ABSTRAK

Azka Febriawan, NIM 11150450000009, UPAYA PENANGANAN KONTRA TERORISME DI PADA PEMERINTAHAN PM NAWAZ SHARIF (2013-2017), Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah), Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H/ 2019 M. xiii + 69 Halaman. Skripsi ini merupakan hasil penelitian tentang Upaya Penanganan Kontra Terorisme di Pakistan dalam Pemerintahan PM Nawaz Sharif pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2017. Bentuk penelitian ini yaitu penelitian kualitatif. Penelitian ini didesain dalam bentuk penelitian kepustakaan (Library research) menggunakan berbagai sumber kepustakaan sebagai sumber data penelitian. Diantaranya jurnal-jurnal internasional, buku-buku, berita, media, dan data tertulis lainnya yang relevan dengan judul skripsi ini. Berdasarkan hasil penelitian ini maka diperoleh suatu kesimpulan bahwa bentuk upaya yang dilakukan PM Nawaz Sharif dalam kasus kontra terorisme di Negara Pakistan sangat berdampak positif dalam pemerintahannya. Walaupun PM Nawaz Sharif selama menjabat pernah digulingkan sebanyak tiga kali dan sebanyak tiga kali pula Nawaz Sharif terus bangkit dalam mengurusi permasalahan yang terjadi di Negaranya. Dalam penanganan kontra terorisme yang dilakukan kerjasama antara militer dengan PM Nawaz Sharif ini bisa dikatakan berhasil. Dilihat dari siasat dan strategi yang dilakukannya yang membuahkan hasil. Hal ini sejalan dengan Barry R. Posen yang berjudul “The Struggle against Terorism: Grand Strategy, Strategy and Tactics” dia menyebutkan bahwa dalam upaya menanggulangi terorisme suatu negara memerlukan sebuah strategi yang digunakan untuk menentukan prioritas dan memfokuskan penggunaan sumberdaya suatu negara, sumber daya ini maksudnya ialah uang, waktu, capital politik dan kekuatan militer. Dia memberikan upaya dan kebijakan tidak dilimpahkan ke militer saja tetapi ke semua elemen ikut serta dalam kontra terorisme ini. Negara yang sedang dalam ancaman teror dan berusaha menanggulanginya harus berusaha memperbesar kapabilitas diplomasi dan pertahanan mereka karena menurut Posen kedua faktor inilah yang akan berperan lebih besar dalam upaya kontra teror. Strategi kontra teror sangat penting dimiliki oleh suatu negara karena dengan adanya suatu strategi yang tepat maka suatu negara akan mampu menciptakan skala prioritas atas penggunaan sumberdaya untuk melawan terror.

Kata Kunci : Kontra Terorisme, Pakistan, PM Nawaz Sharif

Pembimbing : Atep Abdurofiq, M.Si Daftar Pustaka : 1975 s.d 2018

iv

بِ ْس ِم هَّللاِ هالر ْح َم ِن هالر ِح ِيم KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji penulis panjatkan ke-hadirat Tuhan semesta alam, Allah SWT. sebuah kesyukuran yang mendalam atas segala nikmat, ma‟unah, hidayah serta karunia Allah kepada kita semua khususnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Upaya Penanganan Terorisme Di Pakistan (Analisis Kebijakan Kontra Terorisme Pemerintahan PM Nawaz Sharif 2013-2017)”. Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa ummatnya menuju jalan yang lurus dan yang di ridhoi oleh Allah SWT. Perlu diketahui bahwa selama penulis di bangku perkuliahan sampai pada tahap akhir ini yakni penulisan skripsi, penulis mendapatkan banyak pendidikan, arahan, bantuan, masukan, serta dukungan yang luar biasa dari berbagai pihak. Adanya bimbingan serta kritikan kepada penulis sangat berarti agar bisa menghasilkan penulisan yang lebih sempurna. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa penghargaan dan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada: 1. Ibu Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., Rektor sekaligus Dosen di Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berikut para wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Syariah dan Hukum. 3. Ibu Sri Hidayati, M.Ag., dan Ibu Dr. Masyrofah, S.Ag., M.Si., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah) Fakultas Syariah dan Hukum, atas jasa-jasa beliau berdualah yang membuat penulis bersemangat untuk menjadi mahasiswa yang unggul dan bermanfaat, selalu mendukung penulis di tengah-tengah kesibukannya

v

serta memotivasi penulis untuk secepatnya memyelesaikan penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA., selaku Dosen Penasehat Akademik yang tak kenal lelah membimbing penulis serta mendampingi penulis dengan penuh keikhlasan dan kesabaran sampai pada tahap semester akhir di Fakultas Syariah dan Hukum tercinta ini, khususnya pada penyelesaian skripsi penulis. 5. Bapak Atep Abdurofiq, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis, yang selalu membimbing penulis dengan penuh kesabaran di tengah kesibukan yang beliau hadapi, memberikan arahan serta masukan yang sangat positif untuk perumusan dan penyusunan skripsi ini, sehingga merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis karena telah dibimbing oleh orang hebat seperti beliau. 6. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum, yang telah mendidik penulis dan memberikan keilmuannya sehingga skripsi ini dapat tuntas. 7. Ayahanda Akhiyar (Alm), dan Ibunda Emida, serta keluarga besar One Manik (Almh) dan Abak Syamsudin (Alm), Yuni, S.Ag,. M.Pd,., Maizarni, H. Sofyan, Zulkifli terima kasih atas kasih sayangmu yang tiada tara, pengertianmu yang sangat membuatku bahagia, do‟a-do‟amu tiap malam, dukunganmu yang luar biasa, serta didikanmu selama ini, sehingga karena dorongan dari kalianlah penulis terinspirasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Teruntuk abang penulis Afdhal Priatma, Hanif Anugrah, dan Wahyu Purnama terima kasih atas dukungan, support, dan do‟anya. Dan yang tersayang Keponakan Rafki Halim, Alif Al Hakim, Azhim dan Arsyila. 8. Sahabat-sahabat penulis di Padang maupun separantauan Rizki Mardiwan, Ganti Putra Wardana, Rizkha Dwi Tami dan Aninda Puji Adila yang selalu memberikan waktunya dan saling support dalam hal apapun sejak 2013 sampai dengan sekarang. Semoga tidak lenyap dan awet terus my best friends.

vi

9. Keluarga dan Teman-teman KMM (Keluarga Mahasiswa Minangkabau) Ciputat khususnya angkatan 2015 angku/datuak Nubli, Ojik, Rusdi, Putra dan bundo kanduang Awe, Hanum, Halimah, Ica serta Etek squad Hafni, Rovi, Acim, Fevi dan angkatan Sakasima (2013), Tuneh Boneh (2014), Bujang gadih (2015), Saseso (2016), Konco arek (2017), dan lainnya yang tidak dapat di sebutkan satu persatu terima kasih telah berbagi ilmu, mengisi waktu luang untuk bercengkrama, belajar, dan selalu mendoakan penulis sehingga selesainya skripsi ini. 10. Keluarga besar dan Teman-teman UKM KSR PMI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan PMI Kota Jakarta Selatan, abang, mpok, adek lainnya yang tidak dapat di sebutkan satu persatu yang selalu memberikan masukan dan semangat dalam membagi waktu antara organisasi dan kewajiban kuliah. 11. Keluarga besar Hukum Tata Negara (Siyasah) 2015 Ahmad Nubli (urang sarantau/duo padang), Tarmizi, Wahyu, Fatma, Trini, Attu, Lesnida dan lainnya yang tidak dapat di sebutkan satu persatu yang selalu bersama pada saat dikelas dan luar kelas, suka, canda, tawa, bahagia, duka, sharing, curhat dan sebagainya. 12. Keluarga besar Kementerian Luar Negeri Ditjen Prothkons (Protokol dan Konsuler), Bapak Pendekar Muda L. Sondakh, Jimy, Sodikin, Sukadi dan Ibu Neneng yang telah memberikan ilmu, pengalaman dan edukasinya selama satu bulan magang bersama Trini dan Tarmizi. 13. Keluarga besar Kosan Zona Futsal Squad mamak Mukhlis sebagai pemangku adat, Ex Ojik, Irwan, Wifi, Inces squad, Pika dan Piku serta Bapak Satpam yang telah membersamai hari-hari penulis dikosan penuh dengan semangat dan kenyamanan. 14. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Rumah Sandi Indonesia (RSI), SIAGA, Asrama putra, Mahad ali putra, Semanggi II, Gang mangga yang turut mengisi hari-hari penulis untuk belajar dan belajar terus dalam setiap kegiatan dan projectnya.

vii

15. Kepada sahabat-sahabat terbaik penulis, dan masih banyak lagi teman- teman penulis yang tidak tercantum disini akan tetapi tidak mengurangi rasa hormat dan sayang penulis kepada mereka, terima kasih atas dukungan kalian selama ini, kalian terbaik! Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT membalas jasa-jasa mereka, kebaikan mereka, dan melindungi mereka baik di dunia maupun di akhirat kelak. Semoga skripsi ini membawa berkah dan banyak manfaat bagi penulis khsusnya dan pembaca lainnya, Âmîn!!

Jakarta, 10 Desember 2019

Azka Febriawan

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing (terutama Arab) ke dalam tulisan Latin. Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya terbatas. a. Padanan Aksara Berikut ini adalah daftar akasara Arab dan padanannya dalam aksara Latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak Dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

Ts te dan es ث

J Je ج

h} ha dengan garis bawah ح

Kh ka dan ha خ

D De د

Dz de dan zet ذ

R Er ر

Z Zet س

ix

S Es س

Sy es dan ye ش

s} es dengan garis bawah ص

d} de dengan garis bawah ض

t} te dengan garis bawah ط

z} zet dengan garis bawah ظ

koma terbalik diatas hadap ‘ ع kanan Gh ge dan ha غ

F Ef ف

Q Qo ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

H Ha ه

Apostrop ‘ ء

Y Ya ي

x

b. Vokal Pendek dan Vokal Panjang

Vokal Pendek Vokal Panjang

c. Diftong dan Kata Sandang

Diftong Kata Sandang al = )ال( ai = __ أَ ي al-sh = )الش( aw = __ أَ و -wa al = )وال(

d. Tasydid (Syaddah) Dalam alih aksara, syaddah atau tasydid dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya: al-Syuf’ah, tidak ditulis asy- syuf’ah e. Ta Marbutah Jika ta marbutah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau diikuti oleh kata sifat (na‟t) (lihat contoh 2), maka huruf ta marbûtah tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti dengan kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf “t” (te) (lihat contoh 3).

Kata Arab Alih Aksara syarî „ah شزيعة al- syarî „ah al-islâmiyyah الشزيعة اإلسال مية Muqâranat al-madzâhib مقارنة المذا هة

xi

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal. Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal dari Bahasa Arab. Misalnya: Nuruddin al-Raniri, tidak ditulis Nûr al-Dîn al-Rânîrî. Istilah keislaman (serapan): istilah keislaman ditulis dengan berpedoman kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia, sebagai berikut contoh:

No Transliterasi Asal Dalam KBBI 1 Al-Qur‟a>n Alquran

2 Al-H}adi>th Hadis

3 Sunnah Sunah

4 Nas{ Nas

5 Tafsi>r Tafsir

6 Fiqh Fikih

Dan lain-lain (lihat KBBI)

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PESETUJUAN …………………………………………………... i LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………. ii LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………. iii ABSTRAK …………………………………………………………………… iv KATA PENGANTAR ………………………………………………………. v PEDOMAN TRANSLITERASI ……………..……………………………. ix DAFTAR ISI ……………………………………………………………… xiii BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 1 A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………… 1 B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah …...…………………….. 3 1. Identifikasi Masalah ……………………………………………… 3 2. Batasan Masalah …………………………………………………. 4 3. Rumusan Masalah ………………………………………………… 4 C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ………………………………………. 4 1. Tujuan Penelitian …………………………………………………. 4 2. Manfaat Penelitian ………………………………………………... 5 D. Metode Penelitian …………………………………………………….. 5 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ………………………………….. 5 2. Sumber dan Metode Pengumpulan Data Penelitian …………….... 5 3. Metode Analisis Data …………………………………………….. 6 4. Teknik Penulisan Skripsi …………………………………………. 6 E. Tinjauan Pustaka ……………………………………………………… 6 F. Sistematika Penulisan ………………………………………………… 7

BAB II RUANG LINGKUP TERORISME DAN KONTRA TERORISME……………………….………………………………………… 10

A. Terorisme dalam Pandangan Islam …………………………………… 10 1. Sejarah Awal Mulanya Teroris dalam Islam ……………………... 10 2. Makna Jihad Fisabilillah bukanlah Terorisme …………………... 12

xiii

3. Dalil yang Berkaitan dengan Pandangan Islam dalam Melawan Terorisme ………………………………………………………… 13 B. Pengertian Terorisme dan Kontra Terorisme ………………………… 16 1. Terorisme ………………………………………………………… 16 2. Kontra Terorisme ………………………………………………… 20 C. Teori tentang Terorisme ……………………………………………… 23 1. Terorisme Lahir dari Ideologi dan Fanatisme Agama ……...……. 23 2. Terorisme Lahir dari Keterbelakangan, Ketertindasan dan Kemiskinan …………………………………………………...….. 24 3. Terorisme Lahir dari Kebencian Kepada Barat (Amerika) ……… 25 4. Terorisme Lahir Karena Rekayasa Politik …………………...….. 26 5. Terorisme Lahir Karena Penafsiran Keliru atas Teks Keagamaan . 28 D. Klasifikasi Terorisme …………………………………..…………...... 31 E. Macam-macam Bentuk Terorisme …….……………………………... 33

BAB III SEJARAH, DINAMIKA POLITIK DAN KEPEMIMPINAN NAWAZ SHARIF SEBAGAI PERDANA MENTERI DI PAKISTAN ………………………………………………… 37

A. Sejarah dan Dinamika Politik Negara Pakistan ………………..……. 37 1. Pemerintahan Muhammad Ayub Khan …………………………. 42 2. Pemerintahan Zulfikar Ali Bhutto dan Muhammad Zia-ul-Haq ... 44 3. Pemerintahan Benazir Bhuto dan Nawaz Sharif ………………... 45 4. Presiden Musharraf ……………………………………………… 46 B. Biografi Nawaz Sharif ………………………………………..……… 47 C. Kepemimpinan Perdana Menteri Nawaz Sharif …………………….. 50

BAB IV UPAYA DAN KEBIJAKAN YANG DILAKUKAN NAWAZ SHARIF DALAM PENANGANAN KONTRA TERORISME TAHUN (2013-2017) ………………………………………. 52

A. Kebijakan Nawaz Sharif dalam Penanganan Kontra Terorisme ……... 52

xiv

B. Upaya Kontra Terorisme dan Deradikalisasi ………………………… 58 C. Hasil Kebijakan yang Dilakukan Nawaz Sharif dalam Upaya Penanganan Kontra Terorisme ……………………………………….. 62

BAB V PENUTUP ………………………………………………………….. 65

A. Kesimpulan …………………………………………………………... 65 B. Saran ………………………………………………………………… 66

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..……… 67

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Terorisme bukanlah fenomena baru, yang sebenarnya memiliki sejarah yang sangat panjang. Peristiwa paling drastis adalah serangan teroris pada 9 September 2001 di World Trade Center di New York. Secara radikal telah mengubah pandangan tentang sistem geopolitik dan sosial ekonomi di seluruh dunia.1 Terorisme menjadi faktor penghambat proses perdamaian, ketenangan dan keamanan negara-negara di seluruh dunia. Terorisme adalah tindakan atau ancaman kekerasan atau kekerasan oleh seseorang atau kelompok yang terorganisir secara tidak sah terhadap orang atau properti dengan maksud intimidasi atau paksaan dari masyarakat atau pemerintah. Terorisme di Pakistan salah satunya telah menduduki panggung utama dalam perdebatan dan telah menjadi perhatian besar bagi pemerintah di tingkat nasional maupun tingkat internasional.2 Pakistan semakin mencekam dan dikecam, karena sasaran teror semakin brutal dengan menyerang tempat- tempat ibadah kaum muslim. Penyebab utamanya yaitu konflik sektarian yang menjadi makin buruk dan tak terkendali. Tindakan terorisme menggoyahkan negara-negara yang mengarah pada ketidakseimbangan politik yang berdampak pada keputusan pemerintah. Selain itu, tindakan tersebut memiliki dampak yang sangat merugikan bagi negara. Contohnya seperti ledakan bom, pembunuhan, serangan bunuh diri, penculikan, pembajakan pesawat, dan sebagainya. Tahun 2015 menjadi mimpi buruk dalam beberapa tahun terakhir di Pakistan pasalnya kekerasan sektarian antara kelompok sunni melawan minoritas syiah yang jumlahnya lima persen dari populasi makin tahun kian parah.

1 Econ Jurnals, International Journal of Economics and Financial Issues, Vol. 7 Issue 3 2017, h., 625. 2 Academic Research International ISSN-L: 2223-9553, ISSN: 2223-9944 Vol. 3, No. 1, (July, 2012), h., 207.

1 2

Kekerasan terbaru yang kembali ditujukan pada minoritas Kristen yang jumlahnya sekitar dua persen dari populasi memperpanjang daftar kengerian di negeri tersebut. Negara yang menjadi markas ini juga menjadi salah satu negara dengan penyumbang personil ISIS terbesar. Para teroris Indonesia pun banyak yang menjadi alumni kamp-kamp mujahidin di Pakistan. Berkat ISIS, saat ini Pakistan lebih banyak memasok personil untuk wilayah konflik di timur tengah. Salah satu wilayah aman bagi para teroris di Pakistan adalah Datta Khel dan Lembah Shawal. Selain menjadi tempat persembunyian sejumlah tokoh al-Qaeda, kedua tempat tersebut juga dikenal sebagai tempat transit untuk mujahidin yang akan memasuki atau meninggalkan Afganistan. Pakistan juga merupakan tempat persembunyian pimpinan Al-Qaidah, . Pada 2011, tokoh teroris itu tewas di Abbottabad, dalam sebuah operasi militer oleh pasukan elite Amerika, Navy Seal.3 Maka tidak heran jika berdasarkan riset tahunan yang dilakukan oleh Global Peace Index, tahun 2014 Pakistan masuk dalam daftar 10 negara paling tidak aman di dunia dengan GPI score mencapai 3107.4 Adapun dengan riset yang di rilis The Economist Intelligence Unit yang menyebutkan dari skala 1-5, indeks teroris di Pakistan mencapai angka 5, yang berarti angka sempurna untuk kegiatan terorisme. Pada tahun 2015 di Pakistan disambut lagi dengan serangkaian teror bom yang sasarannya adalah tempat-tempat ibadah lagi yakni masjid-masjid kaum syiah. Teror masjid diawali di kota Shikarpur Provinsi Sindh, Pakistan Selatan, bom diledakkan saat umat sedang menjalankan ibadah sholat jumat yang menewaskan sebanyak 61 orang meninggal dunia dalam sepekan. Kemudian beberapa pekan lagi masjid masih menjadi target dikawasan Timur Laut Pakistan yang menewaskan 23 orang. Teror masjid itu masih berlanjut di

3 Wira Anoraga, Jurnal Intelijen, Pakistan Produsen Teroris https://jurnalintelijen.net /2015/07/07/pakistan-produsen-teroris/, Dikunjungi pada tanggal 25/08/2019 pukul 13.24 WIB. 4 Institute for Economics & Peace, Global Peace Index 2014: Measuring Peace And Assessing Country Risk, Sydney, 2014, Hlm. 6.

3

Ibukota yang dikejutkan oleh ledakan bom saat masjid dipenuhi umat yang sedang menjalankan ibadah shalat yang mengakibatkan 3 orang tewas dan puluhan luka-luka. Aksi teror di Pakistan nampaknya semakin tak pandang bulu. Karena beberapa waktu lalu terjadi serangan bom di Gereja Katolik St John dan Gereja Kristus di kawasan Youhanabad, kota Lahore, Pakistan. Serangan ini terjadi saat gereja dipenuhi jemaat yang menghadiri kebaktian. Lebih dari 14 orang tewas. Ini merupakan peristiwa terburuk ke dua setelah tragedi Gereja Peshawar tahun 2013 yang menewaskan 80 orang. Belum lama setelah itu para teroris juga melakukan aksinya di sekolah umum milik militer di Peshawar yang menewaskan 150 orang dan termasuk 133 anak-anak. Maka dari itu dalam mengurangi dan penjagaannya kepada anak didik kepala sekolah memperbolehkan bagi para guru untuk membawa persenjataan. Dalam hal ini pemerintah Pakistan harus melakukan upaya yang sangat besar dalam menangani kasus terorisme ini. Jika dilihat kerugian yang ditimbulkan maka tidak hanya kerugian materil maunpun inmateril saja sosial dan politik juga tentu mempengaruhi. Maka dari itu penulis ingin melakukan penelitian terhadap permasalahan ini yang akan dituangkan ke dalam Skripsi yang berjudul “Upaya Penanganan Kontra Terorisme Di Pakistan Pada Pemerintahan PM Nawaz Sharif (2013-2017)”

B. IDENTIFIKASI, RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH 1. Identifikasi Masalah Adapun identifikasi masalah yang yang penulis dapatkan dalam penelitian ini antara lain: a. Seringnya terjadi pemboman bunuh diri dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. b. Adanya pembunuhan, penculikan dan serangan bunuh diri yang terjadi berlarut-larut Negara tersebut. c. Kekerasan terhadap sectarian antara kelompok sunni dan syiah yang saling pertikaian terus menerus.

4

d. Aksi terror yang tidak memandang bulu rentetan pembuhan dilakukan pada rumah ibadah kaum syiah masjid-masjid dan kaum kristiani gereja katolik. e. Termasuk kedalam 10 negara paling bahaya dalam Globe Peace Index

2. Batasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan pembahasan maka penulis hanya membatasi penulisan ini mengenai Upaya Penanganan Kontra Terorisme di Pakistan dalam Pemerintahan PM Nawaz Sharif pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2017.

3. Rumusan Masalah Mengacu kepada identifikasi masalah diatas, maka permasalahan yang akan menjadi objek penilitian, penulis merumuskannya sebagai berikut yaitu: bagaimana bentuk upaya kebijakan yang dilakukan oleh Nawaz Sharif selama menjabat sebagai Perdana Menteri di Pakistan dalam penanganan kontraterorisme?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian a) Menjelaskan bagaimana bentuk dan upaya yang dilakukan Perdana Menteri Nawas Sharif dalam mengambil kebijakan kontra terorisme yang terjadi di Pakistan. b) Mengambarkan rentetan peristiwa yang terjadi atas serangan terorisme dan upaya penanganan kontra terorisme tersebut. c) Sebagai bahan solusi dan evaluasi serta gambaran dalam penanangan kontra terorisme yang terjadi di Indonesia.

5

2. Manfaat dan Kegunaan Penelitian a) Salah satu upaya untuk memperluas khazanah pengetahuan tentang bagaimana upaya dalam penanganan terorisme yang terjadi dalam sebuah negara. b) Untuk memberikan salah satu solusi terhadap penanganan kontra terorisme yang terjadi di Indonesia. c) Untuk melengkapi salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana Hukum (S.H) dalam rangka menyelesaikan program Strata Satu (S1) pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. METODE PENELITIAN Dalam penelitian skripsi ini, perlu penulis paparkan tentang metode penelitian yang digunakan. Mulai dari cara yang dipakai untuk mencari, mencatat, menemukan dan menganalisis sampai menyusun laporan guna mencapai tujuan. Adapun metode penelitian yang penulis gunakan dalam melakukan penelitian ini diuraikan sebagai berikut : 1) Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Alasan menggunakan penelitian kualitatif karena penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mendalam mengenai objek penelitian yaitu mengenai bagaimana seharusnya proses berlangsungnya. Penelitian ini didesain dalam bentuk penelitian kepustakaan (Library research) menggunakan berbagai sumber kepustakaan sebagai sumber data penelitian.

2) Sumber dan Metode Pengumpulan Data Penelitian Menurut Creswell, sumber pengumpulan data dalam penelitian kualitatif meliputi empat tipe, yaitu: observasi, interview, dokumen dan

6

gambar visual yang masing-masing punya fungsi dan keterbatasan.5 Dalam penelitian ini penulis akan merujuk kepada sumber dokumen yaitu metode pengumpulan data yang tidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian. Studi dokumen adalah jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai macam dokumen yang berguna untuk bahan analisis. Diantaranya sumber dokumen yaitu Jurnal-jurnal Internasional, buku- buku, berita, media dan maupun data tertulis yang relevansi dengan judul skripsi ini.

3) Metode Analisis Data Metode analisa data merupakan langkah yang paling penting dalam sebuah penelitian, terutama dalam tahapan ini, seorang peneliti telah memasuki tahap penetapan hasil temuannya. Oleh sebab itu, dalam menganalisis data penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan cara memaparkan dan menguraikan pokok-pokok pembahasan secara menyeluruh komparatif yaitu sebuah metode perbandingan dengan cara menganalisa data-data yang ada, kemudian penulis kombinasikan untuk menghasilkan sebuah pemikiran yang padu.

4) Teknik Penulisan Skripsi Sementara dalam penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Univeristas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017.” Buku ini diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5 Suryana, Metodologi Penelitian: Model Praktis Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif , (UPI, 2010), h., 15.

7

E. TINJAUAN (REVIEW) KAJIAN TERDAHULU Dalam rangka mendukung penelitian ini, penulis berusaha melakukan penelusuran dan pencarian data maupun dokumen tertulis yang bersangkutan terhadap pokok permasalahan yang akan dibahas. Langkah ini dimaksud agar dalam proses penulisannya dilakukan kepada kepustakaan dan literasi yang sudah ada sehingga dapat dijadikan acuan dan upaya dalam melengkapi penulisan skripsi ini. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan dengan judul ini adalah sebagai berikut : Jurnal ilmiah yang berjudul Sociological Analysis Of Terrorism In Pakistan merupakan jurnal akademik internasional yang membahas tentang analisa sosiologi yang menyelidiki secara sosiologis terorisme atas dasar sebab akibat dan konsekuensialnya di Pakistan.6 Jurnal ilmiah yang berjudul International Journal of Economics and Financial Issues membahas tentang bagaimana terorisme mempengaruhi investasi langsung asing di Pakistan. Penelitian ini merupakan upaya untuk menyelidiki interaksi jangka panjang antara terorisme dan investasi asing langsung di Pakistan.7 Jurnal intelijen yang berjudul tentang bahaya Pakistan serta Global Peace Index 20148 dan Global Peace Index 20189 yang berisi tentang indeks perdamaian dunia yang mengukur damai dan menilai risiko Negara di dunia. Dari pemaparan di atas, terlihat beberapa penelitian yang sudah pernah membahas tentang relevansi yang berkaitan dengan terror, kontraterorisme dan bahaya Pakistan. Namun yang menjadi pembeda penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penulis menguraikan

6 Jurnal Academic Research International ISSN-L: 2223-9553, ISSN: 2223-9944 Vol. 3, No. 1, July 2012. 7 International Journal of Economics and Financial Issues, Vol 7 Issue 3 2017. 8 Institute for Economics & Peace, Global Peace Index 2014: Measuring Peace And Assessing Country Risk, Sydney, 2014, h., 6. 9 Institute for Economics & Peace. Global Peace Index 2018: Measuring Peace in a Complex World, Sydney, June, 2018, h., 9.

8

bagaimana bentuk dan upaya yang dilakukan oleh Perdana Menteri Nawaz Sharif serta kebijakan-kebijakan apa saja yang dilakukannya dalam menanggulangi/mengurangi kontraterorisme yang terjadi di Pakistan dalam kurun waktu tahun 2013 sampai dengan tahun 2017.

F. SISTEMATIKA PENULISAN Agar penelitian ini lebih terarah penulis menjadikan sistematika penulisan dalam lima bab, yang mana dalam kelima bab tersebut terdiri dari sub-sub bab yang terkait. Sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I adalah bab pertama yang berjudul Pendahuluan. Didalam bab ini diuraikan pokok-pokok pikiran yang melatar belakangi penelitian ini, yang dirincikan menjadi enam sub bab, yaitu : latar belakangi, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II berisikan teori analisis berupa ruang lingkup dan gambaran secara umum tentang terorisme dalam pandangan Islam, pengertian terorisme dan kontraterorisme, teori-teori tentrang terorisme, klasifikasi terorrisme dan macam-macam bentuk terorisme tersebut. BAB III berisi tentang secara ringkas sejarah, perkembangan dan kepemimpinan Nawaz Sharif sebagai Perdana Menteri di Pakistan. Dalam hal ini nanti akan dijelaskan secara detail sejarah awal mulanya Negara Pakistan dan alur laju perpolitikan di Pakistan dari masa ke masa, dan biografi Nawaz Sharif sampai diangkat menjadi Perdana Menteri pertama, ke-dua dan ke-tiga kalinya sampai digulingkan oleh kudeta militer. BAB IV dalam bab ini membahas tentang upaya dan kebijakan apa saja yang telah dilakukan dalam penanganan kontraterorisme dan deradikalisasi yang dilakukan oleh Perdana Menteri Nawaz Sharif dalam periode tahun 2013 sampi dengan tahun 2017. Apa saja hasilnya dan bagaimana caranya yang dilakukan dalam meredam aksi terorisme di Negaranya tersebut.

9

BAB V penutup. Dalam bab terakhir ini berisikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan dari perumusan masalahan yang penulis jabarkan pada sub-sub bab pertama, penulis teliti, dan dibahas sehingga terpecahkan akar permasalahannya. Sedangkan saran akan menjadi narasi untuk menerima kritikan dan masukan untuk memperkaya khazanah skripsi penulis lagi untuk kedepannya dan sebagai bahan catatan bagi penulis sendiri.

BAB II

KETENTUAN UMUM TENTANG

RUANG LINGKUP TERORISME DAN KONTRA TERORISME

A. PANDANGAN ISLAM TENTANG TERORISME 1. Sejarah Awal Mulanya Teroris dalam Islam Kedamaian dan persatuan antar umat manusia adalah hal yang pasti diinginkan oleh setiap orang di dunia ini. Akan tetapi, masalah tersebut menjadi rancu kompilasi muncul terorisme di muka bumi karena Islam sering kali diungkit karena masalah terorisme. Sering kali juga muncul berbagai aksi terorisme yang mengatasnamakan islam dan jihad fisabilillah. Hal ini sering kali disalah artikan bahkan lebih banyak masyarakat yang menjadi islamofobia karena hal-hal ini. Pandangan islam sendiri terhadap terorisme tentu saja membantah dan bukan bersumber dari ajaran islam. Jauh sebelum opini dunia tentang “Terorisme Islam” muncul ke permukaan, kita pernah mendengar sebuta “Fundamentalisme Islam” dalam bahasa Arab, “fundamentalisme” atau “al-ushuliyyah” berarti “mendasar atau berdisiplin dalam menjalankan kewajiban agama”. Dengan demikian, “muslim fundamental” adalah seorang muslim yang sangat disiplin dalam menjalankan ajaran Islam, seperti shalat lima waktu secara berjamaah dan menghindari sesuatu yang tidak jelas kehalalannya. Termasuk “muslim fundamental” ini adalah para “zahid”, orang-orang yang menjaga diri dan agamanya dan juga para sufi. Dalam konteks perngertian ini, umat Islam diserukan untuk melaksanakan ajaran agamanya secara fundamental.1 Sedangkan “radikalisme” dalam bahasa Arab disebut “syiddah attanatu”. Artinya keras, eksklusif, berpikiran sempit, rigid, serta

1 Aprillani Arsyad, Pandangan Agama Islam Mengenai Terorisme, Kekerasan, dan Jihad, https://media.neliti.com/media/publications/43185-ID Diakses pada tanggal 06/11/2019 pukul 14.37 WIB.

10 11

memonopoli kebenaran. Muslim radikal adalah orang Islam yang berpikiran sempit, kaku dalam memahami Islam, serta bersifat eksklusif dalam memandang agama-agama lainnya.2 Dari pengertian di atas terlihat bahwa fundamentalis Islam atau muslim fundamental sangat dianjurkan dalam menjalankan perintah- perintah agama sesuai dengan Al-Quran dan sunnah. Sedangkan radikalisme bertentangan dengan ajaran agama Islam yang menganjurkan bagi pemeluknya untuk berbuat baik kepada semua orang tanpa memandang latar belakang suku bangsa dan agama (pluralisme). Kalau melihat sejarah pada tahun 35 H, khalifah Usman bin Affan terbunuh secara mengenaskan oleh sekelompok umat Islam yang ekstrem. Peristiwa ini kemudian terulang pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib yang juga terbunuh oleh kalangan ekstrem dari umat Islam. Komunitas ekstrem tersebut pada awal mulanya bernuansa politik, berkembang menjadi sebuah ideologi yang dikenal dengan paham Khawarij. Maka dari itu gelombang umat Islam radikal yang berkembang saat ini memang harus diakui eksistensinya. Mereka sebenarnya terpengaruh pada pola- pola khawarij pada masa periode awal sejarah umat Islam.3 Gelombang revivalisme (kebangkitan) Islam di timur tengah muncul pada dekade ke tujuh abad ke 20 M. Kurun waktu yang bertepatan dengan momentum abad baru hijriah, abad ke 15 M. Sebuah momentum yang terkait dengan kepercayaan umat Islam, bahwa setiap abad baru akan melahirkan seorang pembaharu (mujaddid) keyakinan umat dan perbaikan kondisi komunitas umat Islam. Sejak dekade inilah gerakan-gerakan Islam berada di panggung utama, dari Malaysia sampai

2 Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, (Bandung: Mizan dan Yayasan Ikhas, 2006), h., 100. 3 Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, (Bandung: Mizan dan Yayasan Ikhas, 2006), h., 102. 12

Senegal, dari Soviet atau Rusia sampai daerah-daerah pinggiran di Eropa yang dihuni oleh para imigran.4 Fenomena gerakan terorisme di Indonesia tidak terlepas dari hadirnya kelompok-kelompok radikal dalam Islam yang merasakan ketidakadilan terhadap umat Islam oleh barat terutama Amerika dan sekutu-sekutunya baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun budaya. Dominasi barat terhadap negara-negara Islam dirasakan sebagai upaya untuk melemahkan kekuatan Islam secara menyeluruh.5 Secara politis tindakan terorisme pada dasarnya lebih disebabkan oleh ketidakadilan, imperialisme, dan kolonialisme yang telah lama terjadi dan terus bercokol dalam dunia Islam. Oleh karena itu, secara teoritis dapat dikatakan selama ketimpangan-ketimpangan dan pelanggaran HAM masih terjadi reaksi yang berupa terorisme akan tetap bermunculan. Maka perlu adanya upaya yang bersifat terpadu, menyeluruh, dan berkelanjutan dari berbagai elemen dan bangsa-bangsa di dunia atas dasar persamaan atau kesetaraan (humanisasi). 2. Makna Jihad Fisabilillah Bukanlah Terorisme Jihad atau perjuangan dalam Islam sering kali dianggap sebagai bentuk terorisme berdasarkan ajaran agama Islam. Hal ini tentu saja ajaran Islam bukan mengajak untuk berjihad dalam arti melakukan terorisme. Untuk menghindari terorisme karena pandangan jihad, maka harus dipahami terlebih dahulu bagiamana arti jihad yang sebenarnya dalam Islam. a. Perang di Zaman Rasulullah Bukan Terorisme Perang di zaman Rasululah tentu saja bukan juga ajaran terorisme. Perang di zaman Rasulullah adalah respon yang membudaya dan menjadi media saat itu. Di zaman saat ini perang fisik sudah tidak

4 M. Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah Ke Indonesia, (Penerbit: Erlangga, Jakarta, 2005), h., 1. 5 Aprillani Arsyad, Pandangan Agama Islam Mengenai Terorisme, Kekerasan, dan Jihad, https://media.neliti.com/media/publications/43185-ID Diakses pada tanggal 06/11/2019 pukul 14.40 WIB. 13

berlaku lagi melainkan perang melalui opini, media, dan berbagai teknologi. Perang pada masa zaman Rasulullah juga tidak selalu dilakukan karena Rasulullah melakukan dakwah, melakukan perjanjian diplomasi dan politik, melakukan kerjasama dengan orang- orang kafir sekalipun. Semangat yang dibawa Rasulullah tentu saja bukanlah jihad untuk terorisme melainkan semangat akan kedamaian untuk semesta alam. Dan ketika Rasulullah memenangkan suatu peperangan tidak sama dengan selalu menghancurkan musuh- musuhnya. Ia pun melakukan pembangunan pada aspek ekonomi, hukum, sosial, dan lain sebagainya.6 b. Jihad Fisabilillah Tidak Harus dengan Peperangan Jihad fisabilillah artinya adalah bersungguh-sungguh atau berjuang untuk menegakkan kebenaran. Bersunguh-sungguh ini tentu saja untuk mencapai tujuan yang mengarah kepada kebaikan bukan kepada terorisme. Belajar, menuntut ilmu, mencari nafkah, dan lain-lain bisa dilakukan dan dianggap jihad fisabilillah jika benar-benar dilakukan untuk suatu yang baik. Menjalankan kehidupan berdasarkan aturan Islam, sesuai dengan konsep dunia menurut Islam, sukses menurut Islam, sukses dunia akhirat menurut Islam, dengan cara sukses menurut Islam juga merupakan bagian dari Jihad Fisabilillah. 3. Dalil yang Berkaitan dengan Pandangan Islam dalam Melawan Terorisme Islam tidak pernah untuk mengajarkan umatnya untuk melakukan terorisme. Terorisme bukanlah bagian dari Islam dan ajaran yang diserukan oleh Allah SWT. dan Rasulullah. Adapun dalil-dalil yang berkaitan dengan Pandangan Islam yang melawan terorisme yaitu:

6 Finastri Annisa, Pandangan Islam Terhadap Terorisme Beserta Dalilnya, https://dalam islam.com/dasar-islam/pandangan-islam-terhadap-terorisme, Diakses pada tanggal 06/11/ 2019 pukul 21.42 WIB.

14

a. Islam Bukan Teroris Melainkan Misi Perdamaian

َ حُْاّْإِ ىْ َ ْْجٌَ ْْلِ َّلس ل ِن بْفَ بجٌَ ح ْْلََِ َ ىّْتَ َْ َّك ل َ ْْعلَ َّ ّْْللاِ َُْۚ ْْإًَِّ يعُُُْْ َْ َّ ْالس ِو

ال َعلِ ُينْ

“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.“ (QS. Al-Anfal ayat 61). Islam mengajak umatnya untuk melaksanakan perdamaian. Adanya peperangan pada akhirnya untuk mendapatkan perdamaian. Peperangan tidak akan pernah terjadi jika memang perdamaian bisa dilakukan. Perdamaian adalah bagian dari tujuan Islam yang ingin diwujudkan di muka bumi. Islam rahmatan lil alamin bertujuan untuk memberikan keselamatan dan kemaslahatan untuk manusia di muka bumi. Untuk itu perdamaian adalah hal yang pertama dilakukan sebelum terjadinya konflik atau peperangan.7 b. Larangan Untuk Membunuh yang Tidak Bersalah

۟ َٰ َّ ََلْتَ قتُلُْاْٱلٌَّ ف َسْٱلَّتِ َىْح َّر َم َّْٱَّللُْإِ ََّلْبِ ٱل َح ِّق َّْْۗ َهيْقُتِ َل َْه ظلُ ًْهبْفَقَ د َْج َع لٌَبْلِ َْلِيِّ َِۦْ سُل َطًٌبْفَ ََل ْيُس ِرفْ

فِّ ىْٱلقَ ت ِلْْۖإًَِّ ََُۥْك َبى َْه ًٌصُْرا

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan. (QS. Al-'Isra' ayat 33).

Islam melarang untuk membunuh manusia yang bukan karena memang suatu hukuman atau atas melakukan perusakan di muka bumi. Membunuh dalam Islam tentu sebagaima aturan-aturan yang ada dalam perkembangan masyarakat, bahwa harus ada syarat dan aturan yang

7 Finastri Annisa, Pandangan Islam Terhadap Terorisme Beserta Dalilnya, https://dalam islam.com/dasar-islam/pandangan-islam-terhadap-terorisme, Diakses pada tanggal 06/11/ 2019 pukul 21.30 WIB. 15

berlaku, bukan saja asal-asalan menghabisi manusia yang lain. Untuk itu, ajaran teroris yang mengarah kepada pembunuhan, mematikan banyak orang tentu bukanlah dasar dari ajaran islam. Hal ini tentu jauh dari spirit Islam rahmatan lil alamin yang diusung oleh Islam. c. Bukan Orang Muslim yang Melakukan Terorisme

ِ ْْيُر ُيد َّىْ ْاْأَ ى ْْيُطفِئُ ًُْْ َْر َّ ّْْللاِ ىْبِأَ ف َْ ِاُ ِ ن َ ّْْيَأبَ َّ ّْْللاُ ْْإِ ََّل ْْأَ ى ْْيُتِ َّن ًُْْ َْرٍُ َ ّْْلَ ْ َ ْْك ِرٍَ ال َكبفِ َرُّى

“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.” (QS. At-Taubah ayat 32). Dalam ayat diatas ditunjukkan bahwa permusuhan dan kedengkian mulai saat zaman rasul bukanlah ajaran dari Islam. Musuh-musuh islam, yang tidak menyukai Islam juga muncul dan menunjukkan dirinya memancing permusuhan dan konflik. Sejak sebelum Islam lahir di Mekkah, kita sudah bisa melihat adanya permusuhan, konflik, saling membunuh, dan pepeangan sudah ada sejak dahulu walaupun Islam tidak memberikan perintah terhadap hal tersebut. Bahwa orang-orang non muslim sekalipun juga banyak yang melakukan permusuhan, konflik, terorisme. Jadi tidak patut jika dikatakan bahwa Islam adalah agama yang mengarah kepada terorisme.8 d. Menyerahkan Pada Keyakinan Masing-Masing َٰٓ َٰ ْقُْ بْل َٰ ْْيَأَ ُّيَِ ١﴿ْٱل َكفِ َرُّى ﴾ْ َ َْٰٓ َْْل بْأَ ع ُبُد َ ْْه ٢﴿ْتَ ع ُبُد َّى ﴾ْ َ ّْْ َ ََْٰٓل ْْأًَتُ ن ََٰ ْْعبِ ُد َّى َ ْْهبَٰٓ ٣﴿ْأَ ع ُبُد ﴾ْ َ ّْْ َ ََْٰٓل ْْأًََب َ بْعببِ د َّ ْه

َ ْ﴾٤ْ﴿ْعبَ ُّدت نْ َ ّْْ َ ََٰٓل ْْأًَتُ ن ََٰ ْْعبِ ُد َّى َ ْْهبَٰٓ ْ﴾٥ْ﴿ْأَ ع ُبُد ْْلَ ُك ن ِ ْْديٌُ ُك ن َ ّْْلِ َى ِ ﴾٦﴿ْد ِيي

“Katakanlah: Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan

8 Finastri Annisa, Pandangan Islam Terhadap Terorisme Beserta Dalilnya, https://dalam islam.com/dasar-islam/pandangan-islam-terhadap-terorisme, Diakses pada tanggal 06/11/ 2019 pukul 21.32 WIB. 16

yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al-Kafiruun ayat 1-6).

Ayat dalam surat ini mengajak manusia untuk tidak mencampur adukkan urusan keimanan kepada Allah. Islam tidak memaksakan kehendak untuk seorang kafir masuk dan menyembah Allah. Akan tetapi Islam juga tidak mau untuk mencampur adukkan Islam dengan agama yang lain. Dalam Islam tentu rukun iman, rukun Islam, Iman dalam Islam, hubungan akhlak dengan Iman Islam dan Ihsan, dan hubungan akhlak dengan Iman adalah hal yang penting dan berdiri sendiri tanpa pengaruh atau bercampur terhadap agama lain. Hal ini menunjukkan bahwa Islam tidak hendak melakukan pemaksaan pada agama dan keyakinan lain hingga terjadinya pemaksaan yang berujung pada terorisme. Tentu saja masalah keyakinan menjadi pertanggungjawaban dari masing-masing manusia terhadap pilihannya dan Allah yang pasti akan menuai konsekwensi.

B. PENGERTIAN TERORISME DAN KONTRA TERORISME 1. TERORISME Terorisme secara umum dipahami sebagai tindakan yang menimbulkan teror (ketakutan). Dalam bahasa Arab disebut dengan istilah al-irhabiyyah. Secara etimologi kata al-irhab adalah berasal dari kata kerja arhaba-yurhib yang mempunyai akar kata rahiba, yang mempunyai arti melakukan intimidasi atau ancaman.9 Sinonim dengan akar kata ini adalah akhafa (menciptakan ketakutan), dan fazza’a (membuat kengerian/ kegetaran). Adapun dari segi terminologi pengertian al-irhab adalah rasa takut yang ditimbulkan akibat aksi-aksi kekerasan, seperti pembunuhan, pengeboman dan perusakan. Adapun

9 Kasjim Salenda, Terorisme Dalam Perspektif Hukum Islam, (Ulumuna XIII, No. 1, June 2009), h., 83. 17

pengertian al-irhabi (terrorist) adalah orang yang menempuh jalan terror dan kekerasan.10 Ditinjau dari segi etimologi, terorisme berasal dari kata terror berarti takut, kecemasan; terrorism berarti terorisme, penggentaran; terrorist berarti teroris, pengacau; terrorize berarti menakut-nakuti (Wojowasito & Poerwadarminta, 1980).11 Istilah terorisme lebih mengarah pada taktik, alat untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai sebuah taktik, terorisme selalu dapat digunakan kapan saja untuk sebuah aksi bagi suatu kelompok. Jika terorisme dipahami sebagai sebuah taktik, maka sangat keliru orang mendeklarasikan “perang terhadap terorisme,” karena orang tidak dapat mengalahkan taktik. Pernyataan perang terhadap terorisme sama halnya dengan menyatakan perang secara terus-menerus (kenyataannya, inilah maksud yang sesungguhnya). Kata “teroris” (pelaku) dan terorisme (aksi) berasal dari kata latin “terrere” yang orang lebih membuat gemetar atau menggetarkan. Kata terror juga bias menimbulkan kengerian.12 Tentu saja kengerian ini dimaksud kepada hati dan fikiran korbannya. Pada dasarnya istilah terorisme adalah sebuah konsep yang memiliki konotasi yang sangat sensitif karena terorisme menyebabkan terjadinya pembunuhan dan penyengsaraan terhadap orang-orang yang tidak berdosa. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan bahwa terorisme adalah penggunaan kekerasan atau ancaman untuk, menurunkan semangat, menimbulkan ketakutan, menakut-nakuti, dan

10 Imam Mustofa, Deradikalisasi Ajaran Agama: Urgensi, Problem Dan Solusinya, (Akademika XVI No. 2, Desember, 2011), h., 7. 11 Zulfi Mubarak, Jurnal Studi Masyarakat Islam: Fenomena Terorisme di Indonesia http://ejournal.umm.ac.id/index.php/salam/article/viewFile/1633/1770, XV, 12 (Desember, 2012), h., 242. 12 Abdul Wahid, Kejahatan Terorisme Perspektif Agama, HAM dan Hukum, (Bandung: Retika Aditama, 2004), h., 22. 18

menakutkan, untuk mencapai tujuan (terutama tujuan politik).13 Menurut DR. Henk Howeling, pakar di bidang ilmu Hubungan Internasional dari Universiteit van Amsterdam, terror itu mengandung hubungan antara empat unsur yang strategis, yaitu antara pelaku kejahatan, korban, penonton, dan sasaran. Terror adalah digunakannya kekerasan sebagai alat komunikasi antara pelaku kejahatan dengan sasaran (target) dimuka umum. Sedangkan menurut FBI (Biro Investigasi Federal Amerika), terorisme adalah tindakan kekerasan melawan hukum atau kejahatan melawan orang-orang atau perbuatan dengan mengintimidasi atau memaksa satu pemerintah, warga sipil, dan unsur masyarakat lainnya dengan tujuan mencapai sasaran (target) sosial dan politik tertentu.14 Pengertian terorisme untuk pertama kali dibahas dalam European Convention On The Suppression Of Terrorism (ECST) di eropa tahun 1977 terjadi perluasan paradigma arti dari Crimes Against State menjadi Crimes Againt Humanity. Crimes Againt Humanity meliputi tindak pidana untuk menciptakan suatu keadaan yang mengakibatkan individu, golongan, dan masyarakat umum ada dalam suasana terror.15 Dalam The Arab Convention on The Supression of Terorism 1998 mengemukakan bahwa terorisme adalah tindakan atau ancaman kekerasan, apapun motif dan tujuannya, yang terjadi untuk menjalankan agenda tindak kejahatan individu atau koletif, yang menyebabkan terror di tengah masyarakat, rasa takut dengan melukai mereka, atau mengancam kehidupan, kebebasan, atau keselamatan, atau bertujuan untuk menyebabkan kerusakan lingkungan atau harta public maupun

13 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terorisme, konten/ 2019/ 09/ 11/ KBBI. Kemdikbud.go.id. 14 Abduh Zulfidar Akaha, Terorisme Konspirasi Anti-Islam, (Jakarta Timur: Pustaka Al- Kautsar, 2002, Cet. Pertama), h., 33. 15 Abdul Wahid, Kejahatan Terorisme Perspektif Agama, HAM dan Hukum, (Bandung: Retika Aditama, 2004), h., 23. 19

pribadi atau menguasai dan merampasnya atau bertujuan untuk mengancam sumber daya nasional.16 Dalam Pasal 1 Perpu No. 01 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme yang telah disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, dan sekarang menjadi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 menyebutkan bahwa terorisme adalah perbuatan melawan hukum secara sistematis dengan maksud untuk menghancurkan kedaulatan bangsa dan Negara dengan membahayakan bagi badan, nyawa, moral, harta benda dan kemerdekaan orang atau menimbulkan kerusakan umum atau suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas, sehingga terjadi kehancuran terhadap objekobjek vital yang strategis, kebutuhan pokok rakyat, lingkungan hidup, moral, peradaban, rahasia Negara, kebudayaan, pendidikan, perekonomian, teknologi, perindustrian, fasilitas umum, atau fasilitas nasional. Terorisme merupakan salah satu permasalahan yang timbul akibat politik yang paling utama. Istilah dan definisi umum membantu dalam memfokuskan kesadaran situasional terhadap Ancaman. Tindakan mempertimbangkan aspek kegiatan teroris yang mungkin termasuk demonstrasi politik, perilaku kriminal, dan kemungkinan hubungan dengan operasi paramiliter atau konflik intensitas rendah. Dampak psikologis teror pada audiens target harus dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Ancaman dapat dievaluasi dengan mengetahui niat teroris dan kemampuan fungsional. Setiap ancaman harus diperiksa dalam konteks lingkungan operasional khususnya. Asosiasi dan afiliasi sel atau kelompok teroris individu, tingkat pelatihan saat ini atau yang diproyeksikan, otoritas pengambilan keputusan dalam sel atau kelompok untuk merencanakan dan bertindak, dan kecanggihan taktik, teknik, dan

16 Muladi, Demokrasi Hak Asasi Manusia Dan Reformasi Hukum Di Indonesia, (Jakarta: Habibie Center, 2002), h., 25. 20

prosedur yang muncul adalah contoh variabel kritis yang dapat digunakan untuk menilai niat dan kemampuan untuk bertindak.

2. KONTRA TERORISME Kontra dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti keadaan tidak setuju; dalam keadaan menentang.17 Kontra ini bisa juga dikatakan sebagai suatu reaksi negatif, menentang, atau tidak setuju terhadap suatu hal. Adapun kontra terorisme merupakan suatu sikap tidak mendukung atau upaya untuk menanggulangi gangguan teror yang dilancarkan oleh para teroris yang menginginkan ketidakstabilan kondisi masyarakat, memecah integrasi sosial dan pemaksaan agenda kelompoknya yang sering kali menggunakan tindak kekerasan dalam aksinya. Dengan demikian maraknya aksi-aksi radikalisme dan terorisme hingga saat ini semakin menguatkan urgensi upaya kontra terorisme dengan mendorong semua pihak untuk terus berpartisipasi aktif meredam cara-cara kekerasan dalam kapasitas masing-masing sebagai warga negara yang mencintai keutuhan bangsa dan negaranya. Maka dari itu supaya terorisme ini tidak lahir dari benih puritanisme18 yang kemudian berubah ke arah radikalisme dan ekstrimisme pemerintah wajib memberikan upaya dan kebijakan-kebijakan dalam menanggulangi penanganan terorisme tersebut. Mengenai kontra terror Barry R.Posen pernah menulis buku yang berjudul “The Struggle against Terorism: Grand Strategy, Strategy and Tactics” dalam bukunya dia menyebutkan bahwa dalam upaya menanggulangi terorisme suatu negara memerlukan sebuah strategi yang digunakan untuk menentukan prioritas dan memfokuskan penggunaan

17 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kontra, konten/ 2019/ 09/ 16/ KBBI. Kemdikbud.go.id. 18 Puritanisme merupakan sikap dan keinginan untuk selalu menghadirkan dan mempraktikan nilai-nilai dan ajaran-ajaran agama kedalam kehidupan sehari-hari. 21

sumberdaya suatu negara, sumber daya ini maksudnya ialah uang, waktu, capital politik dan kekuatan militer.19 Negara yang sedang dalam ancaman teror dan berusaha menanggulanginya harus berusaha memperbesar kapabilitas diplomasi dan pertahanan mereka karena menurut Posen kedua faktor inilah yang akan berperan lebih besar dalam upaya kontra teror. Strategi kontra teror sangat penting dimiliki oleh suatu negara karena dengan adanya suatu strategi yang tepat maka suatu negara akan mampu menciptakan skala prioritas atas penggunaan sumberdaya mereka mengingat sangat terbatasnya sumber daya yang dimiliki suatu negara dan sifat perang melawan teror yang bersifat “perang yang menguras tenaga” (attrition war). Posen juga mengetengahkan pentingnya pembentukan sekutu dan kerjasama antar negara mengingat terorisme adalah kejahatan transnasional maka penyikapannya juga harus melampaui batas negara. Pembentukan aliansi dan kerja sama antar negara sangat vital dalam menekan aksi teror, karena negara-negara asal (Host Country) lebih mengenal dan memahami kultur, budaya serta medan di negara mereka, dalam upaya nya mengajak suatu negara ikut bergabung dalam aliansi atau mau diajak bekerja sama, Posen mennyebutkan bahwa di titik inilah peran vital diplomasi semakin terlihat peranannya.20 Tetapi Posen menambahkan selain mengandalkan diplomasi dengan negara asal (host country), upaya ofensif juga terkadang harus dilakukan demi melemahkan organisasi teroris dengan menyerang infrastruktur mereka melalui operasi klandestin atau operasi gabungan (jika infrastruktur tersebut berada didalam wilayah jurisdiksi negara lain)

19 Barry R.Posen , “The Struggle against Terrorism:Grand Strategy, Strategy and Tactics”, International Security Vol 26,No.3, (2001), hlm., 39. 20 Barry R.Posen , “The Struggle against Terrorism:Grand Strategy, Strategy and Tactics”, International Security Vol 26,No.3, (2001), hlm., 47. 22

maupun serangan militer konvensional demi mementahkan akses kelompok teror terhadap pasokan baik materiil maupun non-materil. Peningkatan kemampuan petahanan juga menjadi salah yang diusulkan oleh Posen dalam tulisannya. Penambahan jumlah personil dan alutsista, pengakuisisian teknologi yang lebih canggih dalam menjaga suatu objek vital, peningkatan kemampuan personil dalam bidang kontra teror baik melalui latihan bersama maupun dengan mengadakan konfrensi agar dapat bertukar pengalaman dengan negara lain, hal-hal diatas dilakukan semata demi menekan tingkat destruktivitas (perusakan) suatu aksi teror yang mungkin akan terjadi. Peningkatan kapabilitas intelijen juga merupakan salah satu poin yang dititik beratkan oleh Posen, intelijen sangat vital karena dengan inetlijen yang baik maka kita akan memiliki “mata” dan telinga” terhadap ancaman suatu aksi terir, sehingga negara tersebut menurut Posen mampu melakukan penangkalan sebelum serangan teror itu dilakukan. Intelijen yang baik menurut Posen harus mampu mengkonsentrasikan semua informasi yang berguna di dalam satu wadah.21 Operasi ofensif menurut Polsen merupakan salah satu bagian komponen dari strategi kontra teror yang sukses. Tindakan ofensif diperlukan untuk mengeliminasi kemungkinan ancaman kelompok teror dan juga untuk memaksa mereka berpikir dua kali sebelum melancarkan aksinya karena selalu ada konsekuensi dari setiap aksi yang mereka lancarkan (stick and carrot concept). Terakhir menurut Polsen, aksi ofensif yang baik ialah tindakan ofensif yang mampu mengelaborasi unsur surveillance, pursuit dan ofensife action. Pengintaian (surveillance) yang dilakukan secara konstan akan membuat kelompok teror kesulitan dalam merencanakan aksi dan mengorganisir kelompok mereka, pengejaran membuat mereka selalu bersembunyi dan menyita waktu

21 Barry R.Posen , “The Struggle against Terrorism:Grand Strategy, Strategy and Tactics”, International Security Vol 26,No.3, (2001), hlm., 59. 23

istirahat mereka dan tindakan ofensif yang konstan akan membuat kelompok teror merasa kelelahan.

3. TEORI TENTANG TERORISME Teori tentang munculnya terorisme banyak para ahli dan peneliti berbeda pendapat. Beberapa penulis mengemukakan pendapat bahwa terorisme muncul ketika ada krisis, terutama krisis politik. Proses teroristik melalui krisis negara yang terpecah, seperti Libanon, Palestina dan lain sebagainya. Dan ada yang lain mengemukakan argumen berdasarkan observasi bahwa sistem politiklah yang tersumbat jadi timbulah terorisme. Meskipun begitu, secara umum bisa dicermati dari berbagai sumber dan komentar serta penelitian para ahli, kita bisa memetakan setidaknya ada lima teori populer yang menganalisis tentang sebab pemicu munculnya terorisme, sebagai berikut:22 1. Terorisme Lahir dari Ideologi dan Fanatisme Agama Istvan Meszaros (1989) mengatakan bahwa suatu hal yang jelas di dalam masyarakat kita adalah bahwa semua hal telah „tercelup ideologi‟ baik kita sadari atau tidak. Ideologi adalah serangkaian preferensi yang dimiliki bersama oleh komunitas politik. Ideologi secara umum mengandung serangkaian pemikiran, keyakinan dan tindakan yang dimiliki secara bersama oleh suatu komunitas. Karena itu, ideologi bersifat socially shared yang terbentuk melalui proses sosial yang penyebarannya melalui bahasa lisan maupun tulisan, yang dengannya orang memberi makna pada realitas sosial tertentu. Menurut Muhammad Arkoun23 dia berpendapat bahwa ada keterkaitan antara terorisme dan fanatisme. Beliau menyebutkan bahwa fanatisme merupakan sebuah penyakit kekauan mental (al-sharamah al- aqliyah) beragama yang disebabkan oleh doktrin agama yang dogmatis.

22 Hadi, Teori tentang Munculnya Terorisme, http://liputanislam.com/terorisme/lima- teori-tentang-munculnya-terorisme-2/ Diakses pada tanggal 21/09/2019 pukul 16.07 WIB. 23 Muhammad Arkoun, al-Fikr al-Islami : Qiraah Ilmiyah, (1994), h., 5. 24

Pemeluk agama yang fanatik cenderung mudah menegasikan kelompok lain yang berbeda pandangan dan menilainya kafir. Pemeluk agama eksklusif ini tidak bisa menerima pemikiran kelompok lain dengan melekatkan tuduhan sesat dan kafir. Nalar dogmatis eksklusif yang berdiri di atas paradigma dualistik iman versus kafir ini akan memicu sikap intoleran dan tindakan kekerasan atas nama agama. Demi tujuan melindungi kesakralan iman dan simbol agama, diskiriminasi dan kekerasan sah untuk dilakukan. Dari sinilah, kesakralan agama dan keimanan akan meminta korban. Maka, kekerasan atas nama agama pun sulit dihindarkan. 2. Terorisme Lahir dari Keterbelakangan, Ketertindasan dan Kemiskinan Graham E. Fuller menyebutkan dalam buku A World Without Islam yang menyebutkan bahwa terorisme dapat dipicu juga oleh faktor keterbelakangan. Tidak diragukan lagi bahwa dunia Islam mengalami kemunduran di bidang pendidikan, standar hidup, minimnya kesempatan kerja, dan aneka persoalan lainnya yang menyebabkan masyarakatnya frustasi dan cenderung menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan.24 Ketertindasan dan kemiskinan yang struktural atau yang diciptakan merupakan wujud pelanggaran keadilan. Bagaimanapun pada dasarnya tidak ada manusia yg ingin ditindas. Hanya saja, saat ditindas beragam ekspresi muncul dalam bentuk perlawanannya. Ada yang dengan mogok makan, ada yang dengan demonstrasi, hingg ada yang membuat bom bunuh diri. Solusi Islam biasanya lebih condong ke arah resistensi terhadap penindasan. Islam melarang orang menerima penindasan. Jika orang yang ditindas memilih perdamaian itu artinya dia menerima kezaliman karena tidak mengadakan perlawanan. Namun, perlawanan apakah harus menggunakan senjata atau yang lain itu masih terbuka untuk wacana, karena berbeda dari kasus ke kasus.

24 Hadi, Teori tentang Munculnya Terorisme, http://liputanislam.com/terorisme/lima- teori-tentang-munculnya-terorisme-2/ Diakses pada tanggal 21/09/2019 pukul 16.11 WIB. 25

3. Terorisme Lahir dari Kebencian Kepada Barat (Amerika). Terorisme muncul sebagai salah satu isu politik terpenting di Amerika Serikat. Sebagian pejabat dan pengamat di AS mengaitkannya dengan militant Islam, khususnya Iran. Militer Luar Negeri AS, Warren Christopher mengatakan, “Iran adalah negara sponsor terorisme nomor satu di dunia”, dan Iran merepresentasikan “salah satu ancaman terbesar atau bahkan ancaman terbesar bagi kedamaian dan stabilitas di kawasan ini”.25 Jadi isu terorisme Islam muncul ke permukaan pasca Revolusi Iran, dimana pada tahun 1980 AS memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran dan pada 1984 menempatkan Iran dalam daftar pendukung terorisme. Bagi media massa Amerika, setiap kelompok Islam yang mereka duga akan menjadi penghalang kepentingan politik negaranya, semuanya secara sederhana mereka kelompokkan sebagai fundamentalis. Media massa barat juga seringkali pula menggunakan istilah fundamentalis kepada hampir semua gerakan-gerakan kegamaan yang cendrung menggunakan kekerasan di dalam mencapai tujuannya. Sebutan seperti ini lazim diberikan kepada kelompok-kelompok politik Palestina, al-Jazair, Iran, Mesir, Afghanistan, dan lain-lain. Meluasnya ketidakpuasan kelompok-kelompok teroris di dunia Muslim terhadap kebijakan politik luar negeri Amerika dalam masalah- masalah Timur Tengah, pendudukan Israel di Palestina, dan trauma kolonialisme memiliki peran besar dalam memicu rasa benci dan curiga terhadap Barat. Belum lagi ditambah dengan dukungan Amerika terhadap Israel dan berbagai rezim yang represif di negara-negara Arab, eksploitasi Amerika atas kekayaan minyak Timur Tengah, dan pendudukan tentara Amerika di dunia Arab serta penempatan pangkalan militer di Arab Saudi yang merupakan “tanah suci” Islam. Kebencian, kemarahan, dan frustasi akhirnya berkulminasi pada serangan terorisme, seperti kasus WTC.

25 Fawaz A. Gerges, America and Political Islam : Clash of Cultures or Clash of Interests, (Cambridge University Press: 1999), h., 55. 26

Ziauddin Sardar dan Merryl Wyn Davies dengan baik telah memetakan beragam persoalan yang menyebabkan orang membenci Amerika dalam karyanya Why do People Hate America? (2004).26 Adapun menurut Marx Juergensmeyer dalam Menentang Negara Sekuler (1998), ada empat alasan utama kenapa terorisme Islam radikal diarahkan kepada Amerika. Pertama, karena Amerika adalah pendukung rezim sekuler di negeri-negeri muslim yang menindas mereka; Kedua, Amerika telah memasukkan kebudayaan dan pandangan hidup modern yang bertentangan dengan nilai-nilai moral Islam dengan kekuatan media massa, teknologi, dan budayanya; Ketiga, perusahaan-perusahaan transnasional Amerika telah menguasai negeri-negeri Muslim. Negara dan perusahaan Amerika tersebut memandang Islam sebagai penghalang ambisi mereka menguasai ekonomi negeri-negeri Muslim dan mereka dinilai sebagai kolonialis yang akan menyengsarakan umat Islam; keempat, Amerika dinilai sebagai teroris terbesar di dunia, yang menduduki negeri-negeri Muslim, merampas kekayaannya, dan mendikte penguasanya. 4. Terorisme Lahir Karena Rekayasa Politik Terori keempat ini menyatakan bahwa terorisme muncul disebabkan oleh rekayasa pihak yang berkuasa biasanya melalui badan intelejen rezim yang berkuasa, seperti kasus peledakan bom yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk menjaga kekuasaanya. Seperti kelompok-kelompok yang dibuat oleh Arab Saudi untuk menjaga kekuasaanya, atau Amerika oleh CIA. Di zaman pemerintahan Soeharto contohnya, gerakan teror yang terjadi dituduh didalangi oleh kelompok Islam radikal. Karenanya pemimpin Islam yang tidak disukai dituduh mendalanginya dan dijadikan alasan untuk menangkap mereka. Rumah-rumah ibadat di Indonesia dan pusat keramaian sering menjadi sasaran peledakan bom. Begitu pula

26 Hadi, Teori tentang Munculnya Terorisme, http://liputanislam.com/terorisme/lima- teori-tentang-munculnya-terorisme-2/ Diakses pada tanggal 21/09/2019 pukul 16.19 WIB. 27

setelah pembajakan pesawat dan peledakan WTC, Amerika menuduh tragedi ini didalangi oleh Osam bin Laden, pemimpin al-Qaeda, suatu organisasi di bawah tanah untuk melawan Amerika.27 Akibat tuduhan Amerika terhadap Osama bin Laden yang dicurigai bersembunyi di Afghanistan dan dilindungi oleh rezim Taliban, Amerika membombardir negeri tersebut. Begitu pula, Amerika menuduh Irak dan Saddam Husein sebagai teorisme dengan menggelindingkan isu senjata pemusnah masssal, sehingga mendapat mandat untuk menyerang dan menguasai Irak. Belakangan, Amerika mencuatkan tiga negara pendukung terorisme yakni Iran, Suriah, dan Korea Utara. Jadi, isu terorisme ini diciptakan dan direkayasa oleh Amerika tidak lain untuk menguasai negeri-negeri Islam yang strategis dan memiliki sumber daya alam luar biasa. Tentang ISIS misalnya, mantan menteri luar negeri dan ibu negara AS Hillary Clinton secara terang-terangan mengakui bahwa Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) merupakan gerakan buatan AS guna memecah belah dan membuat Timur Tengah senantiasa bergolak. Pengakuan tersebut termuat dalam buku terbaru Hillary Clinton “Hard Choice”. Mantan Menlu di kabinet pertama Presiden Barack Obama itu mengaku, pemerintah AS dan negara-negara barat sengaja membentuk organisasi ISIS demi memecah belah Timur Tengah (Timteng). Hillary mengatakan gerakan ISIS sepakat dibentuk dan diumumkan pada 5 Juni 2013. “Kami telah mengunjungi 112 negara sedunia. Lalu kami bersama-sama rekan- rekan bersepakat mengakui sebuah Negara Islam (Islamic State/IS) saat pengumuman tersebut,” tulis Hillary. Tentang teori rekayasa politik ini, Noam Chomsky menyatakan, “Negara-negara adikuasa secara sistematis dan terus menerus telah melukiskan gambaran dunia yang tertentu di dalam benak kita. Untuk memudahkan memori kita dalam menyimpan informasi, peristiwa-

27 Hadi, Teori tentang Munculnya Terorisme, http://liputanislam.com/terorisme/lima- teori-tentang-munculnya-terorisme-2/ Diakses pada tanggal 21/09/2019 pukul 16.21 WIB. 28

peristiwa di dunia itu diberi label. Pikiran manusia telah dikontrol melalui penggunaan kata-kata dengan pemberian makna tertentu.” Sistem ideologi Amerika adalah sistem yang merekayasa kesepakatan dengan menciptakan kata-kata, lalu memberikan maknanya sesuai dengan kehendak sang adikuasa. Terorisme sering dipicu oleh kepentingan untuk memengaruhi kebijakan politik atau bahkan untuk merebut kendali kekuasaan. Kelompok teroris yang kecewa atas kondisi negara termotivasi untuk mengubah kondisi politik melalui kekerasan. Kekerasan menjadi pilihan jika kelompok teroris merasa berhadapan dengan sikap represif pemerintah, kurangnya kebebasan politik dan pendudukan asing. 5. Terorisme Lahir Karena Penafsiran Keliru atas Teks Keagamaan Majma‟ al-Buhuts al-Fiqh al-Islami yang diselenggarakan di Mekah pada tahun 2002 menyatakan bahwa radikalisme dan terorisme tidak mencerminkan jihad dalam Islam. Terorisme merupakan tindakan keji yang tidak menghormati nilai-nilai kemanusiaan. Terorisme ini dapat dilakukan oleh individu, kelompok, maupun negara. Penjajahan militer negara-negara Barat ke dunia Islam dan serangan Yahudi yang membabi buta ke Palestina termasuk bagian dari bentuk terorisme negara. Prof. Richard Bulliet dari Universitas Columbia meyakini gagasan bahwa tindakan kekerasan yang dilakukan sebagian Muslim menunjukkan budaya fanatik dan teroristik yang tidak bisa ditoleransi atau dipahami. Tidak lama lagi kita akan mencapai suatu kondisi yang di dalamnya orang tak lagi perlu bukti untuk meyakini bahwa ancaman teroris selalu datang dari kaum fanatik Muslim yang religius.28 Teroris fanatik-ekstremis kata Assaf Mughaddam, sering melihat permasalahan secara hitam putih dan menyikapi setiap hal yang tak ia setujui secara single-minded. Pandangan hitam-putih itulah yang membuat teroris mempertentangkan “kami versus mereka” atau “muslim

28 Hadi, Teori tentang Munculnya Terorisme, http://liputanislam.com/terorisme/lima- teori-tentang-munculnya-terorisme-2/ Diakses pada tanggal 21/09/2019 pukul 16.27 WIB. 29

versus kafir”. Jika “mereka” (the other) adalah sumber problem kami, kami harus membasmi mereka. Begitulah pola pikir fanatik. Abd al-Salam Faragh, salah seorang ideolog radikal asal Mesir yang pemikirannya terpengaruh oleh Sayid Qutb, menulis buku berjudul Jihad : al-Faridhah al-Ghaibah. Buku yang ditulis pada 1981 ini dianggap sebagai salah satu pemicu pembunuhan Presiden Anwar Sadat. Faragh adalah ketua organisasi Jihad Islam di Mesir yang sangat tertarik Hasan al-Banna, al-Mawdudi, Sayid Qutb dan Ibnu Taymiyah. Dia mengambil gagasan Ibnu Taymiyah mengenai jihad melawan pemerintah Mongol, kemudian gagasan itu diterapkan untuk menyikapi kondisi politik Mesir dan dunia Islam pada masanya. Faragh menilai kemorosotan masyarakat Islam disebabkan oleh ulah orang-orang yang telah meninabobokan umat agar percaya jihad dalam Islam hanyalah bersifat defensif sehingga butuh upaya mengembalikan Islam pada orientasi jihad ofensif yang merupakan rukun Islam keenam yang telah terabaikan. Jihad baginya adalah kewajiban bagi semua Muslim untuk memerangi pemerintah yang mengaku Islam, tetapi tidak menerapkan syariat Islam secara total sebagai undang-undang. Jihad dengan pedang dan kekerasan adalah satu-satunya jalan untuk mengembalikan hegemoni Islam. Faragh dengan lantang menyatakan bahwa para penguasa pada zaman ini adalah berhala-berhala (thawaghit) yang tidak bisa dihancurkan kecuali dengan kekuatan pedang. Gagasan Faragh ini telah mereduksi konsep jihad hanya semata-mata sebagai perjuangan melalui kekerasan. John L. Esposito dalam bukunya Unholy War menyatakan bahwa Faragh dan penafsirannya atas konsep jihad adalah tahap penyebaran radikalisme di seantero dunia Islam.29 Muhammad Syahrour menyatakan bahwa teror yang dilakukan oleh Muslim radikal saat ini berakar dari doktrin kolot yang berkembang dalam tradisi pemikiran Islam klasik. Budaya Islam telah dicemari oleh

29 Hadi, Teori tentang Munculnya Terorisme, http://liputanislam.com/terorisme/lima- teori-tentang-munculnya-terorisme-2/ Diakses pada tanggal 21/09/2019 pukul 16.32 WIB. 30

pemahaman radikal bahwa ayat-ayat pedang telah menghapus ayat-ayat yang mengajarkan toleransi dan inklusivisme. Akibatnya, Islam yang semula mengajarkan kedamaian berubah menjadi ideologi kekerasan. Jihad yang mula-mula hanya dilegalkan dalam rangka mempertahankan diri berubah menjadi perang ofensif demi tujuan ekspansi dan islamisasi. Tanpa bisa dihindari, Islam yang pada dasarnya mengusung prinsip kasih sayang universal direduksi sedemikian rupa oleh kelompok garis keras sehingga tampak seperti agama yang menebarkan ancaman global. Ini berarti. Deviasi penafsiran konsep jihad dari defensip ke ofensip muncul untuk melayani kepentingan penguasa yang berambisi melakukan ekspansi. Ambisi ekspansi atas nama dakwah Islam diperkokoh dengan teori nasikh-mansukh yang mana ayat-ayat pedang telah menghapus ayat- ayat toleransi dan perdamaian telah memengaruhi terbentuknya fikih teroris (fiqh al-irhab).

4. KLASIFIKASI TERORISME Terorisme memiliki klasifikasi dan karakteristik yang hampir sama dengan bentuk kejahatan lainnya, bedanya yaitu terorisme identik kepada kejahatan yang menimbulkan kematian kepada orang banyak, menampakan kengerian sehingga orang-orang yang terlibat atau melihat langsung dikejadian akan merasakan ketakutan dan trumatis terhadap serangan terror tersebut. Contoh seperti terror yang memfokuskan bom bunuh diri kepada masyarakat umum yang tidak memandang batasan orang lain. Dan hanya saja tujuan dan motivasi dilakukannya tindakan tersebut berbeda-beda. Di dalam USA Army Training and Doctrine Command menyebutkan bahwa terdapat beberapa kategori mengenai motivasi yang digunakan sebagai alasan terorisme oleh suatu gerakan, antara lain yaitu :30 1. Separatisme

30 US Army TRADOC, A Military Guide to Terrorism in the Twenty-First Century, (Kansas, 2007), h., II-5. 31

Motivasi gerakan untuk mendapatkan eksistensi kelompok ini yaitu melalui pengakuan kemerdekaan, otonomi politik, kedaulatan, atau kebebasan beragama. Kategori ini dapat timbul dari nasionalisme dan etnosentrisme pelaku. 2. Etnosentrisme Motivasi gerakan ini berlandaskan kepada kepercayaan, keyakinan, serta karakteristik sosial khusus yang mempererat kelompok tersebut sehingga terdapat penggolongan derajat suatu ras. Penggolongan ini membuat orang atau kelompok yang memiliki ras atas semena-mena dengan kelompok ras yang lebih rendah. Tujuannya ialah mempertunjukan kekuasaan dan kekuatan demi pengakuan bahwa pelaku masuk dalam ras yang unggul. 3. Nasionalisme Motivasi ini merupakan kesetiaan dan loyalitas terhadap suatu negara atau paham nasional tertentu. Paham tersebut tidak dapat dipisahkan dengan kesatuan budaya kelompok, sehingga bermaksud untuk membentuk suatu pemerintahan baru atau lepas dari suatu kedaulatan untuk bergabung dengan pemerintahan yang memiliki pandangan atau paham nasional yang sama. 4. Revolusioner Motivasi ini merupakan dedikasi untuk melakukan perubahan atau menggulingkan pemerintahan dengan politik dan struktur sosial yang baru. Gerakan ini identik dengan idealisme dan politik komunisme. Disisi lain menurut Hoffman mengidentifikasikan beberapa motivasi terorisme yang berkembang sampai saat ini, yaitu ;31 1. Nasionalis-Separatis sebagai motivasi kelompok separatis dan gerakan otonomi daerah dengan etnik sebagai kekuatan dasarnya. Aktivitas kelompok ini secara umum ialah tindakan-tindakan yang anti terhadap pemerintah maupun penyerangan terhadap keamanan area.

31 Petrus Reinhard Golose, Deradikalisasi Terorisme, Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian, (Jakarta, 2014), h., 3. 32

2. Religius sebagai motivasi kelompok ekstrim fundamental (sebagai contoh ialah ekstrimis Sikh di India, Macan Tamil di Srilanka, dan lain-lain) yang melakukan serangan terhadap rakyat sipil baik berupa bom bunuh diri maupun kekerasan brutal. 3. Ideologi sebagai motivasi kelompok politik sayap kanan dan sayap kiri di suatu pemerintahan (sebagai contoh ialah gerakan fasis di Jerman dan Italia khususnya pada zaman Perang Dunia kedua) yang melakukan propaganda kebencian (hate crime), anti terhadap imigran maupun ras yang dianggap rendah. 4. Isu-isu utama (single issue) sebagai motivasi kelompok pemerhati lingkungan maupun makhluk hidup dengan aktivitas sabotase dan ancaman semata terhadap objek-objek vital. 5. Sponsor suatu negara sebagai motivasi kelompok yang tertekan oleh sebuah rezim pemerintahan dengan cara sabotase dan penyerangan menggunakan kekerasan. 6. Keterbelakangan mental bagi penderita sakit jiwa yang tidak memiliki akal yang sehat sehingga dapat melakukan kekerasan dengan alasan yang tidak jelas. Kemudian terdapat beberapa karakteristik gerakan kelompok terorisme yang diketahui secara umum. Menurut Loudewijk F. Paulus karakteristik terorisme dapat dibagi menjadi 4 macam, yakni :32 1. Karakteristik Organisasi yang meliputi : organisasi, rekrutmen, pendanaan dan hu- bungan intemasional. 2. Karakteristik Operasi yang meliputi : perencanaan, waktu, taktik dan kolusi. 3. Karakteristik Perilaku yang meliputi : motivasi, dedikasi , disiplin , keinginan membunuh dan keinginan menyerah hidup - hidup.

32 Loudewijk F. Paulus, Terorisme, http:// ditpolkom. bappenas.go.id/ basedir/ Politik%20 Terorisme/Terorisme.pdf, Diakses pada tanggal 21/09/2019 pukul 10.47 WIB. 33

4. Karakteristik Sumber daya yang meliputi : latihan / kemampuan, pengalaman per-orangan di bidang teknologi, persenjataan, perlengkapan dan transportasi.

5. MACAM-MACAM BENTUK TERORISME Ada beberapa bentuk terorisme yang bisa dilihat, ini semua tergantung dari tindakan maupun alasan dilakukannya terorisme tersebut. Diantaranya bentuk terorisme yaitu terror kriminal dan terror politik. Terror kriminal biasanya dilakukan dengan menggunakan cara pemerasan atau intimidasi kepada suatu korban yang dianggap menguntungkan bagi mereka. Dalam melakukan aksinya mereka menggunakan kata-kata dan perbuatan yang dapat menimbulkan ketakutan dan trauma psikis terhadap para korbannya. Berbeda dengan terror politik, terror ini dilakukan biasanya tidak memandang dan memilih-milih korban. Teroris politik selalu siap melakukan pembunuhan terhadap orang-orang sipil: laki-laki, perempuan, dewasa atau anak-anak dengan tanpa mempertimbangkan penilaian politik atau moral. Menurut Wilkinson,33 beliau berpendapat bahwa terorisme terbagi dalam tiga bentuk yaitu terorisme revolusioner, terorisme sub-revolusioner, dan terorisme represif. Dalam pandangannya, terorisme revolusioner dan terorisme sub revolusioner dilakukan oleh warga sipil, sedangkan terorisme represif dilakukan oleh Negara. Terorisme revolusioner bertujuan untuk merubah secara total tatanan sosial dan politik yang sudah ada, tetapi terorisme sub-revolusioner bertujuan untuk mengubah kebijakan atau balas dendam atau menghukum pejabat pemerintahan yang tidak sejalan. Mengenai tipologi terorisme terdapat sejumlah versi penjelasan di antaranya tipologi yang dirumuskan oleh “National Advisory Committee” (komisi kejahatan nasional Amerika) dalam The Report of the Task Force of

33 Grant Wardlaw, Political Terrorism, (New York: Cambridge University Press, 1986), h., 14. 34

the on Disorders and Terrorism, yang mengemukakan sebagai berikut, ada beberapa bentuk terorisme yaitu:34 1. Terorisme politik yaitu perilaku kekerasan kriminal yang dirancang guna menumbuhkan rasa ketakutan di kalangan masyarakat demi kepentingan politik. 2. Terorisme nonpolitis yakni mencoba menumbuhkan rasa ketakutan dengan cara kekerasan, demi kepentingan pribadi, misalnya kejahatan terorganisasi 3. Quasi terorisme, digambarkan dengan “dilakukan secara incidental”, namun tidak memiliki muatan ideologi tertentu, lebih untuk tujuan pembayaran contohnya dalam kasus pembajakan pesawat udara atau penyanderaan dimana para pelaku lebih tertarik kepada uang tebusan daripada motivasi politik. 4. Terorisme politik terbatas, memiliki motif politik dan ideologi, namun lebih ditujukan dalam mengendalikan keadaan (Negara). Contohnya adalah perbuatan teroris yang bersifat pembunuhan balas dendam. 5. Terorisme Negara atau pemerintahan yakni suatu Negara atau pemerintahan, yang mendasarkan kekuasaannya dengan ketakutan dan penindasan dalam mengendalikan masyarakatnya. Sedangkan menurut Frassminggi Kamasa dalam bukunya Terorisme Kebijakan Kontra Terorisme Indonesia beliau menyebutkan ada 8 tipologi terorisme yang dapat saling dibedakan yakni sebagai berikut:35 1. Terorisme Negara Merupakan terorisme yang terjadi ketika satu Negara menyerang Negara lain untuk kepentingannya sendir tanpa ada justifikasi sah yang membenarkan penyerangan itu atau bisa juga dalam kebijakan represif Negara terhadap warganya.

34 Kasjim Salenda, Terorisme Dan Jihad Dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009), h., 91. 35 Frassminggi Kamasa, Terorisme Kebijakan Kontra Terorisme Indonesia, (Cet. I, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), h., 11-12. 35

2. Terorisme Separatis Etno-nasionalis Ini merupakan teroris yang berusaha untuk mencapai identitas nasional. Tujuan utama merekan adalah untuk mobilisasi komunitas grup dengan menawarkan latar belakang nasionalistik bagi grup etnik tertentu. 3. Terorisme Kaum Sosial Revolusional Kiri Ini merupakan terorisme yang berdasarkan ideologi komunisme revolusioner. Terorisme kiri bertujuan untuk mengobarkan revolusi komunisme dan merebut kekuasaan dari Negara untuk menjadikan Negara komunis. 4. Terorisme Agama Yakni terorisme berdasarkan ideologi agama dengan menggunakan kekerasan untuk memaksakan kehendak atau cara pikir golongan tertentu. Atau terorisme „agama‟ sekularisme, materialisme, dan liberalisme yang merusak cara hidup beragama. 5. Terorisme Ekonomi Ini biasanya dalam bentuk kejahatan nasional dan transnasional kerah putih yakni kejahatan terorganisir yang melakukan ekonomi riba. Hal ini tidak hanya berupa pinjaman uang secara berbunga tetapi juga transaksi yang berdasarkan penipuan yang menghasilkan laba atau keuntungan yang diperoleh secara tidak adil. Bisa juga diartikan dengan kejahatan terorganisir yang dilakukan organisasi transnasional secara langsung atau secara perwakilan yang mengancam ketahanan nasional dan menyebar benih perpecahan atau disentegrasi. 6. Terorisme Melibatkan Bahan Kimia, Biologi, Radiologi, dan Nuklir (CBRN) Terorisme ini merupakan ancaman yang terdapat dalam dunia kesehatan, mempunyai konsekuensi yang tinggi. Diantara bahan-bahan tersebut, senjata nuklir dan biologi (bioterorisme)36 yang mempunyai potensi untuk

36 Bioterorisme atau serangan biologi merupakan tindakan pelepasan virus, bakteri, atau agen biologi lainnya secara sengaja yang dapat membuat korbannya(orang, binatang, atau tanaman) menjadi sakit atau bahkan mati. 36

menyebabkan kehancuran massal. Bioterorisme ini dapat disebar melalui air atau makanan. 7. Terorisme dalam Bidang Pertanian Terorisme jenis ini terjadi ketika rekayasa genetic diterapkan dalam benih-benih makanan pokok yang mengharuskan Negara-negara berkembang harus membeli dari Negara-negara maju atau injeksi hormon binatang ternak sehingga menyebabkan pertumbuhan yang tidak alami dan gangguan metabolisme tubuh bagi yang memakannya. 8. Terorisme Elektronik Yaitu terorisme kejahatan dunia maya dengan mencuri, menyadap, mengacaukan, dan menghilangkan data orang lain hingga mampu menghancurkan komputer itu sendiri sebagai hardware.

BAB III SEJARAH PAKISTAN DAN KEPEMIMPINAN NAWAZ SHARIF SEBAGAI PERDANA MENTERI DI PAKISTAN

A. SEJARAH DAN DINAMIKA POLITIK NEGARA PAKISTAN Pada awalnya Pakistan merupakan bagian dari India yang mengalami penjajahan dari Inggris. Setelah berakhirnya kekuasaan Inggris, India menjadi negara berdaulat dan merdeka, karena itu sistem pemerintahan diatur berdasarkan konstitusi yang berlaku di negara tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya terjadi konflik kepentingan, serta perbedaan etnis dan agama yang menyebabkan pertikaian internal berkepanjangan antara penduduk yang beragama Islam dan Hindu-Budha, yang menyebabkan pertumpahan darah yang sulit untuk dihindari oleh kedua kelompok. Konflik kepentingan serta perbedaan tersebut kemudian menjadi embrio bagi lahirnya negara Pakistan yang berdaulat.1 Secara geografis Pakistan berbatasan dengan Uni Soviet di sebelah utara, di bagian barat berbatasan dengan Iran, bagian barat laut berbatasan langsung dengan Afghanistan, dan di Timur laut berbatasan langsung dengan Cina dan India. Bahasa persatuan adalah bahasa Urdu, sedangkan bahasa Inggris adalah bahasa resmi yang berlaku di negara tersebut. Sedangkan hasil utama negara di bidang perindustrian, berupa tekstil, pemprosesan makanan, rokok, kimia, karpet, kerajinan kulit dan petrokimia. Selain itu berupa pertambangan seperti gas alam, minyak bumi, biji besi dan pertanian berupa kapas, beras dan gandum.2 Pakistan merupakan bagian dari India yang memperoleh kemerdekaannya pada tanggal 15 Agustus 1947 setelah melalui perjuangan yang panjang baik dengan penjajahan Inggris maupun dengan kelompok Hindu sendiri. Dalam perjuangan ini berperan tokoh-tokoh diantaranya

1 Aisyah A., Jurnal Politik Profetik: Nasionalisme dan Pembentukan Negara Islam Pakistan, Vol. 4 No. 2 Tahun 2014, h., 80. 2 B. Setiawan dkk, Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid XII, (Cet I, Jakarta : PT Cipta Adi Pustaka, 1990), h., 39.

37 38

Sayyid Ahmad Khan yang mencetuskan gagasan komunalisme, yakni umat Islam perlu membentuk suatu kelompok yang berdiri sendiri. Ide ini muncul berdasarkan pengamatannya bahwa di India ada tiga kekuatan sosial, yaitu umat Islam sebagai minoritas, Hindu sebagai mayoritas dan Inggris mempunyai kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan.3 Umat Islam dan umat Hindu mewakili dua budaya dan cara hidup yang berbeda. Perbedaan ini terdapat di seluruh aspek kehidupan, seperti makanan, pakaian, literatur dan pola pikir. Umat Islam berhasil mempertahankan budaya mereka yang berbeda dan berhasil memelihara masyarakatnya secara utuh. Umat Islam tidak mau menjadi masyarakat minoritas di negara India yang mayoritas orang Hindu. Oleh sebab itu, golongan Islam melalui organisasinya Liga Muslimin di bawah kepemimpinan Muhammad Ali Jinnah, menuntut pemisahan diri dari India dan membentuk negara Islam yang berdiri sendiri. Nasionalisme Pakistan berawal ketika terjadinya pertentangan antara Hindu dan Islam. Pertentangan ini terjadi karena umat Islam merasa bahwa mereka diabaikan oleh Kongres Nasional India Bersatu pada tahun 1885 yang di dominasi oleh orang-orang Hindu. Setelah perang dunia I, pihak Islam mulai melakukan gerakan dengan membangun konsolidasi internal dalam rangka menuntut kemerdekaan dan melepaskan diri dari India.4 Rencana pembentukan negara Islam merdeka yang lepas dari India itu, mendapat kecaman keras dari Jami’at al-Ulama (Perkumpulan Ulama-ulama India). Karena menurut mereka bahwa pembentukan negara Pakistan yang terpisah dari India tidak akan menyelesaikan masalah. Alasan tersebut didasarkan pada fakta bahwa di India terdapat banyak kaum muslimin yang telah lama hidup berdampingan dengan baik. Pada tahun 1945 Liga Muslim mendesak para pemuka agama bahwa apapun kepentingan lokal mereka,

3 Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Jilid IV, (Cet.IV, Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve, 1997),h., 72. 4 B. Setiawan dkk, Ensikloedi Nasional Indonesia, Jilid XII (Cet. I: Jakarta PT. Cipta Adi Pustaka, 1990), h., 40. 39

sebuah negara muslim yang dijalankan oleh muslim untuk mempertahankan prinsip-prinsip pola kehidupan muslim, mutlak diperlukan. Ide tentang pembentukan negara tersendiri bagi umat Islam bermula dari Sayyid Ahmad Khan ketika beliau mencetuskan gagasan komunalisme5. Gagasan ini dikembangkan sebagai rumusan Pakistan dalam pengertian sebuah negara tersendiri bagi umat Islam, pertama kali dicetuskan oleh Muhammad Iqbal, ia mengatakan bahwa India pada hakekatnya tersusun dari dua bangsa yang besar yaitu bangsa Islam dan bangsa Hindu. Umat Islam India harus menuju pada pembentukan negara tersendiri terpisah dari negara Hindu di India. Tujuan pembentukan negara tersendiri ini ditegaskan dalam rapat tahunan Liga Muslim tahun 1930 yakni” saya ingin melihat Punjab, daerah perbatasan utara, Sindhi dan Balukhistan, bergabung menjadi satu negara” Disinilah ide pembentukan negara tersendiri diumumkan secara resmi.6 Perjuangan Muhammad Ali Jinnah mewujudkan cita-cita tersebut di atas diawali dengan perjuangannya bersama dengan Liga Muslim untuk bekerjasama dengan partai Kongres Nasional dan para pemimpinnya. Tetapi lama kelamaan ia melihat bahwa sangat sulit untuk menciptakan nasionalitas antara orang Hindu dan orang muslim, karena dia melihat realita yang berkembang dalam masyarakat India.7 Pada tahun 1913 M. Muhammad Ali Jinnah masuk Liga Muslim India, dan tahun itu juga terpilih menjadi Presiden Liga Muslim. Pada saat Ghandi mengeluarkan konsep nasionalisme India yang di dalamnya bergabung umat Islam dengan Hindu menjadi satu bangsa, Ali Jinnah mengundurkan diri dari Liga Muslim dan menetap di London sebagai pengacara. Setelah Liga Muslim membutuhkan pemimpin yang lebih aktif,

5 Komunalisme adalah paham atau ideologi yang mementingkan kelompok atau kebersamaan di dalam kelompok: (kelompok umat Islam yang berdiri sendiri). 6 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam : Sejarah Pemikiran dan Gerakan,(Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h., 194. 7 Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Jilid IV, (Cet.IV, Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve, 1997), h., 72. 40

beliau diminta untuk pulang oleh teman-temannya, kemudian beliau dipilih kembali untuk memimpin Liga Muslim. Berkat kepemimpinannya Liga Muslim menjadi gerakan yang lebih kuat.8 Setelah memimpin Liga Muslim, Ali Jinnah mengawali kegiatannya dengan menyusun langkah-langkah baru memperjuangkan pemerintahan independen untuk muslim India, kemudian melakukan konsolidasi bagi Liga Muslim dengan mengadakan sidang tahunan di Bombay pada bulan April 1936, yang bertujuan untuk menyempurnakan anggaran dasar organisasi yang lebih demokratis. Selanjutnya menyusun organisasi untuk menghadapi pemilihan dewan pusat dan provinsi. Kemudian mengadakan kunjungan ke daerah-daerah untuk mendapatkan dukungan bagi kandidat dari Liga Muslim.9 Langkah awal Ali Jinnah belum mampu memperlihatkan kekuatan yang berarti, kenyataannya Liga Muslim kalah dalam pemilihan majelis provinsi tahun 1937 partai kongres yang mendominasi kursi majelis. Ketika itu Nehru mengatakan dengan sombongnya bahwa India hanya dua partai yaitu partai kongres dan pemerintah Inggeris. Di sini nampak jelas bahwa Liga Muslim seakan-akan tidak ada. Inilah yang menjadi pendorong pertentangan yang tajam antara Hindu dan Islam, serta semakin tersudutnya umat Islam dalam kancah politik. Namun Ali Jinnah tidak gampang menyerah. Menurutnya alternatif yang paling tepat bagi penyelesaian Hindu dan Islam di India adalah adanya tanah air tersendiri bagi umat Islam.10 Dari sinilah umat Islam berjuang demi lahirnya negara Islam. Persetujuan mengenai pembentukan negara tersendiri untuk umat Islam India sebagai tujuan perjuangan Liga Muslim, dibahas dalam rapat tahunan Liga

8 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam : Sejarah Pemikiran dan Gerakan,(Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h., 197. 9 Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, (Bandung: Mizan, 1993), h., 54 – 55. 10 Zainuddin Sardar, The Future of Muslim Cilivitsation, diterjemahkan oleh Rahmani Astuti, dengan judul Rekayasa Masa Depan Peradaban Muslim, (Cet.IV, Bandung: Mizan, 1993), h., 140.

41

Muslim tahun 1940, sidang kemudian menyetujuinya, dengan memberi nama negara dengan nama Pakistan. Tentang nama Pakistan menurut salah satu sumber berasal dari seorang mahasiswa India di London bernama Khaudri Rahmat Ali, ia sangat tertarik dengan pidato Iqbal mengenai konsep negara muslim. Ia mengumpulkan huruf awal dari lima wilayah yaitu “P” diambil dari Punjab, “A” dari Afghanistan, “K” dari Khasmir, “S” dari Shindi, “Tan” dari Baluchistan. Sumber lain menyatakan bahwa Pakistan berasal dari kata Persi yaitu “Pak” berarti suci, dan “Stan” berarti negara, jadi Pakistan berarti negara suci.11 Dengan dasar persetujuan yang jelas ini, Liga Muslim mendapat sokongan yang luar biasa dari umat Islam dan kedudukannya semakin bertambah kuat. Sebaliknya, tokoh-tokoh muslim yang bernaung di bawah partai Kongres Nasional India kehilangan pengaruh, bahkan sebagian mereka meninggalkan partai Kongres kemudian bergabung dengan Liga Muslim. Dengan demikian Jinnah dan Liga Muslim semakin bertambah kuat, terlihat dari hasil perolehan suara terbanyak di beberapa daerah dalam pemilihan tahun 1946. Pengaruh gerakan Liga Muslim yang dipimpin oleh Ali Jinnah merupakan pukulan bagi para tokoh partai Kongres. Dengan demikian mereka berupaya dengan gigih membendung pengaruh gerakan tersebut. Pada tahun 1944 terjadi perundingan yang sengit antara Ali Jinnah dengan Ghandi mengenai aksi bersama terhadap Inggris, tetapi karena perbedaan pendapat tentang masa depan India, akhir nya perjumpaan itu tidak membawa hasil. Pada tahun itu juga Ali Jinnah memaparkan dua masalah penting yang berkaitan dengan Pakistan. Kedua masalah ini adalah geografi Pakistan dan bentuk pemerintahannya. Rencana bentuk pemerintahannya adalah demokrasi.12

11 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam : Sejarah Pemikiran dan Gerakan,(Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h., 194. 12 Wilfred C. Smith, Islam In Modern History, diterjemahkan oleh Bharatara dengan judul, Dunia Islam Modern, (Jakarta: T. Penerbit, 1979), h., 352. 42

Setahun kemudian keluarlah putusan Inggris untuk menyerahkan kedaulatan kepada dua dewan konstitusi, satu untuk Pakistan dan satu untuk India. Pada tanggal 14 Agustus 1947, Dewan Konstitusi Pakistan dibuka dengan resmi, dan keesokan harinya tanggal 15 Agustus 1947 Pakistan lahir sebagai negara berdaulat bagi umat Islam India. Ali Jinnah diangkat menjadi Gubernur Jendral dan mendapat gelar Quaid-i-azam (pemimpin besar) dari rakyat Pakistan. Sejak berdirinya negara Pakistan, umat Islam mencoba menerapkan konsep Islam tentang sebuah negara. Mereka memasuki masa pencarian yang terus menerus tentang apa sebenarnya negara Islam itu. Persoalan itu merupakan bahan polemik yang berkepanjangan di kalangan tokoh-tokoh Islam, baik yang berpendidikan Barat maupun ulama. Sistem pemerintahan diajukan oleh Majelis Nasional dengan berpedoman kepada Rancangan Undang-Undang hasil sidang Liga Muslim pada bulan Maret 1940, yaitu harus sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis. Di samping itu dikeluarkan keputusan yang berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan undang-undang tersebut yang antara lain memuat prinsip-prinsip demokrasi, hak-hak kebebasan, persamaan, toleransi dan keadilan sosial sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadis.13 1. Pemerintahan Muhammad Ayub Khan Dalam masa pemerintahan Muhammad Ayub Khan terjadi kekacauan dalam mendefenisikan Islam yang menyertai pengalaman bernegara Pakistan. Kompromi-kompromi yang dicapai tidak selaras dengan modernisasi yang dikehendaki kubu modernis ataupun status quo yang hendak dipertahankan oleh kelompok tradisionalis. Ajang kontraversi akhirnya melebar kepada aksi-aksi antara lain penjarahan, pembakaran, terorisme dan pembunuhan. Kaum modernis menuduh kaum tradisionalis menyembah sejarah bukan Tuhan, lantaran kecenderungan mereka dalam menghidupkan masa silam. Sebaliknya kalangan

13 Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Jilid IV, (Cet.IV, Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve, 1997). h., 72. 43

tradisionalis menuduh kubu modernis memiliki keyakinan buruk karena memandang defenisi mekanis syariat Islam.14 Ketika sampai kepada hukum Islam, kesulitan yang sama juga dihadapi kaum muslim Pakistan terutama oleh Lembaga Penelitian Islam Pakistan dan Dewan Penasehat Ideologi Pakistan itu sendiri. Dalam benak kaum modernis, hukum Islam bisa diterapkan jika dimodernisasi selaras dengan perkembangan dan kebutuhan zaman. Sementara kaum tradisional menuntut bahwa fiqhi yang dihasilkan para mujtahid lewat deduksi dan derivasi dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, harus diberlakukan tanpa kecuali. Kontroversi tentang riba dan bunga bank, pendayagunaan zakat, program keluarga berencana, hukum kekeluargaan Islam dan lainnya merupakan cerminan betapa sulitnya kaum muslim Pakistan mendefinisikan syariat Islam untuk konteks negeri mereka.15 Dalam kasus program keluarga berencana, misalnya kelompok modernis mendukung gagasan kontrol penduduk untuk negara Pakistan yang memiliki populasi dan angka kelahiran tinggi. Lembaga Riset Islam yang didirikan oleh Zia-ul-Haq menerjemahkan fatwa Mahmud Syaltut, Syaikh al-Azhar yang mendukung program tersebut. Tetapi kelompok tradisionalis menegaskan bahwa Islam tidak mendukung gagasan kontrol penduduk. Penggunaan alat-alat kontrasepsi menurut mereka akan mengarah kepada indiskriminasi hubungan seksual. Bahkan dalam sebuah konfrensi ulama, dinyatakan bahwa Firaun telah membunuh anak laki-laki Bani Israil, sementara orang-orang Pagan telah membunuh anak-anak wanitanya, maka pemerintah Pakistan lebih buruk lagi, lewat program keluarga berencana mereka telah membunuh baik anak laki-laki maupun perempuan.16

14 Munawir Sadzali, Islam dan Tata Negara Ajaran dan Pemikiran (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1993), h., 228. 15 Aisyah A., Nasionalisme dan Pembentukan, (Jurnal Politik Profetik, Vol. 4 No. 2 Tahun 2014), h., 86. 16 Aisyah A., Nasionalisme dan Pembentukan, (Jurnal Politik Profetik, Vol. 4 No. 2 Tahun 2014), h., 86. 44

2. Pemerintahan Zulfikar Ali Bhutto dan Muhammad Zia-ul-Haq Merupakan seorang tokoh kuat Pakistan yang membawa penafsiran dan tawaran baru bagi pengembangan negara Pakistan. Ali Bhutto memadukan konsep Islam dengan sosialisme, terutama dalam hal keadilan sosial. Di bawah pemerintahannya diadakan pemilihan umum pertama pada tahun 1977. Menjelang pemilu ia mendatangkan imam masjid Nabawi dan imam Masjid al-Haram ke Pakistan. Dan lalu mewajibkan setiap hotel kelas satu meletakkan Al-Qur’an di tiap kamar, ia juga menutup klub malam, tempat judi, dan penjualan alkohol. Pemilu ini melahirkan pertentangan sengit menyusul ketidakpuasan partai oposisi karena partai Bhuto memperoleh 155 dari 200 kursi yang diperebutkan untuk menjadi anggota Dewan Rakyat yang seluruhnya berjumlah 216 orang. Protes berkepanjangan menyebabkan Bhuto mengeluarkan undang-undang darurat dan memerintah dengan tangan besi.17 Untuk mengatasi kekacauan lebih lanjut, pihak militer di bawah Jendral Muhammad Zia-ul-Haq, Kepala Staf Angkatan Darat menggulingkan Bhuto dan mengambil alih kekuasaan pada tahun 1977. Bhoto dituduh membunuh lawan politiknya tahun 1974, untuk itu Zia-ul- Haq menyeretnya ke tiang gantung pada 4 April 1979. Zia-ul-Haq adalah seorang muslim yang taat, beliau memperkenalkan Nizam al-Islam (peraturan Islam) atau Islamisasi Pakistan. Selain itu ia membentuk suatu institusi yang memberikan cara mendapatkan keadilan dengan mudah kepada perorangan yang mempunyai keluhan terhadap tindakan pejabat pemerintahan federal. Juga banyak melontarkan gagasan tentang transformasi struktur sosial, ekonomi dan politik disesuaikan dengan prinsip-prinsip Islam.18

17 Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Jilid IV, (Cet.IV, Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve, 1997), h., 40. 18 Munawir Sadzali, Islam dan Tata Negara Ajaran dan Pemikiran, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1993), h.,72. 45

Selain dari perubahan yang dilakukannya dari berbagai aspek, Zia- ul-Haq juga dipandang sebagai seorang yang diktator, karena di samping menghukum gantung Ali Bhuto, ia juga memenjarakan setiap pendukung Ali Bhuto, termasuk putrinya Banazir Bhuto yang masuk keluar penjara karena menentang kediktatoran itu. Pada tahun 1982, Benazir Bhuto diusir dari Pakistan setelah dipenjarakan selama 3 tahun. Selanjutnya ia pergi ke London menyusun kekuatan, dan pada tahun 1986 ia kembali ke Pakistan untuk menentang rezim Zia-ul-Haq. Tanggal 17 Agustus 1988 Zia-ul-Haq tewas bersama dengan duta besar dan atase militer Amerika Serikat dalam pesawat C-130 yang meledak di Pakistan Tengah. Dan semakin mempermudah Partai Rakyat Pakistan (Pakistan People’s Party/PPP), di bawah Benazir Bhuto putri Zul- Fikar Ali Bhuto memenangkan pemilihan umum.19 3. Pemerintahan Benazir Bhuto dan Nawaz Sharif Pada tahun 1988 Benazir Bhuto tampil menjadi perdana menteri Pakistan setelah partai rakyat Pakistan yang dipimpinnya menang atas Aliansi Demokrasi Islam (Islamic Demokratic Aliances/IDA). Dengan demikian, Pakistan yang sebelum nya menganggap wanita tidak boleh dijadikan sebagai kepala negara, mengukir sejarah penting bagi perkembangan Islam, Dia adalah perdana Menteri perempuan pertama di dunia Islam era modern, sekalipun ulama Pakistan masih mengharamkan kepemimpinan perempuan. Pada tahun 1990, ia dijatuhkan dengan tuduhan korupsi dan digantikan oleh Nawaz Sharif, seorang pengagum Zia-ul-Haq dari partai Aliansi Demokrasi Islam (IDA). Nawaz Sharif mengakhiri kepemimpinannya setelah dikudeta oleh Perves Musharraf pada tahun 1999. Dan pada tahun 2001 Perves Musharraf menyatakan diri sebagai Presiden Pakistan.20

19 Ahmad Syafi’I Maarif, “Benazir Bhuto Tentang Dunia Islam” dalam Muhammadiyah Online. Tanggal 16 April 2008 20 Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Jilid IV, (Cet.IV, Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve, 1997), h., 40. 46

4. Presiden Musharraf Musharraf memperpanjang jabatan pada saat tahun 2002, pemilih sangat menyetujui referendum untuk memperpanjang Musharraf presiden lima tahun. Pada bulan Agustus, Musharraf meluncurkan 29 amandemen konstitusi vang memperkuat cengkeramannya pada negara.21 Pada tahun 2007 para pemimpin oposisi dalam sebuah konferensi yang dihadiri oleh 38 perwakilan partai mendesak Presiden Perves Musharraf untuk mengundurkan diri dari jabatannya, karena peraturan militer Presiden Musharraf terbukti telah membawa Pakistan ke jurang kehancuran, perpecahan dan kerusuhan. Parlemen Pakistan sendiri sudah dipinggirkan dan tidak punya kekuatan lagi. Mereka juga mendesak pemerintah untuk mengizinkan mantan perdana menteri Benazir Bhuto dan Nawab Sharif agar dapat kembali ke Pakistan. Krisis itu berawal ketika dua madrasah di Pakistan yaitu Jamiah Hafsah dan Jamiah Faridia mengumumkan penerapan syariat Islam di seluruh Pakistan. Tokoh utama madrasah itu adalah Maulana Abdul Rashid Ghazi. Mereka terdorong menerapkan syariat Islam, karena menganggap pemerintah Pakistan telah gagal mengatasi masalah pelacuran dan tindak kriminal lainnya. Persoalan ini mengemuka setelah para santri putri dari kedua madrasah itu menyandera tiga perempuan dan satu laki-laki pada tanggal 30 Maret 2007, karena mereka menduga sebagai pengelola tempat pelacuran di sebuah kawasan kalangan menengah di Islamabad.22 Hubungan pihak pemerintah (Presiden Perves Musharraf) dengan Maulana Abdul Rashid Ghazi terus memburuk, sampai pada desakan agar Musharraf diadili di Pengadilan Syari’ah. Musharraf yang berlatar belakang militer dan dekat dengan Amerika tentu saja menolak. Suasana semakin meruncing tatkala aparat pemerintah

21 Nurzengky Ibrahim, Sejarah Negara-negara di Kawasan Asia Selatan, (Yogyakarta: Ombak (Anggota IKAPI), 2015), h., 120. 22 Aisyah A., Nasionalisme dan Pembentukan, (Jurnal Politik Profetik, Vol. 4 No. 2 Tahun 2014), h., 89. 47

melakukan penghancuran tujuh mesjid dengan alasan illegal. Saat itu suasana semakin panas hingga berujung pada pengepungan Mesjid Merah dan madrasah pada tanggal 3 Juli 2007. Sebaliknya, para santri dan pengasuh menilai dirinya kini telah berhadapan dengan pemerintah Pakistan dan wajib hukumnya melancarkan aksi perlawanan yang dinilainya sebagai amar ma’ruf nahi mungkar dan berakhir dengan tewasnya Maulana Abdul Rashid Ghazi dan ibu kandungnya serta 160 santri. Serangan pasukan Pakistan terhadap masjid dan madrasah itu membuat Presiden Musharraf menghadapi instabilitas yang semakin meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Hal itu yang mendorong Presiden Musharraf menetapkan keadaan darurat pada tanggal 3 Nofember 2007. Ketika itu, Benazir Bhuto kembali ke Pakistan pada Oktober 2007 adalah atas dorongan Gedung Putih agar mau berunding dengan Presiden Perves Musharraf, tangan kanan Amerika dalam upaya memerangi terorisme, sebagai bagian dari kepentingan politik global Amerika. Belum ada kesepakatan apa-apa dengan Musharraf, Benazir telah bersimbah darah. Dia mati secara tragis pada 27 Desember 2007 saat berkampanye untuk Pakistan People’s Party (PPP).23

B. BIOGRAFI NAWAZ SHARIF Mian Muhammad Nawaz Sharif atau dikenal dengan sebutan Nawaz Sharif lahir pada 25 Desember 1949 di Lahore, Punjab, Pakistan yang merupakan seorang ahli perniagaan dan politikus Pakistan. Beliau merupakan Perdana Menteri Pakistan yang telah dipilih sebanyak tiga kali, yaitu dari tahun 1990 hingga tahun 1993, yang kedua dari tahun 1997

23 Ahmad Syafi’I Maarif, “Benazir Bhuto Tentang Dunia Islam” dalam Muhammadiyah Online, (April, 2008). 48

sehingga tahun 1999, dan terakhir dari tahun 2013 hingga dengan tahun 2017. Sebelum itu, ia adalah Ketua Menteri Punjab dari 1985 hingga 1990.24 Nawaz Sharif dilahirkan dalam keluarga kaya kelas menengah. Ayahnya yaitu Mian Mohammad Sharif, yang tiga kali pernah diangkat menjadi Ketua Menteri. Ibu Nawaz Sharif berasal dari Paloma sedangkan Ayahnya Mian Mohammad Sharif , merupakan produsen India dan pedagang milik Kashmir kabupaten Anantnag. Mian Muhammad Sharif awalnya dipengaruhi oleh Dr. Tahir-ul-Qadri dan kemudian ia cenderung tidak patuh. Nawaz Sharif menerima pendidikan awalnya di Sekolah Menengah St. Anthony, Lahore. Nawaz Sharif belajar bisnis di Government College University Lahore dan belajar hukum di Punjab University Law College sebelum memasuki dunia politik pada akhir 1970-an. Pelatihan politik Nawaz Sharif dibayangi oleh Jenderal Mohammad Zia-ul-Haq yang waktu itu menjadi komandan militer Pakistan. Selama era Zia ia tetap di pemerintahan Punjab untuk waktu yang lama. Nawaz Sharif bergabung dengan Dewan Provinsi pada tahun 1981 sebagai menteri kabinet provinsi di Punjab. Mereka berhasil membawa sekitar 70% bagian pembangunan pedesaan dalam program pembangunan tahunan provinsi. Pada saat yang sama, ia juga menjabat sebagai Menteri Olahraga dan mengatur kembali kegiatan olahraga di provinsi tersebut. Di bawah kediktatoran, Nawaz Sharif memenangkan mayoritas kursi di majelis nasional dan provinsi dalam pemilihan non-partai yang diadakan pada tahun 1985. Pada tanggal 9 April 1985, ia dilantik sebagai Ketua Menteri Punjab. Pada 31 Mei 1988, Jenderal Zia-ul-Haq menggulingkan pemerintahan Junejo, tetapi Nawaz Sharif tetap sebagai Ketua Menteri sementara Punjab.25

Diakses pada tanggal 22/10/2019 pukul 14.39 نواز_شریف/https://ur.wikipedia.org/wiki 24 WIB. Diakses pada tanggal 22/10/2019 pukul 14.43 نواز_شریف/https://ur.wikipedia.org/wiki 25 WIB. 49

Ketika Jenderal Jilani menggunakan dana rahasia dan membagikan uang untuk mengalahkan PPP pada tahun 1988, Nawaz Sharif juga mendapatkan manfaat darinya. Mereka membentuk Aliansi Demokrasi Islam dengan keyakinan Jenderal Jilani dan dengan dana yang disediakan. Melalui kecurangan terbuka ini, Nawaz Sharif melembagakan kembali pemilihan menteri pada tahun 1988. Selama periode ini ia memiliki peningkatan tajam di Murree dan Kahuta. Pada 6 November 1990, Nawaz Sharif mengambil sumpah sebagai Perdana Menteri ketika partai pemilihannya Aliansi Demokrasi Islam memenangkan pemilihan Oktober 1990. Namun, dia tidak bisa menyelesaikan masa lima tahun, dan dia digantikan oleh presiden saat itu. Meskipun perdana menteri negara itu mengembalikannya setelah pengadilan konstitusional, ia harus mengundurkan diri dari posisinya dengan presiden pada Juli 1993. Selama masa jabatan perdana menteri berbagai upaya dilakukan untuk memperkuat industri dalam negeri dengan dukungan dari sektor swasta. Proyek-proyek seperti Ghazi Borutha dan pelabuhan Gwadar dimulai tanah didistribusikan di antara para petani Sindh yang tidak memiliki tanah. Negara-negara Muslim Asia Tengah memperkuat ikatan Organisasi Kerjasama Ekonomi untuk dipromosikan. Pada Oktober 1999, Nawaz Sharif menjadi kepala pasukan saat itu upaya untuk menggantikan sebagai kepala militer baru. Upaya jujur untuk mengurangi peran tentara dalam politik nasional ini menjadi bencana baginya dan pemerintahannya dihentikan setelah kudeta militer. Setelah tentara mengakhiri pemerintahannya, ia dituntut yang dikenal sebagai "Kasus Konspirasi Pesawat". Pada tanggal 23 Agustus 2007, Mahkamah Agung memutuskan atas permintaan keluarga Sharif, menolak keberatan pemerintah atas kepulangannya, memungkinkan seluruh keluarga untuk kembali.26

Diakses pada tanggal 22/10/2019 pukul 14.43 نواز_شریف/https://ur.wikipedia.org/wiki 26 WIB. 50

C. KEPEMIMPINAN PERDANA MENTERI NAWAZ SHARIF Pada tahun 1990, Sharif memimpin koalisi konservatif untuk meraih kemenangan menjadikannya Perdana Menteri. Kemudian dikatakan bahwa pemilu dipicu untuk mendukung Sharif oleh badan intelijen Pakistan, ISI, yang telah menyumbangkan jutaan rupee untuk kampanye pilihannya. Pemerintahan pertama Sharif berakhir ketika Presiden Ghulam menuduh Sharif melakukan korupsi. Sharif berhasil menantang pemecatan di Mahkamah Agung, tetapi keduanya akhirnya dibujuk untuk mundur pada tahun 1993 oleh kepala militer Waheed.27 Pemerintahan kedua Sharif juga melihat perselisihan dengan pengadilan dan militer. Sharif juga secara paksa mengundurkan diri sebagai jenderal Karamat dan menggantikannya dengan Musharraf pada tahun 1998. Namun, Perang Kargil menyebabkan kemunduran dalam hubungannya dengan Musharraf. Ketika ia mencoba untuk membebaskan Musharraf dari komandonya pada 12 Oktober 1999, tentara menggulingkan pemerintah Sharif dan memindahkannya ke Arab Saudi.28 Kekacauan di Pakistan sejak Januari 2007 telah mendorong mantan Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif balik lagi kembali ke Pakistan. Tetapi pemerintah Pakistan yang dipimpin oleh Presiden Jenderal Pervez Musharraf melarang setiap unjuk rasa untuk menyambut kembalinya Nawaz Sharif. Bahkan ratusan pendukung dan lebih dari 1500 anggota Liga Muslim Pakistan telah ditangkap oleh polisi karena demonstrasi atas kepulangnnya mantan PM Pakistan ini.29 Nawaz Sharif telah mengumumkan dia ingin kembali dari pengasingan setelah 10 tahun dia belum tinggal di Arab Saudi. Ketua Mahkamah Agung Pakistan, Iftikhar Muhammad Chaudhry

27 Story of Pakistan. Mian Muhammad Nawaz Sharif, (Kisah Direktorat Pakistan,Bagian II, Februari, 2012). 28 Story of Pakistan, Mian Muhammad Nawaz Sharif, (Kisah Direktorat Pakistan, Bagian IV, Februari 2012). 29 http://author.voanews.com/english/2007-09-08-voa7.com Diakses pada tanggal 16/10/2019 pukul 14.30 WIB. 51

memutuskan bahwa Nawaz Sharif dapat kembali ke Pakistan setelah dideportasi selama 10 tahun. Dalam pemilu 2013, Liga Muslim Sharif membentuk pemerintah koalisi. Akibatnya, Nawaz Sharif terpilih sebagai Perdana Menteri oleh Parlemen.30 Pada 2015, tentara melancarkan serangan untuk melenyapkan kelompok-kelompok ekstremis di Pakistan barat laut dan serangan militer lain pada 2017.31 Tahun ketiga PM Nawaz Sharif membawa stabilitas makro ekonomi dengan bantuan pinjaman besar dari IMF, dan investasi miliaran dolar dengan China. Namun, ia telah menghadapi kritik terhadap peningkatan utang pemerintah, yang telah meningkat sebesar 35%.32 Pada 28 Juli 2017 Sharif didiskualifikasi menjadi Perdana Menteri oleh Mahkamah Agung Pakistan selama 10 tahun. Sharif mengajukan pengunduran dirinya setelah keputusan tersebut.33

30 “Partai Nawaz Sharif mendapat mayoritas di Parlemen Pakistan" .Times of India. Diakses pada tanggal 16/10/2019 pukul 13.52 WIB. 31 Dawn.com “Tentara Pakistan meluncurkan 'Operasi Radd-ul-Fasaad' di seluruh negeri" , Diakses pada tanggal 16/10/2019 pukul 13.59 WIB. 32 https://www.dawn.com/news/1313037 Diakses pada tanggal 16/10/2019 pukul 14.07. WIB. 33 BBC. "Pakistan's Sharif disqualified by court" Diakses pada tanggal 16/10/2019 pukul 14.11 WIB.

BAB IV

UPAYA DAN KEBIJAKAN YANG DILAKUKAN NAWAZ SHARIF DALAM PENANGANAN KONTRA TERORISME TAHUN (2013-2017)

A. KEBIJAKAN NAWAZ SHARIF DALAM PENANGANAN KONTRA TERORISME Dalam semasa menjabat sebagai Perdana Menteri untuk yang ke-3 kalinya pada tahun 2013, masyarakat Pakistan menyambut PM Nawaz Sharif dengan optimisme bahwa keseimbangan kekuasaan akhirnya berayun demi kepemimpinan sipil. Dalam beberapa bulan pertama masa jabatannya, kontrol sipil atas apa yang secara tradisional militer anggap sebagai domainnya sendiri keamanan nasional dan kebijakan luar negeri tampaknya semakin meningkat.1 Didorong oleh kemudahan relatif yang dengannya pemerintah dapat mengambil langkah-langkah ini, Nawaz Sharif kemudian melakukan penjangkauan berlebihan dan memutuskan untuk mengadili mantan diktator militer Musharraf yang diadili karena pengkhianatan tingkat tinggi. Maka dari itu di pilihlah Jenderal Ashfaq Parvez Kayani sebagai panglima militer sebagai pengaganti Musharraf. Dalam melakukan upaya penanganan kontra terorisme PM Nawaz Sharif bekerjasama dengan militer melakukan Operasi Berbasis Intelijen (IBO). IBO dalam operasinya akan menyisir ke seluruh negeri, dalam menargetkan teroris, fasilitator mereka, pemodal dan para pelaku. Sekitar 2.578 dilakukan di Balochistan, 9.308 di Punjab, 5.878 di Sindh dan 3.263 di Khyber Pakhtunkhwa. IBO khusus memulai ledakan bunuh diri di taman Gulshan Iqbal Lahore. Sejauh ini 477 IBO khusus telah dilakukan, dengan

1 Dawn.com https://herald.dawn.com/news/1153385 Diakses pada tanggal 21/10/2019 pukul 08.12 WIB.

52 53

1.399 orang ditangkap dan selama Operasi Zarb-i-Azb, 536 tentara tewas dan 2.272 terluka, sedangkan teroris yang tewas sebanyak 3.500 orang.2 Selain dari IBO ada juga namanya Zarb-i-Azb, ini merupakan operasi dari Inter Services Public Relations (ISPR) atau Hubungan Masyarakat antar Layanan yang dikomandoi oleh Direktur Jendral Asim Bajwa dimulai pada15 Juni 2014, setelah serangan di Bandara Internasional Jinnah Karachi. Operasi yang telah berjalan selama lebih dari dua tahun sudah berjalan dalam tahap akhir mengurangi terorisme. Pada tahun 2014, ada 311 ledakan IED, 74 serangan, dan 26 ledakan bunuh diri. Pedoman operasional yang menonjol untuk Zarb-i-Azb adalah bahwa itu akan menjadi operasi yang tidak pandang bulu, itu akan menghindari kerusakan jaminan dan akan memperhatikan hak asasi manusia. Diantaranya ringkasan kemajuan yang dibuat selama Operasi Zarb-i- Azb:3  Perang melawan teror menelan biaya 107 miliar dolar Pakistan  Waziristan Utara, Shawal, Khyber Agency dibersihkan oleh Angkatan Darat  900 teroris terbunuh selama Khyber I dan Khyber II  66 penduduk setempat telah kembali ke daerah kesukuan  Desain Daesh di Pakistan digagalkan, 309 ditangkap  Lebih dari 21.000 IBO dilakukan di seluruh Pakistan, hampir 1.400 orang ditangkap  536 tentara tewas, 2.272 terluka selama IBO  3.500 teroris terbunuh di IBO  Pemerintah Afghanistan, pasukan NATO tidak mengambil tindakan memadai terhadap teroris

2 Dawn.com https://www.dawn.com/news/1281352/war-against-terror-cost-pakistan- 107bn-dg-ispr-asim-bajwa-briefs-on-progress-under-operation-zarb-i-azb Diakses pada tanggal 21/10/2019 pukul 08.17 WIB 3 Dawn.com https://www.dawn.com/news/1281352/war-against-terror-cost-pakistan- 107bn-dg-ispr-asim-bajwa-briefs-on-progress-under-operation-zarb-i-azb Diakses pada tanggal 21/10/2019 pukul 08.22 WIB

54

 Pengerahan pasukan bersenjata yang buruk di sepanjang sisi perbatasan Afghanistan  Gates akan dibangun di semua titik persimpangan di sepanjang perbatasan Pakistan-Afghanistan Sebelum memulai operasi, Pakistan telah memberi tahu semua pemangku kepentingan politik, diplomatik, dan militer mengenai operasi tersebut. Presiden Afghanistan, pemerintah politik, kepemimpinan militer, Misi Pendukung Tegas di Afghanistan semua diberitahu tentang operasi itu dan meminta jika teroris melintas perbatasan, mereka harus menangkap mereka. Ketika para teroris pergi ke Khyber Agency, Jendral Asim Bajwa memindahkan beberapa pasukan dari operasi Waziristan Utara ke Khyber dan melakukan operasi Khyber I dan Khyber II. Kami menemukan senjata, amunisi, IED, bahan peledak, peralatan komunikasi, literatur kebencian dan menemukan terowongan. Ada cukup bahan peledak di sana untuk melakukan lima ledakan IED setiap hari selama 21 tahun. Itu bisa menyebabkan 134.000 korban dengan jumlah material yang kami temukan. Tentara menewaskan 900 teroris selama operasi Khyber, kata Bajwa, dan membongkar jaringan teroris yang mengancam daerah-daerah di sekitarnya, seperti Peshawar.4 Sekitar 66 persen penduduk setempat telah kembali ke daerah yang terkena dampak terorisme. Tapi itu tidak cukup bahwa Pemerintah membawa mereka kembali ke rumah mereka. Pemerintah harus membantu mereka supaya menjadi makmur melalui upaya rekonstruksi, memastikan bahwa daerahnya lebih baik daripada sebelumnya, menciptakan peluang untuk mata pencaharian dan menghidupkan kembali ekonomi lokal sehingga terorisme semacam ini tidak terulang. Dalam penanganan kontra terorisme yang dilakukan kerjasama antara militer dengan PM Nawaz Sharif ini bisa dikatakan berhasil. Dilihat dari

4 Dawn.com, https://www.dawn.com/news/1281352/war-against-terror-cost-pakistan- 107bn-dg-ispr-asim-bajwa-briefs-on-progress-under-operation-zarb-i-azb Diakses pada tanggal 21/10/2019 pukul 08.27 WIB 55

siasat dan strategi yang dilakukannya yang membuahkan hasil. Hal ini sejalan dengan Barry R. Posen dihalaman sebelumnya dia pernah menulis buku yang berjudul “The Struggle against Terorism: Grand Strategy, Strategy and Tactics” dia menyebutkan bahwa dalam upaya menanggulangi terorisme suatu negara memerlukan sebuah strategi yang digunakan untuk menentukan prioritas dan memfokuskan penggunaan sumberdaya suatu negara, sumber daya ini maksudnya ialah uang, waktu, capital politik dan kekuatan militer.5 Dalam kontra terror yang dilakukan PM Nawaz disini mencakup semua dengan apa yang ditulis Posen. Dia memberikan upaya dan kebijakan tidak dilimpahkan ke militer saja tetapi ke semua elemen ikut serta dalam kontra terorisme ini. Negara yang sedang dalam ancaman teror dan berusaha menanggulanginya harus berusaha memperbesar kapabilitas diplomasi dan pertahanan mereka karena menurut Posen kedua faktor inilah yang akan berperan lebih besar dalam upaya kontra teror. Strategi kontra teror sangat penting dimiliki oleh suatu negara karena dengan adanya suatu strategi yang tepat maka suatu negara akan mampu menciptakan skala prioritas atas penggunaan sumberdaya. Mereka mengingat sangat terbatasnya sumber daya yang dimiliki suatu negara dan sifat perang melawan terror yang bersifat “perang yang menguras tenaga”. Ada satu lagi kebijakan yang dilakukan yaitu Rencana Aksi Nasional (RAN) merupakan rencana aksi yang didirikan oleh PM Nawaz pada Januari 2015 untuk menindak terorisme dan untuk menambah serangan anti-teroris yang sedang berlangsung di Wilayah Kesukuan yang diatur oleh Pemerintah Federal . Itu dianggap sebagai pembalasan negara terkoordinasi utama setelah serangan sekolah Peshawar yang mematikan. Rencana tersebut menerima tingkat dukungan dan kerja sama yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh spektrum politik negara, termasuk pemerintah federal dan provinsi.

5 Barry R.Posen , “The Struggle against Terrorism:Grand Strategy, Strategy and Tactics”, International Security Vol 26,No.3, (2001), hlm., 39. 56

Ini menggabungkan inisiatif kebijakan luar negeri dan dalam negeri yang bertujuan untuk menindak dan akhirnya menghilangkan organisasi terlarang di seluruh negeri. Rencana tersebut diberikan sebagai kerangka kerja untuk Amandemen ke dua puluh satu (21) untuk Konstitusi Pakistan yang membentuk pengadilan militer yang cepat atas pelanggaran yang berkaitan dengan terorisme. Hal ini juga mengarah pada dimulainya kembali hukuman mati dan verifikasi ulang wajib melalui pengenalan sidik jari semua pelanggan di telepon seluler. Rencana Aksi Nasional memberi wewenang kepada Departemen Luar Negeri, Keuangan, dan departemen-departemen lainnya untuk menjangkau negara-negara Muslim yang bersahabat untuk menekan para pemodal jaringan sektarian dan teroris yang beroperasi melawan Pakistan.6 Menurut Menteri Dalam Negeri, rencana itu disiapkan berdasarkan keputusan yang diambil oleh konferensi semua pihak. Untuk tujuan ini PM membentuk Komite Aksi Nasional yang terdiri dari anggota dari semua partai politik dan keputusan diambil berdasarkan rekomendasi dari komite ini. Pidato PM memberikan garis besar Rencana Aksi Nasional berikut, yang poin-poinnya diputuskan dalam APC.7 Tehreek-e-Insaaf (PTI) Pakistan membatalkan protes dan berpartisipasi dalam APC. Namun, mereka abstain memilih RUU dan amandemen. Jamiat Ulema-e Islam ( P ) (JUI F) dan Jamaat-e-Islami (JI) juga tidak melakukan pemungutan suara. JI mengusulkan bahwa kata agama harus dihilangkan dari teks RUU. JUI bersikeras bahwa kata sekte tidak dapat diterima. Partai Rakyat Pakistan (PPP) dan Partai Nasional Awami (ANP) memberikan suara mendukung RUU dan amandemen.

6 Gishkori, Zaheed "Rencana Aksi Nasional: Pakistan dalam dorongan baru untuk mencekik dana teror" . Express Tribune, 2015. Express Tribune. Diakses pada tanggal 28/12/2019 pukul 20.10 WIB 7 National_Action_Plan_(Pakistan)&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp Diakses pada tanggal 28/12/2019 pukul 20.15 WIB

57

Hasil rencana tersebut diberikan sebagai kerangka kerja untuk Amandemen ke dua puluh satu (21) untuk Konstitusi Pakistan yang membentuk pengadilan militer yang cepat atas pelanggaran terorisme yaitu:8  Setelah insiden Peshawar, pemerintah memutuskan untuk melanjutkan dengan eksekusi para ekstrimis. dihukum dalam kasus terkait teror. Pemerintah sudah memulai implementasi.  Pengadilan khusus, yang dipimpin oleh para perwira angkatan bersenjata, akan dibentuk untuk pengadilan teroris yang cepat. Pengadilan-pengadilan ini akan dibentuk untuk jangka waktu dua tahun.  Pembentukan milisi bersenjata tidak akan diizinkan di negara ini.  Otoritas Penanggulangan Terorisme Nasional akan dihidupkan kembali dan dibuat efektif  Akan ada tindakan keras terhadap kebencian, dan tindakan akan diambil terhadap surat kabar, majalah yang berkontribusi terhadap penyebaran pidato semacam itu.  Sumber keuangan teroris dan organisasi teror akan dipotong.  Pakaian yang dilarang tidak akan diizinkan beroperasi dengan nama yang berbeda.  Pasukan anti-terorisme khusus akan dimunculkan.  Langkah-langkah akan diambil untuk menghentikan ekstremisme agama dan melindungi minoritas.  Madrasah akan diatur dan direformasi.  Media cetak dan elektronik tidak akan diizinkan memberi ruang bagi teroris.  Mempertahankan rehabilitasi pengungsi sebagai prioritas utama, reformasi administrasi dan pembangunan dalam FATA akan dipercepat.  Sistem komunikasi organisasi teroris akan hancur.

8 National_Action_Plan_(Pakistan)&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp Diakses pada tanggal 28/12/2019 pukul 20.15 WIB 58

 Media sosial dan internet tidak akan diizinkan untuk digunakan oleh teroris untuk menyebarkan propaganda dan kebencian, meskipun proses yang tepat untuk itu akan diselesaikan.  Seperti negara lainnya, tidak ada ruang yang akan diberikan kepada ekstremisme di bagian mana pun dari Punjab.  Operasi melawan teroris di Karachi akan diambil pada kesimpulan logisnya.  Untuk kepentingan rekonsiliasi politik, pemerintah Baluchistan akan diberi wewenang penuh oleh semua pemangku kepentingan.  Elemen yang menyebarkan kekerasan sektarian akan dituntut.  Kebijakan komprehensif akan dibentuk untuk pendaftaran pengungsi Afghanistan.  Untuk memberikan agen intelijen provinsi akses ke komunikasi teroris dan untuk memperkuat agen anti-teror melalui reformasi dasar dalam sistem peradilan pidana. Amandemen dan legislasi konstitusi akan dilakukan untuk tujuan ini.9

B. UPAYA KONTRA TERORISME DAN DERADIKALISASI Kontra terorisme merupakan suatu sikap tidak mendukung atau upaya untuk menanggulangi gangguan teror yang dilancarkan oleh para teroris yang menginginkan ketidakstabilan kondisi masyarakat, memecah integrasi sosial dan pemaksaan agenda kelompoknya yang sering kali menggunakan tindak kekerasan dalam aksinya. Upaya konta terorisme yang dilakukan oleh pemerintah Pakistan dari yang telah dijabarkan diatas dapat dikatakan pemerintah Pakistan memang tidak bermain-main dengan hal terror tersebut. Upaya dan kebijakannya memang tidak ada sedikit ampun bagi para teroris. Hal ini sejalan dengan para pemerintahnya yang gencar terus melakukan kerjasama dengan militer. Berbagai operasi khusus dilakukan, sweaping tiap- tiap daerah yang terafiliasi dengan terror maka langsung dibumi hanguskan.

9 National_Action_Plan_(Pakistan)&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp Diakses pada tanggal 28/12/2019 pukul 20.15 WIB 59

Disisi lain upaya yang dilakukan pemerintahan Pakistan mengutus ulama-ulama nya ke berbagai Negara untuk melakukan kunjungan dalam rangka belajar dan mengurangi permasalahan terror yang terjadi Negara tersebut. Salah satunya Indonesia termasuk Negara yang dikunjungi oleh Ulama Pakistan.10 Dalam hal ini sebanyak 45 orang ulama Negara Pakistan, Afghanistan termasuk Indonesia berkumpul dalam upaya melakukan perdamaian di Negara-negara konflik tersebut. Pakistan mengutus sebanyak 15 orang ulamanya. Dalam pertemuan itu juga menghasilkan suatu kesepakatan atau fatwa bersama yaitu bagaimana mendamaikan Afghanistan. Deradikalisasi adalah satu upaya dalam menanggulangi penyesatan faham agama yang mengedepankan tindakan irrasional, rigid, menindas dan sering menggunakan kekerasan, yang mana semestinya agama menampakkan wajahnya yang penuh dengan nilai-nilai toleransi (tasamuh), moderat (tawassuth/wasathiy), lurus dalam bingkai keadilan (I‟tidal) dan menjadi rahmat bagi alam (rahmah li al-„alamin).11 Seperti laporan Mustofa dalam kajian Jeffrie Geovanie, Deradikalisasi agama merupakan upaya untuk menanamkan pemahaman agama yang ramah dan damai dalam perspektif kebhinekaan sehingga setiap pemeluk agama mau menerima perbedaan dengan wajar (tulus) dan lapang dada. Karena merespon perbedaan secara radikal, tanpa kompromi bertentangan dengan ajaran kedamaian agama.12 Deradikaliasi yang berkesan impresif tentu membutuhkan waktu yang tidak sebentar, karena ia juga mencakup proses deideologisasi atas pemahaman yang telah terbangun sebelumnya. Oleh karena itu deradikalisasi harus dilakukan dengan menggunakan pelbagai pendekatan yang positif baik

10 Moh. Nadlir, Puluhan Ulama dari Afghanistan Pakistan Berkumpul di Indonesia, https://nasional.kompas.com/read/2018/03/06/14290901/puluhan-ulama-dari-afganistan-dan- pakistan-akan-berkumpul-di-indonesia, Diakses pada tanggal 03/11/2019 pukul 14.57 WIB 11 Muhammad Faiz, Konsep Deradikalisasi dan Kontra Terorisme Menurut Said Nursi, (TAPIS, Vol. 01 No. 01, Juni, 2017), h., 30. 12 Imam Mustofa, Deradikalisasi Ajaran Agama: Urgensi, Problem Dan Solusinya, (AKADEMIKA, 16, No. 2, Desember, 2011), h., 4.

60

dari segi psikologi, keagamaan, sosial-budaya, ekonomi, hukum dan kekuasaan (politik) dalam tempo yang panjang. Upaya deradikalisasi dan kontra terorisme dengan pendekatan agama misalnya akan menemui beberapa tantangannya tersendiri, sebab orang-orang yang sudah terkena doktrin radikal akan sangat tergantung respon dan penerimaannya terhadap program deradikalisasi ini kepada latar belakang pemahaman agama yang dimiliki sebelumnya. Indoktrinasi faham radikal kepada orang-orang yang awam dan minim pemahaman agamanya tentu akan lebih mudah dibandingkan dengan transformasi ajaran radikal kepada orang-orang yang telah luas wawasan dan dialektika keagamaannya. Bahkan kecenderungan terinfeksi virus radikal akan sangat kecil jika seseorang secara basic berpikiran terbuka dan mau membaca berbagai sumber literature yang berbeda. Dengan demikian masih maraknya aksi-aksi radikalisme dan terorisme hingga saat ini yang terjadi semakin menguatkan urgensi upaya deradikalisasi dan kontra terorisme dengan mendorong semua pihak untuk terus berpartisipasi aktif dalam meredam cara-cara kekerasan dalam kapasitas masing-masing sebagai warga negara yang mencintai keutuhan bangsa dan negaranya di Pakistan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah Pakistan yaitu mengadakan program pendidikan Mishal De-radicalisation Centre di Swat. Disini mereka dididik kembali rasa nasionalisme, bela Negara, dan keterampilan agar kelak bisa kembali kepada keluarga dan masyarakat sebagai warga Negara yang baik.13 Tujuan dari program ini yaitu untuk mengubah pola pikir radikal dan membawa perubahan pada perilaku mereka dalam menghadapi kehidupan yang lebih modern dan menyampaikan ajaran-ajaran yang benar tentang agama Islam. Disisi lain peserta juga mendapatkan program pendidikan

13 Ria Desy, Upaya Pakistan Meredam Radikalisme, https://www.antaranews.com/ berita/356968/upaya-pakistan-meredam-radikalisme Diakses pada tanggal 31/10/2019 pukul 13.27 WIB

61

keterampilan sesuai minat dengan minatnya masing-masing seperti kursus komputer, otomotif, reparasai alat rumah tangga, peternakan lebah, pertukangan dan menjahit. Dan pengajarnya adalah guru-guru dan dosen dari berbagi sekolah dan universitas di Pakistan. Dilihat dari upaya deradikalisasi yang dilakukan oleh PM Nawaz kepada orang-orang yang terdoktrin paham teroris. Pada dasarnya orang- orang tersebut yaitu orang-orang yang terpapar dan terlalu fanatik dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Contohnya saja kekerasan sektarian antara kelompok sunni dan minoritas syiah. Muhammad Arkoun dia halaman sebelumnya menyebutkan bahwa ada keterkaitan antara terorisme dan fanatisme. Beliau menyebutkan bahwa fanatisme merupakan sebuah penyakit kekauan mental (al-sharamah al-aqliyah) beragama yang disebabkan oleh doktrin agama yang dogmatis.14 Pemeluk agama yang fanatik cenderung mudah menegasikan kelompok lain yang berbeda pandangan dan menilainya kafir. Pemeluk agama eksklusif ini tidak bisa menerima pemikiran kelompok lain dengan melekatkan tuduhan sesat dan kafir. Maka demi tujuan melindungi kesakralan iman dan simbol agama, dari sinilah timbul diskiriminasi dan kekerasan. Diantaranya tempat ibadah yakni masjid-masjid kaum syiah dan gereja menjadi sasaran dari teroris ini karena yang tidak sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan dari orang-orang yang fanatik terhadap pahamnya tersebut. Maka dari itulah PM Nawaz membuat upaya program pendidikan deradikaliasi yaitu Mishal De-radicalisation Centre di Swat. Yang mana nanti mereka akan dididik kembali dengan rasa nasionalisme, bela Negara, dan keterampilan-keterampilan agar kelak bisa kembali kepada keluarga dan masyarakat sebagai warga Negara yang baik.

14 Muhammad Arkoun, al-Fikr al-Islami : Qiraah Ilmiyah, (1994), h., 5. 62

C. HASIL KEBIJAKAN YANG DILAKUKAN NAWAZ SHARIF DALAM UPAYA PENANGANAN KONTRA TERORISME Dilihat dari berbagai aspek diatas dapat dilihat bahwa dalam mengemban amanah yang dilakukan oleh PM Nawaz Sharif banyak menuai pro dan kontra dalam urusan pemerintahannya. Tetapi ada satu hal yang membuat penulis salut atas prestasi yang dilakukannya dalam upaya kontra terorisme. Beliau dalam masa pemerintahannya sudah tiga kali diangkat sebagai Perdana Menteri dan sebanyak tiga kali pula digulingkan oleh lawan politiknya. Tetapi dalam melawan terror dia sungguh-sungguh dan melakukan upaya apapun dalam mengurangi terror tersebut sampai ke akar- akarnya. Mulai dari melakukan Operasi berbasis intelijen (IBO) yang bekerjasama dengan militer. IBO sendiri dalam melakukan operasinya akan menyisir ke seluruh negeri, dalam menargetkan teroris, fasilitator mereka, pemodal dan para pelaku. Sekitar 2.578 dilakukan di Balochistan, 9.308 di Punjab, 5.878 di Sindh dan 3.263 di Khyber Pakhtunkhwa. IBO khusus memulai ledakan bunuh diri di taman Gulshan Iqbal Lahore. Sejauh ini 477 IBO khusus telah dilakukan, dengan 1.399 orang ditangkap dan selama Operasi Zarb-i-Azb, 536 tentara tewas dan 2.272 terluka, sedangkan teroris yang tewas sebanyak 3.500 orang. Selain dari IBO ada juga namanya Zarb-i-Azb, ini merupakan operasi dari Inter Services Public Relations (ISPR) atau Hubungan Masyarakat antar Layanan yang dikomandoi oleh Direktur Jendral Asim Bajwa dimulai pada15 Juni 2014, setelah serangan di Bandara Internasional Jinnah Karachi. Operasi yang telah berjalan selama lebih dari dua tahun sudah berjalan dalam tahap akhir mengurangi terorisme. Pada tahun 2014, ada 311 ledakan IED, 74 serangan, dan 26 ledakan bunuh diri. Pedoman operasional yang menonjol untuk Zarb-i-Azb adalah bahwa itu akan menjadi operasi yang tidak pandang bulu, itu akan menghindari kerusakan jaminan dan akan memperhatikan hak asasi manusia. 63

Diantaranya hasil kemajuan yang dibuat selama Operasi Zarb-i-Azb dalam menanggulangi kontraterorisme:15  Perang melawan teror menelan biaya 107 miliar dolar Pakistan  Waziristan Utara, Shawal, Khyber Agency dibersihkan oleh Angkatan Darat  900 teroris terbunuh selama Khyber I dan Khyber II  66 penduduk setempat telah kembali ke daerah kesukuan  Desain Daesh di Pakistan digagalkan, 309 ditangkap  Lebih dari 21.000 IBO dilakukan di seluruh Pakistan, hampir 1.400 orang ditangkap  536 tentara tewas, 2.272 terluka selama IBO  3.500 teroris terbunuh di IBO  Pemerintah Afghanistan, pasukan NATO tidak mengambil tindakan memadai terhadap teroris  Pengerahan pasukan bersenjata yang buruk di sepanjang sisi perbatasan Afghanistan  Gates akan dibangun di semua titik persimpangan di sepanjang perbatasan Pakistan-Afghanistan Dari semua hasil operasi tersebut sekitar 66 persen penduduk setempat telah kembali ke daerah yang terkena dampak terorisme. Pemerintah terus mengupayakan yang terbaik bagi warganya dan juga membantu mereka supaya menjadi makmur melalui upaya rekonstruksi, memastikan bahwa daerahnya lebih baik daripada sebelumnya, menciptakan peluang untuk mata pencaharian dan menghidupkan kembali ekonomi lokal sehingga terorisme tidak terulang lagi. Dan terakhir di Pakistan membentuk pengadilan militer khusus untuk kasus terror kesepakatan itu dicapai selama pertemuan para pemimpin parlemen di Gedung Perdana Menteri di Islamabad. Walaupun ada beberapa

15 Dawn.com https://www.dawn.com/news/1281352/war-against-terror-cost-pakistan- 107bn-dg-ispr-asim-bajwa-briefs-on-progress-under-operation-zarb-i-azb Diakses pada tanggal 21/10/2019 pukul 08.22 WIB 64

partai yang setuju dan tidak setuju dengan kesapakatan tersebut. Contohnya Partai Rakyat Pakistan (PPP) yang sebelumnya menyatakan keberatan menyetujui pendirian pengadilan militer. Partai yang setuju diantaranya Partai Nasional Awami (ANP), Gerakan Muttahida Qaumi (MQM) dan Jamiat Ulema-i-Islam - Fazl (JUI-F). Sebelumnya sejumlah partai politik menyuarakan dukungan mereka untuk gagasan mendirikan pengadilan militer di negara itu. Pakistan Tehrik-i- Insaf (PTI) dan Liga Muslim Pakistan - Quaid (PMLQ) memperluas dukungan untuk pengaturan pengadilan militer untuk pengadilan terorisme. Dalam pertemuan hari ini di PM House yang diadakan dalam rangka mendukung strategi anti-terorisme yang komprehensif, Ketua PTI Imran Khan mengumumkan dukungannya untuk pembentukan pengadilan militer khusus untuk mendengarkan kasus-kasus terorisme.16 Berbicara pada pertemuan tersebut, Imran mengatakan harus ada kerangka waktu khusus untuk pengadilan-pengadilan ini. Dia juga menyatakan bahwa PTI akan mendukung semua langkah yang diambil untuk penanggulangan terorisme. Sebelumnya beberapa pemimpin PPP dalam pertemuan itu dilaporkan mengatakan bahwa pengadilan militer harus dibentuk untuk jangka waktu tertentu. Pakistan telah meningkatkan operasi anti-teror sejak serangan terhadap sekolah yang dikelola militer di Peshawar pada tanggal 16 Desember. Pemerintah juga telah mencabut moratorium hukuman mati tak lama setelah serangan itu dan sejak mengeksekusi enam orang. Pihak militer juga meningkatkan kampanye melawan para kelompok militan di kawasan barat laut negara itu. Setelah tragedi Peshawar tersebut Pakistan berubah menjadi negara yang tidak memberi tempat untuk terorisme, ekstremisme, sektarianisme dan intoleransi.

16 http://www.dawn.com/news/1152909/political-leaders-reach-consensus-on-military- courts Diakses pada tanggal 28/12/2019 pukul 23.02 WIB

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN Bentuk upaya yang dilakukan PM Nawaz Sharif dalam kasus kontra terorisme di Negara Pakistan sangat berdampak positif dalam pemerintahannya. Walaupun PM Nawaz Sharif selama menjabat pernah digulingkan sebanyak tiga kali dan sebanyak tiga kali pula Nawaz Sharif terus bangkit dalam mengurusi permasalahan yang terjadi di Negaranya. Tetapi dalam hal terorisme Nawaz Sharif tidak pernah mundur dalam memberikan ide dan kebijakan-kebijakan yang dilakukan dalam melawan terorisme tersebut. Dalam penanganan kontra terorisme yang dilakukan kerjasama antara militer dengan PM Nawaz Sharif ini bisa dikatakan berhasil. Dilihat dari siasat dan strategi yang dilakukannya yang membuahkan hasil. Hal ini sejalan dengan Barry R. Posen yang dihalaman sebelumnya dia pernah menulis buku yang berjudul “The Struggle against Terorism: Grand Strategy, Strategy and Tactics” dia menyebutkan bahwa dalam upaya menanggulangi terorisme suatu negara memerlukan sebuah strategi yang digunakan untuk menentukan prioritas dan memfokuskan penggunaan sumberdaya suatu negara, sumber daya ini maksudnya ialah uang, waktu, capital politik dan kekuatan militer. Dalam kontra terror yang dilakukan PM Nawaz disini mencakup semua dengan apa yang ditulis Posen. Dia memberikan upaya dan kebijakan tidak dilimpahkan ke militer saja tetapi ke semua elemen ikut serta dalam kontra terorisme ini. Negara yang sedang dalam ancaman teror dan berusaha menanggulanginya harus berusaha memperbesar kapabilitas diplomasi dan pertahanan mereka karena menurut Posen kedua faktor inilah yang akan berperan lebih besar dalam upaya kontra teror. Strategi kontra teror sangat penting dimiliki oleh suatu negara karena dengan adanya suatu strategi yang tepat maka suatu negara akan mampu

65 66

menciptakan skala prioritas atas penggunaan sumberdaya untuk melawan terror. Ada satu kebijakan lagi yang dilakukan PM Nawaz dalam melawan terorisme ini yaitu Rencana Aksi Nasional (RAN) merupakan rencana aksi yang didirikan oleh PM Nawaz pada Januari 2015 untuk menindak terorisme dan untuk menambah serangan anti-teroris yang sedang berlangsung di Wilayah Kesukuan yang diatur oleh Pemerintah Federal. Rencana tersebut menerima tingkat dukungan dan kerja sama yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh spektrum politik negara, termasuk pemerintah federal dan provinsi. Hal ini menggabungkan inisiatif kebijakan luar negeri dan dalam negeri yang bertujuan untuk menindak dan akhirnya menghilangkan organisasi terlarang di seluruh negeri. Rencana tersebut diberikan sebagai kerangka kerja untuk Amandemen kedua puluh satu untuk Konstitusi Pakistan yang membentuk pengadilan militer yang cepat atas pelanggaran yang berkaitan dengan terorisme. Rencana Aksi Nasional memberi wewenang kepada Departemen Luar Negeri, Keuangan, dan departemen-departemen lainnya untuk menjangkau negara-negara Muslim yang bersahabat untuk menekan para pemodal jaringan sektarian dan teroris yang beroperasi melawan Pakistan.

B. SARAN Jika dilihat dampak dan kebijakan dalam menanggulangi kontra terorisme yang dilakukan oleh Pemerintahan Pakistan, Indonesia perlu turut andil juga dalam membantu mengurangi permasalahan terror tesebut. Disisi lain Indonesia yang notabennya sering juga terdampak isu terorisme, radikalisme, saparatisme bisa belajar juga dengan Pakistan dalam mengurangi dan menanggaulangi hal terror tersebut. Karena yang berhubungan dengan Hak Asasi Manusia (HAM) harusnya itu memang tujuaan dari setiap Negara dalam memberikan rasa keamanan, perlindungan, keadilan, kesejahteraan kepada tiap warga negaranya.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber: Buku Ali Mukti, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, Bandung: Mizan, 1993 Arkoun Muhammad, al-Fikr al-Islami : Qiraah Ilmiyah, 1994 C. Smith Wilfred, Islam In Modern History, diterjemahkan oleh Bharatara dengan judul, Dunia Islam Modern, Jakarta: T. Penerbit, 1979 Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Jilid IV, Cet.IV, Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve, 1997 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam : Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 1975 E. Fuller Graham, Apa Jadinya Dunia Tanpa Islam, Mizan: 2014 Kamasa Frassminggi, Terorisme Kebijakan Kontra Terorisme Indonesia, (Cet. I, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015 Kutha Ratna Nyoman, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, Dari Strukturalisme Hingga Postrukturalisme Wacana Naratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010 Majma’ al-Buhuts al-Fiqh al-Islam, Mekah pada tahun 2002 Muladi, Demokrasi Hak Asasi Manusia Dan Reformasi Hukum Di Indonesia, Jakarta: Habibie Center, 2002 Munawir Sadzali, Islam dan Tata Negara Ajaran dan Pemikiran, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1993 Nurzengky Ibrahim, Sejarah Negara-negara di Kawasan Asia Selatan, (Yogyakarta: Ombak (Anggota IKAPI), 2015 Setiawan B. dkk, Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid XII, Cet I, Jakarta : PT Cipta Adi Pustaka, 1990 Suryana, Metodologi Penelitian: Model Praktis Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, UPI: T.P 2010 Wahid Abdul, Kejahatan Terorisme Perspektif Agama, HAM dan Hukum, Bandung: Retika Aditama, 2004

67 68

Wardlaw Grant, Political Terrorism, New York: Cambridge University Press, 1986 Zainuddin Sardar, The Future of Muslim Cilivitsation, diterjemahkan oleh Rahmani Astuti, dengan judul Rekayasa Masa Depan Peradaban Muslim, Cet.IV, Bandung: Mizan, 1993 Zulfidar Akaha Abduh, Terorisme Konspirasi Anti-Islam, Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2002

Sumber: Jurnal Academic Research International ISSN-L: 2223-9553, ISSN: 2223-9944 Vol. 3, No. 1, July 2012 A. Gerges Fawaz, America and Political Islam : Clash of Cultures or Clash of Interests, Cambridge University Press: 1999 Aisyah A., Jurnal Politik Profetik: Nasionalisme dan Pembentukan Negara Islam Pakistan, Vol. 4 No. 2, 2014 Ahmad Syafi’i Maarif, “Benazir Bhuto Tentang Dunia Islam” dalam Muhammadiyah Online, 2008 Barry R.Posen , “The Struggle against Terrorism:Grand Strategy, Strategy and Tactics”, International Security Vol 26,No.3, 2001 F. Paulus Loudewijk, Terorisme, URL : Global Peace Index/01/Results, Findings & Methodology, 2014 Gishkori, Zaheed "Rencana Aksi Nasional: Pakistan dalam dorongan baru untuk mencekik dana teror" . Express Tribune, 2015. Express Tribune. International Journal of Economics and Financial Issues | Vol 7 Issue 3 2017 Kasjim Salenda, Terorisme Dan Jihad Dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta: Badan Litbang Dan Diklat Departemen Agama RI, 2009 Mustofa Imam, Deradikalisasi Ajaran Agama: Urgensi, Problem Dan Solusinya, Akademika XVI No. 2, Desember, 2011 Mubarak Zulfi, Jurnal Studi Masyarakat Islam: Fenomena Terorisme di Indonesia, XV, No. 12, Desember, 2012 Reinhard Golose Petrus, Deradikalisasi Terorisme, Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian, Jakarta, 2014 Salenda Kasjim, Terorisme Dalam Perspektif Hukum Islam, (Ulumuna XIII, No. 1, Juni 2009 Story of Pakistan. Mian Muhammad Nawaz Sharif, (Kisah Direktorat Pakistan,Bagian II & IV, Februari, 2012).

69

US Army TRADOC, A Military Guide to Terrorism in the Twenty-First Century, Kansas, 2007 Sumber: Internet BBC. "Pakistan's Sharif disqualified by court" Dawn.com “Tentara Pakistan meluncurkan 'Operasi Radd-ul-Fasaad' di seluruh negeri" Hadi Teori tentang Munculnya Terorisme. http: //liputanislam.com /terorisme /lima-teori-tentang munculnya terorisme-2/ https://id.wikipedia.org/wiki/Nawaz_Sharif https://www.dawn.com/news/1313037 https://herald.dawn.com/news/1153385 https://www.dawn.com/news/1281352/war-against-terror-cost-pakistan 107bn-dg-ispr-asim-bajwa-briefs-on-progress-under-operation-zarb-i- azb https://jurnalintelijen.net/2015/07/07/pakistan-produsen-teroris/WiraAnoraga. http://author.voanews.com/english/2007-09-08-voa7.cfm http://ditpolkom.bappenas.go.id/basedir/Politik%20Terorisme/Terorisme.pdf KBBI.Kemdikbud.go.id National_Action_Plan_(Pakistan)&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp Partai Nawaz Sharif mendapat mayoritas di Parlemen Pakistan" .Times of India