Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 9 No. 2, Hlm. 795-804, Desember 2017 ISSN Cetak : 2087-9423 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt ISSN Elektronik : 2085-6695 DOI: http://dx.doi.org/10.29244/jitkt.v9i2.19311

PENGELOLAAN PERIKANAN LOBSTER DENGAN PENDEKATAN EKOSISTEM PADA PERAIRAN KEPULAUAN (WPP-NRI 572)

LOBSTER FISHERY MANAGEMENT IN THE MARINE ECOSYSTEM APPROACH AT SIMEULUE ISLAND WATERS (WPP-NRI 572)

Edwarsyah Prodi Manajemen Sumberdaya Akuatik FPIK - Universitas Teuku Umar *E-mail: [email protected]

ABSTRACT The lobster fishery is one of the leading fisheries commodity on Simeulue Regency so that local government must manage wisely in order to maintain the sustainability of the lobster fishery. Government Regulation namely Qanun Aceh No. 7 of 2010 concerning fisheries already in effect. However, the institutional system has not functioned optimally in the management of lobster fisheries. The purpose this study is to examine the domain of fishing techniques, socio-economic and institutional management of lobster fisheries with ecosystem approaches in Simeulue waters. Research method using qualitative research. The method of data collection is survey method which is done by purposive sampling approach that is by doing depth responder interview which is considered informative and wide knowledge about the institute. Data analysis using EAFM analysis done with Flag Modeling technique. Based on the results of the study that the assessment of the fishing domain techniques and economic domains in aggregate showed bad category. Meanwhile, social domains and institutional domains show moderate categories so aggregate composites overall show fewer categories. It is therefore necessary to make a tactical decision from the bad to be better in accordance with the category of each EAFM domain.

Keywords: fisheries management with ecosystem approach (EAFM), WPP 572, Simeulue

ABSTRAK Perikanan lobster merupakan salah satu komoditas perikanan unggulan Kabupaten Simeulue, sehingga pemerintah daerah harus mengelola dengan bijaksana demi menjaga keberlanjutan perikanan losbter. Regulasi Pemerintahan Aceh yakni Qanun Aceh No. 7 tahun 2010 tentang perikanan sudah berlaku. Namun, sistem kelembagaan belum berfungsi secara optimal dalam pengelolaan perikanan lobster. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji domain teknik penangkapan ikan, sosial ekonomi dan kelembagaan pada pengelolaan perikanan lobster dengan pendekatan ekosistem di perairan Simeulue. Metode penelitian dengan menggunakan penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yaitu metode survey yang dilakukan dengan pendekatan purposive sampling, yakni dengan melakukan depth interview tehadap responden yang dianggap informatif dan pengetahuan luas tentang kelembagaan. Analisis data menggunakan analisis EAFM yang dilakukan dengan teknik Flag Modelling. Berdasarkan hasil penelitian bahwa penilaian pada domain teknik penangkapan ikan dan domain ekonomi secara agregat menunjukkan kategori buruk. Sementara, domain sosial dan domain kelembagaan menunjukkan kategori sedang sehingga secara keseluruhan komposit agregat menunjukkan kategori kurang. Maka diperlukan upayakan keputusan taktikal dari yang buruk menjadi lebih baik sesuai dengan kategori masing-masing domain EAFM.

Kata kunci: pengelolaan perikanan dengan pendekatan ekosistem (EAFM), WPP 572, Simeulue

I. PENDAHULUAN dengan wilayah (perairan teritorial dan perairan kepulauan) 56.563 km² dan Zona Provinsi Aceh memiliki panjang garis Ekonomi Eksklusif (ZEE) 238.807 km². pantai 1.660 km dengan luas wilayah perairan Hampir di seluruh kabupaten yang berada di laut seluas 295.370 km² terdiri dari laut provinsi Aceh berhadapan langsung dengan

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB @ ISOI dan HAPPI 795 Pengelolaan Perikanan Lobster dengan Pendekatan Ekosistem pada . . .

pesisir dan lautan yang memiliki potensi pengelolaan perikanan lobster dengan perikanan budidaya dan perikanan tangkap. pendekatan ekosistem di perairan Kepulauan Luas lahannya mencapai ±12.014 ha, tersebar Simeulue (WPP-NRI 572). mulai dari Sabang, Aceh Besar, Aceh Barat, Tujuan umum dari penelitian ini Aceh Selatan, Simeulue dan Pulau Banyak adalah untuk memperkuat sistem kelembaga- (Aceh Singkil). Produksi perikanan provinsi an pengelolaan perikanan khususnya lobster Aceh tahun 2012 meningkat sebesar 6% di Perairan Kepulauan Simeulue (WPP-NRI dibandingkan tahun 2011 atau mencapai 572). Tujuan khusus penelitian ini yaitu 191.672 ton dibandingkan dengan tahun mengevaluasi kondisi perikanan lobster di sebelumnya sebesar 180.422 ton. Trend pro- perairan Kepulauan Simeulue dengan meng- duksi perikanan provinsi Aceh mengalami gunakan indikator domain teknik penang- peningkatan sejak tahun 2003, kenaikan rata- kapan, domain ekonomi, domain sosial dan rata pada 10 tahun terakhir (tahun 2003-2012) kelembagaan EAFM; dan merumuskan stra- sebesar 3% sedangkan 2 tahun terakhir (tahun tegi dan langkah-langkah taktis pengelolaan 2011-2012) sebesar 6% (KKP-RI, 2013). perikanan dengan pendekatan ekosistem Lebih lanjut Dinas Kelautan dan (EAFM) di Perairan Kepulauan Simeulue Perikanan Provinsi Aceh (2017) menjelaskan melalui pendekatan keputusan taktis (Tactical bahwa kontribusi terbesar perikanan tangkap Decision). sebesar 150.155 ton, sedangkan produksi perikanan budidaya sebesar 41.557 ton. II. METODE PENELITIAN Pengembangan budidaya laut ini didukung juga oleh sebaran luas terumbu lobster di 2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Provinsi Aceh seluas ± 274.841 ha yang Penelitian dilaksanakan pada bulan tersebar mulai dari Sabang, Aceh Besar dan Juni – Juli 2017 di Kepulauan Simeulue Pantai Barat Selatan Aceh. Salah satu potensi meliputi Teluk Sinabang dan Teluk Dalam. perikanan yang dapat dikembangkan adalah budidaya lobster walaupun masih ada ke- 2.2. Metode Pengumpulan Data giatan penangkapan lobster. Lobster merupa- Pengambilan data primer dilakukan kan komoditi primadona provinsi Aceh dari dengan menggunakan metode purposive sektor perikanan. Masyarakat dan investor sampling, yaitu pengambilan sampel dilaku- mulai tertarik membudidayakan komoditi kan secara acak tanpa memperhatikan strata tersebut. Jumlah produksi lobster di Provinsi yang ada dalam populasi. Responden sebagai Aceh pada tahun 2005 saja sudah mencapai sampel diambil secara sengaja dengan tujuan 123 ton (Dinas Kelautan dan Perikanan mendapatkan gambaran kondisi sosial- Provinsi Aceh, 2017). Dalam satu minggu ekonomi pengelolaan perikanan lobster di diperkirakan ada 15 ton lobster yang dikirim Kepulauan Simeulue. Pemilihan responden ke Medan dengan menggunakan pesawat berdasarkan pertimbangan banyaknya infor- untuk kemudian diekspor ke negara tujuan. masi yang diketahui atau dikuasai responden. Harga lobster bervariasi sesuai jenisnya. Di Data diperoleh dari 42 responden yang terdiri tingkat pedagang pengumpul, lobster jenis dari Panglima Laot (1 responden), DKP batu mencapai Rp120 ribu/kg dan jenis bambu Kabupaten Simeulue (1 responden) dan Rp.140.000/kg dan komoditi ini sudah nelayan (40 responden). termasuk komoditi yang diekspor yang tentu- nya harganya akan semakin tinggi. Salah satu 2.3. Analisis Data kabupaten di Provinsi Aceh yang mem- Data dianalisis dari penilaian ter- produksi komoditi lobster adalah Kepulauan hadap 6 indikator pada domain kelembagaan. Simeulue. Berdasarkan latar belakang di atas Setiap indikator memiliki kriteria dan bobot maka peneliti tertarik melakukan penelitian

796 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt

Gambar 1. Lokasi penelitian gugusan Kepulauan Simeulue. penilaian yang berbeda. Adapun keenam C-WPPi = f (CAiy) indikator tersebut adalah Domain Teknik y = 1,2,3……z; z = 11) ...... (2) Penangkapan yang terdiri dari 6 kriteria, Domain Ekonomi yang terdiri dari 3 kriteria, Tiap indikator yang dinilai, kemudian Domain Sosial yang terdiri dari 3 kriteria, dan dianalisis dengan menggunakan analisis Domain Kelembagaan yang terdiri dari 6 komposit sederhana berbasis rataan aritmetik kriteria. yang kemudian ditampilkan dalam bentuk Visualisasi hasil penilaian indikator model bendera (flag model) dengan kriteria EAFM menggunakan teknik flag modeling. seperti berikut (Tabel 1): Teknik Flag Modeling dilakukan dengan pendekatan multi-criteria analysis (MCA), Tabel 1. Visualisasi model bendera untuk dimana sebuah set kriteria dibangun sebagai indikator EAFM wilayah pengelo- basis bagi analisis keragaan wilayah pengelo- laan perikanan Lobster. laan perikanan yang dilihat dari pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan Nilai Skor Model Deskripsi melalui pengembangan indeks komposit Komposit Bendera dengan tahapan sebagai berikut (Adrianto et 0 – 20 Buruk al., 2005; Pratiwi, 2014). 21 – 40 Kurang Baik 41 – 60 Sedang CAi = f (CAni….n=1,2,3…..m) ...... (1) 61 – 80 Baik 81 – 100 Baik sekali

798 Pengelolaan Perikanan Lobster dengan Pendekatan Ekosistem pada . . .

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.2. Domain Ekonomi Hasil analisis komposit menunjukkan 3.1. Domain Teknik Penangkapan bahwa nilai komposit domain ekonomi yaitu Hasil analisis komposit menunjukkan sebesar 10,37 (Tabel 3). Indikator pendapat- bahwa nilai komposit domain teknik penang- an rumah tangga (RTP) tergolong dalam kapan ikan, yaitu sebesar 16 (Tabel 2). kondisi buruk, karena terdapat beberapa Indikator yang tergolong dalam kondisi baik nelayan tidak memiliki usaha sampingan dan adalah indikator selektivitas alat tangkap, istri mereka juga tidak membantu dalam karena jenis-jenis alat tangkap yang diguna- meningkatkan kesejahteraan melalui usaha kan pada kawasan Kepulauan Simeulue sampingan. Indikator kepemilikan aset masih didominasi oleh jenis alat tangkap yang tergolong dalam kondisi sedang, karena ber- selektif seperti bubu dan pancing. dasarkan hasil wawancara terhadap nelayan Indikator penangkapan ikan yang aset produktif yang dimiliki nelayan cen- bersifat destruktif dan modifikasi alat derung tetap jika dibandingkan dengan tahun penangkapan dan alat bantu penangkapan sebelumnya. Penilaian pada indikator saving ikan tergolong dalam kondisi sedang, karena rate masih tergolong rendah karena nilai terdapat pengawasan dari stakeholder terkait- saving rate yang didapat sebesar 0,25% yang an perikanan tangkap. Sementara Indikator lebih kecil dari tingkat bunga Bank kesesuaian fungsi dan ukuran kapal penang- Tahun 2013 (7,5%). Saving rate < dari bunga kapan ikan dengan dokumen legal serta kredit pinjaman, pengeluaran nelayan rata- sertifikasi awak memiliki tergolong dalam rata lebih tinggi dari rata-rata pendapatan kondisi buruk. Hal ini disebabkan oleh perbulan (potensi berhutang). Selain itu, nelayan yang menangkap lobster bukan nelayan masih kurang paham mengatur kategori nelayan penuh dan cenderung masih keuangan rumah tangga Hal ini dapat menggunakan alat tangkap dan kapal penang- disebabkan oleh nelayan umumnya tidak kapan yang sangat tradisional, misalnya memiliki pengetahuan tentang pentingnya penangkapan menggunakan alat tangkap menabung dan dapat juga disebabkan oleh bubu. nilai barang dan jasa di Kabupaten Simeulue cukup tinggi.

Tabel 2. Domain teknik penangkapan.

Teknik Penangkap 1* 2* 3* 4* 5* 6* Total Nilai Ket. an Ikan Kesesu Kepemilikan Hasil 5-10 kali 40% >1 >50% aian Sertifkasi rendah < 50% Skor 2,2 2,2 1,6 2,6 1 1 Bobot 30 25 15 15 10 5 Skor Densitas 16 22 19 19 17 10 Nilai 5 3 456 741 170 50 1424 16 Buruk Keterangan: *1) Penangkapan ikan yang bersifat destruktif, 2) Modifikasi alat penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan, 3) Kapasitas Perikanan dan Upaya Penangkapan(Fishing Capacity and Effort), 4) Selektivitas penangkapan 5). Kesesuaian fungsi dan ukuran kapal penangkapan ikan dengan dokumen legal, 6) Sertifikasi awak kapal perikanan sesuai dengan peraturan.

798 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt Edwarsyah

Tabel 3. Analisis komposit domain ekonomi.

Ekonomi 1* 2* 3* Total Nilai Keterangan Kurang dari Kurang dari rata-rata UMR Hasil Tetap bunga kredit (dibawah (0,35) 1000.000,-) Skor 2,1 1,2 1,2 Bobot 45 30 25 Skor Densitas 20 29 21 Nilai 900 1 1 1802 10,37 Kurang Keterangan: *1) Kepemilikan aset, 2) pendapatan rumah tangga, 3) saving rate, data primer (diolah) 2017.

3.3. Domain Sosial adat laot yang dipimpin oleh panglima laot. Hasil analisis komposit menunjukkan Pertemuan dan komunikasi antara pengampu bahwa nilai komposit domain sosial yaitu kebijakan di Kepala Daerah dan Dinas Ke- sebesar 51,1 (Tabel 4). Penilaian terhadap lautan Perikanan (DKP) Kabupaten Simeulue indikator partisipasi pemangku kepentingan dengan Panglima Laot dan Akademisi sudah tergolong dalam kondisi sedang. Sudah ada maksimal dan terjadwal. Hal ini didasarkan partisipasi tetapi belum efektif. Indikator pada persentase partisipasi pemangku ke- konflik perikanan dalam kategori baik karena pentingan dalam kegiatan pengelolaan dalam pengelolaan perikanan terdapat hukum perikanan sebesar 51%.

Tabel 4. Analisis komposit domain sosial.

Sosial 1* 2* 3* Total Nilai Keterangan Hampir tidak ada Penerapan Hasil 60 % konflik Perikanan Efektif Skor 2,2 2,8 3 bobot 33.3 35 25 Skor 28 29 28 Densitas Nilai 2053 3 2100 4156,6 51,1 Sedang Keterangan: *1) Partisipasi pemangku kepentingan, 2) konflik perikanan, 3) pemanfaatan pengetahuan lokal dalam pengelolaan SDI, data primer (diolah) 2017.

3.4. Domain Kelembagaan saja yang tergolong dalam kondisi baik yaitu Penilaian indikator pada domain kapasitas pemangku kepentingan. Hal ini kelembagaan dilakukan terhadap enam disebabkan oleh peningkatan kapasitas pe- indikator (Tabel 5). Hasil analisis komposit mangku kepentingan telah dapat diterapkan menunjukkan bahwa nilai komposit omain dalam pengelolaan perikanan di Kepulauan kelembagaan yaitu sebesar 56. Pada domain Simeulue. kelambagaan hanya terdapat satu indikator

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 2, Desember 2017 799 Pengelolaan Perikanan Lobster dengan Pendekatan Ekosistem pada . . .

Tabel 5. Analisis komposit domain kelembagaan.

Tot Kelembagaan 1* 2* 3* 4* 5* 6* Nilai Ket. al tetap dan Tidak Komunik 2 - 4 Ada dan tidak sepenu Belum asi kali berfungsi Hasil Bertamb hnya ada efektif Pelangg sesuai ah dijalank RPP antar aran pekerjaan Aturan an lembaga Skor 2,0 2,2 2,0 1,10 2,3 3,0 Bobot 25 22 18 15 11 9 Skor Densitas 29 28 12 28 18 29 48 Sedang Nilai 1450 1811 432 1 396 783 73 56 Keterangan : *1) Kepatuhan terhadap prinsip-perinsip perikanan yang bertanggung jawab, 2) kelengkapan aturan main, 3) mekanisme kelembagaan, 4) rencana pengelolaan perikanan, 5) tingkat sinergitas kebijakan dan kelembagaan pengelolaan perikanan, 6) kapasitas pemangku kepentingan, Data primer diolah, 2017.

3.5. Hasil Analisis Flag Modeling kedua domain EAFM yaitu sebesar 22,3 yang Teknik Flag Modeling digunakan berarti bahwa kegiatan perikanan lobster dari untuk dapat melihat status atau kategori aspek teknik penangkapan ikan, sosial penilaian indikator yang telah dilakukan. ekonomi dan kelembagaan masih termasuk Indeks komposit agregat indikator EAFM dalam kategori kurang. Nilai komposit pada dilakukan dengan menjumlahkan indikator setiap domain ditunjukkan pada diagram pada domain teknik penangkapan ikan, layang dapat disajikan pada Gambar 2. ekonomi, sosial dan kelembagaan (Tabel 6). Indeks komposit agregat indikator tersebut 3.6. Langkah Taktis menunjukkan dua kategori indikator yaitu Langkah taktis dalam pengelolaan per- kategori sedang dan buruk. Domain yang ikanan dengan pendekatan ekosistem dilaku- termasuk pada kategori sedang yaitu domain kan terhadap 2 indikator domain kelembagaan sosial dan kelembagaan. Sementara itu, (Tabel 7, 8 dan 9). Langkah taktis ini perlu Domain yang termasuk pada kategori kurang dilakukan untuk dapat meningkatkan status yaitu domain teknik penangkapan ikan dan kawasan perikanan lobster di kepulauan domain ekonomi. Rata-rata nilai agregat dari Simeulue dari status baik menjadi baik sekali.

Tabel 6. Komposit aggregat dua domain.

Domain Nilai Komposit Deskripsi Teknik Penangkapan Ikan 16,4 Buruk Sosial 51,2 Sedang Ekonomi 10,4 Buruk Kelembagaan 56,0 Sedang Aggregat 22,3 Kurang

800 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt Edwarsyah

Gambar 2. Nilai komposit setiap domain.

Tabel 7. Langkah taktis domain teknik penangkapan.

Referensi Nilai Aktual Langkah Atribut Indikator Taktis Skor Kriteria Skor Kriteria Pengawasan dan Metode Frek Frek penegakan hukum penangkapan pelangg pelanggaran 5 3 bagi nelayan yang yang bersifat aran < 5 2 10 kasus menggunakan destruktif – kasus kompressor < 25% Perizinan dalam 25 50% ukuran menggunakan alat Modifikasi – 2 ukuran target 3 target tangkap dan pelarangan alat tangkap species < LM species menggunakan < LM kompressor Kapasitas Perikanan dan Mengatur kapasitas Upaya Rasio Rasio penangkapan lobster dan Penangkapan 1 2 penangka penangkapan < 1 pelarangan penangkapan (Fishing pan < 1 lobster yang bertelur Capacity and Effort) Kesesuaia Kesesuaian Kesesuaiann ya nnya fungsi dan rendah (lebih sedang ukuran kapal dari 50% (30-50% Memberikan kemudahan penangkapan 1 sampel tidak 2 sampel dalam legalitas dokumen ikan dengan sesuai dengan tidak dokumen dokumen legal) sesuai legal dengan

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 2, Desember 2017 801 Pengelolaan Perikanan Lobster dengan Pendekatan Ekosistem pada . . .

Referensi Nilai Aktual Langkah Atribut Indikator Taktis Skor Kriteria Skor Kriteria dokumen legal) Sertifikasi Kepemili awak kapal Kepemilikan Memberikan pelatihan kan perikanan 1 sertifikat 2 untuk sertifikasi kepada sertifikat sesuai dengan <50% nelayan tradisional <50% peraturan.

Tabel 8. Langkah taktis domain ekonomi.

Referensi Nilai Aktual Langkah Atribut Indikator Taktis Skor Kriteria Skor Kriteria

Pendapatan sama Kurang dari Memberikan bantuan rumah tangga dengan 1 rata-rata 2 modal usaha kepada perikanan rata-rata UMR, nelayan (RTP) UMR sama dengan Rasio Kurang dari 1 bunga Memfasilitasi dalam Tabungan bunga kredit 2 kredit peminjaman kredit (Saving ratio) pinjaman; pinjaman;

Sumber: (Data Primer diolah kembali, 2017).

Tabel 9. Langkah taktis domain kelembagaan.

Referensi Nilai Aktual Langkah Atribut Indikator Taktis Skor Kriteria Skor Kriteria Frekuensi Frekuensi Kepatuhan Penegakan hukum pelanggaran kurang dari 2 terhadap terhadap alat tangkap 2 antara 24 3 kali prinsip yang tidak ramah kasus dalam pelanggaran perikanan lingkungan satu tahun hukum Menanmbah aturan Ada tetapi Ada dan Kelengkapan penegakan hukum 2 jumlahnya 3 jumlahnya aturan main terkait perikanan tetap bertambah lobster

802 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt Edwarsyah

Referensi Nilai Aktual Langkah Atribut Indikator Taktis Skor Kriteria Skor Kriteria Apabila ada Tidak keputusan MONEV terhadap Mekanisme 2 sepenuhnya 3 harus pengelolaan kelembagaan dijalankan dijalankan perikanan lobster sepenuhnya Memfasilitasi dalam Rencana Ada RPP, merumuskan RPP Pengelolaan Masih belum 1 2 namun belum perikanan lobster dan Perikanan ada RPP dijalankan melakukan MONEV (RPP) terhadap RPP Meningkatkan Tingkat Terjadi Sinergitas komunikasi antar sinergitas komunikasi 2 3 antar lembaga lembaga pemerintah namun belum berjalan baik pusat dan pemerintah efektif daerah

IV. KESIMPULAN penelitian ini dalam skim Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi (PUPT) dengan bidang Berdasarkan hasil penelitian dapat unggulan Agro and Marine Industry, kontrak disimpulkan bahwa penilaian perikanan penelitian Nomor: 020/UN59.7/TL/2017. lobster melalui indikator domain teknik Kemudian ucapan terimakasih juga penangkapan ikan, ekonomi, sosial dan kepada Bapak Bupati Simeulue, Ketua Bappeda kelembagaan EAFM didapatkan status atau dan Jajarannya yang telah memberikan kontri- kondisi perikanan lobster di wilayah busi selama penelitian ini, menindaklanjuti Kepulauan Simeulue termasuk kategori kesepakatan kerjasama antara Universitas Teuku kurang. Strategi pengelolaan perikanan Umar dan Pemerintah Kabupaten Simeulue lobster di wilayah Kepulauan Simeulue dengan Nomor:074/4111/2016, Perihal dukung- dirumuskan terhadap indikator domain an kerjasama penelitian. kelembagaan berdasarkan nilai reference point tiap indikator. Langkah taktis DAFTAR PUSTAKA dirumuskan pada indikator yang memiliki penilai sedang dan kurang baik. Rumusan Junaidi, M. dan M.S. Hamzah. 2014. Kualitas langkah taktis tersebut yaitu MONEV perairan dan dampaknya terhadap terhadap pengelolaan perikanan lobster dan pertumbuhan dan sintasan udang memfasilitasi dalam merumuskan Rencana karang yang dipelihara dalam keramba Pengelolaan Perikanan (RPP) perikanan jaring apung di Teluk Ekas, Provinsi lobster dan melakukan MONEV terhadap Nusa Tenggara Barat. J. Teknologi RPP. Kelautan Nasional, 6(2):345-354. Adrianto, L., Y. Matsuda, and Y. Sakuma. UCAPAN TERIMA KASIH 2005. Assesing sustainability of fishe- ry systems in a Small Island region: Ucapan terimakasih kepada Direktur flag modeling approach. In: Sakuma. Riset dan Pengabdian Masyarakat, Ditjen (ed.). Proceeding of IIFET 2005. 27- Risbang Kemenristek-dikti yang telah mendanai 38pp.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 2, Desember 2017 803 Pengelolaan Perikanan Lobster dengan Pendekatan Ekosistem pada . . .

Charles, A.T. 2001. Sustainable fishery approach to fisheries management). system. Blackwell Scientific Publi- Modul Training. 45hlm. cations. Oxford. UK. 30p. Pratiwi, M.A. 2014. Pendekatan keputusan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten taktis (tactical decision) untuk pe- Simeulue. DATABASE. 2014. Dinas ngelolaan perikanan dengan pen- Kelautan dan Perikanan Kabupaten dekatan ekosistem di kawasan taman Simeulue. Aceh. 45hlm. wwisata perairan Gili Matra. Tesis. Gavaris S. 2009. Fisheries management Sekolah Pascasarjana Institut Per- planning and support for strategic and tanian Bogor. 34hlm. tactical decisions in an ecosystem Trophia, L. 2011. Fisheries management approach context. Fisheries Research, procedures: a potential decision 100:6–14. makingtool for fisheries management Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), in California. Quantitative Resource World Wide Foundation (WWF- Assessment LLC. California. 46p. Indonesia), Pusat Kajian Sumberdaya Laut dan Pesisir, Institut Pertanian Diterima : 14 September 2017 Bogor (PKSPL-IPB). 2012. Penilaian Direview : 09 Oktober 2017 indikator pendekatan ekosistem untuk Disetujui : 04 Desember 2017 pengelolaan perikanan (ecosystem

804 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt