Kronik Edisi

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kronik Edisi th.XVI/28 April 2018 Unika Soegijapranata 124 snap QR code Sang Pahlawan Diplomasi Mgr. A. Soegijapranata, SJ bersama Mgr. Jonghe d’ Ardoye sebagai internuncius atau duta besar Vatikan (nuncio) bertemu dengan presiden Soekarno sehubungan dengan peningkatan status hubungan diplomatik antara Vatikan dengan Indonesia. (Arsip Negara RI - Juni 1950) Bangsa Indonesia adalah bangsa yang menjunjung dan 200.000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. tinggi kemanusiaan ini dibuktikan dengan bangsa yang Korban dari pasukan Inggris dan India kira-kira sejumlah menghormati jasa para pahlawannya, karena setiap 600 sampai 2000 tentara. Pertempuran berdarah di tanggal 10 November selalu diperingati sebagai Hari Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut Pahlawan. Sebuah pertanyaan mendasar mengapa telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh diperingati tanggal 10 November? Perlu di kenang Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kembali bahwa pada tanggal 10 November 1945 terjadi kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat pertempuran di kota Surabaya antara tentara Indonesia sipil yang menjadi korban pada hari 10 November 1945 ini dengan pasukan Britania Raya. Pertempuran tersebut kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh bangsa adalah pertempuran yang pertama antara tentara dan rakyat Indonesia hingga sekarang. Indonesia dengan pasukan asing sejak Proklamasi Kemerdekaan yang dikumandangkan 17 Agustus 1945 Negara Kesatuan Republik Indonenesia sebagai negara dan peristiwa tersebut terjadi di Hotel Yamato Tunjungan yang berdaulat mempunyai berbagai macam sebutan Surabaya, dimana klimaksnya terjadi perobekan bendera bagi para pahlawan diantaranya Pahlawan Nasional merah putih biru (bendera Belanda) di robek kain adalah orang yang diangkat dan diberikan kehormatan warna birunya menjadi merah putih. Setidaknya 6.000 oleh pemerintah dalam hal ini melalui surat keputusan sampai 16.000 pejuang dari pihak Indonesia tewas Presiden berdasarkan jasanya kepada bangsa dan negara, Kronik Edisi 124/Th.XVI 28 April 2018 1 Pahlawan Revolusi yang gugur karena kekerjaman G 30 pahlawan diplomasi tersebut ada seorang yang belum S PKI yang terdiri 7 (tujuh) enam perwira tinggi dan satu banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia yaitu Mgr. orang perwira pertama Angkatan Darat yang jenazahnya Albertus Soegijapranata, SJ. Beliau adalah seorang Uskup ditemukan pada 4 Oktober 1965 oleh angggota Kipam Agung dari kalangan pribumi pemimpin umat Katolik KKO AL dari sebuah sumur tua di daerah Lubang Buaya di Keuskupan Agung Semarang. Lahir dengan nama asli Pondok Gede Kecamatang Pasar Gede, Pahlawan Soegija di Surakarta pada 25 November 1896 sebagai Emansipasi seperti Ibu Kartini yang membela drajat dan anak kelima dari sembilan bersaudara, keluarga pasangan eksistensi para kaum wanita di Indonesia, Pahlawan Tanpa Bapak Karijosoedarma seorang abdi dalem keraton Tanda Jasa ini sebuah sebutan untuk menghargai jasa para Surakarta dan Ibu Soepijah seorang pedagang setagen guru dan pendidik di Indonesia, Pahlawan Devisa sebutan dan nila. Pada tanggal 15 Agustus 1931 ditahbiskan menjadi para tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri, imam dan berganti nama dari Albertus Soegija menjadi Pahlawan olah raga adalah seseorang yang berjasa karena Albertus Soegijapranata, pada 1 Agustus 1940 diangkat mengharumkan nama bangsa melalui kegiatan olah raga. menjadi Uskup Vikariat Apostolik Semarang oleh Paus Dari ke lima macam pahlawan tersebut ternyata masih Pius XII. ada sebutan satu lagi yaitu Pahlawan Diplomasi. Mgr. Alb. Soegijapranata, SJ. dalam mengungkapkan Sosok Sang Diplomat rasa kecintaannya kepada Tanah Air Indonesia, memiliki semboyan yang terkenal sampai sekarang ini : Setelah mengenal berbagai macam sebutan pahlawan di Indonesia, penulis mencoba ingin menjelaskan tentang “........kita merasa patriot seratus pengertian Pahlawan Diplomasi. Pahlawan Diplomasi persen, sebab itu kita pun merasa adalah seseorang yang berjuang membela kedaulatan negara Indonesia melalui seni dan praktik negosiasi baik Katolik seratus persen pula” menyangkut politik, ekonomi, budaya dan lain lain. Di Dari pernyataan tersebut dikenal dengan semboyan Indonesia gerakan diplomasi terbagi menjadi empat “Seratus persen Katolik-Seratus persen Indonesia”. periode yaitu yang pertama masa perang kemerdekaan (Theodorus Sudimin dan Yohanes Gunawan, Pr, 2015). atau revolusi di tandai dengan berbagai peristiwa penting dalam mempertahankan keutuhan Negara Indonesia Banyak hal yang telah di lakukan oleh Mgr. Alb. melalui diplomasi melawan Belanda , kedua proses Soegijapranata, SJ dalam melawan penjajahan baik integrasi dan disintegrasi wilayah Indonesia antara lain Belanda dan Jepang, hal tersebut dibuktikan dengan dengan masuknya Irian Barat menjadi Provinsi ke 26 dan caranya diplomasi beliau dan perbuatan yang berani Provinsi Timor Timur sebagai Provinsi ke 27 serta lepasnya tidak gentar sedikitpun melawan penjajah. Dedikasi Timor Timur dari Indonesia pada tahun 1999, ketiga dan komitmen kepada tanah air diperlihatkan misalnya gerakan Sparatisme seperti gerakan RMS (Rakyat Maluku pada September 1945 ketika pasukan Sekutu datang di Selatan) di Maluku, GAM (Gerakan Aceh Merdeka) di Indonesia. Pada saat itu Mgr. Soegija menyuruh membuat Aceh dan OPM (Organisasi Papua Merdeka) di Papua, dan keempat yaitu sengketa antara Indonesia dan Malaysia Bendera Merah Putih yang besar dan dikibarkan di depan memperebutkan pulau Sipadan-Ligitan dimana Indonesia Gedung Gereja Gedangan Semarang. Pihak Belanda kalah. menegurnya, namun Mgr. Soegija berani menjawab : “Kalau kamu ingin bendera itu turun, coba datanglah Berdasarkan gerakan gerakan masa diplomasi tersebut kembali dan rebutlah kekuasaan di sini”. tentunya banyak orang yang berperan dalam turut melakukan diplomasi untuk mempertahankan keutuhan Dalam sambutannya diulang tahun yang ke 20 jabatan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Para pejuang Uskup KAS yang dikutip dari harian Suara Merdeka terbitan diplomasi sebelum kemerdekaan yang cukup dikenal 7 November 1960 dimasa penjajahan Jepang saat tinggal adalah Ir. Soekarno dilahirkan di Surabaya 6 Juni 1901 yang di Paroki Gedangan mengatakan “Kalau pada waktu akhirnya menjadi Presiden RI yang pertama yang terkenal itu ada yang berkata barang siapa tidak mau mengungsi dengan semboyannya diplomasi adalah cara yang terbaik adalah 'pengkhianat', tetapi saya berpendirian sebaliknya, dalam melawan musuh , Moh. Hatta lahir di Bukit Tinggi yaitu siapa yang meninggalkan kota dan keluarganya pada 12 Agustus 1902 beliau adalah seorang pahlawan adalah ‘pengkhianat’. Sebab dengan meninggalkan kota diplomasi yang dibuktikan dengan memimpin delegasi serta keluarganya itu sama artinya dengan membiarkan Indonesia di KMB (Konferensi Meja Bundar) di Den Haag keluarganya serta negaranya menjadi ‘rayahan’ musuh, Belanda dan memimpin berbagai pergerakan dengan sedangkan orang-orang itu sendiri tidak berani melawan tanpa kekerasan, Sri Sultan Hamengku Buwono IX lahir 13 musuh yang datang. Maka pada waktu itu saya tidak mau April 1922 di Jogjakarta beliau adalah seorang pahlawan meninggalkan Semarang untuk mengungsi. Saya akan diplomasi ulung dengan keberhasilannya mengatur dan tetap menjaga tempat tinggal saya dan mempertahankan menguasai Serangan Umum 1 Maret 1949 dan berhasil tanggung jawab." mengusai kota Yogyakarta sedang diplomasi kedua Mgr. Alb. Soegijapranata selain pemimpin gereja beliau adalah berhasil menandatangani pengakuan kedaulatan seorang nasionalis dan sekaligus memiliki jiwa supra- Indonesia atas Belanda 27 Desember 1949. nasional ini dibuktikan sebagai Ketua Dewan Wali Gereja Pusat pada tanggal 14 Desember 1957 mengirimkan Uskup Nasionalis surat edaran untuk seluruh umat Katolik Indonesia, Ketiga tokoh pahlawan diplomasi tersebut sangatlah dalam surat edaran tersebut beliau menekankan sebagai dikenal oleh masyarakat Indonesia, namun diantara warga negara Indonesia bahwa yang harus kita lakukan 2 28 April 2018 Kronik Edisi 124/Th.XVI dan kita usahakan demi tercapainya cita cita Proklamasi Presiden Soekarno memberikan penghargaan atas Kemerdekaan, kita diwajibkan untuk menaruh cinta pengorbanan dan perjuangan beliau diwujudkan dalam kasih yang sejati terhadap tanah air dan bangsa, serta pengangkatan sebagai tokoh Nasional dalam surat patuh kepada pemerintah Indonesia. Pemikiran beliau Keputusan Presiden No. 152 tahun 1963 tanggal 26 juli tentang kemerdekaan sangat visioner ini dibuktikan dan penganugerahan pangkat Djenderal TNI kehormatan saat wawancara dengan Romo J. Dikjkstra, SJ pada yang tertuang dalam Kepres/Pangti ABRI no. 223/AB-AD tanggal 6 Oktober 1971 yang dimuat dalam buku yang tanggal 17 Desember 1964 yang berlaku tanggal 22 Juli berjudul Beberapa Aspek dari Sejarah Indonesia, beliau 1963. Dengan diperolehnya penghargaan tersebut maka berpendapat bahwa kemerdekaan adalah hak dari segala Mgr. Alb. Soegijapranta, SJ berhak di makamkan di Taman bangsa dan bahwa kemerdekaan adalah sesuai dengan Makam Pahlawan Giri Tunggal Semarang. keadilan, dan bahwa segala macam bentuk penjajahan bertentangan dengan hakekat keadilan. Ditulis oleh : Keberanian dan kelihaiannya berdiplomasi sebagai Ign. Dadut Setiadi caranya melawan penjajah membuat Presiden Soekarno Anggota The Soegijapranata Institute (TSI) sangat dekat dengan Mgr. Alb. Soegijapranat, SJ bahkan dan Pengajar Progdi Ilmu Komunikasi Unika Soegijapranata Unika Luncurkan 3 Program Teknologi Digital Tiga program baru terkait teknologi digital diluncurkan Program S-1 Digital Performing Arts oleh Unika Soegijapranata pada hari
Recommended publications
  • LOVE of RELIGION, LOVE of NATION: Catholic Mission and the Idea of Indonesian Nationalism
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Repository Universitas Sanata Dharma Laksana / Love of Religion, Love of Nation 91 LOVE OF RELIGION, LOVE OF NATION: Catholic Mission and the Idea of Indonesian Nationalism Albertus Bagus Laksana Sanata Dharma University Yogyakarta, Indonesia [email protected] Abstract The relationship between nationalism and religion is very complicated. In the context of colonialism, Christianity has surely been perceived as a foreign religion that poses a menace to native nationalism. This essay presents a different picture, taking the case of colonial Java (the Netherlands East Indies) to illustrate the complex historical relationship between Catholicism and Indonesian nationalism. Perhaps it is rather ironic that it was chiefly through their connection with the Dutch Church and their mission enterprise that the Javanese Catholic intelligentsia were made deeply aware of their own dignity as a particular people and the limitations of European colonialism. In this case, Catholic Christianity as a world religion with supranational connection and identity has been able to help the birth of an intense nationalism that was prevented from being too narrow, chauvinistic, or simply “racialist,” precisely because it is connected with its larger ecumenism or network. More specifically, this ecumenism is also founded on the idea of “catholicity,” that is, universalism, that lies at the heart of Catholic Christianity. In the post-colonial Indonesia, however, this Catholic view needs to be translated into common platforms with the views and concerns of Indonesian Muslims, who face the same new challenges as they play their role in the formation of an authentic Indonesian nationalism.
    [Show full text]
  • Representasi Pergeseran Budaya Patriarki Dalam Film “Kartini” Karya Hanung Bramantyo
    eJournal Ilmu Komunikasi, 2021, 9 (1): 209-221 ISSN 2502-5961 (Cetak), 2502-597X (Online), ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id © Copyright2021 REPRESENTASI PERGESERAN BUDAYA PATRIARKI DALAM FILM “KARTINI” KARYA HANUNG BRAMANTYO Saikah Suhroh1, Hairunnisa2, Sabiruddin3 Abstrak Film Kartini merupakan film biopik, film yang menceritakan biografi suatu tokoh. Tokoh yang diangkat oleh Hanung Bramantyo kali ini adalah biografi tentang perjuangan seorang pahlawan wanita paling populer di Indonesia, (Raden Ajeng) RA.Kartini. Pada awal abad 19, di kala Indonesia masih dijajah oleh Belanda, Pulau Jawa dipimpin oleh kaum ningrat di bawah pengawasan pemerintah Belanda. Hanya keturunan bangsawan (kaum ningrat) yang dapat menempuh pendidikan di bangku sekolah, namun wanita tidak diberi hak yang sama untuk memperoleh pendidikan tinggi layaknya kaum pria. Wanita Jawa kala itu hanya memiliki satu tujuan hidup, yakni menjadi istri seorang pria tanpa peduli menjadi istri keberapa. Akan tetapi, dalam film ini direpresentasikan bagaimana budaya patriarki sebagai suatu sistem sosial berdasarkan Budaya yang berlaku di tengah kaum feodal pada zaman Kolonial Belanda di tanah masyarakat Jawa mulai mengalami pergeseran yang disebabkan oleh mulai terjadinya perubahan dengan sosok Kartini sebagai pelopor. Terlebih sutradara merangkap penulis naskah film ini adalah Hanung Bramantyo yang memiliki ciri khas menonjolkan kaum yang termarginalkan atau di-‘pinggir’-kan oleh masyarakat sekitar pada setiap film buatannya untuk menunjukkan sisi lain dari realitas yang umumnya
    [Show full text]
  • National Heroes in Indonesian History Text Book
    Paramita:Paramita: Historical Historical Studies Studies Journal, Journal, 29(2) 29(2) 2019: 2019 119 -129 ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825 DOI: http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v29i2.16217 NATIONAL HEROES IN INDONESIAN HISTORY TEXT BOOK Suwito Eko Pramono, Tsabit Azinar Ahmad, Putri Agus Wijayati Department of History, Faculty of Social Sciences, Universitas Negeri Semarang ABSTRACT ABSTRAK History education has an essential role in Pendidikan sejarah memiliki peran penting building the character of society. One of the dalam membangun karakter masyarakat. Sa- advantages of learning history in terms of val- lah satu keuntungan dari belajar sejarah dalam ue inculcation is the existence of a hero who is hal penanaman nilai adalah keberadaan pahla- made a role model. Historical figures become wan yang dijadikan panutan. Tokoh sejarah best practices in the internalization of values. menjadi praktik terbaik dalam internalisasi However, the study of heroism and efforts to nilai. Namun, studi tentang kepahlawanan instill it in history learning has not been done dan upaya menanamkannya dalam pembelaja- much. Therefore, researchers are interested in ran sejarah belum banyak dilakukan. Oleh reviewing the values of bravery and internali- karena itu, peneliti tertarik untuk meninjau zation in education. Through textbook studies nilai-nilai keberanian dan internalisasi dalam and curriculum analysis, researchers can col- pendidikan. Melalui studi buku teks dan ana- lect data about national heroes in the context lisis kurikulum, peneliti dapat mengumpulkan of learning. The results showed that not all data tentang pahlawan nasional dalam national heroes were included in textbooks. konteks pembelajaran. Hasil penelitian Besides, not all the heroes mentioned in the menunjukkan bahwa tidak semua pahlawan book are specifically reviewed.
