Hermeneutika: Jurnal Hermeneutika Vol. 4, No. 2, November 2018 ISSN 2477-3514 e-ISSN 2614-0055

Judul : Dominasi Negara dalam Penguasaan Tanah Adat bagi Kepentingan Kapital (Studi terhadap Peran Pemerintah Daerah atas Krisis Otoritas Kedamangan bagi Kepentingan PT. KDP pada Sengketa Tanah Adat Betang Sangkuwu di Desa Tumbang Marak) Penulis : Yuliana Diterima : Agustus 2018; disetujui September 2018 Halaman Artikel : 25-36 Dipublikasikan oleh : Jurusan Pendidikan Sosiologi FKIP Untirta Laman Online : https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/Hermeneutika

Hermeneutika: Jurnal Hermeneutika terbit dua kali

setahun pada edisi Mei dan November memuat artikel dari sosiolog, guru sosiologi, peminat sosiologi dan mahasiswa sosiologi.

Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Dominasi Negara dalam Penguasaan Tanah Adat bagi Kepentingan Kapital (Studi terhadap Peran Pemerintah Daerah atas Krisis Otoritas Kedamangan bagi Kepentingan PT. KDP pada Sengketa Tanah Adat Betang Sangkuwu di Desa Tumbang Marak)

Yuliana Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas (UPR) [email protected]

Abstrak Pemerintah Daerah Kabupaten Katingan dalam penguasaan tanah adat bagi kepentingan perusahaan pada sengketa tanah adat betang sangkuwu di Desa Tumbang Marak, mempraktikkan strategi dominasi dengan menggunakan kekuasaanya secara sewenang-wenang yang bersumber dari Peraturan Daerah Provinsi Tengah No. 16 Tahun 2008 Tentang Kelembagaan Adat Dayak di Kalimantan Tengah dan Peraturan Gubernur No. 13 Tahun 2009 Tentang Tanah Adat dan Hak- Hak Adat di Atas Tanah di Kalimantan Tengah. Dominasi pemerintah daerah dilakukan dengan mengintervensi apartus adat Kedamangan, dan membuat krisis otoritas Lembaga Adat Kedamangan sehingga gagal melaksanakan peradilan adat. Berdasarkan latar belakang tersebutlah, penelitian ini bertujuan untuk; (1) menjelaskan strategi dominasi pemerintah daerah d a n (2) mengetahui posisi kewenangan Kedamangan dalam dominasi pemerintah. Secara teoritis, permasalahan penelitian dibahas menggunakan teori strukturasi Bourdieu. Metode studi ini menggunakan pendeketan kualitatif deskriptif dengan cara pengumpulan data; wawancara, observasi, bukti bisu dan bukti visual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Strategi dominasi yang digunakan pemerintah yaitu pertaruhan modal simbolis berupa kewenangan yang bersumber dari Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah No. 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak di Kalimantan Tengah dan Peraturan Gubernur No. 13 Tahun 2009 Tentang Tanah Adat dan Hak-Hak Adat di Atas Tanah di Kalimantan Tengah. Strategi tersebut membuat pemerintah mengakumulasi modal simbolik, modal ekonomi dan sosial. Adapun dominasi pemerintah menggunakan kewenangannya untuk membuat krisis otoritas pada lembaga adat Kedamangan, menempatkan posisi kewenangan lembaga adat Kedamangan berada di bawah dominasi pemerintah. Kata kunci : dominasi pemerintah, modal simbolis, penguasaan tanah adat bagi kepentingan perusahaan, krisis Otoritas lembaga adat Kadamangan. Abstract The Regional Government of Katingan in the control of customary land for the company's interests in the dispute over the Betang Sangkuwu customary land in Tumbang Marak Village, practiced a strategy of domination by using its authority arbitrarily originating from the Regional Regulation of Province No. 16 of 2008 concerning the Institution of Dayak Customs in Central Kalimantan and Governor Regulation No. 13 of 2009 concerning Customary Land and Indigenous Rights on Land in Central Kalimantan.

The dominance of the regional government was carried out by intervening in the Kedamangan traditional apartment, and making a crisis of the authority of the Kedamangan Customary Institution so that it failed to carry out customary justice. Based on this background, this study aims to; (1) explain the strategy of local government domination and (2) find out the position of the Kedamangan authority in the dominance of the government. Theoretically, the research problem is discussed using Bourdieu's structuration theory. This study method uses descriptive qualitative approaches by means of data collection; interviews, observation, silent evidence and visual evidence.

25

The results of the study show that; The domination strategy used by the government is the gambling of symbolic capital in the form of authority originating from the Regional Regulation of Central Kalimantan Province No. 16 of 2008 concerning the Dayak Customary Institution in Central Kalimantan and Governor Regulation No. 13 of 2009 concerning Customary Land and Indigenous Rights on Land in Central Kalimantan. This strategy makes the government accumulate symbolic capital, economic and social capital. As for the dominance of the government using its authority to create a crisis of authority at the Kedamangan customary institution, placing the authority position of the Kedamangan customary institution under the domination of the government.

Keywords: government domination, symbolic capital, control of customary land for the benefit of the company, crisis of Kadamangan traditional institution authority.

LATAR BELAKANG Hutan Lestari (BHL), PT Bangkit Usaha Mandiri (BUM) dan perusahaan Penguasaan tanah adat oleh pemerintah pertambangan emas PT Kasongan Bumi daerah pada konflik perebutan tanah adat Kencana (KBK). Betang Sangkuwu bagi kepentingan Kehadiran PT. KDP diwilayah Desa perusahaan PT Karya Dewi Putera Tumbang Marak, menuai konflik yang (selanjutnya di sebut dengan PT.KDP) memuncak pada tahun 2008, dengan yang terjadi pada tahun 2008, dilakukan masyarakat desa yang merupakan dengan dalih yang mengatasnamakan masyarakat adat yang menamai dirinya kepentingan pembangunan bagi Desa kelompok Tamanggung Doho dengan Tumbang Marak. Lebih jauh lagi, beranggotakan sekitar seratus orang. pembelaan oleh pemerintah kepada Konflik terjadi disebabkan PT. KDP perusahaan perkebunan PT. KDP yang menguasai dan menggusur situs budaya meski terbukti terpakai areal tanah adat Betang Sangkuwu, yang berada di tanah Betang Sangkuwu, namun tetap adat Desa Tumbang Marak, dengan luas dipertahankan beroperasi di atas tanah tanah adat yang menjadi areal perkebunan adat, dilakukan dengan praktik yang diklaim oleh kelompok Tamanggung penyalahgunaan kekuasaan pemerintah Doho yaitu 10.000 Ha. daerah, sampai pada membuat krisis Tanah adat yang menjadi areal otoritas Kedamangan. Krisis otoritas perkebunan PT. KDP seluas 10.000 Ha Kedamangan memungkinkan agar tersebut, merupakan tanah warisan dari Kedamangan gagal melaksanakan leluhur/nenek moyang masyarakat Desa peradilan adat dalam menegakkan Tumbang Marak yaitu milik Tamanggong keadilan bagi masyarakat adat guna Doho (berdasarkan surat pernyataan dikembalikannya hak masyarakat adat warisan pada tanggal 5 Djanoeari 1952 terhadap tanah adat Betang Sangkuwu. dengan nomor surat : Reg. 11/Tbg- PT. KDP merupakan anak perusahaan Sb/7/1954). Sehingga, atas dasar surat PT Agrindo Kalimantan Tengah, berdiri warisan tersebut kelompok masyarakat pada 24 Maret 1995 di Kalimantan yang merupakan keturunan Tamanggong Tengah, dan beroperasi di wilayah Doho menuntut PT. KDP dan menamakan Kabupaten Katingan sejak tahun 2003. diri mereka sebagai kelompok Lokasi perkebunan berada di wilayah Tamanggung Doho. Tuntuntan kelompok administratif yang salah satunya adalah Tamanggung Doho terhadap PT. KDP Desa Tumbang Marak, Kecamatan diantaranya ; Katingan Tengah, Kabupaten Katingan. 1. Membangun kembali Balai/Betang PT. KDP memiliki luas 17.500 Ha. Area (rumah adat suku Dayak) sebagaimana konsensi PT. KDP berbatasan langsung terdapat pada lokasi tersebut, dengan perusahaan perkebunan PT Bumi

26

2. Membuka akses jalan menuju lokasi kepemilikan tanah adat Betang Sangkuwu situs/Betang milik keturunan Tamanggong Doho. 3. Membayar ganti rugi denda adat senilai Rp 2.845.800.000 4. Mengambil kembali perwatasan RUMUSAN MASALAH warisan tanah adat yang diklaim Sehubungan dengan realita yang terjadi 10.000 Ha dalam PT KDP, dan untuk tersebut, penelitian ini bertujuan untuk : dapat diganti rugi tanah terpakai senilai (1) menjelaskan upaya pemerintah Rp 30.000.000.000. menguasai tanah adat bagi kepentingan Menghadapi tuntutan dari kelompok perusahaan sebagai mekanisme dominasi Tamanggung Doho, PT. KDP terhadap tanah adat Betang Sangkuwu. (2) berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah mengetahui pengaruh strategi dominasi yang telah memberikan izin operasi pemerintah terhadap posisi wewenang kepada perusahaan di areal tersebut, lembaga adat Kedamangan sebagai sehingga PT. KDP tetap dapat lembaga peradilan adat pada konflik menggunakan areal tanah adat yang perebutan tanah adat Betang Sangkuwu. diklaim oleh keturunan Temanggung Doho. TINJAUAN PUSTAKA Menariknya, dalam upaya menguasai Kajian tentang masyarakat adat di tanah adat tersebut untuk kepentingan , dalam kaitan dengan perusahaan, Pemerintah Daerah cenderung pembangunan dan sengketa tanah adat, otoriter terhadap pihak yang melakukan sudah menjadi kajian yang umum selama perlawanan, diantaranya meliputi ; ini terutama pasca reformasi. Adat tampil wewenang Pemerintah Daerah dalam lagi dengan gerakan masyarakat adat menentukan eksistensi pejabat lembaga yang menuntut untuk dikembalikannya adat Kedamangan, yang disalahgunakan hak komunal. Kajian dengan tema untuk melakukan kooptasi dan intervensi mengenai masyarakat adat, pembangunan, terhadap elit- elit adat yang terlibat dan konflik telah banyak. Adapun peneliti merebut kembali hak terhadap tanah adat memilih kajian terdahulu terkait tema Betang Sangkuwu. Dari pada itu pun, yang melingkupi, kajian mengenai adanya pembentukan tim penyelesaian masyarakat adat dan akses sumber daya sengketa Betang Sangkuwu pada tahun alam, kajian masyarakat adat dan akses 2014 oleh Pemerintah Daerah, juga terhadap pembangunan, dan kajian menyalahi ketentuan yang ditetapkan masyarakat adat tampil dalam konteks dalam PERDA No. 16 Tahun 2008 politik lokal, serta keterkaitannya dengan tentang Kelembagaan Adat Dayak di desentralisasi. Provinsi Kalimantan Tengah, dan Akan tetapi, sebenarnya persoalan PERGUB No. 13 Tahun 2009 tentang pembangunan dan masyarakat adat juga Tanah Adat dan Hak-Hak Adat di Atas tidak hanya terjadi di Indonesia saja, Tanah di Kalimantan Tengah. namun juga telah terjadi diluar konteks Betang Sangkuwu pun, menjadi arena Indonesia, seperti : di Amerika Latin 1 pertarungan antara upaya pemerintah dalam Donna Lee Van Cott (2010) , melakukan pertahanan untuk perusahaan PT KDP dan antara upaya kelompok masyarakat adat Tamanggong Doho 1 Indigenious Peoples’ Politics in Latin America. melakukan perlawanan untuk Annual Review of Politics Sciense. Vol : 13385- 405 (Volume publication date 15 memperjuangkan kembali hak June 2010). (hlm. 385-405) Diakses dari https://doi.org.10.1146/annurev.polisci.032708. 133003. (pada 06 Juni 2017)

27 membuat review singkat atas studi-studi bahwa adanya praktik pembangunan indigenity politics di Amerika Latin ke sejak masa kolonial hingga orde baru dalam tiga tema yaitu citizenship, berkolaborasi dengan kapitalisme, hubungan indigenity dengan partai politik justru menghasilkan kontradiksi yaitu dan reformasi negara. Terkait tema berdampak pada masyarakat kehilangan citizenship, para penstudi melacak akses dan penghilangan kepemilikan klaim kewargaan masyarakat adat atas tanah, bahkan pengusiran. Kegagalan dalam negosiasinya dengan versi pembangunan menimbulkan kekecewaan kewargaan liberal. Studi-studi- masyarakat, yang berbuah pada hubungan antara Indigenous people perlawanan masyarakat melalui Forum dan partai politik memperlihatkan Petani Merdeka untuk mengembalikan bagaimana partai yang berbasiskan claim atas sumber daya terutama tanah indigenity mengartikulasikan kepentingan yang diambil alih oleh pemerintah atas mereka di level nasional. nama pembangunan. Di Ekuador misalnya, Pachakuatik Kemudian juga ada kajian masyarakat mewakili serikat-serikat pekerja, adat terhadap akses sumber daya alam intelektual- intelektual kiri yang dan pembangunan yang dilakukan oleh membawa isu ketidakpuasan Maribeth Erb (2007)4, di Flores Barat masyarakat atas korupsi dan polarisasi tepatnya di Manggarai. Pasca reformasi, dalam politik nasional Ekuador (Jackson adat kembali bangkit yang terhubung & Warren, 2005)2. Atau juga di Bolivia dengan rasa kehilangan masyarakat MAS, menghubungkan indigenous Manggarai akan adat (lost of tradition) , peasant-movement dengan intelektual kiri sebagai dampak dari rezim orde baru dan kelas menengah urban. Sedangkan dengan agenda pembangunan nasional studi-studi mengenai indigenous yang menempatkan adat dengan movement dalam kaitannya dengan penilain negative dengan menganggap reformasi negara memperlihatkan bahwa lembaga adat adalah ketegangan versi multikulturalisme penghambat kemajuan dan investasi, konstitusional dengan pentingnya fungsi serta makna adat ditempatkan sama representasi dan partisipasi masyarakat dengan budaya sebagai suatu adat dalam pembuatan kebijakan publik. “pertunjukkan”. Pasca reformasi, adat Di Indonesia sendiri, tampilnya kembali bangkit menjadi wadah masyarakat adat untuk mengakses perjuangan masyarakat Manggarai kembali sumber daya alam sebagai bergabung dengan LSM Nasional, dampak kegagalan pembangunan, yang untuk menyelesaiakan klaim pemerintah justru memicu kekerasan dan konflik daerah, atas tanah terkait kebijakan horizontal karena krisis agraria, terdapat konservasi yang memarjinalkan pada studi oleh Tania Murray Li (2012)3, masyarakat Manggarai terhadap lahan

