KUALITAS JASA TRANSPORTASI DI PT PAHALA KENCANA RUTE -LAMPUNG

PROYEK AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam meyelesaikan Program Diploma IV Program Studi Manajemen Bisnis Perjalanan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

Disusun Oleh :

FATWA PRABAHARSI FAJRIN Nomor Induk : 201520484

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS PERJALANAN

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA

BANDUNG

2019

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL SKRIPSI/PROYEK AKHIR/TUGAS AKHIR

KUALITAS JASA TRANSPORTASI DI PT PAHALA KENCANA RUTE BANDUNG-LAMPUNG

NAMA : Fatwa Prabaharsi Fajrin NIM : 201520484 PROGRAM STUDI : Manajemen Bisnis Perjalanan

Pembimbing I, Pembimbing II,

Jemmy Alexander, MM.Par Odang Rusmana, Drs., MM.Par. NIP. 19740714 200605 1 001 NIP. 19630419 199703 1 002

Bandung, 29 November 2019

Mengetahui, Menyetujui, Kepala Bagian Administrasi Akademik Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata dan Kemahasiswaan Bandung

Andar Danova L. Geoltom, S.Sos., M.Sc. Faisal, MM.Par.,CHE NIP: 19710506 199803 1 001 NIP. 19730706 199503 1 001

ii

MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.

Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”

– QS Al Insyirah 5-6 -

B E B R A V E , B E H U M B L E

- B B H -

iii

PERSEMBAHAN

“Terima kasih yang tak terhingga untuk kedua orang tua saya, Bapak Agus Maryanto dan Ibu Lisyaroh. Terima kasih untuk semua dukungan moril dan materilnya selama ini dari saya lahir ke dunia sampai sekarang dan masa yang akan datang.”

“Teruntuk kedua adikku Almira dan Diva terima kasih atas motivasi dan dukungannya”

“Terima kasih untuk seluruh teman-teman MBP 2015. Teruntuk Oryza, Agnis, Anis, Gita, Choyrul, Fadil, terima kasih untuk pertemanan yang sangat menyenangkan.”

“Terima kasih juga kepada bapak Jemmy dan bapak Odang, atas kesabaran dalam membimbing saya”

“Terima kasih untuk bapak ibu dosen di Prodi MBP, dan Bapak Ibu STP NHI Bandung atas dedikasinya mencerdaskan generasi penerus bangsa insan pariwisata”

iv

PERNYATAAN MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Fatwa Prabaharsi Fajrin Tempat/Tanggal Lahir : Seputih Mataram, 18 Januari 1997 NIM : 201520484 Program Studi : Manajemen Bisnis Perjalanan Jurusan : Perjalanan

Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Tugas Akhir/Proyek Akhir/Skripsi yang berjudul: Kualitas Jasa Transportasi di PT Pahala Kencana Rute Bandung-Lampung Ini adalah merupakan hasil karya dan hasil penelitian saya sendiri, bukan merupakan hasil penjiplakan, pengutipan, penyusunan oleh orang atau pihak lain atau cara-cara lain yang tidak sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku di STP Bandung dan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali arahan dari Tim Pembimbing. 2. Dalam Tugas Akhir/Proyek Akhir/Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang atau pihak lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan sumber, nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 3. Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, apabila dalam naskah Tugas Akhir/Proyek Akhir/Skripsi ini ditemukan adanya pelanggaran atas apa yang saya nyatakan di atas, atau pelanggaran atas etika keilmuan, dan/atau ada klaim terhadap keaslian naskah ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini dan sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung ini serta peraturan-peraturan terkait lainnya. 4. Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, 29 November 2019 Yang membuat pernyataan,

Fatwa Prabaharsi Fajrin NIM. 201520484

v

ABSTRAK

Perkembangan kendaraan bermotor di saat ini berkembang dengan pesat, salah satunya di Jawa Barat yang mengalami peningkatan di setiap jenis kendaraan. Penyedia jasa transportasi perlu memperhatikan kualitas pelayanan jasa yang diberikan kepada penumpang agar mampu bersaing dengan perusahaan penyedia jasa lainnya. Salah satu penyedia jasa transportasi di Bandung yang ikut bersaing adalah PT Pahala Kencana. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana penilaian penumpang terhadap interaction quality, environment quality dan outcome quality dari pelayanan yang diberikan oleh PT Pahala Kencana. Desain penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif dengan penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan diperoleh adalah 100 responden yang pernah menggunakan jasa transportasi bus Pahala Kencana. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai untuk dimensi interaction quality adalah 3,52 dan dinilai baik, dimensi environment quality dinilai cukup dengan skor 3,33 dan untuk nilai dimensi outcome quality adalah 3,33 dinilai cukup.

Kata kunci : Kualitas Jasa, Transportasi, PT Pahala Kencana

vi

ABSTRACT

The development of motor vehicles in Indonesia is currently growing rapidly, one of which is in West which has increased in every type of vehicle. Transportation service providers need to pay attention to the quality of services provided to passengers to be able to compete with other service provider companies. One of the transportation service providers in Bandung that competes is PT Pahala Kencana. The purpose of this study is to find out how passenger assessments of interaction quality, environment quality and outcome quality of the services provided by PT Pahala Kencana. The design of this research uses the quantitative approach method by determining the sample using purposive sampling technique and obtained 100 respondents who have used the Pahala Kencana bus transportation services. The results showed that the value for the interaction quality dimension was 3.52 and was considered good, the environment quality dimension was considered sufficient with a score of 3.33 and for the value of the outcome quality dimension was 3.33 was considered sufficient. Keywords: Service Quality, Transportation, PT Pahala Kencana

vii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji Syukur Kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Proyek Akhir dengan judul “Kualitas Jasa Transportasi di PT Pahala Kencana Rute Bandung-

Lampung” untuk memenuhi persyaratan pada Diploma IV Manajemen Bisnis

Perjalanan, Jurusan Perjalanan Sekolah Tinggi Pariwisata NHI Bandung.

Proyek akhir ini berisi tentang kualitas jasa dari perusahaan jasa transportasi yang menyediakan layanan angkutan antarkota antarprovinsi (AKAP) yaitu dengan rute Bandung-Lampung.

Penelitian ini tidak terlepas dari dukungan oleh beberapa pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Faisal, MM.Par., selaku ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

2. Kabag ADAK

3. Ibu Endang Komesty Sinaga, SS., MM.Par.,CHE., selaku ketua Jurusan

Perjalanan

4. Ibu Ina Veronika Ginting, S.Sos, M.I.Kom., selaku ketua Program Studi

Manajemen Bisnis Perjalanan

5. Bapak Jemmy Alexander, MM.Par., selaku pembimbing I

6. Bapak Odang Rusmana, Drs., MM.Par., selaku Pembimbing II

viii

7. Bapak Jajat Jatnika, selaku HRD PT Pahala Kencana Bandung yang telah

bersedia mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian

8. Bapak Agus Permana yang telah membantu penulis dalam menyediakan data

9. Kedua orang tua, Bapak Agus Maryanto dan Ibu Lisyaroh yang selalu

memberikan dukungan serta doa

10. Adik tercinta yang selalu mengingatkan penulis dalam mengerjakan penelitian

ini

11. Teman-teman mahasiswa/i Manajemen Bisnis Perjalanan yang telah

memberikan dukungan dalam penyusunan usulan penelitian ini

12. Dan seluruh pihak yang telibat dalam penyusunan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya penulis menyambut setiap kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penelitian yang penulis lakukan ini bisa bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, khusunya penulis sendiri.

Bandung, 17 Oktober 2019

Penulis,

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...... ii MOTTO ...... iii PERSEMBAHAN ...... iv PERNYATAAN MAHASISWA ...... v ABSTRAK ...... vi ABSTRACT ...... vii KATA PENGANTAR ...... viii DAFTAR ISI ...... x DAFTAR TABEL ...... xii DAFTAR GAMBAR ...... xiii DAFTAR GRAFIK ...... xiv DAFTAR DIAGRAM ...... xv DAFTAR LAMPIRAN ...... xvi

BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 6 C. Tujuan Penelitian ...... 7 D. Keterbatasan Penelitian ...... 8 E. Manfaat Penelitian ...... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 10 A. Kajian Teori ...... 10 1. Konsep Teori Transportasi ...... 10 2. Konsep Teori Jasa ...... 14 3. Konsep Teori Kualitas Jasa ...... 18 B. Kerangka Pemikiran ...... 23

x

BAB III METODE PENELITIAN ...... 24 A. Pendekatan Penelitian ...... 24 B. Objek Penelitian ...... 24 C. Populasi dan Sampel ...... 26 1. Populasi ...... 26 2. Sampel ...... 26 D. Metode Pengumpulan Data ...... 28 1. Teknik dan Alat Kumpul Data ...... 28 a. Penyebaran Kuesioner (Angket) ...... 28 b. Wawancara tidak Terstruktur ...... 30 c. Studi Kepustakaan ...... 30 2. Uji Validitas dan Reabilitas ...... 31 E. Definisi Operasional Variabel ...... 35 F. Analisis Data ...... 37 G. Jadwal Penelitian ...... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...... 39 A. Hasil Penelitian ...... 39 B. Pembahasan ...... 57

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ...... 87 A. Simpulan ...... 87 B. Rekomendasi ...... 91 DAFTAR PUSTAKA ...... 95

xi

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenisnya di Jawa Barat 2016-2017 ...... 2 2 Data Keluhan Penumpang Pahala Kencana ...... 5 3 Hasil Uji Validitas ...... 33 4 Hasil Uji Reliabilitas ...... 35 5 Matriks Operasional Variabel ...... 36 6 Jadwal Penelitian ...... 38 7 Jenis Kelamin ...... 39 8 Usia Responden ...... 40 9 Jenis Pekerjaan ...... 42 10 Keramahan Petugas Ketika Berkomunikasi Dengan Penumpang ...... 44 11 Kesopanan Petugas Dalam Menangani Penumpang ...... 44 12 Bahasa yang Digunakan Ketika Berkomunikasi Dengan Penumpang ...... 45 13 Kemampuan Petugas Dalam Menanggapi Keluhan Penumpang ...... 46 14 Kemampuan Petugas Dalam Memenuhi Keinginan Penumpang ...... 46 15 Kemampuan Petugas Dalam Memenuhi Kebutuhan Penumpang ...... 47 16 Suhu Udara di Dalam Bus ...... 48 17 Kondisi Pengatur Suhu (AC) di Dalam Bus ...... 48 18 Kondisi Keharuman yang Dihasilkan di Dalam Bus ...... 49 19 Kemudahan Dalam Mencari Tempat Duduk ...... 49 20 Luas Ruang Gerak di Dalam Bus ...... 50 21 Desain Interior Bus ...... 51 22 Jumlah Petugas Dalam Melayani ...... 51 23 Penyampaian Pelayanan Dari Seorang Petugas Kepada Penumpang ...... 52 24 Karakteristik Petugas Dalam Melayani Penumpang ...... 53 25 Ketepatan Waktu Kedatangan Bus ...... 53 26 Ketepatan Waktu Keberangkatan Bus ...... 54 27 Kecepatan Petugas Dalam Memberikan Informasi ...... 54 28 Kondisi Fasilitas Pendukung Dalam Keadaan Darurat ...... 55 29 Kondisi Kebersihan di Dalam Bus ...... 56 30 Kondisi Tempat Duduk (Legrest, Reclining, Sofa Tempat Duduk) ...... 56 31 Kesesuaian Hal yang Ditawarkan Dengan Hal yang Diperoleh/Dirasakan 57

xii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1 Ancangan Hierarkis Persepsi Terhadap Kualitas Jasa ...... 22 2 Kerangka Pemikiran ...... 23 3 Interaction Quality ...... 59 4 Keramahan Petugas Ketika Berkomunikasi Dengan Penumpang ...... 61 5 Kesopanan Petugas Dalam Menangani Penumpang ...... 62 6 Bahasa yang Digunakan Ketika Berkomunikasi Dengan Penumpang ..... 63 7 Kemampuan Petugas Dalam Menanggapi Keluhan Penumpang ...... 64 8 Kemampuan Petugas Dalam Memenuhi Keinginan Penumpang ...... 65 9 Kemampuan Petugas Dalam Memenuhi Kebutuhan Penumpang ...... 66 10 Physical Environment Quality ...... 67 11 Suhu Udara di Dalam Bus ...... 68 12 Kondisi Pengatur Suhu (AC) di Dalam Bus ...... 69 13 Kondisi Keharuman yang Dihasilkan di Dalam Bus ...... 70 14 Kemudahan Dalam Mencari Tempat Duduk ...... 71 15 Luas Ruang Gerak di Dalam Bus ...... 72 16 Desain Interior Bus ...... 73 17 Jumlah Petugas Dalam Melayani ...... 74 18 Penyampaian Pelayanan Dari Seorang Petugas Kepada Penumpang ...... 75 19 Karakteristik Petugas Dalam Melayani Penumpang ...... 76 20 Outcome Quality ...... 76 21 Ketepatan Waktu Kedatangan Bus ...... 78 22 Ketepatan Waktu Keberangkatan Bus ...... 79 23 Kecepatan Petugas Dalam Memberikan Informasi ...... 80 24 Kecepatan Petugas Dalam Menanggapi Permintaan Penumpang ...... 81 25 Kondisi Fasilitas Pendukung Dalam Keadaan Darurat ...... 85 26 Kondisi Kebersihan di Dalam Bus ...... 83 27 Kondisi Tempat Duduk (Legrest, Reclining, Sofa Tempat Duduk) ...... 84 28 Kesesuaian Hal yang Ditawarkan Dengan Hal yang Diperoleh/Dirasakan 85

xiii

DAFTAR GRAFIK

GRAFIK HALAMAN

1 Jumlah Penumpang Bus Pahala Kencana Rute Bandung-Lampung ...... 4

xiv

DAFTAR DIAGRAM

DIAGRAM HALAMAN

1 Jenis Kelamin ...... 40 2 Usia Responden ...... 41 3 Jenis Pekerjaan ...... 43

xv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Lampiran Surat Izin Penelitian ...... 97 2. Lampiran Surat Telah Melakukan Penelitian ...... 98 3. Lampiran Kuesioner ...... 99 4. Lampiran Hasil Kuesioner ...... 101 5. Lampiran Hasil Uji Validitas ...... 103 6. Lampiran Foto Lokus ...... 105 7. Lampiran Form Bimbingan ...... 107 8. Lampiran Turnitin ...... 113 9. Biodata Peneliti ...... 114

xvi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem transportasi Nasional memiliki peran penting dalam

mendukung pembangunan Nasional, terlebih di Indonesia yang merupakan

Negara kepulauan. Transportasi dibutuhkan dalam menjamin mobilitas manusia

maupun barang (Salim, 2012). Transportasi merupakan sarana dalam

memperlancar roda perekonomian di suatu Negara, terlihat dari semakin

meningkatnya kebutuhan akan jasa angkutan bagi mobilitas orang serta barang

disetiap sektor.

Berbagai jenis sarana transportasi yang bisa digunakan saat ini

bermacam-macam, mulai dari transportasi laut yakni kapal laut, udara dengan

moda transportasi yaitu pesawat terbang hingga transportasi darat misalnya

mobil, kereta api, bus dan sebagainya. Sub sektor dalam angkutan darat yang

penting yaitu kendaraan bermotor. Semakin meningkat jumlah kendaraan

bermotor mencerminkan semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhaadap

sarana transportasi yang memadai. Meningkatnya jumlah kendaaraan bermotor

juga menandai bertambahnya jumlah penduduk.

1

2

Perkembangan kendaraan bermotor di Indonesia saat ini berkembang

pesat. Berdasarkan data di Badan Pusat Statistik pada periode 2013-2017

perkembangan kendaraan bermotor mencapai 7,40 persen per tahun. Peningkatan

jumlah kendaraan bermotor di Indonesia yang cukup tinggi terjadi pada mobil

penumpang 7,77 persen per tahun, sedangkan pada bis mencapai 2,35 persen per

tahun hal ini disebabkan karena bis memiliki kapasitas yang cukup besar,

sehingga jumlah kendaraan yang digunakan lebih sedikit.

TABEL 1 PERKEMBANGAN JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR MENURUT JENISNYA DI JAWA BARAT 2016-2017

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017

Perkembangan kendaraan bermotor di Jawa Barat sendiri mengalami

peningkatan di setiap jenis kendaraan. Terutama pada kendaraan bus, peningkatan

pada jenis moda transportasi ini kecil disebabkan oleh bus merupakan kendaraan

yang memiliki kapasitas yang besar dalam mengangkut penumpang sehingga

kendaraan yang digunakan cenderung lebih sedikit.

Agar mampu bersaing dengan perusahaan penyedia jasa transportasi

yang ada di Bandung diperhatikan adalah kualitas pelayanan yang diberikan.

3

Nasution (2010) mengemukakan bahwa permintaan pemilihan pemakai jasa angkutan terhadap jenis jasa transportasi ditententukan beberapa faktor, terutama faktor kualitas pelayanan yang terdiri dari keselamatan, frekuensi, keamanan, pelayanan baku (standard of service), kenyamanan, dan ketepatan (realibility).

Faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan oleh penyedia jasa transportasi agar mampu memberikan pelayanan jasa yang baik kepada penumpang. Sedangkan jasa itu sendiri memiliki sifat intangibility (tidak berwujud secara fisik) yang berarti jasa ini ada karena interaksi antara satu pihak dengan pihak lain (Tjiptono,

2011). Meningkatkan kualitas di perusahaan merupakan menjadi hal yang dibutuhkan, terutama dalam segi pelayanan. Kualitas jasa menurut Brady &

Cronin (2001) dalam buku Fandy Tjiptono (2011:237), mengklasifikasikan menjadi tiga dimensi utama yaitu: kualitas intraksi (interaction quality), lingkungan fisik (physical environment quality), dan hasil (outcome quality).

Salah satu perusahaan jasa transportasi di Bandung yang ikut bersaing dalam memberikan kenyamanan terhadap para penumpangnya adalah PT Pahala

Kencana. PT Pahala Kencana merupakan perusahaan jasa transportasi angkutan penumpang darat yang didirikan pada tahun 1976 di Kudus, Jawa Tengah dan memiliki kantor pusat di Utara. Saat ini Pahala Kencana merupakan pemimpin pasar jasa transportasi untuk angkutan kota antar provinsi dengan kelas eksekutif di Indonesia. Pahala Kencana melayani sebanyak 86 rute utama pulang pergi dan telah tersebar hingga lebih dari 93 kota di pulau Jawa, dan

Sumatera. Pada tahun 1976 Pahala Kencana memulai usahanya dengan rute awal

4

Kudus-Jakarta pulang pergi dan Solo-Jakarta pulang pergi. Pahala kencana mampu mengembangkan usahanya dengan terus menjangkau beberapa kota besar hingga kota kecil di pulau Sumatera, Bali, Jawa dan Lombok. Tidak hanya jasa angkutan bagi penumpang, pada tahun 1993 Pahala Kencana mulai mengembangkan usahanya dengan memanfaatkan sisa ruang bagasi pada bus untuk melayani jasa titipan barang sesuai dengan tujuan rute. Selain itu ditahun yang sama Pahala Kencana juga mendirikan Biro Perjalanan Wisata yang lalu kemudian dikenal dengan Pahala Tours & Travel.

Berikut ini merupakan data frekuensi penumpang bus Bandung-

Lampung di Pahala Kencana Bandung:

DIAGRAM 1

JUMLAH PENUMPANG BUS PAHALA KENCANA RUTE BANDUNG-LAMPUNG 5850 5800 5750 5700 5650 5600 5550 Jumlah Penumpang 5500 5450 5400 5350 5300 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Sumber: PT Pahala Kencana Bandung, 2019

5

Data frekuensi penumpang bus Bandung Lampung Pahala Kencana

Bandung terjadi penurunan yang signifikan di tahun 2018. Hal ini didukung oleh pernyataan salah satu penanggung jawab di pul Pahala Kencana Bandung yang berada di Jl. R.E. Martadinata No. 146 yang mengakui bahwa terjadi penurunan penumpang di Pahala Kencana rute Bandung-Lampung.

Pada tahun 2018 Pahala Kencana frekuensi jumlah penumpang mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor, berikut data keluhan penumpang yang ditujukan kepada pihak Pahala Kencana.

TABEL 2 DATA KELUHAN PENUMPANG PAHALA KENCANA

No Keluhan

1 Fasilitas sandaran kaki (legrest) yang tidak berfungsi 2 Kebersihan selimut pada kursi Kebersihan kamar mandi dalam bus yang minim membuat aroma dalam 3 bus menjadi tidak sedap 4 Sistem keamanan yang kurang 5 Kondisi kursi yang kurang nyaman Sumber: PT Pahala Kencana, 2019

Berdasarkan hasil data keluhan penumpang yang ditujukan ke pihak perusahaan, penumpang mengeluhkan kursi pada bus kurang nyaman serta selimut yang terdapat hewan yang membuat penumpang gatal-gatal. Selain itu penumpang juga mengeluhkan sandaran kaki yang tidak berfungsi sehingga menyebabkan penumpang tidak nyaman karena kaki yang pegal. Penumpang juga mengeluhkan kebersihan bus yang minim yang terkadang menyebabkan aroma tidak sedap. Selain itu sistem keamanan yang kurang, seperti memasukkan

6

penumpang yang tidak memiliki tiket ke dalam bus saat penumpang bus tidak

banyak. Pihak Pahala Kencana menyatakan adanya keluhan dari penumpang,

yang sebagian besar keluhan mengenai tidak berfungsinya fasilitas yang ada di

dalam bus. Hal ini didukung oleh pernyataan dari penanggung jawab di PT

Pahala Kencana Bandung yang menyatakan bahwa kondisi armada Pahala

Kencana yang sudah tua dan belum adanya pembaruan armada. Maka dari itu

penulis menduga bahwa Pahala Kencana belum memberikan pelayanan yang baik

kepada penumpang saat perjalanan dari Bandung menuju Lampung.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti perlu melakukan penelitian tentang

jasa pelayanan yang diberikan Pahala Kencana guna mengetahui sudah sejauh

mana pelayanan yang sudah diberikan kepada penumpang bus dengan rute

Bandung menuju Lampung. Apakah pelayanan yang diberikan sudah sesuai

dengan harapan penumpang, maka peneliti mengangkat topik dengan judul

“Kualitas Jasa Transportasi di PT Pahala Kencana Rute Bandung-

Lampung”

B. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah yang peneliti ambil yaitu “Bagaimana kualitas jasa

transportasi di Pahala Kencana pada rute Bandung-Lampung” yang dirumuskan

berdasarkan latar belakang penelitian ini.

Adapun Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

7

1) Bagaimana interaksi (interaction quality) karyawan dengan penumpang bus

Pahala Kencana rute Bandung-Lampung

2) Bagaimana lingkungan fisik (physical environment quality) bus Pahala

Kencana pada rute Bandung-Lampung

3) Bagaimana hasil pelayanan yang dirasakan penumpang (outcome quality)

ketikan menggunkan jasa Pahala Kencana rute Bandung-Lampung

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki dua tujuan secara umum yaitu, tujuan formal dan tujuan

operasional.

1. Tujuan Formal

Tujuan formal dari penelitian ini adalah untuk memenuhi persyaratan proyek

akhir di semester 8 sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan oleh

Program Studi Manajemen Bisnis Perjalanan Diploma IV, Jurusan

Perjalanan, di Sekolah Tinggi Pariwisata NHI Bandung.

2. Tujuan Operasional

Secara operasional tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kualitas

jasa transportasi yang ada di PT Pahala Kencana rute Bandung menuju

Lampung dengan menggunakan teori kualitas jasa Brady & Cronin (2001).

8

D. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti akan membatasi masalah dalam penelitian ini.

Adapun pembatasan masalah antara lain:

1) Peneliti membatasi masalah kualitas jasa bus Pahala Kencana rute Bandung

menuju Lampung.

2) Aspek yang diteliti adalah tiga dimensi yaitu interaction quality, physical

environment quaity, dan outcome quality.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a) Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan serta

wawasan terhadap mahasiswa.

b) Mampu menambah wawasan bagi mahasiswa agar mampu berpikir

secara ilmiah.

2. Manfaat Praktis

a) Bermanfaat bagi perusahaan PT Pahala Kencana dalam meningkatkan

kualitas pelayanan bagi penumpang

9

b) Memberikan pengetahuan komponen-komponen penting dalam jasa

pelayanan transportasi bus Pahala Kencana rute Bandung-Lampung

sehingga dapat meningkatkan pendapatan perusahaan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Konsep Teori Transportasi

Transportasi pada suatu negara menjadi sebuah dasar dalam

pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tergantung pada tersedianya

pengangkutan dalam suatu bangsa dengan begitu mobilitas barang dan

manusia merata di setiap wilayah. Semakin tinggi mobilitas maka kelancaran

distribusi, waktu pengolahan bahan dan pemindahan barang dimana barang ke

tempat dimana barang tersebut memiliki manfaat yang lebih besarakan lebih

cepat.

Definisi pengangkutan ialah suatu proses pemindahan barang atau

manusia dari satu tempat asal ke tempat tujuan (Nasution, 2010:3). Demikian

dengan Abbas Salim (2012:6) yang mendefinisikan pengangkutan sebagai

kegiatan pemindahan barang atau penumpang dari suatu tempat ke tempat

yang lain.

Berdasarkan penjelasan definisi di atas penulis mengartikan bahwa

definisi transportasi merupakan suatu kegiatan pemindahan barang atau

manusia dari tempat asal ke tempat tujuan dengan suatu moda tertentu.

10

11

Terdapat 5 unsur utama dalam transportasi: a. barang/manusia yang diangkut b. kendaraan sebagai alat angkut c. aksesibilitas d. terminal, baik terminal asal dan terminal tujuan e. sumber daya manusia dan organisasi yang menggerakkan kegiatan

transportasi tersebut.

Angkutan jalan merupakan moda transportasi yang mengunakan kendaraan bermotor sebagai sarana operasinya dan bergerak di jalan raya.

Pengertian kendaraan bermotor itu sendiri menurut UU Republik Indonesia No

22 Tahun 2009 mengenai lalu lintas dan angkutan darat merupakan setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yag berjalan di atas rel. terdapat beberapa sistem dalam transportasi jalan yaitu: alat angkut seperti bis, truk, trailer, taksi, oplet, bemo, jalan yang terdiri dari jalan raya, rambu-rambu lalu lintas, traffic light, jembatan, serta terminal.

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia PM

Nomor 15 Tahun 2019, tentang penyelenggaran angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek. Dalam peraturan tersebut dijelaskan mengenai kriteria pelayanan angkutan antarkota antarprovinsi sebagai berikut: a. Mempunyai jadwal tetap sebagaimana tercantum dalam jdwal perjalanan;

12

b. Pelayanan angkutan bersifat pelayanan cepat dan/atau pelayanan reguler; c. Terminal asal dan tujuan serta terminal persinggahan yang berupa terminal

tipe A atau simpul transportasi lainnya berupa bandar udara, pelabuhan,

dan/atau stasiun kereta api yang dihubungkan sebagai Jaringan Trayek

dan/atau wilayah strategis atau wilayah lainnya yang memiliki potensi

bangkitan dan tarkan perjalanan Angkutan Antarkota Antarprovinsi; dan d. Prasarana jalan yang dilalui dalam pelayanan angkutan Antarkota

Antarprovinsi sebagaimana tercantum dalam uzin penyelenggaraan yang

telah ditetapkan

Sedangkan untuk standar pelayanan yang berhak diperoleh oleh setiap

pengguna jasa diatur dalam PM Nomor 98 Tahun 2013 Menurut Peraturan

Menteri Perhubungan Republik Indonesia, tentang standar pelayanan

minimal angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek.

diantaranya:

a. keamanan

b. keselamatan

c. kenyamanan

d. keterjangkauan

e. kesetaraan

f. keteraturan

13

Dalam peraturan ini juga menjelaskan standar pelayanan minimal beserta indikator, dan ukuran yang menjadi patokan. Berikut penjabaran standar pelayanan minimal angkutan antarkota antarprovinsi (AKAP) dan angkutan antarkota dalam provinsi (AKDP).

Keamanan, persyaratan minimal yang perlu dipenuhi seperti tiket penumpang sebagai tanda bukti pembayaran dan informasi pelayanan, tanda pengenal bagasi agar bagasi tidak tertukar, lampu tanda bahaya, daftar penumpang untuk mengetahui identitas dan jumlah penumpang. Tanda pengenal awak kendaraan supaya penumpang mengetahui identitas awak kendaraan, informasi gangguan keamanan dengan mencantumkan nomor layanan pengaduan. Terakhir informasi tentang trayek dan identitas kendaraan untuk memudahkan penumpang mengidentifikasi kendaraan.

Keselamatan, dalam standar ini perlu memerhatikan kondisi fisik yang sehat dan kompetensi pengemudi yang mengerti etika berkendara. Tersedianya fasilitas alat bantu darurat, pintu darurat, buku panduan penumpang, fasilitas kesehatan. Serta pengecekan dan pemeliharaan kendaraan yang menjadi transportasi yang akan digunakan.

Kenyamanan, kapasitas angkut penumpang sesuai dengan kapasitas angkut agar ruang gerak penumpang nyaman. Fasilitas utama di dalam kendaraan juga menjadi yang terpenting bagi kenyamanan penumpang dalam berkendara terlebih jika trayek yang ditempuh memakan waktu yang lama.

14

Keterjangkauan, kesesuaian pelayanan yang diberikan dengan rute

yang telah ditentukan sesuai dengan titik keberangkatan hingga ke titik tujuan.

Tarif kendaraan atau biaya yang dikenakan kepada calon penumpang tetap

memerhatikan daya beli masyarakat untuk menjaga kelangsungan perusahaan.

Kesetaraan, memberikan pelayanan prioritas bagi penumpang

penyandang cacat, usia lanjut, anak-anak maupun wanita hamil agar

penumpang tersebut mudah selama berkendara. Selain itu perlu tersedianya

ruang penyimpanan kursi roda di bagasi dalam memudahkan penumpang

pengguna kursi roda.

Keteraturan, adanya pelayanan informasi yang disampaikan petugas

kepada calon penumpang untuk memudahkan calon penumpang dalam

mengatur rencana perjalanannya. Informasi gangguan dalam perjalanan bus

juga perlu disampaikan kepada calon penumpang seperti kapan kedatangan

dan keberangkatan kendaraan serta penyebab gangguan. Kondisi kendaraan

perlu diperhatikan agar kendaraan beroperasi dengan efisien dan ekonomis.

2. Konsep Teori Jasa

Jasa merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan

untuk dijual. Definisi jasa menurut Kotler (2000) dalam Fandy Tjiptono

(2011:17) adalah setiap perbuatan yang ditawarkan oleh suatu pihak ke pihak lain

yang bersifat tidak berwujud (intangible) dan tidak menjadi kepemilikan.

15

Berbagai riset dan literature manajemen dan pemasaran jasa mengungkap bahwa jasa memiliki empat karakteristik unik yang membedakannya dengan barang. Keempat karakteristik tersebut yaitu:

1) Intangibility

Jasa dan barang merupakan dua hal yang berbeda. Barang

merupakan sebuah obyek lain dengan jasa yang merupakan sebuah

perbuatan atau usaha. Jika jasa bisa dimiliki berbeda dengan jasa yang

hanya dapat di konsumsi tetapi tidak bisa dimiliki dalam bentuk fisik.

Jasa akan memberikan esensi pengalaman kepada pelanggan terhadap

layanan yang diberikan oleh pihak pemberi jasa.

Jasa bersifat itangible, yang berarti bahwa jasa tidak berwujud

dan tidak bisa dilihat, diraba maupun dirasakan sebelum di konsumsi.

Berry (1980) dalam Fandy Tjiptono (2011:35) mendefinisikan konsep

intangible ini memiliki dua pengertian yaitu (1) sesuatu yang tidak

dapat disentuh dan tidak dapat dirasakan; dan (2) sesuatu yang tidak

dapat didefinsikan. Karakteristik ini dapat dibedakan menjadi tiga

dimensi menurut Laroche, Bargeron & Goutaland (2001) dalam Fandy

Tjiptono (2011:35) yaitu:

a) Physical Intangibility (tingkat materealitas produk atau jasa

tertentu)

b) Mental Intangibility (tingkat kesulitan dalam mendefinisikan

poduk atau tersebut secara jelas)

16

c) Generality (seberapa general dan/atau spesifik konsumen

mendefinisikan produk tertentu)

Seorang konsumen jasa tidak akan bisa menilai sebuah jasa

sebelum mereka mengalaminya. Jika pelanggan membeli jasa tersebut

maka pelanggan akan memanfaatkan jasa tersebut dan tanpa harus

memilikinya. Produk dengan karakteristik ini akan sulit untu divaluasi

karena akan menimbulkan pendapat dan presepsi yang berbeda-beda

untuk setiap pelanggan yang telah membelinya.

2) Heterogeneity

Jasa memiliki output yang beraneka ragam, yang artinya tidak

pernah sama tergantung dengan pada waktu, tempat dan kepada siapa

jasa tersebut di produksi. Seperti contoh pengalaman seseorang berlibur

ke Pantai Kuta Bali dan Menara Eiffel Paris akan bervariasi antar

kesempatan yang berbeda. Hal ini disebabkan jasa melibatkan manusia

dalam proses produksinya karena manusia biasanya tidak bisa

diprediksi sikap dan perilakunya.

Terdapat tiga faktor yang menyebabakan variabilitas jasa

menurut Bovee, Houston & Thill (1995) dalam Fandy Tjiptono

(2011:39) yaitu:

a) Kerja sama atau partisipasi pelanggan dalam penyampaian jasa

b) Moral atau motivasi karyawan dalam melayani pelanggan

c) Beban kerja perusahaan

17

Ketiga faktor ini yang menyebabkan perusahaan jasa sulit

mengembangkan citra perusahaannya yang sama setiap waktu karena

evaluasi dari pelanggan yang tidak selalu sama. Oleh karena itu

dibutuhkan adanya konsistensi pemberian layanan kepada pelanggan di

setiap kesempatan yang berbeda karena akan berdampak pada penilaian

kualitas jasa secara keseluruhan.

3) Inseparability

Proses penyampaian jasa berbeda dengan barang. Untuk barang

biasanya akan melalui proses produksi, dijual lalu kemudian akan di

konsumsi oleh konsumen. Lain hal dengan jasa yang akan dijual dahulu

lalu proses produksi dan konsumsi dilakukan pada waktu dan tempat

yang sama.

Ciri khusus pemasaran jasa adalah adanya interaksi antara

pelanggan dan penyedia jasa karena akan memengaruhi hasil dari jasa

tersebut. Faktor keberhasilan suatu bisnis jasa terletak pada karyawan,

apabila karyawan mampu memberikan layanan yang baik kepada

pelanggan maka penilaian yang diberikan atas pelayanan akan baik

juga. Selain itu juga harus adanya timbal balik dari pelanggan dalam

proses penyampaian jasa, sebab jika adanya komunikasi yang jelas

maka penyampaian jasa akan tepat sasaran dan sesuai dengan

keinginan pelanggan. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah

18

adanya fasilitas pendukung jasa agar proses penyampaian jasa bisa

berjalan dengan baik.

4) Perishability

Jasa merupakan komoditas yang bersifat mudah rusak atau

tidak tahan lama, tidak dapat disimpan untuk dipakai ulang, dijual

kembali atau dikembalikan. Sepeti kamar disuatu hotel di hari x akan

berbeda dengan di hari y, walaupun kamar tersebut sama. Sama halnya

dengan kursi pesawat yang kosong akan berlalu hilang karena tidak

bisa disimpan. Karena jasa produk yang di produksi harus di konsumsi

pada saat itu juga.

3. Konsep Teori Kualitas Jasa

Brady & Cronin (2001) dalam Fandy Tjiptono (2011:237) berupaya

mengintegrasikan dua konseptualisasi pengukuran kualitas jas yang dominan yaitu

model SERVQUAL dan Total Perceived Quality Model kedalam sebuah kerangka

komprehensif dan multidimensional yang berbasis teoretikal kuat. Brady & Cronin

(2001) mengembangkan model kualitas jasa berbasis rancangan hirerarkis. Dalam

model ini dimensi utama kualitas jasa terdiri dari 3 dimensi yaitu: kualitas

interaksi (interaction quality), kualitas lingkungan fisik (physical environment

quality), dan kualitas hasil (outcome quality).

1) Interaction Quality (Kualitas Interaksi)

Menurut Gronroos (1990) di dalam jurnal pemasaran Brady &

Cronin (2001) mengemukakan bahwa sikap dan perilaku dalam melayani

19

akan memengaruhi persepsi atau penilaian dari konsumen. Bitner, Booms and Tetreault (1990) dalam Brady & Cronin (2001) membagi interaksi antara petugas dengan konsumen ke dalam tiga subdimensi yaitu: sikap atau kelakuan, perilaku, dan keterampilan petugas dalam menyelesaikan pelayanan yang gagal. Karena jasa bersifat intangible dan proses jasa memerlukan interaksi antara konsumen dan pemberi jasa dalam proses penyampainnya, maka sikap dan perilaku dari petugas sangat penting.

Brady & Cronin (2001) dalam Fandy Tjiptono membagi 3 subdimensi pada dimensi interaction quality meliputi sikap, perilaku dan keahlian karyawan jasa.

a) Sikap

Penilaian sikap dan perspesi konsumen terhadap jasa

yang diberikan tergantung pada sikap dari karyawan. Oleh

sebab karyawan diharapkan mampu memberikan pelayanan

yang baik kepada kosumen. Terdapat sikap tiga komponen,

yaitu:

 Komponen kognitif, pada komponen ini berlandaskan

pada kombinasi antara pengalaman langsung dengan

obyek sikap dan informasi yang di dapat dari berbagai

sumber.

 Komponen efektif, berisi tetang penilaian sesorang

terhadap obyek sikap secara langsung.

20

 Komponen konatif, komponen ini berinteraksi dengan

kemungkinan akan individu dalam melakukan tindakan

khusus terhadap obyek sikap tertentu.

b) Perilaku

Perilaku merupakan implus kemampuan dalam

memutuskan pilihan bagaimana sikap untuk merespon.

Perilaku merupakan hasil dari proses belajar seorng individu

dengan dunia sekitarnya, hasilnya adalah terlihat dari

bagaimana individu tersebut menyikapi suatu hal.

c) Keahlian

Keahlian merupakan sebuah keterampilan dan

pengetahuan dalam penyampaian jasa agara sesuai dengan apa

yang konsumen butuhkan termasuk pengetahuan dan

keterampilan karyawan kontak, pengetahuan dan keterampilan

personil dukungan operasional, dan kapabilitas riset

organisasi.

2) Physical Environmnet Quality (Kualitas Lingkungan Fisik)

Bitner (1992) memberi pendapat karena pelayanan tidak

berwujud dan sering mengharuskan pelanggan untuk hadir selama proses

penyampaian pelayanan, maka lingkungan sekitar dapat member pengaruh

yang signifikan pada persepsi kualitas pelayanan secara keseluruhan.

21

Kualitas lingkungan fisik dapat diartikan fasilitas pendukung fisik dalam

proses penyampaian pelayanan.

Brady & Cronin (2001) dalam buku Fandy Tjiptono (2011:238)

membagi dimensi kualitas lingkungan fisik menjadi tiga subdimensi yang

meliputi ambient condition, desain fasilitas, dan faktor social.

a) Ambient Conditions

Tjiptono dan Chandra (2007) berpendapat bahwa dalam

subdimensi ini memiliki aspek-aspek non visual, seperti

temperature, aroma dan atmosfer. Atmosfer sendiri sangat

penting dalam penilaian konsumen karena terdiri dari fasilitas

eksterior dan interior.

b) Desain

Pada subdimensi ini desain dari fasilitas seperti layout

yang menarik secara visual maupun fungsional (praktikal) bisa

memengaruhi konsumen dalam memberi penilaian jasa (Fandy

Tjiptono, 2011).

c) Faktor sosial

Faktor sosial merupakan subdimensi ketiga dari kualitas

lingkungan fisik. Menurut Fandy Tjiptono (2011:237) faktor

sosial sendiri berupa jumlah dan tipe orang yang ada saat

proses penyampaian jasa, dan beserta perilaku mereka.

3) Outcome Quality (Kualitas Hasil)

22

Rust and Oliver (1994) berpendapat bahwa hasil dari pelayanan merupakan produk dari layanan itu dan mengatakan bahwa itu adalah bentuk relevan yang dievaluasi pelanggan setelah proses penyampaian jasa. Ariani (2009) berpendapat bahwa kualitas hasil merupakan hasil penilaian pelanggan terhadap proses penyampaian jasa, bukan hanya pelanggan tetapi orang-orang disekitarnya pun ikut menilai hasil penyampaian jasa.

Brady and Cronin (2001) dalam buku Fandy Tjiptono (2011:238) membagi menjadi tiga subdimensi yang meliputi waktu tunggu, bukti fisik, dan valensi.

a) Waktu Tunggu

Pengukuran waktu tunggu disini bukan waktu tunggu

yang absolute melainkan persepsi pelanggan terhadap lamanya

waktu tunggu dalam proses penyampaian jasa.

b) Bukti Fisik

Bukti fisik merupakan fasilitas fisik pendukung yang

relevan dalam jasa yang bersangkutan.

c) Valensi

Valensi mengacu pada atribut-atribut lain yang bisa

memengaruhi kayakinan pelanggan bahwa hasil suatu jasa

tersebut baik atau buruk, terlepas dari evaluasi mereka

terhadap aspek lain.

23

GAMBAR 1

ANCANGAN HIERARKIS PERSEPSI TERHADAP KUALITAS JASA

Sumber : Brady and Cronin (2001)

B. Kerangka Pemikiran

GAMBAR 2

KERANGKA PEMIKIRAN

Dimensi Kualitas Jasa: Brady & Cronin

Interaction Quality

Kualitas Jasa Physical Environment Quality

Outcome Quality

e Quality Sumber: Brady & Cronin (2001)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Peneliti menggunakan metode pendekatan kuantitatif pada penelitian ini.

Sugiyono mendefinisikan metode kuantitatif dalam buku Metode Penelitian &

Pengembangan (2015) sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

positivisme, yang digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu.

Metode ini sebagai metode tradisional sebab metode ini telah lama digunakan

sebagai metode untuk penelitian. Metode ini juga disebut sebagai metode ilmiah

karena telah memenuhi kaidah ilmiah yaitu konkrit, objektif, terukur, rasional,

sistemastis dan dapat diulang. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data

dari penelitian ini berupa angka-angka dan analisis statistik.

B. Objek Penelitian

Pada sebuah penelitian terdapat objek yang akan dibahas dan subjek dari

permasalahan yang diteliti. Teori yang dikemukakan oleh Arikunto (2005),

“Objek penelitian ialah variabel penelitian yaitu seseuatu yang merupakan inti

dari permasalahan penelitian .” Lalu yang menjadi objek penelitian ini adalah

kualitas jasa transportasi bus Pahala Kencana dengan pelayanan angkutan

24

25

antarkota antarprovinsi (AKAP), pada kesempatan ini peneliti mengambil rute

Bandung menuju Lampung.

1. Informasi umum PT Pahala Kencana

PT Pahala Kencana merupakan sebuah perusahaan yang bergerak pada

jasa transportasi darat yang mengangkut penumpang dan didirikan pada tahun

1976 di Kudus, Jawa Tengah dan memiliki kantor pusat di Jakarta Utara. Saat

ini Pahala Kencana merupakan pemimpin pasar jasa transportasi untuk

angkutan kota antar provinsi dengan kelas eksekutif di Indonesia. Pelayanan

yang diberikan tersebar lebih dari 93 kota yang ada di pulau Jawa, Bali dan

Sumatera dan melayani sebanyak 86 rute utama pulang pergi. Pada tahun 1976

Pahala Kencana memulai usahanya dengan rute awal Kudus-Jakarta pulang

pergi dan Solo-Jakarta pulang pergi. Pahala kencana mampu mengembangkan

usahanya dengan terus menjangkau beberapa kota besar dan kota kecil di

pulau Sumatera, Bali, Jawa dan Lombok. Tidak hanya jasa angkutan bagi

penumpang, pada tahun 1993 Pahala Kencana memperluas usahanya dengan

memanfaatkan sisa ruang bagasi pada bus untuk melayani jasa titipan barang

sesuai dengan tujuan rute.

