Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No. 3 Desember 2016

NEGOSIASI IDENTITAS PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Oleh :

MARIDA SARININGSIH Dosen Prodi Ilmu Komunikasi FIS Universitas Dehasen

ABSTRACT

This study aimed to determine the identity formation process in children with cleft lip in Village Merigi Sakti District Central Bengkulu Regency. The research method was descriptive qualitative method. Informants in this study were 16 people,consists of 3 children with cleft lips, three parents, four neighbors of the children with cleft lips and 3 children who play with them.Data were collected by observation, library research, interview and documentation.The results showed that: (1) children with cleft lips disabilities communication was limited due to interference with their speech;(2) children with with cleft lips disabilitiesobtained theircomfort identities to some people who live with them, but feel uncomfortable with people who mocked their disability; (3) the comfortidentity gained by children with cleft disabilities with people they know; 4) the family ties were considered by children with cleftdisabilities as a bond that support their identity; (5) The support of parents was done through various activities such as buying clothes and take them for a walk;( 6) the identity stabilityof children with cleftlips as members of societycould happen when parents were able to understand their needs, but the identity was unsteady when there were those who mocking at them;(7) the provision of affection or special attention weretake them for a walk and buy new clothes that formed the satisfaction as the results of negotiations identity;(8) communications made by children with cleft lips with people around them couldn‘t run effectively as they need to speak repeatedly to make their communicants understand.

Keywords: Identity, Social Acceptance, Cleft Lips, CurupVillage

PENDAHULUAN dan berguna serta anak juga berhak atas Anak merupakan generasi penerus perlindungan terhadap lingkungan yang cita-cita bangsa, karenanya anak perlu dapat membahayakan dan menghambat mendapat kesempatan seluas-luasnya pertumbuhan dan perkembangan dengan untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar. wajar secara rohani, jasmani maupun Namun tidak semua anak yang hadir sosial. Oleh karena itu negarapun dalam kondisi fisik dan mental yang menjamin hak anak yang tertuang dalam normal, ada sebagian anak yang undang- undang No.4 Tahun 1979 tentang mengalami hambatan fisik maupun mental kesejahteraan anak dalam pasal 2 yang yang didapat secara lahiriah maupun menyatakan bahwa anak berhak atas gangguan pada saat tumbuh kembang anak kesejahteraan, perawatan, asuhan dan sehingga memerlukan perlakuan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik bantuan khusus dalam pemenuhan dalam keluarga maupun asuhan khusus kebutuhan dan proses tumbuh dengan wajar. Anak juga berhak atas kembangnya, anak-anak ini disebut pelayanan dalam mengembangkan sebagai anak yang berkebutuhan khusus. kemampuan dan kehidupan sosialnya Pada dasarnya tidak ada seorang untuk menjadi warga Negara yang baik anak pun yang ingin dilahirkan ke dunia 11

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No. 3 Desember 2016

dalam keadaan cacat, baik cacat fisik di Desa Curup hampir sama saja dengan maupun mental. Demikian pula anak-anak anak-anak normal lainnya. Hal ini terbukti dengan cacat sumbing. Mereka pada saat peneliti meminta anak-anak cacat dasarnya tidak menginginkan adanya sumbing dengan umur sekitar Sembilan kecacatan fisik pada diri mereka. Pada tahun untuk menulis tentang hobi,cita-cita, kenyataannya, cacat sumbing dapat terjadi dana alamat rumah mereka. Mereka dapat pada semua kelompok masyarakat, kaya, menuliskan hal-hal tersebut sebagaimana miskin, berpendidikan atau tidak, bahkan anak norma llainnya. Akan tetapi, bahasa pada kelompok etnis atau budaya di dunia. lisan yang mereka sampaikan mungkin Setiap orang tua tentu menginginkan dapat dikatakan kurang jelas sehingga anaknya terlahir dengan sempurna, maka kebanyakan orang tidak mengerti maksud ketika anak dalam keadaan sumbing, orang perkataan mereka. Dengan kata lain,anak- tua seharusnya tetap bisa menyayangi anak anak cacat sumbing ini mengalami sebagaimana mestinya. Bahkan seharusnya kesulitan dalam melakukan komunikasi anak-anak cacat sumbing lebih verbal kepada orang-orang di sekitar mendapatkan perhatian agar penanganan mereka. kelainan yang terjadi pada anak juga tidak Meskipun demikian, anak-anak mengalami kesalahan. Peranan orang tua dengan cacat sumbing di Desa Curup dapat dan orang-orang disekitar anak-anak cacat melakukan komunikasi non-verbal seperti sumbing dalam membantu mencapai anak-anak normal lainnya seperti perkembangan dan pertumbuhan optimal mengerutkan wajah saat marah, bertepuk sangatlah menentukan. tangan ketika merasa gembira dan banyak Bagi anak penderita sumbing, diam saat merasa sedih. Dalam hal ini, penerimaan orang-orang sekitar, terutama banyak orang disekitar mereka agaknya orang tua sangat penting untuk tidak memiliki keinginan untuk memahami membentuk konsep diri yang positif. bahasa non-verbal yang mereka gunakan Sayangnya, fenomena yang ada dalam keseharian untuk mencapai maksud dimasyarakat, khususnya di Desa Curup tertentu sehingga tidak jarang anak-anak Kecamatan Merigi Sakti Kabupaten ini merasa diabaikan oleh orang-orang Bengkulu Tengah adalah kehadiran anak disekitar mereka. dengan cacat sumbing kurang diterima. Untuk itu perlu adanya penanganan Anak-anak sumbing sering mendapat serius dari orang-orang terdekat dan perlakuan kurang baik,seperti ketika pemerintah agar anak-anak cacat sumbing marah, orang tua sering mengucapkan dapat melakukan aktivitas sosial seperti —dasar sumbing“ yang melukai hati anak bersekolah, bermain, bergaul, dan tersebut. sebagainya. Kemudian dibantu pula oleh Selain itu, perlakuan kurang semua unsur masyarakat disekitar anak- menyenangkan juga orang-orang yang anak sumbing ini yang bertugas melakukan berada di sekitar tempat tinggal mereka, pengawasan langsung terkait kegiatan seperti tetanggadan teman-teman sebaya sehari-hari anak-anak penderita sumbing. mereka dirasa kurang menyenangkan. Bibir sumbing sering menjadi bahan olok- olokan bagi kebanyakan anggota METODE PENELITIAN masyarakat di sekitar anak-anak penderita Penelitian ini menggunakan metode sumbing ini sehingga mereka pun menjadi deskriptif dengan jenis data kualitatif. malu (minder) dan menutup diri. Menurut Nazir (2003: 63) metode Pada kenyataannya, bahasa verbal deskriptif ialah suatu metode dalam sebagai media untuk mengungkapkan meneliti status sekelompok manusia, suatu emosi, pikiran, dan maksud yang objek, suatu kondisi, suatu sistem digunakan oleh anak- anak cacat sumbing pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa

12

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No. 3 Desember 2016

pada masa sekarang. Metode ini Teori negosiasi identitas merupakan menekankan kepada penjabaran analisis identitas atau konsep diri yang dipandang data melalui rangkaian kata yang bukan sebagai bagian yang menjelaskan proses berupa angka-angka. komunikasi antar budaya. Menurut Ting- Disisi lain mengenai data kualitatif, Toomey dalam Gudykunts (2002:40-45) menurut Bungin (2011:103), data kualitatif terdapat 10 (sepuluh) asumsi teoritis yang dijelaskan kedalam bentuk kalimat serta merupakan teori negosiasi identitas. Dalam uraian-uraian bahkan dapat berbentuk hal ini pula yang peneliti gunakan dalam cerita pendek. Data kualitatif dapat implementasi teori negosiasi identitas pada diartikan pula sebagai data yang berupa anak cacat sumbing di Desa Curup tulisan mengenai berbagai fenomena yang Kecamatan Merigi Sakti Kabupaten diamati. Bengkulu Tengah. Keseluruhan informan dalam penelitian ini terbagi dalam dua kelompok, 1. Dinamika utama dari identitas yaitu informan pokok dan informan kunci. keanggotaan seseorang dalam suatu Informan pokok merupakan anak-anak kelompok dan identitas pribadi terbentuk penderita sumbing dan orangtua dari anak- melalui komunikasi simbolik dengan orang anak tersebut di Desa Curup Kecamatan lainnya. Merigi Sakti Kabupaten Bengkulu Tengah. Seperti pernyataan Pegar saat ditanya Sementara itu, informan kunci terdiri dari tentang kesulitan dalam berkomunikasi teman bermain dan tetangga dari anak- dengan teman-teman, ia mengatakan: anak cacat sumbing tersebut. Untuk —aku idak merasa sulit ngomong mengumpulkan data, penulis melakukan kekkawan-kawan aku tu, cak biaso observasi, studi pustaka, dokumentasi, dan bae cumin mereka suko niru-niru wawancara. aku ngomong“ (wawancara pada Setelah semua data dikumpulkan, tanggal 25 April 2016) penulis menganalisis data tersebut dengan Hal serupa juga disampaikan oleh Eka cara menguraian kata-kata secara objektif Sundari yang menyatakan bahwa: sehingga mampu menggambarkan proyek —dikecek sulit idak jugo tapi emang penelitian. Disamping itu,datapun kawan-kawan aku tu agak kurang disampaikan kedalam bahasa yang mudah ngerti kalu aku ngomong tu“. dipahami dan lebih mudah dibaca. (wawancara pada tanggal 25 April Kemudian, hasil uraian tersebut akan 2016) diiterpretasikan agar mendapatkan makna Dari hasil wawancara yang diperoleh yang lebih luas dan relevan. Di samping dari anak-anak cacat sumbing di Desa itu, datapun disampaikan kedalam bahasa Curup, mereka merasa tidak kesulitan yang mudah dipahami dan lebih mudah dalam berkomunikasi dengan orang-orang dibaca. Selanjutnya, hasil uraian tersebut disekitarnya hanya saja terkadang teman- akan diinterpretasikan untuk mendapatkan teman mereka suka meniru cara bicara makna yang lebih luas dan relevan. Teknik mereka dan ada juga yang tidak mengerti analisa data ini dilakukan dengan beberapa dengan ucapan mereka. Sedangkan dari tahap menurut Milles dan Hebermen hasil observasi peneliti, anak-anak cacat (dalam Moleong, 2002: 248), antara lain: sumbing di Desa Curup ini dalam reduksi data, penyajian data, dan penarikan berkomunikasi sedikit kesulitan karena kesimpulan. ketika mereka bicara sering diminta untuk diulang-ulang. Gaya bicara anak- anak HASIL PENELITIAN DAN cacat sumbing ini sering ditiru oleh teman- PEMBAHASAN temannya. Teori Negosiasi Identitas Pada Anak Cacat Sumbing 13

