PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN UNTUK KABUPATEN WONOSOBO SEBAGAI DESTINASI BERBASIS EKOWISATA

TESIS

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Diajukan Oleh Muh Isra Iradat 172222104

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN UNTUK KABUPATEN WONOSOBO SEBAGAI DESTINASI BERBASIS EKOWISATA

TESIS UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN MENCAPAI DERAJAT SARJANA S-2

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Diajukan Oleh Muh Isra Iradat 172222104

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBINO

TESIS

PERUMUSAN STRATEOl PEMASARAN UNTUK KABUPATEN WONOSOBO SEBAOAI DESTINASI BERBASIS EKOWISATA

Diajukan oleh:

Muh. Isra Iradat

i 72222 104

Telah disetujui oleh dosen pembimbing

Yogyakarta, Februari 2019

\ Ike Janita ewi, S.E., M.B.A., Ph.D

ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PENGESAIIAN

PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN UNTUK KABUPATEN WONOSOBO

SEBAGAI DESTINASI BERBASIS EKOWISATA

Oleh:

Muh.Isra Iradat

17 2222 104

Tesis ini telah dipertahankan pada tanggal.12 Februari 2019 di depan Dewan Penguji yang terdiri dari:

;:-{i .g -l

Dr. Titus

versitas Sanata Dharma =d"q Prosram Studi GsE {.^H l"'&;nlxS' h,a Y Eko Prabowo, M.B.A.. Ph.D.

ilt PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME atas karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan. Tesis ini disusun dan diajukan guna melengkapi salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai derajat sarjana

S-2 pada Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

Sanata Dharma.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah membantu dan membimbing, baik langsung maupun tidak langsung hingga terselesaikannya tesis ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak T. Handono Eko Prabowo, M.B.A, Ph.D, selaku Kepala Prodi MM

USD yang sudah banyak memberi ilmu dan motivasi mulai sejak jumpa

pertama kali saat wawancara di MM USD, dalam proses belajar dan sampai

pada selesainya penyusunan tesis ini.

2. Ibu Ike Janita Dewi, M.B.A, Ph.D., selaku dosen pembimbing tesis yang telah

banyak meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu pengetahuan,

bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tesis

ini. Selain materil, penulis juga mendapatkan banyak pengalaman melalui

keterlibatan kerja praktis di lapangan serta memberi kesempatan sebagai

asisten peneliti city branding pariwisata di Kabupaten Wonosobo. Hal ini

sangat membantu penulis untuk berinteraksi dengan pemangku kepentingan

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pariwisata Wonosobo serta melakukan penelitian lanjutan untuk kepentingan

penelitian tesis ini.

3. Bapak Dr. Herry Maridjo, M.Si., yang telah memberi masukan dan saran saat

seminar proposal dan ujian kolokium hasil tesis.

4. Dr. Titus Odong Kusumajati, MA., yang telah member masukan dan saran

saat ujian tesis.

5. Bapak/Ibu Dosen MM USD, Drs. A. Triwanggono, MS., Dr. Fransisca Ninik

Yudanti, M.Acc., QIA., Dr. Lukas Purwoto, M.Si., Dr. J. Haryatmoko, SJ.,

dan semua Dosen MM USD yang telah memberikan banyak ilmu dengan

pendekatan humanis selama proses belajar mengajar di MM USD. Serta

segenap staff MM USD yang sudah banyak membantu dan kerjasama dalam

berbagai keperluan dan kegiatan yang penulis lakukan.

6. Seluruh keluarga besar yang memberikan doa, dukungan dan semangat dalam

segala hal. Khusunya kepada orang tua penulis yang senantiasa memberikan

dukungan secara materi maupun inmateril dalam dunia pendidikan yang

dijalani selama ini.

7. Pemerintah Kabupaten Wonosobo dalam hal ini, Badan Perencanaan

Pembengunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Wonosobo, Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kab. Wonosobo, serta UPTD yang lain yang telah memberikan

informasi selama proses penelitian tesis ini.

8. Untuk informan Bapak Lucas Agus Tjugianto, Bapak Salim Bawazier, Gus

Blero dan kususnya Bapak Agus Purnomo yang telah memfasislitasi penulis

selama penelitian di Wonosobo dan meluangkan waktu untuk wawancara.

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Serta informan lain dari pihak travel agent, wisatawan dan masyarakat

Wonosobo pada umumnya yang telah menerima dan membantu peneliti.

9. Rekan-rekan mahasiswa MM USD khusunya angkatan VIII yang telah

menemani dalam berjuang dengan berbagai dinamika dan proses

kebersamaan sebagai suatu keluarga yang akan selalu melekat di hati dan

ingatan penulis.

10. Komunitas Rumah Buku Carabaca yang selalu menjadi sandaran pengetahuan

tanpa mengabaikan prinsip-prinsip keadilan yang semestinya menjadi tatanan

kehidupan saat ini.

11. Keluaraga besar Asrama Panrannuangku Kabupaten Takalar yang telah

menfasilitasi penulis selama berada di Yogyakarta beserta dukungan dan

motivasi selama menempuh pendidikan.

Tesis dan gelar yang akan diraih dari proses kuliah di MM USD ini, penulis persembahakan kepada Istri dan Anak yang senantiasa menjadi penyemangat dan motivasi diiringi dengan doa dan keikhlasan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam materi maupun penyajian tesis ini maka pengembangan dan penyempurnaan tesis ini akan sangat berguna bagi kita semua. Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat dan berguna bagi yang berkepentingan.

Yogyakarta, Februari 2019

Muh Isra Iradat

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...... ii

LEMBAR PENGESAHAN ...... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH ...... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN KARYA ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIK ...... v

KATA PENGANTAR ...... vi

DAFTAR ISI...... ix

DAFTAR GAMBAR ...... xii

DAFTAR TABEL ...... xv

ABSTRAK ...... xvi

BAB I PENDAHULUAN ...... 1

1.1. Latar Belakang ...... 1

1.2. Rumusan Masalah ...... 13

1.3. Pertanyaan Penelitian ...... 14

1.4. Tujuan Penelitian ...... 15

1.5. Sistematika Penulisan ...... 15

BAB II LANDASAN TEORI ...... 17

2.1. Konsep Pariwisata Berbasis Ekowisata ...... 17

2.1.1. Pariwisata ...... 17

2.1.2. Pariwisata yang Berkelanjutan (Sustainable) ...... 19

2.1.3. Ekowisata (Ecotourism) ...... 20

2.2. Definisi Pemasaran Pariwisata Berbasis Ekowisata ...... 23

2.3. Strategi Pemasaran Pariwisata Berbasis Ekowisata ...... 25

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.3.1. Strategi Pemasaran Pariwisata Berbasis Ekowisata ...... 25

2.3.2. Pemasaran Pariwisata yang Bertanggung Jawab

(Responsible Tourism Marketing) ...... 30

2.3.3. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ...... 32

2.3.4. Konsep DOT dan BAS ...... 37

2.4. Penelitian Sebelumnya ...... 38

BAB III METODE PENELITIAN ...... 41

3.1. Paradigma Penelitian ...... 41

3.2. Metode dan Strategi Penelitian ...... 42

3.3. Metode Pengumpulan Data ...... 43

3.4. Metode Analisis Data ...... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 50

4.1. Potensi Pariwisata Berbasis Ekowisata yang Ada di Wonosobo ...... 50

4.1.1. Desa Tertinggi di Jawa, Sembungan Negeri di Atas Awan ..... 55

4.1.2. Nirwana Para Dewa, Dieng Menjunjung Kearifan Lokal ...... 59

4.2. Strategi Pemasaran yang Sudah Diterapkan ...... 62

4.2.1. Analisis Segmentasi, Target dan Posisi ...... 62

4.2.2. Analisis Bauran Pemasaran...... 76

4.3. Pertimbangan Wisatawan Saat Menentukan Destinasi Wisata...... 131

BAB V PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN PERIWISATA

BERBASIS EKOWISATA ...... 137

5.1. Strategi Segmentation, Targeting dan Positioning (STP) ...... 137

5.2. Strategi Bauran Pemasaran 8P ...... 140

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...... 148

6.1. Kesimpulan ...... 148

6.2. Rekomendasi ...... 149

DAFTAR PUSTAKA ...... 151

LAMPIRAN...... 153

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Portfolio Produk Wisata Kementrian Pariwisata ...... 3 Gambar 1.2. 10 Destinasi Pariwisata Prioritas ...... 5 Gambar 1.3. Peta Administrasi Kab. Wonosobo ...... 6 Gambar 1.4. Puncak Sikunir dan Telaga Warna ...... 8 Gambar 1.5. Kawah Sikidang dan Puncak Gunung Prau ...... 8

Gambar 1.6. Iklan Dieng Culture Fastival Tahun 2014 ...... 9

Gambar 1.7. Kompleks Candi Arjuna dan Ritual Pencukuran Rambut Gimbal ...... 10

Gambar 1.8. Pelepasan Lampion ...... 10

Gambar 1.9. Kebun Teh Tambi ...... 11

Gambar 1.10. Permandian Kalianget ...... 11

Gambar 2.1. Prinsip-prinsip Ekowisata ...... 21

Gambar 2.2. Triple Bottom Line ...... 25 Gambar 2.3. AIDA ...... 29 Gambar 2.4. Pembentukan Citra/Reputasi Pariwisata ...... 32 Gambar 2.5. Destination Product...... 36

Gambar 4.1. Keramaian Wisatawan yang Berkunjung ke Lubang Sewu 53 Gambar 4.2. Pemandangan Perbukitan Gundul yang Dijadikan Lahan Pertanian oleh Warga di Desa Rawa Kleing, Kaliwiro, Wonosobo...... 56 Gambar 4.3. Warung Makan di Kawasan Candi Arjuna ...... 58 Gambar 4.4. Bangunan Jualan Makanan dan Cenderamata Milik Masyarakat di Kawah Sikidang ...... 58 Gambar 4.5. Hamparan Es yang Berada di Candi Arjuna...... 60 Gambar 4.6. Audit Capaian Kinerja Pelayanan Bidang Pariwisata 2012- 2015 ...... 63 Gambar 4.7. Kepadatan Pengunjung Gunung Prau ...... 66 xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.8. Moda Transportasi Wisatawan Kab. Wonosobo ...... 67 Gambar 4.9. Lama Tinggal Wisatawan Kab. Wonosobo ...... 69 Gambar 4.10. Akomodasi/Penginapan Wisatawan Kab. Wonosobo ...... 69 Gambar 4.11. Motivasi Kunjungan Wisatawan Kab. Wonosobo ...... 70 Gambar 4.12. Logo City Branding Pariwisata Kabupaten Wonosobo...... 74 Gambar 4.13. Mie Ongklok Salah Satu Kuliner Khas Wonosobo ...... 78 Gambar 4.14. Daya Tarik Wisata yang Dikunjungi Wisatawan Kab. Wonosobo ...... 80

Gambar 4.15. Penilaian Wisatawan Tentang Kab. Wonosobo ...... 81

Gambar 4.16. Longsor di Badan Jalan Menuju Dieng Desa Kalilembu .... 82 Gambar 4.17. Jalan Menuju Dieng Kab. Wonosobo ...... 83 Gambar 4.18. Kemacetan di Jalan Menuju Dieng Desa Candiasan ...... 84 Gambar 4.19. Jalan Menuju Agrowisata Teh Tambi ...... 84 Gambar 4.20. Hotel di Wonosobo ...... 88 Gambar 4.21. Homestay di Wonosobo ...... 88 Gambar 4.22. Tenda Wisatawan di Wonosobo ...... 88 Gambar 4.23. Tenda Saat Perayaan DCF di Dieng ...... 89 Gambar 4.24. Banner Joglosemar di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta .... 91 Gambar 4.25. Baliho Priwisata di Alun-alun Wonosobo ...... 93 Gambar 4.26. Calendar Of Events Priwisata di Wonosobo ...... 93 Gambar 4.27. Handbook Wisatawan (1) ...... 94 Gambar 4.28. Brosur Paket Wisata (1)...... 97 Gambar 4.29. Brosur Paket Wisata (2)...... 97 Gambar 4.30. Brosur Paket Wisata (3)...... 98 Gambar 4.31. Brosur Paket Wisata (4)...... 98 Gambar 4.32. Brosur Paket Wisata (5)...... 99 Gambar 4.33. Brosur Paket Wisata (6)...... 99 Gambar 4.34. Brosur Paket Wisata (7)...... 100 Gambar 4.35. Harga Tiket/Karcis Wisata di Wonosobo ...... 101

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.36. Sumber Informasi Daya Tarik Wisata Kab. Wonosobo ...... 104 Gambar 4.37. Hasil Pencarian Wonosobo di Google ...... 105 Gambar 4.38. Website Dinas Pariwisata Wonosobo (1) ...... 106 Gambar 4.39. Website Dinas Pariwisata Wonosobo (2) ...... 106 Gambar 4.40. Handbook Wisatawan (2) ...... 108 Gambar 4.41. Handbook Wisatawan (3) ...... 108 Gambar 4.42. Berita tentang Wisata di Wonosobo CNN ...... 109 Gambar 4.43. Berita tentang Wisata di Wonosobo SCTV ...... 109 Gambar 4.44. Ulasan Puncak Sikunir di Wonosobo ...... 111 Gambar 4.45. Travel Blog ...... 111 Gambar 4.46. Krenova Batik Wonosobo ...... 113 Gambar 4.47. Agenda HUT Ke-192 Kabupaten Wonosobo 2017 ...... 113 Gambar 4.48. Festival Kabupaten Wonosobo (1) ...... 114 Gambar 4.49. Festival Kabupaten Wonosobo (2) ...... 114 Gambar 4.50. Festival Kabupaten Wonosobo (3) ...... 115 Gambar 4.51. Festival Rakanan Giyanti Kabupaten Wonosobo ...... 116 Gambar 4.52. Spending Wisatawan Kab. Wonosobo ...... 121 Gambar 4.53. Pengaturan Perjalanan Wisatawan Kab. Wonosobo ...... 124 Gambar 4.54. Billboard Travel Agent Kab. Yogyakarta ...... 125 Gambar 4.55. Trip Organizer di Wonosobo ...... 126 Gambar 4.56. Oleh-oleh Khas Wonosobo ...... 127 Gambar 4.57. Objek Wisata Batu Ratapan Angin ...... 127 Gambar 4.58. Klaster Unggulan Joglosemar...... 129 Gambar 4.59. Waktu Berkunjung Favorit Wisatawan Kab. Wonosobo .... 132 Gambar 4.60. Hal yang Menggambarkan Kab. Wonosobo ...... 133 Gambar 4.61. Iklan Pariwisata Wonderfull Indonesia (1) ...... 134 Gambar 4.62. Iklan Pariwisata Wonderfull Indonesia (2) ...... 135 Gambar 4.63. Tingkat Kepuasan Wisatawan yang Berkunjung di Kab. Wonosobo ...... 135

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Capaian Kinerja Pelayanan Bidang Pariwisata Kab.

Wonosobo...... 5

Tabel 4.1. Destinasi Kabupaten Wonosobo ...... 51

Tabel 4.2. Jumlah Wisatawan di Kawasan Pegunungan Dieng ...... 64

Tabel 4.3. Ringkasan Analisis STP ...... 75

Tabel 4.4. Jenis, Kelas, dan Jumlah Hotel/Penginapan di Kab.

Wonosobo...... 87

Tabel 4.5. Detail Harga Tiket Masuk Objek Wisata Dieng Terbaru

Mulai 2019 ...... 102

Tabel 4.6. Ringkasan Analisis Bauran Pemasaran ...... 130

Tabel 5.1. Strategi Segmanting, Targeting dan Positioning (STP) ...... 137

Tabel 5.2. Strategi Bauran Pemasaran 8P ...... 140

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi pemasaran pariwisata yang berbasis ekowisata di Kabupaten Wonosobo. Destinasi yang berbasis ekowisata belum banyak dikunjungi oleh wisatawan dan belum terdapatnya strategi pemasaran pariwisata yang berbasis ekowisata. Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui potensi pariwisata Wonosobo yang berbasis ekowisata, strategi pemasaran yang sudah dijalankan oleh pemangku kepentingan periwisata di Wonosobo, pertimbangan wisatawan dalam memilih destinasi tujuan wisata di Wonosobo dan strategi pemasaran pariwisata berbasis ekowisata yang tepat dilaksanakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Wonosobo memiliki potensi pariwisata berbasis ekowisata yang sangat kuat karena letaknya yang strategis dan sangat terkenal. Berdasarkan dari hasil analisis STP dan bauran pemasaran 8P, strategi pemasaran pariwisata yang berbasis ekowisata di Wonosobo sebagai industri pariwisata belum maksimal. Pariwisata belum dikembangkan secara efektif dan terintegrasi antara pemerintah, swasta, dan komunitas. Pertimbangan wisatawan untuk memilih sebuah destinasi yaitu untuk melihat kaslian dan keasrian pada sebuah objek wisata yang akan dinikmati. Strategi pemasaran pariwisata sebaiknya mengedepankan kualitas produk melalui program ekowisata agar menjadi daya tarik yang kuat bagi wisatawan. Program destinasi berbasis ekowisata disesuaikan dengan segmentasi, target dan posisi yang telah dirumuskan sehingga menjadi penjualan yang unik (USP) bagi kepariwisataan di Wonosobo.

Kata Kunci: Pariwisata, berkelanjutan, ekowisata, strategi pemasaran, USP.

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Abstract

The purpose of this research is to formulate marketing strategies for ecotourism- based tourism in . Ecotourism-based destinations were not much visited by tourists and yet there is a ecotourism-based tourism marketing strategy. Research questions in this research are: to know potential of ecotourism based tourism, to identity marketing strategy implemented by tourism stakeholder to identity the consideration of tourists in selecting tourism destination, and to formulate a proper ecoturism-based tourism marketing strategy. The results show that Wonosobo has a great potential of ecotourism because of its location and fame. Based on the results of the STP analysis and the marketing mix, the marketing strategies of ecotourism–based tourism in Wonosobo as the tourism industry has not been maximised. Tourism has not been developed effectively and integrally by government, private sector, and community. Considerations of tourists for choosing a destination is to enjoy the authenticity and atmosphere of tourist attraction. The marketing strategy of tourism sould emphasise on quality of product to exert a strong attraction for tourists.The program of ecotourism-based destination is suited with segmentation, target, and position that has been formulated so that it becomes a unique sales for tourism in Wonosobo.

Keywords: Tourism, sustainability, ecotourism, marketing strategy, USP.

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata salah satu industri yang berkembang sangat cepat dan menjadi sumber pendapatan bagi banyak negara. Pariwisata juga membantu merevitalisasi ekonomi lokal dengan menyediakan banyak kesempatan kerja. Meski demikian, seperti halnya pembangunan, pariwisata juga dapat menimbulkan banyak permasalahan, seperti ketimpangan sosial, kehilangan warisan budaya, ketergantungan ekonomi dan kerusakan ekologi. Belajar dari kondisi ini maka wisatawan mulai mencari liburan yang lebih bertanggung jawab. Termasuk di dalamnya adalah wisata yang berkelanjutan, seperti wisata alam dan wisata budaya (Fatimah, 2013). Wisata yang berkelanjutan adalah wisata yang menghargai penduduk lokal ataupun pendatang, warisan budaya dan lingkungan

(Fien, 2010).

Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang sementara ini dianggap sebagai kegiatan pariwisata yang berkelanjutan. Wood (2002) mengemukakan bahwa kegiatan ekowisata berbeda dengan kegiatan pariwisata lain. Ekowisata adalah sebagian dari sustainable tourism. Sustainable tourism adalah sektor ekonomi yang lebih luas dari ekowisata yang mencakup sektor-sektor pendukung kegiatan wisata secara umum, meliputi wisata bahari (beach and sun tourism), wisata pedesaan (rural and agro tourism), atau perjalanan bisinis (business travel).

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kepariwisataan Wonosobo memiliki karakteristik alam dan budaya yang sangat kuat sehingga diperlukan perhatian khusus terhadap ekowisata. Dibutuhkan perumusan strategi pemasaran yang harus dijalankan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan di Wonosobo. Hal ini bertujuan untuk mencapai kegiatan pariwisata yang berkelanjutan (sustainable).

Kegiatan pariwisata yang berkelanjutan (sustainable tourism development) adalah pembangunan berkelanjutan yang dicapai melalui kepariwisataan.

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan ekonomi yang berperspektif jangka panjang, yang menyeimbangkan manfaat pembangunan ekonomi dengan biaya lingkungan dan sosial. Seperti pembangunan berkelanjutan yang bertujuan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan juga bertujuan untuk mewujudkan pertumbuhan kepariwisataan yang berkelanjutan (Dewi, 2011).

Dengan mengacu pada perumusan strategi pemasaran pariwisata yang berbasis ekowisata, maka perlu kita melihat beberapa pernyataan yang menggambarkan peluang pariwisata yang ada di Indonesia. Sebuah portofolio produk wisata Kementrian Pariwisata menjelaskan bahwa secara umum

Pariwisata di Indonesia dibagi menjadi 3, antara lain dapat dijelaskan dalam gambar berikut:

2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 1.1 Portfolio produk wisata Kementrrian Pariwisata Sumber: Kemenpar, 2015

Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa pariwisata yang berbasis ekowisata memiliki tingkat persentase yang cukup besar dalam pembangunan pariwisata yakni 45% dari 35% produk pariwisata yang berbasis dengan alam.

Akan tetapi yang perlu kita pahami disini bahwa di dalam perumusan strategi pemasaran pariwisata yang bertanggung jawab (responsible tourism marketing) dalam sebuah industri pariwisata merupakan penjabaran dari konsep pengembangan kepariwisataan berkelanjutan (sustainable tourism development), khususnya terkait dengan aspek-aspek dalam pemasaran pariwisata (Dewi, 2011).

Pemasaran yang bertanggung jawab secara umum juga dikenal dengan istilah green marketing (Ottman, 1993) atau environmental marketing (Coddington,

1993). Hal ini menjelaskan bahwa strategi pemasaran ekowisata yang berkelanjutan mencakup keseluruhan produk atau sektor pariwisata yang ada pada gambar 1.1.

Pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan di Indonesia.

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menargetkan 20 juta kunjungan perjalanan wisatawan mancanegara dan 275 juta kunjungan perjalanan wisatawan nusantara 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pada tahun 2019. Dalam paparan Menteri Pariwisata Indonesia (Yahya, 2015), sektor pariwisata adalah komoditi yang menyumbang devisa terbesar ketiga setelah sektor perminyakan dan pertambangan. Menurut Damanik (2013) kegiatan berwisata bukan lagi dimaknai semata-mata mengisi waktu luang (leisure) dan mencari kesenangan (pleasure), tetapi juga untuk mencari pengalaman yang beragam dan unik. Bahkan tren yang mulai terasa juga adalah adanya kegiatan pariwisata ini menjadi ajang aktualisasi diri di dunia maya seperti media sosial sebagai bagian dari gaya hidup yang baru bagi masyarakat modern saat ini.

Motivasi orang melakukan perjalanan wisata beragam, tren yang didapat dari survei (www.tripadvisor, 2015) menunjukkan 69% orang berwisata karena ingin mencoba hal yang baru. Destinasi alam seperti laut dan gunung menjadi pilihan destinasi wisata, selain wisata budaya dan wisata kuliner. Seiring dengan kemajuan ekonomi dan daya beli seseorang terjadi pergeseran kebutuhan dasar, menjadi kebutuhan yang bersifat psikologis dan aktualisasi diri (Pitana, 2017).

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan psikologis masyarakat modern saat ini.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025,

Bab 1 Pasal 1 No. 4, destinasi pariwisata didefinisikan sebagai kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

Destinasi pariwisata berskala nasional disebut Destinasi Pariwisata Nasional

4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(DPN). Pemerintah menetapkan 10 destinasi wisata prioritas yang dipetakan pada

Gambar 1.2.

Gambar 1.2 10 Destinasi Wisata Prioritas Sumber: www.dephub.go.id

Dari 10 destinasi pariwisata prioritas tersebut di Indonesia, Wonosobo adalah salah satu Kabupaten yang berada di sekitar Candi Borobudur. Jumlah wisatawan Wonosobo mengalami kenaikan dari tahun 2012 hingga 2016 dilihat dari total keseluruhan wisatawan yang berkunjung, meskipun wisatawan mancanegara mengalami penurunaan setiap tahunnya.

Tabel 1.1 Capaian Kinerja Pelayanan Bidang Pariwisata Wonosobo

Indikator Kinerja 2012 2013 2014 2015 2016 Pembangunan Daerah

Wisatawan Nusantara 393.638 473.093 593.665 864.735 1.119.084

Wisatawan Mancanegara 19.089 10.335 7.294 5.056 1.491 Sumber: LPPD AMJ 2010-2015, LKPJ 2015 dan Renstra Tahun 2016-

2021

5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Wonosobo merupakan salah satu destinasi wisata unggulan Provinsi Jawa

Tengah bahkan Nasional. Perkembangan pariwisata Wonosobo ditopang oleh kondisi geografis dan budaya seperti: wisata alam, sejarah, budaya, heritage, kuliner dan lainnya. Wonosobo saat ini didominasi oleh kegiatan wisata alam, khususnya yang berada di kawasan Pegunungan Dieng.

Gambar 1.3 Peta Administrasi Kab. Wonosobo Sumber: www.kodim0707.mil.id

Terletak tepat di tengah Provinsi Jawa Tengah, Wonosobo merupakan kabupaten dengan pandangan pegunungan yang indah. Wonosobo diapit dua gunung muda yang masih aktif, yakni Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing dengan ketinggian lebih dari 3000 mdpl. Dengan letak yang strategis tersebut,

Wonosobo memiliki potensi ekonomi, wisata dan pertanian yang begitu besar dengan tanahnya yang subur.

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Potensi wisata yang lengkap seperti wisata alam, religi, budaya, wisata buatan hingga wisata dengan minat khusus membuat Wonosobo menjadi salah satu Kabupaten dengan kunjungan wisatawan yang sangat populer hingga saat ini.

Sebuah data baru menggambarkan tentang besaran jumlah kunjungan wisatawan di Wonosobo cukup baik meskipun mengalami penurunan dari tahun 2016. Di tahun 2017 Laporan Kunjungan wisatawan yang datang ke Kabupaten Wonososbo sebesar 1.099.432 wisatawan.

Wonosobo juga dianggap sebagai destinasi lanjutan bagi wisatawan usai berkunjung dari Borobudur karena karena mudah dijangkau. Selain itu banyak perusahaan travel yang mebuat paket perjalanan Borobudur dan Wonosobo.

Hingga saat ini, kawasan Pegunungan Dieng menjadi keunggulan destinasi wisata

Wonosobo meskipun beberapa di antaranya berada dalam wilayah Kabupaten lain, yakni Banjarnegara.

Produk Pariwisata yang dimiliki oleh Wonosobo terdiri dari wisata alam, budaya dan buatan.

1.1.1 Wisata Alam

Wisata alam merupakan segala macam jenis wisata yang menawarkan alam sebagai daya tarik utamanya (Kartajaya and Nirwandar 2013). Terdapat pemandangan pegunungan, danau, telaga, air terjun, permandian air panas dan lembah sebagai daya tarik wisata alam di Wonosobo. Destinasi andalan

Wonosobo terpusat saat ini di kawasan Pegunungan Dieng, antara lain: puncak sikunir, kawah sikidang, telaga warna, dan puncak gunung Prau.

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 1.4 Puncak Sikunir dan Telaga Warna Sumber: www.disparbud.wonosobokab.go.id

Gambar 1.5 Kawah Sikidang dan Puncak Gunung Prau Sumber: www.disparbud.wonosobokab.go.id

1.1.2 Wisata Budaya

Wonosobo kaya akan wisata budaya. Wisata budaya termasuk di dalamnya adalah souvenir, pertunjukan tarian, kerajinan tangan, makanan, musik, dan lainnya (Kartajaya and Nirwandar 2013). Selain Kekayaan alam yang dimiliki,

Wonosobo juga memiliki kekayaan budaya yang sangat kuat dan unik, diantaranya yaitu “Upacara Cukur Rambut Gimbal” yang merupakan bagian dari acara dieng culture festival (kegiatan Pariwisata Kabupaten Banjar Negara) yang diselenggarakan setiap tahun di area Candi Arjuna. Selain itu, Wonosobo juga

8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

memiliki tradisi kebudayaan lain seperti, selokromo, upacara pengambilan air tujuh rupa, tradisi tenongan suran giyanti, boyong kedathon dan ritual Birat sengkala tradisi larung sukerto.

Gambar 1.6 Iklan Dieng Culture Fastival Tahun 2014 Sumber: www.disparbanjarnegara.com

Dieng Culture Festival adalah kegiatan pariwisata milik Banjarnegara.

Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Wonosobo tepatnya di kawasan

Pegunungan Dieng. Beberapa destinasi yang dimiliki Banjarnegara berdampingan langsung dengan milik Wonosobo seperti Candi Arjuna. Khusus untuk kebudayaan, ‘upacara pemotongan rambut gimbal’ sebenarnya merupakan kebudayaan dua kabupaten tersebut, akan tetapi kegiatan kebudayaan yang dilakukan setiap tahun tersebut diselenggarakan oleh Banjarnegara.

Dieng Cultur Festival saat ini merupakan kegiatan kepariwisataan unggulan yang selalu berhasil menarik banyak wisatawan berkunjung ke

Pegunungan Dieng. Kegiatan ini pada akhirnya menjadi brand pariwisata

Banjarnegara, meskipun Wonosobo juga mendapatkan keuntungan secara tidak langsung dari kegiatan ini. Akan tetapi, hal ini menjadi kerugian bagi kegiatan pariwisata Wonosobo karena tidak berhasil melestarikan dan mengembangkan

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

salah satu tradisi kebudayaan yang dimilikinya yaitu ‘upacara pemotongan rambut gimbal’.

Hal ini menandakan bahwa kegiatan kepariwisataan Wonosobo relatif lambat sehingga diperlukan perhatian khusus untuk perumusan strategi dalam hal pemasaran pariwisata yang berbasis ekowisata. Karena ekowisata dapat menjadi image yang kuat bagi kegiatan kepariwisataan Wonosobo.

