mengontrol dan menggunakan konten dari produk yang memiliki perlindungan Hak Cipta. Pada DMCA pengadilan menganalisis fair use dengan melihat pada bukti dan mengaplikasikannya pada tiap faktor. Berdasarkan faktor tersebut dapat diketahui apakah tindakan pengguna tadi termasuk fair use atau tidak. Setelah semua dipertimbangkan, faktor yang paling menonjol harus dipenuhi sehingga dapat memecahkan isu kemungkinan fair use itu sendiri.235
Peraturan Hak Cipta di Amerika Serikat (Digital Millenium Copyrighted
Act/DMCA) menjelaskan faktor-faktor yang menjadi dasar sebagai alasan pembenaran dari fair use, yaitu:
1. Purpose of the use (tujuan dari penggunaan),
2. Effect of the value of the copyrighted work (pengaruh penggunaan terhadap
pasar),
3. Nature of the copyrighted work (sifat karya yang dilindungi oleh Hak Cipta),
234 American Association of Law Libraries, www.aallnet.org/main- menu/advocacy/copyright/dmca.html ,diakses pada tanggal 235 Marc Lindsey,”Chapter Eight:Copyright Policies on Campus”, hal.18.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 106
4. Amount and substantiability of the portion used in reation to the entire work
(jumlah dan signifikansi bagian yang digunakan). 236
DMCA tetap memberi pembatasan pada ketentuannya meskipun telah ditetapkan faktor-faktor yang menjadi dasar sebagai alasan pembenaran dari fair use. Pembatasan-pembatasan tersebut diantaranya:
1. Pembatasan bagi perpustakaan non profit dan kepentingan pendidikan.
Pembatasan ini memberikan ijin bagi perpustakaan non profit dan untk kepentingan pendidikan untuk menggunakan produk dengan hak cipta didalamnya dengan tujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
2. Reverse Engineering
Pada DMCA pembatasan ini memberikan ruang bagi para developer program untuk dapat menganalisis suatu produk yang memiliki Hak Cipta didalamnya sehinga dapat mengidentifikasi serta menganalisa elemen-elemen yang ada dalam produk tersebut sehingga dapat melakukan pengembangan atas produk yang diteliti.
Reverse yang boleh dilakukan adalah bukan dengan tujuan meniru, tetapi mempelajari cara kerja ilmiah dan teknis untuk menghasilkan program komputer yang lebih baik dan berbeda, tetapi apabila hanya menggandakan tanpa proses mempelajari, meneliti program komputer yang asli maka dapat dikatakan pelanggaran.
Kegiatan membuat kembali program komputer dengan cara reverse engineering tanpa menghasilkan program komputer yang lebih baik dan unggul
236 David N. Pruitt, Op.Cit., Hal.4-5.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 107
dari program komputer sebelumnya akan menimbulkan banyak kerugian bagi pemilik program komputer yang produknya di reverse engineerng. Untuk menentukan apakah reverse engineering program komputer diijinkan atau tidak, maka hal pertama yang harus dijelaskan adalah rezim hukum apa yang dapat memberikan atau menyediakan perlindungan terhadap program komputer dan pemiliknya.
Meskipun terdapat pengecualian terhadap hak eksklusif pemilik program komputer, namun hal ini belum mampu memberikan keseimbangan antara hak pemilik program komputer dengan kebutuhan peningkatan teknologi sehingga diperlukan suatu upaya hukum untuk memberikan keseimbangan antara keduanya. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pengalihan hak berupa perjanjian lisensi antara pemilik program komputer dengan pihak lain.
Pengalihan hak dengan lisensi menurut UU Hak Cipta diatur dalam Pasal 80 dan
Pasal 84. Dalam pasal tersebut, pemilik program komputer berhak memberikan lisensi kepada pihak lain untuk melakukan perbuatan sesuai Pasal 4 UU Hak
Cipta. Isi ketentuan perjanjian dalam perjanjian lisensi ini biasanya tergantung dari para pihak yang membuatnya sehingga dengan adanya perjanjian lisesni maka pemilik program komputer tetap mempunyai hak atas program komputer yang dilisensikan tersebut dengan memperoleh pembayaran royalti sedangkan di sisi lain, perjanjian lisensi ini membawa implikasi akan terus dikembangkannya program komputer demi kemajuan teknologi oleh pihak-pihak yang menerima lisensi tersebut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 108
Hak cipta merupakan hak dari pembuat sebuah ciptaan terhadap ciptaan dan salinannya. Pembuat sebuah ciptaan memiliki hak penuh terhadap ciptaan serta salinan dari ciptaannya tersebut. Hak-hak tersebut misalnya adalah hak-hak untuk membuat produk derivatif dan hak untuk menyerahkan hak-hak tersebut ke pihak lain. Kepemilikkan hak cipta dapat diserahkan sevara sepenuhnya atau sebagian kepada pihak lain melalui mekanisme lisensi, contohnya Apple iOS menjual produknya ke publik dengan mekanisme lisensi, berarti Apple iOS memberi Hak kepada seseorang yang membeli Apple iOS untuk menggunakan perangkat lunak tersebut. Orang tersebut tidak diperkenankan untuk membuat salinan Apple iOS untuk kemudian dijual kembali, karena hak tersebut tidak diberikan oleh Apple iOS, walaupun demikian seseorang tersebut berhal untk membuat salinan jika salinan tersebut digunakan untuk kebutuhan sendiri, misalnya untuk keperluan backup.
Reverse engineering atau Rekasaya balik merupakan proses untuk membongkar bahan dan teknologi yang ada pada suatu benda. Pada konteks ini yang dimaksud adalah rekayasa balik program komputer dengan cara jailbreak
Apple iOS Device, yaitu proses bagaimana seseorang bisa mengetahui alogaritma program atau kode sumber program. Ada banyak hal yang bisa dilakukan dengan jailbreak, dalam kasusu virus, bisa menganalisa virus dan membuat anti virus yang tepat. Dalam hal proteksi program, bisa membongkar proteksi seperti serial number dan dalam Apple iOS Device, bisa menembus proteksi teknologinya , yaitu Apple Encrypted Digital Signature.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 109
Berbeda dengan peraturan Hak Cipta di Indonesia, Khususnya Pasal 44
Huruf (a), yang tidak menjabarkan lebih detil tentang pemakaian yang wajar (fair use) sehingga akan menyulitkan untuk menilai apakah suatu perbuatan dapat dikategorikan pemakaian yang wajar atau tidak.
Rekayasa ulang program komputer melibatkan kode objek dari program komputer yang ada untuk diterjemahkan menjadi kode sumber yang baru dapat saja terjadi tuntutan dari pemegang Hak Cipta program komputer tersebut, walaupun pada kenyataannya produk yang dihasilkan tidaklah menjiplak program komputer yang ada. Alasan yang dikemukakan untuk memperbolehkan rekayasa ulang diantaranya karena pemakaian ide materi dari Hak Cipta tersebut merupakan “pemakaian yang wajar” atau “fair use”. Peraturan Hak Cipta di
Amerika Serikat (Digital Millenium Copyright Act/DMCA) menjelaskan faktor- faktor yang menjadi dasar sebagai alasan pembenar dari fair use
Kegiatan membuat kembali program komputer dengan cara reverse engineering tanpa menghasilkan program komputer yang lebih baik dan unggul dari program komputer sebelumnya akan menimbulkan banyak kerugian bagi pemilik program komputer yang produknya di reverse engineering. Jailbreak sebagai salah satu metode reverse engineering banyak memberi kemudahan bagi para pengguna iDevice pada masa kini, meskipun memberi banyak kemudahan, nyatanya Jailbreak telah melanggar prinsip-prinsip utama Hukum Hak Cipta di
Indonesia.
Jailbreak adalah tindakan untuk menembus sarana kontrol teknologi dalam suatu perangkat dengan tujuan untuk dapat memasang program komputer
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 110
aplikasi dari sumber yang tidak diizinkan oleh pembuat perangkat/platform tersebut. Dalam hal ini perangkat atau platform yang diretas hanyalah platform yang bersifat tertutup. Di dalam industri teknologi informasi, dikenal adanya konsep closed technology platform. Technology platform237 sendiri didefinisikan sebagai rangkaian komponen teknis yang membentuk suatu computing environment bagi konsumen tingkat akhir.238 Suatu technology platform pada dasarnya terdiri dari tiga tingkatan teknologi, dimana tiap-tiap tingkatan bergantung kepada tingkatan dibawahnya. Tingkatan paling bawah adalah perangkat keras atau hardware, tingkatan tengah adalah sistem operasi yang mengatur input dan output sehingga memungkinkan pengguna untuk dapat mengoperasikan suatu komputer serta memungkinan program aplikasi untuk berinteraksi dengan perangkat keras. Tingkatan paling atas adalah program komputer.239 Program komputer adalah perangkat lunak yang dirancang untuk fungsi-fungsi tertentu berdasarkan kebutuhan pengguna komputer.
Technology platform kemudian dibagi menjadi dua, yaitu open platform dan closed platform. Open platform adalah suatu platform teknologi dimana pemilik platform menerapkan kendali minimal bagi platform teknologi yang
237 Platform adalah dasar atau tempat dimana sistem operasi bekerja, tanpa platform sistem operasi tidak akan bisa berjalan. Sebuah Platform terdiri dari sistem operasi yaitu program sistem koordinasi komputer yang memberikan perintah-perintah kepada prosesor dan hardware untuk melakukan operasi-operasi logis dan mengatur pergerakan data di komputer, contohnya adalah Komputer (MAC, Asus, dan lain sebagainya), Smartphone (Apple, Samsung, Sony, dan lain sebagainya), Xbox, PlayStation 3. Platform dan sistem operasi sering dianggap sebagai hal yang sama tetapi pada kenyataannya tidak. Sistem Operasi adalah sistem yang menkoordinir komputer dengan memberikan perintah-perintah kepada prosesor dan hardware untuk melakukan operasi-operasi logis yang diperintahkan, contohnya adalah, Windows, iOS, Android, Linux, dan lain sebagainya), (weslysibagariang on Oktober 4, 2012,https://uniquesciences.wordpress.com/2012/10/04/pengertian-dan-perbedaan-platformdan- dan-sistem-operasi/ 238 Jonas P. Herrel, “The Copyright Misuse Doctorines Role in Open and Closed Technology Platform, Berkeley Technology Law Journal Vol.26 (2011), Hal.21. 239 Ibid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 111
dimilikinya, maka closed platform merupakan platform teknologi dimana pemiliknya memiliki kendali maksimal atau penuh terhadap platform yang dimilikinya. Suatu closed platform mencerminkan suatu lingkungan teknologi dimana campur tangan pihak luar hanya bisa terjadi berdasarkan persetujuan dari pemilik platform.240 Hal ini membuat pemilik platform dapat mengendalikan perkembangan platform yang dimilikinya serta berkuasa penuh untuk mengambil keputusan mengenai integrasi dari tiap tingkatan dalam platform tersebut.
Salah satu contoh closed platform technology yang menarik dicermati adalah platform sistem operasi iOS. Sistem operasi iOS adalah suatu mobile operating system milik Apple Computer yang sebelumnya dikenal sebagai iPhone
Operating System. iOS tidak hanya terdapat pada perangkat iPhone saja, tetapi juga pada produk lain milik Apple, seperti iPod Touch dan iPad. Ketiga produk yang menggunakan sistem operasi iOS ini kemudian disebut sebagai iOS Device.
Saat pertama kali diluncurkan, iPhone berjalan dalam proprietary platform dimana Apple tidak memungkinkan aplikasi dari pihak ketiga untuk dipasang didalamnya. Platform iOS yang sangat tertutup akhirnya menjadi agak terbuka terhadap campur tangan pihak ketiga pada tahun 2008, Apple memperkenalkan
Application Store atau biasa disebut App Store.
Apple memperkenalkan suatu konsep toko digital melalui App store dimana pengguna iOS dapat membeli aplikasi-aplikasi yang dibutuhkannya melalui jaringan internet untuk kemudian mengunduh dan memasang aplikasi tersebut di perangkat iOS Device. Konsep closed platform technology yang
240 Jonas P. Herrel, Op.Cit., Hal.2.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 112
diterapkan Apple melalui sarana kontrol teknologi dalam iOS Device, menyebabkan pengguna hanya dapat memasang aplikasi yang telah disetujui oleh
Apple dan dijual melalui App Store. Terhadap konsep “App Store Lock-in”, akhirnya muncul suatu upaya untuk memodifikasi atau menghilangkan sarana kontrol teknologi tersebut yang sering disebut dengan jailbreak.
Teknik jailbreak pertama dikenalkan pada Juli 2007, sekitar satu bulan sejak diluncurkan generasi pertama iPhone. Tindakan jailbreak memungkinkan pengguna untuk menembus halangan tersebut sehingga pengguna mempunyai akses ke seluruh sistem file. Dengan akses penuh yang dimilikinya, pengguna dapat memasukkan atau menginstall perangkat lunak pilihannya yang tidak tersedia di App Store ke dalam sistem file iOS. Perangkat lunak tersebut dapat memodifikasi sistem keamanan iOS sehingga mampu mematikan komponen- komponen tertentu dalam iOS yang fungsinya untuk mencegah pemasangan aplikasi yang tidak memiliki Apple Encrypted Digital Signature (aplikasi yang tidak disetujui Apple) didalamnya.
Jailbreak adalah tindakan untuk menembus sarana kontrol teknologi dengan tujuan untuk dapat memasang aplikasi yang tidak diizinkan dari pembuat perangkat tersebut.241 Jailbreak atau Jailbreaking adalah istilah yang umum digunakan bagi pengguna produk apple yamg bertujuan untuk membuka proteksi bawaan ponsel sehingga dapat mengeksplor sistem dan data penyimpanan, dapat mengakses,memodifikasi, dan menambah dari sistem yang ada, karena dapat mengakses secara penuh maka pengguna dapat memasang aplikasi dari pihak
241 Michael K.Cheng, Loc.Cit.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 113
ketiga yang tidak diverifikasi oleh Apple.242 Hal tersebut tentunya membuat perusahaan Apple merasa dirugikan.
Sistem Operasi pada iDevice masuk kedalam kategori pertama yaitu menggunakan Lisensi Komersial dimana setiap orang yang membeli iDevice langsung juga membeli lisensi untuk penggunaan Sistem Operasi pada iDevice.
Sistem Operasi iOS pada buku petunjuk yang disertakan terdapat klausula- klausula yang yang harus ditaati oleh pembeli atau pemilik iDevice salah satunya dalam Bab pertama adalah :
“Penting dengan menggunakan iphone, ipad, atau ipod touch anda (“perangkat ios‟), anda setuju untuk terikat oleh ketentuan- ketentuan sebagai berikut : A. Perjanjian lisensi perangkat lunak apple ios B. Pemberitahuan – pemberitahuan dari Apple inc. PERJANJIAN LISENSI PERANGKAT LUNAK IOS Lisensi penggunaan tunggal Bacalah perjanjian lisensi perangkat lunak ini (“lisensi‟) dengan teliti sebelum menggunakan perangkat ios anda atau mengunduh (download) pemutkhiran perangkat lunak yang menyertai lisensi ini, dengan menggunakan perangkat ios anda atau mengunduh suatu pemutakhiran perangkat lunak, sepanjang dapat diterapkan, berarti anda setuju untuk terikat oleh ketentuan- ketentuan lisensi ini, apabila anda tidak menyetujui ketentuan – ketentuan Lisensi ini, jangan menggunakan perangkat ios atau mengunduh pemutakhiran perangkat lunak tersebut. Apabila anda baru-baru ini membeli suatu perangkat lunak ios dan anda tidak menyetujui ketentuan – ketentuan lisensi ini, anda dapat mengembalikan perangkat ios tersebut dalam waktu kurun pengembalian ke toko apple atau distributor resmi apple dimana anda memperolehnya untuk menerma pengembalian uang anda, dengan tunduk pada kebijakan pengembalian yang ditetapkan oleh apple sebagaimana tertera di http://www.apple.com/legal/sales_policies/”.
242 Budiman RV,Panduan Lengkap Menggunakan Ipad, mediakita,2011,Hlm 136
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 114
Lisensi yang tertulis dalam buku petunjuk iDevice menyatakan bahwa masing-masing pengguna iDevice diwajibkan mematuhi klausula-klausula yang tertulis pada perjanjian Lisensi tersebut dan apabila ada pengguna tidak setuju dengan klausula tersebut maka dengan jelas pihak Apple memberikan pilihan untuk mengembalikan perangkat iDevice tersebut ke toko Apple atau distributor resmi Apple tersebut. Dalam lisensi iDevice Pasal 2 huruf (B)243, Apple menegaskan bahwa tidak izinkannya melakukan rekayasa balik, menyatakan bahwa:
“Anda tidak boleh, dan Anda setuju untuk tidak, atau memperbolehkan orang lain untuk, menyalin (kecuali sebagaimana secara tegas diizinkan oleh Lisensi ini), merombak, merekayasa balik, membongkar, mencoba untuk menemukan kode sumber dari, mengurai sandi, memodifikasi, atau menciptakan karya-karya turunan dari Perangkat Lunak Apple atau layanan-layanan apa pun yang disediakan oleh Perangkat Lunak Apple.”
Tanpa jailbreak, aplikasi yang tidak mempunyai Apple Encrypted Digital
Signature (aplikasi yang tidak disetujui Apple) tidak akan bisa berjalan didalam iOS device. Dengan adanya jailbreak, pengguna dapat memasang aplikasi yang bukan berasal dari App Store sehingga muncul suatu toko aplikasi online seperti
Cydia yang berperan sebagai alternatif dari App Store. Cydia juga memfasilitasi pengguna iDevice untuk mengunduh aplikasi-aplikasi premium milik Apple secara cuma-cuma tetapi tanpa izin dari Apple. Kegiatan seperti ini dapat dikatakan sebagai pelanggaran hak ekonomi pencipta karena telah melanggar lisensi komersial pada umumnya dan pencurian pada khususnya.
243 Perjanjian Lisensi Perangkat Lunak untuk Boot Camp, https://support.apple.com/id- id/HT202010 , diakses terkahir tanggal 10 Agustus 2017.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 115
Penyalahgunaan HKI dilihat dari kebijakan perlindungan HKI dapat ditenggarai manakala pemegang HKI melamapaui norma dan aturan pembatasan
(limitation) hak eksklusif atau penggunan wajar (fair dealing) kreasi intelektual.
Pembatasan pertama didasarkan pada pertimbangan kepada kepentingan umum
(public interest). Didalam rekayasa balik dengan metode jailbreak, pembatasan atau pengecualian pada umumnya dengan tolak ukur penggunaan wajar.
Penggunaan bukan untuk tujuan komersial, penggunaan yang bersifat penggunaan pribadi atau untuk kegiatan penelitian, pengembangan serta pendidikan.
1. Standard Copyrights Ability Sebagai Dasar Perlindungan Hak Cipta
Perlindungan Hak Cipta hanya diberikan kepada ciptaan yang telah diekspresikan. Doktorin ini diakui diseluruh dunia sebagaimana yang terlihat dari
Pasal 9 ayat 2 TRIPS yang menyatakan bahwa perlindungan Hak Cipta Hanya diberikan pada perwujudan suatu ciptaan dan bukan pada ide, prosedur, metode pelaksaan atau konsep-konsep matematis semacamnya. Dengan demikian terdapat kriteria-kriteria tertentu untuk dapat dikatakan sebagai suatu karya atau ciptaan yang berhak mendapat perlindungan Hak Cipta. Pasal 1 angka 3 UU Hak Cipta telah mendefinisikan Ciptaan sebagai hasil ciptaan setiap karya pencipta yang mewujudkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni atau sastra.
Dengan demikian pasal tersebut mengatur mengenai syarat-syarat perlindungan
Hak Cipta, yaitu hasil setiap karya Pencipta, yang menunjukkan keaslian dan dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 116
Hal ini sesuai dengan teori hukum dalam Hak Cipta yang mengatur suatu standar perlindungan Hak Cipta (standard copyright‟s ability) sebagai berikut244:
a. Perwujudan
Suatu karya yang diwujudkan dalam suatu media ekspresi yang
berwujud, manakala pembuatannya kedalam perbanyakan atau
rekaman suara oleh atau berdasarkan kewenangan pencipta, secara
permanen atau stabil untuk dilihat, direproduksi atau dikomunikasikan
dengan cara lain, selama suatu jangka waktu yang lama.
b. Keaslian (orisinalitas)
Kata “asli” atau uji keaslian bukan berarti karya tersebut harus betul-
betul baru dan unik, bahkan suatu karya cipta yang didasarkan pada
sesuatu yang telah menjadi milik umum mungkin saja masih asli.
c. Kreatifitas
Kreatifitas sebagai standart perlindungan Hak Cipta adalah alat ukur
keasliaan dengan derajat tertinggi. karyanya, kreatifitas akan
menunjukkan karya aslinya.
Menurut ketentuan Berne Convention, unsur keaslian merupakan hal yang esensial agar suatu karya dapat diberikan perlindungan Hak Cipta. Persyaratan keaslian merupakan akibat langsung dari persyaratan asal ciptaan (authorship).
Indonesia menetapkan perlindungan Hak Cipta diberikan kepada ciptaan yang bersifat pribadi dengan memenuhi persyaratan keaslian (originality), berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi (creativity) dan dalam bentuk yang khas (fixation).
244 Rahmi Jened, Op.Cit., Hal.79-80.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 117
Syarat keasliaan terkait dengan konsepsi Hak Cipta sebagai kekayaan
(property). Ciptaan harus benar dari eksistensi pencipta. Apa yang dapat dilindungi sebagai Hak Cipta adalah milik pribadi, sedangkan apa yang tidak dapat dilindungi adalah milik umum (public domain). Penentuan keaslian merupakan petunjuk untuk memastikan ruang lingkup kekayaan pribadi dari pencipta dalam isi ciptaannya. Keaslian adalah persyaratan hukum secara aktual untuk kepastian perlindungan.245
Derajat keasliaan Hak Cipta tidak seperti derajat kebaruan dalam bidang
Paten sebagai suatu invensi. Hal yang mendasar pada Hak Cipta adalah keaslian yang menyiratkan bahwa pemegang Hak Cipta atau pihak yang mengklaim sebagai pihak yang membuat karya tersebut. Dalam Hak Paten, keaslian suatu karya tidaklah harus baru. Pencipta dapat mengklaim Hak Cipta suatu karya sepanjang ia yang menciptakan, bahkan jika seribu orang telah menciptakan karya yang sama sebelumnya. Keaslian bukan menyiratkan kebaruan, melainkan hal tersebut menyiratkan bahwa yang bersangkutan tidak meniru dari orang lain.
Keaslian atau orisinalitas adalah bahwa perwujudan gagasan atau ide itu benar- benar dari diri dan pikiran pencipta sendiri.246 Dengan demikian, keaslian yang diminta adalah keaslian perwujudan (ekspresi) dari ide sehingga yang dilndungi sudah merupakan bentuk nyata suatu ciptaan, apapun media ekspresi yang digunakan.247
Persyaratan kreatifitas (creativity) terkait dengan adanya kreasi intelektual pribadi. Artinya ciptaan dibentuk dengan cipta, karsa dan rasa manusia, bukan
245 Ibid, Hal.81. 246 Ibid. 247 Ibid, Hal.84.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 118
diluar ciptaan manusia, seperti komputer atau binatang. Sebagai contoh, gajah yang diajar melukis oleh manusia, lukisan gajah tidak memiliki Hak Cipta untuk sebuah lukisan ataupun sebuah koreografi, tetapi manusia yang mengajarkan gajah yg memiliki Hak Ciptanya.248 Komputer yang bergerak sendiri menghasilkan gambar elektronik, gambar tersebut dan manusia pembuat program komputernya (software/aplikasi) memiliki Hak Cipta atas masing-masing ciptaannya.
Persyaratan perwujudan (fixation) merupakan konsep bnetuk material yang merujuk pada suatu ciptaan sebagai tujuan perlindungan Hak Cipta. Hak Cipta melindungi ekspresi dalam bentuk material, bukan ide atau informasinya. Konsep bentuk material adalah konsep yang merujuk “suatu karya” sebagai tujuan perlindungan Hak Cipta. Suatu ide menjadi karya manakala ide tersebut paling tidak harus dibuat dalam bentuk tertulis atau bentuk material lain-nya. Bentuk material, dalam kaitannya dengan suatu karya atau suatu adaptasi dari karya, termasuk etiap bentuk (baik tampak atau tidak) penyimpanan untuk mana suatu karya atau adaptasinya dapat diprodukasi. Arti bentuk material pada program komputer telah didiskusikan oleh The Copy Right Law review Committe (CLRC) dalam rancangannya Port on Computer Software Protection pada Juni 1993, yang dalam laporanya menyatakan249:
“Bentuk material harus diartikan tidak hanya sesuatu dalam bentuk yang khusus, hal-hal yang tertata, tetapi termasuk semua bentuk penyimpanan yang secara normal bukan sesuatu yang dapat dilihat seperti bentuk penyimpanan elektronik dan penyimpanan magnetik,
248 Ibid. 249 Ibid, Hal.85.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 119
seperti pada program komputer yang mampu untuk membuat reproduksi atas karya-karya tersebut.”
Pada dasarnya setiap hasil karya mendapatkan perlindungan Hak Cipta yaitu setiap ciptaan yang merupakan perwujudan atau pengekspresian suatu ide yang dituangkan pada suatu media tertentu sehingga memungkinkan untuk dilihat, didengar ataupun dibaca. Mengenai konsepsi bahwa Hak Cipta hanya melindungi perwujudan dan tidak melindungi ide, doktorin dasar Hak Cipta ini sering disebut sebagai idea and expression dichotomy.250 Diilustrasikan tentang implementasi dari Doktorin Diktomi Ide dan Ekspresi dengan contoh sebagai berikut251, seandainya seorang ahli ekonomi menjiplak artikel “teori eknomi A” tanpa ijin yang bersangkutan maka ahli ekonomi tersebut adalah peniru atau plagiat, namun kalau ahli ekonomi tersebut menjabarkan teori dari artikel “teori eknomi A” dalam bahasanya sendiri maka dia tidak dapat dikatakan peniru.
Bagian yang penting dari doktorin diktomi ide dan ekspresi adalah definisi dari ide itu sendiri. Diperlukan ketelitian untuk menetukan batasan atau demarkasi antara ide yang tidak dilindungi oleh Hak Cipta dan ekspresi yang dilindungi oleh
Hak Cipta. Garis demarkasi tersebut tidak didefinisikan dalam suatu definisi yang tegas sehingga harus diselesaikan kasus per kasus.252 Konsep ini dijadikan sebagai dasar dari jurisprudensi di berbagai negara meskipun hal ini menimbulkan ketidakpastian dalam menentukan konsep perlindungan.253
250 Edward Samuels, “The Idea-Expression Dictomy in Copyright Law”, dalam Tennese Law Review Association.Inc, Nomor 321, 1989, University of tennese, Hal.325. 251 William Lamdes & Richard Posner, The Economics Structure of Intellectual Property Law, (London:The Belknap Press of Harvard University), 2003, Hal.91. 252 Edward Samuels, Op.Cit., Hal.356. 253 J.A.L. Streling, World Copyright Law, (London:Sweet&Maxwell, 1998), Hal.190.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 120
Pada banyak kasus yang terkait dengan diktomi ide dan ekspresi, substansial similarity merupakan metode atau pendekatan dalam pendekatan kasus-kasus tersebut. substansial similarity adalah terminologi yang dipergunakan untuk menjelaskan metode untuk menguji terjadinya pelanggaran Hak Cipta dengan cara membandingkan antara satu ciptaan dengan ciptaan lain yang diduga sebagai hasil peniruan.254
Metode substansial similarity mempermudah menemukan pelanggar yang meniru baik secara keseluruhan ataupun sebagian melalui pemeriksaan kasus per kasus. Dengan metode ini, seseorang yang merangkai pola dan elemen ciptaan pencipta kemudian mengekspresikannya dalam bentuk yang tidak sama, tetap dapat dianggap melakukan pelanggaran. Metode substansial similarity menggerakkan pemikiran bahwa pelanggar Hak Cipta tidak semata-mata berkenaan dengan peniruan yang sama persis. Hal ini tentu dapat membatasi ruang gerak pelaku peniruan yang cerdik dalam mengekspresikan peniruan yang dilakukannya.255 Adapun perkembangan metode substansial similarity adalah adanya pendektatan “total concept and feel”, digambarkan sebagai perbandingan yang lebih menyeluruh antara dua ciptaan. Hal ini adalah pengembangan dari pendekatan substansial similarity yang hanya mempunyai kemiripan-kemiripan spesifik. Pendekatan total concept and feel juga menggambarkan bahwa Hak
Cipta memberikan perlindungan dalam ruang lingkup yang luas.
Metode substansial similarity yang kemudian berkembang dengan pendekatan total concept and feel dapat menjadi panduan untuk menemukan
254 Edward Samuels, Op.Cit., Hal.408. 255 Hendra Tanu Atmadja, Hak Cipta Musik atau Lagu, (Jakarta: Penerbit Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003), Hal.121.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 121
adanya peniruaan atas ciptaan. Pendekatan total concept and feel menggambarkan perluasan perlindungan Hak Cipta karena dengan pendekatan ini kemiripan atas ide-ide yang sesungguhnya bukan merupakan hal yang dilindungi oleh Hak Cipta dapat dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta.
Daftar Gambar 3.1
Contoh Langkah-Langkah Melakukan Untethered Jailbreak iPhone
1. Pertama masuk ke aplikasi browser , lalu browse www.taig.online untuk
mengunduh cydia sebagai aplikasi untuk menjalankan jailbreak.256
256 iOS 11 Jailbreak, iOS 10.3.3 Jailbreak - Jailbreak iOS 10.3.3 Untethered Tutorial For iPhone/iPad, https://www.youtube.com/watch?v=5Y--CUFbHXo, diakses terakhir tanggal 10 Oktober 2017.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 122
2. Seperti yang terlihat dalam iTnes Apple bahwa aplikasi permainan berjudul “Minecraft” by Mojang ini adalah aplikasi berbayar dengan harga $6.99.257
3. Jailbreak dapat membuka limitasi dari iDevice untuk mengunduh aplikasi berbayar secara gratis.258
a.
257iTunes Preview Minecraft, https://itunes.apple.com/us/app/minecraft/id479516143?mt=8, diakses terakhir tanggal 10 Oktober 2017. 258 DinoZambas2, How To Download PAID App Store Apps FREE On iOS 9 / 10 / 11 NO JAILBREAK iPhone, iPad & iPod, https://www.youtube.com/watch?v=Ny_pBzQfoSg, diakses terakhir tanggal 10 Oktober 2017.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 123
b. Penampakan aplikasi yang sedang dalam proses di-install pada layar iPhone
c. Penampakan aplikasi yang sedang dalam proses di-install pada layar aplikasi yang digunakan untuk jailbreak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 124
d. Aplikasi telah terpasang sempurna pada perangkat iPhone yang telah di jailbreak
e. Aplikasi sudah dapat dijalankan dalam perangkat iPhone
BAB IV
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
125
BAB IV
PERLINDUNGAN HAK CIPTA ATAS ADANYA METODE JAILBREAK PADA APLIKASI IOS BERBAYAR DARI APPLE
A. Digital Right Management Sebagai Dasar Perlindungan Hak Cipta
Kebutuhan akan sarana perlindungan teknologi atas ciptaan digital menjadi hal yang tidak bisa dielakkan, sebagai upaya untuk melindungi ciptaan digital dari kegiatan pembajakan. Bagi pencipta, perlindungan karya digital ini dapat dilihat dari sisi pengamanan akses, dimana sarana perlindungan teknologi ini melekat pada ciptaan memungkinkan pencipta untuk membatasi akses atas ciptaan dari pengguna ilegal. Pada sisi lain pengamanan berfungsi sebagai kontrol atas ciptaan, dimana ciptaan tersebut harus terproteksi dari tindakan penggandaan, perbanyakan, pengubahan dan tindakan lain tanpa seizin pencipta.
Dari perspektif konsumen atas pengguna karya digital, keaslian atau keotentikan suatu karya digital juga penting. Hal ini menyangkut pemikiran apakah produk yang dibeli atau digunakan terjamin kualitasnya dan keasliannya sehingga sesuai dengan apa yang dipersepsikan oleh pengguna.259
Perlindungan Hak Cipta didalam WIPO Copyright Treaty (WCT) Hak cipta merupakan bagian Hak Kekayaan Intelektual yang terkait erat dengan
Digital Right Management (DRM). Keterkaitan ini dikarenakan hak cipta merupakan bidang yang dari segi isi digital mempunyai relevansi yang tinggi.
Sebagaimana diketahui hak cipta merupakan hak hukum yang diberikan terhadap
259 “Guarantees of authenticity in intellectual property regimes are generally associated with trademark laws and geographic indications, yet the truth is such concerns extend to issues of copyright authorship” sebagaimana diungkapkan oleh Dorris Estelle Long, Messages from the Front: Hard Earned Lessons on Information Security from the IP Wars, Michigan State Journal of International Law, Volume 16, No.71, 2007, hlm. 3.
125
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 126
karya seni, sastra, dan ilmu pengetahuan serta sarana kontrol teknologi. Pada dasarnya Digital Right Management hanya berkaitan dengan ketentuan teknologi yang dikembangkan saat ini, yang mana bertujuan untuk melindungi materi hak cipta dan eksploitasinya.
