PENILAIAN AUTENTIK PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 PEMATANGSIANTAR

Muhammad Tamrin1, Rahmat Rifai Lubis2, Ahmad Aufa3, Syaqila Adnanda Harahap4 1Universitas Muhammadiyah , 2Sekolah Tinggi Agama Islam Sumatera , 3,4Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan Jl. K. H. Ahmad Dahlan, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]

Abstract: Assessments are often unable to assess what is really meant to be graded, even it seems that it is just giving a score. In fact, a real assessment is needed according to the results shown by students. This study aims to analyze the planning and implementation of authentic assessments as well as the obstacles faced in Islamic religious learning at SMP Negeri 4 Pematangsiantar. The study used a qualitative descriptive study, collecting data through observation, interviews, and documentation. Data analysis techniques through data reduction, data presentation and drawing conclusions. The results of the study explain that the planning of authentic assessment is done by first compiling an instrument based on the learning objectives that have been set, but in this case the teacher only modifies the instrument that has been approved by the curriculum development team of the city education office. Implementation is carried out by applying performance learning such as fardhu kifyah practice, ability tests in the form of non-tests, or observation sheets. Some of the obstacles faced by the large number of students who want to be assessed, personal value bias, difficulty in scoring management. The point is that authentic assessment is in accordance with the characteristics of Islamic education learning which does require performance-based or practice-based assessments. Keywords: Authentic Assessment, Islamic Religious Education, Performance

Abstrak: Penilaian kerap tidak mampu menilai apa yang sebenarnya hedak di nilai, bahkan terkesan sekedar pemberian skor semata. Padahal dibutuhkan penilaian nyata sesuai apa yang hasil yang ditunjukkan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perencanaan dan pelaksanaan penilaian autentik serta kendala yang dihadapi pada pembelajaran agama Islamm di SMP Negeri 4 Pematangsiantar. Penelitian menggunakan metode kualitatif setudi deskriptif, pengumpulan data melalaui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa perencanan penilaian autentik dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun instrumen yang didasarkan oleh tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, namun dalam hal ini guru hanya memodifikasi intrumen yang telah disahkan oleh tim pengembang kurikulum dinas pendidikan kota. Pelaksanaan dilakukan dengan cara menerapkan pembelajaran unjuk kerja seperti praktik fardhu kifayah, uji kemampuan dalam bentuk non tes, atau lembar obsevasi. Beberapa kendala yang dihadapi banyaknya jumlah siswa yang hendak dinilai, bias personal nilai, kesulitan manajemen pemberian skor. Intinya penilaian autentik sesuai dengan karekteristik pembelajaran pendidikan Agama Islam yang memang menghendaki penilaian berbasis unjuk kerja atau praktik. Kata Kunci: Penilaian Autentik, Pendidikan Agama Islam, Unjuk Kerja

127 Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

PENDAHULUAN sebagaimana yang telah ditentukan dalam Sebagai upaya meningkatkan kurikulum sudah tercapai atau belum. kualitas pendidikan, pemerintah terus Bahkan dalam hal ini penilaian juga bisa mengadakan penyempurnaan pada setiap digunakan untuk menilai seberapa jauh aspek. Salah satu aspek pendidikan yang keinginan pembelajaran tersebut telah terus-menerus mengalami perubahan dicapai seiring dengan perkembangan adalah kurikulum. Perubahan kurikulum dan perubahan kurikulum yang berlaku perlu dilakukan seiring dengan terjadinya dari masa ke masa. (Marfuah & Febriza, perubahan pada sistem politik, sosial 2019) budaya, ekonomi, dan iptek dalam Pada umumnya, guru melakukan masyarakat. Kurikulum sebagai penilaian di kelas terikat dengan aktivitas seperangkat rencana pendidikan perlu belajar mengajar dalam upaya dikembangkan secara dinamis sesuai menghimpun data, fakta, dan dokumen dengan tuntutan dan perubahan yang belajar siswa dengan tujuan untuk terjadi di masyarakat. Adanya perubahan melakukan perbaikan program kurikulum tentu saja berimplikasi pada pembelajaran. Guru professional perubahan penilaian. Standar penilaian memanfaatkan penilaian prosedur dan pada Kurikulum 2013 menggunakan prestasi belajar untuk memperbaiki penilaian autentik. Dalam lampiran perencanaan pembelajaran dan Peraturan Menteri Pendidikan dan pelaksanaan pembelajaran. Kebudayaan Republik Nomor Hal semacam di atas terjadi di SMP 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Negeri 4 pematang siantar, penilaian dijelaskan bahwa penilaian autentik pembelajaran agama Islam sebelum merupakan penilaian yang dilakukan penerapan penilaian autentik kerap secara komprehensif untuk menilai, mulai dilakukan dengan cara penilaian tes, dari proses hingga keluaran dengan arti kata pembelajaran hanya pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar didasarkan pada kognitif siswa, sehingga penilaian dapat menggambarkan tidak sepenuhnya dapat untuk mengukur kemampuan peserta didik yang dinilai, hal yang semestinya hendak diukur pada tidak hanya dari ranah pengetahuan, kemampuan siswa. Padahal hal tersebut tetapi juga dari ranah sikap dan tidak sesuai dengan amanah tujuan keterampilannya. (Ediawati et al., 2016) pendidikan nasional yang tidak hanya Penilaian sebagai wujud dari menghendaki terciptanya kemampuan teknik evaluasi yang merupakan salah kognitif, tapi juga pembentukan sikap dan satu bagian pokok dalam suatu proses keterampilan yang baik. Untuk dapat pembelajaran. Hasil penilaian dapat mengakomodasi ketiga kemampuan dijadikan sebagai tolak ukur untuk tersebut maka diperlukan penilaian melihat apakah tujuan pembelajaran

