Pandangan Muhammadiyah Dan Nu Terhadap Kebijakan Pemerintah Orde Baru Mengenai Penyeragaman Hari Raya Idul Fitri

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pandangan Muhammadiyah Dan Nu Terhadap Kebijakan Pemerintah Orde Baru Mengenai Penyeragaman Hari Raya Idul Fitri PANDANGAN MUHAMMADIYAH DAN NU TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH ORDE BARU MENGENAI PENYERAGAMAN HARI RAYA IDUL FITRI SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Bahasa IAIN Surakarta Oleh: ANIS FATIMAH NIM 16.323.1026 PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN BAHASA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA 2020 PANDANGAN MUHAMMADIYAH DAN NU TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH ORDE BARU MENGENAI PENYERAGAMAN HARI RAYA IDUL FITRI SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Bahasa IAIN Surakarta Oleh: ANIS FATIMAH NIM 16.323.1026 i KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA FAKULTAS ADAB DAN BAHASA Jalan Pandawa Pucangan Kartasura-Sukoharjo Telp. (0271) 782404 Fax. (0271) 782774 Website: www.iain-surakarta.ac.id e-mail: [email protected] NOTA PEMBIMBING Hal : Skripsi Sdr. Anis Fatimah NIM : 163231026 Kepada Yth. Dekan Fakultas Adab dan Bahasa IAIN Surakarta Di Tempat Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Setelah membaca dan memberikan arahan dan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi sdr: Nama : Anis Fatimah NIM : 163231026 Judul : Pandangan Muhammadiyah dan NU Terhadap Kebijakan Pemerintah Orde Baru Mengenai Penyeragaman Hari Raya Idul Fitri. Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada sidang munaqasah skripsi guna memperoleh gelar sarjana dalam bidang Sejarah Peradaban Islam. Demikian, atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Surakarta, 3 November 2020 Pembimbing ii PENGESAHAN iii PERSEMBAHAN Karya kecil ini kupersembahkan kepada: 1. Ayahanda Joko Santoso & Ibunda Suwanti , adikku Ismail dan kakakku mas Ihsan yang tiada henti-hentinya memberikan cinta, motivasi, semangat dan do’a yang selalu dipanjatkan untuk saya. 2. Seluruh Dosen SPI yang telah bersedia memberikan bimbingan dan arahan kepada saya dalam menggapai masa depan yang penuh gelombang. 3. Spesial kepada teman temanku Reni, Jami, Ibnu dan Agung atas segala bantuan, hiburan, dukungan serta semangat dan selalu ada buat saya ketika saya frustasi atas tulisan saya ini 4. Almamater IAIN Surakarta. 5. Dan untuk seluruh teman-temanku SPI, teman kos, dan teman SMA saya, saya harap kita semua bisa sukses dan bisa menggapai mimpi kita masing- masing. iv MOTTO “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. An-Nisa’ : 59) v vi KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan pencipta alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberikan kekuatan dan bimbingan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) ini. shalawat serta salam penulis limpahkan kepada Baginda Rasulullah Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk kehidupan yang lurus dalam ajaran agama Islam dan kepada para keluarga, sahabat, segenap pengikut serta pecintanya yang selalu meneladani perilaku dan akhlaknya. Dalam skripsi ini penulis membahas tulisan mengenai “Pandangan Muhammadiyah dan NU Terhadap Kebijakan Pemerintah Orde Baru Mengenai Penyeragaman Hari Raya Idul Fitri”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Pervdaban Islam pada Program Studi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Bahasa IAIN Surakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik bukan semata-mata hasil jerih payah penulis sendiri, namun terdapat peran dan iringan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ungkapan terima kasih patut penulis ucapkan kepada segenap pihak yang turut andil dan telah banyak membantu penulis selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, di antaranya : 1. Prof. Dr. H. Mudofir, S.Ag,. M.Pd. selaku Rektor IAIN Surakarta vii 2. Prof. Dr. Toto Suharto, S.Ag., M.Si. selaku Dekan Fakultas Adab dan Bahasa IAIN Surakarta. 3. Dr. H. Moh. Mahbub, S.Ag., M.Si. selaku Kepala Program Studi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Bahasa IAIN Surakarta. 4. Dr. H. Muh. Fajar Shodiq, M.Ag. selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah membantu selama proses belajar di bangku perkuliahan. 5. Irma Ayu Kartika Dewi, S.Pd., M.A. selaku Pembimbing Skripsi yang selalu memberikan banyak saran dan arahan mengenai penelitian ini. 6. Kedua orang tua penulis beserta segenap keluarga, atas segala do’a, perhatian, kasih sayang yang luar biasa dan dukungan yang tidak dapat penulis ungkapkan dalam rangkaian kata-kata. 7. Pak Aan Ratmanto, M.A yang memberikan inspirasi mengenai judul skripsi ini serta membantu mencarikan data skripsi penulis. 8. Para dosen Program Studi Sejarah Peradaban Islam yang telah memberikan Ilmu kepada penulis selama proses belajar di bangku perkuliahan. 9. Para staf Tata Usaha dan Akademik yang telah memberikan bantuan untuk keperluan administrasi selama perkuliahan serta menyelesaikan skripsi. 10. Para staf di Momumen Pers Nasional Surakarta dan Jogja Library Center yang telah membantu menyediakan sumber data penelitian skripsi ini. 11. Teman teman jurusan Sejarah Peradaban Islam, terutama Succes Humans (Reni, Jami, Agung, dan Ibnu) yang selalu menemani perjalanan dalam viii penulisan skripsi ini serta dukungan dan motivasi kalian yang menguatkan penulis ketika putus asa. 12. Teman kos Alifa (Endah dan Rizki) yang selalu mendukung dan memberi semangat kepada penulis. 13. Teman sekamar Kos Gimbu (Indriana) yang selalu memberi semangat dan mendoakan yang terbaik untuk penulis. 14. Teman SMA geng koyok (Rischa, Ayun dan Mahmudah) yang selalu memberikan dukungan dan menghibur penulis dengan segala candaan kalian serta mendengarkan cerita penulis ketika dilanda kesulitan. 15. Day6 yang selalu memberikan hiburan ketika penulis mengalami rasa bosan, putus asa dan sedih, musik kalian membantu menemani penulis menyelesaikan skripsi ini. Day6 musik kalian sangat menginspirasi penulis terimasih banyak. Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran sangat bermanfaat bagi penulis. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya bagi para pembaca pada umumnya. Surakarta, 3 November 2020 Penulis Anis Fatimah ix DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i NOTA PEMBIMBING ........................................................................................... ii PENGESAHAN ..................................................................................................... iii PERSEMBAHAN .................................................................................................. iv MOTTO .................................................................................................................. v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xx ABSTRAK .......................................................................................................... xxii BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang .......................................................................................... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................................ 9 C. Ruang lingkup Penelitian ........................................................................ 11 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 11 E. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 12 F. Kerangka Konseptual .............................................................................. 16 G. Metode Penelitian ................................................................................... 19 H. Sistematika Penelitian ............................................................................. 22 BAB II. KETERLIBATAN PEMERINTAH ORDE BARU DALAM MENGATUR URUSAN AGAMA ISLAM ...................................................... 26 A. Peran Pemerintahan Orde Baru dalam Urusan Agama .......................... 26 1. Agama dan Negara ............................................................................. 26 2. Keterlibatan Pemerintah Orde Baru dalam Urusan Agama Islam ..... 30 3. Pandangan Umat Islam Terhadap Pemerintah Orde Baru ................. 32 4. Politik Islam Pada Masa Orde Baru ................................................... 35 5. Peran Penting Kementrian Agama Pada Masa Orde Baru ................. 40 B. Peran Organisasi Islam Pada Masa Orde Baru ....................................... 44 1. Peran NU dan Muhammadiyah pada Masa Orde baru ....................... 44 2. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pada Masa Orde Baru .................... 46 x 3. ICMI Pada Masa Orde Baru ............................................................... 49 BAB III. SEPAK TERJANG POLITIK NU DAN MUHAMMADIYAH PADA MASA ORDE BARU ........................................................................................... 58 A. Sejarah NU dan Muhammadiyah masuk ke dunia politik .....................
Recommended publications
  • Komunikasi Simbol : Peci Dan Pancasila
    KOMUNIKASI SIMBOL : PECI DAN PANCASILA Rama Kertamukti (Dosen Ilmu Komunikasi FISHUM UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) ABSTRACT The use of peci in the activities of the community in Indonesia is an equivalent form of the symbol of amity and simple. Amity and the simplicity of it is visible in the form of a caps which usually contains only one element of black color and the shape of a tube-like caps follow the head of its users. The use of caps or songkok in Indonesia has been regarded as the culture (Pancasila). Caps in Indonesia became a symbol of resistance in a simplicity pattern to form a balance in society concerned with the material. Black in a psychology color have stimuli the nature of human emotion strong and have expertise are defined although official or formal. Symbol- ism key of mental life typical human and exceeding tiers animal of economics. Basic needs will symbolization clear in humans serves continuously and is a process of fundamental the human mind. As users and interpreter of symbol, human sometimes irrational to think of as if there natural of a connection between a symbol with what symbolized. : Peci, Pancasila, Symbol, Society A. Pendahuluan khas cara berpakaian sebagian umat muslim Sejarah adalah pondasi masa sekarang, di Indonesia. Sebagai Penutup kepala, Peci ada- ketika membaca buku sejarah Indonesia pada lah sunnah nabi dan mereka meyakini bahwa masa pergerakan melawan penjajahan menggunakan penutup kepala berarti mereka imperialisme, banyak terlihat para pejuang mencintai nabinya. Mereka berpendapat ke- bangsa semisal Soekarno, Sutan Sjahrir, Moh. biasaan menelanjangi kepala, tanpa peci atau Hatta selalu menggunakan peci hitam yang surban adalah kebiasaan orang di luar Islam.
    [Show full text]
  • Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten
    Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten (Western Java, Indonesia) Gabriel Facal Abstract: This article examines the religious specificities of Banten during the early Islamizing of the region. The main characteristics of this process reside in a link between commerce and Muslim networks, a strong cosmopolitism, a variety of the Islam practices, the large number of brotherhoods’ followers and the popularity of esoteric practices. These specificities implicate that the Islamizing of the region was very progressive within period of time and the processes of conversion also generated inter-influence with local religious practices and cosmologies. As a consequence, the widespread assertion that Banten is a bastion of religious orthodoxy and the image the region suffers today as hosting bases of rigorist movements may be nuanced by the variety of the forms that Islam took through history. The dominant media- centered perspective also eludes the fact that cohabitation between religion and ritual initiation still composes the authority structure. This article aims to contribute to the knowledge of this phenomenon. Keywords: Islam, Banten, sultanate, initiation, commerce, cosmopolitism, brotherhoods. 1 Banten is well-known by historians to have been, during the Dutch colonial period at the XIXth century, a region where the observance of religious duties, like charity (zakat) and the pilgrimage to Mecca (hajj), was stronger than elsewhere in Java1. In the Indonesian popular vision, it is also considered to have been a stronghold against the Dutch occupation, and the Bantenese have the reputation to be rougher than their neighbors, that is the Sundanese. This image is mainly linked to the extended practice of local martial arts (penca) and invulnerability (debus) which are widespread and still transmitted in a number of Islamic boarding schools (pesantren).
    [Show full text]
  • Western Java, Indonesia)
    Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten (Western Java, Indonesia) Gabriel Facal Université de Provence, Marseille. Abstrak Artikel ini membahas kekhasan agama di Banten pada masa awal Islamisasi di wilayah tersebut. Karakteristik utama dari proses Islamisasi Banten terletak pada hubungan antara perdagangan dengan jaringan Muslim, kosmopolitanisme yang kuat, keragaman praktek keislaman, besarnya pengikut persaudaraan dan maraknya praktik esotoris. Kekhasan ini menunjukkan bahwa proses Islamisasi Banten sangat cepat dari sisi waktu dan perpindahan agama/konversi yang terjadi merupakan hasil dari proses saling mempengaruhi antara Islam, agama lokal, dan kosmologi. Akibatnya, muncul anggapan bahwa Banten merupakan benteng ortodoksi agama. Kesan yang muncul saat ini adalah bahwa Banten sebagai basis gerakan rigoris/radikal dipengaruhi oleh bentuk-bentuk keislaman yang tumbuh dalam sejarah. Dominasi pandangan media juga menampik kenyataan bahwa persandingan antara agama dan ritual masih membentuk struktur kekuasaan. Artikel ini bertujuan untuk berkontribusi dalam diskusi akademik terkait fenomena tersebut. Abstract The author examines the religious specifics of Banten during the early Islamizing of the region. The main characteristics of the process resided in a link between commerce and Muslim networks, a strong cosmopolitism, a variety of the Islam practices, the large number of brotherhood followers and the popularity of esoteric practices. These specificities indicated that the Islamizing of the region was very progressive within 16th century and the processes of conversion also generated inter-influence with local religious practices and cosmologies. As a consequence, the widespread assertion that Banten is a bastion of religious orthodoxy and the image the region suffers today as hosting bases of rigorist movements may be nuanced by the variety of the forms that Islam 91 Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten (Western Java, Indonesia) took throughout history.
    [Show full text]
  • The Islamic Traditions of Cirebon
    the islamic traditions of cirebon Ibadat and adat among javanese muslims A. G. Muhaimin Department of Anthropology Division of Society and Environment Research School of Pacific and Asian Studies July 1995 Published by ANU E Press The Australian National University Canberra ACT 0200, Australia Email: [email protected] Web: http://epress.anu.edu.au National Library of Australia Cataloguing-in-Publication entry Muhaimin, Abdul Ghoffir. The Islamic traditions of Cirebon : ibadat and adat among Javanese muslims. Bibliography. ISBN 1 920942 30 0 (pbk.) ISBN 1 920942 31 9 (online) 1. Islam - Indonesia - Cirebon - Rituals. 2. Muslims - Indonesia - Cirebon. 3. Rites and ceremonies - Indonesia - Cirebon. I. Title. 297.5095982 All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying or otherwise, without the prior permission of the publisher. Cover design by Teresa Prowse Printed by University Printing Services, ANU This edition © 2006 ANU E Press the islamic traditions of cirebon Ibadat and adat among javanese muslims Islam in Southeast Asia Series Theses at The Australian National University are assessed by external examiners and students are expected to take into account the advice of their examiners before they submit to the University Library the final versions of their theses. For this series, this final version of the thesis has been used as the basis for publication, taking into account other changes that the author may have decided to undertake. In some cases, a few minor editorial revisions have made to the work. The acknowledgements in each of these publications provide information on the supervisors of the thesis and those who contributed to its development.
    [Show full text]
  • Bab I Pendahuluan
    BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan kerangka berpikir. A. Latar Belakang Masalah Pesantren merupakan lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud proses perkembangan sistem pendidikan nasional. Pesantren sendiri memiliki karakteristik yang unik dan sedikit berbeda dengan sekolah-sekolah formal pada umumnya, seperti pelajaran agama yang lebih banyak dan lebih ditekankan, disamping itu para siswa dan siswinya lebih dikenal dengan sebutan santri, para santri harus tinggal di lingkungan pesantren. (http://www.depag.go.id) Kini perkembangan pesantren dengan sistem pendidikannya mampu menyejajarkan diri dengan pendidikan pada umumnya. Bahkan di pesantren dibuka sekolah umum (selain madrasah) sebagaimana layaknya pendidikan umum lainnya. Kedua model pendidikan (sekolah dan madrasah) sama-sama berkembang di pesantren. Kenyataan ini menjadi aset yang luar biasa baik bagi perkembangan pendidikan pesantren maupun pendidikan nasional pada masa yang akan datang. Dari sana diharapkan tumbuh kaum intelektual yang berwawasan luas dengan landasan spiritual yang kuat. (http://www.depag.go.id) Sebagai sebuah lembaga pendidikan, pondok pesantren dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, baik secara intelektual maupun perilaku. Pola pendidikannya, yang mengharuskan para santrinya tinggal dalam asrama, selain bertujuan agar para santri lebih fokus dalam mempelajari ilmu-ilmu agama, juga bertujuan mengajarkan kemandirian. Namun pola kehidupan seperti ini memiliki pengaruh Jauh dari orang tua dan saudara-saudara kandung mengharuskan para santri siap menjalani kehidupan secara mandiri. Jika mereka mendapatkan masalah, mereka hanya memiliki ustadz atau pembantu kiai, serta teman-teman sebaya untuk meminta bantuan. Bahkan teman-teman sebaya inilah yang memiliki peranan lebih besar dalam kehidupan seorang santri. Ini dikarenakan interaksi mereka lebih banyak dilakukan dengan teman sebaya tersebut, sejak bangun tidur hingga tidur kembali.
    [Show full text]
  • From Custom to Pancasila and Back to Adat Naples
    1 Secularization of religion in Indonesia: From Custom to Pancasila and back to adat Stephen C. Headley (CNRS) [Version 3 Nov., 2008] Introduction: Why would anyone want to promote or accept a move to normalization of religion? Why are village rituals considered superstition while Islam is not? What is dangerous about such cultic diversity? These are the basic questions which we are asking in this paper. After independence in 1949, the standardization of religion in the Republic of Indonesia was animated by a preoccupation with “unity in diversity”. All citizens were to be monotheists, for monotheism reflected more perfectly the unity of the new republic than did the great variety of cosmologies deployed in the animistic cults. Initially the legal term secularization in European countries (i.e., England and France circa 1600-1800) meant confiscations of church property. Only later in sociology of religion did the word secularization come to designate lesser attendance to church services. It also involved a deep shift in the epistemological framework. It redefined what it meant to be a person (Milbank, 1990). Anthropology in societies where religion and the state are separate is very different than an anthropology where the rulers and the religion agree about man’s destiny. This means that in each distinct cultural secularization will take a different form depending on the anthropology conveyed by its historically dominant religion expression. For example, the French republic has no cosmology referring to heaven and earth; its genealogical amnesia concerning the Christian origins of the Merovingian and Carolingian kingdoms is deliberate for, the universality of the values of the republic were to liberate its citizens from public obedience to Catholicism.
    [Show full text]
  • Lebaran Rituals and Consumption Pattern: A
    JOURNAL OF BUSINESS AND MANAGEMENT Vol. 3, No.7, 2014: 725-736 LEBARAN RITUALS AND CONSUMPTION PATTERN: A CASE STUDY IN SOUTH JAKARTA Najwa Assilmi and Ira Fachira School of Business and Management Institut Teknologi Bandung, Indonesia [email protected] Abstract- Purpose- Lebaran is a religious celebration for Muslims all around the world. Each year in Indonesia, which is the home of the biggest Muslims in the world, Lebaran has become a major phenomenon that is affecting the Indonesia’s retail and economic condition. The purpose of this research is to examine how Lebaran rituals affect consumers’ consumption as shown in feasting ritual as part of Lebaran. This exploratory study examines three different groups: people who are hosting the Lebaran feast, people who visit, and people who do both. Design/Methodology/Approach- A quantitative research was done with distributing questionnaire to a total of 120 samples of married South Jakarta female with children. A descriptive analysis was conducted to compare the different result of the three different groups. Findings- The majority of all three groups spent 25% more on Lebaran month rather than their regular month. The host & guest group seems to spent more spendings on main feast than those from the host only the guest only group. For main feast, most decision maker are done by the mother alone. Most respondents from all three group also choose to shop main feast at Supermarket rather than traditional market. The shopping information was get from their own peers rather than traditional media. The variance of product is the most important attributes to a store according to all three groups.
    [Show full text]
  • Why Are Indonesians Prone to Support the Islamic State of Iraq and Syria?
    WHY ARE INDONESIANS PRONE TO SUPPORT THE ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA? Karen Savitri Universitas Pelita Harapan, Tangerang [email protected] ABSTRACT Negara Islam Irak dan Syam, atau lebih dikenal sebagai ISIS, mendeklarasikan dirinya sebagai sebuah khilafah, atau negara Islam, dengan Abu Bakar Al-Baghdadi sebagai Khalifah atau pemimpin atas segala umat Muslim, pada tahun 2014. Dalam aksinya, mereka membunuh banyak orang, merugikan harta benda, serta membuat kerusakan infrastruktur dari wilayah kekuasaannya di Timur Tengah sampai dengan Asia Tenggara. Kabar kekerasan ISIS terdengar melalui media massa, dari internet, dalam artikel berita, dan didiskusikan di media sosial. Namun, dengan segala informasi mengenai kekejaman ISIS, mengapa masih ada orang Indonesia yang mendukung ISIS? Apa yang membuat mereka membenci orang-orang kafir? Apa yang memotivasi mereka untuk berjuang demi ISIS, bahkan sampai rela untuk kehilangan nyawa? Penelitian ini, dengan mengaplikasikan teori konstruktivisme, mendiskusikan kisah sejarah Indonesia dan faktor sosial yang mendasari alasan orang Indonesia mendukung ISIS. Dengan metode penelitian kualitatif, data dikumpulkan melalui interview dan studi literatur dari buku dan artikel penelitian. Peneliti mendiskusikan total 6 (enam) faktor pendorong dan penarik, mulai dari kisah sejarah, radikalisme di Tanah Air, kecendrungan orang Muslim di Indonesia, dan generasi milenial. Keywords: Radicalization, extremism, ISIS, Indonesia 1. Introduction Since the Islamic State of Iraq and Indonesians, including women
    [Show full text]
  • Peranan H. Samanhudi Dalam Sarekat Dagang Islam
    PERANAN H. SAMANHUDI DALAM SAREKAT DAGANG ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Humaniora Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar Oleh NOVIAN DWI CAHYO 40200114050 FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2018 PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Novian Dwi Cahyo NIM : 40200114050 Tempat/Tgl. Lahir : Ujung Pandang, 30 November 1996 Jurusan : Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas : Adab dan Humaniora Alamat : Jln. Tinumbu, Lr. 132, No. 46 Judul : Peranan H. Samanhudi dalam Sarekat Dagang Islam Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagai atau seluruhnya maka skripsi dan gelar yang diperoleh batal demi hukum. Samata, 18 Juli 2018 5 Dzulqa’idah 1439 H Penulis, Novian Dwi Cahyo NIM : 40200114050 ii KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Puji dan syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga segala aktivitas kita semua dapat diselesaikan. Salawat dan salam senantiasa kita sampaikan kepada Nabi Muhammad saw., atas keteladannya sehingga kita beraktivitas sesuai dengan nilai-nilai Islam. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari keterlibatan dan dukunagn dari banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik moril maupun materil. Untuk itu, hamba menghanturkan sembah sujud pada-Mu Ya Rabbi, atas karuniamu yang telah memberikan kepada hamba orang-orang yang dengan tulus membimbing aktivitasku. Sepanjang penyusunan skripsi ini begitu banyak kesulitan dan hambatan yang dihadapi. Oleh karena itu, sepantasnyalah saya ucapkan terima kasih yang amat besar kepada semua pihak khususnya kepada : 1.
    [Show full text]
  • A Case Study of Rural–Urban Affinity on Mudik Lebaran in Central Java1
    Journal of Indonesian Social Sciences and Humanities Vol. 4, 2011, pp. 49-66 URL: http://www.kitlv-journals.nl/index.php/jissh/index URN:NBN:NL:UI:10-1-101743 Copyright: content is licensed under a Creative Commons Attribution 3.0 License ISSN: 1979-8431 Is the Past Another Country? A Case Study of Rural–Urban Affinity on Mudik Lebaran in Central Java1 Vissia Ita Yulianto Department of Social and Cultural Anthropology University of Freiburg, Germany E-mail: [email protected] Abstract This study is to explore the relations between the urban and rural in terms of their social as well as cultural significance. Referring to the idea of David Lowenthal— (1985:39-52) who has pointed out that the connection between the past and present rests on the fact that the past has been the source of familiarity, guidance, identity, enrichment and escape—the central idea of the paper is to suggest that this notion of a ‘familiar past’ is a fundamental aspect of the culture of contemporary urbanised Central Javanese, who, during the Lebaran holiday, revisit their ancestral roots to retain a degree of autonomy against modernity or to return to their ‘disappearing past’ as ‘tourists’, so to speak. The cultural practice of mudik becomes the interaction zone (Leaf, 2008) that provides opportunities for city dwellers to keep ties with their village of origin. Finally, the paper suggests that the continuing intimate interplay between the village and town proves that neither past–present nor rural–urban dichotomies are in categorically opposed realms; metaphorically speaking, they are not in different countries.
    [Show full text]
  • Is Islamofascism Even a Thing? the Case of the Indonesian Islamic
    Is Islamofascism even a thing? Th e case of the Indonesian Islamic Defenders’ Front (FPI) Stephen Miller Abstract—Although a term with roots going back to 1933, “Islamofascism” did not gain wide-spread use until the beginning of the 21st century. In the West the term has often been associated with conservative and far right-wing politics, giving it Islamophobic overtones. However, in Indonesia and other Muslim majority coun- tries at times it can emerge in public discussion and debates as a rhetorical weapon of liberal intellectuals when discussing conserva- tive and far right-wing “Islamist” organizations—although in Indo- nesia the more common term is “religious fascist.” Th is paper exam- ines theories of fascism built up in “Fascist Studies” (the so-called “New Consensus”), as well as those of non-Stalinist Marxists and longue durée approaches to the history of fascism and the far right to see what light they might shed on the character of the Indonesian Islamic Defenders’ Front (Front Pembela Islam, FPI). It concludes that while “Islamofascism” might be an interesting and productive stepping-off point, and while there are some parallels that can be drawn between FPI politics and ideology and those of fascism and far right politics as identifi ed in this literature, the term “Islamofas- cist” is nevertheless problematic. Th is is both because of its Islamo- phobic overtones and because the politics and ideology of the FPI are still coalescing as the organization emerges on the national stage. Keywords: Fascism, Islamic Defenders’ Front (FPI), Indonesia, ideology, Islamofascist Asian Review 30(2), 2017, pp.
    [Show full text]
  • Democratic Culture and Muslim Political Participation in Post-Suharto Indonesia
    RELIGIOUS DEMOCRATS: DEMOCRATIC CULTURE AND MUSLIM POLITICAL PARTICIPATION IN POST-SUHARTO INDONESIA DISSERTATION Presented in Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree of Doctor of Philosophy in Political Science at The Ohio State University by Saiful Mujani, MA ***** The Ohio State University 2003 Dissertation Committee: Approved by Professor R. William Liddle, Adviser Professor Bradley M. Richardson Professor Goldie Shabad ___________________________ Adviser Department of Political Science ABSTRACT Most theories about the negative relationship between Islam and democracy rely on an interpretation of the Islamic political tradition. More positive accounts are also anchored in the same tradition, interpreted in a different way. While some scholarship relies on more empirical observation and analysis, there is no single work which systematically demonstrates the relationship between Islam and democracy. This study is an attempt to fill this gap by defining Islam empirically in terms of several components and democracy in terms of the components of democratic culture— social capital, political tolerance, political engagement, political trust, and support for the democratic system—and political participation. The theories which assert that Islam is inimical to democracy are tested by examining the extent to which the Islamic and democratic components are negatively associated. Indonesia was selected for this research as it is the most populous Muslim country in the world, with considerable variation among Muslims in belief and practice. Two national mass surveys were conducted in 2001 and 2002. This study found that Islam defined by two sets of rituals, the networks of Islamic civic engagement, Islamic social identity, and Islamist political orientations (Islamism) does not have a negative association with the components of democracy.
    [Show full text]