Digital Right Management meliputi 2 (dua) sistem perlindungan, yaitu: perlindungan yang terkait dengan Technological Protection Measures (TPM) dan yang kedua adalah Rights Management Information (RMI). Sarana kontrol teknologi atau Technological Protection Measures TPM dimaksudkan untuk melindungi karya digital baik berupa menghalangi akses atas karya tersebut dengan proteksi teknologi, juga berfungsi sebagai kontrol agar karya digital tersebut tidak diperbanyak atau diubah tanpa izin. RMI dimaksudkan disini sebagai upaya proteksi akan informasi yang menjadi identitas produk tersebut, informasi tersebut baik yang menerangkan ciptaan, siapa pencipta, pemegang hak, dan hal-hal yang relevan dengan ciptaan digital tersebut.260 Dalam teks WIPO
Copyright Treaty sendiri tidak ada digunakan pengertian DRM. Tetapi fungsi perlindungan teknologi atas karya digital tercakup dalam pengertian
Technological Protection Measures dan Right Management Information yang diatur dalam Pasal 11 dan 12 WCT
Sarana Kontrol Teknologi (technology protection measure) adalah instrumen teknologi setiap teknologi, perangkat, atau komponen yang dirancang untuk mencegah atau membatasi tindakan yang tidak diizinkan oleh Pencipta,
Pemegang Hak Cipta, pemilik Hak Terkait, dan/atau yang dilarang oleh peraturan
260 M. Zairul Alam, Protection of Copyright Management Information in Indonesia, Tesis tidak diterbitkan, Jakarta, Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 127
perundang-undangan dalam bentuk, antara lain kode rahasia, password, bar code, serial number, teknologi deskripsi dan enkripsi yang digunakan untuk melindungi pencipta.261 Untuk mewujudkan kendali dalam tiap tingkatan platform yang ada, pemilik platform menerapkan Sarana Kontrol Teknologi (technology protection measure) dalam ciptaannya. Sarana kontrol teknologi ini dapat dimaknai sebagai
“pagar digital” yang digunakan untuk mengontrol akses terhadap produk yang dilindungi hak cipta serta penggunaan terhadap produk yang bersangkutan.262
Sarana kontrol teknologi juga bisa berupa teknologi yang menghalangi pengguna untuk memasang (install) aplikasi yang tidak diizinkan oleh pencipta suatu sistem operasi atau pembuat perangkat keras.
Pengaturan tentang sarana kontrol teknologi dimuat juga pada Pasal 52
Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yaitu “Setiap orang dilarang merusak, memusnahkan, menghilangkan, atau membuat tidak berfungsi sarana kontrol teknologi yang digunakan sebagai pelindung ciptaan atau produk hak terkait serta pengaman hak cipta atau hak terkait,kecuali untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara, serta sebab lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, atau diperjanjikan lain”263
Sarana kontrol teknologi dalam penjelasan Undang -Undang No. 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta adalah instrumen teknologi dalam bentuk antara lain kode rahasia, password, bar code, serial number, teknologi dekripsi (decryption), dan enkripsi (encryption) yang digunakan untuk melindungi ciptaan.264
261 Republik Indonesia, Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014. 262 Jacob Adam Schroeder, “Anti Circumvention of Competiton:Avoiding Conflict between the DMCA and Antitrust”, The Intellectual Property Law Review, 2010, Hal.8. 263Tim Visi Yustisia, Panduan Resmi Hak Cipta, (Jakarta:Transmedia Pustaka, 2015), hal.15. 264Penjelasan Pasal 52 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 128
Adanya TRIPS Agreement dan World Intellectual Property Organization
Copyright‟s Treaty (WCCT) dan World Intellectual Property Organization
Performances and Phonograms Treaty (WPPT) yang telah disahkan Indonesia melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1997, yang keduanya sering disebut sebagai digital agenda. Digital Agenda mewajibkan negara-negara anggota termasuk Indonesia untuk menyediakan perlindungan
Hukum yag layak dan upaya pemulihan yang efektif untuk mencegah dan melawan tindak pembobolan sarana teknologi yang digunakan Pencipta dalam rangka melaksanakan Hak Ciptanya.265 Kewajiban ini diatur dalam Article 11
WCT yang menentukan bahwa:
“Contracting parties shall provide adequate legal protection and effective legal remedies against the circumvention of effective technological measures that are used by authors in connection with exercise of their rights under this treaty of the Berne Convention and that restricted acts in respects of their works which are not authorized by the authors concerned or permitted by law.”
Negara anggota harus menyediakan perlindungan hukum yang layak dan upaya pemulihan hukum yang efektif untuk melawan tindakan pembobolan sarana teknologi yang efektif digunakan pencipta dalam rangka melaksanakan hak ciptanya berdasarkan treaty inidan Berne Convention serta tindakan yang dilarang yang tekait dengan ciptaanynya secara tanpa izin atau tundakan yang dilarang oleh hukum.
Dalam kedua treaty tersebut diatas Sarana Kontrol Teknologi (technology protection measure) secara luas didefinisikan sebagai setiap teknologi atau alat, komponen yang karena operasionalnya dirancang untuk mencegah atau untuk
265 Rahmi Jened, Op.Cit., Hal.141.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 129
membatasi tindakan yang secara tanpa izin dari pemegang hak cipta atau hak terkait atau hak khusus lainnya dalam kaitannya dengan karya cipta atau karya terkait dengan hak-hak cipta lainnya. Dalam kedua treaty tersebut diatas juga dikemukakan pengertian dari right management information, yaitu setiap informasi yang disediakan oleh pemegang hak untuk menunjukkan karya ciptanya, pengarang atau pemiliknya atau informasi tentang kondisi dan persyaratan penggunaan karya ciptanya dan setiap nomor atau kode yang mewakili informasi tersebut.266
Negara anggota juga harus menyediakan suatu perlindungan hukum yang memadai (misalnya pemidanaan) untuk melawan tindakan pembobolan sarana teknologi yang efektif ini, yang dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan untuk itu atau secara layak seharusnya mengetahui tujuan diterapkannya sarana teknologi tersebut. Semua tindakan yang dianggap pelanggaran hukum meliputi memproduksi atau mengimpor atau menyewakan peralatan apapun yang dirancang khusus untuk meniadakan sarana kontrol teknologi atau untuk mencegah perbanyakan dari suatu ciptaan.267
Sarana perlindungan teknologi yang dilekatkan pada ciptaan tidak bisa dilakukan tanpa justifikasi hukum atas penerapan proteksinya. Pada bulan
Desember 1996 WIPO (World Intellectual Property Organisation) mengorganisasikan Diplomatic-Conference yang diikuti oleh negara-negara anggota WIPO guna merumuskan respon pengaturan hak cipta internasional atas isu digital technology dan internet. Hasil dari perundingan ini menyepakati
266 Ibid. 267 Ibid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 130
tentang beberapa poin penting terkait isu perlindungan hak cipta terkait dengan teknologi digital dan internet. Salah satu isu penting adalah disepakatinya perlindungan atas proteksi ciptaan baik berupa TPM pada Pasal 11 maupun RMI pada Pasal 12 dalam WIPO Copyright Treaty (WCT). Perlindungan atas RMI diatur dalam Pasal 12 WCT, yang pada intinya menghendaki bahwa negara- negara penandatangan perjanjian WCT wajib menyediakan aturan hukum yang memadai dan efektif (adequate and effective legal remedies) dalam melindungi
RMI di negaranya masing-masing. Perlindungan yang diatur dalam Pasal 12 tersebut merupakan perlindungan minimum yang harus dipenuhi oleh negara- negara penandatangan WCT, seperti yang tertuang di dalam Pasal 12 WCT yang menyebutkan:
Article 12 “Obligations concerning Rights Management Information : (1) Contracting Parties shall provide adequate and effective legal remedies against anyperson knowingly performing any of the following acts knowing, or with respect to civilremedies having reasonable grounds to know, that it will induce, enable, facilitate or conceal an infringement of any right covered by this Treaty or the Berne Convention: a. to remove or alter any electronic rights management information without authority; b. to distribute, import for distribution, broadcast or communicate to the public, without authority, works or copies of works knowing that electronic rights management information has been removed or altered without authority. (2) As used in this Article, “rights management information” means information which identifies the work, the author of the work, the owner of any right in the work, or information about the terms and conditions of use of the work, and any numbers or codes that represent such information, when any of these items of information is attached to a copy of a work or appears in connection with the communication of a work to the public.”
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 131
Baik dalam WCT atau dalam WPPT (keduanya dikenal dengan Internet
Treaties) tidak diterangkan lebih jauh bilamana suatu negara dianggap telah memenuhi syarat bagi penyediaan aturan hukum yang “adequate and effective”, karena tidak ada satu pun penjelasan tentang maksud dari “adequate and effective”. Hal ini menimbulkan kemungkinan persepsi dan penafsiran yang berbeda-beda bagi negara peserta dalam menerapkan tingkat “kelayakan dan keefektifan” aturan hukum terkait dengan perlindungan RMI yang akan dibuat di negara penandatangan perjanjian.
Kepatuhan dalam memenuhi persyaratan “adequate and effective legal remedies” menjadi penting, karena apabila negara penandatangan tidak memenuhi persyaratan tersebut akan berakibat negara tersebut dianggap tidak sesuai dengan perjanjian yang ditandatangani. Perlu diketahui, bahwa rumusan “adequate and effective legal remedies” telah terdapat sebelumnya pada Pasal 11 WCT tentang
TPM (Technology Protection Measures), sehingga sebelum membahas apakah yang disebut dengan“adequate and effective legal remedies” dalam konteks Pasal
12 WCT ada baiknya diungkap penafsiran dalam Pasal 11 WCT yang juga menimbulkan perdebatan268 dalam menafsirkan“adequate and effective legal remedies”.
Bila dilihat rumusan antara Pasal 11 dan 12 WCT memang ada sedikit perbedaan antara: “adequate legal protection and effective legal remedies” dalam
Pasal 11 WCT dengan “adequate and effective legal remedies” dalam Pasal 12
268 Irini Stamatoudi, Copyright Enforcement and the Internet, Kluwer Law Int, 2010, hlm. 247-248.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 132
WCT, tetapi perbedaan tersebut hanya sebatas pada pemilihan kata semata, secara makna kedua Pasal tersebut merujuk pada penafsiran yang sama269:
“It is to be noted that while Article 11 speaks about the obligation to provide “adequate legal protection and effective legal remedies”, this Article (12) “only” obliges Contracting Parties to provide “adequate and effective legal remedies”. It seems, however, that the disparity between the two texts is the result of a mere drafting inadvertence, and that the basic nature of the obligation of the Contracting Parties is practically the same under two provisions..”
Pada konteks Pasal 12 WCT yang mengatur perlindungan RMI, dengan memakai pendekatan penafsiran yang telah dilakukan oleh beberapa sarjana sebelumnya maka frasa “adequate and effective legal remedies” dapat ditafsirkan sebagai berikut:
1. Adequate Legal Remedies: bahwa aturan yang dibuat oleh negara
penandatangan dapat dikatakan memadai (adequate), apabila mencakup
seluruh ketentuan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 12 WCT.
2. Effective Legal Remedies: Efektif disini bisa diartikan bahwa aturan yang
dibuat selain menerapkan perbuatan yang dilarang, sanksi, juga harus
mengatur pembatasan dan pengecualian atas pelarangan yang dimaksud.270
Penerapan sarana kontrol teknologi juga terdapat dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik
Pasal 22 ayat (2) mengatur:
“..dalam penyelenggaraan Sistem Elektronik yang ditujukan untuk Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang dapat dipindahtangankan, Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
269 Mihaly Ficsor, The Law of Copyright and the Internet, Oxford University Press, London, 2002, hlm. 564. 270 Dalam konteks Pasal 11 WCT tentang anti-circumvention,suatu pengaturan bisa dikatakan efektif apabila tidaksaja mengatur dengan jelas tentang tindakan yang dilarang, tetapi juga larangan atas preparatory acts terkaitperlindungan TPM.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 133
Elektronik harus unik serta menjelaskan penguasaan dan kepemilikannya.”
Penggunaan teknologi dan metode tertentu dapat digunakan untuk melindungi dan mengontrol ciptaan atas adanya pelanggaran hak cipta dalam 3
(tiga) tahap, antara lain:
1. Pada tahap pre-infringement, teknologi digunakan sebagai pelindung ciptaan
sebelum karya tersebut dipasarkan seperti adanya copy protection, yang
menghalangi orang untuk pemakaian penggandaan karya digital.
2. Tahap kedua adalah tahap metering, dimana pada tahap ini teknologi dan
metode tertentu digunakan sebagai memastikan adanya pembayaran atas
ciptaan yang diinginkan sebelum digunakan, atau pada saat ciptaan tersebut
digunakan, seperti teknologi “access code”, dimana kode akses tersebut akan
didapatkan pengguna setelah ada pembayaran agar ciptaannya bisa
digunakan.
3. Tahap yang ketiga post-infringement, dalam tahap ini teknologi digunakan
untuk mengidentifikasi adanya pelanggaran sehingga bisa dilakukan tindakan
hukum yang diperlukan, contohnya adalah teknologi ”digital watermarking”.
Digital watermarking ini dapat digunakan untuk membuktikan apakah suatu
karya digital yang ada berasal dari pencipta atau barang bajakan. 271
Dalam konteks hak cipta digital, permasalahan isu perlindungan hak cipta tidak lagi hanya tergantung pada sisi “originalitas” ciptaan tetapi juga
“authenticity” atau “keaslian” ciptaan. Keaslian ciptaan ini penting untuk
271 Eric Schlacter, “The Intellectual Property Reinaissance in Cyberspace:Why copyright law could be unimportant on the internet”, Berkeley Technology Law Journal, (Vol.12, No.1, Spring, 1997), Hal.15-19.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 134
menjamin kualitas ciptaan adalah sesuai dengan informasi yang melekat dalam ciptaan tersebut. Apabila informasi tersebut telah dirubah, dihilangkan, atau tidak lagi akurat maka, akan mempengaruhi persepsi pengguna atas kualitas ciptaan tersebut.272 Dari sudut pandang HKI, keaslian (authenticity) dipandang sebagai :
”From an intellectual property viewpoint, the discussion on authenticity focuses on the accuracy of reproduction of the presented material as compared with the initial source. There may be inaccuracy in attribution of authorship or content, which may harm the author‟s moral rights of identity and integrity, the public interest in knowing who the author is and the public interest in accurate information. Therefore, its meaning is not restricted to the verification of authorship, but is intended to include issues of integrity, completeness, correctness, validity and faithfulness to an original Rights.”
Management Information merupakan salah satu elemen penting dalam proses identifikasi apakah suatu ciptaan itu dapat dikatakan “otentik” atau tidak.
Pengubahan/peniadaan informasi manajemen hak pencipta membawa konsekuensi hukum pelanggaran hak cipta, juga berpotensi melanggar hak moral pencipta.
1. Digital Rights Management (DRM)
Pada dasarnya Digital Rights Management (DRM) terkait dengan isu perlindungan karya/ciptaan digital. Dalam teks WCT/WPPT sendiri tidak digunakan istilah DRM. Namun demikian, fungsi perlindungan teknologi atas karya digital tercakup dalam pengertian Technological Protection Measures
(TPM) dan Right Management Information (RMI), dalam pasal-pasal
WCT/WPPT. TPM secara luas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori: fungsi pertama, proteksi yang digunakan untuk membatasi akses ke konten yang
272Patricia Akester, “Authorship and Authenticity in Cyberspace”, Computer Law & Security Report (Vol.20, No.6, 2004), Hal.436
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 135
dilindungi untuk pengguna yang berwenang untuk akses tersebut (access function).
Kontrol akses ini meliputi teknik misalnya, kriptografi, password, dan tanda tangan digital yang memproteksi akses ke informasi dan konten yang dilindungi. Fungsi kedua dari TPM adalah bertujuan untuk mengendalikan penggunaan konten yang dilindungi begitu pengguna memiliki akses atas ciptaan
(control function). Biasanya, perjanjian lisensi muncul pada saat akses ciptaan yang menentukan apakah penggunaan tertentu atas konten yang terproteksi dimungkinkan/tidak untuk tujuan tertentu. Untuk memastikan bahwa kewajiban ini dipenuhi dan tidak ada tindakan reproduksi atau perbanyakan secara tidak sah, tindakan proteksi ini termasuk tindakan untuk melacak (tracking) dan mengendalikan tindakan reproduksi sehingga mencegah pengguna dari melebihi hak yang diberikan. Contoh tindakan pengendalian salinan tersebut adalah serial copy management systems untuk audio rekaman perangkat digital, dan sistem scrambling untuk DVD yang mencegah pihak ketiga melakukan perbanyakan tanpa otorisasi.
