Tradisi Ruwahan Dan Pelestariannya Di Dusun Gamping Kidul Dan Dusun Geblagan Yogyakarta
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Indonesian Journal of Conservation Vol. 3 No. 1 - Juni 2014 TRADISI RUWAHAN DAN PELESTARIANNYA DI DUSUN GAMPING KIDUL DAN DUSUN GEBLAGAN YOGYAKARTA Rosalia Susila Purwanti Prodi PGSD Universitas PGRI Yogyakarta rosalia.sp@gmailcom ABSTRACT Ruwahan in Gamping Kidul Village and Geblagan Village is a form of culture preservation towards the tradi- tion that has been held by the two villages, two subdistrics, and two regencies in the Special Region of Yogya- karta since 1984. The existance of this joint ruwahan tradition aims to strengthen the brotherhood between the two neighboring villages by working together to clean the tomb, holding kenduri feast of which foods brought from home by residents, as well as praying for ancestor spirits, especially, those who are buried in the cemetery nearby. Ruwahan tradition was carried out once a year in ruwah, a name of a month in Javanese calendar. Ru- wahan tradition is served to pray for the ancestors in the afterlife, so that they can live in peace in heaven and the heirs are protected by their ancestors. The study concluded that the joint Ruwahan of the two villages start- ed with the preparation, then it was held together by people whose ancestors buried in the Gamping Kidul dan Geblagan cemetry. The people will gather around in place where the ceremony was held without beng invited. During the preparation for the Ruwahan ceremony, good communication and mutual cooperation are estab- lished among the neighbouring villagers. They pray and praise their prophet in Javanese language. Keywords: ruwahan, traditions, cultural preservation ABSTRAK Ruwahan di Dusun Gamping Kidul dan Dusun Geblagan Suatu Pelestarian Tradisi merupakan upacara adat-tradisi yang dilaksanakan oleh dua dusun, dua kelurahan, dua kabupaten di wilayah Daerah Is- timewa Yogyakarta yang sudah berlangsung sejak tahun 1984. Bergabungnya tradisi ruwahan ini ber- tujuan untuk mempererat persaudaraan antara dua dusun yang berdekatan, bergotong royong untuk membersihkan makam, bersedekah kenduri yang dibawa dari rumah masing-masing warga, mendoakan bersama para arwah leluhur khususnya yang dimakamkan pada makam tersebut. Tradisi Ruwahan ini dilaksanakan satu tahun sekali pada bulan Ruwah. Tradisi Ruwahan ini menjadi tradisi yang berfungsi untuk mendoakan para leluhur agar di alam baka dapat hidup tenteram mulia di surga dan anak keturun- annya dilindungi oleh para leluhurnya. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dengan Ruwahan gabun- gan dua dusun ini mulai dari persiapan sampai pelaksanaan para warga yang merasa memiliki leluhur di makam Gamping Kidul dan Geblagan ini meskipun tidak diundang mereka sadar untuk hadir. Dengan kebersamaan selama persiapan sampai pelaksanaan tradisi Ruwahan ini terjalin komunikasi, gotong royong antar para warga dusun yang berdekatan ini berdoa dengan cara bersholawat Jawi. Kata kunci: ruwahan, tradisi, pelestarian budaya Indonesian Journal of Conservation Vol. 3 No. 1 - Juni 2014 [ISSN: 2252-9195] 50 Hlm. 50—57 Tradisi Ruwahan dan Pelestariannya… — Rosalia Susila Purwanti PENDAHULUAN dianggap penting dan berharga dalam hidup (Koentjaraningrat, 1971: 28). Lajunya perkembangan jaman di era Dalam suatu masyarakat nilai budaya globalisasi yang semakin canggih dalam mempunyai fungsi sebagai suatu sistem tata teknologi, seperti tiada batas. Jarak yang jau- kelakuan dan pedoman tingkah laku manusia hpun menjadi semakin dekat. Namun dalam seperti hukum adat, aturan sopan santun dan perjalanan hidup manusia secanggih apapun adat istiadat. Maka dalam kehidupan sehari- tetap masih mengingat sangkan paraning hari akan berpengaruh terhadap tingkah laku dumadi yakni Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi dan perbuatan sikap manusia dalam hidup mengenang para leluhur ini merupakan salah bermasyarakat dengan kebudayaan yang satu hasil kebudayaan Jawa yang memberi mendominasi pola-pola interaksi. Maka da- tuntunan atau panutan dan menarik untuk lam sebuah penelitian tradisi sebagai budaya dihayati oleh siapa saja dalam kehidupannya. masyarakat, tidak akan lepas dari masyarakat Sebagai masyarakat Jawa mengenai tradisi sebagai pendukung tradisi itu sendiri dan po- mengenang para leluhur ini diperingati se- la-pola budaya yang berlaku di dalam tahun sekali ketika bulan Ruwah tiba. masyarakat pendukungnya. Pada bulan Ruwah ini masyarakat di Adapun masyarakat pendukung dari pedesaan khususnya bersih-bersih makam di tradisi Nyadran di sini adalah hasil interaksi tempat leluhurnya masing-masing. Tradisi di masyarakat dua dusun yang berbeda kalu- bulan Ruwah ini dikenal dengan istilah Nya- rahan kabupaten, yakni masyarakat Dusun dran, biasa setelah tanggal 15 Ruwah Gamping Kidul Ambarketawang Gamping masyarakat mulai bersih-bersih makam, dicat Sleman dengan masyarakat Dusun Geblagan ulang bangunan cungkupnya. Bulan Ruwah Tamantirto Kasihan Bantul. Ini sebuah tradi- merupakan salah satu warisan kebudayaan si yang merupakan gabungan dua dusun. dari para leluhur yang menjadi tradisi secara Apabila dilihat tradisi Nyadran ini menyatu, turun temurun untuk generasi selanjutnya. tanpa batas karena lokasi makam berhimpi- Menurut Schrieke dalam Koentjaraningrat tan yang di sisi selatan merupakan makam (1984: 25) memang benar mengenai pent- umum milik dusun Geblagan dan di sisi ingnya keadaan lingkungan-lingkungan alam utara makam milik keluarga besar Trah Tjak- Pulau Jawa dalam hal mempelajari keane- radimedja. Kesepakatan untuk bergabung karagaman kebudayaan itu. Budaya tradisi dalam Nyadran ini sudah terjadi sejak dua Nyadran ini ditandai oleh suatu kehidupan puluh tujuh tahun yang lalu. Oleh karena itu keagamaan yang sangat sinkretistik, yakni peneliti ingin meneliti tradisi Ruwahan Nya- campuran dari unsur-unsur agama Hindu, dran di dua dusun ini agar generasi penerus Buddha dan Islam. bisa tetap melaksanakan tradisi di kemudian Sinkretistik tersebut tampak ketika hari sesuai dengan perkembangan jaman. acara tahlilan dimulai pada Shalawat menga- Ruwahan sebagai tradisi bulan ketika lunkan tembang-tembang berbahasa Arab – orang-orang pergi ke makam, menurut Jawa. Tampak pada perlengkapan kenduri Poerwadarminta (1939: 534) dijelaskan bah- yang dibawa oleh masing-masing anggota wa yang disebut Ruwah adalah Sasi kang keluarga yang memiliki leluhur. Ada juga kawoloe, mangsane wong ngirim menyang yang membakar kemenyan, dupa agar bau koeboeran. Sedang istilah Ruwahan diartikan harum dari kemenyan dan dupa tersebut bisa slametan ing sasi ruwah. Ruwahan ini merupa- mengingat keharuman atau perbuatan kan tradisi yang dilestarikan oleh generasi baiknya ketika leluhur itu hidup di dunia ini. penerus. Maka di dalam kehidupan sehari-hari dari Tradisi-tradisi yang masih dilakukan hasil pemikiran manusia yang merupakan ini menjadi bersejarah bagi masyarakat yang pedoman tingkah laku ini dalam ilmu An- masih ingin melaksanakan tradisi tersebut. tropologi disebut sistem nilai budaya. Suatu Sejak dua puluh tujuh tahun yang lalu warga sistem nilai budaya tersebut merupakan suatu Trah Tjakradimedja dengan masyarakat rangkaian dari konsepsi-konsepsi abstrak dusun Geblagan sepakat untuk mengadakan yang hidup dalam pikiran sebagian besar dari Ruwahan Nyadran bersama dengan perlengka- warga masyarakat, mengenai apa yang harus pan sesaji kendhuri dan para pelantun tem- 51 Indonesian Journal of Conservation Vol. 3 No. 1 - Juni 2014 bang Shalawatan Jawi. Oleh karena itu dalam METODE PENELITIAN penelitian ini identifikasi permasalahannya terbatas pada letak geografis dusun Gamping Penelitian ini bersifat deskriptif kuali- Kidul dan dusun Geblagan tradisi Nyadran, tatif yakni melukiskan apa adanya yang tujuan pelaksanaan tradisi Nyadran, hasil berhubungan dengan tradisi Ruwahan Nya- yang diharapkan dari tradisi Nyadran. dran di dua dusun Gamping Kidul dan Penelitian mengenai tradisi Ruwahan Geblagan. Tradisi ini bermanfaat untuk Nyadran ini merupakan penelitian yang di- mengumpulkan para warga masyarakat yang harapkan bisa terpelihara di dusun Gamping memiliki makam leluhurnya. Untuk mem- Kidul Ambarketawang Gamping Sleman dan peroleh data-data maka perlu adanya metode dusun Geblagan Tamantirto Kasihan Bantul. penelitian yang meliputi (Suwondo, 1982: 10 Hal ini jarang ditemui, karena penggabungan – 11; Vredenbregt, 1981): (1) Wawancara yang letak geografisnya memang tidak ada bebas, yang berdasarkan pada daftar pertan- garis batasnya. Penelitian difokuskan pada yaan yang tidak berstruktur. Maka diharap- persiapan dan pelaksanaan yang sudah diten- kan akan memperoleh jawaban yang sifatnya tukan oleh para kerabat yang memiliki lelu- terbuka, sehingga berdasarkan jawaban yang hurnya. Kegiatan ini penulis ikut memper- didapatkan akan dikembangkan ke pertan- siapkan dan melaksanakan pada hari H-nya. yaan yang lebih luas lagi; (2) Observasi Penelitian didukung oleh beberapa pendeka- partisipasi, dengan cara ini dapat diharapkan tan yakni segi kesejarahannya, keagamaan, akan memperoleh kelengkapan data tentang dan sosial budaya. keadaan masyarakat di wilayah penelitian Segi kesejarahannya akan dikaji yang terkait dengan masalah penelitian. Me- mengenai keberadaan tradisi Ruwahan Nya- lalui pengamatan kehidupan sehari-hari dian- dran di dua dusun ini. Dari segi keagamaan tara para warga dua dusun ini akan tampak akan dibahas mengenai tingkat kesadaran kesan yang diperoleh mengenai kehidupan masyarakat dalam menjalankan agamanya. dalam hal bekerjasama. Maka pengamatan Sedang dari segi sosial budaya dikaji makna inilah bisa diharapkan bahwa data yang di- yang terkandung dalam tradisi Ruwahan Nya- peroleh akan lebih lengkap; (3) Studi pustaka, dran serta terjadinya proses