Kajian Historis Legenda Reog Ponorogo
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
KAJIAN HISTORIS LEGENDA REOG PONOROGO Slamet Sujud P.J Jurusan Sejarah Fak. Sastra Universitas Negeri Malang Abstract: As an oral tale or folktale, Legenda Reyog (The Legend of Reyog Ponorogo (LRP)) has the potential to be linked to factual events, history, geographical background, beliefs, and historical figures. LRP also comprises several elements of culture or social reality of the tale owners, that is, their experience of the past or their history. As a verbal literature, LRP is a kind of historical literary work in the sense that there is a fusion of historical and literary elements. The historical approach in this research is aimed at presenting information about historical interpretations of figures, locations, and events in LRP connected to the history of Wengker-Kadiri Kingdom. In the analysis, some identification of the relationships between LRP and some available historical facts are conducted. The identification is carried out by relating figures, locations, and events in LRP with figures, locations, and events in the history of Wengker Kadiri Kingdom, especially during the sovereignty of Airlangga. Key words: The Legend of Reyog Ponorogo, history, identification. Menurut Raglan (1965:150) legenda dahulu, yang ada hubungannya dengan acapkali dipandang sebagai sejarah kejadian sejarah. Dengan demikian, legenda kolektif (folk history ), meskipun sebagai naratif lisan mengandung fiksional sejarah itu karena tidak tertulis telah dan historis sekaligus, seperti tampak pada mengalami distorsi sehingga acapkali legenda lokal (local legend). Dengan dapat berbeda dengan kisah aslinya. Oleh diyakininya sebagai fakta yang pernah terjadi karena itu, jika hendak memanfaatkan pada masa lampau, legenda dapat memberikan legenda sebagai bahan untuk pengkajian informasi tentang tokoh manusia, peristiwa sejarah, harus membersihkan dahulu historis, dan lokasi geografis. bagian-bagian yang mengandung sifat Demikian pula LRP sebagai cerita rakyat pralogis. yang dianggap ada hubungannya dengan Sementara itu, Bascom dalam peristiwa sejarah Kerajaan Wengker ini Danandjaja (1984:50) menjelaskan bahwa diyakini benar-benar terjadi sehingga diduga legenda sebagai cerita lisan merupakan banyak mengandung muatan historis. Dengan cerita prosa rakyat tentang tokoh, kata lain, ada hubungan antara LRP dengan peristiwa atau tempat tertentu yang latar belakang atau konteks historisnya, baik dianggap oleh yang empunya cerita menyangkut tokoh, lokasi maupun peristiwa sebagai suatu kejadian yang sungguh- dalam kaitannya dengan periode sejarah sungguh pernah terjadi pada zaman Kerajaan di Jawa Timur, khususnya zaman 41 42 BAHASA DAN SENI, Tahun 35, Nomor 1, Februari 2007 Kerajaan Wengker dan Kadiri pada masa tersebut adalah prasasti maupun kesusastraan kekuasaan Airlangga dan sesudahnya. sezaman. Oleh karena itu, penulis harus membangun cerita sejarah Kerajaan Wengker METODE serta tokoh dan lokasinya dari sejumlah fakta yang tersebar dalam beberapa prasasti dan Sebagaimana halnya prosedur kerja sumber tertulis lainnya (Boechari, 1965:51). dalam kajian sejarah pada umumnya, Demikianlah, kajian historis dalam pendekatan historis perlu memerhatikan penelitian legenda ini dimaksudkan untuk beberapa langkah dalam kegiatannya. memberikan keterangan tentang interpretasi Menurut Langlois dan Seignobos (1925) historis terhadap tokoh, lokasi, dan peristiwa seperti dikutip dalam Abdullah (1982), dalam legenda terkait dengan sejarah langkah-langkah yang perlu diperhatikan hubungan Kerajaan Wengker dan Kadiri. Oleh sebagai berikut: pertama, berupa usaha karena itu, dalam perkara identifikasi akan mengumpulkan jejak atau sumber sejarah. dilakukan analisis hubungan antara LRP Metode pengumpulan data berfungsi dengan fakta historis. Identifikasi itu untuk membantu dalam mendapatkan dilakukan dengan menghubungkan tokoh, data guna penyusunan ini yang antara lain lokasi, dan peristiwa yang dikisahkan dalam adalah observasi, wawancara, dan kajian legenda dengan tokoh, lokasi, dan peristiwa kepustakaan. Kemudian, langkah kedua dalam periode sejarah Kerajaan Wengker dan adalah usaha untuk menyeleksi atau Kadiri pada zaman Airlangga dan sesudahnya. menyaring jejak atau sumber. Sudah barang tentu nama-nama tokoh Selanjutnya, menyusul langkah ketiga legendaris kadang sulit diidentifikasi. berupa usaha pengolahan data. Dari Demikian pula, peristiwa dan nama-nama berbagai sumber yang telah diseleksi tempat atau Kerajaan legendaris sering sulit tersebut, kemudian ditelaah, dibanding- dilokasikan. Namun, hal itu dapat diatasi kan dan ditafsirkan kemudian ditarik dengan bantuan studi toponimi. Jika ada simpulan seobjektif mungkin. Dalam peristiwa dan nama yang tidak sesuai dengan pengolahan data digunakan metode peristiwa dan nama faktual historis, perbedaan analisis, sintesis komparatif, dan peng- itu dapat dipandang sebagai proses kreatif atau ambilan simpulan dengan usaha meng- proses transformatif dari pihak pencerita. interpretasikan hubungan fakta satu dengan fakta lainnya yang mewujudkan peristiwa tertentu. Akhirnya, langkah HASIL DAN PEMBAHASAN yang keempat adalah penulisan sejarah. Keterkaitan Historis LRP dan Sejarah Kajian historis berikut ini akan Kerajaan Wengker Kadiri dilakukan dengan cara menelusuri sumber-sumber sejarah yang memiliki Kerajaan Wengker sebenarnya sudah nilai historis tinggi seperti prasasti, atau disebut-sebut sejak atau bahkan sebelum paling tidak, suatu nilai semihistoris zaman Mataram Jatim masa kekuasaan berupa karya sastra (Damais, 1965:18). Airlangga. Salah satu prasasti yang penting Apabila belum ditemukan prasasti atau sebagai sumber sejarah adalah prasasti kesusastraan yang khusus membahas Pucangan atau yang dikenal pula dengan nama tentang tokoh dan kejadian sejarah yang prasasti Calcutta. prasasti itu dikeluarkan oleh berhubungan dengan Kerajaan Wengker, Raja Airlangga pada tahun 963 saka/6 dapat digunakan berbagai jenis sumber November 1041 M (Brandes, 1913:137, OJO lain yang memberikan keterangan LXII). mengenai Kerajaan Wengker. Sumber Sujud, Kajian Historis Legenda Reog Ponorogo 43 Bagian yang berbahasa Sansekerta ke Wuratan, Haji Wengker, Haji Wurawari, memuat silsilah Raja Airlangga yang dan Raja Hasin. dimulai dari Raja Sri Isanatungga atau Pu Tahun 952 Saka (1030 M), Raja Sindok Sri Isanawikrama Dharma- Airlangga berhasil mengalahkan Haji tunggadewa (Boechari, 1965). Sementara Wengker yang bernama Panuda yang hina itu, bagian yang berbahasa Jawa Kuna seperti Rawana. Kata Panuda jelas disebutkan lebih banyak memberi keterangan tentang oleh Brandes (1913:138) dalam OJO LXII sisi akhir masa pemerintahan Dharmma- depan baris ke-20 dan 21 sebagai berikut. wangsa Teguh, yakni karena diserang ta çri maharaja dumonikang panuda oleh Raja bawahan dari Wurawari yang guru tumanggul caddhya decani ratan, menyerang dari Lwaram (Soekmono, aticayeng mahabala. 1973:52). Disebutkan pula bahwa sa n. paharpharpan niwang haji wangkir, Dharmmawangsa Airlangga dapat kawada ta ika de çri maharaja irikang menyelamatkan diri dari serangan Haji cakakala 952 mangkinakuyanahani . Wurawari pada tahun 1061 M. Pada waktu itu, ia berusia 16 tahun dan masuk Sementara itu oleh Krom (1931) Raja hutan di lereng gunung bernama Panuda itu ditulis adhamapanuda. Sedangkan Wanagiri dengan hanya diikuti seorang dalam transkripsi Kern (1917), ditulis hamba yang bernama Narottama adham panuda, tetapi ada kelihatan tanda (Poerbatjaraka, 1941). wisargga di belakang, m sehingga harus Pada tahun 941 Saka (1019 M), dibaca adhamah panundabhidanas. Dengan Airlangga ditahbiskan sebagai Raja demikian, kata adhama yang berarti hina itu menggantikan Dharmmawangsa Teguh bukan bagian dari nama, melainkan dan bergelar Rake Halu Sri Lakeswara keterangan saja. Juga, di sini, angka tahun di Dharmmawangsa Airlangga Ananta- bagian yang berbahasa Sansekerta berbunyi wikramotunggadewa (Soekmono 1973: dalam sengkalan: varsse sakasya yamabhuta 55, Sumadio 1984:177). Untuk memper- ile rajendro (= 952 Saka). kokoh dan melegitimasi kedudukannya Akibat serangan Airlangga itulah, Raja sebagai pewaris yang sah atas tahta Panuda kemudian lari meninggalkan keraton- Kerajaan Dharmma-wangsa Teguh dan nya di Lewa, tetapi dikejar terus hingga ke benar-benar masih keturunan Pu Sindok, Desa Galuh dan Barat. Kata Lewa sebenar- Airlangga kemudian membuat silsilah. nya sudah tidak jelas lagi, karena batunya Meskipun sudah ada silsilah tersebut, usang. Brandes (1913:139) membacanya masih ada pula pihak-pihak yang merasa Lewa , seperti disebutkan dalam OJO LXII tidak puas, termasuk para Raja bawahan sisi depan baris ke-22 yang berbunyi. Teguh yang tidak tunduk lagi padanya. Oleh karena itu, sebagian besar masa minggalaken karajyanira ngu ha pemerintahan Airlangga dipenuhi dengan kadatwanilewa bunutnikang deca galuh peperangan penaklukan kembali semua mwang deca barat, an tinkan Raja bawahan itu. sinahsanirikang cakakala 953 çri mahara Prasasti Pucangan memberikan . keterangan tentang penyerangan- penyerangan Raja Airlangga atas musuh- Sementara itu Kern (1917) hanya musuhnya mulai tahun 951 Saka (1029 membaca huruf akhirnya. Sedangkan, Krom M) hingga tahun 959 Saka (1037 M). (1931) mengusulkan pembacaan rawa, dengan Serangan Airlangga antara lain ditujukan memberi catatan bahwa baik Rawa maupun Lewa sebagai nama tempat. Selanjutnya, 44 BAHASA DAN SENI, Tahun 35, Nomor 1, Februari 2007 disebutkan pula dalam prasasti Pucangan bahwa pada masa pemerintahan Airlangga bahwa pada tahun 953 Saka (1031 M) yang menjabat kedudukan rakryan maha- anak Raja Panuda dapat dikalahkan dan mantri i hino (putra mahkota kerajaan)