Indonesian Journal of Conservation Vol. 3 No. 1 - Juni 2014 TRADISI RUWAHAN DAN PELESTARIANNYA DI DUSUN GAMPING KIDUL DAN DUSUN GEBLAGAN YOGYAKARTA

Rosalia Susila Purwanti Prodi PGSD Universitas PGRI Yogyakarta rosalia.sp@gmailcom

ABSTRACT

Ruwahan in Gamping Kidul Village and Geblagan Village is a form of culture preservation towards the tradi- tion that has been held by the two villages, two subdistrics, and two regencies in the Special Region of Yogya- karta since 1984. The existance of this joint ruwahan tradition aims to strengthen the brotherhood between the two neighboring villages by working together to clean the tomb, holding kenduri feast of which foods brought from home by residents, as well as praying for ancestor spirits, especially, those who are buried in the cemetery nearby. Ruwahan tradition was carried out once a year in ruwah, a name of a month in Javanese calendar. Ru- wahan tradition is served to pray for the ancestors in the afterlife, so that they can live in peace in heaven and the heirs are protected by their ancestors. The study concluded that the joint Ruwahan of the two villages start- ed with the preparation, then it was held together by people whose ancestors buried in the Gamping Kidul dan Geblagan cemetry. The people will gather around in place where the ceremony was held without beng invited. During the preparation for the Ruwahan ceremony, good communication and mutual cooperation are estab- lished among the neighbouring villagers. They pray and praise their prophet in Javanese language.

Keywords: ruwahan, traditions, cultural preservation

ABSTRAK

Ruwahan di Dusun Gamping Kidul dan Dusun Geblagan Suatu Pelestarian Tradisi merupakan upacara adat-tradisi yang dilaksanakan oleh dua dusun, dua kelurahan, dua kabupaten di wilayah Daerah Is- timewa Yogyakarta yang sudah berlangsung sejak tahun 1984. Bergabungnya tradisi ruwahan ini ber- tujuan untuk mempererat persaudaraan antara dua dusun yang berdekatan, bergotong royong untuk membersihkan makam, bersedekah kenduri yang dibawa dari rumah masing-masing warga, mendoakan bersama para arwah leluhur khususnya yang dimakamkan pada makam tersebut. Tradisi Ruwahan ini dilaksanakan satu tahun sekali pada bulan Ruwah. Tradisi Ruwahan ini menjadi tradisi yang berfungsi untuk mendoakan para leluhur di alam baka dapat hidup tenteram mulia di surga dan anak keturun- annya dilindungi oleh para leluhurnya. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dengan Ruwahan gabun- gan dua dusun ini mulai dari persiapan sampai pelaksanaan para warga yang merasa memiliki leluhur di makam Gamping Kidul dan Geblagan ini meskipun tidak diundang mereka sadar untuk hadir. Dengan kebersamaan selama persiapan sampai pelaksanaan tradisi Ruwahan ini terjalin komunikasi, gotong royong antar para warga dusun yang berdekatan ini berdoa dengan cara bersholawat Jawi.

Kata kunci: ruwahan, tradisi, pelestarian budaya

Indonesian Journal of Conservation Vol. 3 No. 1 - Juni 2014 [ISSN: 2252-9195] 50 Hlm. 50—57 Tradisi Ruwahan dan Pelestariannya… — Rosalia Susila Purwanti

PENDAHULUAN dianggap penting dan berharga dalam hidup (Koentjaraningrat, 1971: 28). Lajunya perkembangan jaman di era Dalam suatu masyarakat nilai budaya globalisasi yang semakin canggih dalam mempunyai fungsi sebagai suatu sistem tata teknologi, seperti tiada batas. Jarak yang jau- kelakuan dan pedoman tingkah laku manusia hpun menjadi semakin dekat. Namun dalam seperti hukum adat, aturan sopan santun dan perjalanan hidup manusia secanggih apapun adat istiadat. Maka dalam kehidupan sehari- tetap masih mengingat sangkan paraning hari akan berpengaruh terhadap tingkah laku dumadi yakni Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi dan perbuatan sikap manusia dalam hidup mengenang para leluhur ini merupakan salah bermasyarakat dengan kebudayaan yang satu hasil kebudayaan Jawa yang memberi mendominasi pola-pola interaksi. Maka da- tuntunan atau panutan dan menarik untuk lam sebuah penelitian tradisi sebagai budaya dihayati oleh siapa saja dalam kehidupannya. masyarakat, tidak akan lepas dari masyarakat Sebagai masyarakat Jawa mengenai tradisi sebagai pendukung tradisi itu sendiri dan po- mengenang para leluhur ini diperingati se- la-pola budaya yang berlaku di dalam tahun sekali ketika bulan Ruwah tiba. masyarakat pendukungnya. Pada bulan Ruwah ini masyarakat di Adapun masyarakat pendukung dari pedesaan khususnya bersih-bersih makam di tradisi Nyadran di sini adalah hasil interaksi tempat leluhurnya masing-masing. Tradisi di masyarakat dua dusun yang berbeda kalu- bulan Ruwah ini dikenal dengan istilah Nya- rahan kabupaten, yakni masyarakat Dusun dran, biasa setelah tanggal 15 Ruwah Gamping Kidul Ambarketawang Gamping masyarakat mulai bersih-bersih makam, dicat Sleman dengan masyarakat Dusun Geblagan ulang bangunan cungkupnya. Bulan Ruwah Tamantirto Kasihan Bantul. Ini sebuah tradi- merupakan salah satu warisan kebudayaan si yang merupakan gabungan dua dusun. dari para leluhur yang menjadi tradisi secara Apabila dilihat tradisi Nyadran ini menyatu, turun temurun untuk generasi selanjutnya. tanpa batas karena lokasi makam berhimpi- Menurut Schrieke dalam Koentjaraningrat tan yang di sisi selatan merupakan makam (1984: 25) memang benar mengenai pent- umum milik dusun Geblagan dan di sisi ingnya keadaan lingkungan-lingkungan alam utara makam milik keluarga besar Trah Tjak- Pulau Jawa dalam hal mempelajari keane- radimedja. Kesepakatan untuk bergabung karagaman kebudayaan itu. Budaya tradisi dalam Nyadran ini sudah terjadi sejak dua Nyadran ini ditandai oleh suatu kehidupan puluh tujuh tahun yang lalu. Oleh karena itu keagamaan yang sangat sinkretistik, yakni peneliti ingin meneliti tradisi Ruwahan Nya- campuran dari unsur-unsur agama Hindu, dran di dua dusun ini agar generasi penerus Buddha dan Islam. bisa tetap melaksanakan tradisi di kemudian Sinkretistik tersebut tampak ketika hari sesuai dengan perkembangan jaman. acara tahlilan dimulai pada Shalawat menga- Ruwahan sebagai tradisi bulan ketika lunkan tembang-tembang berbahasa Arab – orang-orang pergi ke makam, menurut Jawa. Tampak pada perlengkapan kenduri Poerwadarminta (1939: 534) dijelaskan bah- yang dibawa oleh masing-masing anggota wa yang disebut Ruwah adalah Sasi kang keluarga yang memiliki leluhur. Ada juga kawoloe, mangsane wong ngirim menyang yang membakar kemenyan, dupa agar bau koeboeran. Sedang istilah Ruwahan diartikan harum dari kemenyan dan dupa tersebut bisa slametan ing sasi ruwah. Ruwahan ini merupa- mengingat keharuman atau perbuatan kan tradisi yang dilestarikan oleh generasi baiknya ketika leluhur itu hidup di dunia ini. penerus. Maka di dalam kehidupan sehari-hari dari Tradisi-tradisi yang masih dilakukan hasil pemikiran manusia yang merupakan ini menjadi bersejarah bagi masyarakat yang pedoman tingkah laku ini dalam ilmu An- masih ingin melaksanakan tradisi tersebut. tropologi disebut sistem nilai budaya. Suatu Sejak dua puluh tujuh tahun yang lalu warga sistem nilai budaya tersebut merupakan suatu Trah Tjakradimedja dengan masyarakat rangkaian dari konsepsi-konsepsi abstrak dusun Geblagan sepakat untuk mengadakan yang hidup dalam pikiran sebagian besar dari Ruwahan Nyadran bersama dengan perlengka- warga masyarakat, mengenai apa yang harus pan sesaji kendhuri dan para pelantun tem-

51 Indonesian Journal of Conservation Vol. 3 No. 1 - Juni 2014 bang Shalawatan Jawi. Oleh karena itu dalam METODE PENELITIAN penelitian ini identifikasi permasalahannya terbatas pada letak geografis dusun Gamping Penelitian ini bersifat deskriptif kuali- Kidul dan dusun Geblagan tradisi Nyadran, tatif yakni melukiskan apa adanya yang tujuan pelaksanaan tradisi Nyadran, hasil berhubungan dengan tradisi Ruwahan Nya- yang diharapkan dari tradisi Nyadran. dran di dua dusun Gamping Kidul dan Penelitian mengenai tradisi Ruwahan Geblagan. Tradisi ini bermanfaat untuk Nyadran ini merupakan penelitian yang di- mengumpulkan para warga masyarakat yang harapkan bisa terpelihara di dusun Gamping memiliki makam leluhurnya. Untuk mem- Kidul Ambarketawang Gamping Sleman dan peroleh data-data maka perlu adanya metode dusun Geblagan Tamantirto Kasihan Bantul. penelitian yang meliputi (Suwondo, 1982: 10 Hal ini jarang ditemui, karena penggabungan – 11; Vredenbregt, 1981): (1) Wawancara yang letak geografisnya memang tidak ada bebas, yang berdasarkan pada daftar pertan- garis batasnya. Penelitian difokuskan pada yaan yang tidak berstruktur. Maka diharap- persiapan dan pelaksanaan yang sudah diten- kan akan memperoleh jawaban yang sifatnya tukan oleh para kerabat yang memiliki lelu- terbuka, sehingga berdasarkan jawaban yang hurnya. Kegiatan ini penulis ikut memper- didapatkan akan dikembangkan ke pertan- siapkan dan melaksanakan pada hari H-nya. yaan yang lebih luas lagi; (2) Observasi Penelitian didukung oleh beberapa pendeka- partisipasi, dengan cara ini dapat diharapkan tan yakni segi kesejarahannya, keagamaan, akan memperoleh kelengkapan data tentang dan sosial budaya. keadaan masyarakat di wilayah penelitian Segi kesejarahannya akan dikaji yang terkait dengan masalah penelitian. Me- mengenai keberadaan tradisi Ruwahan Nya- lalui pengamatan kehidupan sehari-hari dian- dran di dua dusun ini. Dari segi keagamaan tara para warga dua dusun ini akan tampak akan dibahas mengenai tingkat kesadaran kesan yang diperoleh mengenai kehidupan masyarakat dalam menjalankan agamanya. dalam hal bekerjasama. Maka pengamatan Sedang dari segi sosial budaya dikaji makna inilah bisa diharapkan bahwa data yang di- yang terkandung dalam tradisi Ruwahan Nya- peroleh akan lebih lengkap; (3) Studi pustaka, dran serta terjadinya proses interaksi sosial melalui buku-buku di perpustakaan dicari yang antar warga yang berbeda kabupaten. bahan-bahan yang ada hubungannya dengan Tradisi Ruwahan sangat erat hub- masalah penelitian untuk melengkapi data ungannya dengan lingkungan dimana tradisi yang tidak ada ketika melakukan penelitian itu lahir. Ruwahan adalah ngirim atau ziarah di lapangan; (4) Sumber lisan, melalui infor- leluhur. Mereka pergi ke makam orang tua seperti tokoh masyarakat dan beberapa atau nenek moyangnya, untuk menabur bun- warga dua dusun; (5) Sumber tertulis, di- ga. Jenis bunga yang dipergunakan untuk peroleh dari arsip dan dokumen-dokumen ngirim atau nyekar itu adalah bunga telasih, administratif di wilayah Gamping Kidul dan bunga mawar, bunga kenanga, bunga melati Geblagan. Berpijak dari beberapa metode dan bunga kantil. Selain bunga juga ada sela- tersebut di atas, maka bisa menambah matan kendhuri dan sholawatan. kelengkapan data yang belum dapat di- Ruwahan ini banyak diselenggarakan peroleh. Data-data yang sesuai dan dapat oleh masyarakat pedesaan, biasa orang me- dipertanggungjawabkan dalam bentuk se- nyelenggarakan tradisi sadranan, dipundhen- buah laporan. pundhen, dengan sajen untuk caos dhahar kepada para pepundhen dan para lelu- hur. Dalam penelitian ini peneliti membahas HASIL DAN PEMBAHASAN ruwahan yang dilaksanakan oleh dua dusun, dua desa dan dua kabupaten. Hal ini terjadi Keberadaan Ruwahan di Dua Dusun karena keberadaan makam memang berdeka- tan maka digabunglah menjadi satu kesatuan Ketika makam Geblagan itu belum tradisi ruwahan. bergabung dengan tanah milik keluarga Trah Tjakradimedja belum ada tradisi ruwahan nyadran. Pada tahun 1984 keluarga Tjakra- 52 Tradisi Ruwahan dan Pelestariannya… — Rosalia Susila Purwanti dimedja berinisiatif membuat makam keluar- sederhana, yang diselenggarakan untuk ga. Secara kebetulan tanah milik keluarga kepentingan bersama seluruh anggota warga Tjakradimedja ini gandeng dengan makam bergotong royong. Tempat yang akan di- Geblagan. Atas kesepakatan keluarga waktu pergunakan dibersihkan secara bersama- itu dibuatlah makam dengan luas 10 m x 30 sama. Masyarakat percaya bahwa melalui m. Setelah nenek Tjakradimedja meninggal upacara ini para leluhur akan memberikan dan dimakamkan di tempat tersebut, maka keselamatan, ketenteraman dan Perlin- almarhum Bapak Franxiscus Pardjiya Mulya- dungan kepada generasi penerus yang masih hartana berembug dengan Bapak Pawiro hidup mengembara di muka bumi ini. Kelik untuk mengadakan ruwahan bersama. Melalui sudut antropologis, tradisi Maka jadilah tradisi ruwahan bersama dua merupakan bentuk atau wujud dari dusun Gamping Kidul dan Geblagan. pengakuan masyarakat yang menginginkan Sistem kepercayaan yang dianut oleh suatu tradisi itu berada. Keberadaan tradisi masyarakat Gamping Kidul dan masyarakat ini didukung oleh masyarakatnya. Oleh kare- Geblagan mayoritas memeluk agama Islam. na itu penghormatan kepada para leluhurnya Perlu diketahui bahwa hidup manusia di merupakan persembahan dari masyarakat bumi ini dilengkapi dengan akal, pancaindera pendukungnya kepada para leluhur. Hal ini dan nurani di dalam dirinya, sehingga kebe- merupakan keberadaan alam yang diselimuti saran, keajaiban dan keindahan ini sering suatu kekuatan-kekuatan yang berada di luar terjadi perubahan. Manusia hidup percaya kemampuan dan kesadaran pikiran manusia. adanya kekuatan di luar jangkauan manusia Fungsi tradisi Ruwahan Nyadran dapat yakni adanya Tuhan yang Maha Kuasa, Ma- dilihat dari berbagai sudut pandang. Masing- ha Esa, Maha Kasih. masing mempunyai arti dan pandangan yang Hal ini perlu diketahui bahwa orang- berbeda-beda, tetapi pada prinsipnya sama orang yang menganut agama Islam di Dusun yaitu percaya pada roh, monoteisme adalah Gamping Kidul dan Dusun Geblagan ini percaya pada leluhur, yang bertempat tinggal terdiri dari dua golongan, yakni agama Islam di lingkungan rumah misal pohon besar, per- Santri yaitu pemeluk agama Islam yang empatan, batu besar. Kepercayaan itu adalah secara keseluruhan mengikuti ajaran-ajaran animisme dan dinamisme. Islam. Bagi Islam Abangan yakni sebagai Keberadaan tradisi Ruwahan Nyadran orang Jawa kadang tidak dapat meninggal- di dua dusun ini sangat bergantung kepada kan kepercayaan aslinya. Islam Abangan itu para warga masyarakat. Upacara tradisi yang adalah golongan atau orang Jawa yang men- dilakukan oleh dua komunitas beda kabupat- ganut keyakinan dan konsep-konsep, serta en ini baik secara bersama-sama atau indi- sistem upacara atau ritus Hindu Jawa yang vidu, bertujuan untuk mendapatkan kesela- menyatu, dengan keyakinan konsep-konsep matan, ketenteraman dalam lindungan para dan sistem upacara serta ritus agama Islam. leluhurnya. Secara historis Ruwahan Nyadran di Upacara tradisi ini dilakukan dengan Dusun Gamping Kidul dan Dusun Geblagan cara berkesinambungan yakni setiap bulan ini sebuah tradisi yang menyatu. Apabila ruwah, secara sosiologis tradisi Ruwahan Nya- dilihat tradisi Nyadran ini menyatu tanpa ba- dran berpengaruh terhadap kebersamaan para tas, karena lokasi makam memang berdeka- warga dua dusun mulai dari persiapan hingga tan bahkan tanahnya gandeng. Maka setiap pelaksanaan dan berakhirnya acara tradisi bulan Ruwah tiba masyarakat dua dusun ini tersebut penuh dengan lantunan tembang selalu mengadakan acara tradisi Ruwahan singiran dari para Sholawat di sekitar makam Nyadran bersama. Dari sekian banyak para leluhur. Acara tradisi Ruwahan ini pemeluk agama Islam, sebagian kecil masih merupakan peristiwa sosial bagi masyarakat menjalankan sesaji berikut segala kelengka- Dusun Gamping Kidul dan Dusun Geblagan pannya termasuk membakar kemenyan, dengan adanya pengendalian sosial, dalam menabur bunga mawar, kenanga, melati, kelompok sosial boleh dikatakan bahwa kantil, dan telasih pada masing-masing nisan tradisi itu bisa dipergunakan untuk menye- para leluhurnya. lenggarakan interaksi sosial dan interaksi pa- Tradisi ruwahan ini dilakukan secara da masyarakat dua dusun tersebut.

53 Indonesian Journal of Conservation Vol. 3 No. 1 - Juni 2014

yang telah meninggal dunia. Kemudian dilanjutkan dengan doa yang berabahasa Ar- Ruwahan di Dusun Gamping Kidul dan ab campur bahasa Jawa. Setelah selesai Dusun Geblagan berdoa seperti tersebut di atas diakhiri dengan surat Al Fatihah. Satu minggu sebelum hari H Ruwahan Nyadran para kedua warga Dusun Gamping Kidul dan Dusun Geblagan secara bersama- Strategi Konservasi Ruwahan sama mengadakan kerja bakti membersihkan makam, mengecat tembok, sehingga makam Keberadaan tradisi Ruwahan (Nyadran) menjadi bersih. Malam sebelum pelaksanaan pada jaman reformasi globalisasi ini diharap- Ruwahan Nyadran dari keluarga Trah Tjakra- kan oleh para warga tetap lestari meskipun dimedja mengadakan tahlilan yang dihadiri jaman telah berubah. Dengan semangat oleh sebagian para warga dan keluarga Trah kebersamaan membersihkan makam para Tjakradimedja. leluhur menjadikan tempat makam tidak Pagi hari kedua warga masyarakat singup atau mistis serta bersih. Hal ini juga membuat tempat mendirikan tenda di sekitar memberi contoh kepada generasi para rema- makam. Sampai waktu yang telah ditentukan ja. Selanjutnya ikut terlibat dalam acara Nya- yaitu pada hari Minggu tanggal 17 Juli 2011 dran. Adat istiadat ini merupakan warisan mulai pukul 09.00 pagi kedua masyarakat dari nenek moyang agar budaya ini tidak Gamping Kidul dan Geblagan mulai punah ditelan jaman dan selalu dilestarikan berdatangan. Masing-masing warga mengge- keberadaannya. lar tikar sebagai alas tempat duduk, serta Sholawat dengan lantunan tembang- membawa uba rampe yang berupa kendhuri. tembang perpaduan antara bahasa Arab dan Adapun isi kendhuri Nyadran terdiri dari : sego bahasa Jawa ini mewarnai acara tradisi Nya- gurih (wuduk), ingkung ayam jawa, sambel , dran di dua dusun ini dengan maksud untuk kobis, timun jengkol dan pete. Gereh, peyek, mengirim doa dan menambah iman, karena thontho kembang rasulan, kembang telon, kinang dengan membaca dzikir, maka dibiasakan ayu dan wajib berupa uang Rp 7000,-. untuk selalu mengucap ayat-ayat yang ada Gedhang sanggan setangkep, ketan, dan dalam kitab suci Al Qur’an. apem. Ambangan terdiri dari sego Jawa dan Selesai mengirim doa lewat tembang- golong, , tempe goreng, sambel goreng, tembang tersebut dilanjutkan acara kendhuri tempe krecek, endhog ceplok, endog irisan, sego yang dibawa oleh para warga dari rumah gurih (sego putih), iwak suwiran, kobis, timun, masing-masing. Kendhuri ini saling ditukar pindhang, peyek gereh, kacang, thontho, . dengan maksud bisa merasakan masakan pa- Tiba saatnya para warga telah berkum- ra warga sebagai kebersamaan. Acara pul di makam Gamping Kidul dan Geblagan kendhuri ini dipimpin oleh seorang kaum acara segera dimulai dengan pembukaan oleh yang dituakan dan dianggap telah banyak Bapak Kaum dengan bahasa. Dilanjutkan memiliki pengetahuan dan pengalaman da- sambutan dari Sesepuh Nyadran. Inti dari ke lam hal agama. dua sambutan tersebut ucapan selamat da- Para warga dua dusun setelah saling tang kepada seluruh warga dan trah Tjakra- tukar menukar ambengan kendhuri, masih dimedja, seluruh ahli waris dan para warga. menikmati makan bersama yang Terima kasih sudah menghadiri acara Nya- dihidangkan dari keluarga trah Tjakradime- dran pada setiap tahun sekali di makam dja. Tradisi makan bersama merupakan sim- dusun Gamping Kidul dan dusun Geblagan. bol dari kegotongroyongan masyarakat Jawa Sesepuh Nyadran menyambut sebagai berikut: tempo dulu. Oleh karena itu tradisi Ruwahan terima kasih kepada seluruh warga di acara Nyadran di dua dusun ini diharapkan tetap Nyadran dengan tujuan mengadakan acara lestari sepanjang masa untuk menggalang Nyadran ini untuk mengingatkan kepada se- kebersamaan. luruh warga yang memiliki tanggung jawab Adapun ambengan yang dibawa ke mendoakan kepada para leluhur, mbah makam memiliki makna atau simbol yang buyut, orang tua dan saudara-saudara kita terdiri dari: ; adalah nasi putih 54 Tradisi Ruwahan dan Pelestariannya… — Rosalia Susila Purwanti dibentuk kerucut menyerupai gunung mel- bersama Sang Khalik. ambangkan pengharapan kepada Tuhan Ayam ingkung adalah ayam Jawa yang supaya permohonan terkabul. Lambang dimasak secara utuh diberi -bumbu gunung yang runcing ke atas merupakan sim- ditambah santan yaitu melambangkan manu- bol bahwa manusia berasal dari Tuhan dan sia sejak lahir ketika masih bayi belum nantinya akan kembali kepada-Nya. Gunung mempunyai masih suci. Ingkung juga dipersepsikan sebagai tempat yang tinggi le- mempunyai makna kepasrahan kepada Tu- taknya dan dianggap sesuatu yang suci kare- han yang Maha Agung. Lambang dari pisang na dihubungkan dengan langit dan Tuhan. raja setangkep adalah suatu harapan agar ke- Puncak gunung yang satu diibaratkan permo- lak kemudian hari seluruh warga dua dusun honan dalam upacara adat hanya dihunjuk- Gamping Kidul dan dusun Geblagan selalu kan kepada satu yakni Tuhan yang Maha hidup bahagia seperti Sang Raja. Agung. Lingkaran tumpeng yang semakin ke Ketan berasal dari kata khotan yang atas semakin kecil, melambangkan per- artinya kesalahan, dalam hal ini dimak- juangan manusia yang masih mengembara di sudkan agar keluarga yang masih hidup di muka bumi ini harus bisa meraih cita-cita dunia ini bisa selalu raket (ketan) dekat yang diharapkan. dengan Tuhan dan selalu mendoakan kepada Nasi gurih dan nasi golong (nasi diben- arwah-arwah nenek moyang yang sudah tuk bulat melambangkan makro kosmos hidup kekal di surga. Sedang kolak berasal bumi tempat manusia berpijak). Adapun nasi dari kata qalaya yang artinya mengucapkan gurih dimasak dengan santan kelapa, garam, atau berkata baik, dengan maksud tidak dan daun salam menjadikan nasi gurih lebih boleh berkata mengenai kejelekan orang yang harum dan gurih rasanya. Nasi gurih ini juga sudah meninggal. Apem berarti ampunan, disebut nasi Rasul, karena nasi ini merupa- agar arwah para leluhur diampuni oleh Tu- kan persembahan dari warga untuk memo- han yang Maha Pengasih. Maka ketan, kolak, hon kepada Nabi Muhammad SAW. Di apem setiap bulan Ruwah selalu disajikan un- samping itu juga sebagai lambang permo- tuk kelengkapan acara Ruwahan Nyadran. honan kesejahteraan Nabi Muhammad SAW Setiap sesaji apapun selalu dilengkapi para sahabat, dan bagi penyelenggara serta dengan . Ini melambangkan para peserta upacara tradisi Ruwahan Nya- kelengkapan isi alam semesta mulai dari dran. buah-buahan sampai makanan kecil yang Nasi ambeng ini ada lauk pauknya sep- lengkap sebagai persembahan. Setelah selesai erti bakmi, tempe goreng, sambel goreng, membagi atau saling tukar kendhuri ambengan tempe krecek, endhog ceplok, endhog irisan, iwak dan selesai menyantap makan dilanjutkan suwiran, kobis, timun, pindhang, peyek gereh, tabur bunga kepada masing-masing nisan. kacang, thontho dan krupuk. Nasi ambeng ber- Seluruh warga peserta Ruwahan Nya- makna untuk mengirim para lelulur yang su- dran secara bergantian menaburkan bunga di dah meninggal. Dimohonkan pula agar dosa atas nisan makam leluhurnya sebagai tanda para leluhur diampuni oleh Tuhan yang Ma- berbakti dan sayang dari keluarga yang ha Pengasih dan Pengampun. masih mengembara di dunia ini terhadap le- Kembang Rasulan, kembang telon dan luhur yang sudah meninggalkan dunia. Sela- kinang ayu dan uang wajib yang disebut abon- ma tabur bunga masih ada yang berdoa abon ini melambangkan keharuman para lelu- secara pribadi, selain tabur bunga ada yang hur patut dicontoh oleh keturunannya, se- membakar kemenyan, dupa dan lilin dengan dang uang wajib lambang orang hidup dalam maksud keharuman kemenyan dan dupa ini kesehariannya membutuhkan uang. Bunga- untuk mengingatkan keharuman nama baik, bunga baik yang diletakkan dalam kendhuri perbuatan baik para leluhur supaya bisa di- maupun untuk bunga tabur melambangkan contoh oleh generasi keturunannya, se- keharuman doa yang berasal dari hati yang dangkan lilin memiliki makna terang agar tulus dan para leluhur telah mulia di surga para leluhur hidup abadi dalam keadaan

55 Indonesian Journal of Conservation Vol. 3 No. 1 - Juni 2014 damai dan terang. nyenangkan karena bisa makan bersama da- Tradisi Ruwahan Nyadran ini merupa- lam setahun sekali pada acara Ruwahan Nya- kan hasil budaya masyarakat yang masih di- dran. percaya dan dilestarikan. Maka dalam Setelah makan bersama dilanjutkan pelaksanaannya perlu diketahui bahwa hidup doa bersama di makam Trah Tjakradimedja manusia di bumi ini dilengkapi dengan akal, berdoa menurut keyakinan masing-masing, pancaindera dan nurani di dalam dirinya, karena dari keturunan Trah Tjakradimedja sehingga kebesaran, keajaiban dan keindahan ada yang beragama Islam dan Katolik. ini sering terjadi perubahan. Oleh karena itu Setelah doa bersama selesai dilanjutkan tabur ke depan tradisi ini diharapkan tetap lestari. bunga pada masing-masing nisan yang terdiri Selama proses Sholawatan menggunakan dari bunga mawar, melati, kenanga, kantil, dua bahasa yakni Arab dan Jawa. Hal ini dan telasih. Penulis menabur bunga mawar, dilihat dari sejarah masa lalu bahwa orang- melati, kenanga, kantil, dan telasih di makam orang yang menganut agama Islam di Indo- Ibu/Bapak Mulyohartono. nesia ini terdiri dari dua golongan, yakni aga- Selamatan menurut cara Jawa ini ma Islam Santri yaitu pemeluk agama Islam merupakan upacara keagamaan yang paling yang secara keseluruhan mengikuti ajaran- umum, mempunyai lambang kesatuan mistis ajaran Islam murni. Bagi Islam Abangan, dan sosial dalam masyarakat dua dusun yakni sebagai orang Jawa yang tidak bisa Gamping Kidul dan dusun Geblagan yang meninggalkan kepercayaan aslinya, seperti tergabung dalam kelompok sosial untuk sal- halnya orang Jawa yang menganut keya- ing tolong menolong dan bekerja sama yang kinan dan konsep-konsep, serta sistem terwujud dalam tradisi Ruwahan Nyadran. upacara atau ritus Hindu Jawa yang menyatu semoga tradisi ini menjadi lebih membangkit- dengan keyakinan konsep-konsep dan sistem kan rasa gotong royong antara dua Dusun upacara serta ritus agama Islam. Gamping Kidul dengan Dusun Geblagan, Harapan tradisi Ruwahan Nyadran ini dua kalurahan Ambarketawang dengan Ka- dalam kehidupannya memiliki nilai budaya lurahan Tamantirto dan Kabupaten Sleman yang berguna sebagai pedoman tingkah laku dengan Kabupaten Bantul semoga Berkah manusia. Mengingat tradisi ini berkaitan Dalem. dengan kepercayaan yang dianut pada umumnya adalah Islam Abangan yakni penuh dengan upacara selamatan yang di- SIMPULAN wujudkan dalam bentuk kenduri. Adat isti- adat atau tradisi yang menjadi suatu aturan Meskipun jaman terus melaju, namun dan sudah mantap serta mencakup segala tradisi Ruwahan Nyadran tetap terus berlang- konsepsi sistem budaya dari suatu ke- sung. Masyarakat makin berminat untuk budayaan untuk mengatur tindakan manusia melaksanakan acara tradisi tersebut. Budaya dalam kehidupan sosial. Tindakan tersebut Jawa tradisi Ruwahan Nyadran telah ter- diwujudkan dalam simbol-simbol sesaji bentuk dari masa lalu dan tetap lestari di kendhuri Ruwahan Nyadran yang berhubungan jaman globalisasi ini. Tradisi ini mengingat acara tradisi mengirim doa para leluhur yang sangkan paraning dumadi manusia yakni kemudian menjadi slametan adat dan men- mengenang para leluhur dengan cara berdoa tradisi. melalui tembang-tembang dengan bahasa Tradisi yang selalu dilaksanakan pada Arab – Jawa. bulan Ruwah ini, sebelum berdoa di makam Tradisi ini dimulai ketika bulan Ruwah keluarga Trah Tjakradimedja terlebih dahulu tiba masyarakat dua Dusun Gamping Kidul menyantap makan yang disediakan oleh mas- Ambarketawang Gamping Sleman dengan ing-masing keturunan keluarga Trah Tjakra- Dusun Geblagan Tamantirto Kasihan Bantul dimedja. Makan bersama pada Trah Tjakra- melakukan bersih-bersih makam leluhur. Pa- dimedja ini menjadikan suasana me- da hari H yang telah ditentukan yaitu 17

56 Tradisi Ruwahan dan Pelestariannya… — Rosalia Susila Purwanti

Juli 2011 dilaksanakan Ruwahan Nyadran. DAFTAR PUSTAKA Pelaksanaan Ruwahan Nyadran diawali dengan sambutan dilanjutkan tahlilan Suwondo, Bambang. 1982. Sistem Gotong Royong dengan tembang-tembang bahasa Arab - Ja- Dalam Masyarakat Pedesaan Daerah Istimewa wa yang disebut Sholawatan Jawi. Selesai Yogyakarta. Jakarta: Departemen Pendidi- tahlilan dilanjutkan kedhuri ambengan dengan kan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. cara saling menukar dan dilanjutkan makan Koentjaraningrat. 1970. Manusia dan Kebudayaan bersama diakhiri tabur bunga. Indonesia. Jakarta: Djamatan. Harapan tradisi Ruwahan Nyadran ini ------. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: PN. Balai dalam kehidupannya memiliki nilai budaya Pustaka. yang berguna sebagai pedoman tingkah laku ------.1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: manusia. Dalam kelompok sosial masyarakat Gramedia Pustaka. saling bekerja sama, bergotong royong me- Poerwadarminto. 1939. Baoesastradjawa. Batavia: lalui Ruwahan Nyadran dua Dusun Gamping Groningen. Kidul Ambarketawang Gamping Sleman Soemardjan, Selo. 1990. Perubahan Sosial di Yogya- dengan Dusun Geblagan Tamantirto Kasi- karta. (diterjemahkan oleh H.J. han Bantul semakin akrab dan Koesoemanto, Mochtar Pabotingi). Yogya- karta: Gadjah Mada University Press. mengharumkan. Vredenbregt, J. 1981. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia.

57