1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bulutangkis Adalah Merupakan Salah Satu Cabang Olahraga Yang Menjadi Andalan Di Ne
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bulutangkis adalah merupakan salah satu cabang olahraga yang menjadi andalan di negara Indonesia dalam mengharumkan nama bangsa dan negara di kancah International. Nama-nama besar kini telah lahir seperti Ferry Soneville, Rudy Hartono, Christian Hadinata, Ade Chandra, Cun cun, Johan Wahyudi, Lie Sumirat, Hartono Arby, Hendrawan, Taufik Hidayat, dan masih banyak yang lainya (Sudarwati, 2007). Persoalan mendasar mengapa cabang olahraga bulutangkis nasional yang subur dengan prestasi justru beberapa tahun terakhir menurun. Legenda bulu tangkis Indonesia Christian Hadinata (2012) menilai ada dua masalah besar dalam pengembangan cabang bulutangkis nasional. Masalah pertama adalah setiap kepengurusan Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) selalu ingin mendapatkan “nama” diperiode kepengurusannya, sebagai contoh pemain-pemain senior yang dikirim mengikuti berbagai kejuaraan. “Itu menyebabkan atlet junior kurang mendapatkan kesempatan sehingga kurang adanya regenerasi, ”Sebaliknya, pemain junior Indonesia yang tidak pernah dikirim ke ajangbergengsi tidak mendapatkan lawan tanding yang bagus dimana mereka bisa menimbapengalaman. Masalah kedua adalah adanya kesenjangan yang besar antara bulutangkis Jawa dan luar Jawa. Ada anggapan kalau mau ingin sukses bulutangkis harus pergi ke Jawa dan masuk 1 Hubungan Antara Self..., Anjasmara Nur Prambayu, Fakultas Psikologi UMP, 2017 2 klub-klub besar. Hal itulah yang menyebabkan perbedaan kemampuan, ”(Suparmin, 2015). Hal yang lain disampaikan oleh legenda bulutangkis, Rudy Hartono tentang adanya petisi kepada PBSI, mengatakan bahwa pertemuan mantan atlet bulutangkis bukan sebuahgerakan untuk mengambil alih Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), tetapisebagai sebuah pengingat dan dorongan agar PBSI memperbaiki diri. Apalagi kegagalan bulutangkis Indonesia di pertandingan bergengsi bukan hanya satu kali ini saja. "Saya tidakmau jadi ketua PBSI, saya hanya berharap pemerintah dan pengurus PBSI melakukaninstropeksi dan sadar. Bahwa kita ingin bulutangkis Indonesia kembali berjaya,"Juara AllEngland delapan kali Rudy Hartono menegaskan bahwa baik-buruknya prestasi olahragakhususnya bulutangkis ditentukan oleh atlet sendiri (Suparmin, 2015). Dalam tataran praktis, traits kepribadian telah digunakan secara meluas, terutama untuk kepentingan seleksi. Oleh karena itu, kepribadian tidak dapat dipisahkan dari performa dan prestasi olahraga. Sebab kepribadian merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi performa atlet dalam berolahraga (Maksum,A: Suparmin,2015). Sudarwati (2007) mengatakan bahwa kemampuan faktor fisik, taktik, dan teknik yang dimiliki oleh atlet Indonesia sama dengan atlet-atlet dari negara lain. Namun, ketika dalam pertandingan, atlet indonesia tidak dapat mengeluarkan kemampuan terbaiknya secara maksimal, baik taktik maupun teknik permainannya. Oleh karena itu, hasil yang dicapai tidak optimal Hubungan Antara Self..., Anjasmara Nur Prambayu, Fakultas Psikologi UMP, 2017 3 terbukti dengan gagalnya menjadi juara dan kalah dalam pertandingan dengan lawan yang tingkat permainanya lebih rendah. Bahkan, kekalahan yang dialami tidak menguras staminanya, “belum capai, tapi sudah kalah”. Ketika ditanyakan kepada pelatih, jawaban yang sering dikemukakan adalah “mental” dan kurangnya “keyakinan” terhadap kemampuanya, motivasi rendah, kurangnya konsentrasi, mainya tidak lepas, dan kurang berani. Hal-hal tersebut yang mungkin menjadi penyebab kekalahan atlet Indonesia. Banyak studi yang menunjukan bagaimana pentingnya peranan faktor psikologis dalam meningkatkan performa seorang atlet dalam menghadapi pertandingan. Fungsi faktor psikologis adalah sebagai penggerak atau pengarah penampilan atlet. Faktor psikologis sering terungkap dalam ungkapan seprerti: adu akal, taktit, motivasi, tertekan, determinasi, atau yang menghambat, seperti: kecemasan, ketegangan, hilang konsentrasi dan tidak percaya diri (Sudarwati, 2007). Setiap orang tentu menginginkan kesuksesan pada bidang yang ditekuninya. Untuk itu, banyak cara yang ditempuh untuk meraih sebuah kesuksesan. Agar dapat meraih kesuksesan individu mempunyai cara atau inisiatif untuk memberikan penampilan atau kinerja terbaik dalam setiap aktivitasnya. Untuk memberikan penampilan atau kinerja yang baik tentu setiap individu perlu usaha, persiapan, dan latian. Dalam bidang olahraga bulutangkis untuk dapat sukses seorang atlet harus berlatih keras, memiliki fasilitas penunjang dalam latihan, serta memiliki pelatih yang bisa membimbing dan mengarahkan potensi yang dimiliki pada setiap atletnya. Hubungan Antara Self..., Anjasmara Nur Prambayu, Fakultas Psikologi UMP, 2017 4 Tujuan dilakukan pelatihan atau pembinaan atlet sendiri adalah agar atlet dapat mengeluarkan peak performance ( performa puncak ) yang dimiliki atlet pada saat bertanding. Dalam suatu pertandingan atau kompetisi baik itu kejuaraan daerah, nasional, dan bahkan ditingkat internasional banyak atlet yang tidak bisa menampilkan kemampuan terbaiknya. Hal ini merupakan suatu permasalahan yang dihadapi para kebanyakan pelatih yang bersangkutan. Seperti yang dijelaskan diatas bahwa dalam mencapai suatu prestasi yang optimal tidak dapat didapatkan secara instan namun harus melalui usaha dan latihan yang keras guna mencapai hasil yang optimal. Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) membentuk dan melakukan pembinaan-pembinaan cabang bulutangkis di tingkat provinsi dan kabupaten. Dengan adanya kepengurusan tingkat pusat itu maka kepengurusan di tingkat daerah / propinsi otomatis menjadi cabang yang berubah menjadi Pengda (Pengurus Dareah) sedangkan Pengcab (Pengurus Cabang) adalah nama yang diberikan kepada kepengurusan ditingkat kotamadya / kabupaten. Hingga akhir bulan Agustus 1977 ada 26 Pengda di seluruh Indonesia (kecuali Propinsi Timor-Timur) dan sebanyak 224 Pengcab, sedangkan jumlah perkumpulan yang menjadi anggota PBSI diperkirakan 2000 perkumpulan. (http://badmintonindonesia.org). Di Purwokerto banyak sekali cabang PBSI yang membina atlet-atlet bulutangkis disemua umur atau umum, diantaranya klub yang membina atlet- atlet bulutangkis di Purwokerto diantaranya adalah PB. Delta, PB. Bina Hubungan Antara Self..., Anjasmara Nur Prambayu, Fakultas Psikologi UMP, 2017 5 Taruna, PB. Gelora, PB. Kartika, PB. Rajawali. Atlet yang dibina beragam usianya mulai dari usia anak-anak, remaja, hingga usia dewasa. Berdasarkan hasil interview dengan salah satu pelatih di PB. Delta terdapat beberapa masalah yang terdapat pada atletnya pada saat pertandingan. Pelatih mengatakan atletnya pada saat mengikuti kejuaraan seringkali tidak bisa menampilkan kemampuan terbaiknya pada saat bertanding, kemampuan atau performa atlet sangat jauh berbeda pada saat berlatih. Terlebih karena suasana ramai dan teriakan supporter yang menonton, merasa cemas ketika akan menghadapi pertandingan/panik sehingga membuat atlet meragukan kemampuan dirinya dan tidak bisa menampilkan performa terbaiknya secara maksimal. Saat pertandingan atau kejuaraan adalah saat yang menegangkan bagi seorang atlet. Semua atlet akan berusaha menampilkan performa terbaiknya dilapangan pertandingan. Performa yang terbaik pada saat pertandingan adalah hal yang paling penting dan dibutuhkan bagi seorang alet. Atlet berjuang di setiap pertandingan yang akan dilewatinya dengan mengharapkan menjadi juara. Banyak atlet yang mengeluh pada saat pertandingan dikarenakan tidak bisa menampilkan performa terbaiknya. Menurut FW salah seorang atlet bulutangkis di klub PB. Delta Purwokerto ada faktor-faktor yang mempengaruhi penampilan atau performa atlet pada saat bertanding. Faktor utamanya adalah kurang persiapan atau berlatih, kelelahan fisik, sakit, cidera, penyesuaian lapangan, cuaca, cemas/panik ketika menghadapi suatu pertandingan. Hubungan Antara Self..., Anjasmara Nur Prambayu, Fakultas Psikologi UMP, 2017 6 FW juga berpendapat ketika dirinya sering tidak dalam performa terbaik dalam suatu pertandingan. Atlet yang tidak bisa menampilkan performa terbaiknya dalam pertandingan biasanya akan terlihat dari pukulan- pukulan yang diberikan kepada lawan sehingga sering melakukan kesalahan- kesalahan sendiri dan menguntungkan lawan mendapatkan poin. DL adalah salah satu atlet binaan PB. Kartika Purwokerto, berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan DL ketika sedang latihan dapat menampilkan kemampuan terbaiknya terlihat dari cara bermain dan dari pukulan-pukulan serta serangan yang diberikan. Pada saat latihan DL selalu terlihat lebih unggul dibandingakan dengan teman-teman lainya ketika sedang latih tanding dalam sesi latihan. Tetapi pada saat pertandingan penampilan DL tidak sebagus pada saat latihan, bahkan lawannya ketika pada saat latihan yang dikalahkan oleh DL bisa mengalahkan DL dengan mudah pada saat pertandingan sesungguhnya. DL mengakui bahwa saat pertandingan ia seringkali cemas/panik dan kurang percaya diri sehingga penampilan Daniel tidak maksimal seperti pada saat latihan. Menurut salah satu pelatih di PB. Delta Purwokerto, memang ada beberapa faktor yang mempengaruhi gaya dan kemampuan bertanding atlet. FW salah satu atlet binaannya seringkali putus asa dalam menghadapi pertandingan terutama ketika lawanya bermain ngotot dan DL seringkali mengalami cemas/panik sehingga membuat dirinya kurang percaya diri sehingga tidak dapat menampilkan performa terbaiknya ketika dalam pertandingan. Kondisi mental atlet pada saat pertandingan sangat berperan Hubungan Antara Self..., Anjasmara Nur Prambayu, Fakultas Psikologi UMP, 2017 7 penting dalam performa atlet ketika didalam lapangan.