JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan Dan Sosial Politik UMA, 6 (1) (2018): 94-103

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan Dan Sosial Politik UMA, 6 (1) (2018): 94-103 JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 6 (1) (2018): 94-103 JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA (Journal of Governance and Political Social UMA) Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jppuma Relasi Demokrasi, Kekuasaan, dan Politik Hukum dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2019 The Relationship of Democracy, Power, and Politics of Law in the Election of the President and Vice President in 2019 M. Luthfi Munzir A.M. Burhani1)* 1) Jurusan Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Tata Kelola Pemilu, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas, Indonesia Abstrak Pemilihan Umum merupakan sarana kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil (luber dan jurdil). Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum sebagai produk politik hukum justru tidak menempatkan para kandidat yang akan bertarung dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2019 dalam posisi yang adil dan setara. Petahana lebih diuntungkan sehingga menimbulkan ambigu kepentingan. Sehingga, keadilan substansial sebagai bagian dari demokrasi yang sesungguhnya cenderung diabaikan demi kekuasaan. Tulisan ini menggunakan pendekatan studi literatur. Bias kepentingan tersebut bisa dihindari dengan menempatkan regulasi dengan setara dan adil. Perlu ada revisi terhadap UU No.7 Tahun 2017 sehingga petahana yang akan mencalonkan diri kembali sebagai capres atau cawapres mengundurkan diri dari jabatannya. Hal ini untuk menjaga asas keadilan dalam proses pemilu 2019 dan menjaga agar ambigu kepentingan tidak digunakan untuk memperoleh kekuasaan. Kata Kunci: Relasi Demokrasi, Kekuasaan, Politik Hukum General Election is a means of popular sovereignty that is held directly, publicly, freely, secretly, honestly and fairly (overflowing and fair). Law Number 7 of 2017 concerning General Elections as a product of legal politics does not place candidates who will fight in the Election of President and Vice President in 2019 in a fair and equal position. Incumbents benefit more so that they create ambiguous interests. Thus, substantial justice as part of real democracy tends to be ignored for the sake of power. This paper uses a literature study approach. This interest bias can be avoided by placing regulations equally and fairly. There needs to be a revision of Law No.7 of 2017 so that the incumbent who will run again as a presidential candidate or vice president resigns from his position. This is to safeguard the principle of justice in the 2019 electoral process and to keep ambiguous interests from being used to gain power. Keywords: Relationship of Democracy, Power, Politics of Law How to Cite: Pertama, N.P. Pertama, P. & Ketiga, P. (2017). Judul Hendaknya Ringkas dan Informatif Tidak Lebih dari 15 Kata dalam Bahasa Indonesia. JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, Vol (No): halaman. *Corresponding author: ISSN 2549-1660 (Print) E-mail: Pertama @gmail.com ISSN 2550-1305 (Online) 1 M.Luthfi Munzir A.M. Burhani, Relasi Demokrasi, Kekuasaan, dan Politik Hukum dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2019 PENDAHULUAN Indonesia (PKPI). Saat tahapan Pemilihan Umum tahun 2019 pendaftaran calon presiden dan wakil merupakan sejarah baru dalam demokrasi presiden (tanggal 4 sampai 10 Agustus prosedural dan elektoral di Indonesia. 2018) Joko Widodo masih menjabat Untuk pertama kalinya, pemilihan umum sebagai Presiden RI periode 2014-2019. untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD Sementara Prabowo Subianto adalah Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota Ketua Umum Partai Gerindra yang diusung dengan pemilihan umum Presiden dan oleh empat partai politik, yaitu Gerindra, Wakil Presiden dilaksanakan serentak, 17 Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai April 2019. Artinya, pemilu 2019 akan Amanat Nasional (PAN), dan Demokrat. semakin kompleks dan melelahkan. Tidak Pada Pemilu 2014, Prabowo juga menjadi saja kompleks dan melelahkan oleh Komisi penantang Joko Widodo meski dengan Pemilihan Umum dan Badan Pengawas calon wakil presiden yang berbeda. Pemilu sebagai penyelenggara pemilu, Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tetapi juga bagi peserta pemilu, seperti 2019 juga disebut-sebut sebagai rematch partai politik, calon anggota legislatif, politik 2014. (Aristya Rahadian, 2018, calon anggota DPD, maupun calon Inilah Peta Partai Pengusung Capres dan Presiden dan Wakil Presiden. Khusus Cawapres Pemilu 2019, untuk pemilu Presiden dan Wakil Presiden https://www.cnbcindonesia.com/news/2 menjadi pusat perhatian rakyat karena 0180810195720-16-28087/inilah-peta hanya ada dua pasangan calon yang akan partai-pengusung-capres-cawapres- berkontestasi, yaitu pasangan Joko pemilu-2019, diakses tanggal 12 Oktober Widodo-KH.Ma’ruf Amin dan Prabowo 2018). Subianto-Sandiaga Uno. Terbatasnya calon pemimpin Dua pasangan calon ini muncul Indonesia yang muncul sebagai kandidat sebagai bagian dari dinamika politik adalah realitas demokrasi Indonesia yang nasional yang sangat alot. Joko Widodo mencerminkan dominasi politik elite, dan merupakan petahana yang diusung oleh politik hukum yang dikonstruksi secara tujuh partai politik, yaitu Partai Demokrasi legal-formal untuk menghambat nilai-nilai Indonesia Perjuangan (PDIP), Golkar, demokrasi hakiki. Undang-Undang Dasar Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai RI Tahun 1945 Pasal 6A menyebutkan Persatuan Pembangunan (PPP), Nasdem, bahwa pasangan calon presiden dan wakil Hanura, dan Partai Keadilan dan Persatuan presiden diusulkan oleh partai politik atau 2 JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 5 (2) (2017): 71-78 gabungan partai politik peserta pemilihan Presiden yang sedang berkuasa dan umum sebelum pelaksanaan pemilihan mencalonkan diri kembali pada periode umum. Tidak ada ruang bagi kandidat yang berikutnya atau biasa disebut dengan berasal dari calon perseorangan atau istilah petahana, dalam konteks demokrasi tanpa melalui partai politik untuk menjadi berada pada pihak yang paling calon presiden dan wakil presiden. Secara diuntungkan dibandingkan dengan langsung atau tidak, pembatasan melalui kandidat lain. Calon dari petahana partai politik mencerminkan bahwa hanya mempunyai waktu yang sangat panjang kepentingan partai politik yang berkuasa untuk bersosialisasi dengan rakyat, dan membatasi hak-hak konstitusional termasuk “kampanye” politik melalui warga negara untuk turut serta dalam program-program pemerintah yang pemerintahan. Permohonan calon dipimpinnya. Seringkali petahana presiden independen sebenarnya pernah memanfaatkan dua momentum sekaligus; diajukan ke Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai pemimpin negara dan sebagai oleh Fadjoel Rahman cs dengan calon Presiden dan Wakil Presiden. Pada permohonan pengujian Pasal 1 angka 4, posisi seperti itu, rakyat sulit untuk Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 13 ayat (1) membedakan peran tersebut, apakah Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 sedang menjalankan program kerjanya tentang Pemilihan Umum Presiden dan atau berkampanye? Atau kedua-duanya Wakil Presiden. Hakim MK ketika itu sekaligus? Maka kampanye tanpa menolak seluruh permohonan pemohon berkampanye menjadi kalimat yang pas karena bertentangan dengan UUD RI bagi calon petahana. Tahun 1945 Pasal 6A. (Ali, 2009, MK Tolak Beberapa contoh bias kebijakan Permohonan Capres Independen, pemerintah yang rentan dikaitkan dengan https://www.hukumonline.com/berita/ba aspek politik atau kampanye calon dari ca/hol21216/mk-tolak-permohonan- petahana, antara lain: kebijakan kenaikan capres-independen, diakses 12 Oktober bahan bakar minyak jenis premium yang 2018). rencananya akan diberlakukan pada Hari UUD RI Tahun 1945 maupun UU Rabu 10 Oktober 2018 mulai Jam 18.00 Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan WIB tidak jadi dinaikkan. Padahal, satu jam Umum tidak memuat klausual tentang sebelumnya sudah ada pengumuman dari mekanisme yang demokratis dan adil bagi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral semua pihak yang tengah berkontestasi. (ESDM) Ignasius Jonan terkait tentang tarif 3 M.Luthfi Munzir A.M. Burhani, Relasi Demokrasi, Kekuasaan, dan Politik Hukum dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2019 baru BBM jenis premium. Penundaan pernyataan dari sumber primer tersebut kenaikan premium tersebut karena diakui sendiri oleh sumbernya sebagai Presiden Joko Widodo mempertimbangkan suatu kebohongan, tim sukses calon daya beli masyarakat. (Niken Purnamasari, Presiden Prabowo Subianto ikut terseret 2018, Jokowi Buka Suara Soal Harga kasus hoax tersebut. Premium yang Batal Naik, Contoh ketiga, gerakan tagar https://finance.detik.com/energi/d- #2019gantipresiden yang dianggap pihak 4254994/jokowi-buka-suara-soal-harga- istana presiden sebagai bagian dari makar premium-yang-batal-naik, diakses 14 dan inkonstitusional sehingga gerakan Oktober 2018). Langsung atau tidak,hal ini tersebut harus dihentikan (Achmad tentu saja akan dikaitkan dengan aspek Zulfikar Fazli, 2018, Istana Sebut Gerakan politik yang lebih dipertimbangkan oleh 2019 Ganti Presiden Makar, calon dari petahana dibandingkan aspek http://news.metrotvnews.com/hukum/Gb ekonomi. Apabila BBM bersubsidi mj1nyk-istana-sebut-gerakan-2019-ganti- dinaikkan di tahun politik, sedikit atau presiden-makar, diakses 14 Oktober banyak akan berpengaruh kepada tingkat 2018). Meski Bawaslu menilai gerakan kepercayaan rakyat kepada calon dari #2019gantipresiden maupun petahana. Ini tentu kebijakan yang tidak #Jokowi2periode bukan bagian dari populis dan beresiko secara politis. kampanye (Ekarista R.P, 2018, Bawaslu: Contoh kedua, terbongkarnya Gerakan ‘2019 Ganti Presiden’ dan ‘Jokowi kebohongan
Recommended publications
  • Parliamentary Team Visits M'sia Over Workers Issue
    04 FEB 2002 Indon-Team PARLIAMENTARY TEAM VISITS M'SIA OVER WORKERS ISSUE JAKARTA, Feb 4 (Bernama) -- A five-member team of Indonesian parliamentarians flew to Kuala Lumpur this afternoon to appeal to the Malaysian government to relax its decision to reduce the number of Indonesian workers in the country. The team, led by a Deputy Speaker of the People's Representatives Assembly, Muhaimin Iskandar, comprises Sabam Sirait who is also head of the Inter-Parliamentary Committee, Bachrum Rasir, Happy Bone Zulkarnain and Posma Lumban Tobing. Muhaimin, who is responsible for parliamentary affairs on the people's welfare, told reporters before leaving for the Malaysian capital that during the two-day visit the team would hold discussion with Malaysian Foreign Minister Datuk Syed Hamid Albar. He was confident that with the close working relationship between the parliaments of the two neighbouring countries, an amicable solution to the problem could be reached. Indonesia had been worried by Malaysia's drastic action in deporting thousands of its workers as this could put pressure on unemployment at home where almost 40 million people are already without jobs. The move was prompted by a series of criminal incidents involving Indonesian workers, the latest being the violent riot at a textile factory hostel in Nilai, Negeri Sembilan, and the fight among themselves in Cyberjaya. Indonesia has not only apologised for the rampage but also appealed to Malaysia to continue giving Indonesia priority in its recruitment of foreign workers. Displaying concern over the issue, President Megawati Sukarnoputri last Friday sent Justice and Human Rights Minister Yusril Ihza Mahendra as her emissary to discuss matters affecting Indonesdian workers.
    [Show full text]
  • SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Bahasa Dan Sastra Indonesia
    IDEOLOGI TALKSHOW MATA NAJWA TRANS7 EDISI “GARA-GARA TAGAR” (ANALISIS WACANA KRITIS) SKRIPSI diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia oleh Revina Siska Widiastuti NIM 1507274 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2019 IDEOLOGI TALKSHOW MATA NAJWA TRANS7 EDISI “GARA-GARA TAGAR” (ANALISIS WACANA KRITIS) oleh Revina Siska Widiastuti Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra © Revina Siska Widiastuti 2019 Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2019 Hak cipta dilindungi undang-undang Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian dengan dicetak ulang atau difotokopi tanpa seizin penulis. IDEOLOGI TALKSHOW MATA NAJWA TRANS7 EDISI “GARA-GARA TAGAR” (ANALISIS WACANA KRITIS) Revina Siska Widiastuti Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia – S1, Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudi, No. 229, Bandung [email protected], Telp. 082120254776 ABSTRAK Media massa sebagai media yang bersifat informatif segala hal, salah satunya informasi politik. Seiring perkembangan jaman ke era modern, media massa dapat diakses oleh pengguna dalam bentuk yang ringkas, yaitu media sosial. Setiap pemberitaan politik di media sosial, akan menimbulkan pro dan kontra dari masyarakat. Hal ini yang membuat media membingkai isu tersebut dalam kemasan talkshow. Seperti Mata Najwa Trans7 yang mampu menghadirkan narasumber pokok dari pihak pro dan kontra isu “Gara-Gara Tagar” di masyarakat. Dalam membingkai sebuah talkshow tidak terlepas dari sebuah ideologi. Bahasa berperan penting dalam membentuk sebuah ideologi sebagai alat pencapaian suatu tujuan dalam kekuasaan.
    [Show full text]
  • The Legal Politics of Recall Right of Political Parties Relevance with the System of Popular Sovereignty in Dynamics of the Constitution of Indonesia
    Volume 5 Issue 1, September 2020: pp. 20-35. Faculty of Law, Pattimura University, Ambon, Maluku, Indonesia. p-ISSN: 2527-7308 | e-ISSN: 2527-7316. This is open access article under the CC-BY-NC 4.0 International License The Legal Politics of Recall Right of Political Parties Relevance with the System of Popular Sovereignty In Dynamics of the Constitution of Indonesia Malicia Evendiaa,*, Armen Yasirb, Yulia Netac, Ade Arif Firmansyahd a,b,c,dFaculty of Law Lampung University, Lampung, Indonesia *e-mail : [email protected] Abstract: The existence of regulation of recall rights of political parties as regulated in Law No. 17 of 2014 and Law No. 2 of 2008 bring a great influence on the position of legislative members. Based on these rules, legislators may be dismissed from their positions if proposed by Political Party. This certainly brings a polemic for the people as the sovereign owner, who have chosen their representatives through the electoral process, but when chosen representatives of the people can be dismissed from his position by a political parties through the mechanism of the right of recall. This research was done by doctrinal method approach as well as the use of the statute, historical, and conceptual approach. This results showed that the legal politics of recall right of political parties is actually only used as an instrument of the political parties in controlling its members in parliament in order to always adhere to the party's policy direction. This makes the recall right political party is legal products that characterized conservative or orthodox. The existence of a political party's recall rights order gives a great authority to the political parties to negate the result of the people's choice as the holder of sovereignty for the sake of the political party.
    [Show full text]
  • In Search of Hegemony: Islamism and the State in Indonesia
    In Search of Hegemony: Islamism and the State in Indonesia LUQMAN NUL HAKIM This thesis is submitted for the degree of Doctor of Philosophy The University of Melbourne February 2019 Declaration I certify that this thesis is the product of my own research, fewer than the maximum word limit in length, and contains no material which has been accepted as part of the requirements of any other degree at any tertiary education institution, or any material previously published by another person except where due reference is made. Luqman Nul Hakim i Abstract In post-authoritarian Indonesia, but particularly following the 9/11 terrorist attacks, Islamism has become a contentious matter of scholarly debate. The prominent accounts emerging from security and democratisation studies place much analytical weight on ideology and culture by often portraying the relationship between Islam and politics in essentialist fashion, associating the dynamics of Islamism with interpretations of Islamic doctrine or the contest between moderate and radical Muslims. The institutionalist literature, on the contrary, explains the rise of Islamism as the result of the weak capacity of the state following the fall of the centralised New Order authoritarian regime. Another variant draws attention to the moderation of Islamic politics as the result of participation in democratic processes, especially electoral politics. Yet, such linear and teleological explanations obscure the complex circumstances that establish the different trajectories of Islamism. They also fail to comprehend how the prevalence of Islamist discourse on power struggles in the current democracy can produce a more conservative and illiberal form of Islamism. In contrast, this thesis utilises the politics of hegemony approach as developed in the traditions of political discourse theory.
    [Show full text]
  • PKI – Party Leadership – Party Membership – Arrests
    Refugee Review Tribunal AUSTRALIA RRT RESEARCH RESPONSE Research Response Number: IDN30015 Country: Indonesia Date: 22 March 2006 Keywords: Indonesia – PKI – Party leadership – Party membership – Arrests This response was prepared by the Country Research Section of the Refugee Review Tribunal (RRT) after researching publicly accessible information currently available to the RRT within time constraints. This response is not, and does not purport to be, conclusive as to the merit of any particular claim to refugee status or asylum. Questions 1. What is the status of the PKI in Indonesia today? 2. Does the PKI still exist as a political party in Indonesia? 3. If so, could you provide details about the party, e.g. the current leader, number of members? 4. Are there any reports on the party from 2002-2005? 5. Are there any reports on party members from 2002-2005? 6. Are there any reports about the arrest of PKI members in September 2005? RESPONSE 1. What is the status of the PKI in Indonesia today? 2. Does the PKI still exist as a political party in Indonesia? 3. If so, could you provide details about the party, e.g. the current leader, number of members? The Partai Komunis Indonesia, (PKI), or Communist Party of Indonesia is presently banned in Indonesia and as such, information regarding recent or present activities of the PKI underground or otherwise is scarce. Several academics were contacted throughout the course of research for this Response in order to obtain expert information in reference to the PKI in Indonesia today. The Member will be advised if there is any information that may be forthcoming that further assists in determining the present status of the PKI in Indonesia.
    [Show full text]
  • Popularitas, Akseptabilitas, & Elektabilitas Kandidat Calon Presiden
    www.poltracking.com TEMUAN SURVEI NASIONAL PERSEPSI DAN PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILPRES & PILEG SERENTAK 2019 “PETA ELEKTORAL & SKENARIO POROS KOALISI PILPRES 2019” TEMUAN SURVEI NASIONAL: 27 JANUARI – 3 FEBRUARI 2018 LATAR BELAKANG 2 Secara umum, pencalonan kandidat (candidacy) atau candidate nomination dalam banyak kasus dan kajian akademis telah menjadi residual function alias fungsi yang tersisa dari banyak fungsi partai politik seperti agregasi, representasi, dan sosialidasi politik. Diluar fungsi kandidasi, fungsi-fungsi partai politik sudah banyak pudar dan digantikan oleh institusi-institusi demokrasi lainnya seperti NGO, Ormas, dan Media. Parahnya, tendensi ini terjadi di banyak negara (Norris, 2008), termasuk Indonesia. Tetapi, pencalonan kandidat presiden di Indonesia mempunyai konsekuensi serius pada tiga isu elektoral sekaligus: partai politik, incumbency (pemerintahan/partai yang berkuasa) dan pemilih itu sendiri. Konsekuensi pertama, pencalonan presiden berimplikasi serius pada relasi antarpartai (interparty politics). Hak kandidasi presiden tetap berada dan dipegang oleh partai politik sebagai satu-satunya lembaga yang diakui konstitusi (UUD pasal 6A), namun partai ‘terpaksa’ harus saling merapat/menjauh karena prasyarat ambang batas pencalonan 20% yang baru saja diputus Mahkamah Konstitusi. Apalagi sistem kepartaian multipartai ekstrem di Indonesia—dimana tidak ada partai dominan bahkan partai yang melebihi 20% kursi—menyebabkan pencalonan presiden di Indonesia menggiring partai-partai untuk saling berkompromi baik secara ideologis maupun pragmatis. TEMUAN SURVEI NASIONAL 1200 RESPONDEN Temuan Surnas: 27 Januari – 3 Februari 2018 LATAR BELAKANG 3 Konsekuensi kedua, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja inkamben (Job Approval Rating) merupakan pintu masuk penting untuk membaca trend dukungan terhadap inkamben baik presiden, wakil presiden, maupun para pembantu presiden (menteri). Tingkat kepuasan ini berkorelasi kuat pada trend dukungan dalam kontestasi politik elektoral.
    [Show full text]
  • CALON WAKIL PRESIDEN PENILAIAN ELITE, OPINION LEADER, DAN MASSA PEMILIH NASIONAL Temuan Survei Mei 2018
    CALON WAKIL PRESIDEN PENILAIAN ELITE, OPINION LEADER, DAN MASSA PEMILIH NASIONAL Temuan Survei Mei 2018 Jl. Kusumaatmaja No. 59, Menteng, Jakarta Pusat 10340 [email protected] | www.saifulmujani.com LATAR BELAKANG } Berbagai studi dan pengalaman pemilihan presiden selama ini menunjukan pentingnya persepsi pemilih tentang tokoh yang bersaing dalam Pilpres dan juga pemilihan kepala daerah. Persepsi ini sangat menentukan hasil akhir Pilpres atau Pilkada. } Persepsi tentang tokoh terutama berkaitan dengan persepsi atau opini atas “kualitas personal” tokoh-tokoh tersebut. } Opini yang reliable seseorang tentang tokoh-tokoh tak bisa dipisahkan dengan informasi yang dimilikinya tentang tokoh-tokoh tersebut. Survey Mei 2018 2 ... lanjutan } Untuk mendapatkan opini yang reliable tentang kualitas tokoh yang akan menjadi kontestan dalam politik dibutuhkan informan yang kompeten juga. } Di samping itu, sopistikasi pengertian kualitas tokoh juga menentukan informan macam apa yang dibutuhkan untuk mendapatkan opini yang reliable. } Pengertian kualitas tokoh menyangkut banyak dimensi: Kapabilitas/kompetensi termasuk menjaga kontinuitas program yang dinilai positif, integritas, empati, dan akseptabilitas. Survey Mei 2018 3 …lanjutan } Kapabilitas/kompetensi/kemampuan: memahami masalah, tahu yang terbaik dan harus dilakukan, mampu memimpin. } Integritas/track-record: bisa dipercaya, amanah, bersih dari cacat hukum, dari perbuatan tercela (moral). } Empati: bisa memahami kondisi dan bersimpati pada rakyat yang kurang beruntung. } Akseptabilitas:
    [Show full text]
  • MEGAWATI TOLD to DISCUSS WORKERS ISSUE with DR MAHATHIR (Bernama 07/02/2002)
    07 FEB 2002 Indon-Bomer MEGAWATI TOLD TO DISCUSS WORKERS ISSUE WITH DR MAHATHIR JAKARTA, Feb 7 (Bernama) -- President Megawati Sukarnoputri should discuss with Prime Minister Datuk Seri Dr Mahathir Mohamad Malaysia's plan to halve the number of Indonesian workers in that country. She should also take up with the Prime Minister, Malaysia's introduction of a "hire Indonesian last" policy, a former Manpower Minister Bomer Pasaribu has suggested. Bomer, who is also the Director of the Centre for Labour and Development Studies, said that Indonesia needed to make extra efforts to prevent the straining of bilateral ties between Indonesia and Malaysia, a country that had offered many job opportunities to Indonesian workers. "Megawati should address the matter personally with Dr Mahathir because the jobs of hundreds of thousands of Indonesian workers are at stake...what will their families eat, when they come back to Indonesia without a job?," Bomer was quoted as saying by the English daily "The Jakarta Post". He said sending ministers to Malaysia to deal with this messy issue was not going to bring about any change. Dr Mahathir himself had been making the policies and this issue needed to be dealt with at national level or Indonesia risked worsening its ties with Malaysia, he said. Indonesian workers had been involved in a series of incidents with the latest being a rampage at a textile factory in Nilai, Negeri Sembilan, on Jan 17, and three days later fighting broke out among themselves at Cyberjaya near Kuala Lumpur. In the latest development over the issue, Malaysia had decided to retain only those hired as maids and plantation workers.
    [Show full text]
  • Masalah Calon Presiden Populer
    DINAMIKA ELEKTORAL JELANG PILPRES DAN PILEG SERENTAK 2019 Temuan Survei: Nasional, 25-31 Maret 2018 Pengantar • Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) akan dilakukan serentak pada 17 April 2019 yang akan datang. Rangkaian tahapan untuk itu sudah dilakukan sejak sekarang, dimana pendaftaran calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) akan dilaksanakan pada 4–10 Agustus 2018. • Karenanya, ada dua hal yang perlu diamati dari hal tersebut: • (1) Bagaimana peta besar kekuatan politik: peta kekuatan partai-partai, poros capres yang akan terbentuk dan peluang para capres? • (2) Bagaimana peta pemilih dalam Pilpres dan Pileg tersebut? • Survei nasional (surnas) Indikator Politik Indonesia (Indikator) Maret 2018 menemukan temuan menarik soal tersebut. Data surnas ini juga dilengkapi dengan temuan surnas sebelumnya (Februari 2018) dan survei opini publik yang dilakukan di Provinsi Jawa Barat pada 5-13 Maret 2018 dan Provinsi Jawa Tengah, 12-21 Maret 2018. Survei Nasional, Maret 2018 | 2 Metodologi • Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. • Dari populasi itu dipilih secara random menggunakan metode multistage random sampling. • Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. • Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti. • Jumlah sampel untuk survei nasional Maret 2018 sebanyak 1200 responden. Margin of error sekitar +/- 2.9% pada tingkat kepercayaan 95% (dengan asumsi simple random sampling). Jumlah sampel surnas Februari 2018 sebanyak 2020 responden.
    [Show full text]
  • Political Parties in Post-Suharto Indonesia: Between Politik Aliran and ’Philippinisation’
    GIGA Research Programme: Legitimacy and Efficiency of Political Systems ___________________________ Political Parties in Post-Suharto Indonesia: Between politik aliran and ’Philippinisation’ Andreas Ufen N° 37 December 2006 www.giga-hamburg.de/workingpapers GIGA WP 37/2006 GIGA Working Papers Edited by GIGA German Institute of Global and Area Studies / Leibniz-Institut für Globale und Regionale Studien. The Working Paper Series serves to disseminate the research results of work in progress prior to publication to encourage the exchange of ideas and academic debate. An objective of the series is to get the findings out quickly, even if the presentations are less than fully polished. Inclusion of a paper in the Working Paper Series does not constitute publication and should not limit publication in any other venue. Copyright remains with the authors. When Working Papers are eventually accepted by or published in a journal or book, the correct citation reference and, if possible, the corresponding link will then be included in the Working Papers website at: www.giga-hamburg.de/workingpapers. GIGA research unit responsible for this issue: Research Programme ‘Legitimacy and Effi- ciency of Political Systems’. Editor of the GIGA Working Paper Series: Bert Hoffmann <[email protected]> Copyright for this issue: © Andreas Ufen Editorial assistant and production: Verena Kohler and Vera Rathje All GIGA Working Papers are available online and free of charge at the website: www.giga-hamburg.de/workingpapers. Working Papers can also be ordered
    [Show full text]
  • Don't Fight the Current
    Don’t fight the current Taye Shim ([email protected]) Head of Research / Strategist Mirae Asset Sekuritas Indonesia Research Emma Fauni ([email protected]) Research Associate Mirae Asset Sekuritas Indonesia Research June 26, 2018 Don’t fight the current . Turbulence driven by external factors: It has been a rollercoaster ride for the Jakarta Composite Index (JCI) in 1H18. The JCI started off with a good start reaching a year-high of 6,693pt on February 20. However, the upward trend was reversed following the release of Fed minutes hinting gradual monetary policy normalization (rate hikes). JCI continued its downward spiral driven by external issues including nuclear threats from North Korea, rising geopolitical risks in Middle East, US- China trade tensions, etc. How’s the domestic growth story? Macro wise, we think it’s not too hot, not too cold. External issues continue to challenge growth, however, domestic growth is strong enough to cushion the impact (stable consumption and exciting investment growth). Corporate earnings remain elusive amid stubbornly low inflationary backdrop. Indeed, our Universe revenue growth is projected to slip to 9% YoY from 13% YoY (2017). However, considering the gravity of the recent market pullback (-8% YTD), we judge market reaction to be overdone. The unwinding of index funds: Large caps were the darling during the strong inflows driven by global index funds. As market volatility escalates redemption of index funds have relentlessly net sold large caps regardless their fair value. As we expect prolonged strong dollar to prompt Long USD/ Short EM Asset strategy, we think the unwinding process is less likely to be short-lived.
    [Show full text]
  • Indonesian Presidential Election, 2014
    E2-2-1 http://en.wikipedia.org/wiki/Indonesian_presidential_election,_2014 Indonesian presidential election, 2014 The next Indonesian presidential election will be held in July 9, 2014. It will be Indonesia's third direct presidential election, and will elect a president for a five-year term. Incumbent president Susilo Bambang Yudhoyono is constitutionally barred from seeking a third term in office.[1][2] According to the 2008 election law, only parties or coalitions controlling 20% of DPR seats or winning 25% of the popular votes in the 2014 parliamentary elections will be eligible to nominate a candidate. This law is unlikely to be amended before the 2014 elections.[3] Arrangements for the election Arrangements for the conduct of elections in Indonesia are carried out under the supervision of the Indonesian Election Commission (Komisi Pemilihan Umum, or KPU). The presidential elections in 2014 will be carried out in accordance with Law (Undang-undang) No 28 of 2008 about the election of a President and Vice President. Voting system Indonesia is working towards e-voting in the hope of implementing the new system in the 2014 general elections.[4] The basis of the e-voting system is electronic identity cards (e-KTP) which are expected to be ready by 2012 nation- wide, but have been tried in six districts/cities, namely Padang (West Sumatra), Denpasar (Bali), Jembrana (Bali), Yogyakarta (Java), Cilegon (West Java) and Makassar (South Sulawesi).[5] Political parties Candidates for president will be nominated as individuals (along with a vice-presidential running partner). However, support from the main political parties is likely to play a key role in influencing the result.
    [Show full text]