<<

FORMULIR VALIDASI DATA WARISAN BUDAYA TAK BENDA (WBTB)

Nama Petugas : 1. Riva Argadia 2. Tri Istiwahyuningsih

Waktu : Rabu, 9 Oktober s.d. Sabtu, 12 Oktober 2019 Tempat : Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar

A. IDENTITAS 1. Nama a. Nama di SK : Dramatari b. Nama di Lapangan : Dramatari Gambuh 2. Sebaran WBTB : Kabupaten Gianyar 3. Tahun Penetapan : 2015 4. Domain : Seni Pertunjukan

5. Deskripsi Gambuh adalah tarian dramatari yang dianggap paling tinggi mutunya dan juga merupakan dramatari klasik yang paling kaya akan gerak-gerak tari, sehingga dianggap sebagai sumber segala jenis tari klasik Bali.

Diiringi dengan Penggambuhan yang berlaras pelog Saih Pitu, tokoh-tokoh yang biasa ditampilkan dalam Gambuh adalah , Kakan-kakan, Putri, Arya/Kadean-kadean, Panji (Patih Manis), Prabangsa (Patih Keras), Demang, Temenggung, Turas, Panasar, dan Prabu. Dalam memainkan tokoh-tokoh tersebut semua penari berdialog umumnya menggunakan bahasa Kawi, kecuali tokoh Turas, Panasar dan Condong yang berbahasa Bali, baik halus, madya, atau kasar.

Pada awalnya, teater total Gambuh adalah kesenian istana kaum Bali tempo dulu. Pada masa kejayaan Dalem Waturenggong di abad ke 16, seni pertunjukan Gambuh adalah tontonan kesayangan seisi kraton dan masyarakat umum. Begitu tingginya gengsi kesenian ini hingga hampir setiap puri di Bali saat itu memiliki tempat khusus untuk menggelarnya yang disebut dengan bale pagambuhan.

Sejarah Perkembangan Gambuh Diperkirakan Gambuh ini muncul sekitar abad ke-15 yang lakonnya bersumber pada cerita Panji. Gambuh berbentuk total teater karena di dalamnya terdapat jalinan unsur seni suara, seni drama dan tari, seni rupa, seni sastra, dan lainnya. Diiringi dengan gamelan Penggambuhan yang berlaras pelog Saih Pitu. Tokoh-tokoh yang biasa ditampilkan adalah Condong, Kakan-kakan, Putri, Arya / Kadean-kadean, Panji (Patih Manis), Prabangsa (Patih Keras), Demang, Temenggung, Turas, Panasar dan Prabu. Dalam memainkan tokoh-tokoh tersebut semua penari berdialog, umumnya bahasa Kawi, kecuali tokoh Turas, Panasar dan Condong yang berbahasa Bali, baik halus, madya dan kasar. Pementasannya dalam upacara-upacara Dewa Yadnya seperti odalan, upacara Manusa Yadnya seperti perkawinan keluarga bangsawan, upacara Pitra Yadnya (ngaben) dan lain sebagainya

Asal-usul Istilah Gambuh Gambuh adalah satu istilah yang digunakan untuk seni tari yang berbentuk drama tari, tembang dan . Kata “Gambuh” bisa ditemukan dalam bahasa Melayu, Jawa dan Sunda. Dalam bahasa Melayu istilah ini dihubungkan dengan perasaan “Terima Kasih”, dalam bahasa Sunda dihubungkan dengan hiasan kepala topeng yang juga dinamakan tekes. Sementara itu, dalam bahasa Jawa istilah ini merujuk pada nama pupuh dengan pada lingsa u, 10u, 12i, 8u, 80. Pada lingsa adalah patokan dalam satu bait lagu atau pupuh gending Bali (dikutip Bandem dkk 1975: 2-3).

Unsur Teater Tradisional Gambuh Gambuh yang terbentuk di Bali tidak hanya memperkenalkan cerita sebagai lakon yang memunculkan adanya struktur dramatik yang lengkap, akan tetapi memperkenalkan pula koreografi yang rumit dan penampilan yang artistik, untuk hiburan raja dan para bangsawan kerajaan. Bentuk pertunjukan Gambuh memiliki standar kualitas tertentu yang mencirikan Gambuh, yaitu memiliki struktur pertunjukan dan koreografi serta iringan musik yang pasti, perbendaharaan gerak yang lengkap dengan aturan-aturan yang ketat, yang tidak dimiliki oleh Bali sebelumnya. Begitu pula kostum yang digunakan sangat megah, berbeda dengan kostum yang digunakan oleh tarian-tarian sebelumnya yang sangat sederhana. Itulah yang menyebabkan Gambuh dikatakan sebagai sumber drama tari yang muncul kemudian di Bali.

Fungsi Teater Tradisional Gambuh 1. Sebagai Tari Bebali (seremonial), yaitu sebagai pengiring upacara di pura-pura. Dramatari Gambuh sebagai tari lakon klasik tertua dalam khazanah tari Bali adalah merupakan bentuk total teater yang memiliki unsur seni, drama, music, dialog dan tembang. 2. Sebagai sarana dan pelaksanaan upacara-upacara besar terutama tingkatan upacara "mapeselang". Tarian Gambuh ditarikan pada waktu Ida Bhatara turun ke paselang 3. Sebagai sebuah hikayat yang menceritakan kehidupan, peperangan, roman dari raja-raja Jenggala, Kediri, Gegelang, dan sebagainya.

Karakter Dalam pementasan dramatari, yang dipentingkan adalah pemahaman setiap pelaku terhadap alur cerita yang dibawakan yang akan berdampak pada pengenalan karakter tokoh yang ditarikan oleh pelaku pementasan. Bila tidak demikian, dapat dipastikan pementasan yang dibawakan kurang memiliki penjiwaan dan bahkan mungkin pesan ataupun amanat yang terkandung dalam cerita tersebut tidak sampai pada penonton yang menunjukkan pementasan tersebut boleh jadi dikatakan gagal. Dalam Gambuh tokoh Panji mempunyai peran yang sangat vital, mengingat ia merupakan tokoh utama yang menentukan alur cerita. Panji merupakan tokoh putra halus yang memiliki watak tenang dan manis. Dalam melantunkan wawankata, tokoh Panji memiliki kemiripan dengan tokoh Putri yaitu suaranya bernada tinggi datar, terkadang memperpanjang silabus kata dan gaya jalannya luwes. Namun demikian, penulis selalu menekankan sisi maskulinitas dari tokoh Panji tetap dikedepankan dalam setiap ragam gerak dan wawankatanya karena memang sebenarnya ia adalah seorang laki-laki.

Rias dan Busana Rias dan busana dalam sebuah tarian merupakan hal yang sangat penting dan segera menarik perhatian karena dari sanalah penonton dapat menafsirkan apa dan bagaimana karakter seorang tokoh pementasan di atas panggung. Sebagai tokoh yang memiliki karakter halus dan manis, rias dan busana tokoh Panji harus disesuaikan untuk mendukung karakter yang diinginkan. Dimulai dari rias wajah, Panji memiliki alis yang ramping dan pada bagian ujung dibentuk agak sedikit naik untuk tetap memperlihatkan sisi maskulinnya. Panji dalam rias wajahnya tidak memakai kumis buatan. Sementara busana tariannya memakai jenis sesaputan, dengan lelancingan yang dibuat agak panjang dibiarkan terseret. Bila diperkirakan, panjang kain untuk lelancingan ini kurang lebih 4 meter. Tokoh Panji menggunakan baju lengan panjang putih, badong manis, stewel hijau, celana panjang putih dan saput berwarna hijau. Warna hijau di sini dimaksudkan untuk memberi kesan kesejukan dan kedamaian sehingga dapat menunjuang karakter yang diinginkan. Lanjut pada hiasan kepala atau yang bisa disebut gelungan, Panji menggunakan hiasan kepala berbentuk Keklopingan dengan menggunakan bancangan / onggar ( susunan bunga berwarna putih atau kuning ) yang ditempatkan di kedua sisi gelungannya diletakkan lurus ke atas. Pada sisi kiri dan kanan gelungan tepat berada di atas telinga, terdapat perekapat dengan gelenternya yang berupa susunan pernik-pernik mote berwarna kuning emas. Terakhir, pada kedua telinga dipasangkan sepasang rumbing.

Ragam Gerak Tokoh Panji dalam pementasannya memiliki ragam gerak yang secara kuantitas tidak begitu banyak, namun tetap memerlukan teknik yang baik utnuk melakukannya. Semisal, ngungkab langse dan berjalan milpil, nyalud, ngembat pajeng, matetanganan, nyambir dan ngerajeg. Pada bagian penglembar, gerak tersebutlah yang dilakukan. Sedangkan pada bagian penagkilan maupun peangkat tidak banyak melakukan gerak, karena yang difokuskan adalah wawankata pada para Arya atau Kade-kadean serta pembantu terdekatnya yaitu Turas.

Perkembangan Gerak Dari jenis-jenis gerak tari yang biasa dipergunakan dalam tari Gambuh, terdiri dari :  Mungkah Lawang : gerakan seperti membuka langse yang biasanya dipakai untuk memulai suatu tarian condong.  Ngeseh : gerakan sendi untuk menghubungkan agem kanan ke agem kiri.  Ngalih pajeng : gerakan pencari pajeng (paying) yang merupakan salah satu property dari tempat pementasan (kalangan).  Nayog : berjalan dengan ayunan tangan agak datar ke samping.  Nyambir : mengambil ujung (sisi) kampuh kanan dengan tangan kiri dan kanan kemudian diangkat bersama-sama setinggi dada (di muka dada).  Butangawasari : posisi berdiri dengan mengangkat sebelah kaki (nengkleng) dengan tangan kanan ditekuk diatas kepala, sedangkan tangan kiri ditekuk ke samping.  Gelatik nuut papah : meloncat kecil seperti burung gelatik baik ke kanan maupun ke kiri, sementara ditekuk datar ke samping kanan maupun kiri.  Nepuk : mengambil (menyentuh) kampuh pada pertengahan dada, baik oleh tangan kanan maupun tangan kiri.  Ngelangsut.  Ngerajeg : gerakan mencari rajeg yang biasanya berfungsi sebagai dekorasi di sudut-sudut arena tari.  Nyeleyog : gerak perpindahan yang disertai dengan perputaran bahu dadn kemudian dilakukan bersama-sama dengan memindahkan arah hadap.  Anadab gelung : gerakan tangan untuk menyentuh bagian samping dari gelungan.  Anadab karna : gerakan tangan untuk menyentuh telinga bagian atasnya.  Anadah oncer : gerakan mengambil oncer.  Tayungan ngotes (kotes) : ayunan tangan tepat ke muka dan ke belakang.  Nakep dada : menutup dada dengan posisi tangan menyilang.  Milpil : berjalan cepat.  Malpal : berjalan cepat dengan langkah agak lebar dan berat.  Ngulah : sejenis ngangsel namun dilakukan dengan melangkah ke depan.  Ngeger : semacam ngangsel namun dilakukan dalam batas lagu yang lebih panjang. Ngeger ini juga disebut (ngopak lantang).  Kirig udang : gerakan semacam ngangsel yang dilakukan dengan menarik salahsatu kaki dengan tolehan stakato ke bawah.

Lakon Pada pementasan ini, lakon yang diambil masih bersumber pada kisah Malat yang menceritakan penyamaran Panji untuk menculik kekasihnya Dyah Ratna Merta. Tersebutlah Raden Panji dari kerajaan Jenggala putra mahkota dari Raja Jenggala. Beliau memiliki seorang kekasih yang sangat ayu rupanya bernama Dyah Ratna Merta. Oleh karena tidak disetujui oleh ayahnya, Raden Panji berupaya untuk melarikan diri bersama sang kekasih. Namun untuk menyamarkan tindakannya, Raden Panji berganti nama dan busana agar tidak diketahui orang. Selama dalam penyamaran, nama beliau adalah Kelana Carang Naga Puspa. Dengan dibantu para Arya, dibakarlah pasar kerajaan agar memperoleh kesempatan untuk melarikan diri di tengah kepanikan. Taktik ini berhasil, dimana Raden Panji berhasil mengajak lari kekasihnya. Tak lama diceritakan bagaimana galau hati sang raja mendengar putranya melarikan diri. Lalu diutuslah Patih Kebo Angun-angun untuk mencari dimana putra mahkotanya berada. Tugas berat itu sanggup diemban sang patih dengan dibantu oleh dua orang bawahannya yaitu Demang dan Tumenggung. Setelah lama pencarian, bertemulah patih dengan Kelana Carang Naga Puspa. Keduanya berdialog dengan tegang dan pecahlah pertempuran diantara patih Kebo Angun-Angun dengan Kelana Carang Naga Puspa. Disanalah penyamaran beliau terbongkar. Patih Kebo Angun-Angun tidak menyangka bahwa lawan yang ia hadapi adalah tuannya sendiri. Kebo Angun-Angun hanya bisa berlutut keheranan dan menyampaikan maksud dan tujuannya agar bisa kembali pulang ke kerajaan karena sang ayah sedang gelisah menunggu. Akhirnya, Raden Panji beserta kekasihnya kembali ke negaranya yaitu Kerajaan Jenggala.

Gamelan Gambuh Gamelan Gambuh (Tabuh Pagambuhan; Pegambuhan) merupakan jenis Instrumen musik yang biasanya di Bali dipergunakan untuk mengiringi tarian atau tari gambuh dan dramatari gambuh seperti yang disebutkan , gambuh juga memiliki peralatan gamelan yang terdiri dari : 1. Rebab (satu buah), 2. Suling berukuran besar (dua atau tiga buah), 3. (sepasang), 4. Kajar, (satu buah), 5. Klenang (satu buah), 6. Ricik atau cengceng kecil (satu buah), 7. Kenyir (satu tungguh), 8. Gentorang atau ogar (satu atau dua buah), 9. Gumanak (dua buah), Kangsi (sebuah).

Di antara alat-alat music di atas, gumanak dan kangsi sekarang sudah semakin jarang dipergunakan. Gamelan gambuh juga termasuk golongan gambelan madya yang lebih muda dari gambang, saron, selonding kayu, gong besi, gong luang, selonding besi, angklung klentangan, dan gender . Tetapi Gambelan dramatari Gambuh lebih tua dari gambelan , gong kebyar, gambelan janger, angkung bilah 7, gambelan joged bumbung, gong suling.

A. KETENAGAAN 1. Narasumber Nama ` : I Made Djimat TTL : Gianyar, 5 Oktober 1948 Jenis Kelamin : Laki-laki No. Tel/Hp : 082237787016 Email : - Alamat : Br. Pekanelang, Batuan, Sukawati, Gianyar, Bali Tempat mengajar : - Titik Koordinat Lokasi Maestro (sanggar/tempat tinggal) a. Lintang : -8.584999 b. Bujur : 115.276893

Sertifikat/Penghargaan (lampirkan) : -

B. INSTANSI

1. BPNB (Balai Pelestarian Nilai Budaya) Nama Kantor : Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali Alamat : Jl. Raya Dalung No.107, Dalung Kecamatan : Kec. Kuta Utara Kab/Kota, Prov : Kabupaten Badung No. Telp Kantor : (0361) 439547 Website : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbbali/ Titik Koordinat : a. Lintang : -8.6033035 b. Bujur : 115.1716512

Foto Papan Nama & Bangunan Kantor

2. Kantor Dinas Kebudayaan Kab/Kota Nama Kantor : Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar Alamat : Jln. Kebo Iwa Kecamatan : Gianyar Kab/Kota, Prov : Gianyar No. Telp Kantor : (0361) 943076 Titik Koordinat : a. Lintang : -8.541815 b. Bujur : 115.322678 c. Foto Papan Nama & Bangunan Kantor