Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemgembangan Desa Wisata
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan X” 6-7 Oktober 2020 Purwokerto ISBN 978-602-1643-65-5 Bidang 6: Rekayasa sosial, pengembangan pedesaan, dan pemberdayaan masyarakat PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PEMGEMBANGAN DESA WISATA Bambang Kuncoro 1, Chusmeru1 1Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto ABSTRAK Desa merupakan wilayah yang memiliki banyak potensi sumber daya khususnya ekonomi, alam atau lingkungan dan sosial budaya yang dapat dijadikan modal dasar dalam pembangunan serta mensejahterakan masyarakat. Sehingga penting melaksanakan riset dan pemberdayaan masyarakat desa wisata untuk membuka lahan pekerjaan terutama bagi generasi muda dan kemandirian desa. Metode riset menggunakan metode dan analisis Research and Development (R & D) dengan mengutamakan data kualitatif melalui wawancara, observadi dan focus group discussion secara partisipatif pada informan yang dipilih secara purposif diantaranya pemerintah desa, kelompok desa wisata, kelompok pemuda dan kelompok usaha. Lokasi penelitian di desa wisata baru yang memiliki keunikan dan kearifan lokal yaitu di Desa Wisata Mergolangu Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Wonosobo dan Desa Banjarpanepen, Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas. Hasil penelitian desa wisata memiliki permasalahan dalam manajemen kelembagaan, pengembangan usaha produktif, kreatif dan inovatif yang mendukung pengembangan wisata, sehingga membutuhkan pemberdayaan masyarakat seperti perumusan program, penyuluhan, pelatihan, pendampingan dan kemitraan yang didukung berbagai stakeholders. Kata kunci: desa wisata, generasi muda, kemandirian, kesejahteraan, pemberdayaan ABSTRACT The village is an area that has a lot of potential resources, especially economic, natural or environmental and socio-cultural aspects which can be used as basic capital in development and the welfare of the community. Therefore, it is important to carry out research and empowerment of tourism village communities to open up job vacancies, especially for the younger generation and village independence. The study used Research and Development (R & D) methods and analysis by prioritizing qualitative data through interviews, observations and participatory focus group discussions on purposive selected informants including village government, tourism village groups, youth groups and business groups. The research location is in a new tourism village that has uniqueness and local wisdom, namely Mergolangu Tourism Village, Kalibawang District, Wonosobo Regency and Banjarpanepen Village, Sumpiuh District, Banyumas Regency. The results of tourism village research have problems in institutional management, development of productive, creative and innovative businesses that support tourism development, thus requiring community empowerment such as program formulation, counseling, training, mentoring and partnerships supported by various stakeholders. Keywords: empowerment, tourism village, young generation, welfare PENDAHULUAN Pembangunan desa dengan segala potensi sumber daya baik sumber daya manusia, sosial, ekonomi, budaya dan alam atau lingkungan menjadi sangat penting dan strategis karena dapat menjadi 45 Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan X” 6-7 Oktober 2020 Purwokerto ISBN 978-602-1643-65-5 pondasi pembangunan di daerah dan perkotaan bahkan pembangunan nasional. Perdesaan bukan hanya kampung halaman tempat dilahirkan dan dibesarkan serta ramai hanya ketika liburan saja, karena ditinggalkan warganya yang mencari nafkah diperkotaan (urbanisasi) dan di luar negeri menjadi pekerja migran. Hal itu dikarenakan desa tidak dikelola secara maksimal potensi sumber daya sehingga generasi petani berkurang, lahan dan hasil pertanian kurang produktif yang tidak menghasilkan pendapatan serta kesejahteraan yang berarti bagi masyarakat. Padahal desa sudah diberikan otonomi untuk mengelola anggaran dan rencana pembangunan secara partisipatif sehingga aspirasi, kebutuhan dan sumber daya yang dimiliki dapat dimanfaatkan serta dikembangkan menjadi lahan pekerjaan masyarakat dalam bentuk kelompok usaha dan badan usaha milik desa. Sehingga persyaratan awal untuk pembangunan di perdesaan yaitu mengidentifikasi, mengelola dan mengembangkan potensi sumber daya melalui konsep pembangunan partisipatif yaitu keterlibatan semua pihak mulai dari masyarakat dan pemerintah desa merencanakan program, melaksanakan dan mengevaluasi pembanguan. Pembangunan partisipatif wujud kongkritnya berupa program pemberdayaan masyarakat yang akan menjawab permasalahan yang dihadapi masyarakat serta mengembangkan potensi sumber dayanya. Sebagaimana menurut beberapa pendapat seperti Syahyuti (2006) konsep pembangunan partisipatif adalah proses yang melibatkan masyarakat secara aktif dalam seluruh keputusan substansial yang berkenaan dengan kehidupan. Menurut Porras dan Steeves (2009) pembangunan partisipatif ditandai adanya tatap muka secara setara atau egaliter dengan berdialog, yang melibatkan refleksi dan tindakan, serta tanpa perbedaan hirarki diantara orang-orang yang berdialog, mengakui bahwa kedua pihak baik sebagai penindas dan yang tertindas sama-sama membutuhkan kebebasan. Marsigit (2010) menyatakan bahwa pemberdayaan sektor pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang dari berbagai penelitian banyak meningkatkan nilai tambah ekonomi seperti peningkatan pendapatan dan nilai tambah sosial yaitu peningkatan dan penciptaan lapangan kerja. Purwanto (2012) menjelaskan inovasi tersebut meliputi varitas unggul bergizi tinggi, teknologi pasca panen terutama penyimpanan, serta teknologi untuk meningkatkan nilai tambah dan mengangkat citra pangan tradisional menjadi komoditas yang bergengsi, menarik disajikan, serta enak dan praktis dikonsumsi. Terdapat salah satu desa yang besar potensi wisata dan ekonomi pertanianya yaitu Desa Wisata Mergolangu Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Wonosobo, kemudian Desa Wisata Banjarpanepen Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas Jawa Tengah yang harus mendapat perhatian dan dukungan untuk pengembangan wisata alam dan pertanianya serta budaya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan sebelum pandemik Covid 19 pada Oktober 2019 sampai Pebruari 2020 bahwa secara geografis Desa Mergolangu memiliki topografi dengan dataran tinggi yang sejuk udaranya, pemandangan alam yang indah dan asri karena dikelilingi hutan dan pegunungan. Karakteristik wilayahnya sekitar 9% sebagai pemukiman penduduk dan 14% merupakan hutan desa. Kemudian sisanya merupakan wilayah perkebunan dan ladang pertanian serta tegalan. Objek kawasan wisatanya akses jalanya menantang dan menarik karena masih asli jalan setapak masyarakat dengan medan menanjak dan cocok untuk yang hoby traveling, olah raga jalan sehat dan joging, serta outbond. Namun perjuangan menuju akses objek wisata dapat terobati dengan indahnya panorama alam dan keramah tamahan penduduk setempat. Terdapat gardu pandang untuk melihat pemandangan hijau dan sejuk di sekitar puncak bukit juga terdapat lokasi Puncak Serangan, dan Bukit Tumenggung, Puncak Memean, Curug Kalicoklat, dan Gua Kelelawar. Sedangkan Desa Banjarpanepen memiliki potensi yang selain hasil pertanian dan benih buah-buahan seperti kelapa, durian dan jeruk, kemudian produk gula kelapa dan gula aren organik, serta terdapat objek wisata alam sungai dan tempat wisata budaya yang terdapat patilasan patih Gadjahmada, sekalipun masih belum ada konsensus tentang hal tersebut, namun sudah banyak wisatawan yang datang untuk melakukan ritual kebudayaan. Kedua lokasi desa wisata tersebut dapat dijadikan bagian dari kawasan wisata berbasis kearifan lokal yang perlu dikembangkan, sehingga membutuhkan program pemberdayaan masyarakat 46 Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan X” 6-7 Oktober 2020 Purwokerto ISBN 978-602-1643-65-5 khususnya tentang manajemen kawasan desa wisata dari berbagai perspektif baik pengelolanya atau lembaganya, infrastruktur dan fasilitas, promosi dan pemasarannya. Menurut Mardikanto dan Soebianto (2012) pemberdayaan sebagai upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan, dan mengelola sumber daya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking, sehingga pada akhirnya masyarakat memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi dan sosial. Nugroho et al. (2012) menyatakan upaya pengembangan agrowisata pedesaan yang memanfaatkan potensi pertanian, dan melibatkan masyarakat pedesaan, dapat berfungsi sebagai pemberdayaan masyarakat selaras dengan pemberdayaan masyarakat berbasis pariwisata (community based tourism). Sulaiman et al. (2017) menegaskan bahwa munculnya kawasan desa wisata maka akan menjadi kan desa memiliki kesejahteraan dan kemandirian dengan mengelola serta mengembangkan segala potensi sumber dayanya yang lain seperti sektor ekonomi, sosial, budaya dan kearifan lokal yang dimilikinya melalui program pemberdayaan sehingga semangat, pengetahuan dan keterampilan masyarakat dapat meningkat. Namun pengembangan desa wisata Mergolangu Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Wonosobo dan Desa Banjarpanepen Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas Jawa Tengah mengalami hambatan dan penurunan secara drastis sampai 75% dari kunjungan wsiata yang biasanya dan penurunan produksi dan penjualan hingga 55%, bahkan sempat terhenti akibat pandemik corona virus (Covid 19) yang mulai menyebar di Indonesia pada awal bulan Maret 2020