Penerapan RMI sebagai bagian dari DRM bisa diterapkan terpisah, atau bisa juga diterapkan secara simultan dengan fungsi TPM. RMI bisa digunakan sebagai pemicu (trigger) dari penerapan fungsi TPM, sebagai contoh dalam penerapan pembatasan perbanyakan karya atau pembatasan waktu tertentu dalam hal pemakaian/penggunaan suatu ciptaan, atau sebagai fungsi untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 136
mengidentifikasikan suatu pelanggaran hak cipta/hak terkait berupa tindakan circumvention. Hubungan antara RMI dan TPM sebagai berikut:273
RMI may be used, for example, within the sama DRM system to trigger the application of TPM function, for instance, after a certain number of copies made or with expiry of a certain time limit. RMI may be applied in the same DRM system also in parallel with the TPM function in different manners ; for example, for the purpose of identifying violations of anti- circumvention and/or infringements of copyright and related rights.
Rights Management Information (RMI) adalah merupakan informasi atau identitas dari suatu produk digital, dimana informasi mengenai pencipta, ciptaan dan hal-hal yang relevan atas ciptaan digital dilekatkan kepada ciptaan digital.
Biasanya RMI menggunakan teknik watermarking dan steganography dalam menyediakan informasi yang dimaksud, sehingga nantinya data dan informasi yang telah melekat pada ciptaan bisa diidentifikasi. Sebagai contoh dalam obyek foto yang diambil oleh suatu kamera digital, maka ketika klik kanan dalam image tersebut, maka akan timbul pilihan properties, dimana akan tampak berbagai informasi tentang foto digital, kapan foto itu diambil, dengan jenis kamera digital apa, setting kamera pada waktu obyek tersebut dibuat, dan informasi lain yang relevan dengan foto tersebut. Properties dalam suatu file digital biasanya menampakkan informasi-informasi yang relevan dengan ciptaan tersebut, apabila file digital tersebut berbentuk “document” maka seringkali akan tampak juga siapa yang membuat digital document tersebut dan kapan suatu digital document dibuat, seperti yang biasanya jumpai apabila mengklik properties pada dokumen yang dibuat dalam aplikasi Microsoft Office dalam sistem operasi Windows.
273 Ficsor, Part III : Protection of „DRM‟ under the WIPO „Internet Treaties‟ : Interpretation, Implementation and Application, dalam Irini Stamatoudi, Copyright Enforcement and the Internet (Kluwer Law Int, 2010), Hal.299-300.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 137
2. Teknik Perlindungan Ciptaan Digital
Salah satu bentuk perlindungan terkait dengan DRM khusunya dalam konteks RMI adalah teknik watermarking274 . Watermarking merupakan suatu bentuk dari Steganography (Ilmu yang mempelajari bagaimana menyembunyikan suatu data pada data yang lain), dalam mempelajari teknik-teknik bagaimana penyimpanan suatu data (digital) kedalam data host digital yang lain (Istilah host digunakan untuk data/sinyal digital yang ditumpangi.). Watermarking (tanda air) ini agak berbeda dengan tanda air pada uang kertas. Tanda air pada uang kertas masih dapat kelihatan oleh mata telanjang manusia, tetapi watermarking pada media digital disini dimaksudkan tak akan dirasakan kehadirannya oleh manusia tanpa alat bantu mesin pengolah digital seperti komputer, dan sejenisnya.
Steganography berbeda dengan cryptography, letak perbedaannya adalah hasil keluarannya. Hasil dari cryptography biasanya berupa data yang berbeda dari bentuk aslinya dan biasanya datanya seolah-olah berantakan (tetapi dapat dikembalikan ke bentuk semula) sedangkan hasil keluaran dari steganography ini memiliki bentuk persepsi yang sama dengan bentuk aslinya, tentunya persepsi disini oleh indera manusia, tetapi tidak oleh komputer atau perangkat pengolah digital lainnya.
Watermarking ini memanfaatkan kekurangan-kekurangan sistem indera manusia seperti mata dan telinga. Dengan adanya kekurangan inilah, metode watermarking ini dapat diterapkan pada berbagai media digital. Jadi watermarking merupakan suatu cara untuk penyembunyian atau penanaman
274 Suhono H. Supangkat, Kuspriyanto, Juanda, “Watermarking sebagai Teknik Penyembunyian Label Hak Cipta pada Data Digital” ,Jurnal Teknik Elektro (Vol.6, No.3, 2000) Hal. 1-2.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 138
data/informasi tertentu (baik hanya berupa catatan umum maupun rahasia) ke dalam suatu data digital lainnya, tetapi tidak diketahui kehadirannya oleh indera manusia (indera penglihatan atau indera pendengaran), dan mampu menghadapi proses-proses pengolahan sinyal digital sampai pada tahap tertentu. Watermarking sebagai suatu teknik penyembunyian data pada data digital lain dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan seperti:
a. Tamper-proofing; watermarking digunakan sebagai alat untuk
mengidentifikasikan atau alat indikator yang menunjukkan data digital
(host) telah mengalami perubahan dari aslinya.
b. Feature location; menggunakan metoda watermarking sebagai alat untuk
identifikasikan isi dari data digital pada lokasi-lokasi tertentu, seperti
contohnya penamaan objek tertentu dari beberapa objek yang lain pada
suatu citra digital.
c. Annotation/caption; watermarking hanya digunakan sebagai keterangan
tentang data digital itu sendiri.
d. Copyright-Labeling; watermarking dapat digunakan sebagai metoda untuk
penyembunyikan label hak cipta pada data digital sebagai bukti otentik
kepemilikan karya digital tersebut.275
Dalam menerapkan sistem perlindungan atas karya digital hendaknya selain mempertimbangkan faktor keamanan, hendaknya faktor kenyamanan
(convenience) dan kinerja dari ciptaan digital tersebut diperhatikan, sebagaimana diungkapkan oleh276 :
275 W. Bender, D. Gruhl, N. Morimoto, A. Lu, “Techniques for Data Hiding”, IBM System Journal, (Vol. 35, 1996), Hal.2. 276 Mark Perry, The Protection of Rights Management Information : Modernization or Cup Half full?, dapat diakses melalui : http://www.irwinlaw.com/content/assets/content- commons/666/CCDA%2010%20Perry.pdf, , diakses pada tanggal 20 Agustus 2016
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 139
“Strong encryption techniques can slow down circumvention, however strong encryption has its own drawbacks. RMI, whether for a music file or text, which has been encrypted with strong techniques will typically take more processing time to handle, thus requiring more powerful chips or greater allocation of resources for rapid access than more weakly encrypted versions. Some techniques require authentication from a remote site, which can be inconvenient for users. In other words, there is a balance required between three primary concerns of user digital materials: security, convenience, and performance. There is also a balance that needs to be struck between security and privacy regarding how much information about a user a content provider should require.”
Dari keterangan di atas tampak bahwa perlindungan teknologi atas karya digitalpun tidak bisa secara ketat diterapkan tanpa memperhatikan kepentingan- kepentingan lain, selain kepentingan komersialisasi ciptaan, diantaranya kepentingan akses terhadap informasi, privasi dan penggunaan yang wajar
(legitimate).
3. Informasi Elektronik
Rights Management Information (RMI) atau Informasi Manajemen Hak
Pencipta adalah informasi yang melekat secara elektronik pada suatu ciptaan atau muncul dalam hubungan dengan kegiatan Pengumuman yang menerangkan tentang suatu Ciptaan, Pencipta, dan kepemilikan hak maupun informasi persyaratan penggunaan, nomor atau kode informasi. Salah satu komponen penting dalam pengertian RMI adalah adanya unsur informasi. Informasi dalam konteks RMI adalah informasi yang bentuknya informasi elektronik, karena informasi tersebut melekat pada ciptaan yang sifatnya digital works. Secara umum informasi elektronik didefinisikan sebagai informasi atau data yang diproses, disimpan dan ditransmisikan secara elektronik. Penjelasan resmi tentang informasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 140
elektronik dapat diketahui dari definisi yang terdapat dalam UU No 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yaitu277 :
“Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya”
Selaras dengan definisi di atas, maka dalam konteks RMI informasi elektronik tersebut haruslah mempunyai arti bahwa informasi yang ada menerangkan tentang ciptaan, pencipta atau segala bentuk identifikasi yang diperlukan pada ciptaan yang ingin disampaikan oleh pencipta kepada pengguna, sehingga memudahkan untuk dibedakan karakteristiknya, kualitas, mutunya dengan ciptaan yang lain.
Relevansi keakuratan dalam RMI, sebagai informasi yang mengidentifikasikan suatu ciptaan, semakin relevan dengan tujuan pemanfaatan teknologi informasi dan informasi elektronik untuk mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional, dan juga pada aspek rasa aman, keadilan dan kepastian hukum bagi pengguna dalam hal identifikasi ciptaan digital.
Perkembangan teknologi dewasa ini juga berpengaruh pada sisi bisnis dan perdagangan, yaitu dengan bebasnya dan leluasanya pencipta dalam menciptakan konten (content creation), yang nantinya akan dikomersialisasikan melalui internet. Setidaknya ada 3 (tiga) hal yang terkait dengan e-commerce dalam konteks digital creation : law protection, technological protection dan business
277 UU No. 11 tahun 2008, Pasal 1 ayat (1)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 141
model278. Ciptaan digital yang dikomersialisasikan lewat internet atau dalam kerangka e-commerce setidaknya harus terjamin “keaslian” (authenticity) ciptaan tersebut, salah satunya dengan cara adanya RMI yang akurat yang melekat pada digital works.
4. Perlindungan Hak Cipta dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Undang-Undang ITE).
Undang-undang ITE pada dasarnya mengatur penggunaan informasi dan transaksi elektronik yang dilakukan dengan menggunakan komputer atau media elektronik lainnya. Yang tergolong informasi dalam Undang-Undang ini tak terbatas pada tulisan, gambar atau suara, tapi juga e-mail, telegram dan lainnya.
Jangkauan Undang-Undang ini sangat luas, sebagaimana yang tercantum pada
Pasal 2 Undang-Undang ITE yang menyatakan279
“Undang-Undang ini berlaku untuk setiap Orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, baik yang berada di wilayah hukum Indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia.”
Menurut Pasal 2 UU ITE menyiratkan bahwa peraturan ini menganut asas extrateritorial, yang berarti kepanjangan secara semu (quasi extentio) dari yurisdiksi suatu Negara di wilayah yurisdiksi Negara lain280, Pemerintah
Indonesia memiliki kewenangan untuk menegakan hukum sepanjang ada pelanggaran terhadap peraturan tersebut, serta ada kepentingan bangsa Indonesia
278 Joan Van Tassel, Digital Rights Management : Protecting and Monetizing Content, (Elsevier, 2006), Hal. 77-78. 279 Undang -Undang Nomor 11 Tahun 2008 Pasal 2. 280 Muhamad Rakhmanaji, Yurisdiksi Ekstrateritorial Dalam Kasus Perusakan Kedutaan Besar Inggris di Iran, ALSA Indonesia, 2012.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 142
yang dirugikan. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik juga mengakui adanya perlindungan Hak Kekayaan
Intelektual.
Salah satu pasal yang melindungi Hak Kekayaan Intelektual ada pada
Pasal 25 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik yang berbunyi:281
“Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang disusun menjadi karya intelektual, situs internet, dan karya intelektual yang ada di dalamnya dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Informasi elektronik dan atau dokumen elektronik yang dimaksudkan dalam pasal tersebut adalah karya-karya intelektual yang sudah didaftarkan sebagai hak cipta, paten, merek, rahasia dagang, desain industri, dan sejenisnya.”
Selanjutnya menurut penjelasan Pasal 25 UU ITE, berbunyi:
“Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang disusun dan didaftarkan sebagai karya intelektual, hak cipta, paten, merek, rahasia dagang, desain industri, dan sejenisnya wajib dilindungi oleh Undang-Undang ini dengan memperhatikan ketentuan Peraturan Perundangundangan.”
Jadi menurut penjelasan Pasal 25 UU ITE, informasi elektronik dan dokumen elektronik yang disusun menjadi suatu karya intelektual dalam bentuk apapun harus dilindungi Undang-Undang yang berkaitan dengan HKI karena informasi elektronik atau dokumen elektronik memiliki nilai ekonomis bagi penciptanya. Selain itu, terdapat pula bentuk perlindungan mengenai Hak
Kekayaan Intelektual, hal ini terdapat dalam Pasal 32 ayat 1 UU ITE yang mengatur mengenai larangan bagi setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak
281 Undang -Undang Nomor 11 Tahun 2008 Pasal 25.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 143
atau melawan hukum dengan cara apapun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik orang lain atau milik publik.
Demikian pula Pasal 32 ayat 2 UU ITE mengatur larangan bagi setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apapun memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik kepada sistem elektronik orang lain yang tidak berhak. Serta Pasal 32 ayat 3 yang mengatur perbuatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 32 ayat 1 yang mengakibatkan terbukanya suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang bersifat rahasia menjadi dapat diakses oleh publik dengan keutuhan data yang tidak sebagaimana mestinya. Apabila tindakan dalam Pasal 32
UU ITE dilihat dari sudut pandang hak cipta, tindakan Pasal 32 ayat 1 maupun pasal 32 ayat 2 merupakan bentuk dari tindakan pengumuman dan perbanyakan tanpa persetujuan pencipta atau pemegang hak cipta, tindakan pengumuman dan perbanyakan merupakan tindakan yang melanggar hukum menurut Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
B. Perlindungan Hak Cipta Atas Adanya Metode Jailbreak Pada Aplikasi Ios Berbayar Dari Apple (kasus Apple vs EEF).
Pada 29 Juni 2007 Apple merilis sebuah “smartphone” yang walaupun dapat dikatakan lebih mahal dari para kompetitornya untuk barang yang sejenis dan hanya mempunyai fitur basic yang sedikit dibanding para kompetitornya,
Apple telah menjual produknya jutaan unit hanya dalam beberapa bulan perilisan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 144
produk tersebut.282 Kemudian tidak berapa lama setelah perilisan tersebut, para penggemar komputer menemukan bagaimana cara untuk memodifikasi fungsi
“smartphone” tersebut dan mengembangkan Software Development Kit (SDK)283 milik mereka sendiri agar dapat menjalankan software dari pihak ketiga. Untuk menjalankan software dari pihak ketiga ini maka pengguna iPhone ini harus reverse engineering dengan metode jailbreak iPhone mereka. Untuk mengatasi hal ini maka Apple kemudian mengenalkan SDK milik mereka sendiri dengan pengembang aplikasi pihak ketiga yang disetujui oleh mereka dengan cara membayar $ 99 per tahun kepada Apple dan 30 % keuntungan dari aplikasi mereka tersebut diberikan kepada Apple.284
Tambahan lainnya para developer tersebut harus disetujui oleh Apple dan harus sesuai dengan petunjuk yang tidak jelas yang diberikan oleh Apple.
Meskipun Apple telah melakukan langkah tersebut, ternyata jailbreak ini masih meluas dengan dasar untuk menghindari batasan-batasan yang dibuat oleh Apple.
Jailbreaking menjadi topik paling diminati sejak Apple merilis iPhone. Apple iPhone bahkan kini telah menjelma menjadi perangkat yang serba bisa, walau
282 David Chartier, Apple Sells 1 millionth iPhone, Steve Ballmer not available for comment, ARS TECHNICA, Sep. 10, 2007 283 Dikutip dari techterms SDK berarti : Collection of software used for developing applications for a specific device or operating system. Examples of SDKs include the Windows 7 SDK, the Mac OS X SDK, and the iPhone SDK. SDKs typically include an integrated development environment (IDE), which serves as the central programming interface. The IDE may include a programming window for writing source code, a debugger for fixing program errors, and a visual editor, which allows developers to create and edit the program's graphical user interface (GUI). IDEs also include a compiler, which is used to create applications from source code files. Jadi dapat dikatakan bahwa SDK adalah suatu kompilasi dari bahasa pemrograman untuk pengembangan/pembuatan suatu perangkat lunak, misalnya bahasa pemrograman java, mempunyai SDK yang berisi suatu library yang dapat digunakan untuk membuat suatu aplikasi berbasis java. http://www.techterms.com/definition/sdk, terakhir diakses 5 Januari 2012. 284 Candace Lombardi, Apple refund clause: Bad for developers?, NEWS.COM, Mar. 26, 2009, http://news.cnet.com/apple‐refund‐clause‐bad‐for‐developers/., diakses terakhir tanggal 24 Oktober 2015.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 145
kadang-kadang Apple bertindak sewenang-wenang dengan menolak aplikasi
Google Voice untuk dapat digunakan pada perangkat tersebut. Karena itu banyak orang yang ingin menggunakan iPhone untuk dapat digunakan untuk aplikasi
Google Voice atau menggunakan operator lain di luar AT&T sebagai operator yang bekerja sama dengan Apple (Bundling).285 Jailbreaking memungkinkan orang untuk membuka iPhone mereka dan mengaktifkannya pada lain GSM operator, mendapatkan akses ke toko aplikasi yang tidak diatur oleh Apple, dan mengubah tampilan iPhone Anda.
Sejak model pertama iPhone diiluncurkan, Apple telah mendesain suatu sarana kontrol teknologi yang melindungi dua aspek penting dalam produknya, yang pertama yaitu bootloader dari alat tersebut dan kemudian sistem operasi itu sendiri yang merupakan inti program dari iPhone tersebut. Sarana kontrol teknologi ini lah yang melindungi bootloader dan sistem operasi tersebut dari upaya-upaya untuk memodifikasi dan merubah fungsi dari iPhone tersebut sebagaimana semestinya.286 Sistem operasi tersebut merupakan inti utama dari fungsi atau aplikasi yang berjalan dalam perangkat tersebut. Aplikasi dan semua program ini berjalan diakses dari “application programming interferences”
(APIs).
Dengan mengaktifkan APIs ini maka program aplikasi ini akan mengakses sistem operasi tersebut, seperti misalnya membaca dan mengakses data dan kemudian aplikasi tersebut berjalan. Proses seperti itu disebut oleh Apple dengan
285Pro dan kontra jailbreak, http://as‐wira.blogspot.com/2010/02/pro‐dan‐kontra‐jailbreak.html, terakhir diakses 24 Oktober 2015 286 Responsive Comment of Apple Inc. In Opposition to Proposed Exemption 5A and 11A (Class #1), hal. 7.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 146
“ chain of trust”. Tujuan dari Sarana Kontrol Teknologi itu sendiri menurut Apple adalah Apple memproteksi sistem operasi tersebut dengan sarana kontrol teknologi, karena dengan memodifikasi sistem operasi tersebut dapat mengakibatkan hal-hal berikut :
1. Sistem operasi tersebut menerapkan sejumlah fungsi kontrol dan keamananan.
Contohnya misalnya sistem operasi tersebut memonitor kondisi termal
perangkat tersebut, dimana jika terjadi overheat maka perangkat tersebut akan
menonaktifkan secara otomatis.
2. Sistem operasi tersebut menjalankan fungsi keamanan yang memproteksi
telepon tersebut dan operator telepon tersebut. Contohnya adalah sistem
operasi tersebut mencegah malware287 dan beberapa virus lain untuk berjalan
di perangkat tersebut. Dimana jika sistem operasi tersebut dimodifikasi maka
akan menimbulkan celah dalam sistem keamanan perangkat tersebut dimana
malware tersebut dapat membahayakan data pribadi pengguna. Di samping itu
sistem operasi ini juga mengatur porsi penting yang disebut dengan “Baseband
Processor” yang berfungsi untuk mengakses jaringan telepon yang ada dan
kemungkinan merusak jaringan tersebut.
3. Modifikasi sistem operasi tersebut juga dapat mengakibatkan baik sengaja
atau tidak sengaja merusak aplikasi yang ada yang dapat mengakibatkan
perangkat tersebut tidak dapat bekerja.288
287 Malware merupakan singkatan dari malicious software, atau malicious program atau malicious code, yaitu perangkat lunak yang dirancang khusus untuk merusak atau mengganggu suatu sistem komputer, misalnya berupa virus, Trojan horese atau worm. Dengan kata lain malware adalah nama umum bagi semua program perusak (harmfull program, yaitu program yang dapat menyebabkan kerusakan bagi sistem komputer) program yang dapat menyebabkan kerusakan bagi sistem komputer. (www.webopedia.com) terakhir diakses 28 Desember 2016 288 Ibid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 147
Dengan metode jailbreak yang memodifikasi bootloader dan sistem operasi perangkat tersebut yang dilindungi oleh hak cipta. Apple memberikan contoh dalam jailbreak yang umumnya dilakukan oleh tool seperti Pwnagetool, modifikasi dilakukan dalam sistem operasi tersebut telah melanggar Undang-
Undang Hak Cipta Amerika Pasal 106(1) & (2) ;
(1) to reproduce the copyrighted work in copies or phonorecords;
(2) to prepare derivative works based upon the copyrighted work;
Dikatakan juga oleh Apple bahwa Pasal 117 (a) ;
“Making of Additional Copy or Adaptation by Owner of Copy.— Notwithstanding the provisions of section 106, it is not an infringement for the owner of a copy of a computer program to make or authorize the making of another copy or adaptation of that computer program provided: (1) that such a new copy or adaptation is created as an essential step in the utilization of the computer program in conjunction with a machine and that it is used in no other manner, or (2) that such new copy or adaptation is for archival purposes only and that all archival copies are destroyed in the event that continued possession of the computer program should cease to be rightful.”
Pasal tersebut tidak dapat diaplikasikan ke dalam kasus ini karena dilarang oleh Internet Protocol Service Level Agreement (IPSLA), dimana sang penerima lisensi disebutkan bukanlah pemilik dari copy iPhone Software tersebut. Pasal tersebut hanya berlaku jika pemodifikasi itu adalah “owner” dari software tersebut.289
Menurut kasus sebelumnya dalam Krause v. Titleserv, Inc., 402 F.3d 119,
123-24 (2d Cir. 2005), disebutkan bahwa kongres tidak memberitahu jelas kualifikasi dari “owner” tersebut sehingga meninggalkan pertanyaan apakah
289 Response of Apple Inc. to Questions Submitted by the Copyright Office Concerning Exemptions 5A and 11A (Class #1) In the matter of Exemption to Prohibition on Circumvention of Copyright Protection Systems for Access Control Technologies,2008, Hal. 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 148
dalam hal ini terbatas pada pemilik gelar formal saja atau itu mencakup penerima lisensi atau hanya pemegang copy dari program komputer itu saja.290 Apple juga menjelaskan walaupun Pasal 117 ini diaplikasikan ke dalam kasus ini maka disebutkan dalam kata-kata “is created as an essential step in the utilization of the computer program in conjunction with a machine and that it is used in no other manner.”
Apple menyatakan bahwa software yang disertakan dalam produk iPhone tersebut bekerja dengan baik dan sesuai dengan tujuan original mereka terhadap konsumen. Dengan cara menjailbreak tersebut maka modifikasi yang dilakukan terhadap sistem operasi yang dilindungi dengan dua tipe sarana kontrol teknologi, encryption dan signing dimana kegiatan hacking tersebut tidak terlindungi oleh
Pasal 117.
Berdasarkan pengertian Electronic Frontier Foundation (EFF),
PwnageTool sebagai tool yang paling populer digunakan sebagai tool jailbreak file yang perlu dirubah dalam menjailbreak iPhone 3G kurang dari 50 bytes total code dari jumlah total lebih dari 8 Juta code. Dan perubahan yang dimaksudkan murni untuk kepentingan fungsi nya saja, tidak ada karya turunan dan ditujukan untuk penggunaan software lain dari pihak ketiga selain dari iTunes berjalan di perangkat tersebut.291
290 KRAUSE V. TITLESERV, INC.: AN ANALYSIS OF THE VARIOUS CIRCUITS‟ APPROACHES “The first requirement to qualify for the § 117 adaptation defense is that the computer program user be an “owner of a copy of the computer program.” However, Congress did not make clear what would qualify one as an “owner,” thus leaving open the question of whether this group was limited to formal title owners, or if it would additionally include licensees or mere possessors of a copy of the computer program. 291 EFF Supplemental Answers Jailbreak, 2009, Hal. 6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 149
Pengadilan di Amerika menyatakan bahwa reverse engineering adalah legal terhadap proses, hardware dan software suatu system program meskipun itu
1dilindungi oleh Rahasia Dagang.292 Tetapi dengan adanya lisensi dari IPSLA tersebut maka hal tersebut dilarang, padahal jika seorang programmer ingin mengetahui bagaimana suatu produk itu bekerja dimana disassembly merupakan cara untuk mengakses ide dan bagaimana suatu produk itu bekerja maka hal tersebut adalah sebuah fair use dalam hukum.293
Disini para pelaku reverse engineering dan hobbyists dengan cara mereverse engineering proses tersebut mereka telah mengembangkan software pihak ketiga mereka yang dinamakan “iPhone open source tool chain”.294 Dengan menggunakan software tersebut mereka dapat mengembangkan aplikasi lain dari pihak ketiga tanpa ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh Apple dan beberapa hal yang tidak diizinkan oleh Apple seperti turn-by-turn GPS directions295, internet tethering for laptops296, video recording297, dan beberapa tambahan bahasa dalam iPhone.
C. Pertanggungjawaban Hukum Atas Metode Jailbreak Pada Aplikasi Ios Berbayar Dari Apple.
Perlindungan hak cipta terhadap program komputer secara otomatis diberikan ketika program komputer muncul sebagai suatu produk atau sebagai
292 Anthony M. Brown, Sour Apple: The Case For iPhone Jailbreaking A Study of the DMCA Anti‐Circumvention Provision, Southern University Law Center, 2010, Hal. 10. 293 Andrew Johnson‐Laird, Software Reverse Engineering in the Real World, 19 U. Dayton L.Rev. 843, 845‐46 (1994), dalam kasus Sega Enters. Ltd., 977 F.2d at 1527‐28. 294 Posting of Tim O‟Reilly di O‟Reilly Radar, http://radar.oreilly.com/ (Apr. 2, 2008, ) terakhir diakses 15 Desember 2016. 295 Posting of John Herrman to Gizmodo, http://www.gizmodo.com/ (Feb. 11, 2009,) terakhir diakses 15 Desember 2016. 296 Posting of Dieter Bohn to The iPhone Blog, http://www.theiphoneblog.com/ (Oct. 16, 2008,). terakhir diakses 15 Desember 2016. 297 Cycorder, http://cydia.saurik.com/info/cycorder/. terakhir diakses 15 Desember 20116
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 150
bentuk benda berwujud lainnya. Untuk itu tidak dibutuhkan prosedur resmi seperti pendaftaran untuk memperoleh perlindungan terhadap program komputer.
Meskipun tidak ada kewajiban untuk melakukan pendaftaran, namun dianjurkan untuk tetap melakukan pendaftaran ciptaan sebagai langkah preventif apabila suatu saat nanti terjadi sengketa. Selain itu, hukum hak cipta mempunyai hak eksklusif yang diberikan baik kepada pencipta maupun kepada pemegang hak cipta program komputer untuk memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya.298
Dalam rezim Hak Cipta, perlindungan terhadap karya-karya keilmuan dan kesusastraan tampaknya adalah lebih mengarah pada terbukanya ekspresi dari seseorang dalam menghasilkan suatu karya intelektual itu sendiri, sehingga ia tidak mengarah kepada kepentingan industrinya, melainkan kepada perlindungan kepentingan hukum pribadi dengan titik berat pada dua hak yaitu hak moral
(moral right) dan hak ekonomi (economic right) Sedangkan hak industrial, tampaknya lebih ditekankan kepada kepentingan industrial itu sendiri, terutama pada nilai ekonomis dari suatu produk, proses, desain ataupun informasi itu sendiri.
Prinsip dasar dalam perlindungan hak cipta adalah bahwa seseorang pencipta memiliki hak untuk mengeksploitasi hasil karyanya dan pihak lain dilarang untuk meniru hasil kreatif yang diciptakan olehnya. Suatu karya agar dapat dilindungi hak cipta harus bersifat asli (original), rampung (fixed), dan
298Dalam pengertian “mengumumkan atau memperbanyak”, termasuk kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen, mengalihwujudkan, menjual,menyewakan, meminjamkan, mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan, merekam, dan mengomunikasikan Ciptaan kepada publik melalui sarana apa pun. Penjelasan Pasal 1 UUHC.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 151
merupakan suatu bentuk ekspresi (form of expression) sehingga hak cipta tidak melindungi ide-ide.
Dengan adanya hak eksklusif yang dimiliki oleh pencipta dari program komputer, akan menimbulkan tindakan monopolistik terhadap kepemilikan program komputer. Sehingga muncul suatu konsep reverse engineering dengan metode jailbreak terhadap program komputer untuk mengurangi tindakan monopolistik tersebut, karena pada dasarnya reverse engineering ini merupakan proses untuk menemukan prinsip-prinsip teknologi suatu produk dengan cara menganalisa struktur, fungsi dan cara kerja suatu program komputer kemudian mencoba untuk membuat program komputer baru yang lebih unggul dari program komputer sebelumnya tanpa menyalin apapun dari aslinya. Dengan kata lain reverse engineering ini adalah mengurai, menganalisis, mempelajari rancangan/produk pihak lain untuk akhirnya dibuat produk baru. Reverse yang boleh dilakukan adalah yang bukan dengan tujuan meniru, tetapi mempelajari cara kerja ilmiah dan teknis untuk menghasilkan program komputer yang lebih baik dan berbeda, tetapi apabila hanya menggandakan tanpa proses mempelajari, meneliti program komputer yang asli/independent maka dapat dikatakan melakukan pembajakan.
Kegiatan membuat kembali program komputer dengan cara reverse engineering tanpa menghasilkan program komputer yang lebih baik dan unggul dari program komputer sebelumnya akan menimbulkan banyak kerugian bagi pemilik program komputer yang produknya di reverse engineering. Untuk menentukan apakah reverse engineering dengan metode jailbreak program
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 152
komputer diijinkan (permissible) atau tidak (not permissible), maka hal pertama yang harus dijelaskan adalah rezim hukum apa yang dapat memberikan/ menyediakan perlindungan terhadap program komputer dan pemiliknya.
1. Reverse Engineering metode Jailbreak dan Akses Terhadap Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi.
Secara sederhana, berdasarkan pada kebebasan untuk mengakses kode program (source code) dan binary code, program komputer dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu close source software (proprietary) dan open source software.
Pada close source software, pengguna atau pengembang tidak dapat begitu saja mengakses kode program, dalam open source software, hal tersebut dimungkinkan. Memang tidak terlalu tepat membedakan keduanya secara langsung, karena dalam perkembangannya, tidak semua open source software, memungkinkan orang untuk mengakses kode programnya secara bebas, apalagi tanpa lisensi.
Dalam praktek penerapannya, dijumpai suatu permasalahan yang kontradiktif yakni segala sesuatu yang berkaitan dengan HKI tentunya akan dapat dikatakan sebagai upaya untuk memonopoli pasar lewat kreasi intelektualnya, sehingga segala macam tindakan yang dilakukannya dapat dikatakan sebagai upaya untuk mengesampingkan kompetisi itu sendiri. Jadi begitu mudahnya bagi seseorang yang tidak beritikad baik dengan dalih Hukum Persaingan Usaha untuk memeratakan kesempatan berusaha bagi semua orang ditambah dengan dalih untuk kepentingan konsumen, akan memperkarakan pihak lain yang sebenarnya tengah membutuhkan waktu tertentu untuk mengembalikan investasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 153
intelektualnya kepada masyarakat. Pada sisi yang lain, konsepsi HKI juga dapat disalahgunakan oleh si intelektual. Hal ini akan jelas terlihat jika kreasi intelektual tadi ternyata tidak mempunyai “alternative product” di pasaran, sementara hal tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Akibatnya, si intelektual dapat menyalahgunakan posisi dominannya di pasaran dan mengeksploitasi masyarakat demi keuntungannya pribadi semaksimal mungkin bahkan mungkin diluar batas kewajaran yang sepatutnya.
Sarana kontrol teknologi pada program komputer yang umum digunakan adalah perlindungan dengan nomor serial. Pengembang perangkat lunak mengirimkan tiap salinan program dengan mencetak nomor serial yang unik di suatu tempat di kemasan produk atau di medianya. Instalasi program kemudian meminta pengguna untuk menuliskan nomor tersebut pada saat proses instalasi.
Program instalasi mencocokan apakah nomor yang dimasukan valid (dengan menggunakan algoritma validasi rahasia), dan jika valid, program akan terinstall dan terdaftar pada sistem pengguna.
Jika dikaitkan antara Pasal 52 UUHC dengan Pasal 22 Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik (untuk selanjutnya disebut sebagai PP-STE), dapat menjelaskan fungsi lain dari sarana kontrol teknologi, yakni untuk menjelaskan pengguna yang sah dari program komputer. Contoh penggunaan sarana kontrol teknologi adalah program komputer yang dilindungi nomor serial (serial number) atau kode akses.
Nomor serial atau kode akses digunakan oleh program komputer untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 154
mengidentifikasi pengguna yang sah dan berhak untuk menggunakan program tersebut.
Proses instalasi biasanya menambahkan nomor serial atau suatu turunannya dalam informasi pendaftaran pengguna. Sehingga jika pengguna menghubungi customer support (layanan konsumen), pengembang program komputer dapat melakukan verifikasi bahwa pengguna memiliki instalasi produk yang valid.299
Cara untuk jailbreak atau melewati sarana kontrol teknologi, salah satunya adalah melalui rekayasa balik dengan metode jailbreak. Rekayasa balik adalah proses menganalisa sebuah program komputer untuk merepresentasikan program tersebut ke informasi pada level yang lebih dalam, bisa juga dikatakan menganalisa sebuah sistem seperti pada saat sistem tersebut sedang dikembangkan.300
Konsep Rekayasa balik yang diterapkan pada program komputer biasanya mengacu pada praktik yang dilakukan untuk memahami bagaimana program tersebut dibangun dan bagaimana program tersebut mencapai fungsionalitasnya.301 Proses rekayasa balik dilakukan dengan adanya beberapa program komputer pendukung, diantaranya adalah Disassembler, Debugger, dan
Decompiler.302
Disassembler adalah program yang dibuat untuk membuka sebuah executable binary sebagai input dan menghasilkan kode assembler dari executable
299 Eldad Eilam, Op.Cit., Hal. 3, terjemahan bebas. 300 Yessah Ihut Adam. , Software Cracking Dengan Reverse Engineering. Penulisan Ilmiah. (Depok :Universitas Gunadarma,2010), Hal.5. 301 Robert H. Lande. Harvard Journal of Law and Technology, Volume 9, Number 2 Summer 1996, hal. 240, terjemahan bebas. 302 Eldad Eilam, Op.Cit . Hal.14‐15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 155
binary tersebut sebagai output. Debugger adalah program yang dibuat untuk menganalisa sebuah program lain pada saat program itu berjalan. Sedangkan decompiler merupakan perkembangan dari disassembler. Decompiler digunakan untuk memproduksi kode dari executable binary menjadi mirip dari kode sumber program tersebut atau sedikit banyak menjadi mirip kode sumber program tersebut. Sesungguhnya memproduksi kode asli dari sebuah executable binary merupakan hal yang sangat mustahil.20303
Rekayasa balik juga dapat digunakan untuk menganalisis dan akhirnya untuk mengalahkan berbagai skema perlindungan salinan seperti sarana kontrol teknologi. Rekayasa balik tidak dilarang dalam UUHC dikarenakan rekayasa balik bertujuan untuk memperoleh ide atau konsep yang bukan merupakan obyek yang dilindungi UUHC. Namun dikarenakan rekayasa balik tersebut dapat dikatakan sebagai akses terhadap sistem elektronik, maka rekayasa balik yang dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan informasi elektronik, yakni berupa kode akses atau nomor serial termasuk perbuatan yang dilarang dalam Pasal 30 ayat (2) UU
ITE:
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.”
Sanksi terhadap pelanggaran Pasal 30 ayat (2) UU ITE terdapat dalam
Pasal 46 ayat (2) UU ITE:
303 Yessah Ihut Adam. Op.Cit.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 156
“Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).”
Pasal 30 ayat (3) UU ITE juga melarang:
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.”
Pada penjelasan Pasal 30 ayat (3) yang dimaksud dengan sistem pengaman adalah sistem yang membatasi akses Komputer atau melarang akses ke dalam
Komputer dengan berdasarkan kategorisasi atau klasifikasi pengguna beserta tingkatan kewenangan yang ditentukan. Sistem pengaman dalam UU ITE memiliki persamaan dengan sarana kontrol teknologi dalam UUHC, yakni untuk menjelaskan pengguna yang sah atau, dengan kata lain, hak dari pengguna terhadap akses. Dikarenakan hal itu, maka penggunaan kode akses tanpa hak yang dilakukan untuk mengakses program komputer juga termasuk perbuatan yang dilarang dalam Pasal 30 ayat (3) UU ITE. Sanksi terhadap perbuatan tersebut terdapat dalam pasal 46 ayat (3) UU ITE:
“Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).”
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 157
Keygen yang dibuat berdasarkan hasil rekayasa balik tersebut, juga kode
akses yang dihasilkannya, adalah dilarang kepemilikannya dalam Pasal 34
ayat (1) huruf a dan b UU ITE:
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, menjual, mengadakan untuk digunakan, mengimpor, mendistribusikan, menyediakan, atau memiliki: a. Perangkat keras atau perangkat lunak Kkomputer yang dirancang atau secara khusus dikembangkan untuk memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33; b. Sandi lewat komputer, kode akses, atau hal yang sejenis dengan itu yang ditujukan agar Sistem Elektronik menjadi dapat diakses dengan tujuan memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33.”
Sanksi terhadap kepemilikan keygen terdapat dalam Pasal 50 UU ITE:
“Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).”
Program yang dilarang hanyalah program yang dikembangkan secara khusus untuk perbuatan yang dilarang dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33 UU
ITE. Program yang digunakan untuk rekayasa balik seperti debugger, disassembler, atau decompiler tidak termasuk yang dilarang dikarenakan dapat digunakan untuk kegiatan selain untuk tujuan yang dilarang. Seperti ketentuan dalam Pasal 52 UUHC bahwa Sarana Kontrol Teknologi tidak diperbolehkan dirusak, ditiadakan, atau dibuat tidak berfungsi. Dapat dikatakan, sarana kontrol teknologi tidak berfungsi untuk menjelaskan pengguna yang sah dari program komputer jika seseorang secara tidak sah memperoleh nomor serial untuk mengakses program komputer dan dapat dikatakan sebagai pelanggaran terhadap
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 158
sarana kontrol teknologi. Sanksi terhadap pelanggaran Pasal 52 UUHC terdapat pada Pasal 102 UUHC ayat (8):
“Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 52 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).”
Pada penelitian sebelumnya dijelaskan bahwa rekayasa balik degan metode jailbreak tidak dilarang karena termasuk fair use atau penggunaan yang wajar dikarenakan ciptaan baru memenuhi unsur originalitas.304Rekayasa balik juga dapat dikatakan sebagai penggunaan yang wajar, selama tidak bersifat komersial, dikarenakan rekayasa balik adalah upaya untuk memperoleh akses atas ilmu pengetahuan. Black‟s Dictionary mendefinisikan Fair use atau penggunaan yang wajar sebagai:
“A reasonable and limited use of copyrighted work without the author‟s permission, such as quoting from a book in a book review, or using parts of it in a parody. Fair use is a defense to an infringement claim, depending on the following statutory factors: 1) The purpose and character of the use; 2) The nature of the copyrighted work; 3) The amount of work used; and 4) The economic impact of the use (on the copyright holder).”
Penjelasan Pasal 15 huruf a menjelaskan yang dimaksud dengan “kepentingan yang wajar” yakni:
“..suatu kepentingan yang didasarkan pada keseimbangan dalam menikmati manfaat ekonomi atas suatu ciptaan.”
304 Ariyanti, Op.Cit..
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 159
Rekayasa balik dengan motede jailbreak dalam rangka membuat program keygen adalah rekayasa balik yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kode akses dapat merugikan kepentingan pencipta atau pembuat program untuk menikmati manfaat ekonomi atas ciptaan, dikarenakan program menjadi dapat digunakan tanpa memerlukan kode akses atau nomor serial yang harus dibeli dari pengembang program. Rekayasa balik yang dilakukan dalam rangka pembuatan program keygen tidak dapat dikatakan sebagai fair use atau penggunaan yang wajar dikarenakan dapat merugikan hak ekonomi dari pencipta.
Rekayasa balik dengan motede jailbreak bukanlah perbuatan yang dilarang dalam UUHC namun hasil dari Rekayasa balik dengan motede jailbreak yaitu salah satunya penggunaan keygen atau kode akses palsu dapat dikatakan sebagai pelanggaran terhadap sarana kontrol teknologi atau hak cipta.
Terkait keygen yang dibuat berdasarkan hasil rekayasa balik, Pasal 17
UUHC menyatakan:
“Pemerintah melarang Pengumuman setiap Ciptaan yang bertentangan dengan kebijaksanaan Pemerintah di bidang agama, pertahanan dan keamanan Negara, kesusilaan, serta ketertiban umum setelah mendengar pertimbangan Dewan Hak Cipta.”
Tidak terdapat penjelasan apa yang dimaksud dengan “ketertiban umum” dalam UUHC karena penjelasan Pasal 17 hanya dinyatakan cukup jelas. Namun dengan menggunakan penafsiran secara sistematis komparatif, yaitu mengambil pengertian “ketertiban umum” dari ketentuan-ketentuan yang lain yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang memiliki “rumpun” yang sama, yaitu peraturan perundang-undangan yang melingkupi bidang hak kekayaan intelektual,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 160
maka pengertian “bertentangan dengan kepentingan umum” dapat ditafsirkan sebagai “beritikad tidak baik”, penafsiran ini sesuai dengan Penjelasan Pasal 69 ayat (2) kalimat kedua Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, yang berbunyi sebagai berikut: “termasuk pula dalam pengertian yang bertentangan dengan kepentingan umum adalah adanya iktikad tidak baik.”305
Pengertian itikad baik (good faith) menurut Black Law Dictionary adalah:
“Good faith consists in an honest intention to abstain from taking any unconscientious advantage of another, even through the forms or technicalities of law, together with an absence of all information or belief of facts which would render the transaction unconscientious.” 306
Itikad tidak baik adalah kebalikan dari itikad baik. Itikad tidak baik (bad faith) menurut black law dictionary adalah:307
”The opposite of "good faith," generally implying or involving actual or constructive fraud, or a design to mislead or deceive another, or a neglect or refusal to fulfill some duty or some contractual obligation, not prompted by an honest mistake as to one's rights or duties, but by some interested or sinister motive.”
Keygen yang digunakan untuk mendapatkan nomor serial program komputer tanpa harus membeli program yang asli dapat dianggap sebagai usaha menghindari kewajiban sebagai konsumen. Dengan demikian, jika dilihat dari tujuannya, dapat dikatakan bahwa keygen termasuk ciptaan yang dilarang dalam
Pasal 17 UUHC.
305Lihat pertimbangan Mahkamah Agung mengenai pengertian “bertentangan dengan kepentingan umum” dalam UU Desain Industri.dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor : 022 K/N/HaKI/2006. 306 Henry Campbell Black, Black's Law Dictionary 2nd ed. (St. Paul, Minn.: West Publishing, 1910), Hal.544. 307 Ibid, Hal.112.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 161
Dalam konteks rahasia dagang, algoritma yang dirahasiakan termasuk obyek yang dilindungi dalam Undang-Undang Rahasia Dagang. Namun, perlindungan rahasia dagang mensyaratkan harus ada upaya-upaya tertentu yang dilakukan untuk merahasiakannya. Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Rahasia
Dagang menyebutkan:
“Rahasia Dagang mendapat perlindungan apabila informasi tersebut bersifat rahasia, mempunyai nilai ekonomi, dan dijaga kerahasiaannya melalui upaya sebagaimana mestinya.”
Pasal 44 Undang-Undang hak Cipta dapat diartikan sebagai pasal “fair use” walaupun belum tentu menyikapi tentang kemungkinan orang untuk bisa mengakses suatu kode program komputer, bila merujuk pada ketentuan umum
Pasal 1 angka 6, maka yang disebut perbanyakan adalah penambahan jumlah suatu ciptaan, baik keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau temporer. Sayangnya tidak dapat melihat keterangan yang lebih detail terhadap klausul ini, karena dalam bagian penjelasan disebut “cukup jelas”. Kalau mengikuti logika hukum yang terdapat dalam Undang-Undang Hak Cipta, sepanjang penggandaan suatu program komputer bukan bersifat komersial apalagi untuk kepentingan lembaga ilmu pengetahuan dan pendidikan, seyogianya masih dalam lingkup “fair use“ dan tidak dapat dipidana.
Interpretasi seperti ini sebenarnya senafas dengan ketentuan pidana yang terdapat dalam Pasal 112 yang menegaskan bahwa pelanggaran hak cipta yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 162
dapat dipidana adalah apabila memperbanyak penggunaan suatu program komputer untuk kepentingan komersial.
2. Pertanggung Jawaban Dalam Hukum Pidana
Pasal 112 sampai dengan Pasal 120 Undang-Undang No.28 Tahun 2014 menentukan pula bentuk perbuatan pelanggaran hak cipta sebagai delik aduan yang dibagi tiga kelompok, yakni :
a. Dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan, memperbanyak suatu
ciptaan atau memberi izin untuk itu. Termasuk perbuatan pelanggaran
ini antara lain melanggar larangan untuk mengumumkan,
memperbanyak atau memberi izin untuk itu setiap ciptaan yang
bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah di bidang pertahanan
dan keamanan negara, kesusilaan, dan ketertiban umum;
b. Dengan sengaja memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada
umum suatu ciptaan atau barang-barang hasil pelanggaran hak cipta.
Termasuk perbuatan pelanggaran ini antara lain penjualan buku dan
VCD bajakan;
c. Dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk
kepentingan komersial suatu program komputer.
Dari ketentuan Pasal 112 sampai dengan Pasal 120 UUHC tersebut, ada dua golongan pelaku pelanggaran hak cipta yang dapat diancam dengan sanksi pidana. Pertama, pelaku utama adalah perseorangan maupun badan hukum yang dengan sengaja melanggar hak cipta atau melanggar larangan undang-undang.
Termasuk pelaku utama ini dalah penerbit, pembajak, penjiplak, dan pencetak.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 163
Kedua, pelaku pembantu adalah pihak-pihak yang menyiarkan, memamerkan atau menjual kepada umum setiap ciptaan yang diketahuinya melanggar hak cipta atau melanggar larangan Undang- Undang Hak Cipta. Termasuk pelaku pembantu ini adalah penyiar, penyelenggara pameran, penjual, dan pengedar yang menyewakan setiap ciptaan hasil kejahatan/pelanggaran hak cipta atau larangan yang diatur oleh undang-undang.
Kedua golongan pelaku pelanggaran hak cipta diatas dapat diancam dengan sanksi pidana oleh ketentuan UUHC Pelanggaran dilakukan dengan sengaja untuk niat meraih keuntungan sebesar-besarnya, baik secara pribadi, kelompok maupun badan usaha yang sangat merugikan bagi kepentingan para pencipta. Berdasarkan rumusan Pasal 112 dan Pasal 113 UUHC , maka unsur- unsur pelanggaran adalah sebagai berikut : 1. Barang siapa; 2. Dengan sengaja; 3.
Tanpa hak; 4. Mengumumkan, memperbanyak, menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual; 5. Hak cipta dan hak terkait.
Unsur barang siapa ini menandakan yang menjadi subjek delik adalah siapapun. Menurut KUH Pidana yang berlaku sekarang, hanya manusia yang menjadi subyek delik, sedangkan badan hukum tidak menjadi subyek delik. Tetapi dalam undang-undang khusus seperti Undang-Undang Tindak Pidana Ekonomi, badan hukum atau korporasi termasuk juga menjadi subyek delik. Dalam hal ini, barang siapa termasuk pula badan hukum atau korporasi.308
Resiko pelanggaran keamanan aplikasi sebagai ciptaan yang dilindungi adalah pencurian aplikasi tersebut secara reverse engineering/jailbreak yang
308 Andi Hamzah, Asas‐Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, Hal. 92
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 164
menghasilkan program aplikasi yang sama. Pencurian program aplikasi dapat terjadi ketika program tersebut disalin secara ilegal atau dengan melanggar lisensi progam aplikasi tersebut, sehingga melanggar hak ekonomi pencipta. Hal-hal ini memenuhi unsur subyektif dan unsur-unsur objektif dari Pasal 362 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana, yaitu, unsur subjektif Pasal 362 KUHPidana “met het oogmerk om het zich wederrehtelijk toe te eigenen” atau dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum. Unsur obyektif Pasal 362
KUHPidana, antara lain:
a. ‟hij‟ atau barangsiapa;
b. ‟wegnemen‟ atau mengambil;
c. ‟eenig goed‟ atau sesuatu benda;
d. ‟dat geheel of gedeeltelijk aan een ander toebehoort‟ atau yang
sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain.
3. Pertanggung Jawaban Dalam Hukum Perdata
Pada Pasal 570 dikemukakan tentang definisi hak milik dan batasan- batasannya, yang mana hak milik adalah hak untuk menikmati suatu barang secara lebih leluasa dan untuk berbuat terhadap barang itu secara bebas sepenuhnya, asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh kuasa yang berwenang dan asal tidak mengganggu hak-hak orang lain; kesemuanya itu tidak mengurangi kemungkinan pencabutan hak demi kepentingan umum dan penggantian kerugian yang pantas, berdasarkan ketentuan-ketentuan perundang-undangan.”
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 165
Pada pasal 572 KUHPerdata dinyatakan bahwa hak milik harus dianggap bebas sehingga pemilik dapat menggunakannya dengan bebas dan dengan kekuasaan seluas-luasnya dengan tanpa melanggar ketentuan-ketentuan yang berlaku dan batasan-batasannya. Maka, barang siapa menyatakan mempunyai hak kepemilikan atas barang orang lain, harus membuktikan hak itu. Kepemilikan atas duplikat ide tersebut yang berupa sesuatu yang dapat dimiliki oleh orang lain dengan berupa benda, merupakan kepemilikan pembeli yang menjadi pemilik sah buku yang diperolehnya dengan cara-cara yang dibenarkan oleh hukum. Maka ia dapat menggunakan benda tersebut secara maksimal, sesuai dengan ketentuan hukum.