128 | Penilaian Autentik pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

alternatif, penilaian tersebut disebut secara komprehensif untuk menilai dari dengan autektik. masukan (input), proses, dan keluaran SMPN 4 Pematang Siantar , (output) pembelajaran. khususnya pada pembelajaran Penilaian sama halnya dengan Pendidikan Agama Islam telah mencari informasi tentang kinerja siswa. menerapkan penilaian autektik beberapa Istilah Assessment merupakan sinonim sejak munculnya kurikulum 2013. dari merupakan sinonim dari penilaian, Sebenarnya tidak hanya pada mata pengukuran, pengujian, atau evaluasi. pelajaran pendidikan Agama Islam saja, Sedangkan istilah Autentik merupakan akan tetapi juga pada pelajaran lainnya, sinonim dari asli, nyata, valid, atau namun penelitian ini mengkhususkan reliabel. Secara konseptual penilaian pada pelajaran pendidikan agama Islam. autentik lebih bermakna secara signifikan Profesionalisme seorang guru dari dibandingkan dengan tes pilihan ganda waktu ke waktu semakin dituntut seiring terstandar sekalipun. (Oemar Hamalik, dengan kebutuhan pendidikan yang 2011) bermutu. Dalam konteks itu salah satu Adapun karakteristik dari yang menjadi variabel utama dalam penilaian autentik ini adalah: Pertama, meningkatkan mutu pendidikan adalah bisa digunakan untuk formatif dan guru. Hal ini dikarenakan gurulah yang sumatif. Kedua, mengukur keterampilan ada di garda terdepan yang secara dan performansi, bukan hanya mengingat langsung berinteraksi dengan para fakta. Ketiga, berkesinambungan dan peserta didik di kelas. Oleh karena itu, terintegrasi. Keempat, penilaian dapat guru dituntut untuk menguasai dan digunakan sebagai feedback. Artinya, terampil pada hal yang berkaitan dengan penilaian autentik yang dilakukan oleh kompetensi guru. Salah satu kompetensi pendidik ini dapat digunakan sebagai guru yang sangat penting adalah umpan balik terhadap pencapaian keterampilan dalam melakukan penilaian kompetensi peserta didik secara terhadap hasil belajar peserta didik. menyeluruh (komprehensif). (Mauizdati Dengan telah dilakukannya dan sekaligus & Selatan, 2019) mendapatkan informasi tentang tingkat Penilaian autentik sebagai proses pencapaian kompetensi sikap, evaluasi untuk mengukur kerja, prestasi, pengetahuan, dan keterampilan. motivasi, dan sikap-sikap peserta didik Pengembangan Kurikulum 2013 pada aktivitas yang relevan dalam mempertegas bahwa dalam melakukan pembelajaran. (Abdul Majid, 2014) penilaian tidak hanya focus pada bentuk Penilaian autentik menilai tes, tetapi dituntut melakukan bentuk kesiapan peserta didik, serta proses dan penilaian non tes. Penilaian autentik ini hasil belajar secara utuh. (Sulistiati, merupakan penilaian yang dilakukan 2017). Oleh karena itu guru dituntut

Muhammad Tamrin, Rahmat Rifai Lubis, Ahmad Aufa, Syaqila Adnanda Harahap | 129 Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397 untuk memiliki kesiapan dalam langsung menghasilkan penemuan- melakukan penilaian autentik tersebut. penemuan yang tidak dapat dicapai Namun pada kenyataannya guru-guru dengan menggunakan prosedur-prosedur masih sulit untuk melaksanakan dan statistic atau cara-cara lain dari merencanakan penilaian autentik/non kuantifikasi (pengukuran). (sudrajat & tes. Moha, 2019). Menggunakan pendekatan Penelitian tentang hal ini juga deskriptif karena penelitian ini membuat pernah dilakukan oleh penelitian lain di sebuah deskripsi atau gambaran atau antaranya penerapan penilaian autektik lukisan secara sistematis, factual dan pada penilaian sikap dalam pembelajaran akurat (Prasanti, 2018). fikih (Aini, 2019), Implementasi penilaian Penelitian ini dilakukan di SMP autentuik berbasis kurikulum 2013 pada Negeri 4 Pematangsiantar, Jalan Kartini pelajaran IPS (Muthiah, 2019), Kendala No.4 Kecamatan Siantar Barat Keluruhan guru penerapan penilaian autektik Banjar Kota Pematangsiantar, Sumatera (Ruslan et al., 2016), Pendekatan saintifik Utara. Waktu Penelitian dilakukan tanggal dan penilaian autektik dalam 25 – 26 Januari 2021 dengan melakukan pembelajaran PAI (Setiawan, 2017), observasi, wawancara dan dokumentasi evaluasi penilaian autentik kurikulum secara daring menggunakan aplikasi 2013 (Aiman, 2016), berdasarkan hasil WhatsApp karena keadaan yang tidak penelitian tersebut tampak ruang kosong memungkinkan untuk dilakukannya yakni penilaian autentik pada pertemutuan secara tatap muka langsung pembelajaran unjuk kerja. dengan objek yang akan diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk Adapun partisipan dalam menganalisis perencanaan dan penelitian ini adalah seluruh guru PAI di pelaksanaan penilaian autentik serta SMP Negeri 4 Pematangsiantar yang kendala yang dihadapi pada berjumlah 3 (tiga) orang. Pengumpulan pembelajaran agama Islamm di SMP data melalui observasi yang berfokus Negeri 4 Pematangsiantar. Tentunya pada upaya guru PAI dalam penelitian ini memiliki kontribusi yakni melaksanakan dan merencanakan sebagai bahan evaluasi bagi guru-guru penilaian autentik/non tes di SMP Negeri PAI di SMP negeri 4 Pematang Siantar 4 Pematangsiantar. Kemudian teknik khususnya dalam pengembangan wawancara yang berfous pada penilaian di waktu mendatang, dan pelaksanaan dan kendala yang dihadapi, umumnya bagi seluruh guru. dan Dokumentasi. METODE PENELITIAN Analisis data yang dilakukan Penelitian ini menggunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) metode kualitatif dengan pendekatan teknik analisis yaitu reduksi data, deskriptif. Yang artinya penelitian penyajian data dan penarikan

