LEKSIKON EKOBUDAYA DALAM TRADISI TURUN TANAH PADA MASYARAKAT MELAYU SAMBAS

Tia Feblia, Ahadi Sulissusiawan, Agus Syahrani Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Untan Pontianak Email: [email protected]

This study aims to describe the eco-cultural lexicons in the ‘Turun Tanah’ Tradition in the Sambas Malay community at Semperiuk A village. The method used in this study was descriptive in the form of qualitative research. The data source was from the informants from the Semperiuk A village who understand the tradition. The collected data was in the form of eco-cultural lexicons related to the classification of eco-cultural lexicons, word meaning, community understanding, wisdom values, and the function. The data collection techniques used were questionnaires, observation, and interviews. Based on the results, there are five activities in the ‘Turun Tanah’ tradition. These activities are divided into two groups: tools and materials used, and the food served. From the two groups, there are 39 lexicons, each with 17 lexicons. The meaning of eco-cultural lexicons contains lexical meanings, and the community understanding of eco-cultural lexicons is categorized as still known. The wisdom value in the five activities in ‘Turun Tanah’ traditions is besaprah (eating together), bemasak (cooking), ziarah (pilgrimage), tahlel (dhikr), and ngaji (reciting the Quran). In terms of its function, the lexicons work as a complement to dishes, symbols or images, and tools for cooking purposes.

Keywords: Eco-cultural, Sambas Malay, Turun Tanah

PENDAHULUAN Kalimantan Barat. Satu diantara tradisi yang Tradisi dapat diartikan sebagai suatu masih dilakukan oleh masyarakat Semperiuk A ketentuan yang berlaku dalam masyarakat dan adalah Tradisi Turun Tanah. Tradisi ini menjelaskan satu keseluruhan cara hidup merupakan objek dari penelitian. Tradisi Turun dalam bermasyarakat. Tradisi adalah hal yang Tanah ini berupa acara setelah kematian. Jadi, harus tetap ada dan dilestarikan supaya tidak pihak keluarga dari orang yang meninggal ini hilang ditelan zaman. Memang tidak mudah akan mengadakan acara berupa makan bersama bagi kita sebagai generasi penerus untuk warga kampung serta pengajian. Pengajian ini mempertahankan tradisi dan budaya warisan dilakukan dengan tujuan untuk mendoakan leluhur. Keterbatasan pengetahuan tentang apa orang yang sudah meninggal tersebut supaya dan bagaimana suatu tradisi, menjadi salah rohnya tenang di alam kubur dan diringankan satu faktor enggan mempertahankan tradisi siksa kuburnya . Turun Tanah merupakan yang telah diwariskan oleh nenek moyang sebuah tradisi yang masih melekat pada kita. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika masyarakat meskipun ada sekelompok orang banyak tradisi di daerah yang mulai hilang. yang sudah tidak melakukan tradisi ini lagi. Meskipun ada tradisi yang masih Tradisi ini dilakukan dari hari pertama setelah dilakukan sampai saat ini. Akan tetapi, hanya proses pemakaman sampai hari ke tujuh. orang-orang kalangan tua yang mengerti tata Dilanjutkan pada hari ke-15, 25, 40 dan 100. cara pelaksanaannya. Demikian juga yang Lalu akan diperingati lagi setiap tahun atau terjadi di Desa Semperiuk A, Kecamatan Jawai biasa masyarakat Melayu Sambas Selatan, Kabupaten Sambas, Provinsi menyebutnya hol (haul).