Gambar 1.7 Kompleks Candi Arjuna dan Ritual Pencukuran Rambut Gimbal Sumber: www.disparbanjarnegara.com

Gambar 1.8 Pelepasan Lampion Sumber: www.disparbanjarnegara.com

Wonosobo juga dikenal sebagai Kabupaten seribu budaya yang setiap kecamatan memiliki kesenian yang bervariasi, salah satunya yaitu kecamatan

Mojotengah yang melestarikan sebuah tari tradisi yaitu tari Topeng Lengger. Tari

10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ini biasanya diadakan saat musim panen, musim tanam, dan hari-hari penting seperti hari raya, syukuran desa, hajatan dan bahkan ruwat gembel.

Selain itu, Wonosobo juga memiliki makanan dan minuman khas yang dapat menjadi oleh-oleh bagi wisatawan seperti Carica, Purwaceng, Mie Ongklok

Tempe Kemul dan lain-lain. Semua makanan dan minuman di atas dibuat langsung oleh masyarkat Wonosobo secara home industri dibawah bimbingan dan pengawasan Dinas UMKM Wonosobo.

1.1.3 Wisata Buatan

Gambar 1.9 Kebun Teh Tambi Sumber: www.wisatajateng.com

Gambar 1.10 Permandian Kalianget Sumber: www.wisatajateng.com

11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Wisata buatan manusia yang terkenal di Wonosobo yaitu Kebun teh tambi dan permandian kalianget. Selain itu, masih banyak lagi wisata buatan yang dimiliki Wonosobo antara lain: Arung jeram Begaluh dan Sedayu Waduk

Wadaslintang.

Wonosobo tidak termasuk ke dalam 10 destinasi uggulan Indonesia, akan tetapi hal yang perlu diperhatikan adalah tentang strategi pemasaran bagi potensi wisata yang dimiliki dan diharapkan mampu menjadi saran produksi unggul bagi

Negara. Strategi pemasaran yang akan dilakukan dan diimplementasikan sesuai dengan persiapan dan perkembangan Wonosobo mengenai aksesibilitas, amenitas, dan masyarakatnya. Jadi, untuk dapat bersaing diindustri pariwisatta saat ini, pengembangan pariwisata Wonoobo sekiranya dapat mengembangkan nilai-nilai yang bertanggung jawab (sustainable) melalui strategi pemasaran pariwisata yang tepat.

Berdasarkan penelitian UNEP (United Nations Environmental

Programme) dan WTO (World Tourism Organization) 2005, tren atau kecenderungan wisatawan dunia untuk memilih destinasi wisata yaitu adanya kekhawatiran yang meningkat akan keselamatan diri wisatawan dan mengatakan bahwa pantai yang kotor dan laut yang terpolusi menjadi pertimbangan utama mareka serta pertimbangan akan tingkat kriminalitas dan polusi udara menjadi epidemik di destinasi yang dipilih. Selain itu ketertarikan wisatawan pada pengalaman berwisata uyang beragam yang meliputi lingkungan alam dan situs budaya dan sejarah yang terpelihara akan menjadi pertimbangan utama dalam menentukan pengalaman baik bagi wisatawan.

12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Strategi pemasaran yang perlu diimplementasikan adalah strategi pemasaran yang berorientasi pada kebutuhan pasar dan didorong oleh nilai-nilai

(values driven). Pemasar harus dapat mendekati konsumen sebagai manusia utuh yang memiliki pikiran, perasaan, dan jiwa (mind, heart, spirit). Tidak cukup hanya pemenuhan fungsional dan emosional, tetapi juga pemenuhan kebutuhan spiritual manusia. Pariwisata pada level ini sangat bersifat personal, bukan lagi mass tourism, dimana ketertarikan setiap pribadi untuk mengaktuliasasi diri serta mampu terlibat langsung (engange) (Florentina, 2017). Seperti yang dikatakan dalam Tourism Marketing 3.0 turning tourist to advocate, wisatawan akan meng- advocate orang-orang di sekitarnya, bahkan manusia di belahan dunia lainnya untuk mengunjungi objek destinasi yang sangat berkesan baginya (Kartajaya dan

Nirwandar, 2013). Dan bisa saja dilakukan dengan cara menuliskan ulasan pada media sosial, website, maupun blog pribadinya.

Sebenarnya image yang dibangun oleh Wonosobo sudah cukup kuat, misalkan ketika dilakukan penelusuran di internet (google) tentang Dieng maka yang akan muncul adalah Wonosobo, begitupun juga ketika kita melakukan penelusuran tentang Wonosobo maka yang akan muncul adalah kawasan

Pegunungan Dieng. Hal ini menandakan bahwa dalam hal pemasaran pariwisata,

Wonosobo sudah memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan branding yang sudah terjadi antara Wonosobo dan Dieng.

1.2 Rumusan Masalah

Wonosobo yang memiliki banyak potensi wisata yang berbasis Ekowisata ternyata belum banyak dikunjungi oleh wisatawan. Hal ini kemudian menjadi

13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

stimulun (penyebab/perangsang) bagi pemangku kepentingan yang ada di

Wonosobo untuk merumuskan strategi pemasaran yang harus dilakukan untuk memasarkan destinasi wisata Wonosobo yang berbasis ekowisata (ecotourism).

Untuk dapat bertahan dalam persaingan dalam industri pariwisata,

Wonosobo harus memiliki strategi pemasaran pariwisata yang tepat untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Wonosobo meningkat. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten dan pemangku kepentingan pariwisata di

Wonosobo harus melihat kondisi secara actual saat ini mengenai potensi destinasi wisata yang berbasis ekowisata.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian singkat di atas, maka penulis menyusun beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1.3.1 Apa saja potensi pariwisata berbasis ekowisata yang dimiliki oleh

Wonosobo?

1.3.2 Bagaimana strategi pemasaran yang sudah diterapkan oleh pemerintah dan

penyedia jasa wisata di Wonosobo dalam industri pariwisata berbasis

ekowisata?

1.3.3 Apa pertimbangan wisatawan saat memilih dan menentukan destinasi

wisata berbasis ekowisata?

1.3.4 Strategi pemasaran apakah yang harus dterapkan untuk Wonosobo sebagai

destinasi wisata berbasis ekowisata?

14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan strategi pemasaran dengan menganalisis pertimbangan wisatawan saat memilih dan menentukan destinasi, menganalisis preferensi sumber informasi, menganalisis image destinasi

Wonosobo, dan menganalisis user experience terhadap Wonosobo. Untuk merumuskan strategi pemasaran berdasarkan analisis Segmenting, Targeting, dan

Positioning (STP) dan analisis bauran pemasaran, secara rinci strategi pemasaran yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

1.4.1 Merancang strategi pemasaran berdasarkan Segmenting, Targeting, and

Positioning (STP) untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke

Wonosobo.

1.4.2 Merancang strategi pemasaran yang diimplementasikan dalam bauran

pemasaran pariwisata yaitu product, place, price, promotion, people,

packaging, programming dan partnership (8P) untuk mengembangkan

pariwisata Wonosobo yang berkelanjutan (sustainable tourism

development).

1.5 Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Bab pendahuluan merupakan bab yang meliputi uraian singkat

mengenai latar belakang masalah (konsep wisata dan profil

pariwisata), rumusan masalah pertanyaan penelitian dan tujuan

penelitian.

15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Bab II Landasan Teori

Bab ini diuraikan mengenai konsep wisata yang berbasis

ekowisata, definisi pemasaran pariwisata dan strategi pemasaran

pariwisata yang berbasis ekowisata.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi metode penelitian yang meliputi uraian mengenai

ruang lingkup penelitian, metode pengumpulan data termasuk

pertanyaan wawancara dan kuesioner, serta metode analisis data.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang dilakukan dengan

metode trianggulasi dengan konten analisis STP dan 8P selain itu

dilakukan juga Analisis terhadap citra Wonosobo.

Bab V Perumusan Strategi Pariwisata Berbasis Ekowisata

Bab ini akan diuraikan beberapa rekomendasi strategi yang bisa di

terapkan dalam pengembangan pariwisata di Wonosobo.

Rekomendasi strategi ini disesuaikan dengan hasil analisis pada

bab IV.

Bab VI Kesimpulan dan Saran

Bab ini akan menyimpulkan seluruh Bab yang telah dibahas

sebelumnya serta saran mengenai beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam pengembangan kepariwisataan di Wonosobo.

16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Pariwisata Berbasis Ekowisata

2.1.1 Pariwisata

Pariwisata menurut United Nations World Tourism Organization

(UNWTO) adalah kegiatan bepergian keluar dan tinggal di tempat di luar lingkungan mereka, tidak lebih dari satu tahun untuk bersantai, keperluan bisnis, dan tujuan lainnya. Industri pariwisata saat ini merupakan growth market yang mendorong pertumbuhan ekonomi regional. Hal ini terlihat dari peningkatan perjalanan pariwisata dari tahun ke tahun yang tidak banyak terpengaruh oleh krisis ekonomi global. Ketika terjadi krisis ekonomi global, wisatawan tetap melakukan perjalanan wisata, namun mengalami perubahan pilihan destinasi, wisatawan memilih melakukan perjalanan wisata yang dekat dengan rumah, fenomena ini disebut staycation (Papatheodorou, 2014).

Wisata budaya, alam dan buatan manusia jika dilihat dari jenisnya, maka produk wisata terdiri dari tangible product dan intangible product. Tangible product merupakan kondisi yang terlihat dan nyata pada destinasi. Sedangkan intangible product berupa budaya dan sejarah di destinasi itu.

Konsumen dalam industri pariwisata adalah wisatawan. Menurut

UNWTO, wisatawan (traveler) dapat dibedakan menjadi beberapa kategori berdasarkan motivasi kunjungan dan lama kunjungan (Holloway, 2009). Motivasi orang berwisata dapat didefinisikan sebagai berikut (Schaar, 2013):

Para wisatawan memiliki motivasi yang berbeda-beda untuk mengunjungi suatu destinasi yang semakin beragam, mereka mencari lebih banyak 17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menemukan pengalaman baru dari pada menikmati hiburan pada liburan mereka. Kecenderungan ini mempengaruhi jenis berwujud dan tidak berwujud yang dicari oleh wisatwan tertentu. Dalam hubungannya dengan preferensi untuk menemukan lebih dari kepuasan diri. Konsumen saat ini adalah 'aspiratif' karena mereka mencari aktualisasi diri dalam pilihan perjalanan mereka.

Selain wisatawan, ada empat komponen utama yang harus diperhatikan dalam pariwisata, yaitu attraction, accessibility, amenity, dan ancillary (4A).

Atraksi merupakan produk yang ada di suatu destinasi wisata. Atraksi ini berupa produk wisata alam, budaya, dan buatan manusia. Komponen kedua adalah aksesibilitas, yaitu infrastruktur yang tersedia di destinasi wisata. Infrastruktur meliputi sarana transportasi yaitu jalan raya, bandar udara, pelabuhan, dan ketersediaan alat transportasi. Kemudian komponen ketiga adalah amenitas, yaitu fasilitas pendukung pariwisata di destinasi itu, meliputi akomodasi, tempat makan, fasilitas kesehatan, tempat ibadah, Automatic Teller Machine (ATM), dan lainnya.

Komponen keempat dalam pariwisata adalah ancillary (Holloway, 2009).

Ada kategori lebih lanjut dari berbagai layanan pariwisata yang layak untuk diperhatikan lebih ini. Kita dapat menyebutnya layanan tambahan - ini disediakan baik untuk turis atau ke penyedia jasa wisata. Masing- masing akan ditangani secara bergiliran.

Services yang dimaksud adalah pelayanan yang mendukung kegiatan pariwisata. Contohnya ketersediaan pemandu wisata, asuransi perjalanan, ketersediaan money changer, adanya travel consultant, dan lainnya.Pariwisata juga dapat dijelaskan sebagai suatu system. Menurut Goeldner and Richie (2006) dalam Cathy (2008) dalam bukunya Tourism Marketing: An Asia Pacific

Perspective mengatakan;

Pariwisata sebagai suatu system adalah sebuah proses, aktivitas dan hasil yang muncul dari adanya hubungan dan interaksi antara wisatawan,

18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

supplier pariwisata, pemerintah, tuan rumah, masyarakat dan lingkungan sekitar yang menarik wisatawan.

Sedangkan Mill dan Morison (1998) menggambarkan pariwisata sebagai suatu sistem dengan empat elemen atau variabel: permintaan (demand), perjalanan

(travel), destinasi (destination) dan pemasaran (marketing). Empat komponen tersebut saling tergantung dan mempengaruhi sehingga sistem dapat berjalan dengan baik (Cathy, 2008). Bila digambarkan sebagai suatu model, elemen permintaan dapat disamakan dengan daerah asal wisatawan atau Tourist

Generating Countries (TGC) sedangkan destinasi dapat disamakan dengan daerah tujuan wisata atau Tourist Destination Countries (TDC) yang merupakan daerah tujuan bagi wisatawan. Sedangkan elemen perjalanan (travel) dan pemasaran

(marketing) adalah penghubung antara TGC dan TDC (Sudiarta, 2014).

2.1.2 Pariwisata yang Berkelanjutan (Sustainable Tourism)

Pariwisata salah satu industri yang berkembang sangat cepat dan menjadi sumber pendapatan bagi banyak negara. Pariwisata juga membantu merevitalisasi ekonomi lokal dengan menyediakan banyak kesempatan lapangan kerja. Meski demikian, seperti halnya pembangunan, pariwisata juga dapat menimbulkan banyak permasalahan, seperti ketimpangan sosial, kehilangan warisan budaya, ketergantungan ekonomi dan kerusakan ekologi. Belajar dari kondisi ini maka wisatawan mulai mencari liburan yang lebih bertanggung jawab. Termasuk didalamnya adalah wisata yang berkelanjutan, seperti wisata alam dan wisata budaya (Fatimah, 2013). Wisata yang berkelanjutan adalah wisata yang menghargai penduduk lokal ataupun pendatang, warisan budaya dan lingkungan

(Fien, 2010). 19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pariwisata yang berkelanjutan (Sustainable Tourism) adalah suatu model pembangunan yang memenuhi kebutuhan namun tetap memberikan manfaat bagi generasi mendatang. Dalam konteks keseimbangan pembangunan ini mengandung makna adanya harmoni antara kepentingan ekonomi, sosial dan juga lingkungan.

Sehingga konsep ini sangat cocok diadopsi dalam pembangunan pariwisata, khususnya pemasaran pariwisata, karena adanya perubahan paradigma green tourism, green tourist dan juga green destination.

2.1.3 Ekowisata (Ecotourism)

Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang sementara ini dianggap sebagai kegiatan pariwisata yang berkelanjutan. Kegiatan ekowisata berbeda dengan kegiatan pariwisata lain. Ekowisata adalah sebagian dari sustainable tourism. Sustainable tourism adalah sektor ekonomi yang lebih luas dari ekowisata yang mencakup sektor-sektor pendukung kegiatan wisata secara umum, meliputi wisata bahari (beach and sun tourism), wisata pedesaan (rural and agro tourism), atau perjalanan bisinis (business travel) (Wood, 2002).

Menurut The International Ecotourism Society atau TIES (1991), ekowisata adalah perjalanan wisata ke wilayah-wilayah alami dalam rangka mengkonservasi atau menyelamatkan lingkungan dan memberi penghidupan penduduk lokal. Menurut Yoeti (2000), ekowisata merupakan jenis pariwisata yang berwawasan lingkungan, artinya melalui aktifitas yang berkaitan dengan alam, wisatawan diajak melihat alam dari dekat, menikmati keaslian alam dan lingkungannya sehingga membuatnya tergugah untuk mencintai alam.

20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sementara itu United Nations Commission on Sustainable Development

(dalam siding sesi ke 8 tahun 2000) menyatakan bahwa ekowisata adalah sustainable tourism yang:

1. Menjamin partisispasi yang setara, efektif dan aktif dari seluruh stakeholder,

2. Menjamin partisipasi penduduk lokal menyatakan Iya atau tidak dalam

kegiatan pengembangan masyarakat, lahan dan wilayah,

3. Mengangkat mekanisme penduduk lokal dalam hal kontrol dan pemeliharaan

sumber daya.

Secara konsepsual, ekowisata merupakan suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sehingga memberi manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat. Beaumont (1998) menggunakan tiga prinsip yang digambarkan dalam bagan berikut:

Gambar 2.1 Prinsip-prinsip Ekowisata Sumber: www.researchgate.net

21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Fennel dalam Dowling dan Page (2002) membagi dimensi dan spectrum ekowisata ke dalam hard ecotourism dan soft ecotourism dengan karakteristik masing-masing dimensi terurai sebagai berikut:

1. Hard Ecotourism a. Merupakan tipe ideal aktifitas ekowisata. b. Pesertanya adalah kalangan yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap

prinsip-prinsip sustainability seperti environmentalist, botanist atau ecologist. c. Mengutamakan keterlibatan yang mendalam dan personal dengan alam. d. Wilderness setting, lingkungan alam yang masih belum terjamah. e. Masih adanya keterbatasan baik dalam hal aksesibilitas, pelayanan maupun

fasilitas.

2. Soft Ecotourism a. Biasanya dalam jangka waktu yang pendek. b. Interaksi tak langsung dengan alam, dengan media dan perantara. c. Multipurpose tourism experience. d. Tingkat komitmen dengan alam tidak terlalu kuat. e. Pesertanya adalah tidak memiliki komitmen yang terlalu kuat dengan alam,

namun memiliki apresiasi terhadap atraksi dan terbuka untuk belajar mengenai

sustainability dan isu-isu yang terkait. f. Less natural setting. g. Memberikan pelayanan dan fasilitas tingkat tinggi.

Berdasarkan definisi, konsep, prinsip-prinsip serta dimensi yang ada pada ekowisata di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ekowisata adalah kegiatan

22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perjalanan wisata yang dikemas secara professional, terlatih dan memuat unsur pendidikan, sebagai suatu sektor/usaha ekonomi, yang mempertimbangkan warisan budaya, partisipasi dan kesejahteraan penduduk lokal serta upaya-upaya konservasi sumber daya alam dan lingkungan (Nogroho, 2015).

2.2 Definisi Pemasaran Pariwisata Berbasis Ekowisata

Pemasaran destinasi biasanya dilekatkan dengan strategi yang berorientasi pertumbuhan dan berfokus pada penciptaan citra, periklanan dan promosi penjualan yang bertujuan pada penigkatan jumlah kunjungan wisatawan domestik maupun internasional. Akan tetapi, pembangunan kepariwisataan dunia dan

Indonesia mengamanatkan adopsi etos dan prinsip pemasaran pariwisata yang bertanggung jawab (Responsible Tourism Marketing) (Dewi, 2011).

Untuk merealisasikam etos dan prinsip pemasaran pariwisata di atas,

Pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik

Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) Tahun 2010-2025. Dalam PP disebutkan bahwa kepariwisataan adalah seluruh kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha. PP Nomor 50

Tahun 2011 ini membahas tentang pembangunan kepariwisataan nasional, pembangunan Daerah Pariwisata Nasional (DPN), pembangunan pemasaran pariwisata nasional, pembangunan industri pariwisata nasional, pembangunan

23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kelembagaan kepariwisataan nasional, dan indikasi program pembangunan kepariwisataan nasional.

Pemasaran pariwisata dalam PP Nomor 50 Tahun 2011 dijelaskan sebagai serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan, produk wisata dan mengelola relasi dengan wisatawan untuk mengembangkan kepariwisataan dan seluruh pemangku kepentingannya. Pemasaran memegang peranan penting dalam pengembangan pariwisata, namun pemasaran ini harus bertanggaung jawab untuk menciptakan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan (sustainable tourism development). Pemasaran pariwisata yang bertanggung jawab (responsible tourism marketing) adalah menyeimbangkan kebutuhan wisatawan dengan perlindungan sumber daya sosial, budaya, dan lingkungan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal (Dewi, 2011). Hal ini sesuai dengan konsep Triple Bottom Line yang dicetuskan oleh John Elkington pada tahun 1994, menjadi dasar pemasaran pariwisata yang bertanggung jawab.

Triple bottom line terdiri dari 3P, yaitu planet (lingkungan), people

(sosial), dan profit (ekonomi). 3P akan diimplementasikan dalam bauran pemasaran pariwisata. Gambar 2.2 menunjukkan bahwa dengan memanfaatkan kekayaan alam untuk pariwisata maka dapat menghasilkan manfaat ekonomis bagi daerah itu, namun pertumbuhan ekonomi harus tetap memperhatikan nilai-nilai sosial. Selain itu, harus ada keseimbangan antara pemanfaatan kekayaan alam dengan perubahan nilai sosial. Perkembangan pariwisata tidak hanya berfokus pada pertumbuhan ekonomi, namun tetap memperhatikan keseimbangan alam dan

24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

nilai-nilai sosial di destinasi wisata tersebut. Triple bottom line salah satunya bisa diwujudkan melalui ekowisata (Ceballos-lascurain, 2006).

”Ecotourism is environmentally responsible travel and visitation to relatively undisturbed natural areas, in order to enjoy, study and appreciate nature, to promotes conservation, has low negative visitor impact, and provides for beneficially active socio-economic involvement of lokal populations”

Gambar 2.2. Triple Bottom Line Sumber: www.sustainabletourismonline.com

2.3 Strategi Pemasaran Pariwisata Berbasis Ekowisata

2.3.1 Definisi Strategi Pemasaran Pariwisata Secara Umum

Strategi pemasaran adalah suatu cara untuk memperkenalkan, menarik, menyadarkan, dan membuat konsumen tertarik terhadap suatu produk. Menurut

Kotler, strategi pemasaran terdiri dari segmentation, targeting, dan positioning

(STP). Dengan STP, pemasar dapat menjual produknya secara tepat karena mengetahui target calon konsumen dari segmentasi dan bagaimana konsumen melihat produk tersebut di pasar dibandingkan dengan produk wisata lain. Strategi pemasaran yang efektif adalah strategi pemasaran yang berorientasi pada pada 25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pasar, market-driven strategy. Dengan market-driven strategy, pemasar dapat menentukan target konsumen secara tepat dan menentukan posisi produknya di pasar, termasuk mengikuti perubahan customer journey. Perkembangan tekonologi menyebabkan customer journey berubah menjadi 5A, yaitu Awareness,

Appeal, Ask, Act, dan advocate. Dalam fase advocate, konsumen menceritakan kembali pengalaman mereka saat mencoba barang atau jasa, biasanya dilakukan melalui media sosial, website, atau blog (Kartajaya, 2013).

Fokus dalam hal pemasaran sangat penting dilakukan, sehingga diperlukan tahap-tahap dalam penentuan strategi pemasaran. Tahap yang pertama yang harus dilakukan yaitu strategi pemasaran segmentasi, yaitu membagi konsumen ke dalam kelompok homogen, konsumen yang memilki kesamaan kebutuhan.

Penentuan segmentasi pasar dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu generic segmentation, product type segmentation, dan product varian segmentation.

Dengan tiga tingkatan segmentasi, maka pemasar akan lebih mudah menentukan target pasar.

Dalam melakukan segmentasi, pemasar perlu melakukan identifikasi segmen, kemudian melihat respon dari setiap segmen supaya dapat menentukan strategi pemasaran yang berbeda di setiap segmennya. Ada beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menentukan segmentasi, yaitu:

1. Geografis: Negara, Kota atau wilayah tertentu.

2. Demografi: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, penghasilan, agama,

status perkawinan, suku dan lain-lain.

3. Psikografi: kelas sosial, kepribadian dan gaya hidup

26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Tingkah laku: pengetahuan / sikap konsumen terhadap produk

Setelah melakukan segmentasi, tahap kedua dalam strategi pemasaran targeting. Targeting adalah mengevaluasi dan memilih satu atau beberapa segmenyang sesuai dengan produk yang ditawarkan. Pemasar harus mengetahui value opportunities dan capability/segment match untuk menentukan target pasar dari segmentasi yang ada. Targeting berdasarkan product differentiation akan menghasilkan target pasar yang spesifik.

Tahap ketiga adalah positioning yaitu menentukan suatu hal yang berbeda dari produk yang ditawarkan dibandingkan dengan produk lain di pasar.

Positioning bisa berhasil jika memiliki Points-of-Difference (PODs) yaitu atribut atau keunikan dari suatu produk yang identik dan tidak dimiliki oleh produk lain.

Dalam industri pariwisata, atribut ini bisa berupa ikon. Jika tidak memiliki keunikan yang khas, sulit untuk sebuah ikon bertahan lama. Biasanya hanya akan bertahan selama beberapa tahun, namun tidak mampu menciptakan sustainability.

Kebanggaan akan muncul atas ikon ini sehingga tidak hanya menarik wisatawan internasional, tetapi juga menarik wisatawan domestik secara bersamaan

(Kartajaya, 2013).

Untuk menentukan positioning yang efektif, maka pemasar harus mengetahui target pasar dan kompetitor dari produk itu. Kemudian menggunakan

POD sebagai referensi untuk melakukan branding dari produk yang ditawarkan.

Dengan kuatnya differentiation dan positioning, maka brand akan terangkat dengan sendirinya. The American Marketing Association (Kotler, 2012) mendefinisikan sebuah brand:

27

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi dari mereka, dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari satu penjual atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari pesaing.

Dalam suatu brand harus mengandung image dan keunikan dari produk tersebut, juga bersifat mengenalkan dan menyampaikan pesan. Ketika suatu destinasi memiliki brand, maka konsumen akan mudah mengingat destinasi tersebut. POD merupakan poin penting dalam pembentukan destination branding.

Dikatakan dalam www.brandingmagazine.com (Morgan, 2002) yang membahas tentang destination branding:

Di pasar pariwisata yang kompetitif, tujuan wisata harus membangun citra merek yang positif dan kuat, yang berasal dari asosiasi citra yang kognitif, unik, dan afektif, untuk meningkatkan pengunjung yang berulang dan untuk menarik wisatawan baru ke destinasi

Dengan adanya destination branding, maka kesadaran wisatawan akan suatu destinasi akan terbentuk (awareness), wisatawan mengenal destinasi itu.

Dari awareness ini akan muncul ketertarikan (interest). Wisatawan akan mulai mencari tahu tentang destinasi ini sehingga muncul keinginan (desire) untuk mengunjungi. Pada akhirnya wisatawan akan datang ke tempat tersebut (action).

Untuk menggambarkan tahapan keberhasilan suatu branding digunakan model

AIDA seperti yang ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.

28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 2.3. AIDA Sumber: Manajemen Pemasaran Edisi 13, 2008, hal. 234

Selain dari penggunaan model AIDA untuk mengukur tahap keberhasilan sebuah branding, segmentasi pasar berdasarkan gaya hidup atau VALS (value,

Activities and Lifestyles) adalah dasar pembagian pasar yang paling relevan digunakan dalam memasarkan destinasi pariwisata yang berbasis pada nilai-nilai keberlanjutan (sustainable).

Segmentasi dalam perilaku menggolongkan wisatawan berdasarkan kesamaan pengetahuan, sikap, tingkat penggunaan, maupun respon terhadap suatu produk. Segmentasi gaya hidup juga sering dikatakan sebagai segmentasi berbasis karakteristik psikografis yang menghasilkan kelompok-kelompok konsumen

(wisatawan) yang mempunyai gaya, cara dan selera berwisata yang berbeda

(Dewi, 2011).

Sasaran utama dalam segmentasi gaya hidup terhadap jenis dan tipe konsumen/wisatawan untuk menentukan destinasi wisata yang berbasis ekowisata adalah konsumen ‘hijau’ pada umumnya dan wisatawan budaya (cultural tourists) atau wisatawan yang mengunjungi destinasi alam dan budaya (geo tourists). Hal ini menjadi trend dan wisatawan jenis ini semakin banyak dan jumlahnya tumbuh relatif pesat. 29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.3.2 Pemasaran Pariwisata yang Bertanggung Jawab (Responsible Tourism

Marketing)

Pemasaran pariwisata yang bertanggung jawab sering juga disebut sebagai upaya memasarkan produk-produk wisata yang berkelanjutan. Produk-produk wisata yang berkelanjutan didefinisikan sebagai produk wisata yang bertanggung jawab kepada lingkungan, adil secara sosial dan layak secara ekonomis sehingga pengguna produk sekarang bisa memenuhi kebutuhannya tanpa mengorbankan saran produksi atau kebutuhan generasi yang akan datang. Pengembangan produk wisata yang berkelanjutan merupakan antithesis produk wisata massal, dimana dampak pada sumber daya alam dan sosial budaya tidak diperhitungkan.

Pengembangan kepariwisataan yang demikian juga dikenal sebagai community- based touris, eco-tourism, responsible tourism, environmentally-friendly tourism, ataupun minimum- impact tourism (Dewi, 2011).

Sustainable tourism mendasari semua konsep tersebut dan memastikan keseimbangan antara manfaat ekonomis, dampak pada lingkungan dan perlindungan daya budaya. Akan tetapi, pemasaran yang berkelanjutan melibatkan semua proses, baik secara strategis maupun taktis, yang dilakukan dalam pemasaran pariwisata, mulai dari analisis pasar, segmentasi, targeting dan positioning yang dilandasi oleh nilai sebagai etos dan prinsip berkelanjutan

(Dewi, 2011). Pemasaran pariwisata yang bertanggungjawab menambahkan prinsip-prisip keberlanjutan sebagai variabel dalam standar pengambilan keputusan pemasaran. Akan tetapi variabel ini unik dan istimewa karena ia hadir dimana dan kapan saja, sebagai latar belakang saat semua pengambilan keputusan

30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

strategik dilakukan (Coddington, 1993). Semua keputusan dalam pemasaran pariwisata, seperti pengembangan produk, promosi dan upaya pemasaran untuk menarik dan memnangkan loyalitas wisatawan harus memasukkan prinsip-prinsip tersebut.

Penerapan strategi pemasaran yang bertanggungjawab mempunyai dua tujuan (Ottman, 1993) yaitu mengembangkan produk yang menyeimbangkan kebutuhan konsumen akan kualitas, harga terjangkau dan kenyamanan dengan perlindungan sumberdaya lingkungan, sosial dan budaya. Selanjutnya yaitu menciptakan citra kualitas tinggi, yang juga meliputi sensitivitas terhadap lingkungan dan rekam jejak pemeliharaan lingkungan untuk produk wisata yang dikembangkan suatu destinasi.

Untuk mengintegrasikan keputusan-keputusan pemasaran dengan prinsip- prinsip pemasaran pariwisata yang bertanggung jawab, elemen-elemen utama pemasaran harus secara langsung merespon tiga isu penting dalam prinsip-prinsip pemasaran pariwisata ini (Dewi, 2011): a. Perncanaan strategi pemasaran yang meliputi analisis segmen pasar, penetapan

pasar sasaran dan pemosisian produk wisata harus didasarkan pada prinsip

tersebut. b. Pembentukan citra destinasi didasarkan pada upaya untuk mewujudkan

reputasi destinasi dalam hal pemenuhan hak-hak wisatawan, pelibatan

komunitas dan perlindungan (gambar 2.4). c. Perencanaan dan penetapan strategi bauran pemasaran (marketing mix) harus

didasarkan pada prinsip-prinsip pemsaran pariwisata yang bertanggungjawab.

31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar. 2.4. Pembentukan Citra/Reputasi Pariwisata Indonesia Sumber: Responsble Tourism Marketing, 2011, hal. 22

2.3.3 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Dalam pemasaran dikenal sebuah konsep bauran pemasaran atau yang lebih dikenal dengan marketing mix. Marketing mix adalah serangkaian unsur pemasaran yang dapat dikuasai oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya

(Kotler, 2012). Marketing mix merupakan implementasi dari strategi pemasaran

STP.

Unsur marketing mix yang utama terdiri dari 4P, yaitu product, place, price, dan promotion. Kemudian berkembang menjadi 7P, dengan penambahan people, physical evidence dan proccess. Dalam industri pariwisata terdapat 8P yaitu product, place, price, promotion, packaging, programming, people, dan partnership (Pomering, 2009). Keempat tambahan marketing mix dalam pariwisata digunakan pemasar untuk menciptakan inovasi sehingga dapat menarik wisatawan dengan customer experience yang diperoleh. Berikut definisi dari masing-masing bauran pemasaran dalam pariwisata.

32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.3.3.1 Product

Merupakan objek intangible ataupun tangible yang dipasarkan kepada konsumen, bisa berupa barang maupun jasa. Produk pariwisata berupa daya tarik wisata itu sendiri dengan komponen 4A yang ada di destinasi wisata. Contohnya adalah sebuah destinasi wisata dengan pemandangan indah akan memiliki nilai jual yang tinggi dengan kemudahan akses, ketersediaan listrik, penginapan, tempat makan, dan jasa pendukung layanan pariwisata.

2.3.3.2 Price

Harga dikendalikan oleh produsen, namun harus berorientasi pada pasar.

Supaya terjadi suatu transaksi, harga harus sesuai antara konsumen dan penyedia produk. Harga menentukan positioning produk di pasar. Destinasi wisata dengan biaya transportasi dan penginapan mahal bias menyebabkan positioning destinasi wisata itu sebagai wisata untuk segmen kelas menengah ke atas. Sedangkan destinasi wisata yang murah dari sisi transportasi dan akomodasi segmen pasarnya menjadi lebih luas, yaitu mass tourism. Harga mempengaruhi persepsi wisatawan terhadap value-for-money.

2.3.3.3 Place

Place berhubungan dengan distribusi, tempat dimana calon konsumen bisa mendapatkan produk tersebut. Contohnya dalam industri pariwisata adalah travel agent, institusi atau channel lain yang mempermudah wisatawan untuk pergi ke suatu destinasi. Distribusi produk wisata sangat beragam, terutama dengan kemajuan TIK yang menyebabkan banyak munculnya channel distribusi online dan juga website yang dikelola langsung oleh manajemen destinasi tersebut.

33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.3.3.4 Promotion

Promosi adalah cara memperkenalkan suatu produk kepada konsumen.

Tujuan dari promosi adalah menimbulkan awareness sehingga konsumen membeli produk tersebut. Beberapa macam jenis promosi, diantaranya: a. Advertising

Contohnya saat ini adalah dengan menggunakan media digital. Media digital

banyak dipakai saat ini karena low cost. Promosi tentang destinasi wisata

dengan menampilkan keindahan alam di sana melalui foto-foto menarik

tentang destinasi wisata itu akan membuat konsumen menyadari mereka

membutuhkan liburan. b. Word of Mouth (WOM)

Beberapa tahun terakhir ini, dengan berkembangnya dunia digital, maka

dikenal e-WOM contohnya adalah ulasan wisatawan di digital media. Promosi

suatu destinasi wisata saat ini cukup berisiko karena harus berhati-hati supaya

wisatawan tidak berekspektasi tinggi dan salah persepsi sehingga malah

merusak keseimbangan ekosistem di destinasi tersebut. c. Events and Experiences

Suatu destinasi wisata bisa dikenal melalui events yang diselenggarakan di

tempat itu, seperti event olah raga, event musik, maupun tempat shooting

sebuah film. d. Media

Paid Media, Owned Media, Sosial Media, Endorse (POSE)

34

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

POSE berkaitan dengan promosi. Yang termasuk dalam paid media adalah

advertising di media cetak dan media digital seperti koran, majalah, stasiun

televisi, dan website publik. Sedangkan owned media adalah website yang

dikelola langsung oleh pihak destinasi wisata. Untuk memanfaatkan media

tanpa berbayar, pemasar dapat menggunakan sosial media seperti Facebook,

Instagram, Twitter, blog, dan lainnya. Peran promosi destinasi wisata di media

sosial tidak bisa dipisahkan dengan endorser seperti public figure, artis dan

selebriti instagram (selebgram) yang memiliki banyak follower di account

media sosialnya.

2.3.3.5 People

Semua pelaku yang berperan dalam industri pariwisata. Menurut

Morrison, people dalam pariwisata tidak hanya pemasar yang memasarkan produk sehingga bisa membuat konsumen membeli produk itu, namun juga konsumen itu sendiri. Dalam industri pariwisata yang sebagian besar produknya di bidang jasa, people merupakan hospitality resources.

2.3.3.6 Packaging

Packaging yang dimaksud adalah cara pengemasan suatu produk.

Contohnya adalah variasi paket wisata yang dikemas secara menarik untuk ditawarkan kepada konsumen maupun bentuk kemasan dari produk\wisata yang berupa barang. Paket wisata terdiri dari services, dan facility untuk suatu durasi tertentu yang ditawarkan oleh trip organizer. Hal ini bertujuan mempermudah wisatawan untuk mendapatkan produk wisata itu. Salah satunya contohnya adalah

35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

paket wisata yang disusun sesuai dengan tempat-tempat utama suatu film atau minat khusus.

2.3.3.7 Programming

Programming yang dimaksud adalah cara packaging suatu produk wisata melalui event, festival, dan kegiatan. Penyelenggaraan paket wisata bisa dilakukan saat upacara adat atau festival. Contoh event atau festival adalah Rambu Solo di

Toraja, Borobudur Maraton, dan Tour de Singkarak dalam event balap sepeda.

Sedangkan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan dalam suatu perjalanan wisata seperti belajar membuat tenun, belajar tarian adat, live-in di perkampungan adat, dan lainnya.

2.3.3.8 Partnership

Bentuk partnership atau kemitraan salah satunya diwujudkan dalam kerjasama dengan pemerintah (private-public partnership). Dalam pengembangan partnership terbentuk konsep penta helix, kerjasama 5 sektor, yaitu pemerintah, akademisi, swasta, komunitas, dan media.

Gambar 2.5. Destination Product Sumber: Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan, 2015, hal. 46. 36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Physical product, people, packaging, dan programming merupakan komponen dari destination product dimana empat komponen ini bersifat wajib untuk dimiliki oleh suatu destinasi wisata. Selain itu diperlukan Destination

Management Ogranization (DMO) yang baik untuk dapat mengkoordinasi dan mengintegrasikan keempat komponen untuk pemasaran destinasi wisata. DMO meliputi image-making, branding, pemasaran, dan komunikasi mengenai apa yang ditawarkan destinasi tersebut ke wisatawan (Morrison, 2012). Destination

Product ditunjukkan pada Gambar.

2.3.4 Konsep DOT dan BAS

Kemenpar menetapkan 2 konsep strategi promosi yaitu Destination,

Origin, Time (DOT) dan Branding, Advertising, Selling (BAS). Arief Yahya mengatakan (CNN Indonesia 2016):

''Saya sering katakan bahwa Look merupakan hasil dari branding, sementara Book-Pay adalah hasil dari advertising dan selling. Sementara conversion rate akan tinggi jika wisatawan tidak hanya Look tetapi juga Book dan Pay. Jadi jumlah wisatawan yang Book dibanding Look (Book/Look) itulah conversion rate. Selain itu, jumlah wisatawan yang Pay dibanding yang Book (Pay/Book) dan pada akhirnya jumlah wisatawan yang Pay dibanding yang Look (Pay/Look) itulah conversion rate”

Promosi pembangunan pariwisata yang berkelanjutan harus bersinergi antara pusat dengan masing-masing daerah supaya setiap daerah bisa mengatur pariwisata daerahnya. Kedua konsep ini sudah diterapkan dalam pemasaran pariwisata Indonesia dan bisa diterapkan juga dalam pemasaran pariwisata daerah.

2.3.4.1 Destination, Origin, Time (DOT)

Destinasi yang dimaksud adalah tempat tujuan wisata, sedangkan origin adalah asal wisatawan, dan time adalah pola musiman pasar. Destinasi tidak bisa 37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dipisahkan dengan daya tarik tempat itu. Origin bisa dibedakan berdasarkan segmentasi geografi, demografi, dan psikografi. Sedangkan time berkaitan dengan event atau festival yang diselenggarakan di tempat itu, hari libur nasional, dan musim.

2.3.4.2 Branding, Advertising, Selling (BAS)

Branding bertujuan mengenalkan suatu destinasi wisata dengan keunikannya. Untuk menimbulkan awareness terhadap brand, diperlukan advertising. Advertising berkaitan dengan promosi untuk mengubah awareness menjadi interest, kemudian desire. Dari desire, pemasar menjual (selling) produknya sehingga terjadi sebuah transaksi (action).

2.4 Penelitian Sebelumnya

Penelitian mengenai perumusan strategi pemasaran pariwisata yang berbasis ekowisata di Wonosobo yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Penelitian-penelitian lain dengan tema “pariwisata yang berbasis ekowisata yang merujuk padsa pemasaran pariwsata yang bertanggung jawab dan berkelanjutan adalah:

1. Peneliti : Florentina Woro Narwastu Ellyanti

Judul Penelitian : Analisis Strategi Pemasaran Pariwisata Sumba

Metode Penelitian : Metode Campuran (Mix Method)

Tujuan Penelitian : Mengevaluasi strategi pemasaran, menganalisis

pertimbangan wisatawan saat memilih dan

menentukan destinasi, menganalisis preferensi

sumber informasi, menganalisis preferensi

38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sumber informasi, menganalisis image destinasi

Sumba dan menganalisis user experience

terhadap Sumba.

2. Peneliti : Irawati Dian Sari

Judul Penelitian : Peran Ekowisata Dalam Konsep Pengembangan

Pariwisata Berbasis Masyarakat.

Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif

Tujuan Penelitian : Mengetahui dan mendeskripsikan karakter

produk dan pasar ekowisata dan mengkaji sejauh

mana ekowisata berpengaruh dalam

menggerakkan peran serta masyarakat dan

memberikan manfaat bagi masyarakat.

3. Peneliti : Ari Yuwono

Judul Penelitian : Analisis Pasar Ekowisata Taman Nasional

Gunung Merapi Bagian Selatan dan Implikasinya

Bagi Strategi Pengembangan Pemasaran.

Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif

Tujuan Penelitian : Menganalisis kondisi actual pasar, produk,

neraca atau keseimbangan ekspektasi wisatawan

dan menyusun strategi pengembangan

pemasaran.

39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Peneliti : I Nyoman Sudiarta

Judul Penelitian : Strategi Pemasaran: Mengintegrasikan Konsep

Pemasaran Pariwisata, Gaya Hidup Konsumen

dan Manajemen Destinasi Pariwisata Menuju

Kualitas Pengalaman Berkelanjutan.

Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif

Tujuan Penelitian : Perumusan strategi pemasaran dengan

menganalisis dan mengintegrasikan konsep

pemasaran pariwisata, gaya hidup konsumen dan

manajemen destinasi.

40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Paradigma menurut Wimmer dan Dominick, yaitu seperangkat teori, prosedur, dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti melihat dunia

(Kriyantono. 2012). Sedangkan paradigma menurut Bogdan dan Biklen, adalah sekumpulan anggapan dasar mengenai pokok permasalahan, tujuan, dan sifat dasar bahan kajian yang akan diteliti. Melalui paradigma, peneliti memperhatikan, menginterpretasi, dan memahami realitas (Tahir. 2011).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma kritis. Paradigma ini pada umumnya selalu melihat konteks yang luas, tidak hanya pada satu objek dan level saja anmun juga mengekplorasi objek lain yang ikut berperan dalam proses yang menentukan penelitian ini. Paradigma merupakan suatu sistem dasar keyakinan seseorang yang mengandung berbagai asumsi filosofis meliputi ontologis, epistemlogis, metodologis, dan aksiologis.

Secara ontologis, paradigma kritis memandang realitas yang teramati sebagai realitas semu yang telah terbentuk oleh proses sejarah dan kekuatan sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Secara epistemologis hubungan peneliti dengan yang diteliti selalu dijembatani oleh nilai-nilai tertentu, serta pemahaman suatu realitas merupakan value mediated findings (Kriyantono. 2012).

Paradigma kritis akan sangat berperan dalam perumusan strategi pemasaran pariwista yang sangat luas dengan tingkat objektifitas yang sangat luas.

Secara ideologis, paradigma ini juga akan sangat relevan dalam menganalisis STP

41

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan 8P yaitu product, place, price, promotion, packaging, programming, people, dan partnership. Sehingga akan mempermudah perumusan stratgi pemasaran pariwisata yang berbasis ekowisata yang ada di Wonosobo.

3.2 Metode dan Strategi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis melakukan analisis strategi pemasaran pariwisata Wonosobo sebagai studi kasus. Metode penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mencoba memahami fenomena dalam setting dan konteks naturalnya dimana peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi fenomena yang diamati. Penelitian kualitati menganggap bahwa realitas adalah bentuk pikiran manusia. Serta proses penelitian kualitatif lebih fleksibel dan dalam artian langkah selanjutnya akan ditentukan oleh temuan selama proses penelitian (Sarosa, 2012).

Moleong (2015) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Data primer untuk penelitian kualitatif didapat melalui penelitian lapangan yaitu observasi dan wawancara (in-depth interview) dengan pemangku kepentingan (stakeholder) pariwisata Wonosobo (destination) dan para pelaku perjalanan wisata baik yang sudah ke Wonosobo maupun yang belum ke

Wonosobo (origin). Untuk data sekunder, penulis mengambil data dari BPS,

Kemenpar, Dinas Pariwisata Wonosobo, jurnal, dan beberapa literature dari

42

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sumber lain yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan penulis dengan observasi dan wawancara pada saat menentukan strategi pemasaran pariwisata yang berbasis ekowisata. Observasi dilakukan di beberapa destinasi wisata di Wonosobo.

Peneliti mengumpulkan data secara terbuka kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Maka hal yang akan di observasi selain dari destinasi wisata dalm penelitian ini adalah berbagai dokumen melalui dokumen asli milik pemerintah Wonosobo dan dokumen melalui online atau langsung yaitu berupa data statistik, media sosial, website resmi, brosur, booklet dan dokumen lain yang berhubungan dengan perumusan strategi pemasaran pariwisata yang berbasis ekowisata di Wonosobo.

Data observasi yang dilakukan terdiri dari:

1. Observasi lapangan dalam rangka melakukan pengamatan dan pengecekan

terhadap produk wisata Kabupaten Wonosobo, baik dalam STP dan 8P.

2. Observasi data sekunder yang terkait:

a. RPJMD oleh BAPPEDA Kabupaten Wonosobo tahun 2016-2021.

b. Rencana Strategis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Wonosobo tahun 2016-2021.

c. Rencana Kerja Kegiatan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Wonosobo tahun 2018.

43

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

d. Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo Oleh BAPPEDA

e. Media Publikasi, Promosi dan Pemasaran Kepariwisataan Kabupaten

Wonosobo.

f. Peta administrasi Kabupaten Wonosobo

g. Peta Perjalanan Pariwisata Wonosobo

h. BPS Kabupaten Wonosobo

Sedangkan wawancara dilakukan kepada beberapa orang narasumber dengan posisi dan latar belakang yang berbeda minimal 3 orang dan maksimal 5 orang. Hasil wawancara ini diharapkan dapat memberikan data aktual yang dibutuhkan sehingga hasil penelitian menjadi valid. Untuk memperkuat data hasil penelitian kualitatif, dilakukan triangulasi data untuk mengklarifikasi hasil temuan dari sumber lain untuk menguatkan hasil penelitian.

Dari hasil wawancara tersebut, peneliti ingin mengetahui kondisi aktual pariwisata Wonosobo. Data kunjungan yang digunakan dari tahun 2015 sampai

2017. Selain itu, perlu juga menganalisis langkah pemasaran yang sudah dilakukan dan kendala yang dihadapi sampai saat ini. Pertanyaan akan dihubungkan ke dalam konsep STP dan marketing mix. Pertanyaan yang lebih mendalam peneliti juga mengetahui segmentation, targeting, dan positioning pariwisata Wonosobo, bagaimana pertimbangan wisatawan dalam menentukan destinasi, cara mereka memperoleh informasi, image Wonosobo dan customer experience wisatawan yang sudah mengunjungi Wonosobo. Data ini didapat dari hasil wawancara dengan informan.

44

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penelitian dengan pendekatan kualitatif menggunakan instrumen penelitian berupa pedoman wawancara untuk mendapatkan data yang relevan dan akurat dari narasumber. Durasi wawancara berkisar antara 40-120 menit untuk membahas seputar pariwisata Wonosobo. Data yang harus dicatat setiap kali melakukan wawancara meliputi nama, pekerjaan atau jabatan, tanggal dan waktu wawancara, serta tempat wawancara. Wawancara dilakukan langsung oleh peneliti dengan bantuan aplikasi voice recorder pada smartphone.

Kriteria Narasumber yaitu para pemangku kepentingan serta penggiat pariwisata yang sudah lama berkecimpun dalam upaya pengembangan pariwisata

Kabupaten Wonosobo. Berikut daftar narasumber dalam penelitian ini:

1. Bapak Agus Purnomo sebagai Kepala Kantor Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif Kab. Wonosobo sejak tahun 2017. Mantan Kepala Dinas Sosial

tahun 2014 dan sebagai Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

tahun 2016. Saat ini Pak Agus juga sebagai salah satu dewan Pembina

DPC Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) di Wonosobo.

2. Bapak Lucas Agus Tjugianto sebagai pemilik warung dan restoran

Dieng Warung Makan dan Restaurant di Jl. Sindoro No.12, Wonosobo

Timur, Wonosobo Tim., Kec. Wonosobo. Pak Agus dikenal sebagai

salah satu penggiat pariwisata khususnya di Dieng dan salah satu icon

Parwisata di Wonosobo. Pak Agus sudah berkecimpun di dunia

pariwisata sejak tahun 1970-an hingga saat ini, dimana saat itu warung

makan yang dimilikinya dijadikan sebagai pusat informasi pariwisata

bagi wisatawan khususnya mancanegara. Pak Agus juga sudah sering

45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mendapat penghargaan salah satunya sebagai Duta Pariwisata Provinsi

Jawa Tengah.

3. Bapak Salim Bawazier sebagai ketua DPC Himpunan Pariwisata

Indonesia (HPI) di Wonosobo. Pak Salim juga terkenal sebagai salah

satu penggiat kepariwisataan Wonosobo sejak tahun 1970-an bersama

Pak Lucas Agus Tjugianto.

4. Gus Blero sebagai salah satu budayawan di Wonosobo. Selain itu Gus

Blero dikenal sebagai pemerhati kepariwisataan dan kebudayaan di

Wonosobo.

5. Nuruddin Ardiyanto ST. MT. sebagai Kepala Bidang Bina Marga

Dinas Pekerjaan Umum Kab. Wonosobo. Bidang Bina Marga adalah

bidang yang melakukan pengembangan infrstruktur khususnya jalan

yang ada di Wonosobo.

6. Tiga orang dari penyedia jasa wisata (travel agent) di jalan

Prawirotaman Yogyakarta. Travel agent yang dipilih adalah travel

yang menyediakan paket wisata ke Wonosobo.

a. Adi sebagai pengelola Aria Touris Sercive

b. Cahyo sebagai pengelola Vocation Travel

c. Kartika sebagai pengelola Losari Tours and Travel

Wawancara juga dilakukan pada wisatawan yang sedang dan pernah melakukan kunjungan wisata di Wonosobo. Pertanyaan pembuka yang ditanyakan kepada narasumber seputar latar belakang pekerjaan dan interest dari narasumber.

46

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kemudian pertanyaan penelitian yang dibedakan sesuai dengan background pekerjaan atau jabatan narasumber.

Daya Saing Wonosobo

1. Bagaimana peminat trip Wonosobo 5 tahun terakhir?

2. Apa yang biasanya menjadi pertimbangan wisatawan untuk

memutuskan pergi ke Wonosobo?

3. Apa yang menjadi daya tarik utama paket wisata Wonosobo?

4. Bagaimana dengan destinasi di Wonosobo, apakah ada destinasi wajib,

atau permintaan khusus wisatawan datang ke Wonosobo khususnya

yang berbasis ekowisata?

5. Bagaimana dengan daya Tarik tradisi Rambut Gimbal dalam rangkaian

acara dieng culture festival di Banjarnegara yang merupakan bagian

dari kebudayaan Wonosobo?

Segmenting, Targeting and Positioning (STP)

6. Siapa saja yang secara mayoritas datang ke Wisata Wonosobo?

(segmenting)

7. Siapa saja yang diharapkan berkunjung ke pariwisata Wonosobo

selama ini? (Targeting)

8. Apa yang menjadi keunikan khas yang dimiliki oleh wisata

Wonosobo? (positioning)

Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

9. Bagaimana menjual paket wisata Wonosobo, dari 8P

47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

a. Produk: wisata apa yang paling diminati wisatawan dan bagaimana

mengatur Itinerary (rencana perjalanan)?

b. Place: bagaimana cara guide atau pemerintah yang terlibat

mengatur wisatawan untuk menentukan wisata yang mereka akan

kunjungi dan dimana mereka bisa menginap?

c. Price: bagaimana dan siapa saja yang menetapkan harga paket

wisata di Wonosobo?

d. Promosi: apa saja yang telah dilakukan oleh pemangku

kepentingan pariwisata wonosobo untuk memperkenalkannya ke

wisatawan yang lebih luas? Saat ini apa cara yang paling efektif

dilakukan untuk memperkenalkan wisata Wonosobo?

e. People: bagaimana dengan kesediaan masyarakat khususnya yang

telah ditetapkan desa wisata untuk menerima wisatawan dan

memasarkan destinasi wisata? Dan bagaimana peran guide di luar

Wonosobo dalam memfasilitasi wisatawan?

f. Paket dan program: apa saja yang menjadi panduan wisatawan

selama ini dalam menentukan destinasi wisata yang akan

dikunjunginya? Apa saja yang telah dilakukan oleh pemangku

kepentingan dalam menentukan paket perjalanan dan durasi

kunjungan wisatawan?

g. Partnership: bagaimana hubungan kerjasama antara pemerintah,

pihak swasta dan masyarakat dalam hal pengembangan pariwisata

48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

di Wonosobo? Sejauhmana kepedulian mereka dalam hal

pariwisata yang sustainable atau ecotourism?

3.4 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini ini, penulis menggunakan kajian isi (content analysis) untuk menganalisis hasil penelitian kualitatif. Kajian isi adalah teknik yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan, dilakukan secara objektif dan sistematis (Moleong 2015). Analisis konten dituangkan dalam menjawab pertanyaan penelitian pada Bab I.

Sebelum melakukan analisis konten, penulis melakukan reduksi data hasil wawancara yang didapatkan. Reduksi ini bertujuan menajamkan, mengorganisir, dan membuang data yang tidak diperlukan sedemikian rupa sehingga diperoleh data yang lebih terfokus. Untuk memeriksa keabsahan data hasil wawancara digunakan teknik pemeriksaan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong

2015). Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber yaitu membandingkan data hasil wawancara dengan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Kemudian hasil analisis disajikan dalam uraian hasil wawancara yang dikaitkan dengan teori strategi pemasaran.

Kemudian dikembangkan dalam bentuk tabel atau paragraf yang berisi ringkasan analisis.

49

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Potensi Pariwisata Berbasis Ekowisata yang Ada di Wonosobo

Wonosobo adalah kota kedua Jawa tengah yang banyak dikunjungi wisatawan setelah dengan destinasinya yang terkenal yaitu Candi

Borobudur. Wonosobo mudah dijangkau dari segala penjuru dan didukung oleh infrastruktur jalan sebagai prasarana yang memadai. Potensi wisata yang dimiliki sangatlah beragam yaitu budaya yang ‘adiluhung’ (bermutu) serta objek wisata yang alami.

Wonosobo kemudian menjadi primadona bagi wisatawan nusantara ataupun mancanegara. Kabupaten yang terkenal dengan cuacanya yang dingin ini berada di Provinsi Jawa Tengah yang merupakan 10 destinasi prioritas

Kementrian Pariwisata di Indonesia. Selain itu masuknya kawasan Pegunungan

Dieng sebagai klaster Joglosemar menjadikan Destinasi Tujuan Wisata (DTW) yang ada di Wonosobo memiliki potensi yang sangat besar dikunjungi oleh wisatawan.

Dieng is beuty, misty and mysterious adalah sebuah makna yang menggambarkan tentang keindahan dan keunikan pada suatu tempat yang terkenal dengan panorama alam dan kebudayaannya. Dieng diibaratkan sebagai bunga desa yang menyimpan sebuah harapan, membuat banyak orang datang dan menjadi idola di masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh Pak Lucas Agus:

“Dieng is beuty, mistic, and mysteriuous. Dieng itu indah berkabut tapi menyimpan banyak misteri,, Dieng meskipun memiliki kerusakan seperti itu, tetap masih menjadi daya tarik bagi wisatawan dengan alasan2 yang beragam.. Dieng itu punya apa?? Dieng itu punya simpanan harapan 50

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ibarat bunga desa yang banyak didatangi orang, sehingga menjadi idola,,”

Kawasan Pegunungan Dieng adalah salah satu potensi besar yang dimiliki

Wonosobo dalam hal pengembangan kepariwisataan. Banyak keindahan alam yang kemudian bisa dijadikan sebagai Destinasi Tujuan Wisata (DTW) oleh pemangku kepentingan. Beberapa destinasi wisata tesebut mampu menarik minat wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara untuk datang berkunjung. Berikut ini merupakan daftar destinasi wisata Wonosobo:

Tabel 4.1. Destinasi Wonosobo

No. Atraksi Wisata No. Atraksi Wisata

1. Kawasan Wisata Dieng 14. Arum Jeram Serayu

2. Batu Ratapan Angin 15. Kebun Salak

3. Bukit Sidengkeng Petak 9 Dieng 16. Agrowisata Bedakah

4. Telaga Pengilon 17. Kuburan Budha

5. Kompleks Candi Arjuna 18. Waduk Wadaslintang

6. Pendakian Gunung Prau 19. Agrowisata Tanjungsari

7. Telaga Merdada 20. Pemandian Kalianget dan Mangli

8. Lobang Sewu 21. Curug Winong

9. Goa Jaran 22. Air Terjun SiKarim

10. Curug Sirawe 23. Telaga Menjer

11. Bukit Sikunir 24. Telaga Warna

12. Telaga Cebong Dieng 25. Agrowisata Tambi

13. Sumur Jalatunda

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo

51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tercatat bahwa Wonosobo memiliki 25 destinasi wisata dengan destinasi wisata alam lebih mendominasi. Selain memiliki ragam destinasi wisata,

Wonosobo merupakan kabupaten yang memiliki cukup banyak event setiap tahunnya (Lihat Lampiran 1).

Di Wonosobo, dengan struktur alam dan budaya dimilikinya menggambarkan betapa besar potensi pariwisata yang dapat dikembangkan.

Dirubah sedikit akan menjadi sarana perekonomian baru bagi masyarakat dan pemerintah. Hal ini diutarakan oleh Pak Agus Purnomo:

“…Jadi waktu saya bertugas sebagai kepala dinas pariwisata saya mencanangkan kebijakan yaitu pariwisata yang berbasis masyarakat khususnya bagi pemuda pemudi. Karena wisata Wonosobo alamnya luar biasa dimana-mana alamnya diubah sedikitpun bisa dijual, bisa jadi duit banyak. Knp pemuda pemudi bekerja diluar kota bahkan keluar negeri sedangkan potensi yang ada di daerah asalnya sangat besar. Alamnya yang luas, dimana mana ada air, diubah dikit jadi uang…”

Sebagai contoh pengembangan pariwisata di Wonosobo yaitu di Lubang

Sewu di Desa Wadaslintang. Awalnya tidak ada wisatawan yang tertarik, namun setelah dilakukan pengembangan destinasi dan upaya promosi, ribuan pengunjung langsung datang ke sana. Implikasi dari pengembangan DTW di Lubang Sewu yaitu adanya geliat perekonomian yang baik di masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya pedagang yang ada di sana. Pak Agus Purnomo kembali menyampaikan:

“…sejak berkembangnya destinasi di lubang sewu yg tadinya tidak ada pedagang, langsung ratusan pedagang. Bahkan di desanya saat ini tidak adalagi yang nganggur, semuanya kerja. Hingga saat ini dari pendapatan desa menjadi sumber pendanaan bagi setiap kegiatan ke masyarakatan di desa itu. Ini menandakan adanya geliat ekonomi kerakyatan yang sangat luar biasa…”

52

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.1 Keramaian Wisatawan yang Berkunjung Ke Lubang Sewu Sumber: @visitwonosobo (instagram)

Selain dari keindahan alam yang dimilik oleh Wonosobo. Terdapat juga kebudayaan yang sangat terkenal yang dapat menjadi DTW bagi wisatawan.

‘Ritual Rambut Gembel’ adalah salah satu tradisi kebudayaan yang sangat terkenal hingga mancanegara. Selain itu terdapat pula peninggalan sejarah dan tradisi keagamaan di Wonosobo. Hal ini disampaikan oleh Pak Salim:

“…ada peninggalan-peninggalan sejarah dari beberapa kultur budaya dan agama, misalkan saja kebudayaan Islam, di sini terdapat makam-makam Kiyai, tokoh Islam dan para Wali.. dan itu sering dikunjungi untuk berziarah,, tidak hanya orang Jawa, bahkan di luar Jawa-pun,, sekarang pariwisata digalakkan, informasi itu semakain berkembang, sehingga menjadi stimulun bagi orang- orang datang ke Wonosobo,,, selanjutnya Hindu,, dan Wonosobo banyak sekali candi-candi peninggalan Hindu, itukan menandakan bahwa ada sesuatu di Wonosobo ‘the soul of Wonosobo’… sampai skarang pun orang-orang dari Bali sering berkunjung ke Dieng tepatnya di candi arjuna.. selain itu, mereka mengambil air suci yang dibawa ke Bali,, yaitu telaga warna dan mata air bimolukar..”

Pak Agus Purnomo juga menyampaikan:

“…Wonosobo itu pusat dari semua tradisi di Jawa bahkan Dunia… terdapat gua yang besar tempat petapaan bagi orang Hindu, dulunya Wonosobo ini mau dijadikan sebagai pusat Hindu di Dunia mulai dari Negara asia tenggara hingga orang India,, orang Bali sering datang ke sini untuk bertapa, terus membawa air suci di Dieng…”

53

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Implikasi dari sebuah pengembangan kepariwisataan diharapkan mampu mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan (sustainable). Karena dengan adanya prinsip tersebut kualitas alam, kebudayaan dan perekonomian berjalan seimbang. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan program ekowisata bagi setiap destinasi.

Kepariwisataan yang berbasis ekowisata seharusnya berbasis pada ekonomi kerakyatan. Masyarakat selalu harus dilibatkan dari setiap pengembangan destinasi karena masyarakat yang paling tahu dengan lingkungannya dan cara memperlakukan alam yang ada di sekitarnya. Seperti yang dikatakan oleh Agus Purnomo:

“…Jadi waktu saya bertugas sebagai kepala dinas pariwisata saya mencanangkan kebijakan yaitu pariwisata yang berbasis masyarakat khususnya bagi pemuda pemudi. Hal ini dilakukan karena diharapkan mereka menjadi motor penggerak pariwisata yang ada dilingkungannya”

Gus Blero juga menyampaikan:

“…Berbicara tentang sustainability itu berbicara tentang program yang dibuat oleh pemangku kepentingan,, tetapi yang harus diperhatikan bahwa,, lokasi destinasi wisata itu sebenarnya ya milik orang yang hidup di situ,, candi arjuna, ya milik masyarakat Dieng,, mereka yang paling paham dengan lingkungannya.. jadi harus dilibatkan… kemampuan masyarakat hanya mampu mengolah dan mencintai… tapi kemudian tugas pemerintah adalah bagaimana pemerintah menjaga mereka semua… jadi yang butuhkan disisni adalah,, sebuah kehendak baik,,, jadi jika ada kerjasama dengan pihak swasta ya harus membuat program yang tanpa mengabaikan apapun…”

Merujuk pada latar belakang dilakukannya penelitian ini, pengembangan pariwisata memiliki dampak negatif jika dilakukan tanpa prinsip-prinsip berkelanjutan. Prinsip-prinsip keberlanjutan ini bisa dilakukan salah satunya dengan mengembangkan produk pariwisata yang berbasis ekologi atau yang

54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dikenal ekowisata (ecotourism). Oleh karena itu dibutuhkan pemasaran periwisata yang bertanggung jawab (responsible tourism marketing).

Dari hasil observasi yang dilakukan tentang pariwisata di Wonosobo pada belum ditemukan program khusus yang telah berjalan dengan mengupayakan terjadinya pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Selanjutnya akan menggambarkan pentingnya ekowisata pada sebuah destinasi di Wonosobo.

Gambaran tentang potensi ekowsata ini adalah himpunan dari hasil wawancara dan observasi dilapangan yang dikemas dalam bentuk catatan lapang (Field Note).

4.1.1. Desa Tertinggi Di Jawa, Sembungan Negeri di Atas Awan

Desa Sembungan merupakan salah satu desa yang berada di Wonosobo.

Desa ini memiliki kekayaan alam yang terbentang luas di kawasan Pegunungan

Dieng. Desa Sembungan yang terletak dibagian timur Desa Dieng dengan luas

291.703 ha merupakan desa tertinggi (2350 m.dpl) dan bersuhu terdingin (±5°C) di Pulau Jawa. Selain itu banyak objek wisata yang dapat kita temui di sana yang diantaranya adalah Puncak Sikunir dan Telaga Warna. Selain kondisi alam,

Sembungan juga memiliki komoditas pertanian yang kuat serta kearifan lokal yang unik.

Puncak sikunir dan Telaga warna adalah primadona bagi wisatawan saat ini. Pertimbangan wisatawan sendiri sangat beragam, akan tetapi yang paling kuat adalah mereka ingin menikmati keindahan alam secara natural dan terlepas dari rutinitas mereka di perkotaan. Banyaknya wisatawan yang kemudian masuk ke

Sembungan memberi dampak positif khususnya mengenai adanya sarana produksi

(mata pencaharian) baru bagi masyarakat.

55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Awalnya masyarakat yang hidup di kawasan Pegunungan Dieng khususnya Desa Sembungan, sudah terlalu nyaman dengan kehidupan bertaninya.

Mereka cenderung menolak kegiatan kepariwisataan karena menganggap kehidupan bertani adalah satu-satunya sarana produksi yang baik. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pilihan masyarakat untuk bertahan dengan cara bertani, akan tetapi cara-cara eksploitatif yang dilakukan masyarakat terhadap alam justru merusak lingkungan mereka sendiri. Cara-cara eksploitatif yang dimaksud adalah mentransformasi hutan gunung dan perbukitan menjadi ladang pertanian. Hal ini kemudian menimbulkan banyaknya longsor yang terjadi di kawasan Pegunungan Dieng termasuk Desa Sembungan.

Gambar 4.2. Pemandangan Perbukitan Gundul yang Dijadikan Lahan Pertanian oleh Warga di Desa Rawa Kleing, Kaliwiro, Wonosobo. Sumber: www.antarafoto.com

Saat ini, setelah 35 tahun masyarakat yang hanya mengandalkan kehidupan pertaniannya justru merusak lingkungannya sendiri mulai tersadarkan.

Hal ini juga dikarenakan pengembangan pariwisata sehingga masyarakat langsung melibatkan diri dan mengatakan ‘tourism is good’.

56

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upaya pengembangan destinasi tujuan wisata ini sudah dilakukan sejak lama oleh beberapa akademisi dan aktifis kepariwisataan di Wonosobo. Upaya yang dilakukan seperti memberi pemahaman tentang sadar wisata, memberi pelatihan menjadi guide, berbahasa inggris dan lainnya.

Kegiatan kepariwisataan pun berjalan secara kolaboratif antara pemerintah, masyarakat dan swasta di Desa Sembungan. Akan tetapi respon yang dilakukan terhadap upaya pengembangan destinasi justru kembali merusak tatanan alam sebagaimana mestinya. Kegiatan kepariwisataan dianggap terlalu berlebihan dan kurang mempertimbangkan asas keberlanjutan melalui pengawasan dan program yang tepat. Pak Lucas Agus menjelaskan:

“…yang hilang itu situation,, suasananya,, kalau masalah destinasi itu nggak ada yang berubah,, tapi suasana, kalau dulu itu lingkungannya indah, kalau sekarang banyak ironisnya,, banyak bangunan dimana-mana yang tidak tertata rapi,, kenapa?,, saya sudah sejak dulu berbicara dibeberapa kesempatan,, Please,,!! kita menjual hijaunya Wonosobo, keindahan alamnya, keseniannya,, bukan bangunan kongkrit seperti bangunan secara berlebihan,, biarkanlah alam itu seperti itu, sebagaimana mestinya,,.”

Terdapat banyak bangunan yang tidak semestinya berada di kawasan destinasi karena mengurangi unsur alamiah dan keindahan alam di Desa

Sembungan. Saat ini sedang terjadi ‘euphoria’ tentang kepariwisataan secara umum di Wonosobo. Menikmati hasil kunjungan wisatawan sedangkan untuk kedepannya belum tahu apa yang akan dilakukan.

57

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.3. Warung Makan di Kawasan Candi Arjuna Sumber: Data Pribadi

Kebanyakan bangunan yang ada di dekat candi arjuna seperti homestay dan warung makan berada di kawasan cagar budaya. Bangunan tersebut merupakan jenis bangunan permanen dan semi permanen. Selain itu terdapat juga bangunan kosong tanpa memiliki fungsi apapun yang dibangun oleh masyarakat sekitar. Konsekuensi dari itu semua adalah degradasi keindahan alam dan situs cagar budaya yang ada di sana. Seperti yang dikatakan oleh Pak Lucas Agus:

“sekarang daerah situs pubakala, seperti komplek candi itu aslinya (UU Kolonial Hindia Belanda) seluas kurang lebih 100 hektar lebih tahun 1937,, sekarang tidak ada separuh,, karena mereka mebangun di daerah situs, daerah yang seharusnya dilindungi…”

Gambar 4.4. Bangunan Jualan Makanan dan Cenderamata Milik Masyarakat di Kawah Sikidang Sumber: Data Pribadi

58

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar di atas juga menjelaskan tentang kondisi bangunan destinasi yang ada di kawah sikidang yang kurang dalam penataan. Hal ini kemudian dapat menjadi perhatian pemangku kepentingan pariwisata Wonosobo untuk melakukan pengembangan destinasi berbasis ekowisata.

4.1.1. Nirwana Para Dewa, Dieng Menjujung Kearifan Lokal

Dieng is beuty, misty and mysterious. Ungkapan tersebut adalah ucapan yang keluar dari mulut seorang penggiat wisata ketika menggambarkan Dieng.

Dieng diibaratkan sebagai bunga desa yang menyimpan sebuah harapan, membuat banyak orang datang dan menjadi idola di masyarakat.

Dataran tinggi Dieng atau dalam bahasa Prancis Dieng Plateau berada di ketinggian 2093 m.dpl yang diapik oleh dua daerah Wonosobo dan Banjarnegara.

Sruktur alam yang sangat indah sehingga menjadi pusat pengembangan pariwisata dan kebudayaan di Indonesia.

Nama Dieng berasal dari kata ‘diyang’ atau ‘dihyang’ yang berarti tempat

Hyang/Dewa. ‘Hyang’ sendiri berarti ‘arwah leluhur yang secara harfiah bermakna temapat bagi para dewa yang bagaikan ‘nirwana’. Banyak situs sejarah dan keindahan alam serta tradisi kebudayaan yang memukau menjadikan Dieng sebagai tempat yang sangat misterius. Hal ini juga tercatat dalam sebuah prasasti, di Dieng:

“kawrat ing seratan Tjanggal Sang Prabu Sanjaya ngandikaaken: pepunden Civa kanglinuwih endahe, punika karsanipun boten sanes inggih naming ing diyeng. Makaten ugikawrat ingserat undangbab siti mardikan ing Prambanan Sang Prabu Daksangantos kapingtiga anggenipun nyebataken; gunung wingit padewatan Civa”

Arti dari catatan prasasti tersebut adalah:

59

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“tercatat pada prasasti Tjanggal, prabu Sanjaya menyebutkan: Pemujaan Dewa Civa yang terindah, tidak lain letaknya hanya d Dieng. Juga catatan undang-undang bab tanah Negara di Prambanan, sang prabu Daksa sampai tiga kali menyebutkan; gunung yang menyimpan misteri tempat dewa Civa.”

Dataran tinggi Dieng hampir setiap saat diselimuti oleh kabut yang cukup tebal. Pada musim-musim tertentu di bulan juli hingga agustus terjadi hujan es dengan cuaca di sekitar -3°C. orang Dieng menyebutnya ‘bun upas’ atau embun racun karena dapat mematikan tanaman pertanian mereka.

Gambar 4.5. Hamparan Es yang Berada di Candi Arjuna Sumber: www.nationaltempo.co

Cuaca sangat dingin tersebut juga membentuk kebiasaan orang Dieng dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Dari kebiasaan itu kemudian menjadi sebuah kearifan lokal bagi masyarakat di Dieng. Orang Dieng memiliki ruangan khusus untuk berkumpul. Di tengah ruangan itu terdapat ‘tungku api’ kemudian mengelilinginya dengan tujuan menghangatkan badan sambil makan dan minum.

Makna dari kebiasaan itu adalah orang Dieng menghargai sebuah kesederhanaan, kesetaraan dan gotong royong. Kearifan lokal ini yang kemudian mulai tergerus akibat dari berubahnya cara pandang mereka memaknai dan memperlakukan alam. 60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Alam sudah jauh dari dari unsur keasliannya, beberapa destinasi alih-alih melestarikan kearifan lokalnya, justru membuat atraksi produk pariwisata yang justru bertolak belakang dengan harapan wisatawan. Misalnya touris mancanegara datang ke sini untuk melihat ‘kemurnian’ dari alam. Akan tetapi ketika alam diwarnai, maka kemurniannya akan hilang. Gunung dibabat dijadikan lokasi wisata dan lokasi cagar budaya dibanguni bangunan yang permanen, nantinya akan terlihat secara spiritual ini akan mengganggu keseimbangan ekosistem antara

Tuhan, alam dan manusia. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Gus Blero:

“…adakalanya kebudayaan itu ditemptkan diruangnya sendiri dan tindak menjadi konsumsi yang umum karena adanya batasan-batasan. Tetapi hari ini kita melihat banyak yang kemuian terlalu over yang terlalu berame rame yang membuka destinasi baru tanpa ada kontrol yang semestinya.. gunung-gunung di babat, langit-langit diwarnai,, batu-batu dikasi lipstip sama sekali kurang memperhatikan kearifan lokal..”

Ketika orang sudah sadar wisata, yang paling diharapkan adalah upaya untuk menjaga lingkungannya dan melestarikan kebudayaan. Secara umum, yang terjadi di Dieng sudah banyak upaya dan program yang akan dilakukan oleh pemangku kepentingan kepariwisataan di sana. Akan tetapi dari segi tatanan sosial terabaikan, hal ini tidak mencakup sebuah prinsip keberlanjutan.

Implikasi dari pengembangan destinasi dengan mengabaikan tatanan sosial yang merujuk pada kearifan lokal seperti relasi yang kapitalistik adalah konflik yang terjadi secara vertikal ataupun horizontal. Seperti yang terjadi saat ini ketika adanya sebuah perusahaan yang ingin membangun hotel di Dieng, orang beramai- ramai menolak pembangunan itu dengan alasan yang egosentris dan tidak menjunjung rasa kebersamaan. Hal ini kemudian dibutuhkan aturan-aturan yang jelas. Seperti yang dikatakan oleh Pak Lucas Agus: 61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“…dan sekarang dengan adanya sebuah perusahaan swasta yang ingin membangun sebuah hotel di kawasan cagar budaya,,, saya dengar mereka ribut di sana,, saya mendapat telfon dari para warga di sana,,apa kalian mau demo?, jadi pada intinya,, apa yang terjadi di Dieng sudah salah sejak awal penerapannya oleh oknum-oknum,, jadi sudah kaprah, kalau mau diperbaiki itu seperti air yang sudah terlanjur keruh.. mereka mengutamakan ego sendiri, tidak mau bekerja sama-sama,,”

Prototype saat ini yang berkembang hanya melihat sesuatu secara empiris, atau kasat mata, tetapi tidak melihat tatanan alam yang sudah harus dijaga.

Begitupun dengan kebudayaan dan kearifan lokal juga harus di jaga dengan narasi yang bukan hanya sebatas pikiran, tetapi juga dengan hati.

4.2 Strategi Pemasaran Yang Sudah Diterapkan

Strategi pemasaran yang sudah diterapkan oleh Pemerintah Wonosobo dapat dilihat dengan menganalisis segementasi, target dan posisi yang ditetapkan.

Selain itu dilakukan juga analisis 8P yang menggambarkan strategi apa saja yang telah dilakukan oleh para pemangku kepentingan di Wonosobo. Berikut hasil analisis yang telah dilakukan.

4.2.1 Analisis Segmentasi, Target dan Posisi Pasar Pemasaran

4.2.1.1. Segmenting

Pertama, berdasarkan geografis, wisatawan dapat dibedakan ke dalam asal negaranya dimana wistawan bisa berasal dalam negeri atau mancanegara.

Awal mula perkembangan pariwisata di Wonosobo berawal pada tahun 1970 dimana saat itu wisatawan belum memiliki informasi yang jelas tentang pariwisata

Wonosobo. Kondisi itu berakhir ketika terdapat sebuah restoran yang bernama

Warung Dieng milik Pak Agus Lucas Tjugianto menjadi pusat informasi pariwisata di Wonosobo. Pak Agus pun secara tidak sengaja menjadi guide bagi

62

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

para wisatawan khususnya mancanegara yang kemudian datang berbondong- bondong ke destinasi khususnya Dieng hingga mencapai 40.000 wisatawan pada tahun 1980-1990. Hal ini diceritakan oleh Pak Agus Lucas Tjugianto melalui wawancara:

“Pada tahun 1970an, secara tidak sengaja saya menjadi guide bagi para turis,, awalnya mereka cuman datang untuk makan di warung saya,, mereka kemudian menanyakan tentang pariwisata yang ada di Wonosobo khususnya Dieng,, sejalan dengan itu, saya kemudian menjadi informasi lebih jauh tentang Dieng dan membuat map sendiri, dan memfoto-foto spot yang di Dieng saat itu lalu saya menempelkannya di diniding warung, sehinggga warung saya saat itu menjadi pusat informasi pariwisata di Wonosobo saat itu,, begitupun dengan akses untuk menuju kesana,, hingga pada tahun 1980 dan 1990 wisatawan asing yang datang ke Dieng sangat luar biasa hingga mencapai lebih dari 40rb orang,, ketika saya Tanya tentang alasan dia datang dan siapa yang memberi informasi,, mereka menjawab dari mulut ke mulut para wisatawan asing,,,”

Kemudian Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo memberi informasi tentang perkembangan kunjungan wisatawan juga menjelaskan tentang segmentasi geografis wisatawan Wonosobo. Hal ini dapat dilihat dari data berikut:

1,000,000 900,000 800,000 700,000 600,000 500,000 Wisnus 400,000 300,000 Wisman 200,000 Total 100,000 - 2012 2013 2014 2015 Wisnus 393,638 473,093 593,665 864,735 Wisman 19,089 10,335 7,291 5,056 Total 412,727 483,428 600,959 869,791

Gambar 4.6. Audit Capaian Kinerja Pelayanan Bidang Pariwisata 2012- 2015 Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo (BAPPEDA) 63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dari data di atas dapat kita ketahui bahwa wisatawan dalam negri mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan rata-rata peningkatan 30,44%.

Sedangkan wisatawan mancanegara mengalami penurunan dari tahun 2012 hingga tahun 2015. Kebanyakan dari pengunjung destinasi di Wonosobo berasal dari wisatawan dalam negri (Nusantara).

Wisatawan Wonosobo secara geografis juga dapat dikategorikan sebagai pengunjung dari Jawa Tengah dan pengunjung yang berasal dari luar jawa tengah.

Hal ini dapat kita temui dari unggahan Badan Pusat Statistik Wonosobo melalui website Wonosobokab.bps.go.id. Dari data tersebut dapat kita ketahui perbandingan jumlah pengunjung yang berasal dari jawa Tengah dan di luar Jawa

Tengah ke kawasan Pegunungan Dieng Wonosobo.

Tabel 4.2. Jumlah Wisatawan di Kawasan Pegunungan Dieng

Jumlah Wisatawan (Jiwa) Tahun Jawa Tengah Luar Jawa Tengah 2010 38562 69786 2011 38776 59322 2012 50924 81611 2013 72563 105548 2014 99114 162237 Total 299939 478504 Sumber: BPS Wonosobo

Tabel di atas juga menunjukkan bahwa adanya peningkatan kunjungan wisatawan yang terjadi terus menerus setiap tahunnya baik dari Jawa Tengah maupun di luar Jawa Tengah. Dari data itu juga kita dapat mengetahui bahwa pengunjung yang berasal dari luar provinsi Jawa Tengah lebih besar dibandingkan pengunjung dari Jawa Tengah.

64

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kedua, berdasarkan psikografi, wisatawan dibagi berdasarkan minat khusus dan moda transportasi yang digunakan. Berdasarkan minat khusus seperti minat budaya, touring, fotografi, pecinta alam dan kegiatan lain yang sesuai dengan hobi wisatawan mampu disediakan oleh destinasi di Wonosobo. Minat khusus seperti komunitas Honda CRV yang melakukan touring dari Cirebon ke

Wonosobo, setelah itu lanjut ke dan Jogjakarta. Begitupun dengan para fotografi yang mengambil gambar di kawasan Pegunungan Dieng seperti puncak sikunir, telaga warna, gunung prau dan lain sebagainya.

Saat ini, gunung prau menjadi destinasi yang begitu favorit di Wonosobo.

Tribunjateng.com menjelaskan melalui hasil wawancaranya dengan salah satu pengelola basecamp gunung prau pada tanggal 8 juni 2018 bahwa pada malam minggu dibulan biasa, jumlah pengunjung atau pendaki gunung prau yang melalui

Patakbanteng Kejajar Wonosobo mencapai 1000 orang. Pada hari yang sama di bulan ramadhan ini, pendaki yang naik hanya berkisar 150 orang. Hal yang senada tentang maraknya pengunjung gunung Prau diungkapkan oleh Pak Agus

Purnomo:

“…justru akhir-akhir ini, saya mendapat laporan bahwa yang tinggi nilai jualnya dan banyak dikunjungi oleh orang-orang yaitu gunung prau,,, karena kita tau kalau disana itu menyajikan keindahan alam yang sungguh luar biasa, sehingga banyak yang suka mendaki dan berfoto datang ke sana…mungkin sekitar seribuan orang yang kesana setiap akhir pekan…”

65

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.7. Kepadatan Pengunjung Gunung Prau Sumber: Tribunjateng.com

Sedangkan untuk moda transportasi yang digunakan untuk mengunjungi destinasi wisata di Wonosobo itu bervariasi. Kebanyakan wisatawan yang datang menggunakan mobil pribadi, akan tetapi jika dilihat dari jumlah unit kendaraan, motor wisatawan yang paling banyak digunakan untuk datang ke destinasi khususnya kawasan Pegunungan Dieng. Seperti yang dijelaskan oleh Pak Agus

Purnomo:

“..orang-orang biasanya datang dengan menggunakan kereta (kereta identik digunakan oleh orang Wonosobo sebagai bahasa pengganti dari sepeda motor),, kebanyakan dengan itu, karena mungkin akses menuju Dieng agak sempit dan menghindari kemacetan karena mobil pribadi dan bus yang mengangkut para pengunjung juga banyak…”

Data dari BAPPEDA juga menunjukkan tentang moda transportasi yang digunakan wisatawan untuk berkunjung ke destinasi wisata di Wonosobo. Dari data tersebut juga menggambarkan bahwa mobil pribadi menjadi sarana transportasi yang mendatangkan banyak wisatawan. Berikut penelitian yang dilakukan oleh BAPPEDA:

66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30 26 Moda Transportasi 25 23

20 18

15 11 10 6 5 3

0 Mobil Bus Kendaraan Sepeda Angkutan Lain-lain Pribadi Sewa Motor Umum

Gambar 4.8. Moda Transportasi Wisatawan Kab. Wonosobo Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo (BAPPEDA)

Tabel di atas merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh BAPPEDA yang bekerjasama dengan Universitas Sanata Dharma yang diselenggarakan pada saat perumusan city branding Wonosobo. Grafik tersebut terdiri dari hasil kuesioner yang berjumlah 100 orang wisatawan yang dibagi secara acak pada lokasi destinasi wisata. Hasilnya menujukkan bahwa sebanyak 26 orang yang berkunjung ke Wonosobo menggunakan mobil pribadi sebagai jumlah terbanyak dalam hal moda transportasi.

Ketiga, berdasarkan perilaku, wisatawan dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu lama tinggal wisatawan dan motivasi wisatawan. Dari ketiga hal itu akan menjelaskan tentang sikap, pengetahuan hingga tanggapan wisatawan terhadap destinasi pariwisata yang dikunjungi.

Lama tinggal wisatawan yang bekunjung ke Wonosobo khususnya Dieng biasanya dipengaruhi oleh akses menuju lokasi yang lumayan jauh. Hal ini terjadi

67

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pada wisatawan yang memulai perjalanan pariwisatanya di luar Jawa Tengah.

Selain itu jumlah akomodasi/penginapan juga yang sangat terbatas di Wonosobo.

Ini juga yang membuat perusahaan travel yang melayani perjalanan menentukan untuk tidak menginap di Wonosobo. Ada pula hal lain yang menjadi pertimbangan perusahan travel yaitu tidak adanya tempat lain yang bisa dikunjungi di Wonosobo selain kawasan Pegunungan Dieng. Hal ini diutarakan oleh salah satu pengelolah Aria Touris Sercive di jalan Prawirotaman Mas Adi:

“…biasanya wisatawan langsung balik,,, karena kami memberi paket perjalanan Borobudur ke Dieng… cuman belakangan ini kami tidak mengambil Dieng karena terakhir mobil kami ke sana ada kendala persoalan akses ke Wonosobo… ada juga wisatawan yang nginap jika dia mau ke sikunir karena memang harus bermalam di Dieng, jadi kami memberi biaya tambahan karena mobil harus kembali ke jogja nanti mereka akan di jemput kembali…”

Mas Cahyo dari Vocation Travel mengatakan:

“…kalau persoalan nginap di Wonosobo itu 50:50 sih mas,, ada yang nginap ada yang langsung pulang,, tapi itu tergantung dari yang di kunjungi sih… kalau dia mau ke gunung prau dan puncak sikunir pasti nginap cuman semalam,, cuman biasanya kami beri biaya tambahan sih,,, cuman uang transprotasi saja… sedangkan untuk kendala untuk ke Dieng sendiri sih,, pasti aksesnya,, karena kemarin sempat jembatannya jebol karena longsor juga…”

Data yang didapatkan dari BAPPEDA juga menyatakan bahwa lama tinggal wisatawan sebagian besar adalah satu hari yang menggambarkan bahwa

51% wisatwan tidak menginap di Wonosobo. Berikut gambar 4.9 dan gambar

4.10 menjelaskan hal tersebut:

68

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lama Tinggal (Length of Stay) 60 50 40 30 20 10 0 1 HARI 2 HARI 3 HARI > 3 HARI Series1 51 28 18 3

Gambar 4.9. Lama Tinggal Wisatawan Kab. Wonosobo Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo (BAPPEDA)

Akomodasi/Penginapan 60 51 40 23 18 20 5 2 1 0

Gambar 4.10. Akomodasi/Penginapan Wisatawan Kab. Wonosobo Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo (BAPPEDA)

Alasan wisatawan yang datang ke Wonosobo sebagai motivasi mereka kebanyakan untuk menikmati wisata alam. Wisata alam yang ada di Wonosobo seperti puncak sikunir, telaga warna, gunung prau dan lain-lainnya. Seperti yang dikatakan oleh Mas Cahyo:

“…mereka (wisatwan) beralasan ingin ke Dieng karena ingin menikmati keindahan alam di sana,, mereka kemudian memilih untuk camping di gunung prau..”

69

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pak Salim juga mengatakan:

“…saya pernah mendapat alas an yang cukup unik dari salah satu pengunjung Wonosobo Dieng,, dia datang hanya untuk menghirup udara segar bahkan menikmati sentuhan embun yang mengenai kulitnya…” Informasi tentang motivasi kunjungan wisatawan datang ke Wonosobo dapat dilihat dari laporan akhir city branding Wonosobo oleh BAPPEDA. Dimana wisata alam dan budaya merupakan motivasi utama wisatawan untuk berkunjung ke Wonosobo:

Motivasi Kunjungan 80 74 60 40 20 20 13 12 11 5 3 3 1 1 0

Gambar 4.11. Motivasi Kunjungan Wisatawan Kab. Wonosobo Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo (BAPPEDA)

Dari semua segmentasi yang dapat dianalisis tentunya ada yang menjadi pertimbangan khusus yang perlu dilakukan oleh pemangku kebijakan dan para akademisi dalam pengembangan pariwisata di Wonosobo. Salah satu dari segmentasi pasar wisatawan yang cukup kuat yaitu besarnya keinginan masyarakat untuk menikmati kualitas alam yang dimiliki oleh Wonosobo. Hal ini kemudian menjadi perhatian agar kualitas alam tetap terjaga maka unsur-unsur sustainable atau keberlanjutan dilakukan untuk setiap destinasi. Unsur keberlanjutan ini dapat menjadi Unique Selling Proposition (USP) bagi destinasi

70

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

destinasi Wonosobo. Hal ini diharapkan menjadi bahan untuk mengidentifikasi segmentasi pasar menurut minat wisatawan untuk menentukan target yang tepat.

4.2.1.2. Targeting

Untuk saat ini, pariwisata di Wonosobo belum memilik target yang secara spesifik dan tertulis. Hal ini dikarenakan belum adanya publikasi Rencana Induk

Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPARDA). Target wisatawan Wonosobo yang saat ini dilakukan hanya berfokus pada wisatawan yang memiliki minat khusus. Minat khusus wisatawan yang datang ke Wonosobo tergantung pada jenis atraksi yang ada di destinasi yang ada di Wonosobo.

Masing-masing destinasi memiliki target dan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan dengan motivasi yang berbeda. Seperti target destinasi puncak sikunir berbeda dengan desa wisata yang ada di Wonosobo. Begitupun dengan wisatawan yang datang ke kebun teh tambi atau wisatawan yang suka highing tentunya akan ke gunung prau. Oleh karena itu, pengelola daya tarik wisata dan penyedia jasa wisata harus fokus dan mengenali targetnya sehingga fasilitas ditempat itu sesuai dengan kebutuhan wisatwan sebagai konsumennya. Pariwisata secara umum harus memenuhi standar sadar wisata dan sapta pesona. Karena denga hal itu, akan selalu menjadi daya tarik wisatawan untuk datang berkunjung ke Wonosobo. Seperti yang dikatakan oleh Pak Lucas Agus:

“..setelah saya mendapat gelar duta pariwisata di Wonosobo, saya baru sadar ternyata yang telah saya lakukan selama ini terhadap pariwisata Wonosobo sudah memenuhi standar sapta pesona begitupun dengan memberi pemahaman kepada masyarakat akan sadar wisata…”

Atraksi di Wonosobo yang memiliki target pasar wisatawan minat khusus yaitu:

71

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Alam

Keindahan alam Wonosobo sangat beragam, hal ini dikarenakan

keberadaannya yang dekat dengan kawasan pegunungan sindoro dan gunung

sumbing. Bagi wisatawan yang menyukai ketinggian dan menikmati udara

dingin hingga terbitnya matahari semua ada di kawasan Dieng Plateau. Dieng

plateuau atau dataran tinggi Dieng berada pada ketinggian 2093 mdpl. Di sana

menjadi akses utama wisatawan untuk mengunjungi destinasi seperti puncak

sikunir, gunung prau, kawah sikidang, batu ratapan angin dan telaga warna dan

beberapa destinasi lainnya yang berada di kawasan Pegunungan Dieng. Selain

itu juga di Wonosobo juga dapat kita temukan wisata alam lainnya seperti

telaga menjer, sumur jalatunda dan beberapa agrowisata seperti perkebunan the

tambi, permandian kalianget dan lainnya. Sedangkan di desa Sembungan salah

satu desa di Wonosobo dapat kita temukan air terjun seperti sikarim, seloka

dan sirawe, dan juga terdapat telaga seperti swiwi, nila dan dringo.

2. Budaya

Kebudayaan yang sangat terkenal di Wonosobo yaitu rambut gembel. Rambut

gembel adalah sebuah ritual yang dilakukan di kawasan Pegunungan Dieng

tepatnya candi arjuna. Selain itu ada juga tradisi kebudayaan lain yang dimiliki

seperti festival budaya selokromo, pengambilan air tujuh sumber, pawitan

budaya jawi dan unduh-unduhan, boyong kedathon dan prosesi ritual birat

sengkala, tari missal 5000 topeng lengger, tradisi larung sukerto serta tradisi

Rakanan Giyanti. Untuk Rakanan Giyanti sendiri, Wonosobo sedang gencar

melakukan pemasaran dan melakukan festival yang diharapkan menjadi

72

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

referensi lain bagi Wonosobo. Nama kegiatan festifal tersebut yaitu ‘The

Legend Of Lengger Giyanti’.

4.2.1.3. Positioning

Positioning berkaitan dengan bagaimana suatu brand diposisikan dalam pikiran target wisatawan. Dalam istilah psikologi disebut mental conception, yaitu bagaimana orang memiliki persepsi yang kuat di alam bawah sadarnya akan suatu objek, dalam hal ini wisatawan. Sebelum menentukan positioning, pemerintah dan beberapa pemangku kepentingan pariwisata Wonosobo dalam hal ini sebagai pemasar harus menentukan segmentasi dan target pasar terlebih dahulu. Hal ini nantinya akan bertujuan untuk mendatangkan wisatawan sebanyak mungkin ke destinasi.

Untuk menentukan positioning, maka diperlukan branding terhadap destinasi pariwisata di Wonosobo. Karena dengan adanya perumusan city branding oleh suatu daerah, selain mendatangkan wisatawan juga akan menggerakkan perekonomian masyarakat karena adanya implikasi terhadap investasi dan perdagangan di Wonosobo. Hal tersebut di sampaikan oleh Ibu Ike

Janita Dewi dalam sebuah Fucus Group Discusion pertama bersama para pemangku kepentingan pariwisata di Wonosobo.

“…Selain dari tujuan untuk mendatangkan wisatawan, branding juga membantu daerah maupun masyarakat untuk menentukan jenis investasi, karakteristik wisatawan atau pengunjung dan perdagangan yang ingin di tarik ke Kabupaten Wonosobo. Satu hal yang tidak kalah penting adalah sebuah brand juga mencerminkan cita-cita dan inspirasi suatu daerah maupun masyarakat….”

Wonosobo sendiri sudah melakukan City Branding yang launching pada tanggal 24 Agustus 2018 yaitu “The Soul of ”. Tagline ini memiliki arti yang 73

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sangat filosofis dan diputuskan secara bersama-sama dalam sebuah forum FGD yang diselenggarakan oleh BAPPEDA. Hal ini disampaikan oleh Pak Salim

Bawazier sebagai ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia di Wonosobo:

“..Wonosobo sendiri memiliki kebudayaan dan kearifan lokal yang sangat kuat,, Wonosobo memiliki arti sesuai dengan branding Wonosobo, the soul of java,, wonososbo,, sobo dalam arti bahasa jawa artinya berkunjung,, dan secara mendalam artinya berkunjung yang terjadi berkali-kali, sedangkan wono artinya ada apa,,, jadi secara filosofis sangat bermakna ketika mengartikan wonososbo, ada apa sehingga orang datang berkunjung..? jadi kenapa orang datang kesini sejak jamn dahulu, karena di sini ada soul, ada interest di kabupaten ini,, jadi ini menjadikan branding Wonosobo menjadi sangat pas..”

Gambar 4.12. Logo City Branding Pariwisata Kabupaten Wonosobo Sumber: www,bappeda.Wonosobokab.go.id

Sudah banyak hal yang direncanakan dan sedang dilakukan oleh para pemangku kepentingan pariwisata Wonosobo setelah dilakukannya city branding.

Dikutip dari Sindonews.com dalam sebuah wawancara dengan Bapak Bupati

Wonosobo Eko Purnomo pada tanggal 20 November 2018 menutarakan:

“…Setidaknya ada enam objek wisata unggulan daerah, yakni Dieng, Sindoro Sum bing, Panto Domas Sapuran, Serayu serta Winong sari Kaliwiro yang tengah di kembangkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo. Tak hanya itu, potensi desa-desa wisata serta tumbuhnya industri ekonomi kreatif juga didorong agar sektor pariwisata di daerah dengan city branding “The Soul of Java” ini kian mendunia…. Seiring tuntutan wisatawan yang kini mulai mengarah ke destinasi wisata alam, kami terus bergerak mendorong desa-desa untuk berbenah demi optimalisasi potensi alam mereka. Sampai saat ini ada 22 desa yang tengah mengembangkan potensi wisata alamnya…”

74

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Hal ini juga disampaikan oleh Pak Salim:

“Sejak berkembangnya destinasi wisata (pasca city branding), banyak yang kemudian mulai belajar menjadi guide, berbahasa iunggris dan lainnya.. saat ini dengan banyaknya desa wisata, mereka sekarang berlomba-lomba menjadikan desa mereka sebagai desa wisata,, karena sekarang mereka sadar, dengan menjadi desa wisata akan memebawa banyak manfaat bagi desa,,, mereka kemudian kembali menjunjung kearifan lokal, kebudayaan, melestariakan alam mereka,,,”

Dengan melihat situasi pariwisata Wonosobo, para pemangku kepentingan dapat menentukan segmen, target dan positioning wisatawan sebagai konsumen.

Sudah adanya branding yang di miliki pariwisata Wonosobo sudah sangat membantu dalam hal pengembangan destinasi pariwisata di Wonosobo.

Strategi pemasaran dari situasi ini kemudian dapat diimplementasikan ke dalam analisis bauran pemasaran yang terdiri dari product, place, price, promotion, people, program, packaging dan partnership. Dari analisis STP yang sudah dilakukan oeh pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya tentang pariwisata Wonosobo dapat kita simpulkan sebagai berikut:

Tabel 4.3 Ringkasan Analisis STP

Segmenting • Segmen geografis terutama mancanegara dan segmen minat khusus wisatawan. • Dinas Pariwisata mengidentifikasi perilaku wisatawan khususnya mengenai keberlangsungan destinasi (ekowisata) sehingga dapat menentukan target yang tepat.

Targeting • Target wisatawan yang berbeda-beda, hal ini tergantung atraksi yang ditawarkan. • Pemerintah dan pemangku kepentingan pariwisata lainnya di Wonosobo sebaiknya mengetahui karakteristik target wisatawan.

Positioning • Kepariwisataan Wonosobo sudah memiliki city branding yaitu ‘The Soul of Java’. • Pemerintah sudah melakukan banyak perencanaan pasca city 75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

branding untuk menentkuan positioning destinasi pariwisata Wonosobo.

4.2.2. Analisis Bauran Pemasaran

4.2.2.1. Product

Komponen produk pariwisata terdiri dari 3A, yaitu atraksi, aksesibilitas dan amenitas. Analisis dilakukan pada tiga komponen utama produk pariwisata di

Wonosobo. Wonosobo memiliki banyak produk pariwisata, namun belum semua destinasi dapat dipasarkan dengan baik karena masih dalam tahap pengembangan khususnya dalam hal infrastruktur seperti jalan, penginapan dan fasilitas umum yang lainnya. Seperti yang dikatakan oleh Pak Agus Purnomo sebagai mantan

Kepala Dinas Pariwisata Wonosobo dan saat ini sebagai pengawas Himpunan

Pramuwisata Indonesia:

“…Saat ini masyarakat Dieng mulai menggantungkan hidupnya di pariwisata. Mereka sudah mulai membuat hotel warung makan hingga restaurant. Bahkan setiap hari bisa kita lihat puluhan truk membawa pasir, batu semen ke arah Dieng…”

Kepala Bina Marga Bapak Nuruddin Ardiyanto juga menyampaikan:

“terkait dengan jalan infrastruktur ke wisata, dinas PU telah melakukan penggaran pembangunan jalan alternative menuju kawasan Pegunungan Dieng… Pegunungan Dieng juga bagian dari prioritas pembangunan infrastruktur jalan sebab Dieng adalah wisata nasional…”

Dari analisis STP dapat kita temukan bahwa kecenderungan wisatawan dalam menentukan destinasi di Wonosobo harus dilandasi dengan unsur-unsur sustainability. Dominannya wisatawan untuk menikmati alam yang secara natural sehingga menjadi perhatian pemangku kepentingan untuk menjada dan melestarikan keindahan alam di Wonosobo. Keuntungan secara ekonomi (profit) bukan semata-mata yang dicari, akan tetapi adanya keterlibatan masyarakat lokal

76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

melalui pemberdayaan, menjunjung tinggi kearifan lokal dan menjaga kelestarian lingkungan (alam). Sebuah destinasi harus menjaga keseimbangan antara ekonomi, sosial dan lingkungan agar terjadi sebuah pariwisata yang berbasis ekowisata sebagai salah satu cara untuk mencapai sustainable. Seperti yang dikatakan oleh ketua HPI Pak Salim Bawazier:

“…kami inginnya pariwisata Wonosobo itu sesuai dengan branding,, dan ini harus digerakkan secara bersama-sama, baik secara pribadi, oleh pemerintah dan masyarakat yang memang mereka yang mengerti tentang lingkungan dan kebudayaannya yang saat ini kita jadikan sebagai destinasi,,, dan ketika hal itu terjadi maka akan terus berlanjut secara jangka panjang… dan secara pribadi saya akan terus mendidik orang- orang Wonosobo tentang penting pariwisata …”

Berbicara tentang produk pariwisata di Wonosobo selain dari objek wisata oleh alam. Wonosobo memiliki produk yang sangat kuat dalam hal kuliner dan kerajinan tangan seperti ‘carica’ dan ‘purwaceng’. Pengembangan kuliner dan kerajinan (UMKM) saat ini masih bekerjasama dengan dinas pariwisata. Hal ini mengimplikasikan upaya pembinaan secara langsung belum dapat dilakukan secara maksimal. Ada sebuah komunitas yang bernama KOKI (pelaku usaha kuliner) yang terbentuk dari asosiasi pelaku usaha kuliner di Wonosobo.

Komunitas KOKI sering mengikuti pameran dan perayaan lain tentang kuliner dengan membawa ciri khas Wonosobo. Komunitas ini aktif dalam berkreasi dan berinovasi dengan dorongan diri dan semangat organisasi itu sendiri. Potensi kuliner Wonosobo sangat baik, dengan adanya branding itu sangat membantu memasarkan ciri khas kuliner milik Wonosobo, seperti mie ongklok, tempe kemul dan untuk oleh2 ada carica, purwaceng sebagai produk unggulan kuliner

Wonosobo.

77

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.13 Mie Ongklok Salah Satu Kuliner Khas Wonosobo Sumber: www.mieongklokinstant.com

Akan tetapi jika berbicara tentang kebudayaan Wonosobo, ‘Ritual Rambut

Gembel’ yang merupakan tradisi orang-orang Pegunungan Dieng itu justru berhasil dipasarkan oleh Pemerintah Kabupaten Banjarnegara. ‘Dieng Culture

Festival’ adalah salah satu kegiatan besar yang dilakukan oleh Banjarnegara di

Pegunungan Dieng. Kegiatan ini diadakan setiap tanggal 4-6 dibulan Agustus setiap tahunnya. Dimana Tradisi kebudayaan Rambut Gembel merupakan salah satu rangkaian acaranya. Hal ini dapat kita lihat pada gambar 1.6 pada BAB 1.

Lokasi Dieng memang berada pada perbatasan geografis antara Wonosobo dan

Banjarnegara. Hal ini kemudian menjadi perhatian khusus bagi pemangku kepentingan pariwisata Wonosobo untuk memasarkannya meskipun Wonosobo mendapat banyak keuntungan dari kegiatan pariwisata tersebut.

1. Atraksi

Wonosobo memiliki banyak atraksi yang bisa menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Beberapa diantaranya sudah memenuhi standar sapta pesona yakni aman, bersih, tertip, indah dan kenangan. Jenis atraksi yang ada di suatu destinasi merupakan hal yang banyak menjadi pertimbangan wisatawan sebelum berwisata.

78

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Atraksi yang banyak dijual oleh pariwisata Wonosobo yaitu alam dan budaya.

Seperti yang dijelaskan oleh Pak Salim:

“..banyak hal yang menjadi nilai jual dari destinasi di Wonosobo,, misalkan saja puncak sikunir,, dimana kita bias melihat matahari terbit hingga dua kali,,? Di sikunir itu ada, yang pertama itu gold sunrise dan yang kedua itu silver sunrise,,, untuk saat ini, perkembangan desa wisata yang ada di Wonosobo belum siap 100%, meskipun sudah bisa dikunjungi oleh wisatawan… dengan nilai jual yang beraneka ragam,,”

“ada peninggalan sejarah dari beberapa kultur budaya dan agama, misalkan saja kebudayaan Islam, di sini terdapat makam-makam Kiyai, Tokoh Islam dan Para Wali.. dan itu sering dikunjungi untuk berziarah,, tidak hanya orang jawa, bahkan di luar jawa-pun,, sekarang pariwisata digalakkan, informasi itu semakain berkembang, sehingga menjadi stimulun bagi orang-orang datang ke Wonosobo,,, selanjutnya Hindu,, dan Wonosobo banyak sekali candi peninggalan Hindu, itukan menandakan bahwa ada sesuatu di Wonosobo the soul of Wonosobo… sampai sekarang pun orang-orang dari Bali sering berkunjung ke Dieng tepatnya di candi arjuna.. selain itu, mereka mengambil air suci yang dibawa ke Bali,, yaitu telaga warna dan mata air serayu..”

Dengan apa yang ditawarkan oleh pariwisata Wonosobo, kebanyakan wisatawan lebih banyak yang tertarik dengan atraksi tentang alam dan budaya.

Daya tarik wisatawan yang paling banyak di kunjungi adalah puncak sikunir, candi arjuna, kawah sikidang dan telaga warna.

79

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAYA TARIK WISATA YANG DIKUNJUNGI

70 59 55 60 50 42 39 40 30 21 20 13 11 8 6 6 5 5 10 3 3 2 0

Gambar 4.14. Daya Tarik Wisata yang Dikunjungi Wisatawan Kab. Wonosobo Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo (BAPPEDA)

Apa yang dilakukan oleh pemerintah dan beberapa pemangku kepentingan pariwisata Wonosobo secara garis besar sudah sangat baik. Misalkan adanya penyampaian kepada masyarakat untuk tidak menjual barang, makanan dan sewa penginapan yang terlalu mahal. Akan tetapi dalam beberapa sudut pandang mengenai tata kelola ruang dan bangunan khususnya untuk kawasan candi arjuna dan destinasi lainnya di Dieng yang masih sangat buruk. Hal ini kemudian mengurangi keelokan dan keindahan Dieng secara natural sehingga menciptakan kondisi tidak nyaman dan kenangan yang kurang baik bagi wisatawan. Kondisi ini dikhawatirkan menimbulkan bad user experience yang akan dengan mudahnya tersebar melalui cerita (WOM).

Kondisi tidak nyaman ini menjadi kekurangan dari pariwisata di

Wonosobo. Dinas pariwisata sebagai penggerak utama pariwisata Wonosobo sebaiknya melakukan pemetaan untuk mengenali kelebihan dan kekurangan masing-masing daya tarik wisata. Selain itu, diperlukan manajemen yang baik

80

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sehingga keaslian alam dan budaya tetap terpelihara dengan memperhatikan unsur keberlanjutan. Perlunya koordinasi yang baik dengan beberapa pihak antara lain:

1. Dinas PU membahas tentang tata ruang di destinasi wisata agar adanya

penertipan bangunan di lokasi destinasi.

2. Masyarakat yang terlibat langsung sebagai pengelola dan pengembangan

destinasi agar sadar akan unsur keberlanjutan

3. UMKM untuk membantu masyarakat menciptakan ekonomi kreatif yang dapat

menjadi pelengkap atraksi destinasi seperti cenderamata.

4. BPN agar terjadi konsolidasi tanah yang baik pada potensi destinasi pariwisata

di Wonosobo.

2. Aksesibilitas

Saat ini, jalan menuju ke beberapa destinasi Wonosobo sedang dilakukan pengembangan infrastruktur jalan. Berdasarkan hasil penilaian tentang Wonosobo bahwa transportasi memperoleh hasil penilaian yang tereendah.

Penilaian tentang Wonosobo

Harga-harga terjangkau 7.78 Informasi berkualitas 7.63 Wisata kuliner menarik 7.39 Oleh-olehnya beragam 7.31 Destinasi yang tertib 7.71 Transportasi mudah 6.89 Kebersihan terjaga 8.37 Banyak tujuan wisata baru 7.44 Daya tarik beragam 7.88 Wonosobo destinasi istimewa 8.00

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

Gambar 4.15. Penilaian Wisatawan Tentang Kab. Wonosobo Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo (BAPPEDA)

81

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dengan kondisi tersebut, pemerintah melalui dinas Pekerjaan Umum telah melakukan upaya seperti melakukan pelebaran jalan, membuka jalan baru menuju destinasi dan lain sebagainya. Sebelumnya telah diketahui bahwa terkait dengan infrastruktur menuju kawasan wisata khususnya Dieng, dinas PU telah melakukan pengaggaran pembangunan jalan alternatif menuju destinasi. Pembangunan jalan alternatif ini perlu dilakukan karena dalam musim penghujan kawasan atau jalan menuju Dieng terkadang mengalami longsor yang menimbun bahu jalan sehingga harus melakukan penutupan jalan dan mengarahkan ke jalan alternatif yang sudah ada. Bapak Nuruddin Ardiyanto lanjut menjelaskan:

“…Jalan alternatif yang sekarang ini dibangun yaitu jalan yang menghubungkan Garung sampai ke Sembungan… tapi karena jalannya masih cukup parah dan ekstrem, biasanya para pengguna jalan lebih memilih menunggu perbaikan jalan yang tertimbun longsor tersebut….”

Gambar 4.16. Longsor di Badan Jalan Menuju Dieng di Desa Kalilembu Kab. Wonosobo Sumber: Wonosobo.com

Saat ini, Wonosobo sedang fokus membangun proyek infrastruktur di jalan kabupaten yang memiliki panjang hampir 1000 km. Dimana Pegunungan Dieng juga bagian dari prioritas pembangunan infrastruktur jalan sebab Dieng adalah 82

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

salah satu daya tarik wisata Nasional. Terdapat 4 ruas jalan menuju Dieng saat ini, yaitu Kota Wonosobo melalui Desa Candiasan - lingkar utara Wonosobo,

Magelang yang tembus ke Desa Kapulogo, Desa Lakepanangkaran dan yang terakhir dari Kabupaten Batang ke Desa Pranten Kecamatan Bawang.

Gambar 4.17. Jalan Menuju Dieng Kab. Wonosobo Sumber: Data Pribadi

Jalan menuju Dieng memiliki ruas jalan yang cenderung kecil/sempit. Hal ini mengakibatkan kemacetan yang cukup parah terlebih di hari-hari tertentu dimana wisatawan banyak yang berkunjung ke Dieng seperti ‘Dieng Culture

Festival’ (Gambar 4.18). Sudah banyak usulan untuk pelebaran jalan menuju

Dieng akan tetapi mengalami beberapa kendala; penganggaran proyek jalan dan pembebasan jalan dan jalur yang cukup eksrim untuk melakukan pelebaran atau membuat jalan baru.

83

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.18. Kemacetan di Jalan Menuju Dieng di Desa Candiasan Kab. Wonosobo Tanggal 4-8-2018 Sumber: www.wonosobo.com

Meskipun saat ini, fokus pembangunan infrastruktur jalan berada pada destinasi wisata yang di Dieng, bukan berarti jalan menuju ke destinasi lain yang ada di Wonosobo terabaikan. Akan tetapi jalan menuju destinasi lain seperti agrowisata teh tambi, Waduk Wadaslintang, lubang sewu dan lainnya aksesnya masih sangat baik. Namun jika ada lagi tempat wisata baru maka tidak langsung dilakukan pembuatan jalan, karena hal ini harus berdasarkan dari OPD terkait dan kemudian melakukan penganggaran.

Gambar 4.19. Jalan Menuju Agrowisata Teh Tambi Sumber: Data Pribadi

84

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan dalam perjalanan ke destinasi wisata di Wonosobo, pemerintah memang perlu meningkatkan pengembangan infrastruktur jalan melalui program pembuatan jalan baru dan pelebaran jalan. Selain itu, kurang tersedianya angkutan umum untuk menuju ke beberapa destinasi khususnya Dieng. Dengan kondisi tersebut dinas pariwisata diharapkan mampu bekerjasama dengan dinas perhubungan untuk memfasilitasi wisatawan yang datang ke Wonosobo dengan menggunakan kendaraan umum dari luar daerah menuju destinasi pariwisata (Lihat Gambar 4.9).

3. Amenitas

Amenitas merupakan ketersediaan fasilitas penunjang pariwisata di

Wonosobo. Fasilitas yang dimaksud di sini yaitu penginapan, tempat makan, toilet, dan tempat sampah. Kondisi amenitas saat ini yang ada di Wonosobo, belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan wisatawan, terutama penginapan, toilet umum dan tempat sampah.

Pada tahun 2014, Pak Agus Purnomo sebagai Kepala Dinas Sosial melakukan program kerja bakti di kawasan Pegunungan Dieng bersama Pemuda

Karangtaruna Wonosobo. Kegiatan itu berlangsung hanya sehari namun memiliki dampak yang sangat luar biasa bagi perilaku kehidupan sehari-hari masyarakat

Dieng hingga saat ini.

“…Dieng, saya dulu mencoba, yang katanya dulu orangnya susah diajak untuk bersih-bersih, saat itu saya masih menjabat sebagai Kadin sosial (2014), saya mengajak pemuda karangtaruna untuk ke Dieng sekaligus kegiatan bersih-bersih desa Dieng, saya bawakan truk, cuman saat itu jadi bingung karena Dieng tidak mempunyai tempat pembuangan sampah (TPA),, dan hal yang paling penting saat itu adalah kurangnya kamar mandi umum, yang membuat kesulitan sendiri bagi orang yang datang berkunjung ke Dieng… meskipun akhirnya masyarakat ikut terlibat dalam 85

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kegiatan bersih-bersih itu... Di situ dapat kami simpulkan bahwa orang Dieng ternyata bisa diajak bersih-bersih….”

Tumpukan sampah di Dieng memuncak ketika setelah melakukan pegelaran ‘Dieng Cultur Festival’. Hingga pada tahun 2017 Pemerintah

Wonosobo bersama warga menyepakati komitmen dan mendeklarasikan ‘Dieng

Bersih Harga Mati’. Kemudian dilanjutkan dengan langkah-langkah konkrit untuk mengatasi sampah di Dieng, seperti yang diberitakan oleh www.AntaraJateng.com melalui wawancara dengan Kepala Pariwisata Wonosobo One Andang Wardoyo:

“…Tentu kami bersyukur langkah untuk membenahi masalah sampah di kawasan wisata Dieng ini mendapat dukungan dari warga masyarakat, bahkan kemudian tumbuh kesadaran untuk mendeklarasikan Dieng Bersih Harga Mati,,, langkah tersebut secepatnya bakal diikuti dengan pembangunan tempat pembuangan akhir sementara (TPAS) yang rencananya berlokasi di Dusun Siterus, Desa Sikunang…”

Untuk penginapan, Wonosobo saat ini sedang melakukan pembangunan amenitas khususnya penginapan dan tempat makan. Khususnya untuk kawasan wisata Dieng, masyarakat yang bekerja sebagai guide di sana juga menyediakan penginapan sebagai usaha perekonomian mereka. Selain itu ada juga yang membangun warung makan di sekitar destinasi wisata yang ada di sana. Bapak

Agus Purnomo menjelaskan:

“…ada juga guide yang punya usaha homestay dengan menjadikan rumahnya tersebut sebagai homestay. Pendapatan mereka cukup luar biasa. Saat ini masyarakat Dieng mulai menggantungkan hidupnya di pariwisata. Mereka sudah mulai membuat hotel warung makan hingga restaurant. Bahkan setiap hari bisa kita lihat puluhan truk membawa pasir, batu semen ke arah Dieng….”

Jumlah penginapan yang ada saat ini di Wonosobo juga dapat kita lihat dari SIPD tahun 2014:

86

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 4.4. Jenis, Kelas, dan Jumlah Hotel/Penginapan di Kabupaten Wonosobo

Hotel 2010 2011 2012 2013 2014

Bintang lima 0 0 0 0 0

Bintang empat 1 1 1 2 0

Bintang tiga 1 1 1 2 0

Bintang dua 0 0 1 0 0

Bintang satu 0 0 1 0 0

Non bintang 30 16 15 16 16

Sumber: SIPD Tahun 2014

Jumlah hotel di Wonosobo terus mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan menurunnya hotel berbintang karena kurangnya pengunjung hotel.

Selain itu meningkatnya jumlah homestay yang berada disekitar objek wisata

Dieng juga menjadi faktor turunnya jumlah hotel (Lihat gambar 4.10). Selain itu ada juga wisatawan yang membawa tenda khususnya yang mereka yang berkunjung ke Puncak Sikunir dan Gunung Prau.

Berikut beberapa gambar hotel, homestay dan penginapan lainnya di Wonosobo:

87

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.20. Hotel di Wonosobo Sumber: Data Pribadi

Gambar 4.21. Homestay di Wonosobo Sumber: Data Pribadi

Gambar 4.22. Tenda Wisatawan di Wonosobo Sumber: www.wisatadiengwonosobo.com

88

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.23. Tenda Saat Perayaan DCF di Dieng Sumber: www.wisatadiengwonosobo.com

Untuk gambar 4.23 panitia dan beberapa orang yang ada di wilayah kawasan Pegunungan Dieng melakukan penyewaan tenda kepada wisatawan yang berkunjung ke perayaan DFC tahun 2018. Hal ini dilakukan karena jumlah penginapan yang masih sangat kurang di kawasan Pegunungan Dieng.

Sedangkan untuk warung dan restoran yang ada di Wonosobo juga sedang tahap pembangunan oleh beberapa pengusaha yang bergerak di bidang kuliner.

Sebenarnya sudah cukup banyak warung makan yang ada di Wonosobo, baik di

Kota ataupun di beberapa destinasi. Kuliner khas Wonosobo menjadi menu andalan yang disediakan oleh warung ataupun restoran seperti Mie Ongklok, tempe kemul dan lainnya. Sedangkan untuk beberapa restoran juga menyediakan western menu. Diperlukan banyak tempat makan seperti ini dan jika dapat dilengkapi dengan penjualan cenderamata akan sangat mendukung kegiatan kepariwisataan Wonosobo.

Untuk mempercepat pembangunan fasilitas di destinasi wisata Wonosobo, diperlukan koordinasi antara beberapa bidang diantaranya pemerintah dan swasta, seperti yang dilakukan untuk percepatan pengembangan 10 destinasi unggulan di

Indonesia. Kerjasama ini akan dibahas lebih lanjut dalam partnership. 89

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.2.2.2. Place

Channel distribusi pemasaran paiwisata Wonosobo saat ini belum cukup maksimal meskipun telah dilakukan branding dan promosi pemasaran pariwisata yang cukup maksimal. Hal ini bisa terjadi karena branding masih baru dilakukan dan promosi yang belum terlalu efisien. Fungsi utama dari place (distribusi) dalam strategi pemasaran pariwisata adalah untuk mempermudah wisatawan dalam pembelian layanan wisata dan memperluas market share. Place yang berkaitan dengan promotion dan akan dibahas lebih spesifik pada pembahasan promotion.

Place yang ada dalam industri pariwisata Wonosobo yaitu bandara, terminal bus, stasiun, travel agent, institusi hingga pada restoran dan penginapan.

Channel distribusi yang terbaru saat ini yaitu online dan website yang dikelolah langsung oleh manajemen destinasi Wonosobo.

Dari hasil observasi yang dilakukan di bandara sebagai salah satu pintu masuk kedatangan wisatawan seperti Bandara Adi Sucipto Yogyakarta, belum terdapat satupun informasi tentang pariwisata di Wonosobo. Baik dari spanduk, baliho dan lainnya, Sedangkan hal tersebut sangat penting sebagai saluran distribusi destinasi Wonosobo. Ini kemudian menandakan belum efektifnya distribusi pemasaran di tempat strategis seperti bandara sebagai media informasi.

Perlu diamati bahwa masuknya Dieng sebagai salah satu jaringan

Joglosemar, sangat membantu pemasaran pariwisata di Wonosobo. Joglosemar nantinya akan dibahas secara spesifik di partnership. Destinasi pariwisata

Wonosobo melalui Joglosemar bisa diketahui oleh wisatawan ketika mendatangi

90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Travel Agent dan Tourist Center. Sebagaimana diungkapkan oleh Mas Anang pengelola MSS Tour and Travel yang ada di Bandara Udara Adi Sucipto:

“…ada juga sih mas perjalanan menuju ke Wonosobo, tapi sangat jarang, apalagi untuk berwisata,, tourist biasanya tahu cara bagaimana ke Wonosobo jika bertanya ke kami sebagai Travel Agent,, dan bisa juga mereka bertanya ke Tourist Information Center yang ada di dalam Bandara... untuk brosur dan billboard tentang Wonosobo kami gak ada, tapi kami memberi informasi bahwa Dieng Wonosobo ketika turis bertanya tentang Joglosemar yang fotonya banyak terpajang di Bandara (sesuai dengan gambar 4.20),, Wonosobo juga bisa di kunjungi oleh mereka jika mereka ingin ke Borobudur dengan menyediakan perjalanan paket wisata…”

Kebanyakan dari travel yang menawarkan perjalanan wisata dengan sistem drop atau hanya mengantar ke destinasi wisata atau ke tempat tertentu tergantung dari wisatawan. Sedangkan untuk ke Wonosobo sendiri travel agent memberi penawaran untuk antar dan jemput saja sedangkan untuk perjalanan ke beberapa destinasi wisata di Wonosobo di luar tanggungan. Tidak adanya brosur, billboard, booklet, spanduk, baliho dan sebagainya tentang Wonosobo ditambah dengan ketidakpastian perjalanan ke destinasi Wonosobo tentunya menjadi pertimbangan yang berat wisatawan.

Gambar 4.24. Banner Joglosemar Di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta Sumber: Data Pribadi

91

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penyebab Channel Dinas Pariwisata saat ini masih kurang efektif karena masih menggunakan sistem pemasaran yang konvensional. Pemasaran konvensional seperti bergantung pada informasi kepariwisataan Wonosobo lewat travel agent yang ada di luar Wonosobo.

Sebenarnya Pemerintah Wonosobo sedang gencar memasarkan pariwisatanya. Untuk di Wonosobo sendiri sudah memasang banyak Baliho dan beberapa media informasi wisatawan yang berada di Wonosobo (lihat gambar

4.25). Selain itu Dinas pariwisata sudah mencetak brosur dan sebagainya untuk di mengikuti pameran-pameran pariwisata baik dalam dan luar negri. Sebagaimana yang di jelaskan oleh Bambang Triono Kepala Pemasaran Dinas Pariwisata

Wonosobo melalui wawancara yang dilakukan oleh Bagas Arif Buana pada tanggal 14 maret 2018:

“…di samping itu juga kita mencetak brosur wisata terus kita juga mengikuti pameran-pameran di luar daerah kita, baik di Jawa Tengah, Jawa, maupun Luar Jawa dan untuk tahun ini kita mencoba mengikuti pameran di Luar Negeri, rencana ke Australia dan Malaysia. Tahun ini ada di Palembang, Medan, Jakarta, ada di Yogyakarta juga terus di Jawa Tengah…”

92

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.25. Baliho Priwisata Di Alun-alun Wonosobo Sumber: Data Prbadi

Gambar 4.26. Calendar Of Events Priwisata Di Wonosobo Sumber: Data Prbadi

93

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.27. Handbook Wisatawan (1) Sumber: Data Prbadi

Penempatan channel dengan menyediakan media informasi di tempat kedatangan seperti bandara, stasiun, dan terminal cukup efektif karena merupakan tempat pertama yang dikunjungi dan tidak semua wisatawan datang dengan memiliki fixed itinerary. Sehingga masih ada peluang agar wisatawan datang berkunjung ke destinasi di Wonosobo.

Dengan memilih tempat pemasaran yang tepat, maka suatu produk akan lebih banyak dikenal oleh wisatawan. Permasalahannya jika wisatawan belum mengenal produk wisata itu, tidak ada awareness yang pasti tidak adakan menimbulkan action untuk mengunjungi destinasi itu. Untuk memperluas channel distribusi pemasaran pariwisata, selain menitipkan ke tour operator, Dinas

Pariwisata bisa meletakkan brosur di bandara, tempat penginapan, dan juga 94

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menggunakan channel digital seperti website dan media sosial. Digital marketing strategy lebih efektif dan efiesien saat ini, mengingat keterbatasan anggaran menjadi kendala pengelola daya tarik wisata dan Dinas Pariwisata. Digital marketing strategy yang berkaitan dengan promosi melalui media digital akan dibahas lebih lanjut pada promotion dan partnership.

4.2.2.3. Price

Aspek harga mempengaruhi segmen wisatawan yang datang ke

Wonosobo. Hal ini menjadi pertimbangan utama wisatawan untuk menjatuhkan pilihan datang ke Wonosobo sehingga dibutuhkan rencana strategi harga yang tepat. Untuk saat ini, dari hasl observasi di Jalan Sosrowijayan dan Jalan

Prawirotaman Yogyakarta, biaya perjalanan ke Dieng Wonosobo yang ditawarkan oleh beberapa travel agent cukup beragam. Harga tersebut berkisar Rp.275.000 hingga Rp.300.000 per-orang yang berlaku pada wisatawan dalam negri dan mancanegara. Namun jika mengambil paket perjalanan Borobudur Dieng, harga yang ditawarkan sekitar Rp.300.000 sampai Rp.350.000 per-orang. Mas Wahyu sebagai pengelolah Vocatio Travel di jalan prawirotaman mengatakan:

“….jadi kami melayani perjalanan ke Dieng jika wisatawan mau mengambil paket perjalanan Borobudur ke Dieng, dengan harga sekitar 300 sampai 350 ribu perorang..”

Mbak Kartika pengelola Losari Tours and Travel mengatakan:

“…sebenarnya kami tidak menawarkan perjalanan hanya khusus ke Dieng saja, kami menawarkan paket, tapi jika memang ada yang mau kami memberi harga 275 ribu atau 300 ribu perorang, itupun jika mobil penuh (6-7 orang), jadi biasanya wisatawan itu saling mengajak biar kami bisa melayani perjalanan ke sana…”

Mas Adi pengelola Aria Tourist Service juga mengatakan:

95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“…karena Dieng itu hitungan diluar kota ya, jadi kami biasanya meberi harga paket sekitar 700 ribu,,, itu sudah termasuk biaya sewa mobil, driver dan bahan bakar,,”

Fasilitas yang wisatawan dapatkan dengan harga yang dijelaskan di atas hanya mencakup fasilitas transport. Harga tour di atas tidak termasuk tiket masuk destinasi. Wisatawan dipersilakan untuk membeli tiket masuk destinasi setelah memasuki kawasan wisata Dieng. Tiket masuk ke kawasan Dieng, berada pada satu gerbang dan berlaku untuk satu orang saja. Sedangkan untuk memasuki objek wisata yang ada di sana, wisatawan harus kembali membayar untuk itu. Hal tersebut berlaku pula untuk kebutuhan konsumsi wisatawan.

Perjalanan ke Dieng Wonosobo memakan waktu sekitar 5 jam dari arah

Jogjakarta. Sehingga dibutuhkan manajemen waktu yang baik agar wisatawan puas dengan perjalanan wisatanya. Terdapat 2 waktu keberangkatan menuju

Dieng yaitu pada jam 07:00 dan pada jam 22:00 apabila wisatawan ingin melihat

Golden Sunrise di Puncak Sikunir. Sehingga wisatawan memiliki waktu sekitar 12 jam untuk menikmati destinasi pariwisata Dieng diluar kunjungan destinasi lainnya yang ada di Wonosobo.

Harga tour dan waktu untuk berwisata tertera tersebut berbeda apabila wisatawan menginginkan paket menginap dan paket all include Dieng. Dengan paket menginap maka fasilitas yang akan wisatawan dapatkan adalah kendaraan, penginapan, dan breakfast. Paket menginap lebih banyak dipilih oleh wisatawan private tour. Sedangkan untuk paket all include Dieng wisatawan mendapatkan fasilitas kendaraan, penginapan, breakfast, dan tiket masuk destinasi.

Berikut beberapa brosur paket perjalanan wisata yang dianalisis:

96

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.28. Brosur Paket Wisata (1) Sumber: Data Prbadi

Gambar 4.29. Brosur Paket Wisata (2) Sumber: Data Prbadi

97

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.30. Brosur Paket Wisata (3) Sumber: Data Prbadi

Gambar 4.31. Brosur Paket Wisata (4) Sumber: Data Prbadi

98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.32. Brosur Paket Wisata (5) Sumber: Data Prbadi

Gambar 4.33. Brosur Paket Wisata (6) Sumber: Data Prbadi

99

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.34. Brosur Paket Wisata (7) Sumber: Data Pribadi

Biaya lain ketika berwisata di Wonosobo khususnya Dieng yaitu penginapan dan makan. Biaya penginapan cenderung murah bagi wisatawan dengan kisaran harga homestay sekitar Rp.100.000 sampai Rp.250.000 permalam untuk satu kamar. Sedangkan jika rombongan dengan mengambil satu rumah sekaligus harganya sekitar Rp.600.000 sampai Rp.800.000 perharinya. Untuk hotel sendiri harganya sekitar Rp.250.000 hingga harga Rp.1-5 juta tergantung jenis kamar yang di ambil. Adapun jenis penginapan lain yaitu penyewaan tenda di telaga cebong sekitar harga Rp.50.000 perhari dan jika membawa tenda sendiri yaitu Rp.10.000.

Sedangkan untuk makanan di Wonosobo harganya sekitar Rp.10.000 sampai Rp.15.000 jika dilihat dari menu makanan, bahkan bisa lebih sesuai dengan selera dan kemampuan wisatawan. Jadi secara umum apa yang ditawarkan

100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

oleh Wonosobo masih terjangkau (lihat gambar 4.15). Pak Salim Bawazier mengatakan:

“sejauh ini alasan orang datang kembali ke Wonosobo yaitu, karena alamnya yang begitu indah,, makanan yang enak,, dan tidak terlalu mahal,,, “kami sarankan kepada masyarakat agar jangan ajimumpung,, jangan sampai dengan banyaknya wisatawan yang datang sehingga mereka menaikkan harga penginapan dan makanan,, bisa jadi masyarakat akan jadi penonton jika itu terlalu mahal sehingga wisatawan kurang yang menginap di Wonosobo dan membawa makanan sendiri…”

Pertimbangan harga lain yang diperhatikan wisatawan yaitu harga tiket masuk ke destinasi. Untuk masuk ke kawasan Pegunungan Dieng sendiri itu seharga Rp.10.000 per-orang. Sedangkan untuk kawasan destinasi lainnya beragam dan beberapa diantaranya gratis seperti Candi Bima, Perkebunan Teh

Tambi, Waduk Wadaslintang dan beberapa destinasi lainnya yang tergolong baru.

Gambar 4.35. Harga Tiket/Karcis Wisata Di Wonosobo Sumber: Data Prbadi 101

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berikut tabel tentang biaya yang dikeluarkan wisatawan saat berkunjung ke destinasi yang ada di Dieng. Kawasan Dieng menjadi destinasi unggulan

Wonosobo sehingga dijadikan sebagai cerminan perkembangan pariwisata di

Wonosobo. Data tersebut bersumber dari data dari Dinas Pariwisata Wonosobo yang digabungkan dari hasil observasi dari beberapa perusahaan Travel Cityhyang

Dieng Tour.

Tabel 4.5 Detail Harga Tiket Masuk Objek Wisata Dieng Terbaru Mulai 2019

No Tourism Object Indonesian People Foreign 1 Kawasan Tpr Garung IDR 10.000 IDR 10.000 2 Candi Arjuna IDR 7.500 IDR 15.000 3 Kawah Sikidang IDR 7.500 IDR 15.000 4 Bukit Sikunir IDR 10.000 IDR 10.000 5 Bukit scotter IDR 5.000 IDR 5.000 6 Gunung Prau IDR 10.000 IDR 10.000 7 Bukit Sidengkeng IDR 3.000 IDR 20.000 8 Sumur Jalatunda IDR 5.000 IDR 5.000 9 Padang Savana IDR 10.000 IDR 10.000 10 Museum Kailasa IDR 5.000 IDR 5.000 11 Telaga Merdada IDR 5.000 IDR 5.000 12 Kawah Sileri IDR 5.000 IDR 5.000 13 D-Qiano Water Park IDR 30.000 IDR 30.000 14 Dieng Culture Festival 2019 IDR 350.0000 IDR 350.000 15 Gunung Pakuwojo IDR 10.000 IDR 10.000 16 Rekreasi Kalianget IDR 5.000 IDR 5.000 17 Bukit Saroja IDR 6.000 IDR 6.000 18 Telaga Dringo IDR 5.000 IDR 5.000 19 Kawah Candradimuka IDR 5.000 IDR 5.000 20 Dieng Theater Ticket Kawasan Ticket Kawasan 21 Gardu Pandang Ticket Kawasan Ticket Kawasan 22 Tuk Bimolukar Ticket Kawasan Ticket Kawasan 23 Candi Bima Free Free 24 Perkebunan Teh Tambi Free Free 25 Telaga menjer IDR 5.000 IDR 5.000

26 Telaga Warna dan Pengilon IDR Wd 15.000 Wk 15.000 IDR Wd 100.000 Wk 150.000

102

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.2.2.4. Promotion

Promosi yang dilakukan saat ini oleh Wonosobo sangat beragam. Promosi seperti membagi brosur, memasang baliho hingga pada media cetak seperti surat kabar dan majalah serta media online seperti website, facebook, instagram, whats up, blog dan vlog di youtube. Selain itu, Pariwisata Wonosobo juga beberapa kali masuk di media elektronik seperti radio dan televisi. Hal ini disampaikan oleh Pak

Bambang Triono Kepala Pemasaran Dinas Pariwisata Wonosobo:

“…strategi pemasaran untuk Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Wonosobo, kami menggunakan beberapa media ya. Yang pertama media cetak ada surat kabar, kemudian kita bekerja sama dengan media masa. Ada media cetak surat kabar, ada media elektronik berupa televisi baik nasional maupun swasta, terus ada juga melalui media sosial, ada Facebook, Instagram, Website, dan sebagainya, disamping itu juga kita mencetak brosur wisata…”

Berkembangnya media digital membuat digital marketing strategy lebih efektif dan efisien dalam melakukan promosi. Dengan mengikuti tren wisatawan saat ini ’look book pay’ yang semuanya dilakukan melalui gadget dengan akses internet maka pemangku kepentingan pariwisata Wonosobo harus mengikuti trend konsumen (market driven) agar destinasi wisata Wonosobo laku di pasar pariwisata.

103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sumber Informasi tentang Daya Tarik Wisata di Wonosobo

50 40 40 36 30 25 20 15 7 10 3 1 0 0

Gambar 4.36. Sumber Informasi Daya Tari Wisata Kab. Wonosobo Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo (BAPPEDA)

Gambar di atas menunjukkan bahwa sumber informasi wisatawan saat ini adalah media online. Media digital yang dimakasud yaitu browsing di internet

(blog, youtube/vlog) dan sosial media seperti facebook, instagram dan lainnya.

Informasi melalui media online biasanya akan disertai dengan ulasan dari wisatawan yang pernah berkunjung di salah satu destinasi. Ulasan tersebut bisa menjadi pengalaman dan penilaian wisatawan terhadap destinasi sehingga menjadi referensi bagi calon wisatawan.

Promosi melalui media digital lebih banyak dilakukan oleh pihak swasta seperti media sosial, blog, vlog dan website. Meskipun ada juga dari kelompok pemuda yang ada di Wonosobo yang memasarkan destinasi melalui sosial media seperti @visitwonosobo. Sedangkan dari pihak Pemerintah Wonosobo sendiri sudah menjalankan konsep pemasaran dari segala aspek di atas. Hal ini menandakan keseriusan pemerintah Wonosobo memasarkan kepariwisataannya.

104

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.37. Hasil Pencarian Wonosobo Di Google

Hasil pencarian di google pada Januari 2019 dengan kata kunci Wonosobo menampilkan lebih dari 11 juta hasil seperti pada gambar 4.37. dan dari belasan jutaan itu, ada sebuah website resmi milik Wonosobo melalui UPTD Pariwisata yaitu www.disparbud.Wonosobokab.go.id. Website tersebut sangat lengkap memberi informasi tentang kepariwisataan Wonosobo (lihat gambar 4.38 dan

4.39).

105

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.38. Website Dinas Pariwisata Wonosobo (1)

Gambar 4.39. Website Dinas Pariwisata Wonosobo (2)

Dalam teori BAB II, dijelaskan bahwa pemasaran melalui promosi perlu memperhatikan konsep responsible tourism marketing. Dibutuhkan sebuah nilai lebih untuk memasarkan keunikan pariwisata Wonosobo, yaitu human relationship management. Seperti yang diutarakan oleh Pak Lucas Agus:

106

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“…human relationship manajemen sudah menjadi prinsip pengembangan pariwisata Wonosobo sejak mulai berkembangnya,,, meskipun tak memberi keuntungan yang banyak dari segi uang, akan tetapi dengan banyaknya teman, sahabat yang perhatian terhadap pariwisata Wonosobo, itu akan menjadi keuntungan yang sangat luar biasa…”

Promosi tidak hanya menampilkan semua keindahan dan keunikan

Wonosobo. Akan tetapi yang paling diharapkan adalah mengajak wisatawan untuk peduli terhadap kualitas pariwisata dengan menjaga sikap dan perilaku selama berwisata. Hal penting lainnya adalah wisatawan akan datang secara berjejaring melalui informasi dari pengalaman wisatawan yang baik selama di

Wonosobo atau word of mouth (WOM).

1. Advertising

Sebelumnya telah dijelaskan tentang promotion dalam hal ini advertising yang dilakukan Dinas Pariwisata Wonosobo adalah media cetak, digital dan elektronik. Untuk media cetak seperti brosur, baliho, handbook dan booklet yang telah ditampilkan sebelumnya, seharusnya didistribusikan juga di tempat-tempat strategis yang dikunjungi oleh wisatawan seperti bandara, terminal, agen perjalanan dan lainnya. Secara konten, khususnya untuk handbook, apa yang ada di dalamnya sudah sangat baik menjelaskan informasi tentang deskripsi masing- masing destinasi. Selain itu dilengkapi juga informasi tentang peta perjalanan, makanan dan beberapa pegelaran kebudayaan Wonosobo.

107

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.40. Handbook Wisatawan (2) Sumber: Data Pribadi

Gambar 4.41. Handbook Wisatawan (3) Sumber: Data Pribadi

Media elektronik yang dilakukan Wonosobo yaitu televisi. Beberapa kali destinasi wisata Wonosobo dimuat dalam berita televisi nasional, seperti CNN dan SCTV. Destinasi pariwisata Wonosobo yang dimuat yaitu desa wisata di desa lumajang tentang pasar tradisional dan bebrapa destinasi alam di Dieng seperti

108

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

batu rapatan angin, telaga warna dan kawah sikidang serta beberapa kuliner khas

Wonosobo.

Gambar 4.42. Berita tentang Wisata Di Wonosobo CNN Sumber: CNN Indonesia

Gambar 4.43. Berita tentang Wisata Di Wonosobo SCTV Sumber: Liputan6.com

Advertising lain yang digunakan Pemerintah Wonosobo untuk memasarkan pariwisatanya yaitu media online. Dan yang paling optimal yang saat ini dilakukan yaitu pengembangan website yang sangat baik. Di dalam website tersebut terdapat banyak informasi tentang pariwisata Wonosobo yang dilengkapi dengan deskripsi untuk masing-masing destinasi. Selain itu dilengkapi dengan jadwal event yang akan diselenggarakan oleh Wonosobo serta berita-berita lain mengenai kepariwisataan Wonosobo.

109

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Word of Mouth (WOM)

WOM merupakan salah satu cara promosi yang paling efisien dan efektif yang dapat dilakukan oleh Pemangku kepentingan kepariwisataan Wonosobo.

Proses ini berjalan ketika wisatawan yang pernah ke Wonosobo akan menceritakannya ke banyak orang melalui secara lisan atau langsung. Seperti yang dikatakan oleh Mas Adi sebagai pengelola travel:

“biasanya wisatawan tahu tentang Dieng Wonosobo dari teman ke teman,,,”

Pak Agus Purnomo juga mengatakan:

“…ketika saya Tanya tentang alasan dia datang dan siapa yang memberi informasi,, mereka menjawab dari mulut ke mulut para wisatawan,,,”

Selain itu keberadaan restoran dan warung makan akan menjadi pusat informasi wisatawan khususnya mancanegara tentang destinasi wisata Wonosobo.

Pak Lucas Agus sebagai pemilik Dieng Warung Makan dan Restaurant mengatakan:

“…Pada tahun 1970-an, secara tidak sengaja saya menjadi guide bagi para turis,, awalnya mereka cuman datang untuk makan di warung saya,, mereka kemudian menanyakan tentang pariwisata yang ada di Wonosobo khususnya Dieng,, sejalan dengan itu, saya kemudian mencari informasi lebih jauh tentang Dieng dan membuat map sendiri, dan memfoto-foto spot yang di Dieng saat itu lalu saya menempelkannya di dinding warung, sehinggga warung saya saat itu menjadi pusat informasi pariwisata di Wonosobo saat itu,,,”

Dengan berkembangnya teknologi informasi terutama untuk media digital,

WOM kemudian berubah menjadi e-WOM. Promosi kemudian dilakukan melalui blog dan ulasannya pada sebuah marketplace akan destinasi yang telah dikunjunginya seperti pada gambar 4.44.

110

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.44. Ulasan Puncak Sikunir Di Wonosobo Sumber: www.tripadvisor.com

Gambar 4.45. Travel Blog 111

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dari ulasan melalui blog dan marketplace yang diterima akan menjadi sumber referensi yang kuat bagi wisatawan untuk menentukan pilihan berwisatanya. Hal ini juga dikarenakan wisatawan dapat menilai dan bertanya langsung bagi wisatawan yang menulis ulasan tentang pengalamannya berwisata d

Wonosobo. Hal ini kemudian akan menjadi sangat efektif untuk pertukaran informasi bagi para wisatawan.

3. Events and Experience

Event and experiences (acara dan pengalaman) seperti yang dijelaskan pada BAB II adalah penyelenggaraan aktivitas dan program yang disponsori oleh pemerintah Wonosobo atau swasta terhadap sebuah destinasi. Hal ini bertujuan untuk menciptakan interaksi secara terus-menerus pada suatu brand.

Pemerintah Wonosobo sudah menyelenggarakan berbagai event seperti

‘Hari Jadi Wonosobo’ yang diselenggarakan setiap tanggal 24 juli. Pegelaran ini dimanfaatkan untuk mengangkat kebudayaan dan keindahan alam Wonosobo.

Selain itu, semakin banyaknya Desa wisata yang melakukan acara tradisional seperti Pasar Tradisional oleh Desa Sampulungan dan juga desa-desa lain yang berkembang menjadi desa wisata. Hal ini di ungkapkan oleh Pak Agus Purnomo:

“…setiap pegelaran hari jadi Wonosobo, hal yang paling ditonjolkan adalah kebudayaannya,,, alamnya juga ikut dipamerkan… ada juga pameran desa wisata yang dilakukan di sana, jadi semua ada dalam satu rangkaian pameran,, dan ditutup tari missal 5000 topeng…”

Ada banyak event yang dilakukan oleh Wonosobo. Ini bisa kita lihat dari calendar of events yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Wonosobo (Lampiran 1). Event lain yang juga pernah dilakukan seperti kuliner,

112

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

souvenir dan kegiatan ekonomi kreatif lainnya sudah pernah dilakukan oleh penggiat pariwisata di Wonosobo.

Gambar 4.46. Krenova Batik Wonosobo 2017 Sumber: www.disdagkopukm.Wonosobokab.go.id

Gambar 4.47. Agenda HUT Ke-192 Kabupaten Wonosobo 2017 Sumber: www.Wonosobokab.go.id 113

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.48. Festival Kabupaten Wonosobo (1) Sumber: www.disdagkopukm.wonosobokab.go.id

Gambar 4.49. Festival Kabupaten Wonosobo (2) Sumber: www.wonosobokab.go.id

114

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.50. Festival Kabupaten Wonosobo (3) Sumber: www.wonosobokab.go.id

Wonosobo termasuk kabupaten yang cukup giat dalam hal pengembangan pemasaran Pariwisatanya. Selain dari berbagai macam festival yang dilakukan

Wonosobo. Terdapat satu festival yang diselenggarakan oleh Kabupaten

Banjarnegara yaitu ‘Dieng Cultur Festival’ yang sudah sangat terkenal. Secara administratif, kawasan Pegunungan Dieng berada di antara Wonosobo dan

Banjarnegara. ‘Dieng Cultur Festival’ memberi dampak positif bagi pemasaran

Pariwisata Wonosobo terlepas dari kegagalan untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut terlebih dahulu. Oleh karena itu Penggiat Pariwisata Wonosobo membuat pegelaran sejenis yang mulai dilirik oleh Wisatawan yaitu ‘Rakanan Giyanti’ yang diselenggarakan setiap tanggal 2-7 Oktober.

115

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.51. Festival Rakanan Giyanti Kabupaten Wonosobo Sumber: www.disparbud.wonosobokab.go.id

Promosi Wonsobo terutama promosi digital masih banyak yang perlu ditingkatkan karena sebagian besar wisatawan mencari informasi melaui media digital. Konten yang menarik dan penggunaan hashtag yang tepat sangat membantu dalam promosi. Dengan kemajuan teknologi, trend saat ini adalah look-book-pay dengan adanya integrated platform dan smartphone. Dengan menggunakan sebuah gadget wisatawan dapat mencari informasi (look). Ketika mereka tertarik, maka akan segera memesan (book) baik itu tiket atau penginapan.

Kemudian langsung melakukan pembayaran (pay). Aktifitas ini bisa dilakukan dalam waktu yang singkat dengan sebuah gadget. Wonosobo tourism must go digital untuk dapat bersaing dengan destinasi pariwisata lainnya.

116

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.2.2.5. People

Produk wisata yang paling banyak mengandung komponen dalam sebuah pengembangan pariwisata adalah jasa dan pelayanan. People dalam pariwisata

Wonosobo adalah semua orang yang terlibat dalam kepariwisataan, yaitu para pemangku kepentingan yang terdiri dari Kementrian Pariwisata, Dinas Pariwisata

Provinsi Jawa Tengah, dan Dinas Pariwisata Wonsobo. Selain itu dukungan dari masyarakat lokal, penyedia jasa wisata, penyedia fasilitas serta wisatawan itu sendiri diperlukan.

Sumber daya manusia Wonosobo fleksibel dalam hal interaksi untuk menerima Wisatawan, tetapi kesiapan dan perencanaannya dalam pariwisata belum merata dan efektif. Pemerintah melalui HPI Wonosobo kemudian melakukan pengembangan SDM untuk meningkatkan kompetensi masyarakat dalam kepariwisataan melalui pelatihan. Pak Salim menyampaikan:

“… kami melakukan berbagai macam program yang saat ini sudah dijalankan oleh masyarakat, hingga sekarang fungsi kami sebagai pengawas saja,,, HPI Wonosobo sangat memiliki peran yang cukup central bagi perkembangan pariwisata, berada di naungan dinas pariwisata kabupaten Wonosobo, HPI memberi pendidikan tentang pramuwisata terhadap masyarakat seperti memberi pelatihan berbahasa inggris, guide dll, serta memberi konsep wisata bagi berdirinya destinasi baru…”

Pak Lucas Agus melanjutkan:

“…Sejak berkembangnya destinasi wisata, banyak yang kemudian mulai belajar menjadi guide, berbahasa iunggris dan lainnya.. akan tetapi yang terpenting disini yaitu memberi pemahaman tentangsadar wisata yang dilandasi dengan pengetahuan tentang alam dan kearifan lokal ”

Pak Agus Purnomo juga manyampaikan:

“…Setelah jadi kepala pariwisata, saya gerakkan pemuda disana lewat kegiatan pariwisata., kami menggerakkan pokdarwis dengan melakukan pembinaan seperti tour guide dan pelaku wisata, khususnya untuk 117

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

masyarakat Dieng agar tertarik dengan pariwisata, dan hasilnya saat ini Dieng memiliki tour guide yang sangat banyak…”

Ketika masyarakat memiliki pengetahuan dan kesadaran tentang daerahnya sendiri, maka dapat dibentuk sebuah Destination Management

Organization (DMO) dari komunitas warga lokal. Pengetahuan dan kesadaran menjadi sangat penting karena masyarakat sendiri yang paling bisa memahami lingkungannya melalui kearifan lokal dan kebiasaan mereka sehari-hari. Salah satu implementasi DMO dalam pariwisata di Indonesia adalah Kelompok Sadar

Wisata (Pokdarwis). Pokdarwis merupakan Community Based Tourism (CBT) dimana komunitas ini dibentuk untuk mengelola daerahnya secara mandiri.

Tujuan dari CBT ini adalah pemberdayaan warga setempat untuk pengembangan pariwisata suatu daerah secara berkelanjutan dengan memperhatikan keseimbangan alam (planet), menjaga budaya dan tatanan sosial

(people), bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan (profit). Hal ini juga disampaikan oleh Gus Vero sebagai salah satu Budayawan Wonosobo:

“…pariwisata adalah salah satu bentuk kapitalisasi dari perpaduan antara alam dan kebudayaan kemudian itu dijual… akan tetapi ada kalanya alam dan budaya itu ditempatkan diruangnya sendiri melalui kearifan lokal masyarakat, karena dibutuhkan kesepemahaman agar terjadi kesimbangan di dalamnya…”

Secara umum orang lebih suka mendengar sejarah dibandingkan membaca sejarah, sehingga diperlukan warga lokal yang dapat menjadi pemandu wisata yang profesional dan juga paham tentang budaya setempat. Dengan adanya

Pokdarwis ini maka akan sangat membantu pengembangan kepariwisataan untuk masyarakat lokal secara mandiri dan terstruktur.

118

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berikut adalah contoh pengembangan Pokdarwis di Wonosobo. Pokdarwis merupakan suatu organisasi yang memiliki struktur. Dari hasil observasi, beberapa

Pokdarwis yang sedang berkembang di Wonosobo yaitu:

1. Pokdarwis Selo Nyajiwi Desa Selokromo,

2. Pokdarwis Cebong Sikunir Desa Dieng,

3. Pokdarwis Dewi Sri Desa Sendangsari,

4. Pokdarwis Gerbang Dhewa Desa Kadipaten,

5. Pokdarwis Bumi Lestari Desa Winongsari, dan

6. Pokdarwis Mutiara Sindoro Desa Reco.

Belum semua desa yang ada di Wonosobo yang menerima kunjungan dari para wisatawan memiliki Pokdarwis sehingga masih banyak kekurangan seperti akses, produk yang dijual dan kesiapan masyarakat lainnya yang punya interaksi langsung dengan Wisatawan. Pemeintah dalam hal ini Dinas Pariwisata bekerjasama dengan akademisi dan penggiat pariwisata seperti HPI dapat berperan sebagai fasilitator dan pembuat regulasi dalam pembinaan masyarakat.

Hal ini juga disampaikan oleh Pak Salim:

“…untuk saat ini, perkembangan desa wisata yang ada di Wonosobo belum siap 100%, meskipun sudah bisa dikunjungi oleh wisatawan… dengan nilai jual yang beraneka ragam, sehingga peran stakehoulder sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat,,,”

Pariwisata mulai menjadi sarana penghidupan baru di Wonosobo. Mereka kemudian berbondong-bondong untuk menjadikan desa mereka menjadi desa wisata. Akan tetapi banyak yang perlu dipertimbangkan oleh para stakehoulder pariwisata di Wonosobo untuk menentukan sebuah Desa wisata, antara lain:

119

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Diperlukan pemahaman akan pengetahuan masyarakat tentang potensi wisata

yang dimiliki.

2. Kesadaran dan kesiapan masyarakat secara umum untuk menerima Wisatawan

secara fleksibel,

3. Kualitas pelayanan masyarakat sebagai penyedia jasa kepada wisatawan,

4. Akses menuju desa wisata yang memadai begitupun dengan fasilitas bagi

wisatawan.

5. Pemahaman kepada masyarakat tentang keberlanjutan wisata.

6. Pencegahan Konflik horizontal yang mungkin bisa terjadi antar masyarakat

ataupun dengan wisatawan.

4.2.2.6. Programming

Dalam industri pariwisata, packaging dan programming merupakan elemen penting yang ikut menentukan daya saing produk destinasi wisata. Sebuah destinasi yang dipasarkan dan kemudian dijual dengan sangat menarik akan membentuk pengalaman berwisata yang menarik pula. Programming yang telah dijalankan oleh Wonosobo sudah sangat beraneka ragam seperti yang telah dibahas sebelumnya tentang events and experiences. Hal ini bisa kita lihat dari calendar of event yang dibuat oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo

(Lampiran 1).

Program yang dikembangkan seharusnya bertujuan untuk menarik dan meningkatkan pembelanjaan wisatawan selama berkunjung, atau memberikan nilai tambah pada destinasi wisata. Hal ini pula yang dikatakan oleh Pak Agus

Purnomo:

120

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“…Yang kita harapkan yaitu program-program yang sudah atau yang akan dijalankan menonjolkan ciri khas Wonosobo seperti kuliner yang dipaketkan dengan alam dan kebudayaannya ya,,, hal ini pasti akan membuat wisatawan membelanjakan banyak uangnya untuk masyarakat,,,”

Dari data yang didapatkan dari BAPPEDA uang yang dibelanjakan oleh wisatawan selama berkunjung (spending) masih relatife rendah (Lihat Gambar

4.52). Hal ini bisa saja dikarenakan kurangnya lama tinggal (length of stay) wisatawan dan juga harga-harga yang ditawarkan oleh destinasi wisata baik alam, budaya, kuliner, cenderamata dan lainnya tergolong murah (Lihat gambar 4.11).

Uang yang Dibelanjakan selama berwisata (Spending) 19 20 17

15 12 13 10 10 10

5 3 3

0

Gambar 4.52. Spending Wisatawan Kab. Wonosobo Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo (BAPPEDA)

Jika dilihat dari Rencana Kerja Kegiatan Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Wonosobo tahun 2018 beberapa program kepariwisataan mengacu pada peningkatan kualitas pelayanan baik dari segi Infrastruktur, Pengembangan

SDM dan pengembangan destinasi desa wisata sebagai ekonomi kreatif (Lampiran

2).

121

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Jika dilihat dari acuan tersebut maka program kepariwisataan oleh Dinas terkait akan bekerjasama dengan beberapa Dinas lainnya. Dinas yang lain seperti

Koperasi dan UKM untuk program produk lokal dan distribusi rumah tangga,

Dinas PU untuk program infrastruktur pariwisata dan tata ruang. Selain itu dapat juga dilakukan kerjasama dengan Perangkat Desa yang disertai dengan masyarakat dan kelompok atau komunitas seperti Pokdarwis untuk menjalankan program tersebut.

Output dari sebuah programming pariwisata yaitu atraksi akan sebuah produk atau destinasi. Atraksi alam sudah tentu menjadi potensi wisata yang paling kuat di Wonosobo, sehingga diperlukan program yang bersifat berkelanjutan atau sustainability agar atraksi ini tetap menjadi potensi alam berumur panjang. Seperti pada pembahasan sebelumnya, dibutuhkan kesimbangan antara ekonomi, sosial dan lingkungan terhadap suatau pengembangan destinasi pariwisata.

Ekowisata adalah salah satu cara pengembangan wisata yang berkelanjutan. Desa Sembungan Kecamatan Kejajar Wonosobo adalah salah satu desa yang memiliki potensi pengembangan pariwisata yang berbasis ekowisata.

Struktur keindahan alam yang membentang dengan predikat desa tertinggi di pulau Jawa serta kerifan lokalnya yang sangat kuat dikenal sebagai petani kentang yang tangguh ini bisa menggambarkan tentang pentingnya pengembangan

Ekowisata. Hal tersebut kemudian menjadi perhatian bagi para wisatawan yang pernah berkunjung ke desa tersebut. Cerita tentang Desa Sembungan telah dibahas sebelumnya. Pak Salim mengemukakan:

122

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“…terlepas dari longsor yang sering terjadi… mereka justru kagum dengan kondisi alam Wonosobo khususnya Desa Sembungan ,, dengan melihat petani yang bekerja diladangnya sampai mendekati puncak, itu justru menjadi surprise dan hal yang sangat menarik bagi mereka,,,”

Selain dari atraksi alam, atraksi budaya juga bisa menjadi program alternatif untuk pengembangan pariwisata di Wonosobo. Membuat program seperti “Hari Jadi Wonosobo’ yang dirangkaikan dengan kegiatan kebudayaan seperti ‘Pawitan Budaya Jawi’ dan prosesi ritual ‘Birat Sengkala’ merupakan kegiatan yang sangat progresif oleh Pemerintah Wonosobo. Selain itu ada juga kegiatan kebudayaan seperti ‘The Legend of Lengger Giyanti’ atau ‘Rakanan

Giyanti’ yang saat ini sedang gencar dipasarkan oleh Wonosobo.

Jika wisatawan yang datang ke Wonosobo namun masih ingin mencoba atraksi yang lain yang ada, maka program wisata yang bisa dilakukan yaitu Edu- wisata seperti tradisi ‘Tenongan Suran Giyanti’. Kegiatan ini juga member pelatihan tenun kepada wisatawan, akan tetapi kegiatan hanya berlangsung setahun sekali. Oleh karena itu stakehoulder bisa membuat program yang bersifat terus-menerus agar menjadi daya tarik bagi wisatawan di luar hari pegelaran tersebut. Hal yang lain yang bisa dilakukan adalah memberi edukasi kepada wisatawan seperti belajar menari, menenun, membatik dan lainnya, hal ini akan menjadi life experience bagi wisatawan. Yang pada intinya life experience ini yang dijual kepada wisatawan.

Dengan semua program yang telah dikemukan di atas, hal yang perlu disadari adalah semakin meningkatnya pendidikan wisatawan, kesadaran akan kelestarian alam dan budaya menjadi pengalaman tersendiri sebagai aksi kepedulian mereka. Hal ini kemudian menjadi pertimbangan dan motivasi 123

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

wisatawan untuk memilih destinasi apa yang akan dia kunjungi. Jika pemangku kepentingan pariwisata mampu melakukan program ekowisata ini maka sustainable tourism development dapat terwujud.

4.2.2.7. Packaging

Packaging merupakan kombinasi dari jasa dan daya tarik wisata yang saling berkaitan dalam satu paket penawaran harga. Packaging ini dilakukan oleh

Trip Organizer yang sudah cukup banyak dengan tujuan destinasi ke Wonosobo.

Namun trip organizer ini sebagian besar berasal dari luar Wonosobo seperti

Yogyakarta. Paket yang ditawarkan meliputi transportasi dan akomodasi ke

Wonosobo. Travel agent adalah salah satu trip organizer yang melayani jasa perjalanan ke Wonosobo.

50 45 Pengaturan Perjalanan 40

30 25

20 13 10 2 2 0 Mengatur Agent Dibantu klg Aplikasi on Diatur instansi sendiri Perjalanan line (dinas)

Gambar 4.53. Pengaturan Perjalanan Wisatawan Kab. Wonosobo Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo

(BAPPEDA)

Data di atas menjelaskan bahwa sebagian besar wisatawan (45%) mengatur perjalanan sendiri, tetapi cukup banyak (25%) menggunakan jasa agen perjalanan. Hal ini juga menendakan bahwa masih kurang optimalnya penawaran

124

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang dilakukan oleh travel agent terhadap destinasi pariwisata Wonosobo. Mas

Adi salah satu travel agent di Jogjakarta mengatakan:

“…untuk perjalanan ke Dieng Wonosobo kami memang tidak menawari secara langsung, kecuali ketika wisatawan yang memang tahu tentang Dieng, baru kami melayani perjalanan ke sana…”

Dari hasil observasi di jalan Prawirotaman dan Sosrowijayan di Jogjakarta, tagline tentang pariwisata di Wonosobo yang muncul pada billboard travel agent masih sangat kurang. Dan hanya beberapa diantaranya yang memasang informasi tentang pariwisata Wonosobo seperti pada gambar 4.54.

Gambar 4.54. Billboard Travel Agent Kab. Yogyakarta Sumber: Data Pribadi

Trip Organizer di Wonosobo yang masih terbatas. Dari hasil penelusuran google, dengan kata kunci ‘trip organizer Wonosobo’ hanya ada 6 trip organizer yang ada di Wonosobo seperti pada gambar 4.55.

125

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.55. Trip Organizer Di Wonosobo

Packaging tidak hanya terbatas pada paket wisata yang ditawarkan, tetapi juga pada penataan sumberdaya alam yang ada, penyajian kuliner yang baik, kemasan cenderamata dan oleh-oleh khas Wonosobo. Dan dari hasil observasi

Wonosobo sudah melakukan banyak upaya terhadap hal di atas sehingga tingkat emotional buying dari wisatawan cukup tinggi (Lihat Gambar 4.15).

126

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.56. Oleh-oleh Khas Wonosobo Sumber: Data Pribadi

Gambar 4.57. Objek Wisata Batu Ratapan Angin Sumber: @visitwonosobo (instagram)

Khusus untuk Objek Wisata Batu Ratapan Angin, paket wisata yang ada di sana cukup lengkap. Selain dari Batunya sendiri sebagai objek foto yang berlatar telaga warna sebagai objek wisata lain di Wonosobo, terdapat juga beberapa spot foto yang di buat dengan serta beberapa fasilitas yang bersifat memacu adrenalin seperti jembatan gantung dan panjat tebing.

Hal ini kemudian paket yang ditawarkan oleh beberapa destinasi itu kemudian terus berkembang sesuai dengan prinsip sustainability atau tetap 127

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menjadikan alam sebagai nilai utama dan keasliannya sebagai nilai lebih akan sebuah destinasi. Ini juga diharapkan agar beberapa destinasi lain juga ikut berkembang.

4.2.2.8. Partnership

Partnership atau kemitraan yang dimaksud di sini adalah kerjasama antara beberapa sektor. Beberapa sektor yang dimaksud adalah bekerjasama dengan pihak swasta, akademisi, media dan komunitas. Kerjasama yang dilakukan pemerintah Wonosobo dengan swasta, akademisi, dan masyarakat saat ini yaitu dengan kerjasama pengembangan objek wisata bersama PT. Alam Indah. Seperti yang dijelaskan oleh Pak Agus Purnomo:

“…Dan diharapkan dengan adanya pembangunan objek wisata yang dilakukan oleh PT. Alam Indah ini akan menjadi contoh bagi pelaku usaha pariwista di Wonosobo khususnya Dieng. Saya berharap di Wonosobo khususnya Dieng itu memiliki objek wisata yang representatif, layak dijual ke orang-orang asing. Untuk saat ini, perusahaaan tersebut sudah menjalankan usahanya dengan memberikan bonus bagi para guide, jika membawa touris 100 orang, akan mendapat bonus 20%, jika 50 orang saja akan mendapat 10% dari penjualan tiket…”

Hal yang dilakukan oleh PT. Alam Indah adalah menanamkan investasi di kawasan wisata alam Telaga Warna dan Telaga Pengilon. Selain itu membuka kesempatan bagi kalangan swasta untuk turut berkontribusi dalam pengelolaan dan pelestarian kawasan konservasi. Hal ini tentunya kan sangat positif bagi pengembangan pariwisata di Wonosobo dan bersifat jangka panjang.

Disisi lain Pak Salim Bawazier juga menjelaskan awal pengembangan pariwisata dari sektor swasta di Wonosobo yaitu:

“kami selalu melihat touris datang dan berbicara tentang pariwisata di Wonosobo, member informasi dan menimbah ilmu juga dari mereka, dan karena kami senang dengan pariwisata, kami ajak mereka untuk 128

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bekerjasama mengembangkan pariwisata dan mempromosikan juga meskipun saat itu belum memiliki landasan yang berorientasi profit…”

Sektor kerjasama lain yang di lakukan oleh Wonosobo dalam pengembangan Pariwisata adalah pemasaran. Letak geografis yang sangat strategis yang dimiliki Wonosobo sangat menguntungkan dalam hal pemasaran tentang destinasi di Wonosobo. Selain dari lokasinya yang terletak di Jawa

Tengah sebagai salah satu 10 destinasi prioritas Nasional juga berdekatan dengan

Borobudur yang sampai saat ini masih menjadi salah satu primadona kunjungan wisatawan dunia.

Hal yang paling menguntungkan juga yaitu masuknya Dieng sebagai salah satu klaster unggulan Joglosemar. Pariwisata Wonosobo berada dalam satu jejaring dengan Jogjakarta, Semarang dan Solo (Joglosemar). Joglosemar memiliki delapan klaster unggulan pengembangan pariwisata dimana Dieng

Wonosobo berada didalamnya.

Gambar 4.58 Klaster Unggulan Joglosemar Sumber: www.avenzamaps.com 129

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sebuah hasil penelitian yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Wonosobo saat melakukan city branding pariwisata Wonosobo pada tahun 2018, mengungkapkan bahwa 100% pengunjung berasal dari wisatawan dalam negri dan 80% dari total seluruh pengunjung di Dieng dalam satu pekan melakukan perjalanan wisata dari klaster

Joglosemar.

Kolaborasi antara beberapa pihak dan dari beberapa sektor diharapkan menjadi strategi pemasaran pariwisata di Wonosobo. Hal ini juga diharapkan agar terjadinya peningkatan kualitas SDM serta program produk pariwisata.

Tabel 4.6 Ringkasan Analisis Bauran Pemasaran

No Bauran Analisis Pemasaran 1. Product Atraksi 1. Atraksi sudah dikembangkan secara maksimal, akan tetapi masih ada aspek negatif yang timbul seperti penataan bangunan di DTW (Destinasi Tujuan Wisata) 2. Masih kurangnya atraksi pelengkap di beberapa destinasi, dalam hal ini ekonomi kreatif Aksesibilitas 1. Terdapatnya akses jalan yang sempit dan rusak karena banyaknya kejadian alam seperti longsor. 2. kurangnya kendaraan umum menuju DTW khususnya Dieng.

Amenitas Amenitas secara umum belum optimal untk beberapa DTW.

2 Place 1. Masih menggunakan brosur dan booklet 2. Tidak ada brosur, booklet dan sejenisnya di bandara.

3 Price 1. Harga yang ditawarkan tergolong murah 2. Harga tiket yang berbeda di setiap destinasi 4 Promotion Semua jenis promosi sudah dilakukan meskipun hasil yang belum optimal 5 People Kualitas SDM dalam hal ini pelyanan yang kurang

130

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6 Programming Masih banyak destinasi yang belum paham dan peduli tentang prinsip keberlanjutan 7 Packaging Paket wisata yang ditawarkan sebatas wisata alam dan budaya. 8 Partnership Kerjasama sudah dilakukan dari beberapa sektor secara maksimal.

4.3. Pertimbangan Wisatawan Saat Memilih Dan Menentukan Destinasi

Wisata

Pertimbangan Wisatawan saat berkunjung ke sebuah destinasi dapat dilihat dari; pertama, Motivasi kunjungan wisatawan. Dari hasil analisis pada gambar

4.10 motivasi alam dan budaya merupakan motivasi utama untuk berkunjung ke

Wonosobo. Motivasi menjadi sangat penting karena menjadi alasan utama seseorang untuk berwisata.

Kedua, Harga selama berwisata. Dari hasil analisis bauran pemasaran, biaya kunjungan ke Wonosobo tergolong murah. Hal ini dikarenakan letaknya yang strategis dan didukung dengan infastruktur jalan yang terus berkembang.

Paket perjalanan yang ditawarkan oleh travel agent relatif normal dengan selisih harga yang tidak jauh dari kunjungan ke tempat wisata di daerah lain, ini menandakan bahwa harga yang ditawarkan mampu bersaing.

Ketiga, akomodasi/penginapan ketika berkunjung ke destinasi. Dari hasil analisis pada gambar 4.6, sebagian besar yang datang ke Wonosobo tidak menginap atau perjalanan dilakukan hanya sehari. Hal ini disebabkan oleh masih kurangnya penginapan yang ada di Wonosobo khususnya Dieng.

131

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Keempat, waktu berkunjung. Dari data yang diambil dari BAPPEDA, waktu kunjungan favorit wisatawan di Wonosobo adalah weekend dan liburan sekolah. Pertimbangan ini diambil untuk mengisi hari libur dengan berwisata diluar dari rutinitasnya sehari-hari.

30 27 Waktu berkunjung favorit 25 22 20 15 14 15 9 10 5 0 0 Weekend Liburan Long Event Lain-lain Idul Fitri sekolah weekend tertentu

Gambar 4.59. Waktu Berkunjung Favorit Wisatawan Kab. Wonosobo Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo (BAPPEDA)

Sumber informasi tentang DTW juga sangat mempengaruhi pertimbangan wisatawan. Dari hasil analisis pada gambar 4.32 Informasi yang paling memegang peranan sebagai sumber informasi bagi wisatawan ada tiga, yaitu: internet

(website, marketplace, blog, vlog dan youtube) melalui ulasan dan tampilan gambar yang menarik, pengalaman dari teman/kerabat yang pernah berkunjung, sosial media melalui ulasan dan deskripsi yang dibagi secara luas oleh penggunanya setelah melakukan kunjungan wisata di Wonosobo.

Sebab penting wisatawan untuk berkunjung ke sebuah Destinasi Tujuan

Wisata (DTW) mengenai informasi bisa di lihat dari image atau citra dan user experience atau pengalaman saat berwisata. Dari data yang didapatkan melalui

BAPPEDA ditemukan bahwa ada lima hal yang menggambarkan Wonosobo

132

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menurut wisatawan, yaitu dingin, sejuk, indah, pemandangan bagus dan alam.

Akan tetapi ketika dirangkaikan semuanya, hal ini menjelaskan bahwa Wonosobo memiliki image tentang potensi alam yang kuat.

HAL YANG COCOK MENGGAMBARKAN WONOSOBO

ramai subur jauh istimewa sunrise gunung negri di atas awan hijau rambut gimbal tertib berkabut tenang kawah tentram akses jalan menantang berbudaya ramah menyenangkan bukit candi nyaman carica banyak tempat wisata bersih kuliner asri alam pemandangan bagus indah sejuk dingin 0 10 20 30 40

Gambar 4.60. Hal Yang Menggambarkan Kab. Wonosobo Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo (BAPPEDA)

Image ini biasanya terbentuk dari iklan, film dan foto-foto yang beredar di media sosial dan website. Selain itu pengalaman langsung oleh wisatawan yang berkunjung ke sebuah destinasi di Wonosobo juga sangat membentuk image

Wonsobo. Image ini sangat berkaitan dengan city branding dan Wonosobo sudah melakukan hal itu. Beberapa wisatawan yang berkunjung ketika ditanya tentang apa yang anggapan mereka tentang Wonosobo, Wisatawan menjawab keindahan

133

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

alam Wonosobo. Seperti yang jelaskan oleh Pak Misman wisatawan dari

Banjarnegara:

“…Apa ya… Wonosobo itu juga Dieng seperti Banjarnegara… alamnya yang sangat sejuk, indah membuat orang datang ke sini…”

Hal yang sama juga dikatakan oleh Mbak Ulfa:

“…Wonosobo itu indah, banyak pemandangan alamnya, sehingga untuk yang suka foto gitu banyak spotnya…”

Dingin menjadi top of mind bagi wisatawan menggambarkan Wonosobo.

Suhunya yang berada di sekitar 10-14 °C, bahkan di hari tertentu suhu di Dieng khususnya berada dibawah 5 °C. Menurut Pak Salim Bawazier tentang hal apa saja yang menggambarkan Wonosobo:

“Jadi Wonosobo memiliki keunikan tersendiri,, udaranya sendiri sudah merupakan kemurahan dari Allah SWT,, dan bahkan setahun sekali suhu di Dieng di bawah nol derajat,, serta adat istiadat yang sangat unik ... sejauh ini alasan orang datang kembali ke Wonosobo yaitu, karena alamnya yang begitu indah,, makanan yang enak,, dan tidak terlalu mahal,,”

Berikut beberapa destinasi wisata di Wonosobo yang dimunculkan oleh iklan

Wonderfull Indonesia melalui Televisi dan Youtube:

Gambar 4.61. Iklan Pariwisata Wonderfull Indonesia (1)

134

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.62. Iklan Pariwisata Wonderfull Indonesia (2)

Berkaitan dengan Image wisatawan terhadap produk atau destinasi yang pernah di kunjungi yaitu user experience. Keunikan Wonosobo adalah keindahan alam dan cuaca yang sejuk, seperti yang telah banyak dijelaskan sebelumnya.

Berikut ini adalah data yang diperoleh dari BAPPEDA yang melakukan penelitian melalui kuesioner terhadap wisatawan yang berjumlah 100 orang pada tahun

2018.

Kesan setelah dari Wonosobo

KURANG PUAS LAINNYA DAN TIDAK 4% INGIN KEMBALI 4%

PUAS DAN INGIN PUAS DAN KEMBALI AKAN 51% MEREKOMEND ASIKAN 41%

Gambar 4.63. Tingkat Kepuasan Wisatawan yang Berkunjung di Kab. Wonosobo Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo (BAPPEDA) 135

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan yang merasa puas dan ingin kembali serta akan merekomendasikannya sebesar 91%. Hal ini berarti bahwa wisatawan mendapatkan user experience yang positif terhadap produk/destinasi pariwisata Wonosobo.

Citra atau reputasi pariwisata terdiri dari pembauran antara hak-hak wisatawan, perlindungan sumber daya dan pelibatan masyarakat (gambar 2.4).

Hal inilah yang menjadi keunikan dari pengembangan pariwisata yang berbasis ekowisata. Hal ini berbanding lurus dengan motivasi wisatawan yang datang berkunjung dengan tujuan untuk menikmati secara langsung kemurnian dari sebuah alam (Gambar 4.11). Gus Blero melalui penjelasannya:

“…destinasi jangan sampai bertolak belakang dengan interesting orang- orang, misalnya touris mancanegara kan datang ke sini untuk melihat genuitas yang natural, tapi ketika alam diwarnai, maka naturalitasnya akan hilang,,, kemurnian alam itu tidak dipedulikan,,

Wonosobo sudah memiliki citra yang baik dari wisatawan. Akan tetapi perlu juga diperhatiakan bahwa agar keuntungan yang didapatkan dari kegiatan berpariwisata ini tetap berlanjut diperlukan pengembangan DTW yang berkelanjutan.

136

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA BERBASIS EKOWISATA

5.1. Strategi Segmenting, Targeting dan Positioning (STP)

Tabel 5.1 Strategi STP Pariwisata Wonosobo

STP Analisis Solusi Keterangan

Berdasarkan 1. Wisatawan didominasi oleh wisatawan nusantara dan terus berkembang geografis secara kuantitas, namun kurangnya tingkat persentase wisatawan wisatawan yang nusantara yang berkunjung kembali mencerminkan kualitas sebuah berkunjung ke destinasi, begitupun dengan wisatawan mancanegara yang setiap tahun Wonosobo harus semakin menurun, sedangkan banyaknya wisatawan mancanegara dibagi menjadi dua menggambarkan kualitas sebuah destinasi. Wisatawan segmen, yaitu 2. Wisatawan mancanegara juga membantu menaikkan standar pelayanan terbagi dari wisatawan dan pemasaran pariwisata yang kuat bagi sebuah destinasi. beberapa segmen, mancanegara dan 3. Wisatawan mancanegara sebenarnya memiliki karakteristik yang Segmenting antara lain wisatawan beragam sesuai dengan kultur yang terbangun oleh negranya masing- geografis dan nusantara. masing sehingga ditentukan langkah yang tepat untuk memilih target psikografis pasar wisatawan mancanegara. Berdasarkan 1. Saat ini, wisatawan yang berkunjung ke Wonosobo kebanyakan dari psikografi, minat khusus seperti touring dan potografi. wisatawan yang 2. Minat khusus adalah bagian dari motifasi utama pada nilai dan gaya datang ke hidup yang masuk dalam kelompok self-expression motivation. Wonosobo harus Kelompok ini berorientasi pada tindakan (action-oriented), dimana

137

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dilihat dari value, wisatawan jenis ini mengekspresikan segala perilaku berwisatanya sesuai attitude dan interpretasi dan ekspektasi dari informasi yang didapatkannya agar lifestyle (VALS). mendapat experiences, nostalgic yang baik dan kegiatan yang responsible.

Targeting Kepariwisataan Wisatawan asal 1. Karakteristik wisatawan Eropa lebih mengedepankan unsur alamiah yang Wonosobo secara Eropa dijadikan mensyaratkan kualitas alam dan budaya pada sebuah destinasi. Oleh spesifik belum sebagai target karena itu, pemangku kepentingan harus memenuhi kebutuhan pelayanan memiliki target pemasaran jasa yang diinginkan oleh rata-rata wisatawan mancanegara dengan pasar wisatawan pariwisata melihat karakteristiknya. Wonosobo. 2. Dengan banyaknya wisatawan mancanegara khusunya Eropa, pemangku kepentingan juga dapat menaikkan harga atau tarif setiap atraksi produk pariwisata. Hal ini dikarenakan adanya upaya dalam meningkatkan kualitas produk sehingga wisatawan tidak keberatan membayar harga tersebut. 3. Dengan tingginya standar kualitas sebuah destinasi juga akan memberikan pengalaman yang baik dan nostalgia yang menyenangkan sehingga wisatawan akan memberikan nilai sesuai dengan interpretasi dan ekspektasi.

Positoning Kepariwisataan Mewujudkan citra 1. Wisatawan Eropa memiliki karakteristik wisatawan yang pro terhadap Kabupaten destinasi yang keberlanjutan (pro-sustainability). Hal ini sesuai dengan minat Wonosobo sudah berbasis nilai wisatawan eropa untuk menikmati unsur-unsur alamiah yang disajikan memiliki city keberlanjutan oleh sebuah destinasi. Originalitas alam dan budaya menjadi motivasi branding yaitu melalui program utama wisatawan Eropa untuk menikmati sebuah objek wisata karena ‘The Soul of destinasis berbasis mencerminkan kualitas akan sebuah objek wisata. Java’ akan tetapi ekowisata sebagai 2. Selain meningkatkan standar kualitas serta image kuat yang terbangun belum memilki nilai unik (USP) akibat dari banyaknya wisatawan asal Eropa, juga akan membantu

138

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

unique selling kepariwisataan destinasi bersifat jangka panjang karena adanya kegiatan kepariwisataan point (USP) Wonosobo. yang berbasis ekowisata yaitu menyeimbangkan kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan pada sebuah destinasi. 3. Nilai penting dari sebuah pengembangan pariwisata yang berbasis ekowisata adalah munculnya sebuah nilai kebersamaan antara penyedia pariwisata dan wisatawan untuk melakukan tindakan responsible (bertanggung jawab) terhadap sebuah lingkungan (alam dan budaya).

5.2 Strategi Bauran Pemasaran 8P

Tabel 5.2. Strategi 8P Pariwisata Wonosobo

Bauran No Analisis Solusi Rekomendasi Strategi Pemasaran 1. Product Atraksi Atraksi sudah Memberi penyadaran Memberi himbauan dan pendampingan pada masyarakat sebagai dikembangkan kepada masyarakat pelaku usaha. secara maksimal, tentang prinsip akan tetapi masih keberlanjutan bagi ada aspek negatif setiap destinasi yang timbul seperti penataan bangunan di DTW (Destinasi Pembentukan Pembentukan Pokdarwis sebagai penggerak manajemen destinasi Tujuan Wisata) manajemen destinasi sehingga objek

139

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terpelihara.

Menerapkan aturan Aturan harus dibuat secara bersama-sama termasuk masyarakat agar tentang larangan menjadi tanggung jawab bersama tentang pentingnya menjaga membangun bangunan lingkungan demi kelestarian yang menjadi alasan wisatawan yang tidak ramah berkunjung. lingkungan

Belum diterapkan Menyusun program Membuat stand khusus bagi pencinta fotografi untuk dapat mengambil jenis atraksi yang destinasi berbasis gambar keindahan alam Wonosobo secara alami. berbasis ekowisata ekowisata dengan melihat aspek Mengoptimalkan promosi dan program yang ditawarkan melalui konsumen atau produk destinasi. Pariwisataan Wonosobo harus mengedapankan wisatawan beberapa aspek antara lain 1. Aspek ekonomi; selain ekonomi diukur melalui pendekatan pasar secara makro ataupun mikro untuk meningkatkan perekonomian melalui industri pariwisata, tapi juga mengedepankan nilai ekonomi lingkungan seperti melibatkan penduduk lokal sebagai peran mereka dalam melestarikan budaya dan lingkungan. 2. Aspek sosial; diperlukan pembelajaran bersama antar stakeholder untuk memahami konsep ekowisata yang kemudian diimplementasikan bersama kebeberapa destinasi melalui program yang akan di tawarkan nantinya. 3. Aspek lingkungan; peningkatan kesadaran penduduk lokal terhadap konservasi melalui program penghijauan. Selain itu, mendeteksi sejak awal ancaman dari pengembangan destinasi melalui program

140

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang menekankan aturan hukum serta larangan seperti pembangunan infrastruktur dan perilaku wisatawan saat berwisata.

Masih kurangnya Dinas pariwisata 1. kerjasama dengan dinas UMKM untuk melakukan pelatihan atraksi pelengkap di berkolaborasi dengan membuat industry kreatif dan menentukan jenis produk yang akan beberapa destinasi, beberapa pihak untuk dijual dalam hal ini mengembangkan ekonomi kreatif industry kreatif bagi 2. kerjasama dengan koperasi tentang bantuan dana dan cara masyarakat di sekitar pendistribusiannya. DTW Aksesibilitas Terdapatnya akses Kerjasama multisektor 1. Membuka akses kebeberapa destinasi dengan mempertimbangakan jalan yang sempit yaitu Dinas Pariwisata dampak lingkungan sehingga perjalanan bagi wisatawan khususnya dan rusak karena dengan Dinas PU dan bagi touring bisa menikmati keindahan alam yang natural. banyaknya kejadian sektor lainnya untuk 2. Melakukan pelebaran jalan dan melakukan pembetonan jalan di alam seperti longsor. memperbaiki aspal setiap sisi jalan. jalan menuju objek wisata. 3. Membuka jalur alternatif, seperti jalan arah menuju Dieng.

4. Melakukan reboisasi disepanjang jalan yang rawan longsor. kurangnya Bekerjasama dengan Sistem rental dapat dilakukan, dikarenakan kebanyakan wisatawan kendaraan umum dinas perhubungan menggunakan kendaraan pribadi sehingga tidak dimungkinkan untuk menuju DTW untuk membuka akses melakukan perjalanan terus menerus saat ini. khususnya Dieng. perjalanan umum ke DTW. Amenitas Amenitas secara Menyediakan 1. Diperlukan daerah strategis khusus untuk pembangunan penginapan umum belum penginapan yang bagi para wisatawan, hal ini bertujuan agar pembangunan yang ada optimal untuk memadai dengan saat ini tidak menggerus lingkungan DTW. beberapa DTW. memperhatikan tata 2. Tinggi, bentuk dan volume menyesuaikan dengan topografi dan 141

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ruang yang baik pada keadaan lingkungan. pembangunannya. 3. Desain bangunan yang berada di kawasan DTW harus menyesuaikan dengan sejarah, karakteristik lokasi, warna dan bahasa lokal.

Memperbanyak fasilitas 1. Membangun ruang medis untuk setiap destinasi yang ada sebagai umum wujud responsible tourism marketing.

2. Membangun ATM di beberapa destinasi prioritas di tempat-tempat strategis khususnya di kawasan Pegunungan Dieng.

3. Membuat TPA agar terjadi sebuah distribusi aktif untuk menanggulangi masalah sampah yang ada di DTW. Dan pengadaan toilet di setiap destinasi dan beberapa tempat yang dianggap banyak wisatawan berinteraksi.

2 Place Masih menggunakan Lebih mengoptimalkan Melengkapi website dengan konten yang lengkap: apa saja atraksi yang brosur dan booklet lagi penggunaan ada dan cara menuju ke sana. Channel digital seperti website dan media sosial Tidak ada brosur, Penempatan advertising Penempatan advertising di bandara Jogjakarta atau kota besar lainnya booklet dan di tempat ramai seperti dengan tujuan untuk memperkenalkan pariwisata di Wonosobo. sejenisnya di bandara bandara.

3 Price Harga yang Dilakukan penyelarasan Menerapkan paket wisata untuk setiap destinasi. Setiap destinasi harus ditawarkan tergolong antara harga dan atraksi menawarkan banyak atraksi sehingga mendongkrak pendapatan tanpa

142

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

murah yang diberikan menaikkan harga pada tiket destinasi.

Menaikkan harga tiket Harga dinaikkan dengan cara memberikan biaya tambahan bagi yang berbasis ekowisata wisatawan untuk melibatkan diri dalam hal menjaga keberlanjutan sebuah destinasi. Biaya ini bisa disebut sebagai biaya sukarela untuk menjaga keasrian alam dan budaya.

Harga tiket yang Memberlakukan harga Strategi harga paket produk. Strategi ini terkait dengan produk atau berbeda di setiap paket produk dengan atraksi yang kemas dalam bentuk paket wisata. Harga yang harus destinasi harga diskriminasi dibayar wisatawan dalam strategi harga produk ini lebih besar, tetapi berdasarkan jenis wisatawan akan mendapat kompensasi berupa atraksi, fasilitas dan produk dan dengan pelayanan yang lebih berkualitas. pemberian harga diskon. 4. Promotion Semua jenis promosi Go digital: e-WOM, Cara efektif dan efisien untuk meraih masyarakat dunia saat ini yaitu sudah dilakukan media sosial dan melalui internet dalam hal ini website, media sosial dan youtube. Hal meskipun hasil yang website yang penting dari website dll ini adalah menjadi interface antara belum optimal destinasi dengan wisatawan. Selain informatif, juga harus bersifat internasional, yang artinya sudah menggambarkan pengalaman yang akan dialami wisatawan saat berkunjung. Idealnya, melalui internet ini akan menjadi medium interaktif, yang mnfasilitasi komunikasi vertikal antara pemasar dan wisatawan, dan secara horizontal antar wisatawan. Langkah konkrit yang bisa dilakukan yaitu membuat akun media sosial resmi (Facebook Page, Instagram, Twitter) untuk pariwisata Wonosobo dan selalu diupdate dengan konten pemasaran pariwisata. Di media sosial menggunakan hashtag yang sesuai dengan konten contohnya: #Wonosobo #Diengwonosobo #explorewonosobo

143

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

#wonderfulindonesia #pesonaindonesia

Merancang materi The soul of java sebagai branding pariwisata Wonosobo mampu promosi yang ramah menjadi USP dengan cara menerapkan green marketing atau ikut lingkungan terlibat dalam kampanye global warming.

5. People Kualitas SDM dalam Pelatihan dan edukasi 1.Memprioritaskan pemuda sebagai penggerak kepariwataan serta hal ini pelayanan guide tentang pengawasan dan pendampingan yang dilakukan oleh HPI. yang kurang peningkatan pelayanan khususnya dan pemahaman tentang 2.Menjalin kerjasama dengan instansi atau lembaga pemerhati pemahaman tentang prinsip keberlanjutan lingkungan seperti BPN dan Walhi untuk mengetahui cara mengurangi ekowisata melalui ekowisata dampak negatif yang timbul akibat pengembangan pariwisata.

6. Programming Masih banyak Edukasi dan 1.mengembangkan pariwisata secara komunal, artinya bahwa destinasi yang belum pendampingan ke masyarakat harus terlibat aktif dalam pengambangan destinasi paham dan peduli beberapa destinasi tentang prinsip 2.program sadar wisata digerakkan oleh Pokdarwis agar menjadi efek keberlanjutan baik wisatawan yang juga akan ikut peduli terhadap lingkungan.

Pengembangan 1. Menyusun pengembangan kebjakan green practice, seperti; program yang menggunakan teknologi dan bahan yang ramah lingkungan, hal ini berorientasi kepada bertujuan untuk meminimalisir dampak lingkungan dalam wujud kemanfaatan limbah, sampah, suara atau polusi lain.

2. Merancang produk yang berbasis ekowisata, seperti menginap plus menyaksikan musik tradisional, desain kamar yang ramah lingkungan dan lainnya.

3. Mendesain aktivitas wisatawan saat berkunjung sesuai dengan 144

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kebiasaan mayarakat lokal seperti menanam sayuran, melakukan tari tradisional, menggimbalkan rambut sehingga menjadi hal yang unik bagi wisatawan. Aktivitas ini juga secara tidak langsung juga menghidupkan dan mempertahankan tradisi.

Membuat 1.Dibuat jalur khusus bagi wisatawan ketika mengunjungi DTW pengembangan wisata seperti diberlakukannya kebijakan mengenai mana jalur yang bisa yang memperhatikan diakses secara umum dan mana yang tidak boleh dengan tujuan visitor management menghindari dapak kerusakan lingkungan.

2.Membuat panduan does dan dont’s, seperti papan pengumuman tentang aturan dalam berkunjung ke destinasi seperti; larangan membuang sampah disembarang tempat, kawasan bebas rokok dan lainnya.

3.Tujuan dari visitor management agar adanya sebuah interpretasi yang baik yang dirasakan langsung oleh wisatawan sehingga ini bisa menjadi image yang kuat tentang pariwisata di Wonosobo. Contohnya yaitu membuat visualisasi awal tentang destinasi yang memberi informasi tentang apa saja yang akan dinikmati dan dipelajari wisatawan saat berkunjung.

7. Packaging Paket wisata yang Variasi paket wisata 1.Tari lengger bisa menjadi paket wisata yang sangat menarik. ditawarkan sebatas tidak hanya berkunjung Wisatawan dapat membeli tiket untuk melihat tarian, belajar hingga wisata alam dan ke suatu destinasi, pada wisatawan melakukan tarian sendiri dan direkam sehingga ini budaya. tetapi dikombinasikan pengalaman yang sangat menarik bagi wisatawan dengan program interaktif yang 2. Melibatkan masyarakat dalam upaya reboisasi seperti adanya destinasi yang menawarkan paket menikmati keindahan alam disertai 145

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

melibatkan wisatawan. dengan penanaman pohon di sekitar destinasi.

Mengelompokkan jenis wisatawan seperti:

1. Wisatawan yang belum berpengalaman. Wisatawan jenis ini terbuka pada proses edukasi, tetapi biasanya perilaku mereka belum bisa menyesuaikan diri dengan adat/kebiasaan/ nilai-nilai masyarakat di destinasi. Dalam kondisi tersebut pemangku kepentingan harus member edukasi dan informasi untuk meningkatkan awareness mereka. Produk dan informasi yang diberikan kepada wisatawan ditekankan bahwa pentingnya perilaku wisatawan untuk peduli dan sesnsitif terhadap alam dan kebudayaan lokal destinasi. Aktivitas wisata perlu dirancang untuk wisatawan secara pasif dan aktif berinteraksi dengan masyarakat lokal.

2. Wisatawan yang mengunjungi untuk pertama kali. Jenis wisatawan ini masih sensitive dengan harga. Oleh karena itu, sulit untuk mengkomunikasikan kualitas produk hanya bergantung pada harga untuk bisa menjual produk wisata. Keunikan dan otentisitas perlu ditekankan pada wisatawan jenis ini agar mereka kembali datang berkunjung menikmati atraksi ini. Selain itu dibutuhkan informasi yang tepat untuk wisatawan agar pesan mengenai produk ini terkomunikasikan dengan baik yaitu dengan cara panduan perjalanan (travel guide) dan simbol/tanda/sertifikasi kualitas produk yang pro terhadap keberlanjutan (Lampiran 15).

3. Wisatawan yang merupakan pengunjung ulang. Biasanya jenis

146

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

wisatawan ini mendukung produk-produk sustainability. Wisatawan jenis ini lebih cenderung menhargai keunikan karakteristk suatu destinasi, yang biasanya terkait dengan ekowisata. Akan tetapi, perlu diingat bahwa keunikan dan karakteristik ekowisata perlu dibarengi dengan kualitas produk dan jasa memenuhi standar produk yang pro-keberlanjutan (sustainability). Oleh karena itu dibutuhkan program khusus mengenai peningkatan kualitas SDM sebagai penyedia jasa serta beberapa aturan yang pro-keberlanjutan. 8. Partnership Kerjasama sudah Kerjasama antara Kerjasama 5 sektor untuk meningkatkan pariwisata Wonosobo. dilakukan dari akademisi, pemerintah, Akademisi: bekerjasama dengan sekolah atau universitas untuk beberapa sektor swasta, media dan mendapatkan masukan dan referensi pengembangan pariwisata dari sisi secara maksimal. masyarakat terwujud. akademis, sehingga pengembangan lebih terkonsep. Pemerintah: Kementerian Pariwisata, Dinas Pariwisata, dan Dinas lainnya sebagai pembuat kebijakan. Swasta: berkontribusi dalam modal pengembangan pariwisata. Media: berkontribusi dalam promosi pariwisata. Komunitas: sebagai pelaku pariwisata di daerah itu sendiri.

147

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Dari pembahasan tentang pariwisata Kab. Wonosobo dapat disimpulkan bahwa Wonosobo memiliki potensi dalam industri pariwisata yang berbasis ekowisata. Berkaitan dengan strategi pemasaran pariwisata Wonosobo, berikut jawaban dari rumusan pertanyaan penelitian pada Bab I:

1. Potensi pariwisata Wonosobo yang berbasis ekowisata sangat kuat dan

beragam karena letaknya yang sangat strategis. Dengan mengacu pada

motivasi wisatawan yang datang ke Wonosobo, kebanyakan ingin

menikmati keindahan alam yang secara natural dapat dinikmati. Selain dari

ke indahan alamnya, tradisi dan kebudayaan yang bermutu dan sudah

cukup terkenal mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Hal

lain yang menjadi perhatian adalah bagaimana keindahan alam ini tetap

bertahan, maka yang perlu ditanamkan prinsip-prinsip keberlanjutan

melalui program ekowisata.

2. Strategi pemasaran yang sudah diterapkan oleh pemerintah dan penyedia

jasa wisata di Wonosobo dikaitkan dengan STP dan bauran pemasaran

dalam industri pariwisata yang berbasis ekowisata belum maksimal.

Pariwisata belum dikembangkan secara efektif dan terintegrasi antara

pemerintah, swasta, dan komunitas. Pemasaran pariwisata tidak hanya

mengembangkan produk pariwisata, namun aspek lain dalam bauran

pemasaran seperti promosi, kesiapan warga lokal dan penyedia jasa wisata,

148

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penawaran paket dan program wisata di Wonosobo, dan juga kerjasama

antar para pemangku kepentingan yang bisa diwujudkan.

3. Dalam menentukan destinasi, wisatawan mempertimbangkan biaya (price)

yang akan dikeluarkan yang mencakup harga tiket dan biaya hidup selama

di sana. Pertimbangan kedua wisatawan adalah dari sisi produk pariwisata,

yaitu atraksi, aksesibiltas dan amenitas yang ada di tempat itu.

Pertimbangan ketiga wisatawan adalah paket dan program yang

ditawarkan oleh penyedia jasa wisata, karena sebagian wisatawan memilih

menggunakan jasa penyedia paket wisata. Pemerintah bersama swasta

dapat bekerja sama dalam hal ini.

4. Strategi pemasaran pariwisata yang berbasis ekowisata di Wonosobo

berdasarkan dari hasil analisis STP dan bauran pemasaran 8P dapat

langsung diterapkan dalam kurun waktu yang dekat ini. Hal ini

dikarenakan potensi yang dimiliki serta adanya dukungan tentang prinsip

keberlanjutan dilihat dari cara pandang dan kemauan masyarakat untuk

peduli terhadap kondisi lingkungannya melalui kegiatan pariwisata,

kondisi alam yang sudah saatnya diperhatikan, serta peran SDM dan

pemangku kepentingan yang memadai untuk mengembangkan destinasi

berbasis ekowisata sebagai unic selling point (USP).

149

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6.2. Saran

Langkah-langkah strategis yang sebaikanya dilakukan oleh para pemangku kepentingan pariwisata Wonosobo agar bisa melaksanakan strategi pemasaran secara efektif dan efisien dilakukan dengan:

1. Mensosialisasikan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah

(RIPPARDA) kepada warga supaya mengetahui prioritas pembangunan

pariwisata daerah saat ini.

2. Membentuk kelompok kerja dan Bappeda untuk akselerasi pembangunan

destinasi wisata berbasis ekowisata.

3. Melakukan pengembangan pariwisata secara komunal (bersama) dan menjaga

keseimbangan antara ekonomi, lingkungan dan sosial sebagai langkah untuk

menanamkan prinsip keberlanjutan melalui ekowisata di Destinasi Tujuan

Wisata.

4. Melakukan promosi yang baik melalui pengembangan informasi secara

online atau pun secara fisik melalui papan iklan di beberapa lokasi

strategis.

5. Melakukan pemetaan kekuatan dan kelemahan pariwisata Wonosobo dan juga

posisi pariwisata Wonosobo dalam industri pariwisata.

150

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Daftar Pustaka

Beaumont, N., 1998, An Australian Perspective, Pacific Tourism Review, 2: 239 - 50.

Ceballos-lascurain, A R Q Hector. 2006. “HECTOR CEBALLOS-LASCURAIN. Interview on Page 2 Director’ S Cut:” INTERNATIONAL ECOTOURISM MONTHLY 7(85): 24–26.

Coddington, Walter. 1993. Environmental Marketing: Positive Strategies for Reaching the Green Consumer, New York: McGraw-Hill.

CNN Indonesia. 2016. “Arief Yahya Bicara Go Digital Dalam CEO Message #11.” CNN Indonesia. http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160929162536-307- 162173/arief-yahya-bicara-go-digital-dalam-ceo-message-11/.

Damanik, Janianton. 2013. Pariwisata Indonesia Antara Peluang Dan Tantangan. 1st ed. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Dewi, Ike Janita. 2011. Responsible Tourism Marketing. Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.

Dowling, R.K. and Page, S.J., 2002, Ecotourism, London: Prenctice Hall.

Fatimah, S. Hanum., Kurniawan, A., Setiadi, I.G.W. dan Muntadliroh. 2013. PedomanFasilitatorUntuk Pembangunan Ekowisata. Jakarta: LIPI Press

Fien, J.; M. Calder and C. White. 2010. Teaching for a Sustainable World (UNESCO). http://www.unesco.org/education/tlsf/mods/theme_c/mod16.html

Florentina W.N., 2017. ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA SUMBA. Tesis Program Magister. Jakarta: Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Gajah Mada.

Goldner, Charles R and Ritchie, J.R.Brent. 2006. Tourism: Principles, Practices, Philosophies. Tenth edition. Jhon Willey & Sons, Inc. New Jersey

Holloway, J Christopher. 2009. The Business of Tourism. 8th editio. London: Prentice Hall Pearson Education.

Kartajaya, Hermawan, and Sapta Nirwandar. 2013. Tourism Marketing 3.0 Turning Tourist to Advocate. ed. Kevin Leonard Rachman. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kasali, Rhenald. 2007. MembidikPasar Indonesia: Segmentasi, Targeting and Positioning. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kotler, Philip. 2012. Marketing Management. 14th Edition. Pearson.

Kriyantono, Rakhmat. 2012. TkenikPraktisRisetKomunikasi. Jakarta: Kencana..

Mill, Robert Christie dan Alastair M. Morisson. 2002. The Tourism System, 6 Edition, Sidney: Kendall Hunt Publising Company.

151

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Morgan, Nigel, Annette Pritchard, and Roger Pride. 2002. “Destination Branding.” (SEPTEMBER). http://www.econis.eu/PPNSET?PPN=561074003.

Morrison, Alastair. 2012. “Destination Management and Destination Marketing: The Platform for Excellence in Tourism Destinations.” New York: Routledge.

Moleong, Lexy J. 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revi. Bandung: PT Remaja Rosda karya.

Nugroho, Iwan. 2015. Ekowisatadan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ottman, Jacquelyn. 1993. Green Marketing: Challenges and Opportunities for the New Marketing Age, Lincolnwood: NTC Publishing Group.

Papatheodorou, Andreas, and Pavlos Arvanitis. 2014. “Tourism and the Economic Crisis in Greece - Regional Perspectives.” Region et Developement.

Pitana, I Gde. 2017. Indonesia Tourism Outlook 2017. Jakarta.

Pomering, Alan, and Lester W Johnson. 2009. “Sustainable Tourism Marketing: What Should Be in the Mix?”: 1–8.

Schaar, Rebecca, Faculty Sponsor, and Ryan White. 2013. “Destination Branding: A Snapshot.” Schaar UW-L Journal of Undergraduate Research XVI (2013): 1–10.

Sudiarta, I Nyoman. 2010. Strategi Pemasaran: Mengintegrasikan Konsep Pemasaran Pariwisata, Gaya Hidup Konsumen dan Manajemen Destinasi Pariwisata Menuju Kualitas Pengalaman Berkelanjutan. Dosen Fakultas Pariwisata Universitas Udayana- Bali dan Mahasiswa Program Doktor (S3) Pariwisata. Pasca Sarjana Universitas Udayana. [email protected]

Tahir, Muh. 2011. Pengantar Metodologi Penelitian. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.

Tripadvisor. 2015. “6 Key Travel Trends for 2016.” https://www.tripadvisor.com/TripAdvisorInsights/n2670/6-key-travel-trends- 2016.

United Nations Commission on Sustainable Development. 2000. What Is Ecotourism? 8th session http://www.uneptie.org/pc/tourism/ecotourism/home.htm

United World Tourism Organization. 2016. Annual Report Annual Report 2015. Madrid: UWTO

Wood, M.E. 2002. Ecotourism: Principles Practices and polisies for Sustainability. UNEP. http://www.unepie.org/tourism/library/ecotourism.htm.

Yahya, Arief. 2015. Kementrian Pariwisata Republik Indonesia Pembangunan Infrastruktur Untuk Peningkatan Daya Saing Pariwisata. http://musrenbangnas.bappenas.go.id/files/pramus/penutupan/1. Paparan Menteri Pariwisata.pdf.

Yoeti, Oka A., 2003, Tours and Travel Marketing, Jakarta: Pradnya Paramita.

152

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 1. Calender of Events Pariwisata Wonosobo

NO NAMA EVENT WAKTU LOKASI PELAKSANAAN 1 WONOSOBO LANTERN PARK 1 – 31 MARET 2018 OBJEK WISATA KALIANGET FESTIFAL (malam seribu cinta) 2 LOMBA DRUMBAND 15-18 MARET 2018 ALUN-ALUN WONOSOBO TINGKAT NASIONAL 3 GELAR KARYA SPERROSEL 24 MARET 2018 ALUN-ALUN WONOSOBO 4 FESTIVAL DURIAN APRIL 2018 DESA WILAYU,SELOMERTO 5 PESONA WANASABA 29 APRIL DESA SAWANGAN,LEKSONO 6 FESTIVAL BUDAYA 19-21 APRIL DESA WISATA SELOKROMO,LEKSONO SELOKROMO 7 PESONA WANASABA 29 APRIL DESA SAWANGAN LEKSONO 8 FESTIVAL DURIAN APRIL 2018 DESA WILAYU,SELOMERTO 9 PAWIYATAN BUDAYA JAWI 21-23 JULI 2018 DESA SENDANGSARI KEC GARUNG DAN UNDUH-UNDUHAN 10 PENGAMBILAN AIR TUJUH 10 JULI 2018 7 SUMBER MATA AIR SUMBER 11 SERAH TERIMA DAN KIRAB 14 JULI 2018 ALUN-ALUN WONOSOBO DAN 15 KECAMATAN PANJI 12 ZIARAH MAKAM PENDIRI 18-19 JULI 2018 9 MAKAM PENDIRI WONOSOBO KABUPATEN WONOSOBO

153

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13 HARI JADI KECAMATAN 19 JULI 2018 KECAMATAN KALIBAWANG KALIBAWANG 14 GRAND FINAL MAS DAN 21 JULI 2018 GEDUNG SASANA ADIPURA MBAK DUTA WISATA WONOSOBO 15 BOYONG KEDHATON DAN 23 JULI 2018 PENDOPO BUPATI,PASEBAN ALUN-ALUN PROSESI RITUAL BIRAT SENGKALA 16 PROSESI HARI JADI,DAN 24 JULI 2018 ALUN-ALUN WONOSOBO PISOWANAN AGUNG 17 WONOSOBO NIGHT COSTUM 24 JULI 2018 ALUN-ALUN WONOSOBO CARNIVAL 18 TARI MASSAL 5000 TOPENG 25 JULI 2018 ALUN-ALUN WONOSOBO LENGGER DAN KONSER BUSIK BUNDENGAN 19 RITUAL CUKUR RAMBUT 30 JULI 2018 TELAGA MENJER GARUNG GEMBEL 20 CARICA DAY 30 JULI 2018 ALUN-ALUN WONOSOBO 21 KARNAVAL (pawai 18 AGUSTUS 2018 JALAN PROTOKOL WONOSOBO MENUJU ALUN-ALUN pembangunan) 22 PENTAS ARTIS IBU KOTA 19-19 AGUSTUS 2018 ALUN-ALUN WONOSOBO 23 MANDI SENDANG 10 SEPTEMBER 2018 DESA PAGEREJO,KERTEK SURODILOGO (malam 1 suro) 24 TRADISI LARUNG SUKERTO 10 SEPTEMBER 2018 DUSUN SRUNI,KELURAHAN JARAKSARI WONOSOBO (malam 1 suro)

154

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25 GREBEG SURAN MASSAL SEPTEMBER 2018 (bulan ALUN-ALUN WONOSOBO syuro) 26 BUPATI CUP PARALAYANG 14-16 SEPTEMBER 2018 DESA LENGKONG MOJOTENGAH SKALA NASIONAL 27 KONSER MUSIK 16 SEPTEMBER 2018 ALUN-ALUN WONOSOBO BUNDENGAN 28 HAFLAH KHOTMIL QUR’AN 21-23 SEPTEMBER 2018 PONPES AL ASY’ARIYYAH,KALIBEBER MOJOTENGAH PONPES AL-ASY’ARIYYAH 29 KHAUL HAJI MUNTAHA A 21 SEPTEMBER PONPES AL ASY’ARIYYAH,KALIBEBER MOJOTENGAH HAFIDZ 10 muharram 30 FESTIVAL DESA WISATA 10-12 OKTOBER 2018 DESA WISATA GIYANTI,KADIPATEN,SELOMERTO 31 TRADISI TENONGAN SURAN 12 OKTOBER DESA WISATA GIYANTI,KADIPATEN,SELOMERTO GIYANTI 32 MERTI BUMI IGIRMRANAK 18-19 OKTOBER DESA IGIRMRANAK KEJAJAR 33 MALAM PERGANTIAN 31 DESEMBER 2018 ALUN-ALUN WONOSOBO TAHUN

155

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2. Rencana Program dan Kegiatan Daerah Tahun 2018 Dinas Pariwisata Wonosobo Tentang Pengembangan SDM

156

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3. Rencana Program dan Kegiatan Daerah Tahun 2018 Dinas Pariwisata Wonosobo Tentang Peningkatan Fasilitas

Destinasi

157

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4. Rencana Program dan Kegiatan Daerah Tahun 2018 Dinas Pariwisata Wonosobo Tentang Pengembangan Promosi

Pariwisata

158

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5. Peta Perbatasan Administrasi Daerah di Dieng

159

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 6. Laporan Kunjungan Wisatawan Kabupaten Wonosobo Tahun 2017 Catur Wulan I

160

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 7. Laporan Kunjungan Wisatawan Kabupaten Wonosobo Tahun 2017 Catur Wulan II

161

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 8. Laporan Kunjungan Wisatawan Kabupaten Wonosobo Tahun 2017 Catur Wulan III

162

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 9. Peta Kota Wonosobo

163

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 10. Lokasi 10 Destinasi Pariwisata Prioritas

Lampiran 11. Lokus Potensial Pengembangan Kepariwisataan Kabupaten Wonosobo

164

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 12. Tabel 2. 1. Pembagian Wilayah Kabupaten Wonosobo

No Kecamatan Luas Persentase Jumlah Jumlah Desa dan (Ha) Luas wilayah desa kelurahan kelurahan (%) 1 Wonosobo 3.238 3,29 7 13 19 2 Kertek 6.214 6,31 19 2 21 3 Selomerto 3.971 4,03 22 2 24 4 Leksono 4.407 4,48 13 1 24 5 Garung 5.122 5,20 14 1 14 6 Mojotengah 4.507 4,58 16 3 19 7 Kejajar 5.762 5,85 15 1 16 8 Watumalang 6.823 6,93 15 1 16 9 Sapuran 7.772 7,89 16 1 17 10 Kalikajar 8.330 8,46 18 1 19 11 Kepil 9.387 9,53 20 1 21 12 Kaliwiro 10.008 10,16 20 1 21 13 Wadaslintang 12.716 12,91 16 1 17 14 Sukoharjo 5.429 5,51 17 - 17 15 kalibawang 4.782 4,86 8 - 8 98.468 100,00 236 29 265 Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo

165

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 13. Tabel 2. 2. Program Promosi Pariwisata Kabupaten Wonosobo

No Kegiatan Rincian Dan Pelaksanaan Sasaran Kegiatan 1. Fasiilitasi Kegiatan pameran dilaksanakan Sasaran kegiatan ini : Pameran/Promosi di :

Pariwisata 1. Wisatawan/pengunjung 1. Jakarta pameran 2. Semarang 2. BPW/APW 3. Bogor 4. Jogjakarta 5. Bengkulu 6. Bandung 2. Pengadaan sarana Pembuatan sarana promosi : Sasaran kegiatan ini : promosi 1. VCD potensi wisata 1. Wisatawan pariwisata domestic/wisatawan 2. Brosur wisata asing 3. Kalender wisata 2. BPW/APW 4. Calendar of events 3. Famtrip Kegiatan dilaksanakan di 4 Sasaran kegiatan ini : (empat) desa wisata : 1. Wisatawan 1. Dusun Giyanti domestic/wisatawan asing 2. Dusun Sembungan 2. BPW/APW 3. Desa Lengkong 4. Desa Sendang Sari Rincian Kegiatan : 1. Gala Dinner 2. Kunjungan Ke Desa Wisata Peserta Famtrip : 1. Duta Besar Bosnia,Mesir Dan Vietnam

166

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Deputy Kemenpar 3. Bpw/Apw 4. Wartawan/Jurnalis

4. Kerjasama Kegiatan promosi bersama Sasaran kegiatan ini : promosi dengan (dengan 14 kabupaten/kota se 1. Wisatawan java promo jateng dan DIY) dengan rincian domestic/wisatawan kegiatan sebagai berikut : asing 1. Promosi bersama ke 2. BPW/APW China,Malaysia,Singapore,Ban gka Belitung,Kalimantan 2. Travel Dialog ke Jakarta dan Banyuwangi 3. Brosur wisata gabungan 14 anggota Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, 2018

167

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 14. Tabel 2.3. Perkembangan Seni Budaya Kabupaten Wonosobo

No Indicator Kinerja Capaian Kinerja 2011 2012 2013 2014 2015

1 Penyelenggaraan festiva seni dan 37 39 38 38 38 budaya 2 Jumlah sarana penyelenggaraan 6 8 10 10 11 seni dan budaya 3 Benda,situs dan kawasan cagar 52% 49% 49% 48% 48% budaya yang dilestarikan 4 Jumlah sanggar 240 240 250 265 265 kesenian 5 Jumlah kelompok 240 240 250 265 265 seni 6 Jumlah seniman 2.650 2.650 2.650 2.650 2.650 7 Persentase grup 40% 40% 40% 40% 60% kesenian aktif

168

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 15. Contoh-contoh Sertifikasi Produk yang Berbasis Nilai-nilai Berkelanjutan dan Organisasi Pro-Sustainability

169