Tetapi kepemilikan isi benda tersebut adalah milik pencipta yang mana ia melahirkan atau memunculkan idenya yang berupa benda tersebut. Adapun ciri- ciri hak milik adalah ;
a. Merupakan hak pokok terhadap hak-hak lain yang sifatnya terbatas,
b. Merupakan hak yang paling sempurna,
c. Bersifat tetap, dan
d. Merupakan inti dari hak-hak kebendaan yang lain.
Selain ciri-ciri tersebut diatas, hak milik juga memiliki sifat elastis, artinya bila diberi tekanan (dibebani dengan hak kebendaan yang lain) menjadi lekuk, sedang bila tekanan ditiadakan menjadi penuh kembali. Adapun batasan-batasan terhadap hak milik dapat ditemukan dalam Pasal 570 KUHPerdata yang ditambah dengan ketentuan pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria, yaitu sebagai berikut : a. Ketentuan hukum yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 166
berlaku, b. Ketertiban umum, c. Hak-hak orang lain, dan d. Fungsi social
Mengenai ketentuan pemindahan hak milik, diatur dalam Pasal 548 KUHPerdata dan ketentuan pemindahan atau pengalihan hak cipta diatur dalam Pasal 16
UUHC.
4. Pertanggung Jawaban Admnistratif Instansi Terkait.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek Dan Indikasi Geografis Pasal 42 ayat (3) dikatakan bahwa perjanjian Lisensi wajib dimohonkan pencatatannya pada Menteri dengan dikenai biaya dan akibat hukum dari pencatatan perjanjian Lisensi berlaku terhadap pihak- pihak yang bersangkutan dan terhadap pihak ketiga. Pada Pasal 42 ayat (5) dikatakan bahwa Agar dapat mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga, perjanjian Lisensi wajib dicatatkan di Direktorat Jenderal. Dari kedua undang – undang di atas dapat dikatakan bahwa perjanjian lisensi itu wajib dicatatkan, dan jika perjanjian lisensi tidak dicatatkan maka perjanjian lisensi tidak memiliki akibat hukum bagi pihak ketiga.
Dengan pemikiran bahwa HKI adalah hak eksklusif untuk memonopoli eksploitasi komersial atas suatu obyek, maka pencatatan perjanjian lisensi seharusnya hanya dilakukan pada hak yang lahir atas dasar pendaftaran atau permohonan, seperti hak merek, paten, atau desain industri. Hak dalam konteks tersebut diberikan oleh Negara secara khusus kepada subyek tertentu.
Keistimewaan yang diberikan oleh Negara kepada pemegang hak sangat besar, sehingga Negara berkepentingan untuk mengawasi pelaksanaan hak tersebut agar senantiasa sesuai dengan tujuan pemberiannya. Oleh karena itu, suatu perjanjian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 167
lisensi yang membawa dampak berupa pemberian ijin penggunaan hak eksklusif tersebut kepada pihak selain yang telah ditetapkan oleh Negara haruslah diketahui
Negara.
Berdasarkan pada hal tersebut, maka kewajiban pencatatan perjanjian lisensi dalam konteks hak cipta patutlah untuk dipertanyakan alasannya, karena hak eksklusif dalam hak cipta tidak lahir karena adanya permohonan. Lagipula bagaimana mungkin aturan tersebut diimplementasikan terhadap perjanjian lisensi yang terjadi antara pemegang hak cipta dan konsumen, seperti pada perjanjian lisensi pengguna akhir (End User Licensing Agreement) suatu program komputer.309
Dalam praktik perjanjian lisensi terdapat beberapa klausula perjanjian lisensi yang berpotensi menjadi tindakan penyalahgunaan HKI. Umumnya perjanjian lisensi yang memuat klasula untuk meminta penerima lisensi membayar royalti dalam jumlah yang tidak sewajarnya, atas produk yang bermuatan HKI, seperti royalti atas total penjualan tipe produk yang secara umum sudah termasuk dalam HKInya juga dipercaya sebagai suatu perbuatan melawan hukum oleh pemegang HKI.
309Brian Prastyo, Akibat Hukum Pencatatan Perjanjian Lisensi, http://staff.blog.ui.ac.id/brian.amy/2008/07/15/akibat‐hukum‐pencatatan‐perjanjian‐ lisensi/#more‐19, terakhir diakses 14 Agustus 2017.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 168
Skema 4.1
Skema Perlindungan Hak Cipta Atas Adanya Metode Jailbreak Pada Aplikasi Ios Berbayar Dari Apple
Aplikasi iOS Apple (Program Komputer)
Pengembangannya
Jailbreak (Reverse Engineering) Lisensi (Pengalihan Hak)
Hak Cipta
Program yang Sama Program Berbeda yang Lebih Baik
Dilarang dan Dilindungi Diperbolehkan dan Dilindungi Sebagai Kaya Asli
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
169
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ketentuan hukum yang mengatur perlindungan hak cipta terhadap aplikasi
iOS berbayar dari Apple adalah Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta dan dititikberatkan pada kode sumber sebagai bagian dari program
komputer merupakan objek dari perlindungan Hak Cipta. Aplikasi iOS
berbayar dari Apple sebagai bagian dari Program komputer dilindungi oleh
hak cipta, dan penggunaannya oleh pihak lain diindungi dengan lisensi.
2. Pengaturan hukum tentang hak cipta terkait metode jailbreak pada aplikasi
iOS berbayar dari Apple adalah Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta khususnya pada Pasal 52, dimana dilarang untuk merusak,
memusnahkan, menghilangkan, atau membuat tidak berfungsi sarana kontrol
teknologi yang digunakan sebagai pelindung ciptaan bentuk antara lain kode
rahasia, password, bar code, serial number, teknologi dekripsi (decryption),
dan enkripsi (encryption) yang digunakan untuk melindungi ciptaan. Sistem
Operasi pada iDevice menggunakan Lisensi Komersial dimana setiap orang
yang membeli iDevice langsung juga membeli lisensi untuk penggunaan
Sistem Operasi pada iDevice. Dalam lisensi iDevice Pasal 2 huruf (B), Apple
menegaskan bahwa tidak izinkannya melakukan jailbreak.
3. Pengaturan hukum hak cipta belum memberikan perlindungan hukum bagi
programmer aplikasi iOS berbayar dari Apple dan Apple atas adanya metode
jailbreak di Indonesia. Perlindungan hukum hak cipta atas adanya metode
169
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 170
jailbreak di Indonesia hanya berdasar pada lisensi dari Apple dan Pasal 52
Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta juga tidak secara
spesifik atau khusus mengatur tentang jailbreak. Dalam Pasal 52 Undang-
Undang no.28 Tahun 2014 menyatakan bahwa setiap orang dilarang merusak,
menghilangkan, memusnahkan, membuat tidak berfungsi suatu Sarana
Kontrol Teknologi, dengan melakukan jailbreak tentunya sudah melanggar
pasal tersebut, Namun ketentuan Pidana dari pasal tersebut yaitu yang
terdapat pada Pasal 112 Undang-Undang Hak Cipta, hanya berlaku bagi yang
melakukan jailbreak atas dasar penggunaan untuk komersial.
B. Saran
1. Ketentuan hukum yang mengatur perlindungan hak cipta terhadap aplikasi ios
berbayar dari Apple berdasarkan pada Undang-Undang No.28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta dan dititikberatkan pada kode sumber sebagai bagian dari
program komputer. Pemerintah Indonesia mengadopsi ketentuan tentang
source code escrow agreement (Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012
Tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik) untuk
menjembatani kepentingan produsen program komputer dengan kepentingan
konsumen.
2. Pengaturan hukum tentang hak cipta terkait metode jailbreak pada aplikasi
iOS berbayar dari Apple perlu ada sinkronisasi dengan Undang-Undang
Rahasia Dagang, Undang-Undang Paten dan Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik agar pemilik Hak Cipta terlindungi dari metode
jailbreak. Pada Undang-Undang No. 30 Tahun 200 tentang Rahasia Dagang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 171
Pasal 15 Huruf (b) melarang adanya rekayasa ulang, dimana disini dimaksud
dengan jailbreak, adalah diizinkan, sedangkan UUHC ada ketentuan yang
melarang serta melindungi ciptaan dari metode jailbreak, yaitu Pasal 52
UUHC.
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta dan peraturan
yang terkait tentang hak cipta belum memberikan perlindungan hukum yang
tegas terhadap aplikasi ios berbayar dari Apple atas adanya metode jailbreak
di Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia baiknya mengamandemen
Undang-undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 dengan menciptakan
peraturan-peraturan tambahan. Peraturan tambahan tersebut bisa berupa
perlindungan terhadap karya-karya digital, pedoman penggunaan fair use di
ruangan kelas atau kegiatan akademis dan peraturan-peraturan teknis lainnya
untuk mengatur fair use dan pelanggaran hak cipta di internet. Seperti halnya
dengan Amerika Serikat yang memiliki 4 faktor kualifikasi fair use dan
pedoman fair use di kelas; pengaturan ini akan mampu membuat pengajar,
pelajar dan peneliti termotivasi untuk meningkatkan pengetahuan dan
penelitian. Selain itu Pemerintah Indonesia juga harus lebih memperhatikan
aturan mengenai hukuman terhadap pelanggaran itu sendiri terutama jumlah
hukuman denda. Hukuman denda harus memperhatikan keseimbangan
kepentingan dari penggugat dan kerugian pada masyarakat yang disebabkan
dari tindakan pelanggaran hak cipta dari tergugat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 172
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Abdurrahman, Muslin, Sosiologi Dan Metode Penelitian Hukum, Malang:UMM Press, 2009.
Adelheid, Andrea, Beginners Guide iPhone Untuk Pemula, MediaKom:Yogyakarta, 2013.
, Buku Pintar Samsung, PT.Elex Media Komputindo:Jakarta, 2015.
,Tips & Trik Dahysat Android ICS dan JB, (Andi Offset:Yogyakarta, 2013.
Adnan, Muhammad Aulia , Panduan Pengembang Public License di Indonesia, Jakarta:Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2001.
Adolf, Huala, Hukum Perdagangan Internasional, PT.RajaGrafindo Persada:Jakarta, 2005.
Ali, Achmad, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial Prudence), Kencana:Jakarta, 2010.
Arief, Barda Nawawi, Tindak Pidana Mayantara, Jakarta: Jaya Grafindo, 2006.
Azed, Abdul Bari, Kompilasi Konvensi Internasional HKI yang Diratifikasi Indonesia, Jakarta:DirJen HKI dan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007.
B, Gary S., Thomas J, C., & Misty E, V., Discovering Computers : Fundamentals, 3th ed. (Terjemahan), Jakarta: Salemba Infotek, 2007.
Bainbridge, David, Intellectual Property 4th Edition, London:Financial Times, Pitman Publishing, 1999.
Bintang, Sanusi, Hukum Hak Cipta, Bandung:Citra Aditya, 1998.
Borking, John J., Third Party Protection of Software and firmware, first edition, Amsterdam:Elsevier Science Publishing Company, 1988.
Budhijanto, Danrivanto, Hukum Telekomunikasi, Penyiaran dan Teknologi Informasi Regulasi dan Konvergensi, Bandung:PT.Refika Aditama, 2010.
Campbell, Henry, Black‟s Law Dictionary, Minnesota:West Publishing,1999.
172
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 173
Cornish, W.R., Intellectual Property I, London:Sweet&Maxwell, 1989.
Daliyo, J. B, Pengantar Ilmu Hukum Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta:Prennahlindo, 2001.
Dewata, Mukti Fajar Nur dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta:Pustaka Belajar, 2010.
Ditjen Hak Kekayaan Intelektual, Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual 2001, Jakarta:Depkehham, 2001.
Damian, Eddy, Hukum Hak Cipta Ed.3 Cet.1, Bandung:PT.Alumni, 2009.
Djumhana, Muhammad, Perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, Bandung:PT.Citra Aditya Bakti, 2006.
Eilam, Eldad, Reversing:secrets of reverse engineering, Indianapolis:Wiley Publishing Inc., 2005.
Elias, Stephen dan Richard Stim, Patent, Copyright & Trademark, 7th Edition, Nolo, 950 Parker street CA: Berkeley, 2004.
Endeshaw, Assafa, Hukum E-Commerce dan Internet Dengan Fokus di Asia Pasifik,penerjemah: siwi purwandari dan Mursyid Wahyu Hananto, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2007.
Fauzi, Akhmad, Pengatar Teknologi Informasi, Yogyakarta:Graha Ilmu, 2008.
Ficsor, Mihaly, The Law of Copyright and the Internet, London:Oxford University Press, ,2002.
Ginting, Elyta Ras, Hukum Hak Cipta Indonesia Analisis Teori dan Praktek, Cet.1, Bandung:Citra Aditya Bakti, 2012.
Hadi, Sutrisni, Metodologi Riset Nasional, Magelang: Alumni, 1987.
Hadjon, Phillipus M., Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987.
Hamzah, Andi, Asas‐Asas Hukum Pidana, Jakarta:Rineka Cipta, 1994.
Hartono, Sunaryati, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20, Bandung:Alumni, 2006.
Heri, Sosialisasi HAKI dan Penegakannya Menuju Bisnis Beretika, Yogyakarta:Aggregator Batik News, 2007.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 174
H.M., Jogiyanto, Pengenalan Komputer, Andi Offset:Yogyakarta, 1999.
Hozumi, Tamoto, Asian Copyright Handbook (Buku Panduan Hak Cipta Asia), Jakarta:Ikatan Penerbit Indonesia(IKAPI), 2006.
Ibrahim, Johni, Teori Dan Metodologi Penelitian Hukum Normative, Malang:Bayu Media Publishing, 2005.
Isnaini, Yusran, Hak Cipta dan Tantangannya di Era Cyber Space, Jakarta:Ghalia Indonesia, 2009.
Jened, Rahmi, Hukum Hak Cipta, Bandung:PT.Citra Aditya Bakti, 2014.
Lamdes , William & Richard Posner, The Economics Structure of Intellectual Property Law, London:The Belknap Press of Harvard University, 2003.
Landy,Gene K. The IT/Legal Companion;The Comprehensive Bussiness Guide To Software, Internet, IP Law Include Contract And Web Form, Burlington:Syngress Publishing And Elsevier, 2008.
Lembaga Pendidikan Komputer Indonesia-Amerika, Mengenal Dunia Komputer, Jakarta: Lembaga Pendidikan Komputer Indonesia-Amerika,1986 . Lindberg, Van, Intellectual property and open source; a Practical guide to protecting code, USA:O‟Reilly Books, 2008.
Loughlan, Patricia, Intellectual Property:Creative and Marketing Rights, (Australia:LBC Information Service, 1998.
Lembaga Pendidikan Komputer Indonesia-Amerika, Mengenal Dunia Komputer, Jakarta: Lembaga Pendidikan Komputer Indonesia-Amerika,1986.
Lindberg, Van, Intellectual property and open source; a Practical guide to protecting code, USA:O‟Reilly Books, 2008.
Loughlan, Patricia, Intellectual Property:Creative and Marketing Rights, Australia:LBC Information Service, 1998.
Lubis, M.Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung:Mandar Maju, 1994.
Makarim, Edmon, Pengantar Hukum telematika Suatu Kajian, PT.RajaGrafindo Persada:Jakarta, 2005.
, Tanggung Jawab Hukum Penyelenggara Sistem Elektronik, ed.1, Jakarta:Rajawali Pers, 2010.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 175
Margono, Suyud, Hukum Hak Cipta Indonesia, Bogor:Ghalia Indonesia, 2010.
Masruri, M.Hilmi, Buku Pintar Android, PT.Elex Media Komputindo:Jakarta, 2015 McKeough, Jill & Andrew Stewart, Intellectual Property in Australia, Australia:Butterworths, 1997.
Microsoft, Microsoft Licensing Guide:Be Sure It‟s Legal, Jakarta:PT.Microsoft Indonesia, 2003.
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta:Kencana, 2010.
Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum Suatu Penghantar, Yogyakarta: Liberty, 1988.
, Teori Hukum, Yogyakarta:Cahaya Atma Pustaka, 2012.
Moleong, Lexi J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:Remaja Rosdakarya, 1993.
Muchsin, Perlindungan Dan Kepastian Hukum Bagi Investor Di Indonesia, Surakarta;Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2003.
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta; Rake Sarasin, 2000.
Muhammad, Bushar, Asas-Asas Hukum Adat, Jakarta:PT.Pradnya Paramita, 1994.
Noersasongko, Edi dan Pulung N.Andono, Mengenal Dunia Komputer, PT.Elex Media Komputindo:Jakarta, 2010.
Purba, Achmad Zen Umar, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIP‟s, Bandung:Alumni, 2005.
, Perjanjian TRIP‟s Dan Beberapa Isu Strategis Ed.1 Cet.1, .Jakarta:Badan Penebit FHUI dan Alumni, 2011.
Putranti, Ika Riswanti, Lisensi Copyleft dan Perlindungan Open Source Software di Indonesia, Yogyakarta:Galeri Ilmu, 2010.
Rosalina, Belinda, Perlindungan Karya Arsitektur Berdasarkan Hak Cipta Cet.1, Bandung:Alumni, 2010.
Raharjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Bandung,:Citra Aditya, 1996.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 176
Riduan, Metode & Teknik Menyusun Tesis, Bandung:Bina Cipta, 2004.
RV, Budiman,Panduan Lengkap Menggunakan Ipad, Mediakita:Jakarta,2011.
Saidin, OK., Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2015.
Sarwono, Jonathan, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, Yogyakarta:Graha Ilmu, 2006.
Salman, Otje, Teori Hukum (Suatu Pencarian/Penelahaan), Jakarta:Grenada Media, 2007.
Schimdt, Eric &Jared Cohen, The New Digital Age, Kepustakaan Populer Gramedia:Jakarta, 2014.
Sjahdeini, Sutan Remi, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia, Jakarta:Institute Bankir Indonesia, 1993.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta:Rajawali Pers, 2010.
Soelistyo, Henry, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2011. Streling, J.A.L., World Copyright Law, London:Sweet&Maxwell, 1998..
Syamsudin, Munawar, Hak Cipta di Indonesia, Surakarta:Hak Suara, 1979.
Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta:Rajawali Press, 2011.
Supramono, Gatot, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, Jakarta:Rineka Cipta, 2010.
Suryasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, 1997.
Sutopo, H.B., Metodologi Penelitian Hukum Kualitatif Bagian II, Surakarta : UNS Press, 1998.
Tim Lindsey, (et.al), Hak Kekayaan Intelektual:Suatu Pengantar, Alumni:Bandung, 2006.
Tim Visi Yustisia, Panduan Resmi Hak Cipta, Transmedia Pustaka:Jakarta, 2015.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 177
Tjahyadi, Firdaus, Panduan Pendayagunaan Open Source Software:Perangkat Lunak Bebas dan Open Source, Jakarta:Kemntrian Negara Riset dan Teknologi dan Yayasan Penggerak Linux Indonesia, 2007
Thomas J, C, Gary B, S & Misty E, V, Discovering Computers : Fundamentals, 3th ed. (Terjemahan), Jakarta: Salemba Infotek,2007.
Waluyo, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Semarang:Ghalia Indonesia, 1996.
Winarno, Surakhmad, Metode Dan Tekhnik Dalam Bukunya;Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tekhnik, Bandung : Tarsito, 1994.
Wuisman, JJ. M., Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial;Asas-Asas, Jakarta:Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1996.
B. PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Rahasia Dagang dan Indikasi Geografis
Lembaran Negara Tahun 1994 No.57 , Tambahan Lembaran Negara No.3564 United State Copyright Act
Digital Millenium Copyright Act (DMCA)
C. JURNAL HUKUM
Adam ,Yessah Ihut , Software Cracking Dengan Reverse Engineering. Penulisan Ilmiah. Depok :Universitas Gunadarma,2010.
Afifah Kusumadara, ”Perlindungan Program Komputer Menurut Hukum Hak Kekayaan Intelektual”, Jurnal HUkum dan Pembangunan No.3, Juli- September 2003.
Anthony M. Brown, Sour Apple: The Case For iPhone Jailbreaking A Study of the DMCA Anti‐Circumvention Provision, Southern University Law Center, 2010.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 178
Bambang Kesowo, “Posisi Dan Arti Penting HKI Dalam Perdagangan Internasional”, Makalah Seminar Peranan HKI Untuk Meningkatkan Perdagangan Dan Industry Dalam Era Globalisasi, PPH Bekerja Sama Dengan Kartini Mulyadi Associate, Jakarta, 29 November 1993.
Craig Zieminski, “Game Over for Reverse Engineering?” How DCMA and Contract have Affected Innovation.”, Journal of Tecnology Law and Policy, December, 2008.
Diane Rowland & Elizabeth Macdonald, Information technology Law 3rd , Cavendish publishing;United Kingdom, 2005.
Edward R. Hyde, Legal Protection of Computer Software, 59 Connecticut Bar Journal 298, August 1985.
David Bender, “Protection of Computer Program:The Copyright/Trade Secret Interface”, University Pitsburgh Law Review, 1986.
David N. Pruitt, “Beyond Fair Use: The Right Contract around Copyright Protection of Reverse Engineering in The Software Industry”, Chicago-Kent Journal of Intellectual Property, 2006.
Edward Samuels, “The Idea-Expression Dictomy in Copyright Law”, dalam Tennese Law Review Association.Inc, Nomor 321, 1989, University of tennese.
Ewoud Bloemendal, App store for owners: a multiple-case study of app store, Utrecht University, 2012.
Ficsor, Part III : Protection of „DRM‟ under the WIPO „Internet Treaties‟ : Interpretation, Implementation and Application, dalam Irini Stamatoudi, Copyright Enforcement and the Internet, Kluwer Law Int, 2010.
Hendra Tanu Atmadja, Hak Cipta Musik atau Lagu, Jakarta:Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003.
Henny Marlina dan Peggy Sherliana, Perlindungan Hak Cipta Terhadap Program Komputer Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, Lex Jurnalica, Vol.5, No.2, April 2008. in Cyberspace:Why copyright law could be unimportant on the internet”, Berkeley Technology Law Journal, (Vol.12, No.1, Spring, 1997)
Linda L. Holliday, Protecting Computer Software, 32 Loisiana Bar Journal 91, August, 1984.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 179
Michigan State Journal of International Law, Volume 16, No.71, 2007.
Patricia Akester, “Authorship and Authenticity in Cyberspace”, Computer Law & Security Report ,Vol.20, No.6, 2004.
Irini Stamatoudi, Copyright Enforcement and the Internet, Kluwer Law Int, 2010.
Jacob Adam Schroeder, “Anti Circumvention of Competiton:Avoiding Conflict between the DMCA and Antitrust”, The Intellectual Property Law Review, 2010.
Jason W. Croft, “antitrust and communication policy:There‟s an App for just anything except google voice”, SMU Science and technology Law review Vol.14 .
Joan Van Tassel, Digital Rights Management : Protecting and Monetizing Content, Elsevier, 2006.
Jonas P. Herrel, “The Copyright Misuse Doctorines Role in Open and Closed Technology Platform, Berkeley Technology Law Journal Vol.26.
Judith A. Szepesi, “Maximazing Protection for Computer Software.”, 12 Santa Clara Computer and High Technoogy Law Journal 173, February, 1996. M. Zairul Alam, Protection of Copyright Management Information in Indonesia, Tesis tidak diterbitkan, Jakarta, Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Rahma Augusta Eder, Dwika, “Rancang Bangun Aplikasi Kamus Irregular Verb Berbasis Mobile Pada Platform Android”. Skripsi , Lampung:Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, 2012.
Michael K. Cheng, “iPhone Jailbreaking Under The DMCA: Toward a Functionalist Approach in Anti-Circumvention”, Berkeley Technology Law Journal, 2010, Hal.2.
Nurhadi, “Handphone dan Kita”, Artikel No.31 dalam Seminar International Cultural Studies dalam Sastra di FBS UNY, Yogyakarta pada 14-15 September 2005.
Robert H. Lande. Harvard Journal of Law and Technology, Volume 9, Number 2 Summer 1996, terjemahan bebas.
Suhono H. Supangkat, Kuspriyanto, Juanda, “Watermarking sebagai Teknik Penyembunyian Label Hak Cipta pada Data Digital” ,Jurnal Teknik Elektro (Vol.6, No.3, 2000).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 180
W. Bender, D. Gruhl, N. Morimoto, A. Lu, “Techniques for Data Hiding”, IBM System Journal, (Vol. 35, 1996)
D. MAJALAH, SURAT KABAR
Ilmiah Populer, “Edward Snowden:Smartphone bisa disadap”, Harian Analisa 09 Oktober 2015.
E. WEBSITE
Yoga Permana Wijaya, Pengertian Sistem Operasi, https://yogapermanawijaya.wordpress.com/2012/05/20/pengertian-sistem- operasi-operating-system/, diakses terakhir tanggal 29 September 2015.
Nicolás Montés, Ranking of Operating Systems and trends for 2015, https://blog.uchceu.es/informatica/ranking-of-operating-systems-and- trends-for-2015/, diakses terakhir tanggal 29 September 2015.
Ivan, The Faqs, http://appbuntu.com/jailbreak/faq/ , diakses terakhir tanggal 01 Oktober 2015.
Josua Sitompul, Apakah Jailbreaking iPhone Melanggar Hukum?, http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52f67de2d1933/apakah- jailbreaking-iphone-melanggar-hukum?, diakses terakhir tanggal 01 Oktober 2015.
Ivan, Rooting-Vs-Jailbreaking, http://appbuntu.com/2012/11/rooting-vs- jailbreaking/, diakses terakhir tanggal 01 Oktober 2015.
Heath Alex, Unlocking a new iphone is now illegal but jailbreaking is still safe (online), http://www.cultofmac.com/213144/unlocking-a-new-iphone-is- now-illegal-but-jailbreaking-is-still-safe-what-it-all-means-for-you/, diakses terakhir tanggal 02 Oktober 2015. Malware, Pengertian Malware, http://malware851.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-malware_4.html, diakses terakhir tanggal 04 Oktober 2015.
Ryan Friska Arisandhi, iphone jailbroken jadi target empuk serangan malware keyraider, http://www.kolomgadget.com/2015/09/01/iphone-jailbroken- jadi-target-empuk-serangan-malware-keyraider/11812/2#page-content, diakses terakhir tanggal 04 Oktober 2015.
Kimi Raikko, Pakai Aplikasi Gratis atau Aplikasi Berbayar, http://www.kompasiana.com/kimi_raikko78/pakai-aplikasi-gratis-atau-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 181
aplikasi berbayar_550ff40da33311c639ba7e1f, diakses terakhir tanggal 24 Oktober 2015.
Siti Masitah, Perbedaan Aplikasi Berbayar dengan Open Source, https://www.scribd.com/doc/217617107/perbedaan-aplikasi-berbayar- dengan-open-source-docx, diakses terakhir tanggal 24 Oktober 2015.
Daniel Dimov, Legality of Jailbreaking Mobile Phones, http://resources.infosecinstitute.com/legality-jailbreaking-mobile-phones/, diakses terakhir tanggal 24 Oktober 2015.
Cara Jailbreak iOs, http://www.carajailbreak.info/2012/01/apa-pengertian- jailbreak-iphone-ipad.html, diakses terakhir tanggal 24 Oktober 2015.
Apple Inc., https://www.apple.com/legal/sla/, diakses terakhir tanggal 24 Oktober 2015.
Damai Subiwanto, Siapakah George Hotz?, https://damaisubimawanto.wordpress.com/2011/01/18/siapakah-george- hotz/, diakses terakhir tanggal 25 Oktober 2015.
Candace Lombardi, Apple refund clause: Bad for developers?, NEWS.COM, Mar. 26, 2009, http://news.cnet.com/apple‐refund‐clause‐bad‐for‐developers/., diakses terakhir tanggal 24 Oktober 2015.
Frequently Asked Questions (and Answers) about Reverse engineering, http://www.chillingeffects.org/reverse/faw.cgi, diakses tanggal 24 Oktober 2015.
Pro dan kontra jailbreak, http://as‐wira.blogspot.com/2010/02/pro‐dan‐kontra‐jailbreak.html, terakhir diakses 24 Oktober 2015.
Ivan, The FAQs (Frequently Asked Questions), https://appbuntu.com/jailbreak/faq/, diakses pada tanggal 20 Agustus 2016.
Lianna Cassavoy, what is jailbreaking in iPhone, https://www.lifewire.com/what- is-jailbreaking-an-iphone-577591, diakses pada tanggal 20 Agustus 2016.
Mark Perry, The Protection of Rights Management Information : Modernization or Cup Half full?, http://www.irwinlaw.com/content/assets/content- commons/666/CCDA%2010%20Perry.pdf , diakses pada tanggal 20 Agustus 2016.
Mark R. Halligan, How to Protect Intellectual Property Rights in Computer Software, 1995, http://www.exexpc.com/~mhalligan/computer.html ,Hal.2., diakses pada tanggal 20 Agustus 2016.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 182
Nicolas s gikkas, international licensing of intellectual property:the promise and the peril, http://grove.ufl.edu/~techlaw/vol1/gikkas.html , 1996, diakses terakhir tangal 26 Agustus2016.
Pamela Samuelson and Suzanne Scotchmer, “The Law and Economics of Reverse Engineering”, http://www.yalelawjournal.org/the-yale-law-journal/content- pages/the-law-and-economics-of-reverse-engineering/. Diakses tanggal 29 September 2016.
Pengertian Jailbreak iPhone, Manfaat Dan Resiko Jailbreak iPhone, http://sinyaltech.com/pengertian-jailbreak-iphone-manfaat-dan-resiko/, diakses pada tanggal Diakses tanggal 29 September 2017.
Perjanjian Lisensi Perangkat Lunak untuk Boot Camp, https://support.apple.com/id-id/HT202010 , Diakses tanggal 29 September 2016.
Posting of Dieter Bohn to The iPhone Blog, http://www.theiphoneblog.com/ (Oct. 16, 2008,). terakhir diakses 15 Desember 2016.
Posting of John Herrman to Gizmodo, http://www.gizmodo.com/ ,(Feb. 11, 2009,) terakhir diakses 15 Desember 2016.
Posting of Tim O‟Reilly di O‟Reilly Radar, http://radar.oreilly.com/ (Apr. 2, 2008, ) terakhir diakses 15 Desember 2016.
Trisno Heriyanto, Apa Saja Dampak Pembobolan di PS3?, http://inet.detik.com/read/2011/01/17/160721/1548490/654/apa-saja- dampak-pembobolan-di-ps3 , diakses pada tanggal 15 Maret 2017.
Trisno Heriyanto, Sony Tuntut Hacker Pembobol PlayStation 3, http://inet.detik.com/read/2011/01/13/135026/1545698/654/sony-tuntut- hacker-pembobol-playstation-3, diakses pada tanggal 15 Maret 2017.
Yoedhistiera Poetra Imani , 8 Alasan Keren Kenapa Kamu Harus Jailbreak iOS 9.3.3, http://www.applenesian.com/2016/07/8-alasan-keren-kenapa-kamu- harus-jailbreak-ios-9-3-3.html, diakses pada tanggal 7 April 2017.
Apple, “Apple Launches iPad”, http://www.macworld.com/article/1054769/smartphones/iphone.html , diakses terkhir tanggal 01 Agustus 2017.
Apple, “iOS Developer Program:Distribute”, https://developer.apple.com/programs/ios/distribute.html, diakses pada tanggal 01 Agustus 2017.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 183
Apple, Syarat dan ketentuan App Store, http://www.apple.com/legal/itunes/appstore/id/terms/html#/SALE, diakses pada tanggal 01 Agustus 2017.
Bootloader, http://tkj.arka.web.id/2014/10/pengertian-boot-loader.html, diakses pada tanggal 01 Agustus 2017.
Brian Prastyo, Akibat Hukum Pencatatan Perjanjian Lisensi, http://staff.blog.ui.ac.id/brian.amy/2008/07/15/akibat‐hukum‐pencatatan‐pe rjanjian‐ lisensi/#more‐19, diakses pada tanggal 01 Agustus 2017.
Gregg Keizer, “Antitrust Fight Against Apple‟s App Store Rules Faces Steep Climb”,http://computerworld.co/article/9209828/antitrust_fight_against_A pple_s_App_Store_rules_faces_steep_climb, diakses pada tanggal 01 Agustus 2017.
Samantha Sharf, The World's Largest Tech Companies 2016: Apple Bests Samsung, Microsoft And Alphabet, http://www.forbes.com/sites/samanthasharf/2016/05/26/the-worlds-largest- tech-companies-2016-apple-bests-samsung-microsoft-and alphabet/#3b30968789ee, may 26 2016, diakses pada tanggal 01 Agustus 2017
SDK definition, http://www.techterms.com/definition/sdk, terakhir diakses 13 Agustus 2017.
Pengertian freeware, shareware dan open source, https://www.duosia.id/windows/pengertian-freeware-shareware-dan-open- source/, terakhir diakses 14 Agustus 2017.
Reverse engineering, http://amossulluh.wordpress.com/2008/12/15/reverse- engineering/ , terakhir diakses 14 Agustus 2017.
Reverse engineering, http://en.wikipedia.org/wiki/Reverse_engineering, terakhir diakses 14 Agustus 2017.
Reverse engineering, http://ferrifadli.wordpress.com/2008/12/12/reverse- engineering/, terakhir diakses 14 Agustus 2017.
Thomas G. Field, Copyright for Computer Authors, Franklin Pierce Law Center, 1996-1999, dikutip dalam http://www.fplc.edu/tfied/copysoft.html, Hal.2, terakhir diakses 14 Agustus 2017. . weslysibagariang, https://uniquesciences.wordpress.com/2012/10/04/pengertian- dan-perbedaan-platformdan-dan-sistem-operasi/, on Oktober 2012, terakhir diakses 14 Agustus 2017.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA