Koalisi Masyarakat Sipil Selamatkan Mahkamah Konstitusi (KOALISI-MK) Jl
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Koalisi Masyarakat Sipil Selamatkan Mahkamah Konstitusi (KOALISI-MK) Jl. Diponegoro No. 74 Menteng, Jakarta Pusat 10320 Telp. 021-3929840 Fax. 021-31930140 No. : 1 /Koalisi-MK/VIII/2013 Jakarta, 6 Agustus 2013 Perihal : Somasi Kepada, YTH. Presiden Republik Indonesia SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Di,- J A K A R T A Dengan Hormat, Koalisi Masyarakat Sipil Selamatkan Mahkamah Konstitusi (MK), yang merupakan gabungan dari sejumlah organisasi masyarakat sipil di Indonesia, dengan ini hendak menyampaikan SOMASI kami, sebagai berikut: 1. Bahwa Presiden Republik Indonesia, SUSILO BAMBANG YUDHOYONO telah menerbitkan Keputusan Presiden No. 87/P Tahun 2013 tanggal 22 Juli 2013 yang isinya pada pokoknya: PERTAMA: Memberhentikan dengan hormat dari Jabatan Hakim Konstitusi, masing-masing atas nama: 1) Prof. Dr. Maria Farida Indrati, S.H., M.H. 2) Prof. Dr. Achmad Sodiki, S.H., M.H. disertai ucapan terimakasih atas pengabdian dan jasa-jasanya selama memangku jabatan tersebut KEDUA: Mengangkat dalam jabatan Hakim Konstitusi, masing-masing atas nama: 1) Prof. Dr. Maria Farida Indrati, S.H., M.H. 2) Dr. Patrialis Akbar, S.H., M.H. 2. Bahwa Mahkamah Konstitusi adalah salah satu dari 2 organ yang menjalankan kekuasaan kehakiman berdasarkan pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945. Dalam menjalankan fungsinya, Mahkamah Konstitusi diisi oleh Hakim Konstitusi yang syarat-syarat menjadi Hakim Konstitusi dan Pemberhentiannya diatur dalam Pasal 25 Undang-Undang Dasar 1945; 3. Bahwa pengangkatan tersebut kami nilai melanggar ketentuan yang terdapat pada pasal 9 dan 25 Undang-Undang Dasar 1945 serta Pasal 19 Undang- undang No. 24 tahun 2003 sebagaimana diubah dengan Undang-undang No. 8 tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi (kemudian disebut: “UU MK”); 4. Bahwa fungsi MK sebagai pengawal (the guardian) dan penafsir (the interpreter) konstitusi, yang memberikan tanggung jawab teramat besar bagi pg. 1 Koalisi Masyarakat Sipil Selamatkan Mahkamah Konstitusi (KOALISI-MK) Jl. Diponegoro No. 74 Menteng, Jakarta Pusat 10320 Telp. 021-3929840 Fax. 021-31930140 para hakim konstitusi, tentu akan sangat terganggu jika penunjukan hakim konstitusi dilakukan dengan melanggar UUD 1945 dan Undang-Undang MK; 5. Bahwa dalam pasal 25 Undang-Undang dasar 1945 menyebutkan “Syarat- syarat untuk menjadi dan untuk diberhentikan sebagai hakim konstitusi ditetapkan dalam UU”. 6. Bahwa Pasal 18 ayat (1) UU No. 24 Tahun 2003 sebagaimana telah diudah dengan UU No. 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) menyebutkan, hakim konstitusi diajukan masing-masing 3 (tiga) orang Mahkamah Agung, 3 (tiga) orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan 3 (tiga) orang oleh Presiden, untuk ditetapkan dengan Keputusan Presiden; 7. Bahwa Pasal 19 UU MK secara tegas telah mengatur pencalonan hakim konstitusi dilaksanakan secara transparan dan partisipatif. Dalam penjelasan Pasal 19 UU MK menjelaskan “calon hakim konstitusi dipublikasikan di media massa baik cetak maupun elektronik, sehingga masyarakat mempunyai kesempatan untuk ikut memberi masukan atas calon hakim yang bersangkutan”; 8. Bahwa penjelasan pasal 19 UU MK, bermakna sebelum proses pemilihan dari hakim konstitusi yang dilakukan oleh panitia seleksi dari lembaga pengusul mesti membuka siapa calon secara transparan dan memberikan ruang kepada public untuk mengkritisinya. 9. Bahwa meskipun ketentuan Pasal 20 ayat (1) UU MK mengatur tata cara pengajuan dan pemilihan hakim konstitusi pengaturannya diserahkan kepada lembaga yang berwenang (vide Pasal 18 ayat (1)), namun ketentuan Pasal 20 ayat (2) UU MK secara tegas menyatakan pemilihan hakim konstitusi harus dilaksanakan secara obyektif dan akuntabel; 10. Bahwa pada bulan Agustus 2013, 2 (dua) orang hakim konstitusi yang diajukan oleh Presiden pada tahun 2008 telah berakhir masa jabatannya, yakni hakim konstitusi ACHMAD SODIKI dan hakim konstitusi MARIA FARIDA INDRATI; 11. Bahwa ketentuan Pasal 22 UU MK menyebutkan hakim konstitusi yang telah berakhir masa jabatannya (masa jabatan 5 (lima) tahun), dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya; 12. Bahwa berdasar pada ketentuan Pasal 22 UU MK tersebut, Presiden telah mengajukan kembali hakim konstitusi MARIA FARIDA INDRATI yang telah berakhir masa jabatannya, untuk satu kali masa jabatan berikutnya; 13. Bahwa terhadap hakim konstitusi MARIA FARIDA INDRATI, pengajuannya telah dilakukan melalui suatu proses pemilihan yang transparan dan partisipatif, serta obyektif dan akuntabel, dalam sebuah panitia seleksi yang pg. 2 Koalisi Masyarakat Sipil Selamatkan Mahkamah Konstitusi (KOALISI-MK) Jl. Diponegoro No. 74 Menteng, Jakarta Pusat 10320 Telp. 021-3929840 Fax. 021-31930140 dikoordinasi oleh Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), pada tahun 2008; 14. Bahwa permasalahan hukum terjadi dengan penunjukan secara langsung saudara PATRIALIS AKBAR sebagai calon hakim konstitusi pengganti hakim konstitusi ACHMAD SODIKI yang telah berakhir masa jabatannya; 15. Bahwa penunjukan saudara PATRIALIS AKBAR sebagai calon hakim konstitusi usulan Presiden, tanpa melalui suatu proses seleksi yang memadai secara terang benderang bertentangan dengan UU MK, khususnya ketentuan Pasal 19 dan Pasal 20 ayat (1) UU MK; 16. Bahwa ketentuan Pasal 15 UU MK mengatur seorang hakim konstitusi harus memenuhi syarat: (a) memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela; (b) adil; dan (c) negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan; 17. Bahwa tanpa melalui suatu proses pencalonan yang transparan dan partisipatif, serta pemilihan yang obyektif dan akuntabel, sulit bagi publik untuk memastikan bahwa saudara PATRIALIS AKBAR memenuhi ketiga syarat sebagaimana termaktub di dalam Pasal 15 UU MK; 18. Bahwa apabila Presiden memaksakan diri untuk menunjuk dan melantik saudara PATRIALIS AKBAR sebagai hakim konstitusi periode 2013-2018, maka jelas Presiden telah melakukan tindakan yang melanggar ketentuan UU MK; 19. Bahwa tindakan pemaksaaan yang melanggar ketentuan UU MK tersebut tentu akan menjadi preseden buruk dan akan merusak kelembagaan MK apabila dikaitkan dengan tugas dan fungsi MK; 20. Bahwa jika Presiden melanggar UU MK maka sekaligus Presiden dapat dikatakan melanggar Sumpah Presiden seperti diatur pada 9 ayat (1) UUD 1945, khususnya pada bagian “menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya” yaitu: “Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh UndangUndang Dasar dan menjalankan segala undang- undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti, kepada Nusa dan Bangsa” 21. Bahwa pengangkatan Hakim MK dengan melanggar UU MK adalah perbuatan yang tidak menjalankan undang-undang dan peraturan dengan selurus-lurusnya, dengan demikian, Presiden terancam juga melanggar UUD 1945 jika pengangkatan Hakim MK melalui Kepres No. 87/P Tahun 2013 tidak segera dikoreksi; pg. 3 Koalisi Masyarakat Sipil Selamatkan Mahkamah Konstitusi (KOALISI-MK) Jl. Diponegoro No. 74 Menteng, Jakarta Pusat 10320 Telp. 021-3929840 Fax. 021-31930140 22. Bahwa Presiden seharusnya dapat mengambil tindakan yang cepat untuk mencegah akibat yang lebih buruk bagi kewibawaan Mahkamah Konstitusi dan kewibawan Presiden; dan, 23. Bahwa untuk menghindarkan diri dari tindakan yang melanggar UUD 1945, dan UU MK maka Koalisi Masyarakat Sipil Selamatkan MK MEMPERINGATKAN/SOMASI Presiden Republik Indonesia, untuk membatalkan Keputusan Presiden No. 87/P Tahun 2013 pengangkatan saudara PATRIALIS AKBAR sebagai hakim konstitusi dan segera melakukan proses seleksi secara terbuka dan partisipatif sesuai ketentuan di Pasal 19 UU MK; dan, 24. Bahwa apabila Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono tidak bersedia untuk melakukan tindakan pembatalan Kepres No. 87/P Tahun 2013 sebelum tanggal 12 Agustus 2013, maka untuk menyelesaikan permasalahan ini Koalisi Masyarakat Sipil Selamatkan MK maka memilih jalur penyelesaian secara hukum, baik tata usaha negara maupun perdata; Demikian somasi ini disampaikan untuk menjadi perhatian. Hormat Kami, Atas Nama Koalisi Masyarakat Sipil Selamatkan MK (KOALISI-MK), Alvon Kurnia Palma Ketua Badan Pengurus YLBHI Indonesia Corruption Watch, Indonesian Legal Roundtable, Pukat FH UGM, ELSAM, LBH Padang, Yayasan LBH Indonesia (YLBHI). pg. 4 .