2 Indigenious Movement in Latin America, http://www.goodreads.com/book/show/1571651 1992-2004 : Controversies, Ironies, New 8-the-will-to-improve (pada 2 Mei 2017) Direction. Annual Review if Anthropology. 4 Vol. 34: 549-573 (Volume publication date Erb,Maribeth. 2007. “Adat revivalism in 21 October 2005). (hlm. 555) western Flores: culture, religion, and Diakses dari land.” The revival of tradition in https://doi.org.10.1146/annurev.anthro.34.08 Indonesian politics : the deployment of 1804.120529. (pada 06 Juni 2017) adat from colonialism to indigenism. 3 Li Tania Murray. 2012. The Will To Improve : Perencanaan, Kekuasaan dan Pembangunan di Series 14 : 247-268. Diakses dari Indonesia. Terj. Herry Santoso dan Pujo Semedi. http://www.amazon.com>Revival-Tradi... Jogjakarta: Margin Kiri. Diakses dari (pada 3 Juni 2017)

28 hutan yang terjadi sebelum dan sesudah lembaga pemerintah cenderung lemah orde baru. dalam menindak (mengontrol dan Persoalan masyarakat adat, Negara, mengatur perusahaan pertambangan), dan pembangunan, juga terjadi di Filipina sehingga terjadi praktik pemaksaan dan tepatnya pada Provinsi Abra di intimidasi terhadap hak masyarakat adat Cordillera, Luzon Tengah, dalam oleh perusahaan. Akan situasi tersebut, kajian yang dilakukan oleh Richard F. dua komunitas adat (San Miguel Dorall (1993)5, menunjukkan persoalan Ixtahuacan dan Sipacapa) tampil suku asli Abra yaitu orang Tinggian melakukan perlawanan, namun dengan terhadap akses sumber daya alam terkait pola perlawanan yang berbeda. kolaborasi agenda pembangunan Komunitas adat San Miguel Ixtahuacan pemerintah dengan capital, berupa dalam merespon kondisi memilih untuk masuknya perusahaan asing (Cellophil memutuskan hubungan dengan Resource Corporation), yang merupakan pemerintah dan memilih untuk melakukan pengelola hasil hutan (kayu pinus) yang perlawanan dengan membangun kembali justru membuat ketidakstabilan dan struktur tradisional adat dengan penderitaan bagi suku asli, berupa membentuk Dewan Adat Barat. Adapun pelanggaran terhadap lahan adat. Kondisi komunitas adat Sipacapa, cenderung suku asli Tinggian mendorong melakukan koordinasi dengan perlawanan, mulai dari upaya damai pemerintah dan perusahaan sehingga mencapai kompromi sampai pada sikap perlawanan mereka menciptakan struktur anti- pemerintah dan akhirnya menjadi komunitas baru untuk pembangunan militan, bahkan persoalan meluas partisipatif, yang mendorong hadirnya sampai pada provinsi-provinsi tentangga. proyek-proyek pertanian berkelanjutan Persoalan masyarakat adat dan sebagai program pembangunan pembangunan pun terjadi di Amerika alternative. Tengah, yaitu di Guatemala tepatnya METODE PENELITIAN komunitas adat San Miguel Ixtahuacan Penelitian ini merupakan sebuah dan Sipacapa. Dalam kajian Joris van 6 penelitian kualitatif deskriptif, de Sandt (2009) yang bertitik tolak menggunakan metode observasi, dari persoalan konflik pembangunan, wawancara, bukti bisu dan bukti karena kehadiran perusahaan tambang visual. Serta menggunakan tekhnik transnasional (Goldcorp Inc dari Kanada, pemeriksa keabsahan data , yaitu uji yang dioperasikan oleh Montana kredibilitas data menggunakan bahan Exploradora de Guatemala S.A.), referensi. Adapun dimaksud dengan uji memberikan dampak buruk bagi kredibilitas data menggunakan bahan ekonomi, lingkungan dan sosial referensi, merupakan cara peneliti masyarakat adat Maya, akibat akusisi menemukan validitas data hasil lahan adat oleh perusahaan. Namun wawancara dengan informan, yang kemudian data yang diperoleh dari hasil 5 Ghee Teck lim and Gomes G. Alberto. wawancara akan dibandingkan dengan 1993. Suku Asli dan Pembangunan di Asia data sekunder (bahan referensi) yang Tenggara. Terj. A. Setiawan Abadi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. (hlm.59) juga menyuguhkan data serupa 6 Sandt v.d. Joris. 2009. Mining Conflict and dengan informasi yang dibutuhkan Indigenious People in Guatemala. Den Haag: peneliti dari hasil wawancara. Sehingga, Cordaid. Diaksesn dari bahan referensi dapat menjadi data http://www.cordaid.org>sites>2012/12 (pada 3 pembanding untuk memperoleh Juni 2017)

29 konsistensi data hasil dari wawancara diangkat dan diberhentikan dengan dengan informan. keputusan Bupati/Walikota atas usul KERANGKA TEORITIS DAN Damang kepala adat melalui Dewan Adat PEMBAHASAN Dayak Kabupaten/Kota. Tujuan penelitian ini, dijelaskan Dalam praktiknya adalah Bupati Katingan yang mengatur eksistensi menggunakan kerangka teoritis Strukturalis Bourdieu untuk memperoleh aparatus adat Kedamangan, telah penjelasan mengenai dominasi melakukan intervensi kepada Damang menggunakan konsep modal kepala adat, yaitu memberhentikannya simbolis yang dimiliki pemerintah secara sepihak karena melakukan daerah yaitu kewenangan, yang perlawanan untuk memperjuangkan hak digunakan untuk menguasai tanah adat, milik kelompok Tamanggong Doho, dan dan membuat krisis otoritas Lembaga setelah itu Bupati melakukan pengangkatan jabatan Damang kepala Adat Kedamangan bagi kepentingan perusahaan. Strategi dominasi pemerintah adat definitife secara sepihak. Seharusnya daerah, dalam penguasaan tanah adat tidak dilakukan secara sepihak namun untuk kepentingan perusahaan melalui prosedur yang telah diatur dalam perkebunan PT. KDP pada konflik Pasal 13 Ayat (3), bahwa; Pemberhentian dari jabatan Damang kepala adat perebutan tanah adat Betang Sangkwu, bersumber dari penyelahgunaan dilakukan oleh Bupati/Walikota atas wewenang yang dimililiki dan diatur pertimbangan usulan Dewan Adat Dayak Kabupaten/Kota. dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah No. 16 Tahun 2008 Dalam konflik perebutan tanah adat betang sangkuwu, tentang Kelembagaan Adat Dayak di Pemerintah melakukan Kalimantan Tengah dan Peraturan intervensi kepada Damang Kepala Adat Gubernur No. 13 Tahun 2009 Tentang yang tidak memihak kepada keinginannya Tanah Adat dan Hak-Hak Adat di Atas untuk masuk menduduki ranah adat. Tanah di Kalimantan Tengah. Pemberhentian jabatan terhadap Damang Penyalahgunaan wewenang atau modal Kepala Adat dilakukan oleh Pemerintah simbolis yang dimiliki Pemerintah Daerah Daerah (Bupati), setelah Damang Kepala tersebut bertujuan untuk mendominasi Adat menyatakan ketidak setujuan arena pertarungan, yang antara lain; nya/menolak keikutsertaan Pemerintah Pertama, Perda Provinsi Kalimantanm Daerah dalam menangani konflik Tengah No. 16 Tahun 2008, dijadikan perebutan dengan membentuk tim strategi dominasi pertaruhan modal penyelesaian sengketa pada saat rapat berupa penyalahgunaan kewenangan oleh mediasi yang diadakan pada pertengahan pemerintah daerah dalam Pasal 13 Ayat tahun 2014 di Tumbang Samba, (3), bahwa; Pemberhentian dari jabatan Kecamatan Katingan Tengah. Selain itu, Damang kepala adat dilakukan oleh Damang kepala adat tidak menerima Bupati/Walikota atas pertimbangan usulan konfirmasi pemberhentiannya dari DAD Dewan Adat Dayak Kabupaten/Kota. Kabupaten ataupun Kota, sedangkan masa Kemudian dalam Pasal 35 Ayat (1) jabatan Damang berdasarkan petunjuk Mantir/Let Adat Kecamatan yang yang diberikan oleh ketua Dewan Adat tergabung dalam Kerapatan Mantir/Let Dayak Provinsi, bahwa masih belum Peradamaian Adat Kecamatan dan berakhir pada tahun 2014. Mantir/Let Adat Desa/Kelurahan yang Tidak hanya pada realita tergabung dalam Kerapatan Mantir/Let pemberhentian Damang kepala adat Peradamaian Adat Desa/Kelurahan, secara sepihak, Bupati Katingan pun

30 dalam konflik perebutan melakukan tentang Tanah Adat dan Hak-Hak Adat di pengangkatan Damang kepala adat Atas Tanah di Kalimantan Tengah. Tim definitive secar sepihak. Setelah penyelesaian sengketa betang sangkuwu pemberhentian yang dilakukan terhadap (Tim Terpadu) yang dibentuk Pemerintah Damang Kepala Adat, Bupati Katingan Daerah diatur dalam Pasal 15 Ayat (4), langsung menunjuk Damang kepala adat bahwa Gubernur, Bupati/Walikota dapat baru yaitu dipilihnya ketua Mantir adat membentuk Tim Penyelesaian Sengketa kecamatan sebagai Damang kepala adat dan Pemutihan Tanah Adat yang bertugas definitive, dengan masa jabatan yang khusus untuk “mendukung” keberhasilan diduduki adalah selama 6 (enam) tahun. penertiban. Meski demikian, tim Akan tetapi, penunjukkan yang dilakukan penyelesaian sengketa betang sangkuwu oleh Bupati Katingan kepada Damang tidak berarti dapat mengesampingkan kepala adat definitive, tanpa adanya peran lembaga Kedamangan dalam panitia pemilihan dan peserta yang membentuk tim penyelesaian sengketa memilih tidak dari seluruh perwakilan karena pada Pasal 6 & Pasal 7 yang desa adat yang berada di bawah naungan menyatakan, bahwa hubungan hukum adat Kedamangan Katingan fungsionaris Kedamangan dengan Camat, Tengah yang berjumlah 16 desa, tetapi Kepala Desa/Kelurahan beserta hanya dipilih oleh tiga kepala desa dari perangkatnya bersifat konsultatif, dan Desa Telok, Desa Samba Katung dan Camat, Kepala Desa/Kelurahan dapat Desa Tumbang Marak. memberi saran pendapat serta penjelasan Sedangkan menurut prosedur yang jika diperlukan, serta berkewajiban telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah membantu menegakkan keputusan No. 16 Tahun 2008 dalam Pasal 16 yang fungsioanaris Kedamangan, sepanjang singkatnya menyatakan, bahwa; pemilihan tidak bertentangan dengan perundang- dan pengangkatan jabatan Damang kepala undangan yang berlaku. Adapun Gubernur adat dilakukan melalui pembentukan dan Bupati/Walikota mempunyai panitia pemilihan oleh Bupati/Walikota hubungan konsultatif dan pembinaan atas usul Dewan Adat Dayak terhadap perkembangan Kelembagaan dan Kabupaten/Kota; kemudian pada Pasal 18, hukum adat di Kalimantan Tengah. bahwa; pemilih adalah semua Kepala Akan tetapi dalam praktiknya, tim Desa dan Lurah atau Pejabat Kepala Desa penyelesaian sengketa betang sangkuwu dan Pejabat Lurah, semua ketua Badan yang dibentuk Pemerintah tidak bertugas Permusyawaratan Desa, ketua Lembaga untuk mendukung penertiban (pendataan Kemasyarakatan Kelurahan, semua kembali; identifikasi, pemetaan dan anggota Kerapatan MantirPerdamaian pematokan tanah adat hak-hak adat di atas Adat Kecamatan bersangkutan dan semua tanah) , yang harusnya dilakukan oleh ketua Kerapatan Mantir Perdamaian Adat fungsionaris Kedamangan (Pasal 12). Desa/Kelurahan wilayah Kedamangan Namun yang terjadi sebaliknya yaitu bersangkutan. Kedamangan (diwakili ketua Mantir adat Kedua, Pembentukan Tim desa dan Ketua Mantir adat kecamatan) Penyelesaian sengketa betang sangkuwu menjadi bagian dari anggota tim oleh pemerintah pun adalah strategi penyelesaian sengketa betang sangkuwu dominasi untuk menduduki ranah adat karena “diminta” oleh Camat Katingan bagi kepentingan perusahaan yang Tengah dengan pertimbangan hubungan menyalahi aturan dan prosedur yang konsultatif dan mendapat kepercayaan terdapat dalam Peraturan Gubernur dari Bupati Katingan. Kalimantan Tengah No. 13 Tahun 2009

31

Jika merujuk kepada hubungan aparatus adat Kedamangan (Damang fungsionaris tersebut diatas, maka Kepala Adat) bukan sebagai pengambil hubungan elit adat Kedamangan dengan keputusan dalam mediasi. Selain itu, pada Camat, dan Bupati dalam tim satu sisi melakukan intervensi terhadap penyelesaian sengketa, menduduki posisi Damang Kepala Adat yang terbalik. Harusnya Camat memberi saran memperjuangkan hak terhadap tanah adat pendapat “jika diminta”oleh fungsionaris agar kembali kepada kelompok Kedamangan, dan tugasnya membantu Tamanggung Doho. Selain itu, disisi lain menegakkan keputusan fungsionaris melakukan kooptasi terhadap aparatus Kedamangan. Bukan sebaliknya Camat Adat dengan mengangkat secara sepihak yang meminta anggota Kedamangan agar Ketua Mantir Adat Kecamatan yang tergabung dalam tim penyelesaian, begitu memihak kepada kepentingan Pemerintah pula halnya dengan Bupati Katingan yang untuk menjadi Damang Kepala Adat menunjuk para elit adat untuk tergabung definitife, merupakan bentuk halus yang dalam tim karena “kepercayaan” . disebut dengan solidaritas kepentingan, Hal ini tidak sesuai dengan aturan dimana kerjasama yang dilakukan antar karena hubungan Bupati Katingan dengan kedua elit adat dengan pemerintah adalah fungsionaris Kedamangan adalah untuk mendapatkan keuntungan tertentu konsultatif dan tugas tim penyelesaian dengan memihak kepada kepentingan segketa hanya “mendukung” penertiban tertentu. oleh fungsionaris Kedamangan. Dengan Mampu di intervensi nya tugas demikian bukan berarti Bupati berhak fungsional Kedamangan dan mampu di memberikan keputusan penyelesaian kooptasinya elit adat Kedamangan oleh sengketa betang sangkuwu, namun Pemerintah Daerah dalam kasus sengketa harusnya adalah tugas fungsionaris tanah adat Betang Sangkuwu di Desa Kedamangan. Tetapi yang terjadi adalah Tumbang Marak, membuat terpecahnya keputusan di ambil oleh Bupati Katingan, kesatuan elit adat, sehingga Kedamangan dengan hasil rapat final mediasi gagal melaksanakan peradilan adat untuk penyelesaian sengketa betang sangkuwu menyelesaiakan sengketa Betang yang mengarah kepada kepentingan Sangkuwu. Alhasil persoalan sengketa perusahaan PT KDP, seperti beberapa diselesaikan oleh Pemerintah Daerah. poin dari hasil tim penyelesaian sengketa Kondisi demikian membuat lembaga adat sebagai berikut, diantaranya : (a) klaim mengalami apa yang disebut dengan lahan dari pihak kelompok keturunan krisis otoritas Kedamangan. Sebab, Tamanggong Doho seluas 10.000 Ha kewenangan Kedamangan mampu di tidak bisa diakomodir atau ditindak intervensi dan di kooptasi oleh Pemerintah lanjuti. (b) diminta kepada Pihak Daerah demi kepentingan perusahaan, dan Tamanggong Doho agar membuktikan kewenangan lembaga adat Kedamangan kebenaran situs betang sangkuwu tersebut berada dibawah dominasi Pemerintah milik mereka dengan mendatangkan ahli Daerah. situs. KESIMPULAN Praktik pemerintah mendominasi tanah adat Betang Sangkuwu bagi kepentingan Refleksi Teoritis perusahaan PT KDP dengan Bercermin dari karangka teoritik Pierre menggunakan modal simbolis Bourdieu yang digunakan untuk sekaligus menjadi kekuasaan simbolis, membedah permasalahan penelitian, dimana menskenario pembentukan tim sehingga menempatkan penelitian ini pada penyelesaian sengketa dengan posisi tujuan sosiologis yaitu : kerangka teoritik

32

Bordieu untuk “membongkar mekanisme bahwa negara dengan agenda dan strategi dominasi” (Haryatmoko, pembangunan yang berkolaborasi 2016:38). Dengan demikian, penelitian ini dengan kapital dalam konteks pasca bertujuan untuk mempelajari aksi-praktik reformasi dan keterkaitannya dengan dominasi yang dilakukan oleh pemerintah masyarakat adat dan tanah adat, yaitu daerah pada sengketa tanah adat Betang negara punya kecendrungan Sangkuwu bagi kepentingan perusahaan menyalahgunakan wewenangnya untuk perkebunan PT KDP. Sehingga, kemudian menguasai tanah adat dengan memainkan bertujuan modal, terutama modal simbolik untuk untuk mendapatkan penjelasan tentang mengakumulasi modal sosial dan mekanisme dan strategi yang digunakan modal ekonomi dalam rangka menguasai oleh pemerintah untuk menguasai tanah tanah adat bagi kepentingan perusahaan. adat Betang Sangkuwu. Dominasi Pemerintah membuat kondisi Mengkaji dominasi pemerintah atas lembaga adat Kedamangan menjadi krisis penguasaan tanah adat dalam era otoritas, dengan mampu di intervensinya pembangunan pasca reformasi dan di kooptasinya peran, serta tugas menggunakan kerangka teoritik Bourdieu fungsional Lembaga Adat Kedamangan. menjadi penting, guna merefleksikan Sehingga, peran Kedamangan sebagai kecendrungan upaya penguasaan tanah Lembaga Peradilan Adat tidak dapat adat oleh negara pasca reformasi; Apakah terwujud dalam menyelesaikan sengketa negara bersikap otoriter atau represif untuk tanah adat Betang Sangkuwu yang menguasai tanah adat atas nama menjadi ranah peradilan adat. Dengan pembangunan ?. Analisis mutakhir dari demikian, posisi kewenangan kajian dominasi negara terhadap tanah adat Kedamangan berada di bawah dominasi bagi kepentingan kapital (studi terhadap pemerintah. peran pemerintah daerah atas krisis otoritas REKOMENDASI kedamangan bagi kepentingan perusahaan PT KDP pada semgketa tanah adat betang Rekomendasi Akademis sangkuwu di Desa Tumbang Marak) ini, Bertolak dari landasan teoritik Bourdieu menunjukkan dan membuktikan bahwa; dan landasan teoritik Foucaut yang negara dengan kekuasaan modal (modal digunakan peneliti sebagai pisau dalam simbolis) kecenderungan mendominasi analisis permasalahan penelitian ini, yang terhadap tanah adat, menggunakan strategi memberikan konsekuensi logis terhadap dominasi yaitu kekuasaan yang digunakan analisis penelitian terfokus pada dominasi secara sewenang-wenang. dan resistensi, yang juga sekaligus menjadi Kekurangannya, dengan menggunakan batasan masalah penelitian, maka untuk kerangka teoritik Bourdieu sebagai pisau penstudi selanjutnya diperlukan : analisa untuk melihat dominasi dalam a. Melakukan pendalam kajian pada mengkaji persoalan penelitian ini, tidak aspek resistensi agar agenda menyediakan ruang yang cukup untuk penelitian berikutnya untuk melihat resistensi masyarakat adat. mengadvokasi perjuangan masyarakat adat dan memperkuat perlawanan yang Refleksi Analisis sudah ada ; Berdasarkan hasil analisa yang telah b. Dalam rangka pendalam kajian dilakukan , maka dapat ditarik mengenai aspek resistensi maka perlu kesimpulan, yaitu : penggunaan kerangka analisis yang Strategi dominasi yang dilakukan fokus pada advokasi perlawanan agar pemerintah dalam konflik perebutan tanah perlawanan menjadi efektif. adat Betang Sangkuwu, menunjukkan

33 c. Penstudi selanjutnya dapat melihat Haryatmoko. 2016. Membongkar Rezim hubungan yang lebih kompleks antara Kepastian : Pemikir Kritis Post- negara, masyarakat dan pasar dalam Strukturalis. konteks desentralisasi. Yogyakarta : Kanisius. Rekomendasi Praktis Panitia Seminar dan Lokakarya Kebudayaan Dayak dan Hukum Adat a. Memberikan otonomi khusus kepada Kedamangan berupa hak dan Di Kalimantan Tengah. 1996. Lembaga Kedamangan dan Hukum wewenang untuk mengatur dan Adat Dayak Ngaju di Provinsi mengurus eksistensi Kedamangan . YLTD secara independen terutama mengenai & UNPAR: Palangka Raya Logic of pengangkatan dan pemberhentian Pierre Bourdieu. 1990. Practice. pejabat Kedamangan agar tidak lagi Terj. Richard Nice . terikat dengan pemerintah daerah ; Cambridge: Polity Press. b. Terkait dengan otonomi khusus Teori Sosial tersebut diatas dan realita mampu Ritze,George. 2003. Postmodern. dikooptasinya elit adat Kedamangan, Cetakan pertama. Terj. maka perlu menegakkan kembali M. Taufik. sanksi adat untuk mengontrol Yogyakarata : Juxtapose research and publication study club & Kreasi kewenangan para elit adat. Wacana. DAFTAR PUSTAKA Sarup, Madam. 2003. Postrukturalisme dan Postmodernisme, Sebuah Pengantar Buku : Basis. 2003. Kekuasaan, Kepemilikan Kritis modal, dan struktur modal. Edisi Madam Sarup. Terj. M.Aginta Hidayat. 11-12. Yogyakarta : Jendela. Hukum-Hukum Yayasan BP Basis: Yogyakarta T.H. Asin, Lui. 1977. Adat Dayak Katingan Bourdieu, Pierre. 2010. Arena Produksi . Kultural; Sebuah Kajian Sosiologi Buku Online : Budaya. The Will To Cetakan Pertama. Kreasi Wacana: Bantul Li Tania Murray. 2012. Improve : Perencanaan, Kekuasaan David Swartz. 1997. Culture and Power; The Sociology of Pierre dan Pembangunan di Indonesia. Terj. Bourdieu . Herry Santoso dan Pujo Semedi. Chicago: The University of Chicago Press. Jogjakarta: Margin Kiri Denzin K. Norman & Lincoln S. Yvonna. Laporan : 2009. Handbook of Qualitative Research. Berita Acara Kesepakatan Pembuatan Yogyakarta : Pustaka Pelajar Batas Tanah Adat tgl 14 Maret 2005 & Dewan Adat Dayak. 2008. Hukum Dayak 27 Maret 2005 di Desa Tumbang Ngaju. DAD Kabupaten Kapuas. Marak Murdiaklin. A.K. Rahui. Kronologis/Riwayat Perjalanan Ghee Teck lim and Gomes G. Alberto. Tamanggong Doho. 1993. Suku Asli dan Pembangunan di Asia Profil Desa Tumbang Marak, Tenggara. Terj. A. Setiawan Abadi. Kecamatan Katingan Tengah, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Kabupaten Katingan Tahun 2014

34

Tim Penyelesaian Sengketa Betang Emil Ola Kleden. Evolusi Perjuangan Sangkuwu.2014. Laporan Sengketa Gagasan “Indigenous Peoples’ Betang Sangkuwu. Rights” Dalam Ranah Nasional dan Internasional. Makalah untuk Peraturan Pemerintah : disajikan dalam Advanced Training Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan on Indigenous Peoples’ Rights untuk Tengah Nomor 16 Tahun 2008 Dosen-Dosen Pengajar Hak Asasi tetang Kelembagaan Adat Dayak di Manusia; diselenggarakan oleh Pusat Kalimantan Tengah. Studi Hak Asasi Manusia Universitas Peraturan Gubernur Nomor 13 Tahun Islam Indonesia (PUSHAM-UII), 2009 tentang Tanah Adat dan Hak- Yogyakarta, 21 Agustus 2007. Hak Adat di Atas Tanah di Provinsi Sumber Internet : Kalimantan Tengah http://www.mataduniakami.id/2016/02/per aturan-daerah-dan-hukum-adat_87.html (diakses pada 21 September 2016) Jurnal Online : Erb, Maribeth. 2007. “Adat revivalism in western Flores: culture, religion, and land.” The revival of tradition in Indonesian politics : the deployment of adat from colonialism to indigenism. Series 14. Sandt v.d. Joris. 2009. Mining Conflict and Indigenious People in Guatemala. DenHaag: Cordaid. Indigenious Peoples’ Politics in Latin America. Annual Review of Politics Sciense. Vol : 13385-405 (Volume publication date 15 June 2010). Indigenious Movement in Latin America, 1992-2004 : Controversies, Ironies, New Direction. Annual Review if Anthropology. Vol. 34: 549-573 (Volume publication date 21 October 2005). Publikasi Penelitian Online : The Institute for Ecosoc Rights & Norwegian Center Human Rights (NCHR). 2014. Industri Perkebunan Sawit Dan Hak Asasi Manusia: Potret Pelaksanaan Tanggung Jawab Pemerintah dan Korporasi terhadap Hak Asasi Manusia di Kalimantan Tengah. The Institute for Ecosoc Rights : Jakarta. Makalah Online :

35

36