    [Show full text]
  • Peranan Pasukan Polisi Pelajar Pertempuran Dan Gereja Pugeran Dalam Revolusi Indonesia Tahun 1948 - 1949 Di Yogyakarta
    PERANAN PASUKAN POLISI PELAJAR PERTEMPURAN DAN GEREJA PUGERAN DALAM REVOLUSI INDONESIA TAHUN 1948 - 1949 DI YOGYAKARTA Drs. Djumarwan Danar Widiyanta, M.Hum Abstract Yogyakarta is one city that witnesses the struggle of the people in defending the independence of Indonesia. In the Second War of Independence, all levels of society involved such as the Pasukan Polisi Pelajar Pertempuran (P3). This troop is a Mobile Briagade (Mobbrig) under the leadership of IP II Djohan Soeparno. The headquartered of this force was in SPN Ambarukmo Yogyakarta. P3 troops also played a role in Serangan Umum 1 March 1949. They were divided into several locations including the Benteng Wetan, Kotagede, Pleret and Karangsemut. The attacks of P3 was quite tiring for the Netherlands. War of Independence II also involves the whole society. One of them was the role of Gerja Pugeran located in Pugeran Bantul. At the time of the war this church serves as a refuge, hospitals, and public kitchen. In this church there are also many soldiers who asked for protection during the day. The Church also provides food for the refugees. Key Words : Polisi Pelajar Pertempuran, Pugeran Church, Yoguakarta. Abstrak Yogyakarta merupakan salah satu satu kota yang menjadi saksi perjuangan para rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dalam Perang Kemerdekaan II, seluruh lapisan masyarakat terlibat tidak terkecuali Pasukan Polisi Pelajar Pertempuran (P3). Pasukan ini merupakan pasukan Mobile Briagade (Mobbrig) di bawah pimpinan IP II Djohan Soeparno. Pasukan ini bermarkas di SPN Ambarukmo Yogyakarta. Pasukan P3 juga berperan dalam Serangan Umum 1 Maret 1949. Mereka dibagi dalam beberapa lokasi diantaranya yaitu Pojok Benteng Wetan, Kotagede, Pleret, dan Karangsemut.
    [Show full text]
  • Nama Dan Alamat SKPD 2014.Pdf
    NAMA DAN ALAMAT EMAIL SKPD PEMERINTAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2012014444 1. Kantor Bupati Batang 11. Bagian Umum Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang Telp. (0285) 391050 Telp. (0285) 391571 Email : [email protected] 2. Sekretariat Daerah Kabupaten Batang Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang 12. Sekretariat DPRD Telp. (0285) 391571 Jl. Jend. Sudirman No. 262 Fax./Santel (0285) 391051 Telp. (0285) 391146 Email : [email protected] 3. Bagian Tata Pemerintahan Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang 13. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Telp. (0285) 392729 / 391571 (DISDIKPORA) Email : [email protected] Jl. Slamet Riyadi No.29 Batang 51214 Telp. (0285) 391321 4. Bagian Pemerintahan Desa Email : [email protected] Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang Telp. (0285) 391223 / 391571 14. Dinas Kesehatan Email : [email protected] Jl. Jend . Sudirman No. 17 Batang 51214 Telp. (0285) 391479 5. Bagian Humas dan Protokol Email : [email protected] Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang Telp. (0285) 391304 / 391571 15. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Email : [email protected] (DINHUBKOMINFO) Jl. Raya Kandeman KM 05 Batang 51261 6. Bagian Hukum Telp. (0285) 391387 / 392219 Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang Email : [email protected] Telp. (0285) 391571 Email : [email protected] 16. Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) 7. Bagian Pengendalian Pembangunan Jl. Jend. Sudirman No. 272 Batang Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang Telp. (0285) 391014 Telp. (0285) 391929 / 391571 Email : [email protected] Email : [email protected] 17.
    [Show full text]
  • A. Teeuw Modern Indonesian Literature Abroad In
    A. Teeuw Modern Indonesian literature abroad In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 127 (1971), no: 2, Leiden, 256-263 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com10/01/2021 02:40:28AM via free access MODERN INDONESIAN LITERATURE ABROAD I n recent years a growing interest in modern Indonesian literature Jl has become manifest outside Indonesia. It may be useful to give a short survey of such materials as have come to my notice, even though this survey is of necessity incomplete. First of all it should be mentioned that literary, cultural and scholarly journals and magazines have discovered modern Indonesian literature and regularly or incidentally publish translations of poetry, short stories, essays etc. The well-known journal INDONESIA, issued half-yearly by the Modern Indonesia Project of Cornell University, has published a number of Indonesian stories in English translation, for example Idrus' stories Fujinkai and Och... Och ... Och (vol. 2) and Surabaja (vol. 5), Ajip Rosidi's stories Among the Family (vol. 1) and A Japanese (vol. 6), while Heather Sutherland (vol. 6) and Harry Aveling (vol. 7) con- tributed essays on modern literature. Another magazine which deserves to be mentioned as an interesting effort to make available to a wider audience modern literary and other cultural products from Southeast Asia including Indonesia is TENGGARA (tenggara means Southeast). So far five issues have come out, .the latest one bearing the year 1969. Another volume, containing Southeast Asian plays, has been announced. Several short stories, poems and essays on Indonesian literature have been published so far.
    [Show full text]
  • Danilyn Rutherford
    U n p a c k in g a N a t io n a l H e r o in e : T w o K a r t in is a n d T h e ir P e o p l e Danilyn Rutherford As Head of the Country, I deeply regret that among the people there are still those who doubt the heroism of Kartini___Haven't we already unanimously decided that Kartini is a National Heroine?1 On August 11,1986, as Dr. Frederick George Peter Jaquet cycled from Den Haag to his office in Leiden, no one would have guessed that he was transporting an Indonesian nation­ al treasure. The wooden box strapped to his bicycle looked perfectly ordinary. When he arrived at the Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde, the scholar opened the box to view the Institute's long-awaited prize: a cache of postcards, photographs, and scraps of letters sent by Raden Adjeng Kartini and her sisters to the family of Mr. J. H. Abendanon, the colonial official who was both her patron and publisher. From this box so grudgingly surrendered by Abendanon's family spilled new light on the life of this Javanese nobleman's daughter, new clues to the mystery of her struggle. Dr. Jaquet's discovery, glowingly reported in the Indonesian press, was but the latest episode in a long series of attempts to liberate Kartini from the boxes which have contained her. For decades, Indonesian and foreign scholars alike have sought to penetrate the veils obscuring the real Kartini in order to reach the core of a personality repressed by colonial officials, Dutch artists and intellectuals, the strictures of tradition, and the tragedy of her untimely death.
    [Show full text]
  • Bambang AK Prosiding ISBN 978
    PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN FOLKLOR DAN KEARIFAN LOKAL@2015 Diterbitkan bersama oleh Jurusan Sastra Indonesia-Fakultas Sastra Universitas Jember Dengan Penerbit Buku Pustaka Radja, Desember 2015 Jl. Tales II No. 1 Surabaya Telp. (Lini Penerbitan CV. Salsabila ANGGOTA IKAPI NO. Editor: Agustina Dewi S., S.S., M.Hum. Layout dan Design Sampul: Salsabila Creative Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Seminar Nasional Folklor dan Kearifan Lokal PROSIDING SEMINAR NASIONAL FOLKLOR DAN KEARIFAN LOKAL Seminar Nasional Folklor dan Kearifan Lokal DAFTAR ISI 1. FOLKLOR INDONESIA: DUA MANFAAT YANG TERABAIKAN - Ayu Sutarto-1 2. REKONSTRUKSI/ DEKOSNTRUKSI KEARIFAN LOKAL DALAM BEBERAPA NOVEL INDONESIA - Pujiharto-9 3. RITUAL DAN SENI TRADISI USING, MEMBACA IDENTITAS SUARA-SUARA LOKAL - Novi Anoegrajekti-17 4. RAGAM BAHASA FOLKLOR NUSANTARA SEBAGAI WADAH KEARIFAN MASYARAKAT - Tri Mastoyo Jati Kesuma-37 5. SEBLANG, MANTRA DAN RITUAL DALAM KONTEKS STRUKTUR SOSIAL - Heru S.P. Saputra dan Edy Hariyadi-46 6. HATI SINDEN, DARI REKONSTRUKSI KE REFLEKSI: APRESIASI DENGAN KAJIAN HERMENEUTIK - Sri Mariati-76 7. BAHASA REGISTER DOA DALAM RITUS KARO DAN KASADA (COLLECTIVE MIND MASYARAKAT TENGGER JAWA TIMUR) - Sri Ningsih-90 8. CERITA DARI KARANGSOGA: GENETIKA, IDEOLOGI, DAN LIMINALITAS - Teguh Supriyanto dan Esti Sudi Utami-107 9. REPRESENTASI TOKOH DRAMA MANGIR KARYA PRAMUDYA ANANTA TOER - Titik Maslikatin-121 Seminar Nasional Folklor dan Kearifan Lokal 10. KEKERASAN DAN PENDERITAAN DALAM NOVEL PEREMPUAN DI TITIK NOL KARYA NAWAL EL SAADAWI DALAM PERSPEKTIF HUMANIORA - Sunarti Mustamar-134 11. LINGUISTIK LINTAS SUKU BANGSA - Sudartomo Macaryus-148 12. TOKOH KRESNA DALAM WIRACARITA MAHABHARATA SEBAGAI TOKOH IDENTIFIKASI ETIK MORAL - Asri Sundari-163 13. KONSEPSI (COLLECTIVE MIND) WONG JAWA YANG TERCERMIN DALAM PITUDUH JAWA - Sri Ningsih dan Ali Badrudin-201 14.
    [Show full text]
  • Plagiat Merupakan Tindakan Tidak Terpuji Plagiat
    PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI Peranan Mgr. Albertus Soegijapranata Dalam Diplomasi Kemerdekaan Republik Indonesia (1946-1949) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Syarat Kelulusan Pada Program Studi Sejarah Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Disusun oleh : Magdalena Dian Pratiwi NIM :104314009 PROGRAM STUDI SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PERNYATAAN KEASLIAN Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta 9 Maret 2015 Penyusun (Magdalena Dian Pratiwi) iv PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah Untuk Kepentingan Akademis Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Magdalena Dian Pratiwi Nomor Mahasiswa : 104314009 Demi pengembangan ilmu pengetahuan memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “Peranan Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ Dalam Diplomasi Kemerdekaan Republik Indonesia (1946- 1949)”. Dengan demikian saya memberikan
    [Show full text]
  • Download This PDF File
    HISTORIA VITAE, Vol. 01, No.01, April 2021 STUDI TEKS DAN PUSTAKA: KANDUNGAN SEJARAH DALAM ROMAN BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER Anton Haryono Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia [email protected] ABSTRAK Tulisan hasil studi teks dan pustaka ini membahas kandungan sejarah dalam roman tenar Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Untuk mengetahui kandungan sejarahnya, peneliti memeriksa narasi-narasi dalam teks, kemudian mengeceknya dalam sejumlah pustaka sejarah. Hasilnya, sedemikian banyak penggalan sejarah bernilai edukasi termaknai secara interpretatif melalui tokoh-tokoh fiktif dan alur cerita imajinatif. Berbingkai waktu peralihan abad ke-19 dan ke-20, roman fenomenal ini mengangkat isu diskriminasi rasial a la kolonialisme Belanda dan mulai tersemainya benih-benih embrionik nasionalisme Indonesia berkat pendidikan modern dan dunia pers. Kata kunci: Kolonialisme, Diskriminasi Rasial, Pendidikan, Kemajuan, Pers. ABSTRACT The writing of the study of texts and literature discusses the historical content in the famous novel Bumi Manusia by Pramoedya Ananta Toer. To find out its historical content, the researcher examined the narratives in the text, then checked them in a number of historical literature. As a result, so many historical pieces of educational value are interpreted interpretatively through fictional characters and imaginative storylines. Framing the transition period of the 19th and 20th centuries, this phenomenal romance raises the issue of racial discrimination in the style of Dutch colonialism and the embryonic seeds of Indonesian nationalism have begun to emerge thanks to modern education and the world of the press. Keywords: Colonialism, Racial Discrimination, Education, Progress, Press. 1 Kandungan Sejarah dalam Roman Bumi Manusia… (Anton Haryono) PENDAHULUAN Bumi Manusia merupakan roman sejarah bagian pertama dalam Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer.
    [Show full text]
  • Teacher's Responsibility in Islamic Education (Relevance of Hamka and Hasan Langgulung Thought)
    TEACHER'S RESPONSIBILITY IN ISLAMIC EDUCATION (RELEVANCE OF HAMKA AND HASAN LANGGULUNG THOUGHT) Nurhadi & Muhammad Irhamuddin Harahap STAI Al-Azhar Pekanbaru ; UIN Suska Riau [email protected] Abstract Duties and responsibilities of teachers are not limited in society, even teachers included in this case are essentially strategic components that have an important role and responsibility in determining the progress of the nation's life and become the foundation of expectations of children's parents to make their children good children (anaks haleh) who know how to carry out their religious obligations and have a noble character (akhlak al-karimah). This study aims to determine; What are the Responsibilities of Teachers in Islamic Education according to Hasan Langgulung's Thought ?. What are the Responsibilities of Teachers in Islamic Education according to Buya Hamka's Thought ?. What is the relevance of Hasan Langgulung and Buya Hamka's thoughts on the Responsibilities of Teachers in Islamic Education ?. This research is a library research that uses various sources of literature as a source of research data. Primary data sources are the book Hamka Institution of Life and Budi and Hasan Langgulung Man and Education, An Analysis of Psychology, Philosophy and Education. While secondary data sources in research are books, articles, magazines, newspapers, or other sources, which are then drawn from these data. Based on the results of the processed data, it can be seen that the responsibilities of Teachers in Islamic Education according to Buya Hamka's thinking based on the explanation above, then the responsibility of educators namely educating: a). Faith Education; b).
    [Show full text]
  • A Desirable Leader: Reflection of the Populist Characteristics Jakarta: Mizan
    AL ALBAB - Borneo Journal of Religious Studies (BJRS) Volume 2 Number 1 June 2013 A Desirable Leader: Reflection of the Populist Characteristics Jakarta: Mizan By S. B. Pramono & Dessy Harahap Reviewed By Amalia Irfani (Pontianak State College of Islamic Studies) There is no country that is successful in its management without intervention of a leader. The leader is the spearhead of the success of a country. The thought, effort, even the habit of the leader are capable of making people follow and treat them like an idol figure/a celebrity. A successful leader will always be honored while those who fail will usually be scorned and even removed. The book entitledPemimpin Yang Dirindukan: Refleksi Karakteristik Kerakyatan (A Desirable Leader: Reflection of the Populist Characteristics) written by S.B. Pramono and Dessy Harahap contains brief biographies of several Indonesian national leaders that have been under the spotlight both nationally and internationally. They were the forerunners of promoting diversity in Indonesia, and their existence won respect from other nations that saw Indonesia as a nation of dignity. There are thirteen (13) major figures who made Indonesia a great nation through their thoughts and services, namely: Sukarno, Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Muhammad Natsir, Haji Agus Salim, R.A. Kartini, Supomo, Muhammad Yamin, the Great Commander Sudirman, Ki Hajar Dewantara, Sultan Hamengku Buwono IX, Yap Thiam Hien, and Hoegeng. They were born to the nation, raised in a distinguished and educated family, and held prominent positions of their era. Being easy to read, straightforward and communicative makes this book so interesting and attractive that it should become a reference for the youth who have ‘intent’ to be a leader.
    [Show full text]