Perdagangan lada di (Iim Imadudin)… 349

PERDAGANGAN LADA DI LAMPUNG DALAM TIGA MASA (1653-1930)

PEPPER TRADE IN LAMPUNG IN THREE ERAS (1653-1930)

Iim Imadudin Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat Jln. Cinambo No.136 Ujungberung-Bandung 42094 e-mail: [email protected]/[email protected]

Naskah Diterima: 28 Juni 2016 Naskah Direvisi: 26 Juli 2016 Naskah Disetujui: 22 Agustus 2016

Abstrak Artikel ini bertujuan mengungkap dinamika perdagangan lada di Lampung dalam tiga sistem politik. Penelitian ini mempergunakan metode sejarah yang terdiri atas heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Perebutan pengaruh di kawasan tersebut tercipta dalam pola dominasi dan subordinasi. Lampung sebagai penghasil lada berada dalam pengaruh Banten, VOC, dan pemerintah Hindia Belanda. Dengan demikian, tidak terhindarkan berlangsungnya eksploitasi ekonomi di dalam hubungan tersebut. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dinamika perdagangan lada di Lampung tidak terlepas dari berbagai pihak yang bersaing. Para pemainnya adalah Kesultanan Banten, VOC, dan pemerintah Hindia Belanda. Namun, tidak dapat dikesampingkan peranan elit lokal Lampung. Memudarnya perdagangan lada, selain karena faktor internal, seperti tidak optimalnya pemeliharaan kebun lada, juga disebabkan menurunnya permintaan dari pasar internasional. Faktor monopoli perdagangan lada oleh kekuatan asing turut menghancurkan sistem perdagangan lada yang telah berlangsung cukup lama. Kata kunci: perdagangan, lada, sistem politik, Lampung.

Abstract This article aims to reveal the dynamics of the pepper trade in Lampung in three political systems. The study uses historical method consists of heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The struggle for influence in the region is created in the pattern of domination and subordination. Lampung as the pepper producer is under the influence of Banten, VOC, and the Dutch government. Thus, it is inevitable that there isthe economic exploitation in the relationship. The study shows that the dynamics of the pepper trade in Lampung cannot be separated from the various competing parties. The players are Sultanate of Banten, VOC, and the Dutch government. However, the role of local elites of Lampungis also taken into account. The waning of pepper trade, in addition to internal factors such as not optimal maintenance of pepper garden, also due to lower demand from the international market. The monopoly factor of the pepper trade by foreign powers also crushes the pepper trade system that has lasted long enough. Keywords: trade, pepper, political system, Lampung.

 Artikel ini merupakan pengembangan dari makalah yang disampaikan dalam Seminar Hasil Penelitian BPNB se-, Makasar, 25 s.d. 28 April 2016. Penambahan dilakukan pada data baru dan pendekatan teori serta konsepnya.

350 Patanjala Vol. 8 No. 3 September 2016: 349- 364

A. PENDAHULUAN Bumi ruwa jurai menjadi wilayah Beberapa tahun belakangan ini perebutan pengaruh dan Banten wacana untuk membangkitkan kejayaan sebelum masuknya kolonialisme. Persaing- lada di Provinsi Lampung mencuat kem- an itu yang mendorong Kesultanan Banten bali. Dasar dari upaya tersebut adalah mengirimkan ekspedisi militer yang dipim- pengalaman historis bahwa bumi Lampung pin Maulana Muhammad (1580-1596) pernah menjadi salah satu penghasil lada untuk menak-lukkan Palembang. Namun, terbesar di Nusantara. Julukan Lampung serangan tersebut mengalami kegagalan. tanoh lado melekat lebih dari setengah (Ekadjati, 1997: 21). abad lampau. Pada masa VOC, perdagangan lada Memori tersebut samar-samar masih dimonopoli. Setelah VOC mengalami terkenang pada generasi yang lebih tua. kebangkrutan, pemerintah Hindia Belanda Sebuah lagu yang berjudul “Tanoh Lado” mengambil alih penguasaan lada di merekam ingatan kolektif tentang kejayaan Lampung. Kekuasaan Belanda di Lampung Lampung sebagai penghasil lada hitam di berpusat di Tulang Bawang. Pada masa masa lalu. Kenangan itu pula yang tanam paksa (1830-1870), pemerintah menginspirasi pemerintah daerah dan memaksa petani lada menjual lada kepada masyarakat Lampung menjadikan lada pemerintah melalui tangan kepala-kepala hitam sebagai salah satu bagian lambang marga. daerah ketika Provinsi Lampung diresmi- Kajian mengenai perdagangan lada kan pada tanggal 18 Maret 1964. di Lampung telah ditulis beberapa penulis Harapan tersebut memang berban- sebelumnya. Edi S. Ekadjati (1995) ding terbalik dengan realitas kekinian. mengungkap peranan Kesultanan Banten Jejaknya belum terlalu jauh. Sekurang- dalam hubungannya dengan wilayah luar. kurangnya dua puluh tahun terakhir, Atsushi Ota menulis pembajakan yang perkebunan lada hitam di sana tak terurus. terjadi di Selat Sunda pada abad ke-19. Iim Pemerintah Daerah setempat hanya meraup Imadudin (2008) mendeskripsikan hu- sedikit sumber devisa dari sektor tersebut. bungan Lampung-Banten dalam perspektif Pada tahun 2000 komoditas ekspor sejarah. Laelatul Masroh (2015) mendes- lada hanya menyumbang 15,18 persen dari kripsikan perkembangan perke-bunan dan total ekspor. Ribuan hektar kebun lada perdagangan lada di Lampung 1816-1942. banyak ditinggalkan sebab jenis rempah itu Artikel ini memiliki perbedaan dengan diserang penyakit busuk pangkal batang. artikel dengan tema yang ditulis sebe- Selain itu, produktivitasnya minim yakni lumnya. Pertama, artikel ini mencoba berkisar antara 300 sampai 500 kilogram melihat dalam perspektif yang lebih luas, per hektar.1 tidak hanya soal perdagangan, tetapi juga Lada dalam sejarah Lampung telah adanya dominasi politik dan ekonomi. melalui perjalanan panjang. Pada masa Kedua, dilihat dari rentang waktunya yang kekuasaan Banten, kesultanan melakukan panjang, artikel ini membandingkan kontrol yang kuat atas daerah-daerah perdagangan lada dalam penguasaan poli- penghasil lada, seperti Lampung, tik yang berbeda-beda. Palembang, Bengkulu, dan Jambi. Ketiga Kajian tentang perniagaan lada di nama terakhir akhirnya melepaskan diri Lampung menarik untuk dilakukan. Secara dari pengaruh Banten. Sementara, metodologis, Ilmu Sejarah dalam menghu- Lampung dalam jangka waktu yang cukup bungkan dirinya dengan masa kini lama dipengaruhi, dan memberi surplus menggunakan tiga pendekatan pada Kesultanan Banten. (Kuntowijoyo, 2003: xviii). Pertama, pendekatan genetis. Melalui pendekatan ini 1http://news.liputan6.com/read/5296/pemda- dapat diketahui bagaimana dinamika lampung-membangkitkan-bisnis-lada-hitam, penanaman dan perdagangan lada diakses 28 Juni 2016 pukul 8.56 WIB.

Perdagangan lada di Lampung (Iim Imadudin)… 351

Lampung. Ada kontinuitas dan diskon- Barat, Perpustakaan Balar Arkeologi tinuitas, serta fase pasang-surut. Kedua, Bandung, PDII LIPI, dan Perpustakaan pendekatan komparasi, melalui pendekatan Universitas Indonesia. ini dapat diketahui perkembangan ekonomi Tahap selanjutnya adalah tahap dalam sistem politik yang berbeda-beda, kritik, dengan membuat perbandingan dari yakni masa Kesultanan Banten, VOC, dan beberapa sumber atau membandingkannya pemerintah Hindia Belanda. Ketiga, dengan fakta-fakta yang ada sebelumnya. paralelisme historis, melalui pendekatan Tahap ketiga adalah interpretasi, yaitu ini dapat dimengerti adanya pola-pola proses menafsirkan berbagai fakta menjadi penguasaan dalam distribusi perdagangan sebuah rangkaian yang logis. Secara lada. Secara umum, lada Lampung sebagai praksis, interpretasi dilakukan secara topik kajian yang menarik (interesting analitis (menguraikan fakta) dan sintesis topic) ditentukan bukan hanya karena (menghimpun fakta). Pemahaman verbal faktor lada, tetapi mengingat peristiwa saja tidak memadai untuk menginter- kelampauan yang mewarnai dinamika pretasikan informasi yang terkandung sosial, ekonomi, dan budaya di wilayah dalam sumber sejarah. Oleh karena itu, tersebut. Selain topiknya menarik, kajian diperlukan pula interpretasi teknis, fak- ini juga memiliki arti penting bagi upaya tual, logis, dan psikologis. Penggunaan membangkitkan kembali ekonomi lada berbagai model interpretasi akan mengha- yang mulai berkembang sekarang ini.2 silkan pemahaman yang bersifat menyelu- ruh dan mendalam. Tahap terakhir adalah B. METODE PENELITIAN penulisan sejarah, fakta-fakta yang telah Penulisan artikel ini menggunakan diinterpretasikan dituliskan dalam suatu metode sejarah. Metode sejarah adalah penulisan yang sistematis dan kronologis. proses menguji dan menganalisis secara Dengan menggunakan metode kritis rekaman dan peninggalan masa sejarah, penulis mendapatkan panduan lampau berdasarkan data yang diperoleh bagaimana secara teknis artikel ini dapat (Gottschalk, 1985: 39). Gilbert J. dikerjakan secara efektif dan akurat. Garraghan (1957: 33) mendefinisikan Efektif dalam pengertian tahap demi tahap metode sejarah sebagai seperangkat aturan dikerjakan secara tertib. Akurat dalam dan prinsip-prinsip yang sistematis untuk pengertian hanya sumber yang telah mengumpulkan sumber-sumber sejarah menjadi fakta yang sejarah yang dapat secara efektif, menilainya secara kritis, dan dijadikan bahan penulisan. Selain itu, menyajikan sintesis dari hasil-hasil yang unsur diakronis yang menunjukkan sejarah dipakai dalam bentuk tertulis. sebagai ilmu tentang thinking in time Metode sejarah terdiri atas empat (berpikir dalam waktu) sangat tahapan. Tahap pertama, heuristik, yaitu diperhatikan. melakukan pencarian sumber yang Penulis mempergunakan konsep berkaitan dengan objek yang diteliti dominasi dan subordinasi untuk menjelas- melalui penelitian di perpustakaan (library kan pengaruh tiga sistem politik terhadap research). Literatur diperoleh melalui studi perniagaan lada di Lampung. Interaksi pustaka di Perpustakaan Wilayah Jawa selalu melahirkan adanya kelompok yang mendominasi dengan kelompok lainnya yang menjadi subordinat. Di antara kedua- 2 Penulisan sejarah memiliki persyaratan nya berlangsung hubungan timbal balik menyangkut topik yang akan ditulis. Topik yang ditulis harus memenuhi syarat, antara lain (Johnson, 1986: 262). menarik (interesting topic), memiliki arti Weber melihat dominasi kekuasaan penting (significant), dan dapat dikerjakan selalu ada dalam setiap sistem masyarakat. karena sumber-sumbernya tersedia dan dapat Kekuasaan didefinisikan sebagai sebuah diperoleh (manageable topic) (Hardjasaputra, sistem yang memiliki kekuatan untuk 2013).

352 Patanjala Vol. 8 No. 3 September 2016: 349- 364 membuat setiap perintahnya dipatuhi oleh pinan yang kuat yang menyatukan marga- sekelompok orang ( 1978: 212). marga. Kondisi ini membuat pihak luar Terdapat tiga bentuk dominasi dapat dengan leluasa menaklukkan tanah kekuasaan, yaitu dominasi kekuasaan legal Lampung. Daerah sepanjang Sungai rasional, tradisional, dan karismatik (1987: Komering dikuasai Palembang, sedangkan 215). Masing-masing bentuk kekuasaan, Banten berkuasa di Silebar dan Semangka menurut Weber, akan menghasilkan sistem (ANRI, 1973: lxxxv-lxxxvi). ekonomi yang berbeda. Oleh karena persaingan yang keras Pihak yang menjadi superordinasi di antara sesama marga, para pemuka cenderung untuk menghapuskan indepen- marga mencari dukungan kepada penguasa densi kelompok yang menjadi subordinat. yang lebih kuat, yang dalam hal ini Dalam hal ini, Kesultanan Banten, VOC, Kesultanan Banten. Mereka melakukan dan Pemerintah Hindia Belanda menjadi seba ke Banten sebagai tanda pengakuan superordinasi dengan elit lokal Lampung terhadap kekuasaan Banten. Sultan Banten sebagai subordinatnya. memberikan berbagai gelar, antara lain punggawa, pangeran, ngabehi, jenang, dan C. HASIL DAN BAHASAN radin. Selain itu, sultan memberikan 1. Masa Kesultanan Banten benda-benda, seperti lawang kuri, payung, Penguasaan Kesultanan Banten keris, siger, pepadon, dan lain-lain (Bukry atas Lampung dapat dilacak dari situasi et al., 1997/1998: 57). internal masyarakat Lampung. Setelah Sebagai wilayah yang dikuasai, keruntuhan Kerajaan Tulang Bawang, Sultan Banten melakukan eksploitasi tidak ada lagi otoritas politik yang ekonomi, khususnya dalam tata niaga lada. berkuasa. Pemerintahan telah berganti Penarikan lada dari Lampung terus dalam bentuk keratuan. Pada tahun 1530, diintensifkan. Kebijakan ini dilakukan Lampung terbagi atas wilayah keratuan sultan setelah produksi lada di Banten (persekutuan hukum adat) yang terdiri atas mengalami penurunan pada abad ke-17, Keratuan di Puncak menguasai wilayah sementara kebun lada di Lampung terus Abung dan Tulang Bawang; Keratuan bertambah (Ota, 2015: 171). Pemanggilan berkuasa di Krui, Ranau, dan Sultan mengeluarkan berbagai Komering; Keratuan di Pugung menguasai piagam (pijagem) yang berisi sejumlah wilayah Pugung dan Pubian; serta peraturan yang mengikat. Pada tahun 1653 Keratuan di Balaw berkuasa di Teluk Sultan Ageng mengeluarkan peraturan Betung. Ketika Banten menguasai yang mewajibkan penduduk Lampung Lampung, Keratuan di Pugung dibagi menanam lada 500 pohon per orang, dan menjadi Keratuan Maringgai (Melinting) menjualnya pada pembeli tanpa meman- dan Keratuan Darah Putih (Kalianda) dang kebangsaannya. Orang Jawa, Cina, (Saptono, 2010: 85-86). Inggris, atau Belanda dapat membeli lada Pada abad ke-17–18 penguasa secara bebas (Untoro, 1998: 155). keratuan membentuk pemerintahan perse- Sultan mengeluarkan Piagam kutuan adat berdasarkan buay (keturunan) Sukau yang berhurup Lampung dan dikenal dengan paksi (kesatuan buay inti berbahasa Jawa Banten bertahun 1104 H atau klan) dan marga yang merupakan (1684 M). Piagam tersebut berisi kesatuan bagian dari buay atau jurai dalam kewenangan Sultan Banten mengangkat bentuk kesatuan kampung atau suku dan memecat kepala-kepala daerah. Orang (Hadikusuma, 1989: 157). Lampung diwajibkan mengumpulkan lada, Marga atau mego dalam khususnya orang cilik serta segenap perkembangannya menjadi republik- punggawa diharuskan menanam merica republik mini yang bersaing satu sama sebanyak 500 pohon setiap orang, terma- lain. Akibatnya, tidak ada satu kepemim-

Perdagangan lada di Lampung (Iim Imadudin)… 353 suk seluruh penduduk yang telah berusia Setelah Malaka jatuh ke tangan 16 tahun. Portugis pada tahun 1511, jalur Prasasti yang berasal dari Bojong perdagangan melalui Aceh dan Selat berhurup Arab tertanggal 30 Jumadil Akhir Sunda semakin ramai. Para pedagang 1102 H (1691 M) berisi aturan perda- muslim yang memusuhi Portugis memin- gangan lada di Lampung. Penjualan lada dahkan transaksi komoditasnya ke jalur harus di bawah kontrol Sultan Banten. utara (Aceh) dan ke selatan (pelabuhan Penjualan lada bukan hanya diawasi, Banten). Dalam posisi demikian, Bandar bahkan sultan pula yang memutuskan Banten bertambah strategis. Kafilah kepada siapa lada dijual. Pelanggaran dagang tidak lagi memiliki persinggahan di terhadap kebijakan tersebut dikenakan pantai utara Jawa, setelah memudarnya sanksi berupa penahanan dan pengusiran. kota-kota pelabuhan di pesisir Jawa Cukup banyak piagam atau prasasti yang Tengah dan Jawa Timur. Selain itu, posisi mengatur tata niaga lada, di antaranya Banten cenderung aman dari kemungkinan prasasti berangka tahun 1746, 1761, dan serangan Mataram (Kartodirdjo, 1987: 68). 1777 (Imadudin, 2008: 1476). Perniagaan lada yang semakin Sebagai bentuk pengendalian meningkat pada gilirannya menumbuhkan terhadap tata niaga lada, penguasa Banten kota-kota dagang di pesisir Lampung. Di menempatkan jenjen (jinjam atau jenang) Kota Teluk Betung, para pedagang di Semangka (Kota Agung). Karena hanya berkumpul membawa barang-barang, sete- berurusan dengan soal lada, jenjen tidak lah melalui aliran sungai dan pantai antara mencampuri urusan pemerintahan. Dengan lain, Pelabuhan Sukamenanti, Bandar posisi demikian, elit lokal Lampung yang Balak, Bandar Lunik, dan Bandar Teba. terpencar-pencar yang disebut “adipati” Tumenggung Nata Negara yang ditunjuk secara hirarkis tidak berada di bawah Banten bertindak sebagai adipati di Teluk perintah jinjam (Rijal, 2011: 40). Tugas Betung, yang memerintah 3000 penduduk utama jenjen adalah mengelola penerimaan (Yusuf, 1984: 23). lada dari Lampung dan mendistribusi- Bandar-bandar di pesisir Lampung kannya ke Bandar Banten (Gonggong, ramai didatangi para pedagang membentuk 1993: 20). Selanjutnya, Sultan Banten jaringan perdagangan Nusantara. Kisah menugaskan para punggawa sebagai wakil- Nahkoda Mangkuto dan Nahkoda Muda nya di Tulang Bawang, Sekampung, dan menggambarkan kejayaan perdagangan Semangka (Gonggong, 1993: 28). lada di Lampung. Nakhoda Mangkuto Daerah penghasil lada yang utama adalah saudagar Minangkabau yang di Lampung adalah Tulang Bawang, menjadi pedagang lintas pulau yang Sekampung, Semangka, dan Seputeh bergerak di antara Pulau Sumatera, Jawa, (Gonggong, 1993: 28; Sayuti, 1993: 3). Kalimantan, dan Karimata. Setelah berda- Tome Pires yang berlayar dari Laut Merah gang ke banyak pulau, ia bermukim di ke Cina pada 1512 hingga 1515 Piabung Lampung dan melakukan perda- menceritakan ihwal produksi lada di gangan lada dengan wilayah Banten. Tulang Bawang dan Sekampung. Tulang Nakhoda Mangkuto meninggal dunia tahun Bawang dan Sekampung merupakan 1740. Perdagangan lada dilanjutkan daerah penghasil lada. Transportasi anaknya yang bernama Tayan, lebih dilakukan melalui sungai. Kedua daerah itu dikenal dengan nama Nakhoda Muda. sudah melakukan kontak perdagangan Keberhasilan Nakhoda Muda dalam dengan Sunda dan Jawa dengan lama perniagaan membuat dirinya menjadi perjalanan satu hingga dua hari (Cortesão, orang kaya dan berpengaruh (Drewes, 2015: 222; Juliadi, 2014: 48; Saptono, 1961). 2010: 83). Koopman de Jager dalam dagregister pejabat VOC Agustus 1682

354 Patanjala Vol. 8 No. 3 September 2016: 349- 364 mencatat bahwa Desa Kuripan Pesisir, menguasai Banten. VOC menaruh Perwata dan Suti Karang (Teluk Betung) perhatian yang besar terhadap surplus yang terletak di Teluk Lampung perdagangan lada Lampung. Para pembe- merupakan “pabean” dan tempat sar VOC menyaksikan bahwa para penimbunan lada dari seluruh daerah bangsawan mampu hidup dengan makmur Lampung (Yusuf, 1984/1985: 24). berkat lada Lampung. Dari penjabaran di atas dapat Sebagai upaya menakar potensi digambarkan bahwa bandar-bandar di sebenarnya dari lada Lampung, VOC Lampung memainkan peran sebagai mengirim ekspedisi perintis yang dipimpin feeder3 yang menyuplai lada ke bandar Willem Caaff. Namun ekspedisi itu tidak Banten yang menjadi entrepot. Namun, mencapai sasaran yang diharapkan dalam skala yang lebih kecil, bandar- (Imadudin, 2008: 1483). bandar kecil menjadi Collecting Centres Ekspedisi berikutnya segera dalam lokalitas perdagangan di wilayah dipersiapkan lebih baik. Pada sidang Lampung. Lada Lampung telah memberi tanggal 22 Juli 1682, ditetapkan ekspedisi kontribusi besar bagi kemakmuran ke Lampung dipimpin Koopman dan Kesultanan Banten. Sultan, para bangsa- Everhard van der Schuur. Koopman wan, dan saudagar hidup dalam keme- berangkat lebih dahulu. Selanjutnya, Van wahan. Beberapa dari bangsawan memiliki der Schuur berangkat dari Batavia, dan tiba rumah mewah, kapal, dan budak (Untoro, di Banten 18 Agustus 1682 (Gonggong, 2006: 168; Guillot, 1990: 32). 1993: 22). Pada tanggal 24 Agustus 1682 van 2. Masa VOC der Schuur berlayar ke Lampung dengan Sebelum kedatangan VOC, Kesul- kapal De Smit (kapal pemburu), Den tanan Banten mengalami masa kejayaan. Alexander dan Odick (kapal pengangkut). Aktivitas pertanian komersial berkembang Dua kompi serdadu Belanda tergabung di dengan pesat. Kontrol terhadap daerah dalamnya. Ekspedisi ini mencoba mem- yang dikuasai semakin mantap. buka jalan ke arah penguasaan Lampung Kondisi tersebut berubah ketika dan Selebar, yang terletak antara VOC turut campur dalam internal politik Kesultanan Palembang dan kota Mayuta di Kesultanan Banten. Penobatan Sultan Haji daerah Indrapura. Utusan Sultan Haji, dan konflik dengan Sultan Ageng Pangeran Nata Negara, dan Aris Wangsa Tirtayasa adalah strategi VOC untuk Yuda memimpin empat kapal Kesultanan Banten mengiringi armada VOC

3 (Gonggong, 1993: 22). Bandar yang termasuk pada tipe “feeder points” adalah bandar yang letaknya strategis Van der Schuur membawa 23 di rute jaringan perdagangan untuk membantu lembar surat untuk melegitimasi ekspe- melayani bandar Entrepot dalam transaksi disinya. Ia menyadari ekspedisinya akan dagang. Bandar ini berhubungan langsung menemui rintangan yang tidak mudah dengan daerah penghasil barang komoditi. dilewati. Pada intinya, surat-surat berisi Bandar yang bertipe collecting centres adalah pesan penting bahwa sudah terjadi bandar tempat menumpuknya berbagai barang peralihan kekuasaan di Banten dari Sultan komoditi yang datang dari bandar lain untuk Ageng Tirtayasa beralih pada Sultan Haji dikonsumsi sendiri dan didistribusikan ke sejak tanggal 22 Agustus 1682. Dalam daerah pedalaman. Bandar ini didukung oleh surat-surat tersebut dinyatakan bahwa hasil bumi di sekitarnya dan terletak di pepesir, atau di hulu sungai yang dekat dengan daerah Sultan Haji merestui ekspedisi VOC ke penghasil barang komoditi. Tipe entrepots Lampung (Imadudin, 2008: 1484). adalah bandar yang berfungsi untuk Tantangan pertama dihadapi pengumpulan barang yang dibawa oleh kapal ekspedisi saat tiba di Tanjung Tiram dagang dari berbagai negeri, seperti dari Timur tanggal 29 Agustus 1682. Para penduduk Tengah, India, dan Eropa (Nur, 2014: 30).

Perdagangan lada di Lampung (Iim Imadudin)… 355 yang melihat kedatangan armada VOC Gunung Raja, Mulang Maya, Betung, ramai-ramai lari ke pedalaman. Pangeran Agung, Putih, Jalaang, Madan, dan Nata Negara segera turun dari kapal. Ia Nahkoda Lebih. Kedua utusan Sultan Haji meletakkan surat pada bendera putih yang menjelaskan bahwa kekuasaan Banten atas terpancang di pinggir pantai seraya Lampung beralih ke tangan VOC. Para menjelaskan bahwa kedatangan rom- adipati jangan terganggu dengan peralihan bongan untuk berdagang. Mengetahui hal kekuasaan, dan terus bergiat meningkatkan demikian, penduduk kembali ke produksi lada yang terus mengalami kampungnya. Van der Schuur tidak penurunan. mendapatkan komoditas lada yang Pasukan Van der Schuur berhasil dicarinya (Gonggong, 1993: 23; Rijal, membebaskan Raja Ngombar dari pena- 2011: 40). wanan pasukan Aria Sura Jaya di Pulau Pada tanggal 30 Agustus 1682 Legundi. Pengikut Aria Sura Jaya melari- ekspedisi bergerak menuju Karang kan diri dari perairan Teluk Semangka. Kandang (Teluk Semangka), pabean (bea Rombongan ekspedisi kemudian mema- cukai) di daerah Majapahit. Di sini terlihat suki Desa Ratai dengan tujuan mencari kegamangan penduduk loyalis Sultan lada yang dibawa kapal-kapal dari Selebar Ageng Tirtayasa. Mereka bingung (Bukry, 1997/1998: 68). Meriam menerima rombongan VOC yang menjadi ditembakkan sebagai tanda peringatan. sekutu Sultan Haji. Mereka memilih Para penguasa Pedada, Punduh, Rata, menyingkir ke pedalaman. Namun, para Sabu, dan Menanga mengibarkan bendera pembesar Banten berhasil membujuk putih. Perahu-perahu pembawa lada mereka kembali ke rumah. Mulanya VOC menyingkir ke arah hulu sungai. Nahkoda merasa heran dengan sikap penduduk. Kapala dan Panjang beserta pasukannya Setelah memperoleh informasi bahwa berupaya mempertahankan diri dengan kebanyakan penduduk menjadi pendukung membangun benteng pertahanan. Pepe- Sultan Ageng, barulah mereka mengerti. rangan tidak berlanjut, karena Pangeran Ketika Banten berhasil dikepung VOC, Dipa Ningrat dan Tuan Masyhur mampu rupanya Sultan Ageng Tirtayasa menye- meyakinkan penduduk. VOC membeli lundupkan delapan kapal pencalang ke semua lada yang dibawa perahu-perahu Lampung, untuk mencari bantuan dari dari Selebar. Harganya sebelas ringgit tiap sekutunya di Lampung (Bukry, 1997: 67). baharnya (Bukry, 1997: 69). Konsolidasi terus dilakukan Sultan Van der Schuur dan duta Banten Ageng untuk mempertahankan kuasanya gagal memperkuat dukungan Lampung atas Lampung. Sultan Ageng memerintah- terhadap Sultan Haji. Pertempuran pecah kan penguasa Menanga, Aria Sura Jaya, kembali di Teluk Lampung pada tanggal untuk menjatuhkan kedudukan Raja 11 Nopember 1682. Prajurit Raja Ngombar Ngombar di Semangka. Raja Ngombar dikalahkan prajurit Lampung. Sebagian memihak Sultan Haji dalam perang prajuritnya bergabung dengan penduduk. saudara di Banten. Semangka berhasil Raja Ngombar melarikan diri ke benteng dikuasai, bahkan Raja Ngombar menga- VOC. VOC melakukan serangan balasan lami penawanan. Sementara itu, penduduk mengejar pasukan Lampung. Pengejaran yang loyal terhadap Raja Ngombar harus tidak berlanjut, karena van der Schuur membayar denda lima ringgit (Imadudin, harus kembali ke Batavia. Persediaan 2008: 1484). logistik sudah menipis. Ekspedisi tersebut Pada tanggal 3 September 1682 kembali ke Batavia melalui Banten pada berlangsung musyawarah antara Pangeran tanggal 21 Nopember 1682, membawa Nata Negara dan Aria Wangsa Yudha 744.188 ton lada seharga f 622.923. dengan pengganti Raja Ngombar. Turut Ekspedisi ini juga tidak membawa hasil dalam pertemuan itu para adipati Tengah, yang memuaskan.

356 Patanjala Vol. 8 No. 3 September 2016: 349- 364

Penguasaan Banten atas Lampung kutan lada. Keadaan menjadi tidak kondu- semakin mengendur pada permulaan abad sif bagi perdagangan lada. ke-18. Konflik sesama perwakilan Banten Perairan Selat Sunda juga menjadi di Lampung melemahkan kekuatan sasaran perompakan sejak tahun 1760-an. mereka. Hal tersebut terlihat ketika Sejumlah kapal yang mengangkut lada Kesultanan Palembang merebut Tulang mengalami penjarahan. Para perompak Bawang, pasukan Banten tidak berdaya. menukar hasil jarahannya dengan amunisi. Guna merebut kembali Tulang Bawang, Lada juga dibarter dengan opium dan Sultan Zainal Arifin meminta pertolongan tekstil. VOC. Kekuasaan Banten dapat dipulihkan Situasi tersebut dimanfaatkan para kembali setelah prajurit kompeni pedagang Inggris untuk mengambil keun- dikerahkan. VOC mendirikan Benteng tungan. Aktivitas kelompok pembajak Petrus Albertus di Menggala pada tahun tidak terlepas dari adanya kebutuhan para 1738, khususnya mengawasi perdagangan pedagang Cina dan Inggris yang lada di wilayah tersebut (Gonggong, 1993: menginginkan pembelian lada di luar 28). kontrol VOC. Di Silebu, para pedagang Instabilitas politik terus Inggris membeli lada hasil jarahan. Tidak berlangsung dalam Kesultanan Banten. sampai di situ, para pedagang Inggris Syarifah Fatimah (Ratu Fatimah) terlalu membantu aksi para perompak. Mereka jauh mencampuri kebijakan yang diambil mengatur para perompak untuk merampok Sultan Abdulmahasin Muhammad Syafei lada dari kapal kargo yang melewati pulau Zainal Arifin (Gonggong, 1993: 28). Lagondi (Ota, 2005: 9). Rupanya Ratu Fatimah adalah agen VOC VOC tidak tinggal diam melihat yang diberi tugas melakukan perluasan aksi pembajakan. VOC gagal mencegah kekuasaan di kalangan keluarga keraton aksi pembajakan, karena kapal-kapal Banten. Dalam situasi demikian, krisis Belanda kalah cepat dari kapal para kepercayaan melanda kesultanan dengan perompak. VOC tidak berhasil menangkap pecahnya pemberontakan Ki Tapa dari para perompak yang bersembunyi di Gunung Menara. Pada waktu yang sekitar pulau-pulau kecil di Selat Sunda berdekatan, kekacauan terjadi di Lampung. (Ota, 2005: 9). Benteng Petrus Albertus di Menggala Aksi perompakan di Lampung dan mampu dikuasai para pemberontak. Selat Sunda tidak dapat dilepaskan dari Namun tidak berlangsung lama, karena tumbuhnya perdagangan inter-regional di prajurit tambahan dari Batavia berhasil Kanton. Permintaan produk dari Asia merebut benteng tersebut (Imadudin, 2008: Tenggara mengubah perdagangan maritim 1486). di Nusantara. Para pedagang menguta- Wilayah Lampung mengalami makan pelabuhan yang bebas dari kekacauan karena tidak ada kekuasaan dominasi VOC.4 Pusat-pusat lada, seperti yang kuat. Masalah intern kesultanan Lampung, Palembang, Jambi, dan Banten, keterbatasan tentara VOC, dan konflik sesama wakil Banten menjadi 4 faktor penyebab kondisi demikian (Bukry, Riau, ibukota Kerajaan Johor, berkembang 1997: 69). Wilayah Lampung bagaikan menjadi pusat perdagangan baru. Para terra incognito (wilayah tak bertuan) yang pedagang Bugis mengangkut komoditi lada siapa pun bebas memasukinya. untuk dipertukarkan dengan komoditi dari Cina dan India di Riau. Menurut laporan, sekitar Para perompak dari Johor, Bugis, 10.000 pikul lada diperjualbelikan di Riau dan Mandar memanfaatkan situasi tahun 1780-an. Kemudian, para pedagang Cina tersebut. Mereka sering mengganggu para dan Inggris membawanya ke Kanton untuk petani yang bertanam lada. Selain itu, para kemudian dijual ke pasaran Eropa. perompak juga menguasai jalur pengang-

Perdagangan lada di Lampung (Iim Imadudin)… 357

Banjarmasin masuk dalam sistem pengaruh kekuasaan Banten, otomatis perdagangan Belanda. Oleh karena itu, jatuh ke tangan Belanda (Sayuti, 1993). “pembajakan” dan “penyelundupan” men- Pemerintah kolonial menarik jadi alternatif memperoleh lada (Ota, 2005: simpati penduduk Lampung dengan 9). mengakui kepemimpinan lokal. Radin F.H. Beijnon, Komandan VOC di Inten I diakui pangkatnya sebagai ratu Banten, melaporkan kepada Gubernur (prins regent) dan kurnel di negara ratu Jenderal di Batavia tanggal 30 September (Kalianda). Setelah pengalihan kekuasaan 1792 tentang akibat dari perompakan. ke tangan Hindia Belanda tahun 1816, Sepanjang Januari 1791- September 1792 kekuasaan Radin Inten tidak diakui lagi berlangsung aksi perampokan terhadap 18 (Rijal, 2011: 40). desa dan 23 kapal di Lampung dan Selat Pada tahun 1817 dibuat Sunda. Para perampok memang melakukan kesepakatan antara Asisten Residen aksinya hingga ke pedalaman Lampung Krusemen dengan Radin Inten I yang (Marsden, 1999: 176). Para perampok isinya sebagai berikut: menjarah 6.000 pikul lada. Bila dikal- 1. Raden Inten I bersedia meninggalkan kulasikan, hasil pembajakan selama dua jalan kekerasan dan membantu puluh satu bulan setara tiga puluh lima pemerintah. sampai tujuh puluh persen dari jumlah lada 2. Radin Inten I akan diakui keduduk- yang diperdagangkan di Riau. Jumlah annya sebagaimana halnya pada masa tersebut sekitar dua puluh persen dari Daendels. semua lada VOC yang diperoleh dari 3. Radin Inten I akan mendapat pensiun f Lampung (Ota, 2005: 9). 1200 setahun dan saudara-saudaranya Sasaran pembajak tidak hanya mendapat pensiun f 600 setahun. lada, tetapi juga tenaga kerja. Mereka yang Kesepakatan tersebut hanya ditangkap dijual ke pasar di Belitung, mampu bertahan selama setahun. Lampung Lampung, dan daerah lainnya. Di terus menerus mengalami kekacauan. Pada Lampung, tenaga kerja tersebut dipeker- tahun 1818 pemerintah Hindia Belanda jakan menjadi budak (Ota, 2005: 9). memerintahkan penguasa sipil militer Menyadari kegagalannya mence- (Civielen Militair Gezaghebber) menggan- gah perompakan di Selat Sunda, VOC tikan pemerintahan sipil (Veth, 1867: 107). bergerak masuk ke pedalaman Lampung. Penguasa sipil milter berkewajiban Pada tahun 1738, atas seizin Sultan mengamankan seluruh kepentingan Banten, VOC mendirikan Benteng Valken Belanda di Lampung. Oog dekat Bumi Agung. Izin diberikan Radin Inten I memimpin penduduk sebagai imbalan VOC menjadi hakim Lampung menentang kolonial Belanda. dalam sengketa tanah antara Banten Belanda menjulukinya “pemeras” dan dengan Palembang. Pada tahun 1751, “kepala batu”. Salah satu bentuk Lampung dijadikan daerah pinjaman VOC penentangan Radin Inten adalah menjalan- dari Sultan Banten (Imadudin, 2008: kan perdagangan bebas dengan pihak lain 1487). (Ditjen Kebudayaan, 1969: 19). Radin Inten I menjual lada kepada Inggris dengan 3. Masa Hindia Belanda harga lebih tinggi dari ketetapan Sultan Besluit Gubernur Jenderal Banten (Ota, 2005: 9). Daendels tertanggal 22 Nopember 1808 Pemerintah kolonial menuduh menyatakan bahwa pemerintah kolonial bahwa Radin Inten menjalin hubungan berkuasa penuh atas Lampung. Dasarnya dengan para perompak, bahkan dikabarkan adalah sejak Banten dikuasai, wilayah- memiliki ikatan kekerabatan dengan bajak wilayah yang sebelumnya berada dalam laut dari Lingga. Radin Inten I bahkan memberi para perompak perlindungan dan

358 Patanjala Vol. 8 No. 3 September 2016: 349- 364 penampungan yang aman (Kielstra, 1919: Belanda, Sultan Lingga terpaksa 248). menyerahkannya ke tangan Belanda. Radin Kondisi keamanan di wilayah Imba dan Lang Baruas diasingkan ke Pulau Lampung tidak mampu dikontrol sepe- Timor, sedangkan Raja Mangunang nuhnya oleh Belanda. Kekuatan Belanda dibuang ke Batavia. terkuras menumpas perlawanan Pangeran Setelah wafanya Radin Imba II Diponegoro (1825-1830). Oleh karena itu, tidak ada lagi elit lokal yang berwibawa. wafatnya Radin Inten I menggembirakan Bagi Belanda, hal tersebut sangat pemerintah kolonial. Dengan demikian menguntungkan. Mereka tidak perlu meng- tidak ada lagi perlawanan dari rakyat gelar pasukan mengahadapi perlawanan. Lampung. Kekuatan Belanda sedang terkuras karena Patah tumbuh, hilang berganti. menghadapi Perang Padri di Minangkabau Seorang pemimpin wafat, lahir pemimpin dan perlawanan Belgia yang hendak baru. Kepemimpinan Radin Inten I memisahkan diri (Ditjen Kebudayaan, dilanjutkan Radin Imba II. Ketika tahun 1969: 26). 1828 Belanda mendaratkan sebuah kapal Perjuangan Radin Imba perang dan dua kapal penjelajah ke dilanjutkan Radin Inten II. Radin Inten Lampung, Radin Imba II menyambutnya disumpah sebagai ratu oleh Haji Wakhia dengan perlawanan sengit. pada tahun 1850. Perwalian sementara Belanda melancarkan politik pecah dipegang Dalam Mangkubumi (1834- belah (devide et impera) di daerah-daerah 1850). Selama masa perwalian, tidak yang dikuasainya dengan menghasut dan terjadi gejolak yang berarti (Bukry, 1997: berbagai pelemahan lainnya. Menyadari 90). bahwa kekuatannya sedang lemah, Pusat pemerintahan Radin Inten II Belanda menawarkan perundingan gen- berada di Kuripan, wilayah selatan catan senjata. Belanda mengulur waktu Lampung. Ia menguasai empat bandar, hingga mampu mengorganisasikan kem- yaitu Bandar Penengahan, Bandar Legon, bali pasukannya. Setelah kekuatan militer Bandar Pesisir/Ketibung, dan Bandar Belanda semakin kuat, serangan-serangan Rajabasa. baru dilancarkan. Daerah utara Lampung Sejak Radin Inten II berkuasa, yang jatuh ke tangan Belanda (Imadudin, perlawanan terhadap Belanda semakin 2008: 1490). meningkat. Karena situasi makin tidak Kapten Hoffman memimpin aman, Belanda terus-menerus memindah- penyerangan ke lokasi pendukung Radin kan pusat pemerintahannya mulai dari Imba II pada tahun 1832. Dalam Ujau (Kalianda), Brunai (Teluk pertempuran di Semangka, Kapten Semangka), Menggala, Bumi Agung, Hoffman tewas terbunuh (Gonggong, Terbanggi, dan Teluk Betung. 1993: 38). Kontak senjata berikutnya yang Upaya menghancurkan kekuatan melibatkan Kapten Beelhoulder dan Radin Inten II terus dilakukan Belanda. Kapten Pouwer berakhir dengan kekalahan Kapten Yuch dengan berkekuatan 400 di pihak Belanda. tentara pada tahun 1851 memimpin Ekspedisi besar-besaran dipimpin serangan Belanda ke Benteng Merambung. Kolonel Elout dikerahkan pada tanggal 25 Dibantu Haji Wakhia dan para hulubalang, September 1834. Kekuatan Radin Imba II Radin Inten berhasil mematahkan serangan semakin berkurang. Benteng Raja Gepeh tersebut (Sayuti, 1993; Kartodirdjo, 1984: jatuh ke tangan Belanda pada 24 Oktober 180). 1834. Radin Imba dan dua hulubalangnya yang setia, Raja Mangunang dan Lang Baruas melarikan diri ke Lingga (Kielstra, 1919: 257). Karena kuatnya tekanan

Perdagangan lada di Lampung (Iim Imadudin)… 359

Wakhia tertangkap, sedangkan putranya tewas dalam pertempuran. Pada tanggal 9 September 1856, Wa‟ Maas mengalami luka berat sampai wafatnya. Haji Wakhia yang ditawan dan dihukum mati. Jenazahnya dimakamkan di Kunyain (Bukry, 1997/1998: 98; Kartodirdjo, 1984: 181). Posisi Radin Inten II kian terpojok dengan tertangkapnya para pembantu Gambar 1. Makam Radin Inten II utama dan kerabatnya. Benteng Ketimbang di Kalianda Lampung Selatan yang strategis direbut Belanda. Radin Inten Sumber: Iim Imadudin, 2016 II wafat disebabkan pengkhianatan Radin Ngerapat. Radin Ngerapat mengundang Penduduk Lampung tidak berdiam Radin Inten II untuk berunding di suatu diri diserang Belanda. Dipimpin Radin daerah dekat Kunyian antara Tatahan dan Inten II, serangan rakyat Lampung benar- Gayam (Sayuti, 1993; Bukry, 1997/1998: benar merepotkan Belanda. Karena posisi 98). mulai terdesak, pada tahun 1853 Asisten Pada saat Radin Inten II menik- Residen J.E. Kohler menawarkan gencatan mati hidangan yang disediakan, Radin senjata. Gencatan tersebut hanya berlaku Ngerapat dan pengikutnya melakukan sebentar. Pada tahun 1855-1856 pertem- penyergapan. Radin Inten II melakukan puran sengit kembali berkobar. Perlawanan perlawanan, meski tanpa dukungan rakyat Lampung makin mendesak posisi pasukan. Dalam penyergapan tersebut, Belanda. J.E. Kohler meminta didatangkan Radin Inten II gugur pada pukul setengah pasukan tambahan untuk memperkuat dua belas malam tanggal 5 Oktober 1856 kedudukannya. (Gonggong, 1993: 66). Bantuan pasukan segera didatang- Belanda berkuasa penuh atas kan. Kolonel Waleson memimpin ekspe- Lampung Sejak 1856. Dapat dikatakan disi militer ke Lampung pada tanggal 10 penguasaan pemerintah kolonial atas Agustus 1856. Ekspedisi tersebut memba- Lampung semakin mantap. Lada tidak wa 9 kapal perang, 3 kapal pengangkut menjadi komoditas unggulan pada abad logistik, dan puluhan perahu mayang dan ke-19. Meski demikian, harga jual lada jung mendarat di Pulau Sikepal, Teluk masih stabil. Meski mengalami penurunan, Tanjung Tua (Bukry, 1997: 94). Waleson lada hitam Lampung masih yang terbaik di memerintahkan agar Radin Inten II segera kawasan Sumatera. menyerah. Untuk memecah belah kekuatan Antara tahun 1816-1830 peme- Radin Inten II, Belanda mengajak Singa rintah kolonial memberlakukan sistem Branta yang bertahan di Benteng Bendulu sewa tanah (landdelijk stelsel). Sistem untuk berunding (Imadudin, 2008: 1494). sewa tanah bertujuan menghilangkan Melalui pertempuran sengit, kefeodalan dan menjunjung aspek Benteng Bendulu mampu direbut Belanda. kebebasan. Sistem ini mengalami kega- Benteng tersebut dijadikan basis operasi galan. Dalam konteks Lampung, kuatnya penghancuran benteng-benteng pertahanan ikatan jenang dengan petani lada menjadi Radin Inten II. Benteng Merambung, penghalangnya. Tentu saja, jenang ingin Benteng Galah Tanah, Pematang Sentok, tetap berperan dalam mata rantai perda- dan Ketimbang berhasil dikuasai. gangan lada. Dipimpin Letnan Steck Benteng Rogoh berhasil dikuasai pasukan Belanda. Haji

360 Patanjala Vol. 8 No. 3 September 2016: 349- 364

Pemerintah kolonial menerapkan (Koloniaal Verslag 1912) tidak tercatat sistem tanam paksa pada tahun 1830- adanya perkebunan lada di Lampung. 1870. Lada tidak lagi menjadi tanaman Pusat penanaman di Lampung utama satu-satunya. Komoditas kopi, tebu, tetap terkonsentrasi di Tulang Bawang, dan indigo mulai diperkenalkan pada tahun Sepoetih, dan Sekampung. Pada masa ini 1830. Lada menjadi tanaman yang wajib dilakukan sistem verlag, yaitu pemilik ditanam dalam skala kecil dalam sistem modal meminjam dari pedagang untuk tanam paksa. membuka lahan lada. Jenang tidak segan-

Peta 1. Distrik Lampung 1930 Sumber: Broersma, 1916 Para petani harus menyerahkan segan memberi pinjaman pada petani. lada sebagai pajak kepada pemerintah Bahkan jenang memberikan uang muka kolonial. Menyadari kegagalan sistem lebih dahulu untuk lada yang akan dibeli sewa tanah, pemerintah tetap memfung- (Masroh, 2015: 70). Selain itu, dilakukan sikan peran jenang untuk memerintahkan pula sistem bagi hasil (menyasih). petani menanam lada. Para pengolah kebun Selain peran jenang dan pemilik dikontrak untuk menanam lada dalam tanah, juga tidak dapat dikesampingkan jumlah tertentu; 1000 batang bagi keberadaan para kuli kebun. Kuli pengolah berkeluarga dan 500 batang bagi merupakan pekerja lapangan. Scheltema pria lajang (Marsden, 2013:163). membagi kuli atau budak di Lampung ke Pemerintah kolonial memberikan gaji dalam bai dan bedua. Bai adalah budak kepada jenang sebagai imbalan mengum- pustaka. Bai diwajibkan untuk mengolah pulkan hasil produksi. dan merawat sawah, kebun lada, dan se- Pada tahun 1870 diberlakukan bagainya, milik tuannya, tetapi bai dapat Undang-Undang Agraria sebagai peng- pula mengumpulkan untuk dirinya sendiri. ganti sistem tanam paksa. Melalui undang- Sementara itu, bedua adalah seorang budak undang, tanah Hindia Belanda terbuka bagi atau kuli yang tidak diperkenankan memi- pemodal asing. Maka muncullah perke- liki apa-apa, semua pekerjaan dan hasilnya bunan-perkebunan dengan komoditas untuk tuannya. berorientasi ekspor yang bersaing dengan Setelah berakhirnya pergolakan di tanaman lada. Dalam Bijlage OO Lampung produksi perkebunan semakin meningkat. Kekacauan yang terjadi

Perdagangan lada di Lampung (Iim Imadudin)… 361 menyebabkan distribusi barang terganggu. tiga perempat produksi lada dunia (Guillot, Kelangkaan komoditas mengakibatkan 1990: 32). harga barang menjadi naik. Penanaman dan perdagangan lada Dalam Economisch Statistische di Lampung terus memudar pada abad ke- Berichten 5 April 1922 No. 327 disebut- 20. Pada tahun 1930 menyebar penyakit kan kota-kota besar di Asia dan Australia, kuning yang merusak kebun-kebun lada. Eropa, dan Amerika, menjadi pasar lada. Merebaknya walang sangit pemakan bunga Kota yang menjadi pasar di Asia dan dan buah lada menjadi persoalan tersendiri Australia adalah Kobe, Melbourne, dan (Masroh, 2015: 74). Sidney. Kota-kota di Eropa, antara lain Pemeliharaan kebun lada yang Amsterdam, London, Hamburg, Havre, kurang baik mengakibatkan menurunnya Bordeaux, Marseille, dan Trieste; sedang- kualitas tanaman lada. Tanaman lada kan pasar lada di Amerika, yakni New memiliki siklus produksi. Begitu muncul York dan San Fransisco (Masroh, 2015: tanda-tanda penurunan kualitas, harus 73). segera dilakukan pembaruan atau pembuat- Pelabuhan Batavia menjadi an kebun baru yang dapat mulai memberi entreport yang mengumpulkan lada dan hasil sebelum produksi kebun lama menjualnya ke pasar lada internasional terhenti (Marsden, 2013:159). Lada melalui Nederland dan Singapura. Hindia- Lampung hanya bertahan selama 15 tahun Belanda menjadi produsen lada utama atau lebih cepat mati dibandingkan jenis dengan tiga perempat produksi lada di lada Muntok yang mencapai 30 tahun. Dunia. Lada Lampung dipanen pada usia 2 sampai Selama Perang Dunia Pertama, 2,5 tahun. Setiap tahun lada hanya dipanen permintaan akan lada makin meningkat. satu kali. Kurangnya pemupukan dan Tercatat jumlah ekspor lada hitam Hinda kekeringan yang terus terjadi menurunkan Belanda sebanyak 246.794 pikul. Mula- unsur hara tanah. Produksi lada terus mula harga lada mencapai ƒ 50, mengalami penurunan. Namun, sepuluh mengalami penurunan menjadi ƒ 29, naik tahun kemudian, jumlahnya terus merosot, kembali menjadi ƒ 40 dan stabil di posisi tinggal 12 kebun. Berkurangnya jumlah harga ƒ 47 (Masroh, 2015: 75). kebun tentu berdampak pada produksi. Pada tahun 1940 terdapat 39 kebun Bila pada tahun 1940 dihasilkan 100 ton lada. Dapat dikatakan selama perang, lada, pada tahun 1950 berkurang menjadi harga lada di pasaran Eropa melonjak. produksi 23 ton. Ketika perang berakhir, ekspor lada ke

Eropa amat berkurang. Kondisi tersebut berbanding sebaliknya dengan kawasan D. PENUTUP lain. Di kawasan Asia, Afrika, Australia, Penanaman dan perdagangan lada dan Amerika, permintaan akan lada tetap dalam tiga sistem politik bergerak dinamis. tinggi. Perebutan pengaruh dalam perdagangan Pada tahun 1930, Lampung lada di kawasan Lampung tercipta dalam mengekspor 12.920.475 kg lada hitam ke pola dominasi dan subordinasi. luar negeri, yang berarti 76% dari seluruh Pada masa kejayaan Kesultanan total ekspor lada hitam di Hindia Belanda. Banten, Lampung merupakan sumber lada Sementara itu, lada hitam yang dikirim ke yang penting bagi ekonomi Banten. wilayah Hindia Belanda mencapai Memang ada Kesultanan Palembang yang 2.894.973 kg. Total lada hitam yang mencoba bersaing dengan Banten, namun diekspor mencapai 15.815.448 kg. Sampai pengaruhnya terbatas. Sultan Banten permulaan abad ke-20, Lampung meru- menetapkan peraturan yang terkait dengan pakan salah satu penyuplai lada terbesar penanaman dan tata niaga lada. Kesultanan bagi Belanda yang memegang kontrol atas Banten melakukan kontrol yang ketat

362 Patanjala Vol. 8 No. 3 September 2016: 349- 364 terhadap penanaman lada di Lampung kelompok elit yang memperjuangkan hak- melalui jenang dan punggawa. Lampung hak rakyatnya. dalam jangka waktu yang cukup lama Tiga abad silam perdagangan lada memberi surplus pada Kesultanan Banten. di Lampung mencapai masa kejayaannya. Pada masa VOC, para pedagang Bila hari ini, pemerintah dan masyarakat asing berlomba mendapatkan konsesi lada. Lampung berusaha membangkitkan kem- Berlangsung persaingan hebat di antara bali penanaman lada memiliki dasar para pedagang itu. Dalam perdagangan historisnya. Para petani di kantong-kan- lada,VOC melakukan praktik monopoli tong penghasil lada yang ada sejak dulu dan monopsoni. VOC bertindak sebagai sampai sekarang masih bertanam lada penjual dan pembeli yang melakukan dalam skala kecil, antara lain di Lampung monopoli. Utara, Lampung Selatan, dan Kotabumi. Pada masa Hindia Belanda, Namun, di luar itu lebih banyak lagi yang pemerintah melakukan eksploitasi eko- sudah meninggalkan lada berganti dengan nomi melalui berbagai sistem. Ketika tanaman komersial lainnya, karena zaman pemerintah memberlakukan sistem sewa sudah berganti. tanah, pengembangan produksi lada tidak berjalan dengan baik. Demikian juga, ketika sistem tanam paksa diberlakukan, lada tidak menjadi komoditas utama yang DAFTAR SUMBER wajib ditanam. Barulah ketika Agrarische 1. Jurnal dan Makalah Wet diterapkan 1870, tumbuh perkebunan- Hardjasaputra, Sobana. “Penanaman Nilai-nilai perkebunan lada yang baru. Kekuasaan Kesejarahan di Jawa Barat”, makalah yang penuh pada pihak swasta mengaki- seminar yang diselenggarakan Dispar- batkan produksi meningkat. bud Provinsi Jawa Barat, 26-27 Maret Runtuhnya kejayaan lada 2013 di Hotel Savoy Homann Bandung. Lampung terjadi pada awal abad ke-20. Imadudin, Iim. Selain karena faktor internal, seperti “Hubungan Lampung-Banten dalam pemeliharaan kebun lada yang tidak Perspektif Sejarah”, dalam Jurnal optimal, menurunnya keseburan tanah, dan Penelitian Vol. 40 No. 3 Desember penyakit tanaman, juga faktor eksternal. 2008, hlm. 1433-1502. Lada tidak lagi menjadi komoditas yang _____. 2016. penting di pasaran dunia. Memudarnya “Perdagangan Lada dan Perebutan perdagangan lada selain disebabkan Pengaruh di Lampung 1653-1856”, menurunnya permintaan dari pasar inter- Makalah dalam Seminar Hasil Peneli- nasional, juga diakibatkan oleh monopoli tian BPNB se-Indonesia, Makasar, 25 pedagangan lada oleh kekuatan asing. s.d. 28 April 2016. Belajar dari penguasaan tiga Masroh, Laelatul. sistem politik tersebut, menjadi jelaslah “Perkebunan dan Perdagangan Lada di bahwa para petani lada menjadi objek Lampung Tahun 1816-1942”, SEJARAH eksploitasi kalangan bangsa sendiri dan DAN BUDAYA, Tahun Kesembilan, pihak kolonial. Penduduk Lampung yang Nomor 1, Juni 2015. menjadi petani dan kuli tidak mengalami Nur, Mhd. “Bandar Tiku di Bagian Barat kesejahteraan yang signifikan. Bila ada : Kejayaan Ekonomi yang Telah yang diuntungkan dalam tata niaga lada Hilang”, Analisis Sejarah, Volume 4, adalah elit-elit lokal yang bekerja untuk No. 2, 2014, hlm. 16-34. kepentingan suprastruktur. Meski demi- kian, Radin Inten I, Radin Imba II, dan Radin Inten II adalah sedikit dari

Perdagangan lada di Lampung (Iim Imadudin)… 363

2. Buku ____. 1987. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: ANRI. 1973. 1500 dari Emporium ke Imperium (Jilid Ikhtisar Keadaan Politik Hindia I). Jakarta: Gramedia. Belanda Tahun 1839-1848. Jakarta: Penerbitan Sumber-sumber Sejarah ANRI. Kielstra, EB. “De Lampongs”, Onze Eeuw, jaargang 15. 1919. Bukry et al. 1997/1998. Sejarah Daerah Lampung. Lampung: Kuntowijoyo. 2003. Depdikbud. Metodologi Sejarah. Edisi Kedua. Yogyakarta: Yogyakarta. Cortesão, Armando. 2015. Suma Oriental Karya Tome Pires: Per- Ota, Atsushi, 2015. jalanan dari Laut Merah ke Cina & “Toward a Transborder, Market Buku Francisco Rodrigues. Terjemahan Oriented Society: Changing Hinterlands Adrian Perkasa dan Anggita Pramesti. of Banten, c. 1760-1800”, dalam Yogyakarta: Ombak. Mizushima, Tsukasa, George Bryan Souza, Dennis O. Flynn (eds.), Ditjen Kebudayaan. 1969. Hinterlands and Commodities: Place, Perdjuangan Pahlawan Radin Inten. Space, Time and Political Economic Lampung: tp. development of Asia Over the Long Drewes, G.W.J. 1961. Eighteenth Century. Koninklijke Brill De Biografie van een Minangkabausen NV. Leiden, p. 166-196. Peperhandelaar in de Lampongs. Ota, Atsushi, “From „Piracy‟ to Inter-regional

S‟Gravenhage: Martinus Nijhoff. trade”, IIAS Newsletter, March 2005. Ekadjati, Edi S. 1997. Rijal, Andi Syamsu. 2011. “Kesultanan Banten dan Hubungannya Dua Pelabuhan Satu Selat: Sejarah dengan Wilayah Luar”, dalam Sri Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Sutjiatiningsih (ed.). Banten Kota Bakauheni di Selat Sunda 1912-2009. Pelabuhan Jalur Sutra: Kumpulan Tesis. Depok: Fakultas Ilmu Penge- Makalah Diskusi. Jakarta: Direktorat tahuan Budaya Program Studi Sejarah Jenderal Kebudayaan Depdikbud. Universitas Indonesia. Gonggong, Anhar (eds.). 1993. Saptono, Nanang. Sejarah Perlawanan terhadap “Model Pertukaran Lampung Banten Imperialisme dan Kolonialisme di pada Abad ke-16–18 M”, dalam Naniek Daerah Lampung. Jakarta: Depdikbud. Th. Harkantiningsih (ed.), Perdagangan Gottschalk, Louis. 1985. dan Pertukaran Masa Prasejarah- Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Kolonial. Bandung: Balai Arkeologi Notosusanto). Jakarta: UI Press. Bandung, hlm. 82-94. Guillot, Claude. 1990. Sayuti, Husin. The Sultanate of Banten. Jakarta: “Sistem Pemerintahan Lampung”, Gramedia Book Publishing Division. dalam Sejarah Perkembangan Pemerin- tahan di Daerah Lampung. Bahan Johnson, Doyle Paul. 1986. Seminar, Februari 1993. Teori Sosiologi Klasik dan Modern 1. Terjemahan Robert M.Z. Lawang. _____. 1993. Jakarta: Gramedia. Seputeh Lampung. Kualalumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. Juliadi (ed.) 2014. Khasanah Budaya Lampung. Serang: Untoro, Heriyanti Ongkodharma. 1998. Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang. Perdagangan di Kesultanan Banten (1522-1684): Kajian Arkeologi Eko- Kartodirdjo, Sartono. 1984. nomi. Disertasi. Depok: PPs UI. Pemberontakan Petani Banten 1888. Jakarta: Pustaka Jaya.

364 Patanjala Vol. 8 No. 3 September 2016: 349- 364

_____. 2006. Kebesaran dan Tragedi Kota Banten. Jakarta: Kota Kita. Veth, P.J. 1867. Schets van het Eiland Sumatra. Amsterdam: P.N. van Kampen. Yusuf, Tayar et al. 1984/1985. Sejarah Sosial Daerah Lampung. Jakarta: Depdikbud. Weber, Max. 1978. Economy and Society. London: University of California Press.