PRAKTIK VERIFIKASI BERITA DALAM FILM THE POST TERHADAP TIGA PRINSIP JURNALISME DALAM PERSPEKTIF ANALISIS NARATIF

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh: Arita Ambarani 11140510000075A

PROGRAM STUDI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ASYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M

ABSTRAK Arita Ambarani, 11140510000075, Praktik Verifikasi Berita Dalam Film The Post Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme Dalam Perspektif Analisis Naratif, dibawah Bimbingan Dr. Rulli Nasrullah, M.Si.

Film merupakan penggabungan antara audio dan visualisasi gambar-gambar yang memiliki keterkaitan. Film bagian dari media komunikasi untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang ataupun individu. Biasanya film, memiliki keterkaitan dengan pesan pendidikan, hiburan maupun informasi. Salah satu film yang mengemas informasi secara apik mengenai fakta perang Vietnam, adalam film The Post. Film ini merupakan film biografi drama sejarah Amerika Serikat. Film The Post, ini merupakan karya dari dan Kristie Macosko Krieger. Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat dua persoalan, yaitu; pertama bagaimana alur awal, alur tengah dan alur akhir dalam film The Post? Dan prinsip jurnalisme apa saja yang terdapat dalam film The Post? Penelitian ini bertujuan untuk mendalami tentang prinsip jurnalisme dalam film The Post. Narasi yang digunakan menggunakan naratif Tzvetan Todorof yakni alur cerita awal, tengah, dan akhir dalam film The Post. Serta untuk mendeskripsikan peran jurnalis sesuai dengan prinsip jurnalisme dalam fim The Post. Model analisis yang digunakan oleh peneliti adalah model Tvzetan Todorov. Inti analisis narasi adalah menggabungkan dua dimensi narasi tokoh dan alur dalam satu kesatuan analisis. Sedangkan metodologi yang peneliti gunakan ialah kualitatif melalui analisis narasi. Narasi yang terdapat di dalam film The Post memiliki kaitan dengan kebebasan pers. Akan tetapi dalam penelitian ini peneliti menemukan tiga prinsip jurnalisme, yakni: kewajiban peran jurnalisme adalah pada kebenaran, para wartawan harus memiliki kebebasan dari sumber yang mereka liput, dan jurnalisme harus berusaha membuat yang penting menjadi menarik dan relevan.

Kata kunci: film the post, analisis naratif model tzvetan todorov, prinsip- prinsip jurnalisme, wartawan dan masyarakat

i

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warrahmatullahi Waabarakatu

Alhamdulillahi Rabbil „Alamin, segala puji bagi Allah SWT yang maha kuasa pemilik alam semesta, yang maha berkehendak atas segala kehidupan di muka bumi ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Praktik Verifikasi Berita Dalam Film The Post Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme Dalam Perspektif Analisis Naratif” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan koreksi dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini agar lenih bermanfaat bagi para pembaca. Selain itu dengan adanya pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang tulus kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto M,Ed, Ph.D Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, MA Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr. Suhaimi, M.Si Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama 2. Kholis Ridho M.Si Ketua Prodi Jurnalistik serta Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A Sekretaris Jurusan yang telah banyak membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi. 3. Dr. Rulli Nasrullah, M.Si sebagai dosen pembimbing, yang selalu membimbing penulis dengan sabar dan memberi motivasi kepada penulis agar bisa menyelesaikan penelitian ini dengan baik dan benar. Tidak ada kata lain yang pantas terucap selain terima kasih yang mendalam atas kesediannya untuk meluangkan waktu ditengah-tengah kesibukannya guna memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

ii

4. Terima kasih kepada Dosen Pembimbing Akademik, Ade Masturi, M.A yang telah memberi masukan kepada penulis. 5. Ucapan terima kasih tiada henti penulis sampaikan kepada ayah dan ibu yang telah merawat dan membesarkan penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang serta selalu mendoakan penulis dengan penuh ikhlas, juga memberikan motivasi kepada penulis. 6. Kepada kakak penulis Anis Setiawati, Ambar Riwayati S.Psi, Anjas Asnar dan Fitriyadi yang selalu memberikan semangat kepada penulis. 7. Kepada keluarga besar H. Esno Arsyad terimakasih atas doa dan dukungan kepada penulis hingga akhirnya skripsi ini bisa selesai. 8. Terima kasih kepada teman-teman Jurnalistik A angkatan 2014 dan sahabat- sahabat penulis, Nadia, Sofie, Isrojah dan Ikrimah, atas kritik, saran, perhatian dan pengertiannya. Terima kasih atas canda, tawa dan sedih yang kalian beri kepada penulis. 9. Terimakasih kepada Elda dan Inggil yang yang sudah nemenin bimbingan, ngasih semangat dan doa.

Penulis mendoakan semoga bantuan, dukungan, semangat, perhatian dan bimbingan dari semua pihak mendapatkan balasan pahala serta rahmat dan berkah dari Allah SWT.

Akirnya penulis mengucapkan syukur, terimakasih, dan permohonan maaf apabila selama ini terdapat banyak kesalahan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak manapun tanpa terkecuali.

Jakarta, Desember 2018

Arita Ambarani

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL PENGESAHAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN PERYATAAN KEASLIAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ABSTRAK ...... i

KATA PENGANTAR ...... ii DAFTAR ISI ...... iv DAFTAR TABEL ...... vi DAFTAR GAMBAR ...... vii BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Batasan Masalah ...... 3 C. Rumusan Masalah ...... 3 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 3 1. Tujuan Penelitian ...... 3 2. Manfaat Penelitian ...... 3 E. Tinjauan Kajian Terdahulu ...... 4 F. Kerangka Pemikiran ...... 5 G. Metodologi Penelitian ...... 5 1. Paradigma Penelitian ...... 5 2. Pendekatan Penelitian ...... 6 3. Metode Penelitian...... 7 4. Teknik Pengumpulan Data ...... 7 5. Teknik Analisis Data ...... 8 H. Sistematika Penulisan ...... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA ...... 11 A. Film dan Narasi Ideologi ...... 11 B. Karakteristik Film ...... 13 C. Jenis – jenis film ...... 14 D. Etika Jurnalisme ...... 15

iv

E. Pers dan Jurnalisme ...... 25 F. Prinsip Jurnalisme ...... 27 G. Manajeman Redaksi dalam Pemberitaaan ...... 30 H. Analisis Naratif ...... 31 I. Teori Naratif Tzvetan Todorov ...... 33 BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN ...... 39 A. Resensi Film The Post ...... 39 B. Pengenalan Tokoh Utama film The Post ...... 42 1. Meryl Louise Streep...... 43 2. Tom Hanks ...... 44 BAB IV TEMUAN DATA DALAM FILM THE POST ...... 46 A. Alur awal cerita pada film The Post ...... 47 B. Alur tengah cerita pada film The Post ...... 48 C. Alur akhir pada cerita pada film The Post ...... 59 BAB V PEMBAHASAN ...... 61 A. Analisis alur awal, alur tengah dan alur akhir dalam film The Post...... 61 1. Analisis alur awal pada film The Post ...... 61 2. Analisis alur tengah pada film The Post ...... 62 3. Analisis alur akhir pada film The Post...... 64 B. Prinsip jurnalisme yang terdapat dalam film The Post...... 65 C. Interpretasi Penelitian...... 113 BAB VI KESIMPULAN...... 78 A. Kesimpulan ...... 78 B. Saran ...... 78 DAFTAR PUSTAKA ...... 79

v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Struktur Narasi Menurut Sejumlah Ahli ...... 37 Tabel. 4.1 Adegan pertama alur awal...... 47 Tabel. 4.2 Adegan pertama alur tengah ...... 49 Tabel. 4.3 Adegan kedua alur tengah ...... 50 Tabel. 4.4 Adegan ketiga alur tengah...... 52 Tabel. 4.5 Adegan keempat alur tengah ...... 53 Tabel. 4.6 Adegan kelima alur tengah ...... 55 Tabel. 4.7 Adegan keenam alur tengah ...... 57 Tabel. 4.8 Adegan pertama alur akhir ...... 59

viii

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Alur Film ...... 34 Gambar 2.2 Struktur Narasi Tzvetan Todorov ...... 36 Gambar 3.1 Halaman depan The Washington Post yang memuat artikel Pentagon Papers (sumber: pophistorydig.com)...... 41

ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Film merupakan bagian dari media massa yang memiliki acuan sebagai sarana hiburan, edukasi, dan bahkan sarana informasi bagi khalayak yang menyaksikannya. Pesan-pesan yang dikemas dalam sebuah film, tak jarang memiliki kedekatan bahkan dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari. Menurut Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1992 film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asa sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan atau lainnya.1 Film juga dapat dikatakan sebagai gabungan pemikiran dan kenyataan sosial yang dirasakan oleh seseorang, dan pada akhirnya dituangkan kedalam karya audio visual yang dinamakan dengan film. Film termasuk media komunikasi yang lahir lebih akhir dibandingkan dengan media cetak. Namun, salah satu film karya Steven Spielberg, ingin menggambarkan bagaimana kehidupan perusahaan pers yang dikemas dalam sebuah film. Steven Spielberg menggandeng Meryl Streep dan Tom Hanks untuk berperan dalam film The Post. The Post, bercerita mengenai sejarah Amerika Serikat, yang mana setiap scene film mengadaptasi dari kisah nyata berkaitan dengan perang Vietnam. The Post merupakan salah satu film buatan Hollywood yang bergenre biography, drama dan history. Jika dibandingkan dengan film sebelumnya, yakni film Spotlight (2015) film The Post merupakan film bernuansa jurnalistik yang menceritakan tentang makalah Petagon yang bocor dan dirilis oleh dua surat kabar ternama di Amerika Serikat. Sedangkan Spotlight, hanya menceritakan bagaimana reposter yang sibuk mencari narasumber.

1 Heru Effendy, Industri Perfilman Indonesia; Sebuah Kajian (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 63-64.

1

2

Sebagai sutradara, Steven Spielberg mencoba menggambarkan bagaimana riuhnya ruang redaksi, rapat reporter, proses editing, hingga bagaimana menyususn satu persatu panel huruf hingga proses pencetakan surat kabar. Sebagai gambaran bagaimana kerja perusahaan pers dan peran jurnalis didalamnya. Selama rilis The Post, mampu mencapai $174,466,835, melebihi anggaran produksi film $50 juta. Sehingga The Post menempati posisi ke-20 di box office. Selain itu film berdurasi 116 menit ini, mampu memenangkan dua nominasi di ajang Oscar tahun 2018 untuk kategori film terbaik dan aktris terbaik. Bahkan The Post, mendapat enam nominasi di Golden Globes 2018 dan dipilih sebagai Film Terbaik 2017 oleh National Board of Review. Berkaitan dengan perusahaan pers dan peran jurnalis, yang digambarkan dalam film The Post. Jurnalis dituntut untuk professional, sehingga ia dapat melakukan tugas sesuai koridor etik, produknya sesuai dengan harapan pemangku kepentingan (atasan, audiens, narasumber). Tidak boleh ada kesan berat sebelah, terlalu melebih-lebihkan, atau bahkan memunculkan unsur opini di dalamnya. Karena apabila tidak sesuai dengan aturan yang ada, akan menimbulkan rasa ketidak-berimbangan pada masyarakat. Sebab itulah dibutuhkan sebuah prinsip matang terhadap jurnalis. Apakah ia sanggup untuk menyuguhkan informasi sesuai dengan fakta atau sebaliknya. Isi media selalu dipengaruhi oleh faktor inside dan outside organisasi media itu sendiri, salah satunya adalah pemerintah. Pemerintah mempunyai kekuasaan untuk menjadikan media sebagai alat untuk menyampaikan ideologi mereka, terkadang dibumbuhi dengan kebohongan dengan dalil untuk menjaga stabilitas negara. Film ini penting untuk diteliti karena film ini menceritakan bagaimana peran jurnalis dalam merilis sebuah berita. Serta film ini pernah mendapat penghargaan dalam ajang bergengsi. Sebab itulah peneliti tertarik untuk membahas penelitian ini dengan judul Praktik Verifikasi Berita Dalam Film The Post Terhadap Tiga Prinsip Jurnalisme Dalam Perspektif Analisis Naratif. Peneliti tertarik karena, dalam film The Post terdapat scene-scene yang menggambarkan bagaimana peran jurnalis dan media pemberitaan dalam mempublikasikan karya jurnalistiknya.

3

B. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti membatasi pada setiap narasi adegan dan teks dialog yang berhubungan dengan empat prinsip jurnalisme yang ditampilkan dalam alur awal, tengah dan akhir pada film The Post. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang ada, maka peneliti mencoba merumuskan masalah pada penelitian ini, sebagai berikut: 1. Bagaimana alur awal, alur tengah dan alur akhir dalam film The Post? 2. Prinsip jurnalisme apa saja yang terdapat dalam film The Post?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan ingin mendalami tentang prinsip jurnalisme dalam film The Post. Narasi yang digunakan menggunakan naratif Tzvetan Todorof yakni alur cerita awal, tengah, dan akhir dalam film The Post. Serta untuk mendeskripsikan peran jurnalis sesuai dengan prinsip jurnalisme dalam fim The Post. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan oleh penulis dari penelitian ini adalah: a. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menambah subangsih ilmiah dalam studi naratif yang menggunakan model Tzvetan Todorov yang mana dilihat dari alur awal, tengah dan akhir pada sebuah film. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa film dapat menyampaikan pesan positif ataupun negative sesuai dengan kepentingan penulisan naskah. b. Manfaat Praktis Diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk memahami dan menambah pengetahuan seputar peran jurnalis sesuai dengan kaidah prinsip jurnalisme dalam ranah pers. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi rujukan atau pedoman bagi peneliti lainnya baik

4

di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maupun perguruan tinggi lainnya.

E. Tinjauan Kajian Terdahulu Dalam sebuah tinjauan pustaka, peneliti akan mengawali dengan penelitian sejenis yang berkaitan dan relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Dengan demikian, peneliti akan mendapatkan sebuah rujukan pendukung, pelengkap, pembanding, dan memberikan gambaran awal mengenai kajian yang terkait dalam penelitian ini.

Berikut adalah penelitian sejenis yang peneliti temukan tentang kajian yang sesuai dengan apa yang peneliti angkat:

1. Skripsi dengan judul “Konflik Identitas Peran Muslimah Dalam Keluarga (Analisis Pada Film Hijab Karya Hanung Bramantyo)” yang ditulis oleh Ahmad Sahroji. Skripsi ini menggunakan pendekatan model analisis naratif Tzvetan Todorov. Penelitian ini berbeda dari penelitian yang diambil peneliti sebab pada penelitian yang ditulis oleh Ahmad Sahroji lebih menekankan kepada peran muslimah sedangkan pada penelitian ini peneliti penekankan kepada peran jurnalis dalam prinsip jurnalisme. 2. Skripsi dengan judul “Analisis Naratif Peran Bapak Dalam Film Sabtu Bersama Bapak” yang ditulis oleh Rusnawati Sani. Skripsi ini sama halnya dengan skripsi sebelumnya yang sama-sama menggunakan analisis naratif Tzvetan Todorov. Namun skripsi ini lebih menekankan kepada peran seorang bapak.

Jika dilihat sejauh ini, penelitian tentang film The Post belum ada sama sekali. Peneliti menyimpulkan bahwa penelitian film The Post, dengan menggunakan analisis naratif Tzvetan Todorov merupakan penelitian pertama. Sebab belum ada sama sekali yang menjadikan penelitian ini sebagai tema riset.

5

F. Kerangka Pemikiran

Praktik Verifikasi Berita Dalam Film

The Post

Alur Awal

Teori Naratif Tzvetan Todorov Alur Tengah

Alur Akhir

Tiga Prinsip-prinsip Prinsip-Prinsip Jurnalisme Jurnalisme

Kualitatif Analisis Deskriptif

G. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivis memandang bahwa realitas sosial adalah hasil dari konstruksi sosial. Konstruktivisme menolak pandangan positivis yang berpendapat bahwa komunikasi merupakan proses sebab akibat. Menurut Yerby yang dikutip oleh West dan Turner (2008:55), paradigma konstruktivisme menyatakan bahwa individu secara berkala menciptakan struktur sosial melalui aksi dan interaksi mereka. Karenanya, tidak terdapat kebenaran abstrak atau realitas karena realitas ada hanya ketika orang yang menciptakannya secara bersama-sama. Penggunaan paradigma ini dimaksudkan untuk menjelaskan realitas yang diciptakan oleh individu. Istilah konstruksi merupakan buah pemikiran

6

dari Peter L. Berger dan Thomas Luckman. Ia menggambarkan proses sosial merupakan hasil dari tindakan dan interaksi dimana individu sebagai makhluk kreatif menciptakan terus menerus suatu realitas.2 2. Pendekatan Penelitian Penelitian ini, menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti ingin menekankan pada makna, penalaran, defenisi, suatu defenisi tertentu, lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan sehari-hari. Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah salah satu jenis penelitian yang proses penelitiannya menghasilkan data deskriptif dari sesuatu yang diteliti.3 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan metode observasi, wawancara (interview), analisis isi, dan metode pengumpul data lainnya untuk menyajikan respons - respons dan perilaku subjek.4 Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodelogi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Penelitian ini mengkaji film the post terhadap empat prinsip jurnalisme dalam perspektif analisis naratif model Tzvetan Todorov. Oleh karena itu, Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan penelitian bersifat deskriptif, yakni penelitian yang memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual yang terjadi didalam ruang lingkupan yang akan diteliti. Penelitian kualitatif lebih medasarkan diri pada hal-hal yang bersifat diskursif (transkip, memo, catatan lapangan, dokumen, hasil wawancara). Sedangkan materi yang bersifat nondiskursif (foto, musik, arsitektur bangunan, patung, candi) biasanya dikonversikan dalam bentuk narasi yang bersifat deskriptif sebelum dianalisis, diinterpretasi, dan kemudian disimpulkan.5 Penelitian kualitatif juga menekankan pada struktur yang terjadi secara natural dari realitas, hubungan yang erat antara peneliti dan

2 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Masaa. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 12. 3 Amirul Hadi dan Haryono. Metodologi Penelitian Pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h, 56. 4 Punaji Setyosari. Metode Penelitian Pendidikan. (Jakarta: Kencana, 2012), h. 40. 5 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara, 2007), h. 37.

7

apa yang diteliti, dan faktor-faktor yang menimbulkan pertanyaan. Kemudian mereka mencari jawaban dari pertanyaan yang menekankan bagaimana pengalaman sosial didapatkan dan tergali makna nya.6 3. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode naratif model Tzvetan Todorov, dimana menurutnya narasi adalah apa yang dikatakan, oleh karena itu mempunyai urutan kronologi, motif, plot, dan hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa.7 Analisis naratif Tzvetan Todorov ini akan menggambarkan alur cerita awal, tengah dan akhir dengan cermat sehingga dapat membantu penulis menggambarkan cerita dalam film The Post. 4. Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan objek, tujuan dan masalah yang akan di teliti, penelitian ini mempunyai teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Dokumentasi Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis salah satunya dengan teknik dokumentasi. Dokumentasi yang menjadi acuan awal penelitian ini adalah materi film The Post yang rilis pada awal tahun 2018. Selain itu peneliti juga mencari refrensi lain berupa artikel, buku-buku, dan lain sebagainnya yang berkaitan dengan penelitian yang nantinya dapat mempermudah peneliti dalam menyusun hasil penelitian. b. Studi Kepustakaan Peneliti melakukan studi kepustakaan dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan jurnalistik, pers, analisis naratif, komunikasi, film, dan media massa serta hasil-hasil dari penelitian yang sebelumnya yang juga menggunakan analisis naratif Tzvetan Todorov dalam mengkaji film.

6 Norman K. Denzin and Yvonna S. Lincoln, The Handbook of Qualitative Research, (London: Sage Publications Inc, 2000), h. 8 7 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LkiS, 2001), h. 46.

8

5. Teknik Analisis Data Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga teknik analisisi data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul. a. Reduksi Data Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. b. Penyajian Data Penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Dengan mendisplay data, maka akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Sebagai salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan. c. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di

9

lapangan.8 Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan.9 Terkait dengan pemaparan ketiga teknik analisis data. dapat disimpulkan ketika data terkumpul, kemudian peneliti mengklasifikasikan sesuai dengan pertanyaan yang terapat pada rumusan masalah. Kemudian, peneliti melakukan analisis data dengan menggunakan teknik analisas naratif Tzvetan Todorov dengan mengusung konsep awal, tengah dan akhir.

H. Sistematika Penulisan Agar penelitian ini menghasilkan karya yang sistematis, maka peneliti menyusunnya sebagai berikut: BAB I: Dalam bab ini peneliti menguraikan pendahuluan dan memaparkan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, paradigma penelitian, pendekatan penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis data dan sistematika penulisan. BAB II: Pada bagian ini, peneliti menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan film, pers dan jurnalisme, prinsip jurnalisme, dan analisis naratif Tzvetan Todorov. BAB III: Bagian ini membahas mengenai gambaran umum dan latar belakang penelitian. BAB IV: Bab ini merupakan inti dari penelitian yang akan membahas mengenai data dan temuan penelitian. Bab V: Peneliti akan menguraikan hasil temuan data yang dikaitkan dengan latar belakang, teori. BAB VI: Pada bagian ini peneliti akan menguraikan terkait dengan simpulan, implikasi dan saran sehingga memiliki manfaat secara praktis pula.

8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013) Cet 18, h. 243-252. 9 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara, 2007), h. 104.

10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Film dan Narasi Ideologi Film adalah rangkaian imaji fotografi yang diproyeksikan ke layar dalam sebuah ruang gelap. Definisi ini merupakan sebuah penjelasan awal atas fenomena gambar bergerak dalam bioskop.1 Selain itu film dapat dijelaskan sebagai media massa yang memiliki acuan sebagai sarana hiburan, edukasi, dan informasi bagi khalayak yang menyaksikannya. Pesan-pesan yang terkandung di dalam sebuah film, tak jarang memiliki pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari. Menurut beberapa sumber, film dapat diartikan sebagai: Menurut Undang Undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 1992 tentang perfilman pada bab satu pasal satu, film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asa sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan lainnya.2 Menurut Arifin, film sebagai media publik yang bersifat audio visual, memiliki kekuatan yang besar dalam memengaruhi khalayak atau publik. Gambar hidup yang disajikan oleh film mempunyai kecenderungan umum yang unik dalam keunggulan daya efektifnya terhadap penonton.3 Menurut Fritz Hippler, film mampu menimbulkan dampak psikologis dan propagandistik yang abadi dan pengaruhnya sangat kuat karena efeknya tidak melekat pada pikiran, tetapi pada emosi dan bersifat visual sehingga lebih

1 Fatimah Rusmawati, Ratih Hasanah Sudrajat, “Kasih Sayang Ayah Dalam Film (Analisis Naratif Film Miracle In Cell No. 7 Dengan Teori Algirdas Greimas,” Vol. 4, Fakultas Film dan Televisi IKJ 2008, h. 4. 2 Heru Effendy, Industri Perfilman Indonesia; Sebuah Kajian (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 63-64. 3 Anwar Arifin, Sistem Komunikasi Indonesia, Cet. I (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), h. 160.

11

12

bertahan lama dari pada pengaruh yang dapat dicapai oleh ajaran gereja atau sekolah, buku, surat kabar, atau radio.4 Menurut Apriadi Tamburaka, film merupakan realitas dari dunia nyata yang dikonstruksi ulang menurut ide pembuatnya dan ditampilkan kembali kepada khalayak seolah-oleh itu adalah realitas sesungguhnya. Dengan demikian, realitas sesungguhnya tidak akan pernah sama dengan realitas yang dikonstruksi ulang sutradara film. Khalayak hanya mendapat sebagian gambaran realitas tetapi sesungguhnya tidak utuh.5 Beberapa kegiatan seperti dakwah, penerangan, pendidikan, dan lain-lain kini banyak menggunakan media film sebagai alat bantu untuk memberikan penjelasan yang dikemas secara apik.6 Hal tersebut dilakukan agar memudahkan khalayak menerima dan mencerna suatu informasi yang disampaikan oleh komunikator. Oleh sebab itu saat ini film banyak digunakan untuk suatu kepentingan tertentu karena sifatnya yang memudahkan komunikator dan komunikan. Dari beberapa pemaparan di atas film dapat diartikan sebagai unsur penggabungan dari dua media yakni, audio dan visual. Sehingga film dapat digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan informasi yang tersirat maupun tersurat dalam sebuah rangkaian alur cerita. Film memiliki kelebihan antara lain seperti jangkauan luas, sifat persuasi yang besar dan mudah untuk dinikmati. Namun film juga memiliki kelemahan yakni sifatnya yang cepat dan sekilas, sehingga orang tidak bisa menerima pesan yang disampaikan secara utuh jika orang mengalihkan perhatiannya untuk kegiatan lain. Saat ini film bukan hanya sebagai media penyampai pesan, untuk kalangan pembisnis film merupakan lahan untuk mendapatkan pundi-pundi dengan mengangkat sebuah seni. Secara umum film dapat dibagi menjadi dua unsur yakni, unsur naratif dan unsur sinematik. Kedua unsur tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya. Unsur

4 Shoelhi, Propaanda Dalam Komunikasi Internasional, h. 165-167. 5 Apriadi Tamburaka, Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 117-118. 6 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filasfat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h. 209.

13

naratif diartikan sebagai bahan atau materi yang akan diolah. Sedangkan unsur sinematik adalah cara atau gaya penyajian.7 B. Karakteristik Film Pada umumnya film memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik itu penting untuk diketahui, agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami film. Adapun faktor yang menunjukkan karakteristik film adalah layar yang lebar, teknik dalam pengambilan gambar, konsentrasi penuh saat menonton, dan identifikasi psikologis yang menonton. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas, karakteristik film dapat diuraikan sebagai berikut:8 a. Layar yang luas Film menggunakan layar yang luas. Berbeda dengan televisi layarnya tidak luas seperti film. Walaupun sama-sama menggunakan layar. Layar yang luas dalam film dimaksudkan agar memberikan keleluasaan penonton untuk melihat adegan yang ditayangkan dan film umumnya sudah menggunakan teknologi tiga dimensi sehingga film terlihat nyata dan tidak berjarak dengan penonton. b. Pengambilan Gambar Dengan layar film yang lebar dan luas maka pengambilan gambar secara menyeluruh sangat penting. Hal ini untuk memberikan kesan seni dan artistik yang bernilai tinggi, sehingga film lebih terlihat menarik. c. Konsentrasi Penuh Konsentrasi penuh biasanya dapat dicapai saat menonton film di bioskop yang jauh dari gangguan dan aktivitas di luar karena bioskop ruangan kedap suara yang dikhususkan untuk menonton film. Semua mata hanya tertuju pada layar, sementara pikiran dan perasaan penonton tertuju pada alur cerita. Dalam keadaan demikian konsentrasi penuh dapat tercapai dan emosi penonton terbawa suasana. d. Identifikasi psikologis Dalam menonton sebuah film penonton biasanya menyamakan dirinya dengan salah seorang pemaran dalam film tersebut, sehingga tidak ada lagi

7 Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 1. 8 Ardianto, Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Edisi Revisi, h. 145-146.

14

perbedaan antara penonton dan pemeran. Penonton mengira ia sendiri yang menjadi pemeran dalam film tersebut. Dalam fenomena ini menurut ilmu jiwa sosial disebut dengan identifikasi psikologis.

C. Jenis – jenis film Secara umum film dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni: film dokumenter, fiksi dan eksperimental. Dari ketiga jenis tersebut, peneliti mencoba menjelaskan sebagai berikut: c. Film dokumenter Film dokumenter dapat diartikan sebagai film yang mendokumentasikan sebuah kenyataan. Kunci utama dalam film dokumenter adalah fakta.9 Istilah “dokumenter” pertama kali digunakan dalam resensi film Moana (1926) dan Robert Flaherty. Pada dasarnya, film dokumenter merepresentasikan kenyataan. Artinya film dokumenter berarti menampilkan kembali fakta yang ada dalam kehidupan. d. Film Fiksi Berbeda dengan film dokumenter, film fiksi memiliki kaitan oleh plot. Film fiksi relative lebih komplek jika dibandingkan dengan dua jenis film lainnya. Film fiksi berada pada dua skema yakni nyata dan abstrak, sebab film fiksi menginginkan ketegangan dan mengangkat unsur keindahan dalam sebuah film.10 Dapat disimpulkan bahwa film fiksi memberikan daya Tarik tersendiri karena menampilkan unsur kenyataan dan hayalan yang terkesan nyata. e. Film Eksperimental Berbeda dengan film fiksi, film eksperimental tidak memiliki plot akan tetapi tetapi memiliki struktur. Biasanya struktur yang terkandung dalam film eksperimental dipengaruhi oleh insting subjektif sineas. Unsur struktur yang mempengaruhi seperti: gagasan, ide, serta pengalaman batin sineas.11 Selain dari ketiga jenis film yang ada, terdapat pula kategorisasi lain berdasarkan cerita, orientasi pembuatan serta genre dari pembuatan sebuah film:

9 Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 4. 10 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 6. 11 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 7-8.

15

a. Film yang dibuat berdasarkan cerita biasanya terbagi menjadi dua yakni fiksi dan nonfiksi. Film-film fiksi biasanya tersusun dari serangkaian imajinasi. Sedangkan film fiksi tersusun dari serangkaian kenyataan. b. Film berdasarkan orientasi pembuatnya. Dalam hal ini film dapat dilatarbelakangi oleh unsur komersial maupun non komersial. Biasanya dalam unsur komersial sineas mengejar keuntungan baik materi maupun non materi. Sedangkan dalam unsur non komensial sineas hanya mengejar untuk menyampaikan pesan dan sarat akan tujuan dari sebuah seni. c. Sedangkan dalam genre, terdapat beberapa pembagian yang sudah di mengerti oleh masyarakat yang memahami film. Genre film yang ada seperti: action, komedi, drama, petualangan, epic, musical, perang, science fiction, pop, horror, gangster, thriller, disaster dan fantasi.12 Dalam penelitian ini, peneliti penyimpulkan bahwa film The Post bergenre drama dengan mengangkan cerita nyata. Hal ini dikarenakan setiap gambar yang ada dalam film The Post menggambarkan realitas kehidupan seorang jurnalis atau perusahaan media.

D. Etika Jurnalisme Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos. Artinya “karakter”, “sifat”, atau “disposition” – maksudnya bagaimana seseorang diminta harus berbuat. Dalam bentuk tunggal berarti kebiasaan, adat, akhlak, watak, sikap, perasaan, dan cara berpikir. Dalam bentuk jamak, „ta etha‟ berarti kebiasaan. Pengertian dalam bentuk jamak istilah etika yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah etika yang oleh filsuf Yunani Aristoteles sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Pengertian ini dekat dengan ide umum tentang etika sebagai suatu soal “internal” dari karakter kebajikan yang memotivasi orang untuk bertindak secara benar. Secara intrinsic kata “ethic” berkaitan dengan masalah perilaku yang benar atau correct conduct di tengah hidup bermasyarakat. Sedangkan

12 Apriandi Tamburaka, Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 113-115.

16

secara etimologis, etika mengindikasikan suatu concern akan virtuous people atau orang-orang baik, karakter yang handal dan orang yang tepat.13 Ward (2009) mendefinisikan etika sebagai: the analysis, evaluation, and promotion of correct and/or good character, according to the best available standards. (analisis, evaluasi dan promosi perilaku yang benar dan/atau karakter yang bagus menurut standar terbaik yang ada). Dalam American Heritage® Dictionary: Description of ethic (2006), disebutkan bahwa etika adalah:14 1. A set of principles of right conduct (Seperangkat prinsip perilaku yang benar). 2. A theory or a system of moral values (Suatu teori atau sistem nilai-nilai moral). 3. Ethics (used with a sing. verb): Studi tentang sifat umum dari moral dan pilihan-pilihan moral yang spesifik yang dibuat oleh seseorang; filosofi moral. (The study of the general nature of morals and of the specific moral choices to be made by a person; moral philosophy). 4. Ethics (used with a sing. or pl. verb): Aturan atau standar yang mengatur perilaku seseorang atau suatu profesi; etika kedokteran. Namun terkadang ada yang mengidentikkan etika dengan suatu rangkaian aturan yang kaku dan cenderung mengategorikan suatu tindakan sebagai sesuatu yang benar atau salah. Jadi dalam memandang etika harus berfokus pada bagaimana orang menginterpretasikan, menerapkan, menyeimbangkan dan memodifikasi prinsip-prinsip mereka sesuai dengan fakta-fakta dan teknologi baru, attitude sosial yang baru, dan kondisi ekonomi dan politik yang berubah. Sebab, etika sebenarnya tidak statis, karena terdiri dari kerangka prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dinamis. Pada dasarnya etika merefleksikan keyakinan dan ketertarikan yang paling dalam, mendefinisikan siapa kita, dan memberi kita suatu “identitas” etis. K. Bertens dalam bukunya yang berjudul Etika, mendefinisikan etika sebagai nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau

13 Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar. (Jakarta: Rajawali, 2015), h. 18-19. 14 Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar. (Jakarta: Rajawali, 2015), h. 27.

17

kelompok untuk mengatur tingkah lakunya. Maka, perbuatan seseorang akan dianggap tidak bermoral ketika melanggar nilai-nilai dan norma etis yang berlaku dalam masyarakat.15 Etika mengantar seseorang kepada kemampuan untuk bersikap kritis dan rasional, untuk membentuk pendapatnya sendiri dan bertindak sesuai dengan apa yang dapat dipertanggungjawabkannya sendiri.16 Etika bukanlah sesuatu hal yang abstak atau berada di awing-awang. Etika ada di mana saja. Dalam pengertian yang sederhana, etika merupakan filosofi untuk berperilaku yang diterima di tengah orang lain. Etika mempertanyakan apa yang harus kita perbuat pada situasi tertentu (what we should do in some circumstance) atau apa yang harus kita lakukan selaku partisipan dalam berbagai bentuk aktivitas atau profesi. Karena itu paling baik jika etika dipahami sebagai sesuatu yang kita perbuat atau lakukan, dan sebagai suatu bentuk pertanyaan terus-menerus tentang masalah-masalah praktis. Sebab, sebeneranya etika adalah tentang aturan dan pedoman berperilaku sebagai seorang manusia yang hidup di tengah manusia lainnya.17 Prinsip-prinsip utama etika jurnalisme: 1. Akurasi18 Prinsip akurasi berarti ataupun karya jurnalistik lain yang ditulis oleh wartawan dan disiarkan oleh media, benar substansinya, fakta-faktanya, dan penulisannya, dan berasal dari sumber informasi yang otoritatif dan kompeten, serta tidak bias. Ada juga yang mendefinisikan akurasi sebagai informasi yang mempunyai sumber yang baik berdasar pada bukti yang solid (well-sourced information based on solid evidence). Keakurasian fakta-fakta sebuah berita merupakan syarat mutlak bagi kebenaran berita tersebut. Keakurasian dapat dicapai dengan: - Melakukan tugas dengan penuh kehati-hatian. - Menguasai substansi.

15 Bertens, Etika. (Jakart: Gramedia Pustaka Utama, 1994), h. 7. 16 Adelbert Snijders, Manusia dan Kebenaran Sebuah Filsafat Pengetahuan. (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 273. 17 Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar. (Jakarta: Rajawali, 2015), h. 18-19. 18 Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 116-120.

18

- Diikat oleh rasa tanggung jawab (antara lain menyadari sepenuhnya implikasi dari kesembronoan yang menyebabkan inakurasi). - Tidak meng-underestimate khalayak. - Diverifikasi: check dan recheck, crocc-check. Pada sisi lain, ketidakakuratan dapat terjadi pada - Substansi fakta. - Penulisan. - Pemuatan/penyiaran berita ataupun laporan yang ditulis oleh jurnalis dan dimuat oleh media. Menurut Lambeth (1992), akurasi merupakan tuntutan mendasar dari truth telling atau penyampaian kebenaran, yang mensyaratkan para jurnalis untuk mencek dan mericek informasi. Agar bisa selalu akurat, setiap jurnalis hendaklah menanamkan kebiasaan akurasi dan mendisiplinkannya pada diri masing-masing. Para jurnalis selalu diingatkan bahwa misi jurnalisme adalah mencari dan menyampaikan kebenaran. Untuk itulah prinsip akurasi dan sejumlah prinsip yang lainnya ditegakkan. Menurut Couldry, accuracy adalah disposition untuk menuju kebenaran dan untuk melakukan investigasi yang diperlukan untuk mencapai kebenaran. Kemudian dalam BBC Editorial Guideliness Section 3: Accuracy Principles, disebutkan: “Maka dari itu, kami lakukan segala yang kami mampu untuk mencapai due accuracy dalam semua output kami meski mungkin hal itu menuntut persyaratan yang beragam. Akurasi yang dituntut misalnya untuk drama, entertainment dan komedi, biasanya tidak akan sama dengan untuk content factual bisa berbeda, bergantung pada apakah, untuk entertainment factual, dokumenter historis, current affairs ataupun berita.” Selanjutnya dinyatakan bahwa akurasi bukan hanya sekedar soal mendapatkan fakta secara benar. Jika sebuah isu kontroversial, opini yang relevan sebagaimana fakta mungkin perlu dipertimbangkan. Manakala perlu, seluruh fakta dan informasi yang relevan juga harus ditimbang agar tiba pada kebenaran. 2. Independensi19 Usaha untuk memperoleh dan meyampaikan kebenaran mestilah dilakukan tanpa ada intervensi dari pihak mana pun. Untuk itu jurnalis dan media menegakkan keindependenan dalam melakukan aktivitas jurnalisme.

19 Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 120-122.

19

Independensi menjadi prinsip yang dipegang teguh oleh seorang wartawan baik selaku pribadi maupun institusi media tempatnya bekerja. Mengenai prinsip independensi, Canadian Association of Journalist menyatakan: - Kita melayani demokrasi dan kepentingan public dengan melaporkan kebenaran. Terkadang hal ini konflik dengan berbagai kepentingan publik dan pribadi, termasuk pemerintah, pengiklan, dan di waktu tertentu dengan tugas dan kewajiban kepada majikan kita. - Mempertahankan kepentingan publik termasuk mempromosikan arus bebas informasi, mengekspos kejahatan atau penyelewengan, melindungi kesehatan dan keamanan publik dan mecegak publik dari kesesatan. - Kita tidak mengistimewakan perilaku kepada pengiklan dan kepentingan khusus. Kita menahan usaha mereka untuk memengaruhi berita. - Kami membayar sendiri segala biaya manakala mungkin. Bagaimanapun tidak semua jurnalis atau organisasi mampu untuk itu. Jadi bila pihak lain membiayai kamu ke suatu event, hal itu kami sebutkan, termasuk ketika meliput industri seperti travel, automotif, militer, dan perdagangan luar negeri (foreign trade). (Secara umum dimengerti ada pengecualian, misalnya sudah bisa untuk menerima tiket reviewer untuk preview film, konser, ceramah, dan pertunjukan teater). - Kami tidak menerima hadiah atau kebaikan untuk kegunaan pribadi, dan harus segera mengembalikan hadiah yang melebihi nilai nominal. Bila pengembalian tidak praktis, maka hadiah tersebut akan disumbangkan ke badan amal yang tepat. - Secara umum kami tidak menerima pembayaran bila menjadi pembicara di kelompok yang kami liput atau komentari. - Kami tidak memberitakan subjek yang kami punya kepentingan finansial atau lainnya, dan tidak menggunakan posisi kami untuk mendapat keuntungan bisnis atau lainnya yang tidak tersedia bagi publik umum. - Kami tidak pemperlihatkan laporan lengkap kami kepada sumber – khususnya sumber penjabat – sebelum diterbitkan atau disiarkan, kecuali hal itu dimaksudkan untuk memverifikasi fakta. Melakukan hal itu dapat mengundang pembatasan dini dan tantangan terhadap independensi kami sebagai reporter.

20

- Kami mengumplkan informasi dengan maksud memproduksi berita dan gambar untuk konsumsi public. Secara umum kami tidak membagi informasi yang disiarkan – seperti catatan atau audio tapes dari interviu, dokumen, email, file digital, foto digital, foto dan video – dengan pihak di luar organisasi media tempat bekerja. - Kolumnis dan komentator harus bebas mengekspresikan pandangan mereka, meski pandangan tersebut konflik dengan organisasi, sepanjang content-nya memenuhi standar jurnalistik yang umum diterima untuk fairness dan akurasi. 3. Objektivitas20 Konsep “the truth” dan “reality” tidak terpisah dari konsep objektivitas. Prinsip objektivitas merupakan ketentuan yang bermaksud untuk mencegah kemungkinan ataupun kecenderungan wartawan terpengaruh oleh subjektivitas pribadi maupun pihak lain dalam memandang dan menggambarkan suatu peristiwa atau kejadian. Prinsip ini bertujuan agar wartawan meninjau setiap masaah dari berbagai sudut pandang supaya lebih mencerminkan kebenaran. Dalam konteks jurnalisme, objectivity bisa dilihat sebagai sinonim dengan kenetralan. harus dibedakan dengan tujuan objectivity dalam filsafat , yang menggambarkan fakta-fakta yang independen dari pikiran. (mind-independent facts) yang benar terlepasa dari perasaan manusia (human feelings), atau keyakinan, ataupun penilaian. Prinsip objektivitas, berarti harus bebas dari obligasi atas kepentingan apa pun selain hak publik untuk mengetahui informasi, serta menghindari conflict of interest baik yang nyata maupun yang dipersepsikan. Dalam Society of Professional Journalists Code of Ethics dijelaskan bahwa untuk mencapai objektivitas: - Harus bebas dari obligasi atas kepentingan apa pun selain hak publik untuk mengetahui. - Menghindari conflict of interest baik yang nyata maupun perceived. - Menolak hadiah, kebaikan, bayaran, free travel atau treatment khusus dan nuansa secondary employment, political involvement, dan layanan di organisasi komunitas jika hal itu mengkompromikan integritas jurnalistik.

20 Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 122-131.

21

- Menghindari streotipe berdasarkan ras, gender, usia, agama, etnisitas, geografi, orientasi seksual, disabilitas, tampilan fisik atau status sosial. Di sisi yang lain, penegakan prinsip objektivitas ini berhubungan langsung dengan pencapaian kredibilitas media di mata publik. Semakin publik merasa objektivitas suatu media maka bertambah pula tingkat kepercayaan khalayak kepada media tersebut. Sebaliknya, jika suatu media dinilai subjektif dalam pemveritaan dan tulisan yang dimuatnya, maka kredibilitas media tersebut akan berkurang atau bahka bisa pupus di mata khalayak. Norma objektivitas memandu jurnalis untuk memisahkan fakta dari nilai- nilai dan hanya memberikan fakta. Pemberitaan objektif seyogianya bernada sejuk, ketimbang emosional.21 Dalam suatu kontroversi politik, liputan yang objektif bersusah payah untuk merepresentasikan masing-masing pihak secara fair. Sesuai dengan norma objektivitas, jurnalis bertugas meliput sesuatu yang disebut “news” tanpa mengomentarinya, memelintirnya, atau membentuk formulasi tertentu dalam cara apa pun. 4. Balance22 Dalam memberitakan suatu peristiwa atau kejadian, seorang wartawan haruslah memperhatikan prinsip keberimbangan (balance), yakni memberi tempat dan kesempatan yang sejajar secara proposional bagi dua atau lebih lebih pihak ataupun pandangan yang berkenaan dengan yang diberitakan. Jadi andainya disederhanakan bahwa dalam suatu peristiwa atau kejadian ataupun suatu isu, tentulah ada pihak ataupun padandangan yang pro dan kontra. Sedapat mungkin, pandangan ataupun pihak yang dimaksud hendaklah diberi porsi yang seimbang sehingga khalayak tidak menilai berita ataupun karya jurnalistik berat sebelah. Jurnalis harus menampilkan pandangan dan fakta yang berimbang antara dua atau lebih pihak yang terkait dengan peristiwa yang akan diberitakan. Dengan demikian tidak terjadi keberpihakan pada salah satu sisi saja.23 5. Fairness24

21 James Curran, Making Journalists: Diverse Models, Global Issues. (Canada: Routledge, 2005), h. 101. 22 Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 131-132. 23 Press criticism. The balance trap by N.L., The Economist, Aug 8th 2012. 24 Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 132-134.

22

Prinisp fairness diwujudkan dalam peliputan yang transparan, terbuka, jujur dan adil yang didasarkan pada dealing yang langsung. Prinsip ini dimaksudkan agar berita dan tulisan yang dibuat oleh jurnalis memberi tempat dan peluang bagi semua pihak secara adil. Penerapan asas fairness memang tidak semudah seperti yang dibayangkan. Akan tetapi, prinsip ini tetap wajib ditegakkan oleh setiap jurnalis dan media. Pelaksanaan prinsip ini dalam beritan dan tulisan yang disiarkan sekaligus menjadi cermin keindependenan para jurnalis dan media tempat mereka bekerja. Dalam pengalaman selama ini, kelemahan dalam pelaksanaan asas fairness umumnya disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1) Kurangnya kesadaran mengenai hal ini. 2) Ketergesaan ataupun desakan waktu yang dialami para jurnalis 6. Imparsialitas25 Pada hakikatnya prinsip ini merupakan penekanan kembali tentang ketidakberpihakan jurnalis dan media dalam mencari, menulis dan menyiarkan berita ataupun karya jurnalistik lainnya. Hal ini amat penting karena media sebagai suatu institusi sosial menempatkan posisi tersendiri. Imparsialitas diartikan sebagai peliputan yang fair dan pikiran terbuka untuk menggali semua pandangan yang signifikan. Bagi BBC, imparsialitas ditempatkan pada inti dari komitmen kepada khalayaknya. 7. Menghormati Privasi26 Isu privasi berkenaan dengan berbagai situasi yang memunculkan tantangan pengambilan keputusan etis bagi para jurnalis dan para eksekutif dan pimpinan surat kabar ataupun stasiun penyiaran. Berdasarkan dengan hal ini, para jurnalis sering mengajukan argumentasi mereka dengan mengaitkan soal hal publik untuk mengetahui. 8. Akuntabilitas Kepada Publik27 Setiap jurnalis harus meniatkan sejak awal, bahwa segala proses dan hasil karyanya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Prinsip ini mengharuskan para jurnalis untuk dapat mempertanggungjawabkan atau akuntabel dalam proses dan produk yang dihasilkan dalam melakukan aktivitas jurnalisme. Prinsip ini

25 Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 135. 26 Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 135-137 27 Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar, h. 140-142

23

bersumber pada hak-hak khalayak sebagai salah satu stakeholder dalam proses komunikasi. Berbagai pengalaman yang dirasakan oleh khalayak mengenai perlakuan media terhadap mereka, telah mendorong munculnya sejumlah pemikiran untuk melindungi hak-hak khalayak dari kesewenang-wenangan media. Selama ini pelakuan media terhadap khalayak yang dirasakan tidak pada tempatnya antara lain: - Pemuatan berita atau tulisan yang disara merugikan khalayak. - Penjelasan isi media dengan informasi dan/atau materi yang tidak dirasakan manfaatnya oleh khalayak. - Pilihan content yang tidak mencerminkan penghargaan pada tingkat kecerdasan khalayak, dengan kata lain terasa membodohi, ataupun merendahkan khalayak. - Pelanggaran privasi individual anggota masyarakat yang merupakan bagian dari khalayak luas. - Mempertanggungjawabkan proses dan output reporting. Khalayak mempunyai hak untuk tidak dirugikan ataupun dirusak oleh berita ataupun informasi yang dimuat oleh sesuatu media. Kerugian atau kerusakan ini biasanya berkenaan dengan nama baik seseorang yang terganggu oleh dimuatnya suatu informasi menyangkut dirinya. Bila telah menjadi soal dirugikannya nama baik seseorang karena pemberitaan oleh media maka hal itu telah masuk ke domain hukum. Etika jurnalisme merupakan sekumpulan prinsip moral. Etika jurnalisme menentukan bagaimana wartawan bekerja. Wartawan mesti menghindari “kejahatan, kesalahan, kerusakan” jika tidak ia dapat merugikan, menggangu, membahayakan, melukai, mencelakakan datai menyusahkan pihak lain. Berbagai prinsip moral etika jurnalisme, menjadi kesadaran nurani wartawan. Landasan etika jurnalisme mengacu kepada kepentingan publik. Hal ini melegalitas moral kewartawanan di berbagai dimensi dan aktifitas jurnalisme.28 Dalam ranah jurnalistik, etika jurnalisme seseorang dalam melakukan profesinya sebagai jurnalis diatur dalam kode etik. Dalam melakukan tugasnya seorang jurnalis memiliki kode etik tersendiri agar tidak menyalagunakan prosefinya. Kode Etik Jurnalisme (KEJ) ditetapkan Dewan Pers melalui peraturan

28 Septiawan Santana K. Jurnalisme Kontemporer, Edisi Kedua. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2017), h. 273.

24

Dewan Pers Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang Pengesahan Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 03/SK-DP/III/ 2006 tentang Kode Etik Jurnalisme sebagai Peraturan Dewan Pers. Berikut sebelas pasal Kode Etik Jurnalisme:29 1. Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. 2. Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. 3. Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. 4. Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. 5. Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. 6. Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. 7. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan. 8. Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. 9. Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. 10. Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa. 11. Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.

29 Kode Etik Jurnalisme PWI

25

E. Pers dan Jurnalisme Jika dilihat dari sejarah persuratkabaran, pers berasal dari bahasa Belanda. Dalam bahasa Inggris, istilah pers disebut juga dengan ress yang berarti mencetak. Sedangkan dalam pengertian yang lebih operasional, pers berarti publikasi atau pemberitahuan secara cetak. Akan tetapi pada perkembangan selanjutnya, pengertian pers meluas menjadi segala bentuk media, baik cetak maupun elektronik. Meskipun kini pers sudah memiliki arti luas, akan tetapi dalam prespektif orang pers hanya diartikan sebatas media cetak. 30 Kata jurnalistik berasal dari kata “jurnal” atau dalam bahasa Ingris “journal” berasal dari bahasa latin yaitu “diurnalis” yang dapat diartikan sebagai “harian atau kegiatan sehari-hari.” Sementara kata “jurnalisme” diartikan sebagai pekerjaan mengumpulkan, menulis, mengedit, dan menerbitkan berita dalam surat kabar. Sedangkan kata “jurnalistik” memiliki arti yang menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran.31 Menurut Roland E. Woseley dalam Understanding Magazines mendefinisikan jurnalistik sebagai pengumpulan, penulisan, pemrosesan, dan penyebaran informasi umum, opini, hiburan umum dengan cara sistematik dan dapat dipercaya untuk diterbitkan pada media massa. Sedangkan menurut Erik Hodgins, seorang praktisi jurnalistik sekaligus redaktur majalah Time, menjabarkan jurnalistik sebagai pengiriman informasi dari satu tempat ke tempat lainnya dengan benar, seksama dan cepat dalam rangka membela kebenaran dan keadilan berfikir yang selalu dapat dibuktikan.32 Istilah jurnalistik juga bersumber dari bahasa Belanda, journalistiek. Masih menggunakan pendekatan bahasa, jurnalistik atau yang familiar dengan journalistic atau journalistiek dalam bahasa Inggris berarti harian atau setiap hari. Sedangkan secara oprasional, menurut Onong U. Effendi (1986:96), jurnalistik merupakan keterampilan atau kegiatan mengolah bahasa berita. Kegiatan disini

30 Asep Saeful Muhtadi, Pengantar Ilmu Jurnalistik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2016), h. 15-16. 31 Anton Ramdan. Jurnalistik Islam. (___: Shahara Digital Publishing), h. 3. 32 Kustadi Suhandang. Pengantar Jurnalistik, Seputar Organisasi, Produksi dan Kode Etik. (Bandung: Nuansa Cendekia, 2016), h. 3.

26

meliputi, peliputan sampai penyusunan sesuai dengan kelayakan untuk disebarluaskan kepada khalayak atau publik. Dari pendapat yang ada dari berbagai sumber, maka kata jurnalistik adalah menyampaikan informasi dari sumbernya kepada publik dengan benar dan baik. Benar dalam hal isi berita atau informasi yangditampilkan, sedangkan baik dalam cara penyampaian berita tersebut kepada khalayak. Jurnalis adalah pelaku utama dalam dunia jurnalistik.33 Dapat disimpulkan bahwasannya pers dan jurnalime memiliki keterkaitan, yang mana pers merupakan sarana untuk menyebarluaskan hasil olahan dari jurnalistik. Pers disini bersifat teknis, sebagai saluran dari produk jurnalistik. Sedangkan jurnalistik itu sendiri merupan objek atau produk yang harus disebarluaskan oleh pers. Jika menyimak UU No. 40/1999 tentang Pers, upaya pemeliharaan kebebasan pers ternyata masih cenderung memfokuskan pada praktik institusionalisme pers demi kepentingan pasar dalam industry pers nasional. Kebebasan wartawan dalam konteks ini tidak dapat dilepaskan dari kebebasan sosial wartawan karena kebebasan sosial merupakan ruang gerak bagi kebebasan wartawan.34 Secara sederhana jurnalistik adalah seni berberita. Selanjutnya jurnalistik dapat diartikan sebagai kegiatan menghadirkan berita kepada pembaca, mulai dari kegiatan pencarian data di lapangan, memproduksinya menjadi tulisan, hingga menghadirkannya kepada khalayak pembaca.35 Effendy menyatakan, bahwa pers dan jurnalistik adalah dwitunggal yang tidak dapat dipisahkan. Dua kata itu merujuk pada aktivitas yang sama. Walaupun pers juga diidentikkan dengan lembaga media massa. Tentang hal ini Effendy menjelaskan sebagai berikut: Pers memiliki dua pengertian, dalam arti sempit pers adalah media massa seperti surat kabar, majalah mingguan, televise, dan radio. Adapun dalam arti luas, pers adalah lembaga atau badan organisasi yang menyebarkan berita sebagai karya jurnalistik kepada khalayak. Pers dan jurnalistik dapat

33 Anton Ramdan. Jurnalistik Islam, h. 4. 34 Wahyu Wibowo. Menuju Jurnalisme Beretika: Peran Bahasa, Bisnis, dan Politik di Era Modial. (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009), h. 39. 35 Azwar. 4 Pilar Jurnalistik: Pengetahuan Dasar Belajar Kurnalistik Edisi Pertama. (Jakarta: Prenadamedis Group, 2018), h. 1.

27

diibaratkan sebagai jiwa dan raga. Pers adalah aspek raga karena ia berwujud, konkret. Nyata, oleh sebab itu ia dapat diberi nama. Adapun jurnalistik adalah aspek jiwa, karena ia abstrak, merupakan kegiatan daya hidup yang mengjidupi aspek pers (Effensy, 2007:90).36

Jurnalistik tidak dapat melepaskan, bahkan selalu beriringan dengan perkembangan teknologi, terutama teknologi informasi, sehingga ketika teknologi informasi mengalami perkembangan yang luar biasa, maka jurnalistik pun mengalami kondisi yang sama.

F. Prinsip Jurnalisme Jurnalisme merupakan satu kesatuan yang memiliki tujuan utama menyediakan informasi yang akurat dan terpercaya kepada warga masyarakat agar dengan adanya informasi tersebut mereka dapat berperan membangun masyarakat yang bebas. Tujuan ini mencangkup keperluan-keperluan lain, seperti tujuan hiburan, menjadi watchdog serta menyuarakan kepentingan dari mereka yang tidak memiliki suara. Dari hal inilah memunculkan sekurangnya ada 10 elemen jurnalisme. Elemen terakhir merupakan sumbangan dan Bill Kovach. Ada sejumlah prinsip dalam jurnalisme, yang sepatutnya menjadi pegangan setiap jurnalis. Prinsip - prinsip ini telah melalui masa pasang dan surut. Namun, dalam perjalanan waktu, terbukti prinsip-prinsip itu tetap bertahan.37 1. Kewajiban para jurnalisme adalah pada kebenaran. Kewajiban para jurnalis adalah menyampaikan kebenaran, sehingga masyarakat bisa memperoleh informasi yang mereka butuhkan untuk berdaulat. Bentuk “kebenaran jurnalistik” yang ingin dicapai ini bukan sekadar akurasi, namun merupakan bentuk kebenaran yang praktis dan fungsional. 2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga masyarakat. Organisasi pemberitaan dituntut melayani berbagai kepentingan konstituennya: lembaga komunitas, kelompok kepentingan lokal, perusahaan induk, pemilik saham, pengiklan, dan banyak kepentingan lain. Semua itu harus dipertimbangkan oleh organisasi pemberitaan yang sukses. Namun, kesetiaan

36 Azwar. 4 Pilar Jurnalistik: Pengetahuan Dasar Belajar Kurnalistik Edisi Pertama, h. 3. 37 https://seword.com/media/9-elemen-jurnalisme-elemen-ke-10-dari-bill-kovach, diakses pada 20 Agustus 2018, pukul 11:38 WIB

28

pertama harus diberikan kepada warga (citizens). Ini adalah implikasi dari perjanjian dengan publik. Komitmen kepada warga bukanlah egoisme profesional. Kesetiaan pada warga ini adalah makna dari independensi jurnalistik. Independensi adalah bebas dari semua kewajiban, kecuali kesetiaan terhadap kepentingan publik. Jadi, jurnalis yang mengumpulkan berita tidak sama dengan karyawan perusahaan biasa, yang harus mendahulukan kepentingan majikannya. Jurnalis memiliki kewajiban sosial, yang dapat mengalahkan kepentingan langsung majikannya pada waktu-waktu tertentu, dan kewajiban ini justru adalah sumber keberhasilan finansial majikan mereka. 3. Inti jurnalisme adalah disiplin untuk melakukan verifikasi. Membedakan antara jurnalisme dengan hiburan (entertainment), propaganda, fiksi, atau seni, adalah disiplin verifikasi. Disiplin verifikasi tercermin dalam praktik-praktik seperti mencari saksi-saksi peristiwa, membuka sebanyak mungkin sumber berita, dan meminta komentar dari banyak pihak. Disiplin verifikasi berfokus untuk menceritakan apa yang terjadi sebenar- benarnya. Dalam kaitan dengan apa yang sering disebut sebagai “obyektivitas” dalam jurnalisme, maka yang obyektif sebenarnya bukanlah jurnalisnya, tetapi metode yang digunakannya dalam meliput berita. 4. Para wartawan harus memiliki kebebasan dari sumber yang mereka liput. Jurnalis harus tetap independen dari faksi-faksi. Independensi semangat dan pikiran harus dijaga wartawan yang bekerja di ranah opini, kritik, dan komentar. Jadi, yang harus lebih dipentingkan adalah independensi, bukan netralitas. Jurnalis yang menulis tajuk rencana atau opini, tidak bersikap netral. Namun, ia harus independen, dan kredibilitasnya terletak pada dedikasinya pada akurasi, verifikasi, kepentingan publik yang lebih besar, dan hasrat untuk memberi informasi. 5. Wartawan harus mengemban tugas sebagai pemantau yang bebas terhadap kekuasaan. Jurnalis harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan. Wartawan tak sekedar memantau pemerintahan, tetapi semua lembaga kuat di masyarakat. Pers percaya dapat mengawasi dan mendorong para pemimpin agar mereka tidak melakukan hal-hal buruk, yaitu hal-hal yang tidak boleh mereka

29

lakukan sebagai pejabat publik atau pihak yang menangani urusan publik. Jurnalis juga mengangkat suara pihak-pihak yang lemah, yang tak mampu bersuara sendiri. 6. Jurnalisme harus menyediakan forum untuk kritik dan komentar publik. Apapun media yang digunakan, jurnalisme haruslah berfungsi menciptakan forum di mana publik diingatkan pada masalah-masalah yang benar-benar penting, sehingga mendorong warga untuk membuat penilaian dan mengambil sikap. Maka, jurnalisme harus menyediakan sebuah forum untuk kritik dan kompromi publik. Demokrasi pada akhirnya dibentuk atas kompromi. Forum ini dibangun berdasarkan prinsip-prinsip yang sama sebagaimana halnya dalam jurnalisme, yaitu: kejujuran, fakta, dan verifikasi. Forum yang tidak berlandaskan pada fakta akan gagal memberi informasi pada publik. Sebuah perdebatan yang melibatkan prasangka dan dugaan semata hanya akan mengipas kemarahan dan emosi warga. Perdebatan yang hanya mengangkat sisi-sisi ekstrem dari opini yang berkembang, tidaklah melayani publik tetapi sebaliknya justru mengabaikan publik. Yang tak kalah penting, forum ini harus mencakup seluruh bagian dari komunitas, bukan kalangan ekonomi kuat saja atau bagian demografis yang menarik sebagai sasaran iklan. 7. Jurnalisme harus berusaha membuat yang penting menjadi menarik dan relevan. Tugas jurnalis adalah menemukan cara untuk membuat hal-hal yang penting menjadi menarik dan relevan untuk dibaca, didengar atau ditonton. Untuk setiap naskah berita, jurnalis harus menemukan campuran yang tepat antara yang kurang serius dan yang kurang-serius, dalam pemberitaan hari mana pun. 8. Wartawan harus menjaga agar berita itu proporsional dan komprehensif. Jurnalisme itu seperti pembuatan peta modern. Ia menciptakan peta navigasi bagi warga untuk berlayar di dalam masyarakat. Maka jurnalis juga harus menjadikan berita yang dibuatnya proporsional dan komprehensif. Dengan mengumpamakan jurnalisme sebagai pembuatan peta, kita melihat bahwa proporsi dan komprehensivitas adalah kunci akurasi. Kita juga terbantu dalam memahami lebih baik ide keanekaragaman dalam berita.

30

9. Wartawan itu memiliki kewajiban utama terhadap suara hatinya. Setiap jurnalis, dari redaksi hingga dewan direksi, harus memiliki rasa etika dan tanggung jawab personal, atau sebuah panduan moral. Terlebih lagi, mereka punya tanggung jawab untuk menyuarakan sekuat-kuatnya nurani mereka dan membiarkan yang lain melakukan hal yang serupa. Agar hal ini bisa terwujud, keterbukaan redaksi adalah hal yang penting untuk memenuhi semua prinsip jurnalistik. Gampangnya mereka yang bekerja di organisasi berita harus mengakui adanya kewajiban pribadi. 10. Hak dan Kewajiban terhadap berita. Elemen terbaru ini muncul dengan perkembangan teknologi informasi, khususnya internet. Warga bukan lagi sekadar konsumen pasif dari media, tetapi mereka juga menciptakan media sendiri. Ini terlihat dari munculnya blog, jurnalisme online, jurnalisme warga (citizen journalism), jurnalisme komunitas (community journalism) dan media alternatif. Warga dapat menyumbangkan pemikiran, opini, berita, dan sebagainya, dan dengan demikian juga mendorong perkembangan jurnalisme.

G. Manajeman Redaksi dalam Pemberitaaan Ketika pers telah menjadi sebuah industri media, maka orientasi pemberitaan akan lebih memihak kepada kepentingan pasar. Mengutip penyataan Eni Maryani, sebagai sebuah industri dan didasari oleh kepentingan bisnis yang terlanjur menedot investasi modal yang sangat besar, industri media menjadi kepentingan pasar di atas segalanya (Maryani, 2011: 1). Pertimbangan pasar tidak terlepas dari kepentingan ekonomi dan politik pengusaha atau pemilik media untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya melalui bisnis pemberitaan. Campur tangan pemilik media dalam perusahaan surat kabar, mulai dari rekrutmen pekerja media, penetapan struktur organisasi media, penetapan standar pemberitaan, sampai pada pengambilan keputusan dalam ruang sedaksi pemberitaan menjadi hal yang tak terhindarkan. Akibatnya, ideologi pemilik media akan mempengaruhi isi pemberitaaan.38

38 Juni Wati Sri Rizki, Kepemilikan Media & Ideologi Pemberitaan: Kajian Ekonomi Politik Komunikasi terhadap Kepemilikan Media dan Wacana Pembentukan Provinsi Tapanuli di Surat Kabar Harian Waspada dan Sinar Indonesia Baru. (Yogyakarta: Deepublish, 2012), h. 2.

31

Dalam era kebebasan pers saat ini, pengaruh ideologi pemilik media terhadap medianya menjadi dominan. Pemilik media semakin leluasa dalam menentukan arah pemberitaan. Oleh karena itu, kepemilikan media menjadi hal yang menarik. Kerja kewartawanan dan pemberitaan memerlukan keteraturan yang terorganisir. Bukan sekedar kerja kesendirian yang tak memakai aturan. Akan tetai, terolah dari kebiasaan. Kebiasaan itu terbentuk dari oleh rutinitas kerja dari mekanisme dan tuntutan jurnalisme, sebagai sebuah profesi. Dengan begitu, ada News Organizations and Routines. Ada pengorganisasian berita dan berbagai rutinitas yang membanyangi kerja kewartawanan. Ada organisasi yang mengatur kerja pengorganisasian berita. Maka itu. Kerja kewartawanan diatur oleh mekanisme. Dikendalikan oleh struktur dan dikaitkan dengan sistimatika keorganisasian media.39

H. Analisis Naratif Dalam proses analisis, peneliti menggunakan teori Tzevetan Todorov yang membagi narasi menjadi alur awal, alur tengah, dan alur akhir. Secara etimologi narasi berasal dari bahasa latin narre, yang artinya membuat tahu. Dengan kata lain, narasai berhubungan dengan usaha untuk memberitahu sesuatu atau peristiwa.40 Narasi adalah cerita yang berkesinambungan. Ia menpunyai dua sisi. Sisi pertama adalah rantai atau plot. Plot cenderung bergerak antara keseimbangan terbuka yang terganggu, mempercepatk aksi melalui rintang biasanya, menuju keseimbangan baru atau terpulihkan. Sedangkan pada sisi kedua dari narasi melibatkan pilihan atau presentasi – cara cerita tersebut direalisasikan atau diceritakan. Narasi dipahami untuk mengungkapkan kerja ideologi dan wacana dalam plot dan presentasi; ikatan dan pilihan. Analisis narasi dapat diaplikasikan pada lebih dari sekedar praktik film tradisional. Narasi merupakan fungsi sentral dalam gambar fotografi dan iklan cetak, dimana pembaca gambar diundang untuk menalar apa yang terjadi pada gambar.41

39 Septiawan Santana K. Jurnalisme Kontemporer, Edisi Kedua. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2017), h. 242. 40 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2013), h 1. 41 John Hartley, Communication, Cultural, & Media Studies – Konsep Kunci, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 206-207.

32

Sementara narasi menurut Gorys Keraf Narasi adalah salah satu bentuk wacana yang berusaha menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sehingga seolah-olah kita dapat melihat ataupun mengalami sendiri peristiwa tersebut. Oleh sebab itu, unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan. Adapun peristiwa yang dimaksud disini adalah peristiwa yang memiliki rangkaian atau urutan peristiwa. Dan peristiwa yang tidak memiliki rangkaian dan urutannya seperti halnya jadwal siaran televisi, papan penunjuk jalan, dan semacam itu tidak bisa dikatakan sebagai sebuah narasi. Onong Uchana Effendy berpandangan bahwa narasi itu berisi penjelasan bagaimana cerita disampaikan, bagaimana materi dari suatu cerita dipilih, dan disusun untuk mencapai efek tertentu kepada khalayak.42 Narasi memiliki tiga (3) karakteristik.(a). Narasi harus terdiri atas beberapa peristiwa yang kemudian dirangkai. (b). Rangkaian peristiwa tersebut disusun secara beraturan, tidak acak, dan menghasilkan makna tertentu. (c). Terdapat pemilihan peristiwa yang dirangkai. Pada karakteristik ini, keputusan mengenai bagian mana yang diangkat dan bagian mana yang dibuang sangatlah berkaitan dengan makna yang ingin disampaikan oleh pembuat narasi.43 Dari definisi tersebut dapat difahami bahwa narasi merupakan cara yang digunakan untuk memberitahu mengelola struktur sebuah cerita, baik fiksi maupun fakta, yang didalamnya terdapat alur, tokoh, karakter, sudut penggambaran, dan juga rangkaian peristiwa yang diatur secara berurutan. Menurut Branston dan Stafford, narasi terdiri atas empat (4) macam, diantaranya: a. Narasi menurut Tvzetan Todorov, bahwa narasi memiliki alur awal, alur tengah, dan alur akhir. b. adapun menurut Vladimir Propp, bahwa suatu cerita itu pasti karakter tokoh, c. sedangkan menurut Levis Strauss, Suatu cerita memiliki sifat-sifat yang berlawanan, d. dan terakhir menurut Joseph Campbell, bahwa narasi juga memiliki unsur mitos dan simbol-simbol tertentu didalamnya. Oleh karena itu, peneliti hanya menggunakan teori narasi menurut Tvzetan Todorov dikarenakan objek daripada penelitiannya adalah mengenai film.

42 Onong Uchjana Effendy: Ilmu, Teori dan filsafat komunikasi. (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007), h. 214. 43 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2013), h 2.

33

Kendatipun narasi tidak ada hubungannya dengan fakta dan fiksi, sebab narasi hanya berkaitan dengan cara bercerita, bagaimana fakta disajikan atau diceritakan kepada khalayak.44 Untuk itu tidak ada bedanya film fiksi dengan film non fiksi seperti halnya film dokumenter. Kesemuanya memiliki alur, plot, karakter, dan tokoh terntentu yang dinarasikan di dalam nya.

I. Teori Naratif Tzvetan Todorov Tvzetan Todorov, seorang ahli sastra dan budaya asal Bulgaria memiliki gagasan tentang struktur dari narasi. Teorinya kerapkali digunakan dalam bidang media dan komunikasi. Ia melihat bahwa pada teks terdapat struktur tertentu. Menurutnya, pembuat teks dalam menyusun narasi belum tentu secara sadar membentuk struktur seperti itu. Narasi dalam pandangan Todorov adalah apa yang dikatakan, maka dari itu narasi memiliki urutan kronologis motif dan plot, serta adanya hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa. Tzvetan Todorov, mengatakan bahwa semua cerita dimulai dengan “keseimbangan” di mana beberapa potensi pertentangan berusaha “diseimbangkan.” Todorov membagi film dalam beberapa bagian. Ada bagian yang mengawali narasi, ada bagian yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari situasi awal, dan ada bagian yang mengakhiri narasi tersebut. Dan alurlah yang menandai kapan sebuah narasi dimulai dan kapan berakhir.45 Menurut Todorov, pada bagian awal terdapat interaksi situasi dasar, kemudian di bagian tengah terdapat konflik, dan pada bagian akhir terdapat penyelesaian yang biasanya berakhir bahagia. Tentu saja itu melalui intervensi dari produk yang akan dijual. Alur ditandai oleh puncak atau klimaks dari perbuatan dramatis dalam rentang laju narasi. Secara sistematis alur dapat digambarkan sebagai berikut.46

AWAL TENGAH AKHIR

44 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media, h 2. 45 Tzvetan Todorov, The Poetics of Prose. (Oxford: Blackwell, 1977), h. 127. 46 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: PT, Gramedia Pustaka Utama, 1997), h. 145

34

Gambar 2.1 Alur Film Banyak pendapat dan kritikan mengenai pembagian waktu dalam sebuah cerita, tetapi kritikan tidak bisa meniadakan pembagian waktu itu. Misalnya, ada pendapat yang mengatakan, bahwa sebenarnya apa yangdisebut “penyelesaian” itu sebenarnya tidak ada, karena akhir dari suaru kejadian atau peristiwa akan menjadi awal dari kejadian yang lain, atau akhir dari tragedi itu merupakan sebuah diskusi, yang pada gilirannya menjadi bagian pendahuluan dari kisah berikutnya.47 Sebab itu, narasi harus diberikan batasan yang lebih jelas, yaitu rangkaian tindakan yang terdiri atas tahapan-tahapan yang penting dalam sebuah stuktur yang terikat oleh waktu. Di mana waktu dalam film terbagi menjadi tiga. Dengan kata lain Todorov berpandangan bahwa sebuah cerita itu memiliki alur cerita awal atau pendahuluan, alur cerita tengah atau perkembangan dan juga alur cerita akhir atau peleraian. Sebagaimana penjelasan berikut: a. Alur Cerita Awal Suatu peristiwa tidak muncul begitu saja dari kekosongan. Tetapi, peristiwa lahir dari suati kondisi dan situasi yang mengandung sistem-sistem yang mudah meledak. Situasi tersebut harus menghasilkan suatu perubahan yang dapat membawa akibat atau perkembangan yang lebih lanjut. Jadi, bagian pendahuluan menyajikan situasi dasar yang harus memungkinkan khalayak memahami adegan- adegan selanjutnya.48 Jadi pada bagian ini menyajikan situasi dasar yang harus memungkinkan pembaca atau penonton memahami adegan-adegan selanjutnya. Bagian pendahuluan menentukan daya Tarik dan selera pembaca atau penonton terhadap bagian-bagian berikutnya, maka penulis harus menggarapnya dengan sungguh- sungguh secara seni.

47 Gory Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 146. 48 Gill Branston dan Roy Stafford, The Media Student‟s Book. (London: Routledge, 2003), h. 56.

35

b. Alur Tengah Cerita Bagian ini merupakan batang tubuh yang utama dari seluruh tindak-tanduk para tokoh, dan merupakan rangkaian dari tahap-tahap yang membentuk seluruh proses narasi. Bagian perkembangan mencakup adegan-adegan yang berusaha meningkatkan ketegangan, atau menggawatkan peristiwa yang berkembang dari situasi asli. Artinya di bagian ini para tokoh sudah terlihat karakter jelasnya, konflik juga sudah mulai terbangun atau sudah memasuki tahap konkritisasi. Bagian tubuh cerita sudah melepaskan dirinya dari situasi umum atau situasi awal, dan sudah mulai memasuki tahap konkritisasi.49 Konkritisasi diungkapkan dengan menguraikan secara terperinci peranan semua sistem narasi, perbuatan atau tindak-tanduk tokoh-tokoh, interelasi antara tokoh-tokoh dan tindakan mereka yang menimbulkna benturan kepentingan. Konflik yang ada hanya dapat dimengerti dan dipahami dengan baik, jika situasi awal dalam bagian pendahuluan sudah disajikan secara jelas. c. Alur Cerita Akhir Pada bagian akhir atau disebut juga bagian peleraian (denouement), konflik yang terjadi dapat diatasi dan diselesaikan. Akhir suatu cerita bukan hanya menjadi titik yang menjadi pertanda berakhirnya suatu tindakan. Lebih tepat jika dikatakan, bahwa akhir dari perbuatan merupakan titik di mana tenaga-tenaga atau kekuatan-kekuatan yang diemban dalam situasi yang tercipta sejak semula membersit keluar dan menemukan pemecahannya.50 Pada bagian ini merupakan titik di mana para penonton terangsang untuk melihat seluruh makna cerita. Bagian ini sekaligus titik di mana struktur dan makna memperoleh fungsi sepenuhnya. Dengan kata lain, bagian penutup merupakan titik di mana penonton sepenuhnya merasa, bahwa struktur dan makna sebenarnya merupakan sistem dari persoalan yang sama. Dari pemaparan sebagaimana di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam narasi ada bagian yang mengawali narasi, kemudian ada bagian yang menjadi tahap perkembangan dari alur awal cerita dan yang terakhir ada bagian yang mengakhiri suatu narasi. Walau demikian banyak juga pendapat dan kritikan mengenai pembagian waktu dalam sebuah cerita, tetapi kritikan tersebut tidak

49 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 153. 50 Gory Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 154.

36

dapat meniadakan pembagian waktu. Seperti misalnya, ada pendapat yang mengatakan “bahwa sebenaranya apa yang disebut sebagai penyelesaian itu sebenarnya tidak ada, karena akhir dai suatu kejadian atau peristiwa akan menjadi awal dari kejadian yang lain, atau akhir dari tragedi itu merupakan sebuah diskusi, yang pada gilirannya menjadi bagian pendahuluan dari kisah berikutnya.”51 Menurut Todorov, suatu narasi mempunyai struktur dari awal hingga akhir. Narasi diawali dengan adanya keseimbangan atau keteraturan dalam kehidupan. Kemudia, keteraturan itu terganggu dengan adanya kekuatan jahat. Narasi diakhiri oleh upaya atau cara untuk membuat gangguan itu berhenti sehingga keseimbangan akan kembali tercipta. Jika digambarkan, struktur dari sebuah narasi yang dikemukakan oleh Todorov sebagai berikut:52

Gambar 2.2 Struktur Narasi Tzvetan Todorov

Ekuilibrium Gangguan Ekuilibrium (Keseimbangan) (Kekacauan) (Keseimbangan)

Struktur narasi inilah merupakan bagian dari aspek utama dari sebuah proses naratif.53 Bagian awal, tengah dan akhir merupakan struktur berdasarkan pembagian waktu. Narasi diawali dari sebuah keteraturan, kondisi masyarakat yang tertib. Keteraturan tersebut berubah menjadi kekacauan akibat tindakan dari seorang tokoh. Narasi diakhiri dengan kembalinya keteraturan. Dalam cerita fiksi, hal ini ditandai dengan musuh yang berhasil dikalahkan, pahlawan yang hidup bahagia, masyarakat yang bisa dibebaskan sehingga menjadi makmur dan bahagia selamanya. Struktur narasi yang dikemukakan oleh Todorov, telah dimodifikasi oleh Nick Lacey dan Gillespie. Lacey dan Gillespie memodifikasi struktur narasi tersebut menjadi lima bagian. Tahapan yang ditambah oleh Lacey dan Gillespie

51 Gory Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 146. 52 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita Media, h. 46. 53 Tony Thwaites, dkk, Introduction Cultural And Media Studies: Sebuah Pendekatan Semiotika. Penerjemah Saleh Rahman. Cet. Ke – 1, (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h. 182.

37

tahapan antara gangguan ke ekuilibrium. Tahapan yang ditambah oleh keduanya, misalnya gangguan yang makin meningkat, kesadaran akan terjadinya gangguan dan klimaks (gangguan memuncak). Bagian penting lain yang ditambahkan adalah adanya upaya untuk menyelesaikan gangguan.54

Tabel 2.155 Perbandingan Struktur Narasi Menurut Sejumlah Ahli No. Lacey Gillespie Kondisi keseimbangan dan Ekposisi, kondisi awal. 1. keteraturan. Gangguan (disruption) Gangguan, kekacauan. 2. terhadap keseimbangan. Kesadaran terjadi Komplikasi, kekacauan 3. gangguan. makin besar. Upaya untuk memperbaiki Klimaks, konflik 4. gangguan. memuncak. Pemulihan menuju Penyelesaian dan akhir. 5. keseimbangan.

Kondisi awal, kondisi keseimbangan dan keteraturan. Narasi umumnya diawali dari situasi normal, ketertiban dan keseimbangan. Dalam narasi tentang superhero, umumnya diawali oleh kondisi kota yang damai, kerajaan yang makmur, dan seterusnya. Atau narasi tentang sebuah keluarga, diawali dengan kondisi keluarga yang harmonis dan bahagia.56 Gangguan (disruption) terhadap keseimbangan. Bagian atau struktur kedua dari narasi adalah adanya gangguan. Ini bisa berupa tindakan atau adanya tokoh yang merusak keharmonisan, keseimbangan dan keteraturan. Dalam film tentang

54 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita Media, h. 46. 55 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita Media, h. 47. 56 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita Media, h. 47.

38

superhero misalnya, babak kedua ini ditandai oleh kehadiran musuh yang melakukan tindakan jahat yang mengubah ketertiban.57 Kesadaran terjadi gangguan. Gangguan makin besar. Pada tahap ketiga, gangguan makin besar dan dampaknya makin dirasakan. Pada tahap ini, gangguan umumnya mencapai titik puncak (klimaks). Dalam narasi mengenai superhero, babak ini ditandai oleh kekuatan musuh yang makin kuat.58 Upaya untuk memperbaiki gangguan. Pada tahap ini, narasi biasanua berisi tentang hadirnya sosok pahlawan yang berupaya untuk memperbaiki kondisi. Di tahap ini, sudah ada upaya untuk menciptakan keteraturan kembali, meskipun upaya itu digambarkan mengalami kegagalan. Dalam narasi mengenai superhero, di tahap ini sudah muncul perlawanan terhadap musuh.59 Pemulihan menuju keseimbangan, menciptakan keteraturan kembali. Tahap ini adalah babak terakhir dari suatu narasi. Kekacauan yang muncul pada babak dua, berhasil diselesaikan sehingga keteraturan bisa dipulihkan kembali. Dalam tahap ini, dalam narasi superhero digambarkan bagaimana pahlawan berhasil mengalahkan musuh.60

57 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita Media, h. 47. 58 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita Media, h. 48. 59 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita Media, h. 48. 60 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Analisis Teks Berita Media, h. 48.

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

A. Resensi Film The Post Subyek analisis dalam penelitian ini adalah Film The Post. Film yang disutradarai oleh Steven Spielberg dengan pemeran utama Tom Hanks dan Meryl Streep ini, mengangkat kisah nyata tentang The Washington Post, salah satu penerbit surat kabar yang terkenal di Amerika Serikat.1

Film ini diangkat dari kisah nyata mengenai pembeberan data yang seharusnya rahasia. The Post diakui oleh Spielberg sebagai film yang memiliki masa produksi paling singkat di antara semua film miliknya. Film ini mulai digarap ketika Amy Pascal memenangkan hak atas naskah The Post yang ditulis oleh Liz Hannah pada Oktober 2016 lalu. Saat Maret 2017 diumumkanlah Steven Spielberg sebagai sutradaranya dan di saat yang bersamaan Meryl Streep dan Tom Hanks ditunjuk sebagai pemeran Katharine Graham dan Ben Bradlee. Setting pertama dibuka dengan cuplikan adegan Perang Vietnam dan diskusi pejabat pemerintah AS terkait perang dan selanjutnya cerita mulai berfokus pada Kay Graham (yang diperankan oleh Meryl Streep), Ben Bradlee (diperankan oleh Tom Hanks) beserta tim wartawan The Washington Post yang berjuang mengungkap Pentagon Papers ke publik.

1 https://www.kompasiana.com/irmina.gultom/5a98fae3cf01b4660b1f5 957/resensi- filmthe-post-adu-kuat-antara-pers-dan-pemerintah diakses pada 3 September 2018, pukul 07:56 WIB.

39

40

Pentagon Papers adalah serangkaian dokumen paling rahasia (klasifikasi Top Secret) Departemen Pertahanan AS terkait keterlibatan pemerintah AS dalam Perang Vietnam. Dokumen ini terdiri dari 47 volume yang disusun dalam rentang tahun 1967-1969, mencakup 3,000 halaman narasi dan 4,000 halaman dokumen pendukung. Penelitian ini dipimpin oleh seorang Analis Militer, Daniel Ellsberg, yang kemudian malah membelot dan beropini bahwa seharusnya seluruh informasi hasil penelitian tim-nya diketahui publik. Film The Post mulai diproduksi pada 30 Mei 2017 dan selesai pada 25 Agustus 2017 dan 22 Desember 2017. Film The Post dirilis di Amerika Serikat dan 12 Januari 2018 dirilis secara global. Film The Post menceritakan sosok seorang wanita, Katharine Graham, salah satu penerbit surat kabar di Amerika, The Washington Post dan juga editornya, Ben Bradlee. Kay dan Ben bergabung bersama jurnalis lainnya pada tahun 1971 untuk menerbitkan sebuah makalah Pentagon. Sebuah makalah yang mengungkapkan cerita di balik perang Vietnam, dan juga mengenai keterlibatan Pentagon di perang tersebut. Makalah yang bisa dikatakan mampu membuka semua rahasia Pentagon. Perseteruan pun terjadi antara para wartawan tersebut dengan pemerintah. Namun para wartawan yang rela mempertaruhkan karir mereka dan kebebasan mengetahui kebenaran membuat mereka berjuang kuat untuk mengungkapkan kebenaran. The New York Times adalah yang pertama kali mempublikasikan salah satu isi Pentagon Papers dan langsung menyita perhatian publik, termasuk Gedung Putih. Gedung Putih langsung melayangkan peringatan kepada New York Times dan melarang mempublikasikan lebih jauh isi Pentagon Papers dengan alasan dapat mengakibatkan kehancuran negara, kematian langsung tahanan perang AS, memperpanjang perang dan sebagainya. Dikarenakan New York Times menolak, gugatan perdata pun dilayangkan pemerintah AS sehingga New York Times diputuskan tidak boleh menerbitkan kembali Pentagon Papers. Dari sinilah The Washington Post mulai berperan. Saat kasus Pentagon Papers ini berlangsung, Kay Graham baru saja kehilangan suami yang sekaligus menjabat sebagai pimpinan The Washington Post, mendadak harus menjalankan perusahaan keluarga tersebut. Untuk menstabilkan kondisi keuangan perusahaan,

41

Kay Graham harus menjual sejumlah sahamnya kepada publik. Setelah New York Times dilarang menerbitkan Pentagon Papers, tak disangka Ben Bradlee juga mendapatkan narasumber terpercaya terkait Pentagon Papers. Empat ribu halaman salinan dokumen tak beraturan itupun mulai disusun sedemikian rupa untuk menerbitkan artikel berikutnya.

Gambar 3.1 Halaman depan The Washington Post yang memuat artikel Pentagon Papers (sumber: pophistorydig.com)

Kay Graham dihadapkan pada dilema berat oleh dewan direksinya. Sebagian mendorongnya (terutama Ben Bradlee) untuk menerbitkan artikel tersebut dengan pertimbangan bahwa seharusnya pers tidak bisa didikte pemerintah dan sebagian menentangnya karena berpotensi menyebabkan para investor akan menarik sahamnya dari The Washington Post. Disatu sisi, Kay Graham ingin tetap berpegang pada prinsip kebebasan pers sementara disisi lain ia juga tidak ingin kehilangan perusahaannya, karena kemungkinan terburuknya adalah The Washington Post tutup dan ia dipenjara karena melawan pemerintah. Pada akhirnya, Kay memutuskan untuk tetap mempublikasikan artikel tersebut dan tentunya langsung menyulut reaksi dan peringatan dari Gedung Putih. The Washington Post dilarang keras masuk ke Gedung Putih lagi dan dituntut di pengadilan. Kasus New York Times dan Washington Post melawan pemerintah menjadi kasus yang paling terkenal dengan sebutan New York Times vs United States. Namun tak disangka, ternyata Pentagon Papers juga telah

42

tersebar ke surat kabar lainnya mulai dari Times, Boston Globe dan lainnya. Dan ketika serombongan perusahaan media ini bersatu mengajukan banding ke Mahkamah Agung, kasus pun dimenangkan pihak pers karena mereka berhasil membuktikan bahwa dengan diterbitkannya Pentagon Papers ini, tidak akan menimbulkan hal-hal seperti yang telah dikhawatirkan oleh pemerintah. Kasus ini pun akhirnya melahirkan amandemen pertama pada undang-undang yang menjamin kebebasan pers. Pada film The Post akting yang ditampilkan Tom Hanks dan Meryl Streep sangat pas dengan tokoh yang diperankan. Mungkin karena mereka berdua juga telah berpengalaman dalam berakting di genre film-film serupa. Tapi menurut alur The Post dibilang cukup lambat, mungkin karena materi yang yang disajikan lumayan "berat". Jika di Film Spotlight (2015) para reporter sibuk mencari narasumber, di sini Steven Spielberg menyajikan riuhnya ruang redaksi, rapat para reporter tanpa henti, dan proses editor yang harus teliti, hingga tempat produksi tradisional. Kita diajak melihat bagaimana para petugas harus menyusun satu per satu panel huruf per halaman untuk dicetak di surat kabar. Berbicara akting, Meryl Streep dan Tom Hanks masing-masing memiliki porsi yang pas. Ketika kepemimpinan Kay diragukan hanya karena ia wanita satu- satunya dalam perusahaan tersebut, Meryl berhasil memerankan sosok Kay dengan totalitas. Di saat gentingnya memutuskan harus mempublikasikan makalah pentagon atau tidak, Kay dengan lantang berkata “It‟s no longer my father‟s company. This is no longer my husband‟s company. This is my company” di hadapan para komisaris. Sementara itu, Tom Hanks melengkapi Meryl dengan perannya sebagai sosok editor yang idealis dan sibuk memberikan saran-saran untuk Kay.2

B. Pengenalan Tokoh Utama film The Post Sutradara Steven Spielberg menggunakan pendekatan personal untuk membangun rasa yang ia inginkan dalam penggarapan film The Post ini. Penegasan tokoh dalam setiap alur di suguhi dengan banyaknya karakter, akan

2 https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/review-film-the-post-meryl-streep-tom-hanks diakses pada 3 September 2018, pukul 08:27 WIB

43

tetapi ada tokoh-tokoh yang menjadi sorotan salam film The Post. 1. Meryl Louise Streep

Mary Louise Strepp yang dikenal sebagai Meryl Streep lahir di Summit, New Jersey, 22 Juni 1949. Aktris yang berdarah keturunan Jerman, Swiss dan Inggris ini merupakan putri pasangan eksekutif perusahaan farmasi, Harry William Streep, Jr., dan bintang iklan sekaligus mantan editor bidang seni, Mary Wolf Wilkinson. Meryl memiliki dua saudara yakni Dana dan Harry. Meryl menunjukkan bakatnya di bidang akting dan drama. Meryl beberapa kali tampil di atas panggung pertunjukan saat dia menempuh pendidikan di Yale School of Drama dan Vassar College. Beberapa tahun setelah lulus, Meryl berhasil mengawali debutnya sebagai aktris lewat film layar lebar “Julia” (1977). Dua tahun setelah debutnya itu, Meryl menyabet penghargaan Oscar di kategori Best Supporting Actress lewat perannya sebagai Joanna Kramer di film “Kramer vs. Kramer” (1979). Sementara penghargaan pertamanya untuk kategori Best Actress di ajang penghargaan Oscar berhasil diraih Meryl lewat film “Sophie's Choice” (1982). Tahun 1980 hingga 1999, pamor Meryl di Hollywood kian berkibar. Hal ini dibuktikan dengan kesuksesan beberapa film yang dibintanginya seperti “Out of Africa” (1985), “Ironweed” (1987), "Death Becomes Her" (1992), “The Bridges of Madison County” (1995), “Before and After” (1996), “Marvin's Room” (1996), dan “Music of the Heart” (1999). Dalam hal akting, Meryl dikenal sangat jago

44

menghidupkan berbagai karakter. Dia pernah memperlihatkan sisi sinis dan sarkasme lewat perannya sebagai bos Anne Hathaway, Miranda Priestly, di film “The Devil Wears Prada.” Dia juga sempat menampilkan sisi kikuk saat berperan sebagai bibi Josephine di film anak-anak yang dibintangi Jim Carrey, “Lemony Snicket’s A Series of Unfortunate Events.” Kepiawaian akting Meryl semakin diakui dunia ketika aktris yang kini berusia 61 tahun ini berhasil menunjukkan keahlian menyanyinya lewat film musikal, “Mamma Mia!”. Tahun 2010, Meryl dikabarkan mendapat tawaran peran yang cukup menantang. Dia bakal menghidupkan karakter mantan perdana menteri wanita pertama di Inggris, Margaret Thatcher, di film biopic tentang kehidupan Marget bertajuk “Thatcher.” Tidak heran apabila pemandu acara Academy Awards tahun lalu, Jimmy Kimmel, menyebut Meryl sebagai aktris yang 'overrated'. Tentu saja, karena Meryl adalah aktris serba bisa yang menjadi permata di era milenial ini.3 2. Tom Hanks

Thomas Hanks merupakan aktor Hollywood papan atas yang terkenal asal Amerika Serikat. Ia lahir di Concord, California, Amerika Serikat pada tanggal 9 Juli 1956. Tom Hanks juga merupakan seorang sutradara. Ia dikenal sebagai salah satu aktor Hollywood dengan kemampuan akting yang sangat bagus. Ia juga beberapa kali mendapatkan prestasi dan penghargaan film internasional dan diakui sebagai salah satu aktor terbaik dalam kurun 3 dekade terakhir.

3 https://kumparan.com/@kumparanhits/meryl-streep-legenda-hidup-perfilman-dunia diakses pada 16 Januari 2019 pukul 1528 WIB.

45

Tom Hanks lahir dengan nama lengkap Thomas Jeffrey Hanks pada tanggal 9 Juli 1956. Ia mengawali karir akting sejak awal tahun 80an. Namanya mulai dikenal di tahun 90an setelah ia membintangi beberapa film barat 90an yang populer. Sejak itu, Tom Hanks pun menjadi aktor papan atas Hollywood. Ia juga sempat menjadi aktor dengan bayaran termahal di dunia. Beberapa karakter Tom Hanks yang paling ikonik adalah sebagai Forrest Gump dalam film Forrest Gump serta sebagai Captain John Miller dalam film Saving Private Ryan. Sementara film Tom Hanks terbaik lainnya misalnya yaitu Philadelphia, Apollo 13, The Green Mile, Cast Away, , Captain Phillips dan Bridge of Spies. Tom Hanks juga menjadi pengisi suara Woody dalam film animasi Toy Story series.4 Thomas Hanks salah satu aktor terbaik yang mampu eksis hingga saat ini di perfilman Hollywood. Memulai karir profesionalnya pada tahun 1980, Hanks memulai kesuksesannya saat membintangi film fantasi komedi berjudul Big pada tahun 1988. Berkat kemampuan aktingnya dalam film tersebut, Tom Hanks mendapatkan penghargaan Academy Award pertamanya sebagai Best Actor. Kesuksesan sebagai seorang aktor pun mulai menjadi bagian dari hidupnya. Film- film yang dibintanginya selalu menjadi box office yang sukses besar di pasaran, tak terkecuali film-film yang dibintanginya pada tahun 90an.5

4 https://www.artikelbaca.com/biografi-film-tom-hanks/ diakses pada 16 Januari 2019 pukul 15:34 WIB. 5 https://www.idntimes.com/hype/throwback/ganjar-firmansyah/5-film-terbaik-tom- hanks-tahun-90an-c1c2-1/full diakses pada 16 januari 2019 pukul 15:36 WIB.

BAB IV TEMUAN DATA DALAM FILM THE POST

Dengan menggunakan model alur cerita Tzvetan Todorov, peneliti akan menjabarkan alur cerita dalam film The Post. Berdasarkan hasil pengamatan dari tayangan film terkait dengan praktik verifikasi berita terhadap prinsip jurnalisme, terlihat jelas bahwa proses verifikasi menjadi bagian terpenting dalam berita. Dalam dunia jurnalisme sebagai seorang wartawan bahkan pemilik media harus mengemban nilai-nilai yang terkandung di dalam prinsip jurnaslisme. Media menjadi sebuah sarana penyebaran dan penyampaian informasi untuk masyarakat. Tetapi pemberitaan merupakan produk dari media yang mana telah melewati serangkaian tahapan sebelum rilis. Media merupakan hasil dari proses yang telah dipengaruhi oleh berbagai unsur. Dengan kata lain berita yang ditampilkan bukan hanya melewati serangkaian proses, akan tetapi merupakan hasil kompromi dari elemen pemberitaan. Film The Post, sebagai salah satu film yang menampilkan bagaimana kerja dari sebuah media. Pada film The Post terlihat proses penyusunan berita dilakukan melalui berbagai tahap hingga berita tersebut layak untuk diberitakan kepada khalayak. Tahapan-tahapan tersebut, misalnya saja seperti rapat redaksi penentuan berita yang akan dirilis, dan wartawan yang ditunjuk untuk meliput. Kemudian tahap selanjutnya ialah penulisan berita, proses penyutingan, pemilihan headline, hingga pencetakan. Walaupun begitu proses penulisan hingga rilis terlihat aada ketegangan antara pemerintah, pemilik media dan jurnalis tapi pada akhirnya peran media di dalam film ini diberikan sebuah kebebasan pers yang menguntungkan untuk media. Dalam bab ini peneliti akan menguraikan alur cerita film The Post menurut Tvzetan Todorov. Analisis film ini nantinya akan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu alur awal, tengah dan akhir, yang nantinya akan dihubungkan. Film ini termasuk film drama, yang mana film ini mengetengahkan aspek-aspek human interest, sehingga yang tuju adalah perasaan penonton untuk dapat meresapi setiap kejadian dalam adegan film The Post.

46

47

A. Alur awal cerita pada film The Post Film ini dimulai dengan cuplikan kondisi perang Vietnam. Diawal frame yang ditampilkan terkait dengan kondisi tentara di Provinsi Shaun Nghia, Vietnam dengan konsep tahun 1966. Di awal digambarkan kondisi tentara yang siap berperang dengan pakaian dan alat lengkap. Akan tetapi sempat terlihat ada satu tokoh yang ditonjolkan di deretan tentara yang ada. Tokoh tersebut adalah seorang pengamat yang di perintahkan langsung oleh pemerintah Amerika. Lalu Ellsberg selaku pengamat dari Kedutaan Besar, bergegas pergi ke medan perang bersama dengan tentara lainnya. Saat di medan perang, lokasi sudah malam dan terjadi baku tembak antara tentara AS dengan tentara Vietnam. Pada saat baku tembak, Nampak tentara dari AS banyak yang mengalami luka- luka, akibat baku tembak yang terjadi. Berikut cuplikan dari bagian awal atau pendahuluan dalam film The Post: Tabel. 4.1 Adegan pertama alur awal

Visualisasi Durasi

0:05:15 Dialog Ket. Angle Kamera Jurnalis : Pak Sekretaris, pak! Bagaimana perjalananmu, pak? Pak. Medium long Sekretaris : Selamat sore, tuan-tuan, aku tidak shot/medium wide punya apapun. Ucapan yang shot. Tetapi angle disiapkan tapi aku sangat senang dalam gambar ini bisa menerima pertanyaanmu satu mengacu kepada persatu. Jim? group shot, karena Jim : Pak Sekretaris, aku bertanya apakah pengambilan gambar perjalanan tersebut membuatmu untuk sekelompok optimis atau pesimis soal prospek orang sebagai objek. kita dalam perang ini, dan

48

kemampuan kita untuk memenangkannya? Sekretaris : Kau bertanya apakah aku optimis atau pesimis. Hari ini, aku bisa berkata kemajuan militer selama 12 bulan terakhir telah melampaui harapan kita. Kami sangat terdorong oleh apa yang kita saksikan di Vietnam. Dalam segala hal, kami sudah ada kemajuan. Aku senang ada Bob Komer bersama kami dalam perjalanan. Jadi dia bisa melihat sendiri yang kami tunjukkan. Perbaikan besar dalam setiap sudut dimensi perang. Derrick?

Kebohongan mulai dirasakan ketika Sekretaris turun dari pesawat lalu disambut oleh kerumunan wartawan yang ingin mengetahui kondisi perang. Sekretaris menegaskan bahwa kondisi perang saat ini jauh lebih baik dan kemungkinan kemenangan akan diraih oleh Amerika. Atas pertanyaan tersebut para awak media merasa senang akan tetapi terlihat ketika Ellsberg turun dari pesawat dirinya merasa ada hal yang sepatutnya tidak di jelaskan kepada awak media. Ellsberg merasa ada yang perlu di ungkap kepada publik, terkait dengan rahasia perang Vietnam yang sebenarnya. Karena Ellsberg memiliki akses brangkas tempat menyimpan dokumen rahasia, akhirnya Ellsberg mencoba membuka akses tersebut dan mengambil beberapa dokumen rahasia milik negara untuk di salin. Saat membuka brangkas data yang muncul pertama kali, yakni data mengenai hubungan Amerika Serikat – Vietnam tahun 1945-1967 yang mana data ini memiliki tingkat – sangat rahasia. Karena Ellsberg merasa harus ada yang diungkap akhirnya Ellsberg membawa beberapa berkas untuk disalin.

B. Alur tengah cerita pada film The Post Sebagai pemilik perusahaan koran Katharine memiliki hubungan baik dengan pemilik perusahaan yang serupa. Pada saat makan siang bersama salah satu kolegannya Katharine mendapatkan informasi berkenaan dengan berita yang

49

akan dirilis di media lain. Karena informasi itu penting, akhirnya Katharine mencoba menghubungi Ben selaku editor di The Washington Post. Berikut beberapa cuplikan dari bagian tengah dalam film The Post:

Tabel. 4.2 Adegan pertama alur tengah

0:32:26 Visualisasi Durasi

0:33:18 Dialog Ket. Angle Kamera A : Jenderal Haig, pak. Jenderal Haig : Hai, Al. A : Ya pak. Jenderal Haig : Bagaimana dengan daftar korban. Kau punya sosok itu? Angle yang digunakan A : Tidak, pak, tapi kupikir ini menjadi ialah menggunakan sangat rendah, teknik long shot. Jenderal Haig : Baik. Baik. Tidak ada lagi yang menarik di dunia ini? A : Ya, pak, sangat penting ini, New York Times telah berani mengekspos dokumen perang yang paling rahasia.

50

Jenderal Haig : Maksudmu itu yang bocor keluar dari Pentagon? A : Laporan keseluruhan yang ditulis McNamara. Ini pelanggaran keamanan yang tinggi, lebih dari yang besar yang terbesar apapun. Jenderal Haig : aku pernah melihat. A : Yah… Jenderal Haig : Nah, apa yang sedang dilakukan mengenai hal itu? Apakah kita tahu ini akan keluar? A : Tidak, kami tidak tahu, pak. B : Aku punya Dr, Kissinger. Jenderal Haig : Henry, hal itu bagiku hanya tidak masuk akal ini tindakan yang masuk akal. Bagian dari bajingan yang memadamkannya. A : Aku sangat yakin ini melanggar segala macam keamanan… hukum – orang harus dimasukkan untuk hal semaram ini.

Tabel. 4.3 Adegan kedua alur tengah

Visualisasi Durasi

0:36:21 Dialog Ket. Angle Kamera Ben mendatangi rumah Katharine Ben : Aku percaya kau mengetahui New York Times. Gamabr ini Katharine : Hmm. menampilkan dua Ben : Laporan yang mereka kerjakan… objek dan Siapa yang ditugaskan oleh McNamara. menggunakan teknik Katharine : Ya itu maksudku. eye level. Ben : Bilamana McNamara menugaskannya, mungkin dia punya salinan. Aku perlu

51

bilang padamu untuk menemukan seorang narasumber. Bagai mencari jarum di tumpukan jerami. Katharine : Aku tidak butuh metafora. Ben : Aku belum pernah menjadi penulis untuk sementara waktu sehingga klise lama. Perbandingan yang terbaik. Aku bisa datang. Aku butuh salinan laporan itu, Kay. Katharine : Beri saja, Ben. Ben : Oh ini dia. Cucu : Terima kasih. Katharine : Ben, sama sepertiku senang. Sebuah tugas investigasi yang baik, Bob Mcnamara adalah teman lama. Ben : Mm. Katharine : Dia banyak menjalani hidupnya saat ini. Ben : Hanya aku. Katharine : Mungkin dia bilang semua yang ingin dikatakan. Ben : Mengapa kau berpikir demikian? Katharine : Mengapa? Ben : Mengapa? Mengapa McNamara bicara denganku? Katharine : Nah, aku baru saja bilang dia teman lamaku, dan. Ben : Nah, apakah dia bicara soal teman lain? Katharine : Aku tidak yakin menghargai impikasinya. Ben : McNamara sedang bicara denganmu. Sebab kau penerbitnya. Katharine : Itu tidak benar! Ben : Dari Washington Post. Katharine : Tidak mungkin. Ben : Bukan itu alasannya. Sebab ingin sekali bertemu kau. Selamatkan reputasi surat kabar kita. Katharine : Tidak perlu sungkan. Ben : McNamara ingin kau disisinya. Katharine : Tidak, Ben, bukan preran aku. Kau tahu itu. Aku takkan bilang bagaimana menulis soal dia. Sama seperti aku tidak mau ambilah pada diriku sendiri untuk memberitahunya. Seharusnya dia serahkan sokumen rahasia itu, itu bisa menjadi tindakan kejahatan. Supaya

52

bisa menjadi narasumbermu. Ben : Narasumber kami, Katharine. Katharine : Tidak, aku, tidak. Aku tidak. Aku takkan tanya Bob untuk penelitiannya. Ben : Aku… aku mengerti, kau punya hubungan dengan Bob McNamara. Tapi bukankah menurutmu kau juga punya kewajiban pada surat kabar dan untuk khalayak umum? Katharine : Izinkan aku menayakan sesuatu padamu. Bagitulah perasaanmu saat kau berada disamping Jack Kennedy? Di mana rasa kewajibanmu saat itu? Aku tidak ingat kau mendorongnya sangat keras untuk segala hal. Ben : Aku mendorong Jack saat itu dan tidak pernah aku menariknya. Katharine : Aku. Bernarkah begitu? Karena kau biasa makan malam di Gedung Putih seminggu sekali. Semua perjalanan ke Camp David. Oh, dan pelayaran ulang tahun di Sequoia kau bercerita. Sulit dipercaya kau akan dapat semua undangan itu jika tidak Tarik beberapa dorongan.

Tabel. 4.4 Adegan ketiga alur tengah

Visualisasi Durasi

0:39:08 Dialog Ket. Angle Kamera Saat Ben berada di mobil Angle yang digunakan Radio : Protes dijalanan menyebar hari ini di dalam penggambilan seluruh negeri setelah publikasi lebih gambar ini,

53

banyak kutipan dari arsip Departeman menggunakan teknik Pertahanan yang diklasifikan di New extreme close up. York Times. Laporan menyebut yang ditugaskan oleh mantan Sekretaris Pertahanan Robert McNamara telah memicu perdebatan lebih lanjut selama perang berlangsung di Vietnam. Karena jelas Kennedy dan Johnson serta Eisenhower juga Truman sangat menyesatkan negara di Vietnam. Seri judul bom telah muncul selama dua hari terakhir di New York Times. Masa : Kami tidak ingin bau peperangan!

Tabel. 4.5 Adegan keempat alur tengah

Visualisasi 0:41:01 Durasi

0:42:28 Dialog Ket. Angle Kamera Seorang perempuan masuk keruang berita, dan Gambar ini mecari orang yang diaggap pas menerima paket menampilkan

54

darinya. Setelah ada seorang reporter yang tengah asih beberapa objek. bekerja, perempuan tersebut menghampirnya dan Gambar pertama memberikan paket. menggunakan P : Permisi. Apakah kau orang penting? komposisi three shot Reporter : Ya, aku seorang reporter bagian sedangkan gambar umum. kedua group shot. P : Baiklah, Untuk angle kedua Reporter : Eh, kurasa aku punya sesuatu. gambar ini Sekretaris : Jadilah tamuku. menggunakan long Editor : Dan mereka narasumber ceritanya. shot atau wide shot. Setiap kali aku membaca New York Times di atas lipatan. Reporter : Tn. Bradlee? Bradlee : Tidak. Serasa bagai ada orang yang menusuk kartu poker ke pantatku. Reporter : Kupikir aku punya sesuatu. L : Dari mana kau bisa dapatkan ini? Reporter : Sseorang wanita meninggalkannya di mejaku. Bradlee : Tidak ada yang diam-diam menyarankan agar McNamara memprovokasi Vietnam Utara agar punya alasan untuk eskalasi. C : Ya, ada di artikel The Times. Bradlee : Bagus. Kau harus memeriksanya. C : Baik itu. Ya Tuhan. Bradlee : Berikan pada seseorang yang bisa mengetikkan 91 kata per menit. L : Ben. Bradlee : Dan punya bukti oke? L : Ben. Bradlee : Ya. L : Kupikir kita punya sesuatu. Bradlee : Apa itu? Ya Tuhan. C : Apa ini bagian dari hasil laporan McNamara? Bradlee : Dari mana? Reporter : Dari seseorang wanita yang meninggalkannya di mejaku. Bradlee : Di mejamu? Reporter : Bukan mejaku. Aku, tapi seorang wanita. Bradlee : Seorang wanita? Oh, kita…punya. C : Ratusan catatan McNamara. Bradlee : Seorang wanita, siapa dia? C : Bahan berita di sini. Reporter : Dia wanita hippie. Dia punya salah satu dari mereka,

55

Bradlee : Hei, Debbie, beri aku Bagdikian. Reporter : Dia keluar, baru saja pergi. Bradlee : Nah, hal yang nyata. Ini akan menjadi halaman depan besok surat kabar, um… Berikan pada Marder, ini hari keberuntungannya. Ya Tuhan, menyenangkan

Tabel. 4.6 Adegan kelima alur tengah

Visualisasi 0:54:47 Durasi

0:56:47 Dialog Ket. Angle Kamera Bradlee ke tempat Ellsberg. Ellsberg : Siapa ini? Bradlee : Ini Ben. Kedua gambar Ellsberg : Ben. menggunakan angle Bradlee : Dan. medium long shot. Ellsberg : Penelitian ini memiliki 47 jilid. Aku menyelinap keluar beberapa pada suatu

56

waktu. Butuh waktu berbulan-bulan untuk menyalin semuanya. Bradlee : Apa-apaan? Ellsberg : Yah, kami semua mantan pegawai pemerintahan. Atas izin, semua itu. McNamara ingin akademisi memiliki kesempatan untuk memeriksa apa yang terjadi. Dia berkata pada kita, “Biarkan keripik jatuh di tempat mereka berada.” Bradlee : Lelaki pemberani. Ellsberg : Menurutku rasa bersalah motivator yang lebih besar daripada keberanian. McNamara tidak berbohong dan juga sisanya. Tapi aku-kurasa dia tidak melihat apa yang akan terjadi, apa yang kita temukan, tidak butuh waktu lama untuk cari tahu. Nah, bagi kita semua untuk cari tahu. Jika publik pernah melihat surat-surat ini, meraka akan berbalik melawan perang. Oops yang terselubung, utang yang terjamin, pemilihan yang dicurigai, semuanya ada di sini. Ike, Kennerdy, Johnson mereka melanggar Konvensi Jenewa, dan mereka berbohong pada Kongres juga pada publik. Mereka tahu kita tidak bisa menang dan masih mengirim pemuda untuk mati. Bradlee : Bagaimana dengan Nixon? Ellsberg : Dia hanya terus seperti yang lainnya. Terlalu takut jadi orang yang kalah perang di arlojinya. Seseorang mengatakan ini. Di beberapa titik mengapa kami tinggal, saat kamu tahu kalah. 10 persen untuk membantu Vietnam Selatan. 20 persen menahan komies. 70 persen untuk menghindari penghinaan dari kekalahan Amerika. 70 persen dari laki-laki itu hanya menghindari untuk dipermalukan? Itu menempel dengan saya. Bradlee : Mereka akan mengejarmu, kau tahu? Dan aku harus jujur, remah-remah roti tidak terlalu sulit untuk diikuti. Ellsberg : Aku tahu. Bradlee : Mereka akan menguncimu, Dan. Ellsberg : Tidakkah kau akan dipenjara untuk hentikan perang ini?

57

Bradlee : Secara teoritis, tentu. Ellsberg : Kau menerbitkan dokumen-dokumen ini? Bradlee : Ya. Ellsberg : Bahkan dengan perintah tersebut. Bradlee : Iya. Ellsberg : Kalau begitu, tidak begitu teoritis, bukan?

Tabel. 4.7 Adegan keenam alur tengah

Visualisasi Durasi 1:03:59

1:06:33 Dialog Ket. Angle Kamera Bradlee : Bukan laporan lengkap, tapi lebih dari 4.000 halaman itu. P : Hah, apa ini sudah sesuai? Gambar pertama Bradlee : Aku tidak berpikir begitu. menggunakan angle Kemeja G : Tidak ada nomor halaman. frog angle, sedangkan Bradlee : Ya, disitulah perangko rahasia. gambar kedua Narasumberku harus memotongnya. menggunakan angle Jas : Kita seharusnya pension pada hari bird angle. Jum’at. Kaca M, Jas H : Ben, bagaimana kita bisa menyortir

58

dari 4.000 halaman ini. Kemeja G : Mereka bahkan tidak diatur secara longgar. Kaca M J Abu : Times punya waktu tiga bulan untuk menyortir. Tidak mungkin kita dapatkan jumlah ini… Kemeja G : Ya, dia benar, kita punya waktu kurang dari delapan jam. P : Kami dapatkan dua per kota, maka kami punya sepuluh. Ben : Hei, hei, hei, selama enam tahun terakhir kita sudah bermain mengejar ketinggalan. Dan sekarang berkat Presiden Amerika Serikat. Ngomong-ngomong, mengambil seluruh Amandemen Pertama, kita punya satu hal. Tidak akan punya kompetisi. Ada puluhan cerita di sini. Times nyaris tidak menggaruk permukaannya. Kami punya waktu sepuluh jam sampai batas waktu, jadi, kami menggali. P : Saya pikir memo ini dari McNamara. Uh “Ini keyakinanku seharusnya ada jeda tiga atau empat minggu dalam pemboman.” G. Kacamata : Tunggu, tunggu, tunggu, aku melihat separuh dari memo itu. P. Dasi : Eh, ada yang punya separuh kabel dari Dulles di ’54? G. Kacamata : Kupikir, aku melihat satu dari bulan Juli. P. Dasi : Ya, ini dia, “Alasan untuk kepercayaan ini bahwa kita harus meletakkan dasar dalam benak masyarakat Amerika.” P : It it itu dia! Mm hmm. Jadi Johnson tidak berusaha berdamai, dia hanya memanipulasi publik? Ben : Pengawas keluar untuk suspense dalam pemboman sejak kapan? P. Dasi : Tahun ’65 sampai ’68. P. Kacamata : Bagaimana dengan memo dari Eisenhower? Panitian khusus di Indocina? G. Kacamata : Eh, Meg membacakan satu bagian untukku? P. Dasi : Meg? Semua orang melihat

59

penyebutan dari Rand, Vietcong? P. Kacamata : Yah, kukira ini mungkin dari Rand Corp, “VC sangat berkomitmen.” “Vietnam Selatan penyebab kekalahan.” Keseluruhan : Whoa! Ini dia! G. Kacamata : Meg, Meg, Mmeg, aku butuh… P : Aku meletakkannya di rak. Beberapa tumpukan. Ben : Baik, jam 01.30, jam 4.00 konferensi cerita. Anak Ben : Bolehkah aku menarik minat siapa pun beli limun ini? P : Apa ada vodka di dalamnya? Anak Ben : Aku tidak, aku tidak. Ben : Seduhkan vodka ke dalam limunku. Lebih mudah bagi anak itu. P. Dasi : Berapa, sayangku? Anak Ben : Seperempat. Ben : Ini lima puluh sen.

C. Alur akhir pada cerita pada film The Post

Tabel. 4.8 Adegan pertama alur akhir

Visualisasi Durasi

1:47:14 Dialog Ket. Angle Kamera Katharine : Apa yang dikatakan suamiku Angle yang digunakan soal berita tersebut? Dia pada gambar ini menyebutnya sebagai sejarah adalah medium long pertama draft yang kasar. Itu shot. bagus, bukan? Oh, yah, kita tidak

60

selalu melakukannya dengan benar. Kita tidak selalu sempurna tapi kupikir kita bisa adil. Teruskan itu? Itu pekerjaannya, bukan? Ben : Ya itu. Katharine : Oh, Ken Clauson datang menemuiku lebih awal. Ben : Oh? Katharine : Ternyata keadilan masih bisa dipertimbangkan, tuntutan pidana terhadap kita. Dan kau tidak khawatir? Ben : Nggak. Tidak, Katharine, tugasmu itu. Katharine : Kukira ya itu. Oh, syukurlah, putusan pengadilan sangat jelas. Ben : Ya, ya, aku tahu. Aku yakin Nixon benar. Katharine : Baik. Karena kau tahu tidak berpikir aku bisa hidup melalui hal semua ini lagi.

BAB V PEMBAHASAN

Dalam bab ini peneliti akan menguraikan hasil temuan penelitian. Terlihat jelas bahwa media hingga jurnalis memiliki andil besar dalam sebuah pemberitaan. Berita yang di rilis bukan hanya dapat menyita perhatian dari berbagai kalangan, akan tetapi juga bisa menyita perhatian media lainnya. Pemberitaan perang Vietnam dilakukan untuk membuka kebohongan yang selama ini ada. Pemberitaan perang Vietnam yang dimuat oleh The Times, The Wangshinton Post dan media cetak lainnya telah menyita perhatian publik hingga Gedung Putih. Sebab pemberitaan perang Vietnam merupakan pemberitaan yang sensitif yang dapat mengancam elektabilitas pemeritah di mata khalayak luas dan dokumen pendukung dalam setiap rilis berita merupakan bagian dari dokumen rahasia milik pemerintah. Berdasarkan unit analisis yang peneliti gunakan untuk mengganalisis film The Post, peneliti mengikuti tiga alur dari narasi model Tzvetan Todorov. Dari setiap alur ditemukan 4 prinsip Jurnalisme yang menonjol. Setelah beberapa data terkumpulkan peneliti melakukan analisis mengenai konfirmasi temuan penelitian dengan teori yang digunakan dalam penelitian agar diperoleh hasil yang lebih valid lagi sesuai dengan kerangka penelitian yang telah dibuat. Berdasarkan temuan data dan analisis yang dihasilkan, maka ditemukan hasil seperti berikut:

A. Analisis alur awal, alur tengah dan alur akhir dalam film The Post. 1. Analisis alur awal pada film The Post Bagian pendahuluan adalah bagian awal dari sebuah cerita atau film yang menjadi asal mulanya dari kejadian-kejadian selanjutnya. Bagian pendahuluan dalam cerita harus berisi cerita yang menarik agar penonton lebih tertarik untuk melanjutkan menonton adegan-adegan selanjutnya. Dapat dikatakan alur awal film ini terasa membingungkan, penonton terlebih dahulu di bawa ke suasana perang Vietnam lalu tiba-tiba di bawa ke

61

62

suasana perdebatan birokrasi, setelah itu penonton kembali di bawa ke cerita dimana Daniel mengambil sebuah dokumen super rahasia dan kemudia di copy. Namun alur awal inilah yang menjelaskan dan mengantarkan alur puncak film The Post, dimana keseluruhan film ini bercerita tentang bocornya dokumen sangat rahasia negara yang dipublikasikan oleh dua media massa, The New York Times dan Wangshinton Post yang isi dokumen tersebut menceritakan peristiwa mengejutkan. Sebuah skandal soal pemerintah yang ketahuan menutup-nutupi langkah yang mereka ambil sehubungan dengan perang Vietnam. Sosok awal yang dimunculkan di film ini, yaitu Daniel Ellsberg juga yang akan menjadi sosok penting yang membuka konflik awal film ini dimana dokumen negara yang sangat rahasia tersebut ia copy yang nanti akan diberikankepada Neil Shenaan, salah seorang wartawan The New York Times. Setelah New York Times dilarang untuk memplubikasikannya Daniel kembali memberikan salinan lengkap Pentagon Papers kepada Wanshington Post.

2. Analisis alur tengah pada film The Post Apa yang harus dilakukan oleh seorang jurnalis jika melihat suatu kebenaran, yang justru kebenaran tersebut menjadikan ia musuh pemerintah? Mungkin pertanyaan ini dapat mewakili bagaimana jalan cerita alur tengah film The Post ini.

Alur tengah ini dibuka dengan cerita dimana New York Times mempublikasikan bocoran isi Pentagon Paper yang membuat pemerintah bagai kebakaran jenggot. Dalam sebuah adegan terlihat bagaimana seorang jurnalis juga

63

mempunyai ego yang ingin perusahan media tepat ia kerja bisa mencetak berita- berita besar. Seorang jurnalis dianggap perlu untuk menjadi seorang pemberontak, dengan artian ia independen dan tidak di bawah intimidasi pemerintah. Adegan dalam alur tengah film The Post ini juga memperlihatkan bagaimana dunia jurnalisme dulu, tidak ramah terhadap perempuan. Ketimpangan gender sangat terlihat dimana jurnalis laki-laki masih sangat mendominasi pekerjaan media massa. Katherine, walaupun sebagai pemilik dari Washington Post terkadang tidak berdaya untuk memberikan keputusan sehingga gampang dibuat terombang-ambing oleh komisarisnya. Hal ini yang sering menimbulkan perbedaan pendapat dengan para karyawannya terutama kepala editornya, Ben yang dikenal sangat idealis. Konflik internal dalam sebuah perusahaan media massa sering terjadi, hal ini dikarenakan perbedaan idealisme antara komisaris, pemilik perusahaan dan para editornya. Para jurnalis dan editor menuntut agar perusahaan media massa harus mampu memberitakan kebenaran bagaimanapun juga, walaupun itu akan melawan kebijakan pemerintah. Namun disisi lain, sebagai perusahaan yang tujuannya adalah untuk mencari keuntungan menuntut agar berita harus sejalan dengan agenda pemerintah agar perusahaan terus mendapatkan keuntungan. Jika melawan pemerintah kemungkinan besar mereka akan kesulitan mendapatkan sponsor dan juga iklan yang menjadi pemasuk utama dalam perusahaan media massa. Ketik New York Times dituntut oleh pemerintah dalam pengadilan karena mempublikasikan beberapa salinan rahasia pemerintah, para komisaris Washington Post melihat ini sebagai sebuah keuntungan. Katherine yang digambarkan sebagai seorang sosialita yang dekat dengan beberapa pejabat pemerintah dituntut untuk terus memberitakan hal baik tentang pemerintah. Namun rupanya karyawan Washington Post sangat mendukung apa yang telah dikerjakan oleh New York Times sehingga Ben menyuruh salah satu bawahannya, Ellberg untuk mecari salinan lengkap dari Pentagon Paper. Puncak dari alur tengah dalam film ini dimulai ketika seorang perempuan misterius meberikan sebuah kotak kepada salah satu editor umum yang berisi bahasan yang selama ini dicari cari oleh Ben. Ben bahkan mengatakan bahwa apa

64

yang dipublikasikan oleh New York Times bahakan tidak mengeruk bagaian permukaan dari cerita yang sesungguhnya. Apalagi asisten editor The Washington Post Ben Bagdikian mampu melacak Daniel sebagai sumber kebocoran Pentagon Paper, Daniel memberikan Ben Bagdikian salinan yang lebih lengkap yang berjumlah 4000 halaman dari materi yang sama yang diberikan kepada The New York Times. Mendapatkan sumber berita yang tidak terduga, para editor The Washington Post sangat bersemangat untuk segera mepublikasikannya, mereka berkumpul di rumah Ben untuk menyortir salinan Pentagon Paper lalu dijadikan bahan berita yang keesokan harinya harus dipublikasikan. Namun Pengacara The Washington Post menyarankan agar tidak mempublikasikan berita tersebut dan berharap administrasi Presiden Richard Nixon tidak mengajukan tuntutan kriminal terhadap mereka. Katharine berdiskusi dengan Robert, Ben Bradlee dan ketua The Washington Post Fritz Beebe (Tracy Letts) dan merasa dilema dalam mengambil keputusan untuk mempublikasikan berita tersebut atau tidak. Situasi menjadi semakin rumit ketika pengacara The Washington Post menemukan bahwa sumber Ben Bagdikian sama dengan The New York Times yang memiliki kemungkinan bahwa Katharine berada dalam penghinaan terhadap pengadilan karena dianggap berkoalisi dengan The New York Times. Jika tuntutan diajukan terhadap The New York Times, Katharine dapat menghancurkan surat kabar yang dilihatnya sebagai warisan keluarga. Sebaliknya, jika ia memenangkan tantangan hukum, The Washington Post malah bisa membangun dirinya sebagai lembaga jurnalistik yang penting. Katharine memilih untuk menerbitkan berita tersebut.

3. Analisis alur akhir pada film The Post Bagian penutup sering juga disebut alur akhir atau alur pelerai. Pada bagian ini konflik-konflik yang muncul di bagian perkembangan atau alur tengah dapat diselesaikan dan menemukan jalan keluarnya. Berikut bagian penutup atau alur akhir dalam film The Post. Pada alur akhir menceritakan bahwa, pada akhirnya pihak gedung putih mau berdamai dan menekankan kebebasan pers.

65

Ketika Ny. Graham dan beberapa petinggi datang ke Makamah Agung untuk menhadiri tuntutan Gedung Putih terhadap media atau pers yang berani mengungkap kebenaran perang Vietnam berdasarkan dokumen rahasia yang ada. Pihak Gedung Putih, merasa bahwa tindakan media atau pers mampu menekan elektabilitas pemerintahan. Akan tetapi media merasa kebenaran haruslah diungkap. The Wangshinton Post, merasa perlu mengungkap kebenaran perang Vietnam yang pada awalnya membuat Katharine khawatir dengan hasil yang akan didapat karena dirinya takut jika keputusan yang diambil salah, akan mempengaruhi The Wangshinton Post. Akan tetapi kekhawatiran Katharine dan Ben, terbayar sudah saat sekretaris The Wangshinton Post mendapatkan kabar bahwa Mahkamah Agung berdasarkan pemungutan suara hasil yang didapatkan enam berbanding tiga yang mana pers berada di posisi enam. Hal ini pastinya dalam aju banding, pers memenangkannya. Dengan hasil yang dicapai ini Katharine merasa bahwa keadilan masih bisa dipertimbangkan. Akan tetapi dilain sisi pihak Gedung Putih lebih mengetatkan kembali peraturan tentang peliputan di Gedung Putih. Pihak Gedung Putih, tidak memberikan peluang kepada reporter The Wangshinton Post untuk memasuki area Gedung Putih dan bahkan pelayan gereja juga tidak boleh masuk. Hal ini menggambarkan bahwa pihak Gedung Putih atau pemiliki wewenang telah memberikan kebebasan untuk pers akan tetapi dalam sisi yang lain pemerintah masih memiliki andil untuk membatasi dengan alasan elektabilitas pemerintah akan terganggu.

B. Prinsip jurnalisme yang terdapat dalam film The Post. The Post merupakan film biografi drama sejarah Amerika Serikat. Dalam film ini memiliki beberapa point penting yang berkenaan dengan prinsip-prinsip jurnalisme. Dengan adanya prinsip-prinsip jurnalisme yang terkandung di dalam film The Post, memberikan gamabran bahwa sebagai pers atau jurnalisme harus memiliki nilai yang harus diemban. Film The Post melukiskan bagaimana kerja perusahaan pers, dari mulai proses mencari narasumber, menyusun data, hingga data atau berita naik cetak.

66

Peneliti menggunakan teori analisis cerita model Tzvetan Todorov yang menjelaskan prinsip-prinsip jurnalisme yang terjadi secara stimultasn melalui tiga tahap yakni, dimulai dari alur awal yang diawali dengan keseimbangan, kemudian di alur tengah terjadi Eklublirium atau gangguan dan alur akhir mengalami keseimbangan kembali. Tiga proses yang terjadi dalam film The Post, ini terjadi di antara individu satu dengan lainnya yang menjadi tokoh sentral ataupun pendukung dalam cerita. Dalam film The Post, terdapat beberapa prinsip-prinsip jurnalisme yang dapat di implementasikan dalam dunia pers atau perjualistikan. Dari hasil analisis naratif berdasarkan model analisis naratif Tzvetan Todorov, makan prinsip-prinsip jurnalisme yang terdapat di setiap alur peneliti deskripsikan di bawah ini: 1. Prinsip jurnalisme yang pertama yakni kewajiban para jurnalisme adalah kebenaran. Pada prinsip ini jurnalis dituntut untuk memperoleh informasi yang benar, agar khalayak yang membaca atau menonton berita mendapatkan informasi yang valid. Sebab seorang jurnalis harus menyampaikan sebuah kebenaran. Selain itu sebagai seorang jurnalis bertugas untuk memaparkan fakta-fakta secara adil dan terpercaya. Prinsip jurnalisme ini terdapat pada adegan pertama di alur tengah cerita, yaitu saat Jenderal mempermasalahkan New York Times yang telah berani mengekspos dokumen perang yang paling rahasia. Seperti deskripsi dialog di bawah ini: A : Jenderal Haig, pak. Jenderal Haig : Hai, Al. A : Ya pak. Jenderal Haig : Bagaimana dengan daftar korban. Kau punya sosok itu? A : Tidak, pak, tapi kupikir ini menjadi sangat rendah, Jenderal Haig : Baik. Baik. Tidak ada lagi yang menarik di dunia ini? A : Ya, pak, sangat penting ini, New York Times telah berani mengekspos dokumen perang yang paling rahasia. Jenderal Haig : Maksudmu itu yang bocor keluar dari Pentagon? A : Laporan keseluruhan yang ditulis McNamara. Ini pelanggaran keamanan yang tinggi, lebih dari yang besar yang terbesar apapun.

67

Jenderal Haig : aku pernah melihat. A : Yah… Jenderal Haig : Nah, apa yang sedang dilakukan mengenai hal itu? Apakah kita tahu ini akan keluar? A : Tidak, kami tidak tahu, pak. B : Aku punya Dr, Kissinger. Jenderal Haig : Henry, hal itu bagiku hanya tidak masuk akal ini tindakan yang masuk akal. Bagian dari bajingan yang memadamkannya. A : Aku sangat yakin ini melanggar segala macam keamanan… hukum – orang harus dimasukkan untuk hal semaram ini.

Apa yang dilakukan oleh New York Times, merupakan bagian dari prinsip jurnalisme yang pertama yakni kewajiban peran jurnalisme adalah pada kebenaran. New York Times, mencoba mengungkap kebenaran yang ada terkait dengan dokumen perang. Walaupun dokumen tersebut, merupakan dokumen rasahasia, akan tetapi New York Times merasa rahasia tersebut perlu diungkapkan kepada khalayak karena mengandung unsur kebenaran terkait dengan perang Vietnam. Kewajiban para jurnalis adalah menyampaikan kebenaran, sehingga khalayak dapat memperoleh informasi yang mereka butuhkan sesuai dengan fakta yang ada. Akan tetapi kebenaran dalam ranah ini bukan sekedar akurasi, namun merupakan bentuk kebenaran yang praktis dan fungsional. Prinsip pertama ini dalam ranah jurnalisme, merupakan prinsip pertama dalam konteks pengejaran kebenaran tanpa dilandasi kepentingan tertentu.

2. Prinsip jurnalisme kedua dalam film ini, para wartawan harus memiliki kebebasan dari sumber yang mereka liput. Hal ini berkaitan dengan independensi. Kata independensi sebenarnya tidak sama dengan bersikap netral. Sebab itulah harus ada jarak antara jurnalis dengan sumber yang diliput. Agar jurnalis dapat melihat dengan imbang kasus yang sedang diliput. Prinsip keduan ini tergambarkan pada alur tengah pada film The Post. Kebebasan merupakan syarat dari jurnalisme. Dalam pemberitaan informasi yang disajikan oleh wartawan haruslah memiliki kebebasan baik jiwa maupun pemikiran. Wartawan harus

68

bersikap netral dan tidak memihak pada siapapun, tak terkecuali pemerintah. Dari isi kebebasan ini wartawan harus mampu menyampaikan informasi terlepas dari kepentingan-kepentingan baik dari faktor insead maupun faktor outsead. Seperti deskripsi dialog di bawah ini: Adegan pertama alur awal Saat Pak Sekretaris turun dari pesawat menjumpai sekumpulan jurnalis. Jurnalis : Pak Sekretaris, pak! Bagaimana perjalananmu, pak? Pak. Sekretaris : Selamat sore, tuan-tuan, aku tidak punya apapun. Ucapan yang disiapkan tapi aku sangat senang menerima pertanyaanmu satu persatu. Jim? Jim : Pak Sekretaris, aku bertanya apakah perjalanan tersebut membuatmu optimis atau pesimis soal prospek kita dalam perang ini, dan kemampuan kita untuk memenangkannya?

Sekretaris : Kau bertanya apakah aku optimis atau pesimis. Hari ini, aku bisa berkata kemajuan militer selama 12 bulan terakhir telah melampaui harapan kita. Kami sangat terdorong oleh apa yang kita saksikan di Vietnam. Dalam segala hal, kami sudah ada kemajuan. Aku senang ada Bob Komer bersama kami dalam perjalanan. Jadi dia bisa melihat sendiri yang kami tunjukkan. Perbaikan besar dalam setiap sudut dimensi perang. Derrick?

Adegan kedua alur tengah Ben mendatangi rumah Katharine Ben : Aku percaya kau mengetahui New York Times. Katharine : Hmm. Ben : Laporan yang mereka kerjakan… Siapa yang ditugaskan oleh McNamara. Katharine : Ya itu maksudku. Ben : Bilamana McNamara menugaskannya, mungkin dia punya salinan. Aku perlu bilang padamu untuk menemukan seorang narasumber. Bagai mencari jarum di tumpukan jerami. Katharine : Aku tidak butuh metafora.

69

Ben : Aku belum pernah menjadi penulis untuk sementara waktu sehingga klise lama. Perbandingan yang terbaik. Aku bisa datang. Aku butuh salinan laporan itu, Kay. Katharine : Beri saja, Ben. Ben : Oh ini dia. Cucu : Terima kasih. Katharine : Ben, sama sepertiku senang. Sebuah tugas investigasi yang baik, Bob Mcnamara adalah teman lama. Ben : Mm. Katharine : Dia banyak menjalani hidupnya saat ini. Ben : Hanya aku. Katharine : Mungkin dia bilang semua yang ingin dikatakan. Ben : Mengapa kau berpikir demikian? Katharine : Mengapa? Ben : Mengapa? Mengapa McNamara bicara denganku? Katharine : Nah, aku baru saja bilang dia teman lamaku, dan. Ben : Nah, apakah dia bicara soal teman lain? Katharine : Aku tidak yakin menghargai impikasinya. Ben : McNamara sedang bicara denganmu. Sebab kau penerbitnya. Katharine : Itu tidak benar! Ben : Dari Washington Post. Katharine : Tidak mungkin. Ben : Bukan itu alasannya. Sebab ingin sekali bertemu kau. Selamatkan reputasi surat kabar kita. Katharine : Tidak perlu sungkan. Ben : McNamara ingin kau disisinya. Katharine : Tidak, Ben, bukan preran aku. Kau tahu itu. Aku takkan bilang bagaimana menulis soal dia. Sama seperti aku tidak mau ambilah pada diriku sendiri untuk memberitahunya. Seharusnya dia serahkan sokumen rahasia itu, itu bisa menjadi tindakan kejahatan. Supaya bisa menjadi narasumbermu. Ben : Narasumber kami, Katharine.

70

Katharine : Tidak, aku, tidak. Aku tidak. Aku takkan tanya Bob untuk penelitiannya. Ben : Aku… aku mengerti, kau punya hubungan dengan Bob McNamara. Tapi bukankah menurutmu kau juga punya kewajiban pada surat kabar dan untuk khalayak umum? Katharine : Izinkan aku menayakan sesuatu padamu. Bagitulah perasaanmu saat kau berada disamping Jack Kennedy? Di mana rasa kewajibanmu saat itu? Aku tidak ingat kau mendorongnya sangat keras untuk segala hal. Ben : Aku mendorong Jack saat itu dan tidak pernah aku menariknya. Katharine : Aku. Bernarkah begitu? Karena kau biasa makan malam di Gedung Putih seminggu sekali. Semua perjalanan ke Camp David. Oh, dan pelayaran ulang tahun di Sequoia kau bercerita. Sulit dipercaya kau akan dapat semua undangan itu jika tidak Tarik beberapa dorongan.

Adegan ketiga alur tengah Saat Ben berada di mobil Radio : Protes dijalanan menyebar hari ini di seluruh negeri setelah publikasi lebih banyak kutipan dari arsip Departeman Pertahanan yang diklasifikan di New York Times. Laporan menyebut yang ditugaskan oleh mantan Sekretaris Pertahanan Robert McNamara telah memicu perdebatan lebih lanjut selama perang berlangsung di Vietnam. Karena jelas Kennedy dan Johnson serta Eisenhower juga Truman sangat menyesatkan negara di Vietnam. Seri judul bom telah muncul selama dua hari terakhir di New York Times. Masa : Kami tidak ingin bau peperangan!

Adegan keempat alur tengah Seorang perempuan masuk keruang berita, dan mecari orang yang diaggap pas menerima paket darinya. Setelah ada seorang reporter yang tengah asih bekerja, perempuan tersebut menghampirnya dan memberikan paket.

71

P : Permisi. Apakah kau orang penting? Reporter : Ya, aku seorang reporter bagian umum. P : Baiklah, Reporter : Eh, kurasa aku punya sesuatu. Sekretaris : Jadilah tamuku. Editor : Dan mereka narasumber ceritanya. Setiap kali aku membaca New York Times di atas lipatan. Reporter : Tn. Bradlee? Bradlee : Tidak. Serasa bagai ada orang yang menusuk kartu poker ke pantatku. Reporter : Kupikir aku punya sesuatu. L : Dari mana kau bisa dapatkan ini? Reporter : Sseorang wanita meninggalkannya di mejaku. Bradlee : Tidak ada yang diam-diam menyarankan agar McNamara memprovokasi Vietnam Utara agar punya alasan untuk eskalasi. C : Ya, ada di artikel The Times. Bradlee : Bagus. Kau harus memeriksanya. C : Baik itu. Ya Tuhan. Bradlee : Berikan pada seseorang yang bisa mengetikkan 91 kata per menit. L : Ben. Bradlee : Dan punya bukti oke? L : Ben. Bradlee : Ya. L : Kupikir kita punya sesuatu. Bradlee : Apa itu? Ya Tuhan. C : Apa ini bagian dari hasil laporan McNamara? Bradlee : Dari mana? Reporter : Dari seseorang wanita yang meninggalkannya di mejaku. Bradlee : Di mejamu? Reporter : Bukan mejaku. Aku, tapi seorang wanita. Bradlee : Seorang wanita? Oh, kita…punya. C : Ratusan catatan McNamara.

72

Bradlee : Seorang wanita, siapa dia? C : Bahan berita di sini. Reporter : Dia wanita hippie. Dia punya salah satu dari mereka, Bradlee : Hei, Debbie, beri aku Bagdikian. Reporter : Dia keluar, baru saja pergi. Bradlee : Nah, hal yang nyata. Ini akan menjadi halaman depan besok surat kabar, um… Berikan pada Marder, ini hari keberuntungannya. Ya Tuhan, menyenangkan.

Adegan kelima alur tengah Bradlee ke tempat Ellsberg. Ellsberg : Siapa ini? Bradlee : Ini Ben. Ellsberg : Ben. Bradlee : Dan. Ellsberg : Penelitian ini memiliki 47 jilid. Aku menyelinap keluar beberapa pada suatu waktu. Butuh waktu berbulan-bulan untuk menyalin semuanya. Bradlee : Apa-apaan? Ellsberg : Yah, kami semua mantan pegawai pemerintahan. Atas izin, semua itu. McNamara ingin akademisi memiliki kesempatan untuk memeriksa apa yang terjadi. Dia berkata pada kita, “Biarkan keripik jatuh di tempat mereka berada.” Bradlee : Lelaki pemberani. Ellsberg : Menurutku rasa bersalah motivator yang lebih besar daripada keberanian. McNamara tidak berbohong dan juga sisanya. Tapi aku-kurasa dia tidak melihat apa yang akan terjadi, apa yang kita temukan, tidak butuh waktu lama untuk cari tahu. Nah, bagi kita semua untuk cari tahu. Jika publik pernah melihat surat-surat ini, meraka akan berbalik melawan perang. Oops yang terselubung, utang yang terjamin, pemilihan yang dicurigai, semuanya ada di sini. Ike, Kennerdy, Johnson mereka melanggar Konvensi Jenewa,

73

dan mereka berbohong pada Kongres juga pada publik. Mereka tahu kita tidak bisa menang dan masih mengirim pemuda untuk mati. Bradlee : Bagaimana dengan Nixon? Ellsberg : Dia hanya terus seperti yang lainnya. Terlalu takut jadi orang yang kalah perang di arlojinya. Seseorang mengatakan ini. Di beberapa titik mengapa kami tinggal, saat kamu tahu kalah. 10 persen untuk membantu Vietnam Selatan. 20 persen menahan komies. 70 persen untuk menghindari penghinaan dari kekalahan Amerika. 70 persen dari laki-laki itu hanya menghindari untuk dipermalukan? Itu menempel dengan saya. Bradlee : Mereka akan mengejarmu, kau tahu? Dan aku harus jujur, remah- remah roti tidak terlalu sulit untuk diikuti. Ellsberg : Aku tahu. Bradlee : Mereka akan menguncimu, Dan. Ellsberg : Tidakkah kau akan dipenjara untuk hentikan perang ini? Bradlee : Secara teoritis, tentu. Ellsberg : Kau menerbitkan dokumen-dokumen ini? Bradlee : Ya. Ellsberg : Bahkan dengan perintah tersebut. Bradlee : Iya. Ellsberg : Kalau begitu, tidak begitu teoritis, bukan?

3. Prinsip terakhir yang terdapat dalam film The Post ini berkaitan dengan jurnalisme harus berusaha membuat yang penting menjadi menarik dan relevan. Membuat pembaca atau penonton tertarik dengan berita yang diangkat, jurnalis harus memiliki kreatifitas dan kejelian dalam mengemas fakta yang dimiliki agar menarik dan relevan. Prinsip jurnalisme ini tergambarkan pada alur tengah. Prinsip ini sebagai seorang jurnalisme harus membuat informasi menjadi tertarik dan relevan sesuai dengan tujuan yang telah disepakati dalam membuat pemberitaan. Ukuran kualitas dilihat dari suatu tulisan dapat melibatkan pembaca dan mencerahkannya. Prinsip ini tergambarkan seperti dialog berikut:

74

Adegan keenam alur tengah Bradlee : Bukan laporan lengkap, tapi lebih dari 4.000 halaman itu. P : Hah, apa ini sudah sesuai? Bradlee : Aku tidak berpikir begitu. Kemeja G : Tidak ada nomor halaman. Bradlee : Ya, disitulah perangko rahasia. Narasumberku harus memotongnya. Jas : Kita seharusnya pension pada hari Jum’at. Kaca M, Jas H : Ben, bagaimana kita bisa menyortir dari 4.000 halaman ini. Kemeja G : Mereka bahkan tidak diatur secara longgar. Kaca M J Abu : Times punya waktu tiga bulan untuk menyortir. Tidak mungkin kita dapatkan jumlah ini… Kemeja G : Ya, dia benar, kita punya waktu kurang dari delapan jam. P : Kami dapatkan dua per kota, maka kami punya sepuluh. Ben : Hei, hei, hei, selama enam tahun terakhir kita sudah bermain mengejar ketinggalan. Dan sekarang berkat Presiden Amerika Serikat. Ngomong-ngomong, mengambil seluruh Amandemen Pertama, kita punya satu hal. Tidak akan punya kompetisi. Ada puluhan cerita di sini. Times nyaris tidak menggaruk permukaannya. Kami punya waktu sepuluh jam sampai batas waktu, jadi, kami menggali. P : Saya pikir memo ini dari McNamara. Uh “Ini keyakinanku seharusnya ada jeda tiga atau empat minggu dalam pemboman.” G. Kacamata : Tunggu, tunggu, tunggu, aku melihat separuh dari memo itu. P. Dasi : Eh, ada yang punya separuh kabel dari Dulles di ’54? G. Kacamata : Kupikir, aku melihat satu dari bulan Juli. P. Dasi : Ya, ini dia, “Alasan untuk kepercayaan ini bahwa kita harus meletakkan dasar dalam benak masyarakat Amerika.” P : It it itu dia! Mm hmm. Jadi Johnson tidak berusaha berdamai, dia hanya memanipulasi publik?

75

Ben : Pengawas keluar untuk suspense dalam pemboman sejak kapan? P. Dasi : Tahun ’65 sampai ’68. P. Kacamata : Bagaimana dengan memo dari Eisenhower? Panitian khusus di Indocina? G. Kacamata : Eh, Meg membacakan satu bagian untukku? P. Dasi : Meg? Semua orang melihat penyebutan dari Rand, Vietcong? P. Kacamata : Yah, kukira ini mungkin dari Rand Corp, “VC sangat berkomitmen.” “Vietnam Selatan penyebab kekalahan.” Keseluruhan : Whoa! Ini dia! G. Kacamata : Meg, Meg, Mmeg, aku butuh… P : Aku meletakkannya di rak. Beberapa tumpukan. Ben : Baik, jam 01.30, jam 4.00 konferensi cerita. Anak Ben : Bolehkah aku menarik minat siapa pun beli limun ini? P : Apa ada vodka di dalamnya? Anak Ben : Aku tidak, aku tidak. Ben : Seduhkan vodka ke dalam limunku. Lebih mudah bagi anak itu. P. Dasi : Berapa, sayangku? Anak Ben : Seperempat. Ben : Ini lima puluh sen. Adegan pertama alur akhir Katharine : Apa yang dikatakan suamiku soal berita tersebut? Dia menyebutnya sebagai sejarah pertama draft yang kasar. Itu bagus, bukan? Oh, yah, kita tidak selalu melakukannya dengan benar. Kita tidak selalu sempurna tapi kupikir kita bisa adil. Teruskan itu? Itu pekerjaannya, bukan? Ben : Ya itu. Katharine : Oh, Ken Clauson datang menemuiku lebih awal. Ben : Oh? Katharine : Ternyata keadilan masih bisa dipertimbangkan, tuntutan pidana terhadap kita. Dan kau tidak khawatir?

76

Ben : Nggak. Tidak, Katharine, tugasmu itu. Katharine : Kukira ya itu. Oh, syukurlah, putusan pengadilan sangat jelas. Ben : Ya, ya, aku tahu. Aku yakin Nixon benar. Katharine : Baik. Karena kau tahu tidak berpikir aku bisa hidup melalui hal semua ini lagi.

C. Interpretasi Penelitian Film The Post, menggambarkan bagaimana polemik seorang jurnalis dalam mengangkat kebenaran dari perang Vietnam. Dengan menggunakan model alur cerita yang diusung oleh Tzvetan Todorov, penelitian ini mendapatkan gambaran beberapa adegan yang relevan. Pada alur awal peneliti menemukan satu temuan yang berkaitan dengan jurnalisme. Pada alur tengah, peneliti menemukan enam temuan. Sedangkan pada alur akhir, peneliti menemukan satu temuan. Temuan-temuan yang peneliti temukan berkaitan dengan prinsip-prinsip jurnalime yang peneliti kaji. Prinsip-prinsip jurnalisme, menjadi prinsip dasar jurnalis di seluruh dunia. Walaupun perkembangan saat ini kegiatan jurnalistik semakin menemukan kebebasan, prinsip-prinsip ini mampu memberikan kebebasan tanpa adanya kekangan. Dalam melakukan kegiatan jurnalisme, harus ada aturan untuk mengendalikan dan mengatur jurnalis, hal ini tidak dimaksudkan untuk membatasi. Terkait dengan masalah ini, peneliti menemukan beberapa ayat al- Qur’an yang berkaitan dengan prinsip-prinsip sebagai seorang jurnalis: Ayat pertama ini terkait dengan menjauhi dari prasangka yang akan membawa keraguan dan ketidakbenaran: ۡ َٰٓيَأَيُّ ٍَا ٱلَّ ِذ َيه َء َامىُ ُْا ٱ ۡجتَىِثُ ُْا َكثِ ٗيزا ِّم َه ٱلظَّ ِّه إِ َّن تَ ۡع َض ٱلظَّ ِّه إِث ٞۖم ََ َل ۡ تَ َج َّس ُس ُْا ََ َل يَ ۡغتَة تَّ ۡع ُض ُكم تَ ۡع ًض ۚا أَيُ ِح ُّة أَ َح ُد ُكمۡ أَن يَأ ُك َل لَ ۡح َم أَ ِخ ِيً َم ۡي ٗتا فَ َك ِز ٌۡتُ ُم ُۚيُ ََ ٱتَّقُ ُْا ٱ َّ ۚلل َ إِ َّن ٱ َّلل َ تَ َُّ اب َّر ِح يم ٢١ 12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari- cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah

77

seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang (Qs. Al- Hujurat [49]: 12). Pada ayat berikut ini, terkait kepada bicara kebenaran atau jujur: َٰٓ يَأَيُّ ٍَا ٱ لَّ ِذ َ يه َ ٱء َامىُ ُْا تَّقُ ُْا ٱ َّ لل َ ََقُُلُ ُْا قَ ُۡٗل َس ِديدٗ ا ٠٧ 70. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar (Qs. Al-Ahzab [33]: 70). Selain itu, pembaca atau pendengar berita harus memeriksa terlebih dulu apakah berita yang didengar dan dibaca tersebut benar atau tidak. Hal ini berkaitan dalam surat: ُۢ َٰٓ اي َ أَيُّ ٍَ ٱ لَّ ِذ َيه َء َامىُ َُٰٓ ْا إِن َجآَٰ َء ُكمۡ فَ ِاس ُق تِىَثَ ٖإ َفتَثَيَّىُ َُٰٓ ْا أَن تُ ِصيثُ ُْا قَ ُۡ َُۢما تِ َج ٍَلَ ٖة

فَتُ ۡصثِ ُح ُْا َعلَ ى َما فَ َعۡلتُمۡ وَ ِد ِم َيه ٦ 6. Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (Qs. Al-Hujurat [49]: 6).

Ayat-ayat diatas merupakan beberapa ayat yang berkaitan dengan sikap atau prinsip yang harus dimiliki jurnalis serta bagi konsumen ketika menerima berita. Pada hakikatnya sebagai jurnalis memiliki kebebasan, namun untuk menjaga kepentingan masyarakat dan relevansi berita maka diperlukan aturan sebagai acuan atau pedoman dalam dalam pelaksanaan kegiatan jurnalistik.

BAB VI KESIMPULAN

A. Kesimpulan Setelah mendeskripsikan dan menganalisis data dari film The Post yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya makan peneliti menarik kesimpulan bahwa sebagai seorang jurnalistik atau pers harus mengemban prinsip-prinsip jurnalisme yang telah ditetapkan. Narasi yang menggambarkan prinsip-prinsip jurnalisme digambarkan melalui para tokoh dalam film tersebut terutama dalam bentuk perilaku, dialog, karakter fan kejadian dalam film. Prinsip-prinsip jurnalisme yang ada di dalam film The Post, diwakilkan dengan tiga prinsip, yakni: Kewajiban peran jurnalisme adalah pada kebenaran, Para wartawan harus memiliki kebebasan dari sumber yang mereka liput, dan Jurnalisme harus berusaha membuat yang penting menjadi menarik dan relevan.

B. Saran Saran yang ingin disampaikan mengenai film ini adalah: saat menonton sebuah film sibutuhkan sikap kritis tidak hanya menerima cerita yang disuguhkan dengan apa adanya. Penonton harus lebih aktif dalam menggali pesan-pesan yang ada di dalam film baik pesan tersirat maupun tersurat. Diharapkan penonton tidak menjadi korban cerita tetapi dapat aktif memahami pesan komunikatif yang disampaikan.

78

DAFTAR PUSTAKA Buku Ardianto, Elvinaro. Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004. Arifin, Anwar. Sistem Komunikasi Indonesia, Cet. I. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011. Azwar. 4 Pilar Jurnalistik: Pengetahuan Dasar Belajar Kurnalistik Edisi Pertama. Jakarta: Prenadamedis Group, 2018. Bertens, Etika. Jakart: Gramedia Pustaka Utama, 1994. Branston, Gill dan Roy Stafford, The Media Student’s Book. London: Routledge, 2003. Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Masaa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008. Curran, James. Making Journalists: Diverse Models, Global Issues. (Canada: Routledge, 2005. Denzin, Norman K. and Yvonna S. Lincoln, The Handbook of Qualitative Research. London: Sage Publications Inc, 2000. Dewabrata, A.M. Kalimat Jurnalistik: Panduan Mencermati Penulisan Berita. Jakarta: Kompas, 2010. Effendy, Heru. Industri Perfilman Indonesia; Sebuah Kajian. Jakarta: Erlangga, 2008. Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filasfat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003). Eriyanto. Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media. Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2013. Eriyanto. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS, 2001. Hadi, Amirul dan Haryono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 1998. Hartley, John. Communication, Cultural, & Media Studies – Konsep Kunci. Yogyakarta: Jalasutra, 2010. Hikmat, Mahi M. Jurnalistik: Literary Journalism. Jakarta: Kencana, 2018.

79

80

K, Septiawan Santana. Jurnalisme Kontemporer, Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2017. Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi, Cet. Ke. 11. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1997. Kode Etik Jurnalisme PWI Muhtadi, Asep Saeful. Pengantar Ilmu Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2016. Nasution, Zulkarimein Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: Rajawali, 2015. Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara, 2007. Pratista, Himawan. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008. Press criticism. The balance trap by N.L., The Economist, Aug 8th 2012. Ramdan, Anton. Jurnalistik Islam. ___: Shahara Digital Publishing,__. Rizki, Juni Wati Sri Kepemilikan Media & Ideologi Pemberitaan: Kajian Ekonomi Politik Komunikasi terhadap Kepemilikan Media dan Wacana Pembentukan Provinsi Tapanuli di Surat Kabar Harian Waspada dan Sinar Indonesia Baru. Yogyakarta: Deepublish, 2012. Setyosari, Punaji. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2012. Shoelhi, Mohammad. Propaganda Dalam Komunikasi Internasional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012. Snijders, Adelbert. Manusia dan Kebenaran Sebuah Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius, 2006. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, dan R&D Cet 18. Bandung: Alfabeta, 2013. Suhandang, Kustadi. Pengantar Jurnalistik, Seputar Organisasi, Produksi dan Kode Etik. Tamburaka, Apriadi. Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa. Jakarta: Rajawali Pers, 2013. Thwaites, Tony, dkk, Introduction Cultural And Media Studies: Sebuah Pendekatan Semiotika. Penerjemah Saleh Rahman. Cet. Ke – 1. Yogyakarta: Jalasutra, 2009.

81

Todorov, Tzvetan. The Poetics of Prose. Oxford: Blackwell, 1977. Wibowo, Wahyu. Menuju Jurnalisme Beretika: Peran Bahasa, Bisnis, dan Politik di Era Modial. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009.

Sumber Lain https://seword.com/media/9-elemen-jurnalisme-elemen-ke-10-dari-bill-kovach, diakses pada 20 Agustus 2018, pukul 11:38 WIB. https://www.kompasiana.com/irmina.gultom/5a98fae3cf01b4660b1f5 957/resensi-filmthe-post-adu-kuat-antara-pers-dan-pemerintah diakses pada 3 September 2018, pukul 07:56 WIB. https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/review-film-the-post-meryl-streep-tom- hanks diakses pada 3 September 2018, pukul 08:27 WIB. https://kumparan.com/@kumparanhits/meryl-streep-legenda-hidup-perfilman- dunia diakses pada 16 Januari 2019 pukul 1528 WIB. https://www.artikelbaca.com/biografi-film-tom-hanks/ diakses pada 16 Januari 2019 pukul 15:34 WIB. https://www.idntimes.com/hype/throwback/ganjar-firmansyah/5-film-terbaik-tom- hanks-tahun-90an-c1c2-1/full diakses pada 16 januari 2019 pukul 15:36 WIB. Rusmawati, Fatimah dan Ratih Hasanah Sudrajat, “Kasih Sayang Ayah Dalam Film: Analisis Naratif Film Miracle In Cell No. 7 Dengan Teori Algirdas Greimas,” Vol. 4, Fakultas Film dan Televisi IKJ 2008.