Pemikiran Politik Islam Kartosoewirjo

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pemikiran Politik Islam Kartosoewirjo Pengantar untuk buku Pemikiran Politik SM Kartosoewirjo Diskusi seputar Pemerintahan Islam kian marak berlangsung di Indonesia. Kampus-kampus ramai menggelar keunggulan pemerintahan Islam ini, berbagai pemikiran dari luar negeri mencuat kepermukaan; Gagasan-gagasan Abul A’la Al Maududi dari Jamaat Al Islami Pakistan, Dr. Yusuf Qaradhawi dari Ikhwanul Muslimin – Mesir maupun Taqiyuddin An Nabhani dari Hizbut Tahrir. Gegap gempita pembahasan ini mau tidak mau membuat fakta perjuangan Negara Islam pun tersingkap, dimasukkan dalam analisis diskusi demi diskusi. Berbagai penilaian atas NII pun bermunculan, dalam berbagai ragam keberpihakan. Ketika DR. Yusuf Qardhawi mengulas tentang perjuangan NII ; “Di Indonesia, terdapat pengalaman Darul Islam yang berlindung di gunung, mereka berperang sebagai pahlawan-pahlawan. Dan ini berlangsung beberapa tahun. Mereka telah melakukan contoh-contoh yang menakjubkan, dan kepahlawanan yang jarang bandingannya. Kemudian, mereka diusir oleh pesawat pesawat tempur ..” Orang terperangah dan berkata mengapa para pejuang itu kalah. Ketika Hafidz Muhammad Al Ja’bari, menuliskan tentang Darul Islam dan Al Qoid Kartossuwiryo ia menulis : “Adapun tatanan dan prinsip prinsip gerakan ini tidaklah keluar dari tuntunan Allah dan rosulNya serta hal hal yang pernah dilaksanakan oleh para sahabat rasulullah saw dan yang mengikuti mereka dalam kebaikan. Undang undang negaranya adalah syariat Allah dan kekuasaan mutlak adalah pada syari’at . Dari segi akidah orang tak ragu bahwa Al Qoid Kartosuwiryo pengikut kaum salaf. Putra putri DI Indonesia telah mengikat diri dengan kuat. Hal itu dibuktikan dengan kerasnya Al Qaid dan keinginan beliau akan berdirinya Negara Islam Indonesia berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rosulullah saw. Beliau sangat kokoh menghadapi kelompok kelompok yang ingin memasukkan tatanan dan undang undang yang didatangkan ke negeri ini, mengganti kedudukan kitab Allah. ” Orang jadi bertanya mengapa ia ditinggalkan para pengawalnya, mengapa banyak orang menyebutnya sebagai pemberontak, pengacau dan sebutan buruk lainnya ..? Ketika telah menjadi kesepakatan (Ijma’) bahwa “Mendirikan Negara Islam merupakan suatu kewajiban yang telah disepakati ulama di segala jaman” . Orang jadi bertanya mengapa NII diburu dan dihancurkan orang, siapakah penghancur penghancur itu. Dan mengapa banyak orang ingin menghancurkannya, apakah NII didirikan di kawasan Non Muslim sehingga orang menolaknya? Pertanyaan ini sungguh menggelitik, dimana sebenarnya letak ketergeseran penilaian ini? Pada Negara yang diproklamasikannya? pada Imam sang proklamator? pada tentara yang besertanya?, pada rakyat yang mendukungnya? Atau pada interpretasi peristiwa karena kepentingan tertentu? Bukankah sejarah milik pihak yang menang? SERBASEJARAH.WORDPRESS.COM/ 1 PEMIKIRAN POLITIK S.M. KARTOSOEWIRJO Banyak orang mencoba coba menjawab ini, banyak analisa mencuat kepermukaan. Banyak dari analisis mereka sering kali terkesan ‘miring’ karena mengambil referensi dari sumber yang ‘miring’ pula. Sebab buku yang beredar jauh sebelum ini, memang banyak mengungkap data kejadian, tetapi tidak menukik pada masalah yang melatar belakangi kejadian kejadian itu. Sejarah menjadi kumpulan tahun dan tanggal, tetapi menutup mata dari gagasan dasar yang menjadikan sejarah itu membentuk dirinya. Pada penerbitan perdana bulan April tahun ini penulis mencoba menganalisis kehadiran Negara Islam Indonesia dari konsep yang mendasarinya, dari gagasan pemikiran politik proklamatornya, dengan berusaha sebanyak mungkin mengutip fikiran fikiran autentik S.M. Kartosoewirjo sendiri. Baik dalam kapasitasnya sebagai pribadi muslim yang tercerahkan maupun dalam kapasitasnya sebagai Imam Negara Islam Indonesia setelah pemerintahan itu terbentuk. Saya tersentak melihat antusiasme pembaca atas buku ini, 9000 buku terjual habis dalam waktu satu bulan saja, diskusi diskusi kian marak, dan topik pembicaraan kini bergeser. Bukan lagi pada masalah apa dan mengapa gerombolan Kartosoewirjo, tetapi bagaimana Negara Islam Indonesia. Diskusi tidak lagi terfokus pada pribadi S.M. Kartosoewirjo, tetapi lebih terpusat pada Negara dan dokumen resminya. Ini sebuah perkembangan yang sehat dalam tataran diskusi ilmiah. Sebab sebagai pribadi baik anda maupun saya tidak ada hubungan apapun dengan pribadi besar ini. Namun sebagai sebuah kenyataan sejarah dimana S.M Kartosoewirjo hadir sebagai sosok yang memproklamasikan Negara Islam Indonesia, maka mengenal lebih jauh pribadi ini menjadi bagian dari desakan nurani ilmu pengetahuan, seperti kita ingin mengenal pribadi pribadi besar lainnya. Mengenal masa silam adalah bagian dari upaya menatap masa depan secara lebih jernih. Negara Islam Indonesia yang lahir disaat Republik Indonesia sebagai negara mengalami krisis pemerintahan, ketika arah politik bergeser ke kiri kirian. Disini pun kita melihat dimana sifat negara yang stabil, rigid dan inhuman tidak selalu sejalan dengan sifat pemerintahan yang labil, tergantung pada siapa yang berkuasa. Baik Republik Indonesia yang telah stabil berdiri di atas dasar Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, maupun Negara Islam Indonesia yang ditegakkan di atas dasar Islam serta menjadikan Quran dan Hadits yang shohih sebagai hukum tertinggi, dalam perjalanannya tidaklah selalu stabil seperti watak negaranya. Sebab negara sebagai wadah pada tataran praktis diisi oleh manusia sebagai pemerintah dengan integritas moral yang variatif —yakni para manusia yang menjalankan kekuasaan dalam negara tersebut. Negara Islam Indonesia, menjadikan Quran dan Hadits Shohih sebagai hukum tertinggi ini sudah pasti sebagai sebuah negara, namun bagaimana dengan kualitas pribadi tentaranya, integritas SERBASEJARAH.WORDPRESS.COM/ 2 PEMIKIRAN POLITIK S.M. KARTOSOEWIRJO moral rakyatnya, maka ini merupakan suatu pertanyaan yang terpisah. Negara adalah satu hal, sedang rakyat dan pemerintah adalah hal yang lain. Demikian juga dengan Republik Indonesia, walaupun negaranya berdasar Pancasila, tidak demikian halnya dengan pemerintah, sejarah membuktikan betapa pemerintah RI cenderung miring ke kiri ketika Nasakom dielu elukan Presiden Sukarno. Suasana Revolusi akan menapis setiap individu sehingga nyata emas dan loyang, hingga terbukti mana yang berjalan sesuai dengan asas dan hukum tertinggi negara, dan mana yang bergeser dengan berubahnya keadaan. Pengkajian sejarah membuktikan hal ini, sebagaimana Gustav Le Bon memaparkannya dalam psychology of Revolution. Peperangan antara RI dan NII melahirkan beragam potret psikologis anak manusia, mulai dari yang berjuang mempertahankan masing masing negaranya, hingga “kutu Loncat” yang mengambil keuntungan dari konflik ideologis tersebut. Kita pun melihat bagaimana sebuah solusi ditawarkan, bagaimana upaya mencapai tujuan dijalankan. Dari sini kata “heroik” dan “pembangkangan”, menjadi amat relatif, tergantung di fihak mana orang itu tengah berpendapat. Namun sebagai kenyataan sejarah, pergulatan bathin di tengah guruh debu dan mesiu, terlalu berarti untuk dikesampingkan. Di dalamnya kita melihat betapa persahabatan dan permusuhan menjadi sangat relatif berhadapan dengan kepentingan memenangkan perjuangan. Pribadi besar S.M. Kartosoewirjo yang pernah menjabat sebagai wakil Presiden PSII, yang menuliskan Brosur Sikap Hijrah sebagai arah jihad PSII, akhirnya dipecat oleh karena PSII memilih untuk meninggalkan “sikap hijrah” itu dan bergabung dengan Gabungan Partai Partai Politk Indonesia lainnya guna menempuh kemerdekaan lewat jalur politik kooperatif. Akhirnya sikap konsisten pribadi besar S.M Kartosoewirjo mendorongnya untuk membuktikan sendiri apa yang digagaskannya bersama para ulama yang istiqamah dan membangun institut suffah, mempersiapkan kader negarawan yang ulama dan ulama yang negarawan, yang menjadi cikal bakal mujahid awal Negara Islam indonesia. Setelah cetakan pertama buku ini beredar di pasaran, di saat saat sibuknya menghadiri simposium, kupas buku dan diskusi atas buku buku saya terdahulu. Pejuang maupun keluarga pejuang NII –yang walaupun secara pribadi dirinya tidak tertulis dalam buku itu namun mereka merasa memiliki peristiwa dan kejadian yang dipaparkan dalam buku tersebut– datang menemui saya. Mereka muncul dengan beragam komentar, variasi ungkapan psikologis, yang jelas kehadiran mereka menambah sejumlah data untuk diungkapkan kehadapan pembaca. Saya merasa perlu merevisi buku yang baru saja 4 bulan terbit itu, sebab pandangan pandangan para pelaku sejarah itu sangat berharga untuk dicuatkan kepermukaan. Untuk difahami dan SERBASEJARAH.WORDPRESS.COM/ 3 PEMIKIRAN POLITIK S.M. KARTOSOEWIRJO diambil hikmahnya, betapa sebuah revolusi membentuk karakter para pelakunya, dan atas tuntutan objektivitas, maka dalam terbitan ini, semua pandangan dan gagasan Kartosoewirjo, baik sebagai individu maupun imam Negara Islam Indonesia, seluruhnya saya lampirkan di akhir buku ini. Beberapa bagian dari buku ini saya hilangkan, beberapa cuplikan berita koran yang akhirnya saya ragukan kredibilitas pewartanya, setelah mendengar pengakuan para pelaku sejarah tersebut, terpaksa saya hapus. Diganti dengan analisa tambahan berdasarkan wawancara wawancara baru dengan para pelaku tadi. Dengan terbitnya edisi revisi ini, sekaligus meralat terbitan sebelumnya. Dan apa yang tidak ada di edisi revisi ini, harus dianggap tidak ada pada edisi sebelumnya. Semoga terbitnya edisi revisi ini, dengan idzin Allah, mampu membangkitkan nuansa baru pada pembahasan dan diskusi diskusi Negara Islam Indonesia di masa masa mendatang. Aamiin Ya Robbal ‘Alamiin. Jakarta 17 Jumadil Ula 1420 H 29 Agustus 1999 M SERBASEJARAH.WORDPRESS.COM/
Recommended publications
  • Bab I Pendahuluan
    BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan budaya, dari Sabang sampai Merauke terhampar ragam suku, bahasa dan budaya yang berbeda dari yang lainnya. Inilah yang membedakan Indonesia dari bangsa lain sehingga menjadikan Indonesia sangat kaya akan keragaman, dan secara tidak langsung ini menjadi daya tarik bagi pengunjung dari mancanegara untuk berlibur disini. Budaya menjadi salah satu kebanggaan Indonesia dalam memperlihatkan jati dirinya sebagai negara yang sangat kaya. Akan tetapi dengan banyaknya budaya yang ada dan masuknya budaya luar menjadi dampak buruk kepada generasi penerus, dikarenakan mereka tidak mengenali budayanya dan pengertian terhadap budaya itu sendiri. Budaya merupakan suatu hal yang bisa dijadikan identitas unik dan khas bagi suatu daerah. Budaya adalah suatu cara hidup yang terdapat pada sekelompok manusia, yang berkembang dan diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Ada pula yang mengartikan bahwa budaya adalah suatu pola hidup yang tumbuh dan berkembang pada sekelompok manusia yang mengatur agar setiap individu mengerti apa yang harus dilakukan, dan untuk mengatur tingkah laku manusia dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. 1 2 Secara bahasa, “budaya” berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi dimana artinya adalah segala bentuk hal yang berhubungan dengan budi dan akal manusia. Bentuk lain dari kata “budaya” adalah kultur yang berasal dari bahasa Inggris yaitu culture dan bahasa Latin Cultura. Budaya dapat terbentuk dari banyak aspek yang kompleks dan sangat luas, yang termasuk di dalamnya antara lain agama, kepercayaan, hukum, moral, bahasa, adat istiadat, pakaian, bangunan, karya seni, kebiasaan, dan lain-lain. Kehadiran budaya diyakini akan mampu mempengaruhi pengetahuan dari seseorang, gagasan, ide dan lainnya.
    [Show full text]
  • Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten
    Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten (Western Java, Indonesia) Gabriel Facal Abstract: This article examines the religious specificities of Banten during the early Islamizing of the region. The main characteristics of this process reside in a link between commerce and Muslim networks, a strong cosmopolitism, a variety of the Islam practices, the large number of brotherhoods’ followers and the popularity of esoteric practices. These specificities implicate that the Islamizing of the region was very progressive within period of time and the processes of conversion also generated inter-influence with local religious practices and cosmologies. As a consequence, the widespread assertion that Banten is a bastion of religious orthodoxy and the image the region suffers today as hosting bases of rigorist movements may be nuanced by the variety of the forms that Islam took through history. The dominant media- centered perspective also eludes the fact that cohabitation between religion and ritual initiation still composes the authority structure. This article aims to contribute to the knowledge of this phenomenon. Keywords: Islam, Banten, sultanate, initiation, commerce, cosmopolitism, brotherhoods. 1 Banten is well-known by historians to have been, during the Dutch colonial period at the XIXth century, a region where the observance of religious duties, like charity (zakat) and the pilgrimage to Mecca (hajj), was stronger than elsewhere in Java1. In the Indonesian popular vision, it is also considered to have been a stronghold against the Dutch occupation, and the Bantenese have the reputation to be rougher than their neighbors, that is the Sundanese. This image is mainly linked to the extended practice of local martial arts (penca) and invulnerability (debus) which are widespread and still transmitted in a number of Islamic boarding schools (pesantren).
    [Show full text]
  • Illicit Arms in Indonesia
    Policy Briefing Asia Briefing N°109 Jakarta/Brussels, 6 September 2010 Illicit Arms in Indonesia activities. Recruitment by jihadis of ordinary criminals in I. OVERVIEW prisons may also strengthen the linkage between terror- ism and crime in the future. A bloody bank robbery in Medan in August 2010 and the discovery in Aceh in February 2010 of a terrorist training There are four main sources of illegal guns in Indonesia. camp using old police weapons have focused public at- They can be stolen or illegally purchased from security tention on the circulation of illegal arms in Indonesia. forces, taken from leftover stockpiles in former conflict These incidents raise questions about how firearms fall areas, manufactured by local gunsmiths or smuggled into criminal hands and what measures are in place to stop from abroad. Thousands of guns acquired legally but later them. The issue has become more urgent as the small groups rendered illicit through lapsed permits have become a of Indonesian jihadis, concerned about Muslim casualties growing concern because no one has kept track of them. in bomb attacks, are starting to discuss targeted killings as Throughout the country, corruption facilitates the circula- a preferred method of operation. tion of illegal arms in different ways and undermines what on paper is a tight system of regulation. The Indonesian government could begin to address the problem by reviewing and strengthening compliance with procedures for storage, inventory and disposal of fire- II. GUN CONTROL IN INDONESIA arms; improved vetting and monitoring of those guarding armouries; auditing of gun importers and gun shops, in- At the national level, Indonesia takes gun control seriously.
    [Show full text]
  • Trends in Southeast Asia
    ISSN 0219-3213 2016 no. 9 Trends in Southeast Asia THE EXTENSIVE SALAFIZATION OF MALAYSIAN ISLAM AHMAD FAUZI ABDUL HAMID TRS9/16s ISBN 978-981-4762-51-9 30 Heng Mui Keng Terrace Singapore 119614 http://bookshop.iseas.edu.sg 9 789814 762519 Trends in Southeast Asia 16-1461 01 Trends_2016-09.indd 1 29/6/16 4:52 PM The ISEAS – Yusof Ishak Institute (formerly Institute of Southeast Asian Studies) was established in 1968. It is an autonomous regional research centre for scholars and specialists concerned with modern Southeast Asia. The Institute’s research is structured under Regional Economic Studies (RES), Regional Social and Cultural Studies (RSCS) and Regional Strategic and Political Studies (RSPS), and through country- based programmes. It also houses the ASEAN Studies Centre (ASC), Singapore’s APEC Study Centre, as well as the Nalanda-Sriwijaya Centre (NSC) and its Archaeology Unit. 16-1461 01 Trends_2016-09.indd 2 29/6/16 4:52 PM 2016 no. 9 Trends in Southeast Asia THE EXTENSIVE SALAFIZATION OF MALAYSIAN ISLAM AHMAD FAUZI ABDUL HAMID 16-1461 01 Trends_2016-09.indd 3 29/6/16 4:52 PM Published by: ISEAS Publishing 30 Heng Mui Keng Terrace Singapore 119614 [email protected] http://bookshop.iseas.edu.sg © 2016 ISEAS – Yusof Ishak Institute, Singapore All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system, or transmitted in any form, or by any means, electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwise, without prior permission. The author is wholly responsible for the views expressed in this book which do not necessarily reflect those of the publisher.
    [Show full text]
  • Perlawanan Ulama Minangkabau Terhadap Kebijakan Kolonial Di Bidang Pendidikan Awal Abad Xx
    PERLAWANAN ULAMA MINANGKABAU TERHADAP KEBIJAKAN KOLONIAL DI BIDANG PENDIDIKAN AWAL ABAD XX Erman (Dosen Fakultas Adab IAIN Imam Bonjol. Email: [email protected]) Abstract The resistance of Minangkabau’s scholars against colonial policy of education in the early of 20th century started from a scientific study has revealed that the pre-conditions that led to the birth of the movement is the penetration of the colonial government against the people in this area and plan the implementation of policies in the field of education, namely Ordinance 1928 and teachers’ Ordinance in 1932. This historical experience was seen by scholars Minangkabau might impede the freedom and the rights to broadcast the Islamic religion. Various reactions appeared and Islamic ideology seems to be the main driving to oppose colonial rule related teachers’ ordinancy and illegal schools. The spirit of nationalism that was born at the beginning of the 20th century were also encouraged scholars to take the fight against the colonial policy. In line with this goal, the scholars utilizing the network that has been built on Islamic educational institutions in the past to build a resource (strength) and then to form a committee as institutional resistance. Resistance itself they did in the form of protests by the general meeting of Minangkabau’s scholars and then proceed with the delivery of vote of no confidence to the colonial government. The resistance impacted the emerging alliance of young and old scholars, the birth of a radical political party in Minangkabau and the pressure of the colonial government Key Words: Resistance, Minangkabau’s Ulema, Colonial, Education PENDAHULUAN oleh Audrey Kahin sebagai refleksi munculnya pergerakan nasionalisme dan anti-kolonial Pada permulaan abad ke-20, Minangkabau pertama di Minangkabau.
    [Show full text]
  • Download (883Kb)
    72 BAB IV JALAN BERFIKIR H. M. MISBACH DALAM MENERIMA KOMUNISME Bagaimana H. M. Misbach dapat menerima Komunisme sedang ia sendiri adalah seorang yang memegang kuat Islam? Ini merupakan pertanyaan yang penting dalam mengkaji pemikiran H. M. Misbach tentang relevansi Komunisme dan Islam. Secara umum, untuk menjawab pertanyaan tersebut maka kita perlu mengetahui bagaimana pergumulan nilai-nilai Islam dalam diri H. M. Misbach ketika berinteraksi dengan ajaran Komunisme dalam ruang lingkup sosial-politik yang dihadapi. Pergumulan itu akan melahirkan makna-makna tersendiri dalam diri H. M. Misbach sehingga mendorongnya mengatakan bahwa Komunisme itu relevan dengan Islam. Untuk melihat pergumulan tersebut, teori interaksionisme simbolik akan dapat membantu melihat jalan berfikir H. M. Misbach dalam menerima Komunisme. Dalam teori interaksionisme simbolik disebutkan bahwa individu akan merespon lingkungan baik obyek fisik (benda) maupun obyek sosial (perilaku manusia) berdasarkan media-media yang ada. Dengan demikian akan terbentuk makna atas respon tersebut, dan tentu makna yang diinterpretasikan oleh individu itu dapat 100 berubah sejalan perubahan situasi yang terjadi selama interaksi terjadi. Jika ini digunakan untuk melihat H. M. Misbach, maka sebenarnya H. M. Misbach mencoba merespon keadaan umat Islam dan masyarakat tertindas di Hindia Belanda secara umum, dan secara khusus di sekitar wilayah Kasunanan Kartasura saat itu. H. M. 100 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi(Bandung: Rosda Karya, 2004), 199. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 73 Misbach juga merespon obyek-obyek sosial lain seperti keberadaan SI Tjokroaminoto dan teman-temannya di SI, keberadaan Muhammadiyah, keberadaan golongan- golongan radikal sebelum adanya ISDV/PKI seperti Mas Marco Kartodikromo dengan Indlandsche Journalisten Bond (IJB), dr.
    [Show full text]
  • Pemaknaan Inskripsi Pada Kompleks Makam Islam Kuno Katangka Di Kabupaten Gowa
    PEMAKNAAN INSKRIPSI PADA KOMPLEKS MAKAM ISLAM KUNO KATANGKA DI KABUPATEN GOWA The Meaning Inskription of Mausoleum Ancient in Katangka Complex Regency of Gowa ROSMAWATI P1900206007 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2008 T E S I S PEMAKNAAN INSKRIPSI PADA KOMPLEKS MAKAM ISLAM KUNO KATANGKA DI KABUPATEN GOWA ROSMAWATI P1900206007 KONSENTRASI ILMU SEJARAH PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN ii 2008 PENGESAHAN TESIS PEMAKNAAN INSKRIPSI PADA KOMPLEKS MAKAM ISLAM KUNO KATANGKA DI KABUPATEN GOWA Disusun dan Diajukan oleh ROSMAWATI P1900206007 Program Studi Antropologi Konsentrasi Ilmu Sejarah Menyetujui Komisi Pembimbing Dr. A. Rasyid Asba, MA. Dr. Anwar Thosibo, M.Hum Ketua Anggota Mengetahui Ketua Program Studi Antroplogi Dr. H. Machmud Tang, MA. iii ABSTRACT ROSMAWATI. The Meaning Inscription of Moesleum Ancient of Katangka Complext in Regency of Gowa (guided by A. Rasyid Asba and Anwar Thosibo) This research aim to explain history growt of Islam in Makassar, specially meaning of inscription at ancient mausoleum in Katangka Complex. In that bearing, was explained about socialization of Islam in social and politic pranata. Explained also form and obstetrical style of inscription and also its meaning. All that aim to know on adaptation of pattern between local culture and Islam. Clarification for this research problem use the method of history research with approach of history-archaeology. Its procedure cover the step of source gathering (heuristic), source verification, interpretation and historiography. Result of this research show that Islam growth in Makassar show the existence of acculturation between Islam influence and local cultural. Found inscription of mausoleum that used letter of Arab with Arab Ianguage and Makassar Ianguage (Ukir Serang).
    [Show full text]
  • The Discourse of Muslim Intellectuals
    THE DISCOURSE OF MUSLIM INTELLECTUALS AND `ULAMA’> IN INDONESIA A Historical Overview Khoirun Niam IAIN Sunan Ampel, Surabaya - Indonesia Abstract: Muslim intellectuals and `ulama’> are two notions necessary for attempts to get deep understanding of particularly Indonesian Muslim scholars. This paper analyses the discourse of Muslim intellectuals and `ulama’> in Indonesia before the independence period. The focus is on the practices and vectors which paved the way for the Muslim intellectuals and `ulama’> to come to the forefront in socio-political and cultural arena of Indonesia. The paper argues that the emergence of Indonesian intellectuals was not only influenced by Muslim organisations but also by Study Clubs. It further argues that irrespective of the diverse identification of Muslims intellectuals, those with secular educational background dominated the public spehere of Indonesia in the pre-independence period than those trained in pesantren or traditional Islamic education. This codition was a result of the nexus of the colonial contribution through so-called ethical policy, the rise of socio-political and cultural association, and the emergence of study club, which gave rise to Muslim intellectuals with secular educational background. Keywords: Muslim intellectuals, `ulama’> , Study Club, Ethical Policy. Introduction Research on ‘ulamā’ and Muslim intellectuals dates back to colonial times and is still of interest to scholars taking different approaches and extents. At the end of the nineteenth century, Christian Snouck Journal of Indonesian Islam; ISSN1978-6301 Published by the Institute for the Study of Religion and Society (LSAS) and the Postgraduate Program (PPs), the State Institute for Islamic Studies (IAIN) Sunan Ampel Surabaya - Indonesia Khoirun Niam Hurgronje1 did research on Indonesian pilgrims in Mecca, whom he referred to as jawah ‘ulamā’.
    [Show full text]
  • Sumatra Thawalib Padang Panjang Dan Masuknya Paham Komunis Pada Tahun 1923
    ISSN 1411-1764 e-ISSN 2722-3515 Vol. 3 No. 1 Tahun 2021 Sumatra Thawalib Padang Panjang dan Masuknya Paham Komunis Pada Tahun 1923 Syaiful Hanafi1(*), Etmi Hardi2 1,2Pendidikan Sejarah, FIS Universitas Negeri Padang *[email protected] Abstrak Sumatra Thawalib Padang Panjang and the entry of communist ideology in 1923. The purpose of this study was to describe how Sumatra Thawalib Padang Panjang as a modern Islamic school got into communist ideology. This research is a qualitative descriptive study using historical research methods. The initial steps of this research are heuristics, source criticism, analysis, interpretation and historiography. The results of this research are Sumatra Thawalib, which is a modern Islamic school and also a center for reform of Islamic education. It has created alumni and students who are not only studying religion but also other sciences such as social and natural sciences. In 1922, Sumatran student Thawalib Padang Panjang began to show interest in political movements. And in early 1923 Haji Datuk Batuah who was a young teacher there brought a new understanding to Sumatra Thawalib, namely communism. Although it took less than a year to spread the communist ideology, its impact was already felt inside and outside Sumatra Thawalib itself. Keywords: Sumatra Thawalib Padang Panjang, communist Abstrak Sumatra Thawalib Padang Panjang Dan Masuknya Paham Komunis Pada Tahun 1923. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaiamana Sumatra Thawalib Padang Panjang sebagai sekolah modern Islam dapat kemasukan paham komunis. Penelitian ini termasuk deskriftif kualitatif dengan menggunakan metode penelitian sejarah. Langkah awal penelitian ini yaitu heuristic, kritik sumber, analisis, interpretasi dan historiografi.
    [Show full text]
  • Peran Seni Tari Zikir Saman Di Pandeglang, Banten the Role of Dhikir Saman Dance Art in Pandeglang, Banten
    Peran Seni Tari Zikir Saman di Pandeglang, Banten The Role Of Dhikir Saman Dance Art In Pandeglang, Banten Ela Hikmah Hayati dan Rasikin Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Syekh Manshur, Pandeglang-Banten [email protected]; [email protected] DOI: http://dx.doi.org/10.31291/jlk.v17i1.596 Received: Februari 2019; Accepted: Juni 2019; Published: Juni 2019 Abstract This study discusses one of the dance arts in Pandeglang Banten, namely the Dhikr Saman dance. This dance is one culture that is able to carry Islamic values. The emergence of the Dhikr Saman dance culture is from a tarekat called Samaniyah brought by Sheikh Muhammad bin Abd Karim al-Samman from Aceh in the 18th century, by modifying the teachings of the Khalwiyat, Qadiriyah, Naqsabandiyah and Syadziliyah orders. This study aims to reveal how the role of the Dhikr Saman dance uses the structural functional theory analysis tool proposed by Talcot Parsons. The results of this study reveal that the Dhikr Saman Dance art is able to give a role in spreading Islamic values in the Pandeglang community in the aspects of religion and culture, but after 2009 the Dhikr Saman Dance no longer has an important role in the Society due to more modern thought changes brought by Muhammadiyah, which suggests that Islamic values contained in the Dhikr Saman dance are impure teachings. Key Words: Influence, Islamic Culture, Dhikr Saman, Pandeglang Abstrak Studi ini membahas tentang salah satu seni budaya Tari di Pandeg- lang Banten yaitu tari Zikir Saman. Seni tari ini merupakan salah satu budaya yang mampu membawa nilai-nilai Islam.
    [Show full text]
  • The Role of Islam in the Construction of the Foreign Economic Relations of the Republic of Indonesia
    Ph.D. Thesis — M.S. Williams McMaster University — Political Science ISLAM AND THE FOREIGN ECONOMIC RELATIONS OF INDONESIA 1 THE ROLE OF ISLAM IN THE CONSTRUCTION OF THE FOREIGN ECONOMIC RELATIONS OF THE REPUBLIC OF INDONESIA By MARK S. WILLIAMS, B.A.H, M.A. A Thesis Submitted to the School of Graduate Studies in Partial Fulfilment of the Requirements for the Degree Doctor of Philosophy McMaster University © Copyright by Mark S. Williams, November 2012 Ph.D. Thesis — M.S. Williams McMaster University — Political Science DOCTORATE OF PHILOSOPHY (2012) McMaster University (Political Science) Hamilton, Ontario TITLE: The Role of Islam in the Construction of the Foreign Economic Relations of the Republic of Indonesia AUTHOR: Mark S. Williams, B.A., M.A. SUPERVISOR: Professor Richard Stubbs NUMBER OF PAGES: viii, 280 ii Ph.D. Thesis — M.S. Williams McMaster University — Political Science Abstract American IPE has traditionally marginalized the role that social forces, and particularly religion, have played in the construction of the international political economy. This dissertation is an examination into the foreign economic relations of the Republic of Indonesia from the perspective of the British school of International Political Economy (IPE). British IPE is used to critically assess what role, if any, the religion of Islam has had in the construction of Indonesia’s foreign economic relations. This research demonstrates that Islamic social forces have influenced the political debates that construct Indonesia’s foreign economic relationships. Mainstream Islamic organizations pushed the state to engage with international institutions of trade and finance throughout the pre‐independence period when Indonesian national identity was being forged, as well as during the parliamentary democracy that followed independence, and into Sukarno’s “Guided Democracy.” The trend from the Suharto era to the early twenty‐first has been the appropriation of Islamic discourse by the state to legitimize its economic policies of engagement with the international political economy.
    [Show full text]
  • Caste, Kinship and Sex Ratios in India
    NBER WORKING PAPER SERIES CASTE, KINSHIP AND SEX RATIOS IN INDIA Tanika Chakraborty Sukkoo Kim Working Paper 13828 http://www.nber.org/papers/w13828 NATIONAL BUREAU OF ECONOMIC RESEARCH 1050 Massachusetts Avenue Cambridge, MA 02138 March 2008 We thank Bob Pollak, Karen Norberg, David Rudner and seminar participants at the Work, Family and Public Policy workshop at Washington University for helpful comments and discussions. We also thank Lauren Matsunaga and Michael Scarpati for research assistance and Cassie Adcock and the staff of the South Asia Library at the University of Chicago for their generous assistance in data collection. We are also grateful to the Weidenbaum Center and Washington University (Faculty Research Grant) for research support. The views expressed herein are those of the author(s) and do not necessarily reflect the views of the National Bureau of Economic Research. NBER working papers are circulated for discussion and comment purposes. They have not been peer- reviewed or been subject to the review by the NBER Board of Directors that accompanies official NBER publications. © 2008 by Tanika Chakraborty and Sukkoo Kim. All rights reserved. Short sections of text, not to exceed two paragraphs, may be quoted without explicit permission provided that full credit, including © notice, is given to the source. Caste, Kinship and Sex Ratios in India Tanika Chakraborty and Sukkoo Kim NBER Working Paper No. 13828 March 2008 JEL No. J12,N35,O17 ABSTRACT This paper explores the relationship between kinship institutions and sex ratios in India at the turn of the twentieth century. Since kinship rules varied by caste, language, religion and region, we construct sex-ratios by these categories at the district-level using data from the 1901 Census of India for Punjab (North), Bengal (East) and Madras (South).
    [Show full text]