ANALISIS STRUKTURAL NOVEL “SHINSU TENMA KYO

(KEBANGKITAN WIBAWA KLAN TAKEDA)” KARYA EIJI

YOSHIKAWA

YOSHIKAWA EIJI NO SAKUHIN NO “SHINSU TENMA KYO” TO IU

SHOUSETSU NO KOUSEITEKI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat

ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh: JULFI ARDHI SYAHRIAN NIM : 130708088

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANALISIS STRUKTURAL NOVEL “SHINSU TENMA KYO

(KEBANGKITAN WIBAWA KLAN TAKEDA)” KARYA EIJI

YOSHIKAWA

YOSHIKAWA EIJI NO SAKUHIN NO “SHINSU TENMA KYO” TO IU

SHOUSETSU NO KOUSEITEKI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh: JULFI ARDHI SYAHRIAN NIM : 130708088 Pembimbing

Drs. Nandi S NIP. 196008221988031002

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Disetujui oleh:

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

Medan, Oktober2017

Program Studi Sastra Jepang

Ketua,

Prof.Hamzon Situmorang, M.S., Ph.D NIP : 19580704 1984 12 1 001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat beserta karunianya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Analisis Struktural Novel Shinshu Tenma Kyo

(Kebangkitan Wibawa Klan Takeda) Karya Eiji Yoshikawa”, disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar kesarjanaan Program Studi Sastra

Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses pengerjaan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan, dan kesalahan di berbagai sisi baik itu dalam hal tulisan, tata bahasa maupun proses analisisnya yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi skripsi ini sehingga skripsi ini lebih bermanfaat dan lebih sempurna kedepannya.

Dalam pelaksanaan penyelesaian studi dan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan moril maupun materil dari berbagai pihak.

Untuk itu pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih, penghargaan, dan penghormatan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S, selaku Ketua Departemen Sastra

Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Bapak Drs. Nandi S, selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu,

tenaga, dan pemikiran dalam memberikan saran-saran serta memberi

perhatian penuh untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dosen Penguji Ujian Skripsi yang telah menyediakan waktu membaca dan

menguji skripsi. Tak lupa pula penulis sampaikan kepada seluruh Staf

Pengajar Jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama duduk di bangku

perkuliahan.

5. Terima Kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Ibunda

tercinta Aja Khairul Iftitah dan Ayahanda tersayang Juliansyah yang telah

membesarkan dan selalu mendukung, mendorong, memberikan nasehat,

dan memotivasi penulis untuk menyelasaikan skripsi ini. Untuk adik-adik

Ku atas doa-doanya serta semua bantuan yang telah diterima selama kuliah

juga serta seluruh keluarga besar lainnya yang tak dapat penulis ucapkan

satu persatu.

6. Untuk sahabat tersayang Junius Ivan Buci, Gus Sukiwa Wicaksono,

Yunita Sarah Butarbutar yang telah membantu dan memberikan dorongan

semangat yang tiada hentinya serta doa-doanya kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini. Untuk kakak senior tersayang Sisca Mutia yang

selalu menyemangati dan membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi

ini. Dan seluruh teman-teman angkatan 2013 Sastra Jepang yang namanya

tak dapat disebut satu persatu. Terima kasih untuk kebersamaannya baik

suka maupun duka dalam berjuang kurang lebih 4 tahun ini. Senang bisa

belajar bersama kalian dan mengenal satu sama lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Akhir kata, semoga skripsi ini nantinya dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca dan pengguna skripsi ini khususnya mahasiswa Sastra Jepang lainnya.

Penulis menyadari bahwa tulisan ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis berharap dengan membaca skripsi ini akan menumbuhkan minat membaca khususnya membaca karya sastra lainnya.

Medan, Oktober 2017

Penulis,

JULFI ARDHI SYAHRIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...... i

DAFTAR ISI ...... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ...... 1

1.2 Perumusan Masalah ...... 5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ...... 6

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ...... 7

1.4.1 Tinjauan Pustaka ...... 7

1.4.2 Kerangka Teori ...... 9

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 11

1.5.1 Tujuan ...... 11

1.5.2 Manfaat ...... 12

1.6 Metode Penelitian ...... 12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL DALAM

PENDEKATAN STRUKTURAL DAN BIOGRAFI

PENGARANG

2.1. Pengertian Novel ...... 14

2.2. Unsur Pembangun Novel ...... 15

2.2.1. Unsur Intrinsik ...... 15

2.2.2. Unsur Ekstrinsik...... 25

2.3. Defenisi Pendekatan Objektif atau Struktural dalam Kajian Sastra 26

2.4. Biografi Pengarang ...... 27

BAB III ANALISIS STRUKTURAL DALAM NOVEL “SHINSU

TENMA KYO” KARYA EIJI YOSHIKAWA

3.1 Sinopsis Cerita ...... 31

3.2 Analisis Cerita Novel “Shinsu Tenma Kyo

(Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)” ...... 34

3.2.1 Analisis Tema dalam Novel “Shinsu Tenma Kyo

(Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)” ...... 34

3.2.2 Analisis Alur dalam Novel “Shinsu Tenma Kyo

(Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)” ...... 35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.2.3 Analisis Penokohan dalam Novel “Shinsu Tenma Kyo

(Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)” ...... 40

3.2.4 Analisis Latar dalam Novel “Shinsu Tenma Kyo

(Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)” ...... 61

3.2.5 Analisis Sudut pandang dalam Novel “Shinsu Tenma Kyo

(Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)” ...... 65

3.2.6 Analisis Amanat dalam Novel “Shinsu Tenma Kyo

(Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)” ...... 67

3.2 Analisis Keterkaitan Antara Tema, Penokohan, Alur, Latar,

Sudut Pandang dan Amanat Cerita yang Mendasari Struktur

Cerita yang Utuh Dalam Novel “Shinsu Tenma Kyo

(Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)” Karya Eiji Yoshikawa ...... 69

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan ...... 75

4.2. Saran ...... 78

DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta

‘Sastra’, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu (https://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-secara- umum-dan-menurut-para-ahli/).

Sangidu dalam Wicaksono (2014: 1) menyatakan bahwa sastra adalah bagian dari masyarakat, kenyataan yang demikian mengilhami para pengarang untuk melibatkan dirinya dalam tata kehidupan masyarakat tempat mereka berada dan mencoba memperjuangkan posisi struktur sosial dan permasalahan yang dihadapi di masyarakat.

Suatu hasil karya sastra dapat dikatakan memiliki nilai sastra apabila didalamnya terdapat kesepadanan antara bentuk dan isinya. Bentuk bahasanya baik dan indah, dan susunannya beserta isinya dapat menimbulkan perasaan haru dan kagum dihati pembacanya. Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah mansia dan kehidupan dengan mengunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi 1984: 8).

Pada umumnya karya sastra memiliki pembagian dalam beberapa jenis misalnya novel, puisi, drama, dan sebagainya. Jenis-jenis karya sastra tersebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tergolong dalam 2 macam yaitu karya sastra yang bersifat fiksi dan karya sastra yang bersifat nonfiksi.

Novel adalah cerita fiksi dalam bentuk prosa dengan panjang kurang lebih

1 volume yang menggambarkan tokoh-tokoh dan perilaku yang merupakan cerminan kehidupan nyata dalam plot yang berkesinambungan (Eric Reader dalam

Aziez dan Hasim 2010: 1).

Menurut Kusmayadi (2008: 80) novel adalah sastra yang menceritakan kehidupan seorang tokoh secara lengkap dengan menonjolkan watak dan perilaku tokoh – tokohnya. Istilah novel itu sendiri berasal dari kata novies yang berarti baru, dikatakan baru karena jika dibandingkan dengan jenis karya sastra lain seperti puisi, drama, dan lain-lain, jenis novel ini muncul kemudian.

Masalah-masalah yang sering ditemukan dalam sebuah tugas mengapresiasikan suatu karya sastra biasanya muncul berdasarkan unsur-unsur yang menyusun suatu karya sastra tersebut. Unsur-unsur tersebut berupa unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur yang berada dalam tubuh dan membangun karya sastra tersebut secara langsung disebut sebagai unsur intrinsik. Unsur tersebut berupa tema, plot/alur, latar, penokohan dan lain-lain. Kemudian, unsur luar dan juga sangat berpengaruh terhadap isi dari karya sastra tersebut, namun mempengaruhi karya sastra tersebut secara tidak langsung disebut unsur ekstrinsik.

Unsur ini meliputi pendekatan biografi, psikologi, dan sosial (masyarakat).

Dalam kesempatan ini penulis akan membahas novel terjemahan yang berjudul “Shinsu Tenma Kyo (Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)” karya Eiji

Yoshikawa. Novel ini berupa novel dengan tema kesejarahan yang menceritakan kisah setelah sebuah klan yang dipimpin oleh tokoh besar runtuh. Masih belum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dapat diketahui, kisah dalam novel ini memang benar ada atau, hanya karya fiktif ditulis berdasarkan kisah pengantar tidur yang beredar di masyarakat hingga menjadi legenda. Namun, novel ini adalah karya yang menarik untuk dibahas.

Novel ini terbit pertama kali di Jepang pada tahun 1989 dan baru diterjemahkan tahun 2016 lalu di Indonesia.

Novel “Shinsu Tenma Kyo” ini menceritakan bahwa ternyata ada sosok putra kedua dari Katsuyori bernama Takeda Inamaru, yang sejak kecil dititipkan dalam biara dibawah perlindungan pendeta tertinggi negeri Kai seorang pemeluk

Budha dan mantan biksu yang merupakan salah seorang penasehat utama Takeda

Shingen. sehingga dia selamat dari bencana di Temmokuzan. Bahwa si pangeran ini lah yang ternyata mewarisi bendera lambang keluarga Takeda, dengan dibantu oleh seorang pendeta misterius bernama Kashin Koji, seorang ahli strategi, dan enam pendekar yang setia pada klan Takeda berjuang untuk tidak sekedar membalas dendam, namun untuk menciptakan perdamaian di seluruh Jepang.

Adapun latar belakang penulis menjadikan novel “Shinsu Tenma Kyo

(Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)” sebagai bahasan dalam skripsi adalah karena pesan maupun amanat yang dikisahkan tentang penghianatan yang mampu membawa petaka bagi siapapun baik itu sang korban, maupun pelaku itu sendiri.

Dalam novel ini diceritakan sekaligus dua cerita penghianatan yang disampaikan oleh sang pengarang. Yang pertama penghianatan yang dilakukan sepupu

Pangeran Takeda Katsuyotri yang bernama Anayama Baisetsu yang membantu penyerbuan dari klan bersama klan Tokugawa Ieyasu, sehingga menghancurkan seluruh klan Takeda. Kemudian juga penghianatan yang dilakukan seorang Daimyo di Gunung Fuji, teman baik Negoro Shoukaku, yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA membawahi banyak kampung, yang cukup ditakuti berbagai klan, yang kemudian anak buah Daimyo itu diambil alih oleh seorang pendeta dari Barat yang menguasai ilmu sihir, yang bernama Wada Rusonbei. Novel ini dikisahkan secara naratif, sederhana dan ringan, hampir mirip dengan novel karya Eiji

Yoshikawa sebelumnya yang berjudul Taiko. Alur dalam novel ini menarik dan tersusun dengan baik. Latar yang digambarkan oleh pengarang novel ini juga tergambar dengan jelas dan menarik. Dengan dukungan alur cerita yang baik, amanat dari novel ini juga tersampaikan dengan jelas. Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu dimana pengarang mengetahui segala tingkah laku dan pikiran para tokoh. Namun, masih belum dapat diketahui apakah cerita didalamnya diambil berdasarkan cerita asli atau benar – benar dikarang dan dihubungkan dengan beberapa catatan sejarah.

Berdasarkan penjelasan tersebut penulis tertarik untuk meneliti tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat yang terdapat pada novel tersebut. Untuk itu penulis akan meneliti novel “Shinsu Tenma Kyo (Kebangkitan

Wibawa Klan Takeda)” karya “Eiji Yoshikawa” dalam skripsi dengan judul

“Analisis Struktural Novel Shinshu Tenma Kyo (Kebangkitan Wibawa Klan

Takeda) Karya Eiji Yoshikawa”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1.2 Perumusan Masalah

Novel “Shinsu Tenma Kyo (Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)” ini menceritakan tentang perjuangan dari sisa – sisa sebuah klan ternama yaitu klan

Takeda, setelah runtuh akibat serbuan dari pasukan sekutu Oda dan Tokugawa.

Inamaru, cucu kedua Takeda Shingen, yang merupakan keturunan serta harapan terakhir bagi para samurai tanpa tuan dan para korban akibat serangan tersebut.

Berkat keberadaan Keturunan terakhir Klan Takeda tersebut, semua tokoh pendukung Klan tersebut berkumpul tidak hanya demi membalaskan dendam namun juga demi membangkitkan lagi Kejayaan Klan Takeda. Novel ini juga menceritakan tentang sebab terbesar dari hancurnya klan – klan serta pemimpin wilayah besar di Jepang yaitu akibat sebuah penghianatan dari orang terdekat dan bahkan anggota keluarga dari klan maupun pemimpin wilayah tersebut.

Banyak kejadian menarik yang diceritakan dalam novel ini. Dengan tema kisah zaman peperangan Jepang. Novel ini diceritakan secara sederhana dan ringan, meski terdapat beberapa plot cerita namun tetap mudah diikuti, tidak terkesan berat dan sama sekali tidak membosankan. Amanat yang ingin disampaikan jelas didukung alur dan latar tersusun dan tergambar denga baik.

Kemudian sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu. Namun, masih belum dapat diketahui apakah cerita didalamnya benar- benar diambil dari kisah asli atau hanya sebuah karangan yang dihubung- hubungkan dengan kisah asli. Sebab, sebagian besar tokoh yang ada di dalamnya tidak tercatat dalam beberapa catatan sejarah Jepang secara umum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dari uraian tersebut, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat yang ada

dalam novel “Shinsu Tenma Kyo (Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)”

Karya Eiji Yoshikawa?

2. Bagaimana saling keterkaitan antara tema, alur, penokohan, latar, sudut

pandang, dan amanat cerita yang mendasari struktur cerita yang utuh dalam

novel “Shinsu Tenma Kyo (Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)” karya Eiji

Yoshikawa?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Pembatasan ruang lingkup perlu dilakukan berdasarkan masalah masalah yang ada. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan batasan masalah penelitian agar tidak terlalu luas dan mengakibatkan penulisan jadi tidak terarah dan tidak terfokus.

Penulis menggunakan Novel “shinsu Tenma Kyo (Kebangkitan Wibawa

Klan Takeda)” karya Eiji Yoshikawa versi terjemahan Bahasa Indonesia yang terdiri dari 373 halaman yang diterbitkan oleh penerbit Qantara pada tahun 2016.

Penulis membatasi pembahsan mengenai kajian objektif pada novel yang berjudul

“Shinsu Tenma Kyo (Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)”. Dalam pembahasannya penulis lebih menitik beratkan kepada analisis tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, amanat dan saling keterkaitan antara tema, alur, latar,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA penokohan, sudut pandang, amanat yang ada didalam novel “Shinshu Tenma Kyo

(Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)”.

Agar pembahasan memiliki akumulasi data dan kejelasan analisis, maka pada bab II akan dijelaskan juga mengenai pengertian novel, setting novel, defenisi pendekatan objektif dalam kajian sastra, dan biografi pengarang.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1 Tinjauan Pustaka

Sastra merupakan ungkapan dari pengalaman penciptanya, hal ini berarti bahwa sastra tidak dapat dilepaskan dari pengalaman hidup penyair, pengarang atau sastrawannya. Teeuw dalam Fananie (2001: 3) sastra dalam bahasa sansekerta berasal dari kata sas yang berarti mengarahkan, memberi petunjuk, atau instruksi, sedangkan tra berarti alat atau sarana.

Karya sastra merupakan bentuk kreativitas dalam bahasa yang indah berisi sederetan pengalaman batin dan imajinasi yang berasal dari penghataran realitas sosial pengarang. Menurut Wellek dan Werren dalam Wicaksono (2014: 9) karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks. Pengertian struktur menunjuk pada susunan atau tata urutan unsur-unsur yang saling berhubungan antara bagian yang satu dengan yang lain. Dalam kritik sastra ada bermacam-macam analisis yang dapat digunakan. Di dalam analisis berikut dipergunakan tafsiran dari salah satu sudut pandang, yaitu sudut pandang objektif yang sifatnya struktural.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pendekatan Struktural merupakan suatu pendekatan yang memfokuskan pada analisis terhadap struktur karya sastra. Dalam pendekatan ini, karya sastra dianggap sebagai sebuah struktur. Ia hadir dan dibangun oleh sejumlah unsur yang berperan penting secara fungsional (http://mukardimd.blogspot.co.id/2013/04/ beberapa-pendekatan-terhadap-karya.html).

Unsur tersebut berupa tema, penokohan, alur latar, dan lain-lain yang disebut juga sebagai unsur Intrinsik. Unsur ini juga terdapat dalam salah satu karya sastra yang berupa novel. Unsur pembangun fiksi dalam novel ini yang akan ditelaah adalah tema, penokohan, alur latar, sudut pandang, serta amanat.

Stanton (2007: 42-43) tema membuat cerita lebih terfokus, menyatu, mengerucut dan berdampak. Bagian awal dan akhir diceritakan menjadi pas, dan memuaskan berkat keberadaan tema. Cara paling efektif untuk mengenali tema karya sastra adalah dengan mengamati secara teliti setiap konflik yang ada di dalamnya. Setiap aspek cerita turut mendukung kehadiran tema.

Sebuah cerita tidak akan berjalan tanpa adanya penokohan dan perwatakan.

Kehadiran tokoh dapat menghidupkan cerita dan perwatakan adalah awal atau cikal bakal lahirnya konflik untuk melahirkan sebuah cerita. Tokoh dalam karya rekaan selalu mempunyai sifat, sikap, tingkah laku, atau watak-watak tertentu.

Pemberian watak pada tokoh oleh sastrawan disebut perwatakan.

Selain penokohan dan perwatakan dalam karya sastra yang termasuk didalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra yang kajiannya adalah alur atau plot. Kenny dalam Nurgiyantoro (2002: 113) mengemukakan plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat.

Menganalisis suatu karya sastra juga dibutuhkan pengamatan tentang latar.

Stanton (2007: 35) mengemukakan bahwa latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung.

Kemudian unsur sudut pandang, point of view, menyaran pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca

(Abrams dalam Nurgiyantoro, 2002: 248).

Penelitian dengan pendekatan objektif adalah penelitian yang lebih menekankan kepada aspek-aspek intrinsik terhadap karya sastra. aspek intrinsik itu sendiri adaah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau dengan kata lain unsur yang secara langsung membangun cerita dalam karya sastra tersebut.

1.4.2 Kerangka Teori

Dibutuhkan sebuah pendekatan yang berfungsi sebagai acuan penulis dalam menganalisis sebuah karya sastra. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Struktural (objektif) yang akan dikaitkan dengan konsep tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang, serta amanat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Mula – mula diidentifikasi dan dideskripsikan, misalnya, bagaimana keadaan peristiwa – peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain – lain (Nurgiyantoro, 2002: 37).

Pendekatan Objektif adalah pendekatan yang memberi perhatian penuh pada karya sastra sebagai struktur yang otonom, karena itu tulisan ini mengarah pada analisis karya sastra secara strukturalisme. Sehingga pendekatan strukturalisme dinamakan juga pendekatan objektif. Proses pemaknaan karya sastra dapat dipahami dengan menggunakan berbagai pendekatan, pendekatan objektif atau struktural merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam menganalisis karya sastra. Meskipun analisis sastra dengan menggunakan pendekatan objektif dalam hal ini analisis strukturalisme mempunyai beberapa kelemahan, akan tetapi analisis struktural merupakan sesuatu yang harus dilalui, sebagai sebuah tahap awal dalam proses pemaknaan karya sastra. Karena arti sesungguhnya dari sebuah karya sastra hanya dapat dipahami dengan menganalisis susunan dan organisasi karya sastra tersebut

(https://ikamustika444.wordpress.com/2012/11/10/pendekatan-objektif-salah- satu-pendekatan-menganalisis-karya-sastra/).

Pendekatan struktural (objektif) yang diuraikan di atas digunakan penulis dalam menganalisis novel “Shinshu Tenma Kyo” bertujuan untuk memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar unsur karya sastra di dalam novel tersebut. Dimana analisis ini menunjukkan keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Kemudian menjelaskan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA bagaimana fungsi masing-masing antar unsur karya sastra itu dan hubungan antar unsur yang ada di dalam novel “Shinsu Tenma Kyo”.

Dengan menggunakan teori pendekatan struktural, penulis akan menganalisis karakteristik penokohan dalam novel "Shinsu Tenma Kyo

(Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)", tema yang mendasari pemaparan cerita dan tahapan-tahapan alur yang membangun novel " Shinsu Tenma Kyo (Kebangkitan

Wibawa Klan Takeda)".

1.5 Tujuan dan Manfaat

1.5.1 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dipaparkan diatas, maka penulis merangkum tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan tema, penokohan, alur latar, sudut pandang, dan

amanat yang ada di dalam cerita novel "Shinshu Tenma Kyo (Kebangkitan

Wibawa Klan Takeda)".

2. Untuk mendeskripsikan keterkaitan antara tema, penokohan, alur, latar,

sudut pandang, dan amanat cerita yang mendasari struktur cerita yang utuh

dalam novel "Shinshu Tenma Kyo (Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)".

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1.5.2 Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk dapat menambah wawasan dan gambaran bagi pembaca karya

sastra mengenai unsur-unsur pembentuk di dalam novel " Shinshu Tenma

Kyo (Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)".

2. Untuk memberikan gambaran tentang tema, penokohan, alur, latar, sudut

pandang, dan amanat dalam sebuah karya sastra berdasarkan pendekatan

objektif dalam novel " Shinshu Tenma Kyo (Kebangkitan Wibawa Klan

Takeda)".

1.6 Metode Penelitian

Didalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif.

Menurut Nasier dalam Tantawi (2004: 66) metode deskriptif adalah mendeskripsikan tentang situasi atau kejadian, gambaran, lukisan, secara sistematis, faktual, akurat, mengeai fakta – fakta, sifat – sifat serta hubungan antara fenomena dengan fenomena pada objek yang diteliti.

Dalam penelitian ini akan dianalisis atau dijelaskan mengenai masalah – masalah yang ada dalam novel “Shinshu Tenma Kyo (Kebangkitan Wibawa Klan

Takeda)” karya Eiji Yoshikawa dengan digunakan teori – teori yang sudah ada.

Teori – teori tersebut adalah teori objektif dan teori semiotik. Dalam penelitian ini,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA penuis menggunakan teknik metode pengumpulan data – data dengan studi kepustakaan (Library research), pengumplan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan buku – buku dari berbagai sumber atau referensi yang berkaitan dengan masalah penelitian ini. Selain dari buku – buku, data juga diperoleh dari berbagai situs internet.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL DALAM PENDEKATAN

STRUKTURAL DAN BIOGRAFI PENGARANG

2.1 Pengertian Novel

Abrams dalam Nurgiyantoro (2002: 9), menyatakan bahwa novel berasal dari bahasa Italia yaitu Novellet yang secara harfiah berarti sebuah barang baru yang kecil yang kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa.

Dalam bahasa Inggris disebut novel, dan kemudian masuk ke Indonesia sehingga menjadi istilah yang dikenal di Indonesia.

Aziez dan Hasim (2010: 2) juga mengemukakan bahwa novel merupakan suatu karya fiksi, yaitu karya dalam bentuk kisah atau cerita dalam melukiskan tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa rekaan.

Menurut Sufmardjo (1999: 11-12) novel adalah genre sastra yang berupa cerita, mudah dibaca dan dicerna, juga kebanyakan mengandung unsur suspense dalam alur ceritanya yang mudah menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya.

Nurgiyantoro (2002: 04) mengatakan bahwa novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner, yang dibangun melalui berbagai unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya, tentu saja bersifat imajiner.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.2 Unsur Pembangun Novel

Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks. Hal itu mencakup berbagai unsur cerita yang membangun novel itu (Nurgiyantoro, 2002: 11).

Novel sebagai sebuah karya sastra pastinya memiliki unsur yang berperan penting dalam karya sastra tersebut, baik itu unsur yang mendukung dari dalam

(unsur intrinsik) unsur yang mendukung dari luar (unsur ekstrinsik).

2.2.1. Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang

(segrara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud. Atau, sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah novel. Unsur yang dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya, peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, la sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain (Nurgiyantoro 2001: 23).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

a. Tema

Tema merupakan salah satu unsur intrinsik pembangun cerita dalam sebuah karya sastra. Tema merupakan unsur yang penting dalam pembentukan sebuah karya sastra, karena tema adalah dasar bagi seorang pengarang untuk mengembangkan suatu cerita. Sering dijumpai berbagai kekeliruan dalam memaknai sebuah tema. Tema sering disamakan dengan topik, padahal pengertian dari keduanya jelas berbeda. Topik dalam sebuah karya sastra adalah pokok pembicaraan, sedangkan tema adalah gagasan sentral, yakni sesuatu yang hendak diperjuangkan melalui karya tersebut

(http://infodanpengertian.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-dan-jenis-tema.html).

Menurut Hartoko dan Rahmanto dalam Nurgiyantoro (2002: 68) untuk menemukan makna pokok sebuah novel, kita perlu memiliki kejelasan pengertian tentang makna pokok atau tema itu sendiri. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan terkandung didalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyagkut persamaan – persamaan atau perbedaan – perbedaan.

Datam usaha menemukan dan menafsirkan tema sebuah novel, secara lebih khusus dan rinci, Stanton dalam Nurgiyantoro (2002: 86-88) mengemukakan adanya sejumlah kriteria yang dapat diikuti seperti ditunjukkan berikut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pertama, penafsiran tema sebuah novel hendaknya mempertimbangkan tiap detil cerita yang menonjol. Kriteria ini merupakan hal yang paling penting.

Hal itu disebabkan pada detil-detil yang menonjol (atau: dilonjolkan) itulah-yang dapat diidentifikasi sebagai tokoh-masalah-konflik utama-pada umumnya sesuatu yang ingin disampaikan ditempatkan. Kesulitan yang mungkin dihadapi adalah dalam hal menemukan dan atau menentukan detil-detil yang menonjol tersebut, apalagi jika novel yang bersangkutan relatif panjang dan sarat dengan berbagai konflik. Detil cerita yang demikian diperkirakan berada di sekitar persoalan utama yang menyebabkan terjadinya konflik yang dihadapi (-kan kepada) tokoh utama.

Dengan kata lain, seperli telah dikemukakan, tokoh-masalah-konflik utama merupakan tempat yang paling strategis untuk mengungkapkan tema utama sebuah novel.

Kedua, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak hersifat bertentangan dengan tiap detil cerita. Novel, sebagai salah satu genre sastra, merupakan suatu sarana pengungkapan keyakinan, kebenaran, ide, gagasan, sikap dan pandangan hidup pengarang, dan lain-lain yang tergolong unsur isi dan sebagai sesuatu yang ingin disampaikan. Oleh karen a itu, tentunya pengarang tak akan "menjatuhkan" sendiri sikap dan keyakinannya yang diungkapkan dalam detil-detil tertentu lewat detil(-detil) tertentu cerita yang lainnya. Jika hal yang demikian cobalah diulangi sekali lagi hasil penafsiran itu barangkali terjadi kesalahpahaman.

Ketiga, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tak langsung dalam novel yang bersangkutan. Tema cerita tak dapat ditafsirkan hanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berdasarkan perkiraan, sesuatu yang dibayangkan ada dalam cerita, atau informasi lain yang kurang dapat dipercaya. Penentuan tema dari kerja yang demikian kurang dapat dipertanggungjawabkan karena kurangnya bukti empiris. Tak jarang sejumlah pembaca membayangkan tema sebagai sesuatu yang filosofis, dan jika dalam cerita ternyata tak ditemui harapannya mereka seolah-olah tetap

"memaksakannya" sebagai ada ditemui.

Keempat, penafsiran tema sebuah novel haruslah mendasarkan diri pada bukti-bukti yang secara langsung ada dan atau yang disaran kan dalam cerita.

Kriteria ini mempertegas kriteria ketiga di atas. Penunjukkan tema sebuah cerita haruslah dapat dibuktikan dengan data-data atau detil-detil cerita yang terdapat dalam cerita itu, baik yang berupa bukti-bukti langsung, artinya kata-kata itu dapat ditemukan dalam novel, maupun tak langsung, artinya "hanya" berupa penafsiran terhadap kata-kata yang ada. Dalam sebuah novel, kadang-kadang, dapat ditemui adanya data-data tertentu, mungkin berupa kata-kata, kalimat, alinea, atau bentuk dialog, yang dapat dipandang sebagai bentuk yang berisi (dan atau mencerminkan) tema pokok cerita yang bersangkutan.

Novel karya Eiji Yoshikawa yang berjudul “Shinsu Tenma Kyo” ini mengangkat tema kisah kesejarahan zaman peperangan setelah jatuhnya salah satu klan terbesar di Jepang yaitu klan Takeda yang salah satu faktor terbesarnya adalah penghianatan dari orang-orang kepercayaan dalam klan tersebut. Inamaru

Takeda adalah seorang keturunan terakhir dari klan Takeda yang harus memperjuangkan kembali kejayaan serta membalaskan dendam demi bangkitnyakembali kejayaan dari klannya tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

b. Plot/ Alur Cerita

Yelland dalam Aziez dan Hasim (2010: 68) mendefenisikan istilah ini dengan kerangka cerita atau peristiwa-peristiwa. Dengan kata lain plot adalah suatu urutan cerita atau peristiwa yang teratur dan terorganisasi.

Plot merupakan hubungan antarperistiwa yang bersifat sebab akibat, tidak hanya dijalinan peristiwa secara kronologis , (Nurgiyantoro 2002: 112). Suatu peristiwa disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Plot juga dapat berupa cerminan atau perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak, berpikir, berasa, dan mengambil sikap terhadap masalah yang dihadapi.

Alur atau plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel yang dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Alur maju (progresif) yaitu plot yang mengisahkan peristiwa-peristiwa

dengan ditandai adanya sebab akibat atau diceritakan secara runtut dimulai

dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan, dan konflik),

tengah (konflik meningkat, klimaks) dan akhir (penyelesaian). Karya fiksi

ini menggunakan jenis plot ini cenderung mudah diikuti jalan ceritanya

karena sifatnya yang sederhana dan tidak berbelit-belit, Nurgiyantoro

(2002: 154).

2. alur mundur (flashback) yaitu apabila pengarang mengurutkan peristiwa-

peristiwa itu tidak dimulai dari awal, melainkan dari peristiwa tengah atau

akhir, Nurgiyantoro (2002: 154).

3. Alur campuran yaitu apabila cerita berjalan secara kronologis namun

sering terdapat adegan-adegan sorot balik, Nurgiyantoro (2002: 155).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

c. Penokohan

Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca (Nurgiyantoro 2002: 167). Penokohan merupakan upaya pengarang dalam menampilkan gambaran dan watak para tokoh, bagaimana mengembangkan dan membangun para tokoh dalam sebuah cerita

(http://www.trigonalmedia.com/2015/08/pengertian-penokohan.html).

Tokoh – tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat dibedakan kedalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan

(Nurgiyantoro 2002: 176).

Menurut Nurgiyantoro dalam Fradenti (2015: 10) jenis – jenis tokoh dapat dibagi sebagai berikut:

1. Berdasarkan Segi Peranan atau Tingkat Pentingnya

a. Tokoh Utama, yaitu tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam

prosa dan sangat menentukan perkembangan alur secara keseluruhan.

b. Tokoh Tambahan, yaitu tokoh yang permunculannya lebih sedikit dan

kehadirannya jika hanya ada keterkaitannya dengan tokoh utama

secara langsung ataupun tidak langsung.

2. Berdasarkan Segi Fungsi Penampilan Tokoh

a. Tokoh Protagonis, yaitu tokoh utama yang merupakan pembawa nila

nilai yang ideal bagi pembaca.

b. Tokoh Antagonis, yaitu tokoh penyebab terjadinya konflik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dalam novel “Shinsu Tenma Kyo” ini terdapat banyak sekali tokoh di dalamnya. Namun yang paling banyak disoroti ialah sosok Inamaru sebagai tokoh utama dan beberapa orang pengikut setianya yang berperan penting dalam cerita tersebut.

d. Latar/ Setting

Stanton (2007: 35) mengemukakan bahwa latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung tatar dapat berwujud dekor seperti sebuah cafe di Paris, pegunungan di California, sebuah jalan buntu di sudut kota

Dublin dan sebagainya. Latar juga dapat berwujud waktu-waktu ter- tentu (hari, bulan, dan tahun), cuaca, atau satu periode sejarah. Meski tidak langsung merangkum sang karakter utama, latar dapat merangkum orang-orang yang menjadi dekor dalam cerita sebagai misal; masyarakat Puritan dalam The Scarlet

Letter. Unsur latar menurut Nurgiyantoro (2002: 227) dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur itu walau masing- masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Berikut ulasan tentang unsur – unsur latar tersebut.

1. Latar Tempat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin benupa tempat-tempat dengan nama tertentu inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas.

Adapun latar tempat yang digunakan dalam novel ini cukup banyak dan luas seperti kuil-kuil, istana, kota-kota yang termasuk dalam wilayah kekuasaan klan Takeda. Kemudian gunung Fuji, gunung Senzan serta bukit-bukit seperti bukit Genjiro yang ada di Jepang juga termasuk dalam cerita novel ini.

2. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah "kapan" terjadinya peristiwa peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah "kapan" tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.

Novel “Shinsu Tenma Kyo (Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)” menggunakan latar waktu pada masa setelah jatuhnya satu klan terkenal di Jepang yaitu klan Takeda pada awal musim semi yang berkisar pada zaman Heian akhir.

Disini diceritakan keadaan setelah runtuhnya daerah kekuasaan klan Takeda dan sekitarnya.

3. Latar Sosial

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengar perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

Tata cara kahidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual seperti dikemukakan sebelumnya. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas.

Latar sosial yang digambarkan Eiji Yoshikawa pada novel ini adalah kondisi dimana peperangan terjadi di seluruh wilayah Jepang demi memperluas kekuasaan dari masing-masing pemimpin maupun tokoh besar yang ada di jepang. dalam masa peperangan. Dalam masa peperangan seperti ini terdapat kebiasaan serta tradisi-tradisi khusus yang dilakukan oleh masyarakat maupun tokoh pada novel ini. Seperti halnya Harakiri, dalam masa peperangan di Jepang Harakiri merupakan cara ataupun hukuman yang terhormat bagi masyarakat pada masa itu.

Kemudian contoh lainnya adalah seperti kebiasaan ataupun perilaku dimana saat memberantar maupun menghancurkan suatu klan ataupun suatu generasi haruslah dihancurkan dengan menyeluruh tanpa meninggalkan seorang pun yang hidup, agar tidak menjadi dendam dan menjadi masalah di masa depan.

4. Sudut Pandang

Abrams dalam Nurgiyantoro (2002: 248) menyatakan bahwa sudut pandang, point of view, menyaran pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

Pratiwi menyatakan ada tiga macam sudut pandang, yaitu :

1. Sudut pandang orang pertama, ialah pengarang menampilkan

tokoh dalam ceritanya menggunakan orang pertama, seperti

aku, saya, beta.

2. Sudut pandang orang ketiga, ialah pengarang menampilkan

tokoh dengan menggunakan orang ketiga, seperti ia, dia, atau

nama orang.

3. Sudut pandang orang ketiga serba tahu, yaitu pengarang

seolah-olah serba tahu sehingga pengarang dapat

mengemukakan segala tingkah laku dan pikiran semua tokoh.

(http://jadi-bisa.blogspot.co.id/2014/01/pengertian-sudut-

pandang-dan-aspek.html.)

Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel “Shinsu Tenma

Kyo” ini adalah “Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu” dimana pengarang menampilkan tokoh dengan menggunakan kata ia, dia atau nama orang dan juga tahu serta dapat mengemukakan segala tingkah laku serta pikiran dari semua tokoh pada novel tersebut.

5. Gaya Bahasa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gaya bahasa adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana seseorang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan. Gaya bahasa itu sendiri menjadi sebuah ciri khas seorang pengarang (Abrams dalam Nurgiyantoro

2002: 276).

Aminuddin dalam Siswanto (2008: 158-159) juga mengemukakan gaya bahasa adalah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca.

6. Amanat

Amanat merupakan suatu pesan moral yang ingin disampaikan pengarang dari sebuah karya sastra kepada pembaca maupun penikmat karyanya. Pesan moral dalam sebuah karya sastra dapat berupa cerminan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, nilai-nilai positif yang harus diambil oleh pembaca dalam sebuah karya sastra yang diajarkan oleh pengarang lewat karyanya.

2.2.2. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Atau, secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Walau demikian, unsur ekstrinsik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA cukup berpangaruh (untuk, tidak dikatakan: cukup menentukan) terhadap totalitas bangun cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik sebuah novel haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting (Nurgiyantoro 2002: 23-

24).

2.3 Defenisi Pendekatan Objektif atau Struktural dalam Kajian Sastra

Dalam menganalisis sebuah karya sastra tentunya diperlukan suatu teori agar menjadi acuan dalam menganalisis suatu karya sastra. Dalam penelitian ini akan digunakan pendekatan objektif atau biasa juga disebut dengan pendekatan struktural. Pendekatan atau objektif ialah pendekatan dalam ilmu sastra yang menitik beratkan penelitiannya pada unsur-unsur pembangun karya sastra serta keterkaitan antar unsur-unsur tersebut.

Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Mula – mula diidentifikasi dan dideskripsikan, misalnya, bagaimana keadaan peristiwa – peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain – lain (Nurgiyantoro, 2002: 37).

Menurut Satoto (1993 : 32) pendekatan objektif adalah suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang cara kerjanya menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaitan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna. Pendekatan objektifmerupakan pendekatan intrinsik yakni membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Unsur-unsur yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dimaksud seperti tema, plot / alur, latar, penokohan / perwatakan, dan lain-lain.

Pendekatan tersebut meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang dan segala hal yang ada di luar karya sastra.

Dengan menggunakan teori pendekatan objektif atau struktural tersebut penulis dapat menganalisis unsur-unsur seperti karakter tokoh, alur, latar serta unsur-unsur lain yang terdapat pada novel tersebut. Sehingga unsur-unsur yang terdapat dalam novel “Shinsu Tenma Kyo” karya Eiji Yoshikawa ini memiliki hubungan keselarasan yang baik.

2.4 Biografi Pengarang

Eiji Yoshikawa (吉川英治 Yoshikawa Eiji), adalah penulis novel sejarah

Jepang yang mungkin adalah salah satu pengarang terbaik dan paling terkenal di genre tersebut. Beliau lahir pada 11 Agustus 1892 dan wafat pada usia 70 tahun tepatnya pada tanggal 7 September 1962. Banyak novel novel terkenalnya yang merupakan hasil revisi dari karyanya terdahulu. Beliau terpengaruh dari kisah- kisah klasik seperti kisah Heikei, kisah Genji (源氏物語 Genji Monogatari), Batas

Air, dan Kisah Tiga Kerajaan, dan sebagainya yang banyak ia kisahkan kembali.

Salah satu contohnya, manuskrip asli Taiko yang sebanyak 15 jilid dikisahkan kembali olehnya dalam bahasa yang lebih mudah dicerna beserta buku Musashi.

Buku-buku karyanya yang lain juga bertujuan serupa dan walaupun sebagian besar novelnya bukanlah cerita asli, ia menciptakan sangat banyak karya dan menumbuhkan minat baru terhadap sejarah. Pada tahun 1960, sebelum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kematiannya karena kanker pada tahun 1962, ia dianugerahi berbagai penghargaan seperti penghargaan budaya ( 文化勲章 Bunka Kunshou) serta penghargaan harta berharga (瑞宝章 Zuihoushou).

Pria yang memiliki nama asli Hidetsugu Yoshikawa ini lahir di Prefektur

Kanagawa, yang sekarang menjadi bagian dari . ia harus drop out dari sekolah dasar untuk bekerja di usia 11 tahun karena bisnis ayahnya yang gagal. Ia pindah ke Tokyo dan magang di sebuah workshop lacquer emas ketika ia berusia

18 tahun setelah mengalami kecelakaan yang fatal ketika bekerja di dermaga

Yokohama. Pada saat itu ia menjadi tertarik pada haiku komik. Ia mulai menulis senryu atau haiku lucu (puisi pendek khas Jepang) diusia 19 tahun. Ia bergabung dengan masyarakat puisi dan mulai menulis haiku komik dengan nama pena

"Kijiro". Kemudian dikarenakan keluarganya mengalami kesulitan keuangan

Yoshikawa yang berasal dari keluarga samurai miskin menghentikan sekolahnya ditingkat SD. kemudian ia, mengerjakan pekerjaan apa saja termasuk bekerja di galangan kapal untuk tetap bisa hidup.

Ia memenangkan hadiah pertama dalam lomba penulisan novel yang disponsori oleh penerbit Kodansha pada tahun 1914, dengan karyanya The Tale of

Enoshima. Ia memulai menerbitkan serializations dengan kehidupan Shinran setelah ia bergabung dengan perusahaan surat kabar Maiyu Shinbun pada tahun

1921.

Yasu Akazawa adalah wanita yang ia nikahi pada masa gempa bumi Great

Kanto pada tahun 1923. Ia menerbitkan cerita diberbagai majalah terbitan

Kodansha pada tahun-tahun berikutnya. Namanya menjadi topik pembicaraan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pada keluarga Jepang setelah Secret Record of Naruto serial di Mainichi

Shinbun dengan sebelumnya ia menggunakan 19 nama pena sebeum menetapkan

Eiji Yoshikawa sebagai nama penanya.

Tulisannya pun mulai berkembang jadi introspektif, mencerminkan masalah yang berkembang dalam kehidupan pribadinya dengan serialisasi

Musashi, tentang pemain pedang terkenal , di Asahi Shinbun pada tahun 1935, dengan tulisannya yang tetap pas kedalam genre petualangan fiksi sejarah. Ia pun memantapkan diri menjadi novelis profesional setelah dua tahun menjadi reporter di Mainichi Shimbun. Berbagai jenis novel ditulisnya, humor, thriller, roman. Tidak jarang ia menulis sekaligus tiga novel. Semuanya ditulis menggunakan nama pena, sebelum akhirnya ia memutuskan memakai nama pena Eiji.

Eiji Yoshikawa bercerai dengan Yasu Akazawa dan menikah dengan

Fumiko Ikedo tepat setelah pecahnya perang dengan China pada tahun 1937 dan

Asahi Shinbun mengirimnya kelapangan sebagai koresponden khusus. Diantara karya-karyanya yang terkenal di periode ini adalah Taiko dan Kisah Tiga

Kerajaan merupakan hasil karyanya yang sudah terpengaruh oleh budaya China, karena ia terus menulis selama perang.

Ia mengekspresikan pandangan-pandangan zamannya dengan setting masa lampau atau sejarah sehingga terjadi perubahan pada gaya penulisannya sejak tahun 1930. Selama perang dengan Cina, ia menulis laporan-laporan perjalanan serta menyelesaikan terjemahan adaptasi kisah populer Cina, Kisah tentang Tiga

Kerajaan. Pada akhir perang ia berhenti menulis dan menikmati masa pensiun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang tenang di Yoshino (sekarang Oumeshi berada di pinggir Tokyo) namun ia mulai menulis lagi pada tahun 1947. Pasca-perang karyanya meliputi Kisah tentang Heike diterbitkan dalam Mingguan Asahi (1950), dan A Record Swasta

Perang Pasifik (1958).

Eiji Yoshikawa menjadi salah satu novelis terkenal dan paling disukai di

Jepang hingga saat ia meninggal pada tahun 1962. Dialah yang menulis buku

Musashi dan Taiko. Buku yang sangat melegenda, buku yang dapat dijadikan sumber inspirasi dan semangat hidup. Eiji Yoshikawa sempat berhenti dan menjalani masa pensiun di Yoshino (sekarang Oumeshi, tepatnya di pinggiran

Tokyo), tapi kembali menulis lagi pada tahun 1947.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB III

ANALISIS STRUKTURAL DALAM NOVEL “SHINSU TENMA KYO”

KARYA EIJI YOSHIKAWA

3.1 Sinopsis Cerita

Awal musim semi tahun 1581, pasukan sekutu Oda dan Tokugawa menyerang dataran rendah negeri Kai. Klan takeda tersingkir. Wilayah paling gemilang diantara empat wilayah selama 26 generasi sejak Shinrs Saburou itupun terpuruk dalam kecamuk. Desa-desa terpencil maupun kota-kota dilanda kekacauan besar. Banyak samurai berdedikasi tinggi hidup tanpa majikan. Dalam situasi hidup tak menentu itu, sayup sayup mereka mendengar kalau masih tersisa sebutir benih keturunan langsung dari klan Takeda. Reputasi kecerdasan dan tempaan dari pendeta Kai Sen di kuil E Rin kian menarik simpati para samurai pada sosok pangeran ini. Dialah Pangeran Inamaru, cucu Takeda Shingen, yang disebut-sebut sebagai dewa kesatria yang masih belia berumur 14 tahun. Karena mata-mata oda telah mengetahui keberadaan pangeran Inamaru, Oda mengirimkan pasukan sebanyak dua ribu orang menuju Kuil E Rin untuk Menangkap Inamaru. mengetahui hal tersebut, pendeta Kai Sen memerintahkan Kagami Niken untuk pergi dan menjaga Inamaru dari semua orang yang ingin menangkapnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Setelah mereka pergi kuil Erin pun terbakar beserta seluruh penghuninya.

Dari sini lah awal mula perjalanan Inamaru dan Niken. Mereka terus berjalan dan bersembunyi tanpa arah dan tujuan. Mereka bersembunyi di gunung Shakagatake demi menghindari pasukan Edo dan Tokugawa yang hendak menangkap mereka.

Tanpa sadar tak hanya Edo dan Tokugawa saja yang mencari mereka namun seluruh orang juga mencari dan menghindari mereka. Karena, di setiap papan pengumuman terpampang pengumuman yang akan memberikan imbalan bagi yang berhasil menangkap Inamaru serta mengharuskan para penduduk untuk menghindari mereka. Kemanapun mereka pergi semua kori (gerbang penjagaan) dijaga ketat. Akhirnya mereka tidak bisa melewati kota manapun.

Mereka terus berjalan tanpa arah tujuan hingga sampailah di sebuah danau yang disebut lima danau gunung Fuji. Disana juga terdapat sebuah kuil yang bernama kuil Shirohata. Karena merasa terhambat dan membebani, mereke menyembunikan kotak pusaka keluarga takeda yang selama ini selalu mereka bawa di danau di rongga batu penanda kuil. Akan tetapi, saat hendak menyembunikan pusaka tersebut, mereka di serang oleh pasukan Daimyo Gunung

Fuji. Niken yang masih di tengah danau terkena anak panah dan perahunya terbalik. Inamaru yang sempat melawan pun akhirnya tertangkap. Ia dibawa ke puri Hitoana tempat kediaman Negoro Shoukaku Daimyo Gunung Fuji. Shoukaku memanfaatkan Inamaru demi kekuatan lebih untuk mendapatkan kekuasaan lebih, akan tetapi Inamaru menolak dan membuat Shoukaku marah dan memasukkannya ke penjara. Kemudian ia ditolong oleh putri Sakuyako yang ternyata berpihak padanya. Ditengah pelarian, mereka diselamatkan oleh Niken yang ternyata

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA selamat dari serangan tadi. Niken juga bersama dengan Ryutaro Pendeta Penulis

Doa Sutra.

Niken terjatuh ke sebuah lubang dalam. Sementara Inamaru dibawa pergi oleh Ryutaro. Inamaru dan Ryutaro berencana pergi ke Puri Hamamatsu tempat kediaman Tokugawa Ieyasu untuk membalas dendam namun usaha mereka gagal.

Kamudian, Inamaru terpisah dari Ryutaro dan ditangkap oleh seorang penjual budak dan kemudian berpindah lagi ke tangan seorang penghianat keluarga

Takeda yaitu Anayama Baisetsu. Anayama Baisetsu dihasut oleh Kobata Minbu yang menyamar menjadi Tamizo untuk juga mencari pusaka takeda dan meminta imbalan yang besar kepada Ieyasu. Kobata Minbu berencana menyelamatkan inamaru dengan menjadi orang kepercayaan dari Anayama Baisetsu. Karena ketamakan anayama baisetsu, rencana Kobata Minbu berhasil. Setelah sampai di danau tempat pusaka Takeda disembunyikan, Baisetsu diserang oleh Niken,

Ryutaro dan beberapa bantuan lainnya, Anayama Baisetsu pun akhirnya Mati.

Setelah itu, ternyata diketahui bahwa kotak yang berisi pusaka Takeda tersebut hanya berisi batu. Ternyata isinya sudah diambil oleh Wada Rusonbei orang yang sekarang menggantikan kepemimpinan Negoro Shoukaku. Ia mendapatkan kekuasaan tersebut karena berhianat dan membunuh Shoukaku.

Rusonbei juga merupakan orang yang paling dipercaya oleh Negoro shoukaku karena kemampuan sihirnya.

Mengetahui hal tersebut, Inamaru mengerahkan pasukan dan menyerang

Rusonbei. Pertempuran terjadi dua kali. Pada pertempuran pertama Inamaru kalah, karena di pihak Rusonbei juga bergabung beberapa panglima dari Anayama

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Baisetsu. Kemudian sebelum pertempuran kedua Ryutaro pergi dan berkata akan membawa tambahan pasukan sebanyak 4000 orang. Namun, karena sudah terlalu lama menunggu pasokan makanan juga mulai menipis, akhirnya inamaru memerintahkan penyerangan kembali tanpa adanya Ryutaro. Ditengah pertarungan, sudah jelas Inamaru akan kalah karena kekurangan pasukan. Namun berkat kedatangan Ryutaro dan pasukan tambahan yang ia bawa akhirnya mereka berhasil menang. Benteng Hitoana tempat berlindungnya Shoukaku pun terbakar.

3.2 Analisis Cerita Novel “Shinsu Tenma Kyo (Kebangkitan Wibawa Klan

Takeda)”

3.2.1 Analisis Tema dalam Novel “Shinsu Tenma Kyo (Kebangkitan

Wibawa Klan Takeda)”

Tema merupakan ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya sastra yang diciptakannya. Dalam novel ini, terdapat beberapa hal yang paling menonjol.

Diceritakan kisah bersejarah penyebab jatuhnya suatu Klan Takeda, yang diceritakan melalui kisah perjalanan dan perjuangan dari seorang keturunan terakhir klan Takeda yang bernama Inamaru Takeda untuk menaikkan kembali bendera serta nama dari klan tersebut. Kemudian, dijelaskan juga tentang bagaimana kesetiaan dari para sisa-sisa pengikut dari klan Takeda yang terus berjuang membantu Inamaru. Hal ini dapat dilihat dimana setiap plotnya dijelaskan jalan cerita serta tokoh-tokoh yang menyebabkan hancurnya klan tersebut. Diawal cerita langsung dijelaskan tentang dua penguasa besar di Jepang,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Oda dan Tokugawa yang bersekutu untuk menjatuhkan serta membunuh seluruh keturunan klan Takeda. Kemudian dalam setiap plot yang ada juga dijelaskan faktor lain yang berupa penghiatatan dari tokoh-tokoh yang merupakan orang kepercayaan klan Takeda untuk menjatuhkan klan tersebut. Dalam hal kesetiaan juga dijelaskan dengan jelas dalam setiap alurnya. Dimana Inamaru selalu mendapat pertolongan walaupun berulang kali tertangkap dan mendapat kesulitan di dalam peperangan. Hal menonjol lainnya yang juga dijelaskan dalam novel ini adalah tentang suasana keadaan jepang pada masa peperangan dijaman pemerintahan Oda dan Tokugawa. Untuk itu dapat diangkat tema dari novel ini adalah kisah sejarah tentang kesetiaan dan penghianatan di Jepang khususnya yang terjadi dalam klan Takeda.

3.2.2 Analisis Alur dalam Novel “Shinsu Tenma Kyo (Kebangkitan

Wibawa Klan Takeda)”

Plot adalah suatu urutan cerita atau peristiwa yang teratur dan terorganisasi.

Kemudian plot juga merupakan hubungan antarperistiwa yang bersifat sebab akibat, tidak hanya dijalinan peristiwa secara kronologis.

Alur atau plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel yang dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu alur maju, alur mundur dan alur campuran. Novel

“Shinsu Tenma Kyo” ini menggunakan alur maju (progresif) dimana plot yang mengisahkan peristiwa-peristiwa ditandai dengan adanya sebab akibat atau diceritakan secara runtut dimulai dari tahap awal, tengah dan akhir. Karya fiksi ini menggunakan jenis plot ini cenderung mudah diikuti jalan ceritanya karena sifatnya yang sederhana dan tidak berbelit-belit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA a. Tahap Awal

Pada tahap awal diceritakan tentang penyituasian, pengenalan, pemunculan, dan konflik. Penyituasian yang diceritakan ialah situasi pada era setelah hancurnya sebuah klan terbesar dan ternama di Jepang yaitu klan Takeda.

Ketika penyerangan pasukan sekutu Oda dan Tokugawa kepada negeri Kai dari segala penjuru pada awal musim semi. Pergerakan yang begitu cepat dari sekutu

Oda dan Tokugawa membuat keluarga Takeda Katsuyori serta anggota keluarga lainnya harus terusir dan harus diburu serta dibunuh oleh pasukan Oda dan

Tokugawa. Hal ini dapat dilihat dari cuplikan berikut :

"Wah! Itu Saudara Koma Samonji. Cepat turunkan barang bawaan di punggungnya dan beri dia air!"

"Baik!" kata si murid sambil meloncat tanpa memakai alas kaki. Dia bergegas mengambil kotak baju zirah tadi, lalu memberi si samurai air segar.

Pria itu tersadar, dan saat menengadah, dia melihat sosok Kai Sen.

"Oh. Pendeta Negara!" katanya sambil bersedeku di tanah.

"Saudara Koma! Saya sudah menunggu-nunggu kabar dari Anda.

Bagaimana keadaan keluarga itu?"

“Benar...” Sambil meneteskan air mata, Samonji me lanjutkan dengan suara parau, "Sayang sekali, dalam sekejap puri sudah terjatuh ke tangan musuh.

Saya berhasil membawa juragan saya Pangeran Katsuyori, Permaisuri, dan

Pangeran Tarou, serta beberapa anggota keluarga lainnya dari kobaran api ke kaki Gunung Tenmoku. Namun, karena tentara pasukan oda dan Tokugawa terlalu banyak, kami terkurung hingga mereka tewas tertusuk pedang musuh....”

"Oooh! Pangeran dan Permaisuri juga...”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pada bagian pengenalan dan pemunculan diceritakan bermula dari sebuah kuil yang bernama kuil E Rin yang dibangun oleh Takeda Shingen tempat disembunyikannya seorang cucu Takeda Shingen bernama Takeda Inamaru yang merupakan harapan terakhir dari keluarga Takeda yang diharapkan dapat kembali mengangkat kejayaan keluarga Takeda. Disini dimunculkan serta diperkenalkan tokoh Inamaru dan Kagami Niken yang akan muncul dalam setiap plot cerita dalam novel ini. Kemudian juga dijelaskan tokoh Putri Sakuyako anak dari penguasa gunung Fuji dan juga Kogakure Ryutaro yang akan muncul pada plot- plot berikutnya sebagai tokoh yang membantu Inamaru.

“Niken! Niken!”

Tiba-tiba, di situ sudah berdiri seorang pendeta muda bertubuh tegap.

Pendeta ini membawa Inamaru, pemuda empat belas tahun yang memakai baju satin putih bercorak dan hakama ungu, lalu bersedeku.

Kemudian dalam bagian konflik dalam tahap awal ini diceritakan mata- mata Oda yang selama ini mengawasi Kuil E Rin pun mencium keberadaan

Inamaru di kuil tersebut. Mendengar informasi tersebut Oda mengirimkan ribuan pasukan untuk menangkap Inamaru. Namun Inamaru dilindungi oleh pendeta di kuil E Rin untuk dapat menyelamatkan diri. Kemudian Inamaru pun memulai pelariannya bersama Kagami Niken. Masih tak jauh dari kuil Mereka dikepung dan diserang oleh kelompok zirah hitam yang juga termasuk dalam bagian

Tokugawa. Tapi pada akhirnya mereka pun berhasil mengalahkan kelompok tersebut dan selamat dari serangan tersebut. Akan tetapi banyak halangan dan kelompok-kelompok yang akan mengejar dan mengincar mereka. Tak hanya itu,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pada konflik awal juga diceritakan karena merasa terbebani Inamaru dan Niken

Menyembunyikan Kotak berisi Pusaka Keluarga takeda di dasar sebuah danau di daerah gunung Fuji. Inamaru sempat tertangkap oleh samurai kampung yang dipimpin oleh Negoro Shoukaku dan diselamatkan Oleh Sakuyako tapi pada akhirnya Inamaru terpisah dari Kagami Niken karena Inamaru dibawa oleh

Ryutaro, sedangkan Niken terjerembab di dalam sebuah lubang dan tidak bisa keluar.

b. Tahap Tengah

Kemudia pada tahap tengah, dimana konflik mulai meningkat hingga mencapai tingkat klimaks. Dalam tahap ini Inamaru yang terpisah dari Kagami

Niken dan pergi bersama Ryutaro terus mencari tempat aman, sebab Inamaru terus diburu dimanapun ia berada. Mereka sempat masuk ke tempat tinggal

Tokugawa Ieyasu untuk membunuhnya namun tidak berhasil. Kemudian Inamaru sempat ditangkap untuk ditukar dengan emas kepada Anayama Baisetsu yang merupakan penghianat dari keluarga Takeda. Namun ternyata Inamaru masih mendapat pertolongan dari Kobata Minbu seorang ahli strategi yang menyamar sebagai Tamizo untuk menyelamatkan Inamaru dan membantu mengalahkan

Anayama dan pasukannya, demi membalaskan dendam keluarganya. Kagami

Niken yang terpisah dari Inamaru juga ikut berkumpul dan juga ikut dalam aksi mengalahkan Anayama Baisetsu.

Pada tahap ini dimunculkan kembali tokoh Putri Sakuyako serta beberapa tokoh tambahan yang juga akan muncul hingga akhir cerita seperti Kobata Minbu sang ahli strategi, Tatsumi Kobunji sang ahli tombak, dan Tsutanosuke sang ahli

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Panah, Kashin Koji seorang ahli sihir, serta Cikudou seorang anak hutan dang ditugaskan oleh Kashin Koji untuk membantu menghancurkan musuh dari dalam.

Tak hanya sampai disini, Konflik di awal pun kembali diangkat, Negoro

Shoukaku seorang penguasa di gunung Fuji juga telah mati karena dihianati oleh orang kepercayaannya yaitu Wada Rusonbei. Sisa-sisa pasukan Anayama

Baisetsu pun ikut bergabung dengan Wada Rusonbei. Wada juga sudah mengambil benda pusaka yang awalnya disembunyikan di dasar danau dan menukarnya dengan bebatuan. Oleh karena itu Inamaru beserta orang-orangnya harus berperang melawan Wada Rusonbei demi mendapatkan benda pusakanya tersebut. Inamaru dan para pengikutnya menyerang Rusonbei sambil memimpin pasukannya masing-masing. Namun mereka tidak berhasil mengalahkan Rusonbei, dan akhirnya mereka mundur untuk mengatur ulang strategi mereka. Karena kekurangan pasukan Ryutaro pergi mencari tambahan pasukan untuk kembali menyerang kembali Rusonbei. Namun ternyata pasukan Tokugawa juga datang menyerang Inamaru. Pada kondisi ini pihak Inamaru mulai resah, karena Ryutaro belum juga kembali membawa pasukan yang dijanjikan, sementara persediaan makanan sudah mulai menipis. Akhirnya inamaru mengambil langkah untuk menyerang tanpa menunggu bantuan dari Ryutaro.

c. Tahap Akhir

Dalam tahap akhir yang dijelaskan adalah berupa penyelesaian maupun akhir dari cerita. Dijelaskan bahwa kondisi pasukan Inamaru dalam peperangan melawan pasukan Tokugawa dan juga Rusonbei cukup terdesak. Ditengah pertempuran, Ryutaro pun datang dengan membawa ribuan pasukan yang ia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA janjikan kepada Inamaru sehingga menjadikan keadaan berbalik. Mereka berhasil mengalahkan pasukan Tokugawa dan juga pasukan dari Rusonbei. Sementara itu

Chikudou menyelinap meledakkan benteng milik Rusonbei dari dalam. Dengan kelincahannya Benteng Hitoana pun hancur terbakar oleh api.

3.2.3 Analisis Penokohan dalam Novel “Shinsu Tenma Kyo

(Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)”

Dalam novel “Shinsu Tenma Kyo” ini terdapat banyak sekali tokoh di dalamnya. Namun yang paling banyak disoroti ialah sosok Inamaru sebagai tokoh utama, beberapa orang pengikut setianya serta musuh-musuh dari klan takeda yang berperan penting dalam cerita tersebut.

1. Inamaru Takeda

Cuplikan 1 halaman 11

“Niken! Niken!”

Tiba-tiba, di situ sudah berdiri seorang pendeta muda bertubuh tegap.

Pendeta ini membawa Inamaru, pemuda empat belas tahun yang memakai baju satin putih bercorak dan hakama ungu, lalu bersedeku.

Dari cuplikan di atas dapat kita ketahui bahwa Inamaru pada saat itu merupakan seorang anak yang masih belia berumur 14 tahun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Cuplikan 2 Halaman 13

“PANGERAN Inamaru! Lihat itu! Api besar membubung di sana.”

Ninken yang berhasil bangkit menuju jalan setapak di Bukit Genjiro menoleh ke arah lautan api di kejauhan. Air matanya pun terkena tak terbendung.

"Ninken! Apakah Bapak Pendeta Negara juga mati dalam api itu? Saya sangat sedih...” Ucap Inamaru, dia merapatkan telapak tangan dan menunduk ke arah kobaran api di kejauhan. Pemandangan langit yang terbakar itu begitu terpatri di benaknya sehingga tak akan dia lupakan seumur hidup.

Analisis

Dari cuplikan di atas digambarkan sosok Inamaru merupakan sosok yang tegar walaupun ia sedang bersedih. Hal ini dapat dilihat dari kalimat “Ninken!

Apakah Bapak Pendeta Negara juga mati dalam api itu? Saya sangat sedih...”

Ucap Inamaru, dia merapatkan telapak tangan dan menunduk ke arah kobaran api di kejauhan.” Kematian dari pendeta yang sudah merawat dan mendidiknya selama ini memang membuatnya sedih namun dari kalimat tersebut digambarkan

Inamaru tidak membuat dirinya bersedih dengan berlebihan. Kemudian gerakan merapatkan telapak tangan sambil menunduk kearah kobaran api menunjukkan penghormatan dan rasa terima kasihnya kepada orang-orang yang sudah berkorban demi dirinya. Hal ini merupakan bukti bahwa dirinya sudah di didik dengan baik selama berada di kuil E Rin. Danbahkan merupakan sosok yang tidak akan melupakan perbuatan baik orang lain terutama dari pendeta Kaisen dan seluruh orang-orang yang ada di kuil E Rin. Hal ini dapat dilihat dari kalimat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA “Pemandangan langit yang terbakar itu begitu terpatri di benaknya sehingga tak akan dia lupakan seumur hidup.”

Cuplikan 3 Halaman 17

Ada apa ini? pikirnya sambil menajamkan pandangan. Ternyata di situ ada Takeda Inamaru, yang entah sejak kapan menerjang orang itu seraya menusukkan pedang pendeknya ke bagian samping perut si penembak.

"Oh Pangeran Muda!

Mata Ninken terbelalak atas keberanian yang tidak pernah dilihatnya, juga atas kecerdikan Inamaru.

"Ninken! Manusia pengecut ini tadi mengarahkan se- napannya kepadamu, jadi aku jadikan dia seperti ini," kata Inamaru sambil tersenyum.

Analisis

Dari cuplikan di atas terlihat bahwa Inamaru memiliki mental dan keberanian yang kuat. Hal ini dapat dilihat dari kalimat “Ternyata di situ ada

Takeda Inamaru, yang entah sejak kapan menerjang orang itu seraya menusukkan pedang pendeknya ke bagian samping perut si penembak.”Di usia yang masih 14 tahun, dengan tenangnya Inamaru mampu menusuk seorang musuh yang menodongkan senjata ke arah Niken bahkan sambil tersenyum kepada Niken.

Dapat dilihat pula dari kalimat berikut “Mata Ninken terbelalak atas keberanian yang tidak pernah dilihatnya, juga atas kecerdikan Inamaru.” Reaksi Niken yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA terbelalak kaget karena melihat keberanian dari Inamaru tersebut. Tidak hanya itu, tergambar pula penokohan dari Inamaru yang cerdik serta ia juga berbakat menjadi seorang kesatria, dan sudah terlatih untuk menghadapi musuh walaupun diusianya yang masih belia.

Cuplikan 4 Hamalan 20-21

"Selama kau menggendong kotak baju zirah itu, aku selalu waswas.

Kalaulah sampai direbut musuh, kotak itu tentunya tidak dapat diambil kembali."

"Jika itu yang terjadi, saya tidak mungkin sanggup menjalani hidup lagi.”

"Karena itu, paling tidak sampai upacara potong rambutku, bagaimana kalau kita titipkan kotak baju zirah di kuil Shirohata ini?"

"Tidak bisa. Itu sangat berbahaya.”

“Maksudku, bukan berarti kita meletakkan kotak ini di ruang kuil begitu saja. Kita hanya perlu membenamkannya dalam danau ini. Kebetulan di sini ada batu nisan penanda kuil, jadi kita masukkan kotak ke dalam rongga batu nisan dan kita benamkan di sini. Dengan demikian, kita tidak usah khawatir lagi. "oh. etul juga, kata Ninken, kagum mendengar ide Inamaru.

Analisis

Dari cuplikan di atas juga dapat dilihat pada kalimat "Selama kau menggendong kotak baju zirah itu, aku selalu waswas. Kalaulah sampai direbut musuh, kotak itu tentunya tidak dapat diambil kembali." Inamaru memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap orang lain, terutama kepada Niken. Ia selalu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA merasa waswas saat memikirkan niken yang selalu membawa kotak dua hal yang harus dijaga sekaligus. Untuk itu Ia memiliki ide untuk menyembunyikan benda pusaka keluarga Takeda yang dipikul Niken dan membebani Niken selama perjalanan. Kemudian, juga tergambar Inamaru yang memiliki akal yang cerdas dan terlihat pada kalimat “Maksudku, bukan berarti kita meletakkan kotak ini di ruang kuil begitu saja. Kita hanya perlu membenamkannya dalam danau ini.” kotak pusaka tersebut yang menyebabkan mereka tidak leluasa bergerak dan selalu berada di posisi yang tidak aman. Oleh karena itu Inamaru berencana menyembunyikannya di salah satu danau di sekitar gunung Fuji agar benda pusaka tersebut tersimpan dengan aman.

Cuplikan 6 Halaman 29

“Betul sekali, Pangeran. Saya memiliki bala tentara, namun tidak memiliki nama besar. Karena itu, sampai hari ini lingkup kegiatan saya terbatas.

Seandainya Anda mau meminjamkan bendera, baik a maupun Tokugawa dengan mudah bisa kita hancurkan. Dengan demikian, dendam Anda akan segera terbayar.”

Diam kau, Shoukaku! Usiaku memang masih muda, tetapi aku cucu yang melanjutkan darah dewa kesatria, Shingen. Karena itu, aku tidak mungkin bisa memimpin manusia kampung seperti kalian. Aku tidak mau penyamun mengangkat bendera dengan meminjam kekuatan dari manusia rendahan!"

Analisis

Dari ucapan yang diucapkan Inamaru pada cuplikan diatas Inamaru digambarkan memiliki kesombongan, harga diri serta keangkuhan seorang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA bangsawan. Terlihat dari kalimat “Diam kau, Shoukaku! Usiaku memang masih muda, tetapi aku cucu yang melanjutkan darah dewa kesatria, Shingen. Karena itu, aku tidak mungkin bisa memimpin manusia kampung seperti kalian. Aku tidak mau penyamun mengangkat bendera dengan meminjam kekuatan dari manusia rendahan!" Inamaru mengatakan bahwa dirinya sang pemilik darah dewa kesatria dan tidak mau mengangkat benderanya untuk Shoukaku yang ia anggap samurai rendahan. Selain itu juga tergambar kecerdasan dari Inamaru yang tidak mau dimanfaatkan oleh Shoukaku untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih.

Cuplikan 7 Halaman 115

"Uuuuuh...” Setiap kali teringat akan Ninken atau Sakuyako, dan terbayang akan tindakan Ryutaro, mata Inamaru yang berdiri di pinggir pantai terlihat berkaca-kaca.

"Aku ingin keluar dari pulau ini. Daripada dipermalukan oleh orang- orang kasar yang sama sekali tidak terkenal seperti mereka, lebih baik aku mati di dasar laut..."

Analisis

Dari cuplikan di atas dapat dilihat pada kalimat "Aku ingin keluar dari pulau ini. Daripada dipermalukan oleh orang-orang kasar yang sama sekali tidak terkenal seperti mereka, lebih baik aku mati di dasar laut..." Inamaru juga merupakan seorang anak yang lemah dan juga tidak mampu berbuat apapun tanpa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA bantuan teman-temannya. Terlihat dari kalimat tersebut Inamaru yang berfikir lebih baik mati didasar laut karena sudah merasa putus asa saat dirinya tidak mampu melakukan apapun lagi untuk menyelamatkan diri. Inamaru yang memiliki darah dewa kesatria serta mental yang kuat untuk membunuh orang juga merupakan seorang anak yang rapuh dan malah hampir menangis karena merindukan teman-temannya. Cuplikan diatas juga menunjukkan bahwa Inamaru juga tidak mampu melakukan apa-apa tanpa adanya Niken, Sakuyako maupun

Ryutaro di sisinya.

Cuplikan 8 Halaman 195

“Soal itu bukan urusan kalian. Hei, lnamaru! Kalau dilihat dari hubungan keluarga, aku ini sepupu ayahmu, Katsuyori. Dari usia, aku jauh lebih tua daripadamu. Dengan posisi seperti itu, apa kau masih berani melawanku?

Jika itu yang terjadi, artinya kau sudah melanggar etika dan berdosa besar.”

"Karena itulah, aku dengan sopan menganjurkan supaya harakiri, agar

Paman dapat menuntaskan hidup dengan penuh harga diri. Tapi, kata-kata

Paman tadi penuh sekali dengan rasa dendam.”

Analisis

Dalam cuplikan diatas, dapat kita ketahui bahwa Inamaru memiliki rasa hormat kepada keluarganya. Dapat dilihat dari kalimat "Karena itulah, aku dengan sopan menganjurkan supaya harakiri, agar Paman dapat menuntaskan hidup dengan penuh harga diri.” karena menghormati Anayama Baisetsu yang merupakan pamannya sendiri, walaupun Inamaru memiliki dendam, ia masih memberikan pamannya kesempatan untuk mati secara terhormat dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA menawarkan harakiri kepada Baisetsu. Karena pada masa itu, Harakiri adalah bentuk hukuman mati secara terhormat dan kematiannya pun akan dianggap baik.

Bentuk penghormatannya yang lain adalah dari caranya berbicara dengan santun kepada Baisetsu, Inamaru masih tetap menggunakan kata paman untuk memanggil Baisetsu.

2. Kagami Niken

Cuplikan 1 Halaman 16

"Hei, kepala gundul! Tunduklah kepada keluarga Tokugawa dan serahkan

Inamaru. Nanti kupertimbangkan agar kau bisa selamat!" sambil mengucapkan kata-kata itu, sang perwira mengangkat pedangnya.

“Siapa pula yang sudi berkhianat seperti itu?" kata Ninken sambil mengayunkan tongkat besinya. Matanya yang berkilat kilat tajam menciutkan nyali lawan. Saat Ninken bergerak selangkah ke depan, saat itu pula kepala musuh pecah.

Analisis

Dari cuplikan di atas pada kalimat “Siapa pula yang sudi berkhianat seperti itu?" kata Ninken sambil mengayunkan tongkat besinya.” niken juga memiliki tekat dan keyakinan serta kesetiaan yang kuat kepada Inamaru. Terbukti dari ajakan musuhnya untuk menyerah dengan jaminan dia akan selamat, namun ia menolaknya dengan tegas sambil mengalahkan musuh-musuhnya. Dari dari kalimat tersebut juga tergambar sosok seorang Kagami niken digambarkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA memiliki kemampuan yang hebat dalam ilmu bela diri. Ia mengalahkan begitu banyak musuh seorang diri dan dengan hanya sebatang tongkat besi.

Cuplikan 2 Halaman 43

"Jangan bercanda. Tidak semua orang yang cekatan dalam ilmu ninja itu mata-mata. Aku Kogalure Ryutaro yang bertualang di dunia sebagai pendeta pengembara penulis sutra. Aku sudah menyebutkan namaku dan sekarang aku ingin bertanya. Anak muda yang kautanyakan tadi itu, siapa sebenarnya dia?”

“Tampaknya kata-katamu bukan dusta, jadi akan kujawab. Sebenarnya aku sedang menemani putra seorang yang sangat mulia.”

Analisis

Dari cuplikan di atas pada kalimat “Tampaknya kata-katamu bukan dusta, jadi akan kujawab. Sebenarnya aku sedang menemani putra seorang yang sangat mulia.” terlihat bahwa sosok Niken memiliki pemikiran yang jernih, walaupun sedang dalam keadaan emosi karena dipermainkan oleh Ryutaro, ia masih bisa berpikir jernih. Niken tidak memberikan informasi dengan asal-asalan. Karena dia masih dapat berfikir, jika ia memberitahukannya maka bisa jadi nyawa Inamaru tidak akan selamat. Dapat lihat tingkat kesetiaan Niken kepada Inamaru yang begitu tinggi, sampai ia harus menjaga perkataannya demi keselamatan Inamaru.

Selain itu Niken juga memiliki insting yang hebat. Ia mampu membaca gerak gerik dari Ryutaro serta membaca perkataan Ryutaro apakah ia bohong atau tidak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Kogakure Ryoutaro

Cuplikan 1 Halaman 43

"Namaku Ninken, seorang pendeta yang melakukan perjalanan tanpa tujuan. Omong omong, kau sendiri juga bukan pendeta pengembara sembarangan tampaknya.

"Kau tidak perlu curiga padaku. Tadi aku hanya memper mainkanmu dengan ilmu lari di balik pohon sembunyi tubuh yang biasa-biasa saja.”

“Kurang ajar Jangan-jangan kau ini kaki tangan seorang daimyo yang sengaja berkeliling untuk memata-matai!"

Analisis

Dapat dilihat dari cuplikan diatas bahwa sosok Kogakure Ryutaro merupakan orang yang memiliki kemampuan yang hebat. Terlihat dari kalimat

“Tadi aku hanya memper mainkanmu dengan ilmu lari di balik pohon sembunyi tubuh yang biasa-biasa saja.” Niken yang terkenal memiliki kemampuan yang hebat hanya dipermainkan dengan ilmu yang biasa-biasa saja olehnya. Terlihat pula watak dari Ryutaro yang suka seenaknya melakukan sesuatu terhadap orang lain.

Cuplikan 2 Halaman 63-64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA “Satu hal lagi, sebagai peraturan dalam kepurian ini, beliau memerintahkan kami agar memohon kepada Anda berdua untuk menyerahkan barang bawaan serta pedang Anda.”

“Kalau itu, kami tidak bisa memenuhinya," Ryutaro menolak tegas.

Pedang pangeran muda ini merupakan pedang pusaka keluarga. Bukan barang yang boleh dipegang orang lain. Tongkat saya pun adalah tongkat pelindung dari

Buddha, sementara keranjang ini berisi tiga pusaka Amithaba. Kalau Anda menganggapnya mencurigakan, silakan periksa. Tapi untuk menyerahkannya, kami menolak tegas.”

"Baiklah kalau begitu.”

Terpana kewibawaan Ryutaro dan Inamaru, para samurai itu dengan segan memeriksa isi keranjang dan isinya memang benda-benda yang dikatakan

Ryutaro tiga patung Buddha. Karena tidak curiga pada tongkatnya, mereka memeriksanya asal-asalan. Setelah selesai, mereka meninggalkan tempat itu

"Pangeran Muda! Jangan dimakan. Ini benar-benar mencurigakan!" kata

Ryutaro sambil mengambil mangkuk yang berisi sup bening, lalu menumpahkannya ke dinding putih kamar. Dinding putih itu segera berubah menjadi sehitam tinta.

"Beracun! Ikan dan nasi ini sudah dicampur dengan racun yang sangat keras. Pangeran Inamaru, dengan begini kita tah pasti apa niat leyasu. Meski di hadapan kita sikapnya sangat lembut, kenyataannya dia berniat membunuh kita dengan racun.”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Analisis

Dapat dilihat dari cuplikan di atas Ryutaro tidak hanya mempunyai sifat yang seenaknya, ia juga mampu bersikap penuh wibawa. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kalimat “Kalau itu, kami tidak bisa memenuhinya," Ryutaro menolak tegas. Pedang pangeran muda ini merupakan pedang pusaka keluarga. Bukan barang yang boleh dipegang orang lain. Tongkat saya pun adalah tongkat pelindung dari Buddha, sementara keranjang ini berisi tiga pusaka Amithaba.

Kalau Anda menganggapnya mencurigakan, silakan periksa. Tapi untuk menyerahkannya, kami menolak tegas.” Yang merupakan perkataan Ryutaro saat memberikan alasan untuk menolak permintaan Ieyasu untuk menyerahkan semuabarang yang mereka bawa. Saat para suruhan Ieyasu datang dan meminta barang mereka, ia mampu menolak dan memberijawaban serta alasan yang membuat orang-orang suruhan Ieyasu jadi terpana. Kemudian, terlihat pula kehebatan dari Ryutaro dalam mengenali racun. Ia langsung tau makanan yang disuguhkan oleh Ieyasu sudah dicampur dengan racun yang sangat keras.

4. Putri Sakuyako

Cuplikan 1 Halaman 27

"Apakah Tuan Putri belum tahu? Bocah ini anak keluarga Takeda yang bernama Inamaru. Anak ini sejak dulu diincar pemimpin kita.”

"Diam! Meskipun ditawan, dia tetap manusia yang bermartabat dan harus diperlakukan dengan sopan sesuai etika kekesatriaan. Kalian manusia jelata yang tak punya nama, berani sekali memanggilnya sembarangan. Kalian juga kurang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ajar karena mengikat dia. Jangan sekali-kali kalian memperlakukannya dengan tidak hormat!"

“Baik!" Mendengar tegurannya, semua samurai itu menciut ketakutan.

Analisis

Dari cuplikan diatas dapat dilihat pada beberapa perkataan dari sSakuyako kepada para masukan Daimyo Gunung Fuji, "Diam! Meskipun ditawan, dia tetap manusia yang bermartabat dan harus diperlakukan dengan sopan sesuai etika kekesatriaan.” Dari kalimat berikut tergambar bahwa Sakuyako memiliki jiwa kesatria dan juga berlaku tegas jika hal tersebut tidak sesuai dengan etika seorang kesatria. Dari kalimat “Kalian manusia jelata yang tak punya nama, berani sekali memanggilnya sembarangan. Kalian juga kurang ajar karena mengikat dia.

Jangan sekali-kali kalian memperlakukannya dengan tidak hormat!" penokohan

Putri Sakuyako adalah sosok wanita cantik yang memiliki wibawa seorang kesatria dan seorang pemimpinserta kehormatan untuk menghormati orang lain.

Sakuyako juga berpihak pada Inamaru. Ia juga merupakan wanita yang tegas dan ditakuti oleh para samurai kampung mengabdi pada ayahnya.

Cuplikan 2 Halaman 34-35

Saat Inamaru merasa lega dan seolah baru terbangun dari mimpi, untuk pertama kalinya dia bisa melihat sosok manusia budiman berpakaian serbahitam itu dengan saksama. Akan tetapi, karena orang itu berdiri membelakangi bulan, wajahnya tidak terlihat jelas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA "Anda tidak usah khawatir lagi. Sekarang Anda tunggangi kuda liar ini.

Saya akan mengantar Anda sampai ke hilir Sungai Fujikawa. Dari situ masuklah ke Suruga, alu bersembunyilah di suatu tempat. Saya juga membawa surat jalan ini....”

Melihat surat jalan yang disodorkan orang berpakaian serba hitam itu,

Inamaru semakin heran.

“Omong-omong, Anda siapa"

“Siapa pun saya, itu bukan masalah. Sekarang, segeralah Anda naik kuda ini.”

Pada saat dia menarik tali kuda, untuk pertama kalinya Inamaru melihat mata di balik kain penutupnya yang terkena sinar bulan. Tanpa sadar dia berteriak.

"Wah! Anda perempuan yang tadi! Anda Putri Sakuyako, kan?"

"Oh. Anda sudah menyadarinya ya....” Dalam matanya yang menyejukkan terlihat gadis itu tersenyum, lalu sambil bersujud dan merapatkan kedua telapak tangan di tanah, dia meminta maaf.

Analisis

Dari cuplikan di atas, pada kalimat “"Oh. Anda sudah menyadarinya ya....”

Dalam matanya yang menyejukkan terlihat gadis itu tersenyum, lalu sambil bersujud dan merapatkan kedua telapak tangan di tanah, dia meminta maaf.” putri Sakuyako merupakan seorang yang baik serta mengerti tentang mana yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA baik dan mana yang buruk. Sakuyako meminta maaf sambil bersujut kepada

Inamari atas perlakuan ayahnya. Tidak hanya itu dari cuplikan di atas, Sakuyako menyelamatkan Inamaru yang sedang dipenjarakan oleh ayahnya. Juga terlihat kecerdikan dari putri Sakuyako, dimana ia sudah menyiapkan rencana serta surat jalan agar Inamaru dapat pergi dan melewati pos penjagaan dengan aman nantinya.

Hal ini dapat dilihat dari kalimat "Anda tidak usah khawatir lagi. Sekarang Anda tunggangi kuda liar ini. Saya akan mengantar Anda sampai ke hilir Sungai

Fujikawa. Dari situ masuklah ke Suruga, alu bersembunyilah di suatu tempat.

Saya juga membawa surat jalan ini....”

5. Tokugawa Ieyasu

Cuplikan 1 Halaman 63-64

Menjelang senja, para samurai petugas penjamuan datang membawa makanan serta arak berkualitas bagus. Dengan penuh hormat, mereka mempersilakan inamaru dan Ryutaro menikmati hidangan tersebut.

“Ini persembahan dari pangeran kami. Beliau meminta agar Anda berdua melewatkan waktu dengan santai dan tenang.”

“Pelayanan ini sangat berlebihan bagi kami. Tolong sampaikan kepada beliau supaya jangan repot-repot.”

Terpana kewibawaan Ryutaro dan Inamaru, para samurai itu dengan segan memeriksa isi keranjang dan isinya memang benda-benda yang dikatakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Ryutaro tiga patung Buddha. Karena tidak curiga pada tongkatnya, mereka memeriksanya asal-asalan. Setelah selesai, mereka meninggalkan tempat itu

"Pangeran Muda! Jangan dimakan. Ini benar-benar mencurigakan!" kata

Ryutaro sambil mengambil mangkuk yang berisi sup bening, lalu menumpahkannya ke dinding putih kamar. Dinding putih itu segera berubah menjadi sehitam tinta.

"Beracun! Ikan dan nasi ini sudah dicampur dengan racun yang sangat keras. Pangeran Inamaru, dengan begini kita tlah pasti apa niat leyasu. Meski di hadapan kita sikapnya sangat lembut, kenyataannya dia berniat membunuh kita dengan racun.”

Analisis

Diceritakan di atas Inamaru dan Ryutaro sudah ada di dalam puri

Hamamatsu milik Tokugawa Ieyasu. Ieyasu menjamu mereka dengan baik, namun dibalik jamuannya tersebut tersimpan maksud jahat. Dapat dilihat dari kalimat yang diucapkan Ryutaro kepada Inamaru, "Beracun! Ikan dan nasi ini sudah dicampur dengan racun yang sangat keras. Pangeran Inamaru, dengan begini kita tlah pasti apa niat leyasu.” Ieyasu memiliki pemikiran yang cerdik, ia menjamu Inamaru dan Ryutaro namun meletakkan racun di dalam makanannya.

Ieyasu juga tergambar sebagai sosok yang kejam, ia melakukan segala cara demi mencapai tujuannya. Terlihat dari kalimat “Meski di hadapan kita sikapnya sangat lembut, kenyataannya dia berniat membunuh kita dengan racun.” Ieyasu bersikap manis kepada Inamaru dan Ryutaro untuk dapat menjebak bahkan membunuh mereka dengan racun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Cuplikan 2 Halaman 132-133

Akan tetapi, Ieyasu berbeda dengan Oda Jounosuke. Dia seorang jenderal yang tidak pernah lupa memanfaatkan siapa pun.

"Baisetsu! Kau bilang sudah menangkap Inamaru, tetapi apakah itu saja?

"Apakah maksud Anda, Pangeran?"

“Tolol betul kau ini. Katanya, Inamaru juga menyembu- nyikan pusaka berupa bendera tanpa tiang yang dipuja-puja sebagai dewa pelindung keluarga

Takeda. Itu maksudku. Apa kau tidak paham?"

Analisis

Dari cuplikan di atas pada kalimat “Akan tetapi, Ieyasu berbeda dengan

Oda Jounosuke. Dia seorang jenderal yang tidak pernah lupa memanfaatkan siapa pun.” dapat dilihat sosok Tokugawa Ieyasu juga memiliki sifat yang juga memanfaatkan apapun yang bisa menguntungkan dirinya. ia juga bisa mengerti seseorang sedang mengambil keuntungan dari dirinya. namun dengan cerdiknya ia pun meminta lebih dari baisetsu. Ia tidak ingin mendapatkan sesuatu hanya setengah-setengah. Oleh karena itu dia memanfaatkan Baisetsu untuk mendapatkan lebih dari sekedar Inamaru, melainkan beserta dengan pusaka milik

Inamaru sekaligus.

6. Anayama Baisetsu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Cuplikan 1 Halaman 112

Kenyataannya, seperti yang dikatakan samurai desa itu, sampai beberapa waktu lalu Anayama Baisetsu Nyudou adalah satu-satunya perwira yang diandalkan Takeda Katsuyori.

Akan tetapi, ketika pasukan sekutu Oda dan Tokugawa merangsek masuk, dialah yang paling dulu menyerah kepada mereka dan bahkan memandu masuknya pasukan itu ke Kofu. Tidak hanya itu, dia membiarkan keluarga Takeda yang telah banyak memberikan budi dan jasa kepadanya sejak zaman Shingen tewas begitu saja. Dia memang seorang samurai yang hanya mementingkan nyawa dan kemakmuran diri sendiri.

Analisis

Dari cuplikan di atas pada kalimat “Dia memang seorang samurai yang hanya mementingkan nyawa dan kemakmuran diri sendiri.” dapat diketahui bahwa penokohan Anayama Baisetsu digambarkan sebagai orang yang mementingkan dirinya sendiri. Demi menyelamatkan nyawanya sendiri ia rela berhianat kepada Takeda Katsuyori yang sudah menjadikannya orang yang paling terpercaya di klan Takeda. Tidak peduli dengan segala kebaikan apapun yang sudah diberikan oleh keluarga Takeda kepadanya, dengan mudahnya ia membiarkan keluarga Takeda tewas begitu saja dan bahkan membantu musuh untuk melakukan hal tersebut.

Cuplikan 2 Halaman 130-131

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TOKUGAWA Ieyasu, yang saat itu tengah berada di Kyoto, tiba-tiba didatangi orang yang ingin bertemu dengannya. Orang itu Anayama Baisetsu.

Ieyasu yang mengira Anayama sudah pulang ke wilayahnya, Kitagoori di Koushu, kaget juga mendengarnya kembali di tengah perjalanan. Dia pun segera menyuruh Baisetsu menemuinya.

Di hadapan Ieyasu, sambil menggerak-gerakkan kepala botak pendetanya, dengan bangga serta berlagak, Baisetsu melaporkan penangkapan Inamaru yang sudah lama dicari-cari Ieyasu. Dari cara bicaranya, dia seperti mengatakan bahwa sebagai hadiah layaklah dirinya diberikan wilayah kekuasaan sebesar sepuluh atau dua puluh ribu koku.

Analisis

Dari cuplikan di atas dijelaskan Baisetsu melaporkan kepada Tokugawa

Ieyasu bahwa ia telah berhasil menangkap Inamaru dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan maupun Imbalan atas tangkapannya tersebut. Dapat dilihat pada kalimat “Dari cara bicaranya, dia seperti mengatakan bahwa sebagai hadiah layaklah dirinya diberikan wilayah kekuasaan sebesar sepuluh atau dua puluh ribu koku.” Baisetsu merupakan orang yang haus kekuasaan. Ia bisa melakukan apa saja demi mendapatkan keinginannya termasuk memanfaatkan Inamaru untuk ditukar dengan wilayah kekuasaan tambahan dari

Tokugawa Ieyasu. Baisetsu memanfaatkan kesempatan tersebut agar ia bisa memperoleh wilayah kekuasaan yang lebih luas lagi. Juga dapat dilihat bahwa

Baisetsu merupakan sosok yang tidak dapat dipercaya. Ia hanya memikirkan dirinya sendiri, rela memanfaatkan apapun dan melakukan apapun demi kebaikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA serta keselamatan dirinya sendiri. Baisetsu juga tidak memiliki kesetiaan terhadap siapapun. Ia merupakan sosok samurai yang menghormati nilai-nilai kehormatan seorang samurai.

7. Wada Rusonbei

Cuplikan 1 Halaman 209-210

Rusonbei adalah julukan yang diberikan teman-temannya. Dia Wada

Monbei, seorang blasteran yang datang ke daerah ini dari Nagasaki. Di tangan kanannya terdapat rajah berbentuk salib, dan di tangan kirinya rajah dengan huruf Luzon, karena itu para samurai kampung memanggil Monbei dengan nama

Rusonbei. Matanya biru, rambutnya merah wajahnya sangat berbeda dengan orang kebanyakan, maka sangatlah tepat jika dia dipanggil Rusonbei.

Sejak kedatangannya ke Hitoana, dia segera menjadi sahabat dekat

Shoukaku. Karena ayahnya orang Eropa beragama Kristen, dengan sendirinya

Rusonbei juga menjadi pendeta dan dia memiliki ilmu ilusi atau sihir aliran agama Kristen. Shoukaku sangat percaya pada kemampuannya itu Akan tetapi, karena pada dasarnya Rusonbei sangat licik, dengan memanfaatkan kepercayaan

Shoukaku, serta-merta dia membuat konspirasi dan dengan muslihatnya membunuh Shoukaku. Setelah itu, dengan kepiawaiannya dia berhasil menjadikan para samurai kampung sebagai anak buahnya dan merebut benteng di Hitoana.

Analisis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dari cuplikan diatas sudah dijelaskan bagaimana gambaran tokoh Wada

Rusonbei. Dijelaskan secara fisik yang wajahnya berbeda dari orang kebanyakan, sebab ayahnya adalah orang Eropa. Ia juga seorang penganut agama kristen karena ayahnya yang beragama kristen. Selain itu ia juga memiliki ilmu sihir dan ilmu ilusi aliran agama Kristen, sehingga Shoukaku menganggapnya sebagai orang yang spesial dan menaruh kepercayaan yang tinggi padanya. Namun,

Rusonbei menghianati kepercayaan tersebut. Kemudian pada kalimat “Shoukaku sangat percaya pada kemampuannya itu Akan tetapi, karena pada dasarnya

Rusonbei sangat licik, dengan memanfaatkan kepercayaan Shoukaku, serta-merta dia membuat konspirasi dan dengan muslihatnya membunuh Shoukaku.”

Tergambar pula watak Rusonbei yang licik dan cerdik. Rusonbei yang sudah dianggap sebagai sahabat oleh Shoukaku malah menghianati dan merebut benteng

Hitoana milik Shoukaku dengan cara menjadikan anak buah Shoukaku berpihak padanya dan ikut membantunya merebut benteng Hitoana.

Cuplikan 2 Halaman 219-220

"Apa katamu? Jadi, nyawaku dan lebih dari separuh temanku akan melayang malam ini, begitu?" tanya Rusonbei. "Begitulah kata beliau, tetapi ada satu cara rahasia untuk dapat selamat dari nasib itu. Beliau memberitahuku caranya dan menyuruhku bertemu dengan Paman untuk menyampaikannya dengan syarat tertentu. Namun, kata beliau, 'Karena Rusonbei itu licik, apabila dia tidak menjawab apa yang ditanyakan, kau jangan bilang apa pun dan larilah."

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA "Tunggu! Tunggu dulu! Kalau ada yang ingin ditanyakan, tanyakanlah.

Aku pasti akan menjawabnya. Tetapi, tolong beritahu aku cara menangkal pertanda buruk hancurnya lapisan awan itu!"

“Kalau begitu, tolong jawab dulu pertanyaanku."

"Baik! Silakan tanya apa pun. "

Analisis

Dari cuplikan di atas pada kalimat "Tunggu! Tunggu dulu! Kalau ada yang ingin ditanyakan, tanyakanlah. Aku pasti akan menjawabnya. Tetapi, tolong beritahu aku cara menangkal pertanda buruk hancurnya lapisan awan itu!" tergambar penokohan Wada Rusonbei yang memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap ramalan serta hal-hal yang berbau mistis maupun sihir, sehingga ia dengan mudahnya dapat dikelabui hanya dengan sebuah ramalan palsu. Rusonbei diberitahu sebuah ramalan buruk tentang dirinya dan juga diberi tahu bahwa ada cara menangkalnya. Namun, ia harus memberitahukan dimana letak pusaka keluarga Takeda yang ia ambil. Akibat kepercayaannya yang berlebihan tersebut akan ilmu sihir, Rusonbei lengah. Juga digambarkan watak utama dari Rusonbei yang licik, terlihat dari kalimat yang menggambarkan kelicikan Rusonbei yang ditegaskan kembali oleh pengarang lewat kalimat “Karena Rusonbei itu licik, apabila dia tidak menjawab apa yang ditanyakan, kau jangan bilang apa pun dan larilah."

3.2.4 Analisis Latar dalam Novel “Shinsu Tenma Kyo (Kebangkitan

Wibawa Klan Takeda)”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Unsur-unsur latar menurut Nurgiyantoro (2002: 227) dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu tempat, waktu dan sosial. Berikut ulasan tentang unsur-unsur tersebut.

a. Latar Tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi yang benupa tempat-tempat dengan nama tertentu inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Adapun latar tempat yang digunakan dalam novel ini cukup banyak dan luas. Tempat-tempat tersebut yaitu:

1. Kuil E Rin tempat awal inamaru disembunyukan oleh pendeta Kai Sen

2. Kuil Shirohata yang terletak di danau yang disebut sebagai salah satu dari

lima danau di kaki gunung Fuji yang merupakan tempat Inamaru dan Niken

menyembunyikan kotak berisi pusaka keluarga Takeda, tempat mereka

diserang oleh Daimyo Gunung Fuji, tempat pertarungan serta mengeksekusi

Anayama Baisetsu dan juga sebagai markas Inamaru saat berperang melawan

Wada Rusonbei

3. Benteng Hitoana yang merupakan tempat tinggal Daimyo Gunung Fuji yang

akhirnya digunakan oleh Wada rusonbei sebagai tempat perlindungannya saat

melawan Inamaru

4. Puri Hamamatsu tempat tinggal dari Tokugawa Ieyasu, ditempat ini Inamaru

dan Kogakure Ryutaro mencoba membunuh Ieyasu.

5. Gunung Shenzan, letaknya dibelakang kuil E Rin tempat Inamaru dan Niken

melarikan diri dari kejaran musuh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6. Gunung Shakagatake tempat Inamaru dan Niken Bersembunyi selama seratus

hari demi menghindari pasukan Tokugawa

7. Pulau Bentenjima tempat Inamaru diculik oleh Kuroemon

8. Gunung Kurama tempat tinggal Kashin Koji yang merupakan guru dari

Ryutaro.

9. Kota Sakai, tempat Anayama Baisetsu tinggal pada saat itu, disini kuroemon

dikalahkan dan di tangkap setra ditipu oleh baisetsu atas rencana dari Kobata

Minbu yang menyamar menjadi Tamizo

b. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah "kapan" terjadinya peristiwa peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah "kapan" tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.

Novel ini menggunakan latar waktu pada masa setelah jatuhnya satu klan terkenal di Jepang yaitu klan Takeda pada awal musim semi yang berkisar pada zaman Heian akhir di tahun 1581. Disini diceritakan keadaan setelah runtuhnya daerah kekuasaan klan Takeda dan sekitarnya. Pada masa ini dikisahkan penguasa yang paling berpengaruh adalah Oda dan Tokugawa. Seperti yang terlihat pada cuplikan berikut.

“Pada awal musim semi tahun10 Tenshou (1581), pasukan sekutu Oda dan Tokugawa menyerang dan mengurung dataran rendah negeri Kai dari segala penjuru, mulai dari Kizou, Shinano, hingga Suruga. Mereka bergerak begitu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA cepat sehingga ayah-beranak Takeda Katsuyori dan Tenkyu Nobutoyo, serta anggota keluarga lainnya, terusir dari istana sampai di Gunung Tenmoku. Atas

Perintah Komandan tertinggi Pasukan sekutu, semua anggota keluarga Takeda terus diburu.”.

Kemudian waktu kematian salah seorang Menteri Nobunaga juga ikut menjelaskan latar waktu dalam novel ini.

Pada tanggal dua bulan Juni tahun itu, riwayat Menteri Oda Nobunaga berakhir di kuil Honnouji ketika memberantas pemberontak Mitsuhide.

Latar waktu pada novel ini tidak lebih dari tahun 10 Tenshou (1581). Dari awal hingga akhir waktu yang digambarkan hanya sebatas pada tahun tersebut saja. Terlihat dari kalimat diatas, yang menjelaskan keadaan saat kematian

Menteri Oda Nobunaga yang masih terjadi pada tahun tersebut.

c. Latar Sosial

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengar perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

“Wilayah kekuasaan Takeda, yang paling gemilang di antara empat wilayah lainnya selama dua puluh enam generasi sejak Shinra Saburou, kini diinjak-injak oleh tentara dan kuda pasukan Oda dan Tokugawa. Alhasil, wilayah itu gersang dan menghitam. Selain itu, di dunia ini hanya tinggal Inamaru keturunan darah angsung Takeda. Hanya dia sebutir be yang tertinggal di tanah gersang itu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Mekar atau tidaknya sebutir benih dari Kai Genji ini merupakan tugas dan tanggung jawab Ninken. Selain itu, takdir Inamaru memang tidak mudah dijalani.

Seluruh negeri sedang dalam kancah peperangan. Para perwira dan prajurit yang amat kejam menggunakan segala cara untuk terus berusaha menumpas benih yang tingg satu-satunya ini agar tidak bertunas.”

Dari cuplikan diatas dapat dilihat latar sosial dalam novel ini berupa kondisi dimana seluruh negeri di Jepang sedang dalam masa peperangan. Demi memperluas kekuasaan klan Oda dan Tokugawa menyerang klan takeda hingga menjadi tanah yang gersang. Kemudian, disebutkan pula pada masa ini setiap menghancurkan suatu generasi, haruslah benar-benar ditumpas hingga habis. Agar generasi yang tersisa tidak sempat berkembang dan membalas dendam di kemudian hari.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.2.5 Analisis Sudut Pandang dalam Novel “Shinsu Tenma Kyo

(Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)”

Sudut pandang merupakan cara penulis untuk menceritakan hasil karyanya agar dapat dicerna oleh pembacanya dengan baik. Novel “Shinsu Tenma Kyo” karya Eiji Yoshikawa ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu, yaitu pengarang seolah-olah serba tahu sehingga pengarang dapat mengemukakan segala tingkah laku dan pikiran semua tokoh. Sudut pandang ini sangat berpengaruh terhadap cara penyampaian sebuah novel. Tanpa penggunaan sudut pandang yang baik, suatu karya sastra khususnya novel ini tidak akan mudah dan akan sulit untuk dicerna oleh pembacanya. Dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu Eiji Yoshikawa menceritakan kisah perjalanan Inamaru sehingga membuat novel ini dapat dicerna oleh pembacanya, serta pesan-pesan dari setiap alurnya dapat tersampaikan dan digambarkan dengan baik.

Cuplikan 1 Halaman 14-15

Pada saat bersamaan, terdengar bunyi letusan, dan asap peluru mengepul.

Dengan kaget, Ninken segera merunduk sambil menoleh ke belakang. Di situ terlihat seorang anggota pasukan zirah hitam memegang senapan dari

Tanegashima. Namun, orang itu tergeletak dalam kepulan asap dengan tangan mengais-ngaisudara.

Ada apa ini? pikirnya sambil menajamkan pandangan. Ternyata di situ ada Takeda Inamaru, yang entah sejak kapan menerjang orang itu seraya menusukkan pedang pendeknya ke bagian samping perut si penembak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA "Oh Pangeran Muda!

Mata Ninken terbelalak atas keberanian yang tidak pernah dilihatnya, juga atas kecerdikan Inamaru.

"Ninken! Manusia pengecut ini tadi mengarahkan se- napannya kepadamu, jadi aku jadikan dia seperti ini," kata Inamaru sambil tersenyum.

Analisis

Dari cuplikan di atas terlihat bahwa pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu, dimana pengarang dapat mengemukakan apa yang dipikirkan dan dirasakan dan dipikirkan oleh tokoh. Digambarkan bahwa

Niken mendengar suara letusan dan ia pun menunduk karena terkejut akibat suara letusan tersebut. Kemudian juga digambarkan bahwa Niken juga kaget melihat keberanian Inamaru saat menerjang pasukan Zirah hitam yang menodongkan pistol kearah Niken. Pengarang mengetahui perasaan kaget yang dialami Niken saat mendengar suara letusan. Kemudian juga pengarang mengetahui apa yang ada dipikiran niken melihat keberanian Inamaru yang masih belia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.2.6 Analisis Amanat dalam Novel “Shinsu Tenma Kyo (Kebangkitan

Wibawa Klan Takeda)”

Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya karyanya.

Cuplikan 1 halaman 112

Setinggi apa pun kedudukan seseorang, apabila kele- mahannya dipegang orang lain, dia tidak akan bisa berbuat apa-apa. Kenyataannya, seperti yang dikatakan samurai desa itu, sampai beberapa waktu lalu Anayama Baisetsu

Nyudou adalah satu-satunya perwira yang diandalkan Takeda Katsuyori. Akan tetapi, ketika pasukan sekutu Oda dan Tokugawa merangsek masuk, dialah yang paling dulu menyerah kepada mereka dan bahkan memandu masuknya pasukan itu ke Kofu. Tidak hanya itu, dia membiarkan keluarga Takeda yang telah banyak memberikan budi dan jasa kepadanya sejak zaman Shingen tewas begitu saja. Dia memang seorang samurai yang hanya mementingkan nyawa dan kemakmuran diri sendiri. Orang yang datang ke tempat Baisetsu yang sangat serakah ini dengan umpan bernama Inamaru itu tidak lain adalah si Angin Puyuh dari perahu Pahan yang menyamar sebagai samurai.

Cuplikan 2 Halaman 210

Sejak kedatangannya ke Hitoana, dia segera menjadi sahabat dekat

Shoukaku. Karena ayahnya orang Eropa beragama Kristen, dengan sendirinya

Rusonbei juga menjadi pendeta dan dia memiliki ilmu ilusi atau sihir aliran agama Kristen. Shoukaku sangat percaya pada kemampuannya itu Akan tetapi, karena pada dasarnya Rusonbei sangat licik, dengan memanfaatkan kepercayaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Shoukaku, serta-merta dia membuat konspirasi dan dengan muslihatnya membunuh Shoukaku. Setelah itu, dengan kepiawaiannya dia berhasil menjadikan para samurai kampung sebagai anak buahnya dan merebut benteng di Hitoana.

Analisis

Dari kedua cuplikan di atas, tergambar bahwa pengarang ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa penghianatan kerap dilakukan oleh orang yang paling dekat dengan kita. Dalam novel “Shinsu Tenma Kyo” digambarkan dua bentuk penghianatan yaitu yang dilakukan oleh Anayama Baisetsu yang merupakan orang terdekat dalam keluarga Takeda. Kemudian juga terdapat penghianatan yang dilakukan oleh Wada Rusonbei orang kepercayaan dari seorang daimyo gunung Fuji Negoro Shoukaku. Karena kemampuan sihirnya ia dipercaya oleh Shoukaku. Namun, ternyata Wada Rusonbei menghianatinya dan mengambil alih kepemimpinan di Benteng Hitoana. Pembaca diingatkan kembali untuk dapat waspada dan lebih pintar dalam mempercayai siapapun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.3 Analisis Keterkaitan Antara Tema, Penokohan, Alur, Latar, Sudut

Pandang dan Amanat Cerita yang Mendasari Struktur Cerita yang Utuh

Dalam Novel “Shinsu Tenma Kyo (Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)”

Karya Eiji Yoshikawa

Tema dalam novel ini menceritakan tentang kisah sejarah perjuangan keturunan terakhir klan Takeda, yang runtuh akibat penyerangan dari sekutu Oda dan Tokugawa yang didukung oleh para penghianat di dalam klan tersebut.

Keturunan tersebut bernama Inamaru Takeda. Dengan bantuan dari para pendukung klan Takeda, Inmaru mencoba bangkit untuk menaikkan kejayaan klan

Takeda serta membalaskan dendam keluarganya pada para orang yang menghianati klannya.

Alur dalam novel ini menggunakan alur maju dan sesuai dengan tahapan- tahapanya yakni tahap awal hingga tahap akhir. Awal dari alur cerita novel ini ialah dimulai dari pengenalan tokoh utama dan beberapa orang tokoh penting yang juga akan diceritakan hingga akhir cerita. Hingga sampai pada tahap akhir alur cerita yaitu ketika mereka berhasil mengalahkan musuhnya dalam peperangan di gunung Fuji.

Penokohan di dalam novel ini tergolong cukup banyak, serta saling memiliki keterkaitan walaupun tidak selalu ada pada setiap alur ataupun plotnya.

Karena jumlah tokoh yang begitu banyak, yang dapat di ambil hanya bebrapa tokoh penting, berpengaruh dan yang paling sering muncul di dalam cerita saja.

Dalam novel “Shinsu Tenma Kyo” ini pengarang menggunakan latar tempat di Jepang dan digambarkan cukup banyak, mulai dari Kuil E Rin yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA termasuk dalam wilayah kekuasaan Takeda, gunung Fuji, kediaman Tokugawa

Ieyasu di puri Hamamatsu hingga benteng Hitoana di kaki gunung Fuji. Latar waktu dalam novel ini terjadi pada masa peperangan di Jepang. Diceritakan tokoh penguasa paling berpengaruh pada saat itu adalah Oda dan Tokugawa. Lebih tepatnya dimulai dari runtuhnya klan Takeda pada tahun 10 Tenshou (1581).

Dalam novel ini juga terdapat latar sosial yakni masyarakat ataupun tokoh memiliki kebiasaan ataupun tradisi pada masa peperangan di Jepang.

Novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu, dimana pengarang menjadi pengamat dan mengetahui segala yang dipikirkan dan tingkah laku para tokoh dalam cerita.

Amanat maupun pesan dalam novel ini tersampaikan dengan cukup baik.

Pengarang mencoba memberi tahukan tentang arti dari sebuah kepercayaan, kesetiaan serta penghianatan yang faktor dari kehancuran maupun kebangkitan dari sebuah klan besar. Pesan paling utama dari novel ini ialah tentang penghianatan. Dimana diceritakan dua buah penghianatan besar dari orang yang paling dipercaya oleh sebuah klan maupun tokoh besar. Kemudian, pengarang juga ingin menyampaikan akar dan makna terdalam dari kesetiaan zaman samurai.

Keterkaitan antara Tema dan alur cerita dimulai dari tahap awal, pada tahap ini digambarkan awal mula dan sebab akibat yang mendasari terciptanya tema. Tahap awal inilah yang nantinya akan menjadi pembangun tema menjadi sebuah kisah ataupun cerita. Tahap awal ini dimulai dari perjalanan Inamaru setelah Kuil tempat persembunyiannya hancur diserang pasukan sekutu Oda dan

Tokugawa. Kemudian dilanjutkan dengan tahap tengah, dimana konflik terjadi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dalam tahap ini konflik awal yang terjadi di tahap awal mulai meningkat. Dimana

Inamaru mulai terpisah dari Niken dan mencoba menyerang ke kediaman

Tokugawa Ieyasu namun gagal. Selanjutnya Inamaru menyerang Anayama

Baisetsu penghianat keluarga Takeda di kaki gunung Fuji. Kemudian, juga konflik semakin meningkat, dimana ternyata pusaka keluarga takeda sudah dicuri oleh

Wada Rusonbei seorang penghianat Daimyo Gunung Fuji. Akhirnya Inamaru berperang melawan Rusonbei. Tak hanya sampai disitu, Tokugawa juga ikut menyerang dan memanfaatkan situasi. Di tahap akhir, situasi mulai mereda, hingga mencapai penyelesaian. Inamaru yang terdesak, tertolong oleh pasukan bantuan yang dibawa Ryutaro. Benteng Hitoana tempat kediaman Rusonbei pun diledakkan.

Keterkaitan penokohan dengan alur ditunjukkan melalui tahapan-tahapan peristiwa di dalam novel dimulai dari tahap awal hingga akhir dimana dimana penyelesaian cerita berakhir. Pengarang mencerminkan sosok Inamaru dan para pengikutnya merupakan tokoh protagonis yang memiliki nilai-nilai yang ideal bagi pembaca. Hal ini digambarkan sesuai dengan alur yang terdapat di dalam novel.

Keterkaitan penokohan dengan tema terdapat keseimbangan, dimana pemunculan tokoh protagonis muncul disaat adanya tokoh antagonis. Terjadi keseimbangan cerita dalam setiap alurnya. Disaat mulai muncul konflik yang diakibatkan tokoh antagonis, muncul tokoh protagonis yang muncul memperbaikinya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Keterkaitan antara tema dengan latar ialah latar tempat dari novel ini uang berkisah di beberapa tempat terkenal di jepang, seperti Gunung fuji dan Puri hamamatsu serta daerah lainnya dijepang yang mendukung tema yang merupakan cerita sejarah. Latar waktu yang mengarah pada masa peperangan juga menambah kesesuaian tema dengan latar. Latar sosial yang mendukung juga menambah keterkaitan antara tema dan latar dari novel ini.

Keterkaitan latar dan alur ditunjukkan dari tahapan tahapan dalam alur cerita. Pada tahap awal diceritakan tentang waktu awal terjadinya peristiwa serta tempat maupun keadaan sosial pada masa tersebut. Dalam tahap tengah juga digambarkan tambahan informasi tentang seting cerita di dalam novel. Begitu pula hingga tahap akhir.

Keterkaitan amanat dengan alur ialah dimana tersampaikannya dengan jelas pesan dari pengarang lewat karya sastranya melalui alur yang baik dengan tahapan yang juga sesuai.

Keterkaitan latar dengan penokohan ditunjukkan dengan tokoh yang memiliki hubungan dengan latar tempat dan waktu. Salah satunya dapat dilihat dari kuil Shirohata, nama shirohata merupakan nama asli dari keluarga Takeda.

Kemudian dari tokoh Tokugawa Ieyasu yang mencerminkan keadaan waktu ataupun masa pemerintahan dalam cerita tersebut.

Keterkaitan sudut pandang dengan tema ditunjukkan melalui cara pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu dalam menceritakan cerita dalam novel ini. Karena novel ini bertepa seharah dan peperangan, maka dengan sudut pandang orang ketiga serba tahu semakin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mempermudah pembaca dalam memahami situasi, keadaan, maupun yang sedang dipikirkan oleh tokoh dalam cerita. Pengarang menggambarkan pemikiran maupun yang sedang dirasakan serta tindakan dari para tokoh agar semakin menambah dan membantu imajinasi pembaca dalam mencerna novel ini.

Keterkaitan sudut pandang dengan alur juga dapat dilihat dari tahapan dalam alur yang dibangun dalam cerita. Pengarang menggunakan sudut orang ketiga serba tahu dalam menyampaikan cerita mulai dari tahapawal hingga akhir.

Cara pengarang menyampaikannya seolah-olah pengarang mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh para tokoh dalam cerita.

Keterkaitan sudut pandang dengan tokoh utama ditunjukkan melalui cara pengarang menggambarkan karakter maupun watak tokoh didalam cerita.

Pengarang meniptakan sosok tokoh yang sesuai dengan kondisinya serta menggambarkan tokoh dengan baik sesuai dengan sudut pandang yang digunakan.

Sehingga mempermudah pembaca memahami karakter setiap tokohnya.

Keterkaitan sudut pandang dengan latar digambarkan melalui cara pengarang menjelaskan dengan jelas latar tempat secara mendetil. Kemudian juga dengan cara pengarang menjelaskan keadaan waktu berdasarkan tahun serta berdasarkan masa pemerintahan maupun klan mana yang sedang berjaya pada masa itu secara mendetil.

Keterkaitan sudut pandang dengan amanat ditunjukkan ditunjukkan dari bagai mana cara pengarang menyampaikan pesan pesannya melalui kejadian kejadian yang ada. Seperti saat diceritakan bagaimana baisetsu menghianati klan takeda sehingga mengakibatkan runtuhnya klan takeda pada masa itu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Keterkaitan amanat, tema dan alur ditunjukkan melalui cerita di dalam novel. Novel ini bercerita tentang perjuangan inamaru membangkitkan kembali wibawa klan takeda setra sejarah bagaimana klan tersebut bisa hancur. Hal ini didukung dari alur yang baik dan mndukung tema dari novel ini, sehingga amanat di dalam cerita dapat tersampaikan dengan baik.

Keterkaitan antara amanat dengan tokoh digambarkan melalui peran tokoh masing-masing. Karena amanat utama dalam novel ini adalah tentang kesetiaan dan penghianatan di jaman samurai.

Berdasarkan penjelasan antara hubungan tema dengan alur, alur dengan penokohan, latar dengan tema, latar dengan alur, latar dengan penokohan, sudut pandang dengan tema, sudut pandang dengan alur, sudut pandang dengan penokohan, sudut pandang dengan latar, sudut pandang dengan amanat, amanat dengan tema dan alur, serta amanat dengan tokoh, maka dapat terlihat hubungan keterkaitan antara tema, alur, tokoh, latar, sudut pandang, dan amanat. Keterkaitan tersebut menjadikan novel “Shinsu Tenma Kyo” ini memiliki unsur-unsur yang saling mendukung dan menjadi satuan cerita yang baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari analisis yang telah dilakukan terhadap cerita di dalam novel “Shinsu

Tenma Kyo (Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)”, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tema adalah dasar bagi seorang pengarang untuk mengembangkan suatu

cerita. Tema yang melatar belakangi cerita dalam novel “Shinsu Tenma Kyo

(Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)” ini adalah tentang perjuangan,

kesetiaan serta penghianatan yang terjadi pada masa peperangan di Jepang.

Kemudian juga bercerita tentang sejarah penyebab runtuhnya salah satu klan

terbesar dan cukup berpengaruh pada masa itu.

2. Tokoh merupakan sosok yang bertugas menjalankan cerita dalam suatu

karya sastra. Tokoh adalah karakter yang mengambil peran penting dalam

suatu karya sastra khususnya novel. Karena tanpa adanya tokoh suatu cerita

tidak akan dapat tersampaikan maknanya. Tokoh dalam novel “Shinsu

Tenma Kyo (Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)” ini ada banyak, namun

yang memiliki peran paling penting yaitu Takeda Inamaru sebagai tokoh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA utama, yang memiliki jiwa seorang dewa kesatria yang diturunkan dari

keluarganya. Ia mempunyai harga diri dan keangkuhan yang seuai dan

pantas sebagai seorang keturunan dari klan Takeda. Kagami Niken

merupakan orang yang setia dan memiliki loyalitas yang tinggi terhadap

Inamaru. Kogakure Ryutaro, seorang pendeta penulis doa sutra yang

memiliki kemampuan beladiri tinggi yang juga setia pada Inamaru ia juga

memiliki watak yang suka seenaknya memperlakukan orang lain. Putri

Sakuyako seorang wanita cantik dan anggun, cerdik dan juga ahli strategi,

Tokugawa Ieyasu seorang jendral yang licik, suka memanfaatkan apapun

demi mendapatkan yang ia mau, Anayama Baisetsu memiliki sifat yang

tidak dapat dipercaya ia termasuk orang yang bertanggung jawab atas

jatuhnya klan Takeda. Wada Rusonbei, seorang blasteran Eropa dan Jepang,

menganut agama kristen, lebih percaya dengan ilmu sihir serta ramalan, dan

memiliki watak yang licik.

3. Alur dalam novel “Shinsu Tenma Kyo (Kebangkitan Wibawa Klan Takeda)”

ini dibangun dengan baik karena cerita di dalamnya memenuhi tahapan-

tahapan peristiwa yang mendukung cerita dimulai dari tahap awal, dimana

awal mula Inamaru pergi bersama Kagami niken menyelamatkan diri dari

incaran musuhnya hingga mereka terpisah saat hendak menyembunyikan

kotak pusaka keluarga Takeda. Kemudian di tahap tengah, dimana Inamaru

bersama Ryutaro mencoba membunuh Tokugawa Ieyasu namun gagal.

Kemudian Inamaru pun terpisah dengan Ryutaro dan ditangkap oleh

Anayama Baisetsu, namun atas bantuan Kobata Minbu dan datangnya

bantuan dari Ryutaro dan Niken Inamaru berhasil selamat dan Anayama

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sang penghianat klan Takeda mendapati kematiannya. Konflik semakin

meningkat dimana ternyata kotak pusaka yang mereka simpan di danau

isinya telah diambil oleh Wada Rusonbei yang juga seorang penghianat bagi

Daimyo Gunung Fuji. Oleh karena itu mereka pun berperang menghadapi

Rusonbei. Sampai kepada tahap akhir, mereka berhasil mengalahkan

Rusonbei setelah mengalami dua kali peperangan.

4. Latar tempat yang digunakan di novel ini ialah berlatar di negara Jepang,

cakupan wilayangnya cukup luas karena ceritanya yang memuat tokoh

inamaru yang berpindah-pindah tempat. Namun tempat-tempat utamanya

ialah derdapat di wilayah kekuasaan Takeda, Gunung Fuji, Puri Hamamatsu,

serta hutan-hutan disekitar daerah tersebut. Latar waktu berawal dari setelah

jatuhnya klan Takeda pada tahun 10 Tenshou (1581) pada masa kejayaan

Edo dan Tokugawa. Latar sosial dalam novel ini merupakan kebiasaan serta

perilaku yang dilakukan oleh masyarakat pada jaman perang di Jepang.

5. Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel ini adalah sudut

pandang orang ketiga serba tahu. Dimana pengarang mengetahui segala

perilaku serta pikiran dari para tokoh dalam novel ini.

6. Amanat ataupun pesan yang terdapat pada novel ini menyampaikan kepada

pembaca bahwa siapapun bisa berhianat, termasuk keluarga sendiri, umtuk

itu haruslah membaca setiap orang yang akan kita percaya. Karena, yang

menyebabkan kehancuran diri sendiri berawal dari orang terdekat.

Kemudian pengarang bertujuan menyampaikan serta memperlihatkan arti

dari kesetiaan samurai pada masa tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 7. Hubungan antara tema dengan alur, alur dengan penokohan, latar dengan

tema, latar dengan alur, latar dengan penokohan, sudut pandang dengan

tema, sudut pandang dengan alur, sudut pandang dengan penokohan, sudut

pandang dengan latar, sudut pandang dengan amanat, amanat dengan tema

dan alur, serta amanat dengan tokoh, maka damat terlihat hubungan

keterkaitan antara tema, alur, tokoh, latar, sudut pandang, dan amanat.

Keterkaitan tersebut menjadikan novel “Shinsu Tenma Kyo (Kebangkitan

Wibawa Klan Takeda)” ini menciptakan struktur cerita yang utuh. Dapat

dilihat keterkaitan antara tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan

amanat dengan memperhatikan dengan cermat unsur-unsur intrinsik yang

ada di dalamnya. Tema dalam novel ini bercerita tentang kisah sejarah

perjuangan seorang anak sisa dari klan yang telah jatuh untuk

membangkitkan kembali kejayaan keluarganya. Tentu tanpa adanya tokoh

serta penokohan yang baik, cerita ini tidak akan dapat dicerna dengan baik

pula. Kemudian, novel ini memiliki cerita yang baik yang didukung alur dan

latar yang sesuai sehingga menjadikan novel ini dapat dicerna oleh pembaca

dengan baik pula.

4.2. Saran

Melalui skripsi ini, penulis mengharapkan agar sekiranya novel dapat menjadi salah satu sarana alternatif bagi manusia untuk dapat dijadikan bahan hiburan bagi semua kalangan. Tidak hanya itu, juga sekiranya dapat memahami dan mengambil nilai nilai positif dari novel tersebut untuk dapat dijadikan contoh dan diterapkan dalam kehidupan. Sebab dalam novel juga memberikan serta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA memaparkan pengetahuan tentang budaya-budaya baik dari masa sekarang maupun dari masa lampau. Seperti halnya pada novel “Shinsu Tenma Kyo” ini yang banyak dipaparkan budaya-budaya serta pengetahuan tentang sejarah Jepang pada jaman perang. Selain itu pula, juga hendaknya dapat dipahami keterkaitan hubungan yang dibangun dalam suatu cerita.

Penulis mengharapkan skripsi ini dapat dijadikan referensi tersendiri bagi para pecinta dan pembaca karya sastra khususnya fiksi dan berguna bagi penelitian selanjutnya. Penulis juga mengharapkan pembaca dapat memberikan interpretasi sendiri dalam mentelaah novel “Shinsu Tenma Kyo” ini. Karena dalam memberi tanggapan sebuah karya sastra sering terjadi perbedaan-perbedaan pandangan untuk menambah wawasan dan memperkaya dalam khasanah dunia karya sastra.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR PUSTAKA

Aziez, Furqonul dan Abdul Hasim. 2010. Menganalisis Fiksi SebuahPengantar.

Bogor: Ghalia Indonesia.

Fananie, Zainuddin. 2001. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadyah University

Press.

Fradenti, Cici Tya. 2015. Analisis Cerita Novel “Minamoto No Yoritomo” Karya

Eiji Yoshikawa. Skripsi Sarjana. Medan: FIB USU

Kusmayadi, Ismail. 2008. Think Smart Bahasa Indonesia. Bandung: Grafindo

Media Pratama.

Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Satoto, Soediro. 1993. Metode Penelitian Sastra. Surakarta: UNS Press

Semi, Atar. 1984. Kritik Sastra. Bandung Angkasa

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo

Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumardjo, Djakob. 1999. Konteks Sosial Novel Indonesia. Bandung : Alumni

Bandung

Tantawi, Isma. 2014. Bahasa Indonesia Akademik. Medan: Cita Pustaka Media.

Wicaksono, Andri. 2015. Pengkajian Prosa Fiksi. Garudhawaca.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Yoshikawa, Eiji. 2016. Shinsu Tenma Kyo (Kebangkitan Wibawa Klan Takeda).

Jakarta: Qantara https://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-secara-umum-

dan-menurut-para-ahli/ http://mukardimd.blogspot.co.id/2013/04/beberapa-pendekatan-terhadap-

karya.html https://ikamustika444.wordpress.com/2012/11/10/pendekatan-objektif-salah-satu-

pendekatan-menganalisis-karya-sastra/ http://www.trigonalmedia.com/2015/08/pengertian-penokohan.html http://jadi-bisa.blogspot.co.id/2014/01/pengertian-sudut-pandang-dan-aspek.html.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK

Dalam skripsi ini dibahas tentang cerita novel "Shinsu Tenma Kyo" dengan menggunakan pendekatan objektif. Pendekatan objektif merupakan pendekatan intrinsik, yakni membicarakan karya dari unsur-unsur yang membangun karya sastra itu dari dalam. Pendekatan objektif adalah suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang cara kerjanya menganilisis unsur-unsur struktur dalam karya sastra, serta mencari relevansi atau keterkaitan unsur-unsur tersebut untuk mencapai kebulatan makna. Unsur-unsur tersebut adalah tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Dalam skripsi ini pembahasan difokuskan pada tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat.

Melalui pendekatan objektif dapat dilihat tema dari novel “Shinsu Tenma

Kyo” yang bercerita tentang kisah perjalanan seorang anak keturunan terakhir untuk menaikkan kembali nama dari sebuah klan yang runtuh akibat penghianatan dari orang terdekat dalam klan tersebut. Klan tersebut bernama Klan Takeda.

Dalam novel ini juga dijelaskan bagai mana kesetiaan juga penghianatan yang terjadi pada masa peperangan di Jepang. Berdasarkan tema tersebut dapat dilihat konflik yang terjadi dan dialami antara para tokoh dengan keputusan-keputusan yang diambil. Terdapat cukup banyak tokoh dalam cerita novel ini namun hanya beberapa tokoh yang penting yang dapat dibahas yaitu tokoh Inamaru yang berperan sebagai seorang anak berumur 14 tahun keturunan terakhir keluarga

Takeda yang memiliki jiwa kesatria dan darah serta wibawa seorang bangsawan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Ia memiliki keberanian melebihi anak seusianya, cerdas juga memiliki kehormatan untuk menghormatiorang lain. Kagami Niken, seorang pendeta yang setia dan ditugaskan untuk menjaga Inamaru. Kogakure Ryutaro, seorang Pendeta

Penulis Doa Sutra yang memiliki kemampuan tinggi, memiliki sifat yang seenaknya, serta juga orang yang setia kepada Inamaru. Putri Sakuyako digambarkan sebagai seorang wanita cantik anak dari Daimyo Gunung Fuji yang memiliki jiwa serta kehormatan seorang kesatria, ia juga merupakan seorang yang setia pada Inamaru. Tokugawa Ieyasu dalam novel ini digambarkan sebagai seorang tokoh antagonis yang berwatak licik dan memanfaatkan apapun dan siapapun demi kepentingannya. Anayama Baisetsu digambarkan sebagai seorang tokoh penyebab hancurnya klan Takeda akibat penghianatannya. Baisetsu memiliki sifat yang tidak bisa dipercaya, hanya memikirkan keuntungannya sendiri dan juga serakah. Yang terakhir Wada Rusonbei yang merupakan seorang

Blasteran Eropa yang menganut agama Kristen dan memiliki kemampuan serta ilmu sihir. Rusonbei merupakan orang yang licik dan juga tidak dapat dipercaya karena juga telah berhianat kepada daimyo Gunung Fuji demi mengambil alih kekuasaan.

Alur dalam novel ini “Shinsu Tenma Kyo (Kebangkitan Wibawa Klan

Takeda)” ini dibangun dengan baik dan sesuai dengan cerita di dalamnya yang memenuhi tahapan-tahapan peristiwa yang mendukung cerita. Dimulai dari tahap awal, saat awal mula Inamaru pergi bersama Niken menyelamatkan diri dari kejaran musuhnya hingga mereka terpisah saat hendak menyembunyikan kotak pusaka keluarga Takeda. Pada tahap tengah, dimana Inamaru bersama Ryutaro mencoba membunuh Tokugawa Ieyasu namun gagal. Kemudian Inamaru pun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA terpisah dengan Ryutaro dan ditangkap oleh Anayama Baisetsu, namun atas bantuan Kobata Minbu dan datangnya bantuan dari Ryutaro dan Niken Inamaru berhasil selamat dan Anayama sang penghianat klan Takeda mendapati kematiannya. Kemudian terjadinya peningkatan konflik dimana ternyata kotak pusaka yang mereka simpan di danau isinya telah diambil oleh Wada Rusonbei yang juga seorang penghianat bagi Daimyo Gunung Fuji. Oleh karena itu mereka pun berperang menghadapi Rusonbei. Sampai kepada tahap akhir, mereka berhasil mengalahkan Rusonbei setelah mengalami dua kali peperangan.

Novel ini menggunakan Latar tempat yang cukup banyak namun dari setiap tempat ada juga yang digunakan dalam beberapa tahap ataupun bagian cerita. Latar tempat yang digunakan yaitu Kuil E Rin, Kuil Shirohata, Benteng

Hitoana, Puri Hamamatsu, Gunung Shenzan, Gunung Shakagatake, Pulau

Bentejima, Gunung Kurama, dan kota Sakai. Waktu yang digunakan dijelaskan secara detil pada tahun 10 Tenshou (1581) pada musim semi. Cerita yang terjadi juga tidak lebih dari tahun tersebut. Latar sosial dalam novel ini menggambarkan kebiasaan serta tradisi dan prilaku yang terjadi pada masa peperangan di Jepang, seperti halnya Harakiri yang merupakan cara kematian yang terhormat pada masa tersebut.

Sudut pandang di dalam novel “Shinsu Tenma Kyo” ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu dimana pengarang mengerti dan mengetahui perilaku serta apapun yang dipikirkan san tokoh. Sudut pandang ini memperjelas serta mempermudah pembaca untuk menerima cerita dari novel ini.

Dengan penjelasan tentang perilaku dan pikiran dari tokoh membuat imajinasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pembaca maupun penikmat novel ini terbantu untuk menggambarkan situasi yang digambarkan di dalam novel ini.

Amanat yang terdapat pada novel ini menyampaikan kepada pembaca tentang kesetiaan dan penghianatan pada masa peperangan di Jepang. Pengarang bertujuan menyampaikan serta memperlihatkan arti dari kesetiaan samurai pada masa tersebut. Juga dijelaskan bahwa siapapun bisa berhianat, termasuk keluarga sendiri, umtuk itu haruslah membaca setiap orang yang akan kita percaya. Karena, yang menyebabkan kehancuran diri sendiri berawal dari orang terdekat.

Keterkaitan serta hubungan antara unsur intrinsik tersebut yang berupa tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang, serta amanat dalam novel “Shinsu

Tenma Kyo” ini juga terhubung dengan baik sehingga menghasilkan suatu karya sastra yang terstruktur. Keterkaitan tersebut menjadikan novel “Shinsu Tenma

Kyo” ini menciptakan struktur cerita yang utuh. Dapat dilihat keterkaitan antara tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat dengan memperhatikan dengan cermat unsur-unsur intrinsik yang ada di dalamnya. Tema dalam novel ini bercerita tentang kisah sejarah perjuangan seorang anak sisa dari klan yang telah jatuh untuk membangkitkan kembali kejayaan keluarganya. Tentu tanpa adanya tokoh serta penokohan yang baik, cerita ini tidak akan dapat dicerna dengan baik pula. Kemudian, novel ini memiliki cerita yang baik yang didukung alur dan latar yang sesuai sehingga menjadikan novel ini dapat dicerna oleh pembaca dengan baik pula.

Berdasarkan analisis dengan menggunakan pendekatan objektif novel

“Shinsu Tenma Kyo” karya Eiji Yoshikawa ini dapat diambil kesimpulan bahwa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA novel ini mempunyai keterkaitan antara unsur tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang dan amanat sehingga novel ini memiliki struktur cerita yang utuh.

Karena itu, untuk mengetahui struktur cerita yang utuh kita harus cermat dalam memperhatikan keterkaitan antara unsur-unsur yang dibangun di dalam cerita tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

要旨

本論文では、客観的な方法を利用して、「神州天馬 侠 」という小説を分

析する。客観的な方法は内在的な方法であり、内部から文学作品を構築する要

素の作品について議論することです。客観的な方法は、文学作品の構造要素を

分析する文学学科の方法の一つであり、意味の一致を達成するためにそれらの

要素の関連性または相互関係を求めている。これらの要素は、テーマ、人物設

定、物語の筋、背景、視点、措辞、および委任である。本論文では、テーマ、人

物設定‘、物語の筋、背景、視点、また措辞を強調‘して、分析する。

客観的な方法を通じて、一族に一番近い人の裏切りによって崩壊した一

族の名前を引き上げる最後の降下の子供の旅の話を伝える小説「神州天馬 侠 」

をテーマに理解できる。その一族は武田一族である。本小説では、日本戦国時

代のときに 忠誠心や裏切りとは何か、語られる。そのテーマに基づいて、起こっ

た闘争で、人物たちが‘決意した決定が理解できる。本小説には人物がかなりい

るが、分析するのはただいくつかの主な人物であり、それは、騎士の魂と血と貴

族の尊厳を持った武田家の最後の子孫の 14 歳の息子を務めしたイナマルであ

る。彼は彼の年齢よりも勇気があり、真面目に他人を尊敬する名誉を持っている。

カガミ・ニッケンは忠実な牧師であり、イナマルを守る責任がある。コガクレリュタ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ロは、高い能力を持っているスートラの祈りの牧師であって、イナマルに忠実にし

て、勝手な性格がもっている。咲夜子姫は、騎士の魂と名誉を持つ大名山富士

の美しい子どもとして語られていて、イナマルに忠実にする。本小説での徳川家

康は、狡猾な特徴的な敵対者として語れており、何でも誰でも彼のために使用し

た。アナヤマ・バイセツは、武田一族の裏切りによる崩壊の姿で語れた。バイセツ

は信じてはいけない性格で、自分のことばかり考えていて、貪欲な人である。最

後、キリスト教を信じて、魔法能力がある和田リソンベイである。ルソンベイは力を

得るために富士山の大名を裏切りをして、狡猾で信頼してはいけない人である。

"信州天満京という小説のプロットは、よく構築されており、物語を支えるイ

ベントの段階を満たす物語に合っている。最初、イナマルとりゅたろ」は 敵から逃

がして、自分自身を救う。でも、一族武多の遺産箱を隠すとき、二人が別れた。

そして、リュタロとイナマルは徳川家康を殺してみたが、失敗した。その後、イナ

マルはリュタロと別れ、姉妹館に捕らえられたが、コバタミンブの助けを借りて、リ

ュタロとニケン、イナマルが助かって、バイせつという武多一族の裏切り者が死ん

だ。それから、大名山富士の裏切り者でもある和田ルソンベイが撮影した湖畔の

家宝という紛争が増えた。なので、彼らはルソンベイと戦った。最終の段階まで、

彼らは 2 回の戦争の後にルソンベイを打ち負かした。

本小説は、多くの場所の背景を使用していて、あらゆる場所から、物語のいくつ

かの段階または部分で使用する。使用した背景は、「えりん」寺院、「しろはた」寺

院、「ひとあな」要塞、浜松城、「しぇんざん」山、「しゃかがたけ」山、弁天島、鞍

馬山、堺市である。使った時期が詳細に語られて、10年天正「1581」の春であ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA る。その起こった物語も、その年以上ではない 。本小説の社会的な背景は、腹

切りは当時の名誉ある死の方法でのようで、本小説は日本戦争での習慣や伝統

を語る。

「神州天馬 侠 」という小説の視点は、なんでも分かる第三者で、その作

者は人物の行動や考えることをなんでも分かる。この視点は、読者が小説のスト

ーリーを受け入れることを明確にし、より容易にする。読者と小説の聴衆の想像

力を作り出すためのキャラクターの行動や考え方の説明は、この小説で説明さ

れている状況を説明するのに役立つ。

本小説にある委任は、読書者に日本戦争中での忠実や裏切りに関する

ことを伝える。作者は、読書者に忠誠の意味を伝える目的がある 。また、家族を

含めて、誰でも裏切りをすることができ、なので誰もに気をつけねばならぬ。なぜ

なら、自分の破壊の原因は最寄りの人からである。

「神州天馬 侠 」という小説のテーマ、性格、プロット、背景、視点、義務の

本質的要素の間の相互関係も、よく継って、構造化された文学作品を制作する。

「神州天馬 侠 」を結びつけることで、全体の物語構造が生まれた。内在する要

素をちゃんと見れば、テーマ、プロット、特性評価、背景、視点、そして任務の間

の関係が理解できる。本小説のテーマは、家族の栄光を復活させるために堕落

した一族の残りの子供の闘争の歴史の物語を語っている。もちろん、人物や良

い人物の筋がなく、本物語もうまく理解できない。それから、本小説は適切なプロ

ットと背景を支持し、本小説が読者にもうまく理解できるような良い物語を持って

いる。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 吉川英治の「新撰天神」の客観的な方法を用いた分析に基づき、本小説

はテーマ要素、性格、プロット、背景、視点、義務の間にリンクがあると結論付け

ることができる。なので、全きの物語構造を持っている。したがって、物語を知る

ため、この物語構造に組み込まれている要素間の相互関係を考慮する必要があ

る。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA