Jurnal Biologi Tropis

Original Research Paper Distribution and Diversity of in the Coastal Waters of South Beach of Lombok Island

Syamsul Bahri1,2, Lalu Raftha Patech1*, Zulhalifah1, Devi Ayu Septiani1, Siswadi1 1Departement of Sciences Education Postgraduate Mataram University, Indonesia 2Departement of Biological Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Mataram University, Indonesia

Article History Abstract: Echinoderms are benthic that can be found in almost all Received : December 29th, 2020 marine ecosystems but are mostly found in the intertidal coastal zone. Revised : January 01th, 2021 Echinoderms play an important role as deposit feeders. This study aims to Accepted : January 05th, 2021 look at the distribution patterns, diversity, and habitat conditions of species th Published : January 10 , 2021 in the southern coastal waters of Lombok Island, namely Kute, Awang, and Gerupuk beaches. The field survey was conducted using the quadratic *Corresponding Author: Lalu Raftha Patech, transect method and free collection in October - November 2020. Based on Departement of Sciences Education the results of the research, a total of 11 species of echinoderms were found Postgraduate Mataram University, in Lombok Island consisting of 4 classes. Diadema setosum and Indonesia Tripneusteus gratila were the most common species, whereas Synapta Email: maculate, Holothuria leucospilota, Echinotrix diadema, Holothuria atra, [email protected] and scolopendrina were found in small numbers with uniform distribution (Id <1). Diadema setosum distribution pattern has the highest abundance with a clustered distribution pattern (Id> 1) in Awang and Gerupuk, and Tripneusteus gratila in Kute and Awang. The Diversity Index value is different in each habitat. The highest Shannon-Wiener Diversity Index (Hꞌ) was found in Gerupuk 2.18. The largest smoothing index is found at Awang 0.96. The largest Dominance Index (D) is found in Gerupuk 0.88. Based on the value of the community structure on the South Coast of Lombok Island, it shows that diversity is moderate, community uniformity is unstable, and dominance is low. information regarding the distribution and diversity of Echinoderm fauna in various types of habitats around the seagrass as a first step to anticipate the decline in the Echinoderm population in the waters of the South Coast of Lombok Island.

Keywords: Distribution; diversity; echinoderms; habitat.

Pendahuluan J.L. et al., 2007). Echinodermata disebut sebagai kunci ekologi yang berperan dalam menjaga Echinodermata berasal dari bahasa Yunani keseimbangan ekosistem laut, termasuk Echinos artinya duri, dan derma artinya kulit. ekosistem lamun yang merupakan salah satu Secara umum echinodermata berarti hewan yang habitat bagi echinodermata (Raghunathan & berkulit duri. Echinodermata terbagi atas 5 kelas Venkataraman, 2012). Secara ekologi yaitu kelas Asteroidea, Echinoidea, echinodermata berperan sangat penting di Holothuroidea, Ophiuroidea dan Crinoidea. ekosistem lamun, terutama dalam rantai makanan Hewan ini memiliki kemampuan anatomi serta (food web) (Hermosillo-Núñez, B. B., 2020). regenerasi bagian tubuh yang hilang, putus atau Echinodermata adalah spesies yang mencolok di rusak (Jasin, 1984). Habitat echinodermata dapat ekosistem pesisir dan laut, dan dalam banyak ditemukan hampir pada semua ekosistem laut, kasus, mereka memiliki peran ekologis dalam namun paling banyak ditemukan pada zona struktur komunitas, bertindak sebagai predator pantai intertidal yang ditumbuhi oleh padang teratas dan pemakan bentik (Ortiz & Levins, lamun. 2011; Steneck et al., 2002). Selain itu, mereka Keberadaan echinodermata pada padang berkontribusi pada proses bioerosion, rekrutmen lamun sebagai habitat kompleks dan sangat dan transfer energi di ekosistem laut (Bronstein penting bahkan bagi spesies lain seperti bivalvia, & Loya, 2014), dan beberapa di antaranya crustacea, cephalopoda, siput, dan ikan (Lowery,

This article is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 © 2021 The Author(s). This article is open access International License. Bahri, S. et al. (2021). Jurnal Biologi Tropis, 21 (1): 22 – 31 DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v21i1.2320 sebagai sumber daya yang penting secara echinodermata di perairan pantai selatan Pulau ekonomi (Claoue' et al., 1988). Lombok. Padang lamun sebagai ekosistem memiliki Bahan dan Metode fungsi ekologi diantaranya adalah pertama sumber keranekaraman genetik yang memiliki Waktu dan Lokasi pengaruh yang besar terhadap produktivitas dan Penelitian ini dilakukan pada bulan stabilitas ekosistem, kedua adalah fungsi kontrol Oktober sampai November 2020. Lokasi pada konsumen pada sistem tropik, dan ketiga penelitian ini yakni di Pantai Kute, Awang, dan membantu pergerakan aktif konsumen di antara Gerupuk. Lokasi penelitian adalah daerah habitat yang berdekatan dalam hal siklus nutrisi, tangkapan nelayan tradisional, dan masyarakat transfer tropik, produksi perikanan, dan yang melakukan aktivitas pengambilan secara keanekaragaman spesies contohnya pada langsung biota laut yang bernilai ekonomis dan keanekaragaman echinodermata sebagai biota sebagai konsumsi “madak”, serta dimanfaatkan yang hidup di sekitar lamun (Syukur, 2015; sebagai objek wisata alam pantai dan budidaya Duffy, 2006). Di Pulau Lombok Potensi ekologi laut (Syukur & Mahrus, 2016; Syukur et al., lamun nya diduga telah mengalami degradasi 2020). Lokasi penelitian adalah wilayah pesisir dari beberapa indikator organisme asosiasinya selatan Pulau Lombok (Gambar 1). seperti ikan, moluska, kepiting, sea-urchin, dan echinodermata yang sudah sangat sulit ditemukan (Syukur et al., 2017). Degradasi Lamun diduga karena Meningkatnya aktivitas nelayan lokal dan tradisi madak di sekitar pesisir pantai selatan Pulau Lombok menjadi penyebab menurunnya populasi echinodermata. Eksploitasi yang semakin intensif juga dikhawatirkan akan mengancam kelestarian fauna tersebut. Disatu sisi, aktivitas perburuan biota echinodermata memberikan dampak positif terhadap peningkatan nilai gizi dan ekonomi masyarakat pesisir Pulau Lombok. Disisi lain, penangkapan yang semakin intensif memberikan dampak negatif terhadap ekosistem. Fauna echinodermata memegang peranan penting Gambar 1. Lokasi Penelitian dalam ekosistem lamun dan terumbu karang. Apabila penangkapan terus meningkat Pengambilan data dilakukan pada saat air dikhawatirkan memberikan perubahan besar laut surut terendah menggunakan metode gabungan antara transek garis dan kuadrat dalam susunan komunitas fauna dan pada 2 akhirnya akan mengganggu keseimbangan berukuran 1 x 1 m . Jarak antar tiap kuadrat pada ekosistem (Syukur, 2013). garis transek adalah 10 meter. Pengambilan Informasi mengenai Distribusi dan sampel pada setiap kuadrat dilakukan dengan Keragaman fauna echinodermata di Pulau cara koleksi bebas (Free collection). Identifikasi Lombok khususnya di sekitaran pantai Pesisir sampel berpedoman pada buku Monograph of Selatan Pulau Lombok yakni Pantai Kute, Shallow Water Indo-West Pacific Echinoderms Awang, dan Gerupuk belum pernah dilaporkan. (Clark & Rowe, 1971) serta laporan hasil Beberapa informasi yang ada adalah di perairan penelitian-penelitian yang relevan. Semua Lombok Barat bagian selatan (Aziz & Sugiarto, sampel difoto untuk didokumentasikan. 1994), Lombok Barat bagian utara (Aziz, 1995), Kemudian dilakukan pula analisis statistik untuk Sekotong (Yusron, 2003) dan beberapa lokasi di menghitung kelimpahan echinodermata, dan perairan selatan Lombok Timur (Patech et al., formula dari Odum (1993) untuk Indeks 2020). Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi keanekaragaman spesies dihitung berdasarkan informasi mengenai distribusi dan keragaman rumus Shannon & Wiener. Indeks Keseragaman fauna echinodermata pada berbagai tipe habitat dengan rumus Evenness, dan Indeks Dominansi di sekitar lamun sebagai langkah awal dengan rumus Simpsons. mengantisipasi penurunan populasi Analisis Data

23

Bahri, S. et al. (2021). Jurnal Biologi Tropis, 21 (1): 22 – 31 DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v21i1.2320 Distribusi Echinodermata Distribusi atau Pola penyebaran Echinodermata Dominansi Echinodermata ditentukan dengan menghitung indeks dispersi Morisita (Id) dengan persamaan: Indeks dominansi dihitung dengan menggunakan indeks dominansi Simpson 5 푛(∑푖=1푥² − 푁) dengan rumus: Id = ∑푛푖(푛푖 − 1) 푁(푁 − 1) 퐷 = 1 − Keterangan: 푁(푁 − 1) Id = Indeks dispersi Morisita Keterangan: n = Jumlah plot pengambilan contoh D = Indeks Dominansi N = Jumlah individu dalam plot ni = Jumlah individu jenis-i X = Jumlah individu pada setiap plot N = Jumlah total individu

Pola dispersi Echinodermata ditentukan dengan Kondisi Lingkungan menggunakan kriteria sebagai berikut (Akhrianti, 2014): Analisis data lingkungan pada tiga lokasi Id < 1: Pola dispersi seragam penelitian dilakukan pada tiap-tiap stasiun Id = 1: Pola dispersi acak pengamatan secara langsung (insitu). Parameter Id > 1: Pola dispersi mengelompok lingkungan yang diukur adalah substrat, pH, suhu,dan salinitas. Indeks keragaman spesies Keanekaragaman Echinodermata Hasil dan Pembahasan Indeks keanekaragaman spesies dihitung berdasarkan rumus Shannon & Wiener Jenis Echinodermata (Akhrianti, 2014): Hasil penelitian di Pesisir Pantai Selatan H’ = -∑ Pi ln Pi diperoleh 11 jenis spesies dari filum 푛푖 Pi = 푁 echinodermata yang terdiri dari 4 kelas seperti Keterangan: disajikan pada Tabel 1. Spesies Diadema H’ = Indeks keanekaragaman jenis setosum dan Tripneusteus gratila adalah spesies ni = Jumlah individu dari speies ke-i yang paling banyak ditemukan dan spesies N = Jumlah individu total Synapta maculate, Holothuria leucospilota, Pi = ni/N Echinotrix diadema, Holothuria atra, dan Ophiocoma scolopendrina adalah spesies yang Keseragaman Echinodermata rata-rata paling sedikit ditemukan di semua lokasi studi. Jumlah spesies echinodermata di Analisis berikutnya adalah kesamaan distribusi lokasi studi lebih rendah dari jumlah spesies individu dari setiap spesies Echinoderms, di echinodermata yaitu 29 spesies pada padang bagian ini menggunakan analisis indeks lamun di Perairan Sekotong, Lombok Barat Evenness, dengan rumus: (Yusron, 2003), di Perairan Tanjung Merah 21 퐻" spesies Echinodermata (Yusron & Susetiono, 퐸 = 2005), dan di Perairan Pesisir Pantai Selatan 퐻푚푎푥 Lombok Timur 14 Spesies (Patech et al., 2020). Keterangan: Namun demikian lebih tinggi dengan E = Indeks Evenness Babanlagan Filipina yang hanya 10 spesies H' = Nilai indeks keanekaragaman echinodermata (Llacuna et al., 2016). Hmax = Nilai indeks keanekaragaman maksimal

24

Bahri, S. et al. (2021). Jurnal Biologi Tropis, 21 (1): 22 – 31 DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v21i1.2320

Tabel 1. Jenis Echinodermata yang ditemukan di Pesisir Pantai Selatan Jumlah No Lokasi Class Family Spesies Individu Oreasteridae o Protoreaster nodosus 61 Asteroidea Archasteridae o Archaster typicus 35 Toxopneustidae o Tripneusteus gratila 119 Temnopleuridae o Mespilia globulus 75 Echinoidea 1 Kute Diadematidae o Diadema calamaris 58 Diadematidae o Diadema setosum 90 Synaptidae o Synapta maculate 50 Holothuroidea Holothuriidae o Holothuria leucospilota 15 Holothuriidae o Holothuria atra 19 Asteroidea Archasteridae o Archaster typicus 61 Diadematidae o Diadema setosum 65 Echinoidea 2 Awang Toxopneustidae o Tripneusteus gratila 77 Synaptidae o Synapta maculate 40 Holothuroidea Holothuroiidea o Holothuria leucospilota 27 Asteroidea Oreasteridae o Protoreaster nodosus 50 Toxopneustidae o Tripneusteus gratila 73 Diadematidae o Diadema calamaris 56 Echinoidea Diadematidae o Diadema setosum 99 Diadematidae o Echinotrix diadema 63 3 Gerupuk Temnopleuridae o Mespilia globulus 45 Synaptidae o Synapta maculate 35 Holothuroidea Holothuriidae o Holothuria atra 33 Holothuriidae o Holothuria leucospilota 25 Ophiuroidea o Ophiocoma scolopendrina 11

Distribusi (Id) Echinodermata di lokasi studi oleh jumlah populasi dari tiap spesies selama periode pengambilan data, dan pola sebaran Pola penyebaran menggambarkan mengelompok karena jumlah populasi dari tiap distribusi Echinodermata yang dikelompokkan ke spesies ditemukan dalam jumlah yang lebih dalam penyebaran seragam (Id<1) dan banyak. Spesies echinodermata Diadema mengelompok (Id>1). Seperti terlihat pada tabel Setosum dan Tripneusteus gratila memiliki pola 2. Nilai Indeks Dispersi Morisita menunjukkan sebaran mengelompok, hal ini disebabkan karena bahwa spesies Tripneusteus gratila di Pantai Kute spesies echinodermata tersebut dapat ditemukan memiliki pola sebaran mengelompok. pada tipe substrat yang lebih beragam sebagai Selanjutnya spesies Tripneusteus gratila, habitatnya. Dalam hal ini, Diadema setosum dan Archaster typicus, dan Diadema setosum di beberapa spesies lain seperti Tripneustes gratilla Pantai Awang dengan pola sebaran mengelompok dapat ditemukan mulai dari rataan pasir, padang dan Pantai Gerupuk lebih banyak dengan pola lamun, rataan karang dan tubir, hingga ke daerah penyebaran seragam kecuali spesies Diadema bebatuan (Budiman et al., 2014; Firmandana, setosum. Perbedaan pola penyebaran ditentukan 2014).

25

Bahri, S. et al. (2021). Jurnal Biologi Tropis, 21 (1): 22 – 31 DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v21i1.2320

Tabel 2. Pola sebaran Echinodermata di lamun pesisir Pantai Selatan Id (Lokasi) No Jenis Echinodermata Kute Awang Gerupuk 1 Protoreaster nodosus 0,35 - 0,25 2 Archaster typicus 0,08 1,43 - 3 Diadema calamaris 0,31 - 0,33 4 Mespilia globulus 0,56 - 0,19 5 Tripneusteus gratila 1,50 2,34 0,61 6 Diadema setosum 0,84 1,63 1,17 7 Synapta maculate 0,22 0,55 0,09 8 Holothuria leucospilota -0,03 0,19 0,02 9 Holothuria atra -0,02 - 0,07 10 Echinotrix diadema - - 0,44 11 Ophiocoma scolopendrina - - -0,05

Komposisi echinodermata yang paling Amphiura sp., Centrostephanus rodgersii. mendominasi di ketiga lokasi studi adalah Echinothrix diadema. Mespilia globules. Diadema setosum. Hal ini menjelaskan Echinothrix mathei dan Pseudoboletia maculates ketergantungan yang sangat tinggi dari spesies lebih sering ditemukan tidak berkelompok atau Diadema setosum terhadap lamun sebagai terpisah dalam individu yang sedikit sebagai makanan primer (Leaf eater on Seagrass). Pola pertahanan diri dari musuh dan pemangsa. Selain penyebaran seragam ditemukan pada ketiga itu, keberadaan spesies echinodermata pada lokasi penelitian pada spesies Protoreaster semua lokasi studi dapat menggambarkan fungsi nodosus, Diadema calamaris, Mespilia globulus, ekologi lamun. Dalam hal ini lamun dapat Synapta maculate, Holothuria leucospilota, berperan sebagai habitat biota (Riniatsih, 2016). Holothuria atra, Echinotrix diadema, dan Selanjutnya, kehadiran spesies echinodermata Ophiocoma scolopendrina. Hal ini dapat dapat berfungsi dalam proses oksigenisasi dijelaskan karena jenis tersebut memiliki lapisan atas sedimen untuk pertumbuhan lamun kebiasan hidup tidak berkelompok. Dalam hal ini dan membantu mengontrol populasi hama dan Budiman et al., (2014) menyatakan spesies bakteri-bakteri patogen (Wulandari et al., 2012).

Indeks Ekologi Echinodermata Indeks keanekaragaman (H’) di Kute dan nilai H’ maka semakin tinggi variasi spesies pada Gerupuk tergolong sedang, sedangkan suatu wilayah. Indeks keanekaragaman sangat Keanekaragaman (H’) di Awang tergolong dipengaruhi oleh jumlah spesies dan individu Rendah. Indeks keseragaman di ketiga Lokasi (Odum, 1993). Ketiga nilai indeks tersebut Penelitian (E) tergolong stabil dan indeks disajikan pada Gambar 2. dominansi (D) tergolong tinggi. Semakin tinggi

26

Bahri, S. et al. (2021). Jurnal Biologi Tropis, 21 (1): 22 – 31 DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v21i1.2320

2.18 2,5 2.04 2 1.55 1,5 0.93 0.86 0.96 0.95 0.78 0.88 1

0,5 0 Kute Awang Gerupuk Lokasi

Keanekaragaman (H') Keseragaman (E) Dominansi (D)

Gambar 2. Nilai indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E), dan dominansi (D) Echinodermata yang ditemukan di Pesisir Pantai Selatan

Berdasarkan perhitungan indeks lokasi penelitian cukup merata yang keanekaragaman (H’) yang telah dilakukan menunjukkan bahwa komunitas pada kondisi diperoleh keanekaragaman tertinggi terdapat di stabil. Pantai Gerupuk dengan nilai 2.18, Kute 2.04 dan Berdasarkan hasil pengolahan data Indeks yang terendah di Awang dengan nilai Dominansi (D) diperoleh nilai tertinggi di Pantai keanekaragaman 1.55 sehingga tergolong Gerupuk dengan nilai 0.88 yang tergolong sedang. Berbeda dengan yang dilaporkan Patech kategori tinggi yang berarti ada jenis yang et al., (2020) di Perairan Pesisir Pantai Selatan mendominasi. Apabila indeks dominansi relatif Lombok Timur rata-rata Keanekaragaman mendekati 1 berarti ada salah satu spesies yang Echinodermata yakni 1.48 yang tergolong mendominasi dan biasanya diikuti dengan indeks rendah. Indeks keseragaman (E) tertinggi di keaneakaragaman rendah begitu juga sebaliknya Pantai Awang dengan nilai 0.96 sehingga (Lina & Zulfikar, 2015). Tingginya indeks tergolong kategori tinggi. Indeks dominansi dominansi echinodermata di ketiga lokasi relatif diperoleh dominansi tertinggi di Pantai penelitian berkaitan dengan nilai indeks Gerupuk dengan nilai 0.88 yang tergolong keanekaragaman (H') dan indeks keseragaman kategori tinggi yang berarti ada jenis yang (E). Odum (1993) menjelaksan nilai H' dan E mendominasi seperti Tripneusteus gratila, bersifat berbanding terbalik terhadap nilai D. Jika Echinotrix diadema, dan Diadema setosum. nilai H' dan E tinggi maka nilai D akan rendah, Faktor yang menentukan tinggi rendahnya sebaliknya jika nilai D tinggi maka nilai H' dan keanekaragaman spesies pada suatu lokasi antara E akan rendah. Nilai indeks dominansi Simpson lain dipengaruhi oleh kondisi fisik lingkungan. (D) echinodermata di ketiga lokasi penelitian Nilai indeks keanekaragaman echinodermata termasuk dalam kategori tinggi. Nilai tersebut pada ketiga lokasi penelitian tidak jauh berbeda, menunjukkan bahwa adanya dominansi suatu salah satunya disebabkan oleh variasi substrat jenis dalam ekosistem. Nilai indeks dominansi dasar perairan. Nilai indeks Keseragaman (E) yang mendekati 1 menunjukkan adanya spesies menunjukkan pola sebaran individu pada suatu yang mendominansi spesies lainnya. Sedangkan lokasi. Jika indeks keseragamannya semakin nilai indeks dominansi yang mendekati 0 besar maka pola sebaran individu pada suatu menunjukkan hampir tidak ada dominansi dari lokasi merata, sebaliknya jika nilai indeks suatu spesies dalam komunitas (Smith & Smith, keseragamannya semakin kecil menujukkan pola 2011). Perbedaan dari Teori Indeks Ekologis ini sebaran individu yang tidak merata. Nilai indeks disebabkan oleh Perburuan yang dilakukan dari keseragaman yang diperoleh di lokasi penelitian tradisi “madak” masyarakat sekitar pantai dan adalah berkisar antara 0.93 – 0.96 dan termasuk dari pengaruh kunjungan wisatawan, sehingga dalam kategori stabil. Nilai indeks keseragaman jumlah individu yang didapatkan jauh lebih yang diperoleh dari ketiga lokasi penelitian sedikit sehingga mempengaruhi perhitungan menunjukkan bahwa pola sebaran spesies pada indeks ekologis.

27

Bahri, S. et al. (2021). Jurnal Biologi Tropis, 21 (1): 22 – 31 DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v21i1.2320

Parameter Lingkungan pH, dan substrat dari lingkungan lamun tersebut secara in situ. Hasil pengukuran dari semua Pengukuran parameter lingkungan parameter menunjukkan nilai yang masih layak dilakukan pada setiap stasiun pengamatan yaitu untuk kelangsungan hidup organisme air (Tabel di Pantai Kute, Awang, dan Gerupuk. Parameter 3). lingkungan yang diamati adalah suhu, salinitas,

Tabel 3. Hasil pengukuran faktor lingkungan pada lokasi studi Parameter lingkungan No Lokasi Suhu Salinitas pH Substrat 1 Kute 27,00±1,55 34,43±1,40 7,18±0,25 Berpasir & pecahan karang 2 Awang 26,76±2,00 34,62±0,93 7,43±0,17 Lumpur berpasir 3 Gerupuk 26,00±1,26 31,36±4,80 7,00±0,01 Berpasir & pecahan karang

Nilai dari tiap parameter lingkungan berbeda, sehingga indeks keanekaragaman mendukung pertumbuhan echinodermata. sesuai spesies pada ketiga lokasi penelitian tidak baku mutu Kepmenneg LH No.51 tahun 2004. berbeda secara signifikan seperti yang ditemukan Rentangan suhu di Pantai Kute 27,00±1,55, di Kute dan Gerupuk. Hal tersebut sesuai dengan Awang 26,76±2,00, dan Gerupuk 26,00±1,26. Pancawati et al., (2014) yang menyatakan bahwa Aziz (1988) melaporkan bahwa bulu babi dari substrat dasar merupakan salah satu faktor yang famili Diadematidae dan Toxopneustidae akan dapat mempengaruhi penyebaran makrozobentos mengalami kematian pada suhu 36-40oC dan (echinodermata), karena selain berperan sebagai bintang mengular dari famili Ophiocomidae, tempat tinggal juga berfungsi sebagai penimbun Ohionereidae, dan Amphiuridae mengalami unsur hara (sebagai media penyedia sumber kematian pada suhu 39-40oC. makanan), tempat berkumpulnya bahan organik Salinitas adalah salah satu parameter serta tempat perlindungan organisme dari lingkungan yang memiliki pengaruh signifikan ancaman predator. terhadap keberadaan echinodermata. Namun demikian, Setiap spesies echinodermata Kesimpulan memiliki toleransi yang tidak sama terhadap Hasil studi di Pesisir Pantai Selatan salinitas. Rata-rata memiliki toleransi terhadap Pulau Lombok diperoleh 11 jenis spesies dari salinitas antara 15-29 ‰ dan nilai optimum filum echinodermata. Selanjutnya, Diadema salinitas untuk biota lamun dan terumbu karang setosum dan Tripneusteus gratila adalah spesies adalah 33-35 ‰. Selanjutnya, belum ada yang paling banyak ditemukan di semua lokasi publikasi tentang batas toleransi pH bagi fauna studi. Nilai Indeks Dispersi Morisita (Id) echinodermata, tetapi berdasarkan baku mutu menunjukkan bahwa pola penyebaran Kepmenneg LH No.51 tahun 2004 kisaran pH mengelompok pada spesies Tripneusteus gratila alami untuk biota lamun dan terumbu karang di Pantai Kute, Archaster typicus, Tripneusteus adalah 7-8,5. Hutauruk (2009) menyatakan gratila, Diadema setosum di Pantai Awang, kondisi perairan yang sangat basa akan sedangkan Diadema setosum di Pantai Gerupuk. membahayakan organisme karena akan Indeks keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat di mengganggu metabolisme dan respirasi, dan Pantai Gerupuk dengan nilai 2.18, Kute 2.04 perairan yang asam akan menyebabkan mobilitas yang tergolong sedang, sedangkan di Awang berbagai senyawa logam berat terutama dengan nilai keanekaragaman 1,55 sehingga aluminium akan meracuni biota echinodermata. tergolong rendah. Indeks keseragaman (E) Variasi substrat dasar perairan di ketiga tergolong stabil, dan indeks dominansi (D) lokasi studi memiliki variasi yang sama yakni tergolong tinggi di semua lokasi studi. bersubstrat lumpur berpasir, dan berpasir dengan Selanjutnya, parameter lingkungan menurut pecahan karang. Variasi substrat yang sama Kepmenneg LH Nomor 51 untuk baku mutu air antara ketiga lokasi penelitian menyebabkan laut dan biota asosiasinya menunjukkan nilai jumlah individu masing-masing spesies yang masih layak untuk kelangsungan hidup echinodermata yang ditemukan tidak jauh echinodermata.

28

Bahri, S. et al. (2021). Jurnal Biologi Tropis, 21 (1): 22 – 31 DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v21i1.2320

Ucapan terima kasih Claoue´, C., T. Hodges, T. Hill, W. Blyth & D. Easty, (1988). Neural spread of herpes Tim peneliti mengucapkan terima kasih simplex virus to the eye of the mouse: kepada Magister Pendidikan IPA Pascasarjana microbiological aspects and effect on the Universitas Mataram yang memberikan dana blink reflex. Eye (Basingstoke) 2: 318– penelitian dan pelatihan analisis data serta 323. https://doi.org/10.1038/eye.1988.60 penulisan karya ilmiah, serta pihak lain yang berkontribusi secara signifikan. Clark, A.M. and F. W. E. Rowe. (1971). Monograph of Shallow Water Indo-West Referensi Pacific Echinoderms. London, Trustees of British Museum: 171-210. Akhrianti, I.D.G. (2014). Distribusi Spasial dan https://ci.nii.ac.jp/naid/10029401934/ Preferensi Habitat Bivalvia di pesisir Perairan Kecamatan Simpang Pesak Duffy, J. E. (2006). Biodiversity and the Kabupaten Belitung Timur. Jurnal Ilmu functioning of seagrass dan Kelautan Tropis. 6 (1): 171-185. ecosystems. Marine Ecology Progress https://doi.org/10.29244/jitkt.v6i1.8639 Series, 311, 233-250.

https://doi.org/10.3354/meps311233 Aziz, A. (1995). Beberapa catatan mengenai

fauna Ekhinodermata dari Lombok. Dalam: Pengembangan dan Firmandana, T. C. (2014). Kelimpahan Bulu pemanfaatan potensi kelautan: potensi Babi () Pada Ekosistem Karang biota, teknik budidaya dan kualitas Dan Lamun Di Perairan Pantai Sundak, perairan. DP Praseno, WS Atmadja, I. Yogyakarta. Management of Aquatic Supangat, Ruyitno, dan BS Sudibjo (Eds). Resources Journal, 3 (4); 41-50. Pusat Penelitian dan Pengembangan https://doi.org/10.14710/marj.v3i4.7030 Oseanologi–LIPI. Jakarta, 43-50. Hermosillo-Núñez, B. B. (2020). Contribution of Aziz, A. (1988). Pengaruh Tekanan Panas Fauna echinoderms to keystone species Echinodermata. Oseana 13 (3): 125-132. complexes and macroscopic properties in http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/ose kelp forest ecosystems (northern ana_xiii(3)125-132.pdf Chile). Hydrobiologia, 847(3), 739-756. https://doi.org/10.1007/s10750-019- 04134-8 Aziz, A., & Sugiarto, H. (1994). Fauna

ekhinodermata padang lamun di Pantai Lombok Selatan. Jakarta. (ID): Hutauruk, E.L. (2009). Studi Keanekaragaman Puslitbang LIPI P2O. Echinodermata di Kawasan Kepulauan Rubiah Nanggro Aceh Darussalam. Skripsi. Universitas Sumatra Utara. Bronstein, O. & Y. Loya, (2014). Echinoid http://repository.usu.ac.id/handle/123456 community structure and rates of 789/13822 herbivory and bioerosion on exposed and sheltered reefs. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology 456: 8–17. Jasin, M. (1984). Sistematika hewan https://doi.org/10.1016/j.jembe.2014.03.0 (invertebrata dan vertebrata). Surabaya: 03 Sinar Wijaya), h, 159. http://library.uny.ac.id/site/opacdetail?id= Budiman, C.C., Maabuat, P.V., Langoy, M.L.D., 18985 & Katili, D.Y. (2014). Keanekaragaman Echinodermata di Pantai Basaan Satu Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Kecamatan Ratatotok Sulawesi Utara. No. 51. (2004). Baku Mutu Air Laut. Jurnal Mipa Unsrat Online 3 (2): 97-101. Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup. https://doi.org/10.35799/jm.3.2.2014.585 http://www.kelair.bppt.go.id/Hukum/data/ 9 kepmen/bml/51-2004.pdf

29

Bahri, S. et al. (2021). Jurnal Biologi Tropis, 21 (1): 22 – 31 DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v21i1.2320

Lina, F. Lestari & A. Zulfikar. (2015). Struktur Patech, L. R., Syukur, A., & Santoso, D. (2020). Komunitas Gastropoda di Ekosistem Kelimpahan dan Keanekragaman Spesies mangrove Sungai Nyirih Kecamatan Echinodermata sebagai Indikator Fungsi Tanjung Pinang Kota Tanjung Pinang. Ekologi Lamun di Perairan Pesisir Jurnal Elektronik. 1-15. Lombok Timur. Jurnal Sains Teknologi & http://jurnal.umrah.ac.id/wp- Lingkungan, 6(1), 40-49. content/uploads/gravity_forms/1- https://doi.org/10.29303/jstl.v6i1.148 ec61c9cb232a03a96d0947c6478e525e/20 16/07/Jurnal-Lina.pdf Raghunathan. C, Venkataraman. K. (2012). Diversity of Echinoderms in Rani Jhansi. Llacuna, M.E.J., Walag, A.M. & Elaine A. Journals of Marine National Park, Villaluz, E.A. (2016). Diversity and Andaman and Nicobar Islands. dispersion patterns of echinoderms in International Day for Biodiversity. 1 (1) : Babanlagan, Talisayan, Misamis Oriental, 22-40. Philippines. Environmental and http://www.upsbdb.org/pdf/Souvenir2012 Experimental Biology 14 (1): 213–217. /ch-4.pdf http://doi.org/10.22364/eeb.14.28 Riniatsih, I. (2016). Distribusi jenis lamun Lowery, J. L., Paynter Jr, K. T., Thomas, J., & dihubungkan dengan sebaran nutrient Nygard, J. (2007). The importance of perairan di padang lamun Teluk Awur habitat created by molluscan shellfish to Jepara. Jurnal Kelautan Tropis, 19 (2): managed species along the Atlantic Coast 101- 107. of the United States. Washington, DC: https://doi.org/10.14710/jkt.v19i2.824 Atlantic States Marine Fisheries Commission. Smith, T.M., dan Smith, R.L. (2011). Elements of https://www.researchgate.net/profile/Ray Ecology 8th Edition. USA: Pearson mond_Grizzle2/publication/285046037_T Education. ISBN 9780321736079 he_importance_of_habitat_created_by_m olluscan_shellfish_to_managed_species_a Steneck, R. S., M. H. Graham, B. J. Bourque, D. long_the_Atlantic_Coast_of_the_United_ Corbett, J. M. Erlandson, J. A. Estes & M. States/links/569000f008aee91f69a14239. J. Tegner, (2002). Kelp forest ecosystems: pdf biodiversity, stability, resilience and future. Environmental Conservation 29: pp. 436–459. Odum, E. P. (1993). Basics of Ecology Third https://doi.org/10.1017/S0376892902000 Edition. Samingan, T (translator). 322 Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press. p. 631-676. ISBN 9794202843 Syukur, A., Al- Idrus, A., & Zulkifli, L. (2020). Ecotourism development based on the Ortiz, M. & R. Levins, (2011). Re-stocking diversity of echinoderms species in practices and illegal fishing in northern seagrass beds on the South. Chile (SE Pacific coast): a study case. https://doi.org/10.3923/jest.2020.57.68 Oikos 120: 1402–1412. https://doi.org/10.1111/j.1600- Syukur, A. (2013). Pengetahuan Ekologi 0706.2011.19041.x Masyarakat Lokal sebagai Indikator

Penilaian Potensi Lamun (Seagrass) di Pancawati, D.K., D. Suprapto, & P.W. Purnomo. Tanjung Luar Lombok Timur. Jurnal (2014). Karakteristik Fisika Kimia Biologi Tropis, 13(2). Perairan Habitat Bivalvia di Sungai Wiso http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v13i2.153 Jepara. Diponegoro Journal of Marques,

3(4): 141-146. https://doi.org/10.14710/marj.v3i4.7048 Syukur, A. (2015). Distribusi, Keanekaragaman Jenis Lamun (Seagrass) dan Status Konservensinya di Pulau Lombok. Jurnal

30

Bahri, S. et al. (2021). Jurnal Biologi Tropis, 21 (1): 22 – 31 DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v21i1.2320

Biologi Tropis. 15 (2): 171-182. http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v15i2.205

Syukur, A., & Mahrus, SA (2016). The potential assessment environment friendly aquaculture of small- scale fishermen as a conservation strategy for seagrass beds in coastal areas of Tanjung Luar East Lombok, Indonesia. ISSN: 2347-5129 (ICV-Poland) Impact Value: 5.62 (GIF) Impact Factor: 0.352 IJFAS 2016; 4(2): 22-27

Syukur, A., Wardiatno, Y., Muchsin, I., & Kamal, M. M. (2017). Threats to seagrass ecology and indicators of the importance of Seagrass ecological services in the coastal waters of East Lombok, Indonesia. American Journal of Environmental Sciences, 13 (3): 251-265. DOI: 10.3844/ajessp.2017.251.265

Wulandari, N., Krisanti, M., & Elfidasari, D. (2012). Keragaman teripang asal Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu Teluk Jakarta. Unnes Journal of Life Science, 1 (2); 133- 139. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ Unnes J Life Sci. ISSN 2252-6277

Yusron, E. (2003). Beberapa Catatan Fauna Echinodermata di Perairan teluk Sekotong, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Prosiding Seminar Riptek Kelautan Nassional 1 (2); 41-47. http://coremap.or.id/downloads/1002.pdf

Yusron, E. & Susetiono (2005). Fauna Ekhinodermata dari Perairan Tanjung Merah Selat Lembeh – Sulawesi Utara. Makara Sains 9 (2); 60-65. https://doi/org/10.7454/mss.v9i2.53

31