2. Profil Perusahaan

Logo Perusahaan:

26

Alamat : Jalan R.E. Martadinata No. 146, Merdeka, Kec. Sumur

Bandung, Kota Bandung

No Telepon : (022) 723 1432

Website : https://pahalakencana.co.id

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

memiliki jumlah dan karakteristik tertentu yang ditetapkan dalam penelitian

untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2015). Sehingga populasi

tidak hanya jumlah namun meliputi juga keseluruhan karakteristik yang

dimiliki objek atau subyek tersebut (Sugiyono, 2015). Berdasarkan pengertian

tersebut, peneliti menetapkan 5000 populasi yang diperoleh dari rata-rata

jumlah penumpang yang menggunakan bus Pahala Kencana rute Bandung

menuju Lampung pada tahun 2018.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang memiliki

karakteristik (Sugiyono, 2015). Apabila populasi yang besar dan tidak

memungkinkan peneliti mempelajari semua populasi yang ada karena adanya

keterbatasan peneliti misalnya keterbatasan dana, waktu dan tenaga maka

peneliti bisa memilih sampel dari populasi itu. Untuk itu sampel yang diambil

27

harus betul-betul mewakili (representatif), sebab sampel tesebut akan dipelajari dan kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Maka dari itu sampel dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017). Sampel dipilih perlu dapat mewakili suatu populasi tertentu, sehingga orang atau subyek yang di pilih harus memiliki cirri-ciri khusus yang dimiliki sampel tersebut. Maka responden yang dipilih adalah para penumpang yang telah menggunakan jasa transportasi bus Pahala

Kencana dengan rute Bandung-Lampung. Untuk menentukan sampel yang akan diambil, maka peneliti menggunakan rumus Slovin sebagai penghitungan jumlah sampel

n = N/ 1+Ne2 n = 5000/ 1+(5000 x 0.012) n = 5000/ 1+(5000 x 0.01) n = 98.039 berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Slovin diperoleh n=98.03, lalu

peneliti membulatkan menjadi 100. Sehingga sampel pada penelitian ini

sebanyak 100 responden

28

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini perlu dilakukan proses teknik dan cara dalam pengumpulan

data agar mendapatkan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Sehingga data yang diperoleh dalam proses pengumpulan data ini bisa menjadi

sumber acuan yang kuat. Berikut adalah teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini:

1. Teknik dan Alat Kumpul Data

a. Penyebaran Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden dan kemudian dijawabnya (sugiyono, 2011). Pendapat Larry

Cristensen (2004) menyatakan kuesioner merupakan intrumen dalam

pengumpulan data, dimana responden menjawab pertanyaan atau

pernyataan yang diajukan oleh peneliti. Dalam kuesioner peneliti dapat

melakukan pengukuran bermacam-macam karakteistik dengan

menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

yang efisien apabila peneliti mengetahui dengan pasti variable apa yang

ingin diukur dan tanggapan apa yang diharapkan dari responden.

Pertanyaan atau pernyataan kuesioner dapat tertutup maupun terbuka dan

data yang diperoleh dari kuesioner tertutup adalah data kuantitatif yang

berupa scoring.

29

Sedangkan skala yang digunakan pada penelitian ini adalah skala likert yang merupakan alat untuk mengukur sikap dari keadaan dari jenjang sangat positif ke jenjang yang sangat negatif sehingga dapat mengetahui sejauh mana tingkat persetujuan terhadap suatu pertanyaan atau pernyataan yang diajukan oleh peneliti Sugiarto (2000). Jawaban untuk setiap pertanyaan atau pernyataan memiliki rentang penilaian dari sangat positif sampai dengan sangat negatif. Skala pengukuran yang peneliti gunakan adalah skala ordinal dengan skala 1-5, sebagai berikut:

. Sangat Baik Score 5

. Baik Score 4

. Cukup Score 3

. Kurang Baik Score 2

. Sangat Kurang Baik Score 1

Pada penelitian ini penyebaran kuesioner ditujukan kepada 100 responden berdasarkan perolehan perhitungan sampel pada penjelasan populasi dan sampel sebelumnya. Responden tersebut merupakan penumpang yang pernah menggunakan pelayanan jasa bus rute Bandung-Lampung di

Pahala Kencana Bandung. Mengingat keterbatasan waktu, maka peneliti melakukan penyebaran kuesioner secara online melalui google form yang disebar saat high season yaitu pada bulan Mei 2019.

30

Kusioner yang akan diberikan kepada 100 respoden berisi 3 pertanyaan

mengenai data diri responden dan 23 pertanyaan terkait dengan kualitas

jasa yang yang terdiri dari interaction quality, physical environment

quaity, dan outcome quality. b. Wawancara tidak Terstruktur

Pada penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara tidak

terstuktur dimana peneliti bebas dan tidak menggunakan pedoman

wawancara yang telah tersusun secara sistematis. Wawancara tidak

terstruktur dilakukan peneliti kepada penanggung jawab PT Pahala

Kencana yang berada di Jalan R.E. Martadinata No. 146 Kota Bandung,

sebab narasumber tersebut mengetahui secara keseluruhan operasional dan

teknikal di PT Pahala Kencana Bandung. Wawancara dilaksanakan pada

bulan Februari di kantor Pahala Kencana cabang Bandung untuk

mendapatkan informasi awal tentang permasalahan serta keluhan pada

objek penelitian. c. Studi Kepustakaan

Studi pustaka adalah kegiatan mendalami dan menelaah bermacam-

macam referensi atau hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan

untuk memperoleh landasan teori yang tepat dengan permasalahan

penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara mencari informasi dengan

mengumpulkan informasi yang memiliki sifat teoritis yang nantinya akan

digunakan sebagai panduan analisis proses. Alat yang digunakan berupa

31

softcopy maupun hardcopy seperti jurnal online, internet, literatur atau

bacaan yang berkaitan dengan penelitian.

2. Uji Validitas dan Reabilitas

a. Uji Validitas

Validitas adalah sebuah instrumen yang dikatakan valid apabila

dapat mengungkap data yang diteliti dan mengukur apa yang diinginkan

dengan tepat. Kusmayadi dan Sugiarti (2000), mengatakan bahwa

validitas instrumen penelitian merupakan hasil penilaian yang

menunjukan bahwa suatu instrumen penelitian mampu mengukur masing-

masing variabel. Suatu instrumen dapat dikatakann valid jika:

a) Dapat mengukur gejala/konsep yang hendak diukur

b) Menunjukan tingkat kesesuaian antara konsep dan hasil pengukuran

c) Tepat digunakan untuk mengukur konsep atau variabel yang akan

diukur.

Wardiyanta (2006), mengemukakan validitas data perlu diuji untuk

menjamin bahwa informasi yang diperoleh memiliki keabsahan yang

tinggi. Validitas diuji dengan rumus Product Momment Pearson:

32

Dalam penelitian ini, uji validitas menggunakan rumus Correlation

Bivariate pada SPSS versi 25. Dari 23 butir pertanyaan dam 30 responden yang telah menggunakan jasa transportasi bus Pahala Kencana dengan rute Bandung menuju Lampung, keseluruhan pernyataan tersebut valid.

Suatu pertanyaan atau pernyataan dikatakan valid apabila memiliki koefisien validitas yang lebih besar dari nilai kritis yaitu 0,30, (Ghozali,

2011). Untuk uraian dari hasil pengolahan data menggunakan SPSS versi

25 didapat hasil pada tabel di bawah ini:

33

TABEL 3 HASIL UJI VALIDITAS Instrumen Correl Indikator r tabel Keterangan Penelitian ation Keramahan petugas ketika X1 .361 .686** VALID berkomunikasi dengan penumpang Kesopanan petugas dalam menangani X2 .361 .443* VALID penumpang Bahasa yang digunakan ketika X3 .361 .604** VALID berkomunikasi dengan penumpang Kemampuan petugas dalam menanggapi X4 .361 .792** VALID keluhan penumpang Kemampuan petugas dalam memenuhi X5 .361 .587** VALID keinginan penumpang Kemampuan petugas dalam memenuhi X6 .361 .412* VALID kebutuhan penumpang X7 Suhu udara di dalam bus .361 .479** VALID Kondisi pengatur suhu (AC) di dalam X8 .361 .562** VALID bus Kondisi keharuman yang dihasilkan di X9 .361 .697** VALID dalam bus Kemudahan dalam mencari tempat X10 .361 .773** VALID duduk X11 Luas ruang gerak di dalam bus .361 .839** VALID X12 Desain interior bus .361 .680** VALID X13 Jumlah petugas dalam melayani .361 .645** VALID Penyampaian pelayanan dari seorang X14 .361 .600** VALID petugas kepada penumpang Karakteristik petugas dalam melayani X15 .361 .465** VALID penumpang X16 Ketepatan waktu kedatangan bus .361 .454* VALID X17 Ketepatan waktu keberangkatan bus .361 .810** VALID Kecepatan petugas dalam memberikan X18 .361 .476** VALID informasi Kecepatan petugas dalam menanggapi X19 .361 .705** VALID permintaan Kondisi fasilitas pedukung dalam X20 .361 .724** VALID keadaan darurat X21 Kondisi kebersihan di dalam bus .361 .839** VALID Kondisi tempat duduk (legrest,reclining, X22 .361 .714** VALID sofa tempat duduk) Kesesuaian hal yang ditawarkan dengan X23 .361 .834** VALID hal yang diperoleh/dirasakan *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber: SPSS, Hasil Olahan Peneliti (2019).

34

b. Uji Reliabilitas

Menurut Kusmayadi dan Sugiarto (2000) reabilitas adalah ketepatan

atau keakuratan dan kemantapan suatu instrumen. Ketepatan dapat

dibuktikan dengan bagaimana kemampuan instrumen dapat mengukur

dengan tepat, kemantapan dapat memberikan hasil yang sama jika

memenuhi syarat kondisi dan pengukuran tidak berubah. Selain itu

reabilitas digunakan untuk mengidentfikasi sejauh mana hasil pengukuran

relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan secara berulang-ulang.

Pengujian reabilitas kuesioner penelitian dilakukan dengan teknik

Cronbach Alpha Coeficient:

Menurut Sugiyono (2006), koefisien reliabilitas Alpha Cronbach terbagi

menjadi:

a) Sangat Reliabel dengan koefisien >0,900

b) Reliabel dengan koefisien 0,700 – 0,900

35

c) Cukup Reliabel dengan koefisien 0,400 – 0,700

d) Kurang Reliabel dengan koefisien 0,200 – 0,400

e) Tidak Reliabel dengan koefisien <0,200

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan aplikasi Office Excel dan software SPSS (Statistikal

Product for Service Solution) versi 25.0. Dibawah ini adalah hasil uji

reliabilitas:

TABEL 4

HASIL UJI RELIABILITAS

Sumber: SPSS, Olahan Data Peneliti (2019).

Berdasarkan perhitungan reliabilitas menggunakan SPSS versi 25.0

diperoleh angka 0,938. Menurut Sugiyono (2006) koefisien reliabilitas

Alpha Cronbach dengan koefisien >0,900 dinilai sangat reliabel. Hal ini

menunjukkan bahwa instrumen yang diuji adalah reliabel.

E. Definisi Operasional Variabel

Matriks Operasional Variabel merupakan variable penelitian yang

digunakan untuk menafsirkan setiap arti setiap elemen. Matriks operasional

36

variable sendiri bisa digunakan sebagai acuan sebagai peneliti dalam mengukur suatu variabel.

Dalam mengukur suatu variabel penelitian, peneliti melakukan penjabaran terhadap konsep yang digunakan menjadi variabel, sub variabel, dimensi, indicator dan ukuran. Setiap indikator peneliti menjadikannya pedoman pertanyaan pada instrumen penelitian yaitu kuesioner dan wawancara. Berikut matriks operasional variabel yang akan menjadi pedoman pada instrumen penelitian:

TABEL 5 MATRIKS OPERASIONAL VARIABEL

37

F. Analisis Data

Pada penelitian kuantitatif, analisis data yaitu semacam kegiatan yang

dilakukan ketika data dari semua responden sudah terkumpul. Sugiyono (2018)

mengatakan bahwa dalam melakukan analisis data harus dilakukan

pengelompokan data sesuai dengan variabel dan jenis responden, lalu

mentabulasikan data berdasarkan variabel dari keseluruhan responden,

menyajikan data tiap variabel yang diteliti dan melakukan perhitungan untuk

menjawab rumusan maslah.

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif.

Menurut Sugiyono (2011) statistik deskriptif merupakan statistik yang befungsi

untuk mendeskripsikan obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi

yang telah ditetapkan tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum. Pada teknik deskriptif ini akan dikemukakan cara penyajian

data dengan tabel data maupun distribusi frekuensi dengan grafik maupun

diagram dan penjelasan kelompok melalui modus, mean, median, dan variasi

kelompok melalui rentang dan simpangan baku.

G. Jadwal Penelitian

Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan Februari 2019 sampai dengan

bulan Juli 2019. Berlokasi di PT Pahala Kencana Bandung di Jalan R.E.

38

Martadinata No. 146, Merdeka, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat

40113.

TABEL 6 JADWAL PENELITIAN Januari Februari Maret April Mei Juni Oktober Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan

Draft TOR Persiapan Proposal Penelitian Pengajuan Proposal Penelitian Seminar Proposal Penelitian Revisi Proposal Penelitian Pengumpulan Data di Lapangan Analisis

Data Pengajuan

Penelitian Proses

Penyelesaian Ujian Sidang

Proyek Akhir Sumber: Peneliti (2019)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berikut data temuan Profil penumpang bus Pahala Kencana rute Bandung

menuju Lampung.

1. Profil Responden

TABEL 7 JENIS KELAMIN

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

39

40

DIAGRAM 2 JENIS KELAMIN

Laki-Laki 39% 61% Perempuan

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Berdasarkan kuesioner yang diperoleh, data menunjukan dari

100 responden yang merupakan penumpang Pahala Kencana dengan rute

Bandung-Lampung, ditemukan 61 penumpang berjenis kelamin perempuan dan 39 penumpang berjenis kelamin laki-laki

41

TABEL 8 USIA RESPONDEN

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

DIAGRAM 3 USIA RESPONDEN

6% 10%

<19 tahun

22% 20-26 tahun 27-33 tahun 46% 34-40 tahun >41 Tahun 16%

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

42

Berdasarkan kuesioner yang diperoleh dari 100 respoden yang merupakan pengguna jasa bus Pahala Kencana dengan rute Bandung menuju Lampung yang berusia dibawah 19 tahun sebanyak 6 responden, usia 20-26 tahun sebanyak 46 responden, usia 27-33 tahun sebanyak 16 responden, 34-40 tahun sebanyak 22 responden, dan usia diatas 41 tahun sebanyak 10 responden.

TABEL 9 JENIS PEKERJAAN

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

43

DIAGRAM 4 JENIS PEKERJAAN

18%

Mahasiswa 47% 12% Wiraswasta PNS Karyawan Swasta 23%

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Berdasarkan hasil kuesioner, dapat dilihat bahwa pengguna jasa bus Pahala Kencana dengan rute Bandung menuju Lampung, ditemukan bahwa terdapat 47 responden merupakan mahasiswa, 23 responden merupakan wiraswasta, 12 responden merupakan pegawai negeri, dan 18 responden merupakan karyawan swasta yang didapat dari penyebaran kuesioner kepada 100 responden. Jumlah tertinggi pengguna jasa bus

Pahala Kencana merupakan mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di beberapa universitas di Bandung.

44

2. Interaction Quality

TABEL 10 KERAMAHAN PETUGAS KETIKA BERKOMUNIKASI DENGAN

PENUMPANG

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 100 responden

yang telah menggunakan jasa bus Pahala Kencana rute Bandung menuju

Lampung, 64 responden mengatakan bahwa keramahan petugas ketika

berkomunikasi dengan penumpang terbilang baik, 29 responden

mengatakan cukup dan 2 responden mengatakan kurang baik.

TABEL 11 KESOPANAN PETUGAS DALAM MENANGANI PENUMPANG

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

45

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 100 responden

yang telah menggunakan jasa bus Pahala Kencana rute Bandung menuju

Lampung, terdapat 57 responden mengatakan bahwa kesopanan petugas

dalam menangani penumpang terbilang baik, 36 responden mengatakan

cukup, 5 responden mengatakan sangat baik dan 2 responden mengatakan

kurang baik.

TABEL 12 BAHASA YANG DIGUNAKAN KETIKA BERKOMUNIKASI DENGAN

PENUMPANG

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019) Berdasarkan penyebaran kuesioner terhadap 100 responden yang

telah menggunakan jasa bus Pahala Kencana rute Bandung menuju

Lampung, terdapat 50 responden mengatakan bahasa yang digunakan

ketika berkomunikasi dengan penumpang terbilang baik, 42 responden

mengatakan cukup, 5 responden mengatakan sangat baik dan 3 responden

mengatakan kurang baik.

46

TABEL 13 KEMAMPUAN PETUGAS DALAM MENANGGAPI KELUHAN

PENUMPANG

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019) Berdasarkan penyebaran kuesioner terhadap 100 responden yang

telah menggunakan jasa bus Pahala Kencana rute Bandung menuju

Lampung, terdapat 47 responden menilai cukup pada kemampuan petugas

dalam menganggapi keluhan penumpang, 26 responden menilai kurang

baik, 22 responden menilai baik dan 5 responden menilai sangat baik.

TABEL 14 KEMAMPUAN PETUGAS DALAM MEMENUHI KEINGINAN

PENUMPANG

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

47

Berdasarkan penyebaran kuesioner terhadap 100 responden yang

telah menggunakan jasa bus Pahala Kencana rute Bandung menuju

Lampung, terdapat 45 responden menilai kemampuan petugas dalam

memenuhi keinginan penumpang baik, 38 responden menilai cukup, 11

responden menilai kurang baik dan 6 responden menilai sangat baik.

TABEL 15 KEMAMPUAN PETUGAS DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN

PENUMPANG

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019) Berdasarkan penyebaran kuesioner terhadap 100 responden yang

telah menggunakan jasa bus Pahala Kencana rute Bandung menuju

Lampung, terdapat 55 responden menilai bahwa kemampuan petugas

dalam memenuhi kebutuhan penumpang terbilang baik, 36 responden

menilai cukup, 6 responden menilai sangat baik dan 3 responden menilai

kurang baik.

48

3. Physical Environment Quality

TABEL 16 SUHU UDARA DI DALAM BUS

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019) Berdasarkan penyebaran kuesioner terhadap 100 responden yang

telah menggunakan jasa bus Pahala Kencana rute Bandung menuju

Lampung, terdapat 62 responden mengatakan bahwa suhu udara di dalam

bus terbilang baik, 31 responden mengatakan cukup, 6 responden

mengatakan sangat baik dan 1 responden mengatakan kurang baik.

TABEL 17 KONDISI PENGATUR SUHU (AC) DI DALAM BUS

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019) Berdasarkan penyebaran kuesioner terhadap 100 responden yang

telah menggunakan jasa bus Pahala Kencana rute Bandung menuju

Lampung, terdapat 41 responden mengatakan kondisi pengatur suhu yang

ada di dalam bus terbilang baik, 37 responden mengatakan cukup, 14

49

responden mengatakan kurang baik, dan 5 responden mengatakan sangat

baik.

TABEL 18 KONDISI KEHARUMAN YANG DIHASILKAN DI DALAM BUS

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019) Berdasarkan penyebaran kuesioner terhadap 100 responden yang

telah menggunakan jasa bus Pahala Kencana rute Bandung menuju

Lampung, terdapat 41 responden menilai kondisi keharuman yang

dihasilkan di dalam bus terbilang cukup, 29 responden menilai kurang

baik, 25 responden menilai baik dan 3 responden menilai sangat baik.

TABEL 19 KEMUDAHAN DALAM MENCARI TEMPAT DUDUK

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019) Berdasarkan penyebaran kuesioner terhadap 100 responden yang

telah menggunakan jasa bus Pahala Kencana rute Bandung menuju

50

Lampung, terdapat 47 responden menilai cukup dalam mudahnya mencari

tempat duduk, 34 responden menilai baik, 17 responden menilai kurang

baik, dan 2 responden menilai sangat baik.

TABEL 20 LUAS RUANG GERAK DI DALAM BUS

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019) Berdasarkan penyebaran kuesioner terhadap 100 responden yang

telah menggunakan jasa bus Pahala Kencana rute Bandung menuju

Lampung, terdapat 50 responden mengatakan luas ruang gerak di dalam

bus terbilang cukup, 25 responden mengatakan baik, 20 responden

mengatakan kurang baik, 4 responden mengatakan sangat baik, dan 1

responden mengatakan sangat kurang baik.

51

TABEL 21 DESAIN INTERIOR BUS

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019) Berdasarkan penyebaran kuesioner terhadap 100 responden yang

telah menggunakan jasa bus Pahala Kencana rute Bandung menuju

Lampung, terdapat 49 responden menilai desain interior pada bus cukup,

38 responden mengatakan baik, 9 responden menilai kurang baik, 3

responden menilai sangat baik, dan 1 responden menilai sangat kurang

baik.

TABEL 22 JUMLAH PETUGAS DALAM MELAYANI

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019) Berdasarkan penyebaran kuesioner terhadap 100 responden yang

telah menggunakan jasa bus Pahala Kencana rute Bandung menuju

Lampung, terdapat 60 responden mengatakan jumlah petugas dalam

52

melayani penumpang terbilang cukup, 33 responden mengatakan baik, 6

responden mengatakan sangat baik, dan 1 responden mengatakan kurang

baik.

TABEL 23 PENYAMPAIAN PELAYANAN DARI SEORANG PETUGAS KEPADA

PENUMPANG

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019) Berdasarkan penyebaran kuesioner terhadap 100 responden yang

telah menggunakan jasa bus Pahala Kencana rute Bandung menuju

Lampung, terdapat 62 responden menilai penyampaian pelayanan dari

seorang petugas kepada penumpang terbilang cukup, 33 responden

menilai baik, 4 responden menilai kurang baik, dan 1 responden menilai

sangat baik.

53

TABEL 24 KARAKTERISTIK PETUGAS DALAM MELAYANI PENUMPANG

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019) Berdasarkan penyebaran kuesioner terhadap 100 responden yang

telah menggunakan jasa bus Pahala Kencana rute Bandung menuju

Lampung, terdapat 60 responden menilai karakteristik petugas dalam

melayani penumpang terbilang cukup, dinilai baik oleh 37 responden, 1

responden menilai kurang baik, dan 2 responden menilai sangat baik.

4. Outcome Quality

TABEL 25 KETEPATAN WAKTU KEDATANGAN BUS

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019) Berdasarkan penyebaran kuesioner terhadap 100 responden yang

telah menggunakan jasa transportasi Pahala Kencana rute Bandung

menuju Lampung, terdapat 54 responden menilai bahwa ketepatan waktu

54

kedatangan bus terbilang baik, 36 responden menilai cukup, 5 responden

menilai sangat baik sedangkan 5 responden lain menilai kurang baik.

TABEL 26 KETEPATAN WAKTU KEBERANGKATAN BUS

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019) Berdasarkan penyebaran kuesioner terhadap 100 responden yang

telah menggunakan bus Pahala Kencana rute Bandung menuju Lampung,

terdapat 38 responden mengatakan bahwa ketepatan waktu keberangkatan

bus dinilai cukup, dinilai baik oleh 35 responden, dinilai kurang baik oleh

21 responden, dan sebanyak 6 responden menilai sangat baik.

TABEL 27 KECEPATAN PETUGAS DALAM MEMBERIKAN INFORMASI

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019) Berdasarkan penyebaran kuesioner terhadap 100 responden yang

telah menggunakan jasa transportasi Pahala Kencana rute Bandung

55

menuju Lampung, terdapat 50 responden menilai kecepatan petugas dalam

memberikan informasi terbilang baik, sebanyak 42 responden menilai

cukup, 5 responden menilai kurang baik, dan 3 responden menilai sangat

baik.

TABEL 28 KONDISI FASILITAS PEDUKUNG DALAM KEADAAN DARURAT

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Berdasarkan penyebaran kuesioner terhadap 100 responden yang

telah menggunakan jasa transportasi Pahala Kencana dengan rute

Bandung menuju Lampung, terdapat 51 responden mengatakan bahwa

kondisi fasilitas pendukung dalam keadaan darurat terbilang cukup,

sebanyak 26 responden menilai indikator ini baik, 20 responden

mengatakan kurang baik, dan 3 lain responden mengatakan sangat baik.

56

TABEL 29 KONDISI KEBERSIHAN DI DALAM BUS

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Berdasarkan penyebaran kuesioner terhadap 100 responden yang

telah menggunakan jasa transportasi Pahala Kencana dengan rute

Bandung menuju Lampung, terdapat 33 responden menyatakan kondisi

kebersihan di dalam bus terbilang cukup, 30 responden menyatakan baik,

22 responden menilai sangat baik, dan 15 responden menyatakan

kebersihan di dalam bus kurang baik.

TABEL 30 KONDISI TEMPAT DUDUK (LEGREST, RECLINING, SOFA TEMPAT DUDUK)

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Berdasarkan penyebaran kuesioner terhadap 100 responden yang

telah menggunakan jasa transportasi Pahala Kencana dengan rute

57

Bandung menuju Lampung, terdapat 37 responden menilai kondisi tempat

duduk penumpang cukup, responden yang menilai kurang baik sebanyak

32, sebanyak 26 responden menilai baik, dan 5 responden menilai sangat

baik.

TABEL 31 KESESUAIAN HAL YANG DITAWARKAN DENGAN HAL YANG DIPEROLEH/DIRASAKAN

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019) Berdasarkan penyebaran kuesioner terhadap 100 responden yang

telah menggunakan jasa angkutan Pahala Kencana dengan rute Bandung

menuju Lampung, terdapat 51 responden mengatakan bahwa kesesuaian

hal yang ditawarkan dengan hal yang di peroleh/dirasakan terbilang

cukup, responden yang mengatakan baik sebanyak 28, 15 responden

menilai kurang baik, 3 responden menyatakan sangat baik, dan 3

responden mengatakan sangat kurang baik.

B. Pembahasan

Peneliti akan menjelaskan pembahasan dengan menganalisis data yang

telah ditemukan sesuai dengan identifikasi masalah yang telah ditetapkan yaitu

58

mengenai kualitas jasa transportasi bus Pahala Kencana dengan rute Bandung menuju Lampung.

Pada variabel kualitas jasa terdapat 3 dimensi utama yaitu: interaction quality, physical environment quality dan outcome quality. Berikut ini peneliti akan menganalisis ketiga dimensi utama dari kualitas jasa.

Peneliti juga melakukan penyebaran kuesioner kepada 100 responden yang telah menggunakan jasa transportasi bus Pahala Kencana dengan rute

Bandung menuju Lampung. Dalam kuesioner terdapat 26 pertanyaan yang diantaranya 3 pertanyaan merupakan pertanyaan mengenai profil responden, 3 pertanyaan mengenai sub-dimensi sikap dan perilaku, 3 pertanyaan mengenai dimensi keahlian, 3 pertanyaan mengenai dimensi ambient condition, 3 pertanyaan mengenai dimensi desain, 3 pertanyaan mengenai dimensi faktor sosial, 4 pertanyaan mengenai dimensi waktu tunggu, 3 pertanyaan mengenai dimensi bukti fisik, dan 1 pertanyaan mengenai dimensi valensi.

Adapun analisa dilakukan dengan menggunakan nilai indeks yaitu dengan menentukan nilai besarnya kelas sebagai berikut:

Nilai maksimum = 5

Nilai minimun = 1

Nilai Maksimum – Nilai Minimum = 5 – 4 Rentang skala = Nilai Maksimum 5

= 0,8

59

Bedasarkan perhitungan, maka rentang skala yang diperoleh adalah 0,8. Maka

dari itu nilai indeksnya adalah:

 Dinilai sangat kurang baik apabila nilai berada di rentang skala 0 sampai dengan 1,8.  Dinilai kurang baik apabila berada di rentang skala 1,9 sampai dengan 2,6  Dinilai cukup apabila berada di rentang skala 2,7 sampai dengan 3,4  Dinilai baik apabila berada di rentang skala 3,4 sampai dengan 4,2  Dinilai sangat baik apabila berada di rentang skala 4,3 sampai dengan 5 1. Analisis Interaction Quality

GAMBAR 3 INTERACTION QUALITY

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Sub variabel kuliatas jasa yang pertama adalah interaction quality.

Sesuai dengan karakteristik dari jasa yaitu inseparability dimana interaksi

antara pelanggan dan penyeda jasa tidak dapat dipisahkan, karena kualitas

interaksi memengaruhi hasil dari jasa yang diberikan. Berdasarkan hasil olah

kuesioner yang telah dilakukan penilaian oleh 100 responden yang telah

60

menggunakan jasa transportasi bus Pahala Kencana rute Bandung menuju

Lampung bahwa sub variabel interaction quality dinilai baik dengan nilai 3,52.

Pada sub variabel ini terdiri dari 2 dimensi dengan masing-masing dimensi memiliki 3 indikator sebagai instrumen pernyataan. Hasil akhir perolehan nilai sub variabel merupakan rata-rata dari hasil nilai indikator penyusunnya.

Interaksi antara petugas Pahala Kencana Bandung dengan penumpang dikatakan baik, dengan keramahan petugas ketika berkomunikasi, kesopanan petugas ketika menangani penumpang, bahasa yang digunakan petugas ketika berkomunikasi, kemampuan petugas dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan penumpang dinilai baik oleh penumpang. Hal ini menunjukan proses penyampaian jasa dari pihak penyedia jasa kepada konsumen membuat penumpang puas karena dapat menerima dengan baik pelayanan yang diberikan. Namun dalam hal menganggapi keluhan petugas kurang mampu untuk menanggapi keluhan yang ditujukan kepada perusahaan.

61

a. Sikap dan perilaku

1) Keramahan petugas ketika berkomunikasi

GAMBAR 4 KERAMAHAN PETUGAS KETIKA BERKOMUNIKASI

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Dalam proses pelayanan terdapat adanya interaksi antara

penyedia jasa dengan konsumen. Pelayanan yang baik tentunya

dinilai dari sikap dan perilaku petugas dalam melayani pelanggan.

Sikap dan perilaku merupakan salah dimensi dari sub variabel

interaction quality. Sikap dan perilaku petugas yang diberikan oleh

petugas kepada penumpang akan memberikan pengalaman yang

berbeda bagi setiap penumpang. Pada kuesioner penilaian terhadap

sikap dan perilaku yang pertama yaitu keramahan petugas ketika

berkomunikasi dengan penumpang, berdasarkan kuesioner yang

telah disebarkan hasil menunjukan bahwa keramahan petugas dinilai

baik dengan nilai 3,72. Keramahan petugas Pahala Kencana kepada

penumpang sudah dinilai baik dan hampir mendekati sangat baik,

62

karena petugas bersikap ramah kepada penumpang dengan

menyapa, memberikan senyum, dan salam.

2) Kesopanan petugas dalam mengangani penumpang

GAMBAR 5 KESOPANAN PETUGAS DALAM MENGANGANI PENUMPANG

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Sikap dan perilaku sopan petugas kepada penumpang juga

menentukan bagaimana kualitas jasa yang diberikan perusahaan

kepada para konsumennya. Kesopanan petugas sangat berpengaruh

kepada penilaian konsumen kepada baik atau buruknya pelayanan

yang diberikan. Penilaian terhadap sikap dan perilaku yang kedua

yaitu kesopanan petugas Pahala Kencana Bandung dalam

mengangani penumpang, berdasarkan hasil kuesioner penilaian

kesopanan petugas dikatakan baik dengan nilai 3,65. Hasil penilaian

kesopanan petugas yang terbilang baik, karena petugas Pahala

Kencana Bandung bersikap sopan kepada setiap kondisi

penumpang.

63

3) Bahasa yang digunakan petugas ketika berkomunikasi dengan

penumpang

GAMBAR 6 BAHASA YANG DIGUNAKAN PETUGAS KETIKA BERKOMUNIKASI

DENGAN PENUMPANG

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Pemilihan bahasa yang baik juga mempengaruhi penilaian

penumpang terhadap pelayanan yang diberikan petugas. Penilaian

terhadap sikap dan perilaku yang ketiga yaitu mengenai bahasa yang

digunakan petugas ketika berkomunikasi dengan penumpang.

Berdasarkan hasil kuesioner responden menilai bahasa yang

digunakan petugas dikatakan baik dengan nilai 3,57. Penumpang

menilai bahasa yang digunakan petugas dalam berkomunikasi dapat

di terima dan dipahami dengan baik, selain itu juga petugas

menggunakan bahasa yang baik dan tidak mengeluarkan kata-kata

yang tidak pantas diucapkan ketika berhadapan dengan penumpang.

64

b. Keahlian

1) Kemampuan petugas dalam menanggapi keluhan

GAMBAR 7 KEMAMPUAN PETUGAS DALAM MENANGGAPI KELUHAN

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Keahlian merupakan dimensi kedua dari sub varibel kualitas

interaksi, penilaian terhadap keahlian yang pertama yaitu

kemampuan petugas dalam menanggapi keluhan dari penumpang.

Berdasarkan hasil kuesioner, penilaian terhadap kemampuan petugas

dalam menanggapi keluhan terbilang cukup dengan nilai 3,06.

Dengan hasil penilaian yang cukup, terdapat beberapa keluhan

penumpang yang ditujukan kepada perusahaan, namun kemampuan

petugas dalam menganggapi keluhan tersebut di rasa kurang oleh

penumpang dan penumpang merasa tidak puas dengan tindakan

yang diambil oleh petugas. Penumpang akan merasa senang apabila

petugas mengerti dengan apa yang dirasakan oleh penumpang.

65

2) Kemampuan petugas dalam memenuhi keinginan penumpang

GAMBAR 8 KEMAMPUAN PETUGAS DALAM MEMENUHI KEINGINAN

PENUMPANG

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Penilaian terhadap keahlian yang kedua yaitu kemampuan

petugas dalam memenuhi keinginan penumpang. Berdasarkan hasil

kuesioner, kemampuan petugas dalam memenuhi keinginan

penumpang dinilai baik dengan nilai 3,46. Hasil penilaian yang baik

maka petugas sudah mampu membantu penumpang dalam

memenuhi keinginannya. Agar lebih baik akan sangat perlu petugas

mengeluarkan rasa empatinya dalam membantu penumpang agar

penumpang merasa terbantu dan dapat menilai baik pada aspek ini.

66

3) Kemampuan petugas dalam memenuhi kebutuhan penumpang

GAMBAR 9 KEMAMPUAN PETUGAS DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN

PENUMPANG

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Penilaian terhadap keahlian yang ketiga yaitu mengenai

bagaimana petugas dalam memenuhi kebutuhan penumpang.

Berdasarkan hasil kuesioner, penilaian terhadap kemampuan petugas

dalam memenuhi kebutuhan penumpang terbilang baik dengan nilai

3,64. Pada aspek ini petugas sudah baik dalam memenuhi kebutuhan

penumpang sehingga penumpang merasa terbantu dengan apa yang

sedang dibutuhkannya

67

2. Analisis Physical Environment Quality

GAMBAR 10 PHYSICAL ENVIRONMENT QUALITY

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Sub variabel kuliatas jasa yang kedua adalah physical environment

quality. Sub variabel ini sangat diperlukan dalam proses penyampaian

pelayanan kepada konsumen, karena dalam sub variabel ini menilai bagaimana

lingkungan fisik dapat memengaruhi proses pelayanan. Berdasarkan hasil olah

kuesioner yang telah dilakukan penilaian oleh 100 responden yang telah

menggunakan jasa transportasi bus Pahala Kencana rute Bandung menuju

Lampung bahwa sub variabel physical environment quality dinilai cukup

dengan nilai 3,33. Pada sub variabel ini terdiri dari 3 dimensi dengan masing-

masing memiliki 3 indikator sebagai instrumen pernyataan. Hasil akhir nilai

dari sub variabel physical environment quality merupakan rata-rata dari hasil

indikator penyusun dimensi.

Lingkungan fisik dinilai cukup oleh pengguna jasa transportasi bus

pahala kencana dengan nilai 3,33. Hal ini disebabkan oleh tidak berfungsinya

beberapa fasilitas utama pada bus, seperti pengatur suhu di dalam bus yang

68

beberapa diantaranya rusak sehingga tidak bisa digunakan dengan selayaknya.

Kemudian keharuman dalam bus yang dinilai kurang karena driver dan co- driver yang merokok di dalam bus, dan pintu kamar mandi yang terbuka menyebabkan bau menguar ke dalam bus. Penomoran kursi dengan letak kursi yang tidak sesuai dengan letak kursi sehningga membingungkan penumpang, luas ruang gerak dan desain interior bus yang dinilai cukup. a. Ambient Condition

1) Suhu udara di dalam bus

GAMBAR 11 SUHU UDARA DI DALAM BUS

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Dimensi selanjutnya yang menjadi penyusun kualitas

lingkungan fisik (Physical Environment Quality) adalah ambient

condition. Ambient condition dapat memeengaruhi penilaian

penumpang mengenai kualitas jasa yang diberikan, karena ambient

condition adalah kondisi dimana penumpang merasakan

kenyamanan selama perjalanan di dalam bus. Berdasarkan hasil

69

kuesioner, penilaian terhadap suhu udara di dalam bus dinyatakan

baik dengan nilai 3,73. Penumpang merasa suhu udara di dalam bus

sejuk sehingga membuat perjalanan nyaman.

2) Kondisi Pengatur Suhu (AC) di dalam Bus

GAMBAR 12 KONDISI PENGATUR SUHU (AC) DI DALAM BUS

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Pengatur suhu yang berada di atas tempat duduk penumpang

merupakan hal penting dalam membuat nyaman penumpang saat

perjalanan. Dimana penumpang bisa mengatur suhu yang sesuai

dengan keinginan penumpang. Berdasarkan hasil kuesioner,

penilaian terhadap kondisi pengatur suhu (AC) yang ada di dalam

bus terbilang baik dengan nilai 3,43. Nilai tersebut dikatakan baik

namun masih berada di rentang nilai terendah untuk dikatakan baik.

Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa pengatur suhu yang

tidak bekerja dengan baik, seperti pembuka tutup AC tersebut rusak

sehingga tidak dapat ditutup yang menimbulkan penumpang merasa

70

kedinginan. Hal ini perlu adanya perhatian dari pihak perusahaan

untuk memperbaiki kerusakan tersebut agar penumpang merasa

nyaman dalam perjalanan.

3) Kondisi Keharuman yang dihasilkan di dalam Bus

GAMBAR 13 KONDISI KEHARUMAN YANG DIHASILKAN DI DALAM BUS

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Kondisi bus yang harum juga menjadi kunci utama

kenyamanan penumpang, dimana dengan keadaan bis yang

merupakan ruang tertutup tentu keharuman di dalam bus juga perlu

diperhatikan. Berdasarkan hasil kuesioner, penilaian terhadap

kondisi keharuman yang dihasilkan di dalam bus Pahala Kencana

rute Bandung menuju Lampung dinilai cukup dengan nilai 2,98. Hal

ini disebabkan oleh beberapa hal, yang pertama adalah driver dan

co-driver yang merokok di dalam bus saat perjalanan. Walaupun

terdapat sekat antara kursi penumpang dengan kursi driver, namun

seringnya co-driver membuka tutup pintu sekat untuk ke kamar

71

mandi yang berada di bagian belakang kursi penumpang. Selain itu

pintu kamar mandi yang terbuka menyebabkan bau yang menguar di

dalam bus, hal ini perlu disadari oleh petugas yang betugas di dalam

bus untuk selalu mengecek dan bila perlu menyemprotkan

pengharum ruangan agar udara di dalam bus menjadi harum dan

membuat penumpang nyaman dengan wangi bus yang segar. b. Desain

1) Kemudahan Dalam Mencari Tempat Duduk

GAMBAR 14 KEMUDAHAN DALAM MENCARI TEMPAT DUDUK

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Desain menjadi dimensi berikutnya yang menjadi penyusun

sub variabel physical environment quality. Dimana desain

merupakan bukti fisik atau tangible yang dapat dilihat oleh

penumpang dalam melakukan penilaian. Berdasarkan hasil

kuesioner, penilaian terhadap kemudahan dalam mencari tempat

duduk responden menilai cukup dengan nilai 3,21. Penomoran kursi

72

dan letak kursi yang berada di dalam bus membuat penumpang

kebingungan dalam mencari tempat duduk masing-masing. Nomor

kursi berada di sisi bagasi dalam bus yang terletak di atas kursi

penumpang, namun yang membingungkan adalah peletakan nomor

yang tidak lurus dengan kursi yang dimaksudkan, sehingga

menimbulkan kebingungan bagi penumpang.

2) Luas Ruang Gerak di dalam Bus

GAMBAR 15 LUAS RUANG GERAK DI DALAM BUS

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Luas ruang gerak bagi penumpang juga perlu diperhatikan,

ruang gerak yang cukup mampu menunjang kenyamanan

penumpang dalam perjalanan. Penilaian dimensi desain yang kedua

yaitu luas ruang gerak di dalam bus, berdasarkan hasil kuesioner,

luas ruang gerak di dalam bus dinilai cukup dengan nilai 3,21.

Dengan luas ruang gerak yang cukup, terdapat beberapa penumpang

yang merasa tidak nyaman dengan ruang gerak yang kurang luas.

73

3) Desain Interior bus

GAMBAR 16 DESAIN INTERIOR BUS

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Berdasarkan hasil kuesioner, penilaian terhadap indikator

desain interior bus terbilang cukup dengan nilai 3,33. Dengan hasil

cukup, menunjukan bahwa desain interior di dalam bus cukup

membuat penumpang nyaman dalam perjalanan dari Bandung

menuju Lampung. Pada indikator ini penumpang tidak menunjukan

adanya ketertarikan dan juga tidak merasa tertarik terhadap desain di

dalam bus.

74

c. Faktor Sosial

1) Jumlah Petugas dalam Melayani Penumpang

GAMBAR 17 JUMLAH PETUGAS DALAM MELAYANI PENUMPANG

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Faktor sosial merupakan dimensi ketiga dari dimensi kualitas

lingkungan fisik, faktor sosial memiliki pengaruh secara personal

penumpang terhadap pelayanan yang diberikan oleh petugas.

Berdasarkan hasil kuesioner, penilaian terhadap indikator jumlah

petugas dalam melayani penumpang dinilai baik dengan nilai 3,44.

Dinilai baik karena petugas yang tersedia di dalam bus berjumlah 3

yang terdiri dari driver, co-driver, dan driver pengganti.

75

2) Penyampaian Pelayanan dari Seorang Petugas Kepada Penumpang

GAMBAR 18 PENYAMPAIAN PELAYANAN DARI SEORANG PETUGAS KEPADA PENUMPANG

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Berdasarkan hasil kuesioner, penilaian terhadap indikator

kedua dari dimensi faktor sosial yaitu bagaimana penyampaian

pelayanan dari seorang petugas kepada penumpang dinilai cukup

dengan nilai 3,31. Hasil nilai pada indikator ini hampir mendekati

kategori baik, karena penumpang belum merasakan kekurangan

maupun kelebihan pelayanan yang diberikan.

76

3) Karakteristik Petugas Dalam Melayani Penumpang

GAMBAR 19 KARAKTERISTIK PETUGAS DALAM MELAYANI PENUMPANG

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Berdasarkan hasil olah kuesioner, penilaian terhadap indikator

ketiga dari dimensi faktor sosial mengenai karakteristik petugas

dalam melayani penumpang dinilai baik dengan nilai 3,40. Nilai

tersebut berada di nilai terendah dalam kategori baik, hal ini

disebabkan karena penumpang belum menemukan adanya masalah

mengenai karakteristik petugas dalam melayani penumpang.

3. Analisis Outcome Quality

GAMBAR 20 OUTCOME QUALITY

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

77

Sub variabel kuliatas jasa yang terakhir adalah outcome quality. Sub variabel ini sangat diperlukan dalam proses penyampaian pelayanan kepada konsumen, karena dalam sub variabel ini menilai bagaimana proses pelayanan yang diperoleh dapat memengaruhi hasil penilaian terhadap pelayanan. Berdasarkan hasil olah kuesioner yang telah dilakukan penilaian oleh 100 responden yang telah menggunakan jasa transportasi bus Pahala

Kencana rute Bandung menuju Lampung bahwa sub variabel outcome quality dinilai cukup dengan nilai 3,33. Pada dimensi ini terdiri dari 3 dimensi yang terdiri dari dimensi waktu tunggu memiliki 4 indikator sebagai instrumen pernyataan, dimensi bukti fisik memiliki 3 indikator sebagai instrumen pernyataan, dan valensi memiliki 1 indikator sebagai instrumen pernyataan. Hasil akhir pada dimensi ini merupakan rata-rata dari hasil indikator penyusun dimensi.

Kualitas hasil dinilai cukup oleh pengguna jasa transportasi bus pahala kencana dengan nilai 3,33. Hal ini disebabkan oleh tidak tepatnya waktu keberangkatan bus membuat penumpang menunggu lebih lama dan sampai ke tempat tujuan tidak tepat pada waktu yang telah dijanjikan. Kondisi tempat duduk yang rusak seperti legrest dan reclining membuat penumpang pegal, hal ini didukung penanggung jawab pul Pahala Kencana Bandung yang menyatakan bahwa kondisi armada yang sudah tua dan belum adanya pembaruan armada. Dalam sub dimensi ini menjadi perhatian khusus, karena nilai yang masih dinilai cukup perlu adanya perbaikan dibeberapa dimensi

78

supaya pelayanan yang diberikan kepada penumpang maksimal dan

penumpang merasa puas. a. Waktu Tunggu

1) Ketepatan Waktu Kedatangan Bus

GAMBAR 21 KETEPATAN WAKTU KEDATANGAN BUS

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Waktu tunggu merupakan dimensi penyusun sub variabel

outcome quality, waktu tunggu dalam hal ini memiliki peran dalam

mengukur seberapa lama konsumen dapat menunggu petugas dalam

memberikan pelayanan. Indikator pertama penyusun dimensi waktu

tunggu adalah ketepatan waktu kedatangan bus, berdasarkan hasil

kuesioner ketepatan waktu kedatangan bus dinilai baik dengan nilai

3,59. Bus Pahala Kencana keluar dari pul Gede Bage menuju pul

Pahala Kencana di Jalan R.E. Martadinata pukul 15.00 dan jadwal

keberangkatan bus dari pul Pahala Kencana di Jalan R.E.

Martadinata pukul 19.00, sehingga bus tidak terlambat datang

sebelum waktu keberangkatan tiba.

79

2) Ketepatan Waktu Keberangkatan Bus

GAMBAR 22 KETEPATAN WAKTU KEBERANGKATAN BUS

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Berdasarkan hasil kuesioner, penilaian indikator kedua dari

dimensi waktu tunggu yaitu ketepatan waktu keberangkatan bus

dinilai cukup dengan nilai 3,26. Beberapa penumpang mengeluhkan

waktu keberangkatan yang tidak sesuai dengan jadwal yang telah

dijanjikan. Terkadang bus akan berangkat lebih cepat karena

penumpang sudah lengkap dan proses pendataan telah selesai,

namun terkadang bus akan berangkat terlambat beberapa menit

karena menunggu penumpang yang belum datang dan hal ini

menghambat proses pendataan.

80

3) Kecepatan Petugas dalam Memberikan Informasi

GAMBAR 23 KECEPATAN PETUGAS DALAM MEMBERIKAN INFORMASI

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Berdasarkan hasil kuesioner, indikator ketiga dari dimensi

waktu tunggu yaitu mengenai kecepatan petugas dalam memberikan

informasi dinilai baik dengan nilai 3,51. Dengan hasil penilaian

baik, maka petugas telah melakukan perkerjaan dangan baik dalam

memberikan informasi yang perlu disampaikan kepada penumpang.

Sehingga penumpang belum menemukan adanya masalah pada

indikator ini.

81

4) Kecepatan Petugas dalam Menganggapi Permintaan Penumpang

GAMBAR 24 KECEPATAN PETUGAS DALAM MENANGGAPI PERMINTAAN

PENUMPANG

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Berdasarkan hasil kuesioner, penilaian terhadap indikator

keempat pada dimensi waktu tunggu yaitu mengenai kecepatan

petugas dalam menanggapi permintaan penumpang dinilai cukup

dengan nilai 3,38. Angka tersebut mendekati nilai tertinggi untuk

dikatakan cukup dan hampir masuk ke dalam kategori baik. Hal ini

menunjukan bahwa kemampuan petugas cukup dalam menanggapi

permintaan penumpang. Sehingga penumpang merasa belum

menemukan kelebihan maupun kekurangan pada indikator ini.

82

b. Bukti Fisik

1) Kondisi Fasilitas Pedukung Dalam Keadaan Darurat

GAMBAR 25

KONDISI FASILITAS PENDUKUNG DALAM KEADAAN DARURAT

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Bukti fisik merupakan dimensi penyusun sub variabel outcome

quality. Bukti fisik merupakan dimensi dimana kosumen dapat

menilai elemen tangible yang dapat dilihat langsung. Berdasarkan

hasil kuesioner, indikator pertama penyusun dimensi bukti fisik

adalah kondisi fasilitas pendukung dalam keadaan darurat dinilai

cukup dengan nilai 3,12. Penumpang tidak begitu memerhatikan

adanya alat pendukung di dalam bus, sehingga penumpang

memberikan nilai cukup pada indikator ini.

83

2) Kondisi Kebersihan di Dalam Bus

GAMBAR 26 KONDISI KEBERSIHAN DI DALAM BUS

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Berdasarkan hasil kuesioner, penilaian terhadap indikator

kedua penyusun dimensi bukti fisik dinilai baik dengan nilai 3,59.

Kondisi di dalam bus dinilai bersih karena tidak ada sampah

berserakan di bawah kursi atau di bagian manapun disetiap sudut

bus. Hal ini karena petugas rutin dalam membersihkan bis sebelum

penumpang masuk ke dalam bus, seperti membuang sampah,

melipat selimut dan menyusun bantal dan selimut yang telah

terpakai tersebut kembali ke tempat duduk penumpang.

84

3) Kondisi tempat duduk (legrest, reclining, sofa tempat duduk)

GAMBAR 27 KONDISI TEMPAT DUDUK (LEGREST, RECLINING, SOFA TEMPAT DUDUK)

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Berdasarkan hasil kuesioner, penilaian terhadap indikator

ketiga penyusun dimensi bukti fisik mengenai kondisi tempat duduk

seperti legrest, reclinig, dan sofa tempat duduk dinilai baik dengan

nilai 3,59. Angka ini berada hampir mendekati nilai terendah dalam

kategori baik, disebabkan beberapa kondisi kursi yang sudah tidak

berfungsi dengan baik. Beberapa penumpang juga mengeluhkan

kondisi legrest yang tidak berfungsi dengan baik menyebabkan

penumpang merasa pegal dibagian kaki, kemudian beberapa

reclining pada kursi yang tidak berfungsi, dan kondisi sofa berserta

selimut yang terkadang terdapat serangga yang membuat

penumpang merasakan gatal.

85

c. Valensi

1) Kesesuaian hal yang ditawarkan dengan hal yang

diperoleh/dirasakan

GAMBAR 28 KESESUAIAN HAL YANG DITAWARKAN DENGAN HAL YANG

DIPEROLEH/DIRASAKAN

Sumber: Olahan Data Peneliti (2019)

Valensi merupakan dimensi ketiga penyusun sub variabel

outcome quality. Valensi merupakan kesesuaian hal dan fasilitas

yang ditawarkan dengan apa yang terjadi secara nyata selama

perjalanan. Pada hal ini penumpang diinformasikan mengenai

fasilitas yang diberikan oleh Pahala Kencana sehingga membentuk

ekspektasi dari penumpang. Berdasarkan hasil penilaian kuesioner,

indikator satu-satunya penyusun dimensi valensi yaitu kesesuaian

hal yang ditawarkan dengan hal yang diperoleh/dirasakan dinilai

cukup dengan nilai 3,13. Dengan hasil cukup, beberapa penumpang

mengeluhkan kesesuaian fasilitas yang ditawarkan dengan

86

kenyataannya berbeda bahkan beberapa fasilitas tidak bisa digunakan.

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Dari tiga identifikasi masalah pada penelitian ini, terdapat hasil yang

dijadikan sebagai kesimpulan sebagai berikut:

1. Interaction Quality

Dalam sub variabel interaction quality terdiri dari 2 dimensi

yaitu sikap dan perilaku serta keahlian. Pada dimensi sikap dan perilaku

terdapat 3 indikator penilaian yang menyusunnya. Ketiga indikator

tersebut yaitu keramahan petugas ketika berkomunikasi dengan

penumpang, kesopanan petugas dalam menangani penumpang dan bahasa

yang digunakan ketika berkomunikasi dengan penumpang, ketiganya

dinilai baik oleh responden. Ini menunjukan bahwa petugas telah

melakukan pekerjaan dengan baik dengan menunjukkan sikap dan

perilaku yang baik dan sopan dalam penyampaian pelayanan.

Pada dimensi kedua yaitu keahlian terdapat 3 indikator

penilaian. Indikator yang dinilai baik adalah kemampuan petugas dalam

memenuhi keinginan penumpang dan kemampuan petugas dalam

memenuhi kebutuhan penumpang, sedangkan untuk indikator kemampuan

petugas dalam menanggapi keluhan dinilai cukup oleh responden. Hal ini

87

88

diungkapkan oleh beberapa penumpang yang menilai tanggapan yang

diberikan perusahaan dirasa kurang puas.

Sehingga pada sub variabel interaction quality dinilai baik

dengan perolehan skor 3,52. Hasil tersebut diperoleh dari nilai rata-rata

indikator penyusun sub variabel ini.

2. Physical Environment Quality

Dalam sub variabel physical environment quality terdapat 3

dimensi penyusunnya yaitu ambient condition, desain, dan faktor sosial.

Pada dimensi ambient condition terdapat 3 indikator penilaian.

Indikator pertama adalah suhu udara di dalam bus yang dinilai baik oleh

penumpang, hal ini mampu membuat penumpang nyaman saat dalam

perjalanan. Indikator kedua ialah kondisi pengatur suhu (AC) di dalam bus

yang terlatak di atas kursi penumpang yang dinilai baik namun nilai yang

dihasilkan berada di batas nilai terendah pada kategori baik. Hal ini

disebabkan beberapa penumpang mengeluhkan bahwa pengatur suhu

(AC) yang tersedia tidak berfungsi dengan baik sehingga membuat

penumpang merasa tidak nyaman dengan suhu yang dingin. Indikator

ketiga yaitu kondisi keharuman yang dihasilkan di dalam bus yang dinilai

kurang, terdapat beberapa penyebab seperti asap rokok dari driver dan co-

driver, kebersihan kamar mandi yang yang perlu diperhatiakan

menyebabkan bau menguar di dalam bus.

89

Dimensi kedua yaitu desain yang terdiri dari 3 indikator penyusunnya, yaitu kemudahan dalam mencari tempat duduk, luas ruang gerak di dalam bus dan desain interior bus. Pada indikator pertama responden menilai cukup pada kemudahan dalam mencari tempat duduk, ketidaksesuaian penomoran kursi dengan letak kursi menjadi faktor utama aspek ini dinilai cukup. Indikator kedua yaitu luas ruang gerak penumpang saat di dalam bus yang tidak terlalu luas menyebabkan penumpang merasa kurang nyaman saat berada di perjalanan sehingga dinilai cukup. Indikator ketiga adalah desain interior bus yang dinilai cukup dalam memberikan kenyamanan penumpang dalam perjalanan.

Dimensi ketiga ialah faktor sosial dengan 3 indikator penilaian sebagai penyusunnya yaitu jumlah petugas dalam melayani, penyampauan pelayanan dari seorang petugas kepada penumpang, dan karakteristik petugas dalam melayani penumpang. Indikator pertama adalah jumlah petugas dalam melayani yang dinilai baik oleh responden. Indikator penyampaian pelayanan dari seorang petugas kepada penumpang dinilai cukup karena penumpang belum menemukan kekurangan maupun kelebihan pada indikator ini. indikator ketiga yaitu karakteristik petugas dalam melayani penumpang yang dinilai baik.

Maka nilai untuk sub variabel ini dikatakan cukup dengan skor

3,33. Hal ini disebabkan terdapat beberapa indikator penyusun sub variabel ini belum sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penumpang menyebabkan nilai yang diperoleh belum dikatakan baik.

90

3. Outcome Quality

Pada sub variabel ini terdiri dari 3 dimensi yaitu waktu tunggu,

bukti fisik, dan valensi.

Pada dimensi waktu tunggu terdapat 4 indikator penyusun

penilaian. Indikator pertama dinilai baik pada waktu kedatangan bus,

dimana bus telah berada di pul Pahala Kencana di Jalan R.E. Martadinata

sebelum waktu keberangkatan penumpang. Indikator kedua adalah

ketepatan waktu keberangkatan penumpang yang dinilai cukup,

disebabkan keberangkatan bus yang terkadang terlambat dari jadwal yang

dijanjikan. Indikator ketiga kecepatan petugas dalam memberikan

informasi dinilai baik, hal ini dianggap membantu penumpang. Indikator

keempat adalah kecepatan petugas dalam menanggapi permmintaan

dinilai cukup bagi penumpang.

Dimensi yang kedua yaitu bukti fisik yang terdiri dari 3

indikator penilaian. Indikator pertama adalah kondisi fasilitas pendukung

dalam keadaan darurat yang dinilai cukup. Indikator kedua mengenai

kondisi kebersihan di dalam bus yang dinilai baik sehingga menimbulkan

kenyamanan bagi penumpang saat melakukan perjalanan. Indikator ketiga

adalah kondisi tempat duduk yang dinilai cukup, hal ini disebabkan oleh

beberapa fasilitas tempat duduk seperti legrest dan reclining yang tidak

berfungsi dengan baik.

Dimensi yang ketiga yaitu valensi yang memiliki 1 indikator

penilaian, pada indikator ini yaitu kesesuaian hal yang ditawarkan dengan

91

hal yang diperoleh/dirasakan dinilai cukup. Aspek ini dinilai cukup karena

terdapat beberapa fasilitas yang ditawarkan namun pada kenyataannya

tidak dapat berfungsi, selain itu ketidaksesuaian janji yang ditawarkan

kepada penumpang.

Pada sub variabel ini dinilai cukup dengan perolehan skor 3,33.

Nilai tersebut diperoleh dari hasil rata-rata nilai indikator penyusun sub

variabel ini, sehingga pada sub variabel ini terdapat indikator yang belum

sesuai dengan keinginan penumpang.

B. Rekomendasi

Setelah memberikan kesimpulan berikut ini adalah rekomendasi peneliti

terhadap jasa pelayanan yang diberikan oleh PT Pahala Kencana Bandung

dalam perjalanan dari Bandung menuju Lampung.

1. Interaction Quality

Peneliti memberikan rekomendasi kepada PT Pahala Kencana

agar petugas lebih memerhatikan lagi mengenai kemampuan petugas

dalam menanggapi keluhan penumpang seperti diberikannya pelatihan

mengenai bagaimana pentingnya menanngapi keluhan penumpang agar

petugas memiliki tanggung jawab dalam memberikan pelayanan

terbaik bagi penumpang. Apabila kemampuan petugas dalam

menanggapi keluhan penumpang sudah dapat dikatakan baik

diharapkan penumpang dapat memberikan penilaian baik pada aspek

ini.

92

2. Physical Environment Quality

Dalam sub variabel ini terdapat 5 indikator yang dinilai cukup

oleh penumpang.

Indikator pertama yang dinilai cukup adalah kondisi keharuman

yang dihasilakan di dalam bus. Dalam indikator ini peneliti

merekomendasikan untuk petugas yang bertugas untuk memerhatikan

kebersihan wc dan untuk tidak membuka pintu sekat bis jika sedang

merokok. Selain itu perlu menyediakan pengharum ruangan untuk di

dalam bus agar keharuman bus tetap terjaga dan penumpang merasa

nyaman dalam perjalanan menuju Lampung.

Indikator kedua adalah kemudahan dalam mencari tempat

duduk yang dinilai cukup oleh penumpang. Pada indikator ini peneliti

merekomendasikan untuk memberikan kejelasan penomoran pada

kursi penumpang, seperti meletakkan nomor kursi pada sisi bagasi

atas kursi penumpang dan sejajar dengan kursi yang dimaksud.

Indikator ketiga adalah mengenai luas gerak di dalam bus yang

dinilai cukup. Pada indikator ini peneliti memberi rekomendasi untuk

mengikuti standar kursi yang baik pada bus yaitu lebar gang yaitu 54

cm agar penumpang lebih nyaman pada saat duduk di dalam kursi

bus, atau perusahaan dapat mengganti tipe bus yang lebih besar agar

ruang gerak penumpang lebih leluasa. Desain interior pada bus perlu

adanya perbaruan desain interior yang lebih unik dan menarik..

93

Penyampaian pelayanan dari seorang petugas kepada

penumpang yang dinilai cukup. Perlu adanya pelatihan kepada setiap

petugas bagaimana cara menangani penumpang dengan baik, dan perlu

adanya pembaruan SOP supaya mengikuti sesuai dengan keinginan

penumpang. Hal ini dibutuhkan petugas agar mampu bertanggung

jawab atas pelayanan yang diberikan kepada penumpang.

3. Outcome Quality

Dalam sub variabel ini terdapat beberapa indikator yang masih

dinilai cukup oleh penumpang. Pada indikator ketepatan waktu dalam

keberangkatan bus yang dinilai cukup, perlu adanya ketegasan pihak

perusahaan dalam menangani penumpang yang terlambat datang, dan

bus perlu berangkat tepat pada waktunya dan tidak perlu menunggu

penumpang yang belum datang karena sudah menjadi resiko

penumpang apabila datang terlambat. Kondisi fasilitas pendukung

dalam keadaan darurat yang perlu diletakkan dimana penumpang bisa

melihat fasilitas pendukung tersebut tersebut seperti pemadam api

ringan dan alat pemecah kaca. Rekomendasi yang dapat diberikan

peneliti kepada perusahaan mengenai kecepatan petugas dalam

menanggapi penumpang adalah perlu ada kesigapan petugas apabila

penumpang meminta suatu yang diinginkan, dan perlu adanya

ketegasan dari pihak perusahaan kepada petugas untuk selalu

mengutamakan penumpang. pada dimensi bukti fisik di aspek yang

94

ketiga kondisi tempat duduk di dalam bus yang dinilai cukup oleh penumpang, peneliti memberi rekomenasi kepada perusahaan untuk memperhatikan fasilitas-fasilitas utama di dalam bus karena menyangkut kenyamanan penumpang. Pembaruan pada interior dan fasilits utama pada bus perlu dilakukan untuk memberikan kenyamanan pada penumpang.

Dimensi terakhir yang dinilai kurang adalah valensi dengan aspek mengenai kesesuaian hal yang ditawarkan dengan hal yang diperoleh/dirasakan oleh penumpang. Perlu adanya konsistensi perusahaan dalam melayani penumpang supaya mampu memenuhi ekpektasi penumpang selama perjalanan dari Bandung menuju

Lampung. Kesesuaian fasilitas yang ada harus sesuai dengan apa yang ditawarkan dan dijanjikan, juga kesesuaian jadwal keberangkatan yang perlu disesuaikan dengan jadwal yang sudah dijanjikan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku dan Artikel Jurnal

Abby Ghobadian, Simon Spelles, Matthew Jones, (1994) “Service Quality: Concepts and Models”, International journal of Quality & Reliability Management, Vol. 11 Issue: 9, pp.43-66. https://doi.org/10.1108/02656719410074297 Ariani, wahyuni. (2009). Manajemen Operasi Jasa. : Graha Ilmu.

Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik Transportasi Jawa Barat 2017. Bandung: BPS Provinsi Jawa Barat. Diakses dari https://jabar.bps.go.id/publication/download.html Bitner. (1992), “Servicescapes: The Impact of Physical Surroundings on Customers and Employees”, Journal of Marketing, 56 (April), 57-71. Brady, M.K. & Cronin, J.J. (2001), “Some New Thoughts on Conceptualizing Perceived Service Quality: A Hierarchical Approach”, Journal Marketing, Vol. 65 No. 3, pp. 34-40.Diambil dari http://pinnacle.allenpress.com/doi/10.1509/jmkg.653.34.18334 Brady, M.K., Voorhees, C.M., Cronin, J.J., Bourdeau, B.L. (2006), “The Good Guys Don’t Always Win: The Effect of Valence on Service Perceptions and Concsequences”, Journal of Service Marketing, Vol. 20 lss 2 pp. 83-91. http://dx.doi.org/10.1108/08876040610657011 Cecilia Silvestri Barbara Aquilani Alessandro Ruggieri, (2017), “Service quality and customer satisfaction in thermal tourism”, The TQM Journal, Vol. 29 lss 1 pp. 55-81. http://dx.doi.org/10.1108/TQM-06-2015-0089 Cronin, M. B. (2001). Some New Thoughts on Conceptualizing Perceived Service Quality: A Hierarchical Approach. Marketing Journal, 38-40. I Gede Mahatma Yuda Bakti Sik Sumaedi, (2015), “P-TRANSQUAL: a service quality model of public land services”, International Journal of Quality & Reliability Management, Vol. 32 lss 6pp. 534-558. http://dx.doi.org/10.1108/IJQRM-06-2013-0094 Nasution, M. Nur. (2004). Manajemen Transportasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nasution, H. M. N. (2015). Manajemen Transportasi. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia Salim, A. (2012). Manajemen Transportasi (Cet.10). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

95

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian & Pengembangan. Bandung: Alfabeta, CV.

Sugiyono. (2017). Statistika untuk Penelitian (28thth ed.). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (27th ed.). CV Alfabeta. Tjiptono, Fandy. (2006). Manajemen Jasa (Ed.2). Yogyakarta: Andi Offset. Tjiptono, G. C. (2011). Service, Quality & Satisfaction (Ed.3). Yogyakarta: Penerbit Andi. Suliyanto. (2018). Metode Penelitian Bisnis: untuk Skripasi, Tesis, dan Disertasi (Ed.1). Yogyakarta: Andi.

2. Undang-Undang

Kementerian Perhubungan Republik Indonesia PM Nomor 98 tahun 2013 tentang Peraturan Menteri tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek.

96

SURAT IZIN PENELITIAN

97

SURAT TELAH MELAKUKAN PENELITIAN

98

LAMPIRAN KUESIONER

KUESIONER

Kualitas Jasa Transportasi Pahala Kencana

Yang terhormat penumpang bus Pahala Kencana dengan rute Bandung -Lampung, perkenalkan saya Fatwa Prabaharsi Fajrin mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata NHI Bandung. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai kualitas jasa transportasi bus Pahala Kencana dengan tujuan untuk mengetahui penilaian penumpang mengenai kualitas jasa yang diberikan oleh PT Pahala Kencana khususnya pada rute Bandung-Lampung

Oleh sebab itu saya melakukan penelitian ini di PT Pahala Kencana Bandung. Mohon Bapak/Ibu/Saudara/i dapat meluangkan waktu untuk menjawab beberapa pernyataan dibawah ini. Penilaian yang Bapak/ibu/Saudara/i sangat berharga untuk membantu meningkatkan mutu pelayanan jasa transportasi bus Pahala Kencana rute Bandung-Lampung.

DATA RESPONDEN

1. Jenis Kelamin 3. Pekerjaan

Laki-laki Mahasiswa Perempuan Wiraswasta

2. Usia PNS Karyawan Swasta

<19 Tahun 20-26 Tahun 27-33 Tahun 34-40 Tahun >41 Tahun

99

Berikut beberapa PERNYATAAN yang berkaitan dengan kondisi pada pelayanan kualitas jasa transportasi bus Pahala Kencana, mohon kepada Bapak/ibu/Saudara/i untuk mengisi pernyataan dibawah ini sesuai dengan kondisi yang dirasakan selama menggunakan jasa Pahala Kencana.

[PETUNJUK] Berilah tanda ceklis (√ ) pada kolom jawaban Penilaian ! Sangat Baik (SB)= 5, Baik (B)= 4, Cukup (C)= 3, Kurang Baik (KB)= 2, Sangat Kurang Baik (SKB)= 1 PENILAIAN No Pernyataan SB B C KB SKB (5) (4) (3) (2) (1) Interaction Quality (Kualitas Interaksi) Keramahan petugas ketika berkomunikasi dengan 1 penumpang 2 Kesopanan petugas dalam menangani penumpang Bahasa yang digunakan ketika berkomunikasi 3 dengan penumpang Kemampuan petugas dalam menanggapi keluhan 4 penumpang Kemampuan petugas dalam memenuhi keinginan 5 penumpang Kemampuan petugas dalam memenuhi kebutuhan 6 penumpang Physical Environment Quality (Kualitas Lingkungan Fisik) 7 Suhu udara di dalam bus 8 Kondisi pengatur suhu (AC) di dalam bus 9 Kondisi keharuman yang dihasilkan di dalam bus 10 Kemudahan dalam mencari tempat duduk 11 Luas ruang gerak di dalam bus 12 Desain interior bus 13 Jumlah petugas dalam melayani Penyampaian pelayanan dari seorang petugas 14 kepada penumpang 15 Karakteristik petugas dalam melayani penumpang Outcome Quality (Kualitas Hasil) 16 Ketepatan waktu kedatangan bus 17 Ketepatan waktu keberangkatan bus 18 Kecepatan petugas dalam memberikan informasi 19 Kecepatan petugas dalam menanggapi permintaan 20 Kondisi fasilitas pedukung dalam keadaan darurat 21 Kondisi kebersihan di dalam bus Kondisi tempat duduk (legrest,reclining, sofa 22 tempat duduk) Kesesuaian hal yang ditawarkan dengan hal yang 23 diperoleh/dirasakan

100

HASIL KUESIONER

KUESIONER

Kualitas Jasa Transportasi Pahala Kencana

Yang terhormat penumpang bus Pahala Kencana dengan rute Bandung -Lampung, perkenalkan saya Fatwa Prabaharsi Fajrin mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata NHI Bandung. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai kualitas jasa transportasi bus Pahala Kencana dengan tujuan untuk mengetahui penilaian penumpang mengenai kualitas jasa yang diberikan oleh PT Pahala Kencana khususnya pada rute Bandung-Lampung

Oleh sebab √itu saya melakukan penelitian ini di PT Pahala Kencana Bandung. Mohon Bapak/Ibu/Saudara/i dapat meluangkan waktu untuk menjawab beberapa pernyataan dibawah ini. Penilaian yang Bapak/ibu/Saudara/i sangat berharga untuk membantu meningkatkan mutu pelayanan jasa transportasi bus Pahala Kencana rute Bandung-Lampung.

DATA RESPONDEN

1. Jenis Kelamin 3. Pekerjaan

Laki-laki √ Mahasiswa √ Perempuan Wiraswasta PNS 2. Usia Karyawan Swasta

<19 Tahun √ 20-26 Tahun 27-33 Tahun 34-40 Tahun

>41 Tahun

101

Berikut ini terdapat beberapa PERNYATAAN yang berkaitan dengan kondisi pada pelayanan kualitas jasa transportasi bus Pahala Kencana, mohon kepada Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi pernyataan dibawah ini sesuai dengan kondisi yang dirasakan selama menggunakan jasa Pahala Kencana.

[PETUNJUK] Berilah tanda ceklis ( √ ) pada kolom jawaban Penilaian ! Sangat Baik (SB)= 5, Baik (B)= 4, Cukup (C)= 3, Kurang Baik (KB)= 2, Sangat Kurang Baik (SKB)= 1 PENILAIAN No Pernyataan SB B C KB SKB (5) (4) (3) (2) (1) Interaction Quality (Kualitas Interaksi) Keramahan petugas ketika berkomunikasi dengan 1 √ penumpang 2 Kesopanan petugas dalam menangani penumpang √ Bahasa yang digunakan ketika berkomunikasi 3 √ dengan penumpang Kemampuan petugas dalam menanggapi keluhan 4 √ penumpang Kemampuan petugas dalam memenuhi keinginan 5 √ penumpang Kemampuan petugas dalam memenuhi kebutuhan 6 √ penumpang Physical Environment Quality (Kualitas Lingkungan Fisik) 7 Suhu udara di dalam bus √ 8 Kondisi pengatur suhu (AC) di dalam bus √ 9 Kondisi keharuman yang dihasilkan di dalam bus √ 10 Kemudahan dalam mencari tempat duduk √ 11 Luas ruang gerak di dalam bus √ 12 Desain interior bus √ 13 Jumlah petugas dalam melayani √ Penyampaian pelayanan dari seorang petugas 14 √ kepada penumpang 15 Karakteristik petugas dalam melayani penumpang √ Outcome Quality (Kualitas Hasil) 16 Ketepatan waktu kedatangan bus √ 17 Ketepatan waktu keberangkatan bus √ 18 Kecepatan petugas dalam memberikan informasi √ 19 Kecepatan petugas dalam menanggapi permintaan √ 20 Kondisi fasilitas pedukung dalam keadaan darurat √ 21 Kondisi kebersihan di dalam bus √ Kondisi tempat duduk (legrest,reclining, sofa 22 √ tempat duduk) Kesesuaian hal yang ditawarkan dengan hal yang 23 √ diperoleh/dirasakan

102

VALIDITAS

HASILUJI LAMPIRAN LAMPIRAN

103

VALIDITAS

HASILUJI LAMPIRAN LAMPIRAN

104

FOTO LOKUS

105

106

LAMPIRAN FORM BIMBINGAN

107

108

109

110

111

112

LAMPIRAN TURNITIN

113

BIODATA PENELITI

NAMA : Fatwa Prabaharsi Fajrin NIM : 201520484 TEMPAT/TANGGAL LAHIR : Seputih Mataram, 18 Januari 1997 NO. TELEPON : 081279805738 AGAMA : Islam KEWARGANEGARAAN : Indonesia ALAMAT RUMAH :Perum 1 PT GPM Blok F.099, Bandar Mataram, Lampung Tengah. NAMA BAPAK : Agus Maryanto PEKERJAAN BAPAK : Karyawan Swasta NAMA IBU : Lisyaroh PEKERJAAN IBU : Ibu Rumah Tangga

RIWAYAT PENDIDIKAN : ASAL SEKOLAH TAHUN KETERANGAN SDS 01 Gula Putih Mataram 2003 – 2009 Berijazah SMP Sugar Group 2009 – 2012 Berijazah Companies Lampung SMA Sugar Group 2012 – 2015 Berijazah Companies Lampung Sekolah Tinggi Pariwisata 2015 – 2019 NHI Bandung

PENGALAMAN KERJA TEMPAT TAHUN KETERANGAN KAHA Tour & Travel Juli 2017 – Januari 2018 Job Training

114