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No. 3 Desember 2016

Pernyataan orangtua dari Pegar Riski mereka, sama Pegar tu sering. Tapi Haryanto (9) saat ditanya tentang anak kadang juga lambat ngerti kata-kata mereka yang menderita cacat sumbing mereka. Dia anaknya sering buat mampu berkomunikasi atau berinteraksi ketawa“ (wawancara pada tanggal dengan kelompok anak-anak normal 25 April 2016) lainnya, bahwa: Istri Pak Dani, yaitu Ibu Serli pun memberi —kami lihat selama ini bisa aja. tanggapannya saat diwawancari bahwa: Orang main, Pegar ikut juga. Kalau —saya kira mereka itu baik-baik ngomong, memang dia agak kurang anaknya, penurut dan ngak nakal. jelas perlu diulang-ulang. Tapi, Saya seringng ajak mereka main anak-anak disekitarsini sudah agak kerumah dengan anak saya. paham kalau anak kami ngomong.“ Ngobrolya nyambung-nyambung (wawancara pada tanggal 25 April aja“ (wawancara pada tanggal 25 2016) April 2016) Sedangkan orang tuadari Abi yaitu Di lain pihak, adapun teman-teman BapakYuri dan Ibu Wilna memiliki bermain anak-anak cacat sumbing juga tanggapan yang hamper sama dengan memberikan tanggapan, seperti Dedi informan pokok sebelumnya. Yaitu: Arkam bahwa: —Kadang-kadang main sama kawan- —akulah lamo bekawan kek Riski kawannya yang tinggal sekitar sini. samo Abi. Enak maen samonyo Kalau ngomong emang agak kurang beduo. Kami sering pai ke sekolah jelas“ (wawancara pada tanggal25 betigo. Kadang kami jugo main di April2016) sungai, mandi kami.“ (wawancara Dari hasil wawancara peneliti pada tanggal 25 April 2016) dengan orangtua dari anak-anak cacat Adapun Anjani mengatakan soal sumbing. Orang tua mereka mengatakan komunikasi yang mereka lakukan adalah bahwa anak mereka mampu bahwa: berkomunikasi atau berinteraksi dengan —kami beduo kawan dari TK dulu. anak-anak normal lainnya hanya saja Main sering samo- samo, pai samo mereka bicara yang kurang jelas dan butuh balik sekolah samo-samo. Kalau pengulangan saat bicara. Hasil observasi buat PR sering kerjokan samo-samo peneliti juga sama dengan pernyataan dari jugo. Aku senang nian samo Eka tu. orangtua dari anak-anak cacat sumbing Dia tu lucu kalau ngomong.“ tersebut. (wawancara pada tanggal 25 April Sementara tanggapan dari informan 2016). kunci yang terdiri dari tetangga anak-anak Dari wawancara yang peneliti sumbing dimana yang pertama dari Pak lakukan kepada informan kunci, anak-anak Jarwo (30) mengatakan bahwa: yang mengalami cacat sumbing mampu —Kalau saya mungkin karena sudah berkomunikasi dengan mereka biasa bertetangga dengan orang tua (informankunci), hanya saja mereka sama anak-anak cacat sumbing ini terkadang kurang mengerti dengan apa jadi dikit-dikit ngerti omongan yang diucapkan anak-anak cacat sumbing mereka. Tapi kadang saya juga ngak tersebut. Masih ada yang menganggap lucu dengar apa omongan mereka sama dengan gaya bicara mereka dan terkadang saya“ (wawancara pada tanggal 25 ada yang tertawa saat mendengar cara April 2016) bicara mereka. Selanjutnya Ibu Astuti (29) menanggapi Hasil wawancarapun diperkuat bahwa: dengan hasil observasi peneliti yang —Anak-anak ini lucu, sangat ngibur. mengindikasikan bahwa anak-anak cacat Trus saya sering ngobrol sama sumbing mampu berkomunikasi dengan

14

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No. 3 Desember 2016

orang-orang disekitar mereka, hanya saja dengan teman-teman mereka yang bias anak- anak cacat sumbing mengalami mengerti mereka, itu terlihat ketika mereka sedikit kesulitan dalam menyampaikan bermain yang terkadang mereka lebih pesan yang hendak disampaikannya, memilih untuk tidak bicara bahkan marah karena kekurangsempurnaan alat bicara saat teman mereka meniru cara bicara mereka untuk menyampaikan kata-kata mereka. dalam berkomunikasi dengan oranglain. Sejalan dengan informasi dari anak- anak cacat sumbing tersebut, Bapak 2. Orang-orang dalam semua budaya Hamro dan Ibu Lindawati yaitu orang tua atau kelompok etnis memiliki kebutuhan dari Pegar menuturkan hal sebagai berikut: dasar akan motivasi untuk memperoleh —kami raso idak, soalnyo kawannyo kenyamanan identitas, kepercayaan, main Pegar main jugo“. (wawancara keterlibatan, koneksi dan stabilitas baik pada tanggal 25 April 2016). level identitas berdasarkan individu Berdasarkan hasil wawancara kepada maupun kelompok. orang tua anak-anak cacat sumbing dapat Dalam semua budaya setiap individu disimpulkan bahwa perlakuan anak-anak pasti membutuhkan kenyamanan dan yang suka meniru-niru cara bicara anak keterlibatan dalam kelompok. Begitupun mereka sudah dianggap menjadi kebiasaan anak-anak cacat sumbing di Desa Curup anak-anak bermain bersama mereka dan ini. Berdasarkan hasil wawancara peneliti itu bukan menjadi ejekan bagi anak-anak dengan anak-anak cacat sumbing di Desa cacat sumbing. Curup, diperoleh informasi dari Pegar Sedangkan hasil observasi peneliti sebagai berikut: bahwa anak-anak cacat sumbing pada —Kalau aku lah tebiaso dengan dasarnya merasa kurang percaya diri kawan-kawan jadi meraso nyaman ketika teman-teman mereka meniru cara ajo, tapi aku malu kalu lagi kumpul bicara mereka, itu terlihat dari ekspresi rame-rame idak kek kawan maen mereka ketika teman mereka meniru cara aku.“ (Wawancara pada tanggal 25 bicara mereka yaitu dengan memilih untuk April 2016) berdiam diri sampai temannya berhenti Begitu pula halnya pernyataan Eka, meniru mereka bicara. namun pernyataan Abi agak berbeda dengan Pegar dan Eka yang menjawab 3. Setiap orang akan cenderung bahwa: mengalami kenyamanan identitas dalam —kadang-kadang aku kesal jugo suatu lingkungan budaya yang familiar kawan tu suko niru aku ngomong baginya dan sebaliknya akan mengalami tapi kalu lagi main aku nyaman ajo“. identitas yang rentan dalam suatu (wawancara pada tanggal 25 April lingkungan yang baru. 2016) Setiap individu dalam menghadapi Dari hasil wawancara dengan anak- orang-orang baru disekitar mereka tentu anak cacat sumbing diperoleh informasi berbeda-beda, termasuk anak-anak cacat bahwa mereka merasa nyaman dengan sumbing ini. Berdasarkan hasil wawancara teman-teman bermain mereka (sahabat), yang diperoleh peneliti dengan informan namun mereka merasa malu ketika sedang pokok yaitu Pegar, menyatakan: berkumpul dengan banyak orang tanpa —kalau mereka ngajak maen baru sahabat mereka. Terkadang mereka juga aku ikut maen“. (wawancara pada kesal dengan teman-teman yang suka tanggal 25 April 2016) meniru cara bicara mereka. Senada dengan pernyataan tersebut Dari hasil observasi peneliti anak- Ekayang juga peneliti wawancarai anak cacat sumbing di Desa Curup ini berpendapat: hanya merasa nyaman ketika bermain

15

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No. 3 Desember 2016

—kalau tobotu maen aku ikut jugo“. orang terdekatnya saja yang kemudian (wawancara pada tanggal 25 April dipertegas dengan hasil dokumentasi 2016) berikut: Selain itu Abi juga memberikan tanggapan yang hampir sama yaitu sebagai berikut: —kalau aku senang kenal kek kawan baru tapi tengok dulu kalo dio nakal aku gak maen“.(wawancara pada tanggal 25 April 2016) Dari hasil wawancara dengan anak- anak cacat sumbing diperoleh informasi bahwa pada dasarnya mereka suka bermain namun mereka juga melihat suasana Foto anak dengan lingkaran lingkungan. Hal yang serupa juga terlihat berwarna kuning diatas (gambar1) adalah dari hasil observasi peneliti anak-anak Abi, yang tampak sedang berkumpul cacat sumbing memang suka bermain dengan teman-temannya di sekolah. Dari namun mereka terlihat menghindar dengan foto ini, peneliti dapat melihat bahwa Abi teman yang suka mengganggu mereka. memiliki kenyamanan dilingkungan yang Selain itu tanggapan dari Bapak familiar baginya bersama orang Hamro dan Lindawati orangtua dari Pegar terdekatnya yaitu teman-teman yang menyatakan: bermainnya. Dia tampak sangat asyik —kami raso idak jugo,Cuma anak berkumpul dan bermain dengan teman- kami ni idak galak duluan negur temannya. samo kawan-kawan yang belum dio kenal“.(wawancara pada tanggal 25 April 2016) 4. Setiap orang cenderung merasakan Senada dengan pernyataan tersebut, Bapak kepercayaan identitas ketika Eko Suwodo dan Ibu Rofiatul Afia berkomunikasi dengan orang lain yang orangtua dari Eka berpendapat: budayanya sama atau hampir sama dan —sepertinyo agak sulit, soalnyo dio sebaliknya kegoyahan identitas manakala idak mau duluan, harus diajak nian, berkomunikasi mengenai tema-tema butuh beradaptasi jugo“. yangterikat oleh regulasi budaya yang (wawancara pada tanggal 25 April berbeda darinya. 2016) Adapun pernyataan informan kunci dan Sedangkan tanggapan Pak Dani Arbain informan pokok pada poin 3(tiga) adalah bahwa: mempunyai keterkaitan dengan poin 4 —kadang-kadang anak cacat ini juga (empat) yaitu dari hasil jawaban yang suka malu nian mereka sama orang diberikan oleh masing-masing informan baru dikenal. Sama orang-orang tersebut menunjukan bahwa anak-anak yang mereka kenal dekat bae mereka cacat sumbing akan merasa minder ketika tu mau dekat.“ (wawancara pada mereka diperlakukan berbeda, seperti tanggal 25April 2016) diejek dengan meniru cara bicara mereka Dari hasil wawancara dengan ataupun ditertawain ketika mereka informan kunci dapat disimpulkan bahwa berbicara. Seperti tanggapan Pegar Riski lingkungan yang baru belum memberikan ketika ditanya apakah dia merasa minder kenyamanan bagi anak- anak cacat bergaul dengan teman-temannya yang sumbing tersebut karena mereka butuh normal. Dia menanggapi bahwa: waktu untuk beradaptasi. Begitupun dengan hasil observasi anak-anak cacat sumbing terlihat bermain dengan orang-

16

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No. 3 Desember 2016

—aku idak malu, tapi kalau diejek anak-anak tu bisa njelaskan.“ kadang-kadang sedih jugo. Tapi ado (wawancara pada tanggal 25 April jugo kawan aku yang idak nakal.“ 2016) (wawancara pada tanggal 25 April Adapun tanggapan dari teman 2016) bermain anak-anak cacat sumbing ini, Sedangkan Eka Sudari mengatakan bahwa seperti Anjani yang mengatakan bahwa: ia sering diejek teman-temannya sehingga —Eka tu maunyo main samo kami membuat dia minder (malu) karena ajo. Jarang mau samo anak-anak bibirnya sumbing. Adapun pernyataan Eka lain.Eka tu baik, rajin belajar samo adalah: ngaji.“ (wawancara pada tanggal —aku sering diejek-ejek kawan 25 April 2016) disekolah. Mereka tu nakal-nakal Kemudian pendapat Feraldi yang nian. Kadang aku dak mau ngomong merupakan teman baik Abi mengatakan lagi samo mereka tu.“(wawancara bahwa: pada tanggal 25 April 2016) —Abi kawan kami sejak di TK. Selain itu, abi pun menanggapi Anaknyo baik nian. Pintar main bahwa teman-temannya juga sering kelereng samo layang-layang. Kami mengejek bahwa anak-anak sumbing itu sering main beduo.“ (wawancara tidak bias juara seperti anak- anak normal pada tanggal 25 April 2016) lainnya. Abi pun mengatakan bahwa: Hasil wawancara yang diperoleh —kato sebagian kawan-kawan menunjukan bahwa anak-anak cacat sekolah tu ado yang ngomong kalau sumbing akan merasa minder ketika anak-anak sumbing tu dak bisa jadi mereka diperlakukan berbeda, seperti orang pintar kayak anak-anak yang diejek dengan meniru cara bicara mereka idak sumbing.“ (wawancara pada ataupun ditertawain ketika mereka tanggal 25 April 2016) berbicara. Para orang tua dari anak-anak Begitupun dengan hasil observasi sumbing ini pun memberikan tanggapan penulis anak-anak cacat sumbing merasa mereka bahwa anak-anak mereka tetap lebih percaya diri ketika berkomunikasi bias menjalani kehidupan seperti anak- dengan orang-orang yang mengerti anak normal lain. Seperti pernyataan Pak keadaan mereka seperti orangtua, teman Hamro dan Lindawati: bermain (sahabat). Merekapun akan —memang selama ini anak kami merasa goyah ketika mereka diperlakukan meskipunnyo sumbing bisalah berbeda seperti ditertawain ketika mereka seperti anak-anak normal lain. Tapi berbicara ataupun meniru cara bicara kalu diajak main, dio main samo mereka. kawan-kawannyo yang kenal.“ (wawancara pada tanggal 25 April 5. Seseorang akan cenderung merasa 2016) menjadi bagian dari kelompok bila Adapun pendapat dari informan identitas keanggotaan dari kelompok yang kunci yaitu tetangga anak-anak cacat diharapkan member respon yang positif. sumbing ini. Informan pertama adalah Sebaliknya akan merasa berbeda/asing Bapak Jarwo yang mengatakan bahwa: saat identitas keanggotaan kelompok yang —Pegar dan Abi keduonyo anak yang diinginkan member respon yang negatif. baik. Tapi mungkin mereka kurang Setiap individu mengharapkan beruntung ajo kareno keduonyo respon yang positif dalam identitas sumbing. Kalau anak-anaknyo keanggotaan dari kelompok, begitu juga seperti anak- anak lainlah main dengan anak-anak cacat sumbing di Desa samo-samo. Terus kalau endak Curup ini. Berdasarkan hasil wawancara sesuatu missal ndak mintak minum,

17

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No. 3 Desember 2016

yang diperoleh peneliti dengan informan Di lain pihak seperti teman-teman pokok yaitu Pegar, menyatakan: bermain anak-anak sumbing, seperti —apo tobotu galak niru-niru aku informan pertama adalah Dedi Arkam ngomong“.(wawancara pada tanggal yang mengatakan bahwa: 25 April 2016) —kami dak pernah ganggu Pegar Senada dengan pernyataan tersebut Eka atau Abi. Cuma anak-anak yang juga peneliti wawancarai disekolah banyak ngejek tobo beduo berpendapat: tu.“ (wawancara pada tanggal 25 —kadang-kadang ado jugo kawan April 2016) yang sengajo niru aku ngomong, Kemudian, Anjani mengatakan bahwa: tapi bagi aku biaso bae klak dio jugo —Eka sering diejek sama teman- bosan sendiri“. (wawancara pada teman disekolah. Kadang-kadang tanggal 25 April 2016) nangisnyo.“(wawancara pada Dari hasil wawancara dengan anak- tanggal 25 April 2016) anak cacat sumbing dapat disimpulkan Dari hasil wawancara dengan bahwa teman-teman mereka memberikan informan kunci dan informan pokok dapat respon yang negative dengan meniru cara dijelaskan bahwa respon negatif berupa bicara mereka. Hasil dari observasi peneliti ejekan dari teman-teman mereka akan terlihat anak-anak normal sering meniru tetapi disisi lain identitas dari keanggotaan cara bicara mereka anak-anak cacat sumbing yang khususnya Peneliti juga mewawancarai masing- berada di Desa Curup ini belum begitu masing orang tua anak-anak cacat sumbing diterima karena masih ada anggota tersebut, diantaranya dengan Bapak Hamro masyarakat yang bertindak diskriminatif dan Lindawati orangtua dari Pegar yang atau mengganggu anak-anak cacat menyatakan: sumbing tersebut. —biaso bae, kawan nyo maen Pegar Hasil observasi pun menunjukan maen jugo memang kalu bicara bahwa masih ada orang yang suka kawan-kawan nyo sering minta mengejek anak-anak cacat sumbing di diulang- ulang“. (wawancara pada Desa Curup ini. Ejekan itu berupa meniru- tanggal 25 April 2016) niru cara bicara mereka ataupun sengaja Namun pernyataan Bapak Yuri dan menertawain gaya bicara mereka. IbuWilna orangtua dari Abi sedikit berbeda, mereka berpendapat: 6. Seseorang akan mengharapkan koneksi —selama ini orang-orang di antar pribadi melalui kedekatan relasi yang lingkungan ini baik-baik, gak ada meaningfull (misalnya dalam situasi yang yang nyakiti anak kami“. mendukung persahabatan yang akrab) dan (wawancarapada tanggal 25 April sebaliknya akan mengalami otonomi 2016) identitas saat mereka menghadapi relasi Adapun tanggapan dari Bapak Jarwo separatis/terpisah. sebagai salah satu tetangga dari anak-anak Setiap individu pasti mengharapkan cacat sumbing ini, adalah bahwa: koneksi dan motivasi antar pribadi. —ngomong soal identitas, sudah jelas Begitupun dengan anak-anak cacat kalau anak-anak sumbing ini ngak sumbing di Desa Curup ini. Berdasarkan jauh beda dengan anak-anak yang hasil wawancara peneliti dengan anak- ngak sumbing. Tidak ada yangbeda- anak cacat sumbing di Desa Curup, bedain. Cuma kadang-kadang ada diperoleh informasi dari Pegar sebagai anak-anak yang suka usil ganggu berikut: anak-anak sumbing ini.“ —sayang galo orang kek aku (wawancara pada tanggal 25 April ko,apolagi emak kek bak sering 2016) belikan baju baru, jalan-jalan aku

18

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No. 3 Desember 2016

senang nian“ (Wawancara pada dengan membelikan baju baru dan tanggal 25 April 2016). mengajak jalan-jalan. Sedangkan Begitu pula halnya pernyataan Eka, dilingkungan luar rumah mereka hanya namun pernyataan Abi agak berbeda mendapatkan dukungan dari teman dengan Pegar dan Eka yang menjawab dekatnya saja yang selalu paham bahwa: dengan kekurangan mereka. Hasil —aku senang kek bak aku, bak sering observasi yang diperoleh peneliti yaitu ngajak aku jalan- jalan tapi emak anak-anak cacat sumbing ini hanya aku galak marah aku kadangan tu“. memperoleh dukungan dari orang-orang (wawancara pada tanggal 25 April terdekat mereka saja seperti, orangtua 2016) mereka dan sahabat mereka. Sejalan dengan informasi dari anak- anak cacat sumbing tersebut, Bapak 7. Orang akan memperoleh kestabilan Hamro dan Ibu Lindawati yaitu orang tua identitas dalam situasi budaya yang dapat dari Pegar menuturkan hal sebagai berikut: diprediksi dan akan menemukan —selamo ini terlihat baek-baek ajo perubahan identitas atau goncang dalam tapi kami selaku orang tuo terus situasi-situasi budaya yang tidak diprediksi memotivasi dio supayo dio idak sebelumnya. meraso minder dengan kawan- Terkadang setiap individu akan kawannyo. Misalnyo kami belikan memperoleh kestabilan dalam diri yang baju baru, kami ajak kepesta atau dapat diprediksi sebelumnya, namun ada hajatan“. (wawancara pada tanggal pula perubahan identitas yang tidak dapat 25 April 2016). diprediksi. Berdasarkan hasil wawancara Kesaksian pun datang dari teman- yang diperoleh peneliti dengan informan teman bermain anak-anak sumbing ini kunci yaitu Pegar, menyatakan: seperti Dedi yang menyatakan bahwa: —kalau bak kek mak aku saying kek —Pegar tu sering main samo kami. aku tapi kalu kawan-kawan aku Dio kami tengok di sekolah kadang sering ketawoin aku ngomong, belago kareno anak-anak tu sering kadang kesal jugo aku“.(wawancara ngejek dio sumbing.“ (wawancara pada tanggal 25 April 2016) pada tanggal 25April 2016) Senada dengan pernyataan tersebut Eka Sementara itu, Anjani mengatakan bahwa: yang juga peneliti wawancarai —kami kawan nian samo Eka. berpendapat: Kemano-mano kami beduo, terus —emak kek bak aku baek, nyo sayang main masak-masakan, main boneka. kek aku tapi kawan aku sering Kalau samo anak yang lain dio ngucak aku, kadang aku nangis malu, takut diejek katonyo.“ mako tobotu brenti“. (wawancara (wawancara pada tanggal 25 April pada tanggal 25April 2016) 2016) Selain itu Abi juga memberikan tanggapan Feraldi, teman dari Abi,menanggapi yang hampir sama yaitu sebagai berikut: bahwa: —idak ado kawan aku dak berani —Abi suko main sendiri disekolah, ganggu aku, kalunyo ngucak aku paling mainnyo di rumah samo kami tinju“.(wawancara pada tanggal 25 samo kawan-kawan yang lain.“ April 2016) (wawancara pada tanggal 25 April Dari hasil wawancara dengan anak- 2016) anak cacat sumbing dapat disimpulkan Dari hasil wawancara dengan bahwa orang tua mereka sayang dengan masing-masing informan tersebut mereka namun mereka sering diganggu menunjukan adanya dukungan dari orang- teman-teman mereka yang terkadang bisa orang terdekat saja,yaitu orang tua mereka

19

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No. 3 Desember 2016

menimbulkan kekesalan mereka seperti —Pegar samo Abi suko jugo marah atau menangis. diganggu anak-anak dari desa lain. Adapun hasil observasi peneliti, Di sekolah jugo galak. Kadang anak-anak cacat sumbing di Desa Curup beduo tu belago kek anak-anak desa ini terkadang menangis atau marah ketika lain tu. Kami salah idak sering mereka bermain, karena teman-teman dikucaknyo.“ (wawancara tanggal mereka suka bercanda yang berlebihan 25 April 2016) dengan menyinggung kekurang Selain itu, Feraldi memberikan sempurnaan mereka. Bapak Hamro dan tanggapannya bahwa: Lindawati orang tua dari Pegar yang —Anak-anak desa lain tu kadang menyatakan: ganggu Abi. Kami idak salah kadang —kalau aku tengok nyaman-nyaman diejek-ejeknyo. Kadang tibo-tibo bae apolaginyo sering maen kek ajo,ngecek Abi sumbing“ kawan-kawan sekitar sini tapi (wawancara tanggal 25 April 2016) kadang-kadang ado anak-anak yang Dapat dijelaskan bahwa orang tua iseng niru-niru dio ngomong“. dari anak-anak cacat sumbing dianggap (wawancara pada tanggal 25 April paling mengerti sehingga anak-anak cacat 2016) sumbing memperoleh kestabilan identitas Senada dengan pernyataan tersebut, Bapak dalam situasi dirumah. Sebaliknya mereka Eko Suwodo dan Ibu Rofiatul Afia akan merasa goncang ketika berbicara orangtua dari Eka berpendapat: dengan orang lain yang suka mengganggu —kalu orang-orang dekat rumah ni atau meniru cara bicara mereka sehingga baek-baek ajo dakdo yang ngucak membuat perubahan identitas, seperti anak kami tapi ado jugo anak- anak marah dan menangis. yang nakal, biaso saling kucak“. (wawancara pada tanggal 25 April 8. Dimensi budaya, personal dan 2016) keragaman situasi mempengaruhi makna, Sejalan dengan pernyataan tersebut, interpretasi dan penilaian terhadap tema- Bapak Yuri dan Ibu Wilna orangtua dari tema atau identitas tersebut. Abi berpendapat: Setiap budaya atau kebiasaan —kadang-kadang dio bilang senang mempengaruh iidentitas anak-anak cacat tinggal disini, tapi kadang-kadang sumbing di Desa Curup Kecamatan Merigi bosen maklum anak-anak“. Sakti Kabupaten Bengkulu Tengah. (wawancara pada tanggal 25 April Berdasarkan hasil wawancara yang 2016) diperoleh peneliti dengan informan pokok Tanggapan juga datang dari tetangga yaitu pegar, menyatakan: anak-anak sumbing ini. Seperti Bapak —Kalau aku sering ikut lari karung Jarwo yang mengatakan bahwa: pas acara 17Agustus.“(wawancara —sayo liat anak-anak sumbing pada tanggal 25 April 2016) seperti anak tetangga sayo, Pegar, Senada dengan pernyataan tersebut Eka jugo aktif. Maen samo anak-anak yang juga peneliti wawancarai lain. Tapi kadang-kadang banyak berpendapat: anak menjahili dio. Kadang nah —Sering jugo pas acara ulang tahun diolah nangis balik.“ (wawancara kawan, aku disuruh jogged kalu 17 pada tanggal 25 April 2016) Agustus aku suko ikut lomba Informan berikutnya adalah teman- masukin pensil kebotol“. teman bermain anak-anak sumbing. (wawancara pada tanggal 25 April Informan pertama adalah Dedi yang 2016) mengatakan bahwa: Selain itu Abi juga memberikan tanggapan yang sama yaitu sebagai berikut:

20

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No. 3 Desember 2016

—ikut lomba lari karung aku,tapi aku banyak orang gelak-gelakkan nyo senang nian nonton panjat pinang“. beduo.“(waancara pada tanggal 25 (wawancara pada tanggal 25 April April 2016) 2016) Tanggapan selanjutnya dating dari teman Bapak Hamro dan Lindawati orang tua dekat Eka Sudari yaitu Anjani, yang dari Pegar yang menyatakan: menyatakan bahwa: —kalau anak kami samo seperti anak —Eka anaknyo pemalu nian. Terus normal lainnyo, 17 Agustus suko kami ajak terus. Kadangnyo endak ikut-ikut perlombaan, sore anak- tapi kadang idak mau. Takut dikai anak kemasjid belajar ngaji dio ikut sumbing, kami idak pernah jugo“. (wawancara pada tanggal 25 ngomongnyo gitu. Tapi anak-anak April 2016) dari desa lain. Memang nakal-nakal Adapun penjelasan yang diberikan nian tobo tu.“(wawancara pada Bapak Jarwo terhadap anak- anak sumbing tanggal 25 April 2016) dalam lingkungan mereka. Tanggapan Sama halnya dengan Dedi dan Anjani, Bapak Jarwo adalah bahwa: Feraldi mengatakan bahwa: —anak-anak sumbing ini sering —Pegar samo Abi sering diganggu diikutsertakan dalam perlombaan pas lomba tu, kayak lomba balap terutama 17 agustus-an. Mereka karung samo panjat pinang. Anak- selalu diajak. Kadang-kadang anak- anak di sekolahan kami sering anak tu lomba melukis samo menari ngejek-ngejek sumbing.“ kalu yang cewekkan.“ (wawancara (wawancara pada tanggal 25 April pada tanggal 25 April 2016) 2016) Adapun Ibu Astuti mengatakan bahwa: Dari hasil obervasi dan hasil —kita sebagai warga disiko idak ada wawancara dengan masing-masing yang namonyo tindakan informan dapat disimpulkan bahwa budaya diskriminatif. Segalo anak orang ko atau kebiasaan dari anak-anak cacat samo. Kalau ado acara seperti sumbing tersebut dapat mempengaruhi lomba 17Agustus-an, anak-anak makna dan penilaian terhadap identitas sumbing tu harus diikutkan.“ mereka. Anak-anak cacat sumbing tersebut (wawancara pada tanggal 25 April terlibat dalam kegiatan masyarakat sama 2016) seperti anak-anak normal lainnya. Terlihat Tanggapanpun juga datang dari dari kegiatan mereka yang ikut serta Bapak Dani suami dari Ibu Serli, yang dalam kegiatan masyarakat yaitu ikut mengatakan bahwa: perlombaan. Keragaman tersebut dapat —anak-anak sumbing tu diajak kalau merubah isu-isu identitas mereka kalau ado acara lomba bagi anak-anak, anak cacat sumbing memiliki keterbatasan tapi kadang anak-anak tu malu.“ atau ketidakmampuan mereka. (wawancara pada tanggal 25 April 2016) 9. Kepuasan hasil dari negosiasi identitas Adapun pihak lain yang membantu meliputi rasa dimengerti, dihargai dan peneliti dalam mengambil data penelitian didukung. adalah teman-teman bermain anak-anak Dari hasil wawancara pada poin-poin cacat sumbing. Informan pertama adalah diatas anak-anak cacat sumbing di Desa anak bernama Dedi, yang mengatakan Curup memberikan tanggapan bahwa bahwa: orang tuanya paling mengerti, paham dan —kami sering main lomba balap mendukung dirinya. Itu terlihat dari hasil karung samo Pegar samo Abi. wawancara dipoin 6 (enam), kepuasan Beduo tu cepat pulo. Tapi sekali- hasil negosiasi identitas anak-anak cacat kalinyo ikut. Katonyo malu, kelak sumbing ini berupa kasih sayang dan

21

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No. 3 Desember 2016

perhatian khusus dari orang- orang belago kareno anak-anak tu sering terdekat mereka terutama orangtua. ngejek dio sumbing.“ (wawancara Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 25April 2016) peneliti dengan anak-anak cacat sumbing Sementara itu, Anjani mengatakan bahwa: di Desa Curup, diperoleh informasi dari —kami kawan nian samo Eka. Pegar sebagai berikut: Kemano-mano kami beduo, terus —emak kek bak sering belikan baju main masak-masakan, main boneka. baru ,jalan-jalan aku senang nian“ Kalau samo anak yang lain dio (Wawancara pada tanggal 25 April malu, takut diejek katonyo.“ 2016) (wawancara pada tanggal 25 April Begitu pula halnya pernyataan Eka, 2016) namun pernyataan Abi agak berbeda Feraldi, teman dari Abi,menanggapi dengan Pegar dan Eka yang menjawab bahwa: bahwa: —Abi paling mainnyo suko sendiri —bak sering ngajak aku jalan-jalan disekolah, dirumah samo kami samo tapi emak aku galak marah aku kawan-kawan yang lain.“ kadangan tu“.(wawancara pada (wawancara pada tanggal 25 April tanggal 25 April 2016) 2016) Sejalan dengan informasi dari anak- Seperti pernyataan pegar bahwa anak cacat sumbing tersebut, Bapak orang tuanya sering membelikan baju baru Hamro dan Ibu Lindawati yaitu orang tua dan mengajak jalan-jalan. Pada contoh ini, dari Pegar menuturkan hal sebagai berikut: membelikan baju baru dan mengajak jalan- —tentunyo sebagai orangtuo kami jalan merupakan suatu perwujudan terus memotivasi dio supayo dio idak dukungan dari orang-orang terdekat meraso minder dengan kawan- mereka, sehingga mereka memahami kawannyo. Misalnyo kami belikan bahwa identitas sebagai anggota keluarga baju baru, kami ajak kepesta atau sangat diterima. hajatan“.(wawancara pada tanggal 25 April 2016). 10. Komunikasi antarbudaya yang Senada dengan pernyataan tersebut, Bapak mindful menekankan pentingnya Eko Suwodo dan Ibu Rofiatul Afia penyatuan pengetahuan antar budaya, berpendapat. motivasi dan keterampilan untuk dapat —anak kami rasonyo biaso-biaso ajo, berkomunikasi dengan memuaskan, tepat dio sering main kek kawan- dan efektif. kawannyo“.(wawancara pada Dalam hal ini, anak-anak cacat tanggal 25 April 2016) sumbing yang memang memiliki Pendapat yang sama juga diungkapkan keterbatasan dalam berbicara atau oleh BapakYuri dan Ibu Wilna selaku menyampaikan pesan tetapi dapat orangtua dari Abi: berupaya optimal untuk berkomunikasi —idak pulo bepengaruh nian kalu dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara kami tengok sekarang ni tapi kami yang diperoleh peneliti dengan anak-anak selaku orangtuonyo terus kasih cacat sumbing yaitu pegar, menyatakan: motivasi dio supayo dio idak meraso —semua orang hamper ngerti, tapi minder“ (wawancara pada tanggal mereka minta diulang-ulang. 25 April 2016) Maunya dioperasi biar bisa Kesaksian pun datang dari teman- ngomong normal“. (wawancara teman bermain anak-anak sumbing ini pada tanggal 25 April 2016) seperti Dedi yang menyatakan bahwa: Selain itu Abi juga memberikan tanggapan —Pegar tu sering main samo kami. yang sama yaitu sebagai berikut: Dio kami tengok di sekolah kadang

22

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No. 3 Desember 2016

—kadang gak ngerti, mereka minta sudah biasa ngobrol dengan anak- diulang biar ngerti“.(wawancara anak ini.“ (wawancara pada tanggal pada tanggal 25 April 2016) 25 April 2016) Dari hasil wawancara dengan anak- Sedangkan Ibu Astuti mengatakan bahwa: anak cacat sumbing di Desa Curup —samo dengan bapak juga, saya diperoleh informasi bahwa ketika mereka cukup sulit untuk mengerti kapan bicara dengan orang- orang disekitar ngomong dengan anak-anak mereka butuh pengulangan. Hasil sumbing ini. Kalau idak terbiaso observasi pun juga demikian, ketika mungkin jugo payahnangkap maksud peneliti mewawancarai mereka peneliti mereka. apalagi orang baru.“ sering meminta mereka mengulangi setiap (wawancara pada tanggal 25 April ucapan mereka sampai peneliti mengerti 2016) dari maksud yang disampaikan mereka. Pendapat pun datang dari teman Sementara itu bapak Hamro dan ibu bermain anak-anak cacat ini, seperti Dedi Lindawati orang tua dari Pegar yang Arkam yang mengatakan bahwa: menyatakan: —kadang Riski ngomong jugo idak —kalau sama orang dewasa iyo jelas.Tapi kadang kami iyo-iyokan biasoajo, kadang- kadang kawan ajo.“ (wawancara pada tanggal 25 maennyotulah suko iseng, kalu lagi April 2016) diajak ngomong nyambung Cuma Selanjutnya adalah teman Eka yaitu Anjani pengucapannyo tu harus diulang- yang menanggapi bahwa: ulang supayo tepat“. (wawancara —Eka tu anaknya baik. Kalau pada tanggal 25 April 2016) ngomong tu pelan nian, tapi kami Senada dengan pernyataan tersebut, Bapak ngerti kok. Tapi kadang-kadang Eko Suwodo dan Ibu Rofiatul Afia kurang ngerti karena ngak orangtua dari Eka berpendapat: jelas.“(wawancara pada tanggal 25 —kami tengok biaso ajo, pengucapan April 2016) nyo tu yang kurang jelas. Tapi Dari hasil observasi dan wawancara kalulah biaso paham jugo kito kek dengan informan kunci dapat disimpulkan ucapannyo tu“. (wawancara pada bahwa orang-orang disekitar mereka tanggal 25 April2016) mampu menerima hal- hal yang Sejalan dengan pernyataan tersebut, dibicarakan oleh anak-anak cacat sumbing Bapak Yuri dan Ibu Wilna orangtua dari namun butuh waktu dan konfirmasi yang Abi berpendapat: terkadang berulang-ulang. —biaso ajo, samo ajo kek anak-anak Dalam hal ini, komunikasi antara normal lainnyo cumin kalu baru anak-anak cacat sumbing dengan orang- kenal kek Abi mungkin orang belum orang disekitar mereka belum dapat paham nian kek ucapannyo, tapi berjalan secara memuaskan, tepat dan kalulah biaso kito paham jugo“. efektif. Memuaskan dalam pengertian (wawancara pada tanggal 25 April bahwa komunikasi tersebut dapat 2016) terlaksana seperti anak-anak normal Adapun pendapat informan kunci berkomunikasi, namun hal tersebut yaitu tetangga anak-anak cacat sumbing ini membutuhkan waktu yang cukup lama. mengatakan,seperti Pak Jarwo bahwa: Atau seperti pernyataan Pegar bahwa anak- —kalau menurut sayo, anak-anak anak sumbing dapat melakukan operasi cacat ini kapan berkomunikasi sulit bibir agar dapat berbicara dengan baik. dimengerti bagi orang lain, terlebih orang baru. Butuh diulang PEMBAHASAN apa yang dio omongkan. Jadi kita Teori Negosiasi Identitas Pada Anak sulit pahamlah intinya. Kecuali Cacat Sumbing 23

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No. 3 Desember 2016

Pada penelitian ini, implementasi dilihat dari komunikasi simbolik atau yang dimaksudkan sebagai langkah menerapkan bisa diartikan bahasa-bahasa simbol yang teori negosiasi identitas agar mengetahui bias ditiru oleh teman-teman sepermainan lebih jauh komunikasi yang terjadi mereka, sehingga membentuk simbol- diantara orang-orang yang berbeda simbol yang bisa dipahami bersama teman latarbelakang. Perbedaan latarbelakang dan anak-anak cacat sumbing itu sendiri. tersebut terjadi dalam ruang lingkup antara anak-anak cacat sumbing dengan orang- 2. Orang-orang dalam semua budaya atau orang yang hidup berdampingan dengan kelompok etnis mempunyai kebutuhan mereka di Desa Curup Kecamatan Merigi dasar akan dorongan dalam mendapatkan Sakti Kabupaten Bengkulu Tengah. kenyamanan, kepercayaan, keterlibatan, Seperti 10 asumsi teoritis yang merupakan koneksi dan stabilitas berdasarkan individu inti dari teori negosiasi identitas yang dan kelompok. dikemukakan oleh Ting Toomey dalam Pernyataan dari anak-anak cacat Gudykunts (2002:40-45), berikut adalah sumbing di Desa Curup pada dasarnya analisa peneliti terhadap realita yang memperoleh kenyamanan identitas karena ditemukan dilapangan berdasarkan hasil sudah terbiasa dengan teman-teman wawancara, observasi dan dokumentasi bermain mereka atau lingkungan mereka. terkait dengan anak-anak cacat sumbing Teman bermain anak-anak cacat sumbing yang ada di Desa Curup Kecamatan Merigi ini dapat berasal dari lingkungan sekitar Sakti Kabupaten Bengkulu Tengah. tempat mereka tinggal dan lingkungan sekitar sekolah. 1. Dinamika utama dari identitas Walaupun terkadang ada perasaan keanggotaan seseorang dalam suatu kurang nyaman ketika ada teman-teman kelompok dan identitas pribadi terbentuk mereka meniru cara bicara mereka. Anak- melalui komunikasi simbolik dengan anak inipun menjadi bahan ejekan teman- orang lain. teman dilingkungan bermain mereka baik Dalam hal ini, sifat dinamis terkait di rumah maupun di sekolah. Adapun dengan kemampuan anak- anak cacat pernyataan orangtua dari anak-anak cacat sumbing beradaptasi dengan orang-orang sumbing pun menunjukkan bahwa di satu disekitarnya sehingga munculnya suatu sisi, kenyamanan dalam identitas (cacat komunikasi. Kemampuan anak-anak cacat sumbing) tidak membuat mereka merasa sumbing di Desa Curup ini dapat dilihat minder yang berlebihan atau kepercayaan dari kesaksian orang yang paling dekat dalam diri mereka sama dengan anak-anak dengan mereka, yaitu orang tua mereka. normal lainya. Tetapi disisi lainnnya, Dinamika anak- anak cacat sumbing dalam anak-anak cacat sumbing tersebut jelas beradaptasi mungkin dapat dinilai sama mengalami ketidaknyamanan identitas saat halnya dengan anak-anak atau orang-orang ditertawakan karena sumbing, seperti normal lainnya, hanya saja anak-anak Ekayang menurut Anjani adalah anak yang cacat sumbing mengalami sedikit kesulitan pemalu. Tentu Eka merasa sangat tidak karena kekurang sempurnaan alat bicara nyaman dengan olok-olokan teman- mereka dalam menyampaikan kata-kata temannya, terutama disekolah sehingga hal dalam berkomunikasi dengan orang lain. ini mengganggu Eka secara psikologis. Masih ditemukan sebagian dari teman Dalam hal ini, kelompok kecil masyarakat bermain mereka yang meniru-niru gaya seperti teman bermain anak-anak cacat bicara mereka. Kekurangan pada alat sumbing ini dapat mendorong adanya bicara bagi anak penderita sumbing bisa ketidaknyamanan dalam terbentuknya kita pahami bahwa mereka mengalami identitas anak-anak cacat sumbing itu sedikit kesulitan dalam berkomunikasi. sendiri. Sehingga dapat dikatakan bahwa dinamika

24

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No. 3 Desember 2016

3. Setiap orang akan cenderung mengalami orang baru di sekitar mereka tentu kenyamanan identitas dalam suatu berbeda-beda, termasuk anak-anak cacat lingkungan budaya yang familiar baginya sumbing ini. Dari pernyataan informan dan sebaliknya akan mengalami identitas pokok (anak-anak cacat) sangat jelas yang rentan dalam suatu lingkungan yang keinginan mereka mendapatkan baru. kenyamanan saat bersamaorang- orang Keterangan pada poin dua juga yang dirasa kenal dekat dengan mereka berhubungan erat dengan teori negosiasi dibandingkan dengan orang-orang yang identitas yang ketiga ini yaitu anak-anak baru dikenal. Samahalnya penyampaian cacat sumbing ini cenderung mengalami dari informan kunci (para orangtua) dari kenyamanan identitas dalam suatu anak-anak cacat sumbing ini, kenyamanan lingkungan yang familiar bagi mereka, dalam lingkungan yang baru belum bias seperti teman-teman yang sudah lama dirasakan oleh anak-anak cacat sumbing mereka kenal. Seperti pengematan yang karena anak- anak ini butuh waktu untuk telah dilakukan peneliti terhadap anak- beradapatasi. anak cacat sumbing di Desa Curup bahwa baik Pegar, Eka, dan Abi sangat dekat 4. Setiap orang cenderung merasakan dengan lingkungan yang masyarakat di kepercayaan identitas ketika Desa Curup. berkomunikasi dengan orang lain yang Meskipun sulit dalam memahami budayanya sama atau hampir sama dan maksud perkataan anak-anak cacat sebaliknya kegoyahan identitas manakala sumbing ini, beberapa anggota masyarat di berkomunikasi mengenai tema-tema yang Desa Curup seperti informan kunci yang terikat oleh regulasi budaya yang berbeda terdiri dari tetangga dan teman bermain darinya. anak-anak cacat sumbing menerima Dalam hal ini, prinsip negosiasi mereka dengan berusaha berkomunikasi identitas didasari atas hubungan antar dengan anak-anak cacat ini. Namun pribadi melalui kedekatan relasi yang sebaliknya, anak-anak cacat sumbing mendukung ikatan keluarga dan menemui kesulitan saat bertemu dengan persahabatan antara anak-anak cacat lingkungan baru. Tentu dalam lingkungan sumbing dengan orang-orang yang berada yang baru setiap individu harus di sekitar mereka. Meskipun mempunyai menyesuaikan diri sesuai dengan kondisi kekurangan seperti cacat sumbing, ketiga yang ada dilingkungan tersebut. Dalam hal anak ini masih mendapatkan dukungan ini, anak- anak normal pun tentu dari orang-orang didekat mereka, memperoleh kesulitan dalam beradaptasi sekurang-kurangnya orang tua mereka. apalagi anak-anak cacat sumbing ini. Oleh Menurut hasil wawancara dengan tetanga karena itu, orangtua anak-anak cacat anak-anak cacat sumbing ini, seperti sumbing tersebut mengatakan bahwa Bapak Jarwo dan Ibu Astuti yang pindah ke lingkungan yang baru belum mengatakan bahwa orang tua Pegar dan dibutuhkan karena anak-anak merekapun Abi sangat sayang dengan anak-anak masih merasa nyaman dengan perlakuan mereka. Namun bukan berarti mereka orang-orang di sekitar lingkungan saat ini. dimanja, jika mereka melakukan kesalahan Salah satu penyebab anak-anak cacat tetap memperoleh hukuman seperti sumbing ini belum membutuhkan untuk dikurung dikamar misalnya. Hal ini pindah ke lingkungan yang baru, menurut menggambarkan bahwa orang tua anak- pengamatan penulis adalah bahwa cacat anak cacat ini tetap memperlakukan anak- sumbing bisa menjadi bahan tertawaan anak mereka sebagaimana anak-anak yang membuat mereka malu bagi normal diperlakukan. Dalam cakupan yang kelompok masyarakat di lingkungan baru. lebih luas seperti anggota masyarakat di Setiap individu dalam menghadapi orang- Desa Curup, anak-anak cacat sumbing ini

25

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No. 3 Desember 2016

pun mendapat perlakuanyang sama dengan dengan pernyataan tetangga dan teman anak-anak normal lainnya seperti diajak bermain anak-anak cacat sumbing yang jalan-jalan atau bertamasya, dan bahkan berpendapat bahwa mereka tidak diikutkan pada perlombaan contohnya membeda-bedakan anak-anak cacat menggambar dan menulis puisi. sumbing dalam pergaulan masyarakat di Akan tetapi, persoalan timbul pada Desa Curup tersebut. Anak-anak cacat saat berada dilingkungan sekolah. sumbing tetap menjadi bagian yang tidak Sebagaimana diketahui bahwa sekolah dapat dipisahkan dari masyarakat Desa mempunyai murid- murid yang berbeda Curup. asal dan budaya. Dalam hal ini, anak-anak Akan tetapi, subjekyang memberikan cacat sumbing merasa tidak percaya diri respon negatif ini adalah teman-teman berkomunikasi dengan beberapa anak-anak bermain mereka yang sering meniru cara yang berada di sekolah sehingga mereka bicaranya. Teman-teman mereka tersebut tidak jarang berkelahi, seperti Pegar dan adalah teman-teman bermain disekolah. Abi yang pernah berkelahi dengan teman- Respon negatif berupa tindakan mengolok- teman bermainnya di sekolah karena olokan cacat sumbing mereka menciptakan dikatai —sumbing“. Persoalan ini idenitas sebagai anggota kelompok memperlihatkan bahwa persamaan budaya masyarakat terasa asing, atau merasa yang dimiliki memberikan pengaruh besar terpisahkan dari anggota masyarakat yang bagi anak-anak cacat sumbing dalam terdiri dari anak-anak normal lainnya. berkomunikasi dengan orang-orang disekitar mereka tanpa rasa minder yang 6. Seseorang akan mengharapkan koneksi berlebihan. Sebaliknya perbedaan budaya antarpribadi melalui kedekatan relasi yang berdampak pada berkurangnya meaningfull (misalnya dalam situasi yang kepercayaan diri atau kegoyahan identitas mendukung persahabatan yang akrab) dan anak-anak cacat sumbing tersebut. sebaliknya akan mengalami otonomi identitas saat mereka menghadapi relasi 5. Seseorang akan cenderung merasa separatis/terpisah. menjadi bagian dari kelompok bila Setiap individu pasti mengharapkan identitas keanggotaan dari kelompok yang koneksi antar pribadi begitupun dengan diharapkan member respon yang positif. anak-anak cacat sumbing di Desa Curup Sebaliknya akan merasa berbeda/asing saat Kecamatan Merigi Sakti Kabupaten identitas keanggotaan kelompok yang Bengkulu Tengah. Seperti halnya diinginkan member respon yang negatif. pernyataan Pegar dan Eka orang tua Prinsip ini menekankan pada mereka sering membelikan baju baru dan kecenderungan anak-anak cacat sumbing mengajak jalan-jalan, itu merupakan suatu ini merasa menjadi bagian dari kelompok perwujudan (manifestasi) dukungan dari bila identitas mereka keanggotaan dari orang-orang terdekat sehingga adanya kelompok yang diharapkan member respon hubungan yang dekat antara orangtua dan positif. Para orang tua terkait dengan anak. apakah orang-orang disekitar mereka Sebaliknya anak-anak cacat sumbing memberikan respon positif terhadap di Desa Curup Kecamatan Merigi Sakti keberadaan anak-anak mereka meskipun kadang-kadang juga mengalami otonomi menderita bibir sumbing. Dari hasil identitas saat mereka berkomunikasi wawancara, orangtua dari anak-anak cacat dengan teman-teman bermain mereka, dari sumbing ini telah memberikan respon pernyataan Eka dan Abi seringkali teman- positif bagi anak-anak mereka dengan teman mereka minta mereka mengulangi melakukan aktivita seperti bertamasya setiap kalimat yang terucap kadang- (jalan- jalan) dan membelikan baju baru kadang teman-teman mereka juga untuk anak-anak mereka. begitu pula mengejek sehingga dalam situasi tersebut

26

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No. 3 Desember 2016

anak-anak cacat sumbing memilih untuk Kecamatan Merigi Sakti Kabupaten tidak bicara. Bengkulu Tengah, seperti kebiasaan dari orang-orang didekat mereka yang selalu 7. Orang akan memperoleh kestabilan mendukung dan memotivasi anak-anak identitas dalam situasi budaya yang dapat cacat sumbing tersebut memberikan diprediksi dan akan menemukan pengaruh besar bagi mereka dalam perubahan identitas atau goncang dalam membentuk komunikasi dengan orang- situasi-situasi budaya yang tidak diprediksi orang disekitar mereka tanpa rasa minder sebelumnya. yang berlebihan. Dalam penelitian ini, orang-orang Merekapun ikut serta dalam yang berada dekat dengan anak-anak cacat kegiatan masyarakat seperti ikut sumbing dianggap paling mengerti. Di sini perlombaan 17 Agustus. Keragaman dapat dilihat bahwa orang tua anak-anak tersebut dapat merubah isu-isu identitas cacat sumbings udah terbiasa dengan cara mereka, dengan terlibat dalam kegiatan bicara anak mereka sehingga mereka masyarakat anak-anak cacat sumbing mengerti dan memahami setiap ucapan berarti mampu berinteraksi sama seperti anak-anak sumbing tersebut sehingg anak-anak normal lainnya walaupun aanak-anak cacat sumbing ini memperoleh mereka memiliki ketidaksempurnaan. kestabilan identitas dalam situasi dirumah. Seperti pernyataan anak-anak cacat 9. Kepuasan hasil dari negosiasi identitas sumbing di Desa Curup Kecamatan Merigi meliputi rasa dimengerti, dihargai dan Sakti Kabupaten Bengkulu Tengah bahwa didukung. orang tuanya mengerti saat mereka bicara. Prinsip negosiasi pun meliputi rasa Namun sebaliknya mereka akan merasa dimengerti, dihargai dan didukung oleh goncang ketika mereka berbicara oranglain orang-orang di luar individu. Dalam minta diulang-ulang sampai berkali-kali penelitian ini, orang-orang yang berada bahkan ada makna mengejek sehingga dekat dengan anak-anak cacat sumbing membuat perubahan identitas mereka, dianggap paling mengerti, menghargai dan seperti mereka akan menunjukan ekspresi mendukung mereka. Orang- orang tersebut marah ataupun menangis. merujuk kepada orangtua atau anggota Keterangan diatas menggambarkan keluarga mereka. bahwa anak-anak cacat sumbing pada Disini dapat dilihat bahwa kepuasan dasarnya mengerti dengan kondisi yang hasil dari negosiasi identitas anak-anak membuat mereka senang seperti diberikan cacat sumbing ini bisa saja berupa kasih kasih sayang, bermain bersama, dan sayang dan perhatian khusus dari orang- bercanda ria dengan orang-orang terdekat orang terdekat mereka terutama orang tua. mereka. Situasi-situasi semacam ini Seperti pernyataan Pegar bahwa orang merupakan sejumlah situasi yang akan tuanya sering membelikan baju baru dan diprediksi oleh mereka. Namun ketika ada mengajak Ia jalan-jalan. orang-orang atau teman-teman yang Pada contoh ini, membelikan baju mengejek mereka, situasi ini menciptakan dan mengajak jalan-jalan merupakan suatu ketidakstabilan identitas mereka sebagai perwujudan (manifestasi) dukungan dari anggota masyarakat. orang-orang terdekat anak-anak cacat sumbing sehingga mereka memahami 8. Dimensi budaya, personal dan bahwa identitas sebagai anggota keragaman situasi mempengaruhi makna keluargadan masyarakatsangat diterima. interpretasi dan penilaian terhadap tema- tema atau identitas tersebut. Setiap budaya 10. Komunikasi antarbudaya yang atau kebiasaan mempengaruhi identitas mindfull menekankan pentingnya anak-anak cacat sumbing di Desa Curup penyatuan pengetahuan antar budaya,

27

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No. 3 Desember 2016

motivasi dan keterampilan untuk dapat penting teori negosiasi identitas, peneliti berkomunikasi dengan memuaskan, tepat dapat menyimpulkan bahwa: dan efektif. 1. Anak-anak cacat sumbing di Desa Terbentuknya komunikasi yang Curup pada dasarnya mampu baik,dalam artian bahwa informasi yang berkomunikasi sama seperti anak-anak dibutuhkan dapat tersampaikan secara normal, hanya saja anak-anak cacat sempurna merupakan sasaran dari sumbing mengalami sedikit kesulitan negosiasi identitas. Dalam hal ini, anak- karena kekurang sempurnaan alat bicara anak cacat sumbing yang memang mereka dalam menyampaikan kata-kata memiliki keterbatasan dalam berbicara dengan oranglain. atau menyampaikan pesan tetap dapat 2. Anak-anak cacat sumbing di Desa berupaya optimal untuk berkomunikasi Curup merasa percaya diri ketika mereka dengan baik dengan orang-orang disekitar bersama orang-orang terdekat mereka lingkungan mereka. yang bias memahami dan mengerti Sebagaimana yang disampaikan oleh mereka. Pegar ketika ditanya mengenai apakah saat 3. Kenyamanan dalam identitas anak-anak bicara dengan orang-orang disekitarnya, cacat sumbing hanya pada orang- orang mereka mengerti maksud Pegar dan terdekat mereka saja. Karena orang-orang dengan perbedaan yang dimilikinya, terdekat mereka mengerti dan memahami apakah Ia terdorong untuk lebih terampil mereka. lagi dalam berkomunikasi dengan yang 4. Ikatan keluarga dianggap oleh anak- lain. Orang-orang yang berada disekitar anak cacat sumbing sebagai ikatan yang mereka seperti teman-teman anak-anak mendukung identitas mereka cacat sumbing ini mampu menerima hal- 5. Respon positif yang diberikan oleh hal yang dibicarakan oleh anak-anak cacat anggota keluarga terhadap anak-anak cacat sumbing namun butuh waktu dan sumbing adalah penerimaan terhadap konfimasi yang terkadang berulang-ulang. keberadaan mereka, tetapi respon negative Orang-orang disekitar anak-anak cacat ditunjukkan oleh teman-teman bermain sumbing di Desa Curup ini akan meminta yang meniru cara bicara mereka seperti mereka mengulangi apa yang mereka seorang yang sumbing. bicarakan sebelumnya. 6. Anak-anak cacat sumbing di Desa Dalam hal ini, komunikasi antara Curup ini memperoleh dukungan dari anak-anak cacat sumbing dengan orang- orang-orang terdekat sehingga adanya orang di sekitar mereka belum dapat hubungan yang dekatantaraorang tua dan berjalan secara memuaskan, tepat dan anaksehingga hal ini membentuk efektif. Memuaskan dalam pengertian kedekatan relasi yang mindful. bahwa komunikasi tersebut dapat 7. Kestabilan identitas anak-anak sumbing terlaksana seperti anak-anak normal sebagai anggota masyarakat dapat terjadi berkomunikasi, namun hal tersebut pada saat orangtua mampu mengerti membutuhkan waktu yang cukup lama. kebutuhan mereka, namun identitas Atau seperti pernyataan Pegar bahwa tersebut goyah saat terdapat orang-orang anak-anak sumbing dapat melakukan yang mengejek mereka operasi bibir agar dapat berbicara dengan 8. Keikutsertaan mereka dalam aktivitas lebih baik. budaya seperti lomba perayaan 17 Agustus-an membuat identitas mereka PENUTUP dapat terbentuk Kesimpulan 9. Kepuasan hasil dari negosiasi identitas Setelah melakukan analisis data anak-anak cacat sumbing di Desa Curup dengan menerapkan prinsip-prinsip ini berupa kasih sayang dan perhatian

28

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 3 No. 3 Desember 2016

khusus dari orang-orang terdekat mereka Stuart, GW. 2002. Keperawatan Jiwa. terutama orangtua. (Terjemahan Ramona Egi). Jakarta: 10. Komunikasi antara anak-anak cacat EGC. Sugiyono. 2005. Metode sumbing dengan orang-orang disekitar Penelitian Kuantitatif. Bandung: mereka belum dapat berjalan secara Alfabeta. memuaskan, tepat dan efektif karena Sugiyono. 2013. Metode Penelitian dalam penyampaian pesan kurang optimal. Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta. Saran Suyatno, Bagong. 2005. Metode Dari hasil pembahasan dan kesimpulan Penelitian Sosial: Berbagai penelitian ini, peneliti menyarankan: Alternatif Pendekatan. Jakarta: 1. Diharapkan seluruh masyarakat dapat Prenada Media. menerima anak yang berkebutuhan khusus Setiawan,Farhan.2011.Skripsi:—PolaPenge (cacat sumbing) di Desa Curup Kecamatan mbanganAnakAutisdiYayasanSayan Merigi Sakti Kabupaten Bengkulu Tengah. gIbu (YSI)Yogyakarta“.Yogyakarta: 2. Diharapkan ada pengertian dan rasa Universitas Sunan Kalijaga. saling menghargai diantara orang-orang Mayyesa, Maya. 2012. disekitar dengan anak cacat sumbing, Skripsi:—Komunikasi Antar Pribadi karena mereka berhak mendapatkan dan KepribadianAnak-Anak perlakuan yang sama. Cacat“.Medan: Universitas Sumatera 3. Bagi peneliti untuk selanjutnya dapat Utara. menerapkan teori negosiasi ini lebih Pratiwi,Dini. 2012. Skripsi: Komunikasi mendalam lagi oleh mahasiswa/mahasiswi Interpersonal Orang Tua dalam yang mengambil jurusan ilmu-ilmu sosial. Meningkatkan Rasa Percaya Diri Pada Anak Tuna Daksa. Jakarta: Universitas Gunadharma. DAFTAR PUSTAKA http://www. dokter sehat. com/ apa- definisi-sumbing,diunduh pada jam Bungin,Burhan. 2007. Penelitian 13.00WIB, Tgl 22/02/2016 Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan, Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Putra Grafika. Gudykunts, William B. 2001. Handbook of International and Intercultural Communication Second Edition. California: SAGE Publication. Moleong, Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya. Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia . Purwadi. 2004. Proses Pembentukan Identitas Diri Remaja. Humanitas: Indonesian Psychological Journal. Rakhmat, Jalaluluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

29