Sekolah Menengah Atas Berasrama I
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Sekolah Menengah Atas Berasrama i ii Sekolah Menengah Atas Berasrama PROFIL SMA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERASRAMA DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2018 Sekolah Menengah Atas Berasrama iii Sekolah Menengah Atas Berasrama. ©2018 Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pengarah Purwadi Sutanto (Direktur Pembinaan SMA) Penanggungjawab Suhadi (Kasubdit Program dan Evaluasi) Kontributor: Harizal Juandanilsyah Suharlan Tim Penulis: Wawan Setiawan Awalia Khairun Nisa Wiwit Widya Hendriani Editor: Agus Salim Augustin Wardhani Jim Bar Pen Nurul Mahfudi Wiwiet Heriyanto Uce Veriyanti Muhammad Adji Susilo Nugroho Akhmad Supriyatna Kusriyah Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan SMA Jl. RS Fatmawati Cipete Jakarta Selatan Telp: 021-75911532 www.psma.kemdikbud.go.id iv Sekolah Menengah Atas Berasrama KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan buku ini. Buku yang berjudul “Sekolah Menengah Atas Berasrama” ini merupakan salah satu buku yang ditulis untuk menampilkan potret sekolah SMA yang menyelenggarakan pola asrama, artinya anak tinggal di asra- ma. Banyak ragam model penyelenggaraan SMA berasrama. Oleh karena itu, untuk mengetahui seperti apa penyelenggaraan SMA berasrama di berbagai daerah dan berbagai jenis, maka disusunlah buku ini. Potret sekolah berasrama yang ditampilkan dalam buku ini disajikan se- cara beragam dari latar belakang, kondisi, sistem pengelolaan, dan ber- bagai pertimbangan lain. Keberagaman kondisi tersebut disajikan untuk mendapatkan potret SMA berasrama yang utuh dari sekitar 934 sekolah yang menyelenggarakan model asrama seperti tercantum dalam basis data Dapodik. Keberagaman potret sekolah berasrama ini diharapkan dapat menjadi ba- han pertimbangan dalam menyusun kebijakan mengenai sekolah beras- rama yang dilakukan pemerintah. Baik dari sisi penyediakan sarana prasa- rana, pengelolaan, dan pengorganisasian dan lain sebagainya. Dengan demikian, berbagai model asrama dalam buku ini akan sangat membantu dalam memberikan informasi yang lebih lengkap. Melalui buku ini pula diharapkan muncul berbagai inspirasi untuk terus menguatkan penyelenggaraan SMA yang beragam sesuai kondisi dan ke- butuhan masyarakat, yang salah satunya melalui model asrama. Semoga isi buku ini memberi manfaat bagi upaya peningkatan mutu SMA di masa yang akan datang. Jakarta, November 2018 Direktur Pembinaan SMA Purwadi Sutanto NIP: 19610404 1985031003 Sekolah Menengah Atas Berasrama v vi Sekolah Menengah Atas Berasrama DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................V DAFTAR ISI ................................................................................... VII BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1 A. SEKOLAH BERASRAMA ................................................. 2 B. SMA BERASRAMA .......................................................... 4 C. JENIS-JENIS SEKOLAH BERASRAMA ............................ 5 D. KEUNGGULAN BERASRAMA ......................................... 10 E. TANTANGAN SMA BERASRAMA .................................... 11 BAB II PENYELENGGARA SMA BERASRAMA ............................ 15 A. SMA BERASRAMA DI INDONESIA .................................. 16 B. DAFTAR LENGKAP SMA BERASRAMA ........................... 17 BAB III PROFIL SMA BERASRAMA ............................................. 47 BAB IV MODEL SMA MASA DATANG ............................................. 195 A. SEKOLAH BERASRAMA DI DUNIA .................................196 B. IMPLEMENTASI SISTEM SEKOLAH BERASRAMA .........199 BAB V PENUTUP .........................................................................201 Sekolah Menengah Atas Berasrama vii viii Sekolah Menengah Atas Berasrama BAB I PENDAHULUAN Sekolah Menengah Atas Berasrama 1 endidikan, menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasi onal adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasa- P na belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara ak- tif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual ke- agamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan pengertian tersebut, maka keberhasilan proses pendidikan akan ditentukan oleh terciptanya suasana belajar dan proses pembelaja- ran dalam sebuah kegiatan penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan secara sadar dan terencana. Jelas bahwa penyelenggaraan pendidikan merupakan sebuah kegiatan yang sangat menentukan keberhasilan proses pendidikan. Satuan pendi- dikan, selaku penyelenggara pendidikan, dituntut untuk mampu mencip- takan suasana dan proses pembelajaran yang membuat peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya guna mencapai tujuan pendidikan. Saat ini, sebagian besar penyelenggaraan pendidikan dilakukan dengan pola penyelenggaraan yang seragam yakni dengan pola reguler, dimana waktu penyelenggaraan dilakukan pada waktu yang ditentukan, misalnya pagi sampai sore hari, sementara peserta didik tinggal di rumah masing- masing dan datang ke sekolah sesuai jadwal. Pola ini mengacu pada jumlah jam pembelajaran yang ditentukan oleh kebijakan pemerintah dalam implementasi kurikulum. Pola demikian di- lakukan oleh hampir seluruh satuan pendidikan, baik yang diselenggara- kan oleh pemerintah (sekolah negeri), maupun satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat (sekolah swasta). Dari 13.776 sekolah SMA, sekitar 93% menyelenggarakan pendidikan secara reguler. Selebih- nya menyelenggarakan dengan pola asrama atau boarding school. A. SEKOLAH BERASRAMA Model penyelenggaraan sekolah berasrama sebenarnya bukan hal baru dalam dunia pendidikan di Tanah Air. Dalam sejarah pendidikan di Indo- nesia, model asrama telah dikenal sejak lama dengan berbagai nama, se perti internat, pondok, perguruan, atau pondok pesantren. Dengan model ini, penyelenggaraan pendidikan dilakukan di mana peserta didik tinggal di kompleks sekolah selama 24 jam. Sekolah berasrama adalah sebuah sekolah di mana sebagian besar atau seluruh murid bermukim di sekolah selama menimba ilmu di sekolah tersebut. 2 Sekolah Menengah Atas Berasrama Salah satu sudut asrama di mana peserta didik dapat menikmati suasana rumah Dalam penyelenggaraan pendidikan dengan model asrama dibutuhkan pengelolaan yang berbeda dengan pengelolaan di sekolah reguler biasa. Hal tersebut disebabkan karena proses pembelajaran berlangsung dalam segala aktivitas siswa selama berada di sekolah. Tidak hanya terpaku pada jam belajar klasikal di sekolah sesuai dengan tuntutan kurikulum. Kata asrama dipakai dalam pengertian kamar dan papan. Sekolah beras- rama merupakan model sekolah yang memilliki tuntutan yang lebih tinggi jika dibanding sekolah reguler (Vembriarto, 1993). Tuntutan tersebut tentu dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi peserta didiknya. Dampak prositif dari sekolah berasrama adalah menciptakan ruang belajar yang memadai dan intensif bagi siswa, selain itu juga sekolah berasrama mendidik siswa untuk dapat lebih mandiri dan terbiasa berinteraksi de ngan berbagai teman dari latar belakang yang berbeda membuat siswa lebih memahami dan mengerti keragaman, tentu juga membuat siswa un- tuk saling menghargai dalam keragaman tersebut. Selain itu juga pendidi- kan di sekolah berasrama terkenal memiliki standar yang ketat dan disiplin. Sekolah berasrama atau dikenal juga dengan boarding school merupakan lembaga yang memiliki tugas sosialisasi nilai dan norma yang hidup dalam masyarakat. Dalam boarding school, terdapat berbagai kegiatan dimana seseorang dibawa menuju pada pemahaman budaya lingkungannya. Bu- Sekolah Menengah Atas Berasrama 3 daya masyarakat memiliki seperangkat nilai dan norma untuk dijalankan dan ditaati oleh warganya, dan institusi pendidikan merupakan tempat yang menjadi pusat promosi budaya nasional. Dulu, ketika mendengar kata asrama atau boarding school, mungkin yang pertama hadir dalam benak adalah pondok pesantren. Bukan salah me- mang, tetapi seiring berjalannya waktu dan melihat dari kondisi masyara- kat, ternyata sekolah berasrama bukan hanya yang berbentuk pondok pesantren. Ada juga sekolah negeri milik pemerintah yang berasrama. Kini, terdapat beragam sekolah berasrama. Era millenial dengan arus informasi yang sangat cepat menjadi tantangan utama dalam mendidik anak-anak. Usia remaja merupakan usia yang rentan akan pengaruh-pengaruh buruk dari cepatnya arus informasi. Keberadaan sekolah berasrama tingkat SMA bagai oase bagi orangtua dalam memilih sekolah yang tepat untuk anaknya. Sekolah berasrama seti- daknya menawarkan perlindungan yang ekstra dalam pendidikan anak. Singkatnya, di sekolah berasrama dengan banyak aktivitas anak disibukkan dengan hal yang menyangkut pendidikannya. Dimana anak atau dalam hal ini peserta didik pada lembaga pendidikan yang menerapkan board- ing school wajib mengikuti aturan yang berlaku dalam proses pendidikan. Aturan tersebut kadang mengekang hak-hak tertentu bagi peserta di- dik. Salah satunya adalah pembatasan penggunaan alat komunikasi yang dapat memberikan dampak negatif bagi peserta didik. Sekolah berasrama merupakan salah satu alternatif model pendidikan di Indonesia. Namun perhatian terhadap sekolah berasrama belum optimal. Keberadaan sekolah berasrama yang dikelola oleh pemerintah kurang memperhatikan akses geografis. Menurut penyebarannya, keberadaan sekolah berasrama ini belum merata. Padahal jika dilihat,