130 | Penilaian Autentik pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

kesimpulan. Secara keseluruhan riset guru PAI di SMP Negeri 4 tersebut dapat digambarkan seperti di Pematangsiantar, dan dampak bawah ini: dilakukannya penilaian autentik terhadap hasil belajar peserta didik di SMP Negeri

Penilaian Autentik 4 Pematangsiantar. Pembelajaran PAI Perencanaan dan Pelaksanaan Penilaian Autentik Sikap Unjuk Kerja Penilaian merupakan kegiatan akhir dari setiap proses pembelajaran yang telah direncanakan. Penilaian ini Perencanan tentunya bertujuan untuk mengukur Observasi penguasaan siswa terhadap materi dan Wawancara Pelaksanaan dokumentasi tujuan pembelajaran yang telah dipelajari, serta dapat digunakan untuk mengukur

Evaluasi keefektifan sebuah kegiatan pembelajaran. (Wildan, 2017) Pentingnya penilaian dalam Efektivitas dan Efisensi kegiatan pembelajaran merupakan hal Penilaian yang tidak terbantahkan. Penilaian Skema 1. Alur Penelitian merupakan suatu hal yang tidak bisa lepas dari kegiatan pembelajaran. Dengan HASIL DAN PEMBAHASAN kata lain, penilaian merupakan salah satu Merancang sebuah penilaian kegiatan yang harus dilakukan guru dan dengan mengacu dan memahami jenis siswa dari serangkaian kegiatan belajar penilaian autentik itu sendiri merupakan mengajar yang mereka lakukan. Dalam hal yang sangat penting untuk Kurikulum 2013, penilaian yang diperhatikan sebelum guru melakukan digunakan adalah penilaian autentik. proses kegiatan belajar mengajar. (Studi et al., 2013) (Nurisman et al., 2017) Oleh karena itu Pelaksanaan perencanaan penulis mendapat hasil penelitian yang penilaian autentik pada pembelajaran, akan dijelaskan yaitu mengenai tiga fokus guru dibantu oleh Kepala Sekolah dalam pembahasan untuk mengetahui, antara hal ini dibantu membuat perencanaan lain: upaya guru PAI dalam melaksanakan penilaian, sehingga dapat diusahakan dan merencanakan penilaian memenuhi dengan apa yang telah menjadi autentik/non tes di SMP Negeri 4 standar seperti apa yang diharapkan oleh Pematangsiantar, bentuk penilaian Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 autentik/non tes yang digunakan oleh tentang Standar Penilaian.

Muhammad Tamrin, Rahmat Rifai Lubis, Ahmad Aufa, Syaqila Adnanda Harahap | 131 Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

Sebagaimana telah disampaikan didik akan mencapai perilaku sesuai yang bahwa pembuatan format penilaian diharapkan. berupa program pengembangan silabus Kegiatan guru setelah melakukan dalam Kurikulum 2013 pengembangan proses pembelajaran sebagai perwujudan silabus tidak lagi oleh guru, tetapi sudah dari tuntutan adanya standar proses disiapkan oleh tim pengembangan pendidikan adalah melakukan penilaian kurikulum, baik di tingkat pusat maupun hasil belajar. Penilaian hasil belajar secara di tingkat wilayah. (Gahara, 2017) esensial bertujuan untuk mengukur Standar proses pendidikan adalah keberhasilan pembelajaran yang standar nasional pendidikan yang dilakukan oleh guru dan sekaligus berkaitan dengan pelaksanaan mengukur keberhasilan peserta didik pembelajaran pada satu satuan dalam penguasaan kompetensi yang telah pendidikan untuk mencapai standar ditentukan. Dengan demikian, penilaian kompetensi lulusan. Standar proses hasil belajar itu sesuatu yang sangat pendidikan adalah standar nasional penting. pendidikan, yang berarti standar proses Dengan penilaian, guru bisa pendidikan dimaksud berlaku untuk melakukan refleksi dan evaluasi terhadap setiap lembaga pendidikan formal pada kualitas pembelajaran yang telah jenjang pendidikan tertentu di manapun dilakukan. Apakah metode, strategi, lembaga pendidikan itu berada secara media, model pembelajaran dan hal lain nasional. Dengan demikian, seluruh yang dilakukan dalam proses sekolah seharusnya melaksanakan proses pembelajaran itu tepat dan efektif atau pembelajaran seperti yang dirumuskan sebaliknya bisa dilihat dari hasil belajar dalam standar proses pendidikan ini. yang diperoleh peserta didik. Jika hasil Melakukan proses pembelajaran di kelas belajar peserta didik dalam ulangan berarti membelajarkan para peserta didik harian atau formatif masih di bawah secara terkondisi, mereka belajar dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), maka mendengar, menyimak, melihat, meniru bisa dikatakan proses pembelajaran yang apa-apa yang diinformasikan oleh guru dilakukan oleh guru kurang berhasil. Dan atau fasilitator di depan kelas, dengan jika hasil belajar peserta didik di atas belajar seperti ini mereka memiliki KKM, maka bisa dikatakan proses perilaku sesuai dengan tujuan yang telah pembelajaran yang dilakukan oleh guru dirancang guru sebelumnya. Tercapainya berhasil. (Arif, 2014) perilaku yang dikehendaki merupakan Dalam melaksanakan penilaian keberhasilan pembelajaran, akan tetapi terhadap peserta didik yang sesuai banyak hal yang perlu diperhatikan dalam dengan standar penilaian seorang guru proses pembelajaran, tidak semua peserta harus benar-benar memperhatikan didalamnya sikap profesional, terbuka,

