BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Famili Polypodiaceae Kerajaan
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Famili Polypodiaceae Kerajaan (Kingdom) : Plantae Divisi (Divisio) : Pteridophyta Kelas (Classis) : Pteridopsida Bangsa (Ordo) : Polypodiales Suku (Familia) : Polypodiaceae (Holttum, 1986) Famili Polypodiaceae, merupakan bagian dari kelas Polypodiosida atau Pteridosida. Polypodiaceae merupakan nama takson pada tingkat suku (famili) yang merupakan salah satu famili tumbuhan paku terbesar dan mempunyai habitat di daerah tropis (Chiou dalam Muhimmatin, 2016). Eames (dalam Muhimmatin, 2016) mengatakan bahwa dari semua tumbuhan paku yang hidup, sebagian besar adalah anggota Polypodiaceae, sehingga Polypodiaceae adalah suatu suku yang disebut sebagai paku-pakuan umum. Dalam klasifikasi tumbuhan, batasan anggota dari suku Polypodiaceae belum jelas karena terdapat perbedaan pendapat diantara ahli taksonomi. Perbedaan pendapat tersebut akibat dasar klasifikasi dan pemilihan ciri taksonomi yang berbeda-beda. Suatu organisme yang sama, dengan pemilihan sifat atau ciri taksonomi yang berbeda dapat menghasilkan versi klasifikasi yang berbeda. Sehingga organisme yang mana saja yang termasuk anggota suatu kelompok adalah tergantung pada dasar yang digunakan untuk mengelompokan (Ariyanto, 2014). Polypodiaceae meliputi beberapa genus, seperti: Dipteris, Cheiropleuria, Platycerium, Drynaria, Pyrrosia, Drymoglossum, Belvisia, Selligue, Colysis, 8 Loxogramme, Lepisorus, Lemmaphyllum, Microsorium, Phymatodes, Polypodium (Piggott, 1988). Spesies dari Polypodiaceae kebanyakan epifit, rimpang yang menjalar ditanah atau pepohonan, dengan ental yang bentuknya beraneka ragam. Banyak anggotanya yang merupakan tanaman hias seperti Drynaria dan Platycerium (Tjitrosoepomo, 1994). 2.1.1 Deskripsi Jenis Famili Polypodiaceae 1. Dipteris Gambar 2.1 Dipteris conjugata Reinw (Piggott, 1988) Termasuk ke dalam golongan paku terestrial dengan bentuk pertumbuhan tegak, tingginya dapat mencapai hingga 130 cm atau lebih. Hidup pada hutan dataran rendah yaitu pada ketinggian 800 hingga 1000 mdpl. Daun berbentuk tunggal, dan membundar menjari. Daun berwarna hijau terang. Sorus terletak di bawah permukaan daun berwarna kuning dan tersebar di bagian bawah daun (Arini, 2012). 9 2. Cheiropleuria Gambar 2.2 Cheiropleuria bicuspis (Piggott, 1988) Hidup didaratan tinggi atau pegunungan, memiliki daun tunggal. Terdapat daun fertil dan steril, fertil dan steril memiliki bentuk yang berbeda. Ukuran daun fertil 10-12 cm sedangkan daun steril 20 cm, dengan stipe yang panjang. Sorus berwarna coklat muda (Piggott, 1988). 3. Platycerium Habitat epifit, rimpangnya tertutup oleh daun penyangga. Daun penyangga tumbuh tegak dan mempunyai banyak lekukan. Daun fertil berjumbai dengan panjang mencapai 1 meter. Bentuk daun fertil menyerupai tanduk, pada bagian bawah daun terdapat bulu tipis dan spora yang saling berdekatan dan menutupi seluruh permukaan ujung daun (Sastrapradja, 1980: 109). a b Gambar 2.3 Platycerium a) Sorus Platycerium bifurcatum (Arini, 2012) b) Sorus Platycerium coronarium (Piggott, 1988) 10 a) Platycerium bifurcatum memiliki kantung-kantung spora yang terdapat diujung daun bagian bawah. Letaknya saling berdekatan menutupi seluruh ujung daun tersebut. b) Platycerium coronarium letak sorusnya pada bagian bawah daun fertil yang berbentuk menyerupai mangkuk terbalik. 4. Drynaria a b Gambar 2.4 Drynaria a) Drynaria quercifolia (L.) J.Sm. (Rambe, 2014) b) Drynaria rigidula (Arini, 2012) a) Drynaria quercifolia (L.) J.Sm. digolongkan ke dalam paku terestrial dan epifit. Daun tunggal yang dapat tumbuh tinggi hingga mencapai 150 cm atau lebih. Permukaan daun berwarna hijau kusam dan kaku. Kedudukan anak daun berselang-seling. Kedudukan spora menyebar di seluruh bawah permukaan daun, dengan bentuk bulat. Dikenal dengan nama lokal paku daun kepala tupai dan banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias. (Arini, 2012). b) Drynaria rigidula Bedd. digolongkan dalam kelompok paku epipit. Tumbuh pada tempat yang banyak mendapatkan sinar matahari. Termasuk daun majemuk, anak daun berjumlah 6-18 setiap 11 helainya. Daun berwarna hijau tua dan tekstur keras. Tepi daun bergerigi halus (Arini, 2012). 5. Pyrrosia a b c Gambar 2.5 Pyrrosia a) Daun steril dan fertil Pyrrosia lanccolata (Piggott, 1988) b) Sorus Pyrrosia longifolia (Rambe, 2014) c) Sorus Pyrrosia stigmosa (Piggott, 1988) a) Pyrrosia lanccolata sangat umum dijumpai didaerah lembab, efipit pada pepohonan tua dan dibebatuan. Daun steril berbentuk oval (4 cm) dan daun fertil memanjang (13 cm) dengan sorus yang bergerombol menutupi sebagian daun (Piggott, 1988). b) Pyrrosia longifolia memiliki rimpangnya menjalar panjang dengan diameter 2-3 mm, bersisik. Sisik-sisiknya berwarna merah kecoklatan dengan warna gelap. Umumnya panjang daun 20-60 cm, terkadang mencapai 100 cm. Memiliki dua jenis daun yaitu daun fertile dan steril. Sorus tumbuh hanya satu sepertiga dari bagian daun fertile. Daun fertil lebih panjang dari daun steril dan terdapat sorusnya (kotak spora), spora berada di tepi daun dan berada di sepertiga bagian daun (Holttum, 1968). 12 c) Pyrrosia stigmosa memiliki rimpang pendek dengan diameter 5 mm, panjang stipe 10-25 cm. Panjang daun 20-45 cm dengan lebar 2,5-5,5 cm (Holttum, 1968). Daun steril memiliki rambut coklat yang tebal dan daun fertil dengan sorus menempel dilapisan rambut (Piggott, 1988). 6. Drymoglossum Gambar. 2.6 Drymoglosum piloselloides (Rambe, 2014) Drymoglosum piloselloides merupakan jenis tumbuhan paku yang banyak dijumpai menempel pada pohon teh dan pohon-pohon tinggi lainnya di daerah yang mempunyai curah hujan tinggi. Rimpangnya menjulur dan ditutupi oleh sisik yang bulat dan kecil yang menyerupai sisik naga. Karena sifat inilah jenis paku ini disebut sisik naga. Memiliki daun fertil dan steril. Daun steril kecil, berbentuk bulat dengan garis tengah 1-2 cm. Sedangkan daun fertil lebih panjang dari daun steril seringkali dapat mencapai panjang 12 cm. Sori yang merupakan alat perkembang biakan, letaknya menggerombol dan terdapat ditepi daun. (Sastrapaja,1985). 13 7. Belvisia a b Gambar 2.7 Belvisia a) Belvisia spicata (Rambe, 2014) b) Belvisia revoluta (Piggott, 1988) a) Jenis yang sering dijumpai dari genus belvisia adalah Belvisia spicata (L.f) Copel. merupakan jenis paku efipit menempel pada tumbuhan hidup dan batu-batu. Tinggi tumbuhan dapat mencapai 18 cm. Daun merupakan daun tunggal, berwarna hijau muda. Panjang dan lebar daun masing-masing 15 cm dan 2 cm. Daun berbentuk lanset dengan ujungnya menyirip dan tepi rata. Sorus atau spora berada di ujung daun dengan bentuk memanjang berwarna coklat kehitaman (Arini, 2012). b) Belvisia revoluta memiliki sorus di ujung daun berbentuk runcing, sorus tersebar di atas permukaan di ujung dan berwarna kecoklatan. Hidup epifit (menempel) di batang pepohonan, akar pendek merambat. Memiliki dua jenis ental, ental steril memiliki panjang 11cm, berbentuk lanset, ental fertile dengan panjang 18-22cm (Piggott, 1988). 14 8. Selligue a b Gambar 2.8 Selligue a) Selligue lima (Piggott, 1988) b) Sorus Selligue lima (Piggott, 1988) Efipit pada pohon, umumnya didaratan tinggi atau pegunungan. Rimpang menjalar, daun tunggal dan kasar. Daun steril sekitar 21 × 2,3 cm dan daun fertil 27 × 1,2 cm. Sorus bulat tenggelam dibawah permukaan daun (Piggott, 1988). 9. Colysis a b Gambar 2.9 Colysis a) Sorus Colysis pedunculata (Piggott, 1988) b) Sorus Colysis macrophylla (Piggott, 1988) a) Colysis pedunculata efipit pada pohon dan bebatuan. Panjang dan lebar daun steril masing-masing 18 × 3,3 cm dan daun fertil 12×1 cm sorus menyebar dari ibu tulang daun ke tepi (Piggott, 1988). 15 b) Colysis macrophylla efipit pada pohon atau semak di hutan dataran rendah. Panjang daun fertil 23 cm dengan lebar 4,5 cm. Sorus terletak diantara urat daun (Piggott, 1988). 10. Loxogramme a b Gambar. 2.10 Loxogramme a) Loxogramme avenia (BI.) Presl. (Piggott, 1988). b) Sorus Loxogramme avenia (BI.) Presl. (Piggott, 1988). Rizome pendek merayap dengan daun yang saling berhimpitan antara yang satu dengan lainnya. Daun tidak memiliki tangkai dengan panjang sekitar 20-70 cm dan lebar sekitar 1,5-6 cm. Tekstur daun sedikit berdaging dan tulang daun terlihat jelas di tengah. Sorus terletak di setengah bagian atas daun, hampir lurus, sangat miring, biasanya mulai dari dekat tulang daun sampai ke tepi daun (Holttum, 1968: 167-168). 11. Lepisorus Gambar 2.11 Daun fertil Lepisorus longifolius (Piggott, 1988) 16 Efipit pada pohon dataran rendah dan pegunungan, terkadang dibebatuan dan tembok. Sorus memanjang dan tenggelam dilamina dari barisan dekat tepi daun dengan warna coklat kekuningan. Panjang daun mencapai 50 cm dengan lebar 3 cm (Piggott, 1988). 12. Lemmaphyllum Gambar 2.12 Lemmaphyllum accendens (Piggott, 1988) Rizome panjang merayap, diameter 1 mm dengan rambut yang menempel. Memiliki daun steril oval dan daun fertil bulat dengan ujung meruncing, panjang daun steril 15 cm. Sorus terlihat jelas diujung daun sepanjang 6 cm. 13. Microsorium a b c Gambar 2.13 Microsorium a) Daun fertil Microsorium sarawakense (Piggott, 1988) b) Daun fertil Microsorium zippelii (Piggott, 1988) c) Microsorium punctatum (Piggott, 1988) 17 a) Microsorium sarawakense efipit dipohon maupun dibebatuan atau tembok, pada umumnya terdapat dipegunungan, daun tunggal, panjang daun 18 cm dengan lebar 2,7 cm dengan sorus bulat (Piggott, 1988). b) Microsorium zippelii efipit dibebatuan atau pepohonan yang berada dihutan atau pegunungan, daun tunggal dengan panjang 35 cm, pada permukaan daun fertil terdapat sorus bulat dengan 2 baris diantara vena (Piggott, 1988). c) Microsorium punctatum epifit, seperti di pohon