Menelisik Sastra Melayu Rendah Dan Kedudukannya Dalam Sejarah Sastra Indonesia Modern*)
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
MENELISIK SASTRA MELAYU RENDAH DAN KEDUDUKANNYA DALAM SEJARAH SASTRA INDONESIA MODERN*) (Finding Popular Literature Malay and Position in the History of Modern Indonesia Literature) Ahmad Bahtiar1, Herman J. Waluyo2, Sarwiji Suwandi3, dan Budhi Setiawan4 Universitas Negeri Sebelas Maret Jalan Ir. Sutami 36, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia 57126 Telepon WA: +6285921585859 Pos-el: [email protected] *) Diterima: 15 April 2020, Disetujui: 18 Februari 2021 ABSTRAK Permasalahan penting dalam penulisan sejarah sastra Indonesia modern adalah menentukan masa awal sastra Indonesia lahir. Beberapa ahli berbeda argumen dalam menjelaskan awal Sastra Indonesia Modern yang menjadi titik tolak perkembangan Sastra Indonesia Modern. Berdasarkan kajian pustaka, peneliti melihat kekurangcermatan pengumpulan data serta sikap dan pandangan penulis Sejarah Sastra Indonesia Modern. Mereka tidak memasukkan pengarang dan karyanya dalam penulisan tersebut. Para pengarang tersebut produktif dan signifikan dalam perkembangan Sastra Indonesia Modern. Dengan teori runtutan perkembangan sastra Wellek dan Warren serta metode tinjauan pustaka, peneliti menafsirkan ulang masa awal sejarah Sastra Indonesia Modern dengan memasukkan Sastra Melayu Rendah yang sebelumnya tidak tercatat dalam buku-buku tersebut. Berdasarkan hal itu, awal sejarah sastra Indonesia hendaknya dimundurkan ke masa Sastra Melayu Rendah, yaitu sekitar 1850-an. Kata Kunci: sejarah sastra, sastra indonesia modern, sastra melayu rendah, sastra melayu tionghoa ABSTRACT An important issue in writing the history of modern Indonesian literature is to explain the inception of Indonesian literature. Some experts have different opinions regarding the beginning of Modern Indonesian Literature which became the starting point of the history of Modern Indonesian Literature. Researchers see the inaccuracies and attitudes and views of these authors. They do not include the author and his work in writing. These writers were productive and significant in the development of Modern Indonesian Literature. Sequential theory and library research methods were used to reinterpret early history by including Popular Malay Literature which was not previously recorded in these books. Based on this, the beginning of the history of Indonesian literature should have started in the 1850s during the era of Popular Malay Literature. Keywords: literary history, Modern Indonesian Literature, Popular Malay Literature, Chinese Malay Literature Keywords: women, Indigenous, subaltern, R.A. Moerhia PENDAHULUAN dan Pengantar Sejarah Sastra Indonesia (Yudiono K.S., 2007). Sastra suatu bangsa dari waktu ke Selain itu, ditulis sejarah sastra waktu selalu mengalami berdasarkan jenis sastranya, baik puisi perkembangan, begitu juga sastra (Suyatno, 2000; Rosidi, 2008), novel Indonesia. Sastra Indonesia (Faruk, 2002; (Sumardjo, 1999); berkembang subur hingga dewasa ini. (Damono, 1979), cerita pendek Bahkan, kemungkinan makin berjaya (Mujiningsih, 2000) (Atisah dkk., sampai masa depan tak terbatas 1999), maupun drama (McGlynn, (Pradopo, 2009: 2; Yudiono K.S. dkk., 2006). 2007: 16). Membicarakan Selain mencatat perkembangan perkembangan sastra suatu bangsa sastra Indonesia modern, beberapa ahli tentunya harus membicarakan sejarah sastra (Pradopo, 2009; Rosidi, 2013; sastra itu. Seperti hal kesusastraan Siregar, 1964; Teeuw, 1980; Yudiono yang lain, kesusastraan Indonesia K.S., 2007) memberikan argumen hadir tidak dapat lepas dari sejarah yang dijadikan landasan pijakan kapan yang melahirkan dan membesarkannya kelahiran sastra Indonesia modern. (Mahayana, 2005: 421) . Umumnya, mereka mengawali sastra Kehidupan sastra Indonesia Indonesia modern pada sekitar 1920- modern sejak kelahiran sampai an dengan berdasarkan masalah sekarang sangatlah marak. Banyak masyarakat, rasa kebangsaan, bentuk- sastrawan yang lahir pada setiap masa bentuk yang baru, dan dinamika sosial dan membawa bentuk-bentuk baru budaya masyarakat. yang berbeda dari masa sebelumnya. Berdasarkan kajian Bahtiar, dkk. Berbagai peristiwa kesusastraan (2018) buku-buku sejarah sastra datang silih berganti mewarnai Indonesia modern tersebut selain perjalanan sastra Indonesia modern. terputus kesinambungannya juga tidak Hasil sastra yang dilahirkan terus komprehensif karena banyak karya, bertambah setiap saat. Beberapa pengarang, dan peristiwa yang peneliti mencatat karya-karya sastra terlewatkan. Penulisan tersebut Indonesia modern yang muncul baik sekadar berdasarkan kronologis, tidak dalam bentuk buku (Teeuw, 1980; memasukan unsur intrinsik sebagai Sumardjo, 2004) maupun yang landasannya. Selain itu, terdapat dimuat dalam koran dan majalah ketidakcermatan dalam pengambilan (Kratz, 1988). data karena sudut pandang penulis Penelitian tersebut melengkapi terhadap kelompok tertentu. Para buku-buku Sejarah Sastra Indonesia penulis hanya memasukkan karya Modern, seperti Sejarah Sastra sastra Indonesia berbahasa Melayu Indonesia Modern (Siregar, 1964); Tinggi atau Melayu Balai Pustaka. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia Padahal, karya sastra yang ditulis (Rosidi, 2013); Lintasan Sejarah dengan bahasa Melayu Rendah atau Sastra Indonesia (Sumardjo, 1992); Sastra Melayu Rendah lebih dulu ada. 40 ALAYASASTRA, Volume 17, No. 1, Mei 2021 Sastra Melayu Rendah atau yang juga (Setijowati, 2012), representasi dikenal Sastra Melayu Tionghoa sudah pernyaian (Linda, 2010). Adapun, ada sejak 1870, sedangkan Balai kajian terhadap Kwee Tek Hoay, Pustaka baru ada 1920. Untuk pelaku teater, wartawan, dan memahami Sastra Indonesia Modern sastrawan paling produktif secara komprehensif, kita perlu kesusastraan ini dilakukan Hapsanti mengetahui tentang kesusastraan dan Hapsari (2015). Masalah religi tersebut. diangkat Pramono (2019) yang Sastra Melayu Rendah saat ini menunjukkan keanekaragaman agama belum masuk dalam buku-buku dalam kesusastraan ini. Kajian tersebut sejarah Sastra Indonesia Modern, melihat beberapa aspek dalam Kong tetapi penelitian tentang kesastraan ini Hu Chu, Hindu, Islam, dan telah dilakukan oleh Sumardjo (2004) Kepercayaan terhadap Tuhan Yang dan Salmon (2010). Sebelumnya, Nie Maha Esa. Penelitian-penelitian Joe lan (1930) menyebut kesusastraan tersebut belum meletakan Sastra ini dengan istilah Kesusastraan Indo- Melayu Rendah sebagai titik tolak Tionghoa sebagai sesuatu yang dalam perkembangan Sastra Indonesia penting dikaji secara psikologi, Modern. sejarah, dan kesusastraan. Kajian Untuk melengkapi kajian-kajian Sumardjo dan Salmon menjadi tersebut, penelitian ini bertujuan landasan penting dalam kajian mengetahui gambaran Sastra Melayu terhadap kesusastraan ini. Sumardjo Rendah secara komprensif untuk (2010) selain memberikan latar menegaskan kembali keberadaannya sosiogis munculnya sastra ini juga dalam sejarah Sastra Indonesia memberi gambaran beberapa karya Modern. Dengan demikian, sastra dalam bentuk syair, prosa, dan keberadaan kesusastraan ini akan teater. Salmon (2010) menjelaskan semakin diakui dalam khasanah secara komprehensif perkembangan Kesusastraan Indonesia Modern. dan pertumbuhan kesusastraan ini Setelah terbitnya Keppres No. 6/2000 serta bagaimana peran penulis dalam yang mencabut Inpres No. 24/1967, mengembangkan bahasa Melayu masyarakat Tionghoa yang merupakan Rendah sebagai lingua franca. Hal ini pendukung kesusastraan ini menyebabkan kesusastraan ini dikenal memperoleh kembali sebagian dari juga dengan sebutan kesusastraan hak-hak mereka sebagai warga negara lingua franca. Indonesia, yang selama lebih dari tiga Kajian terkini tentang dasawarsa dibatasi oleh Inpres tersebut kesusastraan ini lebih menyorot pada (Chusniatu dan Thoyibi, 2005). Oleh citra dan persoalan perempuan karena itu, penelitian ini merupakan (Nugroho dan Purnomo, 2017; sebuah apresiasi secara proporsional Cholifah, 2019), citra perempuan terhadap sumbangsih masyarakat peranakan (Chusniatin dan Thoyib, Tionghoa dalam bidang kesusastraan 2005), hibriditas masyarakat Tionghoa sehingga layak dibicarakan dalam Menelisik Sastra Melayu Rendah dan Kedudukannya:... (Ahmad Bahtiar dkk.) 41 Sastra Indonesia Modern khususnya Indonesia Modern ini didasarkan pada dalam studi sejarah Sastra Indonesia. pertimbangan aspek perkembangan Sejarah sastra dapat ditulis masyarakat dan metode pengurutan berdasarkan berbagai perspektif. perkembangan sastra. Penyusunan Damono (dalam Yudiono K.S., 2010: sejarah sastra Indonesia modern 42) menjelaskan bahwa penulisan disusun tidak sekadar berdasarkan sejarah Sastra Indonesia Modern urutan waktu (kronologis) terbitnya, selain melihat perkembangan stilistik, tetapi juga berdasarkan ciri-ciri tematik, ketokohan, atau konteks intrinsiknya. sosial, juga harus menempatkan sastra Selain menerapkan teori sedemikian rupa sehingga memiliki tersebut, penelitian ini menggunakan makna bagi masyarakatnya, terkait metode penelitian kepustakaan dengan berbagai permasalahan yang (library research). Kegiatan ini dihadapi oleh masyarakatnya. Untuk dilakukan dengan menelusuri buku- itu, perkembangan masyarakat buku sejarah sastra, jurnal-jurnal, menjadi acuan dalam melihat berbagai literatur, dan penelitian yang perkembangan sastra. Dalam mengkaji berkaitan dengan karya dan peristiwa sastra, perlu dilihat faktor-faktor di dalam perkembangan sejarah sastra luar karya sastra itu sendiri (Damono, Indonesia modern, khususnya 1979: 3). Karya sastra sastra Kesusastraan Melayu Rendah. Selain menyangkut setidaknya tiga hal, yakni itu, peneliti membaca karya-karya sastrawan, karya, dan pembaca. sastra Melayu rendah baik dalam Semuanya itu ada dalam sebuah antologi maupun karya sendiri.