perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id35

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi dan Keadaan Masyarakat Desa Tegalmade, Kecamatan Mojolaban,

Kabupaten Sukoharjo

a. Lokasi Desa Tegalmade, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo

Desa Tegalmade merupakan salah satu Desa yang berada di wilayah

Kabupaten Sukoharjo yang secara administratif masuk kelurahan

Tegalmade, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa

Tengah. Kabupaten Sukoharjo memiliki 12 kecamatan dengan 17 kelurahan

dan 150 desa. Beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten ukoharjo yaitu

Kecamatan Baki, Bendosari, Bulu, Gatak, Grogol, Kartasura, Mojolaban,

Nguter, Polokarto, Sukoharjo, Tawangsari, dan Weru. Desa yang berada di

Kecamatan Mojolaban antara lain Desa Bekonang, Cangkol, Demakan,

Dukuh, Gadingan, Joho, Klumprit, Kragilan, Laban, Palur, Plumbon,

Sapen, Triyagan, Wirun, dan Tegalmade.

Desa Tegalmade adalah sebuah desa yang secara administratif berada di

Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Secara geografis, Desa

Tegalmade terletak antara 110°49'52.3"—110°51'06.0" BT dan

7°36'22.6"—7°37'04.2" LS, sedangkan secara geomorfologis berada di

dataran fluvial Kali Samin sehingga memiliki fisiografi yang datar, tanah commit to user

35 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id36

subur serta air yang melimpah. Tak heran penduduk Desa Tegalmade

banyak bermata pencaharian di sektor pertanian lahan basah dengan

komoditas utama berupa padi. Sejarah Desa Tegalmade sesungguhnya telah

dimulai sebelum peristiwa geger pecinan tahun 1740an dengan munculnya

permukiman di sekitar Kali Samin yang saat ini dikenal dengan nama Dusun

Nawud dan Dusun Kesongo.

Luas wilayah Desa Tegalmade adalah 184,8 hektar. Jumlah penduduk

Desa Tegalmade sebanyak 2.366 jiwa yang terbagi dalam 3 dusun yaitu

Dusun Tegalmade, Nawud, dan Kesongo. Batas wilayah Desa Tegalmade

yaitu sebelah utara : Desa Wirun dan Laban, sebelah selatan : Desa

Pranandan Karangwuni, sebelah barat : Sungai Bengawan Solo , dan

sebelah timur : Desa Karangwuni.

b. Demografi Masyarakat Desa Tegalmade, Kabupaten Sukoharjo

Menurut Laporan monografi yang diperoleh dari kelurahan Desa commit to user Tegalmade per November 2018, Desa Tegalmade memiliki jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id37

penduduk sejumlah 2.366 jiwa dengan perincian jumlah penduduk laki-

laki 1.126 jiwa dan jumlah penduduk perempuan berjumlah 1.240 jiwa.

Tabel 1

Data Demografi Desa Tegalmade per November 2018

Jumlah Penduduk

LAPORAN DEMOGRAFI

DESA TEGALMADE, KECAMATAN MOJOLABAN

KABUPATEN SUKOHARJO (JUMLAH PENDUDUK)

LAPORAN BULAN NOVEMBER 2018

Jumlah laki-laki 1.126 orang

Jumlah perempuan 1.240 orang

Jumlah total 2.366 orang

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id38

Tabel 2

Data Demografi Desa Tegalmade per November 2018

Usia Penduduk

LAPORAN DEMOGRAFI

DESA TEGALMADE KECAMATAN MOJOLABAN

KABUPATEN SUKOHARJO (USIA PENDUDUK)

LAPORAN BULAN NOVEMBER 2018

Usia Laki-laki Perempuan

0 - 4 tahun 123 orang 99 orang

5 – 9 tahun 103 orang 118 orang

10-14 tahun 107 orang 122 orang

15-19 tahun 113 orang 120 orang

20-24 tahun 120 orang 127 orang

25-29 tahun 122 orang 129 orang

30-39 tahun 141 orang 157 orang

40-49 tahun 148 orang 158 orang

60> 80 orang 109 orang

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id39

Secara umum tingkat pendidikan pada masyarakat Desa Tegalmade

rata-rata adalah TK yaitu 53 jiwa, SD/MI atau sederajat yaitu 223 jiwa,

SLTP/MTs sebanyak 191 jiwa, dan S1/Diploma sebanyak 78 jiwa.

Dilihat dari segi mata pencaharian masyarakat Desa Tegalmade adalah

berprofesi sebagai petani, pedagang, dan buruh industri.

Tabel 3

Data Demografi Desa Tegalmade per November 2018

Tingkat Pendidikan

LAPORAN DEMOGRAFI

DESA TEGALMADE KECAMATAN MOJOLABAN

KABUPATEN SUKOHARJO (TINGKAT PENDIDIKAN)

LAPORAN BULAN NOVEMBER 2018

Tingkat Pendidikan Jumlah Keterangan

Taman Kanak-kanak 53 jiwa -

SD/MI 223 jiwa -

SLTP/MTs Sederajat 191jiwa -

SMA/MA Sederajat - -

Perguruan Tinggi/PT 78 jiwa

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id40

Mata pencaharian warga Desa Tegalmade adalah petani yaitu

sebanyak 354 jiwa, pedagang sebanyak 27 jiwa, PNS sebanyak 21 jiwa,

TNI/POLRI sebanyak 3 jiwa, dan swasta sebanyak 1.113 jiwa.

Tabel 4

Data Demografi Desa Tegalmade per November 2018

Mata pencaharian

LAPORAN DEMOGRAFI

DESA TEGALMADE KECAMATAN MOJOLABAN

KABUPATEN SUKOHARJO (MATA PENCAHARIAN)

LAPORAN BULAN NOVEMBER 2018

Mata Pencaharian Jumlah Keterangan

Tani 354 jiwa

Dagang 27 jiwa

PNS 21 jiwa

TNI/POLRI 3 jiwa

Swasta 1.113 jiwa

Berdasarkan kepercayaan, masyarakat Desa Tegalmade mayoritas

memeluk agama Islam yaitu sebanyak 1.950 jiwa baik laki-laki dan

perempuan serta sebanyak 61 jiwa yang memeluk protestan. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id41

Tabel 5

Data Demografi Desa Tegalmade per November 2018

Agama/Aliran Kepercayaan

LAPORAN DEMOGRAFI

DESA TEGALMADE KECAMATAN MOJOLABAN

KABUPATEN SUKOHARJO (AGAMA/ALIRAN

KEPERCAYAAN)

LAPORAN BULAN NOVEMBER 2018

Agama Jumlah Keterangan

Islam 1.950 jiwa -

Kristen/Protestan 61 jiwa -

Katholik - -

Hindu - -

Budha - -

c. Bahasa

Masyarakat Desa Tegalmade menggunakan bahasa Jawa dalam

kehidupan sehari-hari. Masyarakat mengenal bahasa Jawa dalam tiga

tingkatan yaitu ngoko, ngoko lugu, dan krama alus.

Pada masyarakat yang sudah tua, mereka kebanyakan menggunakan commit to user bahasa krama, tetapi seiring berjalannya waktu, campuran bahasa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id42

Indonesia mulai masuk dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari

maupun acara formal. Untuk masyarakat muda, dalam berbicara dengan

orang yang lebih tua akan menggunakan bahasa krama alus, hal ini

dimaksudkan untuk menghormati orang yang lebih tua umur dan

derajatnya, sedangkan untuk teman sebaya atau yang lebih muda akan

menggunakan bahasa ngoko.

d. Sejarah Desa Tegalmade

Ditinjau dari toponimi, Nawud berarti tercerai berai. Hal ini tidak

dapat dilepaskan dari asal mula Dusun Nawud yang didirikan oleh

pelarian geger pecinan. Para pelarian peristiwa geger pecinan yang

dipimpin oleh Sien Tang mendirikan shelter atau hunian sementara di

sekitar Kalisamin, namun karena merasa nyaman dengan air yang

melimpah, akhirnya mereka menetap dan mendirikan sebuah

perkampungan yang diberi nama Nawud. Perkampungan Nawud

kemudian berkembang ke arah utara yang saat ini diberi nama Dusun

Kesongo. Nama Kesongo berasal dari sembilan mata air yang dahulu

terdapat di wilayah tersebut, namun saat ini sudah tidak dapat dijumpai

lagi.

Peradaban awal manusia memang tidak bisa dilepaskan dari sebuah

sungai. Selain sebagai lokasi yang memiliki cadangan air yang

melimpah, sungai juga berfungsi sebagai alur transportasi masa lalu,

tempat , mencuci dan sumber penghidupan seperti perikanan air

tawar. Tak heran jika permukiman di sekitar sungai memiliki sejarah commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id43

yang lebih panjang daripada permukiman yang agak jauh dari sungai.

Jejak sejarah geger pecinan di Desa Tegalmade dapat dilihat di sebuah

makam yang terletak di tengah sawah, namun secara administratif

termasuk ke dalam Desa Karangwuni, Kecamatan Polokarto. Makam

yang dimaksud adalah makam Eyang Tan Ang Lo atau masyarakat desa

lebih akrab dengan nama Mbah Anglo. Mbah Anglo adalah salah

seorang pejuang yang gugur oleh senapan VOC (Vereenigde Oost-

indische Compagnie) atau kongsi dagang Hindia Timur pada peristiwa

Geger Pecinan yang melanda Keraton Kartasura. Geger Pecinan adalah

sebuah peristiwa bersejarah di mana etnis Tionghoa bersama pribumi

jawa bersatu menyerang Keraton Kartasura pimpinan Pakubuwono II

yang saat itu memihak VOC. Geger Pecinan semula terjadi di Angke,

Jakarta Utara akibat genosida etnis Tionghoa oleh Gubernur Jenderal

Valcknier, namun etnis Tionghoa yang tersisa bermobilisasi ke timur

dan bersama pribumi menyerang basis VOC di Semarang.

Pakubuwono II pada awalnya sebenarnya melawan VOC dengan

mengirimkan 20.000 tentara dan penduduk Mataram untuk menyerang

basis VOC di Semarang. Namun pasukan itu berhasil dikalahkan VOC,

sehingga Pakubuwono II harus tunduk pada VOC. Dianggap berkhianat

oleh rakyat Mataram, akhirnya para pribumi Mataram dan etnis

Tionghoa mengangkat Raden Mas Gerendi menjadi raja versi rakyat

dengan gelar Sunan Amangkurat V. Balatentara Sunan Amangkurat V

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id44

menyerang Keraton Kartasura pada tahun 1742 termasuk di dalamnya

Mbah Anglo.

Mbah Anglo sendiri sebenarnya adalah seorang pedagang yang

berasal dari Kota Fujian, sekitar 897 km di selatan Kota Shanghai,

Tiongkok. Mbah Anglo sendiri merupakan seorang Hokkian atau etnis

yang bermukim di wilayah Tiongkok bagian Tengah, sedangkan yang

bermukim di wilayah selatan disebut etnis Kanton. Mbah Anglo waktu

itu berlayar untuk berdagang di Batavia (sekarang Jakarta), namun

karena terjadi genosida etnis Tionghoa di Batavia oleh VOC, beliau

berlayar ke timur. Dikarenakan banyak etnis Tionghoa yang berencana

menyerang Keraton Kartasura bersama pribumi Mataram pimpinan

Raden Mas Gerendi (Sunan Amangkurat V), maka Mbah Anglo pun ikut

berjuang.

Mbah Anglo sebelum ke medan laga berwasiat ketika wafat di

medan laga bisa di makamkan di sebuah bukit/gundukan tanah tak jauh

dari desa. Pemilihan lokasi makam tersebut tidak terlepas dari

kepercayaan fengshui etnis Tionghoa. Selain itu, beliau juga berwasiat

agar jika kudanya ikut mati juga dimakamkan tak jauh dari dirinya.

Ketika Mbah Anglo wafat tertembak VOC bersama kudanya,

jenazahnya dimakamkan di lokasi tersebut dan kudanya dimakamkan di

sebelah timur pusaranya. Saat ini makam kuda tersebut berada di bawah

pagar makam sebelah timur.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id45

Sejarah Desa Tegalmade yang terletak di tengah persawahan

dimulai pada tahun 1850an oleh Eyang Sindu Menggolo dan

pengikutnya. Kyai Sindu Menggolo adalah seorang pribumi Jawa

dengan nama timur Joko Manggolo atau Sapto Manggolo, sedangkan

istrinya Ny. Sindu Menggolo memiliki nama timur Karminah. Eyang

Sindu Menggolo saat ini dimakamkan di kompleks pemakaman desa

yang dinamai sesuai nama beliau yaitu Sasanalaya Sindu Menggolo

tepatnya di bagian barat kompleks pemakaman. Para pengikutnya yang

ikut serta dalam proses babat alas dimakamkan di sekitar makam beliau,

namun kondisinya saat ini cukup memprihatinkan.

Mbah Sindu sendiri berasal dari daerah Baturetno, Wonogiri, sekitar

40 km dari pusat Kota Wonogiri. Kakek dan Ayah Mbah Sindu adalah

pengikut Pangeran Sambernyawa (KGPAA Mangkunegara I) yang

daerah kekuasaannya meliputi Karanganyar dan Wonogiri. Dalam

proses bertapa, Mbah Sindu mendapatkan wangsit untuk mendirikan

perkampungan di sebuah tanah dengan banyak sapi jawa atau banteng.

Keberadaan sapi jawa/banteng tersebut masih dapat dilihat dari

toponimi wareng yang berarti anak banteng di sebelah utara Desa

Tegalmade. Selain faktor wangsit, Mbah Sindu memandang bahwa

wilayah yang saat ini menjadi Desa Tegalmade lebih dekat ke Keraton

Mangkunegaran daripada tempat tinggal sebelumnya di Baturetno,

Wonogiri.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id46

Kondisi alam pada saat babat alas yang kelak menjadi Dusun

Tegalmade masih berupa rawa-rawa dan savana dengan sebuah

gundukan tanah lebih tinggi yang menjadi makam Mbah Anglo. Fauna

dominan yang ada di masa itu adalah menjangan, merak, dan banteng.

Dikarenakan Mbah Sindu adalah pengikut Mangkunegara, maka raja

Mangkunegaran sering mengadakan perburuan di wilayah ini sebagai

sarana refreshing.

Menurut Mbah Sindu, pada awalnya desa ini diberi nama

Tegalmande, namun pada perkembangannya, saat ini nama desa

berubah menjadi Tegalmade. Tegal dapat diartikan sebagai lahan yang

dibagi-bagi atau dikapling dan mande yang artinya dijual. Dijual bukan

berarti dijual secara komersial, namun dibagi-bagi kepada warga yang

ingin bermukim di wilayah yang saat ini baru saja dibabat. Akhirnya

tanah tersebut dibagi-bagi, ada yang menjadi makam, permukiman, dan

lahan pertanian.

Desa Tegalmade pada awalnya hanya sebuah desa kecil memanjang

dari barat ke timur yang saat ini masih dilestarikan sebagai RT 01/RW

01, sehingga jika dipandang untuk sebuah RT jaraknya cukup jauh dari

ujung ke ujung. Namun hal ini sangat baik untuk merawat sejarah desa

masa lalu. Desa Tegalmade kemudian berkembang permukimannya

seperti saat ini dengan bertambahnya permukiman di RT 02, RT 03, dan

RT 04 di sekitar masa kemerdekaan Republik Indonesia.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id47

B. Aspek Lingual dan Makna Kultural Pada Tradisi Rewang sebagai

Pengungkap Pandangan Masyarakat Desa Tegalmade, Kecamatan

Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.

1. Aspek-aspek Lingual Pada Tradisi Rewang sebagai Pengungkap

Pandangan Masyarakat Desa Tegalmade, Mojolaban, Kabupaten

Sukoharjo

Salah satu cara mengetahui pandangan masyarakat Desa Tegalmade

terhadap tradisi rewang yaitu melalui kegiatan, piranti, serta doa dan mantra

yang dilakukan saat rewang. Terdapat 3 tradisi rewang dalam masyarakat Desa

Tegalmade, yaitu rewang saat kelahiran bayi, rewang perkawinan, dan rewang

dalam kematian.

Dari tiga tradisi rewang tersebut terdapat satuan lingual yang berupa kata,

frasa, dan kalimat yang tertuang dalam bentuk verba dan non verba. Kata, frasa,

dan kalimat menggunakan makna leksikal dan kultural.

Kegiatan, piranti, serta doa dan mantra dalam tradisi rewang menggunakan

bahasa Jawa. Hal ini disebabkan Desa Tegalmade merupakan salah satu desa

yang berada di kawasan Jawa Tengah serta masyarakat Desa Tegalmade yang

mayoritas masih percaya akan hal-hal yang masih berbau dengan kejawen

untuk menghormati leluhur yang menjaga daerah setempat. Meskipun

mayoritas masyarakat desa masih kejawen, namun sudah tercampur dengan

budaya Islam, yaitu berupa penggunaan bahasa Arab dalam doa-doa yang

dipanjatkan, seperti ketika berdoa akan diawali dengan

Bismillahirrahmanirrahim. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id48

Berikut ini satuan lingual pada tradisi rewang dari mulai kelahiran,

perkawinan, dan kematian di Desa Tegalmade, Mojolaban, Sukoharjo :

A. Tradisi Rewang Kelahiran

a. Dalam tradisi rewang Desa Tegalmade, rewang pada kelahiran

memiliki urutan yaitu dimulai dari mengubur air-ari (mendhem ari-

ari), brokohan, sepasaran, selapanan, bancakan weton.

1. Mendhem ari-ari [mənDəm ari-ari]

Ari-ari secara medis merupakan sebuah organ yang berfungsi

untuk menyalurkan berbagai nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin di

dalam rahim. Lewat ari-ari juga zat-zat antibodi, berbagai hormon

dan gizi disalurkan sehingga janin bisa tumbuh dan berkembang

menjadi bayi.

Bagi orang jawa ari-ari memiliki “jasa” yang cukup besar

sebagai batir bayi (teman bayi) sejak dalam kandungan. Oleh karena

itu sejak fungsi utama ari-ari berakhir ketika bayi lahir, organ ini

akan tetap dirawat dan dikubur sedemikian rupa agar tidak dimakan

binatang ataupun membusuk di tempat sampah. Upacara mendhem

ari-ari ini biasanya dilakukan oleh sang ayah, berada di dekat pintu

utama rumah, diberi pagar bambu dan penerangan berupa lampu

minyak selama 35 hari (selapan). Jika bayi yang lahir berjenis

kelamin laki-laki, maka mendhem ari-ari dilakukan di depan pintu

sebelah kanan, dan jika yang lahir bayi dengan jenis kelamin

perempuan, maka mendhem ari-ari di sebelah kiri pintu atau rumah. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id49

2. Brokohan [brɔkɔhan]

Brokohan yaitu selamatan yang dimaksudkan untuk

mengungkapkan rasa syukur sekaligus pemberitahuan kepada sanak

keluarga dan para tetangga bahwa bayi telah lahir dan selamat.

Brokohan merupakan salah satu upacara tradisi jawa untuk

menyambut kelahiran bayi yang dilaksanakan sehari setelah bayi

lahir.

Kata Brokohan sendiri berasal dari kata barokah-an, yang

artinya memohon berkah dan keselamatan atas kelahiran bayi.

Dalam acara ini biasanya para tetangga dekat dan sanak saudara

berdatangan berkumpul sebagai tanda turut bahagia atas kelahiran

bayi yang dapat berjalan dengan lancar. Tak sedikit para tetangga

yang membawa bermacam oleh-oleh berupa perlengkapan bayi dan

makanan untuk keluarga yang melahirkan.

Slametan brokohan di Desa Tegalmade, biasanya kabar orang

yang melahirkan akan cepat terdengar oleh tetangga sekitar, dari

kabar tersebut, ibu-ibu datang untuk menjenguk bayi. Biasanya

setelah beberapa tamu ada yang datang, nenek dari si bayi akan

mengundang beberapa ibu-ibu yang rumahnya dekat yang nanti

akan dimintai tolong untuk membantu menyiapkan segala sesuatu

untuk slametan atau rewang. Ibu-ibu yang datang kemudian

membagi tugas untuk berbelanja ke pasar dan menyiapkan tempat

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id50

untuk memasak kenduri. Kenduri pada brokohan seperti kenduri

yang lain.

Bapak-bapak yang diundang dan Bapak Kaum yang bertugas

mendoakan keselamatan bayi dan ibunya. Kenduri diadakan di

dalam rumah. Uba-rampe yang ada dalam kenduri adalah nasi

ambeng asahan, yakni nasi ambeng lengkap dengan lauknya: kelapa

parut yang dibuat dengan usus ayam, ati ampela yang

digoreng dan kacang panjang, serta goreng-gorengan. Nasi ambeng

asahan ini melambangkan kita mengadakan sedekah dan syukur

kepada Tuhan atas pemberian seorang anak.

Selamatan brokohan biasanya juga dilanjutkan dengan

sewengenan. Sewengenan adalah para tetangga ikut lek-lekan,

terjaga, dan prihatin sampai semalaman menjaga si bayi. Tetangga

sekitar melakukan hal tersebut karena rasa persaudaraan yang tinggi.

Mereka rela untuk tidak tidur dan menjaga si bayi agar bayi tidak

ada yang mengganggu. Lek-lekan ini bertempat di rumah si bayi.

Dalam tradisi masyarakat Desa Tegalmade, untuk rewang pada

brokohan biasanya membuat sega golong, sega asahan, jenang

baro-baro, dan jenang abang putih.

3. Sepasaran [səpasaran]

Sepasaran menjadi salah satu upacara adat jawa yang dilakukan

setelah lima hari sejak kelahiran bayi. Dalam acara ini pihak

keluarga mengundang tetangga sekitar beserta keluarga besar untuk commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id51

ikut mendoakan atas bayi yang telah dilahirkan. Acara sepasaran

secara sederhana biasanya dilakukan dengan kenduri, bagi yang

memiliki rejeki yang lebih biasanya dilaksanakan seperti orang

punya hajat (mantu). Adapun inti dari acara sepasaran ini adalah

upacara selamatan sekaligus mengumumkan nama bayi yang telah

lahir.

Dalam masyarakat Desa Tegalmade, untuk rewang pada

sepasaran bayi membuat nasi bancakan, peli gupak, turuk jembuten,

inthuk-inthuk serta tukon pasar.

4. Selapanan [səlapanan]

Upacara Selapanan dilakukan 35 hari (selapan) setelah

kelahiran bayi. Upacara selapanan ini dilangsungkan dengan

rangkaian acara bancakan weton (kenduri hari kelahiran),

pemotongan rambut bayi hingga gundul dan pemotongan kuku bayi.

Pemotongan rambut dan kuku ini bertujuan untuk menjaga

kesehatan bayi agar kulit kepala dan jari bayi tetap bersih.

Dalam masyarakat Desa Tegalmade, untuk rewang pada

selapanan bayi membuat nasi bancakan, peli gupak, turuk jembuten,

inthuk-inthuk, serta tukon pasar.

5. Bancakan weton [bancakan wətɔn]

Bancakan weton dilakukan setelah selapanan dan bertepatan

dengan weton pada saat jabang bayi lahir ke dunia (kenduri hari

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id52

kelahiran). Dalam bancakan weton, biasanya hanya membuat nasi

/nasi bancakan dan tukon pasar saja.

b. Pada tradisi rewang terdapat beberapa uba-rampe, dan beberapa

uba-rampe serta nama orang yang melaksanakan rewang terdapat

satuan lingual kata yang dapat mengungkapkan pandangan

masyarakat Desa Tegalmade. Satuan kata tersebut antara lain:

1) Inthuk-inthuk [inThu?- inThu?]

Inthuk-inthuk menunjukkan satuan lingual yang berkelas kata

nomina. yaitu nasi tumpeng kecil yang ditaruh di takir berbentuk

seperti tumpeng pada bancakan.

Inthuk-inthuk yaitu inthuk yang berarti tumpeng kecil yang

ditaruh pada takir. Inthuk-inthuk dibuat dari daun pisang, dibentuk

cekung seperti mangkok dan diberi biting (lidi) pada bagian

pinggirnya. Inthuk-inthuk biasanya seperti pada nasi tumpeng pada

bancakan, namun dibuat dalam ukuran kecilnya dan dilengkapi

dengan lauk-pauk.

Inthuk-inthuk hanya dibuat pada rewang bayi saja, tidak ada pada

perkawinan maupun kematian. Diletakkan pada ari-ari bayi dan di

bawah tempat tidur bayi beserta kembang setaman sebagai

pelengkapnya. Dibuat pada saat sepasaran, selapanan, dan

bancakan weton.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id53

2) Jenang abang putih [jənaŋ abaŋ putIh]

Jenang abang putih merupakan frasa yang berkategori frasa

benda atau nomina. Frasa jenang abang putih terdiri dari tiga bentuk

kata dasar.

Jenang abang putih merupakan bubur halus berwarna merah dan

putih. Jenang abang putih terbuat dari tepung beras yang diolah

seperti bubur dengan sedikit penambahan gula merah pada jenang

merah. Jenang abang putih dibuat oleh tenaga rewang Ibu-ibu di

dapur yaitu dengan cara mencampur tepung beras dengan gula jawa

dan ditambah santan serta diaduk sampai matang, kemudian baru

diletakkan di atas piring. Jenang abang putih biasa dibuat dalam

acara rewang bayi yaitu pada saat sepasaran bayi.

3) Jenang baro-baro [jənaŋ baro-baro]

Jenang baro-baro merupakan frasa yang berkategori frasa

nomina. Frasa jenang baro-baro terdiri dari dua bentuk kata dasar.

Jenang baro-baro merupakan bubur yang terbuat dari bekatul.

Jenang baro-baro berwarna coklat, pemasakan jenang baro-baro

yang pada bagian tengah diberi potongan gula jawa kecil-kecil dan

bagian atasnya diberi parutan buah kelapa, sehingga rasa dari jenang

ini gurih.

4) Sega asahan [səgɔ asahan]

Sega asahan merupakan frasa yang berkategori frasa nomina.

Frasa sega sasahan terdiri dari dua bentuk kata dasar. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id54

Sega asahan merupakan nasi putih biasa yang di atasnya

diberi berbagai macam lauk-pauk seperti ,

cenggereng/peyek, tahu, tempe, entho-entho.

“Sega asahan kui sega putih sek duwure diwenehi

srundeng, cenggereng, tahu, tempe, karo entho-

entho”(01/RS/19 November 2018)

“nasi asahan yaitu nasi putih yang di atasnya diberi

lauk serundeng, cenggereng/peyek, tahu, tempe,

dan entho-entho”

Adanya sega asahan dalam setiap kenduri menandakan

bahwa masyarakat Desa Tegalmade masih percaya dengan roh

nenek moyang dan menghormatinya. Sega asahan dibuat untuk

pada rewang kelahiran dan kematian.

5) Sega golong [səgɔ gɔlɔŋ]

Sega golong merupakan frasa yang berkategori frasa

nomina. Frasa sega golong terdiri dari dua bentuk kata dasar.

6) Sega bancakan [səgɔ bancakan]

Sega bancakan merupakan frasa yang berkategori frasa

nomina. Frasa sega bancakan terdiri dari dua bentuk kata dasar.

Sega bancakan yaitu nasi yang ditaruh di atas tilam

atau tampah berada ditengah-tengah dan diberi alas daun

pisang. Pada bagian samping nasi, akan diberi sayur-mayur commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id55

berupa kangkung, lembayung, taoge/kecambah, kacang

panjang, serta telur, dan . Pada bagian bawah

daun pisang, diberi uang receh, kunir, serta beras sedikit.

Sega bancakan untuk anak laki-laki berbentuk

kerucut/tumpeng kukusan serta diberi bawang merah dan

cabai merah pada tumpeng dan untuk anak perempuan

berbentuk datar/ambengan. Sega bancakan biasa dibuat oleh

tenaga rewang untuk memperingati sepasaran, selapanan,

dan weton anak.

7) Peli gupak [pəli gupa?]

Peli gupak merupakan bentuk frasa yang berkategori nomina

atau benda. Frasa peli gupak terdiri dari dua kategori kata yang

keduanya termasuk kata dasar yaitu kata ‘peli’ memiliki kategori

kata benda (nomina) dan kata ‘gupak’ berkategori kata benda

(nomina).

Peli gupak yaitu makanan pelengkap dalam nasi bancakan,

terbuat dari adonan bekatul yang sudah disaring dan halus

kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dikukus sampai

matang, ketika sudah matang, diangkat, dibuka bungkusnya

kemudian dibagian atasnya diberi taburan kelapa yang di parut.

Makanan peli gupak biasanya dibuat untuk menandakan

bahwa anak yang lahir atau dibancaki berjenis kelamin laki-laki.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id56

8) Turuk jembuten [turU? jəmbutən]

Turuk jembuten merupakan bentuk frasa yang berkategori

nomina atau benda. Frasa turuk jembuten terdiri dari dua

kategori kata yang keduanya termasuk kata dasar yaitu kata

‘turuk’ memiliki kategori kata benda (nomina) dan kata

‘jembuten’ berkategori kata benda (nomina).

Turuk jembuten yaitu sebagai makanan pelengkap dalam

nasi bancakan yang terbuat dari yang dibelah menjadi

dua bagian kemudian di bagian tengah diberi taoge dan kecap.

Masyarakat Desa Tegalmade menganggap ketupat yang

dibelah tersebut sebagai simbol dari alat kelamin wanita.

9) Tukon pasar [tukɔn pasar]

Tukon pasar merupakan bentuk frasa yang berkategori

nomina atau benda. Frasa tukon pasar terdiri dari dua kategori

kata yang keduanya termasuk kata dasar yaitu kata ‘tukon’

memiliki kategori kata kerja (verba) dan kata ‘pasar’ berkategori

kata benda (nomina).

Tukon pasar yaitu buah-buahan yang dibeli dari pasar.

Buah tersebut bermacam-macam, biasanya pada masyarakat

Desa Tegalmade untuk tukon pasar dibelikan buah salak, jeruk,

belimbing, atau sesuai selera dari yang melakukan hajat.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id57

10) Kembang setaman [kəmbaŋ sətaman]

Kembang setaman merupakan bentuk frasa yang berkategori

nomina atau benda. Frasa kembang setaman terdiri dari dua

kategori kata yang keduanya termasuk kata dasar yaitu kata

‘kembang’ memiliki kategori kata benda (nomina) dan kata

‘setaman’ berkategori kata benda (nomina).

Kembang merupakan bahasa Jawa dari bunga. Kembang

setaman pada kelahiran bayi biasanya disediakan untuk

melengkapi inthuk yang diletakkan di dekat ari-ari bayi dan di

bawah tempat tidur bayi. pada umumnya kembang setaman

terdiri dari bunga melati, mawar, dan khantil. Namun, untuk

kelahiran bayi, kembang setaman yang digunakan boleh bebas,

yaitu menggunakan bunga yang ada disekitar rumah.

B. Tradisi Rewang Perkawinan

Tahapan-tahapan upacara perkawinan adat Jawa tersebut memiliki

simbol – simbol dalam setiap prosesnya, atau biasa kita sebut sebagai makna

yang terkandung dalam tiap tahapan upacara perkawinan adat Jawa.

Adapun tahapan – tahapan dalam upacara perkawinan adat Jawa adalah

sebagai berikut:

a. Nontoni [nɔntɔni]

Pada tahap ini sangat dibutuhkan peranan seorang perantara.

Perantara ini merupakan utusan dari keluarga calon pengantin pria

untuk menemui keluarga calon pengantin wanita. Pertemuan ini commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id58

dimaksudkan untuk nontoni, atau melihat calon dari dekat.

Biasanya, utusan datang ke rumah keluarga calon pengantin wanita

bersama calon pengantin pria. Calon mempelai bisa bertemu

langsung meskipun hanya sekilas. Pertemuan sekilas ini terjadi

ketika calon pengantin wanita mengeluarkan minuman dan makanan

ringan sebagai jamuan. Tamu disambut oleh keluarga calon

pengantin wanita yang terdiri dari orangtua calon pengantin wanita

dan keluarganya, biasanya pakdhe atau paklik.

b. Nakokake/Nembung/Nglamar [nakɔkake/nəmbUŋ/ŋlamar]

Sebelum melangkah ke tahap selanjutnya, perantara akan

menanyakan beberapa hal pribadi seperti sudah adakah calon bagi

calon mempelai wanita. Bila belum ada calon, maka utusan dari

calon pengantin pria memberitahukan bahwa keluarga calon

pengantin pria berkeinginan untuk berbesanan. Lalu calon

pengantin wanita diajak bertemu dengan calon pengantin pria untuk

ditanya kesediaannya menjadi istrinya. Bila calon pengantin wanita

setuju, maka perlu dilakukan langkah-langkah selanjutnya. Langkah

selanjutnya tersebut adalah ditentukannya hari H kedatangan utusan

untuk melakukan kekancingan rembag (peningset).

Peningset ini merupakan suatu simbol bahwa calon pengantin

wanita sudah diikat secara tidak resmi oleh calon pengantin pria.

Peningset biasanya berupa kalpika (), sejumlah uang, dan

oleh-oleh berupa makanan khas daerah. Peningset ini bisa dibarengi commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id59

dengan acara pasok tukon, yaitu pemberian barang-barang berupa

pisang sanggan (pisang jenis raja setangkep), seperangkat busana

bagi calon pengantin wanita, dan upakarti atau bantuan bila upacara

pernikahan akan segera dilangsungkan seperti beras, gula, sayur-

mayur, bumbon, dan sejumlah uang.

Ketika semua sudah berjalan dengan lancar, maka ditentukanlah

tanggal dan hari pernikahan. Biasanya penentuan tanggal dan hari

pernikahan disesuaikan dengan weton (hari lahir berdasarkan

perhitungan Jawa) kedua calon pengantin. Hal ini

dimaksudkan agar pernikahan itu kelak mendatangkan kebahagiaan

dan kesejahteraan bagi seluruh anggota keluarga.

Dalam masyarakat Desa Tegalmade, sebelum melaksanakan

pernikahan, maka orang tua dari calon pengantin akan pergi

berkunjung ke pujangga, guna menentukan hari baik untuk

melangsungkan acara.

1) Pujangga [pujɔŋgɔ]

Kata pujangga menunjukkan satuan lingual yang berkelas

kata nomina yang merupakan orang yang dituakan.

Pujangga merupakan orang tua/sesepuh yang dimintai

tolong oleh orang tua yang akan melaksanakan pernikahan

anaknya untuk menentukan tanggal, hari, bulan yang bagus

untuk melakukan hajatan dengan menggunakan hitungan Jawa.

Pujangga pada umumnya berjenis kelamin laki-laki dan sudah commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id60

menikah. Selain menentukan tanggal perkawinan untuk manten,

tugas pujangga juga mempertemukan kedua manten saat adat

widono. Dalam masyarakat desa Tegalmade untuk penamaan

pujangga biasa di panggil dengan sebutan berjonggo.

c. Atur-atur [atUr- atUr]

Atur-atur merupakan salah satu dari beberapa kegiatan yang

dilaksanakan oleh orang yang akan melaksanakan hajatan. atur-

atur dalam perkawinan dilakukan jauh-jauh hari sebelum acara

dimulai.

1) Atur-atur [atUr- atUr]

Atur-atur merupakan bentuk kata yang mendapat

reduplikasi pada kata dasar atur. Atur-atur bentuk kata dasar

yang berkelas kata kerja atau verba. Istilah atur-atur berasal

dari bahasa Jawa yang berarti kegiatan berkunjung atau

silaturahmi kerumah sanak-saudara, kerabat, orang yang

dihormati, serta tetangga guna menyampaikan maksud

bahwa akan menyelenggarakan hajat. Atur-atur dilakukan 5-

10 hari sebelum hajatan dimulai.

Atur-atur yaitu suatu kegiatan berkunjung atau

silaturahmi kerumah sanak-saudara, kerabat, orang yang

dihormati, serta tetangga guna menyampaikan maksud

bahwa akan menyelenggarakan hajat. Atur-atur dilakukan 5-

10 hari sebelum hajatan dimulai. Orang yang melakukan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id61

atur-atur bisa dari pemuda karang taruna setempat maupun

sang tuan rumah/orang tua yang akan menyelenggarakan

pernikahan.

Pada masyarakat Desa Tegalmade, untuk kegiatan atur-

atur biasanya dilakukan oleh anggota karangtaruna yang

laki-laki dan tidak boleh perempuan, hal ini sesuai adat-

istiadat di Desa Tegalmade, bahwa tugas laki-laki di luar

rumah, sedangkan perempuan di dalam rumah. Dilakukan

lima hari sebelum hajatan dimulai, dan mengundang untuk

acara tarub, midodareni, serta acara resepsi.

Dalam atur-atur, banyak mengundang tenaga rewang

yang berperan penting dalam hajatan dan bekerja dari awal

hajatan dimulai sampai selesai, antara lain:

1) Jayeng [jayƹŋ]

Kata jayeng menunjukkan satuan lingual yang

berkelas kata nomina yang merupakan tempat untuk

membuat minum.

“nyukupi sing gadah damel kajengen isoh

sempulur rejekine sek isoh ngayomi sing maringi

sandang pangan sing gadah damel” (02/RJ/ 19

November 2018)

“ jayeng kui papan dununge gen

wedang” (02/RJ/ 19 November 2018) commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id62

“jayeng itu tempat untuk membuat

minuman”.

Jayeng adalah tempat untuk orang yang bertugas

melakukan pekerjaan membuat air minum dalam

kegiatan rewang. Para tenaga rewang jayeng bertugas

mulai dari menyiapkan air, merebus air, menyiapkan dan

mencuci gelas hingga mengolah air menjadi teh

kemudian menuangkan ke dalam gelas. Pekerja di

jayeng biasanya terdiri dari 2 sampai 4 orang tergantung

tamu yang di undang berjumlah banyak atau sedikit.

2) Adang [adaŋ]

Kata adang menunjukkan satuan lingual yang berkelas

kata nomina yang merupakan orang yang bertugas menanak

nasi saat acara hajatan.

Adang yaitu seorang yang bekerja mengurus nasi saat

orang punya hajat. Seorang adang biasanya bertugas

menanak nasi, dari masih menjadi beras, kemudian di bilas

(di pususi) yang diwadahi dengan tumbu, di tanak di dalam

dandang sampai sudah menjadi nasi. Orang yang melakukan

adang biasanya terdiri dari ibu-ibu yang berjumlah 4 orang

atau lebih tergantung besar tidaknya hajatan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id63

3) Gedong [gəDɔŋ]

Kata gedong menunjukkan satuan lingual yang berkelas kata

nomina yang merupakan orang yang bertugas menjaga persediaan

bahan pangan.

Gedong yaitu seseorang yang bertugas menjaga persediaan

bahan pangan yang dibutuhkan selama acara hajatan dari awal

sampai akhir. Tugas gedong menjaga beras, gula, teh, sayuran

serta ubo rampe di dalam suatu kamar/ruangan yang disebut

bedong. Pekerja gedong terdiri dari dua putri dan sudah

berkeluarga. Tugas gedong yaitu mengeluarkan beras, gula, teh,

maupun sayuran untuk dimasak. Tugas tenaga rewang yang laki-

laki hanya mengangkat bahan saja, tidak ikut menunggu.

“gedong kui sentong daringan kebak. Gedong yo

nunggu kabeh beras, gula, teh sek soko sumbangane

uwong-uwong. Engko dicateti nek buku ben suk omben

isoh balekne nek sing wis nyumbang”( 01/RS/19

November 2018)

“gedong yaitu sentong daringan penuh. Gedong ya

menunggu semua beras, gula, teh dari sumbangan

orang-orang. Nanti dicatat di buku supaya nanti bisa

mengembalikan ke yang nyumbang”

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id64

d. Rewang [rewaŋ]

Rewang dilakukan dua sampai lima hari sebelum acara hajatan

dimulai. beberapa perkakas atau barang serta yang dibuat tenaga

rewang yaitu:

1) Pawon [pawɔn]

Kata pawon menunjukkan satuan lingual yang berkelas kata

nomina yang merupakan pagar pembatas.

Pawon yaitu dapur atau tempat yang digunakan untuk

memasak nasi dan lauk-pauk yang terbuat dari batu/padas

terkadang juga terbuat dari tanah liat. Bahan bakar yang

digunakan untuk menghidupkan pawon berupa kayu yang

dinyalakan dengan api,kayu tersebut diperoleh dari gotong

royong warga. Pawon juga biasa digunakan oleh tukang adhang

dan tukang jayeng. Dalam rewang ada sekitar 6 sampai 8 pawon

yang dibuat oleh warga, sehingga membutuhkan tempat yang

luas untuk meletakkan batu tersebut dan kemudian dijadikan

sebuah pawon. Pawon dibuat oleh gotong royong warga,

khususnya laki-laki dan dikerjakan satu minggu sebelum acara

dimulai.

2) Punjungan [punjuŋan]

Punjungan merupakan bentuk kata yang mendapat sufiks

berupa -an pada kata dasar . Punjungan bentuk kata dasar

yang berkelas kata kerja atau verba. Istilah punjungan berasal dari commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id65

bahasa Jawa yang berarti kegiatan mengundang seseorang yang

lebih tua maupun orang yang lebih dihormati dalam bentuk hantaran

makanan.

Punjungan yaitu suatu kegiatan mengundang seseorang yang

lebih tua maupun orang yang lebih dihormati dalam bentuk

makanan. Seorang tuan rumah yang akan menikahkan anaknya

akan mengutus pemuda dari karang taruna untuk melaksanakan

punjungan, tetapi ada juga yang menghantarkannya sendiri

sembari bersilaturahmi. Punjungan dilakukan pada saat atur-atur

atau 5 sampai 10 hari sebelum hajatan dimulai.

3) Ulih-ulih [ulIh-ulIh]

Ulih-ulih merupakan bentuk kata yang mendapat reduplikasi

pada kata dasar ulih. Ulih-ulih bentuk kata dasar yang berkelas

kata kerja atau verba. Istilah ulih-ulih berasal dari bahasa Jawa

yang berarti bingkisan yang diberikan kepada tamu yang datang

setelah acara selesai/ketika tamu hendak pulang.

Ulih-ulih yaitu bingkisan yang diberikan kepada tamu yang

datang setelah acara selesai/ ketika tamu hendak pulang. Ulih-ulih

hanya diberikan untuk tamu yang datang pada saat nyumbang

pagi, siang, sore, maupun malam. Dalam satu buah ulih-ulih

terdapat roti, nasi, pisang, maupun ketan. Ulih-ulih diberikan

kepada tamu yang datang membawa barang maupun dalam

bentuk uang. Adanya tradisi ulih-ulih ini meupakan simbol dari commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id66

resiprositas atau pada masyarakat Jawa dikenal dengan sebutan

pekewuh/ rasa sungkan, sehingga terjadi timbal balik dari masing-

masing pihak yang melakukannya.

4) Pecok bakal [pecɔ? Bakal]

Pecok bakal merupakan bentuk frasa yang berkategori nomina

atau kata benda. Frasa pecok bakal terdiri dari dua kategori

kata yang keduanya termasuk kata dasar yaitu kata ‘pecok’

memiliki kategori kata benda (nomina) dan kata ‘bakal’

berkategori kata benda (nomina).

Pecok bakal merupakan sesaji yang berisikan daun pisang

yang di bentuk segi empat/takir /sudi yang dilengkapi

dengan beras, cabai, garam, telur ayam ,kacang hijau, dan

bunga setaman. Pecok bakal merupakan tradisi yang masih

berkembang di Desa Tegalmade, pecok bakal ini di buat

guna menghargai arwah para leluhur masyarakat Desa

Tegalmade yang telah menjadi cikal bakal berdirinya atau

terdapatnya Desa Tegalmade tersebut. Sebagai rasa syukur

dan terima kasih, maka ketika orang akan menyelenggarakan

hajatan, tuan rumah dibantu dengan tenaga rewang membuat

pecok bakal sebagai sesaji untuk para leluhur.

5) Kembang telon [kəmbaŋ təlɔn]

Kembang telon merupakan bentuk frasa yang berkategori

nomina atau kata benda. Frasa kembang telon terdiri dari dua commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id67

kategori kata yang keduanya termasuk kata dasar yaitu kata

‘kembang’ memiliki kategori kata benda (nomina) dan kata

‘telon’ berkategori kata benda (nomina).

Kembang telon yaitu bunga yang digunakan dalam

pernikahan adat Jawa yang berjumlah lebih dari satu atau

maksimal tiga jenis. Jenis bunga yang digunakan dalam

pembuatan kembang telon yaitu bunga kanthil, bunga melati,

dan bunga kenanga, ada juga yang memakai bunga kanthil,

bunga mawar, dan bunga kenanga, setelah itu baru dibuat

bunga setaman dengan alas daun pisang yang berwarna hijau

kekuningan. Tiga bunga ini dijadikan satu dalam satu

wadah/tempat. Yang menyediakan kembang telon biasanya

tenaga rewang perempuan.

e. Pasang Tarub [pasaŋ tarUb]

Bila tanggal dan hari pernikahan sudah disetujui, maka

dilakukan langkah selanjutnya yaitu pemasangan tarub

menjelang hari pernikahan. Tarub dibuat dari daun kelapa yang

sebelumnya telah dianyam dan diberi kerangka dari bambu, dan

ijuk atau welat sebagai talinya. Agar pemasangan tarub ini

selamat, dilakukan upacara sederhana berupa penyajian nasi

tumpeng lengkap. Bersamaan dengan pemasangan tarub,

dipasang juga tuwuhan. Yang dimaksud dengan tuwuhan adalah

sepasang pohon pisang raja yang sedang berbuah, yang dipasang commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id68

di kanan kiri pintu masuk. Pohon pisang melambangkan

keagungan dan mengandung makna berupa harapan agar

keluarga baru ini nantinya cukup harta dan keturunan. Biasanya

di kanan kiri pintu masuk juga diberi daun kelor yang bermaksud

untuk mengusir segala pengaruh jahat yang akan memasuki

tempat upacara, begitu pula janur yang merupakan simbol

keagungan.

1) Tarub [tarUb]

Kata tarub menunjukkan satuan lingual yang berkelas

kata nomina yang merupakan pagar pembatas.

Tarub yaitu nama lain dari tarub adalah kajang yang

merupakan rumah buatan sementara atau rumah sewaan

sementara selama hajatan berlangsung. Orang punya hajat

menggunakan kajang dikarenakan jika menggunakan rumah

sendiri tidak akan muat menampung tamu dan para rewang

untuk menghadiri acaranya. Kajang biasanya terbuat dari

atep/daun-daunan padi/damen. Dalam pemasangan kajang

biasanya diperlukan tenaga 6 orang untuk memasangnya,

dengan rincian 2 orang di atas, 2 orang di bawah, dan 2 orang

lainnya yang mengambilkan barang berupa atep. Disebut

dengan tarub jika tenda yang dibuat berukuran kecil dan

disebut dengan kajang jika tenda yang dibuat berukuran

besar atau panjang. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id69

2) Kerun [kərUn]

Kata kerun menunjukkan satuan lingual yang berkelas

kata nomina yang merupakangapura pada orang hajatan

perkawinan.

Kerun yaitu gapura yang terbuat dari bambu dan

dipasang selama kurang lebih satu bulan sebelum dan

sesudah upacara perkawinan. Satu hari menjelang upacara

perkawinan biasanya dipasangi dengan tuwuhan yaitu daun-

daunan dan diberi janur yang menjuntai kebawah.

Kerun dibuat oleh tenaga rewang laki-laki yang dimintai

khusus oleh yang punya hajat. Tidak semua orang dapat

membuat kerun, hanya beberapa saja yang bisa. Terkadang,

masyarakat Desa Tegalmade yang membuat kerun juga

mengajak bebrapa orang guna membantu menyelesaikan

pembuatan kerun dan supaya ada yang meneruskan

pembuatan kerun, sehingga tidak perlu membeli dari luar.

Pembuatan kerun dilakukan satu bulan sebelum acara

hajatan dimulai, dan ketika sudah selesai, maka akan

dipasang pada pintu pagar yang punya hajat.

3) Bleketepe [blƹkətepe]

Kata bleketepe menunjukkan satuan lingual yang

berkelas kata nomina yang merupakan anyaman yang

terbuat dari daun kelapa. Bleketepe yaitu anyaman yang commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id70

terbuat dari daun kelapa yang berwarna hijau (blarak).

Bleketepe dipasang pada sela-sela tarub.

4) Jaro [jaro]

Kata jaro menunjukkan satuan lingual yang berkelas

kata nomina yang merupakan pagar pembatas.

Jaro yaitu pagar yang digunakan untuk pembatas

wilayah pekarangan rumah yang mempunyai hajat

perkawinan. Dibuat dari anyaman bambu seperti pagar dan

ditempatkan pada samping kerun dan berjumlah dua.

Dalam masyarakat Desa Tegalmade, yang masih menganut

kejawen, pasti di samping rumah yang punya hajat akan

diberi jaro.

5) Tuwuhan [tuwuhan]

Tuwuhan merupakan bentuk kata yang mendapat

sufiks berupa -an pada kata dasar tuwuh. Tuwuhan bentuk

kata dasar yang berkelas kata benda atau nomina. Istilah

tuwuhan berasal dari bahasa Jawa yang berarti tumbuhan.

Dekorasi yang dipasang pada kerun berupa tandanan

pisang, buah kelapa, dan daun-daunan.

Tuwuhan yaitu salah satu perlengkapan yang

digunakan dalam perkawinan seseorang (Nomina) yang

merupakan salah satu perlengkapan dalam dekorasi yang

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id71

berupa tumbuh-tumbuhan (pepasren). Jenis tumbuhan itu

antara lain:

- Dua batang pisang raja beserta tandanan pisangnya,

dipasang disebelah kanan dan kiri

- Tebu putih

- Dua kelapa gading yang masih muda yaitu buah kelapa

yang dagingnya masih muda (degan)

- Daun kapas

- Daun tumbuhan keluwih

- Daun alang-alang

- Daun dhadhap serep

- Daun ringin

- Daun apa-apa

- Padi

Tuwuhan biasanya dipasang satu atau dua hari sebelum

acara hajatan diselenggarakan.

f. Midodareni [midɔdarƹni]

Rangkaian upacara midodareni diawali dengan upacara siraman.

Upacara siraman dilakukan sebelum acara midodareni. Tempat

untuk siraman dibuat sedemikian rupa sehingga nampak seperti

sendang yang dikelilingi oleh tanaman beraneka warna. Pelaku

siraman adalah orang yang dituakan yang berjumlah tujuh diawali

dari orangtua yang kemudian dilanjutkan oleh sesepuh lainnya. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id72

Setelah siraman, calon pengantin membasuh wajah (istilah Jawa:

raup) dengan air kendi yang dibawa oleh ibunya, kemudian kendi

langsung dibanting/dipecah sambil mengucapkan kata-kata:

“cahayanya sekarang sudah pecah seperti bulan purnama”. Setelah

itu, calon penganten langsung dibopong oleh ayahnya ke tempat

ganti pakaian.

Setelah berganti busana, dilanjutkan dengan acara potong rambut

yang dilakukan oleh orangtua pengantin wanita. Setelah dipotong,

rambut dikubur di depan rumah. Setelah rambut dikubur, dilanjutkan

dengan acara “ dawet”. Yang berjualan dawet adalah ibu dari

calon pengantin wanita dengan dipayungi oleh suaminya. Uang

untuk membeli dawet terbuat dari kreweng (pecahan genting) yang

dibentuk bulat. Upacara dodol dawet dan cara membeli dengan

kreweng ini mempunyai makna berupa harapan agar kelak kalau

sudah hidup bersama dapat memperoleh rejeki yang berlimpah-

limpah seperti dalam dawet dan tanpa kesukaran seperti

dilambangkan dengan kreweng yang ada di sekitar kita.

Menginjak rangkaian upacara selanjutnya yaitu upacara

midodareni. Berasal dari kata widadari, yang artinya bidadari.

Midadareni merupakan upacara yang mengandung harapan untuk

membuat suasana calon penganten seperti widadari. Artinya, kedua

calon penganten diharapkan seperti widadari-widadara, di belakang

hari bisa lestari, dan hidup rukun dan sejahtera. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id73

1) Dodol dawet [dɔdɔl dawət]

Dodol dawet merupakan bentuk frasa yang berkategori verba

atau kata kerja. Frasa dodol dawet terdiri dari dua kategori kata

yang keduanya termasuk kata dasar yaitu kata ‘dodol’ memiliki

kategori kata kerja (Verba) dan kata ‘dawet’ berkategori kata

benda (nomina).

Dodol dawet yaitu kegiatan yang dilakukan oleh tuan rumah

(ibu dari anak yang akan melaksanakan pernikahan) dengan

menjual minuman dawet kepada sanak saudara dan tetangga

terdekat. Pada saat sang ibu berjualan dawet, peran bapak dalam

dodol dawet yaitu memayungi si ibu, sedangkan sang anak putri

menemani ibunya dalam berjualan. Dodol dawet dilaksanakan di

halaman rumah maupun di emperan rumah hajatan. Dawet terbuat

dari air santan yang dicampur dengan gula jawa dan di dalamnya

terdapat cendol yang biasanya berwarna hijau serta ditaruh dalam

wadah yang terbuat dari tanah liat (kendi).

2) Kembar mayang [kəmbar mayaŋ]

Kembar mayang merupakan bentuk frasa yang berkategori

nomina atau benda. Frasa kembar mayang terdiri dari dua

kategori kata yang keduanya termasuk kata dasar yaitu kata

‘kembar’ memiliki kategori kata adjektiva (adj) dan kata

‘mayang’ berkategori kata benda (nomina).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id74

Kembar mayang yaitu kegiatan yang dilakukan beberapa

orang laki-laki yaitu membuat suatu bunga yang terbuat dari

gedebog pisang yang telah dibersihkan dan diambil bagian

tengahnya kemudian dihias dengan rangkaian janur serta

dengan beberapa aksesoris berupa buah-buahan, sehingga

tampak indah yang diberikan calon pengantin pria sebagai

persembahan kepada pengantin wanita. Kembar mayang terdiri

dari gedebog pisang, nanas, janur kuning, wortel, salak, jeruk,

dan terkadang diberi hiasan kerta warna-warni.

g. Akad Nikah [akad nikah]

Akad nikah adalah inti dari acara perkawinan. Biasanya akad

nikah dilakukan sebelum acara resepsi. Akad nikah disaksikan oleh

sesepuh/orang tua dari kedua calon penganten dan orang yang

dituakan. Pelaksanaan akad nikah dilakukan oleh petugas dari

catatan sipil atau petugas agama.

h. Panggih [paŋgIh]

Upacara panggih dimulai dengan pertukaran kembar mayang,

kalpataru dewadaru yang merupakan sarana dari rangkaian

panggih. Sesudah itu dilanjutkan dengan balangan suruh, ngidak

endhog, dan mijiki. Dalam acara panggih sudah dimulai acara

resepsi, maka pengantin sudah duduk di kursinya, serta tamu

undangan sudah datang. Beberapa tenaga rewang yang ada dalam

panggih antara lain: commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id75

1) Patah [patah]

Kata patah menunjukkan satuan lingual yang berkelas kata

nomina yang merupakan anakyang diria untuk menemani manten

dan mengipasi manten.

Patah merupakan dua orang anak kecil yang melayani manten.

Dimulai dari berjalan di depan manten, dan saat pengantin duduk,

mereka bertugas untuk mengipasi manten. Usia seorang patah

berkisar dari 4-8 tahun.

“patah kuwi anak cilik wedok loro, yo tugase ngepasi

mantene, mergo jaman biyen durung enek kipas

angin, ben ora sumuk anggone lungguh ning kursi

manten. Patah di dandani kembar ben podo kiwo lan

tengene”( 01/RS/19 November 2018)

“patah itu anak kecil perempuan yang berjumlah 2

orang, tugasnya mengipasi pengantin, hal ini

dikarenakan pada zaman dahulu belum ada kipas

angin, supaya tidak gerah kedua manten saat duduk di

kursi manten. Patah dirias sama supaya sama kiri dan

kanannya”

2) Sinoman [sinɔman]

Kata sinoman menunjukkan satuan lingual yang berkelas kata

nomina yang merupakan orang yang muda/ pemuda dan pemudi

yang menjadi pelayan pada acara orang hajatan. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id76

Sinoman yaitu orang yang muda/ pemuda dan pemudi yang

menjadi pelayan pada acara orang hajatan. Definisi sinoman adalah

sekelompok pemuda yang membantu keluarga yang sedang

mempunyai hajat sebagai pelayan tamu (terutama di perdesaan)

(KBBI offline). Tugas dari sinoman ini dimulai saat pembuatan

rantaman hingga selesai berakhir. Seorang sinoman bekerja

mengedarkan undangan dan menjadi pelayan untuk tamu yang

datang. Sinoman bekerja dari pagi hingga malam dengan

pembagian tugas. Saat bekerja seorang sinoman biasa dipanggil

dengan nyinom. Ketika telah selesai nyinomi, maka tuan rumah

akan memberikan bingkisan kepada sinoman dan mengucapkan

terima kasih. Hal ini sebagai bentuk dari orang Jawa yaitu saling

tolong-menolong.

3) Among rawuh [amɔŋ rawUh]

Among rawuh merupakan bentuk frasa yang berkategori nomina

atau benda. Frasa among rawuh terdiri dari dua kategori kata yang

keduanya termasuk kata dasar yaitu kata ‘among’ memiliki kategori

kata kerja (Verba) dan kata ‘rawuh’ berkategori kata benda

(nomina).

Among rawuh yaitu Among rawuh/tamu merupakan kegiatan

yang dilakukan untuk menyambut tamu yang datang. Pada saat

among rawuh/tamu yang mempersilakan tamu untuk duduk dan

menikmati makan atau yang tersedia yaitu para among commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id77

rawuh yang terdiri dari bapak-bapak dan ibu-ibu yang jumlahnya

banyak atau tidak terbatas dengan sikap yang ramah. Para peserta

among rawuh dipilih oleh tuan rumah berupa sanak saudara dan

sebagian berasal dari pamong-pamong desa yang dipilih oleh Pak

RT.

“among tamu yo sek ngarahke tamu sek teko ben

dang oleh kursi, ngombe, karo maem. Yen kursine

entek, among tamu yo kudu nggolekne panggon,

ibarate tamu kui raja ratu” (03/RW/05 Mei 2018)

“among tamu yang mengarahkan tamu yang

datang supaya cepat dapat kursi, minum, dan

makan. Kalau kursi habis, tugas among tamu yang

harus mencarikan tempat, ibaratkan tamu itu raja

dan ratu”.

i. Kirab [kirab]

Upacara kirab berupa arak-arakan yang terdiri dari domas, cucuk

lampah, dan keluarga dekat untu menjemput atau mengiringi

pengantin yang akan keluar dari tempat panggih ataupun akan

memasuki tempat panggih. Kirab merupakan suatu simbol

penghormatan kepada kedua pengantin yang dianggap sebagai raja

sehari yang diharapkan kelak dapat memimpin dan membina

keluarga dengan baik.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id78

1) Domas [Domas]

Kata domas menunjukkan satuan lingual yang berkelas kata

nomina yang merupakan wanita yang masih muda yang

menggandeng pengantin wanita.

“putri domas biasane soko keluargane dewe, yen

ora kui soko konco-konco manten wedok, tugase

nganti manten tekan kursi manten” (02/RJ/19

November 2018)

“putri domas biasanya dari keluarga sendiri, kalau

tidak dari teman-teman pengantin putri, tugasnya

menggandeng pengantin sampai ke kursi manten”

Domas yaitu proses arak-arakan yang dilakukan

oleh gadis-gadis muda/perawan untuk mengiringi

pengantin putri menuju tempat duduk pengantin. Domas

atau yang biasa disebut dengan putri domas biasanya

berjumlah paling sedikit dua orang.

j. Jenang Sumsuman [jənaŋ sumsum]

Upacara jenang sumsuman dilakukan setelah semua acara

perkawinan selesai. Dengan kata lain, jenang sumsuman merupakan

ungkapan syukur karena acara berjalan dengan baik dan selamat,

tidak ada kurang satu apapun, dan semua dalam keadaan sehat

walafiat. Biasanya jenang sumsuman diselenggarakan pada malam

hari, yaitu malam berikutnya setelah acara perkawinan. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id79

Jenang sumsum merupakan bentuk frasa yang berkategori

nomina atau kata benda. Frasa jenang sumsum terdiri dari dua

kategori kata yang keduanya termasuk kata dasar yaitu kata ‘jenang’

memiliki kategori kata benda (nomina) dan kata ‘sumsum’

berkategori kata benda (nomina).

Jenang sumsum yaitu makanan berbentuk bubur yang terbuat dari

tepung beras yang dicampur dengan santan kemudian dimasak

dengan cara di aduk-aduk sampai mengental dan matang. Dalam

adat rewang Desa Tegalmade, jenang sumsum diberikan kepada

para perewang sehari atau selapan (lima hari) setelah orang punya

hajat, hal ini dimaksudkan untuk mengembalikan tenaga para

perewang yang telah lelah bekerja berhari-hari untuk membantu

acara hajatan sampai selesai.

“jaman biyen, yen enek sek rewang manten

kudu gawe jenang sumsum. Wajibe ben

ngilangi kesele balung sumsum poro tenaga

rewang sek wis rekasa. Yen enek tenaga rewang

sek ora keduman opo pas lagi mulih, kudu di

gowokne koncone gek diterke nek omahe, kui

wis syarate” (02/RJ/ 19 November 2018).

“Zaman dulu, jika ada yang rewang manten

harus membuat jenang sumsum. Wajib untuk

menghilangkancommit to user capeknya tulang sumsum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id80

tenaga rewang yang sudah susah payah. Jika

ada tenaga rewang yang tidak kebagian atau pas

lagi pulang, harus dibawakan temannya dan di

antar ke rumahnya, itu sudah syaratnya”.

C. Tradisi Rewang Kematian

Dalam tradisi rewang kematian di Desa Tegalmade, hal-hal yang

menjadi urutan dalam merawat orang meninggal yaitu sebagai berikut:

1. Lelayu (memberitakan kematian),

2. Ngrukti Laya (mengurus jenazah dari memandikan,

menyemayamkan, mensholatkan),

3. Pambudhaling Laya (memberangkatkan jenazah, kegiatan

sepanjang menuju makam, sampai doa di pemakaman), termasuk

urusan administrasi yang berkaitan dengan kematian.

Masyarakat Desa Tegalmade dalam merawat jenazah yaitu:

1) Nyuceni laya [ñucƹni lɔyɔ]

Nyuceni laya merupakan bentuk frasa yang berkategori verba

atau kata kerja. Frasa nyuceni laya terdiri dari dua kategori kata yang

keduanya termasuk kata dasar yaitu kata ‘nyuceni’ memiliki

kategori kata verba (V) dan kata ‘laya’ berkategori kata benda

(nomina).

Nyuceni laya yaitu memandikan jenazah, membersihkan badan

jenazah dari najis sebelum dikafani dan disholatkan, utamanya

pada bagian kemaluan, kemudian keseluruh bagian tubuh dari commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id81

ujung rambut sampai ujung kaki. Piranti yang digunakan untuk

memandikan jenazah yaitu air bersih, ember, shampo dan sabun

mandi, daun kelor, bunga setaman, dan kain jarik. Dalam

masyarakat Desa Tegalmade, memandikan jenazah disebut juga

dengan ngadusi mayit. Jika mayat berjenis kelamin wanita, maka

yang memandikan para tenaga rewang wanita dibantu yang laki-

laki berupa bapak modin dan keluarganya saja, begitupun

sebaliknya dengan mayat laki-laki, yang memandikan juga tenaga

rewang laki-laki dengan dibantu bapak modin serta beberapa

keluarga.

2) Ngrukti laya [ŋrukti lɔyɔ]

Ngrukti laya merupakan bentuk frasa yang berkategori verba atau

kata kerja. Frasa ngrukti laya terdiri dari dua kategori kata yang

keduanya termasuk kata yaitu kata ‘ngrukti’ memiliki kategori kata

verba (V) dan kata ‘laya’ berkategori kata benda (nomina).

Ngrukti laya yaitu kegiatan merawat jenazah yang dilakukan

setelah memandikan jenazah, yaitu berupa mengkafani jenazah,

menyemayamkan, dan mensholatkan jenazah.

a. Mengkafani jenazah [məŋkafani jənazah]

Mengkafani jenazah merupakan bentuk frasa yang

berkategori verba atau kata kerja. Frasa mengkafani jenazah

terdiri dari dua kategori kata yang keduanya termasuk kata yaitu

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id82

kata ‘mengkafani’ memiliki kategori kata verba (V) dan kata

‘jenazah’ berkategori kata benda (nomina).

Beberapa orang membalut tubuh jenazah yang sudah

dimandikan dengan menggunakan kain mori/kafan yang

berwarna putih. Kain yang digunakan untuk mengkafani laki-

laki dan perempuan berbeda jumlahnya, untuk laki-laki yaitu

tiga lembar kain kafan dan untuk perempuan lima lembar kain

kafan (dua lembar kain panjang yang cukup untuk membungkus

seluruh tubuh, kain sarung untuk membalut tubuh dari pusar

sampai lutut, baju kerudung, kerudung kain untuk penutup

kepala). Untuk setiap kain kafan yang digunakan, maka akan

ditambahi panjangnya dari panjang tubuh, hal ini dimaksudkan

agar mudah mengikat bagian atas kepala dan bagian bawahnya.

“ngafani jenazah kui yo biasane pak mudin karo aku

mbak, yen ibu Ngadini dek wingi gandeng wedok

kudu dikei kruduk. Titikane yen wedok 5 lembar yen

kakung 3 lembar. Kain kafane biasane wis sepaket

karo pas tuku keranda. Kaine di potoli nganggo

gunting, ning yen biasane mudine ger dikekrek

nganggo tangan. Yen isoh ngafanine diwujurke

ngalor opo ngulon, koyo sunahe rasul” (04/RH/7

Desember 2018).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id83

“mengkafani jenazah itu ya biasanya pak mudin dan

saya mbak, kalau Ibu Ngadini kemarin berhubung

perempuan harus diberi kerudung. Patokannya kalau

wanita 5 lembar kain kalau pria 3 lembar kain. Kain

kafan biasanya sudah sepaket saat membeli keranda.

Kain di potong menggunakan gunting, tapi biasanya

pak Mudin hanya ditarik dengan tangan. Kalau

mengkafani sebisa mungkin dibujurkan ke utara atau

barat, seperti sunah rasul”.

b. Menyemayamkan jenazah [məñəmayamkan jənazah]

Menyemayamkan jenazah merupakan bentuk frasa yang

berkategori verba atau kata kerja. Frasa menyemayamkan

jenazah terdiri dari dua kategori kata yang keduanya termasuk

kata yaitu kata ‘menyemayamkan’ memiliki kategori kata verba

(V) dan kata ‘jenazah’ berkategori kata benda (nomina).

Menyemayamkan jenazah yaitu mendiamkan jenazah yang

telah dikafani pada ruang tengah, menyemayamkan jenazah juga

sekaligus mensholatkan jenazah. Jenazah di baringkan pada

papan atau dengan dua buah kursi yang diletakkan di bagian

ujung kepala dan kaki kemudian dengan kepala terletak pada

utara. Dalam adat Jawa, piranti yang diperlukan untuk

menyemayamkan jenazah yaitu peti, sentir atau tintir, clupak,

minyak klentik, sisir rambut, cermin, serta minyak wangi, benang commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id84

lawe, jarum, sapu gerang, kembang setaman, dan banta yang

terbuat dari kain yang di dalamnya diisi irisan daun mangkok,

daun pandan, daun handong, dan lain-lain. Namun seiring

berjalannya waktu, pada sentir atau tintir, clupak, dan minyak

klentik sudah digantikan dengan lilin.

3) Pambudhaling Laya [pambuDalIŋ lɔyɔ]

Pambudhaling layon terdiri atas dua kata yaitu

pambudhaling+layon. Pambudhaling ‘pemberangkatan’ merupakan

bentuk afiksasi berkelas kata nomina yang berasal dari kata dasar

budhal ‘berangkat’, sedangkan layon adalah mayat atau jenazah.

Pambudhaling layon ‘pemberangkatan jenazah’ dilafalkan dengan

bentuk bunyi [pambuDalIŋ layɔn].

Pambudhaling layon adalah pemberangkatan jenazah menuju

makam. Ketika mengantar menuju makam jenazah akan diiringi

oleh beberapa orang. Peti akan diangkat dengan posisi dipanggul

oleh maksimal terdiri atas empat orang laki-laki. Adapun kegiatan

dalam pambudhaling layon adalah sebagai berikut:

a. Brobrosan [brɔbɔsan]

Kata brobosan menunjukkan satuan lingual yang berkelas

kata kerja yang merupakan menerobos jenazah yang dilakukan

keluarga dari orang yang telah meninggal.

Brobosan yaitu kegiatan yang dilakukan oleh keluarga orang

yang telah meninggal. Keluarga akan menerobos jenazah dari commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id85

bawah satu-persatu. Brobosan dilakukan ketika jenazah yang

telah dimasukkan ke dalam peti diangkat keluar rumah setelah

doa kematian selesai. Pada saat di depan rumah, jenazah berhenti

sebentar kemudian para keluarga berkumpul dari mulai anak

hingga cucu, kemudian berjalan berurutan melewati peti yang

berada di atas mereka selama tiga kali dan searah jarum jam.

b. Bidhal laya [biDal lɔyɔ]

Bidhal laya merupakan bentuk frasa yang berkategori verba

atau kata kerja. Frasa bidhal laya terdiri dari dua kategori kata

yang keduanya termasuk kata yaitu kata ‘bidhal’ memiliki

kategori kata verba (V) dan kata ‘laya’ berkategori kata benda

(nomina).

Bidhal laya merupakan proses yang dilakukan oleh tenaga

laki-laki dengan menggali tanah di kuburan untuk mengubur

jenazah. Menguburkan jenazah ini sifatnya wajib bagi setiap

orang, sehingga masyarakat gotong royong ada yang mengurus

jenazah dirumah dan ada yang mengurus di kuburan.

4) Selametan [slamətan]

a. Surtanah atau geblag [sUrtanah atau gəblag]

Surtanah dilakukan pada hari meninggalnya jenazah.

Surtanah yaitu upacara untuk menandakan bergesernya

kehidupan fana ke alam baka. Semua makhluk hidup berasal dari commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id86

tanah, begitupun dengan manusia, sehingga akan kembali lagi ke

tanah. Surtanah bisa disamakan dengan kenduren dalam

masyarakat Desa Tegalmade.

Dalam slametan surtanah di Desa Tegalmade menggunakan

ubo rampe sebagai berikut /sega gurih, ingkung, urap,

cabai merah, , rambak, kedelai hitam, bawang merah,

kembang kenanga, garam, dan tumpeng yang dibelah.

b. Yasinan [yasinan]

Yasinan merupakan bentuk kata yang mendapat sufiks

berupa -an pada kata dasar yasin. Yasinan bentuk kata dasar yang

berkelas kata benda atau nomina. Istilah yasinan berasal dari

bahasa Jawa yang berarti surat yasin.

Yasinan yaitu acara yang dilakukan saat ada orang yang

meninggal dunia dan dilakukan di rumah orang yang meninggal

tersebut. Yasinan dilakukan pada malam hari setelah acara

pemakaman dilaksanakan. Dilakukan setelah sholat maghrib

sampai menjelang sholat isya’ . Yasinan dipimpin oleh orang tua

anggota majelis masjid. Dalam yasinan, anggota keluarga beserta

tetangga dan sanak saudara membacakan surat yasin untuk

dikirim kepada yang sudah meninggal.

c. Empat puluh hari (matang puluh dina) [mataŋ pulUh dinɔ]

Empat puluh hari merupakan bentuk frasa yang berkategori

verba atau kata kerja. Frasa empat puluh hari terdiri dari dua commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id87

kategori kata yang keduanya termasuk kata yaitu kata ‘empat

puluh’ memiliki kategori kata bilangan (nomina) dan kata ‘hari’

berkategori kata benda (nomina).

Empat puluh hari yaitu upacara yang dilakukan untuk

memperingati empat puluh hari meninggalnya seseorang.

Dalam bahasa Jawa empat puluh hari disebut juga dengan

matang puluh dina.

d. Seratus hari (nyatus) [ñatUs]

Seratus hari merupakan bentuk frasa yang berkategori verba

atau kata kerja. Frasa seratus hari terdiri dari dua kategori kata

yang keduanya termasuk kata yaitu kata ‘seratus’ memiliki

kategori kata bilangan (nomina) dan kata ‘hari’ berkategori kata

benda (nomina).

Seratus hari yaitu upacara yang dilakukan untuk

memperingati seratus hari meninggalnya seseorang. Dalam

bahasa Jawa seratus hari disebut juga dengan nyatus dina.

e. Pendak pisan [pənda? Pisan]

Pendak pisan merupakan bentuk frasa yang berkategori

verba atau kata kerja. Frasa pendak pisan terdiri dari dua kategori

kata yang keduanya termasuk kata yaitu kata ‘pendak’ memiliki

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id88

kategori kata benda (nomina) dan kata ‘pisan’ berkategori kata

bilangan (nomina).

Pendak pisan yaitu upacara yang dilakukan untuk

memperingati meninggalnya seseorang pada satu tahun pertama.

f. Pendak pindo [pənda? Pindo]

Pendak pindo merupakan bentuk frasa yang berkategori

verba atau kata kerja. Frasa pendak pisan terdiri dari dua kategori

kata yang keduanya termasuk kata yaitu kata ‘pendak’ memiliki

kategori kata benda (nomina) dan kata ‘pindo’ berkategori kata

bilangan (nomina).

Pendak pindo yaitu upacara yang dilakukan untuk

memperingati meninggalnya seseorang pada tahun kedua.

g. Nyewu [ñewu]

Nyewu merupakan bentuk kata yang mendapat afiks berupa

ny- pada kata dasar sewu. Nyewu bentuk kata dasar yang

berkelas kata benda atau nomina. Istilah nyewu berasal dari

bahasa Jawa yang berarti selamatan seribu hari pasca

meninggalnya seseorang. Istilah tersebut dilafalkan dengan

bentuk bunyi [ñéwu].

Nyewu bersala dari kata “nyewu” dari bahasa Jawa yang

berarti seribu. Nyewu yaitu acara yang diselenggarakan kerabat

dari orang yang meninggal pada hari yang ke-1000. Nyewu

merupakan akhir/penutup pada selamatan yang dilakukan untuk commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id89

orang yang meninggal. Biasanya dalam masyarakat Desa

Tegalmade, puncak dari segala selamatan pada orang meninggal

yaitu ada di selamatan nyewu ini. Mereka akan memasak

masakan yang cukup banyak dan mengundang orang banyak,

seperti hajatan dalam perkawinan.

2. Makna Kultural dan Pandangan Hidup Masyarakat melalui Istilah-

Istilah Tradisi Rewang pada Masyarakat Desa Tegalmade

Berdasarkan penelitian, berikut merupakan istilah-istilah yang memiliki makna

kultural dan pandangan hidup masyarakat dalam tradisi rewang di Desa

Tegalmade.

Pada penelitian tradisi rewang di Desa Tegalmade, peneliti menemukan istilah-

istilah bermakna kultural berbentuk kata dan frasa dalam peranti dan alat tradisi,

maupun nama pekerja rewang yang digunakan pada proses tradisi berikut:

A. Rewang pada Kelahiran

1) Inthuk-inthuk [inThu?- inThu?]

Makna kultural dari adanya inthuk-inthuk yaitu nasi tumpeng bancakan

yang dibuat untuk penghormatan kepada batur (teman) atau sing momong

bayi.

Dalam kepercayaan masyarakat Desa Tegalmade, sesajen inthuk-inthuk

dapat dikatakan sebagai miniatur dari seluruh sesaji weton. Bedanya, sesaji

inthuk-inthuk ini dipersembahkan khusus untuk menjamu arwah para

leluhur, termasuk juga roh-roh pamomong yang mendampingi dan

mengayomi jabang bayi atau orang yang diperingati wetonnya. Sebab, di commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id90

dalam pemahaman masyarakat Jawa, roh-roh pun masih membutuhkan

makan dan minum, hanya saja bedanya roh-roh tersebut makan dan minum

sari dari sesaji yang diberikan.

“inthuk-inthuk kui dinggo ngormati bature bayi mulo

diwenehke ning batur karo ngisor kasur. Bayi ki sing momong

yo enek ning paturone bayi, dadi kudu digawekne inthuk supaya

mantuk kersane sing jaga sedulure” (02/RJ/19 November 2018)

“Inthuk-inthuk itu untuk menghormati batur bayi sehingga

diberi di batur dan bawah kasur bayi. bayi yang

momong/menjaga ya ada di tempat tidurnya, jadi harus

dibuatkan inthuk-inthuk supaya manthuk/mau untuk menjaga

saudaranya”

Wetonan juga jadi wujud penghormatan pada ibu sebagai orang yang

mbabar wiji dan yang mewujudkan cinta yang sesungguhnya. Orang yang

memperingati wetonan diingatkan akan semangat hidup dan berani

mencintai seperti cinta seorang ibu.

2) Jenang abang putih [jənaŋ abaŋ putIh]

Makna kultural dari jenang abang putih yaitu menurut Mbah Atmo Jinem,

jenang abang sebagai simbol abang si jabang bayi dan jenang putih sebagai

simbol suci, lahir dalam keadaan suci tanpa .

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id91

“wong lahir ning donya iku bentuke janin sek enek getehe, yen

wis diilaki dadi putih resik tanpa reget” (02/RJ/19 November

2018)

“orang lahir kedunia itu berbentuk janin yang ada darahnya,

dan jika sudah dibersihkan akan putih bersih”

Jenang abang putih juga sebagai lambang keberanian serta kesucian jiwa,

dan sebagai simbol untuk memberikan penghormatan kepada kedua orang

tua.

Jenang abang putih dibuat dari bekatul, karena pada zaman dahulu bekatul

banyak dan mudah dijumpai, serta harganya yang realtif terjangkau.

“ jenang abang putih iku maknane ben ngeki bukti sah

dinggo sing momong bayi” (02/RJ/19 November 2018)

“jenang abang putih itu maknanya untuk memberi bukti

yang sah untuk yang momong bayi”

3) Jenang baro-baro [jənaŋ baro-baro]

Makna kultural dari jenang baro-baro menurut Mbah Sukinah yaitu

sebagai permohonan keselamatan pada Tuhan YME untuk menjaga bayi

dan ibunya dari marabahaya.

Sama seperti jenang abang putih, jenang baro-baro yang digunakan

untuk kelahiran bayi juga memberikan makna menjaga bayi dan ibu, serta

sebagai penghormatan kepada yang momong bayi.

Jenang baro-baro dibuat saat sepasaran bayi, dibuat oleh tenaga rewang

wanita. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id92

4) Sega asahan [səgɔ asahan]

Makna kultural dari sega asahan yaitusarana untuk mengesahkan

kehidupan si jabang bayi yang baru lahir di dunia.

“sega asahan kangge ngesahaken wilujeng slamet ibu lan

bayine” (02/RJ/19 November 2018).

“Nasi asahan untuk mengesahkan kehidupan yang selamat

untuk ibu dan bayi”

Sega asahan juga merupakan lambang dari harapan yang telah tercapai

atau terlaksana dan tidak ada hal-hal yang kurang dan diharapkan keadaan

ibu dan bayi sehat wal afiat.

Dalam pembuatan sega asahan, tenaga rewang yang bekerja lebih dari

satu orang, hal ini dikarenakan ada orang yang menanak nasi dan yang

lainnya membuat lauk-pauk/ lawuh, yaitu :

- Serundeng [sərundƹŋ]: gandheng renteng maksudnya renteng-renteng

urip ‘kesejahteraan dalam hidup’ artinya antara lahir dan batin harus

seimbang untuk mewujudkan kehidupan yang bahagia.

- Peyek [pƹyƹ?]: makanan yang terbuat dari adonan tepung dan kedelai

hitam. Peyek sebagai lambang bersatunya masyarakat dengan

kebudayaan. Kedelai hitam sebagai simbol dari kebudayaan dan adonan

tepung sebagai simbol dari kehidupan masyarakat. Meskipun

masyarakat mempunyai kebudayaan yang berbeda, namun memiliki

tujuan yang sama dalam kehidupan yaitu hidup damai dan tentram.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id93

- Tahu dan tempe [tahu dan tempe] : merupakan pelengkap dari adanya

sega asahan. Tahu dan tempe melambangkan kesederhanaan hati,

karena tempe dapat dikonsumsi dari rakyat biasa sampai orang kaya,

dan harganya yang relatif murah.

5) Sega golong [səgɔ gɔlɔŋ]

Makna kultural dari sega golong yaitu bahwa masyarakat Desa

Tegalmade pada pembuatan sega golong yaitu dengan cara dibuat bulat

kecil-kecil, ini merupakan suatu kebulatan tekad untuk menerima sesuatu

yang baik.

Nasi golong biasa dibuat pada saat brokohan bayi.

“sega golong kui sega sek dikepel-kepel utawa dipenak.

Mengke nek lantur, nek sing due hak terusan mboten dang

lahir kan enek kondone, sega uduk, ingkung lan gedang

pirang tangkep. Nek sing lunas biasa” (02/RJ/19 November

2018)

“sega golong itu nasi yang dikepal-kepal atau dipenak.

Nanti kalau lantur, kalau yang punya hak bayinya tidak lahir-

lahir maka ada nadzarnya, membuat , ingkung, dan

pisang setangkep. Kalau lahiran normal membuat biasa saja”

Masyarakat Desa Tegalmade sangat menjunjung adat kejawen dalam hal

nadzar/janji, jika ada yang membuat nadzar, maka harus melaksanakannya.

“nasi golong kajengen gemolong lumunturi. Kajenge lestari

lan sehat. Diparingicommit sehat” to (02/RJ/19 user November 2018).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id94

“nasi golong supaya gemolong lumunturi. Supaya lestari dan

sehat”.

6) Sega bancakan [səgɔ bancakan]

Makna kultural dari sega bancakan ini yaitu sebagai rasa syukur kepada

sang penjaga bayi yaitu Tuhan YME. Sega bancakan dibuat pada saat

seseorang telah menginjak wetonnya, hal ini sebagai simbol agar segala

bentuk marabahaya, ketidakberuntungan, hal-hal buruk yang kita jumpai

saat ini dan yang akan datang tidak mudah terjadi.

Manfaat adanya bancakan yaitu untuk ‘ngopahi sing momong’bayi.

Masyarakat Desa Tegalmade percaya jika setiap dari yang lahir ke bumi,

maka ada yang momong (pengasuh). Untuk menghormati sing momong ini,

maka dibuatkan nasi bancakan.

Makna dari sega bancakan yaitu nasi yang disampingnya berisikan urap

sayur dan telur. Sega bancakan yaitu sebagai tradisi makan bersama dalam

satu nampan atau terkadang diberikan pada pincuk (daun pisang yang

dibentuk kerucut sebagai wadah nasi). Hal ini sebagai simbol bahwa tidak

ada perbedaan apakah anak itu anak si miskin atau si kaya, apakah orang itu

tua atau muda. Hal ini mencerminka semangat dari gotong-royong dan

kerukunan dalam bermasyarakat. Anak yang dibancaki diharapkan

memiliki kehidupan yang baik, sehat, berkah, serta bermanfaat bagi semua

orang.

Sega bancakan sama halnya seperti nasi pada sepasaran, selapan,

maupun weton yaitu: commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id95

- Nasi tumpeng : nasi tumpeng ini dibentuk kerucut seperti tumpeng

kemudian ditaruh dia atas alas tampah atau baki yang sudah diberi daun

pisang kemudian diberi sayur atau lauk pauk berupa urap. Nasi yang

digunakan dalam sepasaran yaitu nasi putih. Hal ini memiliki makna

sebagai harapan agar kelak bayi yang telah dilahirkan memiliki umur

yang panjang dan senantiasa hidup tentram dan diiringi dengan hati yang

bersih dan suci.

- Cabai merah dan bawang merah : perlambang bahwa anak tersebut

berjenis kelamin laki-laki, namun bila jenis kelaminnya perempuan,

hanya dibuatkan nasi ambengan dan tidak dibentuk kerucut. Bawang

merah atau brambang sebagai lambang memiliki pemikiran yang matang

dan cabai sebagai simbol keris yaitu tegak pendiriannya.

- Telur atau endhog [ənDɔ?] : lambang dari awal mula kehidupan manusia.

Manusia terbentuk dari sperma dan sel ovum, kemudian membentuk

janin dalam rahim seorang ibu. Rahim ibu merupakan perlambang dari

cangkang telur. Ibu memegang peranan penting dalam kehidupan si

jabang bayi. Maka, diharapkan supaya kelak kita berbakti kepada kedua

orang tua terlebih ibu yang telah melahirkan ke dunia.

- Kangkung: yaitu jinangkung yang berarti melindungi.

- Taoge: yang berarti kecambah dan disimbolkan sebagai tumbuh

kembang si jabang bayi.

- Kacang panjang: bentuk kacang yang panjang diibaratkan kelak bayi

akan memiliki pemikiran yang jauh kedepan. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id96

- Bumbu urap: yang berarti hidup/ urip atau mampu menghidupi keluarga

dikemudian hari.

- Uang receh, beras, dan kunir: melambangkan bahwa anak tersebut

berjenis kelamin wanita, yaitu karena masyarakat Desa Tegalmade

percaya bahwa kedudukan wanita lebih rendah dibanding laki-laki dan

juga perlambang dari rezeki turun temurun sang jabang bayi.

- Pisang raja : bentuk buahnya besar agak panjang dan berwarna

kuning.pisang raja sendiri memiliki makna bahwa diharapkan sang

jabang bayi membawa kemuliaan dan tidak melakukan perbuatan yang

buruk di masyarakat dan diharapkan membawa kemakmuran seperti

seorang raja.

Dalam bancakan akan ada doa yang dipanjatkan oleh orang tua maupun

keluarga dari sang anak yaitu sebagai berikut

“ bancakan nggeh cah, bancakane (nama anak), yen awan dijak

dolan, yen bengi dijak turu, bagas waras sak kabehe”

“bancakan ya teman-teman, bancakane (nama anaknya), kalau

siang diajak main, kalau malam diajak tidur, sehat semuanya”

Makna dari doa tersebut yaitu agar anak tersebut kelak ketika dewasa

mendapatkan teman yang baik, tidak neko-neko, dan sehat hidupnya.

7) Peli gupak [pəli gupa?]

Makna kultural dari peli gupak yaitu sebagai simbol yang menandakan

bahwa anak tersebut berjenis kelamin laki-laki. Peli dalam bahasa Jawa

yaitu sebutan untuk alat kelamin anak laki-laki. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id97

Peli gupak sebagai pelengkap dalam nasi bancakan. Tradisi masyarakat

Desa Tegalmade pada zaman yang sudah modern ini, ada yang masih

menggunakan peli gupak, namun tidak sedikit juga yang menghilangkan

tradisi ini.

8) Turuk jembuten [turU? jəmbutən]

Makna kultural dari turuk jembuten yaitu sebagai simbol yang

menandakan bahwa anak tersebut berjenis kelamin perempuan. Namun,

pada masyarakat Desa Tegalmade, dalam nasi bancakan selain terdapat peli

gupak juga dilengkapi dengan turuk jembuten, walaupun yang dibancaki

anak laki-laki.

Bentuk ketupat yang dibelah menjadi dua, diibaratkan sebagai bentuk alat

kelamin wanita.

9) Tukon pasar [tukɔn pasar]

Makna kultural dari tukon pasar yaitu bahwa apa yang disajikan/sesaji

untuk suatu hajatan dibeli di pasar.

Tukon pasar berupa sejumlah makanan yang dijual di pasar tradisional.

Dalam masyarakat DesaTegalmade percaya bahwa tukon pasar

melambangkan sahnya anak yang lahir dengan jenis kelamin laki-laki.

“ tukon pasar gen ngge bukti sing momong lan dinggo tenger

yen lahire bayi kelamine lanag. Biasane isene tukon pasar

bebas karepe sek due hajat, ning biasane yo ger gedang,

belimbing, karo jeruk” (02/RJ/ 19 November 2018”.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id98

“tukon pasar buat bukti yang momong dan untuk tanda

bahwa yang lahir adalah anak laki-laki. Biasanya isi dari

tukon pasar terserah yang punya hajat, namun biasanya

pisang, belimbing, dan jeruk”

10) Kembang setaman [kəmbaŋ sətaman]

Makna kembang setaman dalam tradisi rewang bayi (brokohan) yaitu

sebagai pelengkap yang digunakan bersama inthuk-inthuk. Karena bunga

setaman yang berbau wangi. Kembang setaman merupakan simbol

hubungan pencipta dengan makhluk-Nya.

B. Rewang pada Perkawinan

1) Jayeng [jayƹŋ]

Makna kultural dari adanya jayeng dalam tradisi rewang Jawa di

masyarakat Desa Tegalmade yaitu bahwasanya jikalau ada orang yang

mempunya hajat tanpa adanya jayeng, belum dikatakan berhajat.

“wong due gawe kui kudu enek jayenge, jayeng sing dinggo

gae wedang, sing nyukupi kebutuhane uwong akeh enek

gone wong due gawe, mengko yen bubaran, tenaga jayeng

yo kudu diwenehi upah kerjane, biasane yo gula teh, karo

sisa snek” (03/RW/ 5 Mei 2018).

“orang punya hajat harus ada jayeng, jayeng tempat orang

membuat minuman, yang mencukupi kebutuhan minum

banyak orang di tempat hajat orang, kalau selesai hajatan,

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id99

tenaga jayeng harus diberi upah kerja, biasanya berupa gula

dan teh serta sisa snek”

Tenaga rewang di jayeng sangat penting peranannya dalam sebuah

hajatan, sehingga seorang tenaga jayeng dalam masyarakat Desa Tegalmade

sangat di hormati, karena mereka bekerja dari acara belum dimulai sampai

akhir, terkadang ada yang sampai tidak pulang.

2) Pujangga [pujɔŋgɔ]

Makna kultural pujangga merupakan seorang yang sudah tua/ sesepuh

yang berjenis kelamin laki-laki dan berasal dari daerah tersebut yang

dihormati dan mengetahui mengenai hari-hari baik bagi masyarakat Jawa

dengan menggunakan perhitungan Jawa. Seorang yang akan menikahkan

anaknya akan bertamu kerumah pujangga untuk membantu menentukan

hari baik guna melangsungkan hajatan.

“Mbah kula ajeng mantune anak kula, jenengan mang

golekne dinten sek mulus/ sek becik” (03/RW/ 5 Mei 2018)

“Mbah, saya akan menikahkan anak saya, tolong carikan hari

yang baik”.

Kemudian pujangga tersebut akan menanyai weton dari kedua

calon pengantin dan menentukan hari yang dianggap baik untuk

melangsungkan pernikahan.

Seorang pujangga harus sudah menikah dan sudah menikahkan

anaknya, biasanya pujangga tidak tahu tulis-menulis. Makna dari

pujangga yang telah menikahkan anaknya tersebut yaitu agar commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id100

mampu memberikan petuah bagi sang calon pengantin, jika belum

pernah menikahkan anaknya, maka tidak diperbolehkan orang

tersebut menjadi seorang pujangga.

3) Patah [patah]

Makna kultural dari patah yaitu ‘patah si kembaran’, maknanya bahwa

patah itu kembar dua, dari mulai jenis kelamin, riasan, pakaian, semuanya

sama. Simbol bahwa patah itu merupakan kembar yaitu dari saat dirias

sampai selesai acara harus sama.

4) Adang [adaŋ]

Makna kultural dari adang yaitu adang sega merupakan sebuah prosesi

ritual yang telah dilakukan 8 tahun sekali dalam sistem penanggalan Jawa

di keraton Kasunanan Surakarta. Adang berati menanak dan sega berarti

nasi, adang sega yaitu menanak nasi (wikipedia online, diakses pada

tanggal 10/9/18 pukul 11.38 Wib).

Proboadinagoro mengungkapakan bahwa adang yaitu:

Adang pada zaman nenek moyang (zaman dahulu)

menggunakan cethik geni dan dilakukan sampai sekarang. Adang dilakukan di dapur dengan menggunakan peralatan menanak nasi yaitu dandang dan kukusan (terbuat dari

anyaman bambu yang berbentuk kerucut). Makna dari adhang ini yaitu sebagai simbol bahwa orang tua atau yang

akan mempunyai hajat tersebut telah mempersiapkan segala hidangan untuk menjamu tamu, serta memanjatkan doa permohonan perlindungan kepada Allah Swt. agar semua

selamat dan semoga persiapan hidangan dapat mencukupi, bermanfaat, artinya: seandainya kurang, tidak sampai memalukan dan seandainya lebih, tidak mubasir. (

Proboadinagoro, 2015: 51-52).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id101

Sama seperti seorang tenaga jayeng, tugas seorang adang juga sangat

penting peranannya dalam hajatan yang ada di Desa Tegalmade, sehingga

jika acara sudah selesai, maka wajib memberi imbalan/upah kepada

tenaganya.

5) Gedong [gədɔŋ]

Makna kultural dari gedong yaitu bahwa bedong yang berarti gudang

dan gedong yang berarti orangnya. Gedong dilakukan di bedong

dimaksudkan bahwa segala sesuatu yang dipunya harus dijaga. Dalam

perhitungan Jawa, makna lungguh maupun gedong yaitu sama sesuatu yang

baik dalam kedudukan (jabatan) dan ekonomi (harta), sehingga adanya

gedong dalam suatu rewang agar kelak sang tuan rumah beserta anaknya

memiliki harta yang melimpah karena hati-hati dalam menjaganya dan

setiap waktu bertambah.

6) Kerun [kərUn]

Makna kultural dari kerun dalam amsyarakat Desa Tegalmade yaitu

sebagai simbol ataupun penanda bahwa adanya suatu hajatan upacara

perkawinan disuatu tempat.

“yen enek kerun berarti ameh enek wong due mantu”

(03/RW/ 5 Mei 2018)

“kalau ada kerun berarti pertanda akan ada orang yang mantu

(menikahkan anaknya)

Adanya kerun juga sebagai simbol bahwa kedua mempelai telah masuk

pada sebuah keluarga yang baru, seperti halnya dalam pembuatan kerun commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id102

yang dilakuakan 2-3 orang, maka mempelai juga diharapkan bisa hidup

mandiri berdua saja karena sudah lepas tanggung jawab dari kedua orang

tuanya.

7) Bleketepe [blƹkətepe]

Bleketepe merupakan salah satu piranti yang terdapat dalam adat

pernikahan orang Jawa, begitupun dalam pernikahan di Desa Tegalmade.

Makna kultural dari bleketepe yaitu sebagai simbol untuk penolak mara

bahaya yang akan datang saat acara upacara perkawinan dimulai sampai

akhir. Hal ini seperti bentuk dari bleketepe yang memanjang berbentuk

persegi panjang dan berjaring-jaring, sebagai simbol penolak dari hal-hal

yang dirasa kurang baik.

8) Jaro [jaro]

Makna kultural dari jaro yaitu jejere wong loro ‘berjejer dua orang’.

Jaro diibaratkan kedua manten yang berdampingan bersama. Jaro juga

sebagai pembatas wilayah dari gangguan marabahaya dan godaan yang

kelak akan menggangu kedua manten, hal ini dapat dilihat dari bentuk jaro

yang seperti pagar. Pada zaman dahulu, orang di pedesaan membuat pagar

menggunakan bambu seperti bentuk jaro, sehingga jaro telah melekat

bahwa sebai pagar, maka dapat digunakan sebagai penolak marabahaya

yang datang ke rumah.

9) Pawon [pawɔn]

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id103

Makna kultural dari pawon yaitu, pawon mempunya akronim ‘apa-apa

wonten’ (apa-apa ada). Pawon berasal dari kata Pa yaitu papan/tempat dan

won yang berarti awon/abu. Pawon yaitu tempat yang terdapat abunya,

sehingga dianggap sebagai tempat yang kotor, hal ini dikarenakan oleh asap

yang keluar dari proses pembakaran pada saat memasak dan hal in yang

menyebabkan letak pawon selalu dibelakang rumah. Pawon merupakan

sebuah dapur, sehingga semua bahan yang diperlukan untuk mengolah

sebuah masakan akan mudah tersedia. Dalam sebuah rewang, letak pawon

dan gedong tidaklah jauh, hal ini dikarenakan agar jika ingin mengambil

bahan untuk dimasak, maka tidak usah mengambil jauh-jauh.

10) Tarub/kajang [tarUb/kajaŋ]

Makna kultural dari kajang yaitu bahwa kajang berupa bangunan yang

berada di depan rumah yang akan punya hajat, hal ini dikarenakan akronim/

jarwadasa dari kajang yaitu ngajeng karena letak kajang selalu didepan

rumah. Sejarah dari adanya kajang/tarub ini dimulai dari Jaka Tarub yang

hendak menikahi Dewi Nawangwulan, dan membuat tambahan atap serta

menghias dengan janur. Atap kajang dibuat dari atep/daun-daunan

padi/damen hal ini dikarenakan pada zaman nenek moyang dahulu belum

banyak yang menggunakan seng dan mudah menemukan daun-daunan dan

cara membuatnya mudah, sehingga dipilihlah daun-daunan padi untuk

dibuat kajang, ada juga yang menggunakan daun kelapa kering yang

dianyam untuk dibuat kajang.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id104

11) Sinoman [sinɔman]

Makna kultural dari sinoman merupakan anak muda yang menjadi

peladen saat di desa sedang berlangsung hajatan. Sinoman yaitu bentuk dari

keinginan anak muda yang ingin diakui dalam sosial masyarakat. Dalam

sebuah sinoman terdapat suatu rasa kegotongroyongan yang sangat kental,

dimana mereka bekerja dari acara di mulai sampai selesai tanpa di bayar,

dalam peribahasa Jawa “holopis kuntul baris” yaitu bekerja dengan

bergotong royong. Burung kuntul diibaratkan anak muda yang banyak yang

rukun dan burung kuntul adalah burung yang sangat rapi dan berbaris ketika

berada di sawah, ini juga melambangkan ketika anak muda sedang nyinomi

makan mereka akan berbaris sesuai aba-aba dari ketua dan tidak ada yang

membangkang/membantah perintahnya.

12) Domas [dɔmas]

Makna kultural dari domas atau putri domas ini yaitu kirab dilakukan

oleh dua orang yang masih perawan. Dipilihnya dua orang yang masih

perawan yaitu sebagai lambang dayang yang masih muda yang setia

mengawal sang ratu. Kirab harus dilakukan dengan jumlah orang yang

genap, hal ini dikarenakan agar pas dan sejajar dengan manten. Domas

dilakukan dengan orang yang sedikit juga memiliki alasan bahwa pada

zaman kerajaan terdahulu kirab dilakukan dengan 40 gadis, namun seiring

dengan perkembangan zaman kirab dilakukan hanya 2 sampai 8 gadis saja,

hal ini karena jika menggunakan 40 gadis, maka akan memenuhi rumah

sang pengantin. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id105

“sinepat kirab pangalendran busana nalendra busana yg

hitam”

Domas ini terdiri dari teman maupun sodara perempuan asalkan harus

yang masih perawan.

13) Punjungan [punjuŋan]

Makna kultural dari punjungan yaitu punjungan memiliki makna

munjung/mengunjungi. Ketika seseorang akan melaksanakan hajatan pada

kediamannya, maka diwajibkan melakukan munjung pada orang yang lebih

tua maupun status sosialnya lebih tinggi dari yang punya hajat. Hal ini

dimaksudkan dalam masyarakat Jawa ketika diperintah oleh orang yang

lebih tua maupun yang memiliki strata sosial lebih tinggi, maka akan patuh

dan menuruti. Tujuan dari munjung agar orang yang menerima punjungan

tersebut mengajak warga untuk membantu orang yang akan mempunyai

hajat. Tradisi punjungan sudah ada dari nenek moyang, bahwa punjungan

juga memiliki makna saling memberi dan sebagai ungkapan rasa syukur dari

tuan rumah yang akan menggelar hajatan untuk anaknya. Punjungan lebih

baik dilakukan oleh tuan rumah, sebagai sarana penghormatan, biasanya

tuan rumah akan datang ke rumah Pak RT, Pak Kadus, Pak Lurah, dan

beberapa sanak saudara yang lebih tua, mereka datang dengan membawa

nasi dan ayam panggang utuh dan mengutarakan maksud mereka :

“pak kulo badhe kagungan hajat, jenengan tak aturi

dawuh sekalian ibu lan bapak tak aturi rawuh nggen

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id106

kulo nenggani kulo kagungan hajat” (03/RW/ 5 Mei

2018).

“pak, saya akan menggelar hajatan, Anda saya haturkan

untuk datang beserta ibu”.

14) Tuwuhan [tuwuhan]

Makna kultural dari tuwuhan yaitu dimaksudkan agar pengantin kelak

memiliki keturunan sebagai penyambung dari orang tuanya.

- Dua batang pisang raja, diharapkan agar pengantin dapat meniru watak

pohon pisang yaitu akan tetap hidup meski dipotong bunganya (tuntut).

Penagntin diharapkan agar bisa bermanfaat bagi keluarga, masyarakat,

dan bangsanya dan menjadi keluarga yang mulia seperti seorangraja.

- Tebu, merupakan akronim dari antebing kalbu atau kebulatan tekad.

Diharapkan kedua pengantin kelak dalam mengarungi kehidupan selalu

merasakan manisnya hidup dan memikirkan matang-matang apa yang

kelak akan diperbuat dengan baik-baik.

- Dua kelapa gading, kelapa gading merupakan lambang keteguhan dan

kebijaksanaan.

- Daun kapas, daun kapuk sebagai simbol dengan kapas yang berwarna

putih, sehingga kedua pengantin diharapkan memiliki hati yang putih

bersih dan suci atau tulus dalam menjalin kehidpan berumah tangga

kelak.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id107

- Daun keluwih, memiliki simbol yaitu agar kelak kedua pengantin

memiliki keluwihan atau kelebihan dalam hal menghadapi kehidupan

berumah tangga, ekonomi, sosial, budaya, dan agama.

- Daun alang-alang, alangan ‘halangan’. Diharapkan agar kedua

pengantin mampu menghadapi setiap halangan yang menghadang

kehidupannya nanti.

- Daun dhadhap serep, masyarakat Jawa biasanya menggunakan daun

dhadhap serep untuk obat penurun panas (sirep). Merupakan lambang

ketenangan, sehingga pengantin diharapkan memberi ketenangan bagi

keluarga.

- Daun beringin, diharapkan kelak ketika sudah memiliki anak, maka

orang tua dapat mengayomi dan melindungi anaknya seperti sifat pohon

beringin yang rindang, sejuk, dan teduh.

- Daun apa-apa, diharapkan kedua pengantin kelak tidak terjadi apa-apa

dalam mengarungi bahtera kehidupan berumah tangga.

- Padi, seperti sifat padi semakin berisi semakin menunduk, diharapkan

kedua pengantin kelak semakin dewasa akan semakin bijaksana, rendah

hati, dan menghormati orang lain.

15) Ulih-ulih [ulIh-ulIh]

Makna kultural dari ulih-ulih, berasal dari jarwa dasa ‘yen nyangoni lek

arep mulih’. Ulih-ulih antara tamu satu dengan yang lainnya berbeda,

tergantung yang diundangi. Jika untuk tamu yang rewang maka bentuk dari

ulih-ulih tersebut berupa nasi beserta lauk-pauk, terkadang diberi jajanan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id108

pasar dan roti. Namun jika tamu yang datang sore hari (tamu ulem), maka

ulih-ulih yang diterima berupa roti. Definisi dari ulih-ulih ini merupakan

simbol bahwa keluarga dari tamu yang berada di rumah dapat menikmati

hidangan yang tersedia pada saat hajatan.

“lek nyangoni yen arep mulih atau lek arek mulih kek ono”.

“Kalau datang namanya oleh-oleh kalau pulang namanya

ulih-ulih (jika akan memberi pada waktu pulang. Kalau

datang namanya oleh-oleh, bukan ulih-ulih)” (03/RW/5 mei

2018).

16) Atur-atur [atUr-atUr]

Sama seperti halnya punjungan, atur-atur juga merupakan suatu prosesi

ketika orang akan mempunyai hajat. Atur-atur dilakukan guna menjalin

silaturahmi antar warga masyarakat serta sebagai sarana penghormatan dari

tuan rumah kepada tetangga serta sanak saudara.

Atur-atur biasa dilakuakn oleh pemuda desa, mereka akan diberi tugas

oleh yang punya hajat dan kemudian akan mengundang warga desa,

biasanya disebut dengan ijoan. Atur-atur pada Desa Tegalmade hanya

dilakukan oleh laki-laki, hal ini sebagai simbol bahwa yang boleh berada di

luar rumah itu laki-laki, dan perempuan hanya bertugas di dapur saja

(masak, macak,manak).

“pakde kula dateng mriki dikengkeng pakde (yang punya

hajat), jenengan kagungan atur rawuh benjing dinten sabtu

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id109

jam 10 wonten ing daleme pakde(yang punya hajat)”

(04/RH/7 Desember 2018)

“pakde saya datang kesini disuruh pakde (yang punya hajat),

Anda diaturi datang besok hari sabtu jam 10 dirumahnya

pakde (yang punya hajat)”

Ketika ada orang yang datang dan menyampaikan seperti di atas, maka

orang rumah sudah akan paham apa maksud dari undangan.

17) Kembar mayang [kəmbar mayaŋ]

Makna kultural dari kembar mayang yaitu proses membuat dekorasi

bunga yang sama persis berjumlah dua yang menjadi gambaran serta doa

agar kedua pengantin dapat menyelaraskan rasa dan sebagai penyatuan jiwa

dan raga dalam mengarungi kehidupan sehingga tidak dapat dipisahkan.

“kayu klebu dewandaru pisang mas ingkang ngapus tintis

nompineko woh tetuwuhan”.

Kembar mayang diletakkan di kanan dan kiri petanen/krobongan.

Kembar mayang yang diletakkan dikiri disebut dewandaru berarti pohon

harapan, diharapkan suami dapat memberikan harapan kebahagiaan kepada

istri. Sedangkan, kembar mayang yang berada di kanan disebut jayataru

berarti pohon keunggulan, segala keunggulan harus dimiliki pengantin pria

untuk memberikan kehidupan yang jaya dan bahagia.

Kembar mayang perlambang adanya unsur pendidikan seks, yaitu

mempelai wanita diibaratkan mayang yang telah berkembang dan nampak

keindahannya. Bentuk dari kembar mayang yang seperti lampion menjadi commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id110

gambaran wanita yang hamil menyerupai bentuk perut yang buncit,

dimaksudkan agar kelak setelah menikah kedua mempelai segera

dianugerahi momongan.

Kembar mayang itu pra-lambang dari kembar yang berarti sama dan

mayang yang berarti kembang jambe gegambaran (bunga), jadi berupa

gambaran antara pengantin pria dan wanita untuk menyatu dalam sarana

adat tradisi. Kembar mayang diambil dari pewayangan menikahnya janaka

permadi.

Dalam masyarakat Desa Tegalmade, nebus kembar mayang merupakan

acara inti dari pernikahan sebelum ijab qabul, adapun doa maupun tanya

jawab yang diadakan dalam nebus kembar mayang yaitu:

Upacara nebus kembar mayang Takon 1 Keparengo kula badhe matur, nagturaken salam taklim kula kisanak sanget ing pamundi kula kisanak bekti kula.kunjuk

Takon 2

Kauningano kula kisanak ingkang sudi hamastani kula kisaroyo jati dene pinong kula saking desa .... wangsul panjenengan sinten kisanak

sarto ing mriki punika padukuan pundi?

Takon 3

Mekaten kyai ... ingkang luhuring budi menggah pisowan kula tebeh saking desa ... dumugi mriki sarto nganti poro kadang punika awit nyanggi jejibaan dipun sroyo kadang sepuh kang mas ... sekalian

supados ngupadi sarat sarono mrih langgeng wilujeng anggenipun jejodohan anakipun estri roro ayu .... ingkang badedhaup kalih bagus

... putra Bapak ... saking desa ....mbok menawi kyai war saget paring pitedah dateng kula wonten punaki dunungipun sarat sarono ingkang kula upadi punika kyai warsito jati.

38. Dandang gulo. Hayangkoro commit to user 39. babaring mantra (rerepen)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id111

40. utowo pasra

41. iler-iler

42. pangkur= yektine

43. dandang gula

43. singgah

Takon 4 Mangke riyen kyai kula nyuwun perso kados pundi larah-larahipun dene sekar adikalpataru sarana sarat punika ngantos mondok mriki.

Ki saroyo jati ingkang suka hanetepi darmo nama bejo kemayangan tumrap ing panjenengan sebab punopo ingkang panjenengan upadi punika tetelo wonten ing mriki punungipun. Inggih punika ingkang wonten ngarso panjengengan punika

Ki sarono jati ingkang mekaten punika tuhu hamung kersane gusti ingkang maha kinangkung

Takon 5 Selajengipun tabakbroto kados pundi kyai warsito. Wadene larah- larahipun mekaten ki saroyo jati duk rikala jaman purwo kayangan junggring saloko katempuh ing goro-goro ingkang boten sanes awit saking doyo pangaribawaning satriyo ing ngarso podo ingkang kolo semanten nembe tolak broto maneges marang dewa ingkang maha linangkung.

Jawab V

Saloko sayang jagat giri noto kepareng sini woko lenggah rinangkit ing bale marcukudo manik. Utusan podo hapsari ingkang hari bawono

Takon 6 Kersane sayang girinoto kados pundi kyai ...

Cacah pitu inggih punika probosi . irem-irem 3 tanjung biru papat gagar mayang 5 warsiki 6 leng-leng sari 7 miwah lengleng mandanu.

Jawab VI

Poro hapsari cacah pitu kadawuan hangrone sekaradi ingkang kedah kembar inggih punika ing sinebant kalpotaru dewo ndaru joyo ndaru ingkang kaprahipun lajeng sinebat sekar manca warna utawi kembar mayang. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id112

Takon 7

Menawi tetelo mekaten tuhu punika sekaradi ingkang kula upadi kyai . Takon 8 Inggih-inggih sumonggo nglajengaken

Takon 9 Wujudipun nugroho punika ponopo kage.

Jawab VII (bisa ditinggal) Leres ki ... nangeng keparengo nglajengaken anggen kulo nalongeng rumiyin ki ...

Jw VIII Sesampunipun sekar adi monco warno dados poro hapsari cacah 7 kadawuan tumurun ing ngare pada sakperlu paring nugroho dateng poro satriyo tomo ingkang sampun katah lelabuanipun tumrap poro joewo

Takon 10 Sakrehne sekaradi monco warno punika tetelo lumundak ing ngriki sampun tentu kemawon panjenengan ingkang hanampi nugroho kyai Jw IX Wujudipun mboten sanes kajawi inggih sekar adi kalpataru dewa ndaru jaya ndaru ing wujudipun kaceto ing ngarso panjenengan punika ki ... Jw X

Mboten ki S kula namung pinangka lantaran kemawon jer sekar adi monco warno punika tumrap ing titah panampining nugroho anyerengi

ing nalikaning bade nambut silaning akrami

Takon 11

Kasinggian sanget kyai nanging keparengo kula nyuwun perso langkung rumiyen reroncene sekar adi moncowarno punika punopo

sedoyo wonten naminipun kyai

Jw XI Wonten ki ... inggih punika oyoten sinebut bayo bojro deleking wandiro

: sinebut koyo purwo sejati, pang ipun sinebat keblat 4, ron ipun sinebat pradopo mego rumembe , sekar ipun sinebat dewo ndaru joyo ndaru,

dene woh ipun sinebat daru turun kilat

Takon 12 Panjenenganipun kyai ingkang tuhu lepdo ing pitutur. Keparenga kula nyuwun pirso malih kyai sedoyo ingkang panjenengan pratelakaken punika punopo wontencommit wedinipun to user tumrap penganten

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id113

Takon 13 Menawi mekaten oyot soho woh ipun. Mengkuwerdi punopo

Jw XII Kasinggian ki S sekar adi monco warno punika. Kajawi kinaryo

nugroho ingkang kangge mberat sukertoning jagad ugi kangge ubo rampening penganten isineng sekar adi monco warno puniko mengku

pralam pito tumrap ing penganten.

Jw XIII/ Nawud Oyot kang winastan kayu bajro punika pinangka pasemoning kekiyatan lir ipun penganten kedah kiyat lahir saha batinipun amrih gesangipun saget teguh santoso mboten ----

Takon 14 Lajeng pang soho ronipun punika mengko werdi punapa kyai? Ambil kasempyoking aradan ingkang badhe nuwuhaken Rengkaning bebrayan podenen wit ingkang sinebut kayu purwo sejati dados pasemone wiwitane agesang mangun bebrayan linambaran kiyat santosane batos bebrayanipun saged ayem tentrem kalising godo rencono Jw XIV (yen isoh langsung) Pang ingkang sinebat keblat 4 punika princianipun mekaten: 1 girang puspo ndriyo m arahe, 2 janur nur cahyo mangetan arahe, 3 waringin jati laksono mangidul, 4 andong biro wonggo mangilen,

Pasemonipun mugi jumangkae podo penganten anggenipun ngupadi bogo wastro soho kabetan agesang pinaringan gampil ndadosaken

harjo bahagyo mulyo ing bebrayanipun.

Jw XV Dene ronipun ingkang sinebat pradopo mego rumembe gegambaran

gumelaring antariksa ingkang katingal peteng hangendanu pratondo badhe tumurune toyo jawah. Toyo punika salah satunggale kabetaan

tumrap poro titah ingkang jangkepipun ag-ANG-bantolo sarto

Takon 15 Sekar sarto wohipun mengku werdi punapa kyai?

Jw Sekar ingkang sinebat dewa ndaru jaya ndaru. Soho wohipun ingkang

sinebut daru tuwin kilat. Punika ugi mengku pralam pito lir ipun mekaten sekar punika kadi dene pengawake putri ingkang ginadang sesampunipun winengko ing priyo sageto nuwuhaken dene ing bebrayan punika putra.commit Putra to user ginulo wentah amrih saged dados

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id114

manungso ingkang utami saged junjung drajate iang sepuh ngantos kawentar tiang kathah pantes sinodarsono ing bebrayanipun. Mekaten

wedarinipun kyai.

Takon 16 Sak ngandape sekar monco warna punika wonten degan pepetan peksi

ingkang rineko jalmo punopo inggih mengku werdi?

Jw XVI Degan sakjodo punika dados pasemone tumrap ing penganten kekalih supados anggenipun mangun bebrayan netepi jodo kang pinesti liripun. Sih sinisian kados hangganing mimi ingkang nembe hamintuna guyup rukun lahir terusing batin ing ndonyo dumugi delaan. Dene isine degan, toyo wening. Ingkang menep. Mengku pralmpito sri penganten kekalih sageto weni ing penggaleh meneping kalbu pakartining cipto roso miwah karsa sageto cumbuh kaliyan usiking penggaleh.

Takon 17 Panjenenganipun kyai ingkang tuhuwikan dateng wewadining wedo palupi sak rehne sekar adi monco warno punika kula betahaken minangka lelangen sri penganten menawi kedah tinumas piten kerto ajinipun menawi bebano emas picis rojo brono punapa wujudipun? Takon 18 Sarononipun punapa kyai Sembodo ingkang sami sinetdiyo cumbuh ingkang samioginayuh

Jw XVII

Handadosno kauningan ki S sekar monco warno punika mboten kenging tinumbas kanti redana aji nanging cekap liniru ing sarono:

1. Sak perlu ngampil jawaban

2. Sadak lawe sak jodo a. Kloso bongko inggih tilam lampus ing sinulam suket kolojono dene

selajengipun parnaning gati kedah kawang sulaken

Takon 19

Sadak lawe punika wujudipun punapa kyai sarto nggadahi werdi punapa?

Jw XIX Sadak lawe punika wujudipun sedah lininting tinang sulah. Lawe-lawe

hamilih suruh tinemu rose penganten kakung lan putri anggen memangun bebrayan punika tinangsulan deneng tetalineng akrami ingkang awujud pikukuh ing palakrami lajeng kaiket jejibaan- jibaan ingkang mbotencommit kengeng to user sinangga lombo kedah hanetepi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id115

kewajibanipun mengku garwa minangka rabinipun dene putri inggih kedah bekti dateng kakungipun.

Takon 20 Lajeng kloso bongko tipinipun sinulam suket kolonjono punika

werdanipun punapa kyai?

Ingkang minangka gurunipun dene gantal soho sadak kengeng kangge sarono menawi wonten kenyo ingkang lungse mangsa dereng winengku priyo dipun saranani kanti sadak lawe kasebat sageto tumuli enggal pikantuk jatu krama.

Jw XX Tilam lampusipun tepine mawi sinulam suket kolonjono punika pinangka pasemone gumelaring gesang bilih titah ing sampurna, gumelaring gesangipun punika kedah ngambah tateran tiga ing winastan tri laka dene princian sinebut loko pono inggih jagad padang, jagade bayi ingkang nembe lahir minangka gegambaran bileh ing titi wanci punika titah ingkang nembe lahir nyumerepi padange jagad. Sinebat loko madiyo: jagade kadewasan. Titah ingkang nembe ngancik ing alam kadewasan punika ingkang ginebeng ing sekar dipun esti mreh darbe pribadi kang geleng gumolong mangun.

Takon 21 Sekaliyanipun ingkang kepareng kula nyuwun priksa kaleh kyai sakrene kembar mayang punika kedah kawangsulaken caranipun kados pundi?

Urip jejek ing brayate mring bebrayan bisa murakapi guna ing sesami

bekti ing yang agung sinebut loko boko. Jagad langgeng titah punika badhe gesang menawi sampun dumugi titi wanci dumawah ing pasti

mboten saget suwolo malih kedah wangsul mulan niro manjeng jagad langgeng.

Jw XXI Kawuningana ki S anggenipun mangsulaken kembar mayang punika

dateng margo catur tegesipun dalan.

Takon 22

Menawi tetelo mekaten kyai sarono liruning sekar monco warno kula aturaken sak punika sumangga kyai kula aturi nampi

Prapatan niat ingsun hambucal sukertoning sri penganten kekaleh mureh sirna kalising (salirineng memolo cinaket no bahagiyo mulyo)

Jw XXII commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id116

Sangetipun panampi kula ki ananging sak derengipun kembar mayang kaboyong badhe kula wateki inggih mantra sakti rumiyen inggih punika

rerepen amrih mboten pedot oyote, mboten alum ron ipun, lan ugi mboten gogrok sekar lan pentilipun.

Takon 23 sumangga kyai kula hamung nderek panjenengan.

Dandang gula 1. Hanyang koro sinanggit memanis hangrumpoko sekar monco warno. Dahat indah ing warnane, warno-warno sinebut kembar mayang denyo mastani pranyoto edi indah nenggeh kalpataru mamet semseming wardoyo 2. Manut carita duk ing uni-uni, ilo-ilo ujaring pro kino kinaryo sung nugraha satrio linangkung ingkang angsung bekti darmo labuh labet mring dewo kang maha linuwih hamberat sukerto Rerepen dandang gula Ana kidung rumeksoning wengi teguh ayu luputo ing lara, luputo bilai kabeh, jem setan datan purun, panaluan tan ana wani, miwah panggawe olo, gunaning wong luput, geni atemaan tirto maling adoh tan ana ngarah mring mami guna duduk pan serna. II Sakataing loro pansamiyo bali sakatahing pan sami mirudo welas asih pandulune saka ing brojo luput kadi kapuk tibane wesi saking wisa towo. Satu galak tulud kayu aing lemah sangar songing landak

guwaning mang lemah mireng miyang pakepone merak

III Pagupakaning marak sekalir najan arco miyang segara asat (alas)

satemah rahayu kabeh.

Dadiyo sariro ayu ing ideran mring widodario rumekso ing malaikat sakata ing rasul. Pandadiya sariro tunggal, ati adam, uteku baginda

eses, pangucapku yo musa.

IV

Napa ingsun nabi Isa pamiyarsaning wang yusuf ing rupaku mangke, nabi Daud suaraku, Njeng Sulaiman kasekten mami Ibrahim nyowo ingwan Idris ing ramutku baginda kulit ingwang Abu Bakar getih

daging Umar singgih balung baginda Usman

V Sungsum ingsun Fatimah linuweh, Siti Aminah bebayuning anggo Ayub minangka ususe. Sakehingcommit wulu to user tuwuh ing ideran tunggal lan nabi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id117

cahyaku yo Muhammad panduluka Rosul pinayungan Adam soro sampepak sakata ing poro nabi dadi sariro tunggal.

Makna dari nebus kembar mayang yaitu bahwa penganten putra

mengutus seseorang untuk menanyakan apakah penganten putri dapat

dinikahi dan mendapat jawabannya. Kemudian makna lain dari nebus

kembar mayang yaitu agar pasangan yang kelak akan menikah dapat seperti

mimi lan minthuna, yaitu saling setia seperti ikan mimi dan minthuna.

Horseshoe crab, kepiting tapal kuda, belangkas, atau dalam bahasa

Jawa dikenal dengan nama “Mimi Mintuno” mempunyai filosofi unik

tersendiri. Filosofi Jawa mengibaratkan Mimi dan Mintuno merupakan

sepasang hewan sejoli yang terkenal setia sehidup-semati. Dalam budaya

Jawa, sering terucap doa untuk pasangan yang menikah berbunyi “Dadio

pasangan koyo mimi lan mintuno” artinya jadilah pasangan suami istri yang

awet/setia seperti mimi dan mintuno.

Sesungguhnya hewan ini bukan merupakan mahluk yang asing bagi

penduduk pantai, terutama masyarakat sekitar Laut Jawa, khususnya di

Jawa Tengah. Mereka mengenalnya dengan sebutan “Mimi” (bila

ditemukan sendiri) dan “Mimi Mintuno” (bila ditemukan sepasang).

18) Among rawuh [amɔŋ rawUh]

Makna kultural dari adanya among rawuh pada penikahan yaitu berasal

dari kata among ‘momong atau mengawasi’ dan rawuh ‘datang’, sehingga

tugas dari among rawuh yaitu mengawasi setiap tamu yang datang pada saat

resepsi diadakan. Among rawuh memerlukan orang yang banyak

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id118

dikarenakan agar mudah dalam mengawasi setiap tamu dan membantu tamu

jika tidak mendapatkan tempat duduk.

Pada zaman dahulu untuk setiap among rawuh disediakan baju oleh

perias manten berupa baju beskap, blangkon, dan keris untuk pria dan yang

wanita mengenakan sanggul pada rambutnya dengan berpakaian kebaya

yang seragam modelnya, namu seiring berjalannya waktu untuk setiap yang

among rawuh cukup mengenakan pakaian jas untuk pria dan kebaya dengan

model yang sama untuk wanita.

“among rawuh itu biasanya berada di depan pintu masuk

berjejer untuk mengawasi tamu yang datang dan memberi

salam kepada tamu, tamu diibaratkan seperti raja. Among

juga ada yang di dalam tugasnya membantu tamu untuk

memilih tempat duduk” (03/RW/5 Mei 2018)

Fungsi lain dari among rawuh yaitu sebagai pengganti tuan rumah

dalam menyambut tamu, karena pada saat resepsi biasanya tuan rumah akan

sibuk di pelaminan dan menemani sang anak. Para among rawuh dituntun

untuk memiliki tata bahasa dan etika yang sopan dan santun dalam

menyambut tamu undangan agar tamu tidak merasa diabaikan, sehingga

peran among rawuh ini harus gesit jika adat tamu yang datang sewaktu-

waktu.

19) Dodol dawet [dɔdɔl dawət]

Makna kultural dari dodol dawet yaitu dalam pernikahan adat

Jawa,ketika akan menikahkan anaknya, maka orang tua dari mempelai putri commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id119

akan melaksanakan dodol dawet satu hari sebelum acara resepsi

dilaksanakan. Pada saat dodol dawet orang tua dari pengantin putri yang

akan melaksanakan, sang ibu bertugas menjual dawet sedangkan bapak

bertugas memayungi ibu saat berjualan hal ini memiliki makna bahwa

kedua orang tua tersebut ingin membagikan ilmu kepada anaknya bahwa

ketika sudah menjadi suami- istri maka harus saling bahu-membahu dan

bekerja sama dalam mencari nafkah yang halal untuk keluarga, meskipun

tidak harus melakukan pekerjaan yang sama, masing-masing mengemban

tanggung jawab sesuai dengan kodrat masing-masing.

“membeli dawet dengan uang receh atau logam, supaya laris

manis tanjung kimpul, dagangan laris uang terkumpul. Supaya

tamu yang datang untuk mendoakan banyak”. (03/RW/5 Mei

2018)

Pada saat membeli dawet, para pembeli membeli dawet menggunakan

uang receh yang telah diberi dari ibu pengantin putri. Hal ini dimaksudkan

agar esok hari ketika resepsi pernikahan berlangsung, tuan rumah memiliki

harapan agar tamu yang datang banyak dan mendoakan yang baik-baik, laris

seperti jualan dawetnya.

20) Pecok bakal [pecɔ? Bakal]

Makna kultural dari pecok bakal yaitu berasal dari ‘cok/pecok’ yang

berarti cikal dan ‘bakal’ yang berarti permulaan atau awalan. Sehingga

pecok bakal sebagai simbol permulaan kehidupan yang berasal dari sesuatu

yang dahulu belum ada. Pecok bakal sebagai media dalam melaksanakan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id120

kegiatan dan sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan YME agar kegiatan

yang manusia lakukan berjalan dengan lancar dan tanpa halangan suatu

apapun, serta dilindungi oleh arwah para leluhur.

Dalam pecok bakal terdapat piranti yag digunakan antara lain beras,

cabai, garam, telur ayam, kacang hijau, dan bunga setaman, yang dari

masing-masing piranti ini memiliki makna tersendiri.

- Beras memiliki makna beras merupakan bahan makanan yang

berasal dari proses pengolahan padi. Mulai dari pembibitan

kemudian proses tanam hingga proses panen. Bahwa cikal bakal

manusia itu dari sesuatu yang sedikit dahulu kemudian lama-lama

kan bertambah menjadi banyak seperti satu tangkai padi yang

berasal dari satu biji padi kemudian menjadi banyak padi dan

diolah menjadi beras. Sehingga di dunia ini tidak ada sesuatu yang

ada atau terjadi secara instan. Beras memiliki warna putih

perlambang bahwa manusia hidup di dunia ini harus memiliki jiwa

yang suci, hati yang baik.

- Cabai, cabai yang digunakan adalah cabai yang berwarna merah,

yang memiliki makna sebagai simbol damar atau obor sebagai

penerang jalan menuju kepada Tuhan YME. Sebagai simbol jika

manusia melaksanakan suatu hajatan akan mendapat kemudahan

serta cahaya untuk menerangi jalannya saat gelap atau pada masa

sulit. Warna merah sebagai perlambang obor juga sebagai penerang

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id121

dalam masyarakat Jawa, agar suatu yang susah menjadi mudah,

segala rintangan dan halangan diselesaikan dengan mudah.

- Garam memiliki makna yaitu merupakan salah satu bumbu dapur

yang biasa diguakan untuk menambah cita rasa dalam masakan.

Garam sangat diperlukan bagi kehidupan manusia. Dalam

masyarakat Jawa, fungsi garam tersebut banyak, selain sebagai

bumbu dapur, garam juga di percaya sebagai penangkal mara

bahaya makhluk halus yang datang pada suatu tempat. Garam juga

sebagai penangkal ular dalam rumah, caranya dengan menabur

garam di sekitar rumah.

- Telur ayam memiliki makna bahwa telur diibaratkan sebagai

manusia dimana kondisi zat yang belum berwujud bentuknya,

ketika masih dalam kandungan, kemudian membentuk embrio dan

lahirlah makhluk yang dinamakan manusia. Telur merupakan bakal

yang akan menjadi sesuatu, dalam konsep ini telur sebagai awal

mula bakal kehidupan.

- Kacang hijau memiliki makna yaitu bahwa kacang hijau

merupakan tanaman pendek bercabang tegak yang memiliki bunga

kuning kehijauan dan dari bunga tersebut terbentuklah polongan

yang berisi biji kacang hijau. Kacang hijau merupakan salah satu

tanaman yang penting di Indonesia. Selain dapat diolah menjadi

makanan, kacang hijau juga dapat dimanfaatkan sebagai obat yaitu

desentri, dengan cara dibuat bubur. Manfaat kacang hijau yang commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id122

banyak ini, kacang hijau memiliki makna bahwa apa yang ada di

alam semesta ini dapat di manfaatkan dan sebagai sumber

kehidupan manusia.

- Bunga setaman memiliki makna keanekaragaman warna yang

mengelilingi kehidupan manusia. Bunga setaman terdiri dari bunga

kanthil, mawar, melati, dan kenanga. Filosofi dari bunga yaitu agar

kita beserta keluarga senantiasa mendapatkan berkah yang

melimpah dari para leluhur, seperti keharuman yang terdapat dalam

bunga tersebut.

21) Jenang sumsum [jənaŋ sumsum]

Makna kultural dari jenang sumsum yaitu makanan khas yang digemari

oleh masyarakat Jawa. Jenang sumsum juga memiliki filosofis dan simbol-

simbol yang diyakini oleh masyarakat Desa Tegalmade. Jenang ini selain

sebagai rasa syukur kepada Tuhan YME juga simbol dari doa, persatuan,

harapan, dan semangat masyarakat Jawa. Jenang sumsum terbuat dari beras

putih yang dicampur dengan beras ketan sedikit kemudian disiram dengan

kuah gula merah di atasnya.

Warna putih bersihpada jenang sumsum diyakini sebagai simbol

kebersihan hati dan kesejahteraan, jenang ini kerap disuguhkan ketika ada

acara pernikahan pada desa Tegalmade. Dipercaya akan mendatangkan

kesehatan, berkah, dan juga kekuatan bagi pasangan serta panitia hajatan,

serta sebagai obat bagi tenaga rewang yang telah lelah menuntaskan kerja

pada saat hajatan berlangsung. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id123

22) Kembang telon [kəmbaŋ təlɔn]

Makna kultural dari kembang telon yaitu berasal dari kata kembang

‘bunga’ dan telon’ tiga’. Jumlah kembang telon ada tiga macam yaitu bunga

kanthil, bunga kenanga, dan bunga melati ataupun mawar. Dari masing-

masing bungan ini memiliki makna yang terkandung di dalamnya.

- Bunga kanthil memiliki makna supaya kedua manten memiliki rasa

kekantelaning ati. Supaya pasangannya menjadi tambatan hati atau

terlalu di hati.

- Bunga kenanga memiliki makna Keneng-a. Untuk mencapai segala

keluhuran yang telah diperoleh para leluhur pendahulu. Kenanga,

kenang-en ing angga. Memiliki filosofi supaya anak turun selalu

mengenang warisan leluhur tradisi, kesenian, kebudayaan, filsafat,

dan lain yang baik-baik.

- Bunga melati memiliki makna putih suci perlambang tresna atau

cinta kasih dari Tuhan sudah menjiwa kepada sang penganten.

- Bunga mawar memiliki makna dari kata ‘sabar ‘yang memiliki arti

agar kita selalu bisa dan mampu mengendalikan diri dengan

kesabaran. Mawar uga berasal dari kata ‘tawar’ atau tulus. Menjalani

segala sesuatu tanpa pamrih (tapa ngrame) sekalipun pamrih

mengharap-harap pahala.

Setelah bunga tersebut terkumpul, maka tenaga rewang yang sudah

sepuh akan menjadikannya satu dalam daun pisang dan kemudian dijadikan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id124

bunga setaman yang memiliki makna supaya orang tersebut tidak ketaman

sengkala dan rubeda atau supaya terhindar dari penyakit.

C. Rewang pada Kematian

1) Brobosan [brɔbɔsan]

Makna kultural dari brobosan merupakan salah satu adat tradisi dalam

kematian orang Jawa. Brobosan yaitu berjalan melewati peti jenazah yang

berada di atas orang yang akan melakukan brobosan. Brobosan dilakukan

di halaman rumah dan dilakukan secara cepat. Dimulai dengan anggota

keluarga yang tertua dan diikuti barisan yang lebih muda sampai ke cucu

dan cicit. Upacara brobosan melambangkan penghormatan sanak keluarga

yang masih hidup kepada orang yang telah meninggal dan para leluhur

mereka.

“brobrosan itu ibarat orang Jawa mikul dhuwur amendhem

jero. Menjunjung tinggi dan juga mengenang jasa-jasa orang

yang telah tiada yaitu yang meninggal tersebut dan semoga

keluarga yang ditinggalkan tidak berlarut-larut menangisi

jenazah, semoga jenazah sempurna jalan menuju surga”

(04/RH/ 07 Desember 2018).

Jika yang meninggal anak-anak, maka tradisi brobosan tidak dilakukan.

Hal ini karena masyarakat Jawa percaya jika brobosan juga sebagai simbol

memanjangkan atau memendekkan umur seperti yang meninggal.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id125

2) Kenduri [kənduri]

Makna kultural dari kenduri yaitu doa bersama yang dihadiri tetangga

terdekat serta sanak saudara dengan dipimpin oleh orang tua atau pemuka

adat setempat. Tujuan dari kenduri yaitu meminta berkah atau doa untuk

orang yang telah meninggal, agar diampuni dosanya dan diberi rahmat oleh

Tuhan. Kenduri juga dilaksanakan untuk menghormati arwah para leluhur.

Dalam masyarakat Desa Tegalmade, adanya kenduri sebagai bentuk

solidaritas warga terhadap orang yang meninggal dan keluarga yang

ditinggalkan, yaitu dengan cara gotong royong bersama untuk memenuhi

kebutuhan dalam kenduri. Kenduri ini juga nantinya akan digunakan dalam

selamatan yang ke-40 hari, 100 hari, pendak 1 (1 tahun kematian), pendak

2 (2 tahun kematian), dan 1000 hari. Masyarakat Desa Tegalmade tidak

terlalu bermewahan dalam membuat selametan untuk orang meninggal,

hanya membuat nasi sodakhoh yaitu berupa nasi golong, nasi ambengan,

nasi gurih/nasi halus, ayam ingkung, sambal goreng kentang, apem, krupuk

udang, pisang raja, entho-entho, tempe, peyek, dhele goreng. Dalam kenduri

di Desa Tegalmade harus wajib menggunakan apem, inilah yang

membedakan selametan pada kelahiran, sunatan, dan pernikahan.

Setiap makanan kenduri yang dibuat oleh ibu-ibu rewang di dapur,

semua memiliki arti maupun simbol yang berbeda-beda, yaitu:

- Nasi golong : melambangkan kebulatan tekad dari keluarga yang

meninggal, bahwa mereka percaya saudara mereka yang telah

meninggal akan dimasukkan ke tempat yang terbaik (surga). commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id126

- Nasi ambengan : perlambang bahwa arwah dari orang yang telah

meninggal akan mendapatkan ampunan dari Tuhan atas segala dosa

yang telah diperbuat di dunia dan diterima disisi Tuhan serta sebagai

sedekan atas nama almarhum sebagai permohonan maaf jika semasa

hidup banyak melakukan kesalahan.

- Nasi gurih/nasi halus : cara membuatnya yaitu beras yang sudah dicuci

di masak dengan campuran santan kelapa serta diberi daun pandan.

Beras yang berwarna putih ini perlambang dari amal baik yang

dilakuakan almarhum/almarhuman semasa hidup. Pencampuran beras

dengan santan kelapa perlambang agar amal yang telah diperbuat oleh

almarhum/almarhumah dapat mengantarkannya ketempat yang baik

disisi Tuhan (surga), gurih dari santan perlambang kemudahan.

- Ingkung : melambangkan suatu kepasrahan seseorang terhadap Tuhan.

Bahwa yang bernyawa kelak akan mati dan kembali pulang pada

Tuhannya. Ingkung berarti “ing” yaitu “di atau pada” dan “kung” yaitu

“mengacu pada yang Agung yaitu Tuhan”.

- Sambal goreng : sambal goreng dibuat dari labu siam yang telah

dipotong dan ditambahi dengan cabai merah serta santan kelapa.

Sambal goreng labu siam melambangkan semangat dan kekuatan untuk

bersatu dari keluarga untuk menerima cobaan kehilangan dari salah satu

keluarganya.

- Apem : sebagai perwujudan maaf dari almarhum/almarhumah apabila

telah melakukan kesalahan selama hidup di dunia. Apem berasal dari commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id127

bahasa arab “afwan” yang berarti “maaf”. Apem dalam masyarakat

Desa Tegalmade memiliki 2 bentuk yaitu bulat pipih dan contong.

Apem selain sebagai perwujudan maaf juga memiliki makna lain yaitu

apem bulat pipih sebagai simbol dari payung dan apem contong sebagai

simbol gagang payung. Apem sebagai piranti agar jenazah tidak

kepanasan saat di alam kubur.

- Krupuk udang : bentuk krupuk udang yang lebar dan ringan sebagai

perlambang semoga hisab dari almarhum/almarhumah diringankan

oleh Tuhan dan mendapat jalan yang lebar untuk kembali pada Tuhan.

- Pisang raja : pisang raja simbol dari kepemimpinan. Pisang raja sebagai

cerminan dukungan moral dan bantuan dari masyarakat kepada

keluarga almarhum/almarhumah yang telah mendapat cobaan.

- Entho-entho : entho-entho sebagai perlambang awal mula kehidupan

manusia yaitu dari gumpala darah. Entho-entho sebagai simbol bahwa

manusia diciptakan dari segumpal darah kemudian dititipkan pada

rahim seorang ibu dan kemudian dilahirkan ke dunia dan dijadikan

sebaik-baik makhluk dari Tuhan. Hal ini agar manusia selalu mengingat

bahwa Tuhan adalah sebaik-baik pencipta dan tempat kembali pulang.

- Tempe goreng : jenazah ibarat kedelai yang akan dijadikan tempe yaitu

dari proses pemilihan kedelai yang berkualitas kemudian diberi ragi,

dibungkus dan difermentasi dengan baik maka akan menghasilkan

tempe dengan kualitas baik. Begitu juga perawatan jenazah harus

diperlakukan dengan baik dari mulai di mandikan, di semayamkan, di commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id128

sholatkan, hingga di kubur, agar mendapat tempat peristirahatan yang

baik.

- Peyek : dibuat dengan adonan tepung yang dicampur dengan kacang.

Adonan tepung sebagai simbol masyarakat, sedangkan kacang

melambangkan kebudayaan. Peyek merupakan lambang persatuan

kebudayaan dengan masyarakat dalam mencapai tujuan bersama.

- Dhele ireng, cabai merah, bawang merah : berasal dari “dhel” yaitu

“putusnya sesuatu ikatan”. Ikatan yang dimaksud yaitu mengenai ikatan

duniawi serta amal yang diperbuat oleh manusia. Warna hitam pada

dhele melambangkang suasana sedih/berkabung. Dhele ireng, cabai

merah, bawang merah melambangkan tolak bala dari kesedihan yang

dirasakan oleh keluarga yang telah ditinggalkan

almarhum/almarhumah.

Pemimpin doa dalam kenduri biasanya dilakukan oleh mudin, orang

yang pandai dalam hal kenduren, maupun ahli masjid yang masih

kejawen.

Doa yang dipanjatkan oleh mudin yaitu sebagai berikut:

“ayo bebarengan nyuwun angeksane gusti Allah, aku kinarong lahiring wigatosing perlu, Hardi anggenipun

ngentenaken sodakohan sekolah angkat kinaryo ngankatake jenazah mugo-mugo sing diangkatke tansah pikantuk pinaringan Allah Swt, sing ditinggal pinaringan

iman tawakal kathah kesabaranipun, yen sega asahan kinaryo ngesahake sedaya kabeh keluputane muga-muga di diparingana pangapura, sega uduk kinaryo milujengi

anggenipun Allah Swt kinaryo mapan pasengkaran bumi wonten ing sasono laya tinebihno saking siksaan nerakanipun, pinaringo ayem tentrem wonten alam akheratipun, tansahcommit pinaringan to user kawilujengan wonten ing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id129

alam kubripun. Sesarengan nyuwun Allah Swt sak kabehing peparingane gusti Allah dimulyakaken hawa-

hawane bumi banyu dunia angin kabeh ingkang sampun lumebet wonten ing jiwa ragane Ngadini sak uwise meninggal bumi bali aba ing asale, angin balio ning

angin, geni balio ning geni, barat balio barat, kabeh dipun mulyakake, isoho balio mapan mula panggone

dewe-dewe. Ayo nyuwun Allah Swt, gusti Allah tansah ridha ana kados sedaya penyuwunipun badhe sak keluargaipun anggenipun sodakohan mugi tansah dipun hijab Allah Swt sedaya penyuwunipun tansah dipun sembadani ngersane gusti Allah, anggenipun urip ing alam donyo lajenganken gesang ing alam donyo, anggenipun upadi purbo wastro tansah pinaringo kangsah rejeki ing kah halal sarto berkah sageto turah ngopeni anak turun temurunipun, sarwo sedaya mulyakaken Allah Swt dumugi kita sekawan kinaryo lumampahi sedaya keluarganipun Hardi sak sedaya ingkang sami manunggal wonten ing daleme Hardi sakmenika tansah sami lumampah nagler, ngidul, ngetan, ngulon, tinebih ingkang rubedo ingkang kaleh sambikolo pikando kawilujengan dina lan darunipun sarto sedaya anggenipun nyuwun ing Allah Swt rina lan dalunipun anggenipun sami mapan pasengkaran bumi kinaryo mapan tinebiho sukerto sambikolo bahagia donyo lan kaheratipun. Terus dilanjut al-fatehah. Innallaha malaikati warasulun alanabi ya ayuhaladzi a’uudzubillahi minasyaitonirrajiim, bismillahirrahmaanirrahimm,

alhamdulillahirabbil’alamin hamdasyaakiriin, handannaa’imiin, hamdayyuwaafii ni’amahu wa yukaafi

‘u mazzidah, ya robbanana lakalhamdu kamaa yan baghii lijalaali waj-hika wa ‘azhimii sulthoonik. Allohumma shalli wa shallim ‘alaa sayyidinaa muhammad wa’alaa

aali sayiidinaa muhammad, allohumma ajni rohmatan wal ngafni muratan min ahli kubur lailahailallah

muhammad darosulullah qususon ilahi rabbi Ngadini, allohumma firlaha warhamha wa afihi wa’fuanha (3x), wakrimi sudaha wawasimat walaha watubasimatiha

birahmatika ya arhama rohimin. Robbana atina fidduna khasana wal fiakhirati khasanata wakina adzabannar, Allahumma sholli wasallim bakarik ala sayidina

muhammad wa alihi sayidina muhammad subhana robbi jatimasifun wasalamuala’arsolin walhamdulillahirobbilialamin, Al Fatihah. ” (04/RH/7 Desember 2018) commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id130

Makna dari doa untuk kenduri dalam orang meninggal yaitu bahwa agar

keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kekuatan, serta rejeki yang

lancar untuk meneruskan kehidupannya kelak, untuk yang meninggal yaitu

agar mendapat tempat yang terbaik di sisi Tuhan YME serta mendapat

pengampunan. Makna dari surat Al Fatihah yaitu bahwa surah Al Fatihah

sebagai pembukaan dalam Al Quran. Oleh karena itu, Allah Swt

memberikan nama Surat Al Fatihah di mana al fatihah berarti pembukaan,

pembuka jenazah dalam menghadap Tuhan YME dengan lancar tanpa

halangan.

3) Yasinan [yasinan]

Makna kultural dari yasinan yaitu yasinan dilakukan oleh beberapa

tetangga terdekat serta sanak saudara dekat maupun jauh. Dalam

masyarakat Desa Tegalmade, yasinan dilakukan setelah sholat maghrib.

Tradisi yasinan pada masyarakat Desa Tegalmade sangat sederhana,

dimulai dari membaca dzikir,kemudian surah Yasin, dan dilanjutkan dengan

doa yang diperuntukkan untuk almarhum/almarhumah dan para leluhur, hal

ini dilakukan karena kepercayaan masyarakat bahwa membaca surah Yasin

dapat mengurangi siksa kubur sang mayit serta sebagai sarana untuk

mengagungkan Nabi Muhammad Saw. pada yasinan yang digelar selama 7

malam, masyarakat tidak membuat selametan apa-apa, hanya menyediakan

makanan ringan dan minum saja.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id131

4) Nyewu [ñƹwu]

Makna kultural dari nyewu yaitu selametan penutup (pungkasan) yang

dilakukan untuk memuliakan orang yang telah meninggal. Nyewu dipercaya

sebagai simbol untuk melepas dan mengikhlaskan arwah dari orang yang

telah meninggal kepada Tuhan, sehingga arwah tidak gentayangan dan

ktidak kembali. Sama seperti di kenduri, piranti dan pembuatan makanan

untuk nyewu yaitu sama,hanya saja untuk pembuatan apem sudah mulai di

goreng.

- Nasi golong : melambangkan kebulatan tekad dari keluarga yang

meninggal, bahwa mereka percaya saudara mereka yang telah

meninggal akan dimasukkan ke tempat yang terbaik (surga).

- Nasi ambengan : perlambang bahwa arwah dari orang yang telah

meninggal akan mendapatkan ampunan dari Tuhan atas segala dosa

yang telah diperbuat di dunia dan diterima disisi Tuhan serta sebagai

sedekan atas nama almarhum sebagai permohonan maaf jika semasa

hidup banyak melakukan kesalahan.

- Nasi gurih/nasi halus : cara membuatnya yaitu beras yang sudah dicuci

di masak dengan campuran santan kelapa serta diberi daun pandan.

Beras yang berwarna putih ini perlambang dari amal baik yang

dilakuakan almarhum/almarhuman semasa hidup. Pencampuran beras

dengan santan kelapa perlambang agar amal yang telah diperbuat oleh

almarhum/almarhumah dapat mengantarkannya ketempat yang baik

disisi Tuhan (surga), gurih dari santan perlambang kemudahan. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id132

- Ingkung : melambangkan suatu kepasrahan seseorang terhadap Tuhan.

Bahwa yang bernyawa kelak akan mati dan kembali pulang pada

Tuhannya. Ingkung berarti “ing” yaitu “di atau pada” dan “kung” yaitu

“mengacu pada yang Agung yaitu Tuhan”.

- Sambal goreng kentang : sambal goreng dibuat darikentang yang telah

dipotong dan ditambahi dengan cabai merah serta santan kelapa.

Sambal goreng kentang melambangkan semangat dan kekuatan untuk

bersatu dari keluarga untuk menerima cobaan kehilangan dari salah satu

keluarganya.

- Apem : sebagai perwujudan maaf dari almarhum/almarhumah apabila

telah melakukan kesalahan selama hidup di dunia. Apem berasal dari

bahasa arab “afwan” yang berarti “maaf”. Apem dalam masyarakat

Desa Tegalmade memiliki 2 bentuk yaitu bulat pipih dan contong.

Apem selain sebagai perwujudan maaf juga memiliki makna lain yaitu

apem bulat pipih sebagai simbol dari payung dan apem contong sebagai

simbol gagang payung. Apem sebagai piranti agar jenazah tidak

kepanasan saat di alam kubur.

- Krupuk udang : bentuk krupuk udang yang lebar dan ringan sebagai

perlambang semoga hisab dari almarhum/almarhumah diringankan

oleh Tuhan dan mendapat jalan yang lebar untuk kembali pada Tuhan.

- Pisang raja : pisang raja simbol dari kepemimpinan.pisang raja sebagai

cerminan dukungan moral dan bantuan dari masyarakat kepada

keluarga almarhum/almarhumah yang telah mendapat cobaan. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id133

- Entho-entho : entho-entho sebagai perlambang awal mula kehidupan

manusia yaitu dari gumpala darah. Entho-entho sebagai simbol bahwa

manusia diciptakan dari segumpal darah kemudian dititipkan pada

rahim seorang ibu dan kemudian dilahirkan ke dunia dan dijadikan

sebaik-baik makhluk dari Tuhan. Hal ini agar manusia selalu mengingat

bahwa Tuhan adalah sebaik-baik pencipta dan tempat kembali pulang.

- Tempe goreng : jenazah ibarat kedelai yang akan dijadikan tempe yaitu

dari proses pemilihan kedelai yang berkualitas kemudian diberi ragi,

dibungkus dan difermentasi dengan baik maka akan menghasilkan

tempe dengan kualitas baik. Begitu juga perawatan jenazah harus

diperlakukan dengan baik dari mulai di mandikan, di semayamkan, di

sholatkan, hingga di kubur, agar mendapat tempat peristirahatan yang

baik.

- Peyek : dibuat dengan adonan tepung yang dicampur dengan kacang.

Adonan tepung sebagai simbol masyarakat, sedangkan kacang

melambangkan kebudayaan. Peyek merupakan lambang persatuan

kebudayaan dengan masyarakat dalam mencapai tujuan bersama.

- Dhele ireng : berasal dari “dhel” yaitu “putusnya sesuatu ikatan”. Ikatan

yang dimaksud yaitu mengenai ikatan duniawi serta amal yang

diperbuat oleh manusia. Warna hitam pada dhele melambangkang

suasana sedih/berkabung. Dhele ireng melambangkan tolak bala dari

kesedihan yang dirasakan oleh keluarga yang telah ditinggalkan

almarhum/almarhumah. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id134

Pada masyarakat Desa Tegalmade, saat nyewu juga membuat

kijing/mengkramik makam orang yang telah meninggal (ngijing). Hal ini

dilakukan agar makam tidak tertukan dengan makam yang lain dan agar

dapa dengan mudah untuk diziarahi.

5) Memandikan jenazah [məmandikan jənazah]

Makna kultural dari memandikan jenazah yaitu agar suci badan jenazah

dari najis yang masih menempel, dan suci pada saat menghadap kepada

Tuhan. Adapun yang memandikan jenazah jika jenazah pria maka yang

memandikan pria begitupun sebaliknya dengan wanita. Tata cara

memandikan jenazah yaitu menyiapkan piranti terlebih dahulu, posisi

jenazah yaitu kepala di sebelah timur dan kaki di barat, hal ini sesuai dengan

kepercayaan orang Jawa, bahwa matahari terbit di sebelah timur dan

tenggelam di sebelah barat, terbitnya matahari diibaratkan lahirnya manusia

dan tenggelamnya matahari diibaratkan akhir hidupnya manusia. Jika

jenazah memiliki gigi emas, maka harus dilepaskan, karena menghadap

Tuhan harus dengan keadaan yang benar-benar suci. Adapun makna dari

setiap piranti yang digunakan yaitu :

- Air : pada zaman dahulu masyarakat menggunakan air dari sumur yang

di gali, diyakini lebih segar dan alami. Mereka bekerja sama/gotong

royong mencari air sumur gakian, namun seiring berjalannya waktu,

hanya menggunkan air rumah/pompa. Sifat air yang mengalir dan jernih

memiliki simbol bahwa ilmu atau kehidupan almarhum/almarhumah

semasa hidup dapat diambil pelajarannya yang baik-baik. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id135

- Ember : ember yang digunakan untuk memandikan jenazah berjumlah

tiga buah. Ember digunakan untuk menampung air. Jumlah ember tiga

ini memiliki simbol pada orang Jawa, yaitu orang meninggal ada

hitungan telung dinanan “tiga harian”, merupakan simbol dari jati diri

manusia yang berasal dari kakang kawah “air ketuban”, manusia

sendiri, dan adhi ari-ari “ari-ari”. Ketiga ember tersebut berfungsi

sebagai simbol penghormatan untuk kembali suci serta perwakilan

dalam memandikan masing-masing unsur dalam diri manusia tersebut.

- Shampo dan sabun : sebagai sarana untuk membersihkan najis/hadas

dari jenazah serta memberikan aroma yang wangi dan lebih segar.

Masyarakat percaya jika jenazah memiliki bau amis/bacin, maka dosa

dari jenazah banyak, sehingga menggunakan shampo dan sabun agar

tidak berbau amis dan luruh dosa-dosanya.

- Daun kelor : daun kelor berbentuk kecil-kecil dan berjumlah banyak.

Daun kelor pada masyarakat Desa Tegalmade dipercaya untuk

mengusir roh jahat. Daun kelor juga sebagai sarana untuk memberiskan

jenazah.

- Bunga setaman: bunga setaman digunakan dalam memandikan jenazah

sebagai simbol agar membersihkan dan mengharumkan jenazah seperti

harum bunga setaman.

- Kain jarik : kain jarik digunakan untuk menutupi tubuh jenazah agar

auratnya tidak terlihat oleh orang yang memandikan, hal ini sebagai

simbol bahwa segala aib yang dimiliki jenazah semasa hidup dapat commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id136

tertutupi. Jarik yang digunakan merupakan jarik yang masih baru, hal

ini sebagai penghormatan terakhir untuk jenazah.

Dalam memandikan jenazah, seorang yang memimpin akan mendoakan

mayat terlebih dahulu.

“Nawaitu husna adaan fardhol adaan lillahi ta’ala”

Doa yang digunakan menggunakan bahasa Arab, karena semua

dimuliakan dari ajaran Nabi Muhammad Saw.

6) Mengkafani jenazah [məŋkafani jənazah]

Makna kultural dari mengkafani jenazah yaitu menutupi atau

membungkus tubuh jenazah dengan sesuatu yang dapat menutupi

tubuhnya, dengan kain mori/kafan. Hukum mengkafani jenazah dalam

masyarakat Jawa maupun cara Islam adalah wajib. Adapun piranti yang

digunakan dalam mengkafani jenazah yaitu:

- Kain kafan : kain kafan yang digunakan untuk menutupi/membungkus

jenazah yaitu tiga lapis untuk pria dan lima lapis untuk wanita. Kain

kafan/mori yang berwarna putih sebagai simbol kesucian. Kain mori

dalam bahasa Jawa yaitu “sing lima aja keri” yang dimaksud yaitu

sholat lima waktu jangan ditinggalkan. Manusia meninggal pada

dasarnya hanya amalanlah yang akan dibawa dan sholat lima waktu

yang pertama kali dihisab.

- Minyak wangi : pada zaman Nabi Muhammad Saw. untuk membuat

harum jenazah dengan menggunakan kapur barus. Kapur barus juga

dipercaya untuk memperlambat proses pembusukan pada jenazah saat commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id137

dikubur. Minyak wangi ditambahkan dengan maksud agar jenazah

wangi dan menciptakan suasana khusyuk saat mendoakan jenazah.

- Sisir : selain tulang, bagian tubuh manusia yang awet yaitu rambut.

Rambut juga sebagai mahkota bagi manusia, menyisir rambut dengan

sisir diharapkan agar arwah dapat menata mahkotanya/rambutnya

dengan rapi.

7) Menyemayamkan jenazah [məñemayamkan jənazah]

Makna kultural dari menyemayamkan jenazah yaitu mengistirahatkan

jenazah sebelum dimakamkan. Jenazah dibaringkan di depan para

peziarah dan diletakkan di ruang tamu. Adapun berbagai piranti yang

digunakan untuk menyemayamkan jenazah tersebut memiliki makna

sendiri-sendiri :

- Peti : sebagai simbol tempat beristirahat dan perlindungan. Dalam

masyarakat Jawa, peti yang digunakan dapat dimasukkan ke liang lahat

secara utuh bersama dengan jenazah atau dirusak dan digunakan

sebagai penutup jenazah yang sudah dikeluarkan dari peti.

- Sentir atau tintir : sentir yaitu lampu yang terbuat dari sumbu yang

dibakar. Sentir sebagai penerang bagi arwah dalam menuju perjalanan

ke surga.

- Clupak : merupakan simbol sebuah semangat bagi arwah untuk menuju

surga. Semoga dalam kegelapan jalan menuju haribaan akan segera

menemukan tempat yang terang yang lebih baik.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id138

- Minyak klentik : minyak klentik terbuat dari minyak kelapa sebagai

simbol ketika nyala api padam dan sebagai aroma terapi.

- Sisir, cermin, dan minyak wangi : disediakan sisir, cermin, dan minyak

wangi diharapkan sebagai bekal bagi orang yang meninggal agar dapat

digunakan di surga dan dapat membuat penampilan arwah menjadi

lebih baik.

- Benang lawe : benang merupakan simbol dari tali/hubungan

kekeluargaan antara keluarga yang ditinggalkan dengan

almarhum/almarhumah dan warna putih sebagai simbol dari kesucian.

Diharapkan jika semasa hidup almarhum/almarhumah hubungan

dengan keluarga kurang harmonis, semoga dapat termaafkan dan

menjadi jalan yang mulus untuknya menuju surga.

- Jarum : jarum sebagai simbol pemersatu kembali ikatan kekeluargaan

yang mungkin telah rusak/retak. Ketajaman jarum memiliki makna agar

hati manusia dapat tersentuh untuk saling menguatkan dalam keadaan

berkabung.

- Sapu gerang : sapu lidi yang sudah pendek. Sapu gerang merupakan

simbol dari membersihkan segala jenis penghambat yang menghalangi

jalannya almarhum/almarhumah menuju surga.

- Kembang setaman : merupakan simbol hubungan pencipta dengan

makhluk-Nya.

- Bantal : merupakan simbol agar jenazah nyaman dalam perjalanan

menuu sang pencipta. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id139

8) Pemakaman jenazah [pəmakaman jənazah]

Makna kultural dari pemakaman jenazah yaitu prosesi yang dilakukan

dari bagian akhir ritual mengurus jenazah, setelah dimandikan, dikafani,

disholatkan, dan disemayamkan.

Dalam masyarakat Desa Tegalmade, pada prosesi pemakaman tidak

menggunakan apa-apa, hanya menyiapkan batu nisan yang terbuat dari

kayu, beras kuning dan uang receh, buah kelapa, dan kendi.

- Batu nisan : batu nisan berjumlah 2 buah yang bertuliskan nama serta

tanggal lahir dan tanggal meninggal. Hal ini sebagai simbol pengingat

matinya seseorang tersebut. Batu nisan juga sebagai sarana agar makam

tidak tertukar dengan makam yang lainnya.

- Gendu : tanah yang dibentuk bulat untuk menekan jenzah. Berjumlah

tujuh, seperti orang Jawa, orang hidup adanya 7, kalau hidup yang

sesungguhnya ada 9 seperti wali songo. Maksud dari gendu yaitu ojo

duweni gegelan/gelo atau jangan mempunyai rasa kecewa jikalau sudah

meninggal.

- Beras kuning dan uang receh : beras kuning yaitu beras yang telah

direndam dalam air kunir/air yang telah diberi pewarna kuning. Beras

yang berwarna kuning ini melambangkan cahaya untuk mengusir roh

jahat serta uang receh sebagai sangu untuk jenazah pulang pada

Tuhannya.

- Kendi : kendi merupakan teko yang terbuat dari tanahliat yang dibakar.

Warna kendi hitam. Kendi berisi air putih jerih. Makna dari kendi commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id140

tersebut adalah sebagai sangu jikalau almarhum/almarhumah haus

dalam perjalanan menuju surga.

- Payung : payung terbuat dari kertas dan memiliki gagang yang panjang,

dihiasi dengan bunga setaman. payung disimbolkan sebagai piranti agar

jenazah tidak kesusahan dan tenang jalannya pulang pada Tuhan.

9) Empat puluh hari/patang puluh dina [əmpat puluh hari/pataŋ pulUh

dinɔ]

Makna kultural dari empat puluh hari paska kematian seseorang yaitu

membuat kenduri yang disiapkan untuk menghormati orang yang telah

meninggal.

Kenduri yang digunakan dalam acara empat puluh hari sama dengan

kenduri pada umumnya, hanya saja pada pembuatan apem sudah mulai

di goreng. Adapun makna piranti yang digunakan yaitu :

- Nasi golong : melambangkan kebulatan tekad dari keluarga yang

meninggal, bahwa mereka percaya saudara mereka yang telah

meninggal akan dimasukkan ke tempat yang terbaik (surga).

- Nasi ambengan : perlambang bahwa arwah dari orang yang telah

meninggal akan mendapatkan ampunan dari Tuhan atas segala dosa

yang telah diperbuat di dunia dan diterima disisi Tuhan serta sebagai

sedekan atas nama almarhum sebagai permohonan maaf jika semasa

hidup banyak melakukan kesalahan.

- Nasi gurih/nasi halus : cara membuatnya yaitu beras yang sudah dicuci

di masak dengan campuran santan kelapa serta diberi daun pandan. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id141

Beras yang berwarna putih ini perlambang dari amal baik yang

dilakuakan almarhum/almarhuman semasa hidup. Pencampuran beras

dengan santan kelapa perlambang agar amal yang telah diperbuat oleh

almarhum/almarhumah dapat mengantarkannya ketempat yang baik

disisi Tuhan (surga), gurih dari santan perlambang kemudahan.

- Ingkung : melambangkan suatu kepasrahan seseorang terhadap Tuhan.

Bahwa yang bernyawa kelak akan mati dan kembali pulang pada

Tuhannya. Ingkung berarti “ing” yaitu “di atau pada” dan “kung” yaitu

“mengacu pada yang Agung yaitu Tuhan”.

- Apem : sebagai perwujudan maaf dari almarhum/almarhumah apabila

telah melakukan kesalahan selama hidup di dunia. Apem berasal dari

bahasa arab “afwan” yang berarti “maaf”. Apem yang digunakan dalam

empat puluh hari yaitu apem yang sudah di goreng. Apem dalam

masyarakat Desa Tegalmade memiliki 2 bentuk yaitu bulat pipih dan

contong. Apem selain sebagai perwujudan maaf juga memiliki makna

lain yaitu apem bulat pipih sebagai simbol dari payung dan apem

contong sebagai simbol gagang payung. Apem sebagai piranti agar

jenazah tidak kepanasan saat di alam kubur.

- Krupuk udang : bentuk krupuk udang yang lebar dan ringan sebagai

perlambang semoga hisab dari almarhum/almarhumah diringankan

oleh Tuhan dan mendapat jalan yang lebar untuk kembali pada Tuhan.

- Dhele ireng : berasal dari “dhel” yaitu “putusnya sesuatu ikatan”. Ikatan

yang dimaksud yaitu mengenai ikatan duniawi serta amal yang commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id142

diperbuat oleh manusia. Warna hitam pada dhele melambangkang

suasana sedih/berkabung. Dhele ireng melambangkan tolak bala dari

kesedihan yang dirasakan oleh keluarga yang telah ditinggalkan

almarhum/almarhumah.

- Cabai merah dan bawang merah : melambangkan satu tujuan yang

pasti yaitu surga yang harus dicapai. Warna erah merupakan simbol dari

keberanian dalam mempertanggungjawabkan segala dosa yang telah

diperbuat.

Kemudian pada sore hari menggelar kondangan dan mengundang

beberapa orang tetangga serta orang-orang dari masjid, membacakan

dzikir, surat yasin, dan doa untuk almarhum/almarhumah, kemudian

setelah pulang akan dibawakan nasi berkat. Masyarakat Jawa percaya

pada hari ke-40, roh dari orang yang meninggal tersebut masih berada

disekitar rumah.

10) Seratus hari/nyatus [səratus hari/ñatUs]

Makna kultural dari seratus hari yaitu paska kematian seseorang

membuat kenduri yang disiapkan untuk menghormatiorang yang telah

meninggal.

Kenduri yang digunakan dalam acara seratus hari sama dengan yang

dilakukan pada empat puluh hari. Adapun makna piranti yang digunakan

yaitu :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id143

- Nasi golong : melambangkan kebulatan tekad dari keluarga yang

meninggal, bahwa mereka percaya saudara mereka yang telah

meninggal akan dimasukkan ke tempat yang terbaik (surga).

- Nasi ambengan : perlambang bahwa arwah dari orang yang telah

meninggal akan mendapatkan ampunan dari Tuhan atas segala dosa

yang telah diperbuat di dunia dan diterima disisi Tuhan serta sebagai

sedekan atas nama almarhum sebagai permohonan maaf jika semasa

hidup banyak melakukan kesalahan.

- Nasi gurih/nasi halus : cara membuatnya yaitu beras yang sudah dicuci

di masak dengan campuran santan kelapa serta diberi daun pandan.

Beras yang berwarna putih ini perlambang dari amal baik yang

dilakuakan almarhum/almarhuman semasa hidup. Pencampuran beras

dengan santan kelapa perlambang agar amal yang telah diperbuat oleh

almarhum/almarhumah dapat mengantarkannya ketempat yang baik

disisi Tuhan (surga), gurih dari santan perlambang kemudahan.

- Ingkung : melambangkan suatu kepasrahan seseorang terhadap Tuhan.

Bahwa yang bernyawa kelak akan mati dan kembali pulang pada

Tuhannya. Ingkung berarti “ing” yaitu “di atau pada” dan “kung” yaitu

“mengacu pada yang Agung yaitu Tuhan”.

- Apem : sebagai perwujudan maaf dari almarhum/almarhumah apabila

telah melakukan kesalahan selama hidup di dunia. Apem berasal dari

bahasa arab “afwan” yang berarti “maaf”. Apem yang digunakan dalam

empat puluh hari yaitu apem yang sudah di goreng. Apem dalam commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id144

masyarakat Desa Tegalmade memiliki 2 bentuk yaitu bulat pipih dan

contong. Apem selain sebagai perwujudan maaf juga memiliki makna

lain yaitu apem bulat pipih sebagai simbol dari payung dan apem

contong sebagai simbol gagang payung. Apem sebagai piranti agar

jenazah tidak kepanasan saat di alam kubur.

- Krupuk udang : bentuk krupuk udang yang lebar dan ringan sebagai

perlambang semoga hisab dari almarhum/almarhumah diringankan

oleh Tuhan dan mendapat jalan yang lebar untuk kembali pada Tuhan.

- Dhele ireng : berasal dari “dhel” yaitu “putusnya sesuatu ikatan”. Ikatan

yang dimaksud yaitu mengenai ikatan duniawi serta amal yang

diperbuat oleh manusia. Warna hitam pada dhele melambangkang

suasana sedih/berkabung. Dhele ireng melambangkan tolak bala dari

kesedihan yang dirasakan oleh keluarga yang telah ditinggalkan

almarhum/almarhumah.

- Cabai merah dan bawang merah : melambangkan satu tujuan yang

pasti yaitu surga yang harus dicapai. Warna merah merupakan simbol

dari keberanian dalam mempertanggungjawabkan segala dosa yang

telah diperbuat.

Kemudian pada sore hari menggelar kondangan dan mengundang

beberapa orang tetangga serta orang-orang dari masjid, membacakan

dzikir, surat yasin, dan doa untuk almarhum/almarhumah, kemudian

setelah pulang akan dibawakan nasi berkat.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id145

11) Pendak pisan dan pendak pindo [pənda? Pisan dan pənda? pindɔ]

Makna kultural dari Pendak pisan dan pendak pindo sama seperti kenduri

yang lainnya, yaitu hanya pelaksanaanya saja yang berbeda, dilakukan

pada tahun pertama dan kedua kematian. Saat pendak pisan dan pendak

pindo, tenaga rewang membuat kenduri sama seperti pada kenduri 40

hari, 100 hari, dan nyewu, yaitu antara lain:

- Nasi golong : melambangkan kebulatan tekad dari keluarga yang

meninggal, bahwa mereka percaya saudara mereka yang telah

meninggal akan dimasukkan ke tempat yang terbaik (surga).

- Nasi ambengan : perlambang bahwa arwah dari orang yang telah

meninggal akan mendapatkan ampunan dari Tuhan atas segala dosa

yang telah diperbuat di dunia dan diterima disisi Tuhan serta sebagai

sedekan atas nama almarhum sebagai permohonan maaf jika semasa

hidup banyak melakukan kesalahan.

- Nasi gurih/nasi halus : cara membuatnya yaitu beras yang sudah dicuci

di masak dengan campuran santan kelapa serta diberi daun pandan.

Beras yang berwarna putih ini perlambang dari amal baik yang

dilakuakan almarhum/almarhuman semasa hidup. Pencampuran beras

dengan santan kelapa perlambang agar amal yang telah diperbuat oleh

almarhum/almarhumah dapat mengantarkannya ketempat yang baik

disisi Tuhan (surga), gurih dari santan perlambang kemudahan.

- Ingkung : melambangkan suatu kepasrahan seseorang terhadap Tuhan.

Bahwa yang bernyawa kelak akan mati dan kembali pulang pada commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id146

Tuhannya. Ingkung berarti “ing” yaitu “di atau pada” dan “kung” yaitu

“mengacu pada yang Agung yaitu Tuhan”.

- Sambal goreng kentang : sambal goreng dibuat dari kentang yang telah

dipotong dan ditambahi dengan cabai merah serta santan kelapa.

Sambal goreng kentang melambangkan semangat dan kekuatan untuk

bersatu dari keluarga untuk menerima cobaan kehilangan dari salah satu

keluarganya.

- Apem : sebagai perwujudan maaf dari almarhum/almarhumah apabila

telah melakukan kesalahan selama hidup di dunia. Apem berasal dari

bahasa arab “afwan” yang berarti “maaf”. Apem dalam masyarakat

Desa Tegalmade memiliki 2 bentuk yaitu bulat pipih dan contong.

Apem selain sebagai perwujudan maaf juga memiliki makna lain yaitu

apem bulat pipih sebagai simbol dari payung dan apem contong sebagai

simbol gagang payung. Apem sebagai piranti agar jenazah tidak

kepanasan saat di alam kubur.

- Krupuk udang : bentuk krupuk udang yang lebar dan ringan sebagai

perlambang semoga hisab dari almarhum/almarhumah diringankan

oleh Tuhan dan mendapat jalan yang lebar untuk kembali pada Tuhan.

- Pisang raja : pisang raja simbol dari kepemimpinan.pisang raja sebagai

cerminan dukungan moral dan bantuan dari masyarakat kepada

keluarga almarhum/almarhumah yang telah mendapat cobaan.

- Entho-entho : entho-entho sebagai perlambang awal mula kehidupan

manusia yaitu dari gumpala darah. Entho-entho sebagai simbol bahwa commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id147

manusia diciptakan dari segumpal darah kemudian dititipkan pada

rahim seorang ibu dan kemudian dilahirkan ke dunia dan dijadikan

sebaik-baik makhluk dari Tuhan. Hal ini agar manusia selalu mengingat

bahwa Tuhan adalah sebaik-baik pencipta dan tempat kembali pulang.

- Tempe goreng : jenazah ibarat kedelai yang akan dijadikan tempe yaitu

dari proses pemilihan kedelai yang berkualitas kemudian diberi ragi,

dibungkus dan difermentasi dengan baik maka akan menghasilkan

tempe dengan kualitas baik. Begitu juga perawatan jenazah harus

diperlakukan dengan baik dari mulai di mandikan, di semayamkan, di

sholatkan, hingga di kubur, agar mendapat tempat peristirahatan yang

baik.

- Peyek : dibuat dengan adonan tepung yang dicampur dengan kacang.

Adonan tepung sebagai simbol masyarakat, sedangkan kacang

melambangkan kebudayaan. Peyek merupakan lambang persatuan

kebudayaan dengan masyarakat dalam mencapai tujuan bersama.

- Dhele ireng : berasal dari “dhel” yaitu “putusnya sesuatu ikatan”. Ikatan

yang dimaksud yaitu mengenai ikatan duniawi serta amal yang

diperbuat oleh manusia. Warna hitam pada dhele melambangkang

suasana sedih/berkabung. Dhele ireng melambangkan tolak bala dari

kesedihan yang dirasakan oleh keluarga yang telah ditinggalkan

almarhum/almarhumah.

commit to user