PELATIHAN BABAT

KELOMPOK 15 (KKN GEPARANG) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

ABSTRAK Tujuan diselenggarakannya Pelatihan Wingko Babat adalah (1) mengetahui prosedur pelaksanaan kegiatan pelatihan dan (2) mengetahui kendala-kendala yang dihadapi ketika melaksanakan kegiatan pelatihan. Metode pelaksanaan yang di terapkan pada kegiatan pelatihan wingko babat yang diterapkan adalah metode persiapan, observasi, pelatihan dan pembinaan. Metode evaluasi pelaksanaan program pelatihan dan keefektifan keberlangsungan program pada sasaran yang telah di tentukan.

Kata kunci: Desa Geparang, Metode Evaluasi, Metode Pelaksanaan, Pelatihan Wingko Babat

A. Pendahuluan

Prospek usaha kuliner semakin bagus seiring dengan perkembangan gaya hidup masyarakat sekarang ini. Tenas (2008:9), usaha kuliner adalah peluang usaha yang luar biasa dan hampir tidak pernah mati. Peluang usaha yang penuh potensi, prospek, berkembang dengan sangat cepat, dan merupakan bisnis pembawa kesuksesan dan kemakmuran. Usaha kuliner bukan sesuatu hal yang mudah dilaksanakan, akan tetapi usaha ini membutuhkan ketekunan, ketelitian, kecermatan dan kerja keras, bukan sekedar cara memasak saja namun harus diperhatikan juga secara terus-menerus dengan semua bidang yang berkaitan. Pengadaan peralatan, perlengkapan, bahan mentah, pengendalian, kualitas bahan, pengolahan dengan proses dan resep yang standar, merupakan faktor yang penting bagi keberhasilan usaha kuliner. Faktor- faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah selera pelanggan, kegiatan promosi, karyawan, pendanaan, penetapan harga dan citra. memiliki beragam budaya dan suku, itu juga yang menyebabkan Indonesia kaya akan kulinernya. Mulai dari makanan berat yang mengenyangkan sampai jajanan beragam jenis dari berbagai daerah, tetapi beberapa jajanan tradisional itu sudah mulai jarang ditemui. Beberapa seperti jajanan tradisional yang jarang ditemui: getuk lindri, rangi, kembang goyang, kue kucur. Makanan tradisional yang masih dipermasalahkan masyarakat yaitu “wingko babat”. Jajanan tradisional yang masih dipertahankan kualitasnya serta banyak inovasi rasa yang berkembang sampai saat ini. Wingko babat merupakan salah satu kue nusantara yang dikenal sebagai oleh-oleh khas Kota Babat di Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan. Home industry wingko banyak berdiri di Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan. Sehingga menular persaingan tinggi. Home industry yang berlomba-lomba untuk memberikan pelayanan terbaik dari mulai rasa, kemasan, serta hygienitas dan sebagainya. Wingko Babat sampai saat ini berkembang sangat pesat, banyak produsen yang berlomba-lomba memasarkan wingko dengan berbagai rasa dan bentuk. Produsen bersaing mulai dari segi rasa, kemasan, teknik pemasaranya ataupun penjualannya. Wingko sejak zaman dahulu bahan dasar selalu terbuat dari kelapa, beras ketan, gula pasir, dan santan sehingga kualitas rasa masih terjaga dengan baik. Wingko dahulunya hanya memiliki rasa original sampai sekarang ini wingko berkembang pesat dengan berbagai aneka rasa, ada wingko rasa , wingko rasa nangka, wingko rasa keju, wingko rasa coklat, wingko rasa strowberi. Usaha wingko ini merupakan home industry yang persaingannya semakin kompetitif sehingga mengharuskan pengelolanya bekerja keras memilih strategi yang tepat untuk menarik konsumen sebanyak-banyaknya, terutama dalam proses produksi, mulai dari bahan baku yang diolah sampai siap untuk dijual. Baroto (2002:14), perencanaan dan pengendalian produksi adalah aktifitas bagaimana mengelola proses produksi tersebut. Produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk pembuatan suatu produk di mana dalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan baku, peralatan atau mesin, energi, informasi, modal dan tindakan manajemen. Aktifitas dalam sistem produksi dikelompokan kedalam dua kategori, yaitu proses produksi dan perencanaan dan pengendalian produksi. Kusuma (2002:6), masalah yang sering dihadapi bagian perencanaan dan pengendalian produksi tergantung pada jenis industri dan perusahaannya, dalam industri pengolahan terjadi keadaan dimana bahan baku tidak dapat disimpan tetapi produk akhir dapat disimpan dengan kapasitas yang sangat besar. Faktor tersebut menentukan posisi pengendalian produksi dalam perusahaan maupun pabrik. Sistem manufaktur yang continue, masalah pengendalian produksi terletak pada: ketersediaan bahan baku pada saat yang tepat dengan jumlah dan jenis yang tepat. Usaha wingko babat ini memerlukan berbagai persiapan yang matang, terutama dalam manajemen produksi. Handoko. 1998:8, manajemen produksi merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya – sumber daya organisasi lain mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan produksi adalah menyiapkan peralatan yang akan digunakan terlebih dahulu, setelah itu peralatan yang akan digunakan dibersihkan. Menyiapkan bahan, mulai dari menimbang bahan sesuai kebutuhan produksi wingko, mengupas kelapa dari kulitnya, mencuci kelapa sebelum diparut, beras ketan yang sudah digiling menjadi tepung, dan santan yang terbuat dari kelapa parut yang di peras. Bahan yang sudah dipersiapkan, lalu masuk ke proses pencampuran dan pengadukan semua bahan jadi satu, lalu di panggang sambil di bolak balik hingga matang.

B. Metode Pelaksanaan pelatihan wingko babat di desa Geparang pada tanggal 22 Februari 2018. Metode pelaksanaan yang diterapkan dalam pelaksanaan pelatihan adalah metode persiapan, observasi, pelatihan dan pembinaan. Selain metode pelaksanaan adapula metode evaluasi pelaksanaan program pelatihan dan keefektifan keberlangsungan program pada sasaran yang telah di tentukan, yaitu setiap RT yang diwakili 3 orang ibu-ibu.

C. Hasil dan Pembahasan 1. Simulasi Pelaksanaan kegiatan pelatihan wingko babat diperlukan sebuah penyusunan program kegiatan yang di jadikan sebagai pedoman dasar dalam melaksanakan kegiatan. Dengan demikian, realisasi program benar-benar sesuai dengan rencana dan mampu mencapai tujuan yang diinginkan. Proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada. Jenis rasa pada wingko babat sangat bermacam-macam, yaitu: original, rasa kelapa, rasa nangka, rasa durian, rasa gula jawa, dan lain-lain. Sedangkan yang kami buat kemarin adalah original. Salah satu tujuan pelatihan pembuatan wingko babat yaitu memanfaatkan hasil bumi yang ada di desa Geparang. Hal ini dikarenakan banyaknya pohon kelapa sebagai bahan dasar wingko yang banyak ditanam di desa Geparang.

Berikut ini adalah susunan panitia kegiatan Pelatihan Wingko Babat.

Pembimbing

Suranto, S. T

Ketua

Dian Yuni Astuti

Sie Acara Sie. Konsumsi Sie. Dekdok Sie. Humas

Siswanti Lisa & Fita Hardi Purwo

Pelaksana

Mahasiswa KKN & Ibu-ibu perwakilan setiap RT

2. Praktek Bahan baku yang digunakan dalam pengolahan wingko terdiri dari: a. Kelapa Kelapa merupakan bahan baku utama dalam pembuatan wingko. Bahan baku kelapa bisa memetik di pohonnya langsung atau bisa dibeli dari penjual kelapa yang jumlahnya sesuai dengan jumlah wingko yang akan diproduksi. Kelapa dibeli pada saat akan membuat wingko dengan tujuan agar kualitas dan kesegaran kelapa selalu terjamin. Kelapa yang digunakan yaitu kelapa yang memiliki tingkat kematangan yang sedang, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. b. Gula Pasir Gula pasir merupakan bahan baku lain dalam pembuatan wingko. Gula pasir memberikan rasa manis dan warna putih kecoklatan pada wingko setelah matang. Gula pasir dapat dibeli di warung terdekat. Kriteria gula pasir yang digunakan dalam proses pembuatan wingko yaitu gula pasir lokal yang berwarna putih dan bersih. Kami memilih gula pasir lokal karena alasan harga yang lebih murah daripada gula pasir yang sudah bermerek. Gula pasir yang berwarna putih dan bersih dipilih karena warna gula pasir akan mempengaruhi hasil jadi wingko yang dibuat. c. Tepung Ketan Tepung ketan merupakan bahan baku lain selain gula pasir. Bahan baku tepung ketan ini juga dapat dibeli di warung terdekat. Dalam membeli tepung ketan, sebaiknya pilih tepung ketan yang putih, bersih, dan tidak berbau apek. d. Santan Santan merupakan bahan baku lain selain gula pasir dan tepung ketan. Santan bisa diambil dari kelapa yang sudah diparut dan di peras airnya, untuk kelapanya bisa memetik di pohonnya langsung. Sebaiknya jangan menggunakan santan kemasan karena itu akan mempengaruhi cita rasa dari wingko babat itu sendiri. Jumlah santan disesuaikan dengan jumlah bahan- bahan lainnya. e. Telur Telur merupakan bahan baku lain selain gula pasir, tepung ketan, dan santan. Bahan baku telur dapat dibeli di warung terdekat. Dalam membeli telur, sebaiknya pilih telur yang tidak busuk dan terlihat masih bagus karena itu akan mempengaruhi rasa dari wingko itu sendiri. f. Vanili Vanili merupakan bahan baku lain selain gula pasir, tepung ketan, santan, dan telur. Bahan baku vanili dapat dibeli di warung atau di toko yang menjual bahan-bahan roti. g. Mentega Bahan baku mentega ini juga dapat dibeli di warung terdekat. Kriteria dalam memilih mentega yang akan digunakan dalam proses produksi yaitu aromanya segar, tidak berjamur, warnanya kuning muda atau pucat hingga kuning tua, dan teksturnya lembut semi padat.

Berikut ini adalah tahapan yang dilakukan untuk membuat wingko dari cara pengolahan bahan menjadi produk jadi.

(1) Pemarutan kelapa (2) Mencampurkan gula, telur, vanili

(3) Memasukkan tepung ketan (4) Memasukkan santan

(5) Hasil adonan yang sudah jadi

(6) Proses pemanggangan (7) Suasana pelatihan di balai desa D. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang sudah tertera di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya Pelatihan Wingko Babat di desa Geparang secara umum dapat mengembangkan taraf hidup masyarakat setempat. Sesuai dengan tema KKN tahun 2018 yaitu “Masyarakat Berkemajuan Berbasisi Literasi”. Mahasiswa juga dapat mengaktualisasi disiplin ilmu dan watu dengan bentuk pengabdian dan pendampingan langsung kepada masyarakat, di samping penelitian dan pelatihan yang dilakukan sebagai usaha pengembangan ilmu yang didapat sebelumnya.

E. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. : PT Asdi Mahasatya.

Tenas A. Samudra. 2008. 100 Peluang Bisnis Paling Menguntungkan. Araska Printika.

Baroto Teguh. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Baru. 2015. Profil Desa Baru. Tersedia Pada http://marga.tabanankab.go.id/profil- desa/desa-baru/ . Diakses pada 5 April 2018