BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Nike
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Nike Nike Inc. awalnya dikenal dengan nama Blue Ribbon Sports yang berkantor pusat di Oregon. Nike Inc. didirikan oleh Philip Knight yang merupakan seorang atlet lari bersama pelatihnya yang bernama Billy Bowerman pada 25 Januari tahun 1964. Pada masa awal berdirinya Nike di tahun 1964, perusahaan beroperasi sebagai distributor sepatu asal Jepang yang bernama Onitsuka Tiger hingga hubungan tersebut berakhir pada tahun 1971 (Marketeers, 2012:270). Pada tahun 1971, perusahaan mulai membuat produk sendiri dan menggunakan nama Nike untuk produknya, pada saat yang bersamaan hubungan sebagai distributor dengan perusahaan Onitsuka terputus. Nama Nike diusulkan oleh salah satu tenaga penjual pertama bernama Jeff Johnson. Logo Nike Inc. dapat dilihat pada Gambar 1.1. Bill dan Philip meminta bantuan mahasiswi desain grafis bernama Carolyn Davidson dan terciptalah logo “Swoosh” yang dikenal hingga saat ini (Marketeers, 2012:270). Gambar 1.1 Logo Nike Inc. Sumber: Nike (2015) Kata Nike berasal dari bahasa Yunani yang berarti kemenangan. Dalam sejarah bangsa Yunani terdapat dewi yang bernama Dewi Nike yaitu seorang dewi kemenangan atau keberhasilan. Nike diharapkan dapat berhasil 1 dan memberikan kemenangan pada semua orang, sehingga semua orang yang memakai produk Nike akan menjadi seorang pemenang (Fanadita, 2014). Makna dari logo Nike adalah sebagai berikut: (Fanadita, 2014). - Swoosh Memberikan arti sebuah kecepatan dan gerakan. - Slogan Slogan “Just Do It” menyampaikan pesan “lakukanlah”. Lebih luasnya slogan ini memiliki arti ketika ingin meraih kemenangan dan keberhasilan, hanya cukup lakukanlah karena tidak akan pernah tahu apa yang ada di depan jika tidak melakukannya. Slogan “Just Do It” ini sangat mudah diingat dibenak konsumen. Seiring waktu perusahaan melakukan ekspansi ke berbagai pasar, baik secara geografis maupun demografis. Tidak hanya itu, Nike juga melakukan beberapa diversifikasi produk agar dapat melayani kebutuhan konsumen, terutama di dunia olahraga. Nike terus mengikuti perkembangan konsumen dan memakai sejumlah endorser dari tokoh-tokoh olahragawan terkenal (Marketeers, 2012:271). Nike merupakan sport equipment companies dengan menawarkan produk yang menunjang beberapa kegiatan olahraga seperti Nike Basketball, Nike Golf, Nike Running, Nike Tennis, Nike Sportswear, dan Nike Football. (Nike, 2015). Produk Nike tersebar di beberapa negara di dunia seperti benua Afrika, Amerika, Asia, Eropa, dan Middle East. Pada benua Asia terdiri dari negara Australia, Hong Kong, India, Malaysia, New Zealand, Filipina, Singapura, Thailand, Korea, Jepang, Taiwan, China, dan salah satunya adalah Indonesia (Nike, 2015). Pihak-pihak yang mengelola pendistribusian sepatu Nike Indonesia antara lain adalah Nike Factory Store, Nike Store Indonesia, konter, outlet, dan website resmi Nike. Pendistribusian sepatu Nike menjadi lebih mudah 2 karena di Indonesia juga terdapat beberapa pabrik atau sentra produksi sendiri (Fadli, 2014). 1.1.2 Adidas Adidas berdiri pada 18 Agustus 1949 tepatnya di Herzogenaurach, Jerman didirikan oleh Adolf Adi Dassler. Produk perlengkapan olahraga yang ditawarkan oleh Adidas seperti sepatu, pakaian, dan beragam aksesoris pelengkap olahraga. Adidas Group mempekerjakan lebih dari 50.700 orang (31 Desember 2013) di lebih dari 160 negara dan menghasilkan 650 juta unit produk setiap tahunnya. (Adidas Group, 2015). Pada Desember 1997, perusahaan ini mengakuisisi Salomon Group dengan merek TaylorMade, Mavic dan Bonfire. Proses akuisisi tersebut menjadikan perusahaan ini kemudian berganti nama menjadi Adidas-Salomon AG. Pada tahun 2000 dengan manajemen baru, perusahaan semakin berusaha untuk terus mengembangkan perusahaan dengan program pertumbuhan dan efisiensi. Adidas mengakuisi Reebok pada Agustus 2005, penggabungan kedua merek ini semakin memberi keuntungan bagi perusahaan (Setya, 2015). Salomon Grup yang terdiri dari beberapa merek seperti TaylorMade, Mavic dan Bonfire, kemudian dijual ke Amer Sport pada bulan Oktober 2005. Sehingga Adidas Grup terfokus untuk produksi sepatu atletik dan pakaian olahraga. Hal tersebut menjadikan nama perusahaan kemudian berganti kembali menjadi Adidas AG pada bulan Mei 2006 (Setya, 2015). Rancangan baju dan sepatu yang diproduksi oleh perusahaan ini biasanya bergambar dengan bentuk tiga strip paralel dengan warna yang sama, motif yang serupa digunakan pula sebagai logo resmi Adidas dan dapat dilihat pada Gambar 1.2 (Adidas Group, 2015). 3 Gambar 1.2 Logo Adidas Sumber: Adidas (2015) Makna dari logo Adidas adalah sebagai berikut: (Indah, 2011) - Adidas Nama “Adidas” berasal dari kombinasi nama pertama dan kedua pendiri perusahaan tersebut yaitu Adolf Dassler. - Three stripes Tiga balok miring yang membentuk tanjakan yang menggambarkan kekuatan, daya tahan serta masa depan. - Slogan Adidas mengubah slogannya pada Maret 2011 menjadi "Adidas is All In” memiliki arti bahwa Adidas dapat digunakan oleh semua kalangan konsumen, dapat digunakan untuk segala aktivitas dan dapat mendukung performa semua aktivitas. Sehingga produk Adidas dianggap memiliki spesifikasi yang lengkap untuk mendukung segala macam aktivitas. Selama lebih dari 80 tahun lamanya, grup Adidas telah menjadi bagian dari dunia olahraga di segala bidangnya dengan menawarkan sepatu, pakaian serta beragam aksesori pelengkap olahraga yang bernilai seni pada setiap produknya. Pada November 2010, Adidas Group meluncurkan rencana strategi bisnis “Route 2015” dengan menggabungkan target khusus untuk semua merek, saluran penjualan, dan fungsi grup secara global (Adidas Group, 2015). Perusahaan percaya bahwa dengan inovasi dan teknologi terbaru dapat mengubah performa olahraga dunia. 4 Produk Adidas tersebar di beberapa negara pada benua Amerika, Asia Pasifik, Eropa, Middle East, dan Afrika. Pada Asia Pasifik terdiri dari negara Australia, China, Hong Kong, India, Jepang, Korea, Malaysia, New Zealand, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan negara Indonesia menjadi salah satunya (Adidas, 2015). 1.2 Latar Belakang Penelitian Persaingan bisnis yang sangat ketat menuntut setiap produsen untuk senantiasa melakukan upaya agar dapat tetap mempertahankan pasar, terlebih didukung oleh teknologi yang terus menerus berkembang. Peningkatan kualitas produk yang ditawarkan menjadi perhatian khusus bagi perusahaan, hal ini karena salah satu alat yang dapat digunakan untuk mencapai keunggulan kompetitif bagi perusahaan adalah kualitas produk (Kotler dan Keller, 2012: 153). Menurut Porter (dalam Irsyad) pada 26 Agustus 2010 menyatakan bahwa dalam persaingan global, suatu perusahaan dapat bertahan dan unggul hanya jika memiliki keunggulan atas biaya (cost-based advantage) yang mencerminkan bahwa perusahaan beroperasi secara efisien dan keunggulan atas produk (product-based advantage) dimana perusahaan senantiasa melakukan pengembangan produk-produk baru yang inovatif. Selera konsumen yang terus-menerus berkembang dan berubah-ubah menjadi sebuah tantangan yang harus diperhatikan. Salah satu strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan selalu mencari tahu serta memahami perilaku konsumen (Irsyad, 2010). Adi Widiatmo Mangunadikusumo (dalam Pramudyo) pada tanggal 14 Agustus 2009 mengungkapkan, bahwa olahraga telah berperan fungsi sebagai media promosi dan kampanye pemasaran, baik itu menjadi ajang sasaran pasar maupun sebagai komoditi (Pramudyo, 2009). 5 Olahraga yang kian hari kian diminati adalah olahraga lari. Hal tersebut terlihat dari event lari yang mengalami peningkatan jumlah event setiap tahunnya. (Aprilia, 2014). Awalnya, lari merupakan olahraga yang murah karena tidak memerlukan alat khusus untuk digunakan dan lari juga dapat dilakukan dimanapun tidak terpaku di lapangan luas saja. Aktivitas lari menjadi kegiatan yang menyenangkan, tidak lagi dilakukan sendiri tetapi juga bersama teman- teman. Akhir-akhir ini berbagai event lari pun bermunculan dengan tema berbeda-beda, dan banyaknya peserta yang tergabung di dalamnya. Peserta yang berasal dari luar kota berdatangan untuk berpartisipasi dalam event ini. Mayoritas peserta yang hadir menggunakan peralatan dengan merek alat atribut olahraga terkemuka yang juga tergolong mahal. Misalnya, penggunaan perlengkapan olahraga dari merek-merek ternama seperti Nike, Adidas, Puma, New Balance, Asics, Reebok, Ardiles, K Swiss, Umbro, dan Filla (Simanjuntak, 2014). Penggunaan atribut tersebut membuat olahraga lari tidak lagi menjadi olahraga yang murah tetapi menjadi olahraga dengan membutuhkan biaya besar. Hal ini mungkin terjadi karena saat ini olahraga lari telah menjadi sebuah fenomena sosial, yakni sebagai ajang sosialisasi dan eksistensi diri. Walaupun tidak semua orang yang mengikuti olahraga ini menggunakan atribut-atribut mahal, namun olahraga lari di era ini merupakan sebuah fenomena transformasi fungsi dari olahraga untuk kesehatan menjadi olahraga untuk gaya hidup (Simanjuntak, 2014). Berawal dari tahun 2012 hingga saat ini, olahraga lari sedang booming, hal ini berbanding lurus dengan running apparel dari merek olahraga terkemuka yang diminati oleh para remaja (KA, 2014). Tingginya minat olahraga lari menjadikan perusahaan penyedia sport equipment harus lebih peka terhadap kebutuhan pasar akan atribut-atribut yang menunjang olahraga lari. 6 Nike 27,8 Adidas 19,95 VF Corporation 7 Puma 4,38 Asics 3,2 Amer Sports 2,94 New Balance 2,73 Jarden 2,72 Quiksilver 1,81 Mizuno 1,78 Columbia Sportswear 1,68 Billabong 1,35 0 5 10 15 20 25 30 Revenue (in billion U.S. Dollars) Gambar 1.3 Market Share Sportswear / Sporting goods companies