132 | Penilaian Autentik pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

edukatif, efektif, efisien, dan sesuai menggunakan instrumen penilaian yaitu dengan konteks sosial budaya. dengan lembar pengamatan sikap dan rubik, serta portofolio yang dilengkapo dengan panduan penyusunan portofolio. Adapun bukti lainnya yang diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan kepada guru PAI di SMP Negeri 4 Pematangsiantar yang menyatakan bahwa dalam melakukan penilaian autentik yang mencakup ketiga aspek tersebut, yaitu aspek sikap (afektif) Gambar 1. Suasana Ujian tertulis melalui pengamatan yang dilakukan oleh

Sebelum melaksanakan penilaian, guru ketika proses belajar mengajar, serta guru terlebih dahulu membuat tugas dari KBM, seperti diskusi dengan perencanaan penilaian dengan melihat cara peserta didik menyampaikan menyiapkan RPP yang disusun diskusi ataupun menyampaikan argumen, berdasarkan kompetensi dasar. RPP yang menerima tanggapan dari peserta didik disusun sudah sesuai dengan tuntutan lainnya. Aspek pengetahuan (kognitif) kurikulum 2013 pada Permendikbud melalui bentuk penilaian tes, seperti Nomor 22 Tahun 2016. (Nurhayati & ulangan harian, ujian tengah semester, Ahmad, 2018) dan ujian kenaikan kelas. Serta aspek Berdasarkan hasil dokumentasi keterampilan (psikomotorik) dilihat dari yang ditemukan oleh peneliti berupa Kompetensi Dasar (KD) dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) memperhatikan bacaan qur’an dari yang didalamnya memuat teknik dan masing-masing peserta didik apakah ada bentuk instrumen penilaian yang perkembangan atau tidak dan hafalan- mencakup ketiga aspek tersebut, yaitu hafalan surat pendek. Akan tetapi ketika sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), masa daring dikarenakan kondisi dan keterampilan (psikomotorik). lockdown membuat guru PAI di SMP Hal ini dapat dibuktikan di dalam Negeri 4 Pematangsiantar cukup rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kesulitan dalam merencanakan dan yang memuat penilaian tes dan non tes melaksanakan penilaian autentik/non tes yang dilengkapi dengan instrumennya, dikarenakan pembelajaran yang hanya yaitu penilaian melalui tes tertulis dengan mengandalkan aplikasi online untuk menggunakan instrumen penilaian yaitu bertatap muka, kendala lainnya yaitu dengan menggunakan tes uraian dan ketika peserta didik ada yang tidak pilihan, sedangkan penilaian non tes menghadiri proses pembelajaran dengan pengamatan sikap dengan sehingga guru hanya mengandalkan

Muhammad Tamrin, Rahmat Rifai Lubis, Ahmad Aufa, Syaqila Adnanda Harahap | 133 Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397 aspek pengetahuan (kognitif) dalam antusias peserta didik terhadap penilaian. materi pelajaran yang telah kami sampaikan walaupun melalui aplikasi Pelaksanaan penilaian autentik daring.” yang dilakukan oleh guru PAI di SMP Sedangkan dalam Kurikulum 2013, Negeri 4 Pematangsiantar dimulai dengan perencanaan penilaian terdistribusi ke mengamati peserta didik dan diakhiri dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dengan tes atau non tes. Pengamatan sehingga serangkaian kegiatan yang dapat dilakukan dengan cara menggunakam dilakukan sebagai berikut: teknik bertanya untuk mengeksplorasi 1) Menganalisis Kompetensi Dasar (KD) pengalaman belajar sesuai dengan dari Kompetensi Inti 3 (KI-3) yakni kondisi dan tingkat kemampuan peserta aspek pengetahuan yang akan didik. Penilaian dilakukan dengan disajikan kepada peserta didik. mengacu pada perencanaan penilaian, Analisis KD dari KI-3 meliputi: dan instrumen penilaian yang dijabarkan mengembangkan indikator pencapaian dalam RPP agar mendapatkan data atau KD, menentukan strategi pembelajaran informasi yang sesuai dengan indikator. yang akan digunakan, menentukan tujuan Hal ini sejalan dengan hasil wawancara pembelajaran yang akan dicapai, dan bersama ketiga guru PAI di SMP Negeri 4 menentukan bentuk dan instrumen Pematangsiantar, yaitu dengan partisipan penilaian mencakup bobot nilai pada ARD, LW, dan DS. Dimana beliau setiap aspek dan rumus penentuan nilai menyatakan dengan pernyataan yang akhir capaian peserta didik, tujuan hampir serupa: pembelajaran yang akan dicapai serta “Pelaksanaan penilaian yang kami bentuk dan instrumen yang digunakan lakukan dengan mengamati tindakan dan perilaku peserta didik yaitu untuk mengukur ketercapaian tujuan dengan bagaimana cara mereka pembelajaran tersebut. bersikap dan bertingkah laku baik 2) Menganalisis Kompetensi Dasar (KD) kepada guru, teman sejawat, dan lingkungan sekitar. Akan tetapi dari Kompetensi Inti 4 (KI-4) yakni karena kondisi sekarang yang sedang keterampilan yang akan disajikan lockdown sehingga tidak dapat kepada peserta didik. dilakukannya proses belajar mengajar seperti biasa, sehingga kami Setelah menentukan materi membuat penilaian yang sangat pelajaran dan rancangan kegiatan ditekankan berdasarkan aspek pembelajaran yang akan dilakukan, pengetahuanya (kognitif). Karena selanjutnya menentukan KD dari KI-4 terkendala keadaan. Sehingga aspek sikap (afektif) dan aspek (keterampilan) yang akan dicapai peserta keterampilan (psikomotorik) kurang didik dalam pembelajaran KD dari KI-3 ditekankan. Akan tetapi tidak juga (pengetahuan) sehingga perlu menghilangkan penilaian keduanya tersebut, karena penilaian itu dapat pengembangan indikator pencapaian agar dilaksanakan dengan melihat bentuk dan instrumen penilaian

134 | Penilaian Autentik pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

keterampilan dapat disesuaikan dengan guru PAI di SMP Negeri 4 indikator tersebut. Pematangsiantar sebagai berikut: 3) Menganalisis Kompetensi Dasar (KD) a. Penilaian Produk adalah penilaian dari Kompetensi Inti 1 dan yang merupakan penilaian terhadap Kompetensi Inti 2 (KI-1 dan KI-2) keterampilan yang telah dihasilkan yakni aspek sikap spiritual dan sikap oleh peserta didik dalam tahapan dan sosial yang akan disajikan kepada prosedur kerja pembuatan suatu peserta didik. produk atau benda tertentu dan Setelah menentukan rancangan kualitas teknis maupun estetik produk kegiatan pembelajaran KD dari KI-3 dan tersebut. KI-4 maka selanjutnya menentukan KD Hal ini sejalan dengan hasil dari KI-1 (sikap spiritual) dan KI-2 (sikap wawancara bersama guru PAI di SMP sosial meliputi sikap jujur, disiplin, Negeri 4 Pematangsiantar yang tanggungjawab, peduli, santun, dan menyatakan bahwasanya: percaya diri) yang dapat diintegrasikan “Penilaian produk berupa sebuah dalam pembelajaran tersebut serta makalah atau yang biasa disebut dengan kliping berupa materi- mengembangkan indikatornya yang materi yang sedang dipelajari. dicapai. Muatan sikap sosial KI-2 tidak Misalnya, tata cara penyembelihan harus dinilai secara keseluruhan dalam hewan qurban. Kami memberikan tugas untuk peserta didik membuat satu kali pertemuan sebab harus kliping makalah atau media disesuaikan dengan karakteristik materi pembelajaran yang terbuat dari yang disajikan dalam kegiatan karton lengkap beserta dengan pembelajaran. (Islam, 2019) gambar tata cara penyembelihan hewan qurban yang mereka print Dapat disimpulkan bahwa inti dari lewat Internet yang kemudian penilaian autentik adalah penilaian berguna sebagai produk kinerja, portofolio, dan penilaian proyek. pembelajaran PAI dan dapat ditempel di dinding kelas.” Penilaian autentik menilai kesiapan b. Penilaian Portofolio merupakan suatu siswa, proses dan hasil belajar secara pendekatan atau model penilaian yang utuh. Dalam penilaian autentik mencakup bertujuan untuk mengukur tiga ranah hasil belajar yaitu ranah sikap, kemampuan peserta didik dalam keterampilan, dan pengetahuan. (Umami, membangun dan merefleksi suatu 2018) pekerjaan atau karya yang dibangun

oleh peserta didik, sehingga hasil Bentuk Penilaian Autentik yang pekerjaan tersebut dapat dinilai dan digunakan oleh Guru Pendidikan selanjutnya dikomentari oleh guru Agama Islam dalam periode tertentu. Adapun bentuk penilaian Hal ini sejalan dengan hasil autentik/non tes yang digunakan oleh wawancara bersama guru PAI di SMP

Muhammad Tamrin, Rahmat Rifai Lubis, Ahmad Aufa, Syaqila Adnanda Harahap | 135 Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

Negeri 4 Pematangsiantar sebagai d. Penilaian Pengamatan atau dapat berikut: disebut juga dengan observasi “Penilaian portofolio kami yang merupakan teknik penilaian yang membuatnya dengan dilakukan secara berkesinambungan mengumpulkan hasil data atau penilaian dari peserta didik lengkap dengan menggunakan indra, baik dengan setiap kompetensi inti dan secara langsung maupun tidak kompetensi dasar yang memiliki langsung dengan menggunakan manfaat sebagai gambaran tentang lembar observasi yang berisi sejumlah kemampuan siswa serta memberikan bukti yang lebih jelas indikator perilaku atau aspek yang atau leboih lengkap tentang kinerja akan diamati. siswa. Portofolio ini juga digunakan Hal ini sejalan dengan hasil untuk mendokumentasikan kemajuan siswa selama kurun wawancara bersama guru PAI di SMP waktu tertentu, dan mengetahui Negeri 4 Pematangsiantar yang bagian-bagian mana yang perlu menyatakan bahwasanya: diperbaiki. “Penilaian pengamatan kami c. Penilaian Unjuk Kerja merupakan lakukan berdasarkan pengamatan penilaian yang dilakukan dengan sikap dan perilaku siswa sehari- hari terkait dalam proses mengamati kegiatan peserta didik pembelajaran maupun secara dalam melakukan sesuatu. Penilaian umum. Aspek-aspek yang dinilai ini cocok digunakan untuk menilai biasanya mengenai tentang bekerjasama, kejujuran, tanggung ketercapaian kompetensi yang jawab dan disiplin yang nantinya menuntut peserta didik melakukan diberikan skor sikap. Skor tugas tertentu seperti praktek. tertinggi mendapat kode nilai A dengan kriteria 100 = Sangat Baik, Hal ini sejalan dengan hasil 75 = Baik, 50 = Cukup, dan 25 = wawancara bersama guru PAI di SMP Kurang. Skor maksimal = jumlah Negeri 4 Pematangsiantar yang sikap yang dinilai dikalikan jumlah menyatakan bahwasanya: kriteria. Karena kriterianya ada 4 seperti yang telah saya sebutkan “Penilaian unit kerja ini dilakukan sebelumnya, maka 100 x 4 = 400 ketika ada kerja kelompok yang sedangkan skor sikap = jumlah mengharuskan ada praktek. skor dibagi jumlah sikap yang Seperti praktek sholat jenazah dinilai. Tetapi format ini dapat yang mengharuskan membentuk diubah sesuai kebutuhan. kelompok kecil sehingga kami dapat membuat penilaian antar Berikut contoh instrumen kelompok yang memenuhi penilaian pengamatan. penilaian praktek. Adapun yang Tabel 1. Format Penilaian Pengamatan tidak harus berkelompok yaitu No Nama Aspek Perilaku Jumlah Skor Kode praktek sholat fardhu. Akan tetapi Siswa Yang Dinilai Skor Sikap Nilai kami lebih menekankan praktek BS JJ TJ DS dengan membagi peserta didik ke 1. Angga dalam kelomnpok-kelompok kecil. 2. Putri

