Historical Sites in Sarolangun Sub-District)
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
SITUS-SITUS BERSEJARAH DI KECAMATAN SAROLANGUN (Historical Sites In Sarolangun Sub-District) Nainunis Aulia Izza, Ari Mukti Wardoyo Adi, dan Nugrahadi Mahanani Program Studi Arkeologi, Universitas Jambi Jalan Jambi-Muara Bulian Km. 15, Mendalo Indah Pos-el : [email protected] (corresponding author), [email protected], [email protected] INFO ARTIKEL ABSTRACT Histori Artikel This study aims to discuss historical sites from pre-colonial to Diterima : 30 November 2021 colonial period in Sarolangun sub-district with Historical Direvisi : 26 Maret 2021 Archaeology method and perspective. The result shows that Disetujui : 8 April 2021 Sarolangun subdistrict area is one of center for human activities Keywords: since Classical Period until Colonial period, and Nowadays as Classical, Colonial, the capital of Sarolangun Regency. The data shows, two sites Islamic, Sarolangun Classical period in Sarolangun sub-district reused as sacred sites (langgar and cemetery) during Islamic period. When Sarolangun under Dutch Colonial period, Sarolangun sub-district is one of Kata kunci: strategic area in Sumatra. The evidence is traceable by the klasik, kolonial, Islam, constructions of various facilities and infrastructure related to Situs Sarolangun colonial interest. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membahas situs-situs dari masa pra- kolonial hingga kolonial yang ada di Kecamatan Sarolangun dengan metode dan sudut pandang Arkeologi Kesejarahan. Hasil penelitian menunjukkan wilayah Kecamatan Sarolangun sebagai tempat yang strategis sehingga dipilih sebagai tempat berlangsungnya aktivitas manusia sejak masa Klasik yang terus berlanjut masa Islam dan Kolonial hingga sekarang menjadi ibukota Kabupaten Sarolangun. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, situs-situs klasik di Kecamatan Sarolangun dimanfaatkan kembali sebagai situs sakral (langgar dan makam) pada masa Islam. Pada masa kolonial Belanda, Kecamatan Sarolangun adalah wilayah yang dianggap strategis. Posisi strategis ini ditandai dengan pembangunan berbagai sarana dan prasarana untuk kepentingan colonial. Jurnal Arkeologi Papua Vol. 13 Edisi No. 1 / Juni 2021 : 49-69 49 PENDAHULUAN Batang Tembesi. Akan tetapi, seiring Kecamatan Sarolangun merupakan dengan perkembangan teknologi dan pusat kegiatan perekonomian dan kebutuhan, berbagai infrastruktur untuk pemerintahan di Kabupaten Sarolangun, mendukung transportasi darat juga Provinsi Jambi. Lokasi pusat-pusat dibangun. Terutama sejak Koloni Belanda kegiatan tersebut terletak di pertemuan mulai menetap di Kecamatan Sarolangun. antara Sungai Batang Tembesi dan Sungai Salah satu bukti usaha Belanda dalam Batang Asai yang termasuk dalam wilayah membangun infrastruktur transportasi darat DAS Batanghari (Melisah, 2016). Bukti adalah dibangunnya Jembatan Beatrix. keberadaan pusat kegiatan ekonomi dapat Menurut prasasti yang ada di Jembatan diketahui dari keberadaan Pasar Atas dan Beatrix, jembatan tersebut diresmikan pada Pasar Bawah yang terletak di tepi Sungai tahun 1939. Batang Asai, sedangkan pusat kegiatan Pembangunan Jembatan Beatrix pemerintahan saat ini terpusat di kompleks yang dilakukan oleh Belanda perkantoran Pemerintah Daerah Kabupaten mengindikasikan ramainya jalur Sarolangun di Gunung Kembang transportasi yang melewati Kecamatan (Makmun, 2018). Sarolangun pada awal abad ke-20. Dalam Sungai merupakan prasarana beberapa catatan perjalanan misionaris transportasi utama yang menghubungkan Belanda, Sarolangun menjadi salah satu antara wilayah pedalaman dan pesisir, pintu masuk menuju Jambi dari Palembang terutama di Pulau Sumatra bagian selatan sebelum jalan lintas timur dibangun. Pastor sejak periode Prasejarah hingga Sriwijaya Van Oort pernah menuliskan catatannya (Manguin, 2009). Umumnya, pertemuan dalam Uit Sumatra pada 1925. Menurutnya sungai merupakan pusat dari aktivitas untuk menuju Jambi terdapat dua pilihan masyarakat masa lalu yang melakukan jalur, yakni melewati laut atau melewati perdagangan antara wilayah hulu dan hilir. jalan darat melalui Lubuklinggau dan Oleh karena itu, pusat-pusat kegiatan selalu melanjutkan ke Sarolangun, baru setelah itu terdapat di lokasi yang menjadi pertemuan menelusuri sungai hingga sampai Jambi sungai-sungai besar (Bronson, 1977). (Kristina & Azmi, 2019). Jembatan Beatrix Kemunculan pusat perekonomian dan menjadi prasarana yang menghubungkan pemerintahan di Kecamatan Sarolangun jalan darat di sisi utara Sungai Batang Asai tidak dapat dilepaskan dari adanya yang menuju ke Bangko dan Sumatra Barat, pertemuan Sungai Batang Asai dan Sungai dengan jalan darat di sisi selatannya yang menuju Lubuklinggau dan Sumatra 50 Situs-Situs Bersejarah Di Kecamatan Sarolangun Nainunis Aulia Izza, Ari Mukti Wardoyo Adi, dan Nugrahadi Mahanani Selatan. Ketinggian jembatan yang kolonial di Kecamatan Sarolangun masih dibangun juga menunjang lalu lintas kapal- sulit ditelusuri secara mendalam karena kapal besar yang melalui sungai tersebut, keterbatasan data. apalagi semenjak tragedi tenggelamnya Informasi penting lainnya tentang kapal Ophelia pada 1931 (Zentgraaf & Kecamatan Sarolangun dapat ditelusuri dari Goudoever, 1947). Apabila dibandingkan laporan Belanda yang menyebutkan tentang dengan pembangunan Jembatan Batanghari penemuan arca ganesha serta reruntuhan I di Kota Jambi yang dilakukan pada akhir bata di Kampung Lubuk, Kecamatan tahun 1980-an, Jembatan Beatrix telah Sarolangun. Lokasi penemuan reruntuhan berdiri 50 tahun lebih awal (Yusuf, 2008). bata tersebut di atasnya telah dibangun Keadaan ini membuat kajian surau atau langgar (Tideman, 1938). tentang lokasi-lokasi penting dalam Informasi ini menunjukkan bahwa di perkembangan Kecamatan Sarolangun dari wilayah Kecamatan Sarolangun telah ada masa pra-kolonial hingga kolonial menarik aktivitas manusia sejak masa klasik (Hindu- untuk dibahas. Masifnya pembangunan Buddha). Selain itu, keberadaan surau atau fasilitas oleh Belanda pada masa kolonial langgar di atas runtuhan struktur bata juga tidak sekedar fokus pada prasarana menunjukkan bahwa pada masa Islam situs penunjang transportasi. Pada masa itu, ini kembali difungsikan. Informasi tentang Belanda juga membangun berbagai hunian, situs klasik di Kecamatan Sarolangun perkantoran, gudang, dan prasarana lain. hanya didapatkan dari laporan Belanda, Pengembangan wilayah yang sedemikian karena sampai sejauh ini penelitian tentang rupa tentunya tidak dapat dilepaskan dari situs klasik di Sarolangun belum pernah adanya pusat kegiatan yang telah ada dilakukan lebih jauh. Aktivitas manusia di sebelumnya pada masa pra-kolonial. sekitar Kecamatan Sarolangun turut Sumber daya alam yang dimiliki diperkuat dengan keberadaan Prasasti Sarolangun, terutama emas dan minyak Karang Brahi di Pamenang, Kabupaten bumi, tentunya menjadi alasan mendasar Merangin yang berasal dari abad ke-7 M bagi Belanda untuk membangun pusat di (Coedès et al., 2014). Meskipun secara wilayah ini (Andaya, 1993). Sumber daya administratif pada masa kini masuk dalam manusia sebagai pendukung tentunya juga wilayah Kabupaten Merangin, namun telah berupa komunitas-komunitas. Akan secara lokasional kedua wilayah ini tetapi, sangat disayangkan informasi berdekatan dan mengindikasikan adanya tentang keadaan masyarakat pada masa pra- Jurnal Arkeologi Papua Vol. 13 Edisi No. 1 / Juni 2021 : 49-69 51 aktivitas manusia setidaknya sejak abad ke- manusia di wilayah Singapura modern 7 M. sejak masa klasik yang berlanjut hingga Fenomena keberadaan situs masa Islam dan Kolonial (Chandrashekhar, arkeologi multi-periode pada suatu wilayah 2017). Kota Mexico modern yang dibangun dapat ditemui pada berbagai wilayah. oleh koloni Spanyol berdiri di atas Contoh yang ada di Pulau Sumatra, selain reruntuhan kota-kota Bangsa Aztec yang di Kecamatan Sarolangun, adalah Kota sebelumnya telah mendirikan kota-kota Jambi dan Kota Palembang. Kota Jambi kuno (Atwood, 2014). Menilik usaha dan Kota Palembang sejak masa klasik penelitian dan pelestarian situs-situs di telah menjadi pusat aktivitas manusia. ketiga kota ini dapat menjadi bahan Bukti-bukti aktivitas manusia di Kota pembanding untuk mengkaji situs-situs Jambi dan Kota Palembang masa klasik Kecamatan Sarolangun serta proyeksi dapat ditelusuri berdasarkan tinggalan pelestariannya masa kini dan mendatang. kebendaan berupa keberadaan struktur bata, Seperti halnya kota-kota lain, arca, prasasti, dan tinggalan artefak lain sebagai tempat berlangsungnya aktivitas seperti keramik (Coedès et al., 2014; manusia sejak masa klasik, Kecamatan Saudagar, 1990; Utomo, 1994). Pada masa Sarolangun memiliki berbagai situs Islam, beberapa situs dari masa klasik turut arkeologi yang penting untuk diteliti. Selain dipergunakan kembali, misalnya adalah itu, dibutuhkan hasil penelitian terbaru Candi Sekarabah yang dimanfaatkan untuk proyeksi pelestarian situs-situs yang sebagai Istana Tanah Pilih dan Candi mengandung nilai sejarah di Kecamatan Gedingsuro yang difungsikan sebagai Sarolangun di masa kini dan mendatang. makam kesultanan. Pada masa kolonial, Untuk itu penelitian ini mencoba menelaah berbagai situs masa klasik dan Islam situs-situs dari berbagai pembabakan kembali dipergunakan, contohnya adalah periode yang ada di Kecamatan Sarolangun kawasan Istana Tanah Pilih yang menjadi dari perspektif arkeologi kesejarahan. Poin- benteng dan menara air serta Kawasan poin yang akan dibahas dalam artikel ini pusat Kesultanan Palembang yang antara lain, pertama tentang data situs dan digunakan kembali sebagai pusat aktivitas tinggalan Arkeologi di Kecamatan pada masa kolonial (Farida et al., 2019; Sarolangun. Kedua , berdasarkan