1 LEKSIKON EKOBUDAYA DALAM TRADISI TURUN TANAH PADA MASYARAKAT MELAYU SAMBAS Tia Feblia, Ahadi Sulissusiawan, Agus Syahrani Prog
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
LEKSIKON EKOBUDAYA DALAM TRADISI TURUN TANAH PADA MASYARAKAT MELAYU SAMBAS Tia Feblia, Ahadi Sulissusiawan, Agus Syahrani Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Untan Pontianak Email: [email protected] This study aims to describe the eco-cultural lexicons in the ‘Turun Tanah’ Tradition in the Sambas Malay community at Semperiuk A village. The method used in this study was descriptive in the form of qualitative research. The data source was from the informants from the Semperiuk A village who understand the tradition. The collected data was in the form of eco-cultural lexicons related to the classification of eco-cultural lexicons, word meaning, community understanding, wisdom values, and the function. The data collection techniques used were questionnaires, observation, and interviews. Based on the results, there are five activities in the ‘Turun Tanah’ tradition. These activities are divided into two groups: tools and materials used, and the food served. From the two groups, there are 39 lexicons, each with 17 lexicons. The meaning of eco-cultural lexicons contains lexical meanings, and the community understanding of eco-cultural lexicons is categorized as still known. The wisdom value in the five activities in ‘Turun Tanah’ traditions is besaprah (eating together), bemasak (cooking), ziarah (pilgrimage), tahlel (dhikr), and ngaji (reciting the Quran). In terms of its function, the lexicons work as a complement to dishes, symbols or images, and tools for cooking purposes. Keywords: Eco-cultural, Sambas Malay, Turun Tanah PENDAHULUAN Kalimantan Barat. Satu diantara tradisi yang Tradisi dapat diartikan sebagai suatu masih dilakukan oleh masyarakat Semperiuk A ketentuan yang berlaku dalam masyarakat dan adalah Tradisi Turun Tanah. Tradisi ini menjelaskan satu keseluruhan cara hidup merupakan objek dari penelitian. Tradisi Turun dalam bermasyarakat. Tradisi adalah hal yang Tanah ini berupa acara setelah kematian. Jadi, harus tetap ada dan dilestarikan supaya tidak pihak keluarga dari orang yang meninggal ini hilang ditelan zaman. Memang tidak mudah akan mengadakan acara berupa makan bersama bagi kita sebagai generasi penerus untuk warga kampung serta pengajian. Pengajian ini mempertahankan tradisi dan budaya warisan dilakukan dengan tujuan untuk mendoakan leluhur. Keterbatasan pengetahuan tentang apa orang yang sudah meninggal tersebut supaya dan bagaimana suatu tradisi, menjadi salah rohnya tenang di alam kubur dan diringankan satu faktor enggan mempertahankan tradisi siksa kuburnya . Turun Tanah merupakan yang telah diwariskan oleh nenek moyang sebuah tradisi yang masih melekat pada kita. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika masyarakat meskipun ada sekelompok orang banyak tradisi di daerah yang mulai hilang. yang sudah tidak melakukan tradisi ini lagi. Meskipun ada tradisi yang masih Tradisi ini dilakukan dari hari pertama setelah dilakukan sampai saat ini. Akan tetapi, hanya proses pemakaman sampai hari ke tujuh. orang-orang kalangan tua yang mengerti tata Dilanjutkan pada hari ke-15, 25, 40 dan 100. cara pelaksanaannya. Demikian juga yang Lalu akan diperingati lagi setiap tahun atau terjadi di Desa Semperiuk A, Kecamatan Jawai biasa masyarakat Melayu Sambas Selatan, Kabupaten Sambas, Provinsi menyebutnya hol (haul). 1 Tradisi ini bukan hanya sekadar zaman yang semakin modern, ada beberapa memperingati hari kematian, ada nilai yang dari anggota masyarakat pada saat terkandung di dalamnya yaitu nilai melaksanakan tradisi ini mengganti sajian kue kebersamaan dan rasa empati terhadap sesama tersebut bahkan ada yang sudah tidak lagi manusia. Keluarga yang ditinggalkan oleh satu menyajikan satu diantara makanan yang diantara anggota keluarganya pasti akan seharusnya ada dalam tradisi ini. merasa sangat sedih dan kehilangan. Karena Penelitian yang dilakukan ini itu, dengan adanya tradisi ini bisa mengurangi berkenaan dengan kajian ekolinguistik. kesedihan dan rasa kehilangan tersebut. Ekolinguistik menganggap bahwa lingkungan Manusia memerlukan orang lain dalam memiliki pengaruh terhadap leksikon bahasa. kehidupannya, karena manusia manusia Apabila ekologi atau lingkungan masyarakat merupakan makhluk sosial. Tradisi ini sebagai penunjangnya punah maka semakin menggambarkan bahwa kita sebagai manusia besar kemungkinan perubahan-perubahan tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. terhadap leksikon bahasa. Bukan hanya itu, tradisi ini juga membuktikan Bahasa merupakan alat berkomunikasi bahwa rasa empati terhadap orang lain itu antara sesama manusia. Adanya bahasa masih ada. memudahkan manusia untuk berinteraksi Dijadikan tradisi Turun Tanah sebagai dengan orang lain dalam kehidupan objek penelitian. Pertama yaitu tradisi ini bermasyarakat. Melalui bahasa, manusia dapat hanya diketahui oleh kalangan tua. Sehingga, mengungkapkan ide dan perasaan serta peneliti berupaya untuk mendokumentasikan menyesuaikan diri dengan tata krama, budaya, tradisi ini supaya dikenal oleh kalangan muda. dan adat istiadat yang berlaku dalam Kalangan muda harus mengetahui tradisi yang masyarakat. Bahasa yang digunakan oleh ada disekitar lingkungan mereka supaya masyarakat tergantung pada tempat mereka tradisi tersebut tidak mudah hilang seiring tinggal. dengan perkembangan zaman yang semakin Bahasa yang peneliti gunakan dalam modern. Kedua, meneliti sebuah tradisi penelitian ini adalah bahasa Melayu Sambas. merupakan cara untuk melestarikan budaya, Bahasa Melayu Sambas (BMS) adalah bahasa karena itu lewat penelitian ini, peneliti Melayu berdialek Sambas yang digunakan di berupaya untuk melestarikan budaya Melayu wilayah Kabupaten Sambas, Kota Sambas. Ketiga, tradisi ini menggunakan Singkawang, Kabupaten Bengkayang dan Bahasa Melayu Sambas (BMS) yang juga sekitarnya. Karena luasnya penggunaan merupakan bahasa daerah dari peneliti. bahasa Melayu Sambas maka peneliti Tradisi Turun Tanah yang dinilai unik memberikan batasan dengan menetapkan Desa oleh peneliti adalah dari segi makanan yang Semperiuk A sebagai tempat penelitian. disajikan. Makanan yang disajikan memiliki Menetapkan Desa Semperiuk A filosofi tersendiri bagi masyarakat Melayu sebagai tempat penelitian yaitu karena hal-hal Sambas. Bukan hanya sekadar hidangan sebagai berikut. Pertama, Desa Semperiuk semata, makanan ini memiliki makna yang merupakan desa yang masih mengenal tradisi berhubungan dengan jenazah dari orang yang Turun Tanah. Kedua, peneliti ingin melihat meninggal tersebut. Contohnya kue Sari muke perkembangan tradisi ini di desa tersebut. yang menggambarkan wajah jenazah yang Ketiga, peneliti berasal dari Desa Semperiuk berseri-seri. Selain kue Sari muke, juga A sehingga memudahkan peneliti dalam terdapat kue lainnya seperti Kelapon, Ukal mengumpulkan data dan mencari informasi. inti, Pasung, Serabi, Apam, dan Kue cincin. Masalah umum dari penelitian ini Akan tetapi seiring dengan berkembangnya adalah seiring berkembangnya zaman, tradisi 2 yang di dalamnya terkandung nilai kebaikan dalam tradisi Turun Tanah pada masyarakat seperti nilai kebersamaan, saling membantu melayu sambas. dan adanya rasa empati terhadap orang lain METODE PENELITIAN secara perlahan mulai terkikis keberadaannya. Metode dalam penelitian ini yaitu Masyarakat di zaman modern ini sudah kurang metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk menerapkan tradisi. Contohnya saja tradisi menganalisis data karena data yang diperoleh turun tanah. Tradisi ini memang sering ditemui berupa leksikon ekobudaya dalam tradisi Turun di kalangan masyarakat. Akan tetapi, tata cara Tanah. Metode ini menggunakan data kualitatif pelaksanaannya sudah tidak seperti pada zaman dan dijabarkan secara deksriptif. Tujuan dari dahulu. Sudah selayaknya tradisi dilestarikan penelitian ini adalah untuk menggambarkan supaya tetap terjaga keberadaannya dalam atau mendeskripsikan leksikon ekobudaya masyarakat. Sebagai generasi muda tidak ada dalam tradisi Turun Tanah pada masyarakat alasan untuk tidak mengetahui tradisi atau Melayu Sambas secara sistematis. Contoh kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang sudah analisis deskriptif dalam penelitian ini ada sejak zaman dahulu. misalnya dalam tradisi Turun Tanah terdapat Fokus masalah dalam penelitian adalah kegiatan besaprah. Data yang diperoleh berupa sebagai berikut. (1) Bagaimana gambar dan leksikon. Kata besaprah akan pengelompokan leksikon ekobudaya Bahasa dideskripsikan berdasarkan makna, nilai dan Melayu Sambas dalam tradisi Turun Tanah fungsi leksikon sesuai dengan analisis masalah yang digunakan oleh masyarakat Melayu penelitian. Sambas ?. (2) Bagaimana makna kata leksikon Bentuk penelitian yang digunakan ekobudaya Bahasa Melayu Sambas dalam adalah penelitian kualitatif. Menurut Mcmillan tradisi Turun Tanah ?. (3) Bagaimana dan Schumacher (dalam Syamsuddin dkk. pemahaman masyarakat Melayu Desa 2015:73) yang disebut dengan penelitian Semperiuk A terhadap leksikon ekobudaya kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga dalam tradisi Turun Tanah ?. (4) Bagaimana disebut pendekatan investigasi karena biasanya nilai kearifan leksikon ekobudaya BMS dalam peneliti menggumpulkan data dengan cara tradisi Turun Tanah ?. (5) Bagaimana fungsi bertatap muka langsung dan berinteraksi leksikon ekobudaya BMS dalam tradisi Turun dengan orang-orang di tempat penelitian. Tanah pada masyarakat Melayu Sambas. Contoh penggunaan bentuk penelitian kualitatif Berdasarkan permasalahan tersebut maka dalam penelitian ini misalnya pada saat peneliti tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mewawancarai informan, peneliti menanyakan mengetahui leksikon ekobudaya dalam tradisi kegiatan apa saja yang dilakukan