Pengelolaan Media Sosial Sebagai Sarana Iklan Pemenangan Kandidat oleh Konsultan Politik
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh : Zikra Wahyuni Putri NIM : 1113051000098
PROGRAM STUDI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H /2020 M Pengelolaan Media Sosial Sebagai Sarana Iklan Pemenangan Kandidat
oleh Konsultan Politik
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh Zikra Wahyuni Putri
NIM: 1113051000098
Dosen Pembimbing
Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si
NIP. 19760812 200501 1 005
PROGRAM STUDI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H /2020 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Pengelolaan Media Sosial Sebagai Sarana Iklan Pemenangan
Kandidat oleh Konsultan Politik disususn oleh Zikra Wahyuni Putri Nomor Induk
1113051000098 telah diajukan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 27 Juli 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada program studi Jurnalistik.
Tangerang Selatan, 27 Juli 2020
Tim Ujian Munaqasah
Ketua Sekretaris
Kholis Ridho, M.Si. Dra. Musfirah Nurlaily, M.A. NIP. 197801142009121002 NIP. 19710412122000032001
Penguji I Penguji II
Ali Irfani, M.HI Siti Nurbaya, M.Si. NIDN. 2005087803 NIP. 197908232009122002
Pembimbing
Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si NIP. 197608122005011005
ABSTRAK
Zikra Wahyuni Putri 1113051000098 Pengelolaan Media Sosial Sebagai Sarana Iklan Politik Kandidat oleh Konsultan Politik Dalam iklim politik, terdapat banyak cara yang dapat dilakukan oleh aktor politik yang bertarung dalam mengemas sekaligus memasarkan dirinya ke hadapan publik. Berbagai cara tersebut dilakukan oleh tokoh politik yang bertarung dengan tujuan agar program-program yang telah dirancangnya dapat mengambil hati khalayak yang menjadi target pemilih sehingga pada saat pemungutan suara, khalayak tersebut mau memberikan hak suaranya secara sukarela. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi marketing politik yang dilakukan oleh konsultan politik dalam memasarkan kandidat sekaligus mengetahui bagaimana konsultan politik mengelola media sosial sebagai sarana pengiklanan politik kandidat. Dalam penulisannya, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Fokus pada penelitian ini terletak pada strategi marketing politik yang digunakan oleh konsultan politik Cyrus Network dalam memasarkan kandidat melalui iklan di media sosial. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa strategi yang digunakan oleh Cyrus Network berakar pada konsep yang diutarakan oleh Adman Nursal dan juga Bartles mengenai strategi marketing dan iklan politik. Dalam praktiknya, pihak konsultan menerapkan tiga jenis iklan di media sosialnya yakni iklan advokasi kandidat yang berfokus pada kelebihan kandidat, iklan attacking yang berfokus pada penyerangan masa lalu lawan politik, serta contrasting yang bertujuan untuk membedakan antar satu pasangan dengan pasangan lain. Ketiga iklan tersebut kemudian diunggah oleh konsultan politik melalui platform media sosial @panaharjuna dan @infopilkadalampung.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamuaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang tak pernah henti melimpahkan rahmat serta taufik dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. tidak lupa Shalawat serta salam penulis junjungkan kepada nabi besar Muhammad SAW.
Alhamdulillahi rabbil’alamin penulis ucapkan. Akhirnya skripsi yang berjudul “Pengelolaan Personal Branding Kandidat di Media Sosial Oleh
Cyrus Network (Studi Kasus: Pemasaran Politik)” ini terselesaikan. Peneliti menyadari dalam penyelesaian skripsi ini, banyak bantun dan dorongan semangat dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Prof. Dr. Amany Umar Burhanuddin Lubis, MA.
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Dr. Suparto, M.Ed, P.hd, Wakil Dekan I
Bidang Akademik, Dr. Siti Napsiyah, MSW, Wakil Dekan II
Bidang Administrasi Umum, Dr. Sihabudin Noor, MA, serta
Wakil Dekan Bidang Kemahasiwaan III, Drs. Cecep
Castrawijaya, MA.
ii
3. Ketua Program Studi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si dan
Sekretaris Program Studi Jurnalistik, Hj. Musfirah Nurlaily yang
telah memberikan masukan dan bantuan kepada peneliti terkait
soal akademik dan administrasi.
4. Dosen pembimbing skripsi, Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si yang
telah menyediakan waktu, arahan, dan masukan kepada peneliti
selama masa penyusunan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
5. Seluruh dosen dan segenap staf Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat
serta bantuan dalam hal akademis.
6. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan buku dan
mengizinkan penulis menggunakan buku-buku dan beberapa
dokumen sebagai kebutuhan penulis selama masa penulisan
skripsi.
7. Kepada seluruh narasumber yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk melakukan wawancara agar skripsi ini berjalan
dengan semestinya.
8. Kemudian penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh
keluarga besar penulis, mulai dari orangtua, paman, bibi, dan
kakak-kakak yang senantiasa memberikan dukungan terhadap
penulis.
iii
9. Kepada seluruh sahabat Tiaz Dini Utami, Adinia Fitri Rinjani,
Tiara Sahara Sakai, Windi Putri Eldis, dan Dyah Diu yang telah
banyak mendukung dan membantu kandidat dalam penulisan
skripsi kali ini,
10. Teman-teman di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, baik itu KKN,
Organisasi, dan jurusan konsentrasi jurnalistik angkatan 2013.
11. Dan semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi yang
tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga kebaikan kalian
selalu diijabat oleh Allah SWT.
Semoga Allah SWT selalu meridhoi dan membalas kebaikan-kebaikan yang ikut serta dalam membantu penyelsaian skripsi ini. peneliti menyadari skripsi ini masih belum mencapai kesempurnaan, namun peneliti telah berusaha semaksimal mungkin dengan baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Wassalamualaikum Wr. Wb Penulis, 27 Juli 2020
Zikra Wahyuni Putri
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK ...... i KATA PENGANTAR ...... ii DAFTAR ISI ...... v DAFTAR TABEL ...... vi DAFTAR GAMBAR ...... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Batasan Dan Rumusan Masalah ...... 12 C. Tujuan Penelitian ...... 12 D. Manfaat Penelitian ...... 13 E. Metodologi Penelitian ...... 13 F. Tinjauan Pustaka ...... 16 G. Sistematika Penulisan ...... 17 BAB II LANDASAN TEORI A. Social Judgement Theory ...... 19 B. Marketing Politik 1. Marketing Politik ...... 22 2. Iklan Politik ...... 38 C. Komunikasi Politik ...... 42 D. Kampanye Politik ...... 44 BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Profil Cyrus Network ...... 50 B. Profil Arinal Djunaidi dan Chusnunia 1. Arinal Djunaidi ...... 53 2. Chusnunia ...... 57 C. Gambaran Wilayah ...... 61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Social Judgement Theory ...... 69 B. Marketing Politik ...... 74 1. Strategi Marketing Politik ...... 75 2. Pengelolaan Iklan di Media Sosial ...... 98 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...... 103 B. Saran ...... 106 DAFTAR PUSTAKA ...... 108
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Metode Segmentasi Pemilih ...... 28
vi
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Rekapitulasi Hasil Suara Pilkada Lampung 2018 ...... 6 Gambar 1.2 Perolehan Hasil Suara per Kabupaten/Kota ...... 7 Gambar 2.1 Konsep Teori Penilaian Sosial ...... 20 Gambar 2.2 Segmentasi dan Positioning Politik ...... 33 Gambar 3.1 Struktur Kelembagaan Cyrus Network ...... 50 Gambar 3.2 Peta Provinsi Lampung ...... 61 Gambar 3.3 Persentase Luas Wilayah Lampung ...... 65 Gambar 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota ...... 65 Gambar 3.5 Mata Pencarian Utama Masyarakat Lampung ...... 67 Gambar 3.6 Daftar Gubernur Lampung ...... 67 Gambar 4.1 Tampilan Facebook Fanpage Panah Arjuna ...... 92 Gambar 4.2 Tampilan Instagram Panah Arjuna ...... 93 Gambar 4.3 Tampilan Youtube Panah Arjuna ...... 93 Gambar 4.4 Influencer Aktif Arinal Djunaidi – Chusnunia ...... 95 Gambar 4.5 Influencer Pasif Arinal Djunaidi – Chusnunia ...... 96 Gambar 4.6 Strategi Push Marketing Arinal Djunaidi – Chusnunia ...... 98 Gambar 4.7 Unggahan Fanpage Panah Arjuna ...... 101
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perhelatan pilkada 2018 baru saja selesai diselenggarakan.
Sejumlah nama yang ikut bertarung dalam mengikuti kontestasi politik
lima tahunan tersebut, kini sudah dapat bernapas lega setelah komisi
pemilihan umum (KPU) secara resmi mengumumkan perolehan hasil
suara kandidat yang berhasil memenangkan perhelatan. Pada
penyelenggaraan pilkada tahun ini, setidaknya tercatat ada 171 daerah
di Indonesia yang mengikuti kontestasi pemilihan calon kepala daerah
yang tersebar di 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten.1 Salah
satunya adalah Provinsi Lampung.
Kembali merasakan euphoria pilkada serentak, tentu menjadi kabar
baik bagi pasangan kandidat yang bertarung di pemilihan gubernur
Provinsi Lampung kali ini. Mengingat pada penyelenggaraan pilgub
sebelumnya, sempat terjadi konflik antara KPU Provinsi Lampung
dengan gubernur yang saat itu masih menjabat, Sjahroedin Z.P. Dalam
konflik tersebut, Sjahroedin secara tegas menyatakan
ketidaksetujuannya terkait dengan keinginan KPU Provinsi Lampung
yang menginginkan diselenggarakannya pemilihan gubernur di tahun
2013. Ketidaksetujuan tersebut ditunjukkan oleh Sjahroedin dengan
1 Ini 171 Daerah yang Gelar Pilkada Serentak 27 Juni 2018 https://news.detik.com/berita/d-3479819/ini-171-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-27- juni-2018 diakses pada 13 September 2018 pukul 09.05 WIB
1 tidak disediakannya anggaran dana pilgub pada APBD Perubahan 2012 dan APBD tahun 2013.
Tidak hanya sampai di situ, konflik yang terjadi antar dua kubu ini masih terus berlanjut dengan dilayangkannya pernyataan oleh pihak
KPU Lampung, di mana lembaganya akan tetap melanjutkan penyelenggaraan pilkada di tahun 2013, meski dalam APBD, anggaran dana untuk kegiatan tersebut tidak tersedia. Akibat dari konflik yang tidak berkesudahan ini, Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri) pun ikut turun tangan dengan mengadakan pertemuan yang melibatkan pihak Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri, Dirjen Kesbangpol
Kemendagri, KPU Pusat, KPU Lampung, dan Gubernur Lampung bersama pejabat terkait. Dalam pertemuan yang diadakan pada
Desember 2012 tersebut, disepakati bahwa pilgub Lampung tidak dapat dilaksanakan pada tahun 2013 dengan berbagai pertimbangan.
Meski telah disepakati bahwa tidak ada penyelenggaraan pilgub di
Provinsi Lampung pada tahun 2013, faktanya pada Januari 2013, KPU
Lampung kembali melayangkan pernyataan bahwa lembaganya akan tetap melanjutkan pelaksanaan pemilihan gubernur di tahun tersebut bagaimanapun caranya. Mencuatnya keinginan KPU Lampung untuk kembali melanjutkan pelaksanaan pilgub ditahun 2013 tersebut terkait dengan menyusulnya kesepakatan oleh DPR dan Kemendari untuk mempercepat pelaksanaan pilkada dikarenakan jabatan kepala daerah yang seharusnya berakhir pada tahun 2014 akan dimajukan ke tahun
2
2013.2 Dalam merealisasikan keinginannya tersebut, pihak KPU
Lampung akan menggunakan jadwal yang telah dibuat sebelumnya
untuk pemungutan suara gubernur Lampung yang seharusnya digelar
pada 2 Oktober 2013. Meski saat itu pihak KPU Lampung masih belum
mendapatkan kepastian dari mana mendapatkan anggaran dana
penyelenggaraan pilgub, namun pihak KPU Lampung tetap meneruskan
langkahnya dengan membuka pendaftaran bagi pasangan yang ingin
maju sebagai bakal calon gubernur. Setelah melalui verifikasi dan
keabsahan berkas pencalonan pada 29 Juni hingga 9 Juli 2013, terdapat
lima pasang calon yang maju dalam pemilihan gubernur. Empat calon
diusung oleh partai koalisi dan satu calon dijalur independen. Kelima
pasangan yang mencalonkan diri tersebut yakni pasangan Muhammad
Ridho Ficardo – Bachtiar Basri (Partai Demokrat dan koalisinya),
Berlian Tihang – Mukhlis Basri (PDI Perjuangan, PPP, dan PKB), M.
Alzier Dianis Thabranie – Lukman Hakim (Partai Golkar dan Hanura),
Herman HN – Zainudin Hasan (PAN), dan Amalsyah Tarmizi – Gunadi
Ibrahin (independen).3
Seiring dengan berjalannya waktu, tahapan berikut yang
seharusnya mulai dijalankan oleh KPU Lampung terpaksa harus kandas
ditengah jalan karena anggaran dana yang juga tidak kunjung turun.
Akibatnya, jadwal yang sudah dibuat oleh KPU Lampung ini akhirnya
2 Memori Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung Masa Jabatan 2014 – 2019 https://issuu.com/dprd-provinsi-lampung/docs/memory-pelntikan-gubwagub2014- 2019/2?ff diakses pada 20 Juni 2020 pukul 4.42 WIB 3 Memori Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung Masa Jabatan 2014 – 2019 https://issuu.com/dprd-provinsi-lampung/docs/memory-pelntikan-gubwagub2014- 2019/2?ff diakses pada 20 Juni 2020 pukul 4.42 WIB
3
harus terhenti. Penyelenggaran pilgub yang seharusnya terjadi ditahun
2013, terpaksa harus benar-benar diundur ke tahun 2014 bersamaan
dengan pemilihan presiden. Imbas lain dari kacaunya penyelenggaraan
pilgub ditahun tersebut adalah mundurnya pasangan Amalsyah Tarmizi
– Gunadi Ibrahin akibat tidak adanya kepastian pelaksanaan pilgub di
Lampung pada waktu itu.
Terlepas dari segala konflik yang pernah terjadi di masa lalu, saat
ini Provinsi Lampung telah kembali merayakan pesta demokrasinya.
Pada penyelenggaran pilgub tahun ini, terdapat empat pasang kandidat
yang maju dalam memperebutkan kursi pemerintahan. Keempat pasang
kandidat tersebut adalah petahana Ridho Ficardo – Bachtiar Basri
(diusung oleh Partai Demokrat, Partai Gerindra, PAN, dan PPP),
Herman HN – Sutono (diusung oleh PDI Perjuangan), Arinal Djunaidi
– Chusnunia (diusung oleh Partai Golkar, PKB, dan PAN), dan Mustafa
– Ahmad Jajuli (diusung oleh Partai Nasdem, PKS, dan Hanura).4
Masing-masing pasangan kandidat yang bertarung pada perhelatan
pilkada kali ini merupakan orang-orang yang dapat dikatakan memiliki
kekuatan cukup besar dalam hal menjabat sebagai kepala daerah di
Provinsi Lampung. Seperti petahana Ridho Ficardo – Bachtiar Basri
yang berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka
kemiskinan Provinsi Lampung pada September 2017 mengalami
penurunan sebesar 13,04 persen. Kemudian calon gubernur nomor urut
dua, Herman HN yang saat ini merupakan Walikota non aktif Kota
4 Inilah Peta Politik Pilgub Lampung 2018 https://www.teraslampung.com/inilah-peta- politik-pilgub-lampung-2018/ diakses pada 15 Januari 2019 pukul 20.58 WIB
4
Bandar Lampung yang telah menjabat selama dua periode. Selama
kurun waktu dua periode tersebut, Herman telah banyak menorehkan
prestasi khususnya di sektor pembangunan. Berikutnya, calon wakil
gubernur nomor urut tiga, Chusnunia yang saat ini merupakan Bupati
non aktif Kabupaten Lampung Timur. Selama kurun waktu dua tahun
masa jabatnya, Chusnunia juga telah membawa perubahan terhadap
wilayah Lampung Timur terutama pada sektor pembangunan,
pelayanan sosial, serta kesejahteraan masyarakat.5 Dan yang terakhir,
calon gubernur nomor urut empat, Mustafa yang saat ini juga
merupakan Bupati non aktif Kabupaten Lampung Tengah. Selama
menjabat sebagai Bupati Lampung Tengah, Mustafa dikenal dengan
julukan „Bupati Ronda‟ berkat program keamanan yang diusungnya.
Meski keempat pasang kandidat yang telah disebutkan di atas
masing-masingnya memiliki kekuatan yang cukup besar dalam hal
memimpin daerah, namun hal tersebut tentu tidak selamanya akan
menjadi faktor penentu kemenangan bagi seorang kandidat. Dalam
menghadapi kontestasi politik di wilayah yang masyarakatnya
cenderung berpolitik sedikit pragmatis, faktor politik bukanlah satu-
satunya hal yang menentukan khalayak ingin menjatuhkan pilihannya
terhadap kandidat siapa. Tentu ada faktor-faktor lain yang juga menjadi
penilaian bagi khalayak untuk memutuskan ingin memilih siapa pada
saat hari pemungutan suara. Oleh sebab itu, dalam menghadapi
kontestasi politik dibutuhkan suatu upaya dan strategi yang tepat bagi
5 Nunik: Srikandi Lamtim Siap Bertarung pada Pilgub Lampung 2018 https://sumaterapost.co/nunik-srikandi-lamtim-siap-bertarung-pilgub-lampung-2018/ diakses pada 21 Januari 2019 pukul 02.10 WIB
5
pasangan kandidat agar dapat memenangkan hati khalayak yang
menjadi target pemilihnya. Selain itu, kepekaan dalam membaca situasi
dan kondisi pun juga harus diperhatikan oleh tokoh politik yang
bersaing.
Sebagaimana yang terjadi terhadap pasangan Arinal Djunaidi –
Chusnunia. Meski di awal pencalonannya sebagai Gubernur Lampung
Arinal sempat diragukan untuk menang karena dirinya tidak memiliki
pengalaman dalam hal memimpin daerah, nyatanya hal tersebut
menjadi tidak berarti ketika diakhir perhelatan pilkada Arinal Djunaidi
– Chusnunia membuktikan bahwa mereka bisa memenangkan hati
masyarakat meski salah satu pihaknya tidak memiliki pengalaman
dalam memimpin daerah. Hal tersebut dibuktikan oleh Arinal Djunaidi
– Chusnunia melalui perolehan hasil suara yang diterimanya, di mana
pada hasil rekapitulasi perolehan suara yang dikeluarkan oleh KPU,
Arinal Djunaidi – Chusnunia memperoleh sebesar 37,78% atau sekitar
1.548.506 suara mengungguli ketiga lawannya.
Gambar 1.1
Rekapitulasi Hasil Suara Pilkada Lampung 20186
6 Diakses dari https://infopemilu.kpu.go.id/pilkada2018/hasil/rekap/t1/lampung pada 11 Mei 2020
6
Perolehan hasil suara tersebut, jika dirincikan menurut masing- masing kabapaten/kota, maka di dapatkan data sebagai berikut:
Gambar 1.27
Perolehan Hasil Suara per Kabupaten/Kota
Keberhasilan Arinal Djunaidi – Chusnunia dalam memenangkan kontestasi pilkada kali ini tentu tidak terlepas dari peran serta strategi politik yang dilakukannya. Dalam hal ini, Arinal Djunaidi – Chusnunia menerapkan strategi pendekatan marketing politik sebagai bagian dari usahanya untuk memenangkan hati khalayak. Marketing politik sendiri jika diistilahkan ke dalam pengertian komersial, maka akan berarti suatu kegiatan di mana produsen „menjual‟ produknya kepada konsumen. Namun jika pengertian tersebut dibawa ke dalam ranah politik, maka istilah marketing sendiri berarti sebuah konsep yang menawarkan bagaimana seorang tokoh politik atau partai politik dapat membuat program yang berhubungan dengan permasalahan aktual. Di samping itu, marketing politik sendiri juga merupakan sebuah teknik untuk menjaga hubungan dua arah antara tokoh politik dengan khalayak pemilih.
7 Di akses dari https://jdih.kpu.go.id/lampung pada 15 Mei 2019
7
Membahas mengenai marketing politik dan kemenangan kandidat di dalamnya, tentu tidak terlepas dari bagaimana sebuah pesan politik dikemas dengan sebaik mungkin untuk kemudian dipasarkan kepada khalayak yang menjadi target sasaran, dengan harapan pesan yang dikemas tersebut mampu menciptakan efek ke dalam diri khalayak.
Menciptakan efek yang dimaksudkan di sini adalah sebuah respon penerimaan oleh khalayak sehingga pada saat hari pemungutan suara berlangsung, khalayak tersebut mau memberikan hak suaranya kepada kandidat. Dalam memasarkan pesan politik tersebut, terdapat banyak cara yang bisa dilakukan oleh kandidat agar pesan politiknya sampai kepada khalayak. Salah satunya yakni dengan melakukan iklan politik di media mainstream. Pada dasarnya, iklan politik merupakan bagian dari komunikasi pemasaran yang bertujuan untuk mempromosikan kandidat atau program politiknya dengan menggunakan metode pemasaran komersial. Dalam hal ini, iklan politik tidak hanya digunakan untuk memberikan pemahaman terkait dengan suatu produk, akan tetapi, iklan politik juga bertujuan untuk mempersuasi dan memotivasi khalayak untuk memilih kandidat tertentu.
Pada penerapannya, saat ini iklan politik tidak hanya dapat dilakukan melalui media luar ruang saja, namun juga sudah merambah pada media baru. Di era media baru seperti sekarang, internet telah banyak mengambil alih segala bentuk kegiatan manusia baik dari segi komunikasi hingga segi bisnis. Salah satu bentuk dari perkembangan media baru adalah hadirnya platform media sosial ditengah-tengah
8
keberadaan masyarakat. Memang tidak dapat dipungkiri, pesatnya
perkembangan teknologi komunikasi saat ini membuat hampir sebagian
besar penduduk di Indonesia sudah melek akan hadirnya media internet.
Melansir dari data yang dikeluarkan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) mengenai jumlah pengguna internet pada
tahun 2018, pihaknya mengungkapkan bahwa jumlah penetrasi
pengguna internet di Indonesia pada tahun tersebut telah mencapai
171,17 juta jiwa dari populasi penduduk Indonesia yang berjumlah
264,16 juta jiwa. Artinya, ada sekitar 64,8 persen penduduk Indonesia
yang sudah mengakses internet dikehidupannya. Sedangkan untuk
jumlah penetrasi pengguna internet di Pulau Sumatera sendiri, pihaknya
menyebutkan bahwa jumlah penetrasi pengguna internet terbesar berada
di Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah penetrasi mencapai 6,3
persen dan disusul oleh Provinsi Lampung diperingkat kedua dengan
jumlah penetrasi mencapai 3 persen.8
Sejak mengalami booming, maraknya traffic penggunaan media
sosial sudah bukan lagi menjadi hal yang baru di Indonesia. Media
sosial yang awalnya hanya digunakan sebagai wadah untuk
bersosialisasi dengan kerabat, perlahan mulai dimanfaatkan oleh
sejumlah pihak untuk kepentingan pribadinya, salah satunya yakni
kepentingan politik. Keberhasilan media baru sebagai alat pemenangan
politik telah dibuktikan dengan berhasilnya Barack Obama dalam
8 Pengguna Internet di Indonesia Tahun 2018 Tembus 171 Juta Jiwa, https://www.suara.com/tekno/2019/05/16/093655/pengguna-internet-indonesia-tahun-2018- tembus-171-juta-jiwa diakses pada 25 Mei 2019
9
memenangkan pemilihan presiden pada tahun 2009 lalu. Meski
sebelumnya sempat terjadi perdebatan dikarenakan Obama merupakan
calon presiden berkulit hitam, namun kenyataannya hal tersebut tidak
mengurangi penerimaan dirinya di mata masyarakat Amerika Serikat
untuk maju sebagai calon presiden. Hal tersebut dapat terjadi karena
kepiawaian Obama dan tim pemenangannya dalam membaca situasi
untuk mengemas dan memasarkan produk politiknya dengan
memanfaatkan peran serta teknologi digital khususnya media sosial
yang diolah dengan tepat oleh tim pemenangannya. Meski dalam
pencalonannya banyak rumor yang menyebutkan bahwa Obama dan tim
pememangannya menggunakan Cambridge Analytica dalam melakukan
aksi kampanyenya di media sosial, namun tuduhan tersebut secara tegas
dibantah oleh mantan penasehat Obama. Ia menyebutkan bahwa cara
yang mereka gunakan untuk mengakses dan menggunakan informasi
merupakan cara yang legal. Lebih lanjut, mantan penasehat Obama juga
menjelaskan bahwa dalam melakukan kampanye di media sosial,
strategi yang dilakukan oleh Obama dan tim pemenangannya adalah
dengan cara berupaya menyentuh sisi paling personal dari
pendukungnya.9
Keberhasilan Barrack Obama dalam memanfaatkan peran serta
media digital sebagai bagian dari aksi kampanye politiknya rupanya
juga diterapkan oleh sejumlah tokoh politik lain, salah satunya
9 Kampanye Obama Juga Pakai Cara Ilegal di Facebook? https://m.detik.com/inet/cyberlife/d-3931868/kampanye-obama-juga-pakai-cara-ilegal-di- facebook, diakses 28 Juli 2018 pukul 13.43 WIB
10
pasangan Gubernur Lampung Arinal Djunaidi – Chusnunia. Dalam
melakukan aksi politiknya, Arinal Djunaidi - Chusnunia juga
memanfaatkan peran serta teknologi digital sebagai bagian dari
mempromosikan sekaligus mengiklankan program politiknya. Dalam
hal melakukan promosi tersebut, Arinal Djunaidi – Chusnunia tentu
tidak melakukan gerakannya seorang diri. Terdapat beberapa kelompok
profesional yang bekerjasama dengan dirinya dalam memenangkan
kontestasi, salah satunya tim konsultan politik Cyrus Network. Sebagai
tim konsultan yang bertanggungjawab terhadap kandidat, tentu Cyrus
Network memiliki peran besar dalam mengkonsepkan kemenangan
kandidat. Terlebih lagi, jika melihat jumlah penetrasi pengguna internet
di Provinsi Lampung yang masih cenderung sangat kecil.
Berakar dari pembahasan di atas, penulis kemudian tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap Cyrus Network selaku tim konsultan
politik kandidat Arinal Djunaidi – Chusnunia. Penulis ingin mengetahui
lebih dalam mengenai bagaimana tim konsultan Cyrus Network
berperan penting dalam menerapkan strategi marketing politik sekaligus
mengelola iklan politik kandidat di media sosial. Dan oleh karenanya,
penulis kemudian tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengelolaan Media Sosial Sebagai Sarana Iklan Pemenangan
Kandidat oleh Konsultan Politik”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
11
Agar penelitian ini lebih terarah dan terperinci, maka peneliti
merasa perlu untuk membatasi masalah terkait subjek penelitian.
Dalam pengerjaannya, fokus penelitian ditujukan pada strategi
marketing politik yang digunakan oleh Cyrus Network dalam
memasarkan sekaligus mengelola media sosial sebagai sarana iklan
politik terhadap pemenangan Arinal Djunaidi - Chusnunia.
2. Rumusan masalah
Perumusan masalah adalah suatu pernyataan yang dirumuskan
dalam kalimat tanya, bersifat padat isi, jelas maksudnya serta
memberikan petunjuk tentang kemungkinan mengumpulkan data
guna menjawab pernyataan yang terkandung di dalamnya.10 Dan
berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dikemukakan
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1) Bagaimana strategi marketing politik yang dilakukan oleh
konsultan politik dalam memenangkan Arinal Djunaidi –
Chusnunia?
2) Bagaimana strategi yang dilakukan oleh konsultan politik
dalam mengelola media sosial sebagai sarana iklan politik
kandidat?
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan permasalahan yang telah dirumuskan oleh
penulis, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana konsultan politik Cyrus Network berperan dalam
10 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: CV Rajawali, 1983), h.71
12
memenangkan kandidat melalui pendekatan strategi marketing politik
dan juga bagaimana pengelolaan media sosial yang dilakukan oleh
konsultan politik dalam mengiklankan kandidat.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penulis berharap penelitian ini dapat menambah khazanah
keilmuan dan referensi bagi berkembangnya kajian komunikasi
politik jurusan Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, melalui kajian strategi marketing dan juga iklan politik di
media sosial pada pemenangan pasangan Arinal Djunaidi –
Chusnunia Chalim dalam pilkada Lampung 2018.
2. Manfaat Praktis
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan ide bagi
partai politik, kandidat, maupun tim sukses kandidat dalam
merancang strategi marketing dalam bentuk iklan politik dengan
memanfaatkan media sosial sebagai salah satu wadah
mengkampanyekan diri.
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang
menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta
kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori.11
11 Dr. Juliansyah Noor, S.E., M.M., Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 32
13
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme.
Dalam paradigma ini kebenaran suatu realitas sosial dilihat sebagai
hasil konstruksi sosial, dan kebenaran suatu realitas sosial bersifat
relative. Penelitian konstruksivisme sarat dengan nilai. Guna
menjelaskan tentang konstruksivisme yang berarti pengetahuan
dapat digambarkan sebagai hasil atau konsekuensi dari aktivitas
manusia, pengetahuan merupakan kontruksi manusia, tidak
dipertanggungjawabkan sebagai kebenaran yang tetap merupakan
permasalahan dan selalu berubah.12
Subjektifisme yang merupakan ciri khas paradigma
konstruktivisme memberikan keleluasaan bagi peneliti untuk
mendeskripsikan pemahaman peneliti terhadap potret realitas yang
mennjadi objek penelitian. Burhan Bungin mengatakan bahwa
paradigma konstruktivisme bersifat reflektif dan dialektikal, yaitu
antara peneliti dan subjek yang diteliti perlu terciptanya empati dan
interaksi dialektis agar mampu merekonstruksikan realitas yang
diteliti melalu metode kualitatif.
2. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan ini menggunakan pendeatan kualitatif. Dengan
menggunakan penelitian deskripti, yaitu memaparkan data dengan
menerangkan, memberi gambaranyang terkumpul, kemudian
disimpulkan.
12 Imam Gunawan, Sp.d M.pd, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 49
14
Metode kualitatif merupakan metode yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang alamiah di mana peneliti adalah
sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
dengan cara triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil
penelitian ini lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Bogdam dan Tayor mendefinisikan metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati.13
3. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah tim konsultan politik Cyrus
Network. Sedangkan objek penelitiannya adalah iklan politik
kandidat di media sosial oleh Cyrus Network.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam menyelesaikan penelitian ini
akan dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
a. Wawancara
Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan wawancara
mendalam. Wawancara mendalam secara umum adalah proses
memperlohe keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa
menggunakan pedoman wawancara. Peneliti melakukan
13 Lexy J. Moloeong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Banding: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 4.
15
wawncara kepada narasumber yang berhubungan dan
menguasai teman yang relevan dengan substansi utama
penelitian agar mendapatkan data yang lengkap dan mendalam.
b. Observasi
Observasi merupakan kegiatan memerhatikan secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan
hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Penulis
melakukan observasi dengan memantau aktivitas kandidat baik
melalui media sosial pribadi maupun media sosial pemenangan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari atau mengumpulkan dokumen-
dokumen pendukung terkait dengan topik penelitian yang
sedang diteliti. Dokumen pendukung ini bisa berupa transkrip,
buku, screenshot gambar, dan lain sebagainya.
5. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan adalah metode deskriptif
analisis, yang melaporkan data dengan menerangkan, memberi
gambaran, dan mengklasifikasikan serta menginterpretasikan data
yang terkumpul apa adanya untuk kemudian disimpulkan oleh
peneliti. Peneliti ingin mengupas bagaimana tim konsultan politik
Cyrus Network merancang strategi marketing, khususnya personal
branding kandidat sekaligus mengelolanya di media sosial.
F. Tinjauan pustaka
16
Untuk menghindari unsur plagiat dalam penulisan ini, peneliti menemukan sedikit persamaan dengan peneliti lainnya, yaitu:
1. Skripsi mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Muhammad Maggala yang berjudul “Strategi Pemenangan
Pasangan Joko Widodo – Jususf Kalla Pada Pilpres 2014”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi
pemenangan dari marketing politik, sekaligus mengetahui
kelebihan dan kekurangan dari peran penggunaan mobil aspirasi
pada proses kampanye Joko Widodo – Jusuf Kalla. Dari penelitian
tersebut kemudian didapatkan hasil bahwa dalam melakukan
strategi marketing politik terhadap Joko Widodo – Jusuf Kalla
menggunakan mobil aspirasi, terdapat Sembilan elemen yang
berpengaruh di dalamnya, yakni segmentasi, targeting, positioning,
person, party, presentation, pull marketing, pass marketing, dan
puss marketing. Persamaan penelitian terletak pada pembahasan
mengenai elemen-elemen yang digunakan dalam membangun
strategi marketing politik.
2. Skripsi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Achmad Fuad
Abdul Rozak yang berjudul “Iklan Politik Caleg Dalam Persepsi
Pemilih Pemula”. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui iklan
politik caleg DPRD II Surakarta serta untuk mengetahui persepsi
pemilih pemula di SMA N III Surakarta. Dari penelitian tersebut
kemudian didapatkan hasil bahwa. Persamaan penelitian terletak
pada pembahasan mengenai iklan politik.
17
G. Sistematika penulisan
Untuk memahami gambaran yang lebih jelas mengenai hal-hal
yang akan diuraikan dalam penelitian ini, maka penulis membagi
sistematika penulisan ke dalam lima bab sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini, penulis akan menguraikan tentang latar
belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, dan sistematika penulisan dalam penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini, penulis akan menguraikan tentang teori tentang
yang digunakan dalam penelitian, yaitu teori pertimbangan
sosial (Social Judgement Theory), marketing politik, iklan
politik, komunikasi politik, dan kampanye politik.
BAB III GAMBARAN UMUM
Pada bab ini, penulis akan menguraikan tentang profil dari
lembaga konsultan Cyrus Network, profil kandidat Gubernur
Lampung terpilih Arinal Djunaidi - Chusnunia, serta
gambaran singkat mengenai Provinsi Lampung.
BAB IV ANALISA DATA
Pada bab ini, penulis akan membahas mengenai hasil
wawancara yang telah penulis lakukan bersama pihak-pihak
terkait di Cyrus Network yang bertanggungjawab dalam
menyusun perencanaan pemenangan kandidat.
18
BAB V PENUTUP
Pada bab ini, peneliti akan menarik kesimpulan sekaligus
memberikan saran dari seluruh masalah yang telah dibahas
dalam penulisan skripsi ini.
19
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A. Teori Pertimbangan Sosial (Social Judgement Theory)
Muzader Sherrif, seorang psikolog asal Oklahoma University AS,
pernah mengemukakan pandangannya mengenai teori pertimbangan
sosial (social judgement theory). Dalam pandangannya tersebut, Sherrif
menjelaskan mengenai bagaimana sebuah pesan yang disampaikan
kepada seseorang dapat dimaknai berdasarkan ego involvement,
sehingga setelahnya akan muncul suatu perubahan sikap sebagai bentuk
respon dari pesan yang diterimanya. Perubahan sikap yang dialami oleh
seseorang tersebut muncul akibat adanya proses pertimbangan
(judgement) yang terjadi di dalam diri mereka. Ego involvement sendiri
terdiri menjadi dua bagian, yakni segi mental dan segi kognitif. Pada
segi mental, keterlibatan ego mengarah pada rasa emosional yang
dimiliki oleh seseorang sehubungan dengan pesan yang diterimanya.
Sedangkan pada segi kognitif, keterlibatan ego akan mengarah pada
informasi, pengetahuan, dan pemikiran atas pesan yang diterima.
Mengenai pandangannya tersebut, lebih lanjut Sherif menjelaskan
bahwa dalam teorinya terdapat tiga hal yang menjelaskan mengenai
pertimbangan sosial14. Pertama, manusia tidak akan menerima suatu
pesan secara mutlak sebelum melakukan penilaian berdasarkan apa
yang selama ini diyakini. Kedua, perubahan sikap seseorang terhadap
14 M. Sheriff, Attitude and Attitude Change: The Social Judgement-Involvement Approach (Philadephia: W.B Saun-dera, 1956), h. 218
20
objek sosial atau isu tertentu merupakan hasil proses pertimbangan
(judgement) yang terjadi dalam diri orang tersebut terhadap pokok
persoalan yang dihadapi. Ketiga, proses mempertimbangkan isu atau
objek sosial tersebut berpatokan pada kerangka tujuan yang dimiliki
seseorang. Selain itu, dalam teori ini juga terdapat tiga zona sikap
individu dalam melakukan interaksi sosial, yaitu penerimaan,
penolakan, dan non komitmen.
Gambar 2.1
Konsep Teori Penilaian Sosial15
Penyerapan berbagai aspek dari
Ego Involvement
Latitude of Latitude of Latitude of Acceptance Noncommitment Rejection
Assimilation Contrast Effect
15 Sarwono Wirawan, Teori-Teori Psikologi Sosial (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010), h. 220
21
Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa dalam merespon suatu stimulus, setiap individu memiliki perbedaan variasi sehingga mendorong timbulnya konsep-konsep mengenai garis lintang (latitude).
Konsep ini diawali ketika seseorang mendengar suatu pesan dan kemudian merespon pesan tersebut dengan memberi penilaian berdasarkan pengalaman yang telah dimilikinya. Dalam hal ini, Sherrif menyebutkan bahwa dalam merespon suatu stimulus, seseorang akan dihadapkan pada tiga rujukan sebagai berikut:16
a. Latitude of acceptance yakni suatu respon di mana pendapat-
pendapat yang disampaikan masih dapat diterima dan
ditoleransi oleh individu.
b. Latitude of rejection yakni suatu respon di mana gagasan yang
disampaikan ditolak karena tidak rasional atau tidak sesuai.
Hal ini terjadi ketika invidu merasa gagasan tersebut
bertentangan dengan kerangka rujukan dirinya sendiri (sikap
dan keyakinan).
c. Latitude of noncommitment yakni suatu respon di mana
pendapat atau pesan-pesan pesuasif yang disampaikan tidak
ditolak namun juga tidak diterima. Hal ini biasanya akan
terjadi ketika individu tidak memiliki opini apa-apa sehingga
bersikap netral dengan permasalahan yang ada.
Berdasarkan ketiga garis lintang yang telah disebutkan di atas, dapat dipahami bahwa teori pertimbangan sosial menjelaskan mengenai
16 Sarwono Wirawan, Teori-Teori… h. 218
22
bagaimana individu menilai pesan-pesan yang diterimanya, kemudian
dari pesan tersebut indvidu dapat memprediksi apakah seseorang akan
menerima pesan tersebut atau justru sebaliknya. Selain itu, teori ini juga
menjelaskan mengenai tingkat kredibilitas seorang persuader sangat
ditentukan oleh pertimbangan sosial. Oleh sebab itu, agar dapat menjadi
persuader yang baik, seorang kandidat dituntut untuk berorientasi pada
perilaku setiap individu dan cara mereka membentuk keputusan yang
telah diterima, ditolak atau memilih tidak terlibat pada keduanya.17
B. Marketing Politik
1. Marketing politik
Secara teori, marketing politik merupakan suatu metode baru
yang digunakan oleh aktor atau partai politik dalam melakukan
pendekatan terhadap khalayak selama masa pemilihan. Penerapan
marketing politik sendiri berasal dari dua konsep cabang ilmu yang
berbeda yakni ilmu marketing dan ilmu politik. Jika ditilik dari
masing-masing pengertiannya, ilmu marketing berangkat dari
sebuah kondisi persaingan (competition) di mana penerapannya
banyak digunakan untuk menjelaskan dan menggambarkan
bagaimana suatu usaha dapat memenangkan persaingan di pasar.18
Sedangkan ilmu politik merupakan suatu cabang ilmu yang
bertujuan untuk menciptakan tatanan masyarakat melalui
17 Antar Venus, Manajemen Kampanye (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010), h. 83 18 Firmanzah, Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2012), h. 131
23
sistematisasi perebutan kekuasaan.19 Jika ditarik garis besar dari
kedua definisi cabang ilmu di atas, dapat disimpulkan bahwa
marketing politik merupakan suatu metode atau pemahaman
mengenai bagaimana usaha yang harus dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam memenangkan persaingan pasar
untuk memperebutkan kekuasaan.
Terkait dengan penjelasan di atas, Adman Nursal
mendefinisikan bahwa marketing politik merupakan serangkaian
aktivitas terencana, strategis dan juga taktis, berdimensi jangka
panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan makna politik
kepada para pemilih.20 Sejalan dengan Nursal, Bruce I. Newman
menyebutkan bahwa marketing politik merupakan sebuah
pemasaran produk politik berupa image politik, platform, pesan
politik dan lain-lain yang dikirim kepada masyarakat yang
diharapkan menjadi konsumen tetap dengan cara menganalisis
kebutuhan mereka lalu dikembangkan menjadi sebuah inovasi
produk yang berbasis informasi.21 Tujuan dari diterapkannya
pendekatan marketing politik selama masa pemilihan tentu saja
untuk membentuk dan menanamkan harapan, sikap, keyakinan,
orientasi, dan perilaku pemilih. Perilaku pemilih yang diharapkan
19 Firmanzah, Marketing Politik… h. 132 20 Adman Nursal, Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu. Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 23 21 Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik, (Bogor: Galia Indonesia, 2013), h. 27
24
di sini ialah ekspresi mendukung dengan berbagai dimensinya,
khususnya menjatuhkan pilihan pada kandidat atau partai tertentu.22
Selaras dengan apa yang telah disampaikan oleh Newman,
Scammell juga menyebutkan bahwa kontribusi marketing di dalam
dunia politik terletak pada analisa untuk memahami dan memenuhi
kebutuhan dari pemilih. Hal tersebut dikarenakan saat ini
masyarakat condong bersifat pragmatis dalam menentukan pilihan
politiknya. Bagi masyarakat, dunia politik sekarang ini bukan
hanya menyangkut ideologi, akan tetapi juga harus memberikan
solusi bagi permasalahan yang terjadi di wilayah yang akan
dipimpin oleh kandidat terkait. Oleh karena itu, aktivitas politik
haruslah sejalan dengan kebutuhan masyarakat.23 Dalam penerapan
konsep marketing, kandidat atau partai politik harus dapat
memahami beberapa hal. Pertama, kandidat atau partai harus
menjadikan pemilih sebagai subjek, bukan objek. Kedua,
menjadikan permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat
sebagai langkah awal untuk menyusun program kerja dan dibingkai
kedalam ideologi masing-masing. Ketiga, marketing politik tidak
menjamin sebuah kemenangan, tetapi memberikan solusi untuk
membangun dan menjaga hubungan dengan pemilih agar terjalin
22 Adman Nursal, Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 23. 23 Firmanzah, Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2008), h 194.
25
kedekatan dan kepercayaan antar partai dengan pemilih yang
selanjutnya akan memberikan dukungan terhadap kandidat.24
Pada dasarnya, marketing politik adalah variasi dari strategi
komunikasi pemasaran untuk mempromosikan tokoh politik atau
partai politik dengan menggunakan model teknik pemasaran
komersial yang dapat digunakan oleh organisasi-organisasi politik
untuk pencapaian tujuan, baik dalam hal program politik atau
dalam mempengaruhi perilaku pemilih dengan melakukan
serangkaian aktivitas pemasaran yang telah dirancang dengan
matang sebelumnya. Jika di dalam dunia pemasaran komersil
proses pertukaran yang terjadi adalah antara penjual dan pembeli di
mana pembeli menukar uang dengan barang atau jasa penjual,
maka dalam dunia politik pertukaran yang terjadi adalah kandidat
menawarkan visi, misi, dan kepemimpinan politiknya yang
kemudian ditukarkan dengan hak suara dari masyarakat pada
pemilihan umum.25
Dalam kontestasi politik, kandidat yang ingin mengaplikasikan
pendekatan marketing secara efektif perlu melakukan riset terlebih
dahulu terkait segala hal yang berhubungan dengan wilayah
tempatnya bertarung. Untuk memudahkan kandidat dan partai
politik dalam melakukan riset, saat ini sudah banyak perusahaan
marketing yang bergerak di bidang politik yang menawarkan
jasanya untuk membuat sebuah riset terkait dengan strategi
24 Firmanzah, Marketing Politik,,, h. 197. 25 Bruce I. Newman dan Richard Perloff, Handbook of Political Communication Research, (United State of America: Lawrence Erlbaum Associates, 2004), h. 19.
26
pemenangan kandidat. Umumnya, partai politik besar di Indonesia
sudah memanfaatkan jasa konsultan marketing politik dalam
membantunya meramu pesan yang akan diangkat untuk setiap
segmen pemilih yang dibidik, serta memilih media komunikasi apa
yang sesuai dengan target. Harus diakui saat ini contoh penerapan
marketing yang paling nyata di Indonesia adalah positioning dalam
kampanye politik. Mengingat di Indonesia banyak keberagaman,
maka positioning seorang kandidat atau partai politik harus
dilakukan secara berbeda untuk setiap segmen masyarakat yang
berbeda pula. a. Strategi Pemasaran Politik
Dalam konsep pemasaran, terdapat tiga strategi yang memiliki
andil dan berpengaruh terhadap jalannya sebuah proses pemasaran
yakni:
1) Segmentation
Pentingnya segmentasi sebagai unsur strategi pemasaran
berakar dari beragamnya karakteristik masyarakat yang
terdapat di suatu wilayah. Dinamika masyarakat yang berbeda
satu sama lain mengharuskan kandidat untuk mengelompokkan
masyarakat berdasarkan segmennya masing-masing.
Pengelompokan ini sendiri bertujuan untuk memudahkan
kandidat dalam membagi khalayaknya berdasarkan kebutuhan
kelompok masing-masing, serta memudahkan dalam
menyusun pesan politik, program kerja, hingga strategi
27
kampanye politik. Smith dan Hirst menyebutkan bahwa dalam
marketing politik, proses segmentasi perlu dilakukan oleh
tokoh politik yang bertarung karena disebabkan oleh beberapa
hal. Pertama, tidak semua segmen masyarakat harus dimasuki.
Hanya segmen-segmen masyarakat yang memiliki ukuran dan
jumlah signifikanlah yang harus diperhatikan. Kedua,
keterbatasan sumber daya institusi politik yang memungkinkan
penentuan skala prioritas dalam melakukan aktivitas. Ketiga,
terkait dengan efektifitas program komunikasi politik yang
dilakukan. Masing-masing kelompok memiliki ciri dan
karakteristik yang berlainan. Hal ini menuntut bahwa
pendekatan yang dilakukan harus dibedakan antara kelompok
satu dengan kelompok yang lainnya. Dan keempat, harus ada
analisis yang membedakan strategi bersaing antara satu pihak
dengan pihak lainnya.26
Jika kandidat yang bertarung hanya menggunakan satu
pendekatan saja untuk seluruh kelompok khalayak pemilih,
maka hal tersebut hanya akan membuatnya menjadi tidak
efektif. Sejatinya, pendekatan marketing yang dilakukan oleh
kandidat harus sesuai dengan kelompok khalayak yang dituju.
Seberapa besar pesan politik yang dapat disampaikan dan
diterima oleh masyarakat akan sangat ditentukan oleh seberapa
besar kesesuaian pilihan bahasa, media penyampaian dan
26 Firmanzah, Marketing Politik… h. 210
28
komunikasi dengan kondisi riil masyarakat yang menjadi
target.27
Dalam melakukan segmentasi terhadap kelompok pemilih,
Kollat menyebutkan bahwa terdapat beragam teknik dan
metode bagi kandidat dan partai politik untuk
mengklasifikasikan dan mengelompokkan masyarakatnya,
yakni:28
Tabel 2.1
Metode Segmentasi Pemilih
Segmentasi Penjelasan
Masyarakat dapat disegementasikan Geografi berdasarkan geografis dan kerapatan
(density) populasi. Misalnya produk dan
jasa yang dibutuhkan oleh orang yang
tinggal di pedesaan akan berbeda dengan
produk politik yang dibutuhkan oleh orang
perkotaan. Begitu juga antara pegunungan
dengan pesisir, masing-masing memiliki
kebutuhan yang berbeda satu sama lain.
Konsumen politik dapat dibedakan Demografi berdasarkan umur, jenis kelamin,
pendapatan, pendidikan, pekerjaan dan
27 Firmanzah, Marketing Politik… h. 209 28 Firmanzah, Marketing Politik… h. 187
29
kelas sosial. Masing-masing kategori
memiliki karakteristik yang berbeda
tentang isu politik satu sama lain. Sehingga
perlu untuk dikelompokkan berdasarkan
kategori demografi.
Psikografi memberikan tambahan metode Psikografi segmentasi berdasarkan geografi. Dalam
metode ini, segmentasi dilakukan
berdasarkan kebiasaan, lifestyle, dan
perilaku yang mungkin terkait dalam isu-
isu politik.
Masyarakat dapat dibedakan dan Perilaku dikelompokkan berdasarkan proses
pengambilan keputusan, intensitas
ketertarikan dan keterlibatan dengan isu
politik, loyalitas dan perhatian terhadap
permasalahan politik. Masing-masing
kelompok memiliki perilaku yang berbeda-
beda, sehingga perlu untuk
diidentifikasikan.
Pengelompokan masyarakat dapat Sosial-budaya dilakukan melalui karakteristik sosial dan
budaya. Klasifikasi seperti budaya, suku,
etnik, dan ritual spesifik seringkali
30
membedakan intensitas, kepentingan dan
perilaku terhadap isu-isu politik.
Selain metode segmentasi yang bersifat Sebab-akibat statis, metode ini mengelompokkan
masyarakat berdasarkan perilaku yang
muncul dari isu-isu politik. Sebab-akibat
ini melandaskan perspektif pemilih
(voters). Pemilih dapat mengelompokkan
berdasarkan pemilih rasional, tradisional,
kritis dan pemilih mendua.
Metode dan teknik ini berangkat dari suatu premis bahwa
setiap individu cenderung untuk berinteraksi dan berhubungan
dengan orang-orang yang memiliki karakteristik sama.
Kebersamaan orang-orang yang memiliki karakteristik sama
inilah yang pada akhirnya membentuk suatu kelompok
masyarakat. Mereka memiliki ciri, sifat, kondisi psikologis,
kepentingan, harapan, permasalahan, dan tujuan hidup yang
relatif sama dibandingkan dengan orang-orang yang tidak
terdapat dalam kelompok mereka.
2) Targeting
Targeting merupakan sebuah proses untuk memilih salah
satu atau beberapa kelompok yang akan dibidik untuk
mencapai sasaran obyektif. Menurut Tjiptono dan Chandra,
terdapat lima pola targeting yang dapat diterapkan pada
31
pemasaran politik.29 Pertama single segment concerntraction,
yaitu memilih satu segmen saja untuk diberi perlakuan. Kedua,
selective specialization, yakni menseleksi beberapa segmen
untuk diberi perlakuan. Segmen yang dipilih mungkin tidak
saling berhubungan atau membentuk sinergi, tetapi masing-
masing segmen menjanjikan profit politis. Ketiga, product
specialization, yaitu berkonsentrasi dalam membuat sebuah
produk khusus. Melalui cara ini, kandidat atau parpol
membangun reputasi yang kuat pada produk yang spesifik.
Keempat, market specialization, yakni kandidat atau parpol
berkonsentrasi melayani berbagai kebutuhan dalam kelompok
tertentu. Kandidat atau parpol memperoleh reputasi yang kuat
dan menjadi channel untuk semua produk baru yang
dibutuhkan dan dipergunakan oleh kelompok tersebut. Kelima,
full market coverage, yakni kandidat atau parpol berusaha
melayani semua kelompok dengan produk yang dibuthkan.
Namun, hanya kandidat dan parpol yang kuat yang bisa
melakukannya.
3) Positioning
Positioning dalam marketing didefinisikan sebagai semua
aktivitas untuk menanamkan kesan di benak para konsumen
agar mereka bisa membedakan produk dan jasa yang
dihasilkan oleh organisasi bersangkutan.30 Dalam positioning,
29 Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran (Yogyakarta: Andi Publisher, 2002), h. 154. 30 Firmanzah, Marketing Politik… h. 189.
32
atribut politik dan jasa yang dihasilkan akan direkam dalam
bentuk image yang terdapat dalam sistem kognitif konsumen.
Dengan demikian, konsumen akan dengan mudah
mengidentifikasi sekaligus membedakan produk dan jasa yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan produk-produk atau
jasa lainnya. Semakin tinggi image yang direkam dalam benak
konsumen, semakin mudah pula mereka mengingat image
produk dan jasa bersangkutan.
Dalam hal strategi marketing politik, antara segmentasi dengan positioning, keduanya merupakan unsur marketing yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Segmentasi sangat dibutuhkan dalam membangun strategi marketing politik karena fungsinya yang dapat mengidentifikasi karakteristik yang muncul di setiap kelompok masyarakat. Sedangkan positioning dibutuhkan karena fungsinya yang dapat menempatkan image dan produk politik sesuai dengan kelompok yang telah ditetapkan. Positioning tidak akan dapat dilakukan tanpa adanya peranan dari unsur segmentasi politik.
Selain itu, pendekatan yang dilakukan oleh kandidat juga tidak dapat dilakukan dalam dataran individu, karena akan menjadi mahal sekali. Sehingga pendekatan yang paling efektif adalah dengan dilakukan secara kolektif terhadap kelompok-kelompok masyarakat yang telah dibagi berdasarkan segmentasinya. Setiap kelompok masyarakat tersusun dari individu-individu yang memiliki ciri, kepribadian, harapan, aspirasi dan tujuan yang
33
kurang lebih sama. Hal ini tentu saja akan memudahkan kandidat
atau partai politik dalam mengkomunikasikan pesan politiknya,
karena mereka semua akan berbagi hal-hal yang kira-kira seragam.
Sekali disampaikan, pesannya akan dapat dicerna oleh individu-
individu yang terdapat di dalamnya.31
Gambar 2.2
Segmentasi dan Positioning Politik
Seperti yang terlihat dalam gambar di atas, terdapat beberapa
langkah yang dapat digunakan untuk mengaitkan segmentasi,
targeting, dan positioning. Menurut Bartle dan Griffith (2001),
kontribusi penting ilmu marketing dalam domain politik adalah
aktivitas yang terkait dengan segmentation. Dalam segmentasi
terdapat dua hal yang harus dilakukan. Pertama, identifikasi dasar
yang digunakan dalam melakukan segmentasi. Kedua, menyusun
profil hasil segmentasi politik. Setelah profil masing-masing
kelompok masyarakat digambarkan, langkah berikutnya yang harus
dilakukan adalah targeting secara politik.
31 Firmanzah, Marketing Politik… h. 211
34
Dalam aktivitas ini, yang pertama kali dilakukan oleh kandidat
adalah membuat standar dan acuan pengukuran masing-masing
segmen politik. Standar pengukuran dapat menggunakan jumlah
dan besaran potensi pemilih. Kelompok masyarakat yang memiliki
populasi besar merupakan target politik yang „menggiurkan‟ untuk
didekati, karena merekalah penyumbang perolehan suara dalam
jumlah besar. Standar pengukuran juga dapat menggunakan arti
penting dan efek kelompok tersebut dalam memengaruhi opini
publik. Meskipun jumlah kelompok masyarakat tersebut tidak
memiliki besaran yang siginifikan, namun pengaruh mereka dalam
membentuk opini publik jelas-jelas sangat besar. Dalam proses
targeting, tidak semua kelompok masyarakat dapat menjadi target
politik kandidat. Hal ini dikarenakan keterbatasan sumber daya
yang dimiliki oleh kandidat sehingga memaksa mereka untuk
menentukan pilihan. Pertimbangan yang dilakukan dalam memilih
segmen mana yang akan menjadi target politik sangat ditentukan
oleh dua hal. Pertama, efek langsung dari segmen politiknya, yakni
perolehan suara selama pemilihan. Kedua adalah efek pengganda
(multiplier effects) dengan ikutnya segmen masyarakat tersebut
dalam memperbesar perolehan suara.32
Setelah targeting selesai dilakukan, langkah berikutnya adalah
membuat positioning terhadap setiap kelompok segmen. Untuk
membantu khalayak dalam membedakan suatu kandidat dengan
32 Firmanzah, Marketing Politik… h. 215.
35 kandidat lainnya, maka positioning mutlak harus dilakukan.
Ketepatan membuat positioning dalam hal yang menyangkut image politik, produk politik, pesan politik, dan program kerja akan membantu pula dalam penciptaan identitas politik. Masing-masing aktivitas akan dapat memperkuat identitas yang ingin diciptakan.
Kesan positif atau negatif yang akan muncul dalam benak masyarakat akan bergantung pada seberapa bagus proses positioning dilakukan.
Positioning politik tidak akan dapat dilakukan tanpa adanya proses penciptaan dan komunikasi pesan politik. Pesan politik yang dimaksud di sini bukan hanya perihal jargon politik saja, akan tetapi di dalamnya juga terdapat janji-janji politik yang tercermin pada penetapan tujuan dan harapan yang diberikan setiap kandidat.
Biasanya hal-hal ini tertuang dalam kebijakan dan program kerja kandidat. Sebelum menyusun program yang akan ditawarkan kepada khalayak, kandidat atau partai politik perlu melakukan riset untuk memahami apa yang sedang terjadi di masyarakat.
Permasalahan serta persoalan yang dialami dan dirasakan oleh masyarakat sejatinya menjadi dasar dan acuan inti dalam penyusunan program kerja yang ditawarkan. Selain itu, perlu pula dilakukan benchmarking dengan apa yang dilakukan oleh lawan politik. Analisis benchmarking ini perlu dilakukan untuk membuat analisis perbandingan tentang isi, kualitas dan pendekatan yang digunakan dalam penyusunan program kerja. Dari sini akan muncul
36
hal-hal yang membedakan secara spesifik antara satu kandidat
dengan kandidat lain dalam hal yang akan ditawarkan sebagai
solusi pemecahan atas masalah yang ada dalam masyarakat.
Positioning tidak akan dapat dilakukan tanpa adanya analisis dan
identifikasi mengenai apa yang dapat membedakan suatu kandidat
dengan kandidat lainnya. Untuk itu, sangat penting dilakukan
benchmarking dan melihat apapun yang telah dilakukan maupun
yang akan dilakukan pesain.33 b. Strategi Pendekatan Marketing
Dalam melakukan pemasaran politik, Nursal mengaktegorikan
tiga pendekatan yang dapat dilakukan oleh kandidat atau partai
politik untuk mencari dan mengembangkan pendukung selama
berlangsungnya proses kampanye politik.34
1) Pull Political Marketing, merupakan suatu metode
penyampaian produk politik dengan memanfaatkan sejumlah
media di dalamnya seperti media elektronik, media luar ruang,
media cetak, dan media internet. Dalam penerapan kampanye
marketing politik, strategi seperti ini banyak diterapkan oleh
tokoh politik karena cara penyampaian pesan politiknya
dilakukan melalui media, yang mana memiliki kelebihan dapat
menyebarkan pesan secara luas kepada khalayak banyak. Pada
dasarnya, penggunaan metode seperti ini lebih menitikberatkan
pada pembentukan image politik yang positif.
33 Firmanzah, Marketing Politik… h. 217. 34 Adman Nursal, Political Marketing… h. 245.
37
2) Pass Political Marketing, merupakan suatu metode
penyampaian produk politik yang dilakukan dengan
melibatkan individu, kelompok atau organisasi yang dianggap
dapat memengaruhi opini pemilih (influencer). Dengan adanya
daya pengaruh tersebut, komunikator dapat meneruskan pesan-
pesan politik yang disampaikan oleh kandidat kepada khalayak
lain atau anggota komunitasnya. Dalam melakukan strategi ini,
diperlukan kehati-hatian dalam pelaksanaannya karena jika
terjadi kesalahan maka pesan komunikasi tidak akan diterima
atau bahkan ditolak. Sukses atau tidaknya kandidat dalam
menggalang massa akan sangat ditentukan oleh pemilihan
influencer selama masa kampanye. Semakin tepat influencer
yang terpilih, maka efek yang diraih pun akan menjadi
semakin besar dalam mempengaruhi pendapat, keyakinan dan
pikiran khalayak. Dalam menentukan influencer, terdapat dua
bagian yang memiliki pengaruh. Pertama, influencer aktif yang
terdiri dari relawan pemenangan kandidat. Kedua, influencer
pasif yang terdiri dari kelompok organisasi, public figure,
komunitas, dan lain sebagainya.
3) Push Political Marketing, merupakan suatu strategi di mana
penyampaian produk politik dapat dilakukan secara langsung
terhadap khalayak. Jika dibandingkan dengan kedua strategi
lainnya, strategi ini memiliki keunggulan di mana aktor politik
atau partai dapat melakukan sentuhan-sentuhan politiknya
38
secara lebih personal (costumized). Aktor politik dapat
mengirimkan atau menyampaikan produk politiknya dengan
memilih substansi dengan cara presentasi yang cocok dengan
pemilih. Secara umum, sentuhan langsung dengan pemilih
dapat dilakukan melalui event-event khusus seperti rapat
umum, pawai, event hiburan, kontes, peringatan peristiwa atau
tokoh tertentu, seminar, konferensi, dan sebagainya, sehingga
dapat memberikan kesan mendalam kepada para pemilih.
Strategi seperti ini dianggap cukup efisien jika diterapkan
dalam pemilihan lokal seperti gubernur dan walikota/bupati.
Namun untuk pemilihan nasional, cara seperti ini sangat tidak
direkomendasikan, karena akan membutuhkan banyak tenaga
dan biaya.
2. Iklan Politik
Tidak dapat dipungkiri, iklan politik merupakan salah satu alat
dalam pemasaran politik. Sebagai alat pemasaran politik, iklan
politik bertujuan untuk mendongkrak perolehan jumlah suara
kandidat pada saat berlangsungnya perhelatan politik. Menurut
Lee, iklan politik merupakan penyiaran yang memiliki sifat
informatif dan persuasif dengan tujuan untuk meraih suara dan
memberikan mereka pilihan politik yang terdiri dari partai politik,
kandidat dan program.35 Dalam pemasaran politik, dapat dikatakan
bahwa iklan politik merupakan beyond of advertisement. Iklan
35 Monle Lee dan Carla Johnson, Prinsip-Prinsip Pokok Persoalan Dalam Perspektif Global, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 35.
39
politik di sini tidak hanya bertugas untuk menjual produk politik,
akan tetapi juga memiliki fungsi komunikasi politik. Selain itu,
iklan juga dapat menjadi sarana untuk membujuk konsumen untuk
secara sukarela mencoba atau membeli produk yang ditawarkan.
Phillip Kotler menyebutkan bahwa iklan merupakan salah satu
alat dalam bauran promosi (promotion mix).36 Secara kondisional
selain berfungsi memberikan pemahaman tentang keberadaan suatu
produk, iklan sekaligus menjadi “mediasi dalam membujuk
konsumen untuk secara suka rela mencoba atau membeli produk
yang ditawarkan”.37 Pada dasarnya, tujuan periklanan adalah
mengubah atau mempengaruhi sikap-sikap khalayak, dalam hal ini
tentunya adalah sikap konsumen. Munculnya iklan bertujuan untuk
memperkenalkan produk maupun jasa pada konsumen sehingga
komsumen terprovokasi/terpengaruh. Hal ini akan mendorong
terjadinya perubahan perilaku konsumen menjadi seperti yang
diinginkan oleh produsen. Dalam pembuatannya, tujuan iklan
semestinya merupakan kelanjutan dari penentuan pasar sasaran
(target market), positioning dan bauran pemasaran.38
Menurut Bartles dan Jamieson, iklan politik terbagi ke dalam
tiga jenis:
36 Phillip Kotler, Manajemen Pemasaran, Analisis, dan Penganalisaan, (Jakarta: Erlangga, 1990), h. 86. 37 Sumartono, Terperangkap dalam Iklan: Meneropong Imbas Iklan Televisi, (Bandung: Alfabeta, 2002), h. 13. 38 Uyung Sulaksana, Integrated Marketing Communication: Teks dan Kasus (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 91.
40
a. Iklan advokasi kandidat, yakni iklan yang berfokus pada pujian
terhadap calon, baik itu karena prestasi yang telah dicapai atau
hubungan kedekatannya dengan khalayak pemilih.
b. Iklan menyerang (attacking), yakni jenis iklan yang berfokus
pada kegagalan dan kejelekan masa lalu dari pesaing.
Pendekatannya dapat berupa ritualistik atau mengikuti alur
permainan lawannya yaitu pada saat diserang maka kandidat
akan kembali menyerang.
c. Iklan membandingkan (contrasting), yakni iklan yang
menyerang dengan cara memperbandingkan data dengan
kualitas, rekam jejak, dan proposal antar kandidat.
Kebanyakan orang beranggapan bahwa iklan politik sama hal
nya dengan iklan propaganda. Akan tetapi, Nimmo menyebutkan
bahwa meski keduanya memiliki akar yang sama yaitu komunikasi
kepada banyak orang, namun propaganda ditujukan pada banyak
orang sebagai anggota kelompok sedangkan iklan politik bertujuan
mendekati mereka sebagai individu tunggal, independen dan
terpisah dari apapun yang menjadi identifikasi di dalam
masyarakat.39 Secara umum, Bovee menyatakan bahwa jenis iklan
dapat dibagi berdasarkan target audiens, wilayah, pemilihan media,
dan tujuan.
Sedangkan terkait dengan isi pesan dalam iklan politik,
Setiyono (2008: 48) secara garis besar membagi pesan iklan politik
39 Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), h. 133.
41
ke dalam dua bagian, yaitu iklan dari non partai politik dan iklan
dari partai politik.
a. Iklan politik dari non partai politik. Bila pemasang iklan
berasal dari non partai politik, maka isi pesan tersebut
terdiri dari penjelasan terkait pemilu sebagai sarana
demokrasi, dan seruan kepada masyarakat untuk datang ke
tempat pemungutan suara.
b. Iklan politik dari partai politik. Bila pemasang iklan berasal
dari partai politik, maka isi pesan tersebut terdiri dari
sosialisasi atau penguatan ingatan terkait lambang, nomor,
dan tokoh politik atau ketua partainya. Kemudian, iklan
politik yang disampaikan pun juga akan terkait dengan
ajakan untuk memilih tokoh politik/partai politik tersebut
di hari pemilihan.
Iklan, apapun kategorinya merupakan instrument untuk
membentuk citra tentang hal yang diiklankan dibenak individu
khalayak. Menurut Rhenald Kasali, citra adalah kesan yang timbul
karena pemahaman akan suatu kenyataan.40 Sedangkan Jalaluddin
Rakhmat mendefinisikan citra sebagai gambaran tentang realitas
dan tidak harus sesuai dengan realitas. Citra merupakan peta
manusia tentang dunia. Tanpa citra, menusia akan selalu berada
dalam situasi yang tidak pasti. Citra juga merupakan dunia menurut
40 Rhenal Kasali, Manajemen Periklanan: Konsep dan aplikasinya di Indonesia (Jakarta: PAU UI, 1995), h. 9.
42
persepsi kita.41 Namun banyak orang yang mengkritik bahwa iklan
politik sebagian besar cenderung berfokus pada pembentukan citra
daripada mempublikasikan isu.42
C. Komunikasi Politik
Membahas mengenai kontestasi pemilihan serta strategi yang
digunakan dalam memenangkan sebuah kompetisi politik, tentu tidak
terlepas dari bagaimana seorang kandidat atau aktor politik membangun
komunikasi yang tepat dengan khalayak. Sebagai sebuah studi
interdisipliner yang dibangun di atas dua disiplin ilmu yakni
komunikasi dan politik, menjadikan komunikasi politik sebagai upaya
untuk menyampaikan pesan politik yang telah dibentuk oleh
komunikator agar dapat dimaknai oleh komunikan.
Pada awalnya, kajian mengenai komunikasi politik berakar pada
ilmu politik yang saat itu penamaannya lebih banyak dikenal dengan
istilah propaganda. Menurut Dahlan, komunikasi politik merupakan
suatu bidang atau disiplin yang menelaah perilaku dan kegiatan
komunikasi yang bersifat politik, mempunyai akibat politik, atau
berpengaruh terhadap perilaku politik. Meadow juga menyatakan
bahwa, “political communication refers to any exchange of symbols or
message that to a significant extent have been shaped by or have
consequences for political system”. Dari definisi tersebut, Meadow
memberikan tekanan bahwa simbol-simbol atau pesan yang
41 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) h. 223. 42 Monle Lee dan Carla Johnson, Prinsip-Prinsip Pokok… h. 7.
43
disampaikan itu secara signifikan dibentuk atau memiliki konsekuensi
terhadap sistem politik.43 Tidak hanya itu, Michael Rush dan Phillip
Althoff juga ikut mendefinisikan komunikasi politik sebagai suatu
proses di mana informasi politik yang relevan diteruskan dari satu
bagian sistem politik ke bagian lainnya, dan di antara sistem-sistem
sosial dengan sistem-sistem politik.44
Sebagai body of knowledge, komunikasi politik terdiri dari
beberapa unsur yang berkaitan yakni sumber (komunikator), pesan
(message), media (channel), penerima (komunikan), dan efek.
a. Komunikator politik. Yang dimaksud dengan komunikator politik
di sini adalah semuan orang pihak yang ikut terlibat daam proses
penyampaian pesan. Pihak-pihak ini dapat berbentuk individu,
kelompok, organisasi, lembaga, ataupun pemerintah.
b. Pesan politik. Pesan politik merupakan pernyataan yang
disampaikan baik secara tertulis maupun tidak tertulis, verbal
maupun nonverbal, tersembunyi maupun terang-terangan, disadari
maupun tidak disadari. Misalnya pidato politik, undang-undang
pemilu, pernyataan politik, siaran radio dan televisi yang berisi
muatan politik, iklan politik, debat politik, dan propaganda.
c. Media atau saluran politik ialah alat atau sarana yang digunakan
oleh para komunikator untuk menyampaikan pesan-pesan
politiknya baik melalui media massa (cetak maupun elektronik),
43 Hafied Cangara, Komunikasi Politik, Konsep, Teori, dan Strategi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004) h.29. 44 Michael Rush dan Phillip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997) h. 24.
44
media format kecil (brosur, selebaran, stiker, bulletin), media luar
ruang (baliho, spanduk, reklame, electronic board, bendera, pin,
topi, rompi, dan segala sesuatunya yang bisa digunakan untuk
membangun citra), saluran komunikasi kelompok, saluran
komunikasi antarpribadi, dan saluran komunikasi sosial.
d. Komunikan (Sasaran atau target politik). Dalam kontes politik,
yang dimaksud dengan sasaran yakni masyarakat yang telah cukup
umur dan memiliki hak suara sehingga diharapkan dapat memberi
dukungan (vote) kepada kandidat atau partai dalam pemilihan
umum.
e. Efek komunikasi politik yakni di mana pertukaran pesan yang
terjadi antara komunikator dengan komunikan direspon oleh pihak-
pihak terkait sehingga menghasilkan suatu pengaruh. Pengaruh bisa
berupa perubahan situasi sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
komunikator, tidak terjadi perubahan apa-apa, atau bahkan
perubahan yang lebih buruk.
D. Kampanye Politik
Dalam perhelatan politik, istilah kampanye merujuk pada suatu
bentuk kegiatan di mana para pelaku politik baik itu aktor maupun
partai politik dapat mewujudkan segala bentuk rancangan pemenangan
yang selama ini telah disusunnya melalui sebuah aksi. Biasanya, durasi
waktu yang dimiliki oleh para pelaku politik dalam melakukan kegiatan
kampanye ini telah ditentukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Dengan durasi waktu yang telah ditentukan tersebut, para pelaku politik
45
yang bertarung harus mampu mengkampanyekan dirinya dengan sebaik
mungkin agar dapat mempengaruhi khalayak yang menjadi target
pemilihnya.
Lebih jelasnya, Kotler dan Roberto menyebutkan bahwa
“Campaign is an organized effort conducted by one group (the change
agent) which intends to persuade others (the targets adopter), to
accept, modity, or abandon certain ideas, attitude, practices and
behavioral”. Pendapat ini mengungkapkan bahwa kampanye adalah
sebuah upaya yang diorganisasi oleh suatu kelompok (agen perubahan)
yang ditujukan untuk mempersuasi target sasaran agar bisa menerima,
memodifikasi atau membuang ide, sikap dan perilaku tertentu.45 Sejalan
dengan pendapat Kotler, Pfau dan Parrot memiliki rumusan mengenai
kampanye yaitu suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan
berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan
tujuan memengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan.46 Dari
penjabaran tersebut dapat diartikan kampanye sebagai serangkaian
tindakan yang telah terencana yang dimaksudkan untuk memengaruhi
tindakan orang banyak secara berkelanjutan dengan maksud dan tujuan
yang telah ditentukan dan dalam kurun waktu tertentu.47
Cherles U. Larson mengemukakan, bahwa kampanye dapat dibagi
menjadi tiga jenis.48
45 Hafied Cangara, Komunikasi Politik… h. 229 46 Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik… h. 33 47 Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik… h. 21 48 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik (Bogor: Galia Indonesia, 2013) h. 35
46 a. Product-oriented Campaigns, yaitu kampanye yang berorientasi
terhadap produk. Umumnya kampanye ini terjadi di lingkungan
bisnis dan bersifat komersial. b. Candidate Oriented Campaigns, kampanye jenis ini berorientasi
pada kandidat. Umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk kepentingan
politik. Kampanye jenis ini bisa juga disebut sebagai political
campaign atau kampanye politik yang tujuannya antara lain adalah
untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-
kandidat yang diajukan partai politik agar dapat menduduki
jabatan-jabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan
umum. c. Ideologically or Cause Oriented Campaigns, kampanye jenis ini
berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali
berdimensi sosial atau social change campaigns. Kampaye jenis ini
ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui
perubahan sikap dan perilaku publik yang terkait.
Kampanye tidak terlepas dari bagaimana strategi disusun untuk mengetahui situasi dan kondisi di lapangan. Strategi kampanye merupakan prinsip pemikiran yang dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan kampanye yang biasanya terjabar dalam berbagai langkah taktis berdasarkan situasi dan kondisi di lapangan. Kenyataan empiris menunjukkan, kandidat atau partai politik (melalui tim sukses masing- masing) memiliki strategi kampanye yang berbeda-beda dalam upaya meraih dukungan khalayak. Ada beberapa prinsip pokok yang
47 selayaknya memperoleh perhatian serius dalam pengembangan strategi kampanye, yakni positioning, branding, dan segmenting. Strategi positioning menurut Morissan adalah komunikasi yang dilakukan kepada masyarakat untuk menempatkan produk agar mudah diingat dan masyarakat mempunyai nilai tersendiri. Oleh karena itu, partai harus menciptakan image politik yang berbeda dengan yang lain.
Keseragaman akan menyulitkan masyarakat dalam mengidentifikasi suatu kandidat atau partai politik.49
Untuk membantu memenangkan kandidat dalam kontes politik, terdapat dua varian strategi kampanye politik yakni strategi kampanye politik melalui media, dan kampanye politik non media. a. Strategi Kampanye Politik Melalui Media
Strategi marketing politik media yakni suatu strategi marketing
politik yang menggunakan media sebagai saluran dalam
pengaplikasiannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa media
merupakan mediator politik yang sangat efektif untuk
mengkomunikasikan berbagai gagasan-gagasan maupun kritik-
kritik di antara pelaku politik.50 Dalam kampanye politik, media
massa cenderung ditempatkan sebagai saluran komunikasi utama
karena melalui media, khalayak dapat diraih dalam jumlah besar.
Terkait kemampuan media massa dalam mempengaruhi sikap,
pendapat dan perilaku khalayak, Klapper membedakan enam jenis
perubahan yang mungkin terjadi akibat penggunaan media massa,
49 Gun Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik… h. 35. 50 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik… h.56
48
yakni (a) menyebabkan perubahan yang diinginkan, (b)
menyebabkan perubahan yang tidak diinginkan, (c) menyebabkan
perubahan kecil, (d) memperlancar perubahan, (e) memperkuat apa
yang ada, dan (d) mencegah perubahan.51
b. Strategi Kampanye Politik Non Media
Dalam pembahasan ini, beberapa bentuk saluran komunikasi
politik sangat dibutuhkan sebagai upaya untuk pemasaran produk-
produk politik. Saluran komunikasi tersebut disajikan sarana atau
unsur yang memungkinkan pesan-pesan politik dapat sampai
kepada masyarakat. Almond dan Powell mengemukakan beberapa
struktur komunikasi yang juga dimaksudkan sebagai saluran
komunikasi politik, yaitu:52
1) Face to Face Informal. Struktur tatap muka informal
merupakan saluran yang efektif dalam menyampaikan pesan-
pesan politik. Saluran ini bersifat bebas, dalam arti tidak terikat
oleh struktur formal. Namun tidak semua orang dapat akses ke
saluran ini dalam kadar yang sama.
2) Struktur Sosial Tradisional. Struktur sosial tradisional
merupakan saluran komunikasi yang memiliki keampuhan-
keampuhan tersendiri. Dalam masyarakat tradisional, susunan
struktur sosial yang ada menentukan siapa yang layak
berkomunikasi dengan siapa, tentang masalah apa, dan dengan
51 Antar Venus, Manajemen Kampanye, Panduan Teoritis dan Praktis Dalam Mengefektifkan Kampanye Sosial, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010), h. 84-85. 52 Zulkarnain Nasution, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), h. 57-60
49
cara apa. Dengan kata lain, struktur sosial tradisional pada
hakikatnya mempunyai aturan-aturan yang menentukan, baik
pola maupun arus komunikasi yang berlangsung dakam
masyarakat tersebut.
3) Struktur Input. Almond dan Powell mendefinisikan struktur
input sebagai struktur yang memungkinkan terbentuknya atau
dihasilkannya input bagi sistem politik yang dimaksud,
mencakup transaksi antara sistem politik dengan komponen
dari lingkungan domestik maupun luar. Dengan akses ke salah
satu struktur itu, maka warga negara dengan mudah dapat
menyuarakan tuntutan-tuntutan mereka.
4) Struktur Output. Struktur atau saluran output politik yang
dimaksud adalah legislatif dan birokrasi. Memang struktur
kepemerintahan, khususnya birokrasi, memungkinkan
pemimpin-pemimpin politik mengomunikasikan petunjuk bagi
pelaksanaan peraturan-peraturan untuk aneka macam
pemegang jabatan politik dengan cara yang efisien. Efisien
karena jalur kepemerintahan tentutnya dengan dukungan
kewenangan dan wibawa yang dimilikinya dapat dipakai untuk
menyampaikan pesan-pesan secara cepat dan mudah.
50
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Pasangan Arinal Djunaidi dan Chusnunia
1. Profil Cyrus Network
Cyrus Network merupakan salah satu perusahaan penawar jasa
di Indonesia yang bergerak di bidang survei, pemenangan, dan
konsultan politik. Cyrus Network pertama kali didirikan pada tahun
2010 oleh Hasan Nasbi selaku founder sekaligus Chief Executif
Officer (CEO). Di tahun 2019, kepemimpinan Hasan Nasbi
digantikan oleh Eko Dafid Afianto yang kini menjabat sebagai
Chief Executif Officer Cyrus Network.
Di bawah kepemimpinan Eko Dafid, Cyrus Network memiliki
struktur kelembagaan sebagai berikut:
Gambar 3.1
Struktur Kelembagaan Cyrus Network
Sebagai perusahaan penawar jasa di bidang politik, Cyrus
Network memiliki beberapa pelayanan, yaitu:
51 a. Field campaign. Cyrus Network membekali dengan survei
pemetaan politik yang akurat dengan mengacu pada data survei
yang empirik dan ilmiah, sehingga rencana pemenangan bisa
disusun dengan lebih baik dan terukur. Dalam pelaksanaannya,
Cyrus Network akan melakukan survei minimal tiga kali
sebelum hari-H pelaksanaan pemungutan suara dilakukan.
Survei pertama harus dilakukan secepat mungkin, karena ini
menjadi modal dasar yang dimiliki kandidat untuk mengukur
harapan pemilih. Sebab, survei pertama ini dipakai sebagai
dasar pencitraan kandidat serta strategi pemasaran dan
pemenangan kandidat. Survei kedua (tracking survey)
dilakukan 2-3 bulan setelah tim sukses bergerak
mengintervensi publik (sosialisasi). Survei ini digunakan untuk
mengetahui seberapa efektif strategi kampanye yang telah
dilakukan. Survei ketiga (tracking survey) dilakukan pada saat
pelaksanaan kampanye pilkada. Survei ini digunakan untuk
mengetahui efektif strategi kampanye dan upaya pemenangan
yang telah dijalankan. Selain survei, Cyrus Network juga akan
membantu kandidat dalam membangun narasi untuk
meningkatkan nilai jual kandidat di masyarakat. Oleh sebab
itu, dalam penerapannya dibutuhkan kampanye politik yang
terkonsep, terkontrol, dan dapat terukur. b. Media issue management. Opini publik banyak dipengaruhi
oleh isu di media massa. Oleh karena itu kandidat perlu
52
melakukan manajemen isu dan menjaga hubungan dengan
media. Dalam hal ini, Cyrus Network memiliki tim yang akan
bertugas memantau media massa kredibel untuk menjaring
informasi tentang kandidat sekaligus situasi politik. Tidak
hanya itu, Cyrus Network juga akan mempersiapkan sistem
manajemen isu yang baik dengan koneksitas antar media, baik
konvensional maupun digital. Manajemen isu Cyrus Network
akan melakukan creating, covering, dan counter isu yang ada
di media massa ataupun media sosial. c. Research & Quick Count. Sebelum melakukan kampanye,
kandidat membutuhkan gambaran tentang elektabilitasnya di
masyarakat. Gambaran tersebut dapat diperoleh melalui data
survei, sehingga bisa dijadikan acuan memilih strategi yang
akan digunakan ditiap wilayahnya. Selain itu, Cyrus Network
juga dapat melaksanakan quick count sebagai data pembanding
yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kemungkinan
kecurangan yang terjadi pada proses tabulasi suara saat
pemilihan. d. Digital Campaign. Banyak media yang dimanfaatkan ketika
melakukan kampanye, apalagi di era digital saat ini. Sehingga
kampanye tidak melulu melalui pamphlet atau televisi. Dengan
memanfaatkan ruang digital, kandidat dapat melakukan
kampanye dengan lebih efisien.
53
e. Creative Content. Cyrus network memiliki tim kreatif yang
membantu mengolah, mengemas, dan memilih media yang
tepat dalam berkampanye. Produk kampanye akan disesuaikan
dengan karakteristik masyarakat di daerah tertentu, misalnya
seperti flyer, koran, hingga desain untuk konten digital. Selain
itu Cyrus Network juga akan membantu dalam menangani
produksi sekaligus distribusi alat kampanye sampai ke sasaran.
Sehingga setiap sumber daya yang dikeluarkan memiliki efek
yang signifikan bagi peningkatan suara.
2. Profil Arinal Djunaidi – Chusnunia
1) Arinal Djunaidi
Arinal Djunaidi atau yang akrab disapa Arinal,
merupakan satu dari empat pasangan calon yang bertarung
dalam memperebutkan kursi Gubernur Lampung pada
Pilkada 2018. Arinal yang berpasangan dengan Chusnunia,
merupakan kandidat yang diusung oleh Partai Golongan
Karya (Golkar). Bersama wakilnya, pria kelahiran
Tanjungkarang, Bandar Lampung, 17 Juni 1956 ini berhasil
meraih sebanyak 1.548.506 suara atau sekitar 37,7 persen
mengalahkan ketiga lawannya, termasuk petahana Ridho
Ficardho – Bachtiar Basri.
Lahir dan dibesarkan dari keluarga petani tidak lantas
membuat Arinal berkecil hati dengan keadaannya. Sejak
kecil, Arinal telah memiliki keinginan untuk menjadi orang
54 sukses dan berguna bagi kota kelahirannya kelak.
Keinginannya tersebut bermula dari kehidupan masa kecil
Arinal di mana ia banyak melihat sanak saudaranya yang berlomba-lomba ingin menduduki jabatan tertinggi di desanya, yakni sebagai kepala desa. Tidak ingin ikut bersaing dengan sanak saudaranya yang lain, pada akhirnya menjadikan Arinal bertekad untuk menimba ilmu setinggi mungkin agar dapat mewujudkan cita-citanya. Dan kini, keinginan tersebut Arinal wujudkan dengan terpilihnya ia menjadi Gubernur Lampung pada Pilkada 2018.
Perjalanan masa kecil Arinal bermula saat ia memulai pendidikannya di bangku sekolah rakyat pada tahun 1964.
Layaknya siswa pada umumnya, Arinal menamatkan pendidikan dasarnya pada tahun 1970, dan kemudian melanjutkan pendidikannya ke jenjang sekolah menengah di
SMP 2 Tanjungkarang. Merasa tidak puas dengan pendidikannya saat itu, Arinal kemudian meminta kepada sang ayah untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Pada tahun 1975, Arinal menepati keinginannya dan menamatkan pendidikannya di Sekolah
Pertanian Menengah Atas (SPMA) dan melanjutkan kuliah di
Universitas Lampung Fakultas Pertanian.
Sejak menduduki bangku perkuliahan, Arinal memang tergolong pribadi yang cukup aktif dalam berorganisasi. Hal
55
tersebut ia buktikan dengan pernah terpilihnya ia menjabat
sebagai Ketua Umum Senat Mahasiswa (SEMA) Fakultas
Pertanian Universitas Lampung pada tahun 1978-1980
sekaligus Pengurus Dewan Mahasiswa (DEMA) Fakultas
Pertanian ditahun yang sama. Tidak hanya di organisasi
kampus, di luar pun Arinal juga ikut ambil andil dalam
berorganisasi. Terbukti, ia pernah menjabat sebagai Ketua
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Lampung tahun 1981-
1982, Wakil ketua Himpunan Pengusaha Mudah Indonesia
(HIPMI) Lampung tahun 1982-1984, Komisaris Gabungan
Pelaksanaan Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI)
Lampung tahun 1983-1985, Wakil ketua Komite Nasional
Pemuda Indonesia (KNPI) Lampung selama dua periode,
mulai tahun 1985-1988, dan dilanjutkan kembali ditahun
1988-1991. Selain itu Arinal juga pernah menjabat sebagai
Sekretaris umum Persatuan Insinyur Indonesia Lampung
tahun 1992-1995, dan dilanjutkan kembali ditahun 1995-
2002.53
Selain pengalaman organisasi yang pernah dilaluinya,
Arinal rupanya juga sangat paham mengenai pemerintahan
khususnya bidang pertanian. Hal itu ia buktikan dengan
pengalamannya yang pernah bekerja di Pemerintah Daerah
Provinsi Lampung dengan masa bakti mencapai 30 tahun.
53 Arinal Djunaidi Birokrat Politisi Gubernur Lampung https://radarlampung.co.id/2019/06/11/arinal-djunaidi-birokrat-politisi-gubernur-lampung/ diakses pada 28 Juli 2019, pukul 17.52 WIB
56
Karir Arinal bermula saat ia menjabat sebagai Kepala
Administrasi Penyuluhan Dinas Pertanian Kotamadya Bandar
Lampung pada tahun 1986-1990. Dilanjutkan sebagai Kepala
Administrasi Penyuluhan Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Provinsi Lampung tahun 1990-1994, Kepala Administrasi
Pengembangan Agribisnis Dinas Pertanian Tanaman Provinsi
Lampung tahun 1994-1999, Kepala Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Dan Hortikultura Kota Metro tahun 1999-2001, dan
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung tahun 2005-
2010.
Tidak sampai di situ, Arinal juga pernah menjabat sebagai asisten di pemerintahan yakni sebagai Asisten
Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Lampung tahun
2010-2011, Asisten Kesejahteraan Sekretariat Daerah
Provinsi Lampung tahun 2011-2012, Asisten Pemerintahan
Sekretariat Daerah Provinsi Lampung tahun 2012-2013,
Asisten Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Lampung
2013-2014, hingga puncak karirnya yakni menjabat sebagai
Sekretaris Daerah Provinsi Lampung pada tahun 2014-2016.
Pasca menjabat sebagai Sekda selama dua tahun, Arinal pun memutuskan untuk pensiun ditahun 2016 dan „banting setir‟ ke dunia politik dengan menjabat sebagai ketua harian di
DPD Partai Golkar Lampung. Tidak butuh waktu lama bagi
Arinal untuk memulai karirnya di bidang politik, dalam
57
Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) Partai Golkar
pada Desember 2016, Arinal Djunaidi terpilih secara
aklamasi menjadi ketua DPD Partai Golkar Lampung.
Melihat keaktifan Arinal dalam berorganisasi serta
tanggungjawab yang pernah diberikan kepadanya, maka tak
heran jika Arinal bertekad untuk mencalonkan dirinya
sebagai gubernur dalam memajukan Provinsi Lampung pada
Pilkada 2018. Pengalamannya yang berhubungan dengan
politik, baik di lingkup kampus maupun di luar kampus, serta
latar belakang pendidikannya di bidang pertanian telah
menjadikan Arinal sedikit banyak paham mengenai
permasalahan yang akan dihadapinya di wilayah yang akan
dipimpinnya selama lima tahun ke depan.
2) Chusnunia
Chusnunia atau yang akrab disapa Nunik, lahir di Desa
Karang Anom, Kecamatan Waway Karya, Kabupaten
Lampung Timur pada 12 Juli 1982. Pasangan Gubernur
Lampung terpilih ini merupakan putri pertama dari pasangan
K.H. Abdul Chalim dan Nyai Kholisah yang merupakan
seorang ulama terkemuka di Lampung Timur dan cukup
disegani oleh masyarakat sekitar.
Perjalanan masa kecil Chusnunia bermula saat ia
memulai pendidikan sekolah dasarnya pada tahun 1989.
Layaknya pelajar pada umumnya, Chusnunia menamatkan
58 pendidikan dasarnya pada tahun 1995, dan kemudian melanjutkan pendidikannya ke jenjang sekolah menengah pertama di SMPN 3 Jabung, Lampung Timur. Selang tiga tahun kemudian, pada tahun 1998 Chusnunia pun dinyatakan lulus. Berbeda dengan Arinal yang tetap melanjutkan pendidikannya di daerah kelahirannya, Chusnunia justru melanjutkan pendidikan SMA-nya dengan pindah ke Jawa
Tengah dan melanjutkan pendidikannya di SMAN 1 Mayong,
Jepara. Tahun 2001, Nunik pun dinyatakan lulus dari sma tersebut.
Tidak ingin berhenti sampai bangku sekolah menengah atas saja, Nunik melanjutkan pendidikannya di bangku perkuliahan dengan menjadi mahasiswa di IAIN Walisongo dan mengambil jurusan Mu‟amalah di Fakultas Syariah.
Meskti aktif sebagai mahasiswa dengan berbagai kegiatan, namun hal tersebut tidak lantas membuat Nunik lalai akan pendidikannya. Empat tahun mengecap pendidikan di bangku kuliah, pada tahun 2005 Nunik pun menyelesaikan studinya dan meraih gelar sarjana.
Merasa belum cukup puas dengan gelar S1 yang diraihnya, Nunik pun memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2. Tidak tanggung-tanggung,
Nunik mengambil dua pendidikan di universitas dan jurusan yang berbeda. Pertama, Nunik mengambil jurusan Ilmu
59
Politik di Universitas Nasional dan lulus pada tahun 2011.
Kedua, Nunik mengambil jurusan Kenotariatan di Universitas
Indonesia, dan lulus pada tahun 2014. Usai menamatkan
perkuliahan magisternya, Nunik kembali melanjutkan
pendidikan S3, dan kali ini ia melanjutkan pendidikannya di
Fakultas Sastra dan Sains Sosial di University of Malaya.54
Selama menjadi mahasiswa, Nunik memang tergolong
mahasiswa yang cukup aktif dalam berorganisasi. Tidak
hanya diorganisasi kampus saja, akan tetapi juga di luar
kampus. Hal tersebut ditunjukan dengan beberapa
tanggungjawab yang pernah diberikan kepada Nunik. Di
antaranya, pernah menjabat sebagai Ketua di Ikatan
Mahasiswa Sumatera di Semarang tahun 2001-2002,
sekaligus menjadi wakil ketua di Himpunan Mahasiswa
Jurusan (HMJ) Mu‟amalah Semarang ditahun yang sama.
Anggota DPIN Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) IAIN
Walisongo tahun 2002-2003. Wakil Sekretaris di Forum
Komunikasi dan Aksi Mahasiswa Semarang (FKAMS) tahun
2002-2003. Sekretaris Redaksi di Jurnal Justisia tahun 2003-
2004, serta Bendahara Umum di Lembaga Studi Sosial dan
Agama ditahun yang sama. Tidak cukup sampai di situ, pada
tahun 2007-2010, Nunik juga pernah menjabat sebagai Wakil
54 Chusnunia Chalim https://chusnuniachalim.wordpress.com/perihal diakses pada 28 Januari 2019, Pukul 12.31 WIB.
60
Bendahara Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PB PMII).
Sedangkan dibidang politik, pada tahun 2004 Nunik memulai karirnya dengan menjadi Kepala Divisi Eksternal
Komisi Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Jawa Tengah.
Kemudian menjabat sebagai Kepala Administrasi dan
Keuangan FPKB DPRD Jawa Tengah pada tahun 2004-2005.
Sekretariat Jendral DPP PKB DOM II pada tahun 2005-2008.
Konsultan Manajemen Nasional di Percepatan Pembangunan
Sosial Ekonomi Daerah tertinggal Kementerian PDT pada tahu 2008. Menjabat sebagai Wakil Bendahara DPP PKB pada tahun 2009-2014. Menjabat sebagai Sekretaris Umum
DPP PPKB pada tahun 2010-2014. Dan ditahun yang sama
Nunik juga pernah menjabat sebagai Anggota DPR RI pada tahun 2009-2014. Selain itu, sebelum ia menjabat sebagai
Bupati Lampung Timur pada tahun 2016, Nunik juga menjabat sebagai Bendahara Umum Konfederasi Serbumusi pada tahun 2013-2018, dan menjabat sebagai Sekretaris
Jendral di Barisan Penggerak (Barak) Bangsa pada tahun
2014-2019.
Hingga pada tahun 2009, Nunik pun memutuskan untuk mencoba peruntungannya di pemilihan legislatif, dan berhasil meraih suara tinggi sehingga lolos ke bangku DPR RI sebagai anggota dengan masa jabatan 2009-2014. Dan ditahun 2015,
61
Nunik pun kembali mencoba peruntungannya dengan
mencalonkan diri sebagai calon Bupati Lampung Timur
bersanding dengan Zaiful Bokhari sebagai wakilnya.55
Terpilihnya Nunik sebagai Bupati Lampung Timur pada 2015
silam, telah membawa banyak perubahan bagi kota
kelahirannya tersebut baik disektor pertanian maupun sarana
prasarana.
Dan kini, selang dua tahun dari masa jabatannya sebagai
Bupati Lampung, Nunik kembali melanjutkan perjalannya
dikancah politik dengan menerima „lamaran‟ Arinal untuk
menjadi Wakil Gubernur Lampung dalam pilkada 2018.
Hadirnya Nunik pada Pilkada Lampung seolah menjadi angin
segar dalam kancah politik. Bagaimana tidak, Nunik menjadi
calon wakil Gubernur Lampung pertama dan satu-satunya
perempuan dalam kontestasi pilkada 2018.
3. Gambaran Provinsi Lampung
Gambar 3.2
Peta Provinsi Lampung
55 Profil Wakil Gubernur Terpilih Lampung Chusnunia Chalim Akana Nikahi Pengacara Pada 3 Februari 2019 https://lampung.tribunnews.com/2019/01/23/profil-wakil- gubernur-terpilih-lampung-chusnunia-chalim-akan-nikahi-pengacara-pada-2-februari-2019 diakses pada 17 Februari 2019
62
Provinsi Lampung merupakan salah satu bagian wilayah di
Pulau Sumatera yang letaknya berada di bagian paling ujung
pulau, berbatasan langsung dengan Samudera Hindia disebelah
barat, Laut Jawa disebelah timur, Provinsi Sumatera Selatan dan
Bengkulu disebelah utara, dan Selat Sunda disebelah selatan.
Secara luas wilayah, Provinsi Lampung sendiri memiliki luas
areal dataran mencapai 35.288,35 km2 yang terdiri dari berbagai
macam bentang alam mulai dari dataran rendah, dataran tinggi,
pegunungan, hingga pulau-pulau yang terletak pada bagian
sebelah paling ujung tenggara Pulau Sumatera.56
Secara administrasi pemerintahan, sebelum tanggal 18 Maret
1964, daerah Lampung merupakan dikenal dengan sebutan
Keresidenan Lampung. Namun berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-Undang
56 Provinsi Lampung Dalam Angka 2018 https://lampung.bps.go.id/publication/2018 hal. xxxv
63
Nomor 14 tahun 1964, istilah Keresidenan Lampung kemudian
ditingkatkan menjadi Provinsi Lampung dengan Ibukotanya saat
itu ialah Tanjungkarang-Telukbetung. Selanjutnya Kotamadya
Tanjungkarang-Telukbetung tersebut kembali diganti menjadi
Kotamadya Bandar Lampung pada tanggal 17 Juni 1983 sejalan
dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Nomor 24 tahun 1983.
Mengenai pembagian wilayah sendiri, saat ini Provinsi
Lampung terbagi ke dalam 15 Kabupaten/Kota dengan persebaran
luas wilayahnya sebagai berikut:57
1) Kabupaten Lampung Barat dengan Ibukotanya Liwa,
memiliki luas wilayah mencapai 2.142,78 km2 yang terdiri
dari 15 (lima belas) kecamatan di dalamnya.
2) Kabupaten Tanggamus dengan Ibukotanya Kota Agung,
memiliki luas wilayah mencapai 3.020,64 km2 yang terdiri
dari 20 (dua puluh) kecamatan di dalamnya.
3) Kabupaten Lampung Selatan dengan Ibukotanya Kalianda,
memiliki luas wilayah mencapai 700,32 km2 yang terdiri dari
17 (tujuh belas) kecamatan di dalamnya.
4) Kabupaten Lampung Timur dengan Ibukotanya Sukadana,
memiliki luas wilayah mencapai 5.325,03 km2 yang terdiri
dari 24 (dua puluh empat) kecamatan di dalamnya.
57 Provinsi Lampung Dalam Angka 2018 https://lampung.bps.go.id/publication/2018 h. 5.
64
5) Kabupaten Lampung Tengah dengan Ibukotanya Gunung
Sugih, memiliki luas wilayah mencapai 3.802,68 km2 yang
terdiri dari 28 (dua puluh delapam) kecamatan di dalamnya.
6) Kabupaten Lampung Utara dengan Ibukotanya Kotabumi,
memiliki luas wilayah mencapai 2.725,87 km2 yang terdiri
dari 23 (dua puluh tiga) kecamatan di dalamnya.
7) Kabupaten Way Kanan dengan Ibukotanya Blambangan
Umpu, memiliki luas wilayah mencapai 3.921,63 km2 yang
terdiri dari 14 (empat belas) kecamatan di dalamnya.
8) Kabupaten Tulang Bawang dengan Ibukotanya Menggala,
memiliki luas wilayah mencapai 3.466,32 km2 yang terdiri
dari 15 (lima belas) kecamatan di dalamnya.
9) Kabupaten Pesawaran dengan Ibukotanya Gedong Tataan,
memiliki luas wilayah mencapai 2.243,51 km2 yang terdiri
dari 11 (Kecamatan) kecamatan di dalamnya.
10) Kabupaten Pringsewu dengan ibukotanya Pringsewu,
memiliki luas wilayah mencapai 625 km2 yang terdiri dari 9
(sembilan) kecamatan di dalamnya.
11) Kabupaten Mesuji dengan ibukotanya Mesuji, memiliki luas
wilayah mencapai 2.184,00 km2 yang terdiri 7 dari (tujuh)
kecamatan di dalamnya.
12) Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan ibukotanya
Panaragan Jaya, memiliki luas wilayah mencapai 1.201,00
km2 yang terdiri dari 8 (delapan) kecamatan di dalamnya.
65
13) Kabupaten Pesisir Barat dengan ibukotanya Krui, memiliki
luas wilayah mencapai 2.907,23 km2 yang terdiri dari 11
(sebelas) kecamatan di dalamnya.
14) Kota Bandar Lampung, memiliki luas wilayah mencapai 296
km2 yang terdiri dari 20 (dua puluh) kecamatan di dalamnya.
15) Kota Metro, memiliki luas wilayah mencapai 61,79 km2 yang
terdiri dari 5 (lima) kecamatan di dalamnya.
Gambar 3.3
Persentase Luas Wilayah Kabupaten/Kota Lampung
Secara populasi, berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017, jumlah penduduk di Provinsi Lampung tercatat sebanyak
8.289.577 jiwa yang terdiri dari 4.247.121 jiwa penduduk laki- laki dan 4.042.456 jiwa penduduk perempuan. Jika dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2016, penduduk
Lampung mengalami pertumbuhan sebesar 1,03 persen.
Gambar 3.4
66
Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota58
Secara demografi, penduduk di Provinsi Lampung banyak
yang bekerja di bidang pertanian, kehutanan, perburuan, dan
perikanan. Hal tersebut dilandaskan pada persebaran wilayah
Provinsi Lampung yang memiliki luas lahan persahawan yang
cukup luas diberbagai daerah. Tentu hal tersebut sejalan dengan
data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Lampung, di mana produksi tanaman padi sawah di Provinsi
Lampung mencapai 4,09 Juta ton selama tahun 2017 dengan
produksi tertinggi dihasilkan oleh Kabupaten Lampung Tengah
yang mencapai 733,03 ribu ton. Untuk produksi perikanan
tangkap, paling besar berada di Kabupaten Lampung Selatan
sebesar 29,52 ribu ton yang dihasilkan oleh produksi perikanan
Laut dan perairan umum. Dan untuk produksi dari perikanan
budidaya, paling besar dihasilkan oleh Kabupaten Tulang Bawang
58 Provinsi Lampung Dalam Angka 2018 https://lampung.bps.go.id/publication/2018 h. 52.
67
yang mencapai 28,49 ribu ton dimana produksi terbesar
dihasilkan oleh jenis usaha tambak. Dibeberapa daerah pesisir,
komoditas perikanan seperti tambak udang lebih menonjol,
bahkan untuk tingkat nasional dan internasional. Petambak bumi
dipasena merupakan petambak terbesar se-Asia Tenggara.
Sedangkan masyarakat yang tinggal bukan di pesisir kebanyakan
bertanam padi dan berkebun lada, kopi, cengkeh, kayu manis, dan
lain sebagainya.
Gambar 3.5
Mata Pencarian Utama Masyarakat Provinsi Lampung59
Sejak berdirinya Provinsi Lampung tahun 1964 hingga tahun
2019, Provinsi Lampung telah mengalami pergantian
Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I sebagai berikut.
Gambar 3.6
Daftar Gubernur Provinsi Lampung
59 Provinsi Lampung Dalam Angka 2018 https://lampung.bps.go.id/publication/2018 h. 61
68
69
BAB IV
ANALISIS DATA
Sejak ditetapkannya aturan mengenai penyelenggaraan pemilihan umum yang dipilih secara langsung oleh rakyat (one man one vote) berdasarkan keputusan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, menjadikan masyarakat kini dianggap sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas keberhasilan kandidat dalam memenangkan kontestasi pemilihan politik.
Akibatnya, kandidat yang bersaing dalam kontestasi politik perlahan mulai merubah pola kampanyenya dari yang sebelumnya tidak terhubung langsung dengan masyarakat, kini mau tidak mau harus menjalin suatu kedekatan dengan masyarakat yang menjadi target pemilihnya. Berbagai upaya dan strategi pun gencar dilakukan oleh kandidat selama masa kampanye berlangsung. Penerapan komunikasi yang bersifat mempersuasi pun juga dilakukan guna membidik target pemilih agar mau memberikan hak suaranya pada saat pemungutan suara.
Pada praktiknya, dalam membangun upaya dan strategi dalam kontestasi pemilihan, kandidat terlebih dahulu harus mengetahui mengenai seluk-beluk wilayah yang akan dipimpinnya serta karakter dari masyarakat yang akan dituju. Upaya mendalami situasi dan kondisi tersebut dilakukan agar masyarakat yang menjadi target pemilihnya mengetahui sejauh mana kandidat yang bertarung dalam kontestasi politik paham akan permasalahan yang terjadi di wilayah tersebut, serta mampu memberikan jalan keluar sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Oleh karena itu, dalam membangun
70 strategi-strategi politik, kandidat membutuhkan sekelompok orang-orang profesional yang dianggap mampu dalam memahami situasi dan kondisi tersebut. Dalam hal ini, hadirnya konsultan politik sebagai lembaga profesional acapkali dimanfaatkan oleh sejumlah kandidat guna menjadi
„tangan kanan‟ dalam merancang strategi politik.
Ikut sertanya konsultan politik dalam perhelatan politik saat ini bukan lagi menjadi suatu hal yang baru. Di Indonesia, pemanfaatan jasa konsultan politik dalam kontes pemilihan sudah dimulai sejak tahun 2004, pasca
Indonesia menetapkan sistem pemilihan langsung oleh rakyat. Kemunculan lembaga konsultan politik tidak bisa dilepaskan dari perubahan politik yang ada di Indonesia, di mana tokoh politik dipilih secara langsung oleh rakyat, mulai dari walikota hingga presiden. Dan berakar dari sinilah kebutuhan akan tenaga profesional dalam memenangkan kontes pemilihan berawal.
Terlibatnya konsultan politik dalam kontestasi pemilihan memang tidak bisa diragukan. Sebagai lembaga profesional, konsultan politik menawarkan semua jenis pekerjaan dan jasa yang dibutuhkan dalam memenangkan kandidat. Bukan hanya pada iklan dan pengemasan kandidat saja, melainkan juga menyiapkan strategi, visi – misi, kampanye door to door, kampanye media, hingga penyiapan saksi saat pemilihan. Bahkan beberapa lembaga konsultan politik juga menawarkan hasil perolehan suara cepat (quick count) yang bisa dijadikan bukti jika terjadinya kecurangan.
71
A. Penilaian sosial terhadap pasangan Arinal Djunaidi – Chusnunia
Menurut penemu teori sosial judgement, Muzafer Sherif, manusia
tidak akan begitu saja mau menerima informasi yang masuk kepadanya
secara mutlak tanpa adanya proses pertimbangan terlebih dahulu
berdasarkan apa yang selama ini diyakininya. Akibat adanya proses
pertimbangan tersebut, maka tidak heran jika setelahnya seseorang akan
mengalami perubahan sikap terhadap objek sosial atau isu tertentu.
Perubahan tersebut merupakan hasil dari proses pertimbangan yang
terjadi di dalam diri seseorang terhadap pokok persoalan yang dihadapi,
serta proses mempertimbangkan isu atau objek sosial yang berpatokan
pada kerangka tujuan yang dimiliki seseorang tersebut.60
Untuk menganalisa penilaian sosial terhadap pasangan Arinal
Djunaidi – Chusnunia maka terdapat 3 hal yang perlu dilihat:
1. Latitude of acceptance.
Pada garis lintang penerimaan Arinal Djunaidi – Chusnunia,
terdapat beberapa faktor yang menjadikan kandidat ini dapat
diterima oleh masyarakat. Faktor pertama, latar belakang
kependudukan. Latar belakang kependudukan menjadi hal paling
dasar bagi seorang kandidat dapat diterima oleh masyarakat.
Khalayak cenderung akan memilih kandidat yang memiliki latar
belakang daerah yang sama dengan wilayah yang menjadi tempat
pertarungan politiknya, dibandingkan kandidat baru yang tidak
memiliki atau belum pernah bersinggungan langsung dengan
60 M. Sherif. Attitude and Attitude Change: The Social Judgemen-Involvement Approach (Philadephia: W.B Saun-ders, 1956) h. 218
72 wilayah yang menjadi tempat pertarungan. Dalam hal ini, Arinal
Djunaidi – Chusnunia telah memiliki bekal tersebut. Arinal yang merupakan penduduk asli Lampung yang lahir dan besar di
Lampung, berdampingan dengan sosok Chusnunia yang juga memiliki garis keturunan Lampung. Meski tidak sepenuhnya berdarah Lampung, namun sosok Chusnunia merupakan anak yang lahir dan besar di Lampung, sebelum akhirnya ia memutuskan pindah ke Pulau Jawa untuk melanjutkan pendidikannya.
Faktor kedua, latar belakang pekerjaan. Sebelum mencalonkan diri pada perhelatan pilkada 2018, sosok Arinal merupakan seorang pejabat daerah di Provinsi Lampung yang telah menjabat selama 30 tahun. Arinal merupakan seorang sekretaris daerah di mana tentu saja ia telah menguasai data-data mengenai keadaan Provinsi
Lampung di bawah pemerintahan Gubernur Ridho Ficardo –
Bachtiar Basri. Lain halnya dengan Arinal, sosok Chusnunia merupakan figur yang telah lama berkecimpung di bidang politik.
Karir politiknya dimulai saat dirinya terpilih menjabat sebagai anggota DPR RI pada tahun 2009 dan dilanjutkan kembali pada tahun 2014. Tidak puas dengan karir politiknya sebagai anggota
DPR RI, pada tahun 2015 Chusnunia memutuskan untuk mengundurkan diri dikarenakan dirinya ingin mencoba peruntungannya dalam memimpin daerah yang menjadi daerah kelahirannya yakni Kabupaten Lampung Timur. Keberuntungan
Chusnunia rupanya membuahkan hasil. Terbukti pada tahun 2016
73
dirinya berhasil memenangkan kontestasi dan terpilih menjadi
Bupati Lampung Timur, berdampingan dengan Zaiful Bokhari.
Dua tahun menjabat sebagai Bupati Lampung Timur, sosok
Chusnunia mendapat predikat sebagai pemimpin perempuan yang
tegas, berkomitmen tinggi, serta inspiratif.
Kemudian, faktor terakhir yaitu program kerja yang
ditawarkan kepada masyarakat Provinsi Lampung. Dalam program
kerjanya, Arinal Djunaidi – Chusnunia memfokuskan programnya
pada hal-hal yang memang menjadi keluhan bagi sebagian besar
masyarakat. Dalam hal ini, Arinal Djunaidi – Chusnunia
menjadikan masyarakat sebagai subjek dari rancangan program
kerja yang telah dibentuknya. Salah satu program unggulan yang
ditawarkan oleh kandidat ini terletak pada sektor pertanian, di mana
keduanya melihat bahwa sektor pertanian di Provinsi Lampung
perlu diperhatikan dengan baik dan tentunya oleh orang yang tepat.
2. Latitude of rejection.
Pada garis lintang penolakan, konflik yang pernah menimpa
Arinal sebelum mencalonkan diri sebagai Gubernur Lampung
kembali menjadi sorotan. Di mana pada saat masih menjabat
sebagai sekretaris daerah, Arinal pernah memiliki konflik dengan
salah satu petugas bandara Raden Inten II. Meski permasalahan
tersebut telah diselesaikan secara damai oleh kedua belah pihak,
namun pemberitaan tersebut kembali mencuat pada saat Arinal
mencalonkan diri dalam kontestasi politik. Faktor lain yang juga
74
menjadi persoalan bagi pasangan Arinal Djunaidi – Chusnunia
yakni maraknya isu mengenai persoalan uang yang menimpa
pasangan ini, seperti isu terkait dana Bansos tahun 2008 yang
disinyalir diterima oleh Arinal bersama paslon nomor urut 2,
Herman HN. Kemudian isu mengenai sokongan dana yang terima
Arinal dari PT. Sugar Group Companies (SGC) yang disinyalir
lahannya bersengketa dengan warga, hingga isu mengenai aksi
bagi-bagi uang ke kepala desa disejumlah daerah untuk mencoblos
pasangan nomor urut 3 tersebut.
3. Latitude of non-commitment.
Pada garis lintang ini, masyarakat membayangkan bahwa apa
yang saat ini sedang dilakukan oleh kandidat hanyalah bersifat
sementara saja. Kedekatan yang terjalin antara kandidat dan
masyarakat, serta janji yang menggebu-gebu dalam
mensejahterakan masyarakat dinilai hanya sebatas strategi yang
digunakan agar masyarakat memilihnya. Jika keinginan tersebut
telah tercapai, biasanya elit politik akan memberi jarak terhadap
masyarakat, dan lupa akan janjinya.
B. Marketing politik pasangan Arinal Djunaidi – Chusnunia
Sebelum sistem pemilihan langsung diterapkan seperti sekarang,
dahulu tokoh politik yang bertarung dalam kontes pemilihan hanya
menjadikan khalayak sebagai alat atau instrument semata. Bahkan
upaya pendekatan yang dilakukanpun cenderung bersifat eksploitatif.61
61 Firmanzah, Marketing Politik… h. 64.
75
Artinya, tidak ada kedekatan yang terjalin dengan baik antara kandidat dengan khalayak. Jika saat ini upaya pendekatan tersebut masih saja dilakukan oleh kandidat, maka hal tersebut hanya akan menjadi boomerang bagi dirinya. Karena selain dinilai tidak efektif, khalayak juga sudah jauh lebih kritis terhadap persoalan politik yang ada.
Khalayak dapat meninggalkan begitu saja sang tokoh jika dirinya merasa hanya dimanfaatkan secara sepihak. Oleh sebab itu, dengan hadirnya pendekatan marketing politik sebagai sebuah strategi baru dalam kontestasi pemilihan, diharapkan hal tersebut dapat membantu kandidat dalam mengemas tujuan politiknya dengan baik kepada khalayak.
1. Strategi Marketing Politik Arinal Djunaidi – Chusnunia
Berkaca pada faktanya, sebagai provinsi yang di mana
masyarakatnya cenderung berpolitik agak pragmatis, menjadikan
siapa saja kandidat yang bertarung dalam perhelatan pilkada
Provinsi Lampung harus merancang strategi marketing politiknya
dengan sebaik mungkin. Masyarakat yang cenderung berpolitik
agak pragmatis tidak lagi menjadikan persoalan politik kandidat
sebagai tolak ukur utama dalam menentukan pilihannya. Mereka
cenderung akan melihat bagaimana kandidat yang sedang bertarung
mampu menghasilkan keuntungan terhadap kehidupan mereka.
Keuntungan yang dimaksudkan di sini ialah perubahan lebih baik,
entah itu pada sektor ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lain
sebagainya.
76
Meski demikian, tentu masih ada sebagian dari masyarakat di
Provinsi Lampung yang menjadikan persoalan politik kandidat sebagai tolak ukur dalam menentukan pilihannya. Apalagi di era digital seperti sekarang, kemudahan dalam mengakses informasi bisa menjadi rujukan bagi khalayak untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya terkait dengan kandidat yang bertarung. Salah satu hal yang menjadi rujukan dalam menentukan pilihan politik saat ini ialah track record. Track record kandidat yang dimaksud di sini tidak hanya berkutat pada kepribadiannya saja, akan tetapi juga pada pencapaian yang telah dilaluinya. Jika kandidat yang saat ini bertarung sebelumnya sudah pernah menjabat sebagai kepala daerah, tentu hal yang akan menjadi penilaian bagi khalayak adalah seberapa besar pengaruh yang telah dihasilkannya selama dirinya menjabat sebagai kepala daerah. Sedangkan bagi kandidat yang belum pernah memiliki pengalaman menjabat sebagai kepala daerah, tentu penilaian akan berpusat pada kelebihan apa yang dimilikinya sehingga ia pantas untuk dipilih pada saat hari pemungutan suara.
Membahas mengenai kelebihan dan kekurangan, dalam kancah politik, seorang tokoh politik sebisa mungkin akan menonjolkan sisi terbaik dari dirinya agar menjadi nilai lebih di mata masyarakat. Dalam memasarkan dirinya ke hadapan khalayak, kandidat yang bertarung akan berlomba-lomba menunjukkan kelebihan serta pencapaian yang dimilikinya tersebut dengan tujuan
77 untuk mempengaruhi pemikiran khalayak yang menjadi target pemilihnya agar mau memilih dirinya pada saat pemungutan suara.
Namun hal tersebut tentu tidak akan berjalan dengan mulus.
Pasalnya, sebagai makhluk hidup, setiap individu tentu akan memiliki setidaknya satu kelemahan di dalamnya kehidupan. Dan untuk dapat mengalihkan kelemahan tersebut menjadi sesuatu yang bisa dipasarkan, penting bagi kandidat untuk memanfaatkan jasa konsultan politik sebagai pihak ketiga dalam merancang pemenangannya.
Ditilik dari peranannya, konsultan politik sendiri merupakan sekelompok komunikator profesional yang berperan aktif dalam memberikan nasihat serta analisisnya mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan kandidat atau partai politik. Jika dilihat lebih lanjut, seorang konsultan politik tidak hanya melakukan analisa terhadap kliennya semata, akan tetapi juga melakukan analisa terhadap kandidat lain yang menjadi lawan politik kliennya.
Hal tersebut dilakukan oleh konsultan politik dengan tujuan untuk mencaritahu kekuatan dan kelemahan, peluang, serta ancaman yang sekiranya akan diberikan oleh lawan politik.
Maraknya pemanfaatan jasa konsultan politik di era perpolitikan seperti sekarang, rupanya juga dimanfaatkan oleh pasangan Arinal Djunaidi – Chusnunia. Pada perhelatan pilkada
2018, pasangan ini memanfaatkan jasa konsultan politik Cyrus
Network sebagai pihak ketiga dalam membantunya memasarkan
78 diri kehadapan khalayak pemilih. Cyrus Network sendiri bukanlah nama baru dalam hal konsultan politik. Sejumlah nama tokoh politik pernah bekerjasama dengannya dalam membantu memenangkan kontestasi pemilihan. Sebut saja pasangan Joko
Widodo – Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) yang pada tahun 2012 lalu mencalonkan dirinya sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur
DKI Jakarta. Melalui rancangan strategi politik dan kampanye yang dirancang oleh tim konsultan bersama kandidat, Cyrus Network sukses membawa pasangan Jokowi – Ahok memenangkan pilkada di DKI Jakarta.
Keberhasilan Jokowi – Ahok dalam memenangkan pilkada di
DKI Jakarta tentu juga menjadi harapan besar bagi pasangan Arinal
Djunaidi – Chusnunia terhadap Cyrus Network. Dalam wawancara yang peneliti lakukan bersama Hafizhul Mizan selaku Chief of
Consultant Cyrus Network disebutkan bahwa memang benar tim konsultannya menjalin kerjasama dengan kandidat Arinal Djunaidi
– Chusnunia. Terjalinnya kontrak kerjasama antar keduanya dimulai sebelum Arinal Djunaidi – Chusnunia ditetapkan secara resmi berpasangan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)
Lampung. Pada saat itu, Hafizh menyebutkan bahwa timnya bukanlah satu-satunya konsultan politik yang bekerja dilingkaran politik kandidat. Di saat yang bersamaan, sudah ada tim konsultan politik lain yang lebih dulu mendampingi.
79
“Saat kita pertama kali masuk, itu sudah ada konsultan politik
lain yang lebih dulu bekerja dilingkup politik kandidat. Meski
berdampingan, baik Cyrus maupun konsultan politik terkait,
kita tidak pernah duduk bareng. Karena dari segi pembagian
tugas, kita sudah berbeda. CN fokus pada kandidat, sedangkan
konsultan politik yang lain fokus pada partai politik.”62
Lebih lanjut, Hafizh juga membeberkan bahwa terjalinnya
kerjasama kedua tim konsultan politik ini dalam lingkup politik
kandidat tidaklah berlangsung lama. Pasca kontrak kerjasama
keduanya berakhir, baik kandidat dan juga partai politik sempat
memilih untuk tidak melanjutkan kembali kontrak kerjasamanya
dengan kedua konsultan politik bersangkutan. Kandidat dan partai
memutuskan untuk jalan sendiri tanpa adanya bantuan dari pihak
konsultan politik lain. Meski demikian, Hafizh juga menambahkan
bahwa vakumnya Cyrus sebagai tim konsultan politik Arinal
Djunaidi - Chusnunia hanya berlangsung sementara waktu.
“Karena sistem kerjasama kita kan kontrak, jadi ada durasi
waktunya. Kalau mau lanjut, klien harus memperpanjang
kontraknya. Dan pada saat itu kandidat dan partai memilih
untuk tidak memperpanjang. Tapi itu tidak berlangsung lama,
karena selang satu bulan setelah kontrak kerjasama kita
selesai, kandidat dan Cyrus kembali menjalin kerjasama
sampai akhir masa pilkada. Bisa dibilang saat itu kita
62 Wawancara bersama Hafizhul Mizan
80
mengambil dua tanggungjawab sekaligus. Untuk kandidat dan
juga untuk partai.”63
Sebagai perusahaan penawar jasa yang bergerak di bidang
survei, pemenangan, dan konsultan politik, dalam tugasnya Cyrus
Network perlu melakukan minimal tiga kali tahapan survei
terhadap kandidat yang menjadi kliennya. Ketiga tahapan survei
tersebut terbagi ke dalam survei pengukuran modal dasar
pencitraan dan strategi kampanye, survei keefektifan strategi
kampanye yang dilakukan 2-3 bulan setelah mengintervensi publik
(sosialisasi), dan survei keefektifan strategi kampanye yang
dilakukan pada saat kampanye pilkada. Pada tahapan survei yang
terakhir ini, tim konsultan dan kandidat akan memiliki gambaran
seberapa besar perolehan suara yang akan didapatkan pada saat
pemungutan suara nanti.
Dalam pelaksanaannya melakukan survei terhadap kandidat,
Hafizh menyebutkan bahwa sebelum dirinya dan tim Cyrus
melakukan riset, ia telah mendapatkan informasi terkait dengan
kliennya yang menempati posisi keempat dalam survei elektabilitas
yang diselenggarakan oleh sejumlah lembaga survei politik. Hal
tersebut tentu menjadi pertanyaan besar bagi Hafizh dan tim
mengingat dari segi sosialisasi, sebelum Arinal berdampingan
dengan Chusnunia di perhelatan pilkada, dirinya merupakan
kandidat yang paling gencar melakukan aksi sosialisasi ke sejumlah
63 Wawancara bersama Hafizhul Mizan
81 daerah jika dibandingkan dengan calon gubernur lainnya. Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, maka dilakukanlah tahapan survei pertama yakni mengukur modal dasar yang dimiliki oleh kandidat serta mengukur seberapa besar harapan pemilih terhadap pasangan Arinal Djunaidi - Chusnunia. Dalam melakukan surveinya tersebut, Hafizh dan tim memulai aksinya dengan terlebih dahulu mendalami karakter kandidat baik dari segi kelebihan maupun kelemahan. Tidak hanya itu, karakter lawan politik Arinal Djunaidi – Chusnunia pun juga ikut menjadi bahan riset bagi tim Cyrus Network.
Berdasarkan hasil survei pertama yang dilakukan oleh tim
Cyrus Network terhadap kandidat, didapatkanlah data sebagai berikut:
“Dari segi kelebihan, bisa dibilang bahwa Pak Arinal ini tidak
dominan. Beliau justru lebih banyak memiliki kekurangan
daripada kelebihan. Pak Arinal juga memiliki track record
kurang baik pada saat masih menjabat sebagai pejabat
daerah. Beliau pernah memiliki konflik dengan salah satu
petugas bandara Raden Inten II. Itu sempat heboh dulu. Tapi
kasus itu sudah diselesaikan secara damai. Selain itu, Pak
Arinal juga bukan birokrat yang teknokratis. Beliau juga
lemah dalam hal public speaking. Sangat berbanding terbalik
jika kita berbicara mengenai lawan politiknya satu per satu.
Ridho secara fisik dan public speaking lebih unggul. Pak
82
Herman, beliau telah berpengalaman dalam memimpin
daerah. Beliau juga pernah dinobatkan sebagai 10
Walikota/Bupati terbaik di Indonesia pada tahun 2016.
Terakhir, Pak Mustafa, dari segi branding beliau dikenal
sebagai pemimpin yang dekat dengan masyarakat.”64
Meski begitu, Hafizh juga menambahkan bahwa dibalik segala
kelemahan yang dimiliki oleh kliennya tersebut, sosok Arinal
rupanya memiliki kekuatan yang tidak dapat dipandang sebelah
mata oleh lawan politiknya. Arinal merupakan mantan birokrat
yang telah menjabat selama kurun waktu 30 tahun lebih di
pemerintahan daerah, dengan jabatan terakhirnya yakni sebagai
sekretaris daerah. Sebagai mantan sekda, tentu saja Arinal sudah
menguasai data mengenai segala hal yang berkaitan dengan
Provinsi Lampung. Tidak hanya itu, latar belakang Arinal yang
merupakan insinyur di bidang pertanian, sekaligus pengalamannya
yang telah lama berkecimpung di bidang yang sama dianggap
Hafizh sebagai celah yang sangat baik bagi dirinya dan tim dalam
mengupayakan rancangan pemenangan kandidat.
Berbeda dengan Arinal, sosok muda yang menjadi
pendampingnya di Pilkada Lampung kali ini justru memiliki
banyak kelebihan jika dibandingkan dengan lawan politiknya
sesama calon wakil gubernur. Chusnunia merupakan mantan
anggota DPR RI yang dikenal tegas terkait segala sesuatu yang
64 Wawancara bersama Hafizhul Mizan
83
berhubungan dengan rakyatnya. Ia pernah menolak dengan tegas
kampanye kondom yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan,
Endang Rahayu Sedyaningsih pada peringatan HIV dengan alasan
masih banyak cara lain yang dapat dilakukan dalam mencegah
penyebaran penyakit HIV.65 Tidak hanya itu, Chusnunia juga
pernah melakukan aksi walkout pada saat rapat anggota Komisi IX
DPR. Aksi walkout tersebut dilakukan Chusnunia karena dirinya
geram dengan sikap keras Pemerintah dan Institut Pertanian Bogor
yang tidak mau membuka informasi mengenai susu berbakteri yang
telah meracuni generasi penerus bangsa.66
Berkat aksinya tersebut, Chusnunia dipandang sebagai sosok
pejabat yang perduli terhadap keadaan masyarakatnya. Tidak heran
pada saat dirinya mencalonkan diri sebagai Bupati Lampung
Timur, sosok Chusnunia begitu digemari oleh masyarakat di sana.
Penerimaan Chusnunia sebagai calon pemimpin rupanya tidak
hanya terjadi pada pencalonannya di Lampung Timur saja. Saat
memasuki musim pencalonan pilkada, sosok Chusnunia merupakan
kandidat yang paling banyak dilirik oleh tokh dan partai politik lain
untuk maju sebagai calon gubernur. Hal tersebut disampaikan oleh
Hafizh pada saat wawancara.
“Bu Chusnunia merupakan komunitas yang paling panas pada
waktu itu. Banyak yang melirik beliau untuk maju di pilkada,
65 Profil Chusnunia Chalim, https://profil.merdeka.com/indonesia/c/chusnunia/ diakses pada 25 Februari 2019, pukul 12.08 WIB 66 Chusnunia Chalim, https://chusnuniachalim.wordpress.com/perihal/ diakses pada tanggal 25 Februari 2019, pukul 12.30 WIB
84
namun akhirnya dimenangkan oleh Pak Arinal. Dipilihnya Pak
Arinal oleh Bu Chusnunia pada waktu itu bukan tanpa sebab.
Kesamaan visi dan misi di antara keduanya lah yang pada
akhirnya membawa Bu Chusnunia mau menerima „lamaran‟
yang ditawarkan oleh Pak Arinal dan partainya.”67
Bergabungnya dua kekuatan Arinal Djunaidi – Chusnunia
sebagai pasangan kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur
Lampung tentu menjadi celah yang sangat baik bagi tim konsultan
politik dalam membangun strategi marketing dan kampanye politik
untuk pemenangannya. Dalam hal ini, penulis melihat bahwa dalam
melakukan strategi marketing dan kampanye politik kandidat, tim
Cyrus Network membaginya ke dalam beberapa bagian.
a. Segmentasi
Dalam pemasaran politik, hadirnya unsur segmentasi
sebagai bagian dari perencanaan strategi kampanye merupakan
suatu keharusan. Karakteristik masyarakat yang beragam
menuntut siapa saja aktor politik yang bertarung pada
kontestasi pemilihan, harus memilah keberadaan khalayak
pemilihnya berdasarkan kelompok-kelompok yang terdapat di
dalam unsur segmentasi. Sebagai konsultan yang bekerja
dalam lingkup politik Arinal Djunaidi - Chusnunia, Hafizh
menyebutkan bahwa sebelum tim konsultannya melakukan
riset terkait kelompok segmentasi, terdapat beberapa hal
67 Wawancara bersama Hafizhul Mizan
85 mendasar yang harus diperhatikannya terlebih dahulu.
Pertama, tim harus mencaritahu bagaimana kondisi berpolitik masyarakat di Lampung. Kedua, faktor apa yang menjadi alasan masyarakat dalam memilih pemimpin.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh tim Cyrus Network, disebutkan bahwa dari segi berpolitik, masyarakat di Provinsi
Lampung cenderung berpolitik agak pragmatis. Artinya, untuk alasan politik sendiri dalam pemilihan kepala daerah di
Lampung condong tidak banyak mengambil peran. Justru faktor ekonomi dan sosial lah yang banyak mengambil peran di sini. Berbekal dari informasi tersebut, barulah tim Cyrus
Network memulai risetnya pada unsur segmentasi. Dalam melakukan riset kelompok segmentasi, tim konsultan Cyrus
Network tidak melakukan risetnya terhadap keseluruhan aspek.
Fokus dalam penelitiannya kali ini hanya dilandaskan pada segmen demografi dan segmen geografi. Hal tersebut dilakukan karena Hafizh ingin mencaritahu bagaimana kondisi perekonomian dan sosial di Provinsi Lampung, serta kaitannya dengan kondisi geografis di sana. Dari hasil risetnya, didapatkanlah data sebagai berikut:
“Pertama, dari segi demografi. Penduduk di Lampung
sebagian besarnya berprofesi sebagai petani. Enam puluh
persen dari penduduk Lampung bekerja di bidang
pertanian. Pertanyaan berikutnya, daerah mana saja di
86
Provinsi Lampung yang termasuk ke dalam wilayah
pertanian? Dari sini lah kemudian kita melakukan riset
mengenai segmen demografi. Dari riset demografi, kita
melihat bahwa lahan pertanian di Lampung tersebar di
seluruh wilayah kabupaten/kota. Tapi, jika kita berbicara
wilayah mana yang paling luas persebarannya,
jawabannya ada di Lampung Tengah, Lampung Timur,
Lampung Selatan, Tulang Bawang, dan Tulang Bawang
Barat. Ini adalah basis-basis wilayah yang memiliki lahan
pertanian cukup luas di Lampung.”68
Mendapati hasil risetnya yang menyatakan bahwa sektor
pertanian di Provinsi Lampung menjadi faktor utama dalam
permasalahan yang dihadapi oleh mayoritas masyarakat di
Provinsi Lampung, tentu hal ini menjadi kabar baik bagi tim
konsultan, mengingat kandidat yang menjadi kliennya saat ini
merupakan dua orang yang sudah berpengalaman di bidang
tersebut. Chusnunia yang merupakan Bupati non aktif
Lampung Timur, salah satu daerah terluas kedua dari segi hal
lahan pertanian, berduet dengan sosok Arinal yang sudah
puluhan tahun berkecimpung di bidang yang sama. Berakar
dari permasalahan inilah yang pada akhirnya menentukan
kekuatan Arinal dalam mengkampanyekan diri.
68 Wawancara bersama Hafizhul Mizan
87
Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Smith dan Hirst
pada pembahasan sebelumnya, bahwa dalam melakukan
marketing politik, tidak semua segmen masyarakat harus
dimasuki oleh kandidat. Hanya segmen yang memiliki ukuran
dan jumlah signifikanlah yang harus menjadi perhatian
kandidat, karena hal ini akan terkait dengan sumber daya yang
dimiliki. Dan oleh sebab itu, dalam praktik politiknya, Hafizh
menyebutkan bahwa fokus kampanye kandidat kedepannya
hanya akan difokuskan pada kelompok pertanian saja. b. Targeting (sasaran)
Usai melakukan riset terkait pengelompokan dalam
segmentasi, tahap berikutnya yang perlu dilakukan oleh tim
Cyrus Network yakni menentukan targeting. Targeting sendiri
merupakan suatu proses di mana kandidat menentukan target
sasarannya berdasarkan kelompok yang sebelumnya telah
dipilih. Umumnya, kelompok masyarakat yang memiliki
populasi besar merupakan target politik yang menggiurkan
untuk didekati, karena dapat dikatakan bahwa mereka lah
penyumbang perolehan suara dalam jumah besar.
Dalam hal ini, setelah tim konsultan mengetahui bahwa
kelompok yang mereka tuju adalah kelompok pertanian di
Provinsi Lampung, maka yang menjadi target sasaran
konsultan dalam mengkampanyekan kandidat beserta program-
programnya adalah daerah-daerah yang memang merupakan
88
basis pertanian terluas di Provinsi Lampung. Selain lahan
pertanian yang luas, populasi penduduk pun juga ikut turut
serta dalam pemilihan target kali ini. Mengenai hal tersebut,
Hafizh menjelaskannya sebagai berikut:
“Rata-rata orang akan menghitung daerah padat
penduduk di Provinsi Lampung itu tersebar di mana saja.
Berdasarkan data, ada empat wilayah yang termasuk ke
dalam kualifikasi kita pada saat itu. Ada Kota Bandar
Lampung, Lampung Tengah, Lampung Timur, dan
Lampung Selatan. Tapi kalau kita berbicara tentang basis
pertanian, Kota Bandar Lampung justru tidak termasuk di
dalamnya karena untuk luas lahan pertanian di sana
justru paling kecil dibanding daerah lain.”69
c. Positioning
Setelah menentukan kelompok dan target yang dituju,
tahap berikutnya yang harus dilakukan oleh tim konsultan
adalah menentukan positioning. Positioning sendiri jika ditilik
dari pengertian yang sebelumnya telah disampaikan, maka
akan merujuk pada segala aktivitas yang bertujuan untuk
menanamkan kesan di benak para konsumen agar mereka bisa
membedakan produk dan jasa yang dihasilkan oleh suatu
organisasi/kelompok. Dalam konteks positioning politik,
produk dan jasa yang dimaksudkan dapat berupa pesan dan
69 Wawancara bersama Hafizhul Mizan
89
janji-janji politik, visi dan misi kandidat, ideologi partai
politik, atau figur kandidat itu sediri.
Dalam hal ini, tim konsultan Cyrus Network menyebutkan
bahwa celah yang membedakan positioning antara kliennya
dengan ketiga lawan politik klien terletak pada pengemasan
pesan politik yang akan disampaikan. Karena fokus tim
konsultan dan kandidat adalah kelompok pertanian, maka
positioning yang dilakukan pun harus selaras dengan tujuan
utama. Pada pengemasannya, tim konsultan „membungkus‟
positioning kandidat dengan sebuah program yang disebut
Kartu Petani Berjaya dengan visi besarnya adalah Lampung
Berjaya.
“Setelah mengetahui keunggulan paslon kita di bidang
pertanian, kita pun akhirnya menggodok sebuah program
yang akhirnya menjadi program utama, yaitu program
Kartu Petani Berjaya, dengan visi besarnya adalah
Lampung Berjaya. Hanya itu program utamanya yang
diulang setiap hari. Jadi di mana pun kita berada, kita
akan selalu bicara mengenai program Kartu Petani
Berjaya. Kita memang fokus pada para petani, bukan lagi
tentang hal lain. Karena kalau fokus pada hal lain, lawan
tentu lebih jago.”70
70 Wawancara bersama Hafizhul Mizan
90
Langkah tersebut dilakukan oleh tim konsultan karena
melihat adanya peluang yang cukup besar dalam melakukan
positioning, sebagaimana yang dijelaskan oleh Hafizh sebagai
berikut:
“Kalau kita melihat dari segi lawan politik, Pak Ridho
sudah berkuasa kurang lebih empat tahun sebagai
Gubernur Lampung, seharusnya beliau sudah bisa
mensejahterakan petani kalau ia memang mengerjakan
itu, tetapi ternyata bukan. Pak Herman, beliau merupakan
Walikota Bandar Lampung yang tidak pernah memegang
pertanian, jadi positioning dia untuk bicara tentang
pertanian tentu akan sangat kurang.”71
Selain itu, optimisnya tim Cyrus Network dalam
menentukan positioning Arinal Djunaidi – Chusnunia berakar
dari permasalahan yang terjadi ditengah-tengah kontestasi
pilkada. Ditengah berlangsungnya perhelatan pilkada, salah
satu dari kandidat yang berlaga dalam pemilihan Gubernur
Lampung terpaksa harus ditangkap oleh KPK akibat kasus
suap yang dilakukannya. Mustafa, calon gubernur nomor urut
empat yang merupakan lawan politik terberat Arinal Djunaidi
– Chusnunia karena sama-sama memiliki kekuatan di sektor
pertanian tersebut, terpaksa harus menjalani proses
pemeriksaan akibat kasus yang menimpanya. Menurut Hafizh,
71 Wawancara bersama Hafizhul Mizan
91
dengan adanya kasus yang menimpa salah satu lawan politik
kliennya dalam perhelatan pilkada, seolah membuka jalan bagi
timnya dalam mengangkat klien berada diposisi lebih tinggi. d. Pull marketing
Berikutnya yaitu tahapan pull marketing. Tahapan pull
marketing sendiri berarti memanfaatkan peran serta media
sebagai saluran dalam memasarkan kandidat. Sama seperti
kandidat lain yang bertarung dalam kontestasi politik pada
umumnya, dalam memasarkan kandidat kepada publik, pihak
Cyrus Network juga memanfaatkan peran serta media untuk
membantu mempromosikan sekaligus mensosialisasikan
program-program yang diusung oleh kliennya. Salah satu
peran media yang dimanfaatkan oleh kandidat dan tim
konsultan adalah media internet.
Tidak dapat dipungkiri, saat ini perkembangan media
internet sebagai salah satu alat dalam berkomunikasi telah
menjadikannya sebagai saluran yang paling popular dan
banyak digemari, khususnya oleh generasi milenial.
Kemudahan dalam mengakses informasi dalam waktu yang
relatif cepat, menjadikan internet sebagai salah satu saluran
komunikasi yang tidak dapat dihindarkan lagi laju
perkembangannya. Segala bentuk aktivitas yang biasanya
dilakukan secara terpisah, kini bisa dengan mudah dilakukan
hanya dengan bermodalkan internet. Dengan kemudahan yang
92
ditawarkannya tersebut, menjadikan media internet sebagai
salah satu bagian yang cukup banyak dilirik oleh kontestan
pada saat kegiatan kampanye politik berlangsung.
Dalam hal memanfaatkan media internet sebagai saluran
untuk mengkampanyekan kandidat, Rancha A. Belvenan
selaku tim digital strategy Cyrus Network menyatakan sebagai
berikut:
“Dalam mengkampanyekan kandidat, kita punya
beberapa platform media sosial yang digunakan seperti
Facebook Fanpage, Instagram, Youtube, dan Website.
Keseluruhan media ini merupakan akun pemenangan
kandidat yang ditangani langsung oleh tim Cyrus
Network. Meski akun yang kita kelola ini bukan akun
official milik pasangan Arinal dan Nunik, sebenarnya
akun kita ini bisa dibilang punya peran penting juga
dalam memasarkan kandidat.”72
Terkait dengan nama yang digunakan oleh tim Cyrus
Network pada keseluruhan media sosial miliknya, Hafizh
menyebutkan bahwa penggunaan nama “Panah Arjuna” sendiri
berakar dari nama tim relawan Arinal yang diberi nama
Pasukan Amanah Arinal Djunaidi (Panah Arjuna).
1) Website: www.panaharjuna.org
2) Facebook Fanpage: www.facebook.com/panaharjuna
72 Wawancara bersama Rancha A. Belvenan
93
Gambar 4.1
Tampilan Facebook Fanpage Panah Arjuna
94
3) Instagram: @panaharjunalampung Gambar 4.2
Tampilan Instagram Panah Arjuna
4) Youtube: www.youtube.com/user/panaharjuna
Gambar 4.3
Tampilan Youtube Panah Arjuna
Melalui keempat platform media sosial di atas, Rancha bersama tim digital Cyrus Network pun merancang strategi pemasarannya terhadap kandidat. Dalam merancang strategi tersebut, timnya memiliki kualfikasi tersendiri dalam menyebarkan konten-konten digital terkait dengan kandidat dan program-programnya.
“Dalam menyusun strategi biasanya kita terbagi dalam
tiga konten digital. Pertama issu based, yang berarti isu
harian. Kedua candidate based, yang berarti kontennya
berisi seputar profil kandidat, program-programnya,
95
aktivitas, wawancara, dan lain sebagainya. Ketiga,
political education based, yang berarti kontennya berisi
seputar edukasi politik terkait dengan pilgub Lampung.
Nanti dari masing-masing konten pilar ini bakal ada
output kontennya setiap hari. Dan output inilah yang
nantinya akan disebar di media.”73
e. Pass marketing
Sesuai dengan definisinya, pass marketing merupakan
suatu metode penyampaian produk politik yang dilakukan
dengan melibatkan individu, kelompok atau organisasi yang
dianggap dapat memengaruhi opini pemilih (influencer).
Dalam menentukan influencer, terdapat dua kelompok yang
memiliki pengaruh. Pertama, kelompok influencer aktif.
Kedua, kelompok influencer pasif.
Influencer aktif, yaitu perorangan atau kelompok yang
melakukan kegiatan secara aktif untuk memengaruhi
khalayak. Pesan-pesan yang disampaikan pun bisa
dilakukan secara halus atau bahkan secara terang-terangan
untuk mengajak khalayak agar memilih kandidat yang
diusungnya atau tidak memilih kandidat lain. Dalam hal ini,
influencer aktif yang dimaksudkan adalah relawan
pemenangan dan juga tokoh partai yang mengusung
pasangan Arinal Djunaidi - Chusnunia.
73 Wawancara bersama Rancha A. Belvenan
96
Gambar 4.4
Influencer Aktif Arinal Djunaidi - Chusnunia
Influencer pasif, yaitu perorangan atau kelompok yang tidak
dapat mempengaruhi khalayak secara aktif, akan tetapi bisa
menjadi rujukan bagi khalayak dalam memilih. Dalam hal
ini, yang dianggap sebagai influencer pasif dalam strategi
politik ialah para public figure, tokoh-tokoh yang disegani,
organisasi sosial, dan juga organisasi massa. Lebih lanjut,
Hafizh menyebutkan bahwa dalam melakukan aksi
kampanyenya ke daerah-daerah, pasangan Arinal Djunaidi –
Chusnunia tidak segan-segan menghadirkan sejumlah nama
public figure seperti Via Vallen, Dewi Perssik, Oppie
Andaresta, Nassar, Band Wali, Band Hijau Daun, dan lain
97
sebagainya. Tidak hanya public figure, dalam aksinya,
pasangan Arinal Djunaidi – Chusnunia juga melibatkan
kelompok-kelompok yang dinilai memiliki potensi besar
dalam menyumbangkan hak suara., seperti kelompok
petambak Bumi Dipasena yang berada di Provinsi Lampung
Selatan, dan merupakan kelompok petambak terbesar se-
Asia Tenggara.
Gambar 4.5
Influencer Pasif Arinal Djunaidi – Chusnunia
f. Push marketing
Push marketing merupakan suatu strategi dalam
memasarkan produk politik yang sifatnya costumized
(personal). Artinya, pada penerapan strategi marketing jenis
98
ini, kandidat dapat mengirimkan atau menyampaikan pesan-
pesan politiknya kepada masyarakat melalui sentuhan
langsung. Meskipun cara ini dinilai rumit dan mahal, akan
tetapi dari segi efektifitas, penerapan metode ini dapat
memberikan hasil yang efektif bagi kalangan tertentu. Dalam
melakukan sentuhan langsung terhadap khalayak, Hafizh
menyatakan bahwa metode yang diterapkan oleh timnya
terhadap kandidat adalah sebagai berikut:
“Metode langsung yang kita gunakan adalah dengan
mendatangi basis-basis kelompok pertanian di Provinsi
Lampung. Kita berani masuk-masuk ke daerah yang
sebenarnya adalah basis musuh, apalagi daerah Lampung
Tengah yang merupakan basis kekuatan suara terhadap
Pak Mustafa masih tergolong kuat meskipun dirinya sudah
menjadi tahanan KPK. Selanjutnya kita juga masuk ke
daerah Lampung Selatan yang pada saat itu posisinya
kosong karena bupatinya juga tersandung kasus KPK. Kita
juga masuk ke daerah Tulang Bawang, Mesuji, dan
Tanggamus. Bisa dibilang kita tidak memiliki acara di
wilayah kota/kabupaten lagi.”74
74 Wawancara bersama Hafizul Mizan
99
Gambar 4.6
Strategi Push Marketing Arinal Djunaidi – Chusnunia
2. Iklan Politik Kandidat di Media Sosial
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembahasan
sebelumnya, bahwa dalam memasarkan kandidat, pihak
konsultan politik menerapkan tahapan pull marketing di dalam
pelaksanaannya. Pull marketing sendiri berarti memanfaatkan
peran serta media sebagai saluran dalam memasarkan kandidat,
baik itu media elektronik, media luar ruang, media sosial, dan
lain sebagainya. Dalam hal memanfaatkan media internet
sebagai saluran untuk memasarkan sekaligus mengiklankan
kandidat, Rancha A. Belvenan selaku tim digital strategy
Cyrus Network menyatakan bahwa selain memanfaatkan
media sosial Panah Arjuna dalam memasarkan kandidat dan
100 programnya, timnya juga memanfaatkan peran serta media sosial lain dalam pelaksanaannya. Dalam hal ini, media sosial yang dimaksud oleh Rancha adalah media-media lokal yang dinilai cukup efektif dalam menyebarkan informasi terkait kandidat.
Berbeda halnya dengan Panah Arjuna yang secara terang- terangan menyatakan dukungannya terhadap pasangan Arinal
Djunaidi – Chusnunia melalui platform media sosial pemenangannya, cara yang satu ini justru tidak menyatakan bahwa dirinya merupakan bagian dari pemenangan Arinal
Djunaidi – Chusnunia.
“Kita punya dua istilah dalam mempromosikan kandidat
dan program-programnya. Pertama kita sebutnya kapal
induk, kedua battleship. Kapal induk ini adalah istilah
yang kita pakai sebagai pihak yang mendukung kandidat,
atau di sini kita kenal sebagai Panah Arjuna. Sedangkan
battleship, itu lebih kepada istilah yang kita gunakan
untuk paid promote ke media-media lokal yang menurut
kita dedicated buat news terkait informasi seputar
kandidat. Bedanya antara Panah Arjuna dan Battleship
ini, kalau Panah Arjuna informasi yang kita publish
bener-bener condong terhadap kandidat, sedangkan
101
battleship informasi yang kita berikan hanya berupa
potongan-potongan kecil.”75
Sejalan dengan Rancha, Hafizh juga menyebutkan bahwa
dalam mengemas pesan politik terhadap khalayak, tim
konsultannya memiliki istilah tersendiri yang digunakan dalam
memasarkan kandidat.
“Kita ada istilah kapal induk dan juga battleship. Kapal
induk sendiri adalah istilah yang kita gunakan untuk
menunjukkan dukungan kita kepada Arinal Djunaidi –
Chusnunia. Bisa dibilang ini adalah akun kampanye
positif kita. Sedangkan battleship, itu lebih kepada istilah
yang kita gunakan untuk kampanye negatif. Kampanye
negatif yang dimaksudkan di sini adalah bagaimana kita
memposting sebuah unggahan yang secara general akan
terlihat tidak memihak pada paslon mana pun, tapi
sebenarnya kita sedang mengarahkan pembaca di
platform media sosial tersebut untuk memihak pada
paslon yang menjadi klien kita.”
Dalam melancarkan aksi kampanyenya tersebut, dapat
dikatakan bahwa tim konsultan sangat aktif melakukan
gerakan kampanye positif dan kampanye negatifnya tersebut
melalui platform media sosial Facebook Fanpage. Ditilik pada
akun Fanpage Panah Arjuna, terlihat beberapa pemberitaan
75 Wawancara bersama Rancha A. Belvenan
102 dari media-media lokal di Provinsi Lampung yang diunggah kembali oleh akun Panah Arjuna dan diberi sentuhan narasi yang bersifat mempersuasi khalayak pembacanya.
Gambar 4.7
Unggahan di Facebook Fanpage Panah Arjuna
Berbeda halnya dengan Fanpage Panah Arjuna yang memfokuskan dirinya pada pengiklanan kandidat secara positif, pada Fanpage Info Pilkada Lampung, pengiklanan yang dilakukan oleh Info Pilkada Lampung justru bersifat attacking dan contrasting pada masing-masing kandidat politik, termasuk Arinal Djunaidi – Chusnunia. Meski demikian, Hafizh juga menyebutkan bahwa hal tersebut dilakukan oleh timnya guna mempersuasi pemikiran khalayak
103
pembaca yang mana nantinya menjelang akhir masa
kampanye, konsultan politik akan mengarahkan para pembaca
agar memberikan dukungannya terhadap kandidat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan terhadap
konsultan politik Cyrus Network mengenai perannya dalam
membangun strategi marketing sekaligus personal branding kandidat
Arinal Djunaidi – Chusnunia di media sosial, penulis menyimpulkan
bahwa terdapat beberapa metode atau strategi yang digunakan oleh
Cyrus Network dalam upayanya memenangkan kandidat.
1. Strategi Marketing Arinal Djunaidi - Chusnunia
Pada pemasaran kandidat, tim konsultan Cyrus Network
melakukan pemasarannya dengan berlandaskan pada elemn-
elemen yang dijelaskan oleh Nursal. Dari kesembilan elemen
yang disebutkan oleh Nursal, pihak Cyrus Network hanya
memfokuskannya pada enam elemen saja, di antaranya:
a. Melakukan segmentasi terhadap kondisi real di masyarakat
untuk memudahkan dalam mengemas pesan sekaligus
memilih target yang akan dibidik. Di sini, kelompok yang
memiliki andil atau peluang cukup besar untuk dapat
memenangkan kandidat berasal dari kelompok petani. Ini
104
dikarenakan, dari segi pendapat ekonomi serta persebaran
wilayah, bidang pertanian di Lampung memiliki andil sangat
besar di dalamnya. b. Melakukan targeting. Dalam hal ini yang menjadi target
sasaran tim konsultan Cyrus Network dalam memasarkan
kandidat adalah wilayah-wilayah yang memiliki lahan
pertanian cukup luas di Lampung, yaitu Lampung Tengah,
Lampung Timur, Lampung Selatan, Tulang Bawang, Mesuji,
dan Tanggamus. c. Melakukan positioning terhadap kelompok sesuai dengan
segmentasinya. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa
dalam membangun strategi marketingnya, fokus utama
kandidat dan juga tim politik adalah menggaet kelompok
petani. Dalam hal ini, tim konsultan „membungkus‟
positioning kandidat dengan sebuah program yang disebut
Kartu Petani Berjaya dengan visi besarnya adalah Lampung
Berjaya. Dalam melakukan aksi dari programnya tersebut,
tim konsultan memiliki cara yang berbeda dalam
pengemasannya, yakni dengan melakukan edukasi sekaligus
memberi contoh kepada para petani mengenai cara bercocok
tanam yang benar. d. Keempat adalah penyampaian pesan melalui media (pull
marketing). Dalam memasarkan kandidat, pihak konsultan
memanfaatkan peranan media internet sebagai alat politiknya.
105
Hal itu digunakan mengingat dalam melakukan aksi
kampanye, tim konsultan akan memfokuskan kandidat
melakukannya di daerah-daerah yang memang menjadi basis
pertanian terbesar di Lampung. Sedangkan untuk wilayah
perkotaan, tim konsultan mengarahkannya dengan
menerapkan pemanfaatan media internet sebagai media
promosi. e. Kelima adalah pass marketing, yaitu pihak-pihak yang
berpengaruh besar terhadap para pemilih. Saat kampanye,
influencer aktif yang ikut terlibat dalam memasarkan
kandidat adalah sejumlah tokoh partai seperti Muhaimin
Iskandar dari partai PKB, Abu Rizal Bakrie dari partai
Golkar, Iswan Caya dari partai PAN, serta anggota-anggota
muda partai lainnya. Sedangkan influencer pasif yang terlibat
dalam memasarkan kandidat adalah sejumlah public figure
seperti Via Vallen, Nassar, Dewi Perssik, Band Wali, Ustadz
Solmed, dan lain sebagainya. f. Keenam adalah push marketing. Push marketing merupakan
strategi pemasaran yang dilakukan melalui interaksi secara
langsung. Di sini, interaksi yang dilakukan oleh kandidat
ialah dengan melakukan aksi gerakan jalan sehat yang
diakhiri dengan konser musik, mendatangi masyarakat secara
door to door, melakukan kampanye edukasi pada basis-basis
pertanian, dan lain sebagainya.
106
2. Pengelolaan Media Sosial Sebagai Sarana Iklan Politik Kandidat
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai pengelolaan media
sosial sebagai sarana iklan politik terhadap kandidat ditemukan
fakta bahwa dalam mengiklankan kandidat terdapat du acara yang
dilakukan oleh konsultan politik. Pertama mengiklankan secara
positif melalui akun media sosial Panah Arjuna, kedua
mengiklankan secara attacking dan contrasting melalui akun
media sosial Info Pilkada Lampung. Dalam melakukan
pengiklanannya tersebut, pihak konsultan politik bekerjasama
dengan beberapa media lokal dalam memasarkan kandidat politik
yang menjadi kliennya.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Dalam merancang strategi pemasaran politik terhadap
kandidat, pihak konsultan politik hanya memfokuskan
programnya pada wilayah-wilayah yang merupakan basis
terbesar pertanian saja. Sehingga untuk wilayah yang bukan
basis pertanian, kandidat tidak bersinggungan sama sekali.
Padahal, jika ditilik dari program yang ditawarkan oleh
kandidat, selain program pertanian, kandidat memiliki
program-program unggulan lainnya seperti pemberdayaan
perempuan dan anak, percepatan perbaikan infrastruktur, dan
masih banyak lainnya yang bisa diterapkan oleh konsultan
107
untuk menarik pasar di wilayah non pertanian. Selain itu,
menurut penulis, cara atau strategi yang diterapkan oleh
konsultan juga bisa menimbulkan resiko besar pada perolehan
suara kandidat, karena basis pertanian yang mereka masuki
merupakan kawasan atau basis kekuatan lawan politik
kandidat.
2. Terkait pengelolaan media sosial sebagai sarana iklan, meski
saat ini media sosial banyak dimanfaatkan dalam kepentingan
politik, dan banyak masyarakat yang saat ini sudah melek
dengan kehadiran internet
108
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik, Konsep, Teori, dan Strategi, PT. Raja
Grafindo Persada, 2004.
Firmanzah, Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas, Yayasan
Obor Indonesia, 2012.
Haroen, Dewi, Personal Branding: Kunci Kesuksesan Berkiprah di Dunia
Politik, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014.
Heryanto, Gun Gun dan Rumaru, Shulhan, Komunikasi Politik, Bogor:
Galia Indonesia, 2013
Heryanto, Gun Gun dan Farida, Ade Rina, Komunikasi Politik Bogor: Galia
Indonesia, 2013
Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, PT Bumi
Aksara, 2013.
Moloeng, Lexy. J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,
2004.
Nasution, Zulkarnain, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, Ghalia
Indonesia, 1990.
Newman, Bruce I., dan Perloff, Richard, Handbook of Political
Communication Research, Lawrence Erlbaum Associates, 2004.
Noor, Juliansyah, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya
Ilmiah, Kencana Prenada Media Group, 2011
109
Nursal, Adman, Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu.
Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden
PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Rush, Michael, dan Althoff, Phillip, Pengantar Sosiologi Politik, PT. Raja
Grafindo Persada, 1997
Sheriff, M, Attitude and Attitude Change: The Social Judgement-
Involvement Approach W.B Saun-dera, 1956.
Suryabrata, Sumardi, Metodologi Penelitian, CV Rajawali, 1983.
Tjiptono, Fandy, Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Andi Publisher, 2002.
Venus, Antar, Manajemen Kampanye Simbiosa Rekatama Media, 2010.
Wasesa, Silih Agung. Political Branding & Public Relations: Saatnya
Kampanye Sehat, Hemat, dan Bermartabat. Jakarta: PT. Gramedia
pustaka utama, 2011
Wirawan, Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, Rajagrafindo Persada,
2010.
Website
“Ini 171 Daerah yang Gelar Pilkada Serentak 27 Juni 2018”, diakses pada
13 September 2018 dari
https://news.detik.com/berita/d-3479819/ini-171-daerah-yang-gelar-
pilkada-serentak-27-juni-2018
“Memori Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung Masa Jabatan
2014 – 2019”, diakses pada 20 Juni 2020 dari
110
https://issuu.com/dprd-provinsi-lampung/docs/memory-pelntikan-
gubwagub2014-2019/2?ff
“Inilah Peta Politik Pilgub Lampung 2018”, diakses pada 15 Januari 2019
dari
https://www.teraslampung.com/inilah-peta-politik-pilgub-lampung-
2018/
“Nunik: Srikandi Lamtim Siap Bertarung pada Pilgub Lampung 2018”,
diakses pada 21 Januari 2019 dari
https://sumaterapost.co/nunik-srikandi-lamtim-siap-bertarung-pilgub-
lampung-2018/
“Pengguna Internet di Indonesia Tahun 2018 Tembus 171 Juta Jiwa”,
diakses pada 25 Mei 2019 dari
https://www.suara.com/tekno/2019/05/16/093655/pengguna-internet-
indonesia-tahun-2018-tembus-171-juta-jiwa
“Kampanye Obama Juga Pakai Cara Ilegal di Facebook?”, diakses 28 Juli
2018 dari
https://m.detik.com/inet/cyberlife/d-3931868/kampanye-obama-juga-
pakai-cara-ilegal-di-facebook
“Arinal Djunaidi Birokrat Politisi Gubernur Lampung”, diakses pada 28
Juli 2019 dari
111
https://radarlampung.co.id/2019/06/11/arinal-djunaidi-birokrat-
politisi-gubernur-lampung/
“Chusnunia Chalim”, diakses pada 28 Januari 2019 dari
https://chusnuniachalim.wordpress.com/perihal
“Profil Wakil Gubernur Terpilih Lampung Chusnunia Chalim Akana Nikahi
Pengacara Pada 3 Februari 2019”, diakses pada 17 Februari 2019
dari https://lampung.tribunnews.com/2019/01/23/profil-wakil-
gubernur-terpilih-lampung-chusnunia-chalim-akan-nikahi-pengacara-
pada-2-februari-2019
Skripsi
Manggala, Muhammad. “Strategi Pemenangan Pasangan Joko Widodo –
Jususf Kalla Pada Pilpres 2014” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015)
112