1

Tradisi ini bukan hanya sekadar zaman yang semakin modern, ada beberapa memperingati hari kematian, ada nilai yang dari anggota masyarakat pada saat terkandung di dalamnya yaitu nilai melaksanakan tradisi ini mengganti sajian kebersamaan dan rasa empati terhadap sesama tersebut bahkan ada yang sudah tidak lagi manusia. Keluarga yang ditinggalkan oleh satu menyajikan satu diantara makanan yang diantara anggota keluarganya pasti akan seharusnya ada dalam tradisi ini. merasa sangat sedih dan kehilangan. Karena Penelitian yang dilakukan ini itu, dengan adanya tradisi ini bisa mengurangi berkenaan dengan kajian ekolinguistik. kesedihan dan rasa kehilangan tersebut. Ekolinguistik menganggap bahwa lingkungan Manusia memerlukan orang lain dalam memiliki pengaruh terhadap leksikon bahasa. kehidupannya, karena manusia manusia Apabila ekologi atau lingkungan masyarakat merupakan makhluk sosial. Tradisi ini sebagai penunjangnya punah maka semakin menggambarkan bahwa kita sebagai manusia besar kemungkinan perubahan-perubahan tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. terhadap leksikon bahasa. Bukan hanya itu, tradisi ini juga membuktikan Bahasa merupakan alat berkomunikasi bahwa rasa empati terhadap orang lain itu antara sesama manusia. Adanya bahasa masih ada. memudahkan manusia untuk berinteraksi Dijadikan tradisi Turun Tanah sebagai dengan orang lain dalam kehidupan objek penelitian. Pertama yaitu tradisi ini bermasyarakat. Melalui bahasa, manusia dapat hanya diketahui oleh kalangan tua. Sehingga, mengungkapkan ide dan perasaan serta peneliti berupaya untuk mendokumentasikan menyesuaikan diri dengan tata krama, budaya, tradisi ini supaya dikenal oleh kalangan muda. dan adat istiadat yang berlaku dalam Kalangan muda harus mengetahui tradisi yang masyarakat. Bahasa yang digunakan oleh ada disekitar lingkungan mereka supaya masyarakat tergantung pada tempat mereka tradisi tersebut tidak mudah hilang seiring tinggal. dengan perkembangan zaman yang semakin Bahasa yang peneliti gunakan dalam modern. Kedua, meneliti sebuah tradisi penelitian ini adalah bahasa Melayu Sambas. merupakan cara untuk melestarikan budaya, Bahasa Melayu Sambas (BMS) adalah bahasa karena itu lewat penelitian ini, peneliti Melayu berdialek Sambas yang digunakan di berupaya untuk melestarikan budaya Melayu wilayah Kabupaten Sambas, Kota Sambas. Ketiga, tradisi ini menggunakan Singkawang, Kabupaten Bengkayang dan Bahasa Melayu Sambas (BMS) yang juga sekitarnya. Karena luasnya penggunaan merupakan bahasa daerah dari peneliti. bahasa Melayu Sambas maka peneliti Tradisi Turun Tanah yang dinilai unik memberikan batasan dengan menetapkan Desa oleh peneliti adalah dari segi makanan yang Semperiuk A sebagai tempat penelitian. disajikan. Makanan yang disajikan memiliki Menetapkan Desa Semperiuk A filosofi tersendiri bagi masyarakat Melayu sebagai tempat penelitian yaitu karena hal-hal Sambas. Bukan hanya sekadar hidangan sebagai berikut. Pertama, Desa Semperiuk semata, makanan ini memiliki makna yang merupakan desa yang masih mengenal tradisi berhubungan dengan jenazah dari orang yang Turun Tanah. Kedua, peneliti ingin melihat meninggal tersebut. Contohnya kue Sari muke perkembangan tradisi ini di desa tersebut. yang menggambarkan wajah jenazah yang Ketiga, peneliti berasal dari Desa Semperiuk berseri-seri. Selain kue Sari muke, juga A sehingga memudahkan peneliti dalam terdapat kue lainnya seperti Kelapon, Ukal mengumpulkan data dan mencari informasi. inti, Pasung, Serabi, Apam, dan Kue cincin. Masalah umum dari penelitian ini Akan tetapi seiring dengan berkembangnya adalah seiring berkembangnya zaman, tradisi

2 yang di dalamnya terkandung nilai kebaikan dalam tradisi Turun Tanah pada masyarakat seperti nilai kebersamaan, saling membantu melayu sambas. dan adanya rasa empati terhadap orang lain METODE PENELITIAN secara perlahan mulai terkikis keberadaannya. Metode dalam penelitian ini yaitu Masyarakat di zaman modern ini sudah kurang metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk menerapkan tradisi. Contohnya saja tradisi menganalisis data karena data yang diperoleh turun tanah. Tradisi ini memang sering ditemui berupa leksikon ekobudaya dalam tradisi Turun di kalangan masyarakat. Akan tetapi, tata cara Tanah. Metode ini menggunakan data kualitatif pelaksanaannya sudah tidak seperti pada zaman dan dijabarkan secara deksriptif. Tujuan dari dahulu. Sudah selayaknya tradisi dilestarikan penelitian ini adalah untuk menggambarkan supaya tetap terjaga keberadaannya dalam atau mendeskripsikan leksikon ekobudaya masyarakat. Sebagai generasi muda tidak ada dalam tradisi Turun Tanah pada masyarakat alasan untuk tidak mengetahui tradisi atau Melayu Sambas secara sistematis. Contoh kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang sudah analisis deskriptif dalam penelitian ini ada sejak zaman dahulu. misalnya dalam tradisi Turun Tanah terdapat Fokus masalah dalam penelitian adalah kegiatan besaprah. Data yang diperoleh berupa sebagai berikut. (1) Bagaimana gambar dan leksikon. Kata besaprah akan pengelompokan leksikon ekobudaya Bahasa dideskripsikan berdasarkan makna, nilai dan Melayu Sambas dalam tradisi Turun Tanah fungsi leksikon sesuai dengan analisis masalah yang digunakan oleh masyarakat Melayu penelitian. Sambas ?. (2) Bagaimana makna kata leksikon Bentuk penelitian yang digunakan ekobudaya Bahasa Melayu Sambas dalam adalah penelitian kualitatif. Menurut Mcmillan tradisi Turun Tanah ?. (3) Bagaimana dan Schumacher (dalam Syamsuddin dkk. pemahaman masyarakat Melayu Desa 2015:73) yang disebut dengan penelitian Semperiuk A terhadap leksikon ekobudaya kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga dalam tradisi Turun Tanah ?. (4) Bagaimana disebut pendekatan investigasi karena biasanya nilai kearifan leksikon ekobudaya BMS dalam peneliti menggumpulkan data dengan cara tradisi Turun Tanah ?. (5) Bagaimana fungsi bertatap muka langsung dan berinteraksi leksikon ekobudaya BMS dalam tradisi Turun dengan orang-orang di tempat penelitian. Tanah pada masyarakat Melayu Sambas. Contoh penggunaan bentuk penelitian kualitatif Berdasarkan permasalahan tersebut maka dalam penelitian ini misalnya pada saat peneliti tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mewawancarai informan, peneliti menanyakan mengetahui leksikon ekobudaya dalam tradisi kegiatan apa saja yang dilakukan dalam tradisi Turun Tanah pada masyarakat Melayu Turun Tanah. Informan akan memberikan Sambas. Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu informasi sesuai dengan pertanyaan peneliti. (1) Pengelompokan leksikon ekobudaya BMS Berdasarkan informasi tersebut dapat diperoleh dalam tradisi Turun Tanah yang digunakan data yang diperlukan. Data tersebut dapat oleh masyarakat Melayu Sambas. dijadikan acuan untuk menggali informasi (2) Menganalisis makna kata leksikon lainnya yang belum didapatkan dari informan. ekobudaya BMS dalam tradisi Turun Tanah. Sumber data dalam penelitian ini (3) Menganalisis pemahaman masyarakat adalah informan atau penutur yang merupakan Melayu Desa Semperiuk A terhadap leksikon warga Desa Semperiuk A yang mengetahui ekobudaya dalam tradisi Turun Tanah. (4) tentang tradisi Turun Tanah. Data dalam Menganalisis nilai kearifan leksikon penelitian ini adalah leksikon ekobudaya dalam ekobudaya BMS dalam tradisi Turun Tanah. tradisi Turun Tanah yang berkaitan dengan (5) Menganalisis fungsi leksikon ekobudaya kelompok leksikon ekobudaya, makna kata,

3 pemahaman masyarakat Melayu Desa tradisi Turun Tanah pada masyarakat Melayu Semperiuk A terhadap leksikon ekobudaya Sambas. (2) Menganalisis data sesuai dengan dalam tradisi Turun Tanah, nilai kearifan dan masalah yang akan dibahas dalam penelitian fungsi leksikon ekobudaya. yaitu kelompok leksikon, makna kata, Teknik pengumpulan data yang pemahaman, nilai kearifan, dan fungsi leksikon digunakan yaitu teknik langsung dan tidak ekobudaya dalam tradisi Turun Tanah. langsung, teknik tidak langsung yaitu teknik HASIL PENELITIAN DAN observasi, kuesioner dan teknik langsung yaitu PEMBAHASAN wawancara. Teknik observasi merupakan Hasil Penelitian Teknik observasi merupakan teknik yang Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dilakukan berdasarkan pengamatan gejala- terdapat 39 leksikon ekobudaya dalam tradisi gejala yang ada dalam objek penelitian. Peneliti Turun Tanah. Terbagi atas kelompok alat dan akan mengamati tingkah laku atau proses kerja bahan berjumlah 17 leksikon, sedangkan dari masyarakat pada saat melakukan tradisi kelompok leksikon makanan berjumlah 17 ini. Teknik kuesioner adalah teknik leksikon. pengumpulan data yang dilakukan dengan Pembahasan memberikan pertanyaan kepada responden Data dalam penelitian ini adalah leksikon untuk dijawab. Peneliti akan memberikan ekobudaya dalam tradisi Turun Tanah. kuesioner kepada responden, setelah itu Pengelompokan leksikon ekobudaya, makna peneliti mulai menganalisis data yang kata leksikon, pemahaman masyarakat dihasilkan dari kuesioner tersebut. Selanjutnya Semperiuk A terhadap leksikon ekobudaya, peneliti menggunakan teknik langsung yaitu nilai kearifan, dan fungsi leksikon. teknik wawancara Teknik wawancara dalam Pengelompokan Leksikon Ekobudaya dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh Tradisi Turun Tanah informasi dan data yang akurat dari informan Berdasarkan hasil penelitian leksikon mengenai leksikon ekobudaya dalam tradisi ekobudaya terdapat lima kegiatan yaitu Turun Tanah masyarakat Melayu Sambas. besaprah, bemasak, ziarah, tahlel, ngaji yang Selain mewawancarai, peneliti juga akan termasuk dalam kategori kelas kata verba (kata merekam dan mencatat hal-hal penting yang kerja). Kelas kata menurut Putrayasa (2010:44) berkaitan dengan penelitian. merupakan perangkat kata yang sedikit banyak Alat pengumpulan data yang berprilaku sintaksis sama. Dari lima kegiatan digunakan yaitu lembar kuesioner, instrument tersebut yang ditinjau kembali menjadi dua wawancara, alat perekam, alat tulis dan buku, kelompok. Pertama kelompok alat dan bahan, serta alat pengambil gambar. Lembar kedua, kelompok makanan yang disajikan. kuesioner digunakan untuk mengambil data Lima kegiatan yang tergolong kategori kelas pemahaman masyarakat mengenai leksikon kata verba tersebut juga mengandung afiksasi. ekobudaya. Instrument wawancara berisi Afiksasi menurut Muslich (2017:38) “Peristiwa daftar wawancara yang digunakan dalam pembentukan kata dengan jalan membubuhkan wawancara. Alat tulis dan buku digunakan afiks pada bentuk dasar”. Contoh pada kata untuk mencatat hal-hal penting dalam besaprah yang memiliki prefiks (be-). Kata wawancara. Alat pengambil gambar yang bemasak juga memiliki prefiks (be-), kata digunakan untuk mengambil gambar pada saat tahlel mengandung unsur prefiks (me-), (be-) penelitian. dan sufiks (-an) dan kata ngaji juga dapa diberi Teknik analisis data yang digunakan imbuhan prefiks (me-) sehingga berubah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) menjadi mengaji. Menyajikan data leksikon ekobudaya dalam

4

Selain itu besaprah, bemasak, ziarah, dihasilkan dari kegiatan bemasak yaitu ayam tahlel, dan ngaji memiliki hubungan yang erat , nasek, tumis, telur, samor, dan kerabu, dengan masyarakat. Hubungan kegiatan kue , sari muke, serabi, apam, toh pak besaprah ini sangat erat kaitannya dengan lantak, pasong, , kelapon, kue cincin, masyarakat Melayu Sambas. Keeratan ukal inti. hubungan tersebut pada dimensi sosiologis, Leksikon alat dan bahan dalam kegiatan ziarah yaitu masyarakat Melayu Sambas masih yaitu daun pandan, aek tawar. Leksikon menerapkan kegiatan besaprah dalam acara- makanan tidak ditemukan dalam kegiatan ini. acara pernikahan, syukuran, dan lain Leksikon dalam kegiatan tahlel tidak sebagainya. Kegiatan bemasak ini sangat erat ditemukan. Dalam kegiatan ngaji ditemukan hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, satu leksikon alat dan bahan yaitu al-quran. bemasak tidak hanya dilakukan pada acara Makna Kata Leksikon Ekobudaya tertentu tetapi sudah menjadi bagian dari Makna dalam leksikon ekobudaya rutinitas dalam kehidupan manusia. Keeratan bergantung pada leksikon itu sendiri. “Makna hubungan ini tergolong dalam dimensi dalam kalimat tidak hanya bergantung pada sosiologis. Relasi kegiatan ziarah ini sangat bentuk gramatikal dan leksikal saja, tetapi juga erat hubungannya dengan masyarakat Melayu bergantung pada kaidah wacana. Makna dalam Sambas dan termasuk dalam dimensi sebuah kalimat yang baik pilihan kata dan sosiologis. Hal ini terlihat pada masyarakat susunan gramatikalnya, biasa tidak bisa yang masih melakukan kegiatan ini. Relasi dipahami jika tidak memperhatikan hubungan kegiatan tahlel juga sangat erat hubungannya kalimat dengan wacana” (Djajasudarma, dengan masyarakat. Keeratan relasi itu melalui 2016:8). Leksikon kegiatan Leksikon dimensi sosiologis yaitu kegiatan ini masih ekobudaya mengandung makna kata leksikal sering dilakukan oleh masyarakat Melayu seperti kata besaprah yang memiliki makna Sambas pada acara seperti turun tanah, yaitu bersama/berkumpul, bemasak makna syakban dan lain sebagainya. Ngaji juga kata leksikal adalah mengolah makanan memiliki relasi hubungan yang sangat erat mentah menjadi makanan siap disajikan, ziarah dengan masyarakat, selain menjadi kewajiban artinya berkunjung, tahlel yang berarti dzikir, bagi umat muslim, ngaji juga dapat menjadikan dan ngaji yang memiliki makna membaca al- jiwa lebih tenang (karakter biologis). qur’an. Leksikon alat dan bahan memiliki Jika kita menyamakan leksikon dengan makna tersendiri diantaranya leksikon pinggan, kosakata atau pembendaharaan kata, maka sudok, cawan, bareng, mangkok, tapsi, redang, leksem dapat disamakan dengan kata. “Leksem aek memiliki arti sebagai alat yang digunakan pada hakikatnya adalah bentuk abstrak atau untuk keperluan makan atau berfungsi sebagai hasil abstraksi bentuk-bentuk kata yang wadah. Menurut Suhardi (2015:19) “Ada dua berbeda tercakup dalam leksem yang sama istilah yang membicarakan tentang makna terdapat paradigma yang sama yaitu paradigma yaitu (1) bermakna (being meaningful) dan (2) infleksional.” (Subroto, 2011:42). mempunyai makna (having a meaning), kedua Leksikon alat dan bahan yang terdapat istilah tersebut memiliki konteks yang dalam kegiatan besaprah yaitu pinggan, sudok, berbeda”. bareng, mangkok, tapsi, redang, aek. Leksikon Pemahaman Masyarakat Melayu terhadap makanan yang disajikan yaitu ayam gulai, Leksikon Ekobudaya nasek, tumis, talok, samor, kerabu, cendol. Leksikon alat dan bahan yang Leksikon alat dan bahan dalam kegiatan digunakan dalam tradisi Turun Tanah terdapat memasak yaitu yaitu tungko’, kuali, kawah, 17 leksikon yaitu pinggan, sudok, cawan, lading, lasong, appan. Leksikon makanan yang bareng, mangkok, tapsi, redang, aek, tungko’,

5 kuali, kawah, lading, lasong, appan, daun kegiatan yang termasuk kategori A (pernah pandan, aek tawar, al-quran. Leksikon melihat, mendengar, dan melakukannya) kegiatan berjumlah 5 yaitu besaprah, bemasak, adalah besaprah dan ngaji dengan persentase ziarah, tahlel, ngaji. Leksikon makanan antara 100%. Leksikon makanan yang memiliki lain ayam gulai, nasek, samor, kerabu, cendol, persentase 100% terdapat sebelas leksikon. sari muke, toh pak lantak, serabi, pasong, ukal Nilai Kearifan Leksikon Ekobudaya inti, apam, kue cincin, lempeng gulong, tumis, Nilai kearifan merupakan nilai yang bahulu, kelapon,telur. Leksikon tersebut akan tetap atau tidak pernah berubah dalam diujikan kepada responden di Desa Semperiuk lingkungan masyarakat. Nilai kearifan A. Responden terdiri atas 15 orang dengan tiga mengandung nilai-nilai budaya yang tidak generasi yaitu generasi remaja, generasi dapat dipisahkan dari tatanan hidup masyarakat dewasa, dan generasi tua. tersebut. Nilai kearifan leksikon ekobudaya dalam tradisi Turun Tanah terdapat dalam Tabel 1 kegiatan yang dilakukan yaitu besaprah, Pemahaman Masyarakat terhadap Alat dan bemasak, ziarah, tahlel, dan ngaji. Istiawati Bahan yang Digunakan dalam Tradisi mengatakan bahwa kearifan lokal adalah cara Turun Tanah bersikap dan bertindak dalam menanggapi No Alat dan Pilihan Jawaban (%) perubahan dalam lingkungan fisik dan budaya Bahan A B C D (2016:5). 1 Pinggan 100 0 0 0 Besaprah adalah kegiatan makan 2 Sudok 100 0 0 0 bersama-sama pada acara besar seperti 3 Cawan 100 0 0 0 perkawinan, syukuran, yang sampai saat ini 4 Bareng 100 0 0 0 masih dilakukan oleh masyarakat Melayu 5 Mangkok 100 0 0 0 Sambas. Besaprah merupakan kebiasaan yang 6 Tapsi 93,3 6,7 0 0 telah dilakukan secara turun-temurun. Nilai 7 Redang 60 40 0 0 kearifan yang terkandung dalam kegiatan ini yaitu pelestarian dan kreativitas budaya. 8 Aek 100 0 0 0 Bemasak merupakan leksikon kegiatan 9 Tungko’ 53,3 26,7 20 0 yang tidak hanya dilakukan pada acara-acara 10 Kuali 93,3 6,7 0 0 besar, akan tetapi sudah menjadi rutinitas 11 Kawah 40 26,7 6,7 26,7 sehari-hari dalam kehidupan sehari-hari. Dalam 12 Lading 100 0 0 0 acara besar seperti pernikahan ataupun 13 Lasong 66,7 20 13,3 0 semacamnya kegiatan ini tidak bisa dilakukan 14 Appan 93,3 6,7 0 0 oleh satu orang, melainkan melibatkan banyak 15 Daun 6,7 13,3 0 0 orang. Oleh sebab itu kegiatan ini memiliki pandan nilai kearifan yaitu gotong royong. Gotong 16 Aek 46,7 33,3 13,3 6,7 royong bertujuan supaya pekerjaan yang tawar dilakukan akan lebih ringan dan cepat selesai. 17 Al-quran 100 0 0 0 Ziarah juga merupakan kegiatan yang Berdasarkan tabel di atas diketahui sering dilakukan oleh masyarakat sebagai leksikon alat dan bahan yang tergolong bentuk rasa kasih sayang dan perhatian kategori A (pernah melihat, mendengar dan terhadap anggota keluarga yang sudah menggunakan) berjumlah delapan dengan meninggal dunia. Ziarah bertujuan untuk tingkat pemahaman 100%. Leksikon tersebut mendoakan orang yang sudah meninggal antara lain pinggan, sudok, cawan, bareng, tersebut agar tenang serta diringankan siksa mangkok, aek, lading dan al-qur’an. Leksikon

6 kuburnya. Nilai kearifan yang muncul dalam dihidangkan. kegiatan ini yaitu kepedulian antar sesama 8 Aek Sebagai pelengkap manusia. hidangan Tahlel atau tahlilan masih sering 9 Tungko’ Sama halnya seperti dijumpai dikalangan masyarakat Melayu kompor, tungko’ Sambas. Kegiatan ini dilakukan pada malam merupakan alat masak hari dan dipimpin oleh seorang pak Labai yang menghasilkan panas. (orang yang pandai dalam hal agama). Tahlel Panas tersebut dihasilkan berisi doa yang dipanjatkan kepada Tuhan dari pembakaran kayu api. Yang Maha Kuasa. Nilai kearifan dalam 10 Kuali Alat yang dipakai untuk kegiatan ini adalah nilai pikiran positif dan rasa memasak syukur. 11 Kawah Berfungsi sebagai alat Ngaji juga merupakan kegiatan yang memasak makanan dalam masih sering dijumpai dan banyak dilakukan jumlah yang banyak. oleh orang-orang dalam kehidupan sehari-hari. 12 Lading Berfungsi unutk Kegiatan ini mengandung nilai pikiran positif memotong, mengiris dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. bahan makanan dan Menurut Verhaar (2016:13) istilah “leksikon” sebagainya. dalam ilmu linguistik berarti pembendaharaan 13 Lasong Alat rumah tangga yang kata-kata itu sendiri sering disebut “leksem”. berfungsi sebagai penumbuk Tabel 2. 14 Appan Berfungsi sebagai alat Fungsi Leksikon Alat dan Bahan dalam untuk memasak Tradisi Turun Tanah 15 Daun Berfungsi sebagai No Leksikon Fungsi Leksikon pandan wewangian yang 1 Pinggan Sebagai wadah atau alas ditaburkan di atas makam. untuk menyimpan nasi, 16 Aek tawar Air yang sudah dibacakan kue dan sebagainya. ayat suci, biasanya 2 Sudok Sebagai alat untuk berfungsi sebagai mengambil makanan yang penawar. ersaji di dalam piring atau 17 Al-Quran Kitab suci umat Islam sejenisnya. Leksikon yang berfungsi sebagai 3 Cawan Berfungsi sebagai wadah pelengkap hidangan yaitu tumis, talok, nasek, untuk menyimpan air samor, ayam gulai, cendol, kue cincin, bahulu minum, biasanya terbuat dan lempeng gulong. Leksikon yang berfungsi dari plastik. sebagai simbol atau kondisi jenazah yaitu toh 4 Bareng Sebagai wadah unutk pak lantak, serabi, kelapon, ukal inti, dan sari menyimpan nasi dalam muke. jumlah yang banyak SIMPULAN DAN SARAN 5 Mangkok Wadah yang berfungsi Simpulan sebagai tempat lauk pauk Leksikon ekobudaya dalam tradisi 6 Tapsi Digunakan untuk Turun Tanah terdiri atas 5 leksikon kegiatan menyimpan gelas yaitu (1) besaprah, (2) bemasak, (3) ziarah, (4) 7 Redang Berfungsi sebagai tempat tahlel, dan (5) ngaji. Leksikon kegiatan meletakan semua jenis tersebut diklasifikasikan menjadi dua lauk pauk yang akan kelompok yaitu (1) alat dan bahan, (2)

7 makanan yang disajikan dalam tradisi Turun atau gambaran tentang kondisi jenazah, dan Tanah. Kelompok alat dan bahan terdapat 17 sebagai alat yang digunakan untuk keperluan leksikon, sedangkan kelompok makanan yang memasak. disajikan terdapat 17 leksikon. Jumlah Saran keseluruhan leksikon yang ditemukan yaitu 39 Semua kalangan masyarakat khususnya leksikon. kalangan muda harus tetap mempelajari dan Leksikon ekobudaya mengandung mempertahankan leksikon ekobudaya dalam makna kata leksikal seperti kata besaprah yang tradisi Turun Tanah supaya keberadaan memiliki makna yaitu bersama/berkumpul, leksikon-leksikon tersebut tidak punah. bemasak makna kata leksikal adalah mengolah Leksikon yang ada dalam tradisi ini sudah makanan mentah menjadi makanan siap banyak mengalami perubahan karena itu, disajikan, ziarah artinya berkunjung, tahlel dalam memilih informan harus benar-benar yang berarti dzikir, dan ngaji yang memiliki dipertimbangkan supaya leksikon-leksikon makna membaca al-qur’an. yang ada dapat didokumentasikan dengan baik. Pemahaman masyarakat Melayu Generasi muda seharusnya memahami Sambas terhadap leksikon ekobudaya dalam tentang leksikon ekobudaya yang ada dalam tradisi Turun Tanah diuji dengan menggunakan tradisi ini karena seiring dengan perkembangan kuesioner. Kuesioner tersebut diberikan kepada zaman nilai-nilai dalam leksikon dikhawatirkan tiga generasi yaitu generasi remaja usia 12-17 akan mengalami pergeseran atau perubahan. tahun, generasi dewasa usia 18-40 tahun, dan DAFTAR RUJUKAN generasi tua usia 41-65 tahun. Dari 5 leksikon AR, S. & Damaianti. (2015). Metode kegiatan ditemukan 2 leksikon yang tergolong Penelitian Pendidikan Bahasa. : A (Pernah melihat, mendengar, dan PT Remaja Rosdakarya. melakukan) yaitu besaprah dan ngaji dengan Djajasudarma, F. (2016). Semantik 2. Bandung: persentase 100%. Leksikon alat dan bahan PT Refika Aditama. terdapat 17 leksikon, 8 leksikon diantaranya Istiawati, F.N. (2016). Pendidikan Karakter yaitu pinggan, sudok, cawan, bareng, Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal Adat mangkok, lading, aek, al-qur’an tergolong Ammatoa dalam Menumbuhkan Karakter kategori A (pernah melihat, mendengar dan Konservasi. Surakarta. Tanggal 10 Mei menggunakan) dengan persentase 100%. 2020. Leksikon makanan yang disajikan terdapat 17 Krisdalaksana, H. (2008). Kamus Linguistik. leksikon, 12 leksikon diantaranya yaitu ayam Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. gulai, nasek, tumis, telur, samor, kerabu, Muslich, M. (2017). Tata Bentuk Bahasa lempeng gulong, apam, pasong, bahulu, dan Indonesia Kajian ke Arah Tata Bahasa kelapon tergolong kategori A (pernah melihat, Deskripif. Jakarta: PT Bumi Aksara. mendengar, dan merasanya) dengan persentase Putrayasa, I.B. (2010). Kajian Morfologi. 100%. Bandung: PT Refika Aditama. Nilai kearifan yang banyak terdapat Subroto, E. (2011). Pengantar Studi Semantik dalam leksikon ekobudaya dalam tradisi turun dan Pragmatik. Surakarta: Cakrawala tanah yaitu nilai pikiran positif dan rasa Media. syukur, gotong-royong, serta pelestarian dan Suhardi. (2015). Dasar-Dasar Ilmu Semantik. kreativitas budaya, serta kepedulian antar Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. sesame manusia. Verhaar, J.W.M. (2016). Asas-Asas Linguistik Fungsi leksikon ekobudaya dalam Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada tradisi Turun Tanah beragam ada yang University Press. berfungsi sebagai pelengkap hidangan, simbol

8