136 | Penilaian Autentik pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

Keterangan: “Penilaian diri ini dilakukan oleh - BS : Bekerja Sama para siswa, mereka diberikan - JJ : Jujur kesempatan untuk menilai - TJ : Tanggung Jawab kemampuan dirinya sendiri. Akan - DS : Disiplin tetapi agar penilaian tetap bersifat Catatan: objektif, maka kami akan 1. Aspek perilaku dinilai dengan kriteria: menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari penilaian diri ini, yaitu 100 = Sangat Baik untuk menentukan kompetensi 75 = Baik yang akan dinilai, kemudian 50 = Cukup menentukan kriteria penilaian 25 = Kurang yang akan digunakan, dan merumuskan format penilaian, 2. Skor maksimal = jumlah sikap yang sehingga format penilaiannya akan dinilai jumlah kriteria = 100 x 4 = 400 kami siapkan terlebih dahulu.”

3. Skor sikap = jumlah skor dibagi Berikut contoh instrument jumlah sikap yang dinilai = 275 : 4 = penilaian diri. 68,75 Tabel 2. Format Penilaian Diri 4. Kode nilai/predikat: No Pertanyaan Pilihan Jml Skor Kode Jawaban Skor Sikap Nilai 75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB) Ya Tidak 50,01 – 75,00 = Baik (B) 1. Setiap mau belajar dan 25,01 – 50,00 = Cukup (C) sebelum 00,00 – 25,00 = Kurang (K) mengakhirinya saya berdo’a. e. Penilaian Diri merupakan teknik 2. Setiap penilaian dengan cara meminta memulai aktivitas saya peserta didik untuk mengemukakan mengucapkan kelebihan dan kekurangan dirinya kalimat Basmallah. dalam konteks pencapaian 3. Selama kompetensi sikap, baik sikap spiritual diskusi, saya ikut serta maupun sikap sosial. Dengan menilai mengusulkan dirinya sendiri, maka dapat dijadikan ide/gagasan. 4. Saya ikut serta bahan pertimbangan bagi guru dalam dalam memberikan nilai, berkaitan dengan membuat kesimpulan status, proses, dan tingkat pencapaian hasil diskusi kompetensi baik mengukur kelompok. kompetensi kognitif, afektif, dan 5. ………. Catatan: psikomor. (Sya’idah et al., 2016) 1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = Hal ini sejalan dengan hasil 50 wawancara bersama guru PAI di SMP 2. Skor maksimal = jumlah pernyataan Negeri 4 Pematangsiantar yang dikali jumlah kriteria = 4 x 100 = 400 menyatakan bahwasanya:

Muhammad Tamrin, Rahmat Rifai Lubis, Ahmad Aufa, Syaqila Adnanda Harahap | 137 Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

3. Skor sikap = jumlah skor dibagi skor Penilaian autentik atau penilaian maksimal dikali 100 = (250 : 400) x secara langsung dan menyeluruh menjadi 100 = 62,50 titik tumpu keberhasilan implementasi 4. Kode nilai/predikat: sejak tahun 2013 dan masih digunakan 75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB) sampai saat ini dalam penerapannya pasti 50,01 – 75,00 = Baik (B) terdapat kendala-kendala khususnya 25,01 – 50,00 = Cukup (C) dalam sistem penilaian hasil belajar yang 00,00 – 25,00 = Kurang (K) mengharuskan menekankan penilaian pada tiga aspek yaitu: sikap, pengetahuan Berikut dokumentasi aktivitas dan keterampilan. (Wahono, 2013) guru dalam penilaian diri (invidual) Dalam penerapan kurikulum 2013

sejauh ini sekolah yang menjadi lokasi

penelitian terdapat beberapa macam

kendala antara lain sebagai berikut:

1. Perubahan proses pembelajaran,

dari yang semula berfokus pada

guru sekarang menjadi berfokus

pada siswa. Siswa belum dapat

Gambar 2. Aktivitas Penilaian Diri mandiri untuk melakukan proses pembelajaran sendiri karena Kendala Penerapan Penilaian Autentik sudah terbiasa menerima langsung Kendala merupakan suatu kondisi dari guru. dimana gejala atau hambatan dan 2. Penyampaian materi harus kesulitan menjadi penghalang dilakukan guru dengan berbagai tercapainya suatu keinginan. Dalam kreatifitas, seperti bercerita kamus besar bahasa Indonesia, “kendala tentang kehidupan sehari-hari berarti halangan, rintangan, faktor atau yang kemudian dihubungkan keadaan yang membatasi, menghalangi dengan materi suatu mata atau mencegah pencapaian sasaran atau pelajaran. kekuatan yang memaksa pembatalan 3. Minimalnya jam pelajaran pelaksanaan.” Menurut Kunandar, menjadikan materi harus “kendala ialah kesulitan yang belum kita disampaikan secara cepat bahkan pahami tentang mengapa gejala benda menyita waktu mata pelajaran dan gejala peristiwa di alam ini ada dan yang lain. bisa terjadi atau mengalami proses serta 4. Penyampaian materi tidak hanya mempengaruhi kehidupan kita. (Ruslan et di kelas disebabkan siswa akan al., 2016) merasa jenuh, ada saatnya siswa menerima pelajaran di luar kelas.

138 | Penilaian Autentik pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

Kurikulum 2013 yang merupakan hal terpenting dalam menggunakan penilaian autentik juga diri siswa dan sesuai dengan memiliki kendala tertentu, kendala yang tujuan sekolah yaitu untuk dihadapi dalam merencanakan dan membangun generasi muda yang melaksanaan penilaian autentik/non tes berbudi pekerti baik. adalah sebagai berikut: 3. Kendala aspek manajemen, 1. Kendala pada aspek perencanaan, kendala yang dialami yaitu perencanaan penilaian autentik rumitnya perhitungan nilai hasil yang rumit, perencanaan penilaian belajar siswa dan perekapan hasil yang rumit dikarenakan masih dari peserta didik. Perhitungan kurangnya pemahaman dalam nilai yang harus dilakukan guru membuat instrumen penilaian perlu menggunakan pedoman yang baik dan benar serta penskoran yang benar dan rubrik banyaknya komponen penilaian penilaian, dan tentunya hal yang terdiri dari 3 aspek yang tersebut membutuhkan waktu harus direncanakan sebelum yang lama. pelaksanaan penilaian autentik. Sedangkan kesukaran dalam 2. Kendala lain dialami pada aspek penilaian autentik dipaparkan Sani pelaksanaan, dalam pelaksanaan bahwa, ada tiga sumber utama kesalahan penilaian autentik kendala yang dalam penilaian, sebagai berikut: dialami yaitu banyak komponen 1. Masalah dalam instrumen yang harus dikontrol secara Instrumen dan pedoman bersamaan yaitu aktivitas siswa penskoran yang tidak jelas akan dalam penguasaan pengetahuan, menyebabkan kesukaran untuk perkembangan sikap, dan digunakan oleh penilai. keterampilan yang dapat 2. Masalah dalam prosedural ditunjukkannya dan dalam Jika prosedur yang digunakan penilaian sikap guru harus menilai dalam penilaian sikap tidak sedetail mungkin perilaku dan terstruktur secara baik, maka hasil sikap siswa secara menyeluruh penskoran akan terpengaruh. sedangkan jumlah siswa dalam 3. Masalah bias pada pemberian skor kelas umumnya masih sangat Pemberian skor cenderung sukar banyak. Namun disekolah ini dalam hal menghilangkan masalah diusahakan setiap guru menilai hubungan personal dengan peserta masing-masing setiap diri siswa didik yang dinilai sehingga terjadi dengan semestinya pada setiap “personal bias.” (Hajaroh et al., aspek dan untuk penilaian sikap 2018) lebih diutamakan karena akhlaq

Muhammad Tamrin, Rahmat Rifai Lubis, Ahmad Aufa, Syaqila Adnanda Harahap | 139 Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

Menurut guru PAI di SMP Negeri 4 PAI di SMP Negeri 4 Pematangsiantar Pematangsiantar yang mengatakan semakin mengalami kesulitan. bahwa: “Kendala yang sulit itu dalam SIMPULAN penilauan autentik/non tes ini Penilaian autentik adalah proses karena menggunakan penilaian pengumpulan informasi oleh guru tentang kurikulum 2013. Karena prosesnya perkembangan dan pencapaian rumit, ribet, terlalu banyak aspek pembelajaran yang dilakukan anak didik yang dinilai belum lagi melalui berbagai teknik yang mampu berdasarkan indikator-indikator mengungkapkan, membuktikan atau dari masing-masing aspek menunjukkan secara tepat bahwa tujuan tersebut. Jadi hal-hal tersebut yang pembelajaran dan kemampuan menjadi kendala ketika kompetensi telah benar-benar dikuasai melaksanakan dan merencanakan dan dicapai. Adapun penilaian autentik penilaian autentik/non tes atau non tes yang dilakukan di SMP tersebut. Oleh karena itu Negeri 4 Pematangsiantar dengan dibutuhkannya pelatihan- beberapa bentuk seperti penilaian produk pelatihan kembali dalam dan penilaian unjuk kerja yang dimana pelaksanaan mengenai kurikulum siswa diberikan seperti membuat 2013 ini untuk seluruh guru bukan makalah klipping tentang materi yang hanya untuk guru PAI saja, sedang dipelajari ataupun juga seperti sehingga kendala tersebut dapat membuat kelompok praktek sholat dihindari.” jenazah, maka penilaian autentik atau non tes dapat membantu berjalannya Adapun kendala dalam penilaian seorang pendidik kepada melaksanakan dan merencanakan peserta didik. penilaian autentik/non tes tersebut adalah banyaknya aspek yang menjadi DAFTAR PUSTAKA objek penilaian membuat guru-guru Abdul Majid. (2014). Penilaian Autentik merasa kesulitan dalam menilai siswa, Proses dan Hasil Belajar. PT Remaja Rosdakarya. menilai siswa berdasarkan aspek dan indikator-indikator penilaian tersebut Aiman, U. (2016). Evaluasi Pelaksanaan Penilaian Autentik Kurikulum 2013; membuat guru merasa cukup bingung Studi Kasus di Madrasah Ibtidaiyah dalam menentukan kriteria penilaian Negeri Tempel Sleman . untuk menilai keadaan siswa dalam Jurnal Pendidikan Madrasah, 1(1), penilaian autentik ditambah lagi karena 115–122. kondisi yang mengharuskan Aini, M. (2019). Penerapan Penilaian pembelajaran lewat daring membuat guru Autentik Pada Penilaian sikap dalam

140 | Penilaian Autentik pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

Pembelajaran Fiqih kelas IX-7 di Hidayatullah. MTsN 1 . UIN Mataram. https://repository.uinjkt.ac.id/dspac e/handle/123456789/45304 Arif, S. (2014). Penerapan Penilaian Autentik Pada Mata Pelajaran PAI di Nurhayati, E., & Ahmad, T. A. (2018). SMPN 1 Pamekasan. Nuansa: Jurnal Implementasi Penilaian Autentik Penelitian Ilmu Sosial Dan dalam Pembelajaran Sejarah di SMA Keagamaan Islam, 11(2), 235–262. Negeri 1 . Indonesian Journal of History Education, 6(1), Ediawati, A., Sudiana, I. N., & Wisudariani, 21–30. N. M. R. (2016). Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Menulis Teks Nurisman, D. K., Syaodih, E., Studi, P., Ulasan Di Kelas Viiia9 Smp Negeri 1 Anak, P., Dini, U., Pascasarjana, S., & Singaraja. E-Journal Pendidikan Indonesia, U. P. (2017). Perencanaan Bahasa Dan Sastra Indonesia Penilaian Otentik Kurikulum 2013 : Universitas Pendidikan Ganesha, 1. Jenis. Edusentris, 4(3). Gahara, B. (2017). Implementasi Penilaian Oemar Hamalik. (2011). Dasar-Dasar Autentik Pada Pembelajaran Pengembangan Kurikulum. PT Pendidikan Agama Islam Kurikulum Remaja Rosdakarya. 2013. Tanzhim, 1(01), 93–109. Prasanti, D. (2018). Penggunaan Media Hajaroh, S., Islam, U., & Mataram, N. Komunikasi Bagi Remaja Perempuan (2018). Kesulitan Guru dalam Dalam Pencarian Informasi Mengimplementasikan Penilaian Kesehatan. LONTAR: Jurnal Ilmu Autentik. Jurnal Jurusan PGMI, 10(2), Komunikasi, 6(1), 13–21. 131–152. https://doi.org/10.30656/lontar.v6i 1.645 Islam, J. P. (2019). Jurnal Pemikiran Islam Vol. 5, No. 1, Juli 2019. 5(1), 21–38. Ruslan, Fauziah, T., & Alawiyah, T. (2016). Kendala Guru dalam Menerapkan Marfuah, A., & Febriza, F. (2019). Penilaian Autentik di SD Kabupaten Penilaian Autentik pada Pidie. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pembelajaran Pendidikan Agama Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1(1), Islam (PAI) di Sekolah dan 147–157. Perguruan Tinggi. Fondatia, 3(2), 35– http://www.jim.unsyiah.ac.id/pgsd/ 58. article/view/534 https://doi.org/10.36088/fondatia.v 3i2.301 Setiawan, D. (2017). Pendekatan Saintifik dan Penilaian Autentik untuk Mauizdati, N., & Selatan, K. (2019). Meningkatkan Mutu Pembelajaran Problematika Guru Kelas dalam Di Pendidikan Agama Islam. Al-Asasiyya: Sdn Hapalah I. Jurnal Ilmiah Journal of Basic Education, 1(2), 40– Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, 56. 4(1), 103–124. http://journal.umpo.ac.id/index.php Muthiah, S. (2019). Implementasi /al-asasiyya/article/view/683 Penilaian Autentik Kurikulum 2013 Studi, P., Bahasa, P., & Sastra, D. (2013). dalam Mata Pelajaran Ilmu Dalam Mata Pelajaran Bahasa Pengetahuan Sosial di SMP Negeri 16 Indonesia. 65, 12–19. . Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif sudrajat, D., & Moha, I. (2019). Ragam

Muhammad Tamrin, Rahmat Rifai Lubis, Ahmad Aufa, Syaqila Adnanda Harahap | 141 Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 15, No. 2, Juli-Desember 2021 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

Penelitian Kualitatif. https://doi.org/10.31227/osf.io/jax bf

Sulistiati, S. (2017). Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Penilaian Autentik di SMA Negeri 1 Arga Makmur. Al-Bahtsu: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 2(1), 143–154.

Sya’idah, U., Amaliyah, A., & Ismail, Y. (2016). Kemampuan Guru PAI dalam

Merencanakan dan Melaksanakan Penilaian Autentik. Jurnal Online Studi Al-Qur’an, 12(2), 143–157. https://doi.org/10.21009/jsq.012.2. 01

Umami, M. (2018). Penilaian Autentik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam Kurikulum 2013. Jurnal Kependidikan, 6(2), 222–232. https://doi.org/10.24090/jk.v6i2.22 59

Wildan, W. (2017). Pelaksanaan Penilaian Autentik Aspek Pengetahuan, Sikap

Dan Keterampilan Di Sekolah Atau Madrasah. Jurnal Tatsqif, 15(2), 131– 153. https://doi.org/10.20414/jtq.v15i2. 3

142 | Penilaian Autentik pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam