GERAKAN POLITIK DAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN

Studi atas Konsolidasi Politik Hizbut Tahrir (HTI) Pasca Perppu No. 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh: Reni Rentika Waty NIM. 11141120000026

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH 1440 H/2019 M

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis tentang konsolidasi politik yang dilakukan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) pasca penerbitan Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan (Perppu Ormas). Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dan mengertahui tentang konsolidasi politik dan kendala yang dihadapi HTI pasca penerbitan Perppu Nomor 2 Tahun 2017. Untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan obeservasi,wawancara dan dokumentasi. Kerangka teoretis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori gerakan politikoleh Darren E. Sherkat, konsep konsolidasi Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) sebagaimana yang tertuang dalam UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan, dan teori komunikasi organisasi yang fokus pada konsep jaringan komunikasi. Hasil analisis kasus pada penelitian ini menunjukan bahwa secara garis besar konsolidasi politik HTI dilakukan dengan perlawanan hukum dan politik. Dalam perlawanan tersebut upaya-upaya yang dilakukan adalah penguatan manajemen organisasi, penyediaan data dan informasi, serta penguatan kepemimpinan dan kaderisasi. Dalam melakukan konsolidasi kendala yang dihadapi adalah kendala dalam menjalani proses hukum, kendala untuk menyampaikan dakwah dan kendala mewujudkan cita-cita politik yakni Khilafah Islamiyah.

Kata Kunci: konsolidasi politik, perppu ormas, proses hukum,dakwah.

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam dicurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, Rasul yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju ke zama yang terang benderang sampai saat ini. Skripsi yang berjudul “GERAKAN POLITIK DAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN: Studi atas Konsolidasi Politik Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Pasca Perppu No. 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan” yang penulis untuk mencapai gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari betul dalam penyusunan skripsi ini masih belum sempurna dan banyak kekurangan. Tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staf dan jajarannya. 2. Prof. Dr. Zulkifli, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staf dan jajarannya. 3. Dr. Iding Rosyidin, M.Si, selaku Kepala Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku dosen pembimbing dalam penelitian ini. Terima kasih atas bimbingan, kritikan, dan dorongannya selama penelitian ini. 4. Suryani, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

vi

5. Dr. A. Bakir Ihsan, M.Si, selaku dosen mata kuliah Seminar Proposal Skripsi yang telah membantu tahap awal penyusunan skripsi dan menjadi tempat konsultasi terbaik. 6. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Ilmu Politik yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama kuliah. 7. Ust. Ismail Yusanto, Sri Yusanto, KH. Ahmad Ishomuddin, Ali Munhanif, Ph.D. dan Nicko T. Pandawa. Terima kasih atas kesediaan waktu untuk memberikan informasi, data dan masukan dalam penelitian ini. 8. Orang tua dan keluarga besar yang selama ini mendukung saya secara moril dan materiil. 9. PMII KOMFISIP, terimakasih telah menjadi tempat bagi penulis belajar tentang pengalaman-pengalaman yang sangat berharga yang mungkin tidak akan penulis dapatkan di tempat lain. 10. Keluarga besar Politik A 2014, terimakasih atas banyak pengalaman berharga tentang persahabatan selama 4 tahun. 11. Kelompok KKN SIAGA 86, terimakasih telah menyempurnakan pengalaman KKN penulis di Kelurahan Bakti Jaya, Setu, Kota Tangerang Selatan. Tanpa adanya mereka, penulis, tidak yakin penelitian ini dapat selesai dengan baik. Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dan senantiasa memberikan mereka keberkahan di dunia dan akhirat. Namun demikian, penulis bertanggungjawab penuh atas segala kekurangan dalam penelitian ini, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tangerang Selatan, 25 Januari 2019

Reni Rentika Waty

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ...... i LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ...... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ...... iii LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ...... iv ABSTRAK ...... v KATA PENGANTAR ...... vi DAFTAR ISI ...... viii DAFTAR BAGAN ...... x DAFTAR GAMBAR ...... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Pernyataan Masalah ...... 1 B. Pertanyaan Masalah ...... 9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 9 D. Tinjauan Pustaka ...... 10 E. Metode Penelitian...... 14 F. Sistematika Penulisan ...... 18 BAB II LANDASAN TEORI DAN KONSEP A. Teori Gerakan Politik ...... 20 B. Konsolidasi Organisasi Kemasyarakatan ...... 23 C. Komunikasi Organisasi ...... 29 BAB III GAMBARAN UMUM A. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Perkembangannya di Indonesia...... 35 B. Konsepsi Politik Hizbut Tahrir ...... 40 C. Gerakan Politik Hizbut Tahrir di Indonesia ...... 45 D. Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ...... 48

viii

BAB IV KONSOLIDASI HTI PASCA PERPPU NOMOR 2 TAHUN 2017 A. Bentuk-bentuk Konsolidasi Politik HTI 1. Proses Penguatan Manajemen Organisasi ...... 54 2. Penyediaan Data dan Informasi ...... 71 3. Penguatan Kepemimpinan dan Kaderisasi ...... 76 B. Kendala yang Dihadapi dalam Konsolidasi Politik HTI 1. Kendala dalam Proses Hukum ...... 79 2. Kendala dalam Berdakwah ...... 79 3. Kendala dalam Mewujudkan Cita-cita Politik ...... 81 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...... 83 B. Saran ...... 85 DAFTAR PUSTAKA ...... 86

ix

DAFTAR BAGAN

Bagan II.1 Proses Manajemen Organisasi George R. Terry ...... 27 Bagan II.2 Proses Komunikasi ...... 30 Bagan III.1 Struktur Organisasi DPP HTI ...... 37

x

DAFTAR GAMBAR

GambarIII.1 Bendera al-Liwa dan ar-Rayah ...... 36 GambarIII.2 Bendera Hizbut Tahrir ...... 36 GambarIII.3 Lambang dan Bendera HTI ...... 36 Gambar IV.1 Konferensi Pers: Menolak Rencana Pembubaran HTI ...... 55 Gambar IV.2 Konferensi Pers: Tim Pembela Hizbut Tahrir Indonesia ...... 56 Gambar IV.3 Aksi 287 ...... 60 Gambar IV.4 Aksi 299 ...... 61 Gambar IV.5 Aksi Tolak Perppu Ormas ...... 62 Gambar IV.6 Massa Aksi Tolak Perppu Ormas ...... 62 Gambar IV.7 Pengesahan Perppu Ormas Menjadi UU ...... 62 Gambar IV.8 Channel Youtube Fokus Khilafah Channel ...... 74 Gambar IV.9 Channel Youtube Muslimah Media Center ...... 75

xi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Hizbut Tahrir (HT) adalah organisasi politik berideologi Islam berskala

Internasional yang didirikan di Palestina. Berdirinya HT dilatar belakangi oleh sejarah panjang yang dialami Palestina, yaitu kerusakan pada sistem pemerintahan dan peristiwa-peristiwa politik yang terjadi di Palestina. HT bertujuan melanjutkan kembali kehidupan Islam, dan menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia, menyerukan Khilafah islamiyah, yang dipimpin oleh seorang Khalifah.1Bentuk pemerintahan dalam sistem kekhalifahan tidak memiliki batas-batasan negara. Sistem khilafah dapat mencegah hegemoni dan dominasi suatu negara terhadap negara lain baik dalam bentuk kolonialisme fisik maupun non-fisik.

HT berasumsi bahwa kehidupan umat saat ini berada dalam kondisi yang tidak Islami, hal ini merupakan akibat dari berlakunya sistem sekuler yang memiliki andil besar bagi terciptanya kondisi sosial yang buruk.2 Dengan demikian,maka HT berupaya mengembalikanposisi umat Islam ke masa kejayaan dan kemuliaan. Mengambil alih negara-negara dan bangsa-bangsa di dunia kemudian dipimpin oleh seorang Khalifah sesuai dengan hukum-hukum

1Abu Afif, dkk., Mengenal Hizbut Tahrir dan strategi Dakwah Hizbut Tahrir (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2013), h. 25. 2 Afdlal, dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia (Jakarta: LIPI Press, 2005), h. 268.

1

Islam.3Secara global gagasan dan tujuan HT bertransformasi menjadi gerakan

Islam transnasional.4Kegiatan-kegiatan HT tidak hanya dilakukan di Palestina dan

Yordanianamun tersebar luas di negara-negaraIslam maupun non-Islam. HT melihat adanya kesatuan agama dengan negara, menurutnya terdapat empat hal yang membedakan sistem Islam dengan sistem lain, yaitu:5

1. Kedaulatan ada di tangan syara. Syariat Allah SWT berhak untuk

menentukan baik-buruk, benar-salah, halal-haram terhadap suatu

permasalahan.

2. Kekuasaan di tangan umat. Seorang Khalifah memperoleh kedudukan

dan kekuasaan setelah dibaiat oleh umat. Sehingga umat memiliki peran

dalam pendelegasian kekuasaan.

3. Mengangkat satu khalifah hukumnya fardhu bagi kaum muslimin.

4. Khilafah merupakan satu-satunya pihak yang berhak mengadopsi salah

satu pendapat yang ada dalam hukum syara’ untuk diberlakukan sebagai

undang-undang.

Penyebaran pemikiran dan gagasan HT kemudian menyebar hingga ke

Indonesia pada tahun 1983. Abdurrahman al-Baghdadi dan Abdulah bin Nuh menjadi cikal bakal berdirinya HT di Indonesia yang kemudian disebut Hizbut

Tahrir Indonesia (HTI). Penyebaran pemikiran HTI ini dilakukan melalui diskusi- diskusi pada Lembaga Dakwah Kampus (LDK).Perbedaan ideologi dan pola gerakan HTI dengan organisasi Islam lain menjadikan HTI percaya diri untuk

3 Afdlal, dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 26. 4 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia(Jakarta: IPPS, 2017), h. 36. 5 Afdlal,dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 270.

2

memproklamirkan diri sebagai organisasi mandiri,6berani untuk menampakan diri ke ruang publik dengan mengadakan Konferensi KhilafahInternasional di

Indonesia. Konferensi tersebut tahun 2007di Stadion Utama Gelora Bung Karno

Senayan. Kegiatan ini secara terbuka memperkenalkan gagasan, program,para pimpinan dan ulama HTI.7 Setelah terselenggaranya kegiatan tersebut penyebaran ide dan gagasan HT dilakukan melalui dakwah, forum diskusi, seminar, demonstrasi atau unjuk rasa damai.Gerakan HTI di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai gerakan intelektual radikal, berbeda dengannegara lain

HT bertransformasi menjadi sebuah partai politik sehingga HT di negara-negara terebut menjadi sebuah partai pembebasan (liberation party).8

HTI sejak awal dibentuk sebagai organisasi politik, tetapi HTI tidak mendaftarkan diri secara formal sebagai partai politik yang ikut serta dalam pemilihan umum.9 HTI lebih terfokus pada pembentukan kader dan pembinaan umat. HTI aktif dalam pembentukan opini publik yang kaitannya mengarah pada perspektif Islam. Dengan demikian, fokus dari gerakan politik HTI ini bukan untuk mendapatkan kekuasaan dalam pemilu, melainkan penumbuhan kesadaran umat terhadap kehidupan Islami, karena menurut HTI pemilu dapat mendorong perpecahan suara umat apabila banyak jumlah partai yang ikut berkontestasi pada pemilu.10

6 Afdlal,dkk.,Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 38. 7 Agus Salim, “The Rise of Hizbut Tahrir Indonesia”, Tesis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. 8 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia..., h. 40. 9 Afdlal, dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 266. 10 Afdlal, dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 274-275.

3

Radikalisme ideologi yang terkandung dalam gerakan HTI dapat dilihat dalam pandangan HTI bahwa setiap negara dengan sistem pemerintahan non- khilafahadalah dar al-kufur (negara orang-orang kafir) dan dar al-harb (negara yang bisa diperangi).11Meskipun tidak setuju dengan sistem kenegaraan yang gunakan Indonesia pada saat ini, namun HTI mengharamkan untuk melakukan kudeta atau pemecatan pimpinan. Fokus HTI lebih kepada penggantian sistem dari pada pergantian orang atau pimpinan.12

Dalam bukuterbitan HTI Press berjudul “Peraturan Hidup dalam Islam” menjabarkan pandangan HTI mengenai beberapa konsep ideologi dunia yang kemudian dibandingkan dengan ideologi Khilafah islamiyah. Dalam buku tersebut ideologi di dunia dibagi menjadi tiga mahda (ideologi), yaitu kapitalisme, sosialisme (komunisme termasuk di dalamnya) dan Islam.13 HTI menjabarkan kapitalisme sebagai berikut:14

“Kapitalisme tegak atas dasar pemisahan agama dengan kehidupan (sekularisme). Ide ini menjadi akidah, sekaligus kepemimpinan ideologi serta sebuah kaidah berpikir. Mereka berhak membuat peraturan hidupnya. Mereka mempertahankan kebebasan manusia yang terdiri dari kebebasan berakidah, berpendapat, hak milik dan kebebasan pribadi”.

Kapitalisme melahirkan sistem ekonomi kapitalis dan demokrasi. Dalam demokrasi rakyat menjadi sebuah kekuatan untuk membentuk suatu aturan atau undang-undang. Namun dalam hal ini sistem ekonomi kapitalis lebih

11 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia..., h. 72. 12 Afdlal, dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 277. 13Taqiyuddin an-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam (Edisi Mu’tamadah), (Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia, 2013), h. 50. 14Taqiyuddin an-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam (Edisi Mu’tamadah)…., h. 52.

4

menonjolketimbang ideologi demokrasi yang akhirnya bermuara pada ideologi kapitalisme.

Meski kapitalisme dan sosialisme berbeda pendapat mengenai ide desar tentang manusia, alam dan hidup tetapi kedua ideologi tersebut sepakat bahwa nilai tertinggi dalam ideologi tersebut adalah nilai-nilai yang diterapkan dan dibuat oleh manusia itu sendiri. Menurut HTI, sosialisme dan komunisme berorientasi pada materi sebagai pusat dari segala sesuatu. Agama dianggap sebagai candu yang nantinya akan menghambat pekerjaan, karena materi adalah pangkal berpikir dan pangkal dari segala sesuatu yang selalu berproses dan berkembang.15Sementara itu, Islamdianggap ideologi yang lahir dari akidah dan fikrah. Islam dianggap sebagai satu-satunya jalan yang paling konkret untuk menghasilkan kebangkitan umat.

Sri Yunanto dalam bukunya menganggap bahwa HTI belum memiliki konsep konprehensif mengenai Khilafah islamiyah. Hal ini membuat konsep, ideologi, ide atau gagasan dari HTI tidak sejalan dengan tujuan negara Indonesia dan bertentangan dengan pembangunan penguatan ideologi di Indonesia, sehingga terjadi penolakan-penolakan terhadap gagasan tersebut.

Inisiasi pembubaran terhadap HTI dilakukan pada masa pemerintahan Joko

Widodo dan . Mengacu pada keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor

139/PUU-VII/2009 bahwa seorang Presiden dapat mengeluarkan Peraturan

15Taqiyuddin an-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam (Edisi Mu’tamadah)…., h. 53-54.

5

Pemerintah Pengganti Undang-Undang atas dasar kegentingan yang memaksa.

Kegentingan tersebut dilandasi oleh tiga dasar, yaitu:16

1. Keadaan yang mendesak untuk menyelesaikan masalah hukum secara

cepat.

2. Adanya kekosongan hukum atau Undang-Undang yang ada tidak

memadai.

3. Kekosongan atau kelemahan hukum yang tidak bisa diatasi dengan

prosedur pembuatan hukum yang ada karena memerlukan waktu yang

lama.

Dari hasil kajian yang dilakukan oleh Kementerian Koordinator Bidang

Politik, Hukum dan Keamanan Negara Republik Indonesia menyebutkan bahwa gagasan HTI bertentangan dengan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, serta pengembangan demokrasi dan HAM di Indonesia.17 Pembubaran terhadap

HTI berpijak pada tiga alasan pokok, yaitu:18

1. HTI sebagai ormas berbadan hukum tidak melaksanakan peran positif

dalam proses pembangunan guna mencapai tujuan negara.

2. Kegiatan HTI terindikasi bertentangan dengan UUD 1945 sebagaimana

yang diatur dalam UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi

Kemasyarakatan.

3. Aktivitas yang telah dilakukan berbenturan dengan masyarakat yang dapat

mengancam keamanan dan ketertiban di masyarakat, serta membahayakan

keutuhan NKRI.

16 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia..., h.144 . 17 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia..., h. 127. 18 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia..., h. 128.

6

Pada tanggal 10 Juli 2017 Presiden Republik Indonesia menandatangani

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPPU) No. 2 tahun 2017 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang

Organisasi Kemasyarakatan karena dinilai belum menganut asas cantrarius actussehingga tidak efektif untuk menerapkan sanksi terhadap organisasi kemasyarakatan yang menganut, mengembangkan, serta menyebarkan ajaran atau paham yang bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Terdapat anggapan bahwa Perppuini merupakan langkah yang digunakan pemerintah hanya untuk membubarkan HTI. Kritik dan penolakan disampaikan pertama kali oleh Juru Bicara HTI, yaitu Ismail Yusanto. Ia beranggapan bahwa pembubaran atas HTI tidak memiliki dasar yang jelas, menurutnya ia tidak pernah menerima peringatan pertama tetapi langsung diberikan pernyataan pembubaran.19Kritikan juga disampaikan oleh beberapa tokoh dan politisi seperti

Yusril Ihza Mahendra selaku kuasa hukum HTI, selaku ketua MPR dan beberapa tokoh HAM. Mereka berpendapat bahwa penerbitan Perppu ini menjadi sebuah bentuk kesewenang-wenangan presiden yang dapat mengancam demokrasi Indonesia.

Perppu tersebut juga dianggap rawan untuk dijadikan sebagai alat untuk mengkriminalisasi suatu golongan. Seperti yang dikatakan oleh Sohibul Iman selaku Presiden PKS dan Prof. Dr. Saiful Bakhri selaku Ketua Majelis Hukum dan

HAM Pimpinan Pusat , bahwa mereka tidak melihat kegentingan

19Ismail Yusanto, Konferensi Pers: Menolak Rencana Pembubaran HTI, Jakarrta 09 Mei 2017.

7

dalam penerbitan Perppu tersebut, ini menjadi sebuah jalan pintas untuk intervensi terhadap kebebasan berserikat pada golongan tertentu, menurut mereka Perppu bukanlah solusi yang relevan karena masih dapat menggunakan solusi lain seperti mengamandemen UU bukan mengeluarkan Perppu.20

Pada tanggal 13 Oktober 2017 HTI mendaftarkan gugatannya terhadap

Perppu Nomor 2 Tahun 2017 tentang Ormas di Mahkamah Konstitusi (MK). HTI memberikan kuasa kepada pengacara Yusril Ihza Mahendra sebagai Kuasa

Hukum.

Dalam beberapa forum diskusi yang disiarkan dan dilansir melalui media elektronik, HTI melakukan perlawanan terhadap pemerintah dengan penggerakan massa yang dilakukan oleh Presidium Alumni 212. Gerakan tersebut dimaksudkan untuk menolak Perppu Ormas dan menolak kebangkitan PKI pada tanggal 29

September 2017, gerakan tersebut dinamakan gerakan 299.21

Setelah pembubaran HTI beberapa lembaga pemerintahan menelusuri

Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ikut serta dalam keanggotaan dan kegiatan- kegiatan HTI.22Sebenarnya bukan kali pertama Indonesia membubarkan sejumlah

Ormas berlatar belakang agama yang dianggap menyebarkan aliran sesat dan tidak sesuai dengan ajaran agama yang diakui secara resmi oleh negara. Beberapa

Ormas yang pernah dibubarkan diantaranya adalahNegara Islam Indonesia (NII),

20 Afdlal, dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 179-192. 21Astri Novaria, “Rencana Aksi Bela Islam 299 Kental Kepentingan Politik” Media Indonesia. Diakses melalui http://www.mediaindonesia.com/news/read/124216/rencana-aksi-bela- Islam-299-murni-kepentingan-politik/2017-09-26, 02 Januari 2018, pukul 15.15 WIB. 22Yudha Satriawan, “Pasca Dibubarkan Pemerintah Telusuri Aparatur Negara yang Ikut Keanggotaan Ormas HTI” VOA Indonesia. Diakses melalui https://www.voaindonesia.com/a/pasca-dibubarkan-pemerintah-telusuri-aparatur-negara-yang- ikut-keanggotaan-ormas-hti/3956539.html, 02 Januari 2017, pukul 15.30 WIB.

8

Jamaah Ansharut Tauhid, Forum Aktivis Syariah Islam(FAKSI) Indonesia, Laskar

Jundullah, Gafatar, kemudian HTI.23

Berdasarkan studi kasus di atas, maka penulis tertarik untuk mengamati

Gerakan HTI pasca pembubaran yang selanjutnya dituangkan dalam skripsi berjudul: “Gerakan Politik dan Organisasi Kemasyarakatan: Studi atas

Konsolidasi Politik Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Pasca Perppu No. 2

Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 Tentang

Organisasi Kemasyarakatan”

B. Pertanyaan Masalah

Mengacu pada pernyataan masalah penelitian diatas, penulis merumuskan pertanyaan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana konsolidasi politik yang dilakukan HTI pasca Perppu No. 2

tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 Tentang

Organisasi Kemasyarakatan?

2. Apa kendala yang dihadapi HTI dalam konsolidasi politik HTI yang

dilakukan pasca Perppu No. 2 tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU

No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan, maka tulisan ini bertujuan untuk mengetahui konsolidasi politik yang dilakukan HTI dan kendala-

23Risnawati Avin, “Ini 4 Ormas Sesat yang Dilarang Selain Gafatar” Iyaa.com. Diakses melalui https://media.iyaa.com/article/2016/01/ini-4-ormas-sesat-yang-dilarang-selain-gafatar- 3433201.html, 03 Januari 2018, pukul 15.20 WIB.

9

kendala yang dihadapi HTI dalam konsolidasi politik HTI yang dilakukanpasca penerbitan Perppu No. 2 tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun

2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan.

Sebagaimana rumusan masalah di atas,maka dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat akademis, penelitian ini mampu memperluas kajian ilmu politik

mengenai konsolidasi politik organiasi kemasyarakatan dan menjadi bahan

referensi untuk keperluan studi lebih lanjut.

2. Manfaat praktis, penelitian inimenambah pemahaman dalam praktik-

praktik yang berkaitan dengankonsolidasi politik organiasi

kemasyarakatan bagi para pembaca.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam tulisan ini penulis mengkaji mengenai konsolidasi politik Hizbut

Tahrir Indonesia (HTI) yang berkaitan dengan pengesahan Perppu No. 2 Tahun

2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi

Kemasyarakatan yang mana didalamnya terdapat kebijakan yang berpengaruh terhadap pembubaran HTI.Untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian maka penulis mengacu pada penelitian, berikut:

Pertama, tesisberjudul “Gerakan Politik Islam Ekstraparlementer: Studi

Kasus Hizbut Tahrir Indonesia” oleh Kurniawan Abdullah, mahasiswa Program

Pascasarjana Sosiologi Universitas Indonesia pada tahun 2010. Dalam tesis ini menjabarkan bahwa HTI sebagai gerakan ekstraparlementer dan dapat

10

dikategorikan sebagai organisasi yang memiliki aktivitas politik non-rutin,24 karena HTI bukan hanya menyampaikan ekspresi kekecewaan tetapi melakukan penentangan terhadap pemerintahan. Dalam tinjauan teoretis pada tesis ini menjelaskan posisi HTI, proses dan relasi gerakan politik HTI terhadap Negara dan masyarakat. Tujuan dari penulisan tesis tersebut adalah untuk mengetahui upaya yang dilakukan Hizbut Tahrir dalam melakukan perubahan tatanan politik yang mereka anggap sekuler menjadi sebuah tatanan politik yang Islami.

Sedangkan penelitian yang dilakukan penulisbertujuan untuk mengetahui bentuk- bentuk gerakan politik yang dilakukan HTI pasca Perppu No.2 Tahun 2017

Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi

Kemasyarakatan.

Kedua, tesis berjudul “Fundamentalisme Islam Indonesia: Studi Atas

Gerakan dan Pemikiran Hizbut Tahrir”oleh Rihlah Nur Aulia, mahasiswa

Program Pascasarjana Jurusan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tahun 2004.Dalam tesis ini menjelaskan mengenai aspek gerakan Hizbut Tahrir yang berkaitan dengan hal-hal berikut:25

1. Agama, yaitu sebagai organisasi berideologi Islam yang bersifat politik

dan berskala internasional.

2. Organisasi massa Islam/Partai Islam, sebagai upaya penegakan tatanan

sosial masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam.

24Philo Wasburn, “Political Sociology: Approaches, Concepts and Hypotheses” dalam Kurniawan Abdullah “Gerakan Politik Islam Ekstra Parlementer: Studi Kasus Hizbut Tahrir Indonesia”, Tesis, Universitas Indonesia, 2004. h. 111-112. 25Rihlah Nur Aulia, “Fundamentalisme Islam Indonesia: Studi atas Gerakan dan Pemikiran Hizbut Tahrir”, Tesis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004.

11

3. Kepemimpinan, sistem kepemimpinan yang dianut Hizbut Tahrir berpusat

pada satu orang.

4. Gerakan Islamelit dan eksklusif.

5. Stuktur organisasi yang solid dan terstruktur.

6. Ide-ide dan pemikiran Hizbut Tahrir memiliki konsekuensi logis mengenai

hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam.

Dari berbagai aspek gerakan HTI yang dijabarkan, penelitian tersebut tidak menyebutkan gerakan HTI sebagai gerakan politik dan tidak melakukan pengkajian secara mendalam mengenai gerakan politik HTI, maka perbedaan dari penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah penulis meneliti lebih dalam mengenai gerakan politik HTI pada aspek konsolidasi politik yang dilakukan HTI pasca Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun

2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan.

Ketiga, buku berjudul “Negara KhilafahVersus Negara Kesatuan Republik

Indonesia” oleh Sri Yunanto, IPSS Jakarta tahun 2017.26 Buku ini menggambarkan penolakan terhadap gerakan HTI dalam mengkampanyekan ajaran khilafah dan menjelaskan mengenai argumen-argumen dari para tokoh yang mengkritisi gerakan HTI yang mendorong pemerintah untuk segera menetapkan Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17

Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan. Menjabarkan secara eksplisit mengenai kontradiksi ideologi politik HTI dengan ideologi bangsa Indonesia dan memberikan gambaran mengenai reaksi dari berbagai tokoh mengenai Perppu

26 SriYunanto,Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia (Jakarta: IPPS), 2017.

12

Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 Tentang

Organisasi Kemasyarakatan.Perbedaan yang terdapat pada buku tersebut dengan penelitian penulis adalah penulis meneliti lebih jauh mengenai bentuk-bentuk konsolidasi politik HTI dan kendala HTI dalam melakukan konsolidasi politik pasca Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun

2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan.

Keempat, artikel berjudul “Infiltrasi Pemikiran dan Gerakan HTI di

Indonesia” Jurnal Suhuf Vol. 27 Nomor 2, November 2015, oleh Erni Sari Dwi

Devi Lubis dan Ma‟arif Jamuin. Jurnal ini menyimpulkan bahwa HTI melakukan penyusupan gagasan dan gerakan untuk penegakan khilafahIslamiah di Indonesia, karena di dalam doktrinnya HTI menyatakan sebagai organisasi politik yang kontra terhadap demokrasi. Cara yang digunakan HTI kepada umat Islam di

Indonesia dengan doktrin bahwa KhilafahIslamiah adalah satu-satunya solusi bagi permasalahan di Indonesia dan penerapan sistem Islam secara menyeluruh merupakan sebuah manifestasi keimanan. Kesimpulan dari jurnal ini menganggap bahwa infiltrasi gerakan HTI mengancam masa depan dan keberlangsungan demokrasi di Indonesia.27

Perbedaan fokus pada jurnal penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah penulis meneliti lebih mendalam mengenai konsolidasi politik yang dilakukan HTI pasca Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang

Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan dan

27 Erni Sari Dwi Devi Lubis dan Ma‟arif Jamuin,“Infiltrasi Pemikiran dan Gerakan HTI di Indonesia”,Jurnal Suhuf, Vol. 27 No. 2., November 2015.

13

bagaimana kelangsungan dari konsep pemikiran atau ideologi HTI yang dibubarkan oleh Pemerintah dengan terbitnya Perppu tersebut.

Kelima,tesis berjudul “Kontroverisi Hizbut Tahrir Indonesia Terhadap

Pancasila: Studi Kasus di DPP Hizbut Tahrir Indonesia” oleh Muhammad

Herowandi, mahasiswa Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung, pada tahun 2017.

Dalam tesis ini menjelaskan bahwa HTI adalah organisasi kemasyarakatan di bidang keagamaan yang bersifat radikal secara pemikiran tanpa adanya tindakan anarkis,taat dan patuh terhadap aturan-aturan yang ada di dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia.Tesis ini menjelaskan posisi HTI di Indonesia sebagai organisasi kemasyarakatan dan pandangan ormas atau kelompok lain terhadap

HTI.28 Tesis ini menjadi acuan relevan bagi penulis karena secara keseluruhan membahas konteks yang sama, yaitu tentang pembubaran HTI namun yang membedakannya adalah penulis meneliti tentang gerakan politik yang dilakukan

HTI pasca pembubaran dan peran pemerintah dalam menangani kasus tersebut.

E. Metode Penelitian

Penelitian adalah salah satu cara untuk menyelesaikan atau menjawab suatu persoalan yang dihadapi secara ilmiah. Penelitian ilmiah bersifat sistematis, logis objektif dan empiris.29Untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif. Metode ini melihat keadaan atau kejadian

28Herowandi, Muhammad. “Kontroverisi Hizbut Tahrir Indonesia Terhadap Pancasila: Studi Kasus di DPP Hizbut Tahrir Indonesia”. Tesis, Universitas Lampung. 2017. 29Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan (Jakarta: Kencana, 2014), h.24.

14

sebagai suatu objek yang diteliti oleh penulis yang nantinya akan disajikan dalam bentuk deskriptif, dengan demikian fokus penelitian ini menjabarkan teori mengenai konsolidasi politik yang dilakukan HTI Pasca Perppu Nomor 2 Tahun

2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi

Kemasyarakatan.

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan studi kasus

(case study)atas Konsolidasi Politik yang dilakukan HTI pasca Perppu

dengan mengamati aktivitas politik yang dilakukan HTI untuk

mengetahuikonsolidasi politik yang dilakukan HTI secara intensif dan

mendalam.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Penulis melakukan observasi lapangan dengan menghadiri

Konferensi Pers yang dilakukan HTI dan ikut serta dalam kajian

yang diselenggarakan HTI.

b. Wawancara

Dalam pengumpulan data penulis melakukan wawancara atau

interview. Pengumpulan datadilakukan dengan mewawancarai pihak-

pihak yang terkait atau berwenang dalam kasus pada penelitian ini

diantaranya adalah Ismail Yusanto selaku Pengurus DPP (Dewan

Pimpinan Pusat) HTI, Sri Yunanto selaku staf ahli Kementerian

Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenkopolhukam),

15

KH. Ahmad Ishomuddin selaku saksi ahli Pengadilan Tata Usaha

Negara (PTUN) Jakarta, Ali Munhanif, M.A. Ph.D selaku pengamat

politik dan Muhammad Nicko T. Pandawa selaku pengurus

Komisariat Gerakan Mahasiswa (GEMA) Pembebasan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

c. Dokumentasi

Dalampengumpulan data penulis juga mengambil data-data

pendukung yang berkaitan dengan masalah penelitian, data tersebut

bersumber dari pihak-pihak terkait, media cetak dan elektronik

seperti,foto, video, dokumen resmi/arsip, buku, jurnal, artikel, tesis,

disertasi.

3. Sumber dan Jenis Data

Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari dokumen-dokumenhasil

observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Sebelum

digunakan dalam proses analisis, data dikelompokkan sesuai dengan

jenis dan karakteristik yang menyertainya. Terdapat dua macam

karakteristik data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer

adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan dari

sumber-sumber terkait, sepertiPengurus DPP HTI, badan-badan

pemerintahan yang berwenang dan pihak-pihak atau tokoh yang terkait

pada kasus tersebut. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau

16

dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber

yang telah ada sebelumnya.30

4. Analisis Data Penelitian

Berdasarkan studi kasus yang diteliti oleh penulis, data penelitian ini

dianalisis menggunakan model analisis interaktif (model Miles dan

Huberman) dengan langkah-langkah sebagai berikut:31

a. Reduksi datadilakukan dengan melakukan pengelompokan data

berupa data berupa referensi dan dokumentasi. Penulis membuat

catatan berupa transkrip wawancara yangkemudian dianalisis oleh

peneliti untuk menentukan hasil dari penelitian ini.

b. Penyajian data, penulis memaparkan data penelitian secara

deskriptif.

c. Penarikan kesimpulan, bagian dari hasil reduksi data dan penyajian

penulis ringkas dalam bagian kesimpulan guna memperjelas dan

mempertajam hasil penelitian. Penarikan kesimpulan juga bertujuan

untuk mempermudah pembaca memahami sebagian besar hasil dari

penelitian yang dilakukan oleh penulis.

30 Pupuh Fathurahman, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 146. 31Matthew B. Miles, dkk., Qualitative Data Analysis: A Methode Source Book, ed. 3 (United State of America: SAGE Publication, 2014), h. 12-14. Diakses melalui https://books.google.co.id/books?id=3CNrUbTu6CsC&printsec=frontcover&dq=miles+dan+huber man+1992&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiz8PL58IzaAhWMqo8KHUyWCoIQ6AEILDAA#v=o nepage&q=miles%20dan%20huberman%201992&f=false, 27 Maret 2018, pukul 22.00 WIB.

17

F. Sistematika Penulisan

Penulis membagi skripsi ini kedalam beberapa bab agar dapat memberikan gambaran secara menyeluruh dan memudahkan dalam menelaah skripsi ini.

Bab I Pendahuluan. Pada bab ini penulis menguraikan permasalahan yang melatarbelakangi penulisan dengan pembahasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan serta tujuan terkait dalam penelitian mengenai Gerakan Politik dan Organisasi

Kemasyarakatan: Studi atas Konsolidasi Politik Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)

Pasca Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun

2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatanmelalui pendekatan teori gerakan politik, konsolidasi politik organisasi kemasyarakatan dan komunikasi organisasi sebagai pendekatan yang menjelaskan pokok permasalahan penelitian dengan metode penelitian kualitatif.

Bab II berisi tinjauan teori yang menjelaskan dan menjabarkan mengenai teori yang dipakai dalam penulisan penelitian ini, yakni teori gerakan politik, konsolidasi politik organisasi kemasyarakatan dan komunikasi organisasi.

Bagaimana teori ini dapat menjawab rumusan masalah yang tertulis di dalam pendahuluan, dan relevansi dari teori ini apakah layak untuk dijadikan acuan dalam penulisan penelitian ini yang berjudul Gerakan Politik dan Organisasi

Kemasyarakatan: Studi atas Konsolidasi Politik Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)

Pasca Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun

2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan.

18

Bab III berisisejarah HTI, rekam jejak gerakan HTI sebagai organisasi kemasyarakatan, ideologi dan pandangan HTI, sertalandasan hukum atas pembubaran HTI.

Bab IV merupakan inti dari penulisan penelitian yang berjudul Gerakan

Politik dan Organisasi Kemasyarakatan: Studi atas Konsolidasi Politik Hizbut

Tahrir Indonesia (HTI) Pasca Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan. Dalam bab ini penulis menjabarkan hasil penelitian secara deskriptif dan sistematis, serta menganalisis data yang telah diperoleh untuk menjawab permasalahan dalam penelitian.

BabV Penutup.Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran penelitian. Kesimpulan dan saran ini diperoleh dari hasil-hasil temuan yang didapat dalam proses penelitian.

19

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KONSEP

A. Teori Gerakan Politik

Gerakan adalah suatu tindakan atau reaksi dari satu golongan masyarakat yang bersifat terorganisir, bertujuan untuk menyampaikan rasa ketidakpuasan sosialnya kepada penguasa, mempunyai asas dan tujuan yang jelas, berjangka panjang serta mempunyai ideologi baru sehingga dapat menciptakan sebuah masyarakat yang diinginkan.1 Terdapat berbagai macam gerakan di dalam masyarakat yang biasa disebut dengan gerakan sosial, gerakan tersebut dibedakan berdasarkan gejala-gejala sosial yang terjadi diantaranya adalah gerakan sosial dan gerakan politik.

Sebenarnya hampir semua gerakan politik adalah gerakan sosial, karena banyak kasus gerakan sosial yang bertransformasi menjadi gerakan politik.

Sehingga, gerakan politik disebut sebagai gerakan sosial politik. Gerakan sosial tidak memiliki muatan atau kepentingan politik, kepentingannya lebih terfokus pada ranah tertentu yang cakupannya hanya pada satu isu tertentu, seperti menyuarakan hak-hak minoritas.

Contoh dari perjuangan dalam menyuarakan hak-hak minoritas adalah menyuarakan hak-hak buruh, memperjuangkan hak etnis tertentu dan lain-lain.

Tetapi gerakan sosial menjalankan fungsi politik yaitu agregasi kepentingan dan

1 Basrowi & Sukidin, Teori-Teori Perlawanan dan Kekerasan Kolektif (Surabaya: Insan Cendikia, 2003), h. 17.

20

artikulasi kepentingan. Agregasi kepentingan adalah pembentukan suatu program kebijakan yang didasari dengan rangkaian kepentingan dan perbedaan pandangan.

Sedangkan, artikulasi kepentingan adalah bentuk ekspresi dan publikasi berbagai kebijakan agar dapat mempengaruhi langkah-langkah yang diambil pemerintah.2

Pengertian dari politik adalah himpunan ide, nilai, kepercayaan dan norma yang menjadi dasar bagi seseorang atau kelompok dalam menghadapi masalah politik, sehingga dapat menentukan sikap dalam penyelesaian masalah tersebut.3Umumnya politik diartikan sebagai upaya untuk menentukan aturan- aturan agar terciptanya kehidupan yang harmonis.

Politik berkaitan dengan negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijakan (policy) dan pembagian kekuasaan

(distribution/allocation).4 Dengan demikian maka gerakan politik juga berkaitan dengan aspek-aspek tersebut. Sehingga dapat diartikan bahwa gerakan politik adalah proses atau upaya yang dilakukan secara kolektif yang dilakukan oleh entitas di suatu Negara yang bertujuan untuk menghasilkan barang secara kolektif.5 Biasanya gerakan tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan barang kolektif berupa kebijakan pemerintah atau kondisi perubahan sosial untuk kebaikan bersama.

Upaya-upaya yang dilakukan secara kolektif tetapi tidak berkaitan dengan kebijakan politik disuatu Negara bukan termasuk gerakan politik. Contohnya,

2Ihsan Ali Fuzi dalam Quintan Wictorowicz, Aktivisme IslamPendekatan Teori Gerakan Sosial, ed. terjemahan (Jakarta: Democracy Project, 2012), h. 8. 3Suyuti S. Budiharsono, Politik Komunikasi (Jakarta: Grasindo, 2013), h. 1-2. 4Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 16. 5Darren E. Sherkat, Politics and Social Movement dalam Helen Rose Ebaugh, Handbook of Religion and Social Institution (Texas: Springer Science, 2006), h. 4-5.

21

suatu kelompok individu yang melakukan pencegahan bencana alam, upaya semacam itu masuk ke dalam gerakan sosial, tetapi jika dalam praktiknya kelompok tersebut mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah atau memang gerakan tersebut digunakan oleh kelompok politik atau partai politik maka gerakan tersebut termasuk dalam gerakan politik.6

Gerakan politik adalah sebuah perilaku kolektif yang dilandasi atas kepentingan bersama dalam jangka waktu yang relatif lama yang bertujuan untuk mengubah atau mempertahankan kondisi masyarakat atau institusi.7Gerakan politik terjadi karena didasari atas ketidakpuasan yang dialami masyarakat secara kolektif terhadap suatu kondisi politik tertentu. Bruce J. Cohen memaparkan ciri- ciri sebagai berikut:8

1. Gerakan dilakukan oleh kelompok.

2. Terdapat struktur, mekanisme dan jaringan yang terorganisir.

3. Memiliki rencana dan metode.

4. Memiliki ideologi yang menjadi landasan organisasi.

5. Bertujuan untuk mengubah atau mempertahankan sesuatu.

6. Gerakan dilakukan dalam jangka waktu yang lama.

Gerakan tersebut memiliki peran dalam pembentukan opini masyarakat sehingga prosesframing menjadi sangat penting bagi keberhasilan sebuah gerakan sosial politik. Framing bertujuan untuk menyakinkan sasaran (individu atau kelompok) agar dapat memahami secara utuh maksud dari kelompok yang ingin

6Darren E. Sherkat dalam Helen Rose Ebaugh, Handbook of Religion and Social Institution…, h. 5-6. 7Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, edisi ketiga (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2004), h. 195. 8Bruce J. Cohen, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 435.

22

melakukan perubahan, sehingga sasaran tersebut terdorong juga untuk melakukan perubahan secara kolektif.

Padakondisi tertentu di dalam gerakan politik terdapat proses-proses politik yangmenimbulkan mobilisasi politik, yaituproses pengerahan massa yang bertujuan untuk melakukan pergerakan sesuai dengan yang dimaksudkan oleh suatu kelompok, organisasi maupun partai politik. Mobilisasi politik dibedakan menjadi mobilisasi massa dan mobilisasi elit politik.9 Mobilisasi massa adalah perekrutan massa sebanyak-banyaknya yang nantinya akan dikerahkan untuk terlibat dalam aktifitas politik, sedangkan mobilisasi elit adalah perubahan posisi elit disuatu organisasi atau partai politik.

B. KonsolidasiOrganisasi Kemasyarakatan

1. Pengertian dan Fungsi Organisasi Kemasyarakatan

Pengertian Organisasi Kemsyarakatan (Ormas) dan dasar

hukumOrmas sebagaimana yang diatur dalam Perppu Nomor 2 Tahun 2017

Tentang Perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi

Kemasyarakatantentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan adalah sebagai berikut:

“Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan,kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”10

9Damsar, Pengantar Sosiologi Politik…, h. 245. 10UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan.

23

Ormas dibentuk oleh kelompok masyarakat atas dasar kesamaan

kegiatan, profesi, dan tujuan seperti, agama, pendidikan, budaya, dan

sebagainya. Ormas dapat berbentuk badan hukum atau tidak berbadan

hukum, legalitas dan pengesahan badan hukum Ormas dilakukan oleh

menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan

hak asasi manusia.11

Keberadaan Ormas adalah wujud dari partisipasi masyarakat dalam

upaya meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat.12 Dalam

upaya tersebut terjalin kerjasama antara Ormas dan pemerintah dalam

menjalankan programpembangunan untuk memenuhi kebutuhan dan

kepentingan masyarakat.Ormas diharapkan mampu memberi kontribusi

dalam berbagai program pembangunan. Ormas juga diharapkan mampu

menjadi wadah dan sarana bagi masyarakat untuk mengembangkan ide-ide

kritis dan kreatif dalam peran pengawasan terhadap kinerja pemerintah.

Ormas diposisikan sebagai pelaku dalam struktur kelompok

kepentingan yang berperan sebagai kelompok penekan. Ormas sangat

berpengaruh dan berperan dalam pelaksanaan dan tata kelola pemerintahan

yang baik dan bersih (clean and good governance). Kedudukan Ormas

menggeser kedudukan Partai Politik (Parpol) dalam merespons kepentingan

11UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan. 12Randi Ari Ganjar Herdiansyah “Peran Organisasi Masyarakat (Ormas) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam Menopang Pebangunan di Indonesia, SosioglobalJurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vo. 1, No. 1, Desember 2016, h. 51.

24

masyarakat, sehingga masyarakat lebih simpati terhadap keberadaan Ormas

dibandingkan dengan Parpol.13

2. Peran dan Fungsi Ormas

Berdasarkan undang-undang fungsi Ormas adalah sebagai berikut:14

a. Penyalur kegiatan sesuai dengan kepentingan anggota dan tujuan

organisasi.

b. Pembinaan dan pengembangan anggota untuk mewujudkan tujuan

organisasi.

c. Penyalur aspirasi masyarakat.Masyarakat dapat menyampaikan

aspirasi kepada Ormas yang kemudian disalurkan kepada lembaga

politik atau pemerintah agar terjalin komunikasi yang baik antara

masyarakat dan pemerintahan.15

d. Pemberdayaan masyarakat. Langkah yang dapat dilakukan Ormas

dalam pembangunan masyarakatsebagai kreator pengetahuan adalah

melakukan riset dan analisis. Hasil riset dapat digunakan sebagai

rekomendasi kebijakan pemerintah untuk memperkuat ataupun

mengkritisi suatu kebijakan.16 Ormas juga dapatmenjadi penyedia

utama informasi publik.

e. Pemenuhan pelayanan sosial.

13W. Sigit Pudjianto, Perkembangan Ormas dan LSM dalam Menghadapi Pemilu 2004, dalam W. Sigit Pudjianto, “Pembangunan Politik Indonesia: Studi Tentang Eksistensi dan Peranan Organisasi Kemasyarakatan”, Tesis, Universitas Indonesia, 2006. h. 41-42. 14UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan. 15Randi Ari Ganjar Herdiansyah “Peran Organisasi Masyarakat (Ormas)…, h. 57. 16Randi Ari Ganjar Herdiansyah “Peran Organisasi Masyarakat (Ormas)…, h. 56.

25

f. Partisipasi masyarakat untuk memelihara, menjaga, dan memperkuat

persatuan dan kesatuan bangsa.

g. Pemelihara dan pelestari norma, nilai, dan etika dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ormas memiliki posisi

penting dalam pengutan sistem politik dan demokrasi.

3. Konsep Konsolidasi Organisasi Kemasyarakatan

Konsolidasi dilakukan sebagai upaya memelihara dan memantapkan

sesuatu yang telah dicapai, meningkatkan yang sedang dilakukan dan

mengantisipasi hal-hal yang kemungkinan terjadi di masa depan.17Hal

tersebut dilakukan sebagai penguatan organisasi dan penguatan eksistensi

organisasi terhadap publik (masyarakat).

Sejalan dengan peran dan fungsi organisasi diatas, maka

konseptualisasikonsolidasi Ormas dalam upaya penguatan kapasitas

kelembagaandapat dilakukan dengan cara-cara berikut:18

Pertama, penguatan manajemen organisasi. George R. Terry

mendefinisikan manajemen organisasi sebagai proses yang terdiri dari

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan

(actuating) dan pengawasan (controlling), proses tersebut dilakukan untuk

menentukan dan mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan sumber

17 Abd. Halim, Relasi Islam, Politik dan Kekuasaan (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2013), h. 180. 18UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan, Bab XII Pemberdayaan Ormas, Pasal 40 Ayat 5.

26

daya manusia dan sumber daya lainnya.19Berikut adalah bagan Proses

Managemen Organisasi George R. Terry:

Bagan II.1 Proses Manajemen Organisasi George R. Terry20

Sumber: G. Murugesan, Principles of Management

Poin-poin proses Managemen Organisasi George R. Terry dijabarkan

menjadi:

1. Perencanaan (planning) adalah hal paling mendasar dalam proses

manajemen organisasi. Perencanaan melibatkan penentuan

tujuan, pembentukan program dan tindakan untuk pencapaian

organisasi,di dalamnya terdapat penjadwalan, penugasan dan

antisipasi terhadap jalannya peristiwa di masa

depan.21Perencanaan merupakan upaya sistematis untuk

memutuskan arah terhadap tindakan tertentu yang mengarah pada

penentuan tujuan dari aktivitas kelompok dimasa depan.

19 George R. Terry dalam Yayat M. Herujito, Dasar-Dasar Manajemen (Bogor: Grasindo, 2001), h. 3. 20G. Murugesan, Principles of Management (New Delhi: University Science Press, 2012), h. 2. 21 Karam Pal, Management Concepts and Organizational Behaviuor (India: Directorate of Distance Education Guru Jambheshwar University), h. 111. Diakses melalui http://www.ddegjust.ac.in/studymaterial/mcom/mc-101.pdf, 20 Desember 2018, pukul 11.55 WIB.

27

2. Pengorganisasian (organizing) adalah pembagian komponen-

komponen kegiatan atau sumber daya, pembagian tugas dan

penetapan wewenang.22

3. Penggerakan (actuating) adalah upaya penggerakan anggota

untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas dan

wewenang.23 George R. Terry menyebut proses ini sebagai

“gerakan aksi” yangmencakup aktifitas dan gerakan

organisasi. Pada tahap ini terjadi proses penetapan dan

pengembangan keputusan-keputusan yang telah

direncanakan.24

4. Pengendalian (controlling) adalah penyesuaian antara

pelaksanaan rencana kegiatan terhadap hasil yang diperoleh.

Proses ini dilakukan guna mengevaluasi kegiatan agar sesuai

dengan tujuan akhir.25

Kedua, penyediaan data dan informasi. Organisasi perlu memiliki

sistem informasi berbasis jaringan. Kualitas informasi dalam suatu

organisasi sangat tergantung pada sistem informasi yang ada pada organisasi

tersebut.26Penggunaan informasi dalam suatu organisasi berfungsi sebagai

suatu pertimbangan dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan

yang kemudian diterapkan dalam bentuk pelayanan.

22George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, terj. J.G. Smith (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 17. 23George R. Terry dalam Yayat M. Herujito, Dasar-Dasar Manajemen…, h. 27. 24George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen…, h. 17. 25George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen…, h. 18. 26Lukman Samboteng dan Rulinawaty Kasmad, “Sistem Informasi Organisasi Berbasis Jaringan dalam Penentuan Strategi”, Jurnal Borneo Administator, Vol. 10, No. 2, 2014. h. 236.

28

Ketiga, penguatan kepemimpinan dan kaderisasi.Kepemimpinan

dalam organisasi memiliki peran strategis dalam usaha mencapai tujuan

organisasi sesuai visi dan misi organisasi. Pentingnya kemampuan

pemimpin dalam organisasi ditujukan untuk kemajuan bagi organisasi.

Pencapaian sebuah tujuan organisasi tidak hanya terfokus pada peran dari

pemimpin melainkan keterlibatan dari bawahan juga patut mendapatkan

tempat untuk pengambilan keputusan secara efektif.27

Kelangsungan sebuah organisasi tidak terlepas dari kaderisasi.

Kaderisasi merupakan sebuah proses pencarian sumber daya manusia untuk

melanjutkan perjuangan organisasi itu sendiri.Kaderisasi merupakan salah

satu media rekrutmen, pemantapan komitmen dan penguatan terhadap

ideologi organisasi yang berkaitan serta pemahaman terhadap pencapaian

visi dan misinya. Proses kaderisasi sebagai penguatan organisasi merupakan

sebuah orientasi jangka panjang. Sehingga proses kaderisasi tersebut harus

secara terus menerus dilakukan untuk memperkuat ikatan dalam sebuah

organisasi.

C. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi adalah proses penyampaian dan penerimaan berbagai pesan organisasi dalam kelompok formal atau informal.28Komunikasi organisasi juga diartikan sebagai pertukaran pesan dalam suatu jaringan yang

27 Burhanudin Mukhamad Faturahman, “Kepemimpinan dalam Budaya Organisasi,” MADANIJurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan, Vol. 10, No. 1, 2018, h. 2. 28Wiryanto dalam Khomsahrial Romli, Komunikasi Organisasi Lengkap (Jakarta: Grasindo, 2014), h. 13.

29

saling terkait untuk mengatasi ketidak pastian lingkungan yang dinamis atau berubah ubah.29

Korelasi antara komunikasi dan organisasi terletak pada bentuk dan proses komunikasi yang sedang berlangsung, metode, teknik, serta media yang digunakan. Komunikasi organisasi dapat diklasifikasikan melalui beberapa variabel konsep, diantaranya adalah proses, pesan, jaringan pesan, hubungan, ketergantungan, lingkungan dan ketidakpastian.30

1. Proses Komunikasi

Proses komunikasi kontemporer yang sering digunakan sebagai

adalah model yang dikembangkan oleh Shannon, Weaver dan Schramm.31

Komponennya adalah komunikator, pesan, media, penerima pesan dan

umpan balik.

Bagan II.2 Proses Komunikasi

Sumber: Khomsahrial Romli, Komunikasi Organisasi Lengkap

2. Pesan

Pesan adalah susunan simbol yang dihasilkan dari proses interaksi.

Simbol yang digunakan berbentuk verbal dan non-verbal.

29Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 69. 30 Khomsahrial Romli, Komunikasi Organisasi Lengkap (Jakarta: Grasindo, 2014), h. 13. 31Khomsahrial Romli, Komunikasi Organisasi Lengkap…, h. 9-10.

30

a. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata

yang dinyatakan secara lisan maupun secara tertulis. Komunikasi

secara lisan adalah ketika seseorang menyampaikan pesan atau

informasi secara lisan kepada penerima pesan yang bertujuan untuk

mempengaruhi tingkah laku penerima pesan.32 Ditataran organisasi,

komunikasi lisan berbentuk instruksi, penjelasan, laporan dan

persetujuan kebijakan yang dapat disampaikan secara tatap muka,

telepon radio, televisi dan lain-lain.33 Komunikasi secara tertulis

adalah penyampaian pesan dengan menggunakan kertas atau media

lain sehingga pesan tersebut dapat disampaikan apabila penerima

pesan membaca pesan yang disampaikan. Bentuk dari komunikasi

tertulis dapat berupa surat, memo, buku petunuk, laporan.

b. Komunikasi non verbal adalah penyampaian dan pertukaran pesan

tanpa adanya unsur kata didalamnya seperti menggunakan gerakan

tubuh, sikap tubuh, kontak mata, ekspresi wajah atau mimik

muka,dan sentuhan.34 Komunikasi non verbal juga dapat dilakukan

bersamaan dengan komunikasi verbal, penggabungan metode

tersebut untuk memperkuat atau mempertegas maksud dari pesan

yang disampaikan, karena fungsi dari komunikasi non verbal adalah

sebagai pengulangan, pelengkap, pengganti, memberikanpenekanan

dan memperdaya.35

32Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 95-96. 33Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 96. 34Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 130. 35Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 132.

31

3. Jaringan Komunikasi

Jaringan komunikasi adalah susunan dari komponen-komponen komunikasi yang saling terhubung secara fungsional. Fungsi individu dalam komunikasi ditentukan dengan hubungan struktur yang saling terkait antara satu individu dengan individu lain. Hubungan tersebut ditentukan oleh pola interaksi individu melaui arus informasi dan jaringan komunikasi.36 Jaringan komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Jaringan komunikasi formal37

1) Komunikasi kebawah (down ward communication) adalah pesan

yang mengalir dari pimpinan kepada bawahan, pesan yang

disampaikan berbentuk arahan, perintah, tujuan, pertanyaan,

kebijakan dan lain-lain.

2) Komunikasi horizontal (horizontally communication) adalah

pertukaran pesan dari orang-orang yang memiliki tingkat otoritas

yang sama di dalam organisasi. Pesan yang disampaikan

biasanya berbentuk koordinasi, pemecahan masalah,

penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi.

3) Komunikasi ke atas (upward communication) adalah pesan yang

sampaikan dari bawahan kepada atasan. Komunikasi ini

bertujuan untuk memberikan unpan balik dalam bentuk saran

atau pertanyaan.

36Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 102. 37Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 108-124.

32

b. Jaringan komunikasi non-formal (grapevein) adalah informasi yang

mengalir tanpa melihat pada hubungan posisi atau kedudukan

sehingga bersifat informal. Infornmasi ini mengalir secara

tersembunyi dan berubah-ubah, tidak dapat diperkirakan bahkan

hampir tidak dapat dikendalikan persebarannya. Pesan dalam

komunikasi ini berbentuk kabar angin atau gossip.

4. Ketergantungan

Dengan terbentuknya sebuah jaringan maka akan timul ketergantungan diantara komunikan, bila salah satu bagian mengalami gangguan komunikasi maka bagian yang lain juga akan terpengaruh.38

5. Hubungan

Hubungan dalam berkomunikasi diklasifikasikan menjadi:

a. Komunikasi dua orang atau antar personal, proses pertukaran

informasi dari sekurang-kurangnya dua individu yang saling

berkomunikasi. Dari komunikasi biasanya langsung diperoleh

jawaban atau umpan balik. Komunikasi antar personal dapat

dilakukan dengan cara percakapan, berdialog dan wawancara.39

b. Komunikasi kelompok, suatu kumpulan individu yang membentuk

kelompok yang saling mempengaruhi satu sama lain,mereka

berinteraksi untuk beberapa tujuan. Interaksi ini bisa berupa

hubungan kelompok dengan kelompok ataupun individu dengan

kelompok.

38Khomsahrial Romli, Komunikasi Organisasi Lengkap…, h. 18. 39Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 158-159.

33

6. Lingkungan

Lingkunganadalah faktor fisik dan faktor sosial yang mempengaruhi pembuatan keputusan.

7. Ketidakpastian

Maksud dari ketidakpastian adalah adanya perbedaan informasi antara informasi yang diharapakan dengan informasi yang tersedia.40

Apabila suatu organisasi membutuhkan sebuah informasi kemudian organisasi tersebut mencari informasi tersebut secara mendalam maka organisasi tersebut dapat memperkecil ketidakpastian informasi karena organisasi tersebut telah mendapatkan banyak informasi.

40Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 74.

34

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Hizbut Tahrir Indonesia dan Perkembangannya di Indonesia

1. Profil Hizbut Tahrir Indonesia

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) merupakan organisasi

kemasyarakatan berbentuk perkumpulan berbadan hukum yang didirikan

berdasarkan Akta Notaris Nomor 02 tanggal 06 Mei 2014 di hadapan

Notaris Sarinandhe DJ., SH., di Bekasi. Pada tahun 2014 HTI telah disahkan

sebagai perkumpulan berbadan hukum melalui Surat Keputusan Menteri

Hukum dan HakAsasi Manusia (Menkumham) Nomor AHU-

00282.60.10.2014 Tanggal 02Juli 2014 Tentang Pengesahan Pendirian

Badan Hukum Pendirian Hizbut Tahrir Indonesia.Sebelum adanya putusan

Perppu, perkumpulan HTI berkedudukan di Gedung Dakwah Hizbut Tahrir

Indonesia, Crown Place, Jalan Prof. Dr. Soepomo No. 231, Jakarta Selatan.

a. Lambang, Bendera dan Atribut

HTI menggunakan bendera bendera al-Liwa dan ar-Rayah dalam

logo, bendera dan atribut sebagai lambang pembebasan. Al-Liwa adalah

bendera berwarna putih dengan bertuliskan kalimat tauhid, sedangkan

ar-Rayah adalah bendera berwarna hitam dengan kalimat tauhid.

35

Gambar III.1 Bendera al-Liwa dan ar-Rayah

Sumber: Riaunews.com

Penggunaan bendera ini dinilai sesuai dengan nama Hizbut

Tahrir sebagai partai pembebasan, sebagai mana yang telah digunakan oleh Hizbut Tahrir di tingkat pusat.

Gambar III.2 Bendera Hizbut Tahrir

Sumber: https://hizbuttahrir.org/

Kemudian HTI memodifikasi dengan membentuk lambang sebagai berikut:

Gambar III.3Lambang dan Bendera HTI

Sumber: http://www.kabaraswaja.com

36

b. Struktur Organisasi Hizbut Tahrir Indonesia

Struktur organisasi HTI dibagi berdasarkan tingkatan wilayah,

dimulai dari tingkat nasional hingga masuk pada lingkup terkecil, yaitu

perguruan tinggi atau universitas. Untuk tingkat nasional dinamakan

Dewan Pimpinan Pusat (DPP), untuktingkat provinsi dinamakan Dewan

Pimpinan Daerah I (DPD I), untuk tingkat kabupaten/kota dinamakan

Dewan Pimpinan Daerah II (DPD II)1, kemudian tingkatan terakhir

berbentuk chapter-chapter. Berikut adalah susunan struktur HTI pada

tingkat DPP:

Bagan III.1 Struktur Organisasi DPP HTI

Sumber: Sri Yunanto, pada buku “Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia

Selain dari pada bagan dia atas HTI juga membentuk wadah bagi

anggota perempuan yang dinamakan Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia

(MHTI). MHTI ini aktif dalam menyuarakan isu-isu keluarga,

perempuan dan anak.

MHTI menggunakan pola gerakan yang sama dengan gerakan

HTI dalam pendirian khilafah. Namun, MHTI lebih fokus pada

1 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia(Jakarta: IPPS, 2017), h. 53.

37

pembangunan keluarga sakinah2 yang ditargetkan khusus kepada para

muslimah. Tema ini dipilih dengan alasan bahwa membanngun

hubungan keluarga dan masyarakat yang sehat harus melalui komponen

terkecil yaitu keluarga inti. Dengan terbentuknya keluarga sakinah dapat

mencetak generasi penerus masa depan yang nantinya mampu

memberikan kontribusi nyata di masyarakat.3

2. Sejarah danLatar Belakang Perkembangan Hizbut Tahrir di

Indonesia

Hizbut Tahrir (HT) didirikan di Palestina, HT adalah organisasi

politik berideologi Islam berskala Internasional. Berdirinya Hizbut Tahrir

dilatar belakangi oleh sejarah panjang yang dialami Palestina, kerusakan

pada sistem pemerintahan dan peristiwa-peristiwa politik yang terjadi di

Palestina. Hizbut Tahrir bertujuan untuk melanjutkan kembali kehidupan

Islam, dan menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia,

menyerukan khilafah islamiyah, yang dipimpin oleh seorang Khalifah.4

HT berasumsi bahwa kehidupan umat saat ini berada dalam kondisi

yang tidak Islami, hal ini merupakan akibat dari berlakunya sistem sekuler

yang memiliki andil besar bagi terciptanya kondisi sosial yang buruk.5

Didasari dengan hal tersebut Hizbut Tahrir berupaya untuk mengembalikan

posisi umat Islam ke masa kejayaan dan kemuliaan. Mengambil alih negara-

2 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia…, h. 55. 3 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia…, h. 56-57. 4Abu Afif, dkk., Mengenal Hizbut Tahrir dan strategi Dakwah Hizbut Tahrir (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2013), h. 25. 5 Afdlal, dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia (Jakarta: LIPI Press, 2005), h. 268.

38

negara dan bangsa-bangsa di dunia kemudian dipimpin oleh seorang khalifahsesuai dengan hukum-hukum Islam.6

Secara global gagasan dan tujuan HT bertransformasi menjadi gerakan Islam transnasional.7 Kegiatan-kegiatan Hizbut Tahrir tidak hanya dilakukan di Palestina dan Yordania namun tersebar luas di negara-negara

Islam maupun non-Islam. HT melihat adanya kesatuan agama dengan negara, menurutnya terdapat empat hal yang membedakan sistem Islam dengan sistem lain, yaitu:8

a. Kedaulatan ada di tangan syara. Syariat Allah SWT berhak untuk

menentukan baik-buruk, benar-salah, halal-haram terhadap suatu

permasalahan.

b. Kekuasaan di tangan umat. Seorang Khalifah memperoleh

kedudukan dan kekuasaan setelah dibaiat oleh umat. Sehingga umat

memiliki peran dalam pendelegasian kekuasaan.

c. Mengangkat satu khalifah hukumnya fardhu bagi kaum muslimin.

d. Khilafah merupakan satu-satunya pihak yang berhak untuk

mengadopsi untuk salah satu pendapat yang ada dalam hukum syara’

untuk diberlakukan sebagai undang-undang.

Penyebaran pemikiran dan gagasan HT kemudian menyebar hingga ke Indonesia pada tahun 1983. Abdurrahman al-Baghdadi dan Abdulah bin

Nuh menjadi cikal bakal berdirinya HT di Indonesia yang kemudian disebut

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Penyebaran pemikiran HTI ini dilakukan

6 Afdlal, dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 26. 7 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia…, h. 36. 8 Afdlal,dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 270.

39

melalui diskusi-diskusi pada Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Perbedaan

ideologi dan pola gerakan HTI dengan organisasi Islam lain menjadikan HTI

percaya diri untuk memproklamirkan diri sebagai organisasi mandiri.9

Semakin menguatnya eksistensi gerakan HTI menjadikan HTI berani untuk

menampakan diri ke ruang publik dengan mengadakan Konferensi

Internasional di Indonesia yang berlokasi di Senayan, kegiatan ini secara

terbuka memperkenalkan gagasan, program dan para pimpinan HTI.10

Setelah terselenggaranya kegiatan tersebut penyebaran ide dan gagasan HTI

dilakukan melalui dakwah, forum diskusi, seminar, demonstrasi atau unjuk

rasa damai.

B. Konsepsi Politik Hizbut Tahrir

1. Pemikiran Politik Hizbut Tahrir

Politik menurut Hizbut Tahrir adalah suatu pengaturan umat dalam

negeri dan luar negeri11, yang dimaksudkan umat disini adalah warga

negara. Politik dalam negeri adalah pengaturan urusan-urusan umat di dalam

negeri dilakukan oleh negara dengan menerapkan sebuah ideologi. Negara-

negara yang menganut suatu ideologi konsepnya akan tetap dan tidak

pernah berubah karena negara tersebut secara massif tetap menyebarkan

9 Afdlal,dkk.,Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 38. 10 Agus Salim, “The Rise of Hizbut Tahrir Indonesia”, Tesis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. 11Taqiyuddinan-Nabhani, Konsepsi Politik Hizbut Tahrir ed. Mu‟tadamdah (Jakarta:HTI Press, 2005), h. 7.

40

ideologinya ke seluruh duniameskipun dengan cara yang berbeda dan non-

permanen.12

Sedangkan politik luar negeri yang dilakukan oleh negara adalah

dengan menyebarkan ideologi ke seluruh dunia dan menjalin hubungan luar

negeri dengan berbagai negara, bangsa dan umat lain. Hal tersebut dilakukan

untuk menjaga institusi negara dan umat, melakukan dakwah ke seluruh

dunia dan mengatur hubungan umat islam dengan umat lain dengan benar.13

Umat Islam harus memperhatikan rencana strategis politik (khitah

politik) di berbagai negara. Memperhatikan tentang cara (uslub) yang

dilakukan setiap negara dalam mengimplementasikan strategi. Dengan

demikian, maka umat Islam harus memahami hakikat kontelasi politik di

dunia dengan pemahaman kerangka konstalasi internasional (al mauqif al

duali).14 Hal ini ditujukan agar umat Islam dapat merumuskan secara detail

tata cara untuk menegakkan khilafah dan mengemban dakwah Islam ke

seluruh dunia.

Konstalasi disetiap negara bersifat dinamis, sehingga tidak mungkin

memberikan konsep permanen terhadap konstelasi suatu negara. Sehingga

yang mungkin dilakukan adalah memberikan garis besar dari konstelasi

internasional dengan jangka waktu tertentu, memberikan gambaran-

gambaran dari kemungkinan perubahan yang akan terjadi terhadap

12Taqiyuddinan-Nabhani, Konsepsi Politik Hizbut Tahrir ed. Mu‟tadamdah (Jakarta:HTI Press, 2005), h. 11. 13Taqiyuddinan-Nabhani, Konsepsi Politik Hizbut Tahrir ed. Mu‟tadamdah…, h. 7 14Taqiyuddinan-Nabhani, Konsepsi Politik Hizbut Tahrir ed. Mu‟tadamdah…, h. 8.

41

konstelasi tersebut.15 Perubahan konstelasi internasional didasari oleh

perubahan konstelasi pada sebagian negara di dunia. Hal ini terjadi karena

kekuatan atau kelemahan hubungan dengan suatu negara dengan negara lain,

yang kemudian akan menghasilkan perubahan perimbangan internasional.16

Hizbut Tahrir meyakini bahwa Islam mampu mengatur seluruh aspek

kehidupan manusia dan menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi

manusia. Keberadaan Hizbut Tahrir adalah untuk mengubah keadaan

masyarakat yang penuh dengan kerusakan dengan menjadikan Islam sebagai

satu-satunya landasan untuk menyelesaikan persoalan manusia. Hal tersebut

hanya dapat diwujudkan dengan menegakkan kembali sistem Khilafah

Islamiah.17

Hizbut Tahrir berusaha mengikuti metode dakwah (thariqah) yang

ditempuh oleh Rasulullah SAW. Sebagaimana perjuangan yang dilakukan

oleh Rasulullah SAW, Hizbut Tahrir juga melakukan perjuangan pemikiran

dengan menentang berbagai paham, pemikiran dan ideologi-ideologi

sekularisme seperti Demokrasi, Kapitalisme, Sosialisme, dan lainnya.18

Dalam menentang ideologi sekular Hizbut Tahrir tidak menggunakan

kompromi atau penyesuaian diri namun tidak pula menggunakan cara

anarkis atau kekerasan fisik. Hizbut Tahrir memposisikan diri sebagai

penentang yang bertujuan untuk mengoreksi dan mengungkap kesalahan

atau kekeliruan penguasa. Hizbut Tahrir juga berupaya untuk mengungkap

15Taqiyuddinan-Nabhani, Konsepsi Politik Hizbut Tahrir ed. Mu‟tadamdah…, h. 8. 16Taqiyuddinan-Nabhani, Konsepsi Politik Hizbut Tahrir ed. Mu‟tadamdah…, h. 8. 17 Hizbut Tahrir Indonesia, Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia: Indonesia,Khilafah dan Penyatuan Kembali Dunia Islam (Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia, 2009), h. 68-69. 18Hizbut Tahrir Indonesia, Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia…, h. 69.

42

konspirasi yang dilakukan pemerintah dengan negara-negara penjajah dan kelalaian mereka terhadap Islam.19

Hizbut Tahrir mengklaim bahwa seluruh aktivitas Hizbut Tahrir bersifat politis, karena pengertian politik dalam Islam adalah memelihara urusan dan kepentingan umat dalam arti yang sesungguhnya, yaitu membebaskan umat Islam dari berbagai konsep, pemikiran, dan perasaan yang rusak atau keliru.20 Hizbut Tahrir menginginkan umat Islam untuk menerapkan pemikiran-pemikiran dan ajaran Islam dalam kehidupan sehari- hari. Pemikiran terebut diharapkan mampu mendorong umat untuk mewujudkan pola interaksi islami di lingkungan mereka tinggal. Secara khusus Hizbut Tahrir menyerukan kepada para pihak yang memiliki kekuatan politik agar memberikan dukungannya kepada Hizbut Tahrir sehingga kekuasaan Islam bisa ditegakkan dan pihak yang memiliki kekuatan politik dapat menyingkirkan penguasa dan penjajah.

Dalam menjalankan dakwah, Hizbut Tahrir merasa bahwa negara- negara kafir berupaya keras untuk menjegal dan menghalangi perkembangan dakwah Hizbut Tahrir, seperti dengan mengadakan berbagai pertemuan dan seminar tentang Hizbut Tahrir dan Khilafah. Salah satunya adalah

Konferensi Ankara yang digagas Amerika Serikat, The Heritage

Foundation, Nixon Institute, International Crisis Group, dan CIA.21

19Hizbut Tahrir Indonesia, Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia…, h. 69. 20Hizbut Tahrir Indonesia, Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia…, h. 69. 21Hizbut Tahrir Indonesia, Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia…, h. 70.

43

2. Sistem dan Struktur Pemerintahan Negara Islam (Khilafah)

Bentuk pemerintahan dalam sistem kekhalifahan tidak memiliki

batas-batasan negara, sistem khilafah dapat mencegah hegemoni dan

dominasi suatu negara terhadap negara lain baik dalam bentuk kolonialisme

fisik maupun non-fisik. HT menganggap Sistem Pemerintahan Islam yang

diwajibkan oleh Allah SWT adalah sistem Khilafah. Pada sistem ini seorang

khalifah diangkat oleh umat dan dibaiat berdasarkan al-Qur‟an dan Sunnah

Rasullullah SAW.

Sistem Khilafah berbeda dengan bentuk lain yang ada di seluruh

dunia, baik dari segi landasan, segi pemikiran, pemahaman, dan hukum-

hukum yang mengatur berbagai urusan umat manusia.22 Walaupun dipilih

oleh umat khilafah berbeda dengan demokrasi. Pada sistem demokrasi

terdapat kekuasaan untuk menetapkan hukum halal haram, sementara pada

sistem khilafah ketetapan tersebut telah dijabarkan melalui al-Qur‟an dan

sunnah dan bersifat mutlak.

Gelar yang digunakan untuk menyebut kepala dalam pemerintahan

Islam adalah Khalifah, atau Imam, atau Amir al-Mu‟minin. Khalifah adalah

pemimpin yang mewakili umat dalam menjalankan pemerintahan,

kekuasaan, dan penerapan hukum-hukum syariah. Sesungguhnya Khalifah

itu diangkat oleh kaum Muslim. Karena itu, realitasnya Khalifah adalah

22Hizbut Tahrir, Struktur Negara Khilafah: Pemerintahan dan Administrasi (Jakarta: HTI Press, 2008), h. 20.

44

wakil umat dalam menjalankan pemerintahan, kekuasaan, dan penerapan

hukum-hukum syariah. Khalifah memiliki wewenang sebagai berikut:23

a. Khalifah berhak mengadopsi hukum-hukum syariah yang dibutuhkan

untuk memelihara urusan-urusan rakyat.

b. Khalifah adalah penanggung jawab politik dalam negeri maupun luar

negeri.

c. Khalifah memiliki hak untuk menerima atau menolak,mengankat

atau memberhentikan para duta dari negara asing.

d. Khalifah memiliki wewenang untuk mengangkat dan

memberhentikan para Mu„awin dan para wali.

e. Khalifah memiliki wewenang untuk mengangkat dan

memberhentikan Qadhi al-Qudhat (Kepala Kehakiman).

C. Gerakan Politik Hizbut Tahrir di Indonesia

Gerakan HT di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai gerakan intelektual radikal, berbeda dengan negara lainHT bertransformasi menjadi sebuah partai politik sehingga HT menjadi sebuah partai pembebasan (liberation party).24

HTI sejak awal dibentuk sebagai organisasi politik, tetapi HTI tidak mendaftarkan diri secara formal sebagai partai politik yang ikut serta dalam pemilihan umum.25

HTI lebih terfokus pada pembentukan kader dan pembinaan umat. HTI aktif dalam pembentukan opini publik yang kaitannya mengarah pada perspektif Islam.

Dengan demikian, fokus dari gerakan politik HTI ini bukan untuk mendapatkan

23Hizbut Tahrir, Struktur Negara Khilafah: Pemerintahan dan Administrasi…, h. 63. 24 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia..., h. 40. 25 Afdlal, dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 266.

45

kekuasaan dalam pemilu, melainkan penumbuhan kesadaran umat terhadap kehidupan Islami, karena menurut HTI pemilu dapat mendorong perpecahan suara umat apabila jumlah banyak jumlah partai yang ikut berkontestasi pada pemilu.26

Radikalisme ideologi yang terkandung dalam gerakan HTI dapat dilihat dalam pandangan HTI bahwa setiap negara dengan sistem pemerintahan non- khilafahadalah dar al-kufur (rumah orang-orang kafir) dan dar al-harb (rumah yang bisa diperangi).27 Meskipun tidak setuju dengan sistem kenegaraan yang gunakan Indonesia pada saat ini, namun HTI mengharamkan untuk melakukan kudeta atau pemecatan pimpinan. Fokus HTI lebih kepada penggantian sistem dari pada pergantian orang atau pimpinan.28

Dalam buku terbitan HTI berjudul “Peraturan Hidup dalam Islam” menjabarkan pandangan HTI mengenai beberapa konsep ideologi dunia yang kemudian dibandingkan dengan ideologi Khilafah islamiyah. Dalam buku tersebut ideologi di dunia dibagi menjadi tiga mahda (ideologi), yaitu kapitalisme, sosialisme (komunisme termasuk di dalamnya) dan Islam.29 HTI menjabarkan kapitalisme sebagai berikut:

“Kapitalisme tegak atas dasar pemisahan agama dengan kehidupan (sekularisme). Ide ini menjadi akidah, sekaligus kepemimpinan ideologi serta sebuah kaidah berpikir. Mereka berhak membuat peraturan hidupnya. Mereka mempertahankan kebebasan manusia yang terdiri dari kebebasan berakidah, berpendapat, hak milik dan kebebasan pribadi.”30

26 Afdlal, dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 274-275. 27 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia..., h. 72. 28 Afdlal, dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia..., h. 277. 29Taqiyuddin an-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam (Edisi Mu’tamadah), (Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia, 2013), h. 50. 30Taqiyuddin an-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam (Edisi Mu’tamadah)…., h. 52.

46

Kapitalisme melahirakan sistem ekonomi kapitalis dan demokrasi. Dalam demokrasi rakyat menjadi sebuah kekuatan untuk membentuk suatu aturan atau undang-undang. Namun dalam hal ini sistem ekonomi kapitalis lebih menonjol ketimbang ideologi demokrasi yang akhirnya bermuara pada ideologi kapitalisme.

Meski kapitalisme dan sosialisme berbeda pendapat mengenai ide desar tentang manusia, alam dan hidup tetapi kedua ideologi tersebut sepakat bahwa nilai tertinggi dalam ideologi tersebut adalah nilai-nilai yang diterapkan dan dibuat oleh manusia itu sendiri.

Menurut HTI, sosialisme dan komunisme berorientasi pada materi sebagai pusat dari segala sesuatu. Agama dianggap sebagai candu yang nantinya akan menghambat pekerjaan, karena materi adalah pangkal berpikir dan pangkal dari segala sesuatu yang selalu berproses dan berkembang.31 Sementara itu, Islam dianggap ideologi yang lahir dari akidah dan fikrah. Islam dianggap sebagai satu- satunya jalan yang paling konkret untuk menghasilkan kebangkitan umat.

Untuk menyebarkan paham-paham yang dianut HTI melakukan penyebaran dengan cara dakwah islamiah baik melalui secara tatap muka seperti forum dakwah, majelis, forum diskusi maupun melalui media online seperti portal online atau website, dan buku-buku pedoman HT yang disebarluaskan secara bebas. Buku pedoman tersebut diantaranya adalahStruktur NegaraKhilafah,

Sistem Pemerintahan Islam, Sistem Pergaulan Islam, Sistem Ekonomi Islam,

31Taqiyuddin an-Nabhani, Peraturan Hidup dalam Islam (Edisi Mu’tamadah)…., h. 53-54.

47

Sistem Keuangan Negara Khilafah, Politik Ekonomi Islam, Sistem Sanksi,

Hukum Pembuktian, Pengantar Undang-undang Dasar HT.32

Namun sejalan dengan penyebaran paham HTI melalui forum-forum diskusi dan kajian, paham-paham HTI dianggap berlawanan dengan Pancasila dan demokrasi Indonesia yang mana dalam pemahaman HTI demokrasi bukanlah suatu sistem yang tepat bagi umat Islam di Indonesia. Kemudian pemerintah melakukan pencabutan badan hukum dan pemberhentian terhadap kegiatan- kegiatan HTI.

D. Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)

1. Langkah Pemerintah Terhadap Pembubaran HTI

Pembubaran HTI diinisiasi pada masa pemerintahan Presiden Joko

Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Pembubaran

tersebut dilakukan sebagai suatu komitmen terhadap Nawacita, yang mana

di dalamnya terkandung komitmen pemerintah untuk mengembangkan

demokrasi, nasionalisme, kebhinekaan, konstitusi dan Pancasila.33

Presiden Joko Widodo menyampaikan sebuah pernyataan bahwa

pada pemerintahan Jokowi-JK memiliki program dan langkah-langkah untuk

merevitalisasi demokrasi dan nasionalisme. Langkah pertama yang

dilakukan adalah dengan membubarkan organisasi masyarakat (ormas) yang

mengganggu ideologi Pancasila.

32Hizbut Tahrir Indonesia, Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia…, h. 71. 33 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia…, h. 125.

48

Kemudian, sejalan dengan pernyataan tersebut Presiden Joko

Widodo memberikan instruksi kepada Kementerian Koordinator Bidang

Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenkopolhukam) untuk melakukan kajian terhadap ormas yang memiliki paham yang bertentangan dengan

Pancasila.34 Setelah beberapa waktu melakukan kajian, Kemenkopolhukam menemukan bahwaajaran yang disebarluaskan HTI bertentangan dengan

Pancasila,Undang-undang Dasar 1945, demokrasi dan HAM.35

Pada tanggal 8 Mei 2017 Kemenkopolhukam memberikan pengumuman tentang rencana pembubaran HTI yang dilandasi dengan 3 alasan. Pertama, HTI tidak tidak berperan secara positif dalam proses pembangunan dan pencapaian tujuan Negara. Kedua, kegiatan-kegiatan yang dilakukan atau diselenggarakan HTI terindikasi bertentangan dengan asas dan tujuan negara. Ketiga, aktifitas yang dilakukan berbenturan di masyarakat, sehingga dapat mengancam keamanan, ketertiban dan membahayakan NKRI.36

Senin, 10 Juli 2017 pemerintah menerbitkan Perppu Nomor Tahun

2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013

Tentang Organisasi Kemasyarakatan. Kemudian pada tanggal 19 Juli 2017

HTI resmi dibubarkan dengan pencabutan status badan hukum.

34 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia…, h. 127. 35 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia…, h. 127. 36 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia…, h. 128.

49

2. Dasar Hukum Pembubaran HTI

a. Undang-undang Dasar

Dalam menangani HTI pemerintah merujuk kepada Undang-

undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan.

Adanya UU tersebut adalah untuk mendorong semangat kebebasan

berdemokrasi, sehingga muncul organisasi masyarakat yang menjadi

komponen penting dalam proses perjalanan demokrasi Indonesia.

Namun, UU ini dianggap tidak dapat dijadikan instrumen yang

cepat dalam menangani ormas-ormas yang membahayakan negara.37

Sehingga pemerintah menggunakan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas

UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan tentang

perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2013, yang ditetapkan melalui UU

Nomor 16 Tahun 2017 tentang Penetapan Peraturan Pengganti Undang-

undang Nomor 2 Tahun2017 menjadi Undang-Undang yang disahkan

pada 22 November 2017.

b. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik

Indonesia (PERPPU)

Undang-undang Dasar 1945 pada pasal 22 ayat 1

mengamanatkan tentang Perppu, bahwasannya dalam hal ihwal

kepentingan yang memaksa presiden berhak menetapkan peraturan

pemerintahan sebagai pengganti undang-undang.

37 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia…, h. 147.

50

Berdasarkan dengan keputusan Mahkamah Konstitusi presiden

dapat mengeluarkan Perppu berdasarkan 3 petimbangan, yaitu:38

1) Ketika sedang dalam keadaan mendesak dan perlu diselesaikan

secara cepat.

2) Adanya kekosongan dan kelemahan hukum, undang-undang

tidakmemadai untuk menjadi landasan bagi penyelesaian

persoalan negara.

3) Prosedur atau regulasi pembuatan penetapan peraturan yang

terlalu lama sementara permasalahan harus segera diatasi atau

mendesak.

Dengan dasar pertimbangan di atas maka penggunaan Perppu

dinilai tepat karena telah mencakup tiga pertimbangn tersebut. Bukti-

bukti empiris yang berkaitan terhadap pertimbangan tersebut adalah

sebagai berikut:39

1) Ketika sedang dalam keadaan mendesak dan perlu diselesaikan

secara cepat.

a) Kemenkopolhukam telah mengumpulan bukti kuat

bahwaHTI menentang Pancasila atau ideologi bangsa, apabila

tidak segera dilakukan tindakan makapenyebaran ideologi

HTIakan terus berlanjut dan semakin meluas.

38 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia…, h. 144. 39 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia…, h. 144- 147.

51

b) Terjadi penolakan terhadap gerakan HTI hampir di seluruh

daerah-daerah Indonesia, hal ini dikhawatirkan dapat

menimbulan konflik sosial.

2) Adanya kekosongan dan kelemahan hukum, undang-undang

tidakmemadai untuk menjadi landasan bagi penyelesaian

persoalan negara. Yang dimaksudkan sebagai kekosongan atau

kelemahanhukum adalah pada UU Nomor 17Tahun 2013,

karena UU tersebut tidak memuat dengan jelas mengenai hal-

hal yang berkaitan dengan sanksi.

3) Prosedur atau regulasi pembuatan penetapan peraturan yang

terlalu lama sementara permasalahan harus segera diatasi atau

mendesak. Dalam kaitannnya terhadap pembubaran apabila

menggunakan UU Nomor 7 Tahun 2013 sebagai landasan

dalammenangani kasus ini maka pemerintah akan menempuh

prosedur yang sangat memakan waktu. Untuk mengurangi

resiko tersebut maka pemerintah menggunakan Perppu Nomor 2

Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2013

Tentang Organisasi Kemasyarakatan sebagai percepatan

penyesaian masalah.

52

BAB IV

KONSOLIDASI POLITIK HTI PASCA PERPPU NOMOR 2 TAHUN 2017

TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

ORGANISASI KEMASYARAKATAN

A. Bentuk-Bentuk Konsolidasi Politik HTI

Setelah terbitnya Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU

Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan (Perppu Ormas) pada

10 Juli 2017 yang dianggap telah mengancam keberadaan perkumpulan Hizbut

Tahrir Indonesia (HTI), tentu HTI melakukan konsolidasi politik guna mempertahankan eksistensinya.

HTI menyebutkan bahwa langkah konsolidasinya dilakukan dengan cara melakukan perlawanan hukum dan politik. Konsolidasi dilakukan sebagai upaya memelihara danmemantapkan sesuatu yang telah dicapai, meningkatkan yang sedang dilakukan dan mengantisipasi hal-hal yang kemungkinan terjadi di masa depan.1Perlawanan hukum dilakukan dengan proses hukum di pengadilan, sedangkan perlawanan politik dilakukan dengan mendorong berbagai pihak untuk menolak Perppu Ormas.

Konsolidasi tersebut dianalisis dengan konseppenguatan kelembagaan yang tercantum dalam Bab XII Pasal 40 Ayat 5 UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang

Organisasi Kemasyatakatanyang kemudian difokuskan pada penguatan

1 Abd. Halim, Relasi Islam, Politik dan Kekuasaan (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2013), h. 180.

53

manajemen organisasi, penyediaan data dan informasi, serta penguatan kepemimpinan dan kaderisasi.

1. Penguatan Manajemen Organisasi

Diperlukan manajemen yang rapi untuk melakukan perlawanan

terhadap pemerintah dalam menentang Perppu Ormas. Sejalan dengan teori

manajemen organisasi George R. Terry dimana manajemen organisasi

sebagai proses yang terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), penggerakan (actuating) dan pengawasan (controlling), tentu

HTI melakukan tahapan-tahapan tersebut, namun dalam hal ini penulis

menekankan pada poin pengorganisasian dan penggerakan.

a. Pengorganisasian

Pada tanggal Senin, 8 Mei 2017 melalui konferensi pers

Menkopolhukam mengumumkan bahwa pemerintah akan mengajukan

permohonan pembubaran HTI ke pengadilan. Menkopolhukam

mengutus jaksa agung pada proses pengajuan permohonan

pembubaran HTI.

Pernyataan tersebut memunculkan reaksi HTI sehingga HTI

melakukan upaya penolakan yang disampaikan melaui Konferensi

Pers yang digelar pada 9 Mei 2017 di Kantor DPP HTI.

54

Gambar IV.1 Konferensi Pers: Menolak Rencana Pembubaran HTI2

Sumber: Dokumentasi Pribadi HTI

Dalamkonferensi tersbut HTI menolak keras langkah

pemerintah untuk melakukan pembubaran HTI, karena dinilai tidak

memiliki dasar yang jelas. HTI sebagai Ormas (legal) yang berbadan

hukum seharusnya dilindungi hak konstitusinya. Anggapan bahwa

kegiatan HTI tidak memiliki peran dalam pembangunan dan

kegiatannya bertentangan dengan NKRI adalah tidak benar karena

selama ini HTI telah menunjukan kontribusi. Dengan dibubarkannya

HTI maka pemerintah menghilangkan kebaikan yang ada.

Upaya yang dilakukan oleh HTI dalam merespons tudingan

tersebut adalah dengan melakukan pengorganisasian.

Pengorganisasian (organizing) adalah pembagian komponen-

komponen kegiatan atau sumber daya, pembagian tugas dan

penetapan wewenang.3HTI menetapkan tugas dan wewenang kepada

Yusril Ihza Mahendra sebagai Kuasa Hukum dan mengumukan telah

terbentuknya Tim Pembela HTI (TP-HTI) yang terdiri dari 1000

Advokat dari berbagai daerah di Indonesia. TP-HTI bertugas untuk

menyampaikan pendapat hukum dan pembelaan terhadap HTI. Hal

2 Dokumentasi Pribadi HTI pada Konferensi Pers Selasa, 9 Mei 2017 di Kantor DPP HTI 3George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, terj. J.G. Smith (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 17.

55

tersebutdiumumkan melalui Konferensi Pers yang digelar pada 23 Mei

2017 di Kantor Ihza & Ihza Law Firm Jakarta.

Gambar IV.2 Konferensi Pers: Tim Pembela Hizbut Tahrir Indonesia4

Sumber: Live Streaming di Channel Arah TV https://www.arah.com/live/588/streaming.html

Setelah terbit PerppuOrmas yang ditetapkan pada 10 Juli 2017,

pada tanggal 12 Juli 2017 HTI kembali menggelar Konferensi Pers

bertemakan “Menggugat Perppu, Menggugat Rezim Refresif” yang

menyatakan bahwa HTI sedang dalam tahapan uji materi untuk dapat

melakukan penggugatan.

Penerbitan Perppu tersebut menimbulkan reaksi dari

organisasi-organisasi berbasis Islam, kemudian mereka membentuk

Forum Ormas Penolak PerppuOrmas pada tanggal 14 Juli 2017, forum

tersebut menggelar Rapat Koordinasi dan Konsolidasi Lintas Ormas

dan Lembaga Dakwah bertempat di Aula AQL, Jakarta Selatan. Ormas

tersebut diantaranya adalah HTI,Dewan dakwah, Persatuan Islam

(Persis), Majelis Mujahidin, Hidayatullah, Ikatan Da‟i Indonesia

(Ikadi) dan lain-lain. Selainperwakilan Ormas beberapa ahli hukum

dan advokat hadir untuk memberikan pandangan.

4 Live Streaming di Channel Arah TV, diakses dari https://www.arah.com/live/588/streaming.html, pada tanggal 10 Oktober 2018.

56

Dalam hal pengorganisasian HTI melakukan konferensi pers

dan rapat ataupun forum diskusi. Konferensi pers menjadi penting

karena selain untuk menyampaikan pernyataan dan menarik simpati

berbagai kalangan, pernyataan dalam konferensi ini membentuk suatu

framing. Framing yang terbentuk adalah anggapan bahwa pemerintah

telah berbuat dzalim terhadap HTI karena membubarkan HTI secara

sepihak, sehingga Perppu ini menjadi tidak relevan untuk

membubarkan HTI.

Forum tersebut menjadi langkah dari pengorganisasian HTI

karena terjadi kesepakatan dan kesamaan pemahaman yang berujung

pada pemberian dukungan Ormas-ormas Islam tersebut untuk

mendukung dan ikut serta dalam gerakan HTI guna menolak Perppu.

b. Penggerakan

HTI dibubarkan secara resmi oleh pemerintah pada tanggal 19

Juli 2017.Sebagai upaya penolakan terhadap pembubaran tersebut

maka terjadi aksi massa dan perlawanan melalui jalur hukum sebagai

langkah penggerakan. Penggerakan (actuating) adalah upaya

penggerakan anggota untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas

dan wewenang.5

George R. Terry menyebut proses ini sebagai “gerakan aksi”

yang mencakup aktifitas dan gerakan organisasi. Pada tahap ini terjadi

proses penetapan dan pengembangan keputusan-keputusan yang telah

5George R. Terry dalam Yayat M. Herujito, Dasar-Dasar Manajemen…, h. 27.

57

direncanakan.6Dualangkah penggerakan tersebut penulisjabarkan

sebagai berikut:

1) Penggerakan Aksi Massa

Sejalan dengan pernyataan HTI yang mengakui bahwa HTI

adalah partai politik dan aktifitasnya adalah melakukan dakwah

dengan muatan politik, maka penulis mengkategorikan gerakan

HTI sebagai gerakan politik. HTI berbeda dengan partai politik

yang lain karena HTI tidak mendaftarkan diri sebagai partai politik

yang mengikuti kontestasi dalam Pemilihan Umum (Pemilu) tetapi

hanya mendaftarkan diri sebagai Organisasi Kemasyarakatan.

“Dalam konteks peraturan perundangan (Republik Indonesia) yang ada, HT saat ini secara legal formal lebih tepat berada dalam payung legalitas Ormas. Partai politik dalam pengertian sekarang adalah partai yang akan menjadi peserta kontastasi politik dalam pemilu, sedang HTI tidak”.7

Meskipun demikian, peran HTI sesuai dengan konsep

gerakan politik yaitu sebuah perilaku kolektif yang dilandasi atas

kepentingan bersama dalam jangka waktu yang relatif lama yang

bertujuanuntuk mengubah atau mempertahankan kondisi

masyarakat atau institusi.8

Berkenaan dengan kasus pembubaran HTI melalui

penerbitan PerppuNomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas

6George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen…, h. 17. 7 Wawancara dengan Ismail Yusanto (Juru Bicara HTI), tanggal 31 Agustus 2018 8Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, edisi ketiga (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2004), h. 195.

58

UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan,

HTI melakukan gerakan politik sebagai upaya perlawanan untuk memperjuangkan nilai-nilai dan haknya. Gerakan politik tersebut dilakukan dengan mobilisasi massa. Mobilisasi massa ditujukan kepada kelompok atau orang-orang yang memiliki konsep pemahaman yang sama.

Aksi massa diharapkan mampu mengakomodasi kepentingan kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Dari beberapa aksi yang telah berlangsung, hanya beberapa tuntutan yang terealisasi dan mendapat tanggapan dari pemerintah.Beberapa aksi yang digelar adalah Aksi 287, Aksi 299, Aksi Tolak Perppu

Ormas, Reuni 212 dan Aksi Bela Tauhid.

Pertama, Aksi 287 yaitu aksi yang digelar tanggal 28 Juli

2017, aksi ini digagas oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa

(GNPF) dan Alumni 212.

59

Gambar IV.3 Aksi 2879

Sumber: Detik News

Terdapat lima resolusi yang diorasikan pada aksi ini, salah

satunya adalah pernyataan bahwa HTI merupakan bagian integral

dari umat islam yang menjadi korban kekejaman pemerintah dan

kemungkinan akan ada organisasi Islam lainnya yang bernasib

sama. Para aksi massa berharap MK dapat mempertimbangkan

judicial review mengenai Perppu Ormas dan pihak-pihak terkait

(DPR, MUI, Partai Politik dan Ormas Islam) untuk tidak

menyetujui Perppu Ormas tersebut.

9Cici Marlina Rahayu, “Presidium Alumni 212 Bacakan 5 Resolusi Aksi 287” Detik News. Diakses melalui https://news.detik.com/berita/3577680/presidium-alumni-212-bacakan-5-resolusi- aksi-287

60

Kedua, Aksi 299 dilaksanakan pada Jum‟at, 29 September

2017 di Depan Gedung DPR RI.

Gambar IV.4 Aksi 29910

Sumber: Akun Instagram @muslimahmediacenter

Aksi ini dimaksudkan untuk menolak Perppu Ormas dan

menolak kebangkitan PKI. Slamet Ma‟arif selaku Ketua

Persaudaraan Alumni 212 menyampaikan bahwa aksi ini hanya

ingin menyampaikan dua tuntutan saja, yaitu Penolakan Perppu

Ormas dan Pembubaran PKI. Peserta aksi terdiri atas Presidium

Alumni 212, Forum Umat IslamBersatu (FUIB), Front Pembela

Islam (FPI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), HTI dan

berbagai Ormas lain.

10 Muslimah Media Center, diakses melalui https://www.instagram.com/p/BZr4X9ahjVJ/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=ph7816o0zq6, pada tanggal 12 Oktober 2018.

61

Ketiga, Aksi Tolak Perppu Ormas. Aksiini digelar pada

tanggal 24 Oktober 2017 di depan Gedung DPR.

Gambar IV.5 Aksi Tolak Perppu Ormas11

Sumber: Akun Instagram @muslimahmediacenter

Gambar IV.6 Massa Aksi Tolak Perppu Ormas12

Sumber: beritagar.id

Gambar IV.7 Pengesahan Perppu Ormas Menjadi UU

Sumber: Akun Instagram @muslimahmediacenter

11 Muslimah Media Center, diakses melalui https://www.instagram.com/p/BamHXKnB6md/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=1m5rkk3ng 3sof, pada tanggal 10 September 2018. 12 Beritagar.id, “Nasib Perppu Ormas ditentukan Akhir Oktober 2017” diakses melalui https://www.google.co.id/search?q=aksi+tolak+perppu+ormas+24+oktober&safe=strict&source=l nms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjwwODB79beAhWKwI8KHQFVCkcQ_AUIDygC&biw= 931&bih=454#imgrc=ezTKcp9AP9wQ2M, pada tanggal 10 September 2018.

62

Aksi ini digelar bersamaan dengan Sidang Paripurna atas

Pentapan dan Pengesahan Perppu Ormas menjadi Undang-Undang.

Sejumlah Pedemo membentangkan bendera hitam berlafadz tauhid

sepanjang 50 meter. Aksi ini digelar untuk menolak pengesahan

Perppu Ormas menjadi Undang-undang.

Keempat, Reuni 212. Berbagai anggapan muncul mengenai

keikut sertaan HTI pada gerakan massa yang menyangkut

kepentingan politik, baik pada gerakan aksi 212, maupun dalam

kegiatan reuni 212 yang didalamnya terkandung muatan gerakan

Gerakan #2019GantiPresiden. Karena, meskitelah dibubarkan

namun bendera atau lambang-lambang HTI juga masih dijumpai

dalam beberapa gerakan-gerakan massa yang berlatar belakang

Islam. HTI memberikan tanggapan bahwa HTI mendukung

kegiatan 212 karena HTI meyakini bahwa 212 akan menjadi

inspirasi dan tolak ukur bagi aksi-aksi yang akan datang.

“Saya kira Aksi 212 ini akan terus dikenang sebagai bukti bahwa umat Islam Indonesia bisa bersatu dan menegaskan secara nyata pendirian politiknya, dan insya Allah akan terus memberikan inspirasi untuk aksi-aksi umat di masa mendatang.”13

HTI memandang bahwa dukungan HTI terhadap 212 bukan

berarti secara otomoatis HTI mendukung gerakan

#2019GantiPresiden atau mendukung calon tertentu. Ada pihak

yang percaya bahwa HTI terlibat dalam gerakan

13 Wawancara dengan Ismail Yusanto (Juru Bicara HTI), tanggal 31 Agustus 2018.

63

#2019GantiPresiden karena beredarnya foto dan video Juru Bicara.

HTI dengan Mardani Ali Sera (Ketua DPP Partai Keadilan

Sejahtera) Menyerukan dan mendeklarasikan keinginan untuk 2019

ganti sistem.

Kata “ganti sistem” dimaknai berbeda-beda oleh banyak

pihak. Ditambah lagi dengan beredarnya spanduk, baliho dan

atribut-atribut yang menyandingkan HTI dengan pertain

pendukung gerakan #2019GantiPresiden. Kemudian Jubir HTI

menanggapi sebagai berikut:

“Kami tidak pernah mengintruksikan pembuatan atribut atas nama HTI untuk mendukung gerakan #2019GantiPresiden, kalaupun ada itu fitnah”14

HTI menyatakan bahwa HTI tidak menudukung pihak

manapun dalam kontestasi pemelihan presiden di tahun 2019

mendatang, HTI hanya menginginkan penggantian sistem agar

Indonesia ke arah yang lebih baik.

Sri Yunanto menjelaskan dengan keinginan mengganti

sistem berarti HTI berkeinginan untuk mengganti Pancasila dan

UUD 1945. Ali Munhanif selaku pengamat politik Islam sepakat

bahwa kata “ganti sistem” ini bukan hanya tertuju pada

penggantian presiden tetapi lebih kearah penggantian secara

fundamental dan jelas itu melanggar konstitusi.15

14 Wawancara denganIsmail Yusanto (Juru Bicara HTI), tanggal 31 Agustus 2018. 15 Wawancara denganAli Munhanif (Pengamat Politik), tanggal 26 November 2018.

64

Kelima, Aksi Bela Tauhid atau Aksi 211. Aksi ini digelar tanggal 2 November 2018. Peserta aksi melakukan longmarch dari

Masjid Istiqlal sampai ke Istana Negara. Hampir seluruh massa aksi menggunakan atribut dengan lafadz tauhid. Aksi ini merupakan reaksi atas pembakaran bendera yang diduga sebagai bendera HTI. Tapi beberapa pihak menganggap bahwa bendera hitam berlafadz tauhid (Ar-Rayah) tersebut adalah bendera

Rasulullah SAW.

Bertepatan dengan aksi tersebut HTI dan kuasa hukumnya menggelar konferensi pers sebagai tindak lanjut atas kasuspembakaran bendera dan ihwal sebutan HTI sebagai organisasi terlarang.

Melalui konferensi pers pihak HTI mengklarifikasi bahwa

HTI tidak memiliki bendera, bendera yang digunakan HTI selama ini adalah bendera umat Islam yaitu Al-Liwa dan Ar-Rayah. Hal ini diperjelas melalui orasi Ismail Yusanto dalam aksi tersebut.

Perihal anggapan HTI sebagai Ormas terlarang dianggap keliru, karena menurut Ismail Yusanto keputusan hukum yang ditetapkan kepada HTI hanya mencabut status badan hukum, tidak dinyatakan bahwa HTI adalah organisasi terlarang.

Sebelum terjadinya aksi massa tentu terjadi proses framing, karena merasa tidak adanya keadilan dari pemerintah maka

65

mobilisasi terjadi dan akhirnya terjadi aksi massa yang menuntut

keadilan pemerintah.

2) Proses dan Langkah Hukum

HTI memandang secara formil, Perppu Nomor 2 Tahun

2017 Tentang Perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang

Organisasi Kemasyarakatan (Perppu Ormas) sesungguhnya tidak

ada alasan yang bisa diterima dalam penerbitan Perppu. Pada

Pengantar Perppu tersebut, Mendagri merujuk pada cuplikan video

kegiatan HTI di tahun 2013, maka tidaklah logis bila video

kegiatan HTI di tahun 2013 dipakai sebagai dasar untuk

menunjukkan adanya kegentingan memaksa di tahun 2017.

Secara materiil, Perppu Ormas juga mengandung banyak

persoalan. Perppu telah menghapus kekuasaan kehakiman, bukan

karena ingin mewujudkan prinsip contrarius actus. Dalam hukum

adaministrasi negara “contrarius actus” adalah asas yang

menyatakan badan atau pejabat tata usaha negarayang menerbitkan

putusan tata usaha Negara, dengan sendirinya berwenang untuk

membatalkannya.16Dengan dihilangkannya kekuasaan kehakiman

dalam Perppu, ini bertentangan dengan prinsip keadilan hukum

yang semestinya selalu menjadi tujuan dibuatnya peraturan

perundangan. Sehingga, Perppu hanya melahirkan kepastian

16 Miftakhul Huda, “Kamus Hukum: Contrarius Actus”, Majalah Konstitusi, No. 34 November 2009, h. 78.

66

hukum tapi tidak melahirkan keadilan hukum karena justice

process atau proses pengadilan telah dihilangkan.17

Dilihat dari ketentuan dasar pembuatan Perppu,

bahwasanya Perppu boleh dibuat dalam keadaan kegentingan yang

memaksa. Namun faktanya tidak tanda-tanda kegentingan yang

dimaksudkan. Sehingga secara materiil, Perppu Ormas telah

menghapus kekuasaan kehakiman dan ini bertentangan dengan

prinsip keadilan hukum yang semestinya.

Menurut Yusril Ihza Mahendra selaku Kuasa Hukum HTI,

keputusan pemerintah tersebut membuktikan bahwa Perppu Ormas

telah nyata membuka peluang bagi Pemerintah menjadi diktator,

karena secara sepihak membubarkan ormas tanpa hak membela diri

dan tanpa “due process of law” atau proses penegakan hukum yang

adil dan benar sesuai asas negara hukum.18

Berdasarkan gugatan yang telah didaftarkan di

Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) tertanggal 13

Oktober 2017, Nomor 211/G/2017/PTUN-JKT, Hizbut Tahrir

Indonesia (HTI) dalam hal ini sebagai “Penggugat” mengajukan

gugatan Sengketa Tata Usaha Negara terhadap Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia (Menkumham) Republik Indonesia selanjutnya

disebut sebagai “Tergugat”.

17 Wawancara dengan Ismail Yusanto (Juru Bicara HTI), tanggal 31 Agustus 2018. 18 Wawancara dengan Ismail Yusanto (Juru Bicara HTI), tanggal 31 Agustus 2018.

67

Dalam dictum keputusan PTUN tergugat menyatakan

keputusannya untuk mencabut keputusan Menkumham Nomor:

AHU-00282.60.10.2014 tanggal 02 Juli 2014 tentang Pengesahan

Pendirian Badan Hukum Perkumpulan Hizbut Tahrir Indonesia

yang berkedudukan di Jakarta Selatansebagai “Objek Sengketa”.

Bertepatan dengan keputusan diatas Kemenkumhan

menerbitkan siaran pers dengan judul “Kewenangan Legal

Administratif Kemenkumham Sebagai Tindak Lanjut Perppu

Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU Nomor 17

Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan”, siaran tersebut

menyatakan:

“Dengan adanya pencabutan SK Badan Hukum HTI maka organisasi masyarakat tersebut dinyatakan bubar sesuai dengang Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan Pasal 80 A.”19

Objek sengketa yang diajukan dalam gugatan tersebut

adalah keputusan dari Pejabat Tata Usaha Negara yang isinya

bersifat konkret, individual dan final serta menimbulkan akibat

hukum.20

Dengan kehilangan status badan hukum dan dibubarkan,

hal ini jelas menimbulkan kerugian nyata bagi HTI. HTI tidak lagi

dapat menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan

tujuan organisasi seperti melakukan dakwah, pembinaan

19 Draft Konferensi Pers HTI 20 Dokumen Gugatan terhadap Menteri Hukum dan HAM RI yang didaftarkan oleh Ihza & Ihza Law Firm sebagai Kuasa Hukum HTI, h. 5-6.

68

kerohanian, menyelenggarakan pengajian-pengajian, menerbitkan

buku-buku dan sebagainya.21 Sehingga anggota Ormas Penggugat

tidak lagi terwadahi.

Setelah terbit keputusan atau objek sengketa, menimbulkan

kekhawatiran dikalangan pengurus dan anggota Ormas Penggugat

karena dalamhal ini instansi pemerintahan dan instansi pendidikan

(Perguruan Tinggi Negeri) dikabarkan akan melakukan

“penyisiran”22 terhadap para anggota Ormas Penggugat, bahkan

disebut akan dipecat atau diberhentikan dari pekerjaan dan

jabatannya.

Berkenaan dengan keputusan diatas, telah membuktikan

bahwa HTI mengalami kerugian atas terbitnya objek sengketa,

jelas Penggugat memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk

mengajukan gugatan a quo.23 Penggugat menolak penerbitan Objek

Sengketa karena Penggugat menganggap Objek Sengketa yang

diterbitkan tidak memiliki landasan filosofis, sosiologis dan

yuridis.

Pendiri dan pegiat HTIdianggap menyembunyikan identitas

yang sesungguhnya dengan tidak mendeklarasikan dan tidak

mendaftarkan diri sebagai partai politik, melaikan sebagai

21 Dokumen Gugatan terhadap Menteri Hukum dan HAM RI yang didaftarkan oleh Ihza & Ihza Law Firm sebagai Kuasa Hukum HTI, h. 8-9. 22 “Penyisiran” bermakna penelusuran terhadap orang-orang yang diduga sebagai anggota atau partisan HTI. Dokumen Gugatan terhadap Menteri Hukum dan HAM RI yang didaftarkan oleh Ihza & Ihza Law Firm sebagai Kuasa Hukum HTI, h. 9. 23 “a quo” berarti memepertahankan keadaan sekarang yang tetap seperti keadaan sebelumnya (berstatus hukum).

69

organisasi kemasyarakatan non-politik. Pengelabuan ini merupakan

bagian dari strategi penyusupan ke dalam berbagai instansi

pemerintah dan tatanan masyarakat.24

Jika diletakan dalam konteks spiritualitas (doktrin agama)

maka konsep khilafah tidak menimbulkan masalah atau

pertentangan tetapi jika perkara tersebut diletakan pada nation

state, maka terjadi pergeseran dari ranah spiritualis ke ranah

politik.25

Bahwa dengan dicabutnya badan hukum HTI berdasarkan

Objek Sengketa, maka sesuai dengan Asas Praduga Rechtmatig26,

penggugat tidak lagi memenuhi unsur-unsur subjek hukum

sebagaimana yang terkandung dalam pasal 53 ayat 1 UU Nomor 5

Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang telah

diubah menjadi UU Nomor 51 Tahun 2009.

Berdasarkan uraian yang disampaikan diatas maka gugatan

yang sekarang ini diajukan seharusnya dinyatakan tidak dapat

diterima. Sehingga, pada sidang PTUN memutuskan untuk

menolak seluruh eksepsi/gugatan dari Penggugat. Karena tidak

puas dengan hasil sidang, kemudian HTI mengajukan permohonan

banding. Setelah banding ditolak HTI melakukan pengajuan kasasi

yang didaftrakan pada 19 Oktober 2018.

24 Dokumen Jawaban Tergugat Perkara Nomor 211/G/2017/PTUN-JKT, h. 3. 25 Dokumen Jawaban Tergugat Perkara Nomor 211/G/2017/PTUN-JKT, h. 4. 26 “Asas Praduga Rechtmatig” yaitu tindakan pemerintah sebagai penguasa harus dianggap sah selama objek sengketa masih berlaku dan belum dicabut. Dokumen Jawaban Tergugat Perkara Nomor 211/G/2017/PTUN-JKT, h. 7.

70

Kasasi adalah upaya hukum tertinggi, pada proses ini

Mahkamah Agung bertindak sebagai puncak peradilan.27 Langkah

ini diambil karena banding yang sebelumnya diajukan oleh HTI

ditolak oleh PTUN. Sampai saat ini gugatan HTI terhadap

Kemenkumham masih berlanjut dan belum ada putusan dengan

kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde). Prof. Yusril Ihza

Mahendra selaku Kuasa Hukum HTI mengatakan:

“HTI memang telah dicabut badan hukumnya dan dinyatakan bubar oleh pihak pemerintah, yaitu Kemenkumham. HTI kemudian mengajukan keberatan ke PTUN Jakarta dan sekarang prosesnya sedang di Mahkamah Agung (MA), semua pihak dapat menghormati proses hukum yang sedang dijalani”.28

Kuasa hukum HTI meyakini, meskipun telah dicabut status

badan hukumnya tetapi sampai saat ini belum ada pernyataan atau

ketetapan hukum yang menyatan bahwa HTI adalah organisasi

masyarakat yang dilarang oleh pemerintah.

2. Penyediaan Data dan Informasi

Kegiatan HTI dalam penyampaian informasi dapat dianalisis melalu

konsep jaringan komunikasi formal, yang terdiri dari komunikasi horizontal

(horizontallycommunication), komunikasi kebawah (down ward

communication),komunikasi ke atas (upward communication).29

27 Mukti Arto, Upaya Hukum Kasasi dan Peninjauan Kembali (Depok: Prenadamedia Group, 2018), h. 3. 28 Yusril Ihza Mahendra, Konferensi Pers, Jakarta 28 Oktober 2018. 29Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 108-124.

71

Pertama, komunikasi horizontal (horizontally communication).

Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan dari orang-orang yang memiliki tingkat otoritas yang sama di dalam organisasi. Pesan yang disampaikan biasanya berbentuk koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi.Sebagai organisasi tentu pengurus HTI saling berkoordinasi dalam pemecahan masalah.

Komunikasi ini dilakukan antar pengurus dan badan semi otonom yang dinaungi HTI, seperti Muslimah HTI dan Gerakan Mahasiswa Pembebasan

(GEMA Pembebasan). Tidak hanya itu HTI juga berkoordinasi dengan TP-

HTI dalam upaya perlawanan hukum terhadap pemerintah.

Kedua, komunikasi kebawah (down ward communication).

Komunikasi kebawah (down ward communication) adalah pesan yang mengalir dari pimpinan kepada bawahan, pesan yang disampaikan berbentuk arahan, perintah, tujuan, pertanyaan, kebijakan dan lain-lain.

Komunikasi kebawah yang dilakukan adalah penyampaian pesan dari petinggi HTI (Pengurus DPP dan Ulama HTI) anggota atau simpatisan.

Kegiatan komunikasi ini biasanya dilakukan dengan dakwah dan kajian- kajian, baik melalui forum-forum maupun sosial media.

Ketiga, komunikasi ke atas (upward communication) adalah pesan yang sampaikan dari bawahan kepada atasan. Komunikasi ini bertujuan untuk memberikan unpan balik dalam bentuk saran atau pertanyaan.komunikasi ini bisa dilihat melalui sosial media dimana masyarakat dapat memberikan kritik dan saran.

72

Saat ini komunikasi kebawah adalah komunikasi yang dominan dilakukan HTI untuk menunjang kegiatan dakwah dan untuk mempermudah masyarakat dalam mengakses informasi tentang HTI. HTI melakukan penyampaian dakwah melalui media cetak, media online dan sosial media.

Dakwah mengenai pemahaman dan ajaran HTI disampaikan melalui media cetak:

a. Buku/kitab terbitan HTI Press, yaitu Daulah Islamiah, Sistem

Pergaulan dalam Islam, Sistem Ekonomi Islam, Kepribadian Islam,

Sistem Keuangan Negara Khilafah, Peraturan Hidup dalam Islam,

Mafahim Hizbut Tahrir, Pembentukan Partai Politik Islam, Konsepsi

Politik Hizbut Tahrir, Struktur Negara Khilafah.

b. Buletin Al Wa‟ie

c. Tabloid Media Umat

Media online saat ini dinilai sangat efektif dalam menyampaikan dakwah, media yang sering digunakan adalah portal online/website, youtube, instagram dan telegram. Dakwah mengenai pemahaman dan ajaran

HTI disampaikan melalui portal online/website:

a. Media Pembebas, dapat diakses memalui link:

www.mediapembebas.com

b. Tabloid Media Umat, dapat diakses melalui link:

https://mediaumat.news/

c. Media Oposisi, dapat diakses melalui link: www.mediaoposisi.com

73

d. Gerakan Mahasiswa (GEMA) Pembebasan, dapat diakses melalui

link: www.gemapembebasan.or.id

Dakwah mengenai pemahaman dan ajaran HTI disampaikan melalui sosial media Youtube:

a. Fokus Khilafah Channel (dulunya adalah HTI Channel) dapat

diakeses melalui link:

www.youtube.co./channel/UC0fRZY5aMvp9IGAJE_I4ADw

Gambar IV.8 Channel Youtube Fokus Khilafah Channel

Sumber: Channel Youtube Fokus Khilafah Channel

b. Muslimah Media Center, dapat diakses melalui link:

www.youtube.co./c/MUSLIMAHMEDIACENTERID

74

Gambar IV.9Channel Youtube Muslimah Media Center

Sumber: Channel Youtube Muslimah Media Center

Dakwah mengenai pemahaman dan ajaran HTI disampaikan melalui akun sosial media Instagram:

a. Media Pembebas (@mediapembebas)

b. Indonesia Bertauhid Reborn (@indonesiabertauhidid)

c. Indonesia Bertauhid Reborn (@indobertauhidid)

d. Muslimah Media Center (@muslimahmediacenter)

e. Halqahislam (@halqahislam)

f. Media Umat (@mediaumat.news)

Ismail Yusanto (@ismail_yusanto) selaku Juru Bicara HTI dan Iffah

Ainurrochmah (@iffahainurrochmah) selaku Juru Bicara Muslimah HTI juga masih turut aktif menyampaikan pandangan seputar khilafah dalam akun instagram resminya.

75

Dakwah mengenai pemahaman dan ajaran HTI disampaikan melalui

channel sosial media Telegram:

1) Muslimah Media Center, dapat diakses melalui link:

t.me/muslimahmediacenter

2) IndonesiaBertauhidReborn, dapat diakses melalui link:

t.me/IndonesiaBertauhidReborn

3) Media Umat, dapat diakses melalui link: t.me/MediaUmatNews.

3. Penguatan Kepemimpinan dan Kaderisasi

Pencapaian sebuah tujuan organisasi tidak hanya terfokus pada peran

dari pemimpin melainkan keterlibatan dari bawahan juga patut mendapatkan

tempat untuk pengambilan keputusan secara efektif.30Sama halnya dengan

Badan semi otonom HTI, yaitu Muslimah HTI dan Gerakan Mahasiswa

Pembebasan (GEMA Pembebasan) masih berperan aktif dalam menuangkan

ide dan melakukan gerakan dakwah dan politik. Muslimah HTI melakukan

gerakan dakwah yang berkisar pada isu-isu perempuan dan keluarga,

sementara GEMA Pembebasan lebih kepada gerakan politik dalam lingkup

kampus.

Penulis mengambil sampel pada GEMA Pembebasan yang ada di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, GEMA Pembebasan masih aktif melakukan

forum diskusi yang bertempat di lingkungan kampus. Diskusi Tersebut

masih terkait dengan ide-ide khilafah islamiyah.

30 Burhanudin Mukhamad Faturahman, “Kepemimpinan dalam Budaya Organisasi,” MADANIJurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan, Vol. 10, No. 1, 2018, h. 2.

76

Ketika penulis mencoba untuk melakukan wawancara dengan

beberapa anggota GEMA Pembebasan terkait kaderisasi anggota di

lingkungan kampus, kebanyakan dari anggotanya menolak untuk

diwawancarai. Salah satu alasan disampaikan oleh Muhammad Nicko T.

Pandawa selaku pengurus Komisariat GEMA Pembebasan Cabang UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, alasan tersebut adalah:

“Pengkaderan masih ada, namun kami tidak bisa menjawab soal itu, karena di kami ada SOP tentang itu (pengkaderan anggota) sehingga pertanyaan tersebut harus ditanyakan langsung kepada Ust. Ismail Yusanto (Juru Bicara HTI).”31

Selain karena informasi yang penulis cari adalah privasi HTI,

pemberian informasi kepada orang non-anggota mungkin saja akan

membahayakan HTI dikemudian hari. Dari penuturan Nicko apabila ingin

mewawancarai anggota HTI harus melalui persetujuanPenanggung jawab

(PJ) dan didukung dengan persetujuan tertulis dari Ismail Yusanto selaku

Juru Bicara HTI. Di sisi lain, hal ini menunjukan bahwa struktur dan

kepemimpinan HTI yang masih berlaku. Karena penulismasih harus

melewati beberapa proses untuk mendapatkan informasi.

Dalam hal keanggotaan, HTI membebaskan anggotanya untuk masuk

ke dalam organisasi atau partai lain. Karena HTI bukan organisasi mengikat,

HTI adalah organisasi dakwah yang mana dakwah adalah kewajiban bagi

umat muslim. Dan berdasarkan asas kebebasan berserikat dan berkumpul

maka HTI tidak memiliki hak untuk melarang.

31 Wawancara dengan MuhammadNicko T. Pandawa (Pengurus Komisariat GEMA Pembebasan Ciputat), tanggal 18 Januari 2019.

77

Setelah dibubarkan banyak diantara anggotanya yang memilih masuk

ke dalam partai, salah satu partai alternatifnya adalah Partai Bulan Bintang

(PBB). HTI membenarkan sudah ada pembicaraan antara kader HTI dengan

PBB terkait keikutsertaan di Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019.

“Adapembicaraan-pembicaraan seperti itu. Tentu sudah ada kesepahaman kedua belah pihak antara HTI dan PBB”32

Kesepakatan antara HTI dan PBB fokus tentang agenda untuk

memperjuangkan aspirasi umat dan tegaknya syariat Islam di pemilu 2019

nanti.PBB Provinsi Bengkulu sebelumnya sudah melakukan perekrutan

calon legislator dari kader HTI.Namun,Ismail Yusanto masih belum mau

merinci secara detail nama-nama kader HTI yang akan menjadi calon

legislatif (caleg) di parlemen nanti.

Masuknya mantan anggota HTI ini sebagai salah satu cara agar

kepentingan HTI dapat terakomodasi melalui lembaga politik. Apabila ada

salah satu mantan anggota yang terpilih menjadi anggota legislatif tentu

nantinya dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang memungkinkan

untuk mendukung gerakan politik HTI .

32Ihsan Dalimunte, “Incar Kursi Perlemen, HTI Akui Dukung PBB di Pileg 2019” CNN Indonesia. Diakses melalui https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180314071034-32- 282788/incar-kursi-parlemen-hti-akui-dukung-pbb-di-pileg-2019 , 20 Desember 2018, pukul 19.05 WIB.

78

B. Kendala yang Dihadapi dalam Proses Konsolidasi Politik HTI

Dalam melakukan konsolidasi politik, tentu terdapat kendala-kendala yang dihadapi HTI. Kendala tersebut penulis tuangkan dalam poin-poin berikut:

1. Kendala dalam Proses Hukum.

Sekarang ini, HTI tidakmemiliki kedudukan hukum (legal standing)

dalammengajukan gugatan, karena HTI bukan lagi suatu badan hukum.

Sehingga HTI tidak dapat melakukan tindakan atau pembuatan hukum

dalam mengajukan gugatan.33

Dengan pencabutan status badan hukum HTI tidak lagi diperkenankan

untuk menggunakan nama tersebut. Nama HTI boleh digunakan hanya pada

proses hukum, selain pada kegiatan tersebut maka nama HTI tidak boleh

digunakan.Karena HTI sudah tidak lagi memiliki badan hukum maka HTI

tidak bisa menggugat atas nama HTI, dan kini diwakili oleh Ismail Yusanto.

Proses hukum yang sedang dihadapi HTI adalah tahap kasasi, namun

sampai saat ini belum mendapatkan putusan tetap dari PTUN.

2. Kendala dalam Berdakwah

Meskipun HTI telah dibubarkan namun gerakan dakwah dan

politiknya masih masif. Agar anggotanya tetap terakomodasi maka HTI

masih terus melakukan dakwah dan kajian-kajian. Dakwah sangat efektif

untuk memperkuat eksistensi ajaran HTI bahkan nama HTI itu sendiri.

Namun, karena terjadinya framing negatif terhadap HTI, saat ini gerakan

33 Dokumen Jawaban Tergugat Perkara Nomor 211/G/2017/PTUN-JKT.

79

dakwah HTI menjadi lebih sempit. Kerapkali dakwah HTI bersinggungan

dengan kelompok masyarakat dan organisasi lain, banyak kajian-kajian

yang diduga sebagai kajian HTI yang dibubarkan paksa. Ada pula beberapa

tokoh HTI yang ditolak untuk berdakwah. Hal ini membuat HTI sulit untuk

meyakinkan masyarakat.

Menurut hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Juru Bicara

HTI, beliau menegaskan bahwa dakwah adalah kewajiban bagi orang-orang

mukmin. Dengan dibubarkannya HTI bukan berarti anggotanya berhenti

untuk meyebarkan dakwah Islam, karena menurutnya dakwah adalah

kewajiban setiap mukmin, kewajiban itu harus kita jalankan sampai mati.

“HTI tidak pernah takut dalam berdakwah. Buktinya, HTI melaksanakan dakwah selama ini secara terbuka menyerukan penegakan syariah dan khilafah”.34

Pernyataan Juru Bicara HTI dibenarkan oleh Ketua Dewan Pimpinan

Pusat HTI Rokhmat S Labib, ia mengatakan pihaknya tetap melakukan

kegiatan dakwah karena Pemerintah hanya mencabut status badan

hukumnya, bukan melarang kegiatan dakwah.

“Dakwah adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim, dakwah tak boleh berhenti dan dihentikan, toh yang menyuruh pembubaran Ormas ini cuma manusia, apalagi Presiden. Jadi kalau hanya sekadar mencabut badan hukum artinya itu hanya melarang kegiatan HTI berkaitan dengan hukum. Tetapi yang berkaitan dengan dakwah dan semacamnya tidak boleh dilarang. Kami terus melakukan dakwah, seperti apa pelaksanaannya kita lihat nanti.”35

34 Wawancara dengan Ismail Yusanto (Juru Bicara HTI), tanggal 31 Agustus 2018. 35 Ramadhan Rizki Saputra, “Pembubaran Tak Hentikan Aktivitas Dakwah HTI” diakses melalui https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180508211216-32-296725/pembubaran-tak- hentikan-aktivitas-dakwah-hti, pada tanggal 01 November 2018. Pukul 12.00 WIB.

80

HTI melihat Perppu Ormas ditujukan untuk menghalangi lajunya

dakwah HTI. Tudingan anti Pancasila hanyalah kedok belaka dari maksud

sesungguhnya, yakni memerangi dakwah Islam kaffah yang mereka sebut

gerakan Islam radikal.

Pernyataan tersebut ditanggapi oleh staf ahli Kemenkopolhukam yaitu

Sri Yunanto melalui wawancara yang penulis lakukan, ia membenarkan

bahwa setelah dikeluarkannya Perppu pemerintah masih memperbolehkan

mantan anggota HTI melakukan dakwah.

“Iya, benar mereka masih bisa dakwah, ceramah dan kajian asalkan isi dari yang disampaikan tidak mengarah pada paham khilafah atau hal- hal yang bertentangan dengan NKRI. Tapi untuk sekarang sejauh mana (isi dakwahnya) masih kita lihat.”36

Sri Yunanto mempertegas alasan mengapa HTI masih bisa berdakwah

ialah karena pemerintah masih berpegang teguh pada UU yang menjamin

kebebasan untuk berserikat dan berkumpul asalkan sesuai dan tidak

bertentangan dengan UU dan peraturan-peraturan yang berlaku.

3. Kendala dalam Mewujudkan Cita-citaPolitik

Sebagai organisasi yang menginginkan pendirian Khilafah Islamiyah,

tentu akan sulit bagi HTI untuk berdiri di tengah sistem (demokrasi) yang

telah ada. Meskipun mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam tetapi

masih banyak yang belum bisa menerima gagasan HTI, ditambah lagi

dengan adanya agama lain yang tentu kontradiktif dengan ajaran tersebut.

Dalam hal ini, HTI belum mampu untuk menunjukan kelebihan dari konsep

36 Wawancara dengan Sri Yunanto (Staf ahli Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Hak Asasi Manusia), tanggal 1 September 2018.

81

yang ditawarkan. KH. Ishomudin selaku saksi ahli dalam PTUN HTI

menyatakan bahwa:

“Menegakkan kembali al-khilafah al-islamiyyah pada saat semua negara di dunia ini telah sepakat menjadi nation state (negara bangsa), sebagaimana NKRI, merupakan ilusi atau kemungkinan yang sangat sulit dicapai”37

Pernyataan tersebutdikuatkan dengan alasan bahwa umat Islam

menganut berbagai madzhab dan aliran yang sangat beragam, tidak akan

menyepakati siapa khalifahnya dan mustahil tunduk pada satu sistem

pemerintahan al-khilafah al-islamiyyah sebagaimana diperjuangkan oleh

HTI. Upaya HTI ini nantinya dapat menimbulkan perebutan kekuasaan,

perubahan sistem pemerintahan dan bentuk negara berpotensi besar

menimbulkan sengketa, mengakibatkan perpecahan, konflik dan

pertumpahan darah, dan bahaya besar lainnya. Sehingga, sangat tidak

mungkin menyatukan berbagai negara dengan bentuk negara yang sangat

beragam.

37 Wawancara dengan Ahmad Ishomuddin (Saksi Ahli Sidang PTUN), tanggal 31 Oktober 2018

82

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara garis besar konsolidasi politik HTI dilakukan dengan perlawanan hukum dan politik. Perlawanan hukum dilakukan dengan proses hukum di pengadilan, sedangkan perlawanan politik dilakukan dengan mendorong berbagai pihak untuk menolak Perppu Ormas. Konsolidasi tersebut dianalisis dengan konsep penguatan kelembagaan yang tercantum dalam Bab XII Pasal 40 Ayat 5

UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyatakatan yang kemudian difokuskan pada penguatan manajemen organisasi, penyediaan data dan informasi, serta penguatan kepemimpinan dan kaderisasi. Bentuk-bentuk konsolidasi politik HTI penulis jabarkan menjadi:

1. Penguatan manajemen organisasi, dapat dianalisis dengan teori manajemen

organisasi George R. Terry yaitu, pengorganisasian (organizing) dan

penggerakan (actuating):

a. Pengorganisasian, yaitu proses saat HTI menetapkan Yusril Ihza

Mahendra sebagai Kuasa Hukum dan menghimpun 1000 orang

advokat untuk membela HTI dalam melawan Menkumham dan

membentuk Forum Ormas Penolak Perppu Ormas.

b. Penggerakan adalah proses dimana HTI mulai melakukan langkah

hukum dan menggelar aksi-aksi penolakan terhadap Perppu Nomor 2

83

Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2013

Tentang Organisasi Kemasyarakatan (Perppu Ormas).

2. Penyediaan data dan informasi. HTI melakukan komunikasi menggunakan

konsep jaringan komunikasi yaitu komunikasi horizontal, komunikasi

kebawah dan komunikasi keatas. Namun, komunikasi yang lebih dominan

adalah komunikasi kebawah denganHTI menyediakan data-data dan

informasi melalui buku, majalah, surat kabar, dan sosial media.

3. Penguatan kepemimpinan dan kaderisasi. Langkah yang digunakan adalah

dengan aktif melakukan kajian dan memberikan kebebasan kepada

anggotanya untuk masuk ke dalam organsasi atau partai politik.

Dalam proses tersebut tentu terdapat kendala-kendala yang dihadapi, terdapat tiga kendala yang dihadapi HTI dalam melakukan konsolidasi, yaitu:

1. Kendaladalam melakukan proses hukum. Dengan pencabutan status badan

hukum HTI tidak lagi diperkenankan untuk menggunakan nama tersebut.

Nama HTI boleh digunakan hanya pada proses hukum, selain pada

kegiatan tersebut maka nama HTI tidak boleh digunakan. Karena HTI

sudah tidak lagi memiliki badan hukum maka HTI tidak bisa menggugat

atas nama HTI, dan kini diwakili oleh Ismail Yusanto. Proses hukum yang

sedang dihadapi HTI adalah tahap kasasi, namun sampai saat ini belum

mendapatkan putusan tetap dari PTUN.

2. Kendala dalam berdakwah. HTI melihat Perppu Ormas ditujukan untuk

menghalangi lajunya dakwah HTI. karena terjadinya framing negatif

terhadap HTI, saat ini gerakan dakwah HTI menjadi lebih sempit.

84

Kerapkali dakwah HTI bersinggungan dengan kelompok masyarakat dan

organisasi lain, banyak kajian-kajian yang diduga sebagai kajian HTI yang

dibubarkan paksa. Ada pula beberapa tokoh HTI yang ditolak untuk

berdakwah. Hal ini membuat HTI sulit untuk meyakinkan masyarakat.

3. Kendala dalam mewujudkan cita-cita politik. Sebagai organisasi yang

menginginkan pendirian Khilafah Islamiyah, tentu akan sulit bagi HTI

untuk berdiri di tengah sistem (demokrasi) yang telah ada. Meskipun

mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam tetapi masih banyak

yang belum bisa menerima gagasan HTI, ditambah lagi dengan adanya

agama lain yang tentu kontradiktif dengan ajaran tersebut.

B. Saran

Saran dari penulisan penelitian ini ditujukan kepada para akademisi ilmu poltik, agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut menganai gerakan politik dan organisasi kemasyarakatan. Dengan demikian, akan lebih banyak ketersediaan referinsi mengenai teori-teori gerakan politik dan organisasi kemasyarakan.

Kemudian, kepada HTI dan Organisasi Kemasyarakatan di Indonesia diharapkan menambah pemahaman dalam praktik-praktik yang berkaitan dengan gerakan politik di Indonesia dan organisasi kemasyarakatan. Sehingga perkumpulan- perkumpulan yang berlatar belakang keagamaan dapat lebih bijak dalam menyebarkan paham-paham keagamaan yang dapat bergesekan dengan konstitusi dan undang-undang yang berlaku di Indonesia.

85

DAFTAR PUSTAKA

Buku Abdullah, Kurniawan “Gerakan Politik Islam Ekstra Parlementer: Studi Kasus Hizbut Tahrir Indonesia”, Tesis, Universitas Indonesia. 2004. Afdlal, Awani Irewati, dkk. Islam dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta: LIPI Press. 2005. Afif, Abu, dkk. Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah. 2013. Agus, Salim “The Rise of Hizbut Tahrir Indonesia”, Tesis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. an-Nabhani, Taqiyuddin. Konsepsi Politik Hizbut Tahrir ed. Mu‟tadamdah. Jakarta: HTI Press. 2005. An-Nabhani, Taqiyuddin. Peraturan Hidup dalam Islam (Edisi Mu’tamadah). Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia. 2013. ______, Taqiyuddin. Peraturan Hidup dalam Islam, ed.Mu‟tamadah. Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia. 2013. Arto,Mukti. Upaya Hukum Kasasi dan Peninjauan Kembali. Depok: Prenadamedia Group. 2018. Basrowi & Sukidin. Teori-Teori Perlawanan dan Kekerasan Kolektif. Surabaya: Insan Cendikia. 2003. Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2008. Budiharsono, Suyuti S. Politik Komunikasi. Jakarta: Grasindo. 2013. Cohen, Bruce J. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta. 1992. Damsar. Pengantar Sosiologi Politik, ed. Revisi. Jakarta: Prenada Media Group. 2010. Ebaugh, Helen Rose. Handbook of Religion and Social Institution. Texas: Springer Science. 2006. Fathurahman,Pupuh. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia. 2011.

86

Halim, Abd. Relasi Islam, Politik dan Kekuasaan. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta. 2013. Herujito, Yayat M. Dasar-Dasar Manajemen. Bogor: Grasindo. 2001. Hizbut Tahrir Indonesia. Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia: Indonesia,Khilafah dan Penyatuan Kembali Dunia Islam. Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia. 2009. Hizbut Tahrir. Struktur Negara Khilafah: Pemerintahan dan Administrasi. Jakarta: HTI Press. 2008. Huda, Miftakhul “Kamus Hukum: Contrarius Actus”, Majalah Konstitusi, No. 34 November 2009. Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. 2009. Murugesan, G. Principles of Management. New Delhi: University Science Press. 2012. Romli, Khomsahrial. Komunikasi Organisasi Lengkap. Jakarta: Grasindo. 2014. Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi, ed. Ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI. 2004. Terry, George R. Prinsip-Prinsip Manajemen, terj. J.G. Smith. Jakarta: Bumi Aksara. 2013. Wictorowicz, Quintan. Aktivisme IslamPendekatan Teori Gerakan Sosial, ed. Terjemahan. Jakarta: Democracy Project. 2012. Yunanto,Sri. Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta: IPPS. 2017. Yusuf, Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan. Jakarta: Kencana. 2014.

Undang-Undang dan Dokumen Resmi UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan

87

UU Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Perppu Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan Menjadi Undang- Undang Dokumen Gugatan terhadap Menteri Hukum dan HAM RI yang didaftarkan oleh Ihza & Ihza Law Firm sebagai Kuasa Hukum HTI Dokumen Jawaban Tergugat Perkara Nomor 211/G/2017/PTUN-JKT Dokumen Hasil Konferensi Pers HTI

Skripsi, Tesis, Disertasi dan Makalah Abdullah, Kurniawan. “Gerakan Politik Islam Parlementer; Studi Kasus Hizbut Tahrir Indonesia”. Tesis, Universitas Indonesia. 2004. Abidin, Zainal. “Gerakan Politik Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Sebagai Organisasi Islam Ekstra Parlementer Di Indonesia Pasca Reformasi”. Skripsi Institut Agama Islam Negeri Walisongo. 2010. Agus Salim. “The Rise of Hizbut Tahrir Indonesia”. Tesis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015. Aulia, Rihlah Nur. “Fundamentalisme Islam Indonesia; Studi Atas Gerakan dan PemikiranHizbutTahrir”.Tesis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2004. Herowandi, Muhammad. “Kontroverisi Hizbut Tahrir Indonesia Terhadap Pancasila: Studi Kasus di DPP Hizbut Tahrir Indonesia”. Tesis, Universitas Lampung. 2017. Pudjianto, W. Sigit “Pembangunan Politik Indonesia: Studi Tentang Eksistensi dan Peranan Organisasi Kemasyarakatan”, Tesis, Universitas Indonesia, 2006.

Jurnal dan Majalah Avin, Risnawati. “Ini 4 Ormas Sesat yang Dilarang Selain Gafatar” Iyaa.com. Diakses melalui https://media.iyaa.com/article/2016/01/ini-4-ormas-sesat-

88

yang-dilarang-selain-gafatar-3433201.html, 03 Januari 2018, pukul 15.20 WIB. Budi H., Leonardo. “Teori Organisasi Suatu Tinjauan Perspektif Sejarah”. Jurnal Dinamika SainsUniversitas Pandanaran, Vol. 10, No. 28 (2004). Tersedia di http://jurnal.unpand.ac.id/index.php/dinsain. Diakses 11 Desember 2017, pukul 01.44 WIB. Faturahman, Burhanudin Mukhamad. “Kepemimpinan dalam Budaya Organisasi,” MADANIJurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan, Vol. 10, No. 1, 2018. Herdiansyah, Randi Ari Ganjar “Peran Organisasi Masyarakat (Ormas) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam Menopang Pebangunan di Indonesia, SosioglobalJurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vo. 1, No. 1, Desember 2016. Huda, Miftakhul.Kamus Hukum: Contrarius Actus. Majalah Konstitusi, No. 34 November 2009. Lubis, Erni Sari Dwi Devi dan Ma‟arif Jamuin. “Infiltrasi Pemikiran dan Gerakan HTI di Indonesia”. Jurnal SuhufVol. 27 No. 2. November 2015. Prayoga, Dimas. “Kebijakan Pemberdayaan Organisasi Kemasyarakatan Berdasarkan UU No.17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan (Studi Kasus di Kota Pontianak)”. Jurnal Nestor Magister Hukum, Vol. 01, No. 01, 2017. Universitas Tanjungpura. Tersedia di http://jurnal.untan.ac.id/index.php/nestor/search/authors/view?firstName=J URNAL%20MAHASISWA%20S2%20HUKUM%20UNTAN&middleNa me=&lastName=DIMAS%20PRAYOGA%20S.H.%20NPM.A202115103 8&affiliation=&country=. Diunduh 11 Desember 2017, pukul 19.02 WIB. Shobron, Sudarno. “Model Dakwah Hizbut Tahrir Indonesia”. Profrtika Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 1, Juni 2014. Tersedia di http://journals.ums.ac.id/index.php/profetika/article/viewFile/1966/1379. Diakses 11 Desember 2017, pukul 12.20 WIB.

89

Yusalia, Henny. Dinamika Penerapan Khilafah Sesuai dengan Tinjauan Sosio- Historis. Jurnal Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Fatah Palembang. Desember 2016. Zahid, Moh. Islam Kāffah dan Implementasinya: Mencari Benang Merah Tindak Kekerasan atas Nama Islam. Jurnal KARSA. Vol. IX No. 1, April2006.

E-book Miles, Matthew B. dkk. Qualitative Data Analysis: A Methode Source Book, ed. 3. United State of America: SAGE Publication. 2014). Diakses melalui https://books.google.co.id/books?id=3CNrUbTu6CsC&printsec=frontcove r&dq=miles+dan+huberman+1992&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiz8PL5 8IzaAhWMqo8KHUyWCoIQ6AEILDAA#v=onepage&q=miles%20dan% 20huberman%201992&f=false, 27 Maret 2018, pukul 22.00 WIB. Pal, Karam. Management Concepts and Organizational Behaviuor. India: Directorate of Distance Education Guru Jambheshwar University. Diakses melalui http://www.ddegjust.ac.in/studymaterial/mcom/mc-101.pdf, 20 Desember 2018, pukul 11.55 WIB.

Website Avin,Risnawati “Ini 4 Ormas Sesat yang Dilarang Selain Gafatar” Iyaa.com. Diakses melalui https://media.iyaa.com/article/2016/01/ini-4-ormas-sesat- yang-dilarang-selain-gafatar-3433201.html, 03 Januari 2018, pukul 15.20 WIB. Beritagar.id, “Nasib Perppu Ormas ditentukan Akhir Oktober 2017” diakses melalui https://www.google.co.id/search?q=aksi+tolak+perppu+ormas+24+oktobe r&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjwwODB7 9beAhWKwI8KHQFVCkcQ_AUIDygC&biw=931&bih=454#imgrc=ezT Kcp9AP9wQ2M, pada tanggal 10 September 2018. Dalimunte, Ihsan “Incar Kursi Perlemen, HTI Akui Dukung PBB di Pileg 2019” CNN Indonesia. Diaksesmelalui

90

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180314071034-32- 282788/incar-kursi-parlemen-hti-akui-dukung-pbb-di-pileg-2019, 20 Desember 2018, pukul 19.05 WIB. Novaria, Astri “Rencana Aksi Bela Islam 299 Kental Kepentingan Politik” Media Indonesia. Diaksesmelalui http://www.mediaindonesia.com/news/read/124216/rencana-aksi-bela- Islam-299-murni-kepentingan-politik/2017-09-26, 02 Januari 2018, pukul 15.15 WIB. Rahayu, Cici Marlina “Presidium Alumni 212 Bacakan 5 Resolusi Aksi 287” Detik News. Diakses melalui https://news.detik.com/berita/3577680/presidium-alumni-212-bacakan-5- resolusi-aksi-287, pada tanggal 01 Novemeber 2018 Saputra,Ramadhan Rizki “Pembubaran Tak Hentikan Aktivitas Dakwah HTI” diakses melalui https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180508211216-32- 296725/pembubaran-tak-hentikan-aktivitas-dakwah-hti, pada tanggal 01 November 2018. Pukul 12.00 WIB. Satriawan, Yudha “Pasca Dibubarkan Pemerintah Telusuri Aparatur Negara yang Ikut Keanggotaan Ormas HTI” VOA Indonesia. Diakses melalui https://www.voaindonesia.com/a/pasca-dibubarkan-pemerintah-telusuri- aparatur-negara-yang-ikut-keanggotaan-ormas-hti/3956539.html, 02 Januari 2017, pukul 15.30 WIB.

Wawancara Ali Munhanif, M.A., Ph.D. selaku pengamat politik Islam pada tanggal 26 November 2018 di Ruang LP2M Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. KH. Ahmad Ishomuddin selaku Saksi Ahli Sidang PTUN pada tanggal 31 Oktober 2018 di PB NU Jl. Keramat Raya No. 162, Senen, Jakarta Pusat.

91

Sri Yunanto, Ph.D. selaku staf ahli Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tanggal 1 September 2018 d Jl. Ir. H. Djuanda, Tangerang Selatan. Ust. Ismail Yusanto selaku Juru Bicara HTI pada tanggal 31 Agustus 2018 di Crown Place Jl. Prof. Soepomo No. 231, Tebet, Jakarta Selatan. MuhammadNicko T. Pandawa selaku Pengurus Komisariat GEMA Pembebasan Ciputat pada tanggal 18 Januari 2019 di Ciputat¸Tangerang Selatan.

Media Sosial Iffah Ainurrochamah selaku Ketua Muslimah HTI, diakses dari http://www.instagram.com/p/BT2ljDRFTfP/?utm_source=ig_share_sheet &igshid=3yqpqu3rcwra pada tanggal Dokumentasi Pribadi HTI pada Konferensi Pers Selasa, 9 Mei 2017 di Kantor DPP HTI Iffah Ainurrochamah selaku Ketua Muslimah HTI, diakses dari https://www.instagram.com/p/BUa22kClusm/?utm_source=ig_share_sheet &igshid=1js5fy8bnidc, pada tanggal 28 September 2018. Live Streaming di Channel Arah TV, diakses dari https://www.arah.com/live/588/streaming.html, pada tanggal 10 Oktober 2018. Media Oposisi, diakses melalui https://www.instagram.com/p/Bf14GxeBDaJ/?utm_source=ig_share_sheet &igshid=1j3tbluo1tqwp pada tanggal 20 Oktober 2018. Media Oposisi, diakses melalui https://www.youtube.com/watch?v=lF0nwGfVDHQ pada tanggal 23 Oktober 2018.

Muslimah Media Center, diakses melalui https://www.instagram.com/p/BZr4X9ahjVJ/?utm_source=ig_share_sheet &igshid=ph7816o0zq6, pada tanggal 12 Oktober 2018.

92

Muslimah Media Center, diakses melalui https://www.instagram.com/p/BamHXKnB6md/?utm_source=ig_share_sh eet&igshid=1m5rkk3ng3sof, pada tanggal 10 September 2018.

93