PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MENGGALI SPIRITUALITAS SANTO YOHANES PAULUS II SEBAGAI SUMBER INSPIRASI BAGI PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Patrick Marius NIM: 121124047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk Keuskupan Keningau Sabah, Pusat

Pembangunan Pastoral Keuskupan Keningan (PPPKK), seluruh umat Paroki St.

Francis Xaverius terutama Komunitas Umat Kristiani (KUK) stasi St. Maicheal

Kindasan, St. Yohanes Rasul Bomboi, dan St. Joseph Menawo, untuk kedua orang tua, kakak, adik dan sesama keluargaku serta sahabat-sahabat yang telah

memberikan dukungan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari”

(Mat 6:33-34)

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “MENGGALI SPIRITUALITAS SANTO YOHANES PAULUS II SEBAGAI SUMBER INSPIRASI BAGI PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG” . Judul skripsi ini dipilih berdasarkan pengalaman pribadi penulis terhadap keprihatinan menurunnya semangat pelayanan katekis akibat adanya tantangan-tantangan pelayanan yakni arus besar perubahan zaman yang terjadi dewasa ini. Realitas pelayanan katekis menunjukkan adanya tantangan pelayanan yang menghambat dan mempersulit penghayatan spiritualitas pelayanan sehingga semangat melayani menurun. Hal ini tidak dapat dibiarkan sebaliknya harus disikapi dan ditanggapi secara bijaksana oleh para katekis. Bertitik tolak dari kenyataan itu, skripsi ini dimaksudkan untuk memberi inspirasi kepada para katekis agar tetap bersemangat dalam melayani kebutuhan umat. Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah inspirasi macam apa yang dapat digali dari spiritualitas St. Yohanes Paulus II untuk meningkatkan semangat pelayanan katekis zaman sekarang. Persoalan tersebut diolah dengan menggunakan studi pustaka terhadap kisah pelayanan St. Yohanes Paulus II guna memperoleh inspirasi-inspirasi dari spiritualitas pelayanan St. Yohanes Paulus II. Inspirasi-inspirasi yang dipaparkan kiranya dapat berguna bagi para katekis untuk meneguhkan dan meningkatkan semangat pelayanan mereka. St. Yohanes Paulus II adalah sosok pribadi yang sangat menginspirasi banyak orang. Beliau adalah pribadi yang sangat kuat dalam iman, harapan dan kasih yang didukung oleh semangat doa mistis. Beliau pribadi yang penuh kasih sehingga disebut promotor kasih. Beliau pribadi yang tenang, lemah lembut dan murah senyum namun tegas pada keyakinannya. Beliau pribadi yang teguh, tangguh dan tanggap terhadap tantangan arus zaman, berani menghadapi penderitaan dan kematian. Semangat pelayanannya tidak pernah pudar meskipun menghadapi banyak tantangan dan ancaman pembunuhan. Beliau tidak kunjung lelah menyuarakan kasih Allah kepada dunia seperti seorang ibu yang mencurahkan kasih sayang sepenuhnya kepada anaknya. Beliau telah menjadi garam dan terang dunia. Oleh karena itu pantaslah beliau menjadi teladan dan inspirasi bagi para katekis sebagai pelayan. Dalam sejarah Gereja, tugas dan peran katekis sangatlah penting bagi perkembangan dan penyebarluasan iman. Katekis menjadi tulang punggung bagi perkembangan Gereja. Maka, pembinaan dan pendampingan terhadap katekis dan calon katekis perlu terus diupayakan oleh keuskupan maupun paroki. Mengingat begitu penting kehadiran para katekis dan banyaknya tantangan pelayanan, maka sangat mendesaklah upaya pendampingan dan pembinaan para katekis agar tetap bersemangat dalam melayani umat. Oleh karena itu, penulis juga menawarkan suatu program retret sebagai upaya untuk membantu meningkatkan semangat dan penghayatan panggilan katekis sebagai pelayan.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

This undergraduate thesis entitles "EXPLORING THE SPIRITUALITY OF SAINT JOHN PAUL II AS A SOURCE OF INSPIRATION FOR THE MINISTRY OF CATECHISTS TODAY". This title was selected based on the author’s personal concern about the declining of the catechists of the ministry of catechists due to the challenges of the ministry that is the large current of the change of time today. The reality shows there are challenges which impede the appreciation of the spirituality of ministry so that the spirit of ministry declined. This situation cannot be allowed and have to be addressed and responded wisely by catechists. Based on this fact, this undergraduate thesis was intended to keep inspiration of catechist in order to remain energetic in servicing the needs of the people. The main issue in this undergraduate thesis is what kind of inspiration based on the spirituality of St. John Paul II can be explore to enhance the ministry catechists today. This issue was elaborated by using literature on the ministerial story of St. John Paul II in order to get inspiration from his ministerial spirituality. Thus inspiration presented would be useful to strengthen and intensify the spirit of ministry of catechists. St. John Paul II is a very inspired person to many people. He was the one who is very strong personal in faith, hope and love that supported by the mystical spirit of prayer. He was called promoter of love because he was a person full in love. He was a quiet, gentle, full of smile person as well as and firmly in his belief. He was a tenacious and resilient as well as ready to response to the today’s challenges. He dared to face suffering and death. His ministerial spirit never faded in spite of confronting challenges and threats of murder. He never exhausted expressing God love to the world as a mother who entirely devoted her affection to her children. Therefore, he was worth to become example and to give inspiration for catechists as a servent. In the history of the Church, the task and the role of catechists have been development and dissemination of the faith. Catechists have become the backbone for the Church development. Thus the formation and assistance of the catechists need to keep on pursued by dioceses and parishes. Relying on the important of catechists and many challenges of ministry, the formation and assistance of catechists are very urgent so that the catechists keep on their spirit of ministry. Therefore, the author offers a retreat program as an attempt to enhance the spirit and the appreciation of the vocation of catechists as servants.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul MENGGALI

SPIRITUALITAS SANTO YOHANES PAULUS II SEBAGAI SUMBER

INSPIRASI BAGI PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG.

Skripsi ini disusun berdasarkan pengalaman peserta terhadap keprihatinan realitas pelayanan katekis dan realitas kehidupan beriman yang mengalami banyak hambatan dan kesulitan. Contohnya, sekularisme dan sekularisasi, globalisasi, budaya instan, relativisme, dampak perkembangan teknologi digital, fundamentalisme dan radikalisme, rusaknya keutuhan ciptaan dan lingkungan hidup, serta merebaknya kemiskinan. Menurunnya semangat pelayanan para katekis memicu pada usaha untuk memberi sumbangan pemikiran berupa inspirasi untuk meneguhkan dan menyemangat mereka agar tetap bersemangat melayani umat meskipun mengalami banyak tantangan pelayanan.

Gereja selalu mengharapkan kehadiran para katekis yang siap melayani dengan sepenuh hati. Pada masa yang bersamaan, katekis mengalami banyak tantangan dalam menghayati panggilannya sebagai pelayan. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mencari dan menemukan spiritualitas pelayanan St. Yohanes Paulus II sebagai sumber inspirasi bagi pelayanan katekis agar semakin bersemangat melayani umat. Skripsi ini juga menawarkan program retret untuk membantu meningkatkan semangat pelayanan para katekis. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis dengan hati penuh syukur mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. F. X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed. selaku Kaprodi Program Studi

Pendidikan Agama Katolik dan sekaligus dosen pembimbing utama yang

selalu memberikan perhatian, meluangkan waktu untuk mendampingi dan

membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberi masukan-masukan

dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen penguji II yang telah bersedia

membaca, memberikan kritik dan masukan serta mendampingi penulis dalam

mempertanggungjawabkan skripsi ini.

3. Dr. B. Agus Rukiyanto SJ selaku dosen penguji III yang telah bersedia

membaca, memberikan kritik dan masukan, serta mendampingi penulis dalam

mempertanggungjawabkan skripsi ini.

4. Seluruh staf dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

yang telah mendidik, dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan

studi di Program Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma

dengan baik.

5. Seluruh staf pelayan Keuskupan Keningau Sabah terutama Bapa Uskup

Cornelius Piong,. Romo Drs, Charles Chiew SJ., Romo Justin Joanes, SJ. dan

semua pastor paroki, serta Bapak John Liansin selaku ketua Pusat Pelatihan

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Katekis (PPK) Keuskupan Keningau, seluruh staf Pusat Pembangunan

Pastoral Keuskupan Keningau yang telah memberi dukungan penuh kepada

penulis baik secara materi maupun non-materi selama kuliah sehingga

penulisan skripsi ini selesai dengan baik.

6. Orang tua, kakak, adik dan semua keluarga yang selalu memberi semangat,

dukungan moral, motivasi dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan

perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini.

7. Umat Paroki St. Francis Xaverius khususnya di stasi St. Micheal Kindasan, St.

Yohanes Rasul Bomboi, dan St. Joseph Menawo yang telah memberi

dukungan moral dan doa kepada penulis selama kuliah.

8. Seluruh staf perpustakaan Kolese St. Ignatius Kotabaru dan Perpustakaan

Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang begitu bermurah hati untuk

meminjamkan buku-buku yang penulis perlukan baik selama kuliah maupun

selama penulisan skripsi ini sampai selesai.

9. Teman-teman angkatan 2012 yang selalu memberi semangat, motivasi,

dorongan dan bantuan bagi penulis selama kuliah hingga penyelesaian skripsi

ini.

10. Seluruh warga kampus Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang telah

menemani, memberi semangat serta dukungan doa hingga dari awal

perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

11. Umat di Paroki Ratu Pencinta Damai Pogot Surabaya yang selalu memberi

dukungan motivasi, doa dan semangat kepada penulis hingga penyelesaian

skripsi ini.

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...... ii HALAMAN PENGESAHAN ...... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...... iv MOTTO ...... v PENYATAAN KEASLIAN KARYA ...... vi PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...... vii ABSTRAK ...... viii ABSTRACT ...... ix KATA PENGANTAR ...... x DAFTAR ISI ...... xiv DAFTAR SINGKATAN ...... xviii BAB I. PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang ...... 1 B. Rumusan Permasalahan...... 7 C. Tujuan Penulisan ...... 7 D. Manfaat Penulisan ...... 7 E. Metode Penulisan ...... 8 F. Sistematika Penulisan ...... 8 BAB II. PAUS YOHANES PAULUS II SANTO YANG HIDUP...... 11 A. Mengenal Kisah Hidup dan Pelayanan St. Yohanes Paulus II ...... 12 1. Kisah Hidup sebelum Menjadi Imam ...... 12 2. Panggilan Menjadi Imam ...... 14 3. Kisah Hidup dan Pelayanan sebelum Naik Takhta ...... 16 4. Kisah Hidup dan Pelayanan selama Menjabat Takhta Suci ...... 18 a. Karya dan Kunjungan Pastoral ...... 18 b. Serangan Percobaan Pembunuhan ...... 21 c. Penderitaan yang Dialami ...... 22

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

d. Detik-detik Terakhir Sebelum Dijemput Menghadap Bapa di Surga...... 24 5. Penghargaan dan Gelar ...... 26 a. Tokoh Dialog ...... 26 b. Paus Orang Sakit dan Menderita ...... 29 c. Santo yang Hidup ...... 31 d. Yang Agung dan Yang Mulia ...... 33 e. Pribadi yang Tenang dan Komunikator Besar ...... 34 B. Spiritualitas Santo Yohanes Paulus II ...... 37 1. “Hidup, Bergerak dan Berada” dalam Yesus Kristus (Kis 17:28) ...... 40 2. Teguh Berharap Walau dalam Situasi Tanpa Harapan ...... 45 3. Cintakasih hingga Tuntas ...... 48 4. Berdoa dalam Roh ...... 59 BAB III. TANTANGAN DAN PELAYANAN KATEKIS ZAMAN INI .... 70 A. Tantangan Pelayanan Katekis Zaman Ini ...... 71 1. Sekularisasi dan Sekularisme ...... 72 2. Pandangan Hidup dan Budaya Instan ...... 73 3. Ateisme dan Relativisme yang melahirkan Krisis Iman dan Moral ...... 75 4. Dampak Perkembangan Teknologi Digital ...... 75 5. Pluralitas yang diwarnai Fundamentalisme dan Radikalisme serta Globalisasi ...... 76 6. Rusaknya Keutuhan Ciptaan dan Lingkungan Hidup ...... 78 7. Merebaknya Kemiskinan ...... 79 B. Tugas dan Peranan Katekis sebagai Pelayan Umat pada Zaman Ini 81 1. Pelayanan ...... 82 a. Pelayanan menurut Kitab Suci ...... 82 b. Pelayanan menurut Dokumen Gereja ...... 84 c. Pelayanan menurut Para Tokoh ...... 87 1). Paus Fransiskus ...... 87 2). Mother Teresa ...... 88

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3). St. Yohanes Paulus II ...... 90 2. Sosok Katekis ...... 93 3. Kategori Katekis ...... 96 4. Tugas dan Peran Katekis ...... 98 5. Cakupan Pelayanan Katekis ...... 104 a. Cakupan teritorial ...... 104 b. Cakupan Bidang ...... 105 6. Perkembangan Pelayanan Katekis ...... 107 BAB IV. MENIMBA INSPIRASI DARI SANTO YOHANES PAULUS II BAGI PELAYANAN PARA KATEKIS ...... 112 A. Katekis Menimba Inspirasi dari St. Yohanes Paulus II ...... 113 1. Saksi Iman yang Sejati ...... 114 2. Tanpa Doa Iman dan Kasih adalah Mati ...... 117 3. Kesetiaan pada Tugas Pengutusan ...... 120 4. Hati Penuh Pengharapan ...... 122 5. Pemberani di waktu Penuh Ketakutan dan Penderitaan ...... 124 6. Sang Kelana dan Misionaris Agung...... 126 7. Pribadi yang Rendah Hati ...... 128 8. Pribadi yang Utuh ...... 130 9. Pribadi Penuh Kasih ...... 132 10. Pribadi Multi-Talenta ...... 135 B. Usulan Program Retret untuk Meningkatkan Semangat Pelayanan para Katekis di Paroki St. Francis Xaverius Keuskupan Keningau 141 1. Latar Belakang Program...... 141 2. Pengertian Retret...... 145 3. Alasan Diadakan Program Retret ...... 146 4. Tujuan Diadakan Retret ...... 147 5. Gambaran Pelaksanaan Program Retret ...... 149 6. Pemilihan Materi...... 149 7. Matriks Usulan Materi Program Retret ...... 152

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8. Contoh Persiapan Program Retret untuk meningkatkan Semangat Pelayanan para Katekis di Paroki Santo Francis Xaverius Keuskupan Keningau ...... 157 BAB V. PENUTUP ...... 173 A. Kesimpulan ...... 173 B. Saran ...... 176 DAFTAR PUSTAKA ...... 178 LAMPIRAN ...... 181 Lampiran 1: Data Diri Santo Yohanes Paulus II ...... (1) Lampiran 2: Beberapa Foto Kenangan Santo Yohanes Paulus II ...... (3) Lampiran 3: Beberapa Gambar Monumen Tanda Penghargaan Santo Yohanes Paulus II...... (8) Lampiran 4: Perjalanan Dunia Paus Yohanes Paulus II ...... (9) Lampiran 5: Ensiklik yang dikeluarkan oleh Santo Yohanes Paulus II (13) Lampiran 6: Doa dengan perantaraan Santo Yohanes Paulus II ...... (14)

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikut Alkitab

Deuterokanonika © LAI 1976. (Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan

Perjanjian Baru dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan oleh

Lembaga Alkitab Indonesia, ditambah dengan Kitab-kitab Deuterokanonika

yang diselenggarakan oleh Lembaga Biblika Indonesia. Terjemahan

diterima dan diakui oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia). Jakarta: LAI,

2001, hal. 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang

Kerasulan Awam, 18 November 1965.

AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misionaris

Gereja, 7 Desember 1965.

ASG : Ajaran Sosial Gereja, Seri Dokumen Gerejawi Edisi Khusus

(Kumpulan Dokumen Ajaran Sosial gereja Tahun 1891-1991 dari

Rerum Novarum sampai , diterjemahkan dari

naskah resmi bahasa Latin oleh R. Hardawiryana, SJ), Agustus

1999.

CT : , Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes

Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang

Wahyu Ilahi, 18 November 1965.

EG : Evangelii Gaudium. Anjuran Apostolik Paus Fransiskus tentang

Sukacita Injil, 24 November 2013.

EN : Evangelii Nuntiandi, Anjuran Apostolik Paus Paulus VI tentang

Pewartaan Injil di Dunia Modern, 8 Desember 1975.

GE : Gravissimum Educationis, Penyataan Konsili Vatikan II tentang

Pendidikan Kristiani, 28 Oktober 1965.

GS : Gaudium Et Spes, Kontitusi Pastoral Konsili Vatikan II mengenai

Gereja di Dunia Dewasa Ini, 7 Desember 1965.

KGK : Katekismus Gereja Katolik, uraian tentang ajaran iman dan moral

Gereja Katolik, 22 Juni 1992.

KHK : Kitab Hukum Kanonik, susunan atau kodifikasi peraturan kanonik

dalam Gereja Katolik, 25 Januari 1983.

LG : Lumen Gentium, Kontitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang

Gereja di Dunia Dewasa ini, 21 November 1964.

PO : Presbyterorum Ordinis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang

Pelayanan Dan Kehidupan Para Imam, 7 Desember 1965.

RM : , Ensiklik Bapa Suci Yohanes Paulus II

tentang Amanat Misioner Gereja, 7 Desember 1990.

xix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Singkatan Lain

Art : Artikel

AS : Amerika Serikat

Bdk : Berdasarkan

CEP : Congregation for Evangelization of Peoples, Kongregasi

Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa, menerbitkan buku Pedoman

Untuk Katekis, 3 Desember 1993.

CM : Congregation Missionis, Kongregasi Misi

FI : Formatio Iman

Hal : Halaman

KAJ : Keuskupan Agung Jakarta

KAS : Keuskupan Agung Semarang

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

Pdt : Pendeta

PIA : Pendampingan Iman Anak

PIOD : Pendampingan Iman Orang Dewasa

PIR : Pendampingan Iman Remaja

PIUL : Pendampingan Iman Lanjut Usia

PPK : Pusat Pelatihan Katekis

PUK : Petunjuk Umum Katekese

PKKI : Pertemuan Kateketik Keuskupan Se-Indonesia

Prodi : Program Studi

SJ : Serikat Yesus

xx

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengawali Seruan Apostolik Evangelii Gaudium, Bapa Suci Fransiskus menyampaikan dorongan untuk melaksanakan seluruh kegiatan pewartaan atau yang sering disebut evangelisasi dengan penuh sukacita. Seruan tersebut mengajak seluruh keluarga besar Umat Allah untuk melakukan suatu pembaharuan atau suatu cara baru dalam melaksanakan visi dan misi bersama, yakni mewartakan kabar sukacita dengan penuh kegembiraan. Selanjutnya dijelaskan bahwa, sukacita itu dapat dibagikan kepada orang lain jika seorang lebih dulu mengalami sukacita tersebut. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi seorang yang telah menerima kasih Allah untuk tidak mampu membagikan kasih kepada sesama (EG 8).

Mengutip dari Ensiklik Deus Caritas Est, Bapa Suci mengungkapkan,

“Menjadi seorang Kristiani bukanlah hasil dari pilihan etis atau gagasan mulia, melainkan perjumpaan dengan suatu kejadian atau seseorang, yang memberikan cakrawala baru dan arah yang menentukan dalam hidup” (EG 7). Dengan kutipan tersebut menjadi jelas bahwa pengalaman perjumpaan kasih merupakan unsur penting menjadi Kristiani. Oleh karena itu, Gereja perlu memberi tempat pada pengalaman perjumpaan akan Allah yang adalah kasih dan sumber sukacita sejati dalam kegiatan evangelisasi. Pengalaman perjumpaan atau pengalaman kasih tersebut bukanlah dalam hal-hal yang besar atau luar biasa tetapi “Inilah sukacita PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

yang kita alami sehari-hari, di tengah berbagai hal kecil dalam hidup,...”.(EG 4).

Hal-hal kecil tersebut tidak sama dengan hal biasa yang dilakukan dan yang ada di dalam Gereja, tetapi ada di mana kemungkinan sukacita atau kasih Allah boleh diterima dan dialami oleh orang lain. Bapa Suci dengan penuh semangat juga mengatakan bahwa “Gereja harus keluar” untuk mencari dan menemukan tempat di mana benih kasih Allah dapat disemai.

Persoalan untuk masa sekarang adalah siapakah pelaku pewarta sukacita

Injil tersebut? Pada dasarnya seruan Bapa Suci Fransickus tersebut ditujukan kepada semua umat sebagai anggota Gereja, namun secara khusus kepada mereka yang bergiat dalam pewartaan terutama para katekis. Para katekis yang secara khusus menempuh studi kateketik maupun katekis sukarela kiranya menanggapi dengan penuh keterbukaan seruan Bapa Suci Fransiskus serta siap melaksanakannya.

Dalam perjalanan waktu, jumlah umat semakin bertambah dan tentunya membutuhkan tenaga pelayan yang mencukupi. Seperti yang pernah Yesus katakan kepada murid-Nya “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.” (Mat

9:37). Sementara itu, umat juga dihadapkan dengan pelbagai tantangan arus besar zaman yang semakin menggerogoti kehidupan rohani. Dewan Karya Pastoral

Keuskupan Agung Semarang dalam Direktorium Formatio Iman – Menjadi

Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati – mengarisbawahi tujuh tantangan arus-arus besar zaman sekarang (2014:11-17). Tantangan- tantangan tersebut adalah Sekularisasi dan Sekularisme (art. 15), pandangan hidup dan budaya instan (art. 16), krisis iman dan krisis moral yang ditandai dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

munculnya Ateisme dan Relativisme (art. 17), Generasi Digital dan kecepatan- keluasan jejaring sosial (art. 18), pluralitas agama yang diwarnai gerakan

Fundamentalisme dan Radikalisme serta Globalisasi (art. 19,20), rusaknya keutuhan ciptaan dan lingkungan hidup (art. 21), dan merebaknya kemiskinan

(art. 22).

Demikian situasi dunia banyak memberi kenikmatan duniawi yang sangat beragam dan sangat realistis pula. Dalam situasi seperti itu, baik pewartaan maupun pelayanan katekis menghadapi tantangan berat dan sulit dihadapi.

Sementara itu, katekis juga mengalami banyak tantangan dan godaan yang membuat semangat pelayanan mereka semakin menurun. Akibatnya, pelayanan dilaksanakan hanya sebagai kewajiban atau formalitas belaka, atau hanya pemenuhan kebutuhan pelayanan semata-mata demi mendapatkan kebahagiaan semu. Dalam situasi seperti itu, sukacita Injil atau kasih Allah menjadi semakin sulit untuk diwartakan. Sementara itu juga, berhadapan dengan pelbagai tantangan arus besar zaman, umat mengalami krisis iman dan krisis moral. Oleh hal demikian, sangat mendesaklah bagi Gereja untuk lebih giat dan aktif hadir di tengah hidup umat, melayani dan memperhatikan umat agar iman tetap terpelihara serta semakin berkembang. Karena itu, dibutuhkan tenaga pewarta terutama katekis untuk berperan mendampingi umat agar mengalami kasih Allah dalam hidupnya.

Menyadari akan tantangan tersebut, keuskupan maupun paroki mencoba untuk memberi bekal serta pembinaan kepada para katekis agar semakin bersemangat dalam melayani umat. Pelbagai usaha yang dilakukan, mulai dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

membiayai para calon katekis khusus studi teologi maupun ilmu kateketik, dan membina para katekis sukarela dengan harapan akan menjadi seorang katekis yang profesional serta berspiritualitas mendalam. Para katekis yang sudah melayani juga terus didampingi dan diberi pembinaan, kursus penyegaran pelayanan, dan pelatihan-pelatihan lainnya. Semua usaha tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan umat dan juga dalam usaha menanggapi seruan

Bapa Suci Paus Fransiskus. Namun segala usaha tersebut tidaklah cukup untuk membina katekis yang sungguh berspiritual tangguh dan mendalam. Tidaklah cukup para katekis studi dan mengikuti banyak pelatihan dan pembinaan, tetapi membutuhkan pengolahan diri sendiri. Pengolahan diri sendiri pun harus ada dasar dan arahnya yang jelas pula. Maka dari itu, dalam skripsi ini penulis mengusulkan agar para katekis belajar dan menimba inspirasi dari spiritualitas pelayanan St. Yohanes Paulus II.

St. Yohanes Paulus II adalah sosok pribadi yang memiliki semangat pelayanan tidak pernah pudar meskipun mengalami dan menghadapi banyak tantangan. Sosok yang memiliki kedalaman spiritualitas, menjadikan ia senantiasa bersemangat dalam menghayati panggilannya sebagai gembala sampai pada titik akhir hidupnya. Seperti yang sudah diketahui, St. Yohanes Paulus II, selama pelayanannya, menghadapi banyak tantangan bahkan menghadapi percobaan pembunuhan. Akibat dari luka serangan pencobaan pembunuhan inilah yang menjadi titik awal penderitaan beliau terhadap pelbagai jenis penyakit kronis yang sulit disembuhkan. Meskipun demikian, semangat pelayanan St. Yohanes Paulus

II tidak pernah luntur, tidak jarang pula beliau bersikeras melakukan pelayanan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

maupun kunjungan pastoral di masa kondisinya tidak mendukung. St. Yohanes

Paulus II juga memiliki relasi yang sangat intim dengan Sang Sabda sumber kehidupan yakni Yesus Kristus, dan sangat dekat dengan Bunda Gereja Bunda

Maria. Kedalaman hubungan dengan Yesus dan Bunda Maria inilah yang menjadi sumber kekuatan St. Yohanes Paulus II dalam melaksanakan pelayanannya dan dalam menghadapi serta menanggung segala penderitaan yang beliau alami selama masa hidupnya.

St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang suka mengampuni dan senang menghibur orang lain. Setelah luka dalam akibat peluru serangan percobaan pembunuhan sembuh, St. Yohanes Paulus II dengan hati yang terbuka dan penuh kasih mendekati pelaku serangan dan mengampuninya. St. Yohanes Paulus II tidak hanya mengampuni tetapi beliau juga menganggap pelaku serangan sebagai saudaranya. Tindakan St. Yohanes Paulus II mengampuni dan menganggap pelaku serangan sebagai saudara merupakan tindakan kasih yang memancarkan sukacita. Tindakan ini sungguh menggugah hati banyak orang. Selain itu, di masa- masa sakitnya menjadi parah dan ditempatkan di rumah sakit, beliau bahkan selalu memberi penghiburan kepada para pesakit yang lain.

Selama menjabat takhta suci, St. Yohanes Paulus II sering kembali ke ruang operasi untuk melaksanakan tindakan prosedur atas sakit yang dideritanya.

Betapa berat penderitaan yang beliau alami namun tidak menjadi penghalang baginya untuk melaksanakan pelayanan. St. Yohanes Paulus II bahkan sering menunda waktu perawatannya demi melaksanakan tanggung jawab sebagai Paus.

Tidak hanya pada masa pelayanannya sebagai pemimpin tertinggi Gereja, namun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

sudah sejak kecil beliau telah mengalami banyak penderitaan. Beliau kehilangan semua orang tersayangnya yakni kedua orang tuanya dan juga kakaknya. Beliau mengalami kekejaman dan kekerasan pemerintahan tentara Nazi Jerman yang memaksa beliau berhenti sekolah dan mencari pekerjaan. Namun sampai pada titik akhir hidup, semangatnya tetap bernyala dan sangat menginspirasi serta mengagumkan banyak orang di seluruh dunia.

Oleh hal yang demikian para katekis sebagai pelayan perlulah menimba inspirasi dari St. Yohanes Paulus II misalnya kesetiaan pada tugas perutusan, ketekunan dalam doa, lemah lembut dan murah senyum, pemberani di waktu penuh ketakutan, hati penuh harapan meskipun dalam situasi tanpa harapan, pembela nilai luhur manusia, berani menghadapi sakit dan kematian, dan totalitas dalam pelayanan. Para ketekis perlu menggali spiritualitas pelayanan St. Yohanes

Paulus II sebagai inspirasi pelayanan mereka dalam mewartakan Kabar Sukacita.

Sukacita itu dapat dibagikan atau disebarkan kepada orang lain jika katekis lebih dulu memiliki sukacita tersebut. Itulah yang dilakukan oleh St. Yohanes Paulus II.

Seperti yang dihadapi St. Yohanes Paulus II selama pelayanannya, para katekis juga menghadapi tantangan besar yakni arus-arus perkembangan zaman yang dapat menghambat penghayatan panggilan katekis sebagai pelayan. Maka dari itu, penulis memberi judul skripsi ini, “MENGGALI SPIRITUALITAS SANTO

YOHANES PAULUS II SEBAGAI SUMBER INSPIRASI BAGI

PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG”. Tujuannya adalah, supaya para katekis zaman sekarang semakin dapat menghayati panggilannya sebagai pelayan yang mewartakan Kabar Sukacita yakni kasih Allah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini sebagai berikut :

1. Seperti apa sosok dan spiritualitas St. Yohanes Paulus II?

2. Seperti apa sosok katekis dan pelayanan mereka kepada umat?

3. Inspirasi macam apa yang dapat digali dari spiritualitas St. Yohanes Paulus

II bagi pelayanan katekis zaman sekarang?

C. Tujuan Penulisan

Adapun beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut :

1. Menggambarkan spiritualitas dari St. Yohanes Paulus II sebagai sumber

inspirasi bagi pelayanan katekis di zaman sekarang.

2. Menggambarkan sosok katekis zaman sekarang dan realitas pelayanan

mereka kepada umat.

3. Menyampaikan dan menguraikan inspirasi spiritualitas St. Yohanes Paulus

II bagi pelayanan para katekis zaman sekarang.

D. Manfaat Penulisan

1. Menambah pengetahuan dan wawasan baru kepada para katekis tentang

kisah hidup dan pelayanan St. Yohanes Paulus II agar dapat mengenali lebih

dalam sosok pribadi dan spiritualitas St. Yohanes Paulus II. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

2. Memberi pengetahuan dan pemahaman kepada umat kristiani tentang sosok

katekis zaman sekarang dan realitas pelayanan mereka kepada umat, agar

katekis sendiri semakin disadarkan akan tugas dan perannya dalam Gereja.

3. Memberi inspirasi bagi para katekis dalam usaha menghayati dan mencintai

panggilannya sebagai pewarta dan saksi Kristus sehingga semakin

bersemangat melayani umat.

E. Metode Penulisan

Skripsi ini adalah studi pustaka dengan menggunakan metode penulisan deskripsi intepretatif. Dengan metode deskripsi intepretatif cara penulisan yang dilakukan adalah penulisan yang dilandaskan dengan cara mengemukakan, menyampaikan atau menggambarkan apa yang sudah didapat melalui studi pustaka kemudian menjelaskan dan memaknainya. Berdasarkan judul yang dipilih, penulis akan menggambarkan kembali inspirasi dari spiritualitas St.

Yohanes Paulus II kemudian memaknainya sebagai inspirasi bagi pelayanan katekis di zaman sekarang.

F. Sistematika Penulisan

Judul skripsi adalah “MENGGALI SPIRITUALITAS SANTO

YOHANES PAULUS II SEBAGAI SUMBER INSPIRASI BAGI

PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG”. Dengan judul tersebut, penulis ingin mengali spiritualitas St. Yohanes Paulus II sebagai sumber inspirasi bagi pelayanan para katekis zaman sekarang. Untuk mencapai maksud tersebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

penulisan skripsi ini direncanakan terdiri dari lima bab yang isinya adalah seperti berikut:

Bab I menguraikan pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II membahas sosok pribadi dan spiritualitas St. Yohanes Paulus II yang mencakup pembahasan kisah St. Yohanes Paulus II dari masa kecil, kisah pelayanan sampai pada titik akhir hidupnya, pengertian spiritualitas secara umum dan spiritualitas St. Yohanes Paulus II.

Bab III membahas tantangan dan pelayanan katekis zaman sekarang.

Pembahasan dalam bab ini memberi gambaran tentang tantangan-tantangan pelayanan katekis dan pelayanan katekis kepada umat. Bab ini dimulai dengan pemaparan tujuh tantangan pelayanan zaman dewasa ini. Sebelum membahas pelayanan katekis, secara cermat akan dipaparkan arti pelayanan yang ditinjau dari 3 perspektif yaitu pelayanan menurut Kitab Suci, menurut Dokumen Gereja, dan pelayanan menurut beberapa tokoh. Pembahasan tentang pelayanan katekis zaman sekarang mencakup sosok, tugas dan peran katekis dalam Gereja. Selain itu, bab ini juga memberi gambaran tentang kategori katekis, cakupan pelayanan katekis dan perkembangan pelayanan katekis.

Bab IV membahas inspirasi-inspirasi yang didapat dari kisah pelayanan St.

Yohanes Paulus II. Penulis akan mengemukakan beberapa inspirasi yang menarik dari kisah pelayanan St. Yohanes Paulus II dan memaknainya sebagai inspirasi bagi pelayanan katekis zaman sekarang. Bab ini ditutup dengan pembahasan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

tentang usulan program retret sebagai usaha meningkatkan semangat pelayanan katekis di Paroki St. Francis Xaverius Keuskupan Keningau Sabah.

Bab V berisi kesimpulan dan saran. Dalam kesimpulan, penulis akan mengungkapkan beberapa hal penting berkenaan dengan pokok permasalahan penulisan skripsi ini. Penulis memberikan saran guna memanfaatkan hasil karya ini untuk meningkatkan semangat pelayanan para katekis dengan belajar dan menimba inspirasi dari St. Yohanes Paulus II.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

BAB II

PAUS YOHANES PAULUS II SANTO YANG HIDUP

Paus Yohanes Paulus II adalah tokoh yang sangat menginspirasikan, banyak hal yang dapat dipelajari darinya, baik itu sejarah hidupnya sebagai pelayan Gereja dan dunia maupun dokumen-dokumen yang telah diterbitkannya.

Selama masa pelayanan Paus Yohanes Paulus II, banyak tantangan dan persoalan dunia yang telah dihadapi oleh Paus Yohanes Paulus II dengan penuh keberanian dan keyakinan serta harapan yang tak kunjung padam. Begitu unggul dan menginspirasikan kisah hidup dan pelayanannya sehingga sangat menarik dan berguna untuk dipelajari oleh para katekis sebagai sumber inspirasi bagi pelayanan mereka.

Oleh hal yang demikian, pembahasan dalam bab II ini menjadi bagian yang penting dalam keseluruhan tulisan ini, dimana menjadi sumber belajar utama untuk mencapai maksud dan tujuan utama penulisan skripsi. Adapun isi dari bab II ini adalah mengenai kisah hidup St. Yohanes Paulus II dari kecil sampai wafatnya, kisah pelayanan dan tantangan-tantangan yang dihadapinya baik sebelum terpilih menjadi Paus maupun setelah menjadi Paus, termasuk juga beberapa hal menarik tentang penghargaan dan gelar, dan yang paling penting adalah pembahasan tentang spiritualitas St. Yohanes Paulus II.

Pembahasan bab II ini terdiri dari 2 bagian utama yaitu bagian pertama mengenai kisah hidup dan pelayanan, dan bagian kedua tentang spiritualitas St.

Yohanes Paulus II. Bagian pertama dibagi menjadi 5 topik. Topik 1 sampai 3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

lebih menyoroti kisah hidup dan pelayanan sebelum terpilih menjadi Paus. Topik

4 lebih menyoroti kisah hidup, pelayanan dan perjuangan selama menjabat takhta suci, terutama penderitaan yang dialaminya karena justru itulah yang menjadi kekhasan dari keunggulan pelayanan St. Yohanes Paulus II. Topik 5 menyoroti hal-hal yang menarik dari pribadi St. Yohanes Paulus II yang mengungkapkan kebesaran dan keunggulan beliau. Sedangkan bagian kedua terdiri dari 4 topik yang menjadi sumber belajar utama dalam pembahasan bab-bab selanjutnya.

A. Mengenal Kisah Hidup dan Pelayanan St. Yohanes Paulus II

1. Kisah Hidup Sebelum Menjadi Imam

Leonora Wilson dalam buku kecil tulisannya yang berjudul Karol dari

Polandia mengisahkan kehidupan masa kecil St. Yohanes Paulus II. Karol

Wojtyla adalah nama lahir St. Yohanes Paulus II. Dalam bahasa Inggris Karol berarti Charles. Nama keluarga Karol adalah Wojtyla. St. Yohanes Paulus II lahir pada tanggal 18 Mei 1920 di sebuah kota kecil bernama Wadowice di Negara

Polandia. Rumah Wojtyla terletak di Church Street No. 7. Keluarga Wojtyla bukanlah keluarga yang kaya. Rumah yang mereka tempati adalah sebuah rumah yang biasa-biasa saja (Wilson, 2004: 6-7).

Berdasarkan tulisan Leonera Wilson (2004:8-9) ayah Wojtyla adalah seorang tentara. Dalam benak Wojtyla, nantinya dia juga akan menjadi seorang tentara yang baik seperti ayahnya. Wojtyla mempunyai seorang saudara yang bernama Edmund berusia dua belas tahun lebih tua daripadanya. Setiap hari ayah

Wojtyla akan berangkat kerja, Edmund berangkat ke sekolah, manakala Wojtyla PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

tinggal di rumah bersama ibunya. Ibu Wojtyla, nyonya Wojtyla tidak memiliki pekerjaan tetap. Wojtyla sejak usia dini sudah mendapat didikan yang sangat bagus dari ibunya dan belajar berdoa secara mandiri. Wojtyla sangat menyukai ketika ibunya bercerita tentang Allah, Yesus, Bunda Maria, dan tentang Gereja.

Memasuki usia Sekolah Dasar yaitu tujuh tahun, Wojtyla bersekolah di sekolah militer yaitu sekolah khusus putra (Wilson, 2004:14). Semenjak memasuki usia sekolah, Wojtyla semakin aktif dan semakin berkembang dalam banyak hal terutama bidang olahraga. Wojtyla dipanggil Lolek oleh teman- temannya. Tidak lama setelah ulang tahun yang kesembilan, Wojtyla mengalami kesedihan karena ibunya telah meninggal (Wilson, 2004:16).

Setelah selesai di sekolah militer, Wojtyla melanjutkan belajarnya di sekolah lain dan belajar lebih banyak tentang matematika, menulis dan ilmu pengetahuan yang lainnya (Wilson, 2004:18). Wojtyla pun semakin pintar dan semakin aktif melaksanakan banyak kegiatan bersama teman-temannya. Namun baru saja setahun di sekolah baru ini, saudaranya Edmund mengalami sakit dan tidak kunjung sembuh. Saudaranya Edmund akhirnya meninggal (Wilson,

2004:19).

Leonora Wilson (2004:20-21) selanjutnya mengisahkan kebingungan

Wojtyla dalam menentukan masa depannya. Setelah tamat dari sekolah menengah atas, Wojtyla masih belum jelas tentang masa depannya. Keinginannya untuk menjadi tentara sudah hilang. Selama masa ini Wojtyla sangat aktif datang ke

Gereja untuk berdoa dengan harapan mendapat petunjuk akan mau jadi apa nantinya. Dalam hati Wojtyla terjadi pergulatan pilihan antara jadi bintang film PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

atau imam. Belum sempat membuat pilihan, pada tahun 1938, Wojtyla dan ayahnya berpindah ke sebuah kota yang lebih besar yaitu Krakow. Di kota ini

Wojtyla masuk universitas. Tono Suratman (2014:116) dalam tulisannya Santo

Yohanes Paulus II Mencium Bumi Indonesia menuliskan, di Krakow Wojtyla masuk Universitas Jaggiellonian. Di Universitas ini, sambil belajar filologi dan berbagai bahasa, Wojtyla juga tampil di beberapa grup teater dan menjadi penulis naskah drama. Kemampuan berbahasa Wojtyla berkembang dengan cepat sehingga beliau menguasai 12 bahasa asing, 9 daripadanya digunakan selama menjadi Paus.

Anthony Christie (2014: 56) dalam tulisannya mengisahkan tidak lama

Wojtyla menetap di Krakow, perang pecah di Polandia akibat dari pendudukan

Nazi pada tahun 1939. Orang-orang saling bertempur, pengeboman terjadi dimana-mana dan tank-tank tentara memenuhi kota. Banyak orang yang terbunuh dan dipenjarakan. Saat itu di Polandia tidak ada kebebasan dan keadaan sangatlah menyedihkan. Selama pendudukan Nazi, Wojtyla tidak dapat masuk ke sekolah karena semua sekolah ditutup (Wilson, 2004:22).

2. Panggilan Menjadi Imam

Wilson (2004:22-23) dalam buku kecilnya mengisahkan Wojtyla yang berani mengalami pergulatan panggilan hidupnya. Setelah pendudukan Nazi, bahkan Wojtyla belum merasa kalau ia nantinya akan menjadi imam. Karena tidak sekolah, ia bekerja di beberapa tempat. Wojtyla juga sering berkumpul dengan teman-temannya dan biasanya mengadakan acara seperti pementasan drama dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

pertunjukkan lainnya. Ketika itu, dalam hati Wojtyla bertanya pada diri sendiri bahwa dia akan menjadi pemain film yang terkenal. Sementara ayah Wojtyla semakin menderita sakit keras dan akhirnya dipanggil oleh Allah Bapa. Saat inilah

Wojtyla mengalami pergulatan, ia berdoa dan berdoa terus agar ada jawaban yang ia dapatkan. Akhirnya Wojtyla menyadari bahwa Allah menghendakinya untuk menjadi seorang imam. Sejak kesadaran ini, Wojtyla semakin rajin belajar meskipun masih bingung mau pergi ke mana. Saat ini hati Wojtyla sudah bulat dan sangat yakin akan menjadi imam (Christie, 2014:57), hanya saja dia belum tahu bagaimana caranya karena masih terjadi penindasan dari tentara Nazi.

Selama ini Wojtyla tidak pernah putus asa, sepulang dari bekerja Wojtyla semakin giat belajar. Perang semakin memburuk, keadaan dan situasi Polandia semakin memprihatinkan. Pada suatu hari minggu, terdengar suara tembakan dari luar rumahnya. Ternyata tentara Nazi sedang mencari dan menangkap semua laki- laki. Wojtyla segera bersembunyi sampai tentara pergi meninggalkan rumahnya

(Wilson, 2004:24). Tono Suratman (2014:118) dalam tulisannya mencatat peristiwa yang terjadi pada tanggal 6 Agustus 1944 ini sebagai insiden kelam

“Minggu Hitam”, karena Gestapo mengumpulkan para pria muda di Krakow untuk mencegah meluasnya demonstrasi yang sedang terjadi di Warsawa. Rumah- rumah digeledah untuk mencari anak-anak muda. Wojtyla lolos dari penangkapan karena selama penggeledahan Wojtyla bersembunyi di ruang bawah tanah rumah pamannya.

Di saat yang genting ini Wojtyla semakin giat berdoa. Keesokan hari setelah tentara Nazi meninggalkan rumahnya, datanglah seorang wanita yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

merupakan seorang pemandu. Wojtyla mengikuti wanita tersebut. Mereka melewati banyak bahaya ditembak dan ditangkap oleh tentara tetapi itu tidak pernah terjadi sampai mereka tiba di rumah tempat Uskup Krakow tinggal. Sejak saat inilah perjalanan Wojtyla menjadi imam dimulai. Di rumah uskup ini Wojtyla melaksanakan studinya untuk menjadi seorang imam (Wilson, 2004:24-25).

Pada tahun 1945 perang berhenti. Tentara-tentara meninggalkan Polandia.

Sekolah-sekolah dan universitas pun mulai dibuka kembali (Wilson, 2004:26).

Para pelajar keluar dari persembunyian dan bergotong-royong membersihkan seminari. Tono Suratman (2014:118) mengisahkan, pada waktu itu Wojtyla telah menolong seorang gadis Yahudi bernama Edith Zierer 14 tahun, yang sedang melarikan diri dari perkampungan buruh di Czestochow. Selain gadis malang tersebut, menurut beberapa organisasi Yahudi, Wojtyla telah banyak menolong orang Yahudi selama pendudukan Nazi. Pada tahun 1946 Wojtyla telah menyelesaikan studinya dan ditahbiskan sebagai imam pada Pesta Hari Raya

Orang Kudus, 1 November 1946, oleh Uskup Agung Krakow, Kardinal Adam

Stefan Sapieha dan melaksanakan Misa pertamanya di kota tempat ia dilahirkan

(Tono Suratman, 2014:119).

3. Kisah Hidup dan Pelayanan sebelum Naik Takhta

Selama menjadi Pastor Wojtyla tidak pernah melupakan kebiasaan- kebiasaan bersama dengan teman-temannya. Ia telah berusaha keras untuk mengajari orang tentang kebaikan Allah. Pastor Wojtyla memperjuangkan pelayanan yang memperkenalkan Allah kepada anak-anak. Ia sangat mencintai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

anak-anak dan ia pun dicintai oleh banyak umat (Wilson, 2004:27). Tono

Suratman (2014:119) menuliskan, tidak lama setelah ditahbiskan, Pastor Wojtyla dikirim oleh Kardinal Sapieha ke Roma untuk belajar di Universitas Angelicum, di bawah bimbingan seorang teolog kenamaan, Garrigou-Lagrange seorang imam dari ordo Dominikan Perancis. Pada tahun 1948, Pastor Wojtyla menyelesaikan studi doktoralnya dengan tesis yang mengangkat tema iman dalam kesaksian

Santo Yohanes dari Salib.

Tono Suratman (2014:119-120) kemudian mengisahkan Pastor Wojtyla selalu memanfaatkan waktu luangnya untuk melakukan pelayanan, terutama di waktu liburnya, Pastor Wojtyla menghabiskan waktunya untuk melaksanakan pelayanan pastoral kepada para imigran Polandia yang datang dari Perancis,

Belgia dan Belanda. Setelah sekian lama belajar di Roma, pada tahun 1954 akhirnya Pastor Wojtyla memperoleh gelar doktor kedua untuk bidang filsafat di

Universitas Angelicum. Pastor Wojtyla kemudian melanjutkan belajar di

Universitas Katolik Lublin. Di universitas ini Ia mengambil kuliah di bidang filsafat dan teologi. Sementara ia juga aktif memberikan pelayanan iman kepada para mahasiswa. Selanjutnya ia menjadi pengajar mata kuliah teologi moral dan etika sosial di Seminari Tinggi Krakow dan di Fakultas Teologi Lublin. Selama periode ini Pastor Wojtyla menulis seri artikel di Koran Katolik Krakow, membuat karya sastra seperti puisi dan naskah drama.

Pada 4 Juli 1958 Pastor Wojtyla diangkat menjadi Uskup tituler Ombi dan

Uskup Bantu Krakow oleh Paus Pius XII, dan ditahbiskan pada 28 September

1958, di Katedral Wawel, Krakow, oleh Uskup Agung Eugeniusz Baziak. Setelah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

menjadi Uskup, hidupnya menjadi lebih sibuk lagi. Meskipun demikian, ia tetap masih meluangkan waktu untuk anak-anak dan orang muda. Sekitar sembilan tahun kemudian Uskup Wojtyla dipanggil ke Roma. Ketika itu Bapa Suci Paus

Paulus VI sangat tertarik dengan pekerjaan Uskup Wojtyla. Pada 13 Januari 1963

Uskup Wojtyla diangkat menjadi Uskup Agung Krakow oleh Paus Paulus VI, yang menjadikannya Kardinal pada 26 Juni 1967 (Tono Suratman, 2014:121-

122).

Tono Suratman (2014:122-124) kemudian mengisahkan terpilihnya

Kardinal Wojtyla menjadi paus. Pada tanggal 6 Agustus 1978, Paus Paulus VI meninggal dunia. Sebagai seorang Kardinal, Wojtyla datang kembali ke Roma untuk proses pemilihan paus. Paus baru yaitu Paus Yohanes Paulus I pun terpilih.

Namun masa jabatannya berakhir terlalu cepat setelah 33 hari menjabat, Paus

Yohanes Paulus I meninggal. Para Kardinal pun berkumpul kembali ke Roma untuk memilih paus baru. Tidak disangka dalam konklaf kali ini Kardinal Wojtyla terpilih menjadi Paus dan ia pun mengambil nama Paus Yohanes Paulus II untuk menghormati pendahulunya. Anthony Christie (2014:60) membuat catatan, pada pelantikannya, ia memilih untuk melakukan upacara yang sederhana seperti pendahulunya dan bukanlah sebuah koronisasi Paus besar-besaran.

4. Kisah Hidup dan Pelayanan Selama Menjabat Takhta Suci a. Karya dan Kunjungan Pastoral

Didorong oleh keprihatinan pastoralnya bagi seluruh Gereja dan juga didorong oleh rasa keterbukaan, solider, dan amal kasih terhadap seluruh umat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

manusia, St. Yohanes Paulus II melaksanakan tugas pelayanannya dengan semangat misioner yang tidak pernah mengenal lelah, penuh dedikasi dan dengan segenap tenaganya. St. Yohanes Paulus II selama jabatannya telah mengadakan

104 kunjungan pastoral di luar Itali dan 146 di dalam Itali. Sementara itu, sebagai

Uskup Roma, St. Yohanes Paulus II mengunjungi 317 dari 333 paroki kota. St.

Yohanes Paulus II juga telah mengadakan pertemuan lebih banyak dari pendahulunya. Pertemuan yang diadakannya tidak hanya kepada Umat Allah atau anggota Gereja tetapi juga kepada para pemimpin bangsa-bangsa. Banyak tokoh pemerintah yang dijumpainya dalam 38 kunjungan resmi, 738 audiensi dan pertemuan dengan Kepala Negara, dan 246 audiensi dan pertemuan dengan

Perdana Menteri dari seluruh dunia.

Pelayanan beliau juga banyak memberi perhatian kepada kaum muda.

Kasihnya bagi orang-orang muda membawa pada penetapan Hari Pemuda

Sedunia. Dengan adanya Hari Pemuda Dunia St. Yohanes Paulus II telah berjaya menyatukan jutaan orang muda dari seluruh dunia (Christie, 2014:73). Pada saat yang sama keluarga juga mendapat perhatian dari St. Yohanes Paulus II, secara khusus perawatannya untuk keluarga terungkap dalam Rapat Dunia Keluarga, yang dimulai pada tahun 1994. Selain itu, St. Yohanes Paulus II juga telah berhasil menjalin dialog dengan orang Yahudi dan dengan perwakilan-perwakilan masing-masing dari agama lain. Mereka juga yang diundang ke pertemuan dan doa untuk perdamaian, khususnya di Asisi. Tidak hanya menjalin dialog dengan orang Yahudi namun St. Yohanes Paulus II juga telah menjalin hubungan dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

agama-agama lain seperti Anglikan, Lutheran, Yahuni, Gereja Ortodoks Oriental,

Budha, dan Islam (Christi, 2014:74-83).

St. Yohanes Paulus II memiliki peran penting dalam runtuhnya komunisme. Beliau menjadi katalisator untuk “revolusi damai” yang meruntuhkan komunisme di Polandia (Christi, 2014:83). Runtuhnya komunisme di Polandia disusuli dengan runtuhnya Tembok Berlin di Jerman Timur, kemudian kehancuran komunisme Uni Soviet pada tahun 1990 (Tono Suratam, 2014:130).

Dalam persiapan memasuki milenium ketiga dan persiapan merayakan Jubileum

Agung tahun 2000, St. Yohanes Paulus II telah mengedarkan surat Apostolik

Novo Ineunte Millennio, di mana, melalui surat tersebut, ia menunjukkan jalan menuju masa depan kepada umat.

St. Yohanes Paulus II selama jabatannya telah melakukan banyak usaha dan dorongan luar biasa untuk kanonisasi dan beatifikasi. Beliau merayakan upacara beatifikasi 147 di mana ia menyatakan 1.338 orang kudus; dan 51 kanonisasi dengan jumlah 482 orang kudus. Beliau juga telah mengangkat

Theresia dari Kanak-Kanak Yesus menjadi seorang Doktor Gereja. St. Yohanes

Paulus II juga telah memperluas Kardinal, menjadikannya 231 Kardinal dalam 9 consistories. Beliau mengatur 15 Sidang Sinode para Uskup – enam Sinode

Biasa. Satu Sinode Luar Biasa, dan delapan Sidang Khusus.

St. Yohanes Paulus II telah menerbitkan 85 dokumen penting yang terdiri dari 14 Ensiklik, 15 amanat Apostolik, 11 Konstitusi Apostolik, dan 45 Surat

Apostolik. St. Yohanes Paulus II juga telah mengeluarkan Katekismus Gereja

Katolik. St. Yohanes Paulus II juga mengadakan reformasi terhadap Kitab PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Hukum Kanonik Timur dan Barat, dan menciptakan lembaga baru dalam dan mereorganisasi Kuria Romawi. Selain menghasilkan banyak karya yang bersifat dokumen, St. Yohanes Paulus II juga menerbitkan lima buku sendiri.

Pada tanggal 9-14 Oktober 1980 St. Yohanes Paulus II datang ke

Indonesia. Saat di Indonesia, Beliau telah mengunjungi Jakarta, Yogyakarta,

Maumere, Medan, dan Dili yang saat itu masih bagian dari Indonesia. Beliaulah

Paus yang kedua berkunjung ke Indonesia, setelah Paus Paulus VI di tahun 1970.

Pada tahun 1993, Vatikan menetapkan hubungan diplomatik formal dengan Israel.

Dan pada bulan Maret 2000, Ia mengunjungi Israel dan berdiri di atas tanah

Betlehem, tempat kelahiran Yesus. Ia juga berdiri pada suatu tempat yang memperlihatkan Danau Galilea yang dikatakan tempat Yesus mengajarkan kotbah di atas bukit.

b. Serangan Percobaan Pembunuhan

Seperti yang dituliskan oleh Anthony Christie (2014:85) selama waktu jabatannya, St. Yohanes Paulus II mendapatkan tiga pencobaan pembunuhan.

Pencobaan pembunuhan yang pertama terjadi pada tanggal 13 Mei 1981, ketika memasuki Lapangan Santo Petrus untuk bertemu umat St. Yohanes Paulus II hampir tewas oleh tembakan percobaan pembunuhan Mehmet Ali Agca, seorang ekstrimis Turki. Dengan peristiwa ini, Agca akhirnya dihukum penjara seumur hidup. Dua tahun kemudian, St. Yohanes Paulus II telah menjenguk Mehmet Ali

Agca pelaku serangan percobaan pembunuhannya di penjara. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

Sebuah percobaan pembunuhan lainnya terjadi pada tanggal 12 Mei 1982, di Fatimah, Portugal (Christie, 2014:86). Seorang pria berusaha menikam Paus dengan sebilah bayonet, tetapi dicegah oleh para penjaga. Pelakunya adalah seorang pastor ultrakonservatif, berhaluan keras, warga negara Spanyol, bernama

Juan Maria Fernandezy Krohn yang menentang reformasi Konsili Vatikan II dan memanggil St. Yohanes Paulus II sebagai seorang “agen dari Moskwa.” Juan

Maria Fernandezy Krohn kemudian divonis hukuman penjara enam tahun.

Percobaan pembunuhan yang ketiga kalinya terjadi ketika St. Yohanes

Paulus II berada di Manila, pada bulan Januari 1995 (Christie, 2014:87).

Percobaan pembunuhan kali ini merupakan bagian dari Operasi Bojinka, sebuah serangan terorisme massal yang dikembangkan oleh anggota kaum ekstrimis,

Ramzi Yousef dan Khalid Sheik Mohammad. Seorang pelaku bom bunuh diri yang menyamar sebagai seorang pastor direncanakan mendekati parade paus dan meledakkan diri namun gagal karena rencana pembunuhan telah diketahui.

c. Penderitaan yang Dialami

Stanislaw Dziwisz, Czeslaw Drazek, Renato Buzzonetti, dan Angelo

Comastri dalam buku Izinkan Aku Pulang Ke Rumah Bapa (2010), banyak mengisahkan penderitaan yang dialami oleh St. Yohanes Paulus II selama pelayanannya. Penulis memilih tulisan Renato Buzzonetti (2010:59-90) yang berjudul “Hari-hari penuh Penderitaan dan Harapan” karena beliau adalah dokter pribadi St. Yohanes Paulus II. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Menurut Renato Buzzonetti, semenjak serangan percobaan pembunuhan pada tahun 1981, St. Yohanes Paulus II sering mendapat penyakit yang tidak mudah ditangani. Serangan itu sendiri paling tidak membuat St. Yohanes Paulus

II harus dioperasi karena terjadi luka dalam akibat terkena peluru yang menembus bagian perut dan hampir mengenai tulang belakang, dan menyebabkan kerusakan pada bagian usus kecil dan usus besar, membran selaput perut, dan terjadi banyak pendarahan dalam. Tiga bulan kemudian dari peristiwa serangan, Paus sekali lagi menjalani operasi untuk mengangkat saluran pembuangan buatan yang dipasangkan ketika operasi pertama. Beberapa tahun berlalu, Paus menunjukkan gejala-gejala umumnya yang terjadi mengikut usia tua yang cepat karena terbebani oleh banyak kesulitan, keadaan tidak nyaman, dan pelbagai tantangan pelayanan yang dialaminya.

Tahun 1992, Paus kembali menjalani operasi medis serius karena mengalami tumor berbahaya dari usus besarnya. Di masa-masa sulitnya ini, St.

Yohanes Paulus II tetap bersemangat melakukan kunjungan internasionalnya sampai yang terakhir kalinya yaitu pada 5 September 2004. Perjalanan-perjalanan yang beliau lakukan memang sangat melelahkan sehingga akhirnya mengharuskan beliau sendiri untuk berjalan menggunakan kursi roda. Suaranya melemah, ungkapan wajahnya menunjukkan penderitaan yang dialami, dan tatapan wajahnya juga merawang jauh. Ini menunjukkan beliau memang mengalami masa-masa sulit terutama karena derita sakit. Tahun 1993, beliau terjatuh tersandung karena terinjak jubahnya sendiri. Insiden ini menyebabkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

pendarahan. Pada 28 April 1994, sekali lagi beliau jatuh di apartemen yang menyebabkan pinggul kanan beliau retak dan keseleo.

Pada 14 Agustus 1996, St. Yohanes Paulus II mengalami radang usus buntu yang akut. Namun karena kesibukan tugas beliau, masalah kesehatan semakin menimbulkan keprihatinan umum. Pada 8 Oktober St. Yohanes Paulus II menjalani operasi yang keenam kalinya. Kehidupan publiknya semakin rumit karena komplikasi yang sering terjadi terutama pada tahun 2002 hingga tahun

2003 beliau mengalami penderitaan yang berulang kali kambuh pada lutut sebelah kanan karena osteoarthritis yang semakin parah. Di tahun 2004, St. Yohanes

Paulus II menunjukkan kekecewaannya karena mengalami keharusan untuk tidak aktif dari tangan Tuhan sendiri. Memasuki tahun 2005, kondisi kesehatan St.

Yohanes Paulus II mulai menurun secara drastis.

d. Detik-detik Terakhir Sebelum Dijemput Menghadap Bapa di Surga

Berdasarkan tulisan Renanto Buzzonetti (2010 :79-90) dokter pribadi St.

Yohanes Paulus II yang berjudul “Hari-hari penuh dengan penderitaan” berikut adalah tahap-tahap penurunan kesehatannya secara kronologis, pada perjuangan akhir hidupnya sampai wafat.

31 Januari 2015: beberapa audiensi dibatalkan karena Paus menderita flu.

1 Februari 2005: St. Yohanes Paulus II dilarikan ke Poliklinik Gemelli Roma pada malam hari untuk dirawat dan diagnosis. 5 Februari 2005: kesehatan beliau mulai membaik dan tinggal beberapa hari di rumah sakit. 10 Februari

2005: kesehatannya St. Yohanes Paulus II membaik sehingga diperkenankan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

kembali ke apartemennya di Vatikan dengan mobil, namun beberapa hari kemudian mengalami kesulitan bernafas. 21 Februari 2005: beliau menerima sakramen pengurapan orang sakit yang kedua kali dan dibawa ke rumah sakit.

Selama berada di rumah sakit beliau berusaha sedapat mungkin melaksanakan tugas kewajibannya. 6 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II sempat merayakan misa di kapel rumah sakit.

Pada 13 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II kembali ke apartemennya di

Vatikan dan sempat mengikuti nyanyian ratapan Yeremia. 20 dan 23 Maret 2005:

Paus muncul di jendela kamarnya untuk melakukan berkat tetapi tak sanggup berbicara. 27 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II muncul di jendela apartemennya tanpa suara memberi berkat “Urbi et Orbi” dengan tanda salib besar yang terakhir kalinya. 30 Maret 2005: beliau sempat memberkati kerumunan umat. Pipa pembantu dipasang demi lancarnya proses pemasukan makanan ke dalam tubuhnya. 31 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II diserang komplikasi demam tinggi, dan tekanan darah turun akibat infeksi pada saluran urine, dan menerima sakramen pengurapan orang sakit yang ke tiga kali. Pada 1 April 2005: kondisi

St. Yohanes Paulus II sangat serius, namun masih sempat merayakan misa konselebrasi, mengikuti meditasi dan ibadat harian. 2 April 2005: pada pukul

07.30 kesadaran St. Yohanes Paulus II mulai menghilang dan kembali. Pada pukul

15.30 St. Yohanes Paulus II mengucapkan kata “perkenankanlah aku pulang ke rumah Tuhan”, kemudian pada pukul 19.00 memasuki situasi koma. Pada pukul

20.00 Misa pesta Kerahiman Ilahi diselenggarakan di kaki tempat tidurnya, dan pada pukul 21.37 St. Yohanes Paulus II menghembuskan nafasnya yang terakhir. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

5. Penghargaan dan Gelar

Salah satu tokoh populer yang dimuatkan oleh Anthony Christie (2014:

53-104) dalam buku tulisannya adalah St. Yohanes Paulus II. Tentu saja St.

Yohanes Paulus II merupakan tokoh yang populer karena kontribusinya pada

Gereja dan dunia. Bagi penulis tokoh St. Yohanes Paulus II adalah tokoh yang sangat menginspirasikan. Selain dari hasil karya dan pelayanan beliau seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, beberapa hal berikut juga sangat menarik dari tokoh St, Yohanes Paulus II.

a. Tokoh Dialog

Prof. Dr. E. Armada Riyanto CM (2010:307-330) dalam buku tulisannya

Dialog Interreligius menyebut dan memuat tokoh St. Yohanes Paulus II sebagai tokoh dialog. St. Yohanes Paulus II lah yang meneruskan semangat Enseklik

Ecclesium Suam yang meletakkan perdamaian di atas segala-galanya, dan beliaulah yang menerjemahkan semangat Konsili Vatikan II dalam tatanan dialog interreligius karena menurut beliau perdamaian tidak mungkin akan terwujud tanpa dialog. Kebesaran St. Yohanes Paulus II justru menjadi jelas saat kematianya ketika banyak politisi, pemimpin-pemimpin negara dunia dan pemimpin agama-agama ikut dalam prosesi pemakamannya (Krispurwana

Cahyadi 2011:1). Hal ini terjadi karena beliau telah memberi sumbangan besar dalam menjalin kerja sama internasional, dialog antaragama dan antarbudaya, serta ajaran-ajarannya tentang keadilan dan perdamaian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Kehadiran sosok tokoh dialog ini telah memberi kontribusi luar biasa bukan saja pada Gereja tetapi juga di luar lingkup Gereja. Pokok dialog yang diperjuangkan oleh St. Yohanes Paulus II adalah keluhuran martabat manusia.

Dalam banyak kesempatan beliau telah menyuarakan bahwa pentingnya menerima, menghargai, menghormati, dan menjunjung martabat keluhuran manusia. St. Yohanes Paulus II adalah seorang paus yang tidak kenal kata takut atau gentar. Beliau berani berkelana ke seluruh dunia untuk membawa pesan dialog, beliau juga berani menentang ideologi-ideologi yang tidak menghargai martabat manusia, beliau berani menentang dan mengkritik praktek kekerasan terutama perang. Contohnya, beliau berani mengkritik keputusan Presiden AS,

George Bush Jr. karena menyerang Irak.

Sebagai tokoh dialog, St. Yohanes Paulus II tidak hanya pintar dalam berdialog tetapi lebih kepada “keindahan hati yang terbuka, menyambut dan merangkul, mendengarkan dan menghargai kehadiran siapa saja” (Armada

Riyanto, 2010: 308). Beliau berani menemui para tokoh agama lain seperti Islam,

Yahudi, Anglikan, Lutheran, Gereja Ortodoks, dan Buddha. Beliau juga berani bertemu dengan kelompok-kelompok masyarakat seperti orang sakit, orang miskin, orang muda, kaum remaja dan pemimpin negara. Menurut St. Yohanes

Paulus II, kultur dialog sangat penting ditumbuhkan di tengah perbedaan- perbedaan yang ada, dan juga dalam situasi sosial yang terjadi demi terwujudnya keadilan dan perdamaian bagi semua (Krispurwana Cahyadi 2011:69).

Armada Riyanto (2010: 309) membuat catatan “saking luasnya pengaruh dialogal Yohanes Paulus II sampai-sampai pada saat dunia berkabung atas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

wafatnya, pemerintah Sri Lanka yang mayoritas penduduknya beragama Budha dan Hindu pun menghormatinya secara khusus”. Suatu penghargaan dan pengakuan yang sangat membanggakan, ketika seorang pendeta protestan di kota

Chicago, Amerika Serikat, mengatakan Paus Yohanes Paulus II bukan milik

Katolik saja tetapi milik dunia (Armada Riyanto, 2010: 309).

St. Yohanes Paulus II juga memiliki peran yang penting dalam runtuhnya ideologi Komunisme dan simbol keangkuhan peradaban yakni Tembok Berlin.

Dunia sendiri menyaksikan ketegaran dan keberaniannya. Dimulai dari runtuhnya

Komunisme di Polandia disusuli oleh negara-negara Komunisme yang beralih kepada demokrasi. Banyak peristiwa spektakuler yang mengagumkan sekaligus menginspirasikan seluruh dunia, antaranya adalah kunjungan St. Yohanes Paulus

II ke Negara Kuba yang masih Negara Komunis dan sangat tertutup. Peristiwa

Doa bersama di Asisi pada tahun 1986, di mana dalam acara yang belum pernah terjadi sebelumnya, para pemimpin agama berhimpun dan berdoa bersama-sama bagi perdamaian dunia. Inilah ciri khas dialogal St. Yohanes Paulus II yang didukung dan didasari oleh doa. Selain itu peristiwa yang tidak kalah mengagumkan adalah kebersamaannya dengan puluhan ribu pemuda-pemudi

Muslim di Casablance, Maroco pada 19 Agustus 1985.

Armada Riyanto (2010: 316) selanjutnya dengan tegas mengungkapkan bahwa St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang memiliki jiwa sang pemeluk dan pencari Kebenaran Sejati. Seorang pencinta dan pencari kebenaran yang tidak pernah menyisihkan siapa pun, tidak mengisolasikan dirinya dari kehadiran orang lain. Tidak memecah belah namun merangkul dan menyatukan seraya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

menawarkan rekonsiliasi. Beliau memohon maaf kepada umat Yahudi dan umat

Muslim dan juga kepada dunia atas kekeliruan yang pernah dilakukan oleh Gereja namun juga sekaligus mengampuni. Beliau telah menghadirkan solidaritas yang penuh dengan cintakasih tanpa batas terhadap siapa pun terutama yang menderita.

b. Paus Orang Sakit dan Menderita

Stanislaw Dziwisz (2010: 21-34), sekretaris pribadi St. Yohanes Paulus II, menuliskan catatan yang menjelaskan betapa perhatiannya Paus Yohanes Paulus

II kepada para orang menderita terutama orang sakit. Pengalaman penderitaan yang dialami selama sebelum menjadi Paus sungguh membekas sehingga pada pidato pertamanya sebagai Paus beliau menyampaikan keberpihakannya kepada para penderita. Sri Paus mengatakan bahwa para penderita memiliki kesamaan dengan Kristus yang telah menderita.

St. Yohanes Paulus II memiliki kasih yang tidak terhingga terhadap para penderita. Selama melakukan audiensi atau kunjungan ke paroki-paroki di Roma, beliau selalu memberi perhatian yang penuh kepada kelompok yang cacat, yang tua dan sakit, dan juga mereka yang duduk di kursi roda. Beliau dengan penuh kasih mendatangi mereka, berbicara dengan mereka, memberkati mereka, dan memberi dukungan rohani. Bagi St. Yohanes Paulus II, Kristus hadir dalam diri para penyandang dan penderita sakit maka sebagai wakil Kristus di dunia, para orang sakit selalu mendapat tempat di hati dan doanya. Dalam setiap kunjungan apostoliknya, St. Yohanes Paulus II selalu berkeinginan untuk bertemu dengan para orang sakit. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

Bagi St. Yohanes Paulus II para penyandang cacat dan orang sakit memiliki martabat yang sama dengan yang lain yakni martabat citra Allah. Karena itu, mereka adalah saudara yang patut diperlakukan sebagaimana terhadap yang tidak sakit. Mengabaikan mereka berarti menolak kecitraan mereka dan berarti juga menolak Wajah Kristus yang hadir dalam diri mereka. Stanislaw Dziwisz

(2010: 28-31) menuliskan pandangan St. Yohanes Paulus II terhadap penderitaan.

Menurut beliau mereka yang menderita merupakan model Kristus yang menyatakan suatu perintah kasih, karena itu menurutnya penderitaan adalah panggilan untuk mengasihi sesama, dan beliau juga memandang penderitaan sebagai “kunjungan dari Tuhan”.

Tanda konkret keprihatinan dan keberpihakan St. Yohanes Paulus II terhadap orang sakit dan menderita adalah berdirinya Komisi Bantuan Pastoral untuk Pekerja Kesehatan dengan tujuan untuk lebih memberdayakan lagi pelayanan kepada para penderita sakit, ditetapkannya Hari Orang Sakit Sedunia pada 13 Mei 1992 yang dirayakan setiap tahun (Dziwisz 2010: 32), dan dengan terbitnya dua dokumen yang menyerukan penghargaan terhadap para penderita sakit yakni seruan apostolik Salvific Doloris dan enseklik Redemptoris Hominis.

Kedua-duanya memberi penekanan pada manusia (yang sakit, cacat, miskin, kaya, dan sehat) sebagai jalan utama dan fundamental untuk sampai pada misteri inkranasi dan penebusan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

c. Santo yang Hidup

Tentu saja tidak ada yang mendapat penghormatan santo atau santa selagi masih hidup tetapi bagian ini sangat menarik untuk ditelusuri. Setelah wafatnya, seluruh dunia berkabung untuk menghormati perginya sang pemberani, sang pencari kebenaran sejati, sang pencinta, dan sang pembela iman. Kekudusan dan kesucian serta keluhuran hidupnya menginspirasi banyak orang dan menginginkan beliau dijadikan santo dengan segera. Permintaan yang menginginkan agar Paus

Yohanes Paulus II dinyatakan sebagai orang kudus, telah dikumpulkan oleh

Angelo Comastri (2010:94-126) dalam tulisannya. Dengan adanya permintaan untuk menjadikan Paus Yohanes Paulus II sebagai orang kudus jelas menunjukkan bahwa beliau layak dijadikan orang kudus. Permintaan-permintaan itu pun ditanggapi oleh Vatikan dengan memulai penyelidikan dan pengamatan untuk memenuhi syarat-syarat seorang dapat dijadikan orang kudus.

Angelo Comastri (2010:115-126), yang ikut serta dalam penyelidikan dan pengamatan, membuat beberapa catatan penting yang dapat dijadikan dasar untuk menjadikan Paus Yohanes Paulus II sebagai orang kudus. Garis besar yang dibuat olehnya adalah, mengatakan bahwa St, Yohanes Paulus II seorang yang sangat berani dalam situasi yang penuh dengan ketakutan, sangat berani membela keadilan dan perdamaian sementara di mana-mana terjadi perang, berani menghadapi musuh dan kematian, sangat gigih membela keluarga, sangat berani membela keluhuran martabat manusia tanpa ada yang terkecuali, sangat berani menemui dan berbicara dengan semua kelompok dan komunitas orang di seluruh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

dunia, dan beliau tidak pernah takut dan lelah melayani dan merangkul umat manusia dengan kasih yang mendalam.

Salah satu syarat penting dalam menentukan pengangkatan seorang menjadi orang kudus adalah mukjizat yang terjadi lewat doa perantaraan bagi nama yang bersangkutan. Paus Yohanes Paulus II, selain mukjizat yang terjadi setelah wafatnya, beberapa mukjizat telah terjadi selama kepausannya (saat masih hidup). Mukjizat-mukjizat tersebut telah dituliskan oleh Tono Suratman

(2014:161-163) ketika membahas proses beatifikasi St. Yohanes Paulus II.

Antaranya adalah, pada Januari 1980, di Castel Gondolfo, seorang anak perempuan 10 tahun, Stefani Mosco, yang cacat tubuh mengalami kesembuhan selang beberapa waktu setelah dihibur dan dicium oleh Paus Yohanes Paulus II.

Pada tahun 1981, ketika berkunjung ke Manila, Filipina, seorang biarawati, Suster

Madre Vangie, mengalami kesembuhan dari cacat tubuhnya selang beberapa menit setelah Paus berdoa dan meletakkan tangan di atas kepalanya. Pada tahun

1990, seketika setelah diberkati dan dicium oleh Paus Yohanes Paulus II, Helano

Mireles seorang bocah Meksiko 10 tahun mengalami kesembuhan dari sakit leukemia.

Semua hal di atas menunjukkan bahwa Paus Yohanes Paulus II telah hidup dalam kegagahan dan kebijakan yang sungguh luar biasa. Kontribusi atau sumbangan beliau dalam banyak hal sungguh memberi pengaruh yang besar kepada kehidupan Gereja dan juga mempengaruhi sejarah peradaban dunia.

Beliau telah memberikan keteladanan hidup yang sungguh luar biasa. Ketulusan kasih yang diberikan dan ditunjukkannya mengantar manusia mengalami kasih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

Kristus. Paus Yohanes Paulus II juga telah dan senantiasa hidup dalam kekudusan dan kesucian. Beliau sangat mistis dalam doa sehingga melalui dia kasih Kristus dapat dihadirkan dalam dunia. Beliau tidak pernah berbicara buruk tentang orang lain melainkan beliau mencurahkan kasih yang begitu dalam dan tulus kepada semua orang. Sementara beliau mencari kebenaran sejati, pada masa yang sama beliau memperjuangkan kebenaran sejati yang dihayatinya. Demikianlah banyak hal yang menjadi alasan untuk mengatakan Paus Yohanes Paulus II adalah “santo yang hidup”.

d. Yang Agung dan Yang Mulia

Tono Suratman (2014: 158-159, 164) memberi gambaran pemberian gelar

“yang agung” dan “yang mulia” kepada Paus Yohanes Paulus II. Gelar “yang agung” adalah gelar yang tidak mudah diperoleh. Tidak banyak orang yang mendapat gelar “yang agung”. Pemberian gelar yang agung juga tidak ada ketentuannya yang resmi. Setelah wafatnya Paus Yohanes Paulus II, Gereja

Katolik sangat terkesan sehingga memberi gelar “yang agung” untuk menghormati dan memuliakannya. Sepanjang sejarah Gereja, hanya empat paus yang mendapat gelar “yang agung”, Paus Leo I (440-461), Paus Gregorius I (590-

604), dan Paus Nikolas (858-867). Paus Yohanes Paulus II adalah paus pertama yang mendapat gelar “yang agung” selama 10 abad terakhir.

Sedangkan sebutan dan gelar “yang mulia” atau “Venerabilis” adalah pengakuan resmi Gereja bahwa seorang telah hidup dalam kegagahan dan kebijakan. Pada 19 Desember 2009, Paus Benediktus XVI menandatangani dekrit PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

yang mengumumkan sebutan “Venerabilis” terhadap Paus Yohanes Paulus II.

Dengan sebutan “Venerabilis” Gereja secara resmi mengakui bahwa Paus

Yohanes Paulus II telah hidup dalam kegagahan dan kebijakan yang sungguh luar biasa. Paus Yohanes Paulus II telah memberikan keteladanan hidup sebagai seorang Kristiani sejati yang sungguh luar biasa.

Sementara Anthony Christie (2014:102-103) dalam tulisannya menuliskan tempat-tempat yang telah diberi nama dengan memakai nama Paus Yohanes

Paulus II. Semua penamaan tersebut adalah tanda pengakuan dan penghargaan atas kontribusi Paus Yohanes Paulus II yang begitu besar terutama perdamaian dunia dan penghargaannya terhadap keluhuran martabat manusia. Contohnya,

Stasiun Roma Termini didedikasikan untuk Paus Yohanes Paulus II; di Polandia, salah satu dari bandara utama dinamakan Bandar Udara Internasional Yohanes

Paulus II Krakow; di Portugal, Bandar Udara Yohanes Paulus II di Azores; di

Brasil, stadion bola sepak di Moji-Mirim diberi nama Stadion Yohanes Paulus II; di Boston sebuah taman diberi nama John Paul II Park Reservation; di

Bacold City, sebuah menara diberi nama Menara Paus Yohanes Paulus II; dan di

Kepulauan Shetland Selatan yakni di Pulau Livingston, patung Yohanes Paulus II pun didirikan.

e. Pribadi yang Tenang dan Komunikator Besar

Paus Yohanes Paulus II bukan manusia yang sempurna tetapi dalam ketegangan dan pertentangan serta dalam kesulitan besar yang dihadapinya beliau selalu bersikap tenang. Dalam ketenangan, beliau adalah seorang yang reflektif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

Seluruh peristiwa dalam hidupnya dimaknai secara reflektif dan profetis.

Stanislaw Dziwisz (2010: 36-37) mengisahkan tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh St. Yohanes Paulus II saat menjadi uskup dan kardinal.

Setelah menjadi Uskup Agung Krakow tantangan yang beliau alami semakin kuat sampai pada permusuhan terhadap beliau. Demikian juga setelah menjadi kardinal tantangan yang dihadapi semakin sulit. St. Yohanes Paulus II dituduh sebagai musuh negara oleh rezim yang berkuasa. Media yang ada dimanfaatkan untuk menyebarkan fitnah terhadap beliau. Pertentangan terus dilaksanakan oleh rezim pemerintah dengan pelbagai cara sampai pada usaha memecah belah para pemimpin Gereja. Semua tantangan dihadapinya dengan bijaksana. Pertentangan terus diusahakan oleh Rezim dengan pelbagai cara namun semuanya menemui kegagalan karena beliau saat itu sebagai kardinal senantiasa menunjukkan rasa hormat yang tinggi dan loyalitas kepada primatnya.

Setelah menjadi Paus, persoalan yang dihadapinya lebih rumit dan lebih luas lagi yakni persoalan Gereja dan dunia secara universal. Tantangan besar baginya adalah memudarnya nilai kemanusiaan dan situasi dunia yang sangat memprihatinkan karena keadilan dan perdamaian menjadi suatu yang mustahil untuk diwujudkan. Dalam situasi tanpa harapan beliau tetap tenang dan membawanya dalam doa. Beliau menghadapi pergulatan dunia dengan semangat karismatik, profetis, dan misioner. Semuanya dihadapi dengan penuh bijaksana dengan semangat anti kompromi yang sopan dan alami sehingga tidak menimbulkan pertentangan atau ancaman dalam lingkup Gereja. Kritik dan pertentangan tetap ada tetapi dihadapinya dengan bijaksana. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

Sementara Paus Yohanes Paulus II adalah pribadi yang rendah hati.

Menerima siapa pun yang datang dan belajar dari siapa pun. Beliau adalah pendengar yang baik. Beliau seorang yang memiliki loyalitas yang tinggi sementara teguh dalam pendirian. Beliau menentang segala bentuk kejahatan dan kekerasan sementara beliau merangkul dengan kasih setiap manusia dari latar belakang derajat sosial apa pun. Beliau adalah misionaris yang mewartakan Injil ke seluruh dunia. Beliau sanggup melupakan dirinya demi pelayanan apostoliknya. Beliau adalah pribadi yang autentik, sungguh menyelami dirinya dalam kedalaman jiwanya. Dalam kalimat lain Paus Yohanes Paulus II menyatu dengan hati nuraninya. Sungguh Paus Yohanes Paulus II menjadi dirinya sendiri, yang telah ditebus oleh Kristus dan yang telah dipanggil untuk mewartakan

Kerajaan Allah, untuk menabur kasih dan menebar harapan ke seluruh benua.

Itulah Paus Yohanes Paulus II sebagai “komunikator besar” (Dziwisz, 2010:120) yang berkeliling ke seluruh dunia sebagai misionaris untuk mewartakan Injil.

Perjuangan hidup maupun pelayanan St. Yohanes Paulus II telah mengalami banyak kesulitan dan hambatan. Beliau telah banyak mengalami penderitaan sejak usia masih mudah. Penderitaan yang dialaminya bahkan semakin berat setelah terpilih menjadi Paus yang ke-264. Di kala menghadapi kebingungan akan arah hidupnya dan mengalami banyak penderitaan, St. Yohanes

Paulus II berserah total kepada Allah Bapa sehingga beliau akhirnya menyadari bahwa Allah memanggilnya untuk menjadi pelayan-Nya sebagai imam. Beliau adalah seorang pelayan yang sangat dicintai oleh umat, bertanggungjawab, memiliki loyalitas yang tinggi, berkomitmen dan sangat setia pada tugas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

pelayanan. Beliau senantiasa bersemangat untuk melayani. Beliau sangat dipercayai dalam pelayanan oleh primatnya, karena itu dapat dikatakan beliau begitu cepat diangkat menjadi uskup, kardinal dan kemudi terpilih menjadi paus.

Selama menjabat kursi paus, beliau telah melaksanakan tugas perutusan dengan semangat yang sangat menginspirasikan banyak orang. Meskipun menghadapi dan mengalami situasi dunia yang tanpa harapan, beliau telah memberikan kontribusi besar kepada peradaban dunia terutama keadilan dan perdamaian dunia. Beliau adalah sosok pribadi yang sangat berkarisma.

Keteguhan dan kelemahlembutannya telah menyentuh hati banyak orang.

Ketabahan dan keberanian beliau berhadapan dengan situasi dunia sangat mengkagumkan sehingga banyak orang di seluruh dunia merasa kehilangan setelah kematiannya. Hal yang membuat St. Yohanes Paulus II dapat melaksanakan tugasnya dengan sangat baik meskipun mengalami banyak tantangan dan penderitaan adalah, beliau memiliki kedalaman spiritualitas yang sangat kaya seperti yang dibahas pada bagian berikut.

B. Spiritualitas Santo Yohanes Paulus II

Spiritualitas jika dilihat dalam rentang waktu yang panjang telah mengalami banyak perkembangan dan interpretasi dalam banyak sisi kehidupan manusia. Khusus dalam tulisan ini spiritualitas yang dimaksudkan adalah spiritualitas yang lazimnya dipakai oleh umat Kristiani dalam pelayanan dan pengabdian sebagai anggota Gereja. Maka sebelum memaparkan spiritualitas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

yang dapat dipelajari dari tokoh St. Yohanes Paulus II, penulis akan memaparkan beberapa gagasan yang kurang lebih dapat memperjelas pengertian tentang spiritualitas yang dimaksudkan.

Kevin Treston (1991:10) dalam tulisannya tentang spiritualitas guru dan katekis “Paths and Stories” menjelaskan spiritualitas adalah semangat mencari

Tuhan dalam peristiwa kehidupan sehari-hari sehingga dibawa kepada keutuhan baru dari keberadaan manusia. Spiritualitas adalah usaha pria dan wanita memperoleh kepenuhan dalam Yesus. “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh 10:10). Dari penjelasan Kevin Treston tersebut dapat dijelaskan bahwa spiritualitas adalah keterarahan hidup kepada Tuhan Yesus Kristus.

Spiritualitas berasal dari bahasa Latin: “Spirare” yang berarti “bernafas”.

Dalam bahasa Inggris Spirituality, berasal dari kata dasar spirit yang berarti roh atau jiwa. Kata “inti sebagai manusia” berarti merupakan unsur hakiki pada manusia (Kevin Treston, 1991:10). Berdasarkan kisah penciptaan (Kej 1:3) hembusan nafas kehidupan, yakni “roh” dari Allah menjadikan manusia makhluk rohani, namun meskipun sebagai makhluk rohani yang memiliki kemampuan untuk menjadi spiritual, “tidak ada yang dapat memaksa seseorang menjadi spiritual. Spiritualitas adalah pilihan untuk ambil bagian dalam anugerah keagungan Allah”. Berdasarkan tulisan Kevin Treston (1991:14-15) dapat dirumuskan bahwa sebagai suatu pilihan, spiritualitas adalah suatu cara dan perjuangan hidup untuk menemukan dan melaksanakan kehendak Allah, melalui PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

relasi dengan Allah dan sesama dalam keterbukaan akan bimbingan Roh Kudus, menuju kepenuhan hidup dan kekudusan.

Pdt. Em. Widi Artanto dalam tulisannya yang berjudul “Spiritualitas

Pelayanan: Perjumpaan Dengan Allah dan Sesama”, dalam buku yang diedit oleh

Pdt. Dr. Asnath N. Natar (2002) dengan judul “Pelayan, Spiritualitas dan

Pelayanan, memaparkan pengertian spiritualitas berdasarkan teks asli Alkitab.

“Spirit ditulis dalam bahasa asli: ruakh (Ibrani) dan pneuma (Yunani)….yang berarti “nafas atau angin yang mengarahkan dan menghidupkan (Asnath N. Natar,

2002:7). Berdasarkan pengertian tersebut spiritualitas adalah sumber semangat untuk hidup, yang memberi daya untuk terus hidup dan bertumbuh serta berkembang, memberi kemampuan untuk menghadapi dan melaksanakan banyak karya dalam hidup sehari-hari, yang diperoleh melalui hubungan atau relasi intim dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan alam ciptaan dan dengan Sang

Pencipta.

Buku Pedoman Untuk Katekis (1997) merumuskan dengan sangat singkat makna dari spiritualitas yakni hidup dalam Roh (Kongregasi Evangelisasi untuk

Bangsa-Bangsa, CEP. 1997:22). Pengertian ini memberi penegasan bahwa Roh itu merupakan suatu daya yang memberi dorongan kepada seseorang untuk memperbaharui dirinya. Pengertian ini selanjutnya, membawa asumsi bahwa pembaharuan diri secara otentik hanya terjadi apabila melibatkan Roh. Ditegaskan juga bahwa spiritualitas yang benar bersumberkan pada semangat panggilan dan tugas perutusan, maka spiritualitas itu juga mencakup sebagai suatu motivasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

seorang dalam melaksanakan tugas perutusannya (Kongregasi Evangelisasi untuk

Bangsa-Bangsa, CEP. 1997:22).

St. Yohanes Paulus II dalam Ensiklik Redemptoris Missio (1990:99) mengatakan “Spiritualitas ini pertama-tama sekali diungkapkan dengan suatu hidup yang benar-benar taat setia kepada Roh”. Taat berarti hormat dan patuh kepada Roh sedangkan setia berarti komitmen yang terus-menerus kepada Roh.

Spiritualitas ini jugalah yang menyiapkan hati untuk selalu terbuka pada pembentukan dari dalam oleh Roh. Spiritualitas merupakan upaya terus menerus dengan bantuan Roh untuk hidup serupa dengan Kristus (RM 87). Serupa dengan

Kristus berarti, arah dan tujuan spiritualitas adalah kemuliaan Allah itu sendiri.

Seperti Yesus yang selama hidupnya selalu terarah kepada Bapa di surga, demikian spiritualitas adalah hidup yang selalu terarah kepada Allah Bapa di surga (RM 87).

St. Yohanes Paulus II adalah sosok pribadi yang memiliki kedalaman spiritualitas yang sangat kaya. Secara garis besar, spiritualitas St. Yohanes Paulus

II dapat ditelusuri dalam empat pokok yaitu iman (Hidup, bergerak dan berada” dalam Yesus Kristus), harapan (Teguh Berharap Walau Dalam Situasi Tanpa

Harapan), kasih (Cintakasih Hingga Tuntas), dan doa (Berdoa dalam Roh), sebagai yang dijelaskan berikut.

1. “Hidup, bergerak dan berada” dalam Yesus Kristus (Kis 17:28).

Perjuangan St. Yohanes Paulus II selama pelayanannya tidaklah mudah, dan tidak jarang mendapat tantangan bahaya. Atas dasar iman yang luar biasa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

akan Yesus Kristus St. Yohanes Paulus II melaksanakan dan menyelesaikan misi hidupnya sebagai gembala. Gembala yang berkelana ke seluruh dunia untuk membela keadilan, kebenaran dan perdamaian. Bagi beliau inilah panggilannya yang diterima dari iman akan Yesus Kristus. St. Yohanes Paulus II melaksanakan panggilannya sebagai pengganti Petrus untuk memenuhi bukan saja apa yang menjadi tanggung jawabnya sebagai Paus tetapi lebih-lebih melaksanakan perintah Yesus untuk mewartakan Injil kepada semua bangsa (Mrk 13:10). Itulah yang dikerjakan oleh St. Yohanes Paulus II.

Sejak usia dini St. Yohanes Paulus II rajin berdoa bersama ibunya dan mendengarkan kisah-kisah tentang Yesus. Imannya pun bertumbuh dan terus berkembang sehingga menghasilkan buah yang banyak ketika menjadi Paus.

Imannya akan Yesus Kristus terus-menerus disirami dengan penghayatan Injil dan semangat doa yang mendalam, dan menjadi konkret dalam tindakan kasih kepada orang lain. Penderitaan yang dialaminya sejak usai remaja semakin meneguhkan imannya. Demikian juga setelah menjadi Paus, keteguhan beliau dalam menghadapi penderitaan semakin meneguhkan imannya.

St. Yohanes Paulus II mendapatkan kekuatan dan keberanian dalam iman yang diperkaya dengan doa berkelanjutan. Berdasarkan kesaksian Angelo

Comastri (2010:125) jelaslah iman merupakan suatu yang fundamental dan menjadi fondasi dalam hidup pelayanan St. Yohanes Paulus II. Hidup St.

Yohanes Paulus II lebih dari cukup untuk mengungkapkan arti dari iman yang dihayatinya, kendati penghayatan imannya banyak juga dituangkan dalam buku- buku tulisannya juga dalam seruan dan anjuran Apostoliknya. Dalam buku PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

tulisannya sendiri Melintas Ambang Pintu Harapan (1995:241) secara sederhana

St. Yohanes Paulus II mengungkapkan iman merupakan jawaban atas panggilan

Allah untuk mempercayai-Nya.

St. Yohanes Paulus II sangat yakin kalau hanya Allah yang dapat menyelamatkan tetapi beliau juga sangat yakin kalau Allah membutuhkan kerja sama dari pihak dirinya (Yohanes Paulus II, 1995:242). Kisah perjuangan St.

Yohanes Paulus II memberi kesaksian tentang iman yang aktif dan bukannya iman yang pasif. Iman yang aktif inilah yang sungguh menyelamatkan. Inilah dasarnya St. Yohanes Paulus II selalu punya alasan untuk mengatakan “jangan takut”.

Di tengah padang pasir ketidakpedulian yang juga penuh bahaya serta jalan yang terjal, St. Yohanes Paulus II tidak pernah mundur karena beliau yakin dengan iman akan Yesus Kristus. Beliau menghayati dengan sangat baik kata-kata

Yesus “Imanmu telah menyelamatkan engkau” (Mrk 10:52). Tidak jarang pula St.

Yohanes Paulus II mendapat tantangan dan kritikan dari banyak pihak namun beliau tetap berkomitmen dan setia pada keyakinannya. Tindakan St. Yohanes

Paulus II ini sangat menyentuh hati seperti seorang perempuan di Kanaan yang percaya kepada Yesus (Mat 15:21-28).

Ketika usia remaja beliau telah kehilangan orang tersayang yaitu keluarganya dan menghadapi masalah pendudukan tentara Nazi, dikala beliau menghadapi kebingungan tentang masa depan, beliau berpasrah kepada Tuhan

Yesus sehingga beliau sangat meyakini bahwa Allah memanggilnya menjadi seorang imam (Wilson 2004:23). Di sinilah letak gunanya iman yang ditunjukkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

oleh St. Yohanes Paulus II, yang dituangkan olehnya dalam seruan Apostolik pada awal milenium baru, (2001:25). “hanya imanlah yang dapat memasuki sepenuhnya misteri wajah itu….seorang tidak akan pernah sungguh mencapai Yesus kecuali melalui jalan iman”. Krispurwarna Cahyadi

(2012:162) dalam mempelajari dokumen yang diterbitkan oleh St.

Yohanes Paulus II, dalam buku yang berjudul Yohanes Paulus II Gereja, Teolog, dan Kehidupan menuliskan inti gagasan St. Yohanes Paulus II tentang iman dan akal budi bahwa “dengan iman dan akal budi Allah dikenal dan dicintai, serta kepenuhan kebenaran didapatkan”.

St. Yohanes Paulus II tidak hanya berbicara dalam dokumennya atau dalam gagasannya tetapi jauh dari itu tampak nyata dalam hidupnya sebagai seorang pengikut Yesus Kristus. Seluruh perjuangan dan karya St. Yohanes

Paulus II menggambarkan bahwa melalui iman akan Yesus Kristus, beliau mengenal dan mengetahui kehendak Allah dalam hidupnya, dalam iman yang sama pula melaksanakan kehendak Allah tersebut, dan dalam iman melaksanakannya dalam dan demi Kemuliaan Allah. Inilah alasan penulis memberi judul pada bagian ini bahwa St. Yohanes Paulus II “Hidup, bergerak dan berada” dalam Yesus Kristus (Kis 17:28).

Jalan hidup inilah yang dipilihnya sebagai pengganti Petrus yaitu hidup dalam Yesus Kristus. Allah yang menciptakan dan menopang, dan pada-Nya semua orang bergantung untuk keberlangsungan kehidupan fisik maupun rohani.

Dalam iman, St. Yohanes Paulus II berserah sepenuhnya kepada Tuhan, bergantung sepenuhnya kepada Allah karena ia percaya, “tanpa iman kepada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Allah, tidak ada pengharapan…berhenti percaya kepada Allah sama dengan mulai menapaki lorong menuju kekosongan dan keputusasaan” (Chiffolo, 2001:19).

St. Yohanes Paulus II tidak bekerja sendiri tapi beliau percaya Yesus

Kristus yang memanggil dan mengutusnya selalu ada bersamanya. St. Yohanes

Paulus II bertindak bersama Yesus, ia tidak bertindak sendiri tetapi St. Yohanes

Paulus II meminta bantuan dari Yesus yang dimohonnya melalui doa dan devosi.

Dari-Nya ia mendapat kekuatan dan keberanian melakukan banyak hal. Karena bergerak dan bertindak bersama Yesus maka St. Yohanes Paulus II menghasilkan banyak buah antaranya adalah perdamaian, keadilan, dan penghiburan terutama para penderita sakit. St. Yohanes Paulus II berani melakukan apa yang diyakini benar karena beliau yakin siapa pun yang melakukan tindakan benar Allah ada di pihaknya. Seperti yang dikatakan Yesus dalam Injili Yohanes “tetapi barang siapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.” (Yoh 3:21).

St. Yohanes Paulus II sungguh telah menjadi “terang dan garam bagi dunia” (Mat 5:13-14). Inilah disposisi yang diambil oleh St. Yohanes Paulus II yaitu selalu berpihak pada keadilan dan perdamaian. Sumbangan beliau pada dunia sungguh menginspirasikan banyak orang, maka tidak heran kalau majalah internasional TIME memuat liputan tentang St. Yohanes Paulus lebih dari 10 kali terbitan (Kelly. A Pope for All Seasons, 11 April 2015: 6).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

2. Teguh Berharap Walau Dalam Situasi Tanpa Harapan

Masa kepausan St. Yohanes Paulus II dimulai dengan satu kata yang seraya memberi harapan pasti kepada dunia yaitu “jangan takut”. Kata yang penuh makna dan harapan ini terus diserukannya selama masa kepausannya, juga pada saat detik terakhir hidupnya, “jangan takut! Bukalah! Ya bukalah lebar-lebar pintumu bagi Kristus” (Comastri, 2010:102). Tentu St. Yohanes Paulus II memiliki banyak alasan untuk mengatakan “jangan takut”. Bagian ini akan membahasnya sejauh yang ditemukan.

Menelusuri jawaban St. Yohanes Paulus II terhadap pertanyaan tentang kata “jangan takut” dalam buku tulisannya Melintasi Ambang Pintu Harapan

(1995:273-280), beliau sangat sadar bahwa gejolak yang sedang terjadi di panggung dunia inilah yang memunculkan keresahan setiap pribadi manusia. Di seluruh penjuru dunia dipenuhi dengan suatu ketakutan yang seolah-olah sudah tidak ada harapannya. Maka kata “Jangan Takut” menjadi suatu dorongan St.

Yohanes Paulus II kepada semua orang untuk mengalahkan ketakutan-ketakutan yang dimunculkan oleh situasi dunia. Orang menjadi takut namun sangat sedikit yang menyadari kalau ketakutan itu muncul karena manusia sendiri.

Situasi dunia yang penuh dengan ketakutan memunculkan pula banyak pertanyaan tentang harapan akan masa depan yang lebih baik. St. Yohanes Paulus

II memberi harapan dengan mengatakan “jangan takut dengan apa yang kamu ciptakan sendiri. Jangan takut dengan semua yang dihasilkan manusia. Jangan takut bahwa setiap hari menjadi semakin membahayakan. Akhirnya jangan takut dengan dirimu sendiri” (Yohanes Paulus II, 1995: 274). Kata-kata beliau ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

mengungkapkan bahwa ketakutan itu muncul karena manusia, maka sangat masuk akal jika beliau mendorong semua orang supaya “jangan takut”. Mengapa, sebab harapan untuk melawan ketakutan bukan omong kosong karena jika ketakutan diciptakan manusia maka manusia sendiri juga dapat mengatasinya.

Jauh dari alasan di atas, St. Yohanes Paulus II memiliki alasan yang lebih esensial dan lebih luhur yakni tentang penebusan. Jangan takut “karena manusia telah ditebus oleh Allah” (Yohanes Paulus II, 1995: 274). Dalam hal ini selalu ada harapan untuk menggapai hal yang lebih baik kendati dalam situasi dunia yang sangat tidak mungkin. St. Yohanes Paulus II mengatakan jangan takut karena

Kasih Allah pada dunia (Yoh 3:16) itu tidak pernah surut sampai sekarang, Yesus

Kristus tetap menyertai dan hadir di tengah kehidupan manusia sampai saat ini dan sampai pada akhir zaman. Penebusan itu seperti cahaya yang “bersinar di dalam kegelapan dan kegelapan tidak menguasainya” (Yoh 1: 5).

Tidak dapat diragukan lagi kalau dari imannyalah muncul dan bertumbuh harapan. Seperti yang dikatakannya sendiri dalam Telekonferen Remaja di Los

Angeles pada tahun 1987, “tanpa iman kepada Allah tidak ada pengharapan”

(Chiffolo. 2001:19). St. Yohanes Paulus II sangat percaya “Putra selalu hadir dalam sejarah umat manusia sebagai penebus, penebusan meresap dalam seluruh sejarah manusia…,dan menyiapkan masa depannya yang eskatologis” (Yohanes

Paulus II, 1995:275). Inilah keyakinan yang mendasari perjuangan St. Yohanes

Paulus II dalam memperjuangkan keadilan dan perdamaian dunia. Kendati dalam situasi dunia yang menakutkan dan sementara beliau sendiri mengalami banyak penderitaan sakit kronis namun pengharapannya tetap teguh dan menyala. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

Menurut beliau tidak ada kejahatan atau ketakutan yang melebih kekuatan Salib

Kristus dan kebangkitan-Nya (Yohanes Paulus II, 1995:275). Dalam hal iman St.

Yohanes Paulus II sungguh meneladani Maria sebagai model beriman. Karena iman yang kuat, St. Yohanes Paulus II tidak pernah takut sementara devosinya semakin berkembang.

Beliau sangat yakin, lewat Maria kemenangan Kristus dihadirkan. Ketika menjadi Paus, beliau sangat sadar akan persoalan-persoalan yang terjadi di seluruh dunia. Persoalan-persoalan tersebut jelaslah menakutkan namun dengan keyakinan yang sama St. Yohanes Paulus II mengatakan dalam tulisannya

Melintasi Ambang Pintu Harapan (1995:276), “Kristus akan mengalahkan lewat

Maria”. Pada 13 Mei 1981 bertepatan dengan hari Maria menampakkan diri kepada tiga anak di Fatimah, sekali lagi keyakinan St. Yohanes Paulus II ini menjadi nyata ketika percobaan pembunuhannya gagal. Menurut St. Yohanes

Paulus II dalam buku yang sama, Kristus yang ia imani sekali lagi meneguhkan hatinya supaya “jangan takut”. “Dengan peristiwa ini bukankah Kristus mungkin berkata sekali lagi, “Jangan takut!”?” (Yohanes Paulus II, 1995: 277).

Kata “jangan takut” tidak tinggal hanya sebagai gagasan tetapi St.

Yohanes Paulus II telah mencoba dengan sepenuh tenaganya setia pada anjurannya tersebut dengan selalu siap sedia melayani manusia, bangsa-bangsa dan kemanusiaan dalam semangat Injil. Bagaimana St. Yohanes Paulus II memulai mewujudkan anjurannya supaya “jangan takut”?. Pertama-tama beliau mengajak semua orang supaya mengalihkan ketakutan tersebut kepada Allah karena takut akan Allah merupakan awal dari kebijaksanaan. Melihat situasi dunia PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

yang tidak mungkin bagi orang memikirkan untuk “takut akan Allah”, beliau kemudian menganjurkan kepada semua orang untuk sungguh-sungguh bertekun dalam doa agar semakin banyak orang yang “takut akan Allah” (Yohanes Paulus

II, 1995: 281-286).

Mengapa takut akan Allah? Karena menurut St. Yohanes Paulus II, takut akan Allah adalah “kekuatan Injili yang menyelamatkan”. Takut akan Allah berarti juga, dengan penuh iman membiarkan dirinya dibimbing oleh Roh Kudus kepada tanggung jawab. Dengan takut akan Allah seorang dibentuk sebagai pribadi yang memiliki kasih. Kasih untuk semua manusia dan bangsa-bangsa.

Kasih itulah yang menggerakkan St. Yohanes Paulus II melaksanakan tanggung jawab untuk memenuhi kehendak Allah dalam hidupnya. Inilah pribadi St.

Yohanes Paulus II yang teguh dalam iman dan pengharapan, melaksanakan pelayanan kasih kepada semua bangsa manusia di dunia.

3. Cintakasih Hingga Tuntas

St. Yohanes Paulus II adalah sosok pribadi yang penuh dengan kasih.

Setiap karya pelayanan yang beliau laksanakan didasari oleh kasih. Baik kehidupannya sebagai seorang pelayan maupun dalam karya-karyanya banyak mengungkapkan kedalaman kasihnya kepada Allah dan kepada manusia. Khusus kasihnya kepada kehidupan manusia sangat luar biasa dan sangat menggugah hati banyak orang karena membuat beliau tidak memikirkan dirinya sendiri. Tentu saja kasihnya kepada manusia adalah hasil refleksi mendalam atas kasih Allah yang begitu besar kepada manusia. Kasih yang beliau ungkapkan membuka mata PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

banyak pihak, memberi sapaan yang penuh harapan dan memberi daya hidup kepada banyak orang.

St. Yohanes Paulus II sebagai pemimpin tertinggi Gereja Universal sangat teguh memegang dan melaksanakan tanggung jawab Gereja untuk mewartakan

Kerajaan Allah. Untuk merealisasikan pewartaan Kerajaan Allah di tengah-tengah dunia yang penuh dengan kekacauan dan justru karena situasi dunia tersebut,

Gereja dipanggil untuk melaksanakan pelayanan kasih. Hal ini diungkapkan oleh

St. Yohanes Paulus II dalam dokumen Centesimus Annus sebagaimana yang diulas oleh Krispurwana Cahyadi (2011:25) melalui tulisannya Yohanes Paulus II tentang Keadilan dan Perdamaian. Pelayanan kasih tersebut lebih diarahkan kepada mereka yang miskin, yang tersingkirkan dan yang menjadi korban.

St. Yohanes Paulus II senantiasa mengenakan kasih ketika berhadapan dengan orang lain. Siapa pun mereka bahkan musuhnya disikapi oleh St. Yohanes

Paulus II dengan kasih. Contohnya saja, terhadap Mehmet Ali Agca pelaku serangan percobaan pembunuhan telah diampuninya dengan tulus ikhlas bahkan dianggapnya sebagai saudara yang dikasihinya (Christie 2014: 86). Stanislaw

Dziwisz (2010: 25) menuliskan, kasih yang begitu mendalam menjadikan St.

Yohanes Paulus II berani mengunjungi dan bertemu dengan para penderita sakit.

Para penderita pecandu alkohol, para korban narkoba, para cacat mental dan mereka yang tersingkir dalam masyarakat, orang miskin, orang muda dan kaum wanita, dari latar belakang agama dan budaya manapun semuanya dirangkul oleh

St. Yohanes Paulus II dalam kasih. Menurut beliau, siapa pun mereka dan dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

keadaan apa pun, mereka adalah pribadi yang secitra dan serupa dengan gambar

Allah.

Tindakan melayani sesama dengan kasih didasarkan oleh refleksi St.

Yohanes Paulus II tentang pribadi dan sesama. St. Yohanes Paulus II menekankan pribadi tidak dapat hidup sendiri (bdk. Kej 2:18). Inilah hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Pribadi selalu akan berhubungan dengan orang lain. Karena itu, dalam berhadapan atau berhubungan dengan sesama (pribadi lain) St. Yohanes

Paulus II memberi penekanan pada relasi unitaris. Relasi Unitaris adalah “relasi yang saling meneguhkan dan melengkapi, bukan relasi dalam pola keterpusatan diri atau pengukuhan diri belaka. Dari realitas relasi unitaris ini akan terbangunlah suatu relasi kasih dan solidaritas” (Krispurwana Cahyadi, 2012: 32)

Menurut St. Yohanes Paulus II kasih sangatlah penting dalam berelasi dengan orang lain. “Kasih membangun suatu relasi antar pribadi dan memulihkan kehidupan umat manusia….maka tidak ada sistem, hukum, atau negosiasi apapun yang dapat membangun kesatuan umat manusia jika di dalamnya kasih tidak tumbuh” (Krispurwana Cahyadi, 2012:32). Menurut St. Yohanes Paulus II kasih menjadi sangat penting karena, relasi antar pribadi yang dibangun atas dasar kasih akan dapat menciptakan suatu kesatuan kehidupan yang jauh lebih baik dan apapun bentuk hubungan atau negosiasi yang tidak didasari oleh kasih tidak pernah dapat membangun kesatuan yang baik.

St. Yohanes Paulus II menegaskan kasih itu harus wujud dalam tindakan kasih atau pelayanan kasih. “Tindakan kasih tersebut semakin nyata sebagai keterarahan kepada sesama, terlebih dalam tindakan bagi mereka yang menderita. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Tindakan ini adalah tindakan korban, keluar dari kondisi dan situasi kenyamanan diri, namun rela berbagi dengan mereka yang membutuhkan” (Krispurwana

Cahyadi, 2012:33). Menurut St. Yohanes Paulus II tindakan keterarahan kepada sesama adalah tindakan korban. Hal ini sangat nyata dalam kehidupannya ketika ia memberikan dirinya untuk mengabdi manusia terutama kepada kelompok manusia yang menjadi korban ketidakadilan, kekerasan, dan penindasan oleh sekelompok manusia. Tindakan kasih nyata yang dilaksanakan oleh St. Yohanes

Paulus II adalah, tanpa lelah menyuarakan dan membela keadilan dan perdamaian meskipun dalam situasi dunia yang tanpa harapan.

Dalam konteks ekonomi, politik, sosial, budaya dan agama yang plural St.

Yohanes Paulus II menyerukan tindakan solidaritas sebagai sebuah tindakan kasih. Menurutnya “solidaritas adalah kebenaran moral dan tindakan sosial yang semakin dibutuhkan dewasa ini” (Krispurwana Cahyadi, 2012:35). Melalui dokumen ASG beliau mengharapkan agar tindakan solidaritas kasih semakin menjadi sistem penilaian dan kategori moral dalam membangun relasi ekonomi, politik, budaya, sosial dan dalam relasi antar agama.

Tindakan solidaritas kasih ini adalah tanda kebenaran serta kebijakan Kristiani yang bersumber pada tindakan Allah yang menunjukkan solidaritas kasih-Nya untuk memulihkan martabat manusia sebagai citra Allah. Tindakan solidaritas adalah partisipasi atau keikutsertaan atau wujud nyata keterlibatan manusia pada hidup dan karya Allah. Inilah yang dihayati oleh St. Yohanes Paulus II, dan yang mendasari serta mendorong beliau untuk bertindak melawan segala ideologi maupun praktek yang berlawanan dengan kasih. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

Bagi St. Yohanes Paulus II solidaritas merupakan tindakan profetis yang semakin dibutuhkan dalam situasi dunia yang penuh dengan keresahan dan ketakutan akibat cinta diri dalam diri manusia (Krispurwana Cahyadi, 2012:36).

Merebaknya individualisme menyebabkan manusia hanya berpikir pada diri sendiri atau kelompoknya sehingga banyak orang lain terutama mereka yang lemah tersingkirkan dan bahkan terasingkan. Situasi ini sangat bertentangan dengan semangat Injil di mana solidaritas Allah merangkul semuanya tanpa ada yang terabaikan. Maka St. Yohanes Paulus II dalam usaha merangkul semua umat manusia, beliau menegaskan bahwa solidaritas adalah usaha mengembalikan kasih dalam kehidupan manusia. Dari sebab itu juga St. Yohanes Paulus II sangat menentang segala ideologi dan tindakan yang berbau kekerasan dan kejahatan terutama perang.

St. Yohanes Paulus II secara pribadi sebagai pelayan Gereja universal melayani pula umat manusia dari segala penjuru dunia. Selama masa kepausannya, Gereja telah mendapat peran yang sangat nyata dan memberi sumbangan besar kepada upaya penegakan keadilan dan perdamaian. Gereja menjadi satu-satunya tempat di mana orang dibela dan diberi kebebasan, serta tempat di mana orang tidak kehilangan harapan. Itulah Gereja yang digembalakan oleh St. Yohanes Paulus II yakni Gereja yang mewartakan Kerajaan Allah dengan upaya membebaskan umat manusia dari segala bentuk kejahatan yang menakutkan melalui pelayanan kasih.

Dalam upayanya untuk membebaskan manusia dari kejahatan, St. Yohanes

Paulus II menolak segara upaya yang berbau “kekerasan” sebaliknya beliau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

menyerukan agar setiap orang dari kelompok mana pun menghargai, mengasihi, menghormati dan merangkul satu sama lain, dengan meletakkan kasih sebagai dasar dalam apa pun upaya untuk membangun kehidupan dan persatuan manusia.

Beliau sangat yakin bahwa hanya pelayanan dan tindakan kasihlah yang dapat membebaskan umat manusia dari segala bentuk ketakutan, seperti yang dituliskan oleh Krispurwana Cahyadi (2012:32) “kasih membangun suatu relasi antarpribadi dan memulihkan kehidupan manusia”.

Membebaskan umat manusia dari ketakutan berarti membangun kembali atau memulihkan kehidupan umat manusia. Inilah panggilan Gereja universal yang tidak lain adalah pewartaan Kerajaan Allah melalui pelayanan kasih atau tindakan kasih. Sementara itu, St. Yohanes Paulus II menyadari Gereja sendiri belumlah cukup signifikan untuk membangun dan memulihkan kehidupan umat manusia maka beliau menyerukan dan mengajak semua kelompok manusia agar bekerja sama memperjuangkan keadilan dan perdamaian atas dasar kasih kepada sesama. Kasih kepada sesama berarti menjadikan manusia sebagai yang “utama dan pertama”, menjadikan manusia sebagai tujuan dan bukan sarana.

St. Yohanes Paulus II sangat kuat dalam iman kepada Yesus Kristus. Iman akan Yesus Kristus ini diwujudnyatakannya dalam tindakan kasih karena menurut beliau “siapa pun yang percaya dan mengikuti Kristus akan senantiasa menyatakan kasih, sebab Allah adalah kasih, dan mengasihi adalah tanda nyata sebagai anak-anak Allah”, yang dinyatakan di tengah keprihatinan situasi dunia

(Krispurwana Cahyadi, 2012:103). Kasihnya kepada Yesus Kristus menjadi konkret dalam kasihnya kepada manusia lewat pelayanan kasih. Menurut St. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Yohanes Paulus II itulah panggilan kasih di tengah situasi dunia yang tanpa harapan, yang penuh dengan ketakutan akibat kemiskinan dan penderitaan yang semakin parah. St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang reflektif profetis.

Melalui kebiasaan refleksi ini juga St. Yohanes Paulus II memperoleh kekuatan untuk melaksanakan panggilan tersebut.

Paus Yohanes Paulus II (2007:200-210) dalam merefleksikan serangan percobaan pembunuhannya dalam buku , mengatakan “Agca menguasai cara-cara menembak, dan sudah barang tentu ia menembak dengan tujuan membunuh. Walau demikian, seolah-olah seorang mengarahkan dan membelokkan peluruh tersebut”. Selanjutnya beliau merefleksikan bahwa seperti

Kristus, ia diizinkan untuk menderita agar menjadi nyata melalui penderitaan suatu dimensi baru terbuka, suatu perintah baru yakni perintah cinta kasih. Beliau sangat yakin akan panggilan cinta kasih ini, dan selama hidupnya, ia telah memberikan diri untuk mengabdi umat manusia dan bersama-Nya ia membawa

Gereja agar lebih berfokus pada pelayanan kasih, seraya berseru kepada segenap umat manusia agar memperlakukan orang lain atas dasar kasih.

Kasih St. Yohanes Paulus II adalah cerminan kasih Ilahi yang telah memberikan Diri-Nya, mengosongkan Diri-Nya dan menjadi sama dengan manusia, dan memberikan Diri-Nya (sebagai korban) demi keselamatan umat manusia. St. Yohanes Paulus II sendiri merefleksikannya seperti yang dikutip oleh

Anthony F. Chiffolo (2001:22) dalam buku yang berjudul St. Paus Yohanes

Paulus II, Dalam Kata-Kataku Sendiri, “Kasih adalah pemberian diri, ini berarti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

mengosongkan diri untuk menggapai orang lain. Dalam arti tertentu, kasih berarti melupakan diri sendiri bagi kebaikan orang lain”.

Cintakasih St. Yohanes Paulus II perlu diberi penekanan bahwa cintakasihnya kepada umat manusia sungguh luar biasa. St. Yohanes Paulus II bukannya tidak tahu bahwa situasi dunia tidak memungkinkan wujudnya kasih namun beliau sangat yakin bahwa dengan kasih tantangan-tantangan dapat diatasi dan hanya dengan kasih dunia dapat diubah. Hal ini diungkapkannya ketika mengadakan pertemuan dengan Kelompok Caritas di San Antonio pada tahun

1987, “kasih dapat mengatasi halangan-halangan yang besar, dan kasih Allah dapat mengubah dunia sepenuhnya”(Chiffolo, 2001:21). Dari keyakinan ini St.

Yohanes Paulus II dengan suara yang lantang menyerukan kepada seluruh kelompok manusia agar membangun suatu tatanan dunia yang didasari oleh kasih.

Di kala menjabat sebagai Paus, beliau dihadapkan dengan masalah Gereja universal, lebih tepatnya adalah masalah-masalah dunia, harapan dan kasihnya tidak pernah surut sebaliknya menambah kekuatan dan keyakinannya. St.

Yohanes Paulus II dalam refleksinya mengutip kata St. Paulus kepada jemaat di

Roma “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan” (RM 12:21). Dalam dirinya, St. Yohanes Paulus II yakin betapapun dunia penuh dengan kejahatan, pasti ada batasnya, dan pasti ada kekuatan lain yang dapat mengatasinya yakni kebaikan yang bersumber pada kebaikan Ilahi (Paus Yohanes Paulus II, 2007:22-23). Dalam homilinya di Grant

Park, Chicago pada tahun 1979, St. Yohanes Paulus II menyampaikan; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Kasih adalah kekuatan yang membuka hati terhadap sabda Yesus dan terhadap Penebusan-Nya. Kasih adalah satu-satunya landasan bagi persahabatan manusia yang menghormati dalam diri satu sama lain martabat anak-anak Allah, yang diciptakan menurut citra-Nya dan diselamatkan oleh kematian dan Kebangkitan Yesus. Kasih merupakan satu-satunya kekuatan penggerak, yang memaksa kita untuk membagikan seluruh diri kita dan semua yang kita miliki dengan saudara-saudari kita (Chiffolo, 2001:22).

Kasih adalah kekuatan dari dalam diri St. Yohanes Paulus II yang memberinya kekuatan untuk memberikan diri demi kasihnya terhadap umat manusia. Kasih ini juga yang telah membuka hatinya untuk memahami misteri

Penebusan manusia oleh Allah. Melalui refleksi Karya Agung Allah (penebusan) selalu mendapat dimensi baru dalam hidup St. Yohanes Paulus II yakni suatu panggilan untuk melakukan kebaikan atau yang diistilahkan oleh beliau sendiri sebagai panggilan cintakasih. St. Yohanes Paulus II sangat yakin akan kebaikan

Allah ini masih tetap berlangsung dalam sejarah manusia, dulu, sekarang dan selama-lamanya.

St. Yohanes Paulus II hidup semata-mata karena kasih. Kasih yang ditemukan dan dialaminya dari Allah sendiri melalui pengalaman pergulatan hidupnya, dan karena itu kasih tersebut ada dalam dirinya dan menjadi miliknya.

Kasih yang memberikan kekuatan dan daya penggerak untuk terus berjuang untuk melayani meskipun mengalami banyak tantangan. St. Yohanes Paulus II yang telah menyambut dengan hati terbuka panggilan cintakasih, ambil bagian pula di dalamnya. Beliau telah menyerahkan diri untuk menjadi sarana dan perantara untuk menciptakan peradaban kasih di dalam kehidupan manusia. Kedalaman kasihnya kepada Allah dan umat manusia menjadikan beliau seorang yang selalu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

memahami dirinya sebagai pribadi manusia yang dikasihi Allah dan yang sudah ditebus-Nya. Pemahaman akan dirinya yang sama memiliki keluhuran martabat sebagai gambar dan rupa Allah, memperdalam kasihnya kepada pribadi-pribadi yang lain (Chiffolo, 2001:23).

Dalam pesan untuk hari remaja sedunia yang ke-11 tahun 1996, St.

Yohanes Paulus II dengan tegas menyampaikan, “cinta diri menyebabkan orang tuli dan bisu. Kasih membuka mata dan hati, serta memampukan manusia memberikan sumbangan yang unik dan tidak tergantikan….yang dapat mengubah pasang surutnya sejarah” (Chiffolo, 2001:23). Pesan beliau ini sekaligus merupakan suatu kesaksian tentang dirinya yang penuh dengan kasih. Pengalaman kasih dari Allah sungguh membuka mata dan hatinya akan keprihatinan- keprihatinan atau ketakutan-ketakutan dunia. Kasih yang sama, meneguhkan harapan dan memampukan beliau untuk memberikan diri sepenuhnya untuk bersaksi dan mewartakan Kerajaan Allah.

Cintakasih hingga tuntas adalah cintakasih penuh St. Yohanes Paulus II yang mendapat ilham dari cintakasih Yesus Kristus. St. Yohanes Paulus II tidak hidup untuk dirinya sendiri tetapi beliau hidup dalam cintakasih dan memberikan dirinya demi pengabdian kepada umat manusia. Beliau sangat berkomitmen mengikuti teladan Yesus Kristus yang “datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani” (Mat 20:28). Dalam (Art.75) St. Yohanes

Paulus II mengungkapkan bahwa Yesus kristus tidak pernah berhenti memanggil murid baru, untuk menyatakan cintakasih Ilahi dengan melayani sesama melalui penyerahan diri dengan rendah hati dan tanpa pamrih. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Dalam kebanyakan ajaran St. Yohanes Paulus II, beliau meletakkan manusia sebagai yang pertama dan utama dari tujuan Gereja. Dengan berteladankan Yesus Kristus (teladan tindakan sempurna dalam penghargaan manusia), St. Yohanes Paulus II mengasihi semua orang, merangkul dengan penuh kasih terutama mereka yang sedih dan menderita. Demikian juga yang dituliskan oleh St. Yohanes Paulus II dalam salah satu dokumennya yakni

Evangelium Vitae, “Orang-orang lain bukanlah saingan yang terhadapnya kamu harus mempertahankan diri, melainkan saudara-saudari yang harus didukung.

Mereka harus dikasihi demi mereka sendiri, dan mereka memperkaya kita dengan kehadiran mereka” (Chiffolo, 2001:72). Pelayanan pastoralnya ditandai dengan sikap kasih yang sungguh mendalam kepada semua kelompok tanpa ada yang terkecuali. Hal ini diungkapkan oleh Kardinal Yosef Ratzinger pada 16 Oktober

2003 pada peringatan pesta perak masa kepausan St. Yohanes Paulus II.

Anda, sebagai wakil Yesus Kristus….tanpa kenal lelah telah menjelajah dunia, bukan hanya mewartakan Kabar Gembira kasih Allah….Anda juga telah melintas batas-batas semangat dari mereka yang sering kali berjauhan satu dari yang lain dan bertentangan satu sama lain, merengkuh yang berseteruh, menjalin tali persahabatan di antara mereka yang terpisah, dan menyediakan tempat di dunia bagi damai Kristus (lih. Ef 2:17). Anda telah menjumpai kaum muda, orang-orang tua, orang kaya dan orang miskin, para pengusaha dan rakyat sederhana….Anda telah mewartakan kehendak Allah tanpa takut, sekalipun bertentangan dengan pikiran dan kemauan orang….Anda tidak mencari penghargaan dari manusia, tetapi Anda memerhatikan putra-putra Anda seperti seorang ibu. Seperti Paulus Anda juga begitu mencintai manusia dan sangat berhasrat menyampaikan kepada mereka bukan hanya Kabar Gembira, melainkan bahkan memerikan hidup Anda sendiri (bdk. 1 Tes 2:5-8), (Dziwisz, 2010:14-15).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Betapapun ia mengalami penderitaan tetapi kasihnya tetap menyala bagai lilin yang menerangi kegelapan di suatu ruang kosong, tak kunjung padam meskipun ribut taufan datang melanda. Sebaliknya penderitaan yang dialami diubah menjadi stigma penderitaan yang mewarnai pelayanan apostoliknya. Ia telah taat dan setia, seperti Yesus yang telah taat dan setia memanggul salib-Nya, meskipun selalu mengalami penderitaan yang sungguh membekas. Penderitaan manusia akibat kemiskinan, peperangan, terorisme, penindasan, dan penyakit semua menjadi penderitaan St. Yohanes Paulus II. Bahkan dirinya sendiri diancam mati sebanyak tiga kali. Semua penderitaan yang dialaminya sama sekali tidak dianggapnya sebagai beban meskipun beliau pernah mengeluh karena harus membatalkan beberapa pelayanan. Justru dari penderitaannyalah tumbuh kasih yang mendalam, kasih yang memberi harapan kepada para penderita yang lain.

Inilah keunggulan St. Yohanes Paulus II yang penuh dengan kasih, mengasihi sampai tuntas.

4. Berdoa dalam Roh

St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang sangat mencintai hidup doa. Ia adalah seorang devosional. Setiap hari dibuka dan ditutupnya dengan doa. Beliau memiliki hubungan yang sangat intim dengan Allah. Melalui doa-doanya ia menimba kekuatan untuk melaksanakan seluruh pelayanannya, dan dari doanya juga ia mendapat ilham untuk melaksanakan tugas apostoliknya sebagai Paus

(Dziwisz, 2010:103-114). Tugas dan tanggung jawab sebagai seorang Paus memang berat dan menguras banyak tenaga. Beliau juga merupakan pribadi yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

perfeksionis dalam artian sangat menghargai waktu yang ada. Ia telah mengatur dengan sangat baik segala kegiatan sehari-hainya sehingga waktu doa adalah salah satu prioritasnya. Beliau sangat menyadari bahwa dirinya hanyalah manusia biasa umpama “mesin” yang setelah bekerja keras akan kehabisan tenaga. Setelah kehabisan tenaga St. Yohanes Paulus II akan meluangkan waktu untuk memulihkan kembali tenaganya dengan bersyukur dan berdoa kepada Allah Bapa.

Sementara St. Yohanes Paulus II sangat memperhatikan hidup rohaninya, ia juga hidup sebagai seorang yang sangat manusiawi. Beliau menikmati dan menggunakan kemampuan manusiawinya untuk memuliakan Tuhan. Secara lebih jelas akan dipaparkan kehidupan sehari-hari St. Yohanes Paulus II yang sarat dengan kegiatan namun sangat khusuk pula dalam doa.

Stanislaw Dziwisz (2010:103-114) dalam tulisannya mengisahkan keseharian Sri Paus yang padat dengan kegiatan namun penuh dengan semangat doa. Setiap pagi Paus Yohanes Paulus II memulai harinya dengan bangun pada pukul 05.30. Setelah membersihkan dan mempersiapkan dirinya, beliau akan ke kapel untuk mengucap syukur dan berbicara dengan Allah. Pada kebiasaannya, beliau akan mengadakan adorasi, puji-pujian, dan meditasi. Pukul 07.00 beliau akan merayakan misa bersama imam-imam, para uskup, dan para undangan. Umat yang datang sering melihat betapa khusuknya Paus Yohanes Paulus II berdoa.

Beliau berdoa dengan mata tertutup penuh penghayatan sambil berlutut dalam sikap kepasrahan yang total. Dalam penghayatan dan kepasrahan beliau mengalami sukacita yang luar biasa. Karena kekhusukan dalam doa, beliau sering tidak menyadari kalau ada orang lain yang masuk ke dalam kapel. Mereka yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

sering melihat kekhusukan beliau berdoa mengatakan “Dia sedang berbicara dengan Yang Tak Kelihatan” (Dziwisz, 2010:109). Kegiatan doa dan misa pagi ini merupakan santapan rohani yang menghidupkan beliau. Selesai kegiatan rohani, beliau akan beralih ke meja makan untuk menikmati santapan tubuh jasmani yang sudah disiapkan.

Setelah makan pagi, kegiatan selanjutnya adalah lebih bersifat pribadi.

Beliau akan ke kamar kerjanya dan mempersiapkan hal-hal yang akan digunakan dalam pelayanan seperti menulis konsep-konsep, menyiapkan homili atau menyiapkan garis besar pidatonya, kecuali setelah pundaknya cedera beliau mendiktekannya kepada imam yang lain. Beliau selalu mengambil kesempatan pagi mempersiapkan dirinya untuk pelayanan sepanjang hari. Selama masa kerjanya pun beliau menyisihkan waktu untuk berdoa. Tak jarang jika ada yang mencarinya “selalu menemukannya di kapel sedang khusuk berdoa, kadang bertiarap di lantai, tenggelam sepenuhnya dalam doa, dan kadang dengan khusuknya ia bernyanyi dalam adorasi pagi” (Dziwisz, 2010:110). Tidak hanya di waktu pagi tetapi selama waktu kerjanya ia selalu menyempatkan dirinya untuk berdoa.

St. Yohanes Paulus II biasanya akan memulai kunjungan setiap pagi pada pukul 11.00. Ketika makan siang biasanya dimanfaatkan oleh beliau untuk mendengar informasi dari tamu undangan atau meminta masukan dari pejabat- pejabat kantor tentang hasil kerja mereka. Setelah makan siang, St. Yohanes

Paulus II akan beristirahat untuk memulihkan stamina badannya, kemudian dilanjutkan dengan berdoa. Setiap hari St. Yohanes Paulus memiliki kebiasaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

untuk pergi ke balkon setelah istirahat dan berdoa. Beliau juga memiliki kebiasaan untuk berhenti di depan patung-patung kudus terutama patung Bunda Maria dari

Fatimah untuk berdoa. Doa favorit St. Yohanes Paulus II adalah doa Rosario, beliau sering mendaraskan doa tersebut secara lengkap. Setiap hari Kamis St.

Yohanes Paulus II akan berdevosi Jam Kudus dan setiap hari Jumat beliau akan melakukan Jalan Salib di manapun dia berada, bahkan ketika dalam pesawat atau dalam helikopter seperti yang dilakukannya ketika sedang melakukan perjalanan ke Galilea (Dziwisz, 2010:112).

St. Yohanes Paulus II tidak pernah kehabisan kata-kata baru untuk berdoa.

Demikian yang dituliskan oleh sekretaris pribadi Paus Yohanes Paulus II yakni

Stanislaw Dziwisz (2010:113) dalam catatannya tentang hidup keseharian St.

Yohanes Paulus II di Vatikan. “Ia selalu menemukan kata-kata baru untuk berdoa, untuk berbicara dengan Tuhan”. St. Yohanes Paulus II sangat memperhatikan hidup rohaninya. Baginya, hidup doa seperti Misa, ibadat harian, sujud di depan

Sakramen Mahakudus, pemeriksaan batin dan pengakuan dosa, dan praktek- praktek kesalehan merupakan bagian penting dari kehidupan rohaninya. St.

Yohanes Paulus II secara rutin melakukan pengakuan dosa sekali dalam seminggu. Praktek kesalehan yang secara terus-menerus dilakukannya adalah puasa. Semua itu menunjukkan betapa beliau memiliki hubungan yang sangat intim dengan Allah. Tidak bisa tidak dapat dikatakan bahwa St. Yohanes Paulus

II selalu hidup dengan Allah, beliau selalu dan senantiasa jatuh cinta kepada

Allah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Di waktu sore St. Yohanes Paulus II akan melaksanakan audiensi sore dengan pelbagai pihak yang sudah dijadwalkan. Waktu makan malam ia tidak makan sendirian tetapi selalu makan bersama orang lain. Beliau selalu mengambil kesempatan waktu makan untuk mendengar informasi dari teman makan malamnya. Setelah selasai makan malam, St. Yohanes Paulus II akan menyibukkan diri untuk membaca. Setelah merasa cukup untuk membaca, St.

Yohanes Paulus II akan pergi ke kapel untuk memanjatkan syukur, pujian, dan berbicara kepada Tuhan. Sebelum tidur, St Yohanes Paulus II memiliki kebiasaan untuk melihat kota Roma dan memberkatinya dengan tanda salib.

Demikianlah kehidupan sehari-hari St. Yohanes Paulus II yang penuh dengan pelbagai kesibukan yang sangat melelahkan namun penuh dengan semangat doa. Hidup doa menjadi bagian yang sangat menentukan hidupnya.

Dengan doanya yang khusuk, ia selalu berada dalam naungan kuasa Roh Kudus.

Banyak ungkapan St. Yohanes Paulus II tentang doa yang secara langsung mencerminkan kedalaman hidup doanya, yang akan dipaparkan dan dibahas sebagai berikut.

Bagi St. Yohanes Paulus II doa adalah suatu percakapan dengan Tuhan. Di dalam percakapan tersebut ada dua subjek yang bekerja yakni “dia” yang berdoa dan “Dia” yang memanggil untuk berdoa. Dalam doa “Dia” yang memanggil untuk berdoa jauh lebih penting karena dari Dia-lah dan untuk Dia-lah beliau berdoa (Yohanes Paulus II, 1995:18). Karena itu dalam berdoa, kerendahan hati merupakan jalan terbaik untuk mencapai kepenuhan doa. Hal ini sesuai dengan semangat Injil yang dihidupinya tentang hal berdoa seperti pada Injil Lukas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

mengenai perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai (Luk 18:9-

14).

St. Yohanes Paulus II mengungkapkan “doa merupakan suatu usaha mencari Allah, tetapi juga suatu pewahyuan dari Allah….melalui doa Allah mewahyukan Diri-Nya lebih-lebih sebagai Belas Kasihan” (Yohanes Paulus II,

1995:31-32). Selama hidup, St. Yohanes Paulus II tidak pernah berhenti mencari

Allah. Di manapun beliau berada ia selalu mencari kesempatan untuk berbicara dengan Allah dan mengalami kasih-Nya. Dari kekhusukan doa inilah beliau mendapat banyak kekuatan untuk melaksanakan seluruh pelayanan apostoliknya, dan sekaligus meneguhkan keyakinan dan pengharapannya. Sementara itu beliau juga menyerukan kepada semua anggota Gereja dan semua kelompok agama agar terus-menerus berdoa, karena doa “mengungkapkan kebenaran kasih Allah dan sekaligus menghadirkan di dunia ini Allah yang adalah Kasih yang penuh kerahiman” (Yohanes Paulus II, 1995:32).

Dalam doa St. Yohanes Paulus II pertama-tama menghadirkan Roh Kudus yakni Roh yang memberikan kekuatan kepadanya untuk berdoa. Beliau sadar akan kelemahannya sebagai manusia, namun beliau bukan tidak tahu bagaimana seharusnya berdoa tetapi ketika berdoa bukan berarti ia berdoa untuk kepentingannya sendiri tetapi beliau selalu mempunyai kerinduan untuk berbicara kepada Allah, menimba kekuatan dari Roh Kudus dan berdoa bagi Gereja dan dunia. St. Yohanes Paulus II sendiri tidak tahu sejauh mana doanya terkabul tetapi beliau berdoa secara terus menerus. Inilah anugerah kekuatan yang diberikan Roh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Kudus kepadanya untuk berdoa, yakni selalu memiliki kerinduan untuk berbicara dengan Allah.

Doa menjadi sumber kekuatan dan inspirasi baginya untuk memulai hidup baru, terutama dalam pengambilan keputusan-keputusan dan kebijakan pelayanan apostoliknya (Chiffolo, 2001:13). Sebagai seorang saksi dan pewarta beliau memberikan sikap dan teladan yang menginspirasikan banyak orang. Tidak hanya iman tetapi kasih dan pengharapannya terus bertumbuh karena doa-doanya.

Ketika menyampaikan pesan kepada para seminaris di Chicago, tahun 1979, beliau mengatakan “hendaknya kamu setia pada doa-doa harianmu; doa-doa itu akan merawat iman kamu sehingga tetap hidup dan bersemangat” (Chiffolo,

2001:14). Bagi St. Yohanes Paulus II doa umpama vitamin yang dapat menjaga kesehatan tubuh. Doa adalah makanan rohani yang dapat menyembuhkan dan sekaligus menyuburkan iman, harapan dan kasih.

Di dalam hidup sehari-hari dan dalam doanya Kristuslah yang menjadi teladan dan menjadi isi doanya, dan dengan berdoa ia terus-menerus mempersatukan dirinya dengan Kristus. Baginya, “tanpa doa, tidak ada kegembiraan, pengharapan, kedamaian, karena doa mempersatukan kita dengan

Kristus” (Chiffolo, 2001:14). Di lain kesempatan St. Yohanes Paulus II juga memberikan kesaksian tentang hidup doanya:

Jika kamu sungguh ingin mengikuti Kristus, dan bila kamu menginginkan kasihmu kepada-Nya tumbuh dan hidup, kamu harus setia berdoa. Itulah kunci menuju kekuatan hidup kamu dalam Kristus. Tanpa doa, iman dan kasihmu akan mati. Jika kamu setia dalam doa harian dan dalam mengikuti misa mingguan, kasihmu kepada Yesus akan bertambah dan hatimu akan mengalami kegembiraan dan kedamaian mendalam, yang tidak dapat diberikan oleh dunia (Chiffolo, 2001:15). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Baginya doa adalah kunci untuk hidup bersatu dengan Kristus. Kekuatan yang ditawarkan dalam doa adalah pengalihan pikiran dan hati kepada Tuhan, kepada Yesus Kristus sumber iman, harapan dan kasih, sebab itu tanpa doa iman dan kasih akan mati. Jika iman dan kasih mati, harapan akan musnah. Yesus

Kristus yang hadir dalam doa akan memberikan suatu dimensi ilahi yang dapat mengubah hidup. Suatu dimensi ilahi yang membuka mata dan hati untuk menghadapi situasi sekarang dan melihat masa depan dengan penuh harapan, serta memberikan kegembiraan dan kedamaian mendalam, betapapun mengalami penderitaan yang berat.

Dalam doa bersama antarumat beragama di Asisi pada 27 Oktober 1996,

St. Yohanes Paulus II menyampaikan bahwa, “doa itu sangat penting sebagai cara dan langkah untuk membangun perdamaian….karena perdamaian sejati adalah buah dari relasi dengan kuasa Ilahi” (Krispurwana Cahyadi, 2011:114). Bagi St.

Yohanes Paulus II, doa sebagai jembatan yang menjadi sarana untuk menapaki jalan perdamaian. Di sinilah St. Yohanes Paulus II meletakkan peran doa bagi perdamaian yakni, menimba kekuatan dari Allah, sebab daya untuk membangun perdamaian sejati bukan dari manusia, melainkan hanya berkat rahmat Allah

(Krispurwana Cahyadi, 2012:325). Doa adalah sarana untuk berharap dan menyampaikan permohonan. Beliau terus-menerus berdoa dan mengembalikan semuanya kepada Allah, karena beliau percaya akhirnya yang bekerja untuknya adalah Allah sendiri.

Lalu bagaimana caranya St. Yohanes Paulus II berdoa? Beliau berdoa dengan bermacam-macam cara. Beliau berdoa dalam Roh, penuh dengan iman, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

harapan dan kasih, bersatu dengan Kristus, dan dengan penuh kerendahan hati dan sikap pasrah diri menyerahkan semuanya kepada Allah. Menurut St. Yohanes

Paulus II, manusia adalah umat yang tugas pokoknya adalah memuji, menyembah dan memuliakan Tuhan dalam pelbagai cara. Seperti yang diungkapkannya,

“Manusia adalah imam dari seluruh ciptaan. Kristus menyerahkan kepada manusia martabat panggilan tersebut….seluruh ciptaan melaksanakan opus gloriae” (Yohanes Paulus II, 1995:21).

Dalam doa St. Yohanes Paulus II tidak mengungkapkan dirinya tetapi beliau membuka dirinya dan membiarkan Allah hadir dan berkarya dalam diri dan hidupnya. “Manusia mendapat kepenuhan doa bukan kalau dia mengungkapkan dirinya sendiri, tetapi kalau dia membiarkan Allah hadir sepenuh-penuhnya dalam doa” (Yohanes Paulus II, 1995:21-22). Begitu mistisnya hidup doa St. Yohanes

Paulus II sehingga dengan memperdalam misteri yang diwahyukan dalam Kristus, dia dapat semakin lebih baik melakukan tugas pelayanan.

Yang terkandung dalam doa St. Yohanes Paulus II adalah kegembiraan dan harapan, kedukaan dan kecemasan manusia zaman sekarang. Sebagai saksi

Kabar Gembira, St. Yohanes Paulus II adalah seorang yang selalu penuh dengan kegembiraan dan seorang yang tangguh dalam berpengharapan. Dalam doa beliau menjadi pengantara antara persoalan Gereja dan persoalan dunia universal kepada

Allah. Kepada Allah, St. Yohanes Paulus II mengemukakan segala kegembiraan dan harapan, maupun dukacita dan kecemasan yang dirasakan oleh Gereja dan dunia (Yohanes Paulus II, 1995:29). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

Dalam situasi dunia yang penuh dengan kejahatan dan ketakutan, St.

Yohanes Paulus II tidak pernah kehilangan keyakinan, ia berdoa terus-menerus karena baginya, “betapa pentingnya doa itu bagi dunia dan bagi Gereja, karena pada akhirnya doa itu merupakan jalan yang termudah untuk menghadirkan di dunia ini Allah dan kasih-Nya yang menyelamatkan”, demikian yang ditulisnya dalam buku Melintasi Ambang Pintu Harapan (1995:29). Sementara berdoa terus- menerus, St. Yohanes Paulus II juga mendorong segenap Gereja yakni “anak-anak terjanji” (Gal 4:28) untuk berdoa agar “karya keselamatan terlaksana melalui

Kristus”,“agar dapat menghayati perutusan dengan penuh dedikasi”, “berdoa untuk panggilan-panggilan untuk menjadi kudus entah dengan menjadi religius atau awam”, berdoa “bagi orang-orang yang menderita”, dan “berdoa bagi mereka yang meninggal” (Yohanes Paulus II, 1995:30-31).

Demikianlah semua persoalan Gereja dan dunia serta semua kelompok manusia dengan segala permasalahannya dirangkulnya dalam doa seperti Yesus yang berdoa kepada para murid-Nya dan kepada dunia. Hidup doa St. Yohanes

Paulus II sungguh mistis sehingga seluruh hidupnya diresapi dan dinaungi oleh

Kuasa Ilahi, yang menguatkan dan meneguhkan hatinya untuk memberikan diri demi pelayanan kepada Gereja dan umat manusia dan demi Totus tuss, Maria!

(sepenuhnya untukmu, Maria!).

Dari pembahasan empat pokok spiritualitas St. Yohanes Paulus II tersebut dapat disimpulkan bahwa, beliau adalah pribadi yang sungguh menghayati pelayanannya sebagai panggilan dari Allah untuk melayani-Nya dan umat manusia. Empat hal tersebut yakni iman, harapan, kasih dan doa juga merupakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

keutamaan kristiani yang sungguh dihayati dan dilaksanakan oleh St. Yohanes

Paulus II. Beliau telah menunjukkan kepada dunia kekatolikan dan kekristianannya yang sejati. Spiritualitas yang dihayatinya sungguh menjadi kekuatan, semangat, dan roh baginya untuk tetap setia dan teguh melaksanakan tugas pengutusannya sampai tuntas meskipun telah mengalami banyak tantangan dan penderitaan. Beliau sungguh telah menjadi seperti Yesus yang telah taat dan setia pada salib-Nya sampai wafat. Karena itu pantaslah beliau menjadi teladan para pelayan terutama katekis di zaman sekarang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

BAB III

TANTANGAN DAN PELAYANAN KATEKIS ZAMAN INI

Gereja selalu mengharapkan kehadiran para katekis sejati yang siap melayani tanpa lelah. Dalam perkembangan sejarah Gereja, kehadiran para katekis telah memberi dampak positif bagi terlaksananya visi dan misi Gereja.

Melihat kontribusi begitu penting dari para katekis, Gereja dengan tegas mengakui dan mengapresiasi keberhasilan pelayanan mereka. Terutama pada waktu awal evangelisasi, kehadiran para katekis mempercepat perkembangan

Gereja baik dari segi teritorial maupun dari segi jumlah umat. Sampai pada masa sekarang Gereja terus berkembang karena keterlibatan para katekis. Karena pelayanan sangat vital bagi Gereja maka para katekis pun perlu dipersiapkan melalui pelbagai usaha terus menerus agar mampu melaksanakan pelayanan dalam situasi zaman yang sedang dihadapi.

Bertolak dari kesadaran tersebut, pembahasan bab III ini bermaksud memberi gambaran keseluruhan namun secara singkat mengenai katekis dan pelayanannya. Bab III ini akan menjadi titik tolak atau latar belakang pencapaian maksud dan tujuan penulisan skripsi. Bahwasanya katekis masih membutuhkan pembinaan dan pendidikan lebih agar semakin dapat menghayati dan meningkatkan pelayanannya. Adapun isi dari bab III ini adalah mengenai sosok katekis, tugas katekis, tentang pelayanan, realitas pelayanan katekis dan tantangan-tantangan pelayanan yang dihadapi oleh katekis pada zaman ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Pembahasan dalam bab III ini dibagi menjadi dua bagian utama yaitu bagian pertama tentang tantangan pelayanan katekis yakni tujuh arus besar perubahan zaman. Bagian kedua membahas tugas dan peranan katekis sebagai pelayan umat pada zaman Ini. Bagian kedua membahas enam topik utama. Topik pertama membahas arti pelayanan yang ditinjau dalam tiga perspektif yaitu menurut Kitab Suci, dokumen Gereja dan menurut para tokoh. Topik kedua membahas sosok katekis, topik ketiga tentang kategori katekis, topik keempat tentang tugas dan peran katekis, topik kelima tentang cakupan pelayanan katekis dan yang terakhir tentang perkembangan pelayanan katekis.

A. Tantangan Pelayanan Katekis Zaman Ini

Gereja dalam melaksanakan tugas perutusan menghadapi banyak tantangan, demikian juga pelayanan para katekis. Perubahan arus zaman menyebabkan tantangan pelayanan semakin rumit dan kompleks. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kualitas kehidupan rohani umat.

Pada artikel 28, Direktorium Formatio Iman secara tidak langsung menyampaikan bahwa pelayanan katekis yang dilaksanakan belum relevan dengan situasi umat yang sedang menghadapi tantangan arus-arus besar zaman.

Arus-arus besar zaman yang dimaksud adalah sekularisasi dan sekularisme, pandangan hidup dan budaya instan, ateisme dan relativisme, dampak perkembangan teknologi digital, pluralitas yang diwarnai fundamentalisme dan radikalisme serta globalisasi budaya, rusaknya keutuhan ciptaan dan lingkungan hidup, dan merebaknya kemiskinan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

Dengan kata lain, pelayanan katekis belum menjawab situasi dan kebutuhan umat secara konkrit, atau yang diistilahkan dengan belum kontekstual.

Hal ini bukan berarti katekis tidak melaksanakan pelayanan tetapi inilah kenyataan yang terjadi bahwa tantangan-tantangan arus zaman hampir tidak pernah disinggung ketika melayani. Kecenderungan pelayanan yang dilaksanakan adalah kembali kepada metode doktriner dengan menawarkan suatu yang abstrak

(jauh dari kenyataan) dan menawarkan jalan penyelesaian yang bersifat semu.

Direktorium Formatio Iman (2014:11-17) kemudian membahas tujuh tantangan arus besar zaman yang tidak mudah untuk disikapi secara bijaksana dan kritis oleh katekis.

1. Sekularisasi dan Sekularisme

Sekularisasi adalah arus zaman yang secara mendasar mempengaruhi kehidupan manusia dalam pelbagai bidang baik itu rohani maupun duniawi

(Direktorium Formatio Iman, 2014:15). Sekularisasi adalah proses penemuan jati diri dunia menuju otonomi. Otonom berarti dunia (terutama manusia) memiliki hukum dan nilainya sendiri. Hukum dan nilai inilah yang coba diatur oleh manusia sesuai dengan kehendak Sang Pencipta. Sekularisasi membawa paham bahwa dunia dapat diatur sendiri oleh manusia tanpa ketergantungan penuh terhadap kekuatan supra-empiris. Sekularisasi turut memberi sumbangan positif kepada agama yakni pemurnian hakikat dan refungsionalisasi agama.

Sekularisasi tidak selamanya berdampak baik terhadap kehidupan rohani.

Sekularisasi akhirnya melahirkan suatu paham atau ideologi tertutup yakni paham PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

yang memutlakkan otonomi duniawi tanpa keterbukaan terhadap Yang Ilahi

(Direktorium Formatio Iman, 2014:15). Inilah yang disebut dengan sekularisme yang berarti proses pemisahan dunia dari Allah karena manusia beranggapan bahwa kehidupan tidak tergantung pada Allah dan manusia dapat menggunakan serta memanfaatkan segala ciptaan tanpa relasi dengan Sang Pencipta. Akibatnya adalah, manusia bertindak semaunya sendiri tanpa melibatkan atau mengandalkan

Tuhan karena dianggap tidak dapat memberi jawaban atas persoalan manusia.

Berhadapan dengan arus sekularisasi dan sekularisme, pelayanan yang bersifat sakral tampaknya tidak dibutuhkan lagi. Kehidupan rohani dianggap tidak penting dan tidak menentukan dalam kehidupan. Akibatnya kehidupan beragama semakin diabaikan. Sekularisme dapat melahirkan pandangan intoleransi terhadap agama seperti ateisme. Sekularisasi memberi dampak yang sangat mendalam pada pelbagai bidang kehidupan manusia sehingga hidup manusia justru mengalami kedangkalan dan tidak berakar. Hidup manusia diarahkan semata-mata untuk kepentingan duniawi dan anugerah Allah sama-sekali tidak dihargai (Direktorium

Formatio Iman, 2014:17).

2. Pendangkalan Hidup dan Budaya Instan.

Dampak negatif sekularisme diperparah dengan budaya instan. Budaya instan adalah budaya hidup yang tidak dapat menerima dan menghargai proses.

Semua tindakan dalam hidup berorientasikan pada hasil semata-mata namun dengan cara cepat sehingga menghalalkan segala cara. Dalam budaya instan manusia justru kehilangan keluhuran martabatnya sebagai “citra Allah”, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

sebaliknya manusia dihargai atas dasar produktivitasnya (Direktorium Formatio

Iman, 2014:16). Akibatnya manusia yang tidak berdaya atau yang tidak produktif sering ditindas dan terisolasi dari masyarakat.

Kedangkalan hidup yang dihasilkan oleh budaya instan melahirkan pula manusia atau masyarakat yang tanpa nilai dan akar sehingga memunculkan budaya kematian. Dengan budaya kematian, kultur dan sistem yang tercipta sama sekali tidak menghargai bahkan menyingkirkan nilai solidaritas dan kepentingan umum. Individualisme kemudian berkembang sehingga tidak ada tempat bagi orang lain. Semuanya diarahkan pada kepentingan diri sendiri atau kelompok tertentu yang berorientasikan pada efisiensi dan efektivitas (Direktorium Formatio

Iman, 2014:16). Karena sikap egosentris tersebut yang mengandalkan diri sendiri maka Allah sama sekali tidak mendapat tempat dalam kehidupan.

Budaya instan melahirkan budaya konsumerisme dimana setiap individu memiliki kebutuhan atau keinginan yang tidak pernah terpenuhi. Manusia semakin mengejar kebutuhannya sehingga ego, ambisi serta optimisme pada diri sendiri meningkat. Yang ada dalam hati adalah mengejar pemenuhan dan keinginan egoismenya. Akibatnya, segala hal yang tidak menjanjikan hasil diabaikan. Allah dan orang lain terutama kaum kecil, lemah, miskin, dan tersingkir tidak mendapat tempat dalam hati (Direktorium Formatio Iman,

2014:16). Masalah ini kemudian melahirkan pula ateisme dan relativisme.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

3. Ateisme dan Relativisme yang Melahirkan Krisis Iman dan Moral

Tidak dapat dinafikan lagi kalau modernitas dan sekularisme melahirkan ateisme yaitu pengabaian atau penolakan akan Allah (Direktorium Formatio Iman,

2014:17). Otonomi manusia dan dunia justru mendatangkan masalah atau lebih tepatnya adalah krisis iman. Pengabaian atau penolakan terhadap Allah mengambil banyak rupa bahkan rupa yang menipu diri sendiri seperti praktek agama yang sebatas ritualisme dan formalisme. Otonomi manusia mempengaruhi dan membentuk pola hidup manusia yang tidak peduli bahkan mengabaikan Allah sehingga kehilangan hidup mistik.

Hidup mistik adalah hidup yang akrab dengan Allah. Ketumpulan hati nurani mengakibatkan manusia kehilangan “getar religiositas batin” yang kemudian mendorong manusia mengambil sikap relativisme yakni sikap merelatifkan segalanya (Direktorium Formatio Iman, 2014:17). Sikap inilah yang merusak dan menghilangkan tatanan moralitas dalam masyarakat. Dengan relativisme tidak ada lagi yang absolut, tidak ada kebenaran yang pasti dan hakiki karena semua orang berpegang pada kebenaran sendiri-sendiri. Dari sinilah manusia menghadapi krisis moral dimana semua orang bertindak semaunya sendiri tanpa mempertimbangkan dampak sosial dan akibat terhadap orang lain.

4. Dampak Perkembangan Teknologi Digital

Dewasa ini siapa pun tidak dapat menutup mata terhadap kemajuan teknologi digital. Dimana-mana tersedia alat-alat canggih teknologi komunikasi dengan harga murah dan terjangkau oleh segenap lapisan masyarakat. Aplikasi- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

aplikasi canggih yang disediakan memudahkan dan mempercepat proses mengakses pelbagai informasi. Jejaring yang ada memudahkan interaksi dan komunikasi dengan siapa pun, kapan pun, dan dari mana pun dengan cepat, mudah serta murah bahkan banyak yang gratis. Melalui media, siapa pun dapat mengekspresikan pikiran serta perasaan sepuasnya tanpa batas dan secara spontan.

Teknologi digital mempermudah urusan sehingga banyak aktivitas yang dapat dikerjakan dalam waktu yang bersamaan (Direktorium Formatio Iman, 2014:18).

Perkembangan teknologi digital melahirkan generasi yang memiliki akses jejaring informasi tanpa batas, cepat dan tinggi. Selain kegunaan di atas, teknologi digital juga dapat dimanfaatkan untuk pelbagai kegunaan seperti belajar, rekreasi, dan bisnis. Meskipun teknologi digital mendatangkan banyak manfaat, namun secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi perkembangan dan pembentukan karakter kepribadian (Direktorium Formatio Iman, 2014:18) yang egosentris dan individualis serta budaya instan. Akibatnya, orang cenderung mengabaikan kehidupan yang dianggap membosankan dan tanpa hasil terutama kehidupan beragama.

5. Pluralitas yang Diwarnai Fundamentalisme dan Radikalisme Serta Globalisasi

Keragaman atau pluralitas adalah suatu kenyataan yang seharusnya dilihat sebagai suatu keunggulan dan kekayaan, yang patut dihargai dan disyukuri oleh setiap orang. Namun dalam kenyataan, keragaman seolah-olah dianggap sebagai suatu yang mengganggu sehingga muncullah fundamentalisme dan radikalisme PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

(Direktorium Formatio Iman, 2014:19). Baik fundamentalisme maupun radikalisme sama-sama merusak dan mencemari keragaman, yang akhirnya menimbulkan kekacauan dan kerusakan kesejahteraan hidup bersama. Sementara globalisasi memunculkan budaya baru yang juga mempengaruhi kehidupan beragama umat.

Fundamentalisme adalah sikap yang menganggap kelompok atau agamanya sendiri yang benar, karena itu tidak dapat bertoleransi dan berdialog dengan yang lain. Fundamentalisme agama memusatkan diri pada agamanya dan menutup diri terhadap keberadaan agama lain. Gerakan fundamentalisme agama adalah untuk menjadikan hukum agamanya sebagai hukum positif bagi semua orang (Direktorium Formatio Iman, 2014:19). Radikalisme merupakan suatu gerakan untuk kembali kepada akar kepercayaan tetapi selalu berkecenderungan kemudian beralih kepada ideologi yang fanatik (Direktorium Formatio Iman,

2014:19). Sikap dan tindakan fanatik dalam kenyataan tidak pernah memperbaiki agamanya sebaliknya mencemari agama yang bersangkutan.

Dalam kehidupan berbudaya lokal muncul dan berkembang pula suatu budaya lain akibat globalisasi dan sekularisasi. Proses globalisasi dan sekularisasi menghapus batas-batas pemisah sehingga terjadilah pertemuan antara budaya populer dan budaya lokal atau tradisional (Direktorium Formatio Iman, 2014:20).

Budaya populer ini akhirnya masuk dalam kehidupan dan praktek-praktek kerohanian umat. Budaya baru ini menjadi tantangan baru bagi pelayanan karena jika tidak disikapi secara serius dan bijaksana akan menghapus nilai Injil yang sudah tertanam dalam kehidupan umat. Menghadapi globalisasi budaya yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

semakin masuk dalam kehidupan umat, Gereja kini dipanggil untuk melakukan evangelisasi kebudayaan (Direktorium Formatio Iman, 2014:20).

6. Rusaknya Keutuhan Ciptaan dan Lingkungan Hidup

Rusaknya keutuhan ciptaan dan lingkungan hidup dapat dinilai sebagai kegagalan manusia dalam melaksanakan tugas untuk menjaga, memelihara dan melestarikan alam ciptaan (Direktorium Formatio Iman, 2014:21). Akibat dari sekularisme (yang melahirkan isme-isme lainnya seperti materialisme, konsumerisme dan egosentrisme) alam menjadi objek untuk dikeruk kekayaannya demi memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, sehingga terjadilah pencemaran dan kerusakan alam ciptaan. Rusaknya lingkungan hidup mengakibatkan terjadinya bencana-bencana yang memperparah kerusakan alam ciptaan itu sendiri.

Kesalahan fatal manusia adalah eksploitasi secara terus menerus namun tidak diimbangi dengan usaha penjagaan dan pelestarian alam. Gereja sesungguhnya sadar perlunya menumbuhkan sikap yang benar terhadap lingkungan hidup (Direktorium Formatio Iman, 2014:21). Penjagaan dan pelestarian keutuhan lingkungan hidup tidak hanya semata-mata melaksanakan tugas dasar manusia tetapi demi kelangsungan alam dan kehidupan generasi penerus atau Gereja masa depan. Oleh sebab itu sangat mendesak bahwa alam yang tercemar dan rusak harus dipulihkan dan diselamatkan. Direktorium

Formatio Iman (2014:16) menyebutkan “manusia harus menjalani pertobatan ekologis”. Hal ini tidak mudah karena perlu mengubah paradigma antroposentris PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

menuju biosentris. Kesadaran akan tugas dasar manusia dan pentingnya menjaga keutuhan ciptaan dan lingkungan hidup perlu ditanamkan dalam hati dan hidup manusia secara terus menerus.

7. Merebaknya Kemiskinan

Masalah kemiskinan adalah masalah yang tidak kunjung selesai malah semakin parah dan memprihatinkan. Perubahan dan perkembangan zaman tidak pernah berhasil menghapus kemiskinan sebaliknya meningkatkan angka dan persentasenya, bahkan lebih dari itu yakni menyangkut kedalaman dan keparahan kemiskinan itu sendiri (Direktorium Formatio Iman, 2014:22). Banyak sistem dan struktur birokrasi dinilai tidak adil karena meningkatkan dan memperparah kemiskinan. Tingkat ketidakadilan sosial pun semakin meningkat.

Tingkat kemiskinan semakin diperparah dengan adanya budaya materialisme dan konsumerisme (Direktorium Formatio Iman, 2014:22). Budaya ini mengakibatkan merebaknya ketidakadilan sosial sehingga rakyat kecil semakin tersingkirkan. Kecenderungan materialisme dan konsumerisme turut masuk dan mempengaruhi kehidupan orang kecil, konsumsi mereka pun meningkat sementara situasi ekonomi tidak mendukung, sehingga mereka juga melakukan segala cara semata-mata memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Akibatnya orang kecil, lemah dan miskin semakin dipermiskin dan tersingkirkan.

Gereja dalam melayani orang kecil, lemah dan miskin, tidak selamanya dapat memberi jalan keluar dari kemiskinan karena mereka sendiri dipengaruhi oleh budaya dan paradigma materialisme serta konsumerisme (Direktorium PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Formatio Iman, 2014:22). Kemiskinan menyebabkan penderitaan semakin menggerogoti sisi kehidupan baik secara jasmani maupun rohani. Dalam situasi seperti ini keberadaan Allah yang Mahaadil dan Mahakasih sering dipertanyakan.

Maka menjadi tantangan besar bagi pelayanan katekis untuk menghadirkan kasih

Allah di tengah maraknya kemiskinan.

Ketujuh arus besar zaman tersebut menjadi tantangan besar bagi pelayanan para katekis. Tantangan tersebut harus disikapi secara kritis dan bijaksana.

Katekis mau tidak mau harus menghadapi tantangan-tantangan tersebut karena umat yang dilayani hidup dalam pengaruh tantangan arus zaman. Di tengah maraknya dampak arus perkembangan zaman, Gereja mengharapkan para pelayan khususnya katekis dapat menghayati dan melaksanakan tugas perutusan dengan baik. Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan umat pada konteksnya.

Hal ini sudah disinggung oleh Konsili Vatikan II dalam Kontitusi

Dogmatis Tentang Gereja (LG 1) bahwa “keadaan zaman sekarang mendesak

Gereja untuk menunaikan tugas secara erat”. Konsili bermaksud agar tantangan zaman disikapi secara kritis dan bijaksana. Tantangan arus besar zaman tersebut harus menjadi bagian utuh dari pelayanan katekis (Kongregasi Evangelisasi untuk

Bangsa-Bangsa, CEP. 1997:30), bahkan menjadi salah satu sumber dan bahan penting bagi pelayanan (Direktorium Formatio Iman, 2014:61). Demikian juga

Pertemuan Kateketik Keuskupan Se-Indonesia IX (PKKI IX) mengharapkan agar keprihatinan umat akibat perubahan zaman menjadi bagian utuh karya pelayanan katekese. Sementara itu, Seri Pastoral 429 Pelayanan Pastoral Berbasis Data PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

(2016:9-10) juga menegaskan bahwa pelayanan untuk pengembangan jemaat harus memperhatikan situasi dan keadaan umat termasuklah terutama keprihatinan-keprihatinan yang mempengaruhi kehidupan beragama.

Oleh yang demikian, diharapkan katekis dapat mengambil sikap yang tepat dan benar terhadap tantangan-tantangan pelayanan dewasa ini. Tantangan yang ada harus disikapi dan ditanggapi secara kritis serta bijaksana oleh para katekis agar kasih Allah dapat disalurkan kepada banyak orang. Sementara itu, pembinaan dan pendampingan terhadap katekis dan calon katekis juga harus terus diupayakan dalam rangka membekali dan menyiapkan para katekis yang siap melayani, berspiritualitas mendalam, selalu bersemangat untuk melayani, serta teguh, tangguh dan tanggap terhadap situasi zaman. Maka pembahasan bab selanjutnya merupakan upaya memberi inspirasi kepada para katekis agar dapat menghayati panggilannya sebagai pelayan sehingga mereka pun tetap bersemangat dalam melayani umat meskipun menghadapi banyak tantangan dan kesulitan.

B. Tugas dan Peranan Katekis sebagai Pelayan Umat pada Zaman Ini

Dalam Gereja katekis memiliki tugas dan peranan yang sangat vital.

Katekis adalah seorang pelayan yang dengan cara khusus melaksanakan pelayanan kepada umat. Bagian ini akan memaparkan tugas dan peran katekis sebagai pelayan umat. Namun sebelumnya penulis akan memaparkan arti dan makna pelayanan agar lebih dipermudah dalam membahas tugas dan peranan katekis sebagai pelayan umat pada zaman ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

1. Pelayanan

Dalam konteks dunia pada umumnya pelayanan sering disebut sebagai service. Meskipun kata ini sering juga dipakai dalam konteks rohani namun lebih cenderung kepada hukum memberi dan menerima terutama sekali dalam dunia bisnis. Melayani dalam hal ini selalu disertai dengan motivasi sebagai pamrih.

Motivasinya adalah untuk mendapatkan sesuatu. Dalam konteks Gereja kata yang dipakai untuk pelayanan adalah diakonia yang berarti aktivitas atau kegiatan

Gereja untuk membangun Gereja itu sendiri. Diakonia ini dilaksanakan dengan semangat pengabdian tanpa pamrih berbeda dengan pelayanan yang disebut service. Diakonia atau pelayanan memiliki cakupan makna yang sangat luas, maka pembahasan berikut akan mengungkapkan makna pelayanan dari tiga perspektif.

a. Pelayanan menurut Kitab Suci

Didik Bagiyowinadi (2015: 13-21) dalam buku yang dieditnya dengan judul Kasih tanpa Pamrih,Tulus tiada Modus, menggali makna pelayanan dalam perspektif Kitab Suci. Penulis dalam bagian ini sepenuhnya mempelajari tulisan

Didik Bagiyowinadi dalam rangka mencari makna pelayanan dalam perspektif

Kitab Suci.

Baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru memberi gambaran tentang pelayanan dalam konteks yang berbeda. Dalam Perjanjian Lama, dalam bahasa

Latin “melayani” sering disebut “abad” yang sering dimaksudkan sebagai pelayanan seorang bawahan kepada atasannya misalnya seorang hamba melayani PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

tuannya. Dalam bahasa Yunani “diakoneo” tidak terdapat dalam Perjanjian Lama, kecuali “diakonos” yang ditunjukkan kepada para pelayan istana (Est 1:10) dan penjaga (1 Mak 5:18).

Dalam Perjanjian Baru kata “diakoneo” banyak dipakai terutama dalam

Injil. Kata diakoneo juga memiliki beberapa makna yang dapat ditelusuri dalam lima hal. Pertama adalah diakoneo dalam arti dasarnya siap melayani di meja.

Misalnya hamba melayani tuannya (Luk 17:8) dan Marta melayani Yesus (Yoh

12:2). Kedua, adalah melayani Yesus itu sendiri misalnya para wanita yang mengikuti dan melayani rombongan Yesus (Mat 25:42-44). Ketiga, pelayanan jemaat sesuai karunia masing-masing seperti yang dinyatakan dalam 1 Ptr 4:10.

Pelayanan jemaat ini dapat berupa pelayanan sabda dan pelayanan melalui tindakan (Kis 6:2-4). Arti yang keempat adalah perwujudan kasih bagi saudara seiman yang membutuhkan. Tindakan ini juga merupakan aksi solidaritas bagi saudara seiman seperti tindakan Paulus mengumpulkan kolekte untuk membantu jemaat di Yerusalem (2 Kor 8:19, RM 15:25). Yang kelima adalah secara langsung merujuk kepada tugas seorang sebagai diakon sebagaimana dalam surat- surat pastoral seperti 1 Tim 3:10-13.

Cakupan tugas seorang sebagai diakon menurut Perjanjian Baru adalah

Pewartaan Sabda seperti yang dilakukan oleh para rasul (Kis 1:17, 25), oleh

Paulus (Kis 20:24), dan oleh pewarta lainnya (Kis 19:22). Tindakan yang dilakukan untuk membangun jemaat juga merupakan cakupan tugas seorang diakon yang digambarkan dalam Ef 4: 11-12. Tugas pelayanan tersebut semuanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

bersumber dan berteladankan dari pelayanan Yesus yang telah mengorbankan diri-Nya (Mrk 10:45).

Berdasarkan pengertian diakoneo di atas dapat dirumuskan tiga hal tentang pelayanan. Pertama, semua tindakan yang bertujuan untuk membangun jemaat merupakan pelayanan. Kedua, sesuai teladan Yesus Kristus, seorang pelayan harus siap berkorban memberikan dirinya demi pelayanan. Yang ketiga adalah, pelayanan merupakan pewujudan kasih kepada Tuhan melalui tindakan kasih kepada sesama. Pelayanan ini akhirnya tidak hanya dilaksanakan oleh para diakon dan pemimpin jemaat tetapi dilaksanakan juga oleh seluruh anggota Gereja.

b. Pelayanan menurut Dokumen Gereja

Dokumen-dokumen Gereja membicarakan secara terperinci pelayanan baik secara eksplisit (penjelasan secara umum), maupun secara implisit

(penjelasan secara sempit) berdasarkan konteks tertentu. Bagian ini akan memaparkan beberapa maksud pelayanan berdasarkan beberapa dokumen Gereja.

Kitab Hukum Kanonik membicarakan pelayanan sebagai pengabdian terhadap

Gereja. Misalnya kanon 618 membicarakan pelayanan para pemimpin Gereja sebagai pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai pemimpin jemaat.

Dalam semangat pengabdian, para pemimpin jemaat melaksanakan tugas sesuai dengan otoritas sebagai pemimpin, dengan peka terhadap kehendak Allah memimpin umat agar setia kepada Gereja. Mereka juga menghargai, mendengarkan, dan mengusahakan kemajuan umat terutama partisipasi umat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

dalam Gereja. Berdasarkan kanon ini pelayanan adalah suatu usaha untuk mengembangkan Gereja.

Kitab Hukum Kanonik juga menjelaskan bahwa tugas tersebut tidak hanya dilaksanakan oleh para pemimpin Gereja tetapi kaum awam sebagai anggota

Gereja juga melaksanakan pengabdian terhadap Gereja. Baik para pemimpin dan kaum awam sama-sama melayani Sabda Allah. Melayani Sabda Allah berarti menghayati, melaksanakan, dan mewartakan Sabda Allah. Misalnya kanon 776 dan kanon 231 menekankan bahwa kaum awam juga secara aktif terlibat membangun Gereja. Sementara itu, Kontitusi Pastoral mengenai Gereja di Dunia

Dewasa Ini (GS 3) menyatakan pengabdian kepada manusia adalah pelayanan.

Pengabdian yang terbuka kepada bimbingan Roh Penghibur, melaksanakan dan melangsungkan karya Kristus dengan cara melayani serta membawa manusia kepada keselamatan.

Katekismus Gereja Katolik (KGK 784-786) dan Kontitusi Dogmatis tentang Gereja (LG 34-36) membicarakan keikutsertaan anggota Gereja dalam tritugas Kristus yaitu sebagai “imam, nabi, dan raja”. Semua yang dibaptis secara khusus dipanggil dan diutus ke tengah dunia untuk melaksanakan tugas perutusan dan pelayanan. Berdasarkan dokumen ini, pelayanan mendapat arti sebagai keikutsertaan dalam tritugas Kristus. Keikutsertaan dalam tritugas Kristus berarti menjadi seperti Kristus, melayani Kristus, dan bersama Kristus melayani sesama.

Sementara dokumen Pernyataan tentang Pendidikan Kristiani (GE 8c) menyatakan bahwa pelayanan merupakan kerasulan dan pengabdian, “pelayanan para guru itu sungguh-sungguh merupakan kerasulan, yang memang perlu benar- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

benar menanggapi kebutuhan zaman sekarang, sekaligus pengabdian yang sejati kepada masyarakat”. Berdasarkan pernyataan tersebut, kerasulan merupakan salah satu bentuk dari pelayanan. Secara khusus, guru melaksanakan pelayanannya dengan cara merasul. Melalui kerasulan, seorang pelayan ikut serta dalam perutusan keselamatan Gereja (LG 33), menjadi saksi Kristus melalui kata-kata dan tindakan, menyalurkan rahmat-Nya, menarik mereka yang belum beriman kepada iman, meneguhkan iman mereka yang sudah beriman, dan memberi semangat untuk hidup (AA 6).

Dokumen Gereja juga membicarakan pelayanan sebagai penggembalaan dengan teladan Sang Gembala Baik yakni Yesus Kristus sendiri. Misalnya Dekrit

Tentang Pelayanan Dan Kehidupan Para Imam (PO 14), dalam konteks keutuhan dan keselarasan kehidupan para imam, mereka (para imam) tidak henti-hentinya melaksanakan kehendak Bapa dengan cara hidup bersatu dengan Kristus, mengenal kehendak Bapa, dan menyerahkan diri bagi kawanan domba (umat) yang menjadi tanggung jawab mereka. Tugas kegembalaan ini merupakan upaya terus-menerus untuk membangun dunia menjadi satu kawanan atau himpunan umat Allah, Tubuh Kristus dan Kenisah Roh Kudus (PO 1). Kontitusi Dogmatis

Tentang Gereja (LG 32) memberi penekanan bahwa kaum awam juga terlibat dalam tugas penggembalaan keluarga Allah tersebut dengan semangat yang sama yakni penyerahan diri akan Kehendak Bapa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

c. Pelayanan menurut Para Tokoh

1) Paus Fransiskus

Bagi Paus Fransiskus pelayanan adalah suatu panggilan keluar dari diri sendiri untuk menemui dan mendekat pada umat dan juga kepada masyarakat pada umumnya. Hal ini pertama-tama diungkapkan oleh Paus Fransiskus melalui

Seruan Apostolik yang pertama yakni Evangelii Gaudium (Sukacita Injil)

“marilah kita bergerak keluar, marilah kita bergerak keluar menawarkan bagi setiap orang hidup Yesus Kristus” (EG 49). Dengan “bergerak keluar”, Paus

Fransiskus lebih menekankan suatu tindakan aktif untuk mewartakan Yesus

Kristus, yaitu keluar dari zona nyaman menemui dan ikut terlibat dalam pergulatan hidup manusia.

Menurut Paus Fransiskus, Gereja sebagai pelayan umat manusia tidak cukup hanya melihat pergulatan hidup manusia layaknya menonton dari layar kaca televisi tetapi Gereja harus ikut terlibat di dalamnya. Ikut merasakan apa yang dirasakan oleh umat, masuk dalam kenyataan hidup umat, dan menawarkan hidup Yesus Kristus yang penuh dengan harapan akan masa depan yang lebih baik. Krispurwana Cahyadi dalam mempelajari Evangelii Gaudium merumuskan dengan sangat bagus gagasan Paus Fransiskus sebagai berikut:

Gereja dipanggil untuk keluar dari diri sendiri dan pergi ke wilayah ujung- ujung batas, ujung batas geografis, atau eksistensial: mendatangi mereka yang sedang menderita luka, dosa, ketidakadilan, ketidaktahuan, sikap acuh atau tidak peduli pada agama, menyapa mereka yang bergulat dengan pemikiran atau kecemasan dan derita (Seri Pastoral 427. 2014: 27).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

Rumusan tersebut mengindikasikan bahwa banyak orang yang mengalami pergulatan dalam hidup mereka dan tersebar di seluruh pelosok dunia. Bagi Paus

Fransiskus mereka itulah yang harus dicari, didatangi dan disapa dengan penuh kerendahan hati. Menurut Paus Fransiskus, kunci utama pelayanan adalah kerendahan hati yang siap pergi mencari, menemui atau mendatangi, dan menyapa mereka terutama yang sedang mengalami banyak persoalan dan penderitaan.

Karena itu, Paus Fransiskus juga tidak setuju kalau Gereja hanya menjadi penonton dan hanya mengurus diri sendiri.

Dari gagasan di atas dapat dirumuskan bahwa, pelayanan menurut Paus

Fransiskus adalah suatu usaha konkrit untuk membangun kehidupan yang penuh dengan harapan iman akan penyertaan dan penyelenggaraan Ilahi. Hal ini berarti tidak lain adalah menawarkan Kabar Gembira Yesus Kristus. Oleh hal yang demikian, pelayanan sebagai panggilan, bagi Paus Fransiskus adalah kembali kepada panggilan dasar umat Kristiani yakni panggilan untuk mewartakan

Sukacita Injil, Kabar Gembira yakni keselamatan Kasih, melalui keterlibatan dalam pergulatan hidup umat manusia.

2) Mother Teresa

Mother Teresa menghayati pelayanannya sebagai panggilan untuk melayani Yesus Kristus dalam diri mereka yang miskin. Menurutnya pelayanan adalah memberikan diri, menyediakan diri bagi-Nya, untuk dipakai-Nya, untuk melayani-Nya dalam diri mereka yang miskin dan lemah. Mother Teresa melihat kehadiran Yesus dalam diri mereka yang miskin dan lemah, dan menurutnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Yesus yang menyamar dalam diri mereka memanggilnya untuk melayani-Nya lewat mereka (Krispurwana Cahyadi, 2003:60-61).

Mother Teresa sesungguhnya datang dari keluarga yang kaya, hidupnya dapat dikatakan lebih dari cukup. Namun semua itu tidak membuat ia merasa bahagia, terutama ketika melihat kehidupan orang miskin dan lemah. Situasi hidup dalam biara yang serba berkecukupan mendorong Mother Teresa untuk membagikan hidup kepada orang lain terutama mereka yang hidupnya mengalami kesusahan. Akhirnya Mother Teresa memutuskan keluar dari biara untuk menemui dan melayani mereka yang menderita, miskin dan lemah. Baginya, hidup yang dimiliki perlu dibagikan kepada orang lain agar mereka juga memperoleh kehidupan yang layak (Krispurwana Cahyadi, 2003:33-34). Menurut

Mother Teresa berbagi hidup adalah persembahan sejati kepada Allah dengan cara memberikan diri untuk Dia. Memberikan diri kepada Allah berarti menghayati perintah kasih. Kasih kepada Allah yang nyata dalam kasih kepada sesama terutama mereka yang miskin dan lemah.

Krispurwana Cahyadi (2003:45), yang mempelajari kisah pelayanan

Mother Teresa dalam tulisannya yang berjudul Jalan Pelayanan Mothere Teresa, menuliskan bahwa pelayanan Mother Teresa adalah tindakan mengabdi Allah dalam diri mereka yang miskin, terlantar, sakit dan tersingkir. Bagi Mother Teresa pelayanan bukan tawaran melainkan perintah yang tidak lain adalah perintah kasih. Perintah kasih merupakan panggilan untuk melayani mereka yang miskin, kesepian, kelaparan, terlantar dan menderita, bahkan yang paling miskin dan menderita dari mereka yang miskin. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

Mempelajari lebih lanjut tulisan Krispurwana Cahyadi (2003: 86, 139) dapat dirumuskan bahwa pelayanan Mother Teresa adalah panggilan untuk menghadirkan Allah di tengah dunia. Menghadirkan Allah berarti menghadirkan kehidupan. Menghadirkan kehidupan tidak lain merupakan sikap hati untuk memberikan diri terhadap sesama. Maka dari itu, dapat dirumuskan juga bahwa pelayanan adalah suatu tindakan pernyataan kerelaan diri untuk membagikan hidup Yesus Kristus kepada siapa pun yang dijumpai terutama mereka yang miskin, lemah, terlantar, tersingkirkan, melarat dan yang menderita sakit. Secara sederhananya dapat dirumuskan pelayanan Mother Teresa adalah tindakan untuk berbagi kasih yakni kasih Yesus.

3) St. Yohanes Paulus II

St. Yohanes Paulus II selama menjabat kursi Paus telah memberikan suatu dimensi universal tentang pelayanan. Tugas kegembalaan yang dilaksanakannya tidak berpusat pada Gereja dan persoalan-persoalannya tetapi, kegembalaannya mencakup seluruh dunia dan semua persoalan yang ada di dalamnya.

Pelayanan menurut St. Yohanes Paulus II adalah pengabdian kepada

Gereja dan dunia. Pengabdian kepada Gereja yakni melayani Gereja dengan melaksanakan dan merealisasikan visi misinya yakni mewartakan Kerajaan Allah.

Mewartakan Kerajaan Allah pada dasarnya adalah mewartakan Yesus Kristus, dan ini adalah pengabdian kepada Allah sendiri. Pengabdian kepada dunia terutama kepada umat manusia, dengan memperhatikan segala persoalan kehidupan manusia yang sedang terjadi. Dalam konteks ini St. Yohanes Paulus II dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

semangat misioner membela keluhuran martabat manusia. Hal ini digambarkan oleh Krispurwana Cahyadi (2011:25) sebagai, Gereja dipanggil dan diutus ke tengah situasi dunia untuk mewartakan dan membela keluhuran martabat manusia.

Panggilan dan perutusan Gereja inilah yang diemban oleh St. Yohanes Paulus II selama masa kepausannya dengan tindakan melayani dan membebaskan manusia dari segala bentuk kejahatan serta penindasan.

Pelayanan St. Yohanes Paulus II adalah pelayanan yang sangat mengesankan karena, ia sampai melupakan dirinya dan tidak peduli pada kondisi badannya karena beliau ingin melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai

Paus. St. Yohanes Paulus II telah berkeliling ke seluruh dunia untuk mewartakan

Injil melalui pernyataan dan tindakan kasih. Sementara beliau sendiri mengalami banyak tantangan bahaya dan juga derita sakit, tetapi ia tetap percaya pada panggilan untuk melayani umat manusia. Pelayanan yang ditunjukkan oleh St.

Yohanes Paulus II adalah pelayanan kasih. Beliau telah menentang segala praktek dan ideologi yang bertentangan dengan kasih demi membela keluhuran martabat manusia. Dalam usaha membela keadilan dan perdamaian, St. Yohanes Paulus II telah memberikan diri seluruhnya, melupakan dirinya dan tanpa rasa takut dan gentar menyerukan keadilan dan perdamaian.

Stainslaw Dziwisz (2010:124) menggambarkan pelayanan St. Yohanes

Paulus II sebagai aktivitas kerasulan. St. Yohanes Paulus II sungguh menjadi gambaran Kristus yang telah datang ke dunia dan menemui banyak orang. St.

Yohanes Paulus II tidak menunggu orang datang kepadanya tetapi ia berkeliling ke seluruh dunia untuk bertemu dengan kelompok dan komunitas masyarakat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

terutama mereka yang mengalami ketakutan dan pergulatan hidup karena kemiskinan, sakit, tersingkirkan, ditindas, dan yang terasing dari kelompoknya.

Kepada mereka, St. Yohanes Paulus II memberi sapaan yang membangkitkan semangat dan menumbuhkan harapan.

Sementara menjadi guru keliling, St. Yohanes Paulus II juga menjadi komunikator kasih Allah. Beliau adalah pelayan kebenaran sejati. Lewat pelayanan kasih beliau menyatakan kepada dunia bahwa manusia siapa pun, dari mana pun, dan derajat sosial apa pun adalah saudara yang patut dihargai, dihormati, serta diterima dalam kasih. Inilah pelayanan yang dilaksanakan oleh St.

Yohanes Paulus II, dengan iman, harapan dan kasih yang mendalam. Beliau mewartakan apa yang diyakini sekaligus memberi kesaksian dengan tindakan nyata. Singkatnya dapat dirumuskan, bagi St. Yohanes Paulus II pelayanan adalah pemberian diri secara total untuk mewartakan dan mewujudkan Kerajaan Allah di tengah-tengah dunia.

Berdasarkan pembahasan tentang pelayanan di atas, rumusan umum yang dapat disimpulkan untuk mengartikan pelayanan adalah panggilan memberikan diri menjadi rekan kerja atau patner Allah dalam melaksanakan dan mewujudkan

Kerajaan Allah melalui tindakan kasih. Dewasa ini pelayanan yang dimaksudkan tidaklah mudah untuk dilaksanakan karena adanya tantangan-tantangan yang dapat menghambat dan mempersulit pelayanan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

2. Sosok Katekis

Kata Katekis berasal dari kata dasar Katechein yang berarti mengkomunikasikan, membagikan informasi, atau mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan iman (Didik Bagiyowinadi, 2012:14). Berdasarkan Kitab Hukum

Kanonik (KHK 776) katekis utama adalah Pastor Paroki, yang dibantu oleh para klerus, tarekat hidup bakti dan serikat hidup kerasulan, dan orang beriman awam

Kristiani. Ensiklik Redemptoris Missio (RM 73), dekrit tentang tugas misioner

Gereja menyebut para katekis memiliki kedudukan yang terhormat dalam Gereja.

Di antara kaum awam yang menjadi penginjil, para katekis menduduki tempat yang terhormat….barisan yang pantas dipuji, yang berjasa begitu besar dalam karya misioner di antara para bangsa, yakni barisan para katekis baik pria maupun wanita, yang dijiwai semangat merasul, dengan banyak jerih payah memberi bantuan yang istimewa dan sungguh-sungguh perlu demi penyebarluasan iman dan Gereja (RM 73).

Di dalam rangka menjalankan tugas misioner Gereja, para katekis adalah kaum awam yang menjadi penginjil dan layak mendapat pujian karena memberikan kontribusi yang besar. Baik katekis pria dan wanita sangat diperlukan oleh Gereja dalam melaksanakan karya penyebarluasan iman dan

Gereja. Dalam nomor yang sama, Redemptoris Missio lebih mempertegas lagi kedudukan yang terhormat bagi katekis bahwa mereka adalah “kaum spesialis”, pemberi kesaksian langsung dan penginjil yang tidak tergantikan, dan katekis menjadi kekuatan dasariah bagi komunitas-komunitas Kristiani, terutama Gereja-

Gereja yang masih muda (RM 73b). St. Yohanes Paulus II dalam Anjuran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Apostolik Catechesi Tradendae mengurutkan siapa katekis yaitu para uskup (CT

63), para imam (CT 64), para religius pria dan wanita (CT 65), dan para katekis awam (CT 66). Berdasarkan anjuran apostolik ini para katekis adalah seorang pendidik yang memberikan dan melaksanakan “pendidikan keagamaan dan latihan bagi kehidupan seturut Injil” (CT 62).

Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa (CEP, 1997:15) dalam buku kecil Pedoman Untuk Katekis, memberi penekanan secara mendasar tentang identitas katekis. Pada dasarnya semua orang beriman yang sudah dibaptis secara pribadi dipanggil untuk berpartisipasi dalam karya pewujudan Kerajaan Allah.

Panggilan menjadi katekis tidak terlepas dari rahmat yang diterima saat menerima

Sakramen Pembaptisan yang kemudian diperteguhkan dalam Sakramen Krisma.

Katekis adalah orang beriman yang telah menerima Baptis yang sama, dipanggil secara khusus untuk ikut serta dalam usaha-usaha membangun Gereja.

Berdasarkan Kitab Hukum Kanonik tentang katekis (KHK 785), Pedoman

Untuk Katekis kembali menekankan, katekis adalah “kaum awam pengikut

Kristus yang mendapatkan pendidikan secara khusus, di bawah bimbingan para misionaris, dituntut untuk menghadirkan ajaran Injil, dan terlibat secara aktif dalam pelayanan liturgi dan pelayanan karitatif atau karya amal kasih” (CEP,

1997:16). Berdasarkan kutipan tersebut, katekis adalah kaum awam yang mendapat pendidikan khusus. Melalui pendidikan, mereka dibina dan dibekali dengan pelbagai wawasan yang menjadikan katekis memiliki tugas untuk mewartakan Injil dan ikut terlibat aktif dalam perayaan liturgi dan kegiatan amal kasih Gereja. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

Sementara dalam buku edisi khusus SPEKTRUM, Petunjuk Umum

Katekese, Congregation For The Clergy memberi penjelasan, “katekis adalah seorang pendidik yang memperlancar kematangan iman” (PUK 244). Berdasarkan kutipan tersebut, katekis adalah pribadi yang beriman dan membantu orang lain untuk mengembangkan dan memperdalam iman mereka. Meskipun sebagai pendidik, katekis bukanlah seorang “guru” yang serba tahu melainkan sebagai fasilitator yang mempermudah, membantu, dan menuntun serta mengarahkan umat agar imannya semakin bertumbuh dan berkembang (Supama, 2012: 47).

Menurut Supama (2012: 28), “seorang katekis adalah petugas resmi Gereja yang bertugas dalam pewartaan iman”.

Budi Subanar (2003:114) dalam bukunya yang berjudul Soegija Si Anak

Betlehem Van Java menyampaikan pandangan Romo Soegijapranata tentang katekis. “Katekis adalah tulang punggung karya pewartaan….layaknya sebagai seorang jurubicara atau penerang. Mereka adalah ujung tombak Gereja yang terjun langsung ke masyarakat, bergaul dengan masyarakat luas”. Pandangan

Romo Soegijapranata ini mempertegas bahwa sosok katekis adalah sosok yang sangat penting bagi karya pewartaan Gereja. Menjadi sangat penting karena katekislah yang lebih dekat dengan situasi dan keadaan umat, makan lebih mengetahui persoalan dan kebutuhan umat.

Berdasarkan penjelasan sosok katekis di atas dapat disimpulkan bahwa sosok katekis sebagai pelayan dan pewarta dikenal dari tindakan pelayanannya dan oleh kebutuhan umat. Sosok Katekis akan dikenal lewat tindakan konkrit yang dilaksanakannya. Ini berarti status sebagai katekis belum menggambarkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

sosoknya, sebaliknya tindakan pelayanannyalah yang mengungkapkan sosoknya sebagai seorang katekis. Katekis adalah sosok yang hidup bersama dan di tengah umat, yang bergulat bersama umat dalam menghadapi persoalan hidup. Ini berarti katekis mengetahui kebutuhan umat. Oleh karena itu katekis diharapkan agar dapat melayani sesuai situasi dan kondisi umat.

3. Kategori Katekis

Saat ini para katekis dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori mengikut tugasnya. Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa, (CEP, 1997: 17) menyebutkan dua kategori katekis. Kategori pertama adalah katekis purna waktu atau penuh waktu. Katekis purna waktu adalah mereka yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk pelayanan katekese di paroki-paroki, yang secara resmi diakui oleh Gereja sebagai katekis. Biasanya katekis purna waktu memiliki latar belakang pendidikan ilmu kateketik yang cukup memadai misalnya telah studi khusus ilmu kateketik di sebuah institusi atau lembaga ilmu teologi atau kateketik.

Mereka biasanya mendapat perhatian yang baik dari keuskupan atau paroki yang bersangkutan dengan diberi gaji dan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan demi kualitas pelayanan. Tugas katekis purna waktu biasanya mencakup penyelenggaraan pelayanan katekese dan pembinaan para katekis paruh waktu dan katekis sukarela.

Kategori kedua adalah katekis paruh waktu yakni mereka yang secara tulus, ikhlas dan serius melibatkan diri dalam pelayanan katekese namun terbatas

(CEP, 1997:17). Perhatian terhadap katekis paruh waktu berbeda-beda mengikut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

paroki atau keuskupan yang bersangkutan. Katekis paruh waktu memiliki latar belakang pendidikan yang tidak menentu, dan biasanya memiliki profesi yang lain misalnya sebagai guru agama di sekolah namun mengabdikan dirinya juga di paroki, sebagai wirausaha atau dalam profesi yang lain namun dengan tulus ikhlas melibatkan diri secara serius dalam pelayanan katekese. Walaupun secara resmi tidak diakui sebagai katekis profesional namun diangkat oleh paroki menjadi katekis.

Daniel Boli Kotan, S.Pd., M.M dalam tulisannya yang berjudal “Identitas,

Panggilan dan Spiritualitas Katekis” di majalah Praedicamus keluaran Juli-

September 2011 (hal. 18) menambahkan kategori katekis menjadi tiga yakni katekis sukarela atau katekis volunter. Katekis sukarela berasal dari kalangan kaum awam yang memiliki jiwa dan keprihatinan terhadap pelayanan katekese dan melibatkan diri dalam pelbagai usaha dan pelayanan demi pembinaan iman umat. Di suatu paroki biasanya katekis sukarela tersebar di stasi, wilayah maupun di lingkungan. Peran mereka adalah lebih kepada pelaksanaan karya dan pelayanan katekese langsung bersama dengan umat.

Ketiga kategori katekis di atas umumnya melaksanakan tugas kateketisnya sebagai pelayan Sabda Allah. Dalam kenyataan jumlah katekis purna waktu jauh lebih sedikit dibandingkan dengan katekis paruh waktu dan katekis sukarela.

Meskipun demikian, peran mereka (para katekis) sangatlah membantu pelayanan di suatu paroki, terutama di paroki yang masih baru dan tenaga pelayan kurang.

Berdasarkan status, katekis dapat digolongkan kepada dua yakni katekis profesional dan katekis amatir (Direktorium Formatio Iman, 2014:151). Katekis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

profesional adalah katekis yang bergaji dan membaktikan dirinya untuk melayani sebagai pelayan di keuskupan atau paroki. Katekis profesional memiliki latar belakang pendidikan ilmu kateketik dan bekerja sepenuh masa khusus di bidang kateketik. Keberadaan katekis profesional diakui oleh Gereja secara resmi.

Sedangkan katekis amatir adalah katekis yang secara terbatas melaksanakan pelayanan katekese. Kebanyakan dari katekis amatir adalah katekis sukarela yang dengan tulus dan ikhlas membaktikan diri demi pelayanan umat.

4. Tugas dan Peran Katekis

Berdasarkan sosok dan identitas katekis di atas, maka menjadi jelaslah bahwa katekis memiliki tugas dan peran yang sangat vital dalam Gereja. Gereja sendiri mengakui keberadaan dan keberhasilan katekis dalam pelbagai bentuk pelayanan. Banyak dokumen resmi Gereja yang membicarakan tugas dan peran katekis begitu juga banyak tokoh Gereja yang mengapresiasi tugas dan pelayanan katekis. Semua umat juga mengetahui dan mengakui pelayanan katekis di tengah kehidupan jemaat. Berikut ini akan dipaparkan tugas-tugas katekis berdasarkan beberapa dokumen dan tokoh gereja.

Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi (DV 25) membuat catatan bahwa tugas katekis adalah menunaikan pelayanan sabda. Tugas ini mencakup sikap berpegang teguh pada Alkitab dengan membaca dan mempelajarinya dengan penuh saksama dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk pewartaan dan kesaksian. Melayani sabda Allah berarti melayani

Yesus Kristus. Hal ini berarti pada dasarnya tugas katekis adalah melayani Yesus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Kristus. Melayani Yesus Kristus tidak lain adalah menjadi murid Kristus bahkan lebih dalam lagi yakni menjadi seperti Yesus Kristus.

Berdasarkan Dekrit tantang Kerasulan Awam (AA 10) katekis bertugas sebagai pewarta sabda Allah terutama melalui karya katekese. Sebagai penyampai sabda Allah, katekis berperan sebagai pewarta sekaligus memberi kesaksian tentang sabda Allah, terutama sekali lewat kegiatan dan karya katekese. Katekese menurut St. Yohanes Paulus II adalah pembinaan dalam iman (CT 18), pemakluman Injil (CT 19) dengan tujuan mematangkan iman (CT 20) menuju kepenuhan hidup dalam Yesus Kristus. Tugas penyampai atau pewarta sabda

Allah ini juga ditegaskan dalam Evangelii Nuntiandi (EN 60) bahwa bersama

Gereja katekis diutus untuk mewartakan Injil.

Pada nomor yang sama Dekrit tantang Kerasulan Awam (AA 10) juga menjelaskan bahwa katekis dengan berbekal semangat “kerasulan sejati, melengkapi apa yang kurang pada saudara-saudara mereka, dan menyegarkan semangat para gembala maupun umat beriman lainnya”. Dekrit tantang Kerasulan

Awam dalam kutipan ini bermaksud menyatakan tugas katekis adalah membantu tugas kerasulan para klerus.

Dekrit tentang Kegiatan Misionaris Gereja (AG 17) mengapresiasi tugas dan peran katekis dalam penyebaran iman dan pengembangan Gereja. Menyadari kurangnya jumlah para klerus, dekrit AG melihat tugas katekis sangatlah penting di tengah kehidupan jemaat. Tugas penting yang dilaksanakan oleh katekis adalah memimpin doa-doa dan memberi pengajaran tentang iman. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

Demikian juga Ensiklik tentang Tugas Perutusan Sang Penebus (RM 73) menyebutkan tugas katekis sebagai penyebarluas iman dan Gereja. “Barisan yang pantas dipuji….yang berjasa begitu besar dalam karya misioner….yang dijiwai semangat merasul….dengan jerih payah memberi bantuan yang istimewa dan sungguh-sungguh perlu demi penyebarluasan iman dan gereja”. Ensiklik ini melihat tugas dan peran katekis sangatlah penting dalam menyebarluaskan iman dan mengembangkan Gereja terutama Gereja muda. “Katekis adalah kaum spesialis, orang-orang yang memberikan kesaksian langsung dan para penginjil yang tiada tergantikan….merupakan kekuatan dasariah komunitas-komunitas kristiani terutama Gereja muda”. Bagi Gereja, katekis merupakan kekuatan bahkan menjadi tangan kanan bagi karya penginjilan dan pengembangan Gereja.

Menurut Katekismus Gereja Katolik (KGK 427) katekis memiliki tugas

“menyampaikan ajaran dan kehidupan Yesus” melalui pengajaran, kesaksian hidup serta tingkah laku. Tugas pengajaran ini tidak berarti menggurui tetapi lebih kepada memberi teladan dan penyampai ajaran Yesus Kristus. St. Yohanes Paulus

II dalam anjuran apostoliknya juga menegaskan bahwa “bukan untuk menyampaikan ajarannya sendiri, atau entah ajaran seorang guru lain, melainkan ajaran Yesus Kristus, kebenaran yang diajarkan-Nya, atau lebih cermat lagi: kebenaran yang tidak lain adalah diri-Nya sendiri” (CT 6).

Kitab Hukum Kanonik (KHK 785) juga menyebutkan bahwa para katekis bertugas sebagai pewarta dan pengajar Injil terutama kepada mereka yang baru dibaptis agar mereka mengenali kebenaran Injil dan melaksanakan kewajiban yang diterima dari baptis (KHK 789), kepada anak-anak untuk mempersiapkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

mereka menyambut Komuni Pertama dan Sakramen Tobat, serta Sakramen

Krisma, memberi pengajaran kateketik kepada mereka yang sudah menyambut komuni, kepada mereka yang cacat fisik dan mental, dan kepada orang muda dan orang dewasa (KHK 777). St. Yohanes Paulus II memakai istilah tugas katekis sebagai “pendidik keagamaan” (CT 66) terutama kepada anak-anak dan kaum muda.

Menurut Supama (2012: 28) tugas katekis adalah mewartakan Kerajaan

Allah. Sementara Direktorium Formatio Iman (2014:23) lebih mempertegaskan lagi bahwa anggota Gereja semuanya adalah murid Kristus yang menerima wasiat perutusan untuk mewartakan Kerajaan Allah. Katekis sebagai anggota Gereja secara khusus menerima wasiat perutusan ini untuk mewartakan Kerajaan Allah melalui perkataan dan tindakan.

Romo Soegijapranata sebagai tokoh Katolik sekaligus nasionalis mengungkapkan tugas katekis adalah “memadukan antara pergulatan hidup konkrit anggota masyarakat sehari-hari dengan ajaran iman dan nilai-nilai

Kristiani” (Budi Subanar, 2003:114). Menurut Romo Soegijapranata tugas katekis tidak hanya pewarta, pelaksana dan saksi Injil tetapi lebih dari itu yakni mengadakan dialog dengan situasi hidup konkrit umat. Dengan dialog nilai Injil dipertemukan dengan nilai budaya lokal dan diintepretasikan menurut situasi hidup konkrit umat.

Sementara itu, Paus Fransiskus dalam homilinya kepada para katekis pada

29 September 2013 di Lapangan Santo Petrus mengatakan: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Katekis adalah seorang Kristen yang menempatkan kenangan ini pada pelayanan pewartaan, bukan untuk terlihat penting, bukan untuk berbicara tentang dirinya sendiri, tapi untuk berbicara tentang Allah, tentang kasih- Nya dan kesetiaan-Nya. Untuk berbicara tentang dan untuk mewariskan semua yang Allah telah ungkapkan, ajaran-Nya dalam totalitasnya, bukan memangkas kurang atau juga bukan menambahkannya pada itu (Stefanus, 2014).

Menurut Paus Fransiskus, katekis bertugas sebagai pelayan pewartaan yaitu mewartakan kasih dan kesetiaan Allah. Katekis juga bertugas untuk mewariskan ajaran-ajaran-Nya kepada orang lain. Berdasarkan homili Paus

Fransiskus dapat dirumuskan bahwa tugas katekis adalah pengabdian kepada

Allah. Tugas pengabdian ini mencakup tiga hal yakni menyimpan, menjaga serta memelihara, dan mewariskan ajaran-ajaran-Nya.

Paus Fransiskus mengistilahkan sebagai “menyimpan memori akan Allah yang hidup” (Stefanus, 2014). Perlu dijelaskan bahwa memori yang dimaksudkan adalah pengalaman akan Allah yang hidup yakni kasih dan kesetiaan-Nya, yang memuat ajaran serta perintah-Nya. Pengalaman inilah yang kemudian disampaikan kepada orang lain agar mereka pun mengalami kasih dan kesetiaan-

Nya. Menurut Paus Fransiskus, memori akan Allah ini perlu dijaga dan dipelihara dalam keutuhan serta totalitasnya. Yang dimaksudkan oleh Paus Fransiskus dengan menjaga dan memelihara dalam keutuhan serta totalitas adalah melaksanakan dan mewartakan ajaran serta perintah-Nya secara utuh tanpa mengurangi atau menambah-nambah. Inilah perutusan katekis yang juga merupakan perutusan murid-murid Kristus. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

Hendro Budiyanto (2011:29-30) menggambarkan secara singkat tiga tugas atau peran yang umumnya dilaksanakan oleh para katekis. Tugas pertama adalah untuk memberitakan Sabda Allah atau mewartakan Yesus Kristus. Tugas mereka juga diistilahkan sebagai pelayan Sabda Allah. Sebagai pelayan Sabda Allah, pelayanan para katekis bersifat kristosentris. Bersifat kristosentris artinya pusat pelayanan adalah Kristus dan Kristuslah yang dilayani dan diwartakan. Dalam tugas ini, katekis berperan sebagai fasilitator umat agar mengalami pertemuan secara pribadi dengan Kristus.

Tugas kedua adalah sebagai pendidik atau pembina iman. Katekis dalam tugas ini berperan sebagai penggerak yang mendorong umat supaya lebih beriman agar melaksanakan kehendak Allah. Para katekis membantu umat agar dapat mempertanggungjawabkan iman dan semakin mencintai Allah serta agamanya.

Katekis juga mendorong umat supaya lebih menghayati dan mengungkapkan iman secara konkrit dalam kehidupan sehari-hari.

Tugas yang ketiga adalah mengembangkan Gereja. Peran katekis dalam tugas mengembangkan Gereja sangat vital. Peran dan tugas yang dilaksanakan oleh para ketekis memberi kontribusi terhadap perkembangan Gereja. Adapun peran yang dilaksanakan oleh katekis dalam rangka tugas mengembangkan Gereja adalah menumbuhkan serta meningkatkan semangat persatuan dan persaudaraan anggota Gereja, terutama melalui karya atau kegiatan katekese.

Sementara itu, Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa (CEP,

1997:30) memberi ulasan bahwa katekis mengenakan sikap yang tepat dan benar terhadap masalah-masalah mutakhir. Katekis berperan sebagai pelayan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

memenuhi kebutuhan umat. Salah satu kebutuhan umat adalah kekuatan dan kebijakan dalam menghadapi dan menyikapi masalah-masalah mutakhir.

Pertemuan Kateketik Keuskupan Se-Indonesia IX (Komisi Kateketik KWI,

2012:3) memberi ulasan bahwa karya terbesar katekis yakni katekese melayani masalah ketertekanan dalam masyarakat dewasa ini yakni masalah-masalah mutakhir yang oleh Direktorium Formatio Iman (2014:14) disebut sebagai tanda- tanda zaman. Maka dari itu pelayanan katekis dewasa ini adalah pelayanan yang menanggapi tantangan arus besar zaman. Hal ini dipertegas oleh Direktorium

Formatio Iman (2014:61) ketika menyebutkan salah satu sumber pelayanan formatio iman adalah tanda-tanda zaman.

5. Cakupan Pelayanan Katekis a. Cakupan Teritorial

Tugas dan peran katekis diakui penting baik di tingkat keuskupan maupun di paroki. Katekis pun cukup banyak diberi perhatian dalam reksa-reksa pastoral

Gereja. Hal ini berarti keberadaan katekis memiliki peran penting terutama dalam tugas pewartaan, menghadirkan dan mengembangkan Gereja di tengah kehidupan masyarakat.

Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa (CEP, 1997:18) memberi gambaran realitas pelayanan katekis yang tersebar di wilayah-wilayah paroki.

Permasalahan utama yang dihadapi di hampir semua paroki adalah kurangnya sumber daya manusia baik religius maupun bukan religius. Menanggapi permasalahan ini, paroki mengambil kebijakan untuk memilih dan melantik dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

kalangan umat awam untuk membantu pelaksanaan reksa pastoral. Mereka adalah para katekis yang siap melayani umat melalui pelbagai bentuk pelayanan. Para katekis ini tersebar di stasi, wilayah dan lingkungan-lingkungan yang jauh dari pusat paroki.

Katekis hidup di tengah dan bersama dengan umat, karena itu paroki mempercayakan tugas pelayanan kepada katekis sebab merekalah yang lebih dekat dan lebih mengenali situasi umat kecuali dalam pelayanan yang membutuhkan wibawa tahbisan. Dalam hal ini, seorang katekis pada umumnya melayani di daerah tempat tinggalnya.

b. Cakupan Bidang

Dalam reksa pastoral paroki, salah satu bidang atau seksi yang banyak ditangani oleh katekis adalah seksi katekese atau bidang pewartaan dan pembinaan. Hendro Budiyanto (2011:9) menuliskan bahwa katekis di paroki menjalankan tugasnya di bidang pewartaan dan pembinaan. Di bawah bidang pewartaan dan pembinaan atau seksi katekese, para katekis menjadi fasilitator dalam melaksanakan tugas pembinaan dan pendampingan. Katekis menjadi pendamping sekaligus mendampingi para pendamping yang lain, melaksanakan pembinaan iman.

Di bawah bidang pewartaan dan pembinaan, katekis melaksanakan pastoral sakramental yakni mempersiapkan calon-calon penerima Sakramen

Inisiasi yakni Baptis, Komuni Pertama, dan Krisma, serta persiapan perkawinan.

Selain pastoral sakramental, katekis juga melaksanakan pastoral non-sakramental PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

yakni mempersiapkan bahan-bahan pendampingan dan pembinaan iman untuk anak-anak (PIA), remaja (PIR), dewasa (PIOD), lansia (PIUL), keluarga, dan kelompok-kelompok seperti misdinar dan Orang Muda Katolik. Bahan-bahan pendampingan dan pembinaan biasanya dibuat berdasarkan masa liturgi, kecuali bahan yang sudah disiapkan dari keuskupan. Tugas pendampingan dan pembinaan dilaksanakan di tingkat paroki, stasi dan wilayah. Pelayanan katekese pada umumnya banyak dilaksanakan di lingkungan-lingkungan.

Sementara Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa (CEP, 1997:18) menuliskan tugas khusus katekis adalah mengajarkan katekese. Tugas ini mencakup pendidikan dalam hal iman, menyiapkan para penerima sakramen inisiasi, dan memberikan retret serta pertemuan-pertemuan pembinaan iman.

Dalam halaman yang sama dijelaskan pula bahwa katekis juga melaksanakan bermacam ragam tugas seperti mengajar orang-orang non-Kristen, memberi katekese kepada para katekumen dan mereka yang sudah dibaptis, memimpin ibadat terutama hari minggu ketika tidak ada imam, memimpin aneka ibadat dan doa lingkungan, dan bertanggungjawab mengorganisir tugas-tugas paroki di tingkat wilayah dan lingkungan.

Selain bidang pewartaan dan pembinaan iman, katekis juga bergerak dalam bidang kerasulan. Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa (CEP,

1997:18-19) memberi gambaran bahwa katekis juga melaksanakan tugas kerasulan. Contohnya menjadi guru agama di sekolah yang dikelola oleh keuskupan dan di sekolah-sekolah negeri sebagaimana di sekolah-sekolah

Katolik. Katekis juga mengajar di sekolah minggu terutama di negara yang tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

mengizinkan pelajaran agama di sekolah. Selain itu, di kota besar khususnya di kawasan miskin, para ketekis juga melaksanakan karya kerasulan terhadap kaum papa, para pengungsi, tahanan, dan kepada orang yang berkekurangan. Dalam hal ini ketekis sebagai kaum awam melaksanakan pelayanan terhadap Gereja dan misinya.

Perlu ditegaskan bahwa dalam kenyataan jumlah katekis profesional masih terlalu sedikit dan tidak cukup melaksanakan reksa-reksa pastoral yang sudah dijelaskan di atas. Menanggapi permasalahan ini, katekis bekerjasama dengan pihak paroki melaksanakan pembinaan para pendamping dan pelaksana ketekese atau pembinaan iman. Mereka dibina dan didampingi agar dapat melaksanakan tugas pendampingan dan pembinaan iman umat. Karena kata “katekis dan katekese” masih asing bagi kebanyakan umat maka mereka sering dipanggil sebagai pendamping atau pemandu pembinaan iman. Berdasarkan tugas yang mereka laksanakan, para pendamping dan pemandu pembinaan iman merupakan katekis sukarela atau volunter. Merekalah yang justru tersebar di lingkungan- lingkungan dan melayani umat secara lebih dekat.

6. Perkembangan Pelayanan Katekis

Pelayanan katekis di masa sekarang telah mengalami banyak perkembangan. Hal ini menandakan bahwa pelayanan katekis sangat penting dan semakin dibutuhkan oleh Gereja di zaman yang semakin kompleks ini.

Perkembangan yang dimaksudkan adalah metode dan juga sumber-sumber pelayanan katekis. Supama (2012:39-43) memberi gambaran bahwa pertemuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

PKKI yang pertama telah memberi perubahan besar terutama kepada karya katekese. Perubahan yang terjadi adalah perubahan metodenya dari metode doktriner kepada metode yang berangkat dari situasi dan keadaan umat. PKKI melihat bahwa umat semakin berkembang namun sumber daya manusia (para pelayan) tidak mencukupi untuk melayani kebutuhan umat. Katekese adalah karya terbesar para katekis, maka gagasan yang dimunculkan oleh PKKI membaharui metode pendampingan dan pembinaan iman umat. Metode yang kini banyak dilaksanakan adalah metode bersifat apresiatif dan partisipatif yang oleh PKKI I diistilahkan sebagai “oleh umat, dari umat, dan untuk umat” (Yosef Lalu,

2007:10).

Di mana pun katekis berada selalu dipercayai agar dapat memberikan dan melaksanakan katekese. Namun perlu disebutkan juga bahwa perubahan metode juga membawa perubahan kepada peran katekis. PKKI II memberi penekanan bahwa katekis sebagai pelaksana katekese adalah “pemudah atau fasilitator”

(Yosef Lalu, 2007:13). Maka dari itu banyak usaha pendampingan dan pembinaan katekis yang telah dilaksanakan. Baik di tingkat keuskupan maupun paroki banyak mengadakan pembinaan khusus kepada para katekis, sementara beberapa diutus untuk belajar khusus di bidang ilmu kateketik atau teologi. PKKI IX memperlihatkan perkembangan baru dalam pelayanan katekis terutama karya katekese yakni, adanya perhatian pada situasi ketertekanan umat akibat perkembangan zaman.

Sampai sekarang telah banyak diterbitkan sumber-sumber pelayanan sebagai panduan dan acuan para ketekis dalam melaksanakan tugas dan perannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

Para katekis juga dituntut untuk terus-menerus belajar agar dapat semakin memenuhi kebutuhan umat. Sumber-sumber pelayanan yang ada dapat menjadi sumber belajar sekaligus menjadi panduan para katekis dalam melaksanakan pelayanannya. Supama (2012:86-93) menuliskan beberapa sumber pelayanan yang banyak tersedia di masa sekarang.

Sumber yang pertama dan utama adalah Kitab Suci. Katekis dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai tentang Kitab Suci. Katekismus Gereja

Katolik sebagai sumber penjelasan mengenai pokok-pokok iman menjadi acuan yang tepat dan autentik bagi katekis dalam belajar dan melaksanakan pelayanan.

Di samping Kitab Suci dan Katekismus Gereja Katolik, terdapat pula tafsir Kitab

Suci yang membantu para katekis agar terhindar dari fundamentalistik dan bidaah.

Dokumen-dokumen resmi Gereja juga menjadi sumber yang penting karena memuat ajaran yang kontekstual dengan zamannya. Di samping itu terdapat banyak buku berisikan bahan-bahan yang dapat dipelajari dan digunakan dalam pelayanan. Buku-buku tersebut adalah buku-buku tentang sakramen, liturgi, teologi, psikologi perkembangan, kisah santo-santa, buku-buku nyanyian, dan katekese atau ilmu kateketik. Sementara itu masih terdapat banyak tulisan seperti artikel yang terdapat di pelbagai majalah rohani. Selain sumber-sumber di atas, masih ada sumber yang tidak kalah pentingnya yaitu pengalaman hidup umat dan data konkrit tentang situasi umat.

Pemaparan secara singkat perkembangan pelayanan katekis di atas dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pelayanan katekis zaman sekarang cukup mendapat perhatian dari Gereja sendiri dan tersedia fasilitas yang lebih dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

cukup. Di balik semua itu, Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang dalam Direktorium Formatio Iman (2014:20-21) melihat bahwa ada kekurangan dan kelemahan dari pelayanan katekis terutama pembinaan iman, yakni belum terlaksana secara terpadu, sinergi, dan juga belum terlaksana secara berkelanjutan.

Direktorium Formatio Iman dalam halaman yang sama menyebutkan penyebab adanya kelemahan dan kekurangan pelayanan katekis adalah “belum adanya kurikulum dan pedoman” yang menjadi tolak ukur dan acuan dalam pelayanan pembinaan iman. Hal ini berarti pelayanan yang dilaksanakan tidak terorganisir secara terpadu dan berkesinambungan. Usaha-usaha kateketis dan katekisasi yang sering dilaksanakan oleh katekis sama-sekali belum ada sinergisnya. Kekurangan lain yang dimunculkan oleh Direktorium Formatio Iman adalah keterjangkauan pelayanan yang belum mencakup semua kelompok usia umat. Hal ini berarti pelayanan belum terlaksana secara optimal, masih banyak tertumpu pada kegiatan mempersiapkan Sakramen Inisiasi, di samping itu

Direktorium Formatio Iman juga menyebutkan bahwa keterbatasan cara dan metode menjadi kendala utama dalam usaha mengoptimalkan pelayanan.

Sementara itu tantangan-tantangan pelayanan yang ada (seperti yang dijelaskan di bagian awal bab III) belum disikapi secara serius dan bijaksana oleh katekis. Dengan kata lain, tantangan tersebut belum menjadi bagian utuh dari pelayanan katekis. Katekis juga sering mengalami kesulitan dan hambatan dalam menghayati panggilan hidup mereka sebagai pelayan. Karena itu, para katekis harus disiapkan agar dapat menghayati dan melaksanakan panggilannya sebagai pelayan umat. Maka dari itu, penulis bermaksud untuk menimba inspirasi dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

pelayanan St. Yohanes Paulus II bagi meningkatkan penghayatan panggilan para ketekis sebagai pelayan yang akan dibahas pada bab selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

BAB IV

MENIMBA INSPIRASI DARI SANTO YOHANES PAULUS II

BAGI PELAYANAN PARA KATEKIS

Dewasa ini pelayanan katekis mengalami banyak tantangan terutama tantangan arus besar zaman. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab keuskupan dan paroki untuk selalu melahirkan para katekis yang siap melayani. Katekis yang sudah lama melayani pun perlu diberi pendampingan khusus agar semangat untuk melayani tetap berkobar dalam hati mereka. Mengingat betapa besar dan penting peranan katekis dalam karya-karya Gereja, katekis pun perlu diberi perhatian yang mendukung dan menginspirasi mereka untuk tetap setia pada panggilan sebagai pelayan. Terdapat banyak kesan bahwa, realitas pelayanan katekis zaman sekarang masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, begitu juga dengan penghayatan mereka terhadap panggilan menjadi katekis mengalami banyak tantangan.

Berdasarkan keprihatinan tersebut, pembahasan dalam bab IV ini bermaksud untuk memberi inspirasi kepada para katekis supaya lebih menghayati dan mencintai panggilannya sebagai pewarta dan saksi Kristus. Secara khusus, bab IV ini menyampaikan inspirasi-inspirasi dari spiritualitas St. Yohanes Paulus

II bagi pelayanan para katekis zaman sekarang. Isi bab IV ini adalah pemaparan serta pembahasan inspirasi-inspirasi dari St. Yohanes Paulus II dan usulan program retret untuk meningkatkan semangat pelayanan para katekis khususnya di Paroki St. Francis Xaverius Keuskupan Keningau. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

Pembahasan bab IV ini terdiri dari dua bagian utama yakni, bagian pertama membahas tentang inspirasi dari St. Yohanes Paulus II dan bagian kedua tentang usulan program. Pembahasan bagian pertama masih dibagi menjadi sepuluh topik yakni inspirasi dari spiritualitas pelayanan St. Yohanes Paulus II.

Bagian kedua membahas usulan program retret, diawali dengan pembahasan pengertian retret dan diakhiri dengan contoh naskah persiapan usulan program retret.

A. Katekis Menimba Inspirasi dari St. Yohanes Paulus II

Para katekis zaman sekarang menghadapi banyak tantangan pelayanan yang berasal dari arus besar perubahan zaman. Tantangan pelayanan zaman sekarang memang jauh lebih kompleks ketimbang tantangan pelayanan yang pernah dihadapi oleh St. Yohanes Paulus II. Namun perlu diketahui bahwa tantangan yang dihadapi oleh St. Yohanes Paulus II jauh lebih berbahaya, dramatis, menyakitkan dan serasa tanpa harapan. Betapapun berat tantangan yang dihadapi oleh St. Yohanes Paulus II, justru semakin meneguhkan dan memperdalam penghayatan panggilannya sebagai pelayan umat manusia. Maka dari itu, di tengah maraknya tantangan pelayanan dewasa ini, para ketekis perlu menggali spiritualitas pelayanan St. Yohanes Paulus II sebagai sumber inspirasi pelayanan mereka untuk mewartakan Kabar Sukacita. Berikut akan dipaparkan sepuluh inspirasi dari St. Yohanes Paulus II yang kiranya dapat membantu para katekis dalam menghayati panggilannya sebagai pelayan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

1. Saksi Iman yang Sejati

Dewasa ini hidup seorang katekis sangat dipengaruhi oleh pelbagai macam hal-hal duniawi. Kita melihat semua itu sebagai tantangan pelayanan. Dalam kenyataan katekis sering menghadapi kesulitan untuk mengaplikasikan semangat melayaninya di tengah-tengah keadaan umat yang sangat kompleks. Katekis adalah seorang yang beriman sama seperti umat beriman yang lain. Karena sebagai katekis mau tidak mau dituntut untuk memiliki kualitas iman yang lebih dari umat biasa, atau kualitas hidup rohani yang jauh lebih mistik dari umat biasa.

Hal ini bukan hanya tuntutan dan bukan sebuah tawaran tetapi merupakan sebuah panggilan khusus untuk katekis. Semua umat berkat Sakramen Pembaptisan dipanggil untuk menjadi saksi iman, tetapi dalam konteks pelayanan katekis, harus diakui bahwa katekis secara khusus pula dipanggil untuk menjadi saksi iman yang sejati.

Supaya kata “khusus” dapat dipahami lebih jelas maka perlu mengingat kembali arti dasar dari katekis. Kata katekis berasal dari kata dasar Katechein yang berarti mengkomunikasikan, membagikan informasi, atau mengajarkan hal- hal yang berkaitan dengan iman (Didik Bagiyowinadi, 2012:14). Katekis adalah komunikator, penyampai, penerang, dan sekaligus pengajar segala hal yang berkaitan dengan iman. St. Yohanes Paulus II sudah melakukan hal ini selama masa pelayanannya. Beliau adalah “komunikator besar” yang berkelana ke seluruh dunia untuk mengkomunikasikan kasih Allah kepada segenap manusia.

St. Yohanes Paulus II adalah saksi iman yang sejati. Dalam Injil Yohanes

Yesus berkata “Mengenai orang yang percaya kepada-Ku, tertulis dalam Alkitab: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

‘Dari dalam hatinya mengalirlah aliran-aliran air yang memberi hidup” (Yoh

7:38). Iman St. Yohanes Paulus II kepada Yesus Kristus sungguh memberi hidup kepadanya. Iman St. Yohanes Paulus II adalah iman yang hidup dan yang aktif.

Dalam kalimat lain dapat dikatakan, beliau hidup oleh iman dan oleh iman ia melayani umat manusia. Iman yang hidup dan aktif tersebut juga digambarkan dalam surat Yakabus, “Nah, sebagaimana tubuh tanpa roh adalah tubuh yang mati, begitu juga iman tanpa perbuatan adalah iman yang mati.” (Yak 2:26).

Imannya terwujud dalam tindakan nyata. Ia hidup oleh iman dan kasih, iman yang memberi hidup dan pengharapan, iman yang selalu menyala umpama cahaya untuk memberi hidup kepada orang lain. Ia mencari, menemukan dan menyapa segenap manusia terutama orang kecil, miskin, dan menderita dan memotivasi, menghibur, memberkati, dan mengasihi mereka. Tindakan ini sungguh membangkit semangat hidup kepada mereka. Beliau tidak hanya menjadi penonton tetapi dengan keberanian datang ke lapangan untuk melihat sendiri situasi yang terjadi. Ia mengampuni dan mengasihi tidak hanya kata-kata tetapi dengan tindakan nyata. Iman yang sejati adalah iman yang sungguh dihidupi.

Iman kepada Allah yang adalah kasih maka ia hidup oleh kasih dan untuk mengasihi seraya menyerukan kasih kepada segenap manusia. Iman sejati adalah

“Hidup, bergerak dan berada” dalam Yesus Kristus (Kis 17:28).

Katekis yang hidup di tengah umat memiliki kedudukan sangat strategis sebagai saksi iman yang sejati. Petama-tama, katekis perlu memiliki keyakinan total bahwa Allah memanggilnya untuk melayani-Nya, percaya bahwa Allah yang memanggilnya selalu ada mendampingi dan menyertainya. Panggilan Allah yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

utama adalah panggilan untuk mengimani-Nya. Panggilan ini harus ditanggapi dengan hati yang terbuka. Dalam hal ini katekis sebagai pelayan harus memiliki iman yang sejati. Iman yang aktif adalah, Iman yang selalu disirami dengan penghayatan Injil dan semangat doa mistis. Iman harus selalu dijaga dan dikembangkan karena tanpa iman kepada Allah, tidak ada pengharapan, berhenti percaya kepada Allah sama dengan menapaki lorong menuju kekosongan dan keputusasaan. Iman yang sejati adalah iman yang nyata dalam tindakan kasih yang bersumber pada tindakan kasih Allah.

Berhadapan dengan tantangan pelayanan seperti sekularisasi dan sekularisme katekis perlu memiliki iman yang aktif dan hidup. Menjadi orang beriman bukan berarti memisahkan antara yang Ilahi dan duniawi tetapi justru menyatukannya. Berhadapan dengan pluralitas, iman yang sejati mendapat makna sebagai menyatukan perbedaan dan keragaman, dengan demikian fundamentalisme dan radikalisme dapat dihindari. Iman yang sungguh dihidupi akan membangkitkan harapan terutama ketika berhadapan dengan kemiskinan dan kerusakan lingkungan hidup. Iman yang sejati tidak melihat tantangan pelayanan sebagai hambatan, sebaliknya melihat tantangan sebagai peluang untuk mewartakan Sukacita Injil. Tanpa iman yang kuat, katekis akan mudah terpengaruh oleh arus perubahan zaman, karena itu katekis perlu selalu menumbuhkembangkan imannya menuju kedewasaan sejati sebagai orang beriman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

2. Tanpa Doa Iman dan Kasih adalah Mati

St. Yohanes Paulus II sangat memperhatikan hidup rohaninya terutama hidup doanya. Doa menjadi bagian yang penting dan sangat menentukan bagi hidup dan pelayanannya. Karena itu, beliau selalu menyempatkan diri untuk berbicara kepada Tuhan, juga di sela-sela kesibukannya beliau meluangkan waktu untuk berdoa. Perhatian yang tinggi terhadap kehidupan rohani menggambarkan kerendahan hatinya di hadapan Allah sebagai seorang hamba. Beliau tidak pernah lupa memohon dan meminta bantuan dari Allah agar ia dapat melaksanakan pelayanan pastoralnya dengan baik. Beliau selalu menempatkan Yesus Kristus sebagai pusat pelayanannya. Ia berjalan dan melayani bersama Yesus Kristus.

Inilah keyakinan St. Yohanes Paulus II yang diterima lewat doa mistisnya, bahwa

Yesus Kristus selalu ada dan senantiasa menyertainya.

St. Yohanes Paulus II adalah salah satu sosok teladan iman dewasa ini.

Jika surat Yakabus mengatakan iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak 2: 26), St.

Yohanes Paulus II mengatakan tanpa doa iman dan kasih adalah mati (Chiffolo,

2001:15). Bagi St. Yohanes Paulus II iman yang diwujudkan dalam tindakan kasih belumlah cukup jika tidak disertai dengan doa. Karena itu, bagi St. Yohanes

Paulus II, doa adalah sumber kekuatan dan inspirasi untuk melaksanakan banyak hal (Dziwisz, 2010:35). Oleh sebab itu, St. Yohanes Paulus II senantiasa menyatukan dirinya dengan Yesus Kristus dalam doa. Beliau adalah sosok pelayan yang sangat tekun dalam doa. Anugerah yang diperoleh beliau melalui doa mistiknya adalah ia dapat semakin lebih baik melaksanakan pelayanan.

Betapa pentingnya doa bagi St. Yohanes Paulus II, demikianlah juga seharusnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

para katekis menganggap doa adalah penting bagi peningkatan penghayatan pelayanan.

Katekis adalah sosok yang diakui memiliki relasi intim yang mendalam dengan Allah. Dalam hal ini katekis menjadi inspirasi bagi umat untuk membangun dan memelihara hidup doa mereka. Maka katekis perlulah memiliki kebiasaan untuk berdoa, namun doa yang sungguh dihayati baik secara internal maupun eksternal. Dihayati secara internal artinya membangun kerinduan untuk selalu bertemu dan berbicara dengan Allah dan terbuka pada bimbingan Roh

Kudus. Namun harus disadari bahwa kunci untuk berdoa adalah kerendahan hati.

Rendah hati menurut St. Yohanes Paulus II adalah menyadari bahwa dalam doa

Allah adalah subjek yang memanggil untuk berdoa dan Dia sendirilah yang berdoa untuk kita (Paus Yohanes Paulus II, 1995:32). Dalam hal ini, katekis tidak menuntut Allah agar mengabulkan doanya tetapi sikap pasrah yang penuh pengharapan harus dibangun.

Persoalan yang sering dihadapi oleh katekis adalah tidak ada perubahan meskipun berdoa terus-menerus, terkadang juga malah tantangan pelayanan yang dihadapi semakin sulit. Katekis juga sering mengalami perasaan tidak dihargai oleh umat, merasa pelayanan tidak memberi manfaat kepada umat yang dipengaruhi arus besar zaman (bab III, B:2), bahkan terkadang dimusuhi atau dibenci oleh umat. Dalam situasi tersebut muncul pertanyaan bagaimana doa menjadi relevan dan bermanfaat?. Katekis pertama-tama harus menyadari situasi dirinya, memohon bantuan Roh Kudus. Satu kesalahan yang sering dilakukan ketika berdoa adalah berdoa dengan prakarsa diri sendiri tanpa melibatkan peran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

Roh Kudus. Dalam berdoa, katekis harus terbuka untuk dibimbing oleh Roh

Kudus karena, Roh Kuduslah yang memampukan kita untuk berdoa dan Roh

Kudus sendiri yang berdoa untuk kita.

Berdoa harus dengan penuh iman dan harapan. Meskipun dalam situasi tanpa harapan, justru saat inilah belaskasih Allah terbuka luas. Karena itu dalam doa perlu ada kepercayaan penuh akan kebaikan Allah. Berdasarkan kebaikan-

Nya, semua doa ada jawabannya. Inilah keyakinan St. Yohanes Paulus II. Beliau tidak mengharapkan doanya dikabulkan tetapi beliau percaya kepada kebaikan-

Nya. Dalam bimbingan Roh Kudus dan dengan kerendahan hati membiarkan

Allah hadir sepenuhnya, beliau berdoa terus-menerus. Tantangan yang dihadapinya tidak kunjung selesai serta penderitaan yang dialaminya juga tidak berakhir, namun beliau begitu berani dan tangguh menghadapi semuanya.

Sisi eksternal dari doa adalah hidup seorang katekis. Hidup yang selalu terarah kepada Yesus Kristus karena pada dasarnya katekis melayani Yesus

Kristus. Yesus Kristus yang hadir dalam diri orang lain dan dalam segala pengalaman hidup. Hidup yang selalu terarah kepada Yesus Kristus adalah hidup yang penuh dengan syukur, menjadikan hidup doa sebagai prioritas, memanfaatkan waktu luang untuk berdoa, rajin berdoa serta mengikuti kegiatan atau pertemuan ibadat, dan senantiasa jatuh cinta kepada Allah di manapun dan kapan pun.

Doa sangat penting demi peningkatan penghayatan pelayanan seorang katekis. Karena doa adalah pengalihan pikiran dan hati kepada Tuhan. Ketika katekis menghadapi banyak tantangan seperti yang sudah disebut di atas, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

berdoalah karena melalui doa suatu dimensi baru (yakni perintah baru atau panggilan) dan kekuatan serta kebijaksanaan akan disalurkan dalam diri dan kekuatan untuk menghadapi tantangan serta kebijaksanaan untuk melayani. Doa umpama vitamin yang dapat menjaga, memelihara dan menguatkan serta menyuburkan iman, harapan, dan kasih. Maka, dengan dan melalui doa, seorang katekis dapat semakin lebih baik melaksanakan pelayanan.

3. Kesetiaan pada Tugas Pengutusan

Selama masa pelayanan baik sebelum terpilih menjadi paus dan selama menjabat kursi takhta suci, begitu banyak tantangan yang dihadapi oleh St.

Yohanes Paulus II. Meskipun menghadapi banyak tantangan bahkan ancaman pembunuhan, beliau tetap setia pada tugas perutusannya sebagai pelayan sampai wafat. Meskipun dalam situasi tanpa harapan beliau tetap berkomitmen menuntaskan pelayanannya. Walaupun beliau sendiri mengalami penderitaan akibat sakit kronis namun St. Yohanes Paulus II tidak pernah putus asa sebaliknya selalu bersemangat untuk melayani.

St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang tenang dan reflektif. Dunia yang dihadapinya ada dalam situasi tidak memungkinkan untuk keberhasilan pelayanan dan perjuangannya. Tidak jarang juga pertentangan dan kritikan yang diterimanya. Semua itu dihadapinya dengan tenang dan bijaksana, supaya semakin meneguhkan hatinya untuk melakukan lebih banyak hal dalam pelayanan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

Pelayanan katekis zaman sekarang juga menghadapi banyak tantangan yang tidak mudah untuk disikapi. Satu hal yang harus disadari dan diakui adalah, katekis tidak pernah lepas dari pelbagai macam tantangan pelayanan, terutama tantangan arus besar zaman. Betapa sulit dan beratnya tantangan pelayanan harus disikapi secara kritis dan bijaksana oleh katekis. Putus asa dan berhenti menjadi katekis adalah pilihan yang tidak bijak.

Belajar dari St. Yohanes Paulus II, katekis perlu tenang dan terbuka.

Kembali kepada keyakinan bahwa Allah sendiri yang memilih dan memanggil para katekis agar menjadi pelayan-Nya. Goyahnya katekis ketika menghadapi tantangan pelayanan merupakan tanda bahwa fondasi imannya kurang kokoh.

Oleh karena itu, katekis membutuhkan waktu hening (bersama Tuhan) dan hidup doa agar imannya disirami dan diteguhkan kembali. Dari itu, katekis perlu memiliki kebiasaan untuk berefleksi dan berdoa. Dengan refleksi, tantangan dapat ditanggapi dan dimaknai dalam terang ilham Roh Kudus. Dengan demikian katekis akan semakin diteguhkan dalam pelayanan. Dengan berdoa, iman dirawat, dipelihara dan dikembangkan sehingga tetap bersemangat melayani meskipun menghadapi banyak hambatan dan kesulitan. Karena melalui doa rahmat kekuatan akan disalurkan. Namun doa yang penuh iman, harapan dan kasih.

Perlu disadari bahwa menjadi katekis adalah panggilan dari Allah, yakni panggilan untuk mewartakan kasih-Nya di tengah situasi dunia yang dipengaruhi oleh arus perubahan zaman. Dipanggil untuk menjadi pelayan berarti menjadi patner-Nya dalam menciptakan dan membangun dunia dalam tatanan Kerajaan

Allah. Panggilan ini dihayati bersama Yesus Kristus yang telah taat dan setia PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

melaksanakan perutusan sampai wafat di salib. Supaya semakin dapat menghayati panggilan tersebut, katekis perlu hidup bersatu dengan Allah yang dibangun melalui hidup doa dan relasi dengan sesama serta akrab dengan Kitab Suci.

Dengan demikian, katekis dapat semakin teguh dan tangguh dalam menghadapi tantangan pelayanan.

4. Hati Penuh Pengharapan

St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang senantiasa bersemangat dalam melaksanakan pelayanannya. Beliau tidak takut berhadapan dengan realitas dunia yang tanpa harapan, tidak takut menghadapi penderitaan dan kematian. Meskipun situasi dunia pada saat itu tidak mungkin bagi tumbuhnya kasih di tengah kehidupan manusia dan meskipun beliau sendiri menghadapi kesulitan dan hambatan namun beliau tetap melaksanakan tugas perutusannya dengan penuh pengharapan. Beliau sangat teguh dalam iman karena beliau yakin “tanpa iman kepada Allah tidak ada pengharapan” (Chiffolo. 2001:19).

Beliau percaya karya penebusan umpama “Terang yang bersinar di tengah kegelapan dan kegelapan tidak menguasainya” (Yoh 1:5). Inilah keyakinan dan pengharapan St, Yohanes Paulus II bahwa Putra selalu hadir dalam sejarah kehidupan manusia, melaksanakan penyelamatan sekarang dan menyiapkan masa depan yang lebih baik. Karena itu apapun bentuk tantangan pelayanan yang dialami diterimanya dan dihadapinya dengan penuh pengharapan. St. Yohanes

Paulus II sangat percaya “Putra selalu hadir dalam sejarah umat manusia sebagai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

penebus, penebusan meresap dalam seluruh sejarah manusia…,dan menyiapkan masa depannya yang eskatologis” (Yohanes Paulus II, 1995:275).

St. Yohanes Paulus II berharap agar peradaban kasih tumbuh dalam kehidupan manusia, agar semua orang melaksanakan tindakan solidaritas terhadap orang lain, agar tumbuh budaya dialog antar agama, dan agar kelompok orang kecil diberi perhatian khusus. Harapan beliau tidak hanya dalam kata-kata atau gagasan namun beliau sendiri berjuang untuk mencapai harapan tersebut. Maka beliau tidak takut berhadapan dengan situasi dunia demi keadilan dan perdamaian dunia. Sementara itu beliau sangat kuat dalam pengharapan akan belas kasih

Allah. Allah sendirilah yang berkarya dalam kehidupan manusia karena belas kasih Allah tidak pernah surut. Dari keyakinan inilah beliau berani, setia, dan sangat berkomitmen pada pelayanannya.

Hati yang penuh pengharapan menumbuhkan semangat untuk melayani, maka katekis sebagai pelayan perlu memiliki pengharapan yang kuat akan belas kasih Allah. Tanpa pengharapan pelayanan seumpama menuju kekosongan. Tanpa pengharapan katekis mudah terpengaruh oleh budaya instan dan karena itu akan mengalami pendangkalan hidup. Pengharapan yang tumbuh dari iman merupakan fondasi hidup sebagai orang beriman. Jika fondasi tersebut runtuh makan katekis akan cenderung pada ateisme dan relativisme dan karena itu akan mengalami krisis moral dan krisis iman dalam diri. Pengharapan menjadi titik tolak arah dan fokus pelayanan. Berhadapan dengan tantangan-tantangan pelayanan, katekis perlu memiliki hati yang penuh pengharapan akan belas kasih Allah, karena tanpa pengharapan katekis mudah goyah dan terpengaruh olah arus perubahan zaman. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

Dalam situasi apapun tetaplah berpegang teguh pada kebaikan Allah.

Seperti St. Yohanes Paulus II, dalam situasi apapun tetap berharap kepada kebaikan Allah. Berharap kepada kebaikan Allah berarti mengandalkan dan berserah kepada Allah. Hal ini bukan berarti katekis tidak melakukan apa-apa tetapi melaksanakan apapun bentuk pelayanan, di manapun dan kapan pun dengan harapan Allah sendiri yang menyempurnakannya dan Allah sendiri yang berkarya lewat katekis. Dengan demikian katekis semakin dapat menghayati panggilannya sebagai pelayan.

5. Pemberani di waktu Penuh Ketakutan dan Penderitaan

Situasi dunia pada waktu St. Yohanes Paulus menjadi Paus adalah sangat menakutkan karena manusia masih dihantui oleh keadaan akibat perang dunia kedua. Setelah berakhirnya perang dunia kedua, manusia seakan-akan hidup dalam ketegangan yang sangat tinggi. Ketegangan inilah yang justru membuat hidup manusia tidak nyaman dan sangat sensitif dengan namanya perang. Semua orang sangat berhati-hati dan saling mempersiapkan diri seolah-olah perang akan terjadi lagi. Di seluruh dunia muncul perlombaan membuat senjata nuklir yang justru menimbulkan keresahan dan kecemasan. Sementara itu kemiskinan semakin merebak dan memprihatinkan. Seiring dengan itu nilai kemanusiaan pun menurun drastis akibat munculnya ideologi-ideologi yang berhaluan keras dan intoleran terhadap hak asasi manusia.

St. Yohanes Paulus II sendiri mengalami penderitaan akibat kerasnya campur tangan tentara Nazi Jerman di Polandia, menghadapi krisis kemanusiaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

selama kepausannya, dan mengalami derita sakit kronis. Satu kunci keberhasilan pelayanan beliau adalah keberanian yang sangat tinggi, bahkan beliau tidak takut mati demi melayani umat manusia. Dengan keberanian yang didorong oleh cinta kasih, beliau telah berkeliling ke seluruh dunia dan dengan suara lantang menyerukan kepada dunia agar menghentikan perang dan beralih kepada solidaritas. Untuk zaman sekarang, mampukah para pelayan terutama katekis bertindak seperti demikian? Berhadapan dengan kompleksnya tantangan apakah katekis masih mau berkorban demi pelayanan?

Dewasa ini, di tengah maraknya arus perkembangan zaman, keberanian adalah modal penting untuk melayani. Betapapun seorang memiliki keterampilan berkomunikasi, berwawasan luas, dan berpendidikan tinggi, namun tanpa keberanian untuk menegakkan kebenaran, akan sulit menghayati pelayanan.

Katekis adalah sosok yang senantiasa ditantang untuk bertindak demi kebenaran, maka dalam situasi Kerajaan Allah tidak mungkin diperjuangkan, katekis harus berani bertindak melawan situasi demi kebenaran. Hal ini memang tidak mudah jika tidak memiliki fondasi yang benar dan kokoh.

Berhadapan dengan tantangan arus perubahan zaman, katekis harus berani memiliki dan melaksanakan budaya kontras yakni budaya kasih. Budaya kasih yang diterapkan dalam sengal segi kehidupan. Menjadikan kasih sebagai dasar, ukuran dan hukum nilai atas sengal tindakan. Dengan budaya kasih, orientasi pelayanan tidak hanya apa yang diperoleh dan siapa yang dilayani tetapi terbuka serta merangkul semua tanpa ada yang terkecuali dan tersingkirkan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

Seperti St. Yohanes Paulus II, katekis perlu memegang dengan penuh keyakinan kata “jangan takut”, karena betapapun besar tantangan yang dihadapi, kasih Allah selalu jauh lebih besar. Hal yang perlu diusahakan oleh katekis adalah berusaha mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Kejahatan yang dimaksudkan adalah situasi tidak ada kasih. Dalam situasi apapun katekis adalah pelayan yang melayani Kerajaan Allah. Terwujudnya Kerajaan Allah-lah menjadi tujuan pelayanan katekis. Akhirnya, katekis perlu memiliki sikap berani untuk bersyukur dan memohon kepada Allah. Dalam situasi apapun, baik suka maupun duka, katekis perlu memiliki sikap berani untuk berserah total, mengembalikan dan menyerahkan semuanya kepada Allah.

6. Sang Kelana dan Misionaris Agung

Belajar dari St. Yohanes Paulus II, katekis sebaiknya memiliki inisiatif untuk melayani umat. Bukan hanya mengikuti jadwal yang sudah ditetapkan atau pada hari-hari tertentu saja, tetapi perlu disadari bahwa perutusan sebagai pelayan bukan perutusan part time tetapi full time di manapun dan kapanpun melayani semasa dengan pelbagai cara. Sang kelana bermaksud aktif melayani, keluar dari zona nyaman, dalam bimbingan Roh Kudus pergi melaksanakan tugas perutusan di tengah kehidupan konkrit umat.

Situasi kehidupan umat sangat dipengaruhi oleh budaya instan, materialisme, hedonisme, dan konsumerisme. Dapat dikatakan bahwa semua segi kehidupan dipengaruhi oleh paradigma budaya materialisme dan instan.

Termasuk juga segala sesuatu yang dilakukan membutuhkan modal, demikian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

juga dengan pelayanan membutuhkan modal. Bahayanya adalah katekis juga sering cenderung jatuh pada pengaruh budaya tersebut sehingga pelayanan dilaksanakan hanya ingin mendapatkan popularitas, imbalan, dan kesenangan diri.

Dua hal di atas menjadi hambatan bagi para katekis dalam menghayati panggilannya sebagai pelayan. Katekis bukan melayani diri sendiri dan bukan untuk dilayani melainkan melayani Tuhan Yesus Kristus. Seperti St. Yohanes

Paulus II, katekis perlu memiliki jiwa sang pemeluk dan pencari kebenaran sejati yang kian tenggelam dalam arus perkembangan zaman. Memiliki kepribadian yang teguh, tangguh, dan tanggap terhadap tanda-tanda zaman, dan dari sini

Kerajaan Allah diwartakan sesuai situasi dan kebutuhan umat. St. Yohanes Paulus

II berkelana menemui banyak orang, dan melalui perjumpaan dengan banyak orang beliau menjadi tahu situasi dan keadaan mereka. Demikian juga dengan para katekis, harus menemui umat yang akan dilayani agar pelayanan menjadi kontekstual.

Dewasa ini, karakter umat sangat bervariasi. Akibat pengaruh arus perkembangan zaman, umat memiliki kecenderungan untuk tidak peduli pada kehidupan rohaninya. Jika hal ini terus dibiarkan umat akan jatuh dalam krisis moral dan iman yang fatal. Maka katekis sebagai pelayan yang membawa kebenaran Injil harus berani berkorban mengosongkan diri untuk melayani umat.

St. Yohanes Paulus II sudah memberi teladan. Beliau adalah sosok yang sangat mengetahui keadaan umat maka beliau sendiri mendatangi mereka untuk memberi penghiburan, peneguhan dan motivasi serta menyentuh mereka dengan kasih. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

Katekis dalam melayani sebaiknya tidak berpikir atau berharap akan mendapatkan sesuatu dari umat. Seperti St. Yohanes Paulus II, katekis haruslah menanamkan dalam diri suatu konsep pelayanan yakni melayani untuk kasih, oleh kasih dan demi kasih. Dengan semangat Injil “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya maka segala sesuatu yang lain akan ditambahkan bagimu” (Mat

6:33). Katekis melayani umat dengan berusaha memenuhi kebutuhan mereka tanpa pamrih, karena segala sesuatu yang dilakukan terhadap orang lain berarti itulah yang dilakukan terhadap Tuhan. Apa yang diberikan kepada orang lain akan diberikan kembali dengan lipat ganda oleh Allah.

7. Pribadi yang Rendah Hati

Jabatan sebagi Paus adalah jabatan tertinggi dalam hirarki Gereja. Sebagai jabatan yang berstatus takhta suci maka layak diberi dan menerima penghormatan dari bawahannya. St. Yohanes Paulus II selama masa jabatannya senantiasa sadar kalau dia seorang pelayan. Maka dari itu beliau tidak pernah memperlakukan orang lain sebagai bawahannya. Ia bahkan menganggap orang miskin, orang sakit, orang berdosa maupun orang biasa, sebagai saudaranya. St. Yohanes Paulus II tidak pernah bermegah atas pencapaian atau keberhasilannya. Semua perjuangan dan keberhasilan ia kembalikan kepada Allah karena beliau sadar bahwa Allah sendirilah yang bekerja dan berkarya untuknya.

Melalui kerendahan hati St. Yohanes Paulus II pun sangat dihormati juga dikasihi oleh banyak orang (bdk. Ams 18:12). St. Yohanes Paulus II adalah orang yang sangat sederhana tetapi, karena kerendahan hati beliau telah memperoleh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

ganjaran dari Tuhan yaitu kekayaan, kehormatan dan kehidupan (Ams 22:4). St.

Yohanes Paulus II memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, oleh karenanya, ia selalu dapat mengambil putusan kebijakan yang tepat.

Belajar dari St. Yohanes Paulus II katekis sebagai pelayan perlulah memiliki kerendahan hati dan kesadaran diri karena dua hal tersebut merupakan kunci keberhasilan pelayanan di tengah maraknya tantangan arus besar zaman.

Tanpa kerendahan hati, hati nurani buta dan menjadi tumpul dan oleh karena itu akan mengalami kekeliruan dalam pengambilan kebijakan dan putusan. Hal ini sangat berbahaya jika jatuh pada pengaruh arus perubahan zaman karena dapat menjadi sesat, ateis, dan fanatik. Tanpa kesadaran diri seorang katekis bisa cenderung pada egosentris yang hedonitif. Akibatnya, pelayanan dilaksanakan hanya sebatas formalisme dan hanya memenuhi kebutuhan diri sendiri seperti popularitas dan upah.

Kerendahan hati adalah sikap yang terbuka pada bimbingan Roh Kudus dan karya Allah dalam segala segi kehidupan. Kesadaran diri bahwa menjadi katekis adalah panggilan untuk melayani Yesus Kristus Sang Katekis utama.

Bukan untuk dilayani dan bukan melayani diri sendiri melainkan melayani umat.

Kerendahan hati dan kesadaran diri akan mendorong katekis menyerahkan diri serta membiarkan Allah berkarya dalam dan lewat mereka. Menjadi katekis berarti menjadi pewarta seperti Yesus Kristus. Dengan kalimat lain, menjadi katekis berarti menjadi seperti Yesus Kristus. Yesus yang dalam kerendahan hati, taat dan setia pada perutusan sampai wafat. St. Yohanes Paulus II sudah memberi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

teladan dalam hal menjadi seperti Yesus Kristus. Beliau telah taat dan setia pada tugas perutusannya sampai wafat.

8. Pribadi yang Utuh

Menjadi pelayan bukan berarti ada tuntutan untuk mengubah diri atau menjadi seperti orang lain. Pelayan yang sejati adalah menjadi diri sendiri sebagai pribadi yang utuh. Menjadi pribadi yang utuh mengandaikan adanya kesadaran diri yang otentik. Kesadaran siapakah diri saya di hadapan Allah. Inilah inti dari menjadi pribadi yang utuh dalam pelayanan. Katekis menyadari dirinya sebagai pribadi yang dipanggil oleh Allah untuk mewartakan belaskasih-Nya. Inilah kebenaran yang harusnya dihayati oleh katekis yaitu, bahwa Allah mau berkarya dalam dan melalui dirinya.

Belajar dari St. Yohanes Paulus II, beliau sungguh menyelami kedalaman jiwanya. Beliau menyatu dengan hati nuraninya. St. Yohanes Paulus II memiliki prinsip dan pegangan hidup yang sangat kuat. Beliau hidup semata-mata untuk melayani Allah melalui pelayanan kasih, dan beliau mengasihi sampai tuntas.

Beliau memiliki sikap kepasrahan total kepada Allah. St. Yohanes Paulus II menggunakan seluruh kemanusiawiannya serta seluruh kelebihan dan kelemahannya untuk memuji dan memuliakan Allah melalui doa dan tindakan pelayanannya. Beliau pun memperjuangkan dengan sepenuh hati apa yang diyakininya benar.

Katekis sebagai pelayan dituntut untuk menjadi pribadi yang utuh. Utuh pertama-tama bermaksud adanya integrasi atau perpaduan antara tubuh dan roh. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

Roh yang bersatu dengan Roh Allah sendiri dalam hati nurani, tubuh hidup dalam

Roh berarti hidup dalam bimbingan Roh Kudus untuk melaksanakan kehendak

Allah. Yang kedua adalah berkaitan dengan orientasi hidup yakni bagaimana

Allah membimbing dan mencintai dalam segala apa adanya seorang katekis.

Artinya, katekis yang utuh adalah dia (tubuh dan jiwanya) hidup bersatu dengan

Roh Kudus serta menyelami diri (tubuh) dan kedalaman jiwanya (roh). Ini berarti katekis yang utuh dalam pelayanan adalah katekis yang dalam terang dan bimbingan Roh Kudus melaksanakan kehendak Allah, melayani pribadi-pribadi lain yang sesungguhnya sama dengan dirinya.

Dalam pengertian lain, utuh atau holistik berarti keseluruhan dalam keutuhan diri yakni perpaduan antara aspek kognitif, afeksi, dan psikis. Apa yang dipercayai (kognitif), diyakini dengan sungguh (afeksi), dan diperjuangkan dalam hidup (psikis). St. Yohanes Paulus II melakukan hal ini, beliau memperjuangkan apa yang diyakininya. Katekis sejati adalah katekis yang melaksanakan dalam diri sendiri apa yang diyakini dan apa yang diwartakannya.

Berhadapan dengan tentangan arus besar perkembangan zaman, terutama sekularisasi dan sekularisme serta pluralitas dan globalisasi, katekis dituntut agar dapat menjadi pribadi yang utuh. Katekis harus sadar bahwa otonomi dirinya tidak mampu melaksanakan pelayanan tanpa campur tangan dari Allah. Dalam hal ini katekis perlu memiliki semangat pengabdian yang berserah diri kepada prakarsa

Allah karena Dia yang telah memanggil Dia jugalah yang berkarya dalam diri katekis. Sementara itu keotentikan diri katekis sangat perlu ketik berhadapan dengan pluralitas dan globalisasi. Menjadi katekis tidak perlu menjadi seperti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

orang lain namun sebaliknya harus menjadi diri sendiri yang sejati. Katekis yang otentik adalah katekis yang terbuka kepada keragaman namun tidak mudah terpengaruh oleh budaya luar.

Dari penjelasan tersebut, pribadi katekis yang utuh adalah, seluruh aspek dirinya diarahkan untuk dan demi pelayanan atau melayan dengan sepenuh hati, dan keterarahan hidup secara keseluruhan kepada Yesus Kristus. Ini berarti katekis menyerahkan dan mempercayakan seluruh diri dan hidupnya kepada

Allah. Dia yang memanggilnya, Dia sendiri yang membimbing, menyertai dan menyempurnakan pelayanan katekis. Keyakinan ini membawa kepada sikap kepasrahan total kepada Allah. Katekis dalam segala kemanusiawianya, segala kelebihan dan kekurangan serta segala miliknya digunakan untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Kesaksian katekis bukan hanya lewat kata-kata tetapi wujud nyata dalam tindakan kasih kepada siapa pun tanpa ada yang terkecuali.

9. Pribadi Penuh Kasih

St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang penuh kasih. Beliau adalah pembela nilai luhur martabat pribadi manusia. Pokok perjuangan dan dialog beliau adalah keadilan dan kebenaran atas keluhuran martabat pribadi manusia.

Dalam berhubungan dengan orang lain, beliau menekankan relasi unitaris yaitu relasi yang saling meneguhkan dan melengkapi. St. Yohanes Paulus II menganggap orang lain sebagai saudara yang patut dicintai dan dikasihi. Karena itu St. Yohanes Paulus II selama pelayanannya berusaha membangun relasi yang aktif dengan siapa pun, terutama beliau membangun relasi intim dengan Allah. St. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

Yohanes Paulus II sangat meyakini bahwa tindakan kasih adalah partisipasi pada hidup dan karya Allah dan merupakan kebenaran dan kebijakan Kristiani yang bersumber pada tindakan kasih Allah sendiri. Inilah tanda nyata sebagai anak- anak Alllah yakni melakukan tindakan kasih yang dapat membangun dan memulihkan kehidupan.

Hidup oleh kasih berarti hidup untuk Allah, karena Allah adalah kasih.

Itulah yang dilakukan oleh St. Yohanes Paulus II selama hidupnya yakni hidup oleh, demi dan untuk kasih. Beliau menghayati pelayanannya sebagai panggilan untuk melayani umat manusia, untuk membangkitkan pengharapan dan menyalurkan kasih di tengah maraknya ketakutan dan kejahatan dunia. Katekis di zaman sekarang juga sesungguhnya dipanggil untuk mewartakan serta menghadirkan kasih Allah di tengah maraknya dampak negatif arus perkembangan zaman.

Katekis sebagai anak-anak Allah merupakan garam dan terang dunia. Jika katekis tenggelam dalam pengaruh tantangan arus besar zaman, kasih Allah tidak pernah akan tersampaikan kepada umat. Katekis harus berani menantang arus perkembangan zaman dengan mengenakan dan melaksanakan tanda sebagai anak- anak Allah yakni tindakan kasih. Pelayanan yang tanpa kasih umpama makan tanpa garam. Terasa berat dan sulit, mudah terpengaruh, mudah marah, dengan pamrih dan pilih kasih.

Pelayanan di tengah maraknya tantangan arus perkembangan zaman memang tidak mudah. Karena itu katekis haruslah mengenakan kasih yang total dan otentik. Alasannya ada pada keyakinan akan kasih Allah itu sendiri. Jika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

pelayanan dilaksanakan dengan kasih, maka kasih Allah akan menyempurnakan pelayanan katekis. Bagaimana semua hal ini terjadi adalah cara kerja Allah yang misteri, yang perlu diyakini oleh katekis. Mengapa? karena, Allah yang memanggil dan Dia sendirilah yang bekerja dan berkarya dalam diri katekis. Perlu disadari oleh katekis bahwa Allah yang bekerja dalam dan melaluinya adalah kasih, maka dalam pelayanan katekis harus memiliki kasih. Kasih kepada Allah dan kasih kepada yang dilayani.

Seperti St. Yohanes Paulus II, katekis bukan makhluk yang sempurna, tetapi sebagai pelayan, harus menyatakan hal-hal yang benar dengan hati penuh kasih, sehingga dalam segala hal makin lama makin menjadi sempurna seperti

Kristus (bdk. Ef 4:15). Sebagai garam dan terang dunia, tugas katekis sebagai pelayan adalah melakukan hal-hal benar dengan penuh kasih pada Allah dan sesama.

Seluruh pelayanan St. Yohanes Paulus diwarnai oleh sapaan kasih. Bagi

St. Yohanes Paulus II orang kecil adalah kawanan domba yang perlu dituntun, dibimbing, dan diberdayakan agar dapat memperoleh kehidupan yang layak serta agar mereka mendapatkan hak asasinya. Dengan penuh cinta St. Yohanes Paulus

II mendatangi kelompok masyarakat tersebut, menghibur mereka, membangkitkan harapan dan memberi inspirasi serta dorongan agar mereka dengan hati yang tabah berusaha memperbaiki hidup.

Apakah mungkin hal yang sama dapat dilaksanakan oleh katekis di zaman sekarang?. Sangat mungkin karena sesungguhnya itulah bentuk pelayanan yang sejati yakni memberi semangat hidup kepada orang lain terutama orang-orang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

kecil. Hal ini tidak dapat dilaksanakan dan diwujudkan tanpa kelemah-lembutan.

Katekis sebagai pelayan adalah pelayan keluhuran martabat manusia. Di dalam diri manusia terselubung sosok pribadi citranya yakni Allah. Maka melayani manusia berarti juga melayani Allah. Lebih eksplisit lagi, seperti yang dikatakan

Yesus sendiri, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan terhadap salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40).

Oleh karena itu, sebagai pelayan katekis perlu memiliki hati yang senantiasa terbuka untuk menyambut dan merangkul, mendengarkan serta menghargai orang lain, lemah lembut, suka memaafkan dan senang meminta maaf, bersikap murah senyum dan murah hati. Di tengah kehidupan umat, katekis harus menjadi promotor kasih, selalu berpihak kepada keadilan dan perdamaian, mencurahkan kasih sayang kepada umat layaknya seorang ibu yang mencurahkan kasih sayang kepada anaknya. Katekis adalah panutan dan teladan umat maka sebaiknya hadir sebagai pribadi yang inspiratif, yang membagikan hidupnya supaya orang lain terutama orang kecil memperoleh hidup yang layak, memberi penghiburan serta membangkitkan semangat dan juga pengharapan umat yang dilayani. Meskipun menghadapi banyak tantangan dan kesulitan, jika dilaksanakan dalam kasih, Kasih itu sendirilah yang menyempurnakannya.

10. Pribadi Multi-Talenta

St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang multitalenta. Beliau seorang olahragawan, sastrawan, menguasai banyak bahasa, memiliki rasa ingin tahu yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

tinggi atau semangat untuk terus belajar. Beliau sangat pintar dalam menjalin komunikasi dengan orang lain. Beliau pribadi yang berkarisma tinggi terutama dalam pelayanan. Beliau juga seorang yang penuh kasih, mampu menghibur dan menumbuhkan pengharapan kepada orang lain. Selain itu, beliau juga adalah rohaniwan, pemberani, promotor dan komunikator kasih Allah. St. Yohanes

Paulus II adalah pribadi yang senantiasa memiliki semangat untuk melayani, beliau sangat mampu merefleksikan dan memaknai pengalaman hidupnya dan mengubah penderitaan menjadi stigma penderitaan yang semakin meneguhkan pelayanannya. Beliau juga seorang penyabar, tegas, tenang, sederhana dan rendah hati, serta sangat kuat dalam iman harapan dan kasih. Begitu cepat proses kanonisasi terhadap beliau menandakan pengakuan bahwa St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang luar biasa dan pantas menjadi teladan.

Semua talenta yang dimiliki oleh St. Yohanes Paulus II menjadi pendukung bagi kelancaran dan keberhasilan pelayanannya. Singkatnya St.

Yohanes Paulus II adalah pribadi yang sangat dewasa baik secara manusiawi maupun secara rohani. Memiliki pengetahuan yang sangat memadai untuk mendukung dan memperteguh pelayanannya. Memiliki keterampilan- keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam pelayanan seperti kemampuan berefleksi dan berkomunikasi. Beliau juga mampu menjalin relasi yang aktif kepada Allah, dirinya, sesama, lingkungan hidup dan terhadap tugasnya. Semua ini mendukung dan melancarkan serta meneguhkan pelayanan St. Yohanes Paulus

II. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki St. Yohanes Paulus II pun terus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137

dikembangkannya, sebab melalui inilah beliau dapat semakin lebih baik dalam melaksanakan pelayanan.

Dewasa ini, seiring dengan maraknya dampak positif maupun negatif arus perkembangan zaman, katekis perlu memperhatikan aspek-aspek yang dibutuhkan sebagai seorang pelayan. Belajar dari St. Yohanes Paulus II, katekis perlu memiliki kedewasaan manusia maupun kedewasaan rohani, perlu memiliki wawasan luas atau pengetahuan tentang banyak hal, perlu memiliki keterampilan paling tidak kemampuan untuk berefleksi dan berkomunikasi, dan perlu menjalin relasi yang sportif terhadap Allah, sesama, diri sendiri, dengan lingkungan hidup dan dengan tugasnya.

Kedewasaan manusiawi adalah kematangan sebagai manusia sesuai perannya yang penuh tanggung jawab dalam komunitas gerejawi. Katekis adalah seorang pribadi manusia maka perlu memiliki keseimbangan psikologis, kesehatan yang baik, rasa tanggung jawab, jujur, dinamis, memiliki semangat bekerja, semangat untuk berkorban, tekun, dan berkomitmen. Katekis perlu memiliki relasi yang baik dengan orang lain yang sesama agama maupun beda agama serta mampu berdialog dengan kelompok masyarakat yang lain. Katekis juga perlu mengerti dan memahami budaya sendiri, menghargai budaya orang lain, dan memiliki semangat berkerjasama dengan orang lain. Selain itu katekis juga perlu memiliki wibawa kepemimpinan, bersikap terbuka, realistis, dan ikut serta dalam usaha pembangunan, penciptaan keadilan, perdamaian dan kesejahteraan hidup bersama maupun secara universal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

Katekis adalah pewarta yang memberikan kesaksian tentang iman yang sejati dan dewasa. Maka penting bagi katekis memiliki kedewasaan rohani seperti hidup rohani yang mendalam, kehidupan rohani yang didasarkan pada persatuan iman, harapan, dan kasih. Selain itu katekis juga perlu memiliki habitus kehidupan sakramen dan hidup doa yang tekun. Sangat disarankan agar katekis memiliki pembimbing rohani.

Agar dapat menjalankan pelayanan dengan baik katekis perlu memiliki pengetahuan-pengetahuan terutama ilmu-ilmu gerejawi seperti ilmu kateketik, teologi (Kitab Suci, Moral, sakramen, eklesiologi), dan lain-lain. Katekis juga perlu memiliki pengetahuan tentang ilmu manusia seperti psikologi, sosiologi, ilmu budaya, antropologi dan lain-lain. Tidak hanya dalam dua bidang ilmu tersebut tetapi katekis juga perlu memiliki pengetahuan yang memadai dalam pelbagai bidang ilmu yang lain. Oleh karena itu, katekis harus memiliki inisiatif untuk belajar sendiri.

Keterampilan berkomunikasi adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh katekis karena dalam melayani katekis selalu dan senantiasa melaksanakan komunikasi. Antara lain kemampuan berkomunikasi yang harus dimiliki oleh katekis adalah mampu menyatukan dan menggerakkan umat untuk sampai pada visi dan misi Gereja, terampil mengungkapkan diri, berbicara dan mendengarkan.

Katekis juga perlu memiliki keterampilan menciptakan suasana yang kondusif untuk perkembangan iman umat, menyampaikan suatu pendapat dengan menyenangkan, menyemangati dan memotivasikan umat agar tetap bersemangat serta berpengharapan. Selain itu katekis juga perlu memiliki keterampilan dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

menjalin relasi yang nyaman, penuh cintakasih, saling menghargai dan menghormati. Keterampilan berkomunikasi mencakup juga keterampilan katekis dalam menanggapi tantangan-tantangan arus zaman secara kritis dan bijaksana.

Kebiasaan melaksanakan refleksi juga merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang katekis di zaman sekarang. Kebiasaan berfleksi akan mengantar katekis untuk merasakan dan mengalami kehadiran Allah dalam pengalaman hidupnya. Kegiatan refleksi adalah sarana terbaik untuk mengantar katekis memaknai suatu pengalaman sulit maupun duka dalam terang Kitab Suci.

Tanpa refleksi iman akan menjadi tumpul tetapi dengan refleksi (iman dikritisi) maka iman semakin teguh dan dewasa. Melalui refleksi apa yang dipercayai mendapat konfirmasi sehingga katekis benar-benar bisa yakin dengan apa yang akan dibagikan kepada umat. Keterampilan berefleksi mencakup kemampuan untuk menemukan nilai-nilai manusiawi dalam pengalaman hidup sehari-hari, menemukan nilai Kristiani dalam Kitab Suci, ajaran dan Tradisi Gereja, menggumuli atau melaksanakan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan konkrit.

Seorang pelayan yakni katekis dituntut untuk memiliki relasi yang dewasa, aktif dan membangun dengan semua hal yang bersangkutan dengan dirinya.

Dalam berelasi dengan diri sendiri, seorang katekis sebaiknya bersikap jujur, menerima diri seadanya, tidak angkuh namun juga tidak rendah diri, tahu menahan diri, dan yang penting adalah berusaha memperbaiki diri menjadi seorang yang kreatif, inovatif, inspiratif dan mandiri.

Dalam berelasi dengan Tuhan, katekis harus memiliki iman, harapan dan kasih yang sejati. Artinya percaya dan berharap kepada Tuhan secara total. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140

Percaya dan berharap total kepada Allah adalah sikap iman yang menyerahkan semuanya kepada Tuhan namun berusaha dengan sungguh untuk mencapainya dengan diiringi hidup doa. Percaya dan berharap total juga mengandaikan adanya keterbukaan hati untuk senantiasa bersyukur pada Tuhan dalam untung dan malang, serta senantiasa berharap pada Tuhan dengan semangat optimisme.

Dalam berelasi terhadap sesama dan masyarakat katekis harus terbuka, jujur dan rendah hati. Memiliki kepekaan dan komitmen dalam tugas yang dipercayakan serta suka membantu, suka mendengarkan, lemah lembut dan murah senyum, penuh pengertian serta ramah terhadap siapa saja. Katekis harus bisa memasyarakat, tahu membawa diri dan komunikatif. Ikut serta dalam pergulatan umat dan berusaha bersama mencari solusi.

Terhadap situasi, konteks dan lingkungan hidup katekis perlu kritis, tidak terbawa arus, namun terbuka dan bisa menyesuaikan diri. Katekis harus teguh, tangguh, dan tanggap dalam menghadapi dan menanggapi tanda-tanda zaman..

Katekis juga harus menjadi pelopor dalam melestarikan lingkungan hidup dengan mencintai dan menganggap lingkungan sebagai saudara sekehidupan.

Terhadap tugas katekis hendaknya mencintai kerja dan tugasnya. Yang paling penting dalam menghayati pelayanan adalah meyakininya sebagai panggilan dari Tuhan. Katekis perlu mandiri, kreatif, inovatif, dan penuh prakarsa dalam melayani. Dalam diri katekis harus ada rasa loyalitas yang tinggi terhadap tugas serta melibatkan seluruh dirinya dalam pelayanan. Hal yang dituntut agar senantiasa dilakukan oleh katekis adalah berusaha terus-menerus untuk menjadi lebih profesional dalam pelayanan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

B. Usulan Program Retret untuk Meningkatkan Semangat Pelayanan Para Katekis di Paroki St. Francis Xaverius Keuskupan Keningau.

1. Latar Belakang Program

Dewasa ini, jika melihat pada pelayanan katekis kepada umat tampaknya masih banyak kekurangan dan kelemahan terutama pada penghayatan pelayanan.

Di samping itu terdapat banyak tantangan akibat arus besar zaman yang menghambat dan mempersulit pelayanan katekis. Kekurangan dan kelemahan yang ada harus diperbaiki dan ditingkatkan, sementara tantangan pelayanan harus disikapi secara kritis dan bijaksana. Malangnya tantangan pelayanan belum menjadi bagian dari pelayanan. Tantangan tersebut memperjelas kekurangan dan kelemahan pelayanan para katekis. Maka menjadi jelaslah bahwa para katekis perlu mendapatkan pembinaan khusus agar semakin lebih baik melaksanakan pelayanan atau supaya para katekis semakin dapat menghayati panggilan mereka sebagai pelayan.

Dalam hal ini, fokus pembinaan adalah mengembangkan dan meningkatkan semangat pelayanan katekis. Di pelbagai bidang kerja, niat dan semangat adalah modal utama dalam kelancaran suatu kerja. Demikian juga dengan pelayanan membutuhkan kerelaan dari dalam hati agar dapat menghayati dan melaksanakannya dengan baik pula. Keterbukaan hati para katekis harus dibangun terlebih dahulu karena itu merupakan pintu masuk pada bimbingan Roh

Kudus. Persoalannya, di tengah maraknya arus perkembangan zaman, katekis mengalami tantangan untuk menghayati panggilan sebagai pelayan. Kehidupan dunia profan dirasakan lebih menguntungkan dibandingkan dengan kehidupan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142

rohani, maka semangat pelayanan katekis pun ditantang, bahkan tidak jarang yang melaksanakan pelayanan hanya sebatas memenuhi tuntutan tugas sebagai katekis tanpa penghayatan.

Gereja sangat mengharapkan kehadiran para katekis yang unggul dalam melayani. Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-bangsa (CEP, 1997:43) dengan tegas mengatakan bahwa para katekis perlu mendapatkan pembinaan dan pendidikan yang tepat. Memandangkan katekis memiliki peran yang sangat vital dalam perkembangan Gereja, maka katekis perlu dibina terutama diberi penekanan pada kualitas pelayanan. Secara umum seluruh kepribadian seorang katekis perlu dikembangkan, namun mengingat tugas khusus mereka yakni sebagai pelayan Sabda, maka para katekis juga perlu dibina secara khusus pula.

Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-bangsa (CEP, 1997:43) dengan mengutip kata-kata St. Yohanes Paulus II menegaskan bahwa pembinaan katekis harus sesuai dengan kebutuhan zaman, dan sudah menjadi keharusan untuk memberi didikan dan pembinaan kepada para katekis agar mereka dapat menjadi tenaga pelayan yang berkualitas dan visioner.

Pada bagian ini penulis memberi perhatian khusus di Paroki St. Francis

Xavirius Keuskupan Keningau karena, merupakan paroki asal penulis dan sebagai upaya mendampingi dan membina para katekis yang mengalami hambatan menghayati panggilan mereka disebabkan adanya banyak tantangan pelayanan terutama arus perubahan zaman.

Pentingnya pembinaan dan pendidikan bagi katekis merupakan keprihatinan Paroki St. Francis Xaverius Keuskupan Keningau. Jumlah umat yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143

semakin bertambah tidak diiringi dengan pertambahan tenaga pelayan tertahbis sehingga tenaga katekis sangat dibutuhkan. Situasi paroki yang memiliki banyak stasi dan jarak yang jauh menjadi kendala bagi pelayanan para Romo. Pastor yang ada tidak mencukupi kebutuhan pelayanan. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan pelayanan, Paroki St. Francis Xaverius telah berkomitmen dalam mendidik dan membina para katekis dengan ditubuhkannya Pusat Pelatihan

Katekis (PPK).

Berdasarkan pengalaman pribadi penulis, banyak hal berkaitan dengan katekis di zaman sekarang perlu diperhatikan oleh Paroki St. Francis Xaverius.

Pertama, semakin hari semakin banyak yang tertarik untuk menjadi katekis. Hal ini merupakan peluang terbaik bagi paroki untuk menyiapkan para pelayan umat yang berkompeten dalam melayani serta menanggapi persoalan hidup umat.

Kedua, jumlah umat yang semakin banyak diiringi semakin banyak pula kebutuhan terutama kebutuhan pelayanan rohani sedangkan jumlah pelayan tidak mencukupi. Ketiga, pengetahuan iman umat secara umum masih minim.

Kurangnya pengetahuan iman umat menyebabkan mereka mudah terpengaruh oleh dalil-dalil yang menentang iman Kristiani. Keempat, adanya tantangan arus besar perkembangan zaman. Tantangan ini jelas dapat mempengaruhi perkembangan iman umat. Karena itu, paroki tidak bisa mengabaikan atau melihat sebelah mata terhadap tanda-tanda zaman. Seiring dengan banyaknya tantangan pelayanan yang dihadapi, semangat pelayanan para katekis pun mengalami kemunduran, kualitas pelayanan turut berkurang sehingga pelayanan cenderung hanya sebatas pelaksanaan tugas tanpa ada penghayatan. Hal ini sangat perlu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

144

ditanggapi secara serius dan bijaksana oleh paroki dalam mendampingi dan membina katekis.

Persoalan lain yang harus diperhatikan adalah, pergulatan katekis tentang identitas, sosok, tugas dan peran mereka. Maka menjadi sangat penting dan mendesak diadakan usaha-usaha pembinaan dan pendampingan para katekis agar tetap bersemangat dalam melaksanakan pelayanan di tengah sulit dan rumitnya tantangan yang dihadapi. Pusat Pelatihan Katekis (PPK) Paroki St. Francis

Xaverius Keuskupan Keningau dalam usaha membekali dan membina para katekis melaksanakan tiga tahap pembinaan para katekis. Tahap pertama lebih kepada pengenalan dan penggalian spiritualitas katekis, tahap kedua lebih kepada pendalaman teori atau materi serta praksisnya, dan tahap ketiga lebih kepada memotivasi dan menyemangati serta menyegarkan dan meningkatkan semangat pelayanan para katekis.

Pembinaan tahap ketiga tersebut sebaiknya mendapat perhatian yang khusus demi perkembangan pelayanan katekis. Setelah mendapat pendidikan dan pembinaan dalam hal teori dan praksisnya di tahap sebelumnya, tahap ketiga ini dinilai penting bagi peningkatan dan pengembangan penghayatan pelayanan.

Salah satu kepentingannya adalah untuk mengkontekstualisasikan semangat pelayanan katekis dalam situasi dan keadaan umat dari masa ke masa, terutama dalam kancah menghadapi dan menanggapi dampak arus perkembangan zaman.

Tahap ketiga ini juga mencakup semacam evaluasi bagi pelayanan katekis. Segala kelemahan dan kekurangan diharapkan dapat diatasi. Ini berarti dibutuhkan suatu program yang dapat membantu katekis dalam melihat secara keseluruhan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145

mendalam ke dalam diri dan pelayanannya. Maka dari itu, penulis mengupayakan program retret bagi pengembangan dan peningkatan semangat pelayanan katekis.

2. Pengertian Retret

Retret dalam praktek mendapat interpretasi banyak makna. Dari katanya sendiri berarti mengundurkan diri untuk meninjau hidup rohaninya, menata manakah yang perlu ditata, menemukan diri sendiri dalam hubungan dengan

Allah, Yesus Kristus dan Gereja-Nya. Retret juga disebut kesempatan untuk

“mesra” dengan sumber kehidupan, dengan lingkungan hidup iman dan dengan sesama. Tujuannya adalah, agar peserta berani berhadapan dengan diri dengan

Allah, Yesus Kristus dan gereja-Nya yang konkrit; itu berarti bahwa peserta retret diajak mengenangkan kembali masa lampaunya dalam iman, tetapi sekaligus juga masa depannya sebagai orang beriman (Darminta, 1982: 175).

Berdasarkan pengertian tersebut, retret juga dipahami sebagai kesempatan penyegaran rohani untuk hidup lebih dekat dengan Kristus. Sebagai kesempatan penyegaran rohani katekis dilatih agar lebih mawas diri serta meneliti dan memperbaiki hubungan dengan Kristus. Dalam pengertian khusus retret adalah kesempatan untuk merenungkan dan membahas kembali panggilan hidup dengan tujuan mengarahkan dan mengatur kembali agar semakin mampu menghayatinya.

Karena itu retret juga dapat disebut sebagai kesempatan memperdalam dan mempererat persahabatan dengan Kristus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146

3. Alasan Diadakan Program Retret

Katekis adalah seorang pelayan yang selalu berkomunikasi dengan Yesus

Kristus, dengan Gereja, dengan alam ciptaan, dengan sesama dan dengan diri sendiri. Dalam usaha melayani umat, katekis mengalami banyak pengalaman suka dan duka, mengalami banyak tantangan yang menghambat dan mempersulit pelayanan. Tidak jarang pula katekis mengalami keputusasaan akibat dari sulit dan beratnya konsekuensi menjadi pelayan. Selain itu katekis juga melayani umat yang hidup dengan pelbagai macam budaya, kebiasaan, pekerjaan, masalah sosial dan ekonomi, serta melayani umat yang hidup dalam pengaruh arus perkembangan zaman.

Di tengah banyaknya persoalan tersebut, menjadi pertanyaan apakah katekis masih bersemangat untuk menjadi seorang pelayan? Sementara Gereja mengharapkan adanya para katekis yang unggul dan profesional dalam melayani umat. Sebagai seorang pelayan, katekis bukanlah pribadi biasa tetapi ada tuntutan- tuntutan yang harus dipenuhi atau dimiliki. Katekis sejati adalah katekis yang melayani dengan sepenuh hati dalam kedewasaan manusia dan rohani.

Paroki dalam usaha mengembangkan dan meningkatkan semangat pelayanan para katekis harus sadar bahwa dinamika pengembangan diri sebagai katekis itu terjadi dari dalam diri para katekis sendiri. Maka paroki tidak lebih dari sebagai fasilitator yang mengarahkan dan mendampingi katekis agar semakin lebih baik dalam melayani. Maka waktu retret adalah kesempatan terbaik bagi para katekis untuk melihat dan menata kembali perjalanan hidupnya sebagai pelayan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

147

Melalui kegiatan retret, katekis dapat mendalami dan menyelami dirinya sehingga segala kelemahan dan kekurangan diketahui. Kesadaran akan kekurangan dan kelemahan diri akan mengarahkan katekis kepada usaha memperbaiki diri agar dapat melayani lebih baik lagi. Retret juga membuka peluang terbaik bagi katekis untuk memperdalam penghayatan panggilan hidupnya sebagai katekis. Selain itu retret juga menjadi kesempatan bagi katekis untuk menata kepribadiannya dalam berelasi dengan Allah (Sang Pencipta), dengan Putera-Nya Yesus Kristus, dengan sesama dan masyarakat, dengan alam ciptaan, dan dengan dirinya serta tugasnya sebagai pelayan. Melalui retret katekis akan mengalami penyegaran rohani sehingga semakin bersemangat untuk melayani. Selain itu, melalui retret katekis juga akan mendapat kekuatan dan inspirasi baru untuk menghadapi dan menanggapi tantangan pelayanan dengan harapan para katekis semakin dapat menghayat panggilannya sebagai pelayan.

4. Tujuan diadakan Retret

Berdasarkan latar belakang situasi dan alasan pemilihan program, tujuan diadakannya program retret ini adalah seperti berikut: a. Memberi ruang khusus secara terbimbing kepada para katekis untuk

merenungkan dan membahas panggilan hidupnya sebagai katekis, dengan

harapan agar peserta semakin bersemangat untuk melayani umat. b. Memberi kesempatan kepada para katekis untuk memperdalam dan

mempererat relasinya dengan Kristus Sang Katekis Utama dan relasi dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

148

dirinya sendiri sebagai katekis agar semakin diteguhkan dalam iman, harapan

dan kasih. c. Memberi kesempatan kepada para katekis untuk memahami dan mendalami

arti dan makna pelayanan agar semakin dapat menghayati panggilan sebagai

pelayan. d. Memberi ruang kepada katekis untuk melihat dan menelusuri kelebihan diri

yang belum dikembangkan dan mencari jalan penyelesaian dengan menimba

inspirasi dari tokoh St. Yohanes Paulus II agar semakin dapat menghayati

panggilannya. e. Memberi ruang kepada katekis untuk menata masa depan pelayanannya agar

semakin teguh, tangguh, dan tanggap terhadap tantangan-tantangan pelayanan,

dengan harapan katekis semakin berani berhadapan dengan kenyataan dunia

serta semakin bersemangat dalam melayani umat.

Kecuali tujuan tersebut, pengadaan program ini juga bertujuan untuk memenuhi dan menindaklanjuti program yang sudah direncanakan oleh Pusat

Pelatihan Katekis (PPK) dalam usaha meningkatkan pelayanan para katekis.

Program ini menjadi usulan yang perlu dipertimbangkan untuk digunakan dalam usaha membina dan mendidik para katekis di tahap ketiga. Tujuan yang terakhir adalah untuk menambah variasi metode pembinaan dan pendampingan para katekis di Paroki St. Francis Xaverius Keuskupan Keningau.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

149

5. Gambaran Pelaksanaan Program Retret

Program retret ini akan dilaksanakan di Rumah Retret Keuskupan

Keningau Tuarid Tatal (RRKKT), yang beralamat P.O. Box 256, 89008

Keningau, Sabah. Program retret direncanakan akan dilaksanakan pada 25 – 27

November 2016 dengan jumlah peserta 40 orang yakni para katekis Paroki St.

Francis Xaverius. Kontribusi mengikuti retret ditetapkan Rp100,000.00 setiap peserta. Peserta akan dibagi menjadi delapan kelompok yaitu masing-masing kelompok terdiri dari lima orang. Selama retret para peserta akan didampingi oleh ketua Pusat Pelatihan Katekis (PPK) Paroki St. Francis Xaverius Keuskupan

Keningau. Program retret ini akan diorganisasikan oleh staf Pusat Pelatihan

Katekis (PPK) dan persatuan katekis Paroki St. Francis Xaverius dengan kerjasama staf Rumah Retret Keuskupan Keningau Tuarid Tatal.

6. Pemilihan Materi

Dalam mempersiapkan suatu kegiatan retret, perlu diketahui siapa pesertanya, latar belakang peserta, kebutuhan serta permasalahan peserta. Dalam program retret yang diusulkan oleh penulis, pesertanya adalah katekis yang sudah berkecimpung dalam dunia pelayanan sebagai katekis. Namun menghadapi kesulitan dalam menghayati panggilannya sebagai katekis karena berhadapan dengan pelbagai tantangan pelayanan baik itu dari dirinya sendiri, dari umat, maupun dari situasi zaman. Maka berikut adalah materi sebagai usulan program retret:

Tema : St. Yohanes Paulus II sumber inspirasi dan teladan para PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

150

katekis dalam melayani.

Tujuan umum : Membantu dan memfasilitasi para katekis agar dapat menghayati

panggilannya sebagai pelayan dengan menimba inspirasi dari St.

Yohanes Paulus II sehingga semakin bersemangat untuk melayani

umat.

Untuk mencapai tujuan program di atas, berikut adalah usulan materi selama pelaksanaan program retret.

Materi 1 : Sosok St. Yohanes Paulus II

Tujuan khusus 1 : Mengenal sosok St. Yohanes Paulus II sebagai sumber

inspirasi dan teladan dalam melayani agar katekis semakin

menyadari identitas dan tugasnya sebagai pelayan.

Materi 2 : Kisah panggilan St. Yohanes Paulus II menjadi pelayan

Tujuan Khusus 2 : Membantu peserta melihat kembali sejauh mana sudah

menghayati panggilannya sebagai seorang pelayan supaya

semakin terinspirasi untuk lebih menghayati lagi

panggilannya.

Materi 3 : Arti dan makna pelayanan bagi St. Yohanes Paulus II

Tujuan khusus 3 : Membantu peserta memahami serta mendalami arti dan

makna pelayanan agar semakin dapat menghayati

panggilan sebagai pelayan.

Materi 4 : Keunggulan St. Yohanes Paulus II

Tujuan khusus 4 : Membantu peserta menemukan kelebihan diri yang belum

dikembangkan dan menimba inspirasi dari keunggulan St. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

151

Yohanes Paulus II untuk mengembangkannya agar

semakin unggul dan bersemangat dalam melayani.

Materi 5 : Tantangan pelayanan zaman sekarang

Tujuan khusus 5 : Membantu katekis menyadari dan memahami tantangan

pelayanan dewasa ini serta menyemangati katekis agar

semakin teguh, tangguh dan tanggap terhadap arus

perubahan zaman sehingga semakin mampu menghayati

panggilannya sebagai pelayan.

Materi 6 : Spiritualitas pelayanan St. Yohanes Paulus II

Tujuan khusus 6 : Menyemangati dan meningkatkan optimisme katekis

dalam pelayanan dengan menimba inspirasi dari St.

Yohanes Paulus II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

152

7. Matriks Usulan Materi Program Retret

USULAN PROGRAM RETRET

Tema : St. Yohanes Paulus II sumber inspirasi dan teladan para katekis dalam melayani.

Tujuan : Membantu dan memfasilitasi para katekis agar dapat menghayati panggilannya sebagai pelayan dengan menimba

inspirasi dari St. Yohanes Paulus II sehingga semakin bersemangat untuk melayani umat.

No. Waktu Judul Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan (Menit) Pertemuan HARI PERTAMA 1 60 SESI I Agar peserta mengenal Perkenalan antar Dialog lcd, laptop, Naskah persiapan retret Pengantar pendamping retret dan peserta dan interaktif, viewer, dan sesama peserta. pendamping. Ceramah, meja, sound perkenalan Membantu peserta Tujuan retret. Tanya system, memahami tujuan retret Aturan selama Jawab kamera dan aturan selama retret. retret. Tugas Mengatur pembagian ibadat kelompok PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

153

tugas ibadat 2 90 SESI II Mengenal sosok St. 1. Sosok St. Nonton, laptop, lcd, 1. https://www.Youtube.com/watch?v= Sosok St. Yohanes Paulus II Yohanes Paulus membaca meja, ktBODoG-Hsg. Yohanes sebagai sumber inspirasi II , refleksi, lembaran 2. CEP.(1997). PUK Yogyakarta: Paulus II dan teladan dalam 2. Identitas dan tanya materi, Kanisius melayani agar katekis sosok katekis. jawab, sound 3. Anthony Christie. (2014). 9 Paus semakin menyadari 3. Tugas dan peran sharing system, Tersohor Sepanjang Masa. identitas dan tugasnya katekis. kamera Yogyakarta: Charissa Publisher. sebagai katekis. 4. Dziwisz Stanislaw. (2010). Lebih Jauh Bersama Karol Wojtyla. Malang: Dioma HARI KEDUA 3 90 SESI III Membantu peserta 1. Kisah panggilan Membaca Alat tulis, 1. Anthony Christie. (2014). 9 Paus Kisah melihat kembali sejauh St. Yohanes ,Refleksi, kertas hvs, Tersohor Sepanjang Masa. panggilan mana sudah menghayati Paulus II sharing, lcd, laptop, Yogyakarta: Charissa Publisher. St. panggilannya sebagai 2. Kisah Pelayanan dialog, viewer, 2. Dziwisz Stanislaw. (2010). Yohanes seorang pelayan supaya St. Yohanes meditasi meja, sound Lebih Jauh Bersama Karol Paulus II semakin terinspirasi Paulus II system, Wojtyla. Malang: Dioma PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

154

menjadi untuk lebih menghayati kamera pelayan lagi panggilannya. 4 120 SESI IV Membantu peserta 1. Arti dan makna Membaca Laptop, 1. Pengalaman peserta Arti dan memahami serta pelayanan ,refleksi, meja, kursi, 2. Dziwisz Stanislaw, Drazek Czeslaw, makna mendalami arti dan menurut St. sharing, sound Buzzonetti Renato, Comastri pelayanan makna pelayanan agar Yohanes Paulus Kontempl system, Angelo. (2010). Izinkan Aku Pulang bagi St. semakin dapat II asi kamera, Ke Rumah Bapa. Malang : Dioma. Yohanes menghayati panggilan 2. Pengalaman naskah 3. Dziwisz Stanislaw. (2010). Paulus II sebagai pelayan. peserta dalam lembar Lebih Jauh Bersama Karol melayani. materi. Wojtyla. Malang: Dioma 5 120 SESI V Membantu peserta 1. Keunggulan St. Refleksi, Alat dan 1. Anthony Christie. (2014). 9 Paus Keunggulan menemukan kelebihan Yohanes Paulus sharing, buku tulis, Tersohor Sepanjang Masa. St. Yohanes diri yang belum II presentasi kursi, meja, Yogyakarta: Charissa Publisher. Paulus II dikembangkan dan 2. Keunggulan , diskusi, kamera 2. Dziwisz Stanislaw, Drazek Czeslaw, menimba inspirasi dari peserta yang refleksi Buzzonetti Renato, Comastri keunggulan St. Yohanes belum bersama Angelo. (2010). Izinkan Aku Pulang Paulus II untuk dikembangkan Ke Rumah Bapa. Malang : Dioma. mengembangkannya 3. Dziwisz Stanislaw. (2010). Lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

155

agar semakin unggul dan Jauh Bersama Karol Wojtyla. bersemangat dalam Malang: Dioma melayani. 4. Tono Suratman. (2014). Santo Yohanes Paulus II Mencium Bumi Indonesia. Yogyakarta: Kanisius 6 90 SESI VII Membantu katekis Tantangan- Inkuiri, Laptop, lcd, Dewan Karya Pastoral KAS. (2014). Tantangan menyadari dan tantangan dialog, viewer, alat Direktorium Formatio Iman, pelayanan memahami tantangan pelayanan dewasa refleksi, dan buku Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh zaman pelayanan dewasa ini ini yakni arus haring tulis dan Misioner Sejak Dini Sampai sekarang serta menyemangati perubahan zaman. Mati. Semarang: Keuskupan Agung mereka agar semakin Semarang. teguh, tangguh dan tanggap terhadap arus perubahan zaman sehingga semakin mampu menghayati panggilannya sebagai pelayan. 7 90 SESI VII Menyemangati dan Spiritualitas Nonton, Laptop, 1. Dziwisz Stanislaw. (2010). Lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

156

Spiritualitas meningkatkan optimisme pelayanan St. membaca film, lcd, Jauh Bersama Karol Wojtyla. pelayanan katekis dalam pelayanan Yohanes Paulus II , refleksi, viewer, alat Malang: Dioma St. Yohanes dengan menimba Film Bapa Suci sharing dan buku 2. Dziwisz Stanislaw, Drazek Czeslaw, Paulus II inspirasi dari sang Yohanes Paulus II tulis, Buzzonetti Renato, Comastri Angelo. misionaris agung (2010). Izinkan Aku Pulang Ke Rumah Bapa. Malang : Dioma. 3. Komisi Komkas KAJ. Film Bapa Suci Yohanes Paulus II HARI KETIGA 8 90 SESI VIII Membantu katekis 1. Harapan Gereja Refleksi, Alat dan 1. Dewan Karya Pastoral KAS. (2014). Aku diutus merancang dan menata dari Katekis. sharing, buku tulis, FI. untuk peningkatan penghayatan 2. Impian katekis mengisi lembar 2. CEP.(1997). PUK. Yogyakarta: melayani pelayanan ke depannya sebagai pelayan. lembaran evaluasi Kanisius dengan (Aksi dan tindak lanjut) evaluasi sepenuh hati PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

157

8. Contoh Persiapan Program Retret untuk Meningkatan Semangat Pelayanan Para Katekis di Paroki Santo Francis Xaverius Keuskupan Keningau

RETRET KATEKIS

Rumah Retret : Rumah Retret Keuskupan Keningau Tuarid Tatal

Tanggal/Bulan/Tahun : 25 – 27 /11/ 2016

A. Konsep Dasar

Tema : St. Yohanes Paulus II sumber inspirasi dan

teladan para katekis dalam melayani.

Tujuan : Membantu dan memfasilitasi para katekis agar dapat

menghayati panggilannya sebagai pelayan dengan

menimba inspirasi dari St. Yohanes Paulus II sehingga

semakin bersemangat untuk melayani umat.

B. Dinamika (Jadwal kegiatan )

Hari Pertama (25 November 2016)

14.00 – 14.15 : Peserta tiba di rumah retret

14.15 – 15.00 : Pembagian kamar oleh petugas rumah retret

15.00 – 16.00 : Persiapan pribadi

16.00 – 16.30 : Minum dan snack

16.30 – 17.30 : Sesi I : Pengantar dan perkenalan

17.30 – 18.30 : Ibadat pembukaan retret

18.30 – 19.30 : Makan Malam

19.30 – 21.00 : Sesi II : Sosok St. Yohanes Paulus II PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

158

21.00 – 21.30 : Refleksi pribadi

21.30 – 22.00 : Ibadat malam

22.00 : Istirahat (Silentium Magnum)

Hari Kedua (26 November 2016)

06.00 – 06.30 : Ibadat Pagi

06.30 – 07.30 : Persiapan pribadi

07.30 – 08.00 : Sarapan

08.00 – 09.00 : Sesi III : Kisah panggilan St. Yohanes Paulus II

menjadi pelayan

09.00 – 10.00 : Waktu pribadi (meditasi memperdalam makna

panggilan menjadi katekis)

10.00 – 10.30 : Minum dan snack

10.30 – 12.00 : Sesi IV: Arti dan makna pelayanan bagi St.

Yohanes Paulus II

12.00 – 13.00 : Makan Siang

13.00 – 14.00 : Kontemplasi (Silentium Magnum)

14.00 – 15.30 : Sesi V: Keunggulan St. Yohanes Paulus II

15.30 – 16.00 : Refleksi bersama

16.00 – 16.30 : Minum dan snack

16.30 – 18.00 : Sesi VI : Tantangan pelayanan zaman sekarang

18.00 – 19.00 : Waktu pribadi (Silentium Magnum)

19.00 – 19.30 : Makan malam

19.30 – 21.00 : Sesi VII : Spiritualitas pelayanan St. Yohanes PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

159

Paulus II

21.00 – 22.00 : Sharing

22.00 – 22.30 : Ibadat malam

22.30 : Istirahat malam

Hari Ketiga (27 November 2016)

06.00 – 06.30 : Doa pagi menikmati alam

06.30 – 07.30 : Persiapan pribadi

07.30 – 08.00 : Sarapan

08.00 – 09.30 : Sesi VIII : Aku diutus untuk melayani dengan

sepenuh hati

09.30 – 10.00 : Minum dan snack

10.00 – 11.00 : Evaluasi dan refleksi bersama

11.00 – 11.15 : Persiapan Misa penutup retret

11.15 – 13.00 : Misa penutup

13.00 – 13.30 : Makan siang

13.30 – 14.00 : Persiapan dan pulang

C. LANGKAH-LANGKAH DINAMIKA RETRET

I. Hari Pertama (25.11.2016)

14.00 – 14.15 : Peserta tiba di rumah retret

 Peserta retret tiba di rumah retret dan disambut oleh pendamping retret.

14.15 – 15.00 : Pembagian kamar oleh petugas rumah retret PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

160

 Petugas rumah retret mengarahkan peserta untuk mengambil kunci kamar

sesuai pembagian kamar.

15.00 – 16.00 : Persiapan pribadi

 Peserta menyiapkan diri.

16.00 – 16.30 : Minum dan snack

 Peserta dan pendamping bersama-sama menuju ruang makan untuk.

 menikmati snack dan minum yang telah disediakan.

16.30 – 17.30 : Sesi I : Pengantar dan Perkenalan

a. Tujuan :

 Peserta mengerti maksud, tema, tujuan, kegiatan dan tata tertib retret.

 Peserta menjadi akrab satu sama lain.

 Peserta dapat membentuk kelompok untuk sharing.

 Peserta siap untuk menghadap Tuhan, dan mampu membuka diri

mengalami kehadiran Allah selama retret.

b. Langkah I :

- Pendamping menyapa peserta dan memperkenalkan diri kemudian

pendamping mengajak peserta untuk memperkenalkan diri secara

bebas.

- Pendamping dan peserta saling memberi salam hangat dan

persaudaraan antara satu sama lain.

- Pendamping mengajak peserta untuk menentukan koordinator umum

peserta retret.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

161

c. Langkah II :

- Pendamping mengajak peserta untuk memahami maksud, tema, tujuan,

kegiatan dan tata tertib retret.

- Pendamping mempersilakan peserta yang ingin bertanya, dan bersama

peserta membuat kesepakatan untuk beberapa hal praksis sesuai situasi

dan kebutuhan peserta.

d. Langkah III :

- Pendamping mengarahkan peserta untuk membentuk kelompok

diskusi, refleksi dan sharing yang permanen selama retret, masing-

masing kelompok ditentukan ketuanya.

- Pendamping mengajak peserta untuk membagikan tugas ibadat dan

tugas-tugas lainnya selama retret.

- pendamping bersama kelompok yang bertugas ibadat pembukaan retret

menyiapkan tempat dan acara ibadat sesuai tema dan tujuan retret.

17.30 – 18.30 : Ibadat Pembukaan Retret

 Semua peserta dan pendamping bersama-sama mengikuti ibadat

pembukaan retret sesuai persiapan kelompok yang bertugas.

18.30 – 19.30 : Makan Malam

 Peserta diarahkan untuk menuju ke ruang makan sesuai aturan dan

kesepakatan.

 Kelompok yang sudah ditunjuk memimpin doa makan.

19.30 – 21.00 : Sesi II : Sosok St. Yohanes Paulus II a. Tujuan : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

162

 Mengenal sosok St. Yohanes Paulus II sebagai sumber inspirasi dan

teladan dalam melayani agar katekis semakin menyadari identitas dan

tugasnya sebagai katekis. b. Langkah I :

- Pendamping memberikan pengantar rangkaian sesi II sambil menyiapkan

video singkat tenteng St. Yohanes Paulus II.

- Peserta diajak untuk mencermati video singkat tentang St. Yohanes Paulus

II. c. Langkah II :

- Peserta melaksanakan permenungan mengenai sosok St. Yohanes Paulus

II berdasarkan video yang sudah ditonton.

- Pendamping mempersilakan peserta yang ingin bertanya. d. Langkah III :

- Pendamping mengajak dan mengarahkan peserta untuk merefleksikan

tentang identitas, sosok, tugas dan peran yang selama ini dihayatinya

sebagai katekis.

- Sharing hasil refleksi antar peserta.

21.00 – 21.30 : Refleksi pribadi

 Peserta dalam suasana hening melakukan refleksi pribadi dengan bebas

memilih tempat.

21.30 – 22.00 : Ibadat malam

 Semua peserta bersama pendamping mengikuti ibadat malam sesuai

persiapan kelompok yang bertugas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

163

22.00 : Istirahat (Silentium Magnum)

 Kelompok boleh melakukan persiapan tugas namun harus menjaga

keheningan.

 Semua peserta harus saling menghormati dan menghargai terutama

terhadap peserta yang ingin berkonsentrasi bersama Tuhan dalam

keheningan.

II. Hari Kedua (26.11.2016)

06.00 – 06.30 : Ibadat Pagi

 Semua peserta dan pendamping mengikuti ibadat pagi sesuai persiapan

kelompok yang bertugas.

 Koordinator umum memastikan agar semua peserta mengikuti ibadat pagi.

06.30 – 07.30 : Persiapan pribadi

 Peserta dan pendamping mempersiapkan diri.

07.30 – 08.00 : Sarapan

 Pendamping dan peserta menikmati sarapan bersama-sama.

 Kelompok yang bertugas memimpin doa makan.

08.00 – 09.00 : Sesi III : Kisah panggilan St. Yohanes Paulus II menjadi

pelayan a. Tujuan :

 Membantu peserta melihat kembali sejauh mana sudah menghayati

panggilannya sebagai seorang pelayan supaya semakin terinspirasi untuk

lebih menghayati lagi panggilannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

164

b. Langkah I :

- Pendamping membagikan lembar bahan permenungkan kepada peserta

- Pendamping mengajak peserta untuk melakukan refleksi kisah panggilan

St. Yohanes Paulus II menjadi pelayan. c. Langkah II :

- Dalam kelompok kecil yang sudah ditentukan, peserta saling berbagi hasil

refleksi terhadap kisah panggilan St. Yohanes Paulus II. d. Langkah III :

- Pendamping meminta perwakilan dari setiap kelompok kecil untuk

menyampaikan hasil sharing dalam kelompok besar.

- pendamping memberi pengantar dan mengarahkan peserta untuk

memperdalam arti dan makna panggilan dengan bermeditasi.

09.00 – 10.00 : Waktu pribadi (meditasi memperdalam makna pelayanan)

 Peserta melakukan meditasi dengan model focusing dan centering untuk

memperdalam arti dan makna panggilannya sebagai pelayan.

10.00 – 10.30 : Minum dan snack

 Pendamping dan peserta menikmati bersama minum dan snack dalam

suasana hening.

 Kelompok yang bertugas memimpin doa makan.

10.30 – 12.00 : Sesi IV: Arti dan makna pelayanan bagi St. Yohanes Paulus II a. Tujuan :

 Membantu peserta memahami serta mendalami arti dan makna pelayanan

agar semakin dapat menghayati panggilan sebagai pelayan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

165

b. Langkah I :

- Pendamping membagikan kepada peserta lebar bahan permenungan.

- Pendamping memberi pengantar kepada peserta untuk melihat dan

merenungkan kembali pengalaman melayani sebagai katekis. c. Langkah II :

- Berdasarkan bahan permenungan yang sudah dibagikan (arti dan makna

pelayanan bagi St. Yohanes Paulus II) peserta secara pribadi merenungkan

dan merefleksikan pengalaman melayani berdasarkan pertanyaan yang

sudah disiapkan. d. Langkah III :

- Setelah merenung dan merefleksikan arti dan makna pelayanan, peserta

berkumpul dalam kelompok kecil dan untuk saling berbagi pengalaman

dan hasil refleksinya.

- Setiap anggota kelompok mengambil buah-buah refleksi dari anggota lain

untuk memperkaya dan meneguhkan diri masing-masing.

- Setiap kelompok menyiapkan perwakilan untuk sharing pleno. e. Langkah IV :

- Pendamping mempersilahkan perwakilan dari setiap kelompok untuk

sharing pengalaman pelayanannya dan buah-buah dari refleksi pribadi dan

shraing kelompok untuk saling memperkaya antar peserta.

- pendamping memberi pengarahan kepada peserta tentang waktu pribadi

bersama Tuhan setelah makan siang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

166

12.00 – 13.00 : Makan Siang

 Pendamping dan peserta menuju ke ruang makan dan menikmati hidangan

siang bersama-sama.

 Kelompok yang bertugas memimpin doa makan.

13.00 – 14.00 : Kontemplasi memperolehi kekuatan untuk melayani

 Masing-masing peserta mencari tempat yang nyaman dan kondusif untuk

hening bersama Tuhan.

 Fokus kontemplasi adalah pribadi peserta sebagai katekis yang melayani

Yesus Kristus berdasarkan teks Injil Matius 15:32-39 tentang “Yesus

memberi makan empat ribu orang”.

14.00 – 15.30 : Sesi V: Keunggulan St. Yohanes Paulus II a. Tujuan :

 Membantu peserta menemukan kelebihan diri yang belum dikembangkan

dan menimba inspirasi dari keunggulan St. Yohanes Paulus II untuk

mengembangkannya agar semakin unggul dan bersemangat dalam melayani. b. Langkah I :

- Pendamping memberi pengantar kepada peserta untuk menemukan

kelebihan diri yang belum dikembangkan. c. Langkah II :

- Di dalam kelompok kecil yang sudah ditentukan peserta berdiskusi untuk

menemukan keunggulan St. Yohanes Paulus II secara bersama-sama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

167

- Dalam kelompok kecil, peserta kemudian mendiskusikan mendiskusikan

usaha-usaha untuk mengembangkan kelebihan yang dimiliki dengan cara

belajar dari St. Yohanes Paulus II.

- Hasil diskusi ditulis dengan jelas atas kertas untuk dipresentasikan dalam

kelompok besar. d. Langkah III :

- Pendamping mengajak semua peserta untuk sama-sama mendengarkan

dengan saksama presentasi dari setiap kelompok.

- Pendamping mempersilakan kelompok yang sukarela maju pertama dan

kemudian kelompok yang maju menunjuk kelompok lain yang akan maju

selanjutnya.

15.30 – 16.00 : Refleksi bersama

 Pendamping mengajak peserta untuk mendiskusikan secara bersama

usaha-usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan serta

kemampuan katekis dalam melayani.

 Pendamping menayangkan pertanyaan refleksi bersama dan mengetikkan

hasil refleksi.

16.00 – 16.30 : Minum dan snack

 Pendamping dan peserta menikmati minum dan snack bersama-sama di

ruang makan.

 Kelompok yang bertugas memimpin doa.

16.30 – 18.00 : Sesi VI : Tantangan pelayanan zaman sekarang a. Tujuan : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

168

 Menyadari dan memahami tantangan pelayanan dewasa ini.

 Menyemangati katekis agar semakin teguh, tangguh dan tanggap

terhadap arus perubahan zaman sehingga semakin mampu menghayati

panggilan sebagai pelayan. b. Langkah I :

- Pendamping mengajak peserta mencari dan menemukan tantangan-

tantangan pelayanan zaman sekarang.

- Peserta bebas menggunakan metode apapun namun tetap menjaga

keheningan. c. Langkah II :

- Pendamping mempersilakan peserta untuk mengungkapkan tantangan-

tantangan pelayanan zaman sekarang yang sudah ditemukan.

- Tantangan pelayanan yang sudah ditemukan oleh peserta diketikan dan

ditayangkan agar semua peserta dapat mencermatinya. d. Langkah III :

- Setelah tantangan-tantangan pelayanan dirumuskan pendamping mengajak

peserta untuk mendiskusikan secara cermat setiap tantangan pelayanan

yang ada.

- Dari hasil diskusi, peserta bersama pendamping merumuskan cara-cara

menghadapi tantangan-tantangan pelayanan yang ada.

18.00 – 19.00 : Waktu Pribadi (Silentium Magnum)

 Fokus peserta adalah menimba kekuatan agar semakin teguh, tangguh dan

tanggap terhadap tantangan-tantangan pelayanan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

169

 Peserta yang membutuhkan bimbingan pribadi boleh bertemu dengan

pendamping.

19.00 – 19.30 : Makan Malam

 Koordinator umum mengingatkan peserta untuk menikmati hidangan

malam.

 Tidak harus bersama namun tetap menjaga keheningan.

19.30 – 21.00 : Sesi VI : Spiritualitas St. Yohanes Paulus II a. Tujuan :

 Menyemangati dan meneguhkan hati peserta dalam pelayanan dengan

menimba inspirasi dari St. Yohanes Paulus II. b. Langkah I :

- Pendamping membagikan lembaran kertas yang berisi spiritualitas

pelayanan St. Yohanes Paulus II.

- Pendamping mengajak peserta untuk mencermati cuplikan film tentang St.

Yohanes Paulus II. c. Langkah II :

- Pendamping mengarahkan seluruh peserta untuk menemukan inspirasi

pelayanan bagi dirinya berdasarkan cuplikan film yang sudah ditonton,

dengan membaca dan merefleksikan spiritualitas pelayanan St. Yohanes

Paulus II. d. Langkah III :

- Pendamping mempersilakan beberapa peserta untuk membagikan inspirasi

pelayanan yang diperolehnya dari St. Yohanes Paulus II. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

170

21.00 – 22.00 : Sharing

 Pendamping mengajak seluruh peserta untuk melihat kembali perjalanan

retret dari kemarin dan menuliskan buah-buah rohani yang telah diperoleh.

 Peserta saling berbagi buah-buah rohani dan inspirasi pelayanan yang

diperoleh selama retret agar semakin diperkaya dan diteguhkan sehingga

semakin bersemangat untuk melayani.

22.00 – 22.30 : Ibadat Malam

 Kelompok yang bertugas mengajak seluruh peserta untuk mengikuti ibadat

malam sesuai persiapan kelompok yang bersangkutan.

22.30 : Istirahat Malam

 Pendamping dan peserta istirahat malam.

 Koordinator umum memastikan agar tidak ada yang berbuat bising.

III. Hari Ketiga (27.11.2016)

06.00 – 06.30 : Doa pagi

 Koordinator umum mengajak semua peserta dan pendamping agar

mengikuti doa pagi yang dipimpin oleh kelompok yang bertugas.

06.30 – 07.30 : Persiapan Pribadi

 Koordinator umum mempersilakan semua peserta untuk mempersiapkan

dirinya.

07.30 – 08.00 : Sarapan

 Pendamping dan peserta menikmati sarapan bersama-sama.

 Kelompok yang bertugas memimpin doa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

171

08.00 – 09.30 : Sesi VII : Aku diutus untuk melayani dengan sepenuh hati a. Tujuan :

 Peserta merancang atau membuat suatu aksi konkrit untuk meningkatkan

semangat dan penghayatan panggilannya sebagai pelayan. b. Langkah I :

- Pendamping mengajak dan mendampingi peserta agar dapat membuat aksi

nyata yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan semangat dan

penghayatan panggilan sebagai pelayan. c. Langkah II :

- Pendamping memberi waktu kepada peserta untuk memikirkan dan

merenungkan aksi nyata yang akan dilaksanakan. d. Langkah III :

- Dalam kelompok kecil peserta saling berbagi niat konkritnya agar semakin

diteguhkan dan diperkaya antara satu sama lain.

- Setiap peserta menuliskan dengan jelas niat konkritnya pada lembaran

kertas dengan ukuran kecil yang akan didoakan saat doa umat pada misa

penutupan retret.

09.30 – 10.00 : Minum dan snack

 Pendamping dan peserta menuju ruang makan untuk minum dan snack.

10.00 – 11.00 : Evaluasi dan Refleksi Bersama

 Pendamping memberi pengantar untuk evaluasi dan refleksi bersama

tentang keseluruhan program retret sambil membagikan lembar evaluasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

172

 Selesai evaluasi, pendamping mengajak peserta yang terbuka hati untuk

berbagi hal-hal yang paling menarik dan kurang menarik selama retret

serta usulan untuk program retret selanjutnya.

 Kelompok yang bertugas menyiapkan perayaan Ekaristi penutupan retret.

11.00 – 11.15 : Persiapan Misa Penutup Retret

 Semua peserta menyiapkan diri untuk mengikuti perayaan Ekaristi.

 Koordinator umum memastikan semua sudah siap untuk perayaan Ekaristi.

11.15 – 13.00 : Misa Penutup

 Peserta dan pendamping bersama-sama mengikuti Misa penutup retret.

13.00 – 13.30 : Makan siang

 Peserta dan pendamping bersama-sama menikmati hidangan siang.

 Kelompok yang bertugas memimpin doa makan.

13.30 – 14.00 : Persiapan dan Pulang

 Peserta dan pendamping bersiap untuk pulang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

173

BAB V

PENUTUP

Hasil karya tulis ini dirasakan penting untuk dipelajari oleh para katekis bagi meningkatkan dan meneguhkan semangat pelayanan. Dalam usaha mencapai maksud tujuan penulisan skripsi ini, maka pembahasan dari bab II sampai bab IV berisikan hal-hal yang sangat menarik untuk dipelajari dan direnungkan oleh katekis. Telah dipaparkan banyak hal tentang katekis dan pribadi St. Yohanes

Paulus II. Inspirasi-inspirasi dari St. Yohanes Paulus II juga telah dipaparkan secara sederhana agar mudah dipahami dan diresapkan dalam diri para katekis.

Maka dari itu, pada bab V ini penulis akan menarik kesimpulan yang dapat memudahkan pemahaman terhadap seluruh karya tulis ini. Bagian ini juga memuat beberapa saran untuk memanfaatkan hasil karya ini dan untuk meningkatkan semangat pelayanan katekis zaman sekarang.

A. Kesimpulan

Dewasa ini sering dengan munculnya tantangan arus besar perubahan zaman, tantangan pelayanan yang dihadapi oleh katekis semakin kompleks dan sulit untuk disikapi. Hal tersebut mengakibatkan menurunnya semangat pelayanan para katekis. Situasi ini perlulah disikapi secara bijaksana oleh keuskupan maupun paroki karena kehadiran katekis dalam Gereja sangatlah vital bagi perkembangan iman dan Gereja. Katekis perlu terus dibimbing dan dibina agar tetap bersemangat dalam melayani umat. Sementara itu, katekis juga perlu terus berusaha PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

174

menghayati panggilannya sebagai pelayan. Salah satu caranya adalah belajar dari tokoh Gereja seperti St. Yohanes Paulus II.

St. Yohanes Paulus II adalah sosok pelayan yang memiliki kedalaman spiritualitas yang sangat mengagumkan. Secara garis besar, kekayaan spiritualitas

St. Yohanes Paulus II dapat dirumuskan dalam empat kategori. Pertama, “Hidup, bergerak dan berada” dalam Yesus Kristus (Kis 17:28). Beliau selama hidupnya telah menunjukkan iman yang sejati kepada seluruh dunia. Beliau sungguh telah menjadi garam dan terang dunia. Kedua, St. Yohanes Paulus II adalah sosok yang sangat teguh dalam pengharapan terhadap belaskasih Allah meskipun dalam situasi tanpa harapan. Semua tantangan pelayanan dan penderitaan yang dialami selama hidupnya, telah dihadapinya dengan penuh harapan akan kebaikan Allah.

Sikap hati yang teguh dalam pengharapan akan kebaikan Allah menjadikan beliau teguh dan tangguh serta senantiasa bersemangat melaksanakan tugas pelayanannya.

Ketiga, St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang penuh cinta. Beliau hidup karena kasihnya semata-mata kepada seluruh umat manusia. Seluruh hidup diabdikannya untuk mengasihi umat manusia sampai tuntas. Cintanya kepada

Allah dan terhadap keluhuran martabat pribadi manusia merupakan dorongan serta motivasinya untuk terus melayani tanpa lelah. Keempat, St. Yohanes Paulus

II sangat mementingkan hidup doanya. Beliau adalah pribadi yang sangat terbuka pada bimbingan Roh Kudus. Beliau adalah seorang pendoa yang senantiasa memiliki kerinduan untuk berbicara kepada Allah Bapa dan beliau pun berdoa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

175

dalam Roh. Singkatnya, St. Yohanes Paulus II adalah seorang pelayan yang teguh dalam iman, harapan dan kasih, ditambah dengan habitus doa mistis.

Seperti St. Yohanes Paulus II, katekis adalah seorang pelayan. Bahkan menjadi tulang punggung bagi perkembangan serta penyebarluasan iman dan

Gereja. Katekis sebagai pelayan adalah komunikator atau jurubicara yang membawa dan menyampaikan kasih Allah kepada seluruh umat manusia bahkan kepada seluruh alam ciptaan. Di tengah maraknya dampak arus perubahan zaman katekis adalah promotor kasih, yang membawa kabar sukacita, melayani dan memenuhi kebutuhan umat. Karena itu sosok katekis zaman sekarang tidak dikenal dari identitasnya sebagai katekis namun dikenal dari tindakan pelayanannya dan oleh pemenuhan kebutuhan umat.

Dalam kenyataan pelayanan katekis, terdapat kesan bahwa adanya kelemahan dan kekurangan pelayanan para katekis. Sementara itu, terdapat pula tantangan-tantangan pelayanan yang harus disikapi secara kritis dan bijaksana oleh katekis. Oleh hal yang demikian, sangat tepatlah katekis menimba inspirasi dari St. Yohanes Paulus II agar dapat semakin lebih baik dalam melayani, agar dapat menghadapi serta menanggapi tantangan pelayanan secara kritis dan bijaksana, dan agar semakin bersemangat dalam melayani umat.

Inspirasi yang dapat dipelajari oleh katekis dari sosok St. Yohanes Paulus

II adalah menjadi saksi iman yang sejati, tanpa doa iman dan kasih adalah mati, kesetiaan pada tugas pengutusan, membangun hati yang penuh pengharapan akan kebaikan Allah, berani bertindak meskipun dalam situasi penuh ketakutan dan penderitaan, memiliki inisiatif dan tekad yang kuat dalam melayani umat siapa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

176

pun, di mana pun dan kapan pun. Selain itu, St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang rendah hati. Beliau tidak pernah bermegah diri atas keberhasilannya sebaliknya ia mengembalikan semuanya kepada Allah. Beliau adalah pribadi yang utuh dan penuh kasih. Beliau melaksanakan tugasnya dengan sepenuh hati dan dengan segenap tenaganya sampai akhir hidupnya. Beliau juga merupakan pribadi yang memiliki semangat tinggi untuk belajar terus-menerus. St. Yohanes

Paulus II sangat senang belajar banyak hal karena itu beliau adalah pribadi yang multi-talenta.

B. Saran

Hasil karya tulis ini tentu saja bukan hasil karya yang sudah sempurna, sebaliknya masih memiliki kekurangan dan keterbatasannya. Misalnya, pembahasan tentang kisah pelayanan St. Yohanes Paulus II pada bab II bukanlah suatu pemaparan yang lengkap tentang St. Yohanes Paulus II. Maka penulis menyarankan kepada para pembaca terutama para katekis untuk membaca buku- buku tentang St. Yohanes Paulus II agar memperoleh pengetahuan sempurna tentang beliau. Begitu juga dengan inspirasi St. Yohanes Paulus II tidak terbatas hanya seperti yang sudah dipaparkan namun masih terdapat banyak inspirasi lain yang dapat digali sesuai kebutuhan, maka disarankan juga kepada para pembaca agar mengali inspirasi pelayanan St. Yohanes Paulus II dari sumber yang lain.

Program retret dengan materi yang penulis usulkan diharapkan dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam pendampingan dan pembinaan para katekis maupun calon katekis di tingkat keuskupan maupun paroki demi meningkatkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

177

semangat pelayanan para katekis. Mengingat sosok katekis dikenal dari tindakan pelayanannya dan oleh pemenuhan kebutuhan umat, maka disarankan kepada pendamping retret agar menyesuaikan materi retret dengan kebutuhan dan situasi umat di mana katekis melayani, agar pelayanan katekis sungguh menjadi kontekstual pada situasi dan kebutuhan umat di masa sekarang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

178

DAFTAR PUSTAKA

Armada Riyanto, F. X. E. (2010). Dialog Interreligius. Yogyakarta: Kanisius Budi Subanar, G. (2003). Soegija Si Anak Betlehem Van Java. Yogyakarta: Kanisius. Chiffolo, Anthony F. (2001). St. Paus Yohanes Paulus II, Dalam Kata-Kataku Sendiri. Jakarta: Obor. Christie, Anthony. (2014). 9 Paus Tersohor Sepanjang Masa. Yogyakarta: Charissa Publisher. Comastri, Angelo., Dziwisz, Stanislaw., Drazek, Czeslaw., Buzzonetti, Renato. (2010). Izinkan Aku Pulang Ke Rumah Bapa. Malang : Dioma. Darminta, J. (1982, Juni, No 6). Retret Berdasarkan Kitab Suci. Majalah Rohani h. 174-175. Dewan Karya Pastoral KAS. (2014). Direktorium Formatio Iman, Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh dan Misioner Sejak Dini Sampai Mati. Semarang: Keuskupan Agung Semarang. Didik Bagiyowinadi, F .X. (2012). Identitas dan Spiritualitas Katekis.Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusata. ______. (2015). Kasih tanpa Pamrih, Tulus tiada Modus, Mengali Makna Pelayanan dalam Perspektif Alkitab. Yogyakarta: Kanisius. Dziwisz, Stanislaw. (2010). Lebih Jauh Bersama Karol Wojtyla. Malang: Dioma. Ensiklopedia bebas. Paus Yohanes Paulus II. https://id.wikipedia.org/wiki/. Diakses pada November 17, 2015. Fransiskus. (2014). Evangelii Gaudium, Seri Dokumen Gerejawi No. 94 (F.X. Adisusanto & Bernadeta Harini Tri Prasasti, Penerjemah). Jakarta: Departmen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan tahun 2013). Hendro Budiyanto, St. (2011). Menjadi Katekis Volunter. Yogyakarta: Kanisius. John Paul II Foundation. http://www.fjp2.com/id/yohanes-Paulus-ii/biografi/75- biography-of-john-paul-ii. Diakses pada November 17, 2015. Joomla. (2015). Yohanes Paulus II. http://www.katakombe.net/para-kudus. Diakses pada November 17, 2015. Kelly, James. (2005, April, 11). A Pope for All Seasons. Majalah TIME, h. 06. Komisi Kateketik KWI. (2012). Panduan Katekese Umat dalam Masyarakat yang Tertekan. Yogyakarta: Kanisius Kongregasi Untuk Imam. (2000). SPEKTRUM, Petunjuk Umum Katekese (Komisi Kateketik KWI, Penerjemah). Jakarta: Departmen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1997). Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa. CEP. (1997). Pedoman untuk Katekis (Komisi Kateketik KWI, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius. Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966). Kotan, Daniel Boli. (2011, Juli-September). Identitas, Panggilan dan Spiritualitas Katekis. Majalah Praedicamus, h. 19. Krispurwana Cahyadi, T. (2003). Jalan Pelayanan Ibu Teresa. Jakarta: Obor. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

179

______. (2011). Yohanes Paulus II tentang Keadilan dan Perdamaian. Yogyakarta: Kanisius. ______. (2012). Yohanes Paulus II, Gereja, Teologi, dan Kehidupan. Yogyakarta: Obor. ______. (2014). Paus Fransiskus, Gereja yang Rendah Hati dan Melayani (Seri Pastoral 427). Yogyakarta: Kanisius. Lalu, Yosef. (2007). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius. Lembaga Alkitab Indonesia. (2001). Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: LAI Leonhard Supama, Marcus. (2012). Panduan Katekis Volunter Berkatekese Umat. Yogyakarta: Kanisius. Mardikartono, J. B., Sigit Hutomo, Y. B., Hendro Cahyono, St. Betara. (2016). Pelayanan Pastoral Berbasis Data (Seri Pastoral 429). Yogyakarta: Kanisius. Natar, Asnath N. (2002). Pelayan, Spiritualitas dan Pelayanan. Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen dengan kerjasama Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana. Obert. https://bungagereja.wordpress.com/2010/08/19/paus-yohanes-Paulus-ii/. Diakses pada November 17, 2015. Provinsi Gerejani Ende. (1995). Katekismus Gereja Katolik.(P. Herman Embuiru. Penerjemah). Indonesia: Keuskupan Agung Ende. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1993). Paulus VI. (1975). Evangelii Nuntiandi (Seri Dokumen Gerejawi No. 6). Jakarta: Departmen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1975). Stefanus. (2014). Siapakah Katekis Itu?. http://www. katolisitas. org. Diakses pada April 16, 2016. (diterjemahkan dari www.vatican.va oleh editor Katolisitas.org) Tim Temu Kanonis Regio Jawa. (2006). Kitab Hukum Kanonik, edisi resmi bahasa Indonesia (R. D. R. Rubiyatmoko, Editor). Jakarta: Konferensi Waligereja Indonesia. Tono Suratman. (2014). Santo Yohanes Paulus II Mencium Bumi Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Treston, Kevin. (1991). Paths And Stories, Spirituality For Teachers and Catechists. Australia: Creations Enterprises. Wilson, Leonora, M. (2004). Karol dari Polandia, Kehidupan Masa Kecil Paus Yohanes Paulus II. Jakarta: Obor. Yohanes Paulus II. (1991). Redemptoris Missio (Seri Dokumen Gerejawi No. 4. Frans Borgias & Alfons S. Suhardi, Penerjemah). Jakarta: Departmen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1990) ______. (1992). Catechesi Tradendae (Seri Dokumen Gerejawi No. 28. R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Departmen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979). ______. (1995). Melintasi Ambang Pintu Harapan (Obor, Penerjemah). Jakarta: Obor. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

180

______. (2007). Novo Millennio Ineunte (Seri Dokumen Gerejawi No. 62. R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Departmen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan tahun 2001) ______. (2007). Memory And Identity, Sebuah Refleksi Pribadi (Claudia Novita Dewi, penerjemah). Jakarta: PT Bhuana Ilmu Popular Kelompok Gramedia. (Dokumen asli diterbitkan tahun 2005) ______. (2011). Vita Consecrata (Seri Dokumen Gerejawi No. 51. R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Departmen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indsonesia. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1996) Zeptiano. (2013). Paus Johanes Paulus II Sang Burung Kelana. http://zeptiano79.blogspot.co.id/2013/02/. Diakses pada November 17. 2015.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

181

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 1: Data Diri Santo Yohanes Paulus II

SANTA YOHANES PAULUS II

Sumber foto: https://id.wikipedia.org

Nama Lahir : Karol Wojtyla Tanggal dan Tempat Lahir : 18 Mei 1920, Wadowice, Polandia Tanggal dan Tempat Meninggal Dunia : 02 April 2015, Istana Aspotolik, Vatikan Kepausa Dimulai : 16 Oktober 1978, Paus Ke-264 Kepausan Berakhir : 02 April 2015 Pendahulu : Yohanes Paulus I Penerus : Benediktus XVI Motto : Totus Tuus (Sepenuhnya milik-Mu) Beatifikasi : 01 Mei 2011 oleh Paus Benidektus XVI Kanonisasi : 27 April 2014 Oleh Paus Fransiskus Peringatan : 22 Oktober

(1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tanda Tangan :

Sumber: https://id.wikipedia.org

Lambang Kerasulan:

Logo Kerasulan dengan mahkota tradisional melambangkan kesederhanaan dan Salib Maria melambangkan devosinya yang sangat kuat pada Bunda Maria.

Sumber: https://id.wikipedia.org

(2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2: Beberapa Foto Kenangan Santo Yohanes Paulus II

Karol Jozef Wojtyla, dalam pelukan ibunya. Sumber : http://www.logifranchi.it

Karol Józef Wojtyla waktu masih kecil Ibu dan Ayah Karol Józef Wojtyla Sumber : http://www.logifranchi.it Sumber: https://id.wikipedia.org

(3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Karol Wojtyła sebagai pastor di Niegowić, Polandia, 1948 Sumber: https://id.wikipedia.org

“Masa depan dimulai hari ini, bukan besok”. Paus Yohanes Paulus II di Lapangan Santo Petrus (1985) Sumber: https://id.wikipedia.org

(4)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“Dengan Yudaisme, karena itu, kami memiliki hubungan yang tidak dimiliki dengan agama lainnya. Anda adalah saudara kami terkasih, dan dengan cara tertentu, dapat dikatakan bahwa Anda adalah saudara tua kita.” _ Paus Yohanes Paulus II (13 April 1986)_ Sumber: https://id.wikipedia.org

Paus Yohanes Paulus II Berdoa di Tembok Ratapan

Presiden AS George W. Bush menunjukkan Medali Kebebasan pada Paus Yohanes Paulus II, Juni 2004

“Warsawa, Moskow, Budapest, Berlin, Praha, Sofia dan Bukares telah menjadi panggung pada perjalanan ziarah panjang menuju kebebasan. Hal yang mengagumkan bahwa dalam peristiwa ini, seluruh masyarakat bebas mengungkapkan diri - wanita, kaum muda, pria, mengatasi rasa takut, mengatasi rasa haus tak tertahankan untuk mempercepat perkembangan kebebasan, membuat tembok runtuh dan gerbang terbuka.”_Paus Yohanes Paulus II_ “Dengan berlutut, saya mohon Anda berpaling dari jalan kekerasan dan kembali ke jalan damai ... Mereka yang menggunakan jalan kekerasan selalu mengatakan bahwa perubahan bisa terjadi dengan kekerasan. Anda harus tahu bahwa ada cara politis, cara damai untuk memperoleh keadilan.” _Paus Yohanes Paulus II_ “Perang tidak menyelesaikan masalah atas sebab apa mereka berperang, oleh karena itu ... terbukti berakhir sia-sia.” _Paus Yohanes Paulus II_ Sumber: https://id.wikipedia.org

(5)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Hari Pemuda Dunia adalah kegiatan pemuda Katolik internasional yang populer dan digagas oleh Paus Yohanes Paulus II.. digagas pada 1984 “Kaum muda terancam... dengan teknik jahat iklan yang membuat mereka menghindari kerja keras dan berharap mendapat kepuasan cepat atas setiap segala sesuatu yang mereka inginkan.” _Paus Yohanes Paulus II_

Paus Yonahes Paulus II saat Paus Yohanes Paulus II

ditembak oleh Mehmet Ali Agca mengunjungi penjara Rebibbia

pada 13 Mei 1981 Roma untuk memberi

pengampunan kepada Mehmet Ali Agca. Tahun 1983 Sumber: Dunia News.viva.co.id

(6)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(kiri-kanan) Mantan Presiden George W. Bush, First Lady Laura Bush, mantan Presiden Bush dan Clinton, dan mantan Sekretaris Negara Condoleezza Rice, memberi penghormatan disamping jenazah Yohanes Paulus II di Basilika Santo Petrus, 6 April 2005. Zenazah Disemayamkan pada 8 April 2005

Sumber: https://id.wikipedia.org

Pasu Benidiktus XVI melakukan beatifikasi terhadap Paus Yohanes Paulus II 22 Oktober 2011 “Akan menjadi kegembiraan luar biasa bagi kami ketika resmi dibeatifikasi, namun sejauh pengamatan kami dia sudah menjadi Santo.” — Kardinal Stanisław Dziwisz, Uskup Agung Kraków

Sumber: https://id.wikipedia.org

(7)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3: Beberapa Gambar Monumen Tanda Penghargaan Kepada Santo Yohanes Paulus II

Monumen untuk Paus Yoahanes Patung Paus Yohanes Paulus II Paulus II di Poznań (1984) dipahat oleh seniman setempat First Nations di Martyrs' Shrine, Midland, Ontario

Patung Yohanes Paulus II di Patung Paus Yohanes Paulus II di Częstochowa, selatan Polandia luar Katedral Almudena (Madrid, Spanyol)

Sumber: https://id.wikipedia.org

(8)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4: Perjalanan Dunia Paus Yohanes Paulus II

Perjalanan Dunia Paus Yohanes Paulus II: 104 Kunjungan Kenegaraan

1. Tahun 1979 a. 25 Januari – 1 Februari: Republik Dominika dan Meksiko b. 2-10 Juni: Polandia c. 29 September – 07 Oktober: Irlandia dan Amerika Serikat d. 28-10 November: Turki

2. Tahun 1980 a. 2-12 Mei: Zaire, Republik Kongo, Kenya, Ghana, Burkina Faso, dan Pantai Gading b. 30 Mei – 2 Juni: Prancis c. 30 Juni – 12 Juli: Brasil d. 15-19 November: Jerman Barat

3. Tahun 1981 a. 16-27 Februari: Filipina, Guam, dan Jepang

4. Tahun 1982 a. 12-19 Februari: Nigeria, Benin, Gabon, dan Guniea Khatulistiwa b. 12-15 Mei: Portugal, Fatima c. 28 Mei – 02 Juni: Britania Raya d. 10-13 Juni: Argentina e. 15 Juni: Swiss f. 28 Agustus: San Marino g. 31 Oktober – 09 November: Spanyol

5. Tahun 1983 a. 02-10 Maret: Kosta Rika, Nikaragua, Panama, EI Salvador, Guatemala, Belize, Honduras dan Haiti b. 16-23 Juni: Polandia c. 14-15 Agustus: Lourdes di Prancis d. 10-13 September: Austria

6. Tahun 1984 a. 2-12 Mei: Korea Selatan, Papua Nugini, Kepulawan Solomon, Thailand b. 12-17 Juni: Swiss c. 09-20 September: Kanada d. 10-12 Oktober: Spanyol, Republik Dominika, Puerto Rico

7. Tahun 1985 a. 26 Januari – 06 Februari: Venezuala, Ekuador, Peru, Trinidad dan Tobago b. 11-12 Mei: Belgia, Belanda, Luxembourg

(9)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. 08-19 Agustus: Togo, Pantai Gading, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Zaire, Kenya, Maroko d. 08 September: Liecthtenstin

8. Tahun 1986 a. 01 – 10 Februari: India b. 01-08 Juli: Kolombia, St Lucia c. 04-07 Oktober: Prancis d. 19 November – 01 Desember: Australia, Selandia Baru, Bangladesh, Fiji, Singapura, Seychelles

9. Tahun 1987 a. 31 Maret – 13 April: Uruguay, Chili, Argentina b. 30 April – 04 Mei: Jerman Barat c. 08-14 Juni: Polandia d. 10-20 September: Amerika Serikat dan Kanada

10. Tahun 1988 a. 07-18 Mei: Uruguay, Bolivia, Peru, Paraguay b. 23-27 Juni: Austria c. 10-19 September: Zimbawe, Botswana, Lesotho, Swaziland, Mozambique, memutar melalui Afrika Selatan d. 08-10 Oktober: Prancis

11. Tahun 1989 a. 28 April - 06 Mei: Madagaskar, Reunion, Zambia, dan Malawi b. 01-10 Juni: Norwegia, Islandia, Finlandia, Denmark, Swedia c. 19-21 Agustus: Spanyol d. 06-16 Oktober: Korea Selatan, Indonesia, Timor Timur, Mauritius

12. Tahun 1990 a. 25 Januari – 01 Februari: Cape Veda, Guinea-Bissau, Mali, Burkina Faso, Chad b. 21-22 April: Cekoslowakia c. 06-13 Mei: Meksiko, Curacao d. 25-27 Mei: Malta e. 01-10 September: Tanzania, Rwanda, Burundi, Pantai Gading

13. Tahun 1991 a. 10-13 Mei: Portugal b. 01-09 Juni: Polandia c. 13-20 Agustus: Polandia, Hungaria d. 12-21 Oktober: Brasil

14. Tahun 1992 a. 19-26 Februari: Senegal, Gambia, Guinea

(10)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. 04-10 Juni: Angola, Sao Tome dan Principe c. 09-14 Oktober: Republik Dominika

15. Tahun 1993 a. 03-10 Februari: Benin, Ugada, Sudan b. 25 April: Albania c. 12-17 Juni: Spanyol d. 06-19 Agustus: Jamaika, Meksiko, Amerika Serikat e. 04-10 September: Lituania, Latvia, Estonia

16. Tahun 1994 a. 10-11 September: Kroasia

17. Tahun 1995 a. 12-21 Januari: Filipina, Australia, Papua Nugini, Sri Lanka b. 20-22 Mei: Ceko dan Polandia c. 03-04 Juni: Belgia d. 30 Juni: Slowakia e. 14-20 September: Kamerun, Kenya, Afrika Selatan f. 04-08 Oktober: Amerika Serikat

18. Tahun 1996 a. 05-12 Februari: Guatemala, El Salvador, Nikaragua, Venezuela b. 14 April: Tunisia c. 17-19 Mei: Slovenia d. 21-23 Juni: Jerman e. 06-07 September: Hungaria f. 19-22 September: Prancis

19. Tahun 1997 a. 12-12 April: Sarajevo, Bosnia dan Herzegovina b. 25-27 April: Ceko c. 10-11 Mei: Lebanon d. 31 Mei – 10 Juni: Polandia e. 21-24 Agustus: Prancis f. 02-05 Oktober: Brasil

20. Tahun 1998 a. 21-25 Januari: Kuba b. 21-23 Maret: Nigeria c. 19-21 Juni: Austria d. 02-04 Oktober: Kroasia

21. Tahun 1999 a. 22-25 Januari: Mexico City di Meksiko b. 26-27 Januari: St. Louis, Missouri

(11)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. 07-09 Mei: Rumania d. 05-17 Juni: Polandia e. 19 September: Slovenia f. 05-09 November: New Delhi, India, dan Tbilisi di Geogia

22. Tahun 2000 a. 24-26 Februari: Mesir b. 20-26 Maret: Jordan, Israel, Wilayah Otonomi Palestina c. 12-13 Mei: Fatima di Portugal

23. Tahun 2001 a. 04-09 Mei: Athena di Yunani, Suriah, Malta b. 23-27 Juni: Ukraina c. 22-27 September: Armenia dan Kazakhstan

24. Tahun 2002 a. 22-26 Mei: Azerbaijan dan Bulgaria b. 23 Juli – 01 Agustus: Kanada, Guatemala, Meksiko c. 16-19 Agustus: Polandia

25. Tahun 2003 a. 03-04 Mei: Spanyol b. 05-09 Juni: Kroasia c. 22 Juni: Bosnia dan Herzegovina d. 11-14 September: Slowokia

26. Tahun 2004 a. 05-06 Juni: Swiss b. 14-15 Agustus: Lourdes di Perancis

Sumber: Anthony Christie. (2014: 65-72). 9 Paus terpopular sepanjang masa. Yogyakarta: Kanisius

(12)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5: Ensiklik yang dikeluarkan oleh Santo Yohanes Paulus II

Ensiklik yang dikeluarkan oleh St. Yohanes Paulus II 1. 1979: 2. 1980: Divisi n Misericordia 3. 1981: 4. 1985: 5. 1986: Dominum Te Vivificantem 6. 1987: 7. 1987: Sollicitudo reli Socialis 8. 1990: Redemptoris Missio 9. 1991: Centesimus Annus 10. 1993: 11. 1995: 12. 1995: 13. 1998: Fides Te Ratio 14. 2003: Ecclesia Ed Eucharistia

Sumber: Anthony Christie. (2014: 103-104). 9 Paus terpopular sepanjang masa. Yogyakarta: Kanisius

(13)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 6: Doa dengan Perantaraan Santo Yohanes Paulus II

DOA PERANTARAAN SANTO YOHANES PAULUS II

Ya St. Yohanes Paulus II, dari jendela surga, anugerahilah kami berkatmu! Berkatilah Gereja yang engkau kasihi dan layani serta bimbing, dengan gagah berani memimpinnya sepanjang perjalanan dunia demi membawa Yesus kepada semua orang dan semua orang kepada Yesus. Berkatilah kaum muda, yang adalah kekasih terbesarmu. Bantulah mereka untuk bermimpi kembali, bantulah mereka untuk menatap tinggi ke atas kembali demi menemukan terang yang menerangi jalan kehidupan di sini di dunia. Kiranya engkau memberkati keluarga-keluarga, berkatilah setiap keluarga! Engkau memperingatkan kami akan serangan setan terhadap nyala ilahi ini, yang amat berharga dan sangat dibutuhkan, yang Allah nyalakan di bumi. St Yohanes Paulus II, dengan doamu, kiranya engkau melindungi keluarga dan setiap kehidupan yang berkembang dari keluarga. Berdoalah bagi seluruh dunia, yang masih ditandai dengan ketegangan- ketegangan, peperangan dan ketidakadilan. Engkau mengatasi peperangan dengan menyerukan dialog dan menanamkan benih-benih kasih: berdoalah bagi kami agar kami menjadi penabur damai yang tak kenal lelah. Ya St. Yohanes Paulus, dari jendela surga, di mana kami melihatmu di samping Maria, kirimkanlah berkat Allah ke atas kami semua. Amin.

Sumber: http://www.indocell.net/yesaya/pustaka4/id206.htm

(14)