Infobencana Kabupatenlangkat

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Infobencana Kabupatenlangkat I N F O B E N C A N A K A B U P A T E N L A N G K A T EDISI TRIWULAN I BULAN JANUARI, FEBRUARI DAN MARET 2013 Dalam edisi ini : - Sorotan. - 3.964 KK terendam banjir di Kecamatan Hinai dan Tanjung Pura. - Upaya Penanganan Bencana yang di lakukan. SOROTAN Selama triwulan I tahun 2013 tercatat bencana alam hidrometrologi berupa banjir, tanah longsor, angin puting beliung melanda daerah / Kabupaten Langkat dan beberapa Banjir di Kecamatan Hinai pada Februari 2013, yang bencana ( non alam ) yaitu kebakaran yang di akibatkan dari merendam Pemukiman warga sebanyak 1085 KK kelalaian masyarakat itu sendiri. Bencana alam hidrometrologi berupa banjir yang terjadi mengakibatkan sejumlah pemukiman penduduk di daerah Kecamatan Hinai 1085 KK dan Kec. Tanjung Pura 2879 KK terendam air dan beberapa lahan pertanian rusak namun tidak ada korban jiwa. Longsor terjadi di daerah Kecamatan Sei Bingai dan Kecamatan Kutambaru mengakibatkan jembatan dan ruas badan jalan rusak sehingga mengakibatkan lumpuhnya jalur transportasi antar Kecamatan di Daerah tersebut. Begitu juga dengan angin puting beliung terjadi di daerah Peninjauan Langsung Bupati Langkat Kecamatan Salapian yang mengakibatkan pemukiman penduduk Bpk. H. Ngogesa Sitepu, SH pada saat bencana banjir 2 rumah rusak berat dan 12 rumah rusak sedang 10 rumah rusak di Kecamatan Hinai pada Februari 2013 ringan dan tidak ada korban jiwa. Di triwulan I tahun 2013 tercatat bencana non alam ( kebakaran ) sangat dominan terjadi sebanyak 10 ( sepuluh ) kali di daerah Kabupaten Langkat diantaranya ; Kecamatan Babalan yang mengakibatkan 1 ( satu ) unit rumah rusak berat, di Kecamatan Pangkalan Susu terjadi 4 ( empat ) kali kebakaran yang mengakibatkan 3 ( tiga ) unit rumah rusak berat dan 3 ( tiga ) unit rumah rusak ringan, di Kecamatan Secanggang terjadi kebakaran yang mengakibatkan 1 ( satu ) unit rumah rusak berat, di Kecamatan Gebang yang mengakibatkan 1 ( satu ) unit rumah rusak berat, di Kecamatan Bahorok terjadi juga kebakaran yang mengakibatkan 1 ( satu ) unit rumah rusak berat, sedangkan di Kecamatan Stabat dan Kecamatan Hinai yang mengakibatkan masing – masing 1 ( satu ) unit rumah rusak ringan. Jumlah Kejadian Bencana Kabupaten Langkat Triwulan I Januari, Februari dan Maret 2013 12 10 8 6 10 4 2 2 2 2 0 0 0 0 Jumlah Kejadian Bencana Upaya Penanganan Bencana Hidrometrologi Dan Bencana Non Alam Di Kabupaten Langkat Pemerintah Kabupaten Langkat melalui BPBD Kabupaten Langkat sebagai koordinator beserta Instansi terkait lainnya melakukan upaya penanganan penanggulangan bencana yang terjadi sebagai berikut : BPBD Kabupaten Langkat memobilisasi personil BPBD dan dukungan relawan SAR dan TAGANA dalam penanganan banjir. BPBD mendistribusikan Family Kit, Sandang, Selimut Tikar Matras dan tambahan lauk pauk, perahu karet, mendirikan tenda posko dan dapur umum dan valbet. Kantor Sosial Kabupaten Langkat menyalurkan bantuan logistik berupa sandang, pangan (beras) dari bulog Pemberian bantuan kepada korban banjir di Kecamatan Propinsi Sumatera Utara. Tanjung Pura dan Hinai pada Februari 2013 Bupati ( Kepala Daerah Kabupaten Langkat ) memberikan bantuan beras. BPBD beserta TAGANA dan SAR melakukan penyelamatan dan evakuasi penduduk. Dinas Kesehatan memobilisasi tenaga kesehatan dengan mensiagakan posko kesehatan di lapangan. BPBD Kabupaten Langkat senantiasa menginformasikan per triwulan ke pihak Kecamatan terutama pada daerah yang berpotensi rawan bencana untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi dan menyikapi kondisi perubahan iklim / cuaca ekstrim, serta mengambil langkah – langkah antisipasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana yang mungkin dan akan terjadi. Bantuan Mie Instan bagi korban bencana banjir di Bantuan beras bagi korban bencana banjir di Kec. Tg. Pura dan Hinai Kec. Tg. Pura dan Hinai Tabel Jumlah Kejadian Bencana Kabupaten Langkat dan Dampaknya Priode Bulan Januari, Februari dan Maret 2013 Korban Kerusakan Jumlah Menderita Rumah Fasilitas Keterangan Jenis Bencana Meninggal Kejadian & Rusak Rusak Rusak Sarana Terpapar & Hilang Pendidikan Kesehatan Mengungsi Berat Sedang Ringan Peribadatan Banjir 2 0 0 0 0 0 0 0 0 15.530 Jiwa GEMPA BUMI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 KECELAKAAN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 TRANSPORTASI KEKERINGAN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 PUTING 2 0 0 2 2 10 0 0 0 BELIUNG TANAH 2 0 0 2 0 0 0 0 0 LONGSOR KEBAKARAN 11 0 0 6 6 2 0 0 0 TOTAL 17 0 0 10 8 12 0 0 0 Keresahan warga masyarakat akibat terhambatnya Puing – puing sisa kebakaran di Kecamatan Bahorok Longsor yang mengancam rutuhnya rumah dan mobilisasi untuk kegiatan masyarakat sehari - hari pada Maret 2013 putusnya jalur transportasi di Kecamatan Sei Bangai Tabel Kejadian Bencana Seluruh Kecamatan Di Kabupaten Langkat Priode Januari, Februari dan Maret 2013 Jenis Bencana No Kecamatan Total Tanah Puting Gelombang Gempa Aksi Teror / Banjir Kebakaran Longsor Beliung Pasang Bumi Sabotase 1 Kecamatan Babalan 0 0 0 0 0 0 1 1 2 Kecamatan Bahorok 0 0 0 0 0 0 1 1 3 Kecamatan Batang Serangan 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Kecamatan Besitang 0 0 0 0 0 0 0 0 5 Kecamatan Binjai 0 0 0 0 0 0 0 0 6 Kecamatan Berandan Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 7 Kecamatan Gebang 0 0 0 0 0 0 1 1 8 Kecamatan Hinai 1 0 0 0 0 0 1 2 9 Kecamatan Kuala 0 0 0 0 0 0 0 0 10 Kecamatan Kutambaru 0 1 0 0 0 0 0 1 11 Kecamatan Padang Tualang 0 0 0 0 0 0 0 0 12 Kecamatan Pangkalan Susu 0 0 0 0 0 0 4 4 13 Kecamatan Pematang Jaya 0 0 0 0 0 0 0 0 14 Kecamatan Salapian 0 0 2 0 0 0 0 2 15 Kecamatan Sawit Seberang 0 0 0 0 0 0 0 0 16 Kecamatan Secanggang 0 0 0 0 0 0 1 1 17 Kecamatan Sei Bingai 0 1 0 0 0 0 0 1 18 Kecamatan Sei Lepan 0 0 0 0 0 0 0 0 19 Kecamatan Selesai 0 0 0 0 0 0 0 0 20 Kecamatan Serapit 0 0 0 0 0 0 0 0 21 Kecamatan Stabat 0 0 0 0 0 0 1 1 22 Kecamatan Tanjung Pura 1 0 0 0 0 0 0 1 23 Kecamatan Wampu 0 0 0 0 0 0 0 0 TOTAL 2 2 2 0 0 0 10 16 .
Recommended publications
  • Kajian Tipe Penggunaan Lahan Di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Sumatera Utara
    i KAJIAN TIPE PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN SEI BINGAI KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA SKRIPSI MUHAMMAD IDDHIAN 141201096 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018 i Universitas Sumatera Utara ii KAJIAN TIPE PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN SEI BINGAI KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH: MUHAMMAD IDDHIAN 141201096 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018 ii Universitas Sumatera Utara iii KAJIAN TIPE PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN SEI BINGAI KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh: MUHAMMAD IDDHIAN 141201096 Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018 iii Universitas Sumatera Utara iv iv Universitas Sumatera Utara v ABSTRACT MUHAMMAD IDDHIAN: Land Use Type Study in Sei Bingai sub-District Langkat District North Sumatera, supervised by RAHMAWATY and ABDUL RAUF. Land evaluation is important to be done to determine the suitability between the quality and characteristics of the land with the requirements requested by the type of land use. This study aimed to identify the type of land usage based on land utilitization characteristics. The method of this study was matching the quality and characteristics of the land with the conditions of land unit on 10 units of land in the villages, namely: Telagah, Rumah Galuh, Kuta Buluh and Gunung Ambat. The results of evaluating the best land usage were animal feed production and agriculture with the heaviest limiting factor: slope and texture. Agriculture was the best alternative choice according to the community of Sei Bingai sub-District by prioritizing education factors in these criteria.
    [Show full text]
  • Strategi Pengembangan Wilayah Dalam Kaitannya Dengan Disparitas Pembangunan Antar Kecamatan Di Kabupaten Langkat
    STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH DALAM KAITANNYA DENGAN DISPARITAS PEMBANGUNAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN LANGKAT TESIS Oleh ROULI MARIA MANALU 127003018/PWD SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2015 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH DALAM KAITANNYA DENGAN DISPARITAS PEMBANGUNAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN LANGKAT TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Oleh ROULI MARIA MANALU 127003018/PWD SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2015 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Judul : STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH DALAM KAITANNYA DENGAN DISPARITAS PEMBANGUNAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN LANGKAT Nama Mahasiswa : ROULI MARIA MANALU NIM : 127003018 Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Menyetujui, Komisi Pembimbing Dr. Rujiman, MA Dr. Irsyad Lubis M.Sos, Sc Ketua Anggota Ketua Program Studi, Direktur, Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE Prof. Dr. Erman Munir, M. Sc Tanggal Lulus: 9 Mei 2015 Telah diuji UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pada tanggal: 9 Mei 2015 PANITIA PENGUJI TESIS: Ketua : Dr. Rujiman, MA Anggota : 1. Dr. Irsyad Lubis, M.Sos, Sc 2. Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE 3. Kasyful Mahalli, SE, M.Si 4. Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si PERNYATAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH DALAM KAITANNYA DENGAN DISPARITAS PEMBANGUNAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN LANGKAT TESIS Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain , kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
    [Show full text]
  • LEGEND N Irrigation Scheme Location Map of Irrigation Schemes
    Location of District LEGEND NORTH SUMATRA N PROVINCE Capital Town of District MEDAN Sub-District Town 28. Penambean/Panet Tongah BK ACEH District Boundary 47. Bah Korah II Lake Toba 32. Naga Sompah Sub-District Boundary DELI SERDANG 30. Karasaan Provincial Road DISTRICT Ke Tebing Tinggi River RIAU Irrigation Scheme Ke Tebing Tinggi Technical Irrigation Negeri Dolok Perdagangan Ke Tebing Tinggi WEST SUMATRA Semi-Technical Irrigation Non-Technical Irrigation KARO Sinar Raya Ke Bangun Purba Bangun Ke Kampung Tengah DISTRICT Irrigation Scheme Saran Panlang Sinaksak ASAHAN DISTRICT SIMALUNGUN Name of Scheme Registered Subject Pematang Area (Ha) Area (Ha) DISTRICT Siantar Pematang Dolok Sigalang Raya Pematang 26. Pentara 1,034 ST 298 Tanah Jawa 49. Rambung Merah 27. Simanten Pane Dame 1,000 NT 1,000 28. Penambean/Panet Tongah BK 1,723 T 1,722 Tiga Runggu PEMATANG 29. Raja Hombang/T. Manganraja 2,045 T 2,023 Sipintu Angin SIANTAR 30. Kerasaan 5,000 T 4,144 29. Raja Hombang/ T. Manganraja 31. Javacolonisasi/Purbogondo 1,030 T 1,015 32. Naga Sompah 1,360 T 1,015 47. Bah Korah II 1,995 T 1,723 49. Rambung Mera 1,104 T 944 F Lake Toba C T : Technical Irrigation E ST : Semi-Technical Irrigation D G NT : Non-Technical Irrigation B I U H Location of Sub-District 26. Pentara A K L M A Kec. Silima Kuta K Kec. Siantar B Kec. Dolok Silau Kec. Huta bayu Raja Ke Porsea J O M 27. Simantin Pane Dame C Kec. Silau Kahean N Kec. Dolok Pardamean N D Kec.
    [Show full text]
  • Profil Kabupaten Langkat
    @TA.2016 Bab 2 Profil Kabupaten Langkat 2.1. Wilayah Administrasi 2.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administratif Luas wilayah Kabupaten Langkat adalah 6.263,29 km² atau 626.329 Ha, sekitar 8,74% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Langkat terbagi dalam 3 Wilayah Pembangunan (WP) yaitu ; Langkat Hulu seluas 211.029 ha., wilayah ini meliputi Kecamatan Bahorok, Kutambaru, Salapian, Sirapit, Kuala, Sei Bingai, Selesai dan Binjai. Langkat Hilir seluas 250.761 ha. wilayah ini meliputi Kecamatan Stabat, Wampu, Secanggang, Hinai, Batang Serangan, Sawit Seberang, Padang Tualang dan Tanjung Pura. Teluk Aru seluas 164.539 ha. wilayah ini meliputi Kecamatan Gebang, Babalan, Sei Lepan, Brandan Barat, Pangkalan Susu, Besitang dan Pematang Jaya. Secara administratif, Kabupaten Langkat terdiri atas 23 wilayah kecamatan, 240 desa, dan 37 kelurahan. Kecamatan dengan wilayah paling luas adalah Kecamatan Batang Serangan (93,490 ha), dan yang paling sempit adalah Kecamatan Binjai (4,955 ha). Kecamatan dengan Desa terbanyak adalah Kecamatan Bahorok dan Kecamatan Tanjung Pura (19 desa/kelurahan) sedangkan kecamatan dengan desa/kelurahan paling sedikit adalah Kecamatan Sawit Seberang, Brandan Barat dan Binjai (7 Desa/Kelurahan). II-1 | P a g e Bantuan Teknis Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Langkat @TA.2016 Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi dan Luas Wilayah. Banyaknya Luas No. Kecamatan Ibu Kecamatan Desa Kelurahan Km² % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Bahorok Pkn Bahorok 18 1 1.101,83 17,59 2 Sirapit Sidorejo 10 0 98,5 1,57 3 Salapian Minta Kasih 16 1 221,73 3,54 4 Kutambaru Kutambaru 8 0 234,84 3,78 5 Sei Bingei Namu Ukur Sltn 15 1 333,17 5,32 6 Kuala Pkn Kuala 14 2 206,23 3,29 7 Selesai Pkn Selesai 13 1 167,73 2,68 8 Binjai Kwala Begumit 6 1 42,05 0.67 9.
    [Show full text]
  • N. KABUPATEN LANGKAT I. PROFIL DAERAH Kondisi Geografis Kabupaten Langkat Merupakan Salah Satu Daerah Yang Berada Di
    N. KABUPATEN LANGKAT I. PROFIL DAERAH Kondisi Geografis Kabupaten Langkat merupakan salah satu daerah yang berada di Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Langkat berada pada 3°14’00”– 4°13’00” Lintang Utara, 97°52’00’ – 98° 45’00” Bujur Timur dan 4 – 105 m dari permukaan laut. Kabupaten Langkat menempati area seluas ± 6.263,29 Km2 (626.329 Ha) yang terdiri dari 23 Kecamatan dan 240 Desa serta 37 Kelurahan Definitif. Area Kabupaten Langkat memiliki batas-batas wilayah antara lain: • Utara : berbatasan dengan Provinsi Aceh dan Selat Malaka • Selatan: berbatasan dengan Kabupaten Karo • Barat : berbatasan dengan Provinsi Aceh • Timur : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kota Binjai Seperti daerah‐daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera Utara, Kabupaten Langkat termasuk daerah yang beriklim tropis. Sehingga daerah ini memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya musim. Iklim di wilayah Kabupaten Langkat termasuk tropis dengan indikator iklim sebagai berikut : Musim Kemarau (Februari s/d Agustus); Musim Hujan (September s/d Januari). Curah hujan rata-rata 2.205,43 mm/tahun dengan suhu rata-rata 28 derajat celcius - 30 derajat celcius. Kabupaten Langkat memiliki 23 Kecamatan dimana kecamatan luas daerah terbesar adalah kecamatan Bahorok dengan luas 1.101,83 km2 atau 17,59 persen diikuti kecamatan Batang Serangan dengan luas 899,38 km2 atau 14,36 persen. Sedangkan luas daerah terkecil adalah kecamatan Binjai Penelitian KPJU Unggulan UMKM Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018 III-398 dengan luas 42,05 km2 atau 0,67 persen dari total luas wilayah Kabupaten Langkat.
    [Show full text]
  • ASSESSMENT REPORT Roundtable on Sustainable Palm Oil
    PT. MUTUAGUNG LESTARI ASSESSMENT REPORT Roundtable on Sustainable Palm Oil Certification R S P O [ ]Stage-1 [√] Stage-2 [ ] Surveillance-02 [ ] Re-Certification Name of Management : Stabat POM – PT. Langkat Nusantara Kepong, subsidiary of Kuala Organisation Lumpur Kepong Bhd Plantation Name : PT. Langkat Nusantara Kepong Location Gohor Lama Village, Sub District of Wampu, Langkat Regent, Province of North Sumatra, Indonesia Certificate Code : MUTU-RSPO/095 Date of Certificate Issue : 4 August 2017 Date of License Issue : 4 August 2017 Date of Certificate Expiry : 3 August 2022 Date of License Expiry : 3 August 2018 Assessment PT. Mutuagung Lestari Reviewed Approved Assessment Date Auditor by by Sandra Purba (LA), Yuniar Mitikauji, Dwi 29 August – 1 September ST - 1 Haryati, Arif Faisal 2016 Ganapathy Tony Sandra Purba (LA), Ardiansyah, Moh Arif Ramasamy Arifiarachman ST - 2 13 – 17 December 2016 Yusni, Leonada, Yohanes Hardian Assessment Approved by MUTUAGUNG LESTARI on: ST - 2 4 August 2017 PT Mutuagung Lestari • Raya Bogor Km 33,5 Number 19 • Cimanggis • Depok 16953 • Indonesia Telephone (+62) (21) 8740202 • Fax (+62) (21) 87740745/6 • Email: [email protected] • www.mutucertification.com MUTU Certification • Accredited by Accreditation Services International on March 12th, 2014 with registration number RSPO-ACC-007 PT MUTUAGUNG LESTARI ASSESSMENT REPORT TABLE OF CONTENT FIGURE ...............................................................................................................................................................
    [Show full text]
  • Javanese Vs Malays
    Queen Elizabeth House, University of Oxford The Orang Melayu and Orang Jawa in the ‘Lands Below the Winds’ Riwanto Tirtosudarmo CRISE WORKING PAPER 14 March 2005 Centre for Research on Inequality, Human Security and Ethnicity (CRISE) Queen Elizabeth House, University of Oxford, 21 St Giles, Oxford OX1 3LA, UK Tel: +44 1865 283078 · Fax: +44 1865 273607 · www.crise.ox.ac.uk CRISE Working Paper No.14 Abstract This paper is concerned with the historical development of two supposedly dominant ethnic groups: the Javanese in Indonesia and the Malay in Malaysia. Malaysia and Indonesia constitute the core of the Malay world. Through reading the relevant historical and contemporary literature, this essay attempts to shed some light on the overlapping histories of these two cultural identities since long before the arrival of the Europeans. The two were part of the same fluid ethnic community prior to the arrival of the Europeans in this ‘land below the winds’. The contest among the Europeans to control the region resulted in the parcelling of the region into separated colonial states, transforming the previously fluid and shifting ethnic boundaries into more rigid and exclusive ethnic identities. In the process of nation-formation in Malaysia, Malay-ness was consciously manipulated by the colonial and post-colonial elites to define and formulate the Malaysian state and its ideology. The Javanese, on the other hand, though demographically constituting the majority group in Indonesia, paradoxically melded into the political background as the first generation of Indonesian leaders moved toward a more trans-ethnic nationalism – Indonesian civic nationalism. Indeed, when comparing ‘ethnicity and its related issues’ in Malaysia and Indonesia, fundamental differences in the trajectories of their ‘national’ histories and political developments should not be overlooked.
    [Show full text]
  • Tural Phenomenon of Monument Building in Batak Toba People Life in Pangururan District and Palipi District Samosir
    Tural phenomenon of Monument Building in Batak Toba People Life in Pangururan District and Palipi District Samosir Ulung Napitu1, Corry1, Resna Napitu2, Supsiloani3 1History Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Universitas Simalungun, Indonesia 2Management Study Program, Faculty of Economics, Universitas Simalungun, Indonesia 3Anthropology Study Program, Universitas Negeri Medan, Indonesia [email protected] Keywords Abstract phenomenon; culture; This study aims to analyze the phenomenon of monument monument; Batak tribe; building culture in the life of Toba Batak tribe in Pangururan Indonesia and Palipi Districts, Samosir Regency. This research uses descriptive analytic method with phenomenology approach. The phenomenological approach is a tradition of qualitative research that is rooted in philosophical and psychological, and focuses on the experience of human life (sociology). The results of this study indicate that the cultural phenomenon of monument building in the life of Toba Batak community is a form of cultural activity carried out by Toba Batak tribe as a tribute to the spirits of the ancestors or to the Ompu-Ompu, on the basis of religion and tradition that are still alive until now. This is Toba Batak tribe who highly respects the spirits of their ancestors. I. Introduction The socio-cultural phenomenon experienced by the community is universally also found in the lives of Toba Bataks. Religious systems and socio-cultural values whose roots are the same, but in terms of their implementation are determined and influenced by the cognition, perception and social environment of each ethnic group. Toba Batak tribe from ancient times until today still retains the traditional values inherited from their ancestors, although sometimes they are contrary to religious teachings but are still maintained.
    [Show full text]
  • Notions of Critical Thinking in Javanese, Batak Toba and Minangkabau Culture Julia Suleeman Chandra University of Indonesia
    Grand Valley State University ScholarWorks@GVSU Papers from the International Association for Cross- IACCP Cultural Psychology Conferences 2004 Notions of Critical Thinking in Javanese, Batak Toba and Minangkabau Culture Julia Suleeman Chandra University of Indonesia Follow this and additional works at: https://scholarworks.gvsu.edu/iaccp_papers Part of the Psychology Commons Recommended Citation Chandra, J. S. (2004). Notions of critical thinking in Javanese, Batak Toba and Minangkabau culture. In B. N. Setiadi, A. Supratiknya, W. J. Lonner, & Y. H. Poortinga (Eds.), Ongoing themes in psychology and culture: Proceedings from the 16th International Congress of the International Association for Cross-Cultural Psychology. https://scholarworks.gvsu.edu/iaccp_papers/258 This Article is brought to you for free and open access by the IACCP at ScholarWorks@GVSU. It has been accepted for inclusion in Papers from the International Association for Cross-Cultural Psychology Conferences by an authorized administrator of ScholarWorks@GVSU. For more information, please contact [email protected]. 275 NOTIONS OF CRITICAL TIDNKING IN JAVANESE, BATAK TOBA AND MINANGKABAU CULTURE Julia Suleeman Chandra University of Indonesia Jakarta, Indonesia Studies from researchers with Western academic background (e.g., Blanchard & Clanchy, 1984; Freedman, 1994) show that Asian students, including Indonesians, have difficulties to think critically, i.e., to argue and to develop one's own opinion. Despite our limited knowledge on the processes and mechanisms underlying thinking in general (Riding & Powell, 1993), the term critical thinking refers to " ... an investigation whose pur­ pose is to explore a situation, phenomenon, question, or problem to arrive at a hypothesis or conclusion about it that integrates all available informa­ tion and that can therefore be convincingly justified' (Kurfiss, 1988, p.
    [Show full text]
  • Indonesia Cluster Evaluation
    This page intentionally left blank. Cluster and Synergy Evaluation of USDOL-Funded Child Labor Projects in Indonesia 22000099 This page intentionally left blank. ACKNOWLEDGEMENTS This report describes in detail the cluster and synergy evaluation of USDOL-funded child labor projects in Indonesia, conducted during April and November 2009. The report was prepared by ICF Macro according to agreements specified in its contract with the U.S. Department of Labor (USDOL) Office of Child Labor, Forced Labor, and Human Trafficking (OCFT). The cluster and synergy evaluation of USDOL-funded child labor projects in Indonesia was conducted and documented by Mei Zegers, an independent evaluator in collaboration with USDOL/OCFT staff and stakeholders in Indonesia and elsewhere. ICF Macro would like to express sincere thanks to all parties involved in this evaluation: the independent evaluator, various USDOL grantees in Indonesia and their partners, and the U.S. Department of Labor. Funding for this evaluation was provided by the United States Department of Labor under Task Order number DOLB089K28215. Points of view or opinions in this evaluation report do not necessarily reflect the views or policies of the United States Department of Labor, nor does the mention of trade names, commercial products, or organizations imply endorsement by the United States Government. Note on the Evaluation Process of the Report An independent consultant following a consultative and participatory approach managed this independent evaluation. All major stakeholders were consulted and informed throughout the evaluation, and its independence was not compromised during the process. The opinions and recommendations included in this report are those of the author and do not necessarily reflect those of the U.S.
    [Show full text]
  • Gondang Sabangunan Among the Protestant Toba Batak People in the 1990S *
    Gondang Sabangunan among the Protestant Toba Batak People in the 1990s * Mauly Purba This article is a study of the changes that have occurred in the uses, functions, meanings, musical style and performance dynamics of gondang sabangunan, the ceremonial music of the Toba Batak people of North Sumatra, and its associated tortor dancing as a result of the large- scale conversion of the people to Christianity. In pre-Christian times (before the 1860s), the performance of gondang-tortor was a form of religious observance based on specific rules, and as such was an integral part of the social and religious code known as adat. Changes in the religious and political orientation of Toba society in the period between the 1860s and the end of the twentieth century resulted in changes of style and meaning in ritual performances such as gondang sabangunan. For more than thirteen decades now the church has controlled the Christian Tobas’ ritual performance practices. When, after almost a century of conflict between the missionaries and their congregants, the Protestant church promulgated a new approach to performing gondang and tortor in adat and church feasts, as recorded in its 1952 Order of Discipline, its intention was to minimise the practice of spirit beliefs and unify the Protestants’ way of using the gondang-tortor tradition.1 This and the subsequent 1968 and 1987 Orders of Discipline of the Huria Kristen Batak Protestant (Batak Protestant Christian Church [HKBP]) and the 1982 Order of Discipline of the Gereja Kristen Protestant Indonesia (Protestant Christian Indonesian Church [GKPI]), aimed to de-contextualise the practice of gondang and tortor from * This article draws on research undertaken at Monash University, Melbourne, for my PhD thesis, Musical and Functional Change in the Gondang Sabangunan Tradition of the Protestant Toba Batak 1860s–1990s with particular reference to 1980s–1990s, (Monash University, 